1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri obat, obat tradisional, kosmetik, maupun produk komplemen. Dengan dukungan teknologi, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi produk mereka dalam skala yang cukup besar dengan cakupan distribusi yang semakin luas. Selain itu masyarakat yang semakin konsumtif, membuat para pelaku usaha beramai-ramai terus melakukan inovasi ataupun terobosan agar produk yang mereka hasilkan dapat bersaing di pasaran. Saat ini, obat tradisional dan kosmetik memang menjadi komoditi yang paling diminati oleh masyarakat. Penggunaan secara turun temurun, trend hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam serta anggapan masyarakat bahwa obat herbal lebih aman dari obat kimia membuat permintaan pasar terhadap bahan baku obat tradisional terus meningkat, baik untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Demikian halnya dengan kosmetik, penggunaan kosmetik oleh berbagai kalangan mulai dari bayi hingga orang tua, pria maupun wanita, serta didukung oleh perkembangan serta inovasi dalam teknologi pembuatan serta bahan baku kosmetik yang digunakan, membuat kosmetik yang beredar semakin beragam. Namun sejalan dengan hal tersebut, sangat penting untuk menjadi perhatian para pelaku usaha agar produk yang dihasilkan tetap terjamin mutu, khasiat/manfaat dan keamanannya. Dalam upaya menghasilkan produk obat tradisional dan kosmetik yang bermutu, berkhasiat/bermanfaat dan aman, selain pemanfaatan teknologi para pelaku usaha wajib menerapkan peraturan dan persyaratan yang berlaku. Mulai dari pemilihan dan penggunaan bahan baku hingga dihasilkan produk jadi, serta peredarannya di pasaran harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Pemerintah. Badan POM sebagai instansi pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan melakukan pengawasan peredaran obat dan makanan di Indonesia, termasuk dalam menyusun peraturan/pedoman/standar yang berkaitan dengan pengawasan obat dan makanan. Peraturan-peraturan yang telah dibuat bersifat dinamis yang dapat berubah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
21
Embed
DISEMINASI/SOSIALISASI REGULASI PADA DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN
DISEMINASI/SOSIALISASI REGULASI PADA DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat
dan signifikan pada industri obat, obat tradisional, kosmetik, maupun produk
komplemen. Dengan dukungan teknologi, industri-industri tersebut kini mampu
memproduksi produk mereka dalam skala yang cukup besar dengan cakupan
distribusi yang semakin luas. Selain itu masyarakat yang semakin konsumtif,
membuat para pelaku usaha beramai-ramai terus melakukan inovasi ataupun
terobosan agar produk yang mereka hasilkan dapat bersaing di pasaran.
Saat ini, obat tradisional dan kosmetik memang menjadi komoditi yang
paling diminati oleh masyarakat. Penggunaan secara turun temurun, trend hidup
sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam serta
anggapan masyarakat bahwa obat herbal lebih aman dari obat kimia membuat
permintaan pasar terhadap bahan baku obat tradisional terus meningkat, baik
untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Demikian halnya dengan
kosmetik, penggunaan kosmetik oleh berbagai kalangan mulai dari bayi hingga
orang tua, pria maupun wanita, serta didukung oleh perkembangan serta inovasi
dalam teknologi pembuatan serta bahan baku kosmetik yang digunakan, membuat
kosmetik yang beredar semakin beragam. Namun sejalan dengan hal tersebut,
sangat penting untuk menjadi perhatian para pelaku usaha agar produk yang
dihasilkan tetap terjamin mutu, khasiat/manfaat dan keamanannya.
Dalam upaya menghasilkan produk obat tradisional dan kosmetik yang
bermutu, berkhasiat/bermanfaat dan aman, selain pemanfaatan teknologi para
pelaku usaha wajib menerapkan peraturan dan persyaratan yang berlaku. Mulai
dari pemilihan dan penggunaan bahan baku hingga dihasilkan produk jadi, serta
peredarannya di pasaran harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Pemerintah.
