Top Banner
Perdagangan Terhubung Kepercayaan bisnis di era digital Laporan The Economist Intelligence Unit Ditulis oleh
48

Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Mar 17, 2019

Download

Documents

lamliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Perdagangan TerhubungKepercayaan bisnis di era digitalLaporan The Economist Intelligence Unit

Ditulis oleh

Page 2: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,
Page 3: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Kata pengantar 2

Tentang laporan 3

Ringkasan eksekutif 4

Perusahaan, kota, dan bangsa 8

Peran pemerintah di wilayah kota 11

Memilih dengan mengangkat kaki 12

Kilas Rubrik: Jarum barometer kota digital 14

Keterampilan digital 16

Persaingan yang brutal 17

Kesenjangan yang harus diisi 18

Kilas Rubrik: Pengembangan keterampilan ala Singapura 21

Deviden data 22

Kilas Rubrik: GDPR di Eropa: madu atau racun? 26

Ekosistem inovasi 28

Area bersinyal 30

Kilas Rubrik: Bersosialisasi bersama data di Amsterdam 31

Digitisasi pembiayaan 32

Kilas Rubrik: Tech hub India 33

Kecepatan dan keamanan 34

Tantangan dunia maya 36

Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37

Kesimpulan: Faktor tak tampak 38

Lampiran 1: Jarum barometer kota digital 41

Telstra – Perdagangan Terhubung

© The Economist Intelligence Unit, 2017

Page 4: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Michael Ebeid AM Eksekutif grup, Enterprise

Perdagangan Terhubung: Keyakinan bisnis dalam lingkungan digital menandai tahun keempat kemitraan Telstra dengan Economist Intelligence Unit untuk menyelidiki transformasi digital organisasi pada skala global.

Dari waktu ke waktu, pentingnya lokasi bagi kesuksesan upaya tranformasi digital kian terlihat. Laporan kami mengonfirmasi adanya kaitan antara perusahaan yang maju dengan lokasi pendirian perusahaan, baik untuk menjangkau pasar baru, menilai akses ke talenta digital, maupun membina kemitraan digital di antara ekosistem setempat.

Hingga sejauh ini, kebanyakan riset mengenai lingkungan digital hanya memfokuskan perhatian pada tingkatan negara. Akan tetapi, sebagaimana pendapat para penduduk kota, perbedaan antara Sydney dan Perth, Guangzhou dan Shanghai, atau New York dan San Francisco sangatlah jelas.

Otoritas setempat menyediakan sumber keterampilan, pendanaan, dan dukungan penting. Organisasi perlu melirik ekosistem yang berbeda - pasar keterampilan di India dan Tiongkok, dukungan negara di Singapura dan Seoul, pendanaan VC di Silicon Valley dan London, cadangan kekayaan intelektual dari para akademisi kenamaan serta pusat teknologi, seperti Tokyo atau New York - untuk menjawab kebutuhan mereka dalam bidang tertentu.

Untuk menyoroti persoalan ini dan banyak hal lainnya lagi, kami menyurvei lebih dari 2.600 eksekutif bisnis dari 11 industri di 45 pusat perdagangan dari seluruh belahan dunia. Tanggapan mereka dikumpulkan untuk menetapkan barometer kinerja kota dan industri.

Yang terpenting, temuan kami memberikan wawasan unik seputar lanskap transformasi digital global yang dapat membantu bisnis di seluruh dunia memahami cara kota dalam mendukung upaya transformasi digital organisasi Anda.

Kata Pengantar

2 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 5: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Tentang laporan

– Daria Batukhtina, rekan pendiri, Startup4City Project

– Zac Bookman, direktur eksekutif, Opengov

– Federica Bordelot, penasihat kebijakan, Eurocities

– Viktor Bos, penghubung bisnis, Job of the Future, Dewan Ekonomi Amsterdam

– Andrew Graham, mitra pengelola, Brisbane, RSM Australia

– Chan Meng Khoong, direktur dan CEO, Institute of Systems Science, National University of Singapore

– Willem Koeman, perantara bisnis, Digital Connectivity, Dewan Ekonomi Amsterdam

– Sean Lee, rekan pendiri, Seoul Space

– Frauke Mispagel, direktur pengelola, Axel Springer Plug and Play Accelerator

– Rudy Pieck, mitra, Business Services, BDO Australia

– Iain Reed, pendiri EFA, dan ketua TiE Hong Kong

– Alpesh Shah, mitra senior dan direktur, Boston Consulting Group India

– Adam Simon, direktur pengelola global, Retail Business Development, CONTEXT

– Greg Sutherland, direktur inovasi, Australia Post

– Nicholas Yang, Sekretaris Inovasi dan Teknologi, OGCIO Hong Kong

– Xania Wong, direktur eksekutif, Jobdoh.

Perdagangan terhubung: Keyakinan bisnis dalam lingkungan digital merupakan laporan The Economist Intelligence Unit (EIU), yang ditugaskan oleh Telstra. Ditulis oleh Denis McCauley dengan Charles Ross sebagai editor.

Analisis dalam laporan disusun berdasarkan survei terhadap 2.620 eksekutif di 45 kota yang dilaksanakan pada Juni dan Juli 2017. Survei ini meliputi 23 kota di Asia Pasifik, 19 di EMEA, dan tiga di Amerika Utara. Survei diwakili oleh sebelas industri dengan jumlah responden terbesar berasal dari layanan profesional, layanan finansial, manufaktur, ritel, dan pendidikan. (Responden sektor telekomunikasi atau teknologi tidak disertakan.) Responden dari tingkat direktur mencapai 42% dari sampel survei, dan sisanya berasal dari eksekutif senior lain.

Informasi tambahan diperoleh dari wawancara intensif dengan eksekutif senior, pejabat pemerintah, dan pakar lain yang tinggal di beberapa kota tersebut.

Kami berterima kasih kepada pihak berikut (ditulis sesuai urutan abjad nama belakang):

EIU bertanggung jawab penuh atas isi editorial laporan ini.Hasil temuan tidak mencerminkan pandangan sponsor.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 3

Page 6: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Ringkasan eksekutif

Di seluruh wilayah geografis dan industri, beragam bisnis tengah bergerak atau menyiapkan misi untuk menjadikan teknologi digital sebagai ujung tombak segala hal yang mereka lakukan. Praktik ini lazim dikenal sebagai transformasi digital.

Proses transformasi ini tidak hanya membutuhkan pengelolaan teknologi yang mutakhir, namun juga perombakan bisnis dan perubahan budaya berskala besar. Ini membuat transformasi digital sering dianggap sebagai langkah yang sulit dan rumit. Dalam sebagian besar kasus, terbatasnya sumber daya internal yang telah dimiliki perusahaan dapat menghambat transformasi, sehingga mereka harus mencari jalan lain demi memperoleh dukungan tambahan.

Bisnis kerap menemukan dukungan tersebut dalam kota atau di sejumlah kota tempat mereka beroperasi. Potensi dukungan teknologi, misalnya untuk bisnis start up dan usaha kecil lainnya, hanya dapat dikembangkan di perkotaan. Walaupun dukungan lebih banyak didapat oleh bisnis berskala nasional atau global, kantor perwakilan maupun kantor cabang mereka sangat bergantung dengan aspek perkotaan dalam mendapatkan sumber daya manusia, gagasan, sumber finansial ataupun suatu inspirasi untuk

memastikan tercapainya inisiatif digital. Bahkan dalam hubungannya dengan kebijakan pemerintah, kebijakan pemerintah daerah di kota-kota besar berdampak lebih besar terhadap penerapan inisiatif digital bisnis daripada kebijakan pemerintah pusat. Berdasarkan survei EIU, mayoritas eksekutif bisnis melihat hal ini sebagai akar penyebabnya.

Laporan ini mengungkapkan kepercayaan para eksekutif terhadap ketersediaan dukungan di area perkotaan mereka untuk penerapan inisiatif digital yang dibutuhkan. Namun demikian, terdapat indikasi yang jelas mengenai bidang yang mengalami kegagalan di sejumlah kota, termasuk pasokan talenta digital dan pembagian data pemerintah. Penelitian dilakukan berdasarkan survei yang dilaksanakan EIU terhadap lebih dari 2.600 eksekutif di 45 kota di seluruh dunia, serta wawancara tatap muka bersama 15 pemimpin bisnis, pejabat yang memimpin wilayah kota, dan pakar lainnya. Inilah temuan utamanya:

4 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 7: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Terdapat kepercayaan yang tinggi atas penerapan digital di pasar kota negara berkembang di Asia. Indeks barometer kepercayaan bisnis kepada dukungan dari area kota tempat mereka beroperasi dalam penerapan transformasi digital sangat bervariasi. Responden di Bengaluru, San Francisco, dan Mumbai menunjukkan hasil paling positif, sedangkan responden di Berlin, Yokohama, dan Tokyo menampilkan hasil sebaliknya. Tujuh dari 10 data dengan hasil positif tertinggi tercatat di kota-kota berkembang Asia. Kepercayaan mereka mungkin menjadi cerminan antusiasme pertumbuhan pasar. Sementara itu, rendahnya kepercayaan di kota maju mungkin merefleksikan kegagalan dalam memenuhi harapan bisnis yang tinggi, misalnya pada infrastruktur atau pendidikan TIK (teknologi informasi dan komunikasi).

Perusahaan akan gulung tikar jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Hampir setengah dari eksekutif yang terlibat dalam survei (48%) mengatakan perusahaan mereka telah mempertimbangkan relokasi operasi ke area perkotaan dengan lingkungan eksternal yang lebih kondusif. Angka tertinggi diraih kota-kota di Asia (53%), sementara hampir separuh responden survei di kota-kota AS dan Australia memiliki pendapat yang sama. Saat ini, wirausaha digital memiliki beragam pilihan dalam memulai atau merelokasi usaha mereka, baik area domestik maupun internasional.

Lembaga pendidikan setempat harus berupaya lebih keras dalam meningkatkan talenta digital. Di samping kendala finansial, kesenjangan keterampilan menjadi tantangan terberat yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan transformasi digital. Hal yang mungkin dianggap menggembirakan adalah sebagian besar eksekutif pada survei (57%) merasa sekolah dan universitas di kota mereka mengerahkan upaya efektif dalam melahirkan talenta yang diperlukan perusahaan demi mendongkrak digitisasi. Namun demikian, lebih dari 40% mengatakan sebaliknya, dan lebih dari seperlima eksekutif di kota-kota dengan reputasi inovasi teknologi yang kuat, seperti Stockholm dan Seoul, menilai kurang efektifnya inisiatif lembaga setempat untuk masalah ini. Keamanan digital dan analisis data mutakhir dianggap sebagai dua keterampilan kritis yang paling dibutuhkan dalam transformasi, disertai keterampilan lain seperti membangun jaringan, yang juga menjadi prioritas utama.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 5

Page 8: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Dengan data terbuka, pemerintah kota secara langsung memengaruhi transformasi perusahaan. Perusahaan memanfaatkan data terbuka yang disediakan pemerintah setempat untuk menghadirkan layanan baru atau meningkatkan pelayanan kepada pelanggan mereka; data terbuka menjadi tulang punggung bagi beberapa perusahaan untuk seluruh model bisnis mereka. Sebagian besar eksekutif dalam survei (69%) mengungkapkan data terbuka berperan penting bagi bisnis mereka, dan 30% lainnya menganggapnya “sangat penting”. Lebih dari delapan dalam 10 bisnis terkadang menggunakannya, termasuk 35% yang menjalankannya secara berkala dan 20% lainnya kerap menggunakannya.

Sejumlah kota di Asia Pasifik masih tertinggal dalam hal data terbuka. Eksekutif meyakini lembaga di kotanya perlu meningkatkan upaya penyebaran data berharga yang mereka kelola, mengingat betapa pentingnya hal ini terhadap bisnis. Lebih dari setengah responden survei (54%) berpendapat kota mereka menyia-nyiakan data yang telah terkumpul. Gambaran tersebut mendominasi sejumlah kota di Asia, dan sedikit lebih rendah di kota-kota di Australia. Wawancara yang dilakukan untuk kepentingan penelitian menegaskan kota-kota di AS dan Eropa selangkah lebih maju dalam persoalan ini.

Jejaring dan komunitas menjadi sumber perkembangan saran dan dukungan digital. Ekosistem menjadi penentu di sebagian besar kota dan terdiri atas jejaring, komunitas, forum formal maupun informal, serta struktur pendukung lain yang disiapkan untuk membantu perusahaan menjawab tantangan digital mereka. Perusahaan yang terlibat dalam survei ini secara aktif memanfaatkan hal tersebut. Sebagai contoh, 29% dari perusahaan di beberapa kota di Asia beralih ke laboratorium inovasi demi menjaring gagasan dan saran, sedangkan 18% lainnya berkutat dengan inkubator dan akselerator. (Negara di seperempat bagian benua Asia juga mengunggulkan program pemerintah untuk tujuan ini.) Di berbagai kota di Eropa dan AS, 20% perusahaan melihat pentingnya eksistensi laboratorium dan pusat invoasi dimana hampir seperempat dari jumlah keseluruhan perusahaan menggunakan fasilitas ini. Selain itu, jejaring di universitas juga dlihat oleh 18% perusahaan sebagai sumber penting untuk gagasan digital.

