Top Banner

Click here to load reader

15

DISMULTIFUNGSIONAL JALUR PEDESTRIAN

Nov 21, 2015

Download

Documents

Jalur pedestrian atau trotoar merupakan sebuah fasilitas publik yang menghubungkan dua sarana publik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

DISMULTIFUNGSIONAL JALUR PEDESTRIAN DI KOTA MALANG

Oleh:RODY NUR ROCHMAN (135060601111034)Kelas C

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS BRAWIJAYA2013

DISMULTIFUNGSIONAL JALUR PEDESTRIAN DI KOTA MALANG

Oleh:Rody Nur Rochman (135060601111034)Jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaUniversitas Brawijaya

ABSTRAKJalur pedestrian atau trotoar merupakan sebuah fasilitas publik yang menghubungkan dua sarana publik bagi masyarakat Kota Malang yang mayoritas sebagai mahasiswa. Sebagian besar jalur pedestrian di Kota Malang telah beralih fungsi sebagai kawasan komersil. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak di jalur pedestrian hingga ke badan jalan, sehingga menimbulkan suatu masalah yang kompleks yaitu kemacetan. Kemacetan di suatu jalan merupakan suatu masalah yang timbul dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kapasitas penggunaan jalan, ketidaksesuaiannya fungsi dan ruang jalan yang tidak sesuai tujuan, dan ketidakseimbangannya penggunaan fungsi jalan oleh pedagang kaki lima (PKL), pejalan kaki, dan parkir. Akibatnya, berdampak pada sirkulasi masyarakat yang sulit untuk mengakses kedua sarana publik tersebut, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor penyebab peralihan fungsi penggunaan fasilitas publik jalur pedestrian di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yaitu metode dengan menekankan pada pemahaman, dengan sumber data berupa sumber data sekunder dari jurnal, buku, ataupun internet. Hasil penelitian menunjukkan fasilitas publik berupa jalan di Kota Malang masih menyisakan masalah yang perlu ditindaklanjuti seperti, penataan kembali fungsi jalan dari pedagang kaki lima dan parkir liar, peningkatan fungsi trotoar di Kota Malang. Maka, perlu adanya pengoptimalisasi perencanaan pedestrian, dan penertiban penggunaan pedestrian sehingga dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penggunaya.

Kata kunci: Jalur Pedestrian, Penggunaan Jalan, Fasilitas Publik, Kemacetan.

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKota Malang yang dikenal sebagai kotanya mahasiswa yang sejuk dan indah ternyata telah berubah menjadi kota yang semakin padat akibat perkembangan jumlah penduduk yang tidak terkendali. Perkembangan jumlah penduduk tersebut disebabkan banyaknya masyarakat pendatang dari tahun ke tahun yang semakin bertambah. Kota Malang yang telah berubah menjadi kota akif dan produktif, setelah perkembangan jumlah penduduk akademisi. Banyaknya kesibukan di hari kerja bagi masyarakat yang memiliki kesibukan dalam pekerjaannya, dan penduduk muda yang masih menjalani proses belajar formal dan informal, wajar bila mereka membutuhkan kemudahan dalam akses menuju tempat mereka melaksanakan kesibukannya.Pertambahan jumlah penduduk di Kota Malang diikuti dengan bertambahnya jumlah pedagang. Mereka memanfaatkan peningkatan jumlah penduduk dengan berdagang kebutuhan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, bertambahnya jumlah penduduk dan pedagang yang tidak terkendali menyebabkan Kota Malang menjadi kota yang memiliki suasana padat yang dipenuhi dengan mahasiswa, pengendara bermotor, dan pedagang kaki lima.Pertumbuhan jumlah penduduk dan pedagang kaki lima di Kota Malang menimbulkan suatu masalah penataan kota yang kompleks. Masalah yang dihadapi Kota Malang adalah kemacetan. Selain itu, penyempitan jalan juga menjadi penyebab lain kemacetan. Penyempitan jalan sendiri terjadi akibat banyaknya motor yang diparkir di sisi jalan. Bahkan, padatnya PKL di pinggir-pinggir jalan turut andil jalanan semakin menyempit.Kemacetan yang dialami Kota Malang dikarenakan pedagang kaki lima didalam mencari tempat usahanya dibeberapa sudut kota seperti trotoar dan beberapa ruang terbuka umum, tanpa memperhatikan tata tertib maupun peraturan tentang keindahan ruang kota. Sebagai contoh konkret adalah jalan utama/badan jalan dan jalur pedestrian banyak ditempati oleh pedagang kaki lima yang membuat pengguna jalan dan pengguna jalur pedestrian tidak nyaman. Oleh karena itu, Kota Malang di anggap sebagai kota yang ruang publiknya belum memadai dan pada umumnya pemanfaatan ruang publik bagi pengguna kurang maksimal, dan tidak sesuai dengan peraturan.Jalan dan jalur pedestrian sebagai salah satu contoh public space juga merupakan suatu jaringan ruang yang menghubungkan satu ruang dengan ruang lainnya. Bentuk konkret dari ruang ini sebagian besar berupa jalan raya untuk kendaraan bermotor dan trotoar untuk pedestrian atau pejalan kaki di sisi jalan raya. Namun, jalur pedestrian di Kota Malang kini telah beralih fungsi diantaranya menjadi tempat hinggap para pedagang kaki lima. Salah satu ruang publik yang kurang memadai seperti jalur pedestrian ini menyebabkan ketidaknyamananan publik bagi para pejalan kaki dan pengendara dalam aktivitasnya di jalan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor, seperti toko-toko di pinggir jalan bergabung dengan aktivitas kendaraan, pemilik kendaraan bermotor yang parkir di pinggir jalan untuk sekadar membeli dagangan para pedagang kaki lima, kemacetan lalu lintas yang menyebabkan bertambahnya polusi di sekitar jalur pedestrian, hingga mengganggu aktivitas pedestrian.Dampak dari ketidak sesuaian fungsi penggunaan jalan dan jalur pedestrian oleh pedagang ataupun parkir liar, menyebabkan ketidaknyamannya aktivitas pejalan kaki dan menyebabkan penurunan masyarakat pejalan kaki. Adanya peralihan fungsi pengguna jalur pedestrian juga berdampak pada menurunnya estetika/keindahan ruang jalan yang menimbulkan kesan kumuh bagi lingkungan sekitar.Sebagi contoh dismultifungsional jalur pedestrian adalah pembangunan sarana pedestrian yang dibutuhkan pejalan kaki sebagai salah satu pengguna jalan, tetapi sering terabaikan oleh kepentingan lalulintas kendaraan yang membutuhkan ruang untuk bergerak, dan pedestrian yang telah dibangun dengan baik, seringkali digunakan oleh para pedagang yang memanfaatkannya sebagai ruang untuk berjalan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam pengoptimalisasi perencanaan pedestrian, dan penertiban penggunaan pedestrian sehingga dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penggunaya.