Badan POM sebagai instansi pemerintah mempunyai tugas dan
kewenangan melakukan pengawasan peredaran obat dan makanan di Indonesia,
termasuk dalam menyusun peraturan/pedoman/standar yang berkaitan dengan
pengawasan obat dan makanan. Peraturan-peraturan yang telah dibuat bersifat
dinamis yang dapat berubah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
2
Universitas Indonesia
teknologi. Oleh karena itu, perubahan peraturan-peraturan yang terjadi harus
selalu terinformasikan secara merata kepada seluruh pelaku usaha di Indonesia.
Perlunya penyebaran informasi dilakukan agar stakeholder, utamanya pelaku
usaha, dapat selalu menjual produk yang bermutu, berkhasiat/bermanfaat dan
aman serta sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen sebagai salah satu unit di Badan POM selain mempunyai tugas
melakukan penyusunan peraturan/standar/pedoman di bidang obat tradisional,
kosmetik dan produk komplemen, juga melakukan penyebaran informasi kepada
stakeholder.
1.2. Tujuan
Tujuan diangkatnya topik Diseminasi/Sosialisasi Regulasi Pada Direktorat
Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen adalah :
a. Mengkaji masalah yang terkait dengan Diseminasi/Sosialisasi Regulasi Pada
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen.
b. Memberikan solusi terkait masalah yang berhubungan dengan
Diseminasi/Sosialisasi Regulasi Pada Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen.
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kata diseminasi berasal dari bahasa Latin, disseminates. Lalu dimasukkan
ke dalam Inggris dengan sebutan dissemination, yang diartikan sebagai suatu
kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mendapatkan
informasi, sehingga timbul kesadaran, menerima dan akhirnya memanfaatkan
informasi tersebut. Diseminasi merupakan sinonim dari kata penyebaran. Jadi,
pengertian diseminasi informasi adalah penyebaran informasi. Penyebaran
informasi yang dimaksud dapat dilakukan melalui berbagai jenis media seperti
buku, majalah, surat kabar, film, televisi, radio, musik, game dan sebagainya.
Dengan kata lain, diseminasi merupakan kegiatan penyebaran informasi ke
dalam lingkungan masyarakat. Kegiatannya dapat dilakukan melalui.pelatihan
atau workshop, seminar, dan komunikasi. Selain melalui berbagai kegiatan
pelatihan, diseminasi informasi dapat diselenggarakan dalam bentuk konferensi
pers, wawancara pers, penulisan artikel, publikasi atau melalui penerbitan.
a. Diseminasi melalui konferensi pers, merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan mengundang wartawan dari sejumlah media cetak, TV, radio dan
media online ke suatu tempat yang ditentukan dan menghadirkan satu atau
beberapa nara sumber untuk memberikan keterangan atau pernyataan
sehubungan dengan isu yang akan disampaikan.
b. Diseminasi melalui wawancara pers, merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan mengundang wartawan dari salah satu media cetak atau elektronik,
atau media online ke suatu tempat dimana satu orang nara sumber dihadirkan
untuk diwawancari. Hasil wawancara tersebut kemudian dimuat sebagai
berita dalam media.
c. Diseminasi melalui penulisan artikel, yaitu membuat tulisan mengenai suatu
topik untuk dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah atau bulletin yang diterbitkan
sendiri atau instansi, lembaga, organisasi lain; atau dikirim ke redaksi suatu
penerbitan media cetak.
d. Diseminasi melalui publikasi , adalah membuat barang cetakan seperti poster,
flier, brosur, leaflet, dan lain-lain; lalu disebarkan kepada publik atau
ditempatkan pada papan informasi yang tersedia di suatu instansi.
4
Universitas Indonesia
e. Diseminasi melalui dialog atau talk show, yaitu kegiatan penayangan acara
perbincangan dan tanya jawab dengan suatu topik melalui televisi atau radio
dengan menampilkan beberapa orang ahli sebagai nara sumber.