6 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 9: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Pemerintah di wilayah perkotaan berperan besar dalam menangani keamanan dunia maya perusahaan. Di berbagai negara, pemerintah nasional mengambil kendali dalam interaksi koordinasi dengan sektor swasta mengenai keamanan dunia maya. Pemerintah di wilayah perkotaan juga terlibat: 63% responden mengungkapkan otoritas setempat telah berkonsultasi mengenai persoalan keamanan dunia maya yang kerap terjadi, setidaknya sejak dua tahun belakangan. Sejauh ini, peran utama Pemerintah Kota adalah menjadi fasilitator dalam menyebarkan informasi mengenai praktik terbaik untuk keamanan dunia maya. Namun, perannya kian vital sejak merebaknya sensor jaringan (berkat program “kota pintar”) yang menimbulkan kerentanan keamanan di tingkat daerah.

Infrastruktur TIK menghambat transformasi perusahaan di berbagai kota. Sebanyak 15% responden menyebutkan kelemahan jaringan komunikasi kota mereka sebagai hambatan serius dalam meraih ambisi digital mereka. Kekhawatiran ini diyakini oleh hampir separuh responden – 48% sampel survei (dan lebih dari 60% di New York, San Fransisco, dan Singapura) – yang menyatakan bahwa kota mereka gagal menyediakan infrastruktur TIK yang efektif demi menjawab kebutuhan transformasi digital perusahaan.

Muncul peran-peran baru yang bertugas sebagai pemimpin dalam upaya penerapan transformasi digital. Peran direktur teknologi (Chief Technology Officer - CTO) telah diterapkan sejak beberapa tahun silam di sejumlah kota, termasuk Amsterdam, New York, dan London. CTO, yang biasanya mempunyai posisi sejajar dengan Direktur informasi (Chief Information Officer - CIO), bertanggung jawab atas pengelolaan infrastruktur teknologi dan juga inisiator utama penerapan Internet of Things (IoT). Fungsi Direktur Digital (Chief Digital Officer - CDO) juga mulai diterapkan di beberapa kota untuk memastikan tercapainya transformasi digital.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 7

Page 10: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Pada Oktober 2015, Australia Post tengah menjalankan upaya jangka panjang untuk mengalihkan bisnisnya dari tradisional menjadi elektronik. Manajemen senior di kantor pusat perusahaan di Melbourne yang menjadi lokasi dari sebagian besar tim digital, menyadari Australia Post harus menjadi bagian dari ekosistem start-up dan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengidentifikasi peluang baru dalam menghadirkan produk serta layanan kepada pelanggan. Oleh karena itu, badan usaha milik pemerintah menjalin kemitraan dengan Melbourne Accelerator Program (MAP), yang dijalankan oleh University of Melbourne, untuk memberikan pendanaan dan berbagai macam dukungan lainnya terhadap pengembangan gagasan bisnis start-up lokal. Inilah contoh bisnis yang memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam lingkungan perkotaan guna memastikan terjadinya transformasi digital.

Banyak definisi yang berbeda mengenai transformasi digital, namun seluruhnya melibatkan penempatan teknologi digital

di pusat model operasi organisasi. Bagi bisnis yang telah berdiri sejak lama, khususnya industri tradisional, proses ini cukup sulit dan melelahkan. Ranah digital lebih mudah dijangkau oleh perusahaan baru yang telah dirancang dengan model bisnis online. Namun, baik organisasi baru, lama, besar maupun kecil, keberhasilan penerapan digital tidak mungkin tercapai tanpa adanya pengerahan sumber daya dari lingkungan eksternal perusahaan. Hal ini paling sering dijumpai di kota dan wilayah sekitar perusahaan atau bagian konstituen yang beroperasi.

Fondasi transformasi digital yang kuat membutuhkan lebih dari hanya lebih dari sekadar infrastruktur TIK yang apik, meskipun hal tersebut juga tak dapat dikesampingkan. Pada era modern ini, bisnis saling bersaing demi mendapatkan karyawan terampil untuk melaksanakan peran digital yang diperlukan demi mengembangkan transformasi. Mereka bergantung pada universitas di sekitarnya serta institusi pendidikan lain untuk melatih staf yang sesuai dengan kriteria

tersebut. Perusahaan besar mencari akselerator dan inkubator lokal untuk menjaring bisnis start-up teknologi yang ide dan modelnya dapat mereka kembangkan (atau pada akhirnya, diakuisisi). Mereka, beserta bisnis-bisnis kecil lainnya, terlibat dalam hackathon atau acara serupa untuk mendpatkan ide dalam mengatasi tantangan teknologi yang tengah dihadapi. Perusahaan start-up turut berpartisipasi dalam kelompok pertemuan dan forum lainnya dengan tujuan yang sama dengan perusahaan besar ataupun untuk mencari dukungan pendanaan maupun rujukan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Banyak kota menjadi tempat berkumpulnya sumber modal usaha dan korporasi, atau program pemerintah yang mendanai pertumbuhan bisnis start-up selanjutnya. Melalui proyek “kota pintar” atau data terbuka, perkotaan secara mandiri menjadi katalis untuk mengembangkan, menguji, dan melaksanakan layanan digital baru demi keuntungan dari bisnis lokal yang terlibat.

Perusahaan, kota, dan bangsa

8 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 11: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

“Kota berperan penting sebagai anjungan peluncuran transformasi digital”- Daria Batukhtina, rekan pendiri, Startup4City

© The Economist Intelligence Unit, 2017 9

Page 12: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

10 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 13: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

1 Bacalah, contohnya, “Six Lessons from Amsterdam’s Smart City Initiative”, MIT Sloan Management Review, 25 Mei 2016, dan “Six smart cities Sydney can learn from”, The Sydney Morning Herald, 19 November 2015.

Peran Pemerintah di Wilayah KotaKebijakan dan inisiatif pemerintah di wilayah perkotaan tentu berdampak penting terhadap penerapan transformasi. Amsterdam Smart City (ASC), yang dikenal sebagai model kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan digitisasi kota1, digagas oleh Amsterdam Economic Board serta dikelola oleh Direktur Teknologi di pemerintah wilayah kota. Daria Batukhtina, pendiri Startup4City yang merupakan grup penasihat untuk skala bisnis, melihat keberhasilan ASC dikarenakan kemampuan pemerintah di wilayah kota sebagai “ fasilitator utama dalam mempertemukan semua pemangku kepentingan setempat terkait transformasi digital serta mempersatukan mereka untuk bekerja sama”.

Tidak heran banyak responden meyakini kebijakan yang diterapkan pada tingkat kota berpengaruh lebih besar dibandingkan kebijakan nasional atas penerapan digital untuk keberlangsungan bisnis. Hal tersebut diutarakan oleh mayoritas (57%) eksekutif bisnis yang disurvei EIU di 45 kota. (Gambar 1) Pandangan ini terlihat signifikan di kota-kota metropolitan Asia, seperti Shanghai, Beijing, Bengaluru, dan Jakarta, namun juga di Barcelona dan New York.

Akan tetapi, tidak terdapat model universal yang menjelaskan praktik proaktif terbaik dari pemerintah dalam mendukung upaya transformasi perusahaan. Otoritas Singapura (baik pemerintah nasional maupun kota) telah terlibat langsung dan konsisten dengan pendekatan keseluruhan mereka dalam memastikan terjadinya perkembangan bisnis. Chan Meng Khoong, direktur dan CEO Institute of Systems Science di National University of Singapore, meyakini peran aktif pemerintah dalam mensponsori serta mendanai inovasi digital dan kewirausahaan telah memupuk kepercayaan antara mereka dengan sektor swasta secara signifikan. Pandangan tersebut didukung

oleh sejumlah besar (43%) eksekutif Singapura yang menyatakan program pemerintah sangat penting dalam membantu perusahaan mencapai tujuan digital mereka, serta respons mayoritas (53%) yang menilai pemerintah sebagai sumber dana terpenting untuk terjadinya inisiatif transformasi.

Di Bengaluru dan Mumbai, jauh lebih sedikit yang mengutarakan hal serupa terkait keberlangsungan bisnis melalui bantuan dana pemerintah kota dan sokongan lainnya. Meskipun demikian, kepercayaan eksekutif atas peran signifikan transformasi digital di kota tersebut terhitung sangat tinggi (lihat “Jarum barometer kota digital”). Alpesh Shah, mitra senior di Boston Consulting Group (India), sepakat atas betapa signifikan peran penerapan digital di kedua kota tersebut. Namun, ia berpendapat hal tersebut terwujud berkat keterlibatan aktif dari komunitas bisnis dan akademis.

Total

Bengaluru

71%61% 60%

68%73%

68%

83%

71%63% 63%

57%

7%19%

7%11% 8% 9%

2% 3%15% 13%

16%

22%

20%33% 21%

19%23%

15%

25%

23% 25%26%

Madrid

London

Jakarta

Shanghai

Manila

Beijing

New

Delhi

Mum

bai

San Francisco

Tidak tahu Tidak setuju Setuju

Total

Bengaluru

71%61% 60%

68%73%

68%

83%

71%63% 63%

57%

7%19%

7%11% 8% 9%

2% 3%15% 13%

16%

22%

20%33% 21%

19%23%

15%

25%

23% 25%26%

Madrid

London

Jakarta

Shanghai

Manila

Beijing

New

Delhi

Mum

bai

San Francisco

Tidak tahu Tidak setuju Setuju

Total

Bengaluru

71%61% 60%

68%73%

68%

83%

71%63% 63%

57%

7%19%

7%11% 8% 9%

2% 3%15% 13%

16%

22%

20%33% 21%

19%23%

15%

25%

23% 25%26%

Madrid

London

Jakarta

Shanghai

Manila

Beijing

New

Delhi

Mum

bai

San Francisco

Tidak tahu Tidak setuju SetujuGambar 1: Otoritas lokalPemerintah kota lebih berpengaruh daripada pemerintah nasional (% responden)

© The Economist Intelligence Unit, 2017 11

Page 14: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Memilih dengan mengangkat kakiAkankah perusahaan berpindah ke kota lain untuk mencari lingkungan digital yang lebih positif? Berdasarkan hasil survei, jawabannya adalah ‘ya’: 48% responden mengutarakan perusahaan mereka telah mempertimbangkan untuk memindahkan operasi ke kota lain guna memanfaatkan lingkungan eksternal yang lebih menjanjikan. Persentase survei menunjukkan angka tertinggi berada di area kota-kota di Asia (53%), meskipun hampir separuh responden di kota-kota AS dan Australia serta 41% di Eropa menunjukkan hal serupa. Dibandingkan dengan perusahaan lainnya, terdapat lebih banyak perusahaan berskala sedang – dengan 100 hingga 249 karyawan – yang telah mempertimbangkan pemindahan lokasi berdasarkan alasan tersebut. (Gambar 2)

Perusahaan multinasional pun tidak keberatan melakukan relokasi guna menikmati lingkungan digital yang lebih menjanjikan. Pada awal 2016, General Electric, raksasa rekayasa industri global, membulatkan tekad untuk memindahkan markas mereka dari Fairfield, Connecticut—yang telah menjadi rumah mereka selama lebih dari 40 tahun—ke Boston. Tujuan praktisnya: untuk memanfaatkan ekosistem teknologi yang telah dikembangkan dengan apik di kota tersebut2.

Menurut pengamatan Batukhtina, wirausahawan digital di Eropa memiliki

berbagai opsi tempat untuk lokasi terkait dengan peluncuran atau pemindahan perusahaan mereka. Pusat-pusat kota di Eropa bertekad menarik perusahaan tersebut dengan menawarkan talenta di bidang teknologi, sumber pendanaan, berbagai laboratorium riset, dan struktur pendukung mereka lainnya. Ia turut mengamati bahwa persaingan yang terjadi tak hanya mencakup wilayah Eropa. “Persaingan kini berlangsung antara Eropa dan Asia, karena wirausahawan memahami akan lebih mudah bagi mereka untuk berpindah ke Singapura, Beijing, atau kota lainnya.”