1.2. Rumusan MasalahDengan melihat identifikasi masalah yang ada, maka dapat penulis rumuskan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana penggunaaan fungsi ruang publik jalur pedestrian di Kota Malang?2. Bagaimana konsep penggunaan ruang publik berupa jalur pedestrian di Kota Malang?

1.3. TujuanBerdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah;1. Mendekripsikan kondisi prasarana publik jalur pedestrian di Kota Malang.2. Mengetahui konsep penggunaan jalur pedestrian di Kota Malang.

1.4. ManfaatAdapun manfaat secara umum dari penelitian ini adalah;1. Untuk mengetahui konsep dasar perancangan tata perkotaan tentang jalur pedestrian di suatu wilayah.2. Untuk meningkatkan kreativitas dalam menulis sebuah artikel ilmiah.3. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Pengertian, Elemen, dan Manfaat Jalur PedestrianStephen Carr & Rubeinstein (dalam Darmawan 2007) mengemukakan bahwa pedestrian merupakan bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang berhubungan dengan jalan lain terletak di kiri kanan jalan , sedangkan jalur pedestrian pada sebuah kota menurut Mauliani (2010) adalah salah satu kelengkapan sebuah kota yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh warga kota sebagai tempat berjalan kaki agar dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, sangatlah penting jika jalur pedestrian menjadi bagian kota sebagai daerah yang menarik untuk kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan spiritual, misalnya untuk bernostalgia, pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur sapa dan sebagainya. Jalur pedestrian dalam fungsinya sebagai sistem penghubung kota berkaitan erat dengan ruang-ruang terbuka dalam sebuah kota. Ruang terbuka kota berfungsi sebagai ruang transisi untuk bergerak dari satu bangunan ke bangunan lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain. Ruang terbuka kota juga berfungsi sebagai ruang interaksisosial antar masyarakat kota.Jalur pedestrian sebagai ruag publik yang penting sebagai kelengkapan kota. Kebutuhan fasilitas pendukung jalur pedestrian yang diperlukan sebagai kenyamanan untuk pengguna jalan sagnat diperlukan. Menurut Ashadi, Houtrina, dan Setiawan (2012) elemen pada suatu jalur pedestrian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:1. elemen jalur pedestrian sendiri (material dari jalur pedestrian), dan2. elemen pendukung pada jalur pedestrian (lampu penerang, vegetasi, tempat sampah, telepon umum, halte, tanda petunjuk dan lainnya).Jalur pedestrian harus memiliki rasa aman dan nyaman terhadap pejalan kaki, keamanan disini dapat berupa batasan-batasan dengan jalan yang berupa peninggian trotoar, menggunakan pagar pohon, dan menggunakan street furniture. Selain merasa aman, mereka juga harus merasa nyaman dimana jalur pedestrian harus bersifat rekreatif karena hal tersebut sangat menunjang kenyaman pejalan kaki saat menggunakan jalur pedestrian sebagai jalur pejalan kaki.Manfaat jalur pedestrian sebagai kelengkapan kota dan pejalan kaki adalah sebagai fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindahan kota, sebagai media interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan sebagai tempat bersantai serta bermain. Sedangkan kenyamanan dari pejalan kaki dalam berjalan adalah adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan berjalan dan dapat dinikmati kegiatan berjalan tersebut tanpa adanya gangguan dari aktivitas lain yang menggunakan jalur tersebut. Kriteria kesuksesan jalan sebagai ruang publik menurut Danisworo (dalam Zainal Arifin et al 2004), yaitu: (1) mudah dicapai, terbuka, bebas diakses oleh masyarakat, (2) mampu menarik pengunjung (pejalan kaki) dalam jumlah besar, (3) menjadi tempat yang kondusif untuk interaksi sosial, berkomunikasi, serta untuk melihat dan dilihat (3) representatif dan mempunyai nuansa arsitektur yang berkualitas.