Dengan adanya diseminasi, informasi dapat menyebar dengan cepat dan
meluas di kalangan publik , baik secara internal maupun eksternal. Informasi hasil
diseminasi informasi dapat menjadi komoditi dan bermanfaat apabila informasi
yang disajikan dapat diintegrasikan dengan pengetahuan dan kebutuhan
masyarakat. Karena itu dalam sistem desiminasi informasi perlu memperhatikan
empat hal, yaitu universalisme, nasionalisme, kelembagaan sosial, dan falsafah
individu, sehingga informasi yang disebarluaskan diperhatikan dan mendapat
tempat di tengah-tengah masyarakat.
Tujuan diseminasi informasi adalah membantu masyarakat mendapatkan
informasi untuk perubahan, yaitu mendorong terjadinya perubahan sikap dan
perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Dalam dilakukannya
diseminasi/sosialisasi, diperlukan adanya komunikasi yang baik dari komunikator
(pemberi informasi) sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan
baik oleh komunikan (penerima informasi).
Menurur Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981), Komunikasi
adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba
pada saling pengertian yang mendalam. Komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Tubbs dan Moss
mengemukakan, secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang
disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat
dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Bila S adalah
pengirim atau sumber pesan, dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut
mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S dan respons yang diberikan R
identik.
Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi
efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan
pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source
attractiveness). Komunikator harus punya informasi yang memadai. Komunikator
5
Universitas Indonesia
harus punya kredibilitas di mata penerima. Komunikator harus mampu
menyampaikan informasi dengan cara yang dapat dipahami penerima.
Komunikator harus menggunakan saluran yang akan menyampaikan pesan kepada
penerima (Cutlip, et al, 2006: 407). Upaya sosialisasi dan penyebaran informasi
dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:
a. Pertemuan langsung
b. Media informasi, dengan menggunakan media komunikasi/informasi dan
media alternatif lain, termasuk kegiatan promosi yang sifatnya terbuka untuk
umum.
6 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI TUGAS KHUSUS
3.1. Waktu dan Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) periode 1 April – 24 April 2014 di Badan Pengawas Obat dan Makanan
Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui metode studi literatur mengenai
Diseminasi/Sosialisasi Regulasi Pada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional,
Kosmetik, dan Produk Komplemen berdasarkan SOP (Standard Operating
Procedure) dan Peraturan Kepala Badan POM RI.
7 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Permasalahan
Dalam pelaksanaannya, diseminasi/sosialisasi yang dilakukan oleh Badan
POM masih menemukan beberapa kendala. Salah satu kendalanya adalah
diseminasi/sosialisasi yang kurang merata di seluruh wilayah Indonesia, utamanya
terhadap industri kecil, baik yang ada di daerah maupun di kota-kota besar.
Dampak dari diseminasi/sosialisasi yang kurang merata dapat dilihat
bahwa masih adanya industri kecil di daerah yang melakukan pelanggaran yang
berkaitan dengan produksi maupun peredaran obat tradisional dan kosmetik. Salah
satu alasan yang dikemukakan oleh beberapa pelaku usaha tersebut adalah karena
mereka tidak tahu dengan adanya peraturan terbaru terkait dengan produk yang
mereka produksi. Bukan hanya di daerah saja yang tidak mengetahui adanya
peraturan-peraturan baru yang dikeluarkan oleh Badan POM, tetapi industri
rumah tangga di kota-kota besar pun kadang tidak mengetahui Peraturan baru
yang sudah berjalan. Keterbatasan anggaran juga merupakan salah satu faktor
terbatasnya jumlah tujuan tempat pelaksanaan diseminasi/sosialisasi.
4.2. Pembahasan
Untuk dapat memasarkan produknya, para pelaku usaha harus senantiasa
mematuhi peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Badan POM, dengan cara
meng-update informasi terkini mengenai perkembangan serta perubahan yang
terjadi di bidang obat tradisional dan kosmetik. Salah satu upaya Badan POM,
khususnya Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen, untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi mengenai
peraturan-peraturan yang telah dibuat adalah dengan cara diseminasi/sosialisasi.