Bagaimana perbandingan kota-kota besar dunia terkait dukungan yang disediakan lingkungan mereka terhadap perkembangan bisnis, termasuk upaya kota tersebut mencapai digitalisasi yang menyeluruh? Pada halaman berikut, kami akan menghadirkan beberapa jawaban dari sudut pandang 2.620 eksekutif bisnis yang disurvei di 45 kota berikut, sekaligus pandangan dari beberapa pakar akademis, konsultan, dan pejabat kota terpilih. Analisis kami akan berfokus pada empat area–talenta, data terbuka, ekosistem inovasi, dan infrastruktur TIK–yang digunakan bisnis demi mendapatkan masukan utama dengan mengandalkan lingkungan kota. Pertama, seberapa percayakah eksekutif peserta survei kami mengenai kemampuan dukungan digital yang menyeluruh di area kota mereka?

2 “G.E. Is Moving Headquarters to Boston and Itself Into the Digital Era”, The New York Times, 13 Januari 2016.

48% responden mengutarakan perusahaan mereka telah mempertimbangkan untuk memindahkan operasi ke kota lain guna memanfaatkan lingkungan eksternal yang lebih menjanjikan.

Gambar 2: Lahan yang lebih menjanjikanPerusahaan bersedia pindah untuk menikmati lingkungan yang lebih menjanjikan (% responden)

Australia

46%

Asia

53%E

ropa

42%

Am

erika Serikat

48%

Kecil (1-99)

37%

Sedang (100-249)

56%

Besar (250+

)

50%

Total

48%

12 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 15: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

“Persaingan kini berlangsung antara Eropa dan Asia, karena wirausahawan memahami akan lebih mudah bagi mereka untuk berpindah ke Singapura, Beijing, atau kota lainnya.”- Daria Batukhtina, rekan pendiri, Startup4City

© The Economist Intelligence Unit, 2017 13

Page 16: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Jarum barometer kota digital

Perkotaan di India mungkin tenggelam dalam keterpurukan infrastruktur, polusi, kemiskinan, dan beragam masalah lainnya. Namun demikian, kalangan eksekutif India cukup optimis atas aspek transformasi digital di area mereka. Dibandingkan dengan kota lain di India pada penelitian ini, kota Bengaluru mendapatkan kepercayaan paling tinggi dari pemimpin bisnis untuk penerapan digital di lingkungan mereka. Penilaian ini dibuat berdasarkan enam kategori barometer– secara keseluruhan, kategori karyawan dan keterampilan, lingkungan finansial, inovasi dan kewirausahaan, pengembangan teknologi baru, serta infrastruktur TIK. Untuk rangkaian data barometer penuh, lihat lampiran 1.

Rekan mereka di Mumbai dan New Delhi sedikit kurang optimis, dan mereka bukan satu-satunya responden dari kota negara berkembang yang mempunyai pemikiran serupa: tujuh dari 10 tingkat kepercayaan tertinggi yang ditemukan survei ditunjukkan oleh kota-kota berkembang di Asia. Di antara perkotaan di negara maju, hanya San Francisco (peringkat 2) yang termasuk dalam peringkat lima teratas, sementara dua lainnya (London, peringkat 9, dan Madrid, peringkat 10) menduduki peringkat sepuluh teratas. Secara kontras, kota maju menyumbangkan delapan dari 10 data barometer terendah, dengan eksekutif dari Berlin, Yokohama, Tokyo, dan Taipei menunjukkan tingkat kepercayaan terendah. (Gambar 3)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9Bengaluru

Mumbai

Beijing

Shanghai

London

New York

Guangzhou

Chicago

Melbourne

Sydney

Oslo

Dubai

Brussels

Seoul

Amsterdam

Stockholm

Perth

Roma

Hong Kong

Kuala Lumpur

Rotterdam

Tokyo

Berlin

8.257.71

7.657.597.56

7.397.267.257.24

7.087.037.02

6.936.896.876.826.81

6.736.656.636.636.636.636.57

6.496.476.476.46

6.416.406.40

6.256.206.16

6.066.006.005.955.95

5.895.835.82

5.695.61

5.27

Gambar 3: Kepercayaan terhadap lingkunganKeseluruhan lingkungan transformasi digital di 45 kota (Dari skor 10)

Tujuh dari 10 tingkat kepercayaan tertinggi dalam survei tersebut tercatat di kota-kota berkembang Asia.

“Anda harus segera berkemas dan pindah [ke San Francisco], sebab di sinilah tempat semua pemodal usaha berkumpul. Di sinilah para pakar bermukim.”- Zac Bookman, pendiri, Opengov

14 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 17: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Kritik yang membangun?Kepercayaan terhadap bisnis merupakan pengukuran yang sangat subjektif karena hanya didasarkan pada perilaku, dan tidak selalu menunjukkan tingkat aktual perkembangan digital suatu kota. Sebagai contoh, kepercayaan dapat dibentuk oleh norma budaya, yang mungkin dapat menjelaskan alasan manajer Jepang yang terkenal akan budaya konservatif dan tangan besinya terlihat pesimis dengan dukungan digital di kota mereka. Iain Reed, pendiri EFA—perusahaan start-up yang bergerak di bidang perangkat lunak finansial—serta ketua TiE Hong Kong—asosiasi wirausahawan tingkat lokal—berpendapat tingkat kepercayaan yang rendah (peringkat 37 secara keseluruhan) di daerah tersebut disebabkan oleh faktor budaya yang sama. Rendahnya data dari kalangan eksekutif lokal ini menyimpang dari kesan digital yang dirasakan Reed dan orang lain tentang Hong Kong. “Terjadi ledakan dalam kancah digital selama lima tahun terakhir,” ujarnya. Salah satu contoh perubahan tersebut tampak jelas dalam komunitas dan forum, “kami memulai dari nol hingga mampu menyelenggarakan beberapa acara digital setiap malam”.

Data barometer yang relatif rendah di beberapa kota maju ini dapat menggambarkan tingkat frustrasi terhadap ekspektasi tinggi pemimpin bisnis di sejumlah area yang tidak terpenuhi. Perkotaan di Eropa seperti Amsterdam, Stockholm, dan Berlin, misalnya, menikmati reputasi mereka sebagai pusat inovasi

teknologi dengan infrastruktur digital yang memadai. Namun demikian, sebagian wirausahawan di sana masih melirik keuntungan yang diperoleh rekan bisnisnya di London, seperti akses modal ventura dan pembiayaan lainnya. (London menempati peringkat 7 data barometer tertinggi atas lingkungan finansialnya untuk transformasi digital; Amsterdam berada di peringkat 23, Stockholm di peringkat 30, dan Berlin di peringkat 41.)

“Kesediaan”Eksekutif yang disurvei di kota-kota AS menunjukkan betapa rendahnya percaya diri atau ekspektasi digital yang tidak terpenuhi. San Francisco, yang mencatat data barometer tertinggi kedua dari 45 kota dalam survei, merupakan contoh menarik. Zac Bookman, pendiri dan kepala eksekutif Opengov, perusahaan start-up di Bay Area yang menyediakan perangkat lunak bagi institusi pemerintah, meyakini kota ini dapat meningkatkan infrastruktur yang telah ada. Namun ia bersikukuh bahwa “Ekosistem teknologi San Francisco adalah yang terbaik di dunia. Mereka telah mencapai dampak jaringan yang masif dan saat ini menjadi tempat terbaik untuk mengembangkan inovasi.”

Warga New York (menempati peringkat ke-11 dalam hal lingkungan keseluruhan) memiliki pandangan positif yang serupa terhadap dukungan lokal bagi inovasi dan kewirausahaan digital (peringkat 6 tertinggi) serta terkait lingkungan finansial untuk transformasi (peringkat 5). Chicago

(peringkat 15) tidak dikenal berkat aset digital yang mereka miliki, seperti kota AS lainnya. Namun, eksekutif Chicago menunjukkan kepercayaan yang tinggi atas keterampilan yang diajarkan oleh universitas dan lembaga pendidikan dimilikinya (peringkat 11), serta terkait ketersediaan sumber daya finansial untuk inovasi digital. (Kota ini menduduki jajaran 10 besar di peringkat pusat inovasi teknologi global yang baru-baru ini dipublikasikan oleh firma KPMG3.)

Melbourne dan Sydney, dua kota terbesar di Australia (masing-masing menduduki peringkat 17 dan 19), berada pada peringkat teratas di tabel barometer dengan menyalip sejumlah kota besar di Eropa dan Asia. Kepercayaan untuk Melbourne dan Sydney terkait lingkungan finansial, pengembangan teknologi teranyar, serta ketersediaan talenta dan keterampilan cukup tinggi. (Tingkat kepercayaan eksekutif dalam seluruh kategori barometer lebih rendah di kota tingkat kedua Australia.)

Karenanya, kota besar di Barat tidak segera mengalami ancaman yang serius akibat kehilangan keunggulan digital yang dimilikinya. Atau setidaknya, data barometer tidak menunjukkan hal tersebut. Sikap kritis yang ditunjukkan eksekutif bisnis di beberapa kota tersebut memang memperlihatkan adanya penanganan yang cepat demi memastikan ketersediaan bantuan untuk setiap kelemahan yang dialami.

3 KPMG, The changing landscape of disruptive technologies: Global technology innovation hubs, 2017.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 15

Page 18: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Jika Anda meminta pemimpin perusahaan teknologi untuk membuat daftar tantangan jangka panjang tersulit yang mereka hadapi, mencari karyawan terampil hampir pasti memuncaki daftar tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi responden survei kami yang semuanya bergelut dalam bidang selain teknologi. Sebagai sampel global, mereka menilai kekurangan talenta dan keterampilan, setelah kendala finansial, sebagai tantangan terberat yang dihadapi dalam mencapai transformasi digital. Di Asia Pasifik, tantangan ini dianggap sebagai hal yang signifikan, terutama di Osaka, Bangkok, dan Bengaluru, dengan 40% eksekutif kota tersebut mengonfirmasi pernyataan ini. Hal ini juga menjadi kekhawatiran besar para eksekutif di New Delhi, Singapura, dan Adelaide, di samping kota lainnya. (Gambar 4)

Gambar 4: Orang baik sukar dijumpai Kota dengan keterbatasan talenta dan keterampilan terbesar (% responden)

Osaka

Bangkok

Bengaluru

Dubai

New Delhi

Singapura

Adelaide

Shanghai

Stockholm

Guangzhou

43%

41%

40%

40%

39%

38%

38%

37%

37%

37%

Osaka

Bangkok

Bengaluru

Dubai

New Delhi

Singapura

Adelaide

Shanghai

Stockholm

Guangzhou

43%

41%

40%

40%

39%

38%

38%

37%

37%

37%

Keterampilan digital

“Keterampilan digital tidak diajarkan secara luas melalui sistem pendidikan kita sebagaimana mestinya. Memang, terdapat beberapa kursus dan sejumlah sekolah sangat berfokus pada keterampilan digital, namun itu tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasar tenaga kerja.”

- Viktor Bos, perantara bisnis, Job of the Future, Dewan Ekonomi Amsterdam

16 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 19: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Persaingan yang brutalKebutuhan akan talenta yang ‘melek digital’ semakin meningkat. Sebagian besar kota dalam penelitian kami memiliki universitas dan lembaga pendidikan berkualitas tinggi yang terus mencetak jumlah lulusan dengan keterampilan teknologi yang dibutuhkan oleh perusahaan lokal. Namun demikian, dengan beberapa pengecualian, hal ini belum cukup untuk memenuhi permintaan yang ada. Inilah kasus yag terjadi di San Francisco Bay. “Persaingan talenta di sini sangat sengit dan brutal,” tutur Zac Bookman. “Perekrutan karyawan sangat sulit karena kurangnya permintaan terhadap puluhan ribu insinyur yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan.”

Hal ini sebagian disebabkan oleh pola penerapan teknologi. Sejumlah pakar meyakini teknologi baru yang berhasil saat ini lebih cepat matang dan terasimilasi daripada sebelumnya4.

Misalnya saja, sensor jaringan yang menjadi bagian Internet of Things (IoT) saat ini tertanam di lebih dari delapan miliar perangkat, mesin, dan benda fisik lainnya. Beberapa tahun lalu, jumlahnya tak sampai satu miliar perangkat. Pertumbuhan mereka serta lonjakan data yang dihasilkan menjadi salah satu penyebab di balik lonjakan permintaan karyawan dengan kemampuan analisis data yang mahir.

Demikian juga, penerapan teknik kecerdasan buatan (AI) dalam bisnis benar-benar berkembang dalam tiga tahun terakhir. Kebutuhan akan spesialis yang memahami AI pun dipastikan membubung pada tahun-tahun mendatang. Khoong dari National University of Singapore pun sepakat. “AI adalah rangkaian keterampilan penting yang saat ini marak dicanangkan dalam investasi pelatihan kepada pegawai dalam suatu perusahaan.

Kebutuhan untuk pendidikan AI juga kian melonjak.”