B.Karakter Jalur Pedestrian dan Karakter Penggunaan Jalur Pedestrian oleh PKL, dan Parkir terhadap Pejalan Kaki di Kota Malang1.Karakter Jalur PedestrianJalur pedestrian atau yang biasa dikenal dengan trotoar menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga (1999) adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang diberi lapisan permukaaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.Dalam Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi Trotoar (1991), dalam perencanaan trotoar yang perlu diperhatikan adalah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului pejalan kaki lainnya dan juga kebebasan waktu berpapasan dengan pejalan kaki lainnya tanpabersinggungan.Tabel 1 Lebar Trotoar Sesuai dengan Penggunaan Lahan SekitarnyaPenggunaan lahan sekitarnyaLahan minimum (m)

PerumahanPerkantoranIndustriSekolahTerminal / Pemberhentian bisPertokoan / pembelanjaanJembatan, Terowongan1.502.002.002.002.002.001.00

Sumber : Pedoman Teknis Perecanaan Spesifikasi Trotoar, 1991Jalur pedestrian yang pada awalnya sebagai lalu lintas pejalan kaki untuk menikmati suasana Kota Malang berubah fungsi menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima, yang memperburuk wajah kota. Kenyamanan bagi pejalan kaki belum tercapai karena kondisi trotoar dan bahu jalan saat ini menjadi tempat aktivitas Pedagang kaki lima yang menjadikan kawasan kumuh, menimbulkan kemacetan dan sampah.

Gambar 1. Kondisi jalur pedestrian di jalan Ijen Kota MalangSumber: Nanda, Megah. 2012. Trotoar di Jalan Ijen. Panoramio Google Maps. http://www.panoramio.com/photo/74278356 (diakses 31 Oktober 2013)

Gambar 2. Karakter pedestrian di jalan Kalpataru Kota MalangSumber: Jalan di Kota Malang. 2012. Jalan Kalpataru Malang. http://jalanjalandikotamalang.blogspot.com (diakses 31 Oktober 2013)

Karakter Jalur Pedestrian di Kota Malang, adalah sebagai berikut:a. Terdapat jalur vegetasi dan pepohonan yang telah sesuai dengan pedoman penataan jalan dan jalur pedestrian.b. Terdapat lampu jalan untuk keamanan pada malam hari yang telah tertata.c. Lantai untuk berpijak pejalan kaki sebagian sudah berupa lantai paving, tetapi juga ada yang belum berupa paving.d. Lebar lantai pedestrian cukup lebar.e. Jalur pejalan kaki yang tidak sama tinggi.

2. Karakter Pedagang Kaki LimaPedagang Kaki Lima (PKL) istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal (Bambang, 2010). Keberadaan PKL tak dipungkiri merupakan masalah tersendiri bagi keteraturan, keindahan, dan kebersihan kota. Padatnya aktivitas PKL kurang diimbangi dengan ketersediaan lahan yang ada.