Metode Diseminasi/sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat
Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen adalah dengan
cara presentasi yang dilanjutkan diskusi dengan para stakeholder, yang terdiri dari
pelaku usaha di bidang obat tradisional maupun kosmetik termasuk distributor,
instansi terkait (dinas kesehatan, dinas perindustrian dan perdagangan, bea cukai
dan dinas pariwisata), asosiasi (GP Jamu dan Perkosmi), serta petugas Balai/Balai
8
Universitas Indonesia
Besar POM. Adapun materi yang disampaikan dalam Diseminasi/sosialisasi
diantaranya Peraturan Kepala Badan POM terbaru, Peraturan Menteri Kesehatan
yang terkait, materi tentang perkembangan Harmonisasi ASEAN di bidang obat
tradisional dan Harmonisasi ASEAN di bidang kosmetik, atau materi lainnya
mengenai obat tradisional dan kosmetik. Selain itu, penggunaan media elektronik,
yakni melalui website Badan POM (www.pom.go.id), serta penyebaran leaflet,
brosur, dan buku-buku mengenai Peraturan di bidang obat tradisional dan
kosmetik, juga merupakan sarana yang digunakan dalam rangka penyebaran
informasi disamping diseminasi/sosialisasi.
Diseminasi/sosialisasi merupakan salah satu kegiatan yang secara rutin
dilakukan oleh Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen ke beberapa propinsi yang berbeda setiap tahunnya. Adapun yang
menjadi dasar pemilihan propinsi adalah banyaknya industri dibidang obat
tradisional atau industri dibidang kosmetik di propinsi tersebut, atau propinsi yang
belum pernah mendapatkan Diseminasi/sosialisasi, sehingga diharapkan
Diseminasi/sosialisasi yang dilakukan dapat mencakup seluruh propinsi yang ada
di Indonesia.
Pada pelaksanaannya, Diseminasi/sosialisasi, merupakan bagian dari tugas
pokok dan fungsi Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan
Produk Komplemen, yaitu dalam arti setelah dilakukan penyusunan
peraturan/pedoman/standar di bidang obat tradisional, kosmetik, dan produk
komplemen, maka dilakukan Diseminasi/sosialisasi. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam Standard Operating Procedures (SOP) Badan POM tentang Penyusunan
Peraturan/Pedoman/Standar, yang dijabarkan lebih lanjut dalam Instruksi Kerja
(IK) Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen. Untuk produk komplemen, masih jarang dilakukan
diseminasi/sosialisasi karena peraturan-peraturan mengenai komoditi tersebut
masih sedikit dan saat ini sedang dalam proses revisi.
Saat membuat suatu peraturan, Badan POM melibatkan banyak pihak, baik
internal maupun eksternal Badan POM, diantaranya para stakeholder.
Keterlibatan stakeholder adalah untuk mengetahui pandangan stakeholder
terhadap draft suatu peraturan serta untuk memberikan masukan sehingga
9
Universitas Indonesia
peraturan yang dibuat kelak dapat diterapkan di lapangan. Setelah dilakukan
pembahasan baik internal maupun eksternal, maka dilakukan sounding terlebih
dahulu jika diperlukan, sebelum peraturan tersebut disahkan oleh Kepala Badan
POM.