Ini hanya sekelumit kekhawatiran yang ada. Selain itu, lebih dari 40% responden meyakini lembaga pendidikan di kota mereka hanya dianggap cukup efektif dalam melatih karyawan dengan keterampilan digital yang diperlukan perusahaan demi menerapkan inisiatif transformasi digital mereka. (Gambar 5) Lebih dari 20% eksekutif di kota dengan reputasi inovasi teknologi unggul, seperti Stockholm dan Seoul, menganggap lembaga pendidikan setempat “tidak efektif”. Menurut Sean Lee, rekan pendiri akselerator bisnis Seoul Space: “Seoul memiliki beberapa universitas teknik terbaik di dunia. Sayangnya, tidak banyak lulusan yang bergelut dalam ekosistem perusahaan start-up. Sebagian besar dari mereka lebih memilih bergabung dengan chaebol [konglomerat].”

4 Lihat, contohnya, Rita Gunther McGrath, “The Pace of Technology Adoption is Speeding Up”, Harvard Business Review, 25 Januari 2013; dan Ron Adner and Rahul Kapoor, “Right Tech, Wrong Time”, Harvard Business Review, November 2016.

Gambar 5: Membangun lingkungan bertalentaKeefektifan lembaga pendidikan dalam membekali karyawan dengan keterampilan digital (% responden)

20%18%

37%39%

30% 29%

9% 10%3% 2% 3% 2%

Sangat efektif

Umumnya efektif

Cukup efektif

Umumnya tidak efektif

Sama sekali tidak efektif

Tidak tahu

Menghasilkan jumlah karyawan yang memadai

Melatih karyawan yang berkualitas

“Talenta digital di seluruh Australia memang kurang, dan hal tersebut dirasakan oleh perusahaan besar maupun perusahaan rintisan. Kita perlu bertindak lebih untuk mengembangkan talenta kita, alih-alih terlalu bergantung pada talenta luar negeri atau mengalihdayakan pekerja ke pusat TI.”

- Andrew Graham, mitra pengelola (Brisbane), RSM Australia

© The Economist Intelligence Unit, 2017 17

Page 20: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Kesenjangan yang harus diisiEksekutif yang disurvei menyebut keamanan data dan analisis data mutakhir sebagai dua keterampilan utama yang diperlukan demi mencapai transformasi digital. (Gambar 6) Sebagaimana akan dibahas nanti, keamanan di dunia maya terus menjadi perhatian pemimpin bisnis di mana pun, dan hanya sedikit yang merasa berhasil mengatasinya. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat pembobolan data penting menjadi tajuk utama yang kian merebak. Hal ini menduduki peringkat keempat pada daftar tantangan terberat yang dihadapi responden dalam upaya transformasi digital mereka. Rudy Pieck, mitra BDO Australia, perusahaan layanan profesional global yang bermarkas di Adelaide, meyakini perusahaan “tengah mengupayakan” keamanan di dunia maya. “Kita membutuhkan karyawan terampil demi menutup celah yang ada. Sampai saat ini, saya rasa kita hanya menunggu waktu sebelum ajal saja dalam area ini.”

Menonjolnya kemampuan analisis data sebagai keterampilan yang diperlukan dalam transformasi pun telah menjadi rahasia umum. Program khusus seputar rekayasa dan analisis data semakin sering ditemui di universitas serta sekolah pelatihan teknis. Namun demikian, permintaan bisnis tampaknya masih jauh dari harapan, terutama bagi lulusan dan karyawan yang menguasai kemampuan analisis prediktif. Berdasarkan hasil survei, kebutuhan akan spesialis seperti ini amat vital di kota besar di Tiongkok, serta Mumbai, Roma, dan Amsterdam.

Gambar 6: Keterampilan digital yang diburuKeterampilan digital yang paling diperlukan organisasi (% responden)

“UX – antarmuka pengguna – adalah kategori keterampilan yang semakin penting. Pikirkan betapa pemesanan satu klik telah mendorong pertumbuhan Amazon dan perusahaan online lainnya.”

- Adam Simon, direktur pengelola global, Retail Business Development, CONTEXT

30%

24%

20%19%

17%16%

15%14%

10% 10%

8%

7%

5%

Kecerdasan buatan

Pengodean/pemrogram

an umum

Basis data dalam

mem

ori

Pengalaman pelanggan/pengguna

Media sosial

Kom

putasi cloud

Teknologi seluler

Keteram

pilan Internet of Things

Penawaran layanan produk

Manajem

en perubahan bisnis

Jaringan bisnis

Analisis data besar

Keam

anan digital

18 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 21: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

“Orang tua di Hong Kong masih berharap anak mereka tumbuh menjadi dokter atau pengacara, bukan sebagai spesialis teknologi. Kita perlu mengubah mentalitas ini.”- Nicholas Yang, Sekretaris inovasi dan teknologi, Hong Kong

© The Economist Intelligence Unit, 2017 19

Page 22: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Beberapa dari mereka yang diwawancarai untuk penelitian ini juga menyoroti perlunya pengajaran keterampilan pengodean secara lebih luas di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi setempat. “Pengodean belum pernah muncul dalam agenda pendidikan di Berlin atau tempat lain di Jerman,” tutur Frauke Mispagel, direktur pengelola Axel Springer Plug and Play Accelerator.

Namun demikian, hal yang lebih penting lagi adalah kebutuhan ahli teknologi yang juga dibekali keterampilan analisis dan komunikasi. (Dalam daftar kebutuhan keterampilan utama yang disusun responden survei, kemampuan membangun jaringan berada setelah keamanan dan analisis.) Menurut Pieck, inilah karyawan, “yang juga memahami keinginan pelanggan serta hal yang mendorong bisnis. Akan tetapi, mereka sukar dijumpai di Adelaide – mereka tidak muncul begitu saja.”

Mereka juga sulit ditemukan di kota besar seperti Hong Kong, ujar Xania Wong, pendiri dan kepala eksekutif JOBDOH, platform perekrutan online. “Programmer yang baik tidak hanya mengetahui cara mengatasi hal secara teknis. Anda perlu memikirkan cara memecahkan masalah, cara merancang keseluruhan program, dan yang

terpenting, melihat adanya ruang untuk perbaikan dalam kuantitas maupun kualitas di Hong Kong. Sistem pendidikan kita secara historis tidak dirancang untuk melatih siswa berpikir demikian.”

Fondasi untuk menjamin adanya sistem pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan keterampilan perusahaan adalah pemahaman yang baik akan kebutuhan mereka. Sebagian besar peserta wawancara kami meyakini tingkat konsultasi yang baik antara bisnis, otoritas pendidikan setempat, dan sekolah terjadi di kota mereka. Hampir seluruh responden survei setuju: 53% mengonfirmasi konsultasi tersebut terjadi antara perusahaan mereka dan lembaga pendidikan setempat.

Namun demikian, hal ini tidak terjadi di semua tempat. Misalnya, 60% eksekutif yang disurvei di Yokohama mengungkapkan ketiadaan konsultasi seperti itu dengan otoritas kota (hanya 20% yang mengiyakan). Sementara itu, 58% responden menyatakan tidak terjalin interaksi antara pelaku bisnis dan lembaga pendidikan setempat. Jumlah ini hampir sama tingginya dengan Osaka. Bahkan di Seoul, Madrid, Birmingham, dan Brisbane, lebih dari 40% eksekutif menyayangkan ketiadaan diskusi tersebut.

Sebagian besar peserta wawancara kami meyakini tingkat konsultasi yang baik antara bisnis, otoritas pendidikan setempat, dan sekolah terjadi di kota mereka.

20 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 23: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Pengembangan keterampilan ala Singapura

Pemerintah Singapura menyandang reputasi untuk selalu mengatasi masalah dalam ranah pengembangan teknologi, begitu juga dengan pendidikan. Rencana strategi dan peta rencana jangka panjang menjadi alat bantu pilihan demi meraih tujuan yang diinginkan dalam kedua bidang tersebut, tak terkecuali keterampilan digital. Chan Meng Khoong, direktur Institute of Systems Science di National University of Singapore, mengutarakan sejarah pemikiran keterampilan digital negara kota ini, dengan kilas balik peluncuran Kerangka Keterampilan Nasional pada 2008. Menurut Khoong, kerangka yang mencakup lebih dari 20 sektor itu dianggap sebagai bagian upaya jangka panjang untuk memisahkan ekonomi dari ketergantungan sebelumnya terhadap pengetahuan dan talenta yang diimpor pada bidang tertentu, termasuk TIK.

Sarana utama untuk meraih keterampilan teknologi tersebut

adalah “Kerangka Kompetensi Infokomunikasi Nasional (National Infocomm Competency Framework - NICF)”. Kerangka tersebut merupakan peta rencana demi membantu perusahaan dan pendidik menentukan keterampilan teknologi khusus yang diperlukan bagi 300 peran pekerjaan (dalam berbagai sektor) serta mengembangkan program pelatihan yang sesuai untuk mengajari mereka. Khoong menuturkan bahwa NICF akan diperbarui pada 2017 dan akan memberikan penekanan khusus pada analisis data besar, keamanan dunia maya, serta kecerdasan buatan.

Kerangka terbaru tersebut juga akan menyertakan fokus pada “pemikiran desain”, yang diyakini Khoong sangat berkaitan dengan transformasi digital. Pemikiran desain yang secara bebas didefinisikan sebagai pendekatan penyelesaian masalah yang berfokus pada pelanggan ini menekankan penggunaan imajinasi, intuisi, dan

penalaran dalam menjawab tantangan. Pemikiran ini salah satunya bertujuan untuk membekali karyawan dalam peran teknologi dengan jenis keterampilan analisis, komunikasi, dan hubungan pelanggan, yang menurut sejumlah eksekutif yang diwawancarai dalam penelitian ini, tidak banyak dimiliki tenaga kerja mereka.

NICF merupakan contoh utama pendekatan atas bawah yang kondang diterapkan dalam pengembangan Singapura. Akan tetapi, Khoong menekankan bahwa lembaga bisnis dan pendidikan seperti miliknya telah banyak menerima konsultasi dari pemerintah mengenai topik tersebut dan telah terlibat dalam penyusunan sejumlah spesifikasi pekerjaan serta keterampilan. Upaya yang dilakukan untuk bisnis setempat seperti ini mungkin baru membuahkan hasil setelah bertahun-tahun, tetapi perencanaan jangka panjang memang memerlukan ramuan penting, yaitu kesabaran.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 21

Page 24: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Pemerintah sebenarnya memiliki “tambang emas” data. McKinsey, sebuah biro konsultan, telah memperkirakan data terbuka yang disediakan oleh berbagai tingkat pemerintah dapat menghasilkan lebih dari US$3 triliun nilai ekonomi tambahan per tahun dalam berbagai sektor, seperti pendidikan, transportasi, produk konsumen, listrik, minyak bumi dan gas, perawatan kesehatan, serta keuangan konsumen5. Zac Bookman mengungkapkan bahwa di AS maupun negara lain, semua tingkat pemerintah “bertindak aktif dalam melakukan pengarsipan data operasional internal mereka yang melimpah dan memublikasikannya untuk konsumsi publik. Alasan utama di balik kegiatan tersebut adalah untuk memacu inovasi sektor swasta.”

Inovasi tersebut kerap berwujud aplikasi yang menyediakan informasi atau layanan online berdasarkan data yang disediakan pemerintah setempat. Perusahaan start-up di berbagai kota yang kami teliti memusatkan seluruh model bisnis mereka pada penggunaan data tersebut. Sebagai contoh, BuildZoom, platform online di San Francisco yang mempertemukan pemilik rumah yang ingin merombak ulang hunian mereka dengan kontraktor setempat. Platform tersebut mengarsipkan data perizinan

dan izin pembangunan yang disediakan pemerintah kota serta pemerintah masyarakat setempat di seluruh AS. Contoh lainnya adalah Purple Binder, usaha bersama yang digagas ilmuwan data asal Chicago, yang berawal dari aplikasi yang mendata semua layanan sosial di kota tersebut. Kini, aplikasi ini menyediakan layanan analisis tentang pasien yang mereka rujuk ke layanan sosial untuk berbagai rumah sakit dan klinik kesehatan.

Perusahaan besar juga menggunakan data tersebut untuk memberikan layanan kepada pelanggan setia mereka. Contohnya Arup, penyedia layanan rekayasa dan konstruksi yang bermarkas di London. Mereka menyusun layanan penilaian risiko secara online bagi klien dengan memanfaatkan data publik yang tersedia mengenai bahaya lingkungan.