Gambar 3. Karakter pedagang kaki lima di jalan I.R. Rais Kota Malang Sumber: Jalan di Kota Malang. 2012. Jalan I.R. Rais Malang. http://jalanjalandikotamalang.blogspot.com(diakses 31 Oktober 2013)Karakter PKL di jalur pedestrian Kota Malang adalah:a. Penyebaran PKL memanjang disepanjang jalan dan tidak mengikuti pola tertentu. Hal itu menjadikan jalur pedestrian di sepanjang jalan tersebut memiliki kesan kotor, kumuh. b. Sarana dagang yang digunakan untuk berdagang beragam, yaitu gerobak, meja kursi, tenda, kios permanen. Hal tersebut mengurangi estetika, keindahan dan keserasian penataan jalur pedestrian. c. PKL cenderung menyerobot ruang-ruang publik dalam hal ini adalah jalur pedestrian, dan jalan umum. Akibatnya, kualitas lingkungan fisik di sepanjang jalan atau jalur pedestrian tersebut berkurang.d. Sarana dagang yang tidak sesuai dengan pola tertentu dalam hal ini adalah terlalu menjorok ke badan jalan. Ketidak teraturan pola tersebut mengakibatkan penyempitan kuantitas jalan. e. Kurangnya dukungan jaringan utilitas terhadap kegiatan pedagang seperti tempat pembuangan sampah.3. Karakter ParkirKarakter parkir pada jalur pedestrian di Kota Malang menunjukkan bahwa banyak kendaraan parkir di depan jalur pedestrian.

Gambar 3. Karakter parkir di jalan Cengkeh Kota MalangSumber: Jalan di Kota Malang. 2012. Jalan Cengkeh Malang. http://jalanjalandikotamalang.blogspot.com(diakses 31 Oktober 2013)

Kepemilikan kendaraan bermotor juga menjadi akar masalah. Pengunjung yang berasal dari berbagai kawasan dengan menggunakan kendaraan bermotor cenderung parking di sembarang tempat yaitu di pinggir sepanjang jalur pedestrian, mengakibatkan penyempitan kuantitas jalan yang berada di tengah jalur pedestrian tersebut. D. Dampak yang DitimbulkanDampak negatif PKL yang menempati ruang publik yang bukan peruntukannya, seperti di trotoar dan bahu jalan, yaitu: (1) menurunnya kualitas lingkungan akibat sampah yang dihasilkan, kemacetan lalu lintas dan pencemaran udara, (2) dengan tidak adanya tempat pembuangan sampah yang representatif membuat para pedagang cenderung membuang sampah di sembarang tempat bahkan juga pada saluran-saluran drainase (riol) yang terdapat di sekitar lokasi para pedagang kaki lima tersebut. Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau riol dapat menyebabkan banjir. Selain disebabkan oleh pedagang kaki lima, kemacetan disebabkan oleh perilaku pengemudi kendaraan bermotor yang parkir di depan jalur pedestrian, terutama di depan lapak pedagang kaki lima. Kemacetan yang terjadi mengakibatkan pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor yang berdampak pada lingkungan yaitu menurunnya kualitas udara bersih di suatu wilayah. Semakin banyak kendaraan bermotor yang melintas (apalagi jika terjadi kemacetan lalu lintas) akan semakin banyak menghasilkan emisi gas buang dan memberikan kontribusi cukup besar bagi penurunan kualitas lingkungan udara di lokasi tersebut.

PENUTUPTingkat pelayanan sarana dan prasarana pejalan kaki di Kota Malang ditinjau dari karakter pedagang kaki lima, parkir, dan jalur pedestrian itu sendiri sudah mencapai kriteria baik. Namun, masih perlu adanya pengoptimalisasi perencanaan pedestrian, dan penertiban penggunaan pedestrian sehingga dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penggunanya. Dengan demikian, perlu dilakukan penataan parkir, penertiban pedagang kaki lima dengan menyiapkan lahan untuk berdagang yang tidak mengganggu pejalan kaki, dan jalur pejalan kaki pada trotoar ditata kembali, sehingga tercipta kenyamanan dan aksesibilitas yang diharapkan. Sirkulasi yang baik dan sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan ruang, khususnya ruang bagi pejalan kaki, harus memperhatikan faktor kenyamanan dan aksesibilitas.

DAFTAR PUSTAKAArifin, Zainal; Ikaputra; Saifullah, A.. 2004. Arahan Penataan Ruang Jalan sebagai Ruang Publik Kawasan Komersial Kajian dalam Setting Elemen Fisik dan Aktivitas. Universitas Gajah Mada. XVII(7).Ashadi; Houtrina, Rifka; & Setiawan, Nana. Analisa Pengaruh Elemen-Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki. Universitas Muhammadiyah Jakarta. XI (1): 77-90.Budiman, Bambang. 2010. Kajian Lingkungan Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjaran Kabupaten Tegal. Tesis. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas DiponegoroDarmawan, Edy. 2007. Peranan Ruang Publik dalam Perancangan Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. Petunjuk Perencanaan Trotoar. Jakarta: Direktur Pembinaan Jalan Kota.Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga. 1999. Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum. Jakarta: PT. Mediatama Saptakarya.Mauliani, Lily. 2010. Fungsi dan Peran Jalur Pedestrian bagi Pejalan Kaki. Universitas Muhammadiyah Jakarta. IX(2) : 165-176.Syafrudin, 1987. Pedestrian Kota Bandung Jurusan Teknik Planologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.