Berdasarkan analisis kasus yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
sebaiknya diseminasi/sosialisasi yang dapat dilakukan oleh Direktorat
Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen adalah dengan
melakukan kerjasama baik dengan dinas atau instansi pemerintah terkait di
dalamnya maupun asosiasi-asosiasi yang berhubungan dengan peraturan tersebut
untuk dapat memberikan informasi maupun diseminasi/sosialisasi mengenai
peraturan-peraturan tersebut kepada industri besar maupun menengah yang pada
kenyataannya memang sudah dapat meng-update informasi mengenai peraturan
dengan cepat. Dengan hal ini maka Direktorat Standardisasi Obat Tradisional,
Kosmetik, dan Produk Komplemen dapat memfokuskan diseminasi/sosialisasi
kepada industri-industri kecil sekaligus melakukan pembinaan kepada industri
tersebut agar dapat bersaing di Pasar Bebas ASEAN 2015. Dilakukannya
pembinaan memang suatu hal yang cukup penting karena dengan hal tesebut,
industri-industri obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dapat lebih
inovatif dan kreatif dalam menghasilkan suatu produk dengan tetap
memperhatikan mutu, keamanan dan manfaat, sehingga dapat bersaing dengan
produk-produk luar negeri.
Peran masyarakat selaku konsumen tidak kalah pentingnya selain dari
peran pelaku usaha. Diseminasi/Sosialisasi dapat pula dilakukan pada Ibu-ibu
PKK, remaja dan anak-anak sekolah agar dapat terhindar dari bahaya obat
tradisional maupun kosmetik yang tidak terjamin mutu, khasiat/manfaat, serta
keamanannya. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk
Komplemen sendiri juga harus dapat menentukan pelaku usaha mana saja yang
harus diprioritaskan untuk diberikan diseminasi/sosialisasi dan harapannya
pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan peraturan yang sudah dibuat
dapat berkurang. Untuk masalah keterbatasan anggaran, diharapkan dengan
adanya kerjasama dalam melakukan diseminasi/sosialisasi dengan dinas-dinas
10
Universitas Indonesia
yang terkait maupun asosiasi yang bergerak di bidang obat tradisional dan
kosmetik, maka masalah tersebut akan dapat teratasi.
11 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Badan POM sebagai instansi pemerintah mempunyai tugas dan
kewenangan melakukan pengawasan peredaran obat dan makanan di Indonesia,
termasuk dalam menyusun peraturan/pedoman/standar yang berkaitan dengan
pengawasan obat dan makanan. Salah satu direktorat di Badan POM, yaitu
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
mempunyai tugas melakukan penyusunan peraturan/standar/pedoman di bidang
obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, juga melakukan
diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder. Perlunya dilakukan
diseminasi/sosialisasi agar pelaku usaha, dapat selalu menjual produk yang
bermutu, berkhasiat/bermanfaat dan aman serta sesuai dengan peraturan yang
sudah ditetapkan.
Dalam pelaksanaannya, sosialisasi/diseminasi yang dilakukan masih
memiliki beberapa kendala, yaitu kurang meratanya diseminasi/sosialisasi di
wilayah Indonesia terutama terhadap industri-industri kecil. Hal ini dapat diatasi
dengan adanya kerjasama dalam melakukan diseminasi/sosialisasi dengan dinas-
dinas terkait maupun asosiasi yang bergerak dibidang obat tradisional dan
kosmetik.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk Badan POM, khususnya
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Kompelen
untuk mengatasi kendala dalam sosialisasi/diseminasi, diantaranya adalah :
a. Menetapkan prioritas stakeholder yang akan diberikan diseminasi/sosialisasi
sehingga pelaksanaan diseminasi/sosialisasi menjadi efektif dan efisien, serta
memperluas cakupan peserta diseminasi/sosialisasi, misalnya kepada ibu-ibu
PKK, remaja dan anak sekolah sehingga mereka dapat melindungi diri dari
dari produk kosmetik dan obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, khasiat/manfaat dan keamanan.
12
Universitas Indonesia
b. Meningkatkan kerjasama dengan dinas dan instansi terkait serta asosiasi
untuk dapat mensosialisasikan peraturan-peraturan tersebut sehingga para
pelaku usaha mendapatkan informasi yang cepat dan tepat.
13 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
BPOM (2014). Latar Belakang Dibentuknya Badan POM.
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/latarbelakang. Diakses 16 April
2014.
Pemerintah Kota Manado (2013). Apakah Diseminasi Informasi Itu.