Lebih dari delapan dari 10 responden survei (83%) mengatakan perusahaan mereka terkadang menggunakan data terbuka milik pemerintah yang disediakan oleh berbagai lembaga kota; 35% mengatakan mereka melakukannya secara berkala, dan 20% mengatakan mereka sering menggunakannya. (Gambar 7) Lebih dari dua per tiga (69%) responden menyebutkan pentingnya jenis data ini bagi bisnis mereka, dan 30% menganggapnya “sangat penting”.

5 McKinsey Global Institute, Data terbuka: Mengalirkan inovasi dan kinerja dengan derasnya arus informasi, Oktober 2013.

Dividen data

Gambar 7: Keterbukaan terhadap penggunaan data terbuka pemerintahPenggunaan data terbuka pemerintah oleh organisasi (% responden)

Sering

20%

Berkala

35%

Kadang-kadang

28%

Tidak pernah

11%

22 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 25: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

“Kini, data menjadi mata uang. Pemegang data serta cara penggunaannya dapat menentukan keseimbangan kekuatan. Pemerintah yang memahami data yang mereka miliki dan menyusun, menyederhanakan, serta menyerahkannya ke tangan bisnis setempat dapat menghasilkan nilai ekonomis yang cukup signifikan.”- Zac Bookman, Opengov

© The Economist Intelligence Unit, 2017 23

Page 26: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Meningkatkan permainan merekaHasil survei menunjukkan banyaknya penggunaan data terbuka oleh perusahaan di berbagai kota di Asia. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku di Hong Kong, dengan hanya 10% eksekutif yang menyatakan bahwa perusahaan mereka sering menggunakan data terbuka. (Dibandingkan dengan 37% di New York dan 25% di San Francisco.) Reed, pendiri EFA, menekankan bahwa penggunaan data terbuka di Hongkong masih jauh dari rata-rata pengunaan global. Reed mengungkapkan pemerintah telah menyediakan sejumlah informasi secara online, tetapi cara penyajiannya masih sangat sederhana, seperti memublikasikan dokumen yang dapat ditelusuri. “Langkah selanjutnya belum banyak dipikirkan, seperti menyediakan data melalui API [application programming interface].”

Para eksekutif tentu meyakini pemerintah mereka dapat berbuat lebih banyak untuk menyebarkan data dalam jumlah besar yang mereka miliki kepada pelaku bisnis setempat. Sebagian besar peserta survei (54%) menyatakan kota mereka tidak memaksimalkan penggunaan data yang dikumpulkan. Angka tersebut menunjukkan persentase tertinggi di antara para eksekutif dari berbagai kota di Asia dan hanya sedikit berada di bawah Australia. (Gambar 8)

Menurut Nicholas Yang, sekretaris inovasi dan teknologi Hong Kong, pemerintah wilayah tengah mempersiapkan perilisan ribuan kumpulan data melalui API, dan proses ini akan dipercepat pada tahun berikutnya. Namun demikian, dia mengakui Hong Kong mengawalinya dengan lamban, dan menyarankan pemerintah lain yang ingin mengikuti jejaknya untuk menentukan nilai ekonomis data mereka terlebih dahulu. Dia berujar mengenai besarnya jumlah investasi yang diperlukan guna mengonversi dan menciptakan platform untuk berbagi tidaklah sedikit. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman akan fungsi platform yang digunakan agar dapat memproyeksikan laba berdasarkan investasi untuk inisiatif data terbuka yang akan dilakukan.

Gambar 8: Pemerintah perlu memanfaatkan data dengan lebih baikPemerintah kota yang tidak memaksimalkan penggunaan data (% responden)

54% responden berpendapat kota mereka tidak memaksimalkan penggunaan data yang telah dihimpun.

57%

51%

56%

Australia

Eropa

Asia

Amerika Serikat

50%

24 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 27: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Menurut pandangan sejumlah pakar yang kami wawancarai, kota metropolitan utama di dunia dapat belajar secara langsung dari kota lain mengenai cara menyajikan data terbuka agar mudah digunakan. Federica Bordelot, penasihat kebijakan Eurocities, jejaring berbagai kota besar di Eropa, menunjuk program yang berhasil di Bristol, Firenze, Ghent, dan Eindhoven sebagai percontohan penggunaan data terbuka yang berpandangan jauh ke depan di Eropa. Meskipun Bookman berujar bahwa pemerintah berbagai kota terbesar di AS menyediakan data publik yang cukup besar bagi warga maupun pelaku bisnisnya, tetapi mereka tidak menyusunnya dengan sistematis dan fungsional. “Apabila Anda ingin melihat data terbuka ‘generasi masa depan’, pergilah ke Boston,” tukasnya.

Sebagaimana ditunjukkan di atas, nilai utama data pemerintah bagi pelaku bisnis terletak pada caranya dalam meningkatkan kegunaan data bagi penyediaan layanan baru ataupun yang lebih baik kepada pelanggan. Hal ini tercermin dengan jelas dalam survei tersebut saat responden menunjuk peluang bisnis baru sebagai manfaat utama yang mereka dapatkan dari penggunaan data yang disediakan pemerintah kota. (Gambar 9) Perusahaan juga menggali berbagai jenis kategori data. Penelitian yang dilakukan pada 2015 oleh Open Data Institute yang berlokasi di London menunjukkan bahwa bisnis di Inggris menjadi pengguna data geospasial dan pemetaan terbesar, yang biasanya mendukung aplikasi serta layanan berbasis lokasi. Data publik mengenai transportasi, kondisi lingkungan, dan demografi penduduk juga digunakan secara luas oleh perusahaan Inggris6.

6 Open Data Institute,“Data terbuka berarti bisnis: Inovasi di seluruh sektor dan wilayah Inggris Raya”, 2015.

Gambar 9: Data terbuka yang menjadi gerbang peluang bisnisManfaat penggunaan data terbuka pemerintah (% responden)

37%

32%

22%

18%

30%

Kemudahan akses terhadap informasi dan data pemerintah

Peluang bisnis baru

Kemampuan untuk meningkatkan keefektifan

organisasi

Peningkatan persepsi atas kota

Peningkatan kinerja pemerintah, mis. pemerintah

kota yang lebih terbuka

© The Economist Intelligence Unit, 2017 25

Page 28: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Uni Eropa (UE) menobatkan dirinya sebagai pemimpin dunia dalam memastikan keamanan hak warga negara terkait privasi data. Reputasi tersebut diperkuat dengan diberlakukannya Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) di 28 negara anggotanya (termasuk, untuk saat ini, Inggris) pada Mei 2018. GDPR merupakan perombakan besar dari hukum perlindungan data UE 1998 dan memiliki implikasi yang signifikan terhadap berbagai kegiatan di tingkat pemerintahan, serta pelaku bisnis, dalam menangani data yang mereka dapatkan dari penduduk.

“Ini merupakan mimpi buruk bagi kota yang telah bekerja keras menyusun data mereka dan mencoba membangun pangsa pasarnya,” ucap Daria Batukhtina dari Startup4City. “Dengan GDPR, mereka sekarang harus memikirkan banyak hal, misalnya mengenai cara untuk mendapatkan persetujuan atas layanan dengan pengguna (SLA) melalui aset data real time. Mereka harus memutar otak mengenai cara agar data dapat digunakan kembali, beserta para pihak yang berhak menggunakannya kembali.”

Aturan baru tersebut juga mewajibkan lembaga pemerintah untuk menyediakan informasi yang lebih terperinci kepada warga sesuai permintaan, tidak seperti kasus yang berlaku saat ini. Hal ini mencakup tujuan pemrosesan data, kategori data yang diproses, penerima, periode penyimpanan, dan sumber data asli. Pemerintah juga wajib mengaudit data warga negara yang mereka miliki, mengembangkan strategi perlindungan data, serta melaksanakan pelatihan

staf mengenai penggunaan data. Sanksi pelanggarannya sangat berat: Komisi Eropa dapat menjatuhkan denda hingga €20 juta pada organisasi yang melanggar peraturan ini.

Beban yang dikenakan kepada pemerintah (serta bisnis) yang menggunakan data terbuka juga bertambah. Akan tetapi, GDPR membuktikan adanya keuntungan dengan penggunaan alur data terbuka yang mendorong seluruh pemerintah di Eropa untuk serius memikirkan tentang nilai data yang mereka miliki.

GDPR di Eropa: Madu atau racun?

“GDPR merupakan mimpi buruk bagi kota yang telah bekerja keras menyusun data mereka dan mencoba membangun pangsa pasarnya.

- Daria Batukhtina, rekan pendiri, Startup4City

26 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 29: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

© The Economist Intelligence Unit, 2017 27

Page 30: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Dalam riset yang dilakukan EIU pada 2015 mengenai kemitraan di era digital, terdapat pandangan kuat yang disuarakan para pemimpin bisnis bahwa perusahaan harus menjadi bagian jejaring guna memanfaatkan tren teknologi7. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan transformasi digital, perusahaan tidak mampu berjalan sendiri.

Dapat dipastikan perusahaan akan beralih ke arah kemitraan dan perserikatan yang bersifat tradisional atau dengan metode usaha bersama guna menjawab peluang serta tantangan digital. Akan tetapi, pada dekade terakhir, telah terbentuk ekosistem yang besar di berbagai kota yang terdiri atas jejaring, komunitas, forum formal maupun informal, dan struktur dukungan lain yang memiliki misi ganda: membantu peserta menjawab tantangan digital mereka, dan membagikan gagasan serta saran untuk meningkatkan inovasi digital.

Komponen ekosistem kota umumnya terdiri atas akselerator dan inkubator teknologi, kelompok pertemuan, asosiasi bisnis, laboratorium inovasi milik universitas ataupun yang disponsori perusahaan, komunitas online, dan badan pemerintah. (Gambar 10) Dalam banyak kasus, acara dan program yang disponsori, serta bantuan yang ditawarkan, umumnya siap diakses perusahaan dan (tidak termasuk bantuan investasi dan finansial) mengharuskan adanya sejumlah komitmen tegas.

Ekosistem inovasi

7 Perusahaan yang terhubung: Kemitraan strategis di era digital (Laporan Telstra yang disusun oleh The Economist Intelligence Unit), 2015.

28 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 31: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

31%

25%

22%

17%

17%

16%

14%

14%

13%

9%

8%

Asosiasi dan acara bisnis

Lab dan pusat inovasi

Program dan acara pemerintah

Jejaring dan acara universitas

Konferensi industri

Konferensi bisnis umum

Inkubator/akselerator

Komunitas dan jejaring informal

Pekan retas

Komunitas online

Tidak tahu

Gambar 10: Pentingnya keterlibatan langsungKelompok dan kegiatan yang membantu organisasi memenuhi tujuan transformasi digital mereka

© The Economist Intelligence Unit, 2017 29

Page 32: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Area bersinyalLondon, San Francisco, dan New York dikenal karena keragaman serta kekayaan ekosistem inovasi mereka. Hal ini dikarenakan adanya sejumlah besar perusahaan Modal Ventura (VC) dan sumber pendanaan lainnya. Sebagai contoh, penopang utama London dalam perannya sebagai pusat teknologi finansial unggulan adalah komunitas Shoreditch yang dinamis dan dipenuhi dengan wiraswasta, akselerator, serta sekelumit jejaring informal yang bertumbuh di sekitarnya, serta Kota London sendiri sebagai sumber pendanaan yang royal.

Beberapa tempat mengandalkan keuntungan ini, namun jejaring dan struktur dukungan serupa juga mulai bertumbuh di banyak kota besar selama beberapa tahun terakhir. Xania Wong megungkapkan bahwa hal serupa terjadi di Hong Kong, ketika struktur bisnis dirombak total sejak ia meluncurkan perusahaan start-up pertamanya 2008 silam. “Sistem dukungan dulunya nyaris tidak tersedia. Namun, tiga tahun terakhir, kita menyaksikan geliat pertumbuhan yang signifikan, termasuk munculnya akselerator dan struktur dukungan lainnya,” jelas Xania. Sean Lee sependapat saat melihat Seoul. “Tujuh tahun lalu, hanya terdapat satu akselerator. Saat ini, jumlah tersebut meroket menjadi 40 atau 50 akselerator.” Greg Sutherland, Direktur inovasi Australia Post, mengungkapkan bahwa inovasi digital di Melbourne sebelumnya bertumpu pada kesuksesan beberapa perusahaan start up dan juga korporasi besar. Sekarang, menurutnya, banyak inovasi digital diprakarsai oleh akselerator di kota tersebut.

Dalam survei kami, perusahaan dengan berbagai skala mulai aktif menggunakan

jejaring dan struktur tersebut untuk menjawab tantangan digital mereka. Di kebanyakan kota, banyak perusahaan berpaling ke asosiasi dan acara bisnis untuk kebutuhan ini, namun lab dan pusat inovasi masih menjadi sumber gagasan atau saran pilihan. (Gambar 11) Lebih dari 40% responden di Guangzhou, Shanghai, Shenzhen, dan Singapura, misalnya, berpendapat bahwa lab semacam ini sangat bermanfaat. Sekitar lima dari 10 responden di Singapura serta Taipei merasakan manfaat yang sama dari program dan acara pemerintah. Jejaring universitas adalah sumber dukungan penting bagi eksekutif bisnis

di Berlin dan San Francisco. Partisipasi dalam hackaton sudah umum dilakukan, khususnya di Oslo, Bengaluru, New York, Seoul, dan Dubai.

Selain untuk mendapatkan saran di bidang teknologi, perusahaan menggunakan jejaring lokal semacam ini untuk menggali gagasan produk dan layanan baru, menjaring data, serta menghimpun referensi calon karyawan baru. Banyak pendiri usaha start-up juga berperan aktif dalam mengidentifikasi calon investor dan sumber pendanaan baru lainnya. (Gambar 11)

Gambar 11: Saran teknologiJenis bantuan dari kelompok dan kegiatan (% responden)

“Jumlah akselerator meroket [di Seoul] dari satu akselerator tujuh tahun silam ke 40 atau 50 akselerator pada saat ini.”

- Sean Lee, Rekan pendiri, Seoul Space

44%

24%

39%

20%

20%

18%

6%

25%

Saran seputar teknologi

Gagasan produk atau layanan baru

Referensi sumber data

Referensi calon sumber talenta

Referensi sumber pendanaan

Referensi calon mitra bisnis

Referensi calon pelanggan

Referensi calon pemasok

30 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 33: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Bersosialisasi bersama data di Amsterdam

Amsterdam adalah kota yang sering menduduki peringkat atas untuk kategori kota pintar di Eropa dan mancanegara. Salah satu alasannya adalah implementasi dari inisiatif data terbuka yang mendorong perkembangan layanan berorientasi mobilitas di kota tersebut (misalnya, aplikasi rute bersepeda dan parkir mobil berbasis informasi waktu nyata), yang mengurangi konsumsi energi atau pun menggalakkan daur ulang. Ujung tombak inisiatif ini adalah Amsterdam Smart City (ASC), kemitraan sektor swasta-publik yang terbentuk pada tahun 2009 antara pemerintah kota, Dewan Ekonomi Amsterdam, perusahaan telekomunikasi (KPN), dan operator pembangkit daya (Alliander), serta sejumlah pihak lainnya. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah portal digital (data.amsterdam.nl) yang memudahkan pengembang dan perusahaan mengakses data kota dalam waktu nyata.

Saat ini, pemerintah telah berusaha memperluas interaksi data mereka dengan komunitas lebih dari sekadar program aplikasi antarmuka (API). Pada Agustus 2016, ASC meluncurkan DataLab Amsterdam, yang menurut Willem Koeman selaku perantara bisnis konektivitas digital di Dewan Ekonomi Amsterdam, adalah ruang fisik dan online “tempat spesialis data yang bekerja dengan kota, perusahaan lokal, universitas, dan lembaga riset dapat duduk bersama dan bekerja dengan data, serta bertatap muka dan membahas topik khusus seputar data. Ini adalah potret forum abad ke-21 yang mengakomodasi semua orang untuk bebas berdiskusi tentang data terbuka dan kegunaannya.”

DataLab mengadakan pertemuan mingguan atau dua mingguan, termasuk “Demo Thursdays” tempat ASC dan pakar lainnya menyediakan panduan

seputar bidang teknis tertentu, seperti autentikasi atau peluncuran aplikasi. Diskusi panel juga diselenggarakan untuk topik yang lebih rumit; salah satunya digelar pada Juni 2017 yang berfokus pada privasi data, persoalan urgensi bagi warga, pemerintahan, dan bisnis di Eropa sembari menyongsong pemberlakuan Regulasi Perlindungan Data UE (lihat “GDPR di Eropa: Madu atau racun?”).

© The Economist Intelligence Unit, 2017 31

Page 34: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Digitisasi pembiayaanTidak heran jika bisnis bergantung pada bank untuk membiayai inisiatif transformasi mereka, baik melalui pinjaman atau sarana lainnya. Namun, komponen penting ekosistem inovasi lokal lainnya adalah sumber dana yang tepat. Hampir sepertiga bisnis yang disurvei menyatakan bahwa mereka mengikuti program pemerintah untuk kebutuhan ini selama tiga tahun terakhir. (Gambar 12) Dalam beberapa hal, dana disediakan dalam bentuk anggaran negara bagian atau nasional. Sebagai contoh, di Brisbane, Andy Graham dari RSM Australia menemukan bahwa baru-baru ini pemerintah Queensland menggelontorkan beberapa juta dolar dalam bentuk hibah digital untuk membantu bisnis kecil mengembangkan kapabilitas digital mereka. Menariknya, survei ini menunjukkan perusahaan

berskala besar dan menengah lebih aktif menggunakan jenis dukungan finansial pemerintah yang berbeda daripada usaha kecil.

Sekitar tiga dari 10 responden mendanai program digital mereka dengan menjual ekuitas usaha untuk mendapatkan pendanaan VC atau kelas investor lainnya. Kurang lebih seperlimanya menggunakan dukungan finansial inkubator atau akselerator. Sumber investasi informal (misalnya keluarga, teman, komunitas, atau pemasok) adalah pilihan sarana pembiayaan program digital lain yang digunakan oleh lebih dari seperlima perusahaan dalam survei. (Gambar 12) Tidaklah mengejutkan jika kanal ini tidak hanya populer di kota-kota Asia, terutama di India dan Asia Tenggara, tetapi juga di kota negara Barat seperti Chicago dan New York.

32% bisnis yang disurvei telah mengikuti program pemerintah selama tiga tahun terakhir.

37%

32%

28%

21%

19%

12%

8%7%

Tidak ada

Hibah sektor sw

asta lainnya

Urun dana

Inkubator/akselerator

Sum

ber investasi informal

Investor, misalnya ekuitas sw

asta dan modal ventura

Program

pemerintah

Bank atau lem

baga ­nansial lainnya

Gambar 12: Sumber pembiayaan tradisionalJenis dukungan finansial yang digunakan perusahaan untuk menjalankan transformasi digital (% responden)

32 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 35: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Tech hub India

Tingginya antusiasme para eksekutif bisnis di area Bengaluru, Mumbai, dan New Delhi terhadap lingkungan digital setempat mereka bukanlah hal yang mengherankan bagi Alpesh Shah dari BCG India. (lihat “Jarum Barometer Kota Digital”). Ia menjelaskan bahwa antusiasme dikarenakan lembaga pendidikan kota tersebut konsisten menelurkan sejumlah besar lulusan teknologi yang bermutu. Tiga kota tersebut juga membanggakan banyaknya jejaring, forum, dan komunitas, baik formal maupun informal, yang mengakomodasi wirausaha digital, manajer teknologi, serta peminat lainnya untuk bertukar pikiran hampir setiap hari. Menurut satu penelitian terbaru, terdapat lebih dari 140 inkubator dan akselerator di seluruh India. Angka ini tertinggi di dunia setelah Tiongkok dan AS; 40% dari jumlah ini terkonsentrasi di Bengaluru, Mumbai, dan New Delhi8.

Shah memendam harapan besar bagi lingkungan kewirausahaan digital Bengaluru. Ini “hampir seperti Silicon Valley”-nya Asia, ungkapnya. Korporasi besar adalah pemain gelandang di lapangan ekosistem lokal: Setali tiga uang dengan geliat raksasa teknologi sekelas Amazon, Google, Microsoft, SAP, Qualcomm, dan Cisco di Silicon Valley, perusahaan multinasional India, seperti Tata Group dan Mahindra & Mahindra, juga mengoperasikan dan mensponsori akselerator di negara tersebut. Menurut Shah, pertumbuhan struktur dan keterlibatan perusahaan multinasional, serta keberadaan firma VC dan bank investasi, mendukung Bengaluru untuk menjadi magnet yang menarik talenta-talenta teknologi terbaik di India.

Shah melihat bahwa tingginya antusiasme untuk penetrasi digital di ketiga kota tersebut dimotori oleh semangat wirausaha para pelaku bisnis, dan bukan pemerintah setempat. “Pemerintah tidak melakukan apa pun untuk membantu mewujudkan transformasi digital. Langkah terbaik yang dapat diambil pemerintah adalah tidak terlibat sama sekali.”

8 “India now ranks third globally in number of incubators, accelerators: Report”, VC Circle, 6 Mei 2017.

“Pemerintah [di India] tidak melakukan apa pun untuk membantu mewujudkan transformasi digital. Langkah terbaik yang dapat diambil pemerintah adalah tidak terlibat sama sekali.”

- Alpesh Shah, mitra senior dan direktur, Boston Consulting Group India

© The Economist Intelligence Unit, 2017 33

Page 36: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Tidak ada komponen dari lingkungan digital di suatu kota yang lebih penting daripada infrastruktur TIK. Usaha teknologi start-up maupun berskala besar juga bergantung pada jaringan nirkabel permanen yang cepat, andal, serta aman untuk mengoptimalkan kehadiran online serta mendukung hampir semua operasi digital mereka. Beberapa tahun terakhir, definisi infrastruktur ini telah meluas dan menjangkau tidak hanya teknologi fiber, seluler 4G, dan WiFi, tapi juga IoT (Internet of Things)–yang digunakan oleh perusahaan dan pemerintah untuk menghasilkan lebih banyak data– serta cloud– yang menyediakan sarana penyimpanan dan daya komputasi pengolahan data.

Di perkotaan negara Barat dan kota maju di Asia Pasifik, bisnis mulai bergantung pada jaringan berkinerja tinggi sebagai utilitas. Namun, tidak semua kota dan tempat mendapatkan kualitas jaringan berkinerja tinggi. Inilah alasan Alpesh Shah meyakini bahwa beberapa inisiatif TIK lokal yang dilakukan di kota-kota negara berkembang dapat mengubah perilaku digital perusahaan secara umum. Ia juga mencermati bahwa, seperti halnya di Afrika Selatan, saat jaringan WiFi melakukan ekspansi besar-besaran di sejumlah kota, perusahaan terdorong untuk memperbaiki kehadiran online mereka dan mulai menjaring serta menganalisis data pelanggan.

Tanpa mengabaikan harapan yang tinggi, atau barangkali karena harapan yang tinggi, eksekutif dalam survei terkesan kritis terhadap upaya kota mereka menyediakan infrastruktur TIK yang memenuhi kebutuhan transformasi digital perusahaan. Hanya 15% responden yang meyakini kota mereka telah berupaya secara efektif, sementara hampir separuh (48%) menyatakan bahwa upaya tersebut belum efektif. (Gambar 13) Gambar di bawah menunjukkan persentase sebesar 80% di Bengaluru dan 74% di Jakarta, namun juga melebihi 60% responden di New York, San Francisco, dan Singapura.

Infrastruktur TIK yang kurang memadai dapat menjadi sandungan besar bagi kelangsungan inisiatif digital perusahaan. Hingga 15% responden dalam sampel menyebutnya sebagai tantangan transformasi terbesar, dan angka tersebut melejit di perkotaan Asia seperti Bangkok (27%), Kuala Lumpur (26%), dan Beijing (25%), serta pusat bisnis Eropa seperti Barcelona (24%) dan Amsterdam (22%). Menurut Willem Koeman, eksekutif di Barcelona maupun Amsterdam menganggap infrastruktur TIK yang ada sudah mumpuni dan mereka lebih khawatir dengan lambannya perilisan jaringan fiber.

Kecepatan dan keamanan

34 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 37: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

31%

25%

22%

17% 17%16%

14% 14%13%

9%8%

Umumnya efektif

Umumnya tidak efektif

Cukup efektif

Sangat efektif

Sama sekali tidak

efektif

AustraliaAsiaEropaAmerika Serikat

Gambar 13: Pilar penopang kotaKeefektifan infrastruktur TIK kota untuk mendukung tujuan digital Anda (% responden)

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

31%

25%

22%

17% 17%16%

14% 14%13%

9%8%

Umumnya efektif

Umumnya tidak efektif

Cukup efektif

Sangat efektif

Sama sekali tidak

efektif

AustraliaAsiaEropaAmerika Serikat

Hingga 15% responden global menyebutkan kekurangan infrastruktur TIK sebagai tantangan terberat transformasi digital mereka.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 35

Page 38: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

58%

47%

42%

28%

Penyediaan nasihat dan praktik terbaik seputar keamanan dunia maya

Undangan pertemuan dengan pakar keamanan dunia maya

Permintaan(-permintaan) untuk mengemukakan informasi

serangan dunia maya

Peringatan potensi ancaman

Gambar 14: Membentengi lingkungan digitalInteraksi pelaku bisnis dan pemerintah yang melibatkan keamanan dunia maya (% responden)

Tantangan dunia mayaMomok sesungguhnya bagi para eksekutif adalah keamanan dunia maya, dibandingkan dukungan infrastruktur setempat. Fakta ini tak mengejutkan, mengingat beberapa tahun terakhir frekuensi laporan serangan virus, worm, malware, dan phishing yang dilancarkan peretas demi membobol firewall perusahaan serta menimbulkan kerugian kian melonjak. Serangan besar “ransomware” — saat perangkat lunak berbahaya terpasang di suatu perangkat dan kemudian memblokir akses data dari pengguna, kian menjadi sorotan pelaku bisnis atas bahaya di balik kerapuhan keamanan dunia maya. Peluncuran inisiatif kota pintar yang meliputi penyebaran sensor jaringan IoT pun memicu risiko baru. Alasannya? Tidak adanya kesepakatan untuk standar keamanan yang kuat di industri teknologi.

Saat ini, pemerintah di wilayah kota secara proaktif telah menggalakkan keamanan dunia maya dengan berperan

sebagai fasilitator praktik terbaik. Sebagian besar eksekutif dalam survei (63%) mengungkapkan bahwa setidaknya dalam dua tahun terakhir, otoritas kota pernah berkonsultasi dengan mereka terkait isu keamanan dunia maya. Biasanya, mereka memberikan masukan dan mendorong terwujudnya praktik terbaik dalam organisasi. Otoritas setempat pun kerap menyelenggarakan pertemuan dengan menggandeng eksekutif perusahaan beserta pakar keamanan dunia maya. Intervensi lebih gencar– seperti peringatan pemerintah kota tentang ancaman dunia maya dalam waktu dekat– lebih jarang terjadi. (Gambar 14) Tentunya, hal ini tidak serta-merta menjadikan pelaku bisnis kehilangan arah. Berbagai negara seperti Australia, Inggris, dan AS meletakkan badan atau satuan kerja kejahatan dunia maya nasional di garda depan guna mengoordinasikan inisiatif keamanan dunia maya dengan sektor swasta.

36 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 39: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Kebangkitan CTO kota

Cakapnya kepemimpinan pada tingkat kota adalah kunci pembangunan lingkungan transformasi digital yang kuat, ujar Daria Batukhtina. Batukhtina mencontohkan pesatnya kemajuan digital di kota Amsterdam dalam beberapa tahun terakhir. Prestasi tersebut sebagian disumbangkan oleh program kota pintar yang disambut hangat oleh masyarakat (lihat “Bersosialisasi bersama data di Amsterdam”). Program tersebut dipimpin oleh Direktur Teknologi (CTO) kota yang dibentuk pada tahun 2014. Keberhasilan Amsterdam mungkin dapat menjadi pemicu bagi kota lain

untuk melakukan hal yang sama. New York, Seattle, dan Boston menghadirkan peran CTO pada tahun yang sama, disusul oleh London pada 2016. Dalam kebanyakan kasus, CTO bekerja sama dengan Direktur informasi (CIO) kota.

Deskripsi peran ini memang berlainan di setiap kota. Biasanya, CIO menangani pengelolaan informasi internal administrasi beserta sistem digital lainnya, sementara CTO mengurus infrastruktur teknologi yang mendukung operasi pemerintah sembari memantau dan memberikan masukan seputar jaringan yang digunakan pelaku bisnis.

Di beberapa kota, termasuk Amsterdam, CTO menggagas prakarsa IoT yang meliputi infrastruktur transportasi, utilitas, dan fasilitas umum lainnya.

Tanggung jawab digital juga tengah dimarakkan oleh berbagai kota lain di dunia. Direktur Digital (CDO) kini semakin banyak dijumpai di berbagai kota, contohnya New York, San Francisco, Chicago, London, Brisbane, dan Canberra. Tugas mereka: mengawasi transformasi digital di wilayah perkotaan.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 37

Page 40: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Kesimpulan: Faktor tak tampak

38 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 41: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Salah satunya yang disebut Chan Meng Khoong sebagai “konektivitas global”. Inilah jalinan yang dibangun kota beserta lembaganya selama beberapa dekade dengan belahan dunia lain yang dianggap sebagai pusat bisnis atau teknologi. Pusat perdagangan historis seperti Singapura, Hong Kong, New York, dan London meraup manfaat dari konektivitas tersebut. Keuntungan unik Singapura pun tak lepas dari letak geografisnya, tutur Khoong. Namun, hal yang lebih penting ialah “dari hubungan yang terjalin selama ini melalui jaringan transportasi, Internet, dan hubungan dagang yang langgeng dengan seluruh dunia. Bahkan beberapa pusat inovasi lain, seperti Silicon Valley, harus sedikit berjuang memahami konektivitas global ini”. Namun demikian, Sillicon Valley dan kawasan San Francisco Bay pada umumnya diuntungkan oleh jenis konektivitas global lain, yang dinikmati universitas di sini dengan pelaku bisnis dan universitas di pusat lainnya.

Kualitas tak tampak selanjutnya – ialah kelayakan hidup, yang berkontribusi terhadap kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat. Talenta yang dibutuhkan sebagai motor perusahaan di kota demi memajukan upaya transformasi digital mereka kerap berpindah-pindah– pekerja terampil tidak hanya berpuas diri dengan karier yang menanjak, namun juga mendambakan lokasi hunian yang nyaman serta menarik. EIU memperhitungkan faktor seperti iklim, kebiasaan budaya, olahraga, kesehatan masyarakat, pendidikan, dan infastruktur sipil (di antara berbagai faktor lainnya)

guna mendefinisikan kelayakan hidup sebuah kota. Dengan ukuran tersebut, Melbourne ditahbiskan sebagai kota ternyaman di dunia untuk dihuni9. Dari 45 kota dalam survei ini, Adelaide menduduki peringkat ke-5 dalam Indeks Kelayakan Huni Global.

Terakhir, faktor tak tampak yang harus dipertimbangkan ialah etos, atau semangat kewirausahaan kota. Tak diragukan lagi, kewirausahaan telah tertanam dalam DNA penduduk pusat bisnis seperti San Francisco, New York, dan London, serta menjadi motivasi untuk pertumbuhan ekosistem digital mereka. Shah meyakini etos kerja serupa tengah digalakkan di Bengaluru. Nicholas Yang dan Iain Reed membenarkan kekurangan Hong Kong jika dibandingkan dengan pusat teknologi terdepan lainnya. Namun, mereka meyakini kekuatan wirausaha penduduknya mampu mewujudkan Hong Kong menjadi landasan digital.

Faktor ini ada sebagai pengingat bahwa semaraknya pertumbuhan ekosistem digital yang membantu pelaku bisnis kota mencapai aspirasi digitalnya merupakan proses yang sangat kompleks yang tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan perintah atasan. Tegasnya kepemimpinan pemerintah, sebagaimana tercermin di Amsterdam dan Singapura, dapat mewujudkan berbagai hal. Akan tetapi, luapan energi dan keterampilan warganya tetap berperan penting demi meraih tampuk kepemimpinan digital. Inilah keajaiban inovasi di kota, sebagaimana dalam bisnis.

Terdapat faktor lain di luar penelitian ini yang memengaruhi lingkungan tempat perusahaan mengejar transformasi digital mereka. Faktor tersebut digolongkan sebagai kualitas tak tampak, serta lebih sukar dijelaskan daripada kumpulan talenta, data, atau infrastruktur. Pengaruhnya memang tak sekentara faktor sebelumnya, namun inilah kualitas yang menjadi pertimbangan pelaku digital dan bisnis dalam memilih kota tempat mereka berlabuh.

9 EIU, Laporan Kelayakan Huni Global, 2017.

© The Economist Intelligence Unit, 2017 39

Page 42: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

40 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 43: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Jarum barometer kota digital

Lampiran 1

© The Economist Intelligence Unit, 2017 41

Page 44: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Peringkat Lingkungan keseluruhan Inovasi dan kewirausahaan Lingkungan finansial Karyawan dan keterampilan Pengembangan

teknologi baru Infrastruktur TIK Peringkat

1 Bengaluru 8,25 Bengaluru 8,2 Bengaluru 7,9 Bengaluru 7,9 Bengaluru 7,75 Bengaluru 7,65 1

2 San Francisco 7,71 Mumbai 7,85 New Delhi 7,55 San Francisco 7,57 San Francisco 7,59 Shenzhen 7,59 2

3 Mumbai 7,65 Beijing 7,75 San Francisco 7,48 New Delhi 7,55 Beijing 7,56 Beijing 7,47 3

4 New Delhi 7,59 London 7,53 Beijing 7,47 London 7,53 Shenzhen 7,48 London 7,47 4

5 Beijing 7,56 New Delhi 7,43 New York 7,41 Kopenhagen 7,52 Barcelona 7,45 Amsterdam 7,4 5

6 Manila 7,39 New York 7,35 Mumbai 7,4 Beijing 7,52 New Delhi 7,43 Madrid 7,19 6

7 Shanghai 7,26 San Francisco 7,32 London 7,3 Manila 7,44 Jakarta 7,29 New Delhi 7,15 7

8 Jakarta 7,25 Jakarta 7,29 Manila 7,29 Stockholm 7,38 Manila 7,29 Manila 7,14 8

9 London 7,24 Shanghai 7,26 Jakarta 7,18 New York 7,37 Guangzhou 7,26 Jakarta 7,1 9

10 Madrid 7,08 Manila 7,14 Kopenhagen 7,13 Shenzhen 7,21 Mumbai 7,25 Mumbai 7,1 10

11 New York 7,03 Shenzhen 7,05 Guangzhou 7,09 Chicago 7,14 London 7,24 San Francisco 7,1 11

12 Barcelona 7,02 Kopenhagen 7,05 Chicago 7,01 Jakarta 7,14 Stockholm 7,23 Shanghai 6,92 12

13 Guangzhou 6,93 Dubai 7 Shenzhen 7 Mumbai 7,1 New York 7,08 Singapura 6,89 13

14 Singapura 6,89 Guangzhou 6,93 Shanghai 6,97 Barcelona 7,08 Singapura 7,04 New York 6,87 14

15 Chicago 6,87 Madrid 6,91 Madrid 6,96 Antwerp 6,95 Melbourne 7,03 Guangzhou 6,87 15

16 Kopenhagen 6,82 Bangkok 6,87 Singapura 6,85 Paris 6,85 Madrid 7,02 Barcelona 6,84 16

17 Melbourne 6,81 Marseilles 6,85 Bangkok 6,74 Guangzhou 6,82 Shanghai 7,02 Melbourne 6,74 17

18 Shenzhen 6,73 Milan 6,85 Melbourne 6,72 Singapura 6,81 Dubai 6,78 Stockholm 6,7 18

19 Sydney 6,65 Chicago 6,78 Barcelona 6,72 Melbourne 6,81 Paris 6,74 Dubai 6,7 19

20 Paris 6,63 Melbourne 6,74 Milan 6,63 Shanghai 6,72 Antwerp 6,71 Brussels 6,67 20

21 Oslo 6,63 Singapura 6,74 Sydney 6,6 Amsterdam 6,7 Sydney 6,7 Kopenhagen 6,66 21

22 Johannesburg 6,63 Barcelona 6,66 Frankfurt 6,58 Madrid 6,68 Amsterdam 6,7 Marseilles 6,63 22

23 Dubai 6,63 Johannesburg 6,63 Amsterdam 6,55 Brussels 6,67 Marseilles 6,63 Rotterdam 6,58 23

24 Milan 6,57 Sydney 6,54 Birmingham 6,48 Sydney 6,67 Kopenhagen 6,59 Sydney 6,57 24

25 Brussels 6,49 Amsterdam 6,41 Dubai 6,48 Frankfurt 6,67 Bangkok 6,51 Roma 6,56 25

26 Bangkok 6,47 Brussels 6,4 Brussels 6,4 Perth 6,55 Perth 6,51 Paris 6,51 26

27 Seoul 6,47 Frankfurt 6,33 Johannesburg 6,4 Bangkok 6,51 Frankfurt 6,5 Milan 6,51 27

28 Antwerp 6,46 Stockholm 6,25 Kuala Lumpur 6,36 Rotterdam 6,5 Chicago 6,49 Chicago 6,45 28

29 Amsterdam 6,41 Brisbane 6,23 Rotterdam 6,33 Dubai 6,48 Johannesburg 6,48 Bangkok 6,43 29

30 Marseilles 6,4 Perth 6,22 Stockholm 6,33 Milan 6,46 Oslo 6,4 Berlin 6,42 30

31 Stockholm 6,4 Seoul 6,2 Hong Kong 6,3 Roma 6,44 Milan 6,34 Frankfurt 6,42 31

32 Birmingham 6,25 Rotterdam 6,17 Paris 6,29 Oslo 6,4 Rotterdam 6,33 Perth 6,41 32

33 Perth 6,2 Birmingham 6,1 Brisbane 6,29 Birmingham 6,4 Roma 6,31 Antwerp 6,38 33

34 Brisbane 6,16 Oslo 6,1 Seoul 6,12 Brisbane 6,39 Brussels 6,31 Taipei 6,25 34

35 Roma 6,06 Taipei 6,01 Osaka 6,12 Adelaide 6,27 Berlin 6,25 Oslo 6,25 35

36 Frankfurt 6 Yokohama 6,01 Antwerp 6,06 Berlin 6,25 Adelaide 6,23 Johannesburg 6,25 36

37 Hong Kong 6 Paris 6,01 Perth 6,03 Hong Kong 6,22 Brisbane 6,2 Seoul 6,2 37

38 Osaka 5,95 Adelaide 5,98 Oslo 6,03 Marseilles 6,18 Hong Kong 6,07 Adelaide 6,13 38

39 Kuala Lumpur 5,95 Osaka 5,89 Adelaide 6,02 Johannesburg 6,18 Seoul 6,04 Brisbane 6,13 39

40 Adelaide 5,89 Antwerp 5,82 Roma 5,94 Seoul 6,16 Kuala Lumpur 6,04 Hong Kong 6,11 40

41 Rotterdam 5,83 Kuala Lumpur 5,77 Berlin 5,9 Osaka 5,89 Birmingham 5,95 Kuala Lumpur 6,09 41

42 Taipei 5,82 Roma 5,75 Marseilles 5,88 Taipei 5,86 Osaka 5,78 Birmingham 6,03 42

43 Tokyo 5,69 Hong Kong 5,65 Taipei 5,7 Kuala Lumpur 5,55 Taipei 5,74 Osaka 5,95 43

44 Yokohama 5,61 Tokyo 5,61 Tokyo 5,39 Tokyo 5,16 Yokohama 5,61 Yokohama 5,84 44

45 Berlin 5,27 Berlin 5,33 Yokohama 5,28 Yokohama 5,11 Tokyo 5,42 Tokyo 5,42 45

42 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 45: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Peringkat Lingkungan keseluruhan Inovasi dan kewirausahaan Lingkungan finansial Karyawan dan keterampilan Pengembangan

teknologi baru Infrastruktur TIK Peringkat

1 Bengaluru 8,25 Bengaluru 8,2 Bengaluru 7,9 Bengaluru 7,9 Bengaluru 7,75 Bengaluru 7,65 1

2 San Francisco 7,71 Mumbai 7,85 New Delhi 7,55 San Francisco 7,57 San Francisco 7,59 Shenzhen 7,59 2

3 Mumbai 7,65 Beijing 7,75 San Francisco 7,48 New Delhi 7,55 Beijing 7,56 Beijing 7,47 3

4 New Delhi 7,59 London 7,53 Beijing 7,47 London 7,53 Shenzhen 7,48 London 7,47 4

5 Beijing 7,56 New Delhi 7,43 New York 7,41 Kopenhagen 7,52 Barcelona 7,45 Amsterdam 7,4 5

6 Manila 7,39 New York 7,35 Mumbai 7,4 Beijing 7,52 New Delhi 7,43 Madrid 7,19 6

7 Shanghai 7,26 San Francisco 7,32 London 7,3 Manila 7,44 Jakarta 7,29 New Delhi 7,15 7

8 Jakarta 7,25 Jakarta 7,29 Manila 7,29 Stockholm 7,38 Manila 7,29 Manila 7,14 8

9 London 7,24 Shanghai 7,26 Jakarta 7,18 New York 7,37 Guangzhou 7,26 Jakarta 7,1 9

10 Madrid 7,08 Manila 7,14 Kopenhagen 7,13 Shenzhen 7,21 Mumbai 7,25 Mumbai 7,1 10

11 New York 7,03 Shenzhen 7,05 Guangzhou 7,09 Chicago 7,14 London 7,24 San Francisco 7,1 11

12 Barcelona 7,02 Kopenhagen 7,05 Chicago 7,01 Jakarta 7,14 Stockholm 7,23 Shanghai 6,92 12

13 Guangzhou 6,93 Dubai 7 Shenzhen 7 Mumbai 7,1 New York 7,08 Singapura 6,89 13

14 Singapura 6,89 Guangzhou 6,93 Shanghai 6,97 Barcelona 7,08 Singapura 7,04 New York 6,87 14

15 Chicago 6,87 Madrid 6,91 Madrid 6,96 Antwerp 6,95 Melbourne 7,03 Guangzhou 6,87 15

16 Kopenhagen 6,82 Bangkok 6,87 Singapura 6,85 Paris 6,85 Madrid 7,02 Barcelona 6,84 16

17 Melbourne 6,81 Marseilles 6,85 Bangkok 6,74 Guangzhou 6,82 Shanghai 7,02 Melbourne 6,74 17

18 Shenzhen 6,73 Milan 6,85 Melbourne 6,72 Singapura 6,81 Dubai 6,78 Stockholm 6,7 18

19 Sydney 6,65 Chicago 6,78 Barcelona 6,72 Melbourne 6,81 Paris 6,74 Dubai 6,7 19

20 Paris 6,63 Melbourne 6,74 Milan 6,63 Shanghai 6,72 Antwerp 6,71 Brussels 6,67 20

21 Oslo 6,63 Singapura 6,74 Sydney 6,6 Amsterdam 6,7 Sydney 6,7 Kopenhagen 6,66 21

22 Johannesburg 6,63 Barcelona 6,66 Frankfurt 6,58 Madrid 6,68 Amsterdam 6,7 Marseilles 6,63 22

23 Dubai 6,63 Johannesburg 6,63 Amsterdam 6,55 Brussels 6,67 Marseilles 6,63 Rotterdam 6,58 23

24 Milan 6,57 Sydney 6,54 Birmingham 6,48 Sydney 6,67 Kopenhagen 6,59 Sydney 6,57 24

25 Brussels 6,49 Amsterdam 6,41 Dubai 6,48 Frankfurt 6,67 Bangkok 6,51 Roma 6,56 25

26 Bangkok 6,47 Brussels 6,4 Brussels 6,4 Perth 6,55 Perth 6,51 Paris 6,51 26

27 Seoul 6,47 Frankfurt 6,33 Johannesburg 6,4 Bangkok 6,51 Frankfurt 6,5 Milan 6,51 27

28 Antwerp 6,46 Stockholm 6,25 Kuala Lumpur 6,36 Rotterdam 6,5 Chicago 6,49 Chicago 6,45 28

29 Amsterdam 6,41 Brisbane 6,23 Rotterdam 6,33 Dubai 6,48 Johannesburg 6,48 Bangkok 6,43 29

30 Marseilles 6,4 Perth 6,22 Stockholm 6,33 Milan 6,46 Oslo 6,4 Berlin 6,42 30

31 Stockholm 6,4 Seoul 6,2 Hong Kong 6,3 Roma 6,44 Milan 6,34 Frankfurt 6,42 31

32 Birmingham 6,25 Rotterdam 6,17 Paris 6,29 Oslo 6,4 Rotterdam 6,33 Perth 6,41 32

33 Perth 6,2 Birmingham 6,1 Brisbane 6,29 Birmingham 6,4 Roma 6,31 Antwerp 6,38 33

34 Brisbane 6,16 Oslo 6,1 Seoul 6,12 Brisbane 6,39 Brussels 6,31 Taipei 6,25 34

35 Roma 6,06 Taipei 6,01 Osaka 6,12 Adelaide 6,27 Berlin 6,25 Oslo 6,25 35

36 Frankfurt 6 Yokohama 6,01 Antwerp 6,06 Berlin 6,25 Adelaide 6,23 Johannesburg 6,25 36

37 Hong Kong 6 Paris 6,01 Perth 6,03 Hong Kong 6,22 Brisbane 6,2 Seoul 6,2 37

38 Osaka 5,95 Adelaide 5,98 Oslo 6,03 Marseilles 6,18 Hong Kong 6,07 Adelaide 6,13 38

39 Kuala Lumpur 5,95 Osaka 5,89 Adelaide 6,02 Johannesburg 6,18 Seoul 6,04 Brisbane 6,13 39

40 Adelaide 5,89 Antwerp 5,82 Roma 5,94 Seoul 6,16 Kuala Lumpur 6,04 Hong Kong 6,11 40

41 Rotterdam 5,83 Kuala Lumpur 5,77 Berlin 5,9 Osaka 5,89 Birmingham 5,95 Kuala Lumpur 6,09 41

42 Taipei 5,82 Roma 5,75 Marseilles 5,88 Taipei 5,86 Osaka 5,78 Birmingham 6,03 42

43 Tokyo 5,69 Hong Kong 5,65 Taipei 5,7 Kuala Lumpur 5,55 Taipei 5,74 Osaka 5,95 43

44 Yokohama 5,61 Tokyo 5,61 Tokyo 5,39 Tokyo 5,16 Yokohama 5,61 Yokohama 5,84 44

45 Berlin 5,27 Berlin 5,33 Yokohama 5,28 Yokohama 5,11 Tokyo 5,42 Tokyo 5,42 45

© The Economist Intelligence Unit, 2017 43

Page 46: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Charles Ross, Direktur Editorial

Saat ini, Charles menjabat sebagai direktur riset thought leadership di Asia dengan pekerjaan yang menjangkau wilayah Australia hingga India. Timnya bekerja bersama berbagai perusahaan multinasional Barat dari tingkat Fortune 500, namun kian banyak berkecimpung dengan perusahaan multinasional, pemerintah, perusahaan kelas menengah ke bawah, serta perusahaan teknologi berkembang di Asia.

Saat ini, Charles yang berkebangsaan Australia tinggal di Singapura dan baru-baru ini mengelola praktik riset teknologi di wilayah tersebut. Ia memimpin sejumlah proyek analisis implikasi tren teknologi baru terhadap bisnis, seperti Industry 4.0, kota pintar, data besar, komputasi awan, kewirausahaan, dan Internet of Things untuk Hitachi, Cisco, Telstra, Microsoft, Wipro, Akamai, serta pemerintah Singapura. Ia sering didapuk sebagai pembicara di acara teknologi serta baru-baru ini memberikan presentasi utama di Singapura, Australia, Jakarta, dan Kuala Lumpur.

Sebelum bergabung dengan Economist Group, Charles mengelola konsultasi komunikasi investor tempatnya mengelola proyek penelitian pemangku kepentingan dan mengembangkan indeks pelacakan praktik tata kelola perusahaan terhadap perusahaan di pasar berkembang. Sebelumnya, ia mendirikan perusahaan yang mengelola penawaran publik awal di Eropa, Amerika Utara, dan Asia.

Charles memegang gelar master pada bidang administrasi bisnis, dengan berfokus pada perubahan strategi dan organisasi, dari University of Oxford.

Denis McCauley

Denis adalah penulis, editor, dan pembicara dengan keahlian khusus dalam penggunaan bisnis, pemerintah, serta individu. Dua tahun terakhir, ia telah menulis laporan seputar beberapa tema, seperti kecerdasan buatan, perangkat lunak cloud-native, ekonomi aplikasi, data analitis, ekosistem inovasi, inovasi teknologi pada sektor hulu migas, serta digitisasi sektor seni dan peninggalan budaya. Denis menghabiskan perjalanan kariernya bersama The Economist Intelligence Unit dan memegang berbagai peran, termasuk Direktur Riset Teknologi Global, serta Direktur Editorial, Thought Leadership, dan EMEA. Ia juga pernah berkerja dengan Pyramid Research, yakni perusahaan riset telekomunikasi tempatnya mengelola operasi analisis dan perkiraan global dalam pasar permanen serta nirkabel.

Editor

44 Telstra — Perdagangan Terhubung

Page 47: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Telstra Asia Level 19,Telecom House 3 Gloucester Road Wan Chai, Hong Kong T +852 2983 3388

Telstra America44th Floor 40 Wall Street New York, NY 10005 T +1 877 835 7872

Untuk mencari tahu cara Telstra dapat membantu Anda terhubung dengan dunia penuh peluang, kunjungi telstraglobal.com atau hubungi perwakilan lokal Anda di [email protected]

Telstra EMEA2nd Floor, Blue Fin Bldg. 110 Southwark Street London, SE1 OTA T +44 207 965 0000

Telstra Australia363 Oxford Street Paddington, NSW Sydney 2021 T +61 2 8202 5134

Kantor pusat wilayah internasional

Page 48: Ditulis oleh Perdagangan Terhubungconnectedfuture.economist.com/wp-content/uploads/2018/01/... · Tantangan dunia maya 36 Kilas Rubrik: Kebangkitan CTO kota 37 ... – Rudy Pieck,

Ditulis oleh