Top Banner
Restorasi direk adalah restorasi gigi yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita segera setelah dilakukan preparasi. Restorasi ini menguntungkan karena dapat dilakukan hanya sekali kunjungan dan relatif murah. Bahan restorasi untuk restorasi direk adalah amalgam, semen ionomer kaca (SIK), resin ionomer, dan komposit. Perawatan untuk gigi yang mengalami atrisi cukup kompleks dan dapat digunakan restorasi untuk meningkatkan dimensi vertical pada gigi dan restorasi yang digunakan adalah komposit. Setelah dilakukan restorasi dengan komposit dan fungsi oklusal telah didapatkan, restorasi dapat diperbaiki dan dilakukan polishing atau restorasi dapat digantikan dengan crown (Bartlett, 2006). Bartlett D,DDS. 2006. Using composite to restore worn teeth. JCDA vol 72 no. 4. Komposit (Craig RG, Powers JM, Wataha JC.2000. Dental Materials Properties and Manipulation. 7 th ed. Missouri : Mosby, Inc) Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit,antara lain: A. Sifat Fisik Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: a. Warna Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitif pada penodaan. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks.Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin. b. Strength Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda. c. Setting Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
7

Direct Restoration

Jan 16, 2016

Download

Documents

fenimelani

konser
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Direct Restoration

Restorasi direk adalah restorasi gigi yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita segera setelah

dilakukan preparasi. Restorasi ini menguntungkan karena dapat dilakukan hanya sekali kunjungan dan relatif

murah. Bahan restorasi untuk restorasi direk adalah amalgam, semen ionomer kaca (SIK), resin ionomer, dan

komposit.

Perawatan untuk gigi yang mengalami atrisi cukup kompleks dan dapat digunakan restorasi untuk

meningkatkan dimensi vertical pada gigi dan restorasi yang digunakan adalah komposit. Setelah dilakukan

restorasi dengan komposit dan fungsi oklusal telah didapatkan, restorasi dapat diperbaiki dan dilakukan

polishing atau restorasi dapat digantikan dengan crown (Bartlett, 2006).

Bartlett D,DDS. 2006. Using composite to restore worn teeth. JCDA vol 72 no. 4.

Komposit (Craig RG, Powers JM, Wataha JC.2000. Dental Materials Properties and Manipulation. 7 th ed.

Missouri : Mosby, Inc)

Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit,antara lain:

A. Sifat Fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman. Selain itu juga kekuatan,

waktu pengerasan dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan

ini. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:

a. Warna

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitif pada

penodaan. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam

polimer matriks.Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna

visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat

untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.

b. Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan

bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-

masing jenis bahan resin komposit berbeda.

c. Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan

setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah

aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik

selama pengadukan.

Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yangtajam tetapi

dengan menggunakan abrasive rotary.

B. Sifat Mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan

bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif,

aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.

a. Adhesi

Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :

Page 2: Direct Restoration

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya

tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.

Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama

dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email

menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik.

Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan

maksudmenciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).

b. Kekuatan dan keausan

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan

tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk

penumpatan sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks

yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.

C. Sifat Kimia

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana

molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang disebut monomer.Inti

molekul yang terbentuk dalam system ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan

pada ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat

multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA). Bis-

GMA murni menjadi sangat kental maka untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat

berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA)ditambahkan.

D. Kelebihan

Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit juga tidak

berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu,

warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik.

E. Kekurangan

Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama pemakaian. Selain

itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan menyebabkan perubahan warna

pada marginal tambalan.

Teknik Manipulasi Resin Komposit (BPSL Konservasi blok 5)

A. Etching dan bonding

Untuk membentuk ikatan antara komposit dan struktur gigi maka gigi harus dietsa

Dengan menggunakan bonding agent, enamel dan dentin pada kavitas preparasi dietsa dengan asam

selama 30 detik yang mengandung 10%-15% / 34%-37% gel / cairan asam fosfat. Asam tersebut

kemudian dibasuh dengan air dan permukaannya dikeringakan dengan aliran udara

Pada saat yang sama, bonding agent mempenetrasi permukaan enamel dan dentin yang teretsa dan

menyebabkan retensi mikromekanik pada restorasi

Jika menggunakan single paste composite ( light cured) sebanyak 1 pasta composite

Harus dicegah adanya under curing karena akan menghasilkan tambalan yang keras hanya pada kulit

luarnya sedangkan bagian dalamnya tetap lunak

Page 3: Direct Restoration

Under curing dapat terjadi bila sumber cahaya diletakkan tidak cukup dekat pada permukaan bahan

yang hendak dipolomerisasi

Bahan yang lebih gelap mengabsorbsi warna lebih banyak sehingga membutuhkan waktu curing yang

lebih lama.

Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan

Selain single paste composite (light cured) ada juga menggunakan two paste composite / dual cured

composite ( self cured )

Kedua pasta hendaknya dicampur dengan baik dan dengan perbandingan yang benar ( biasanya dalam

volume yang serupa )

Sebaiknya jangan menggunakan spatel yang terbuat dari stanless steel karena spatel ini tidak

sepenuhnya tahan terhadap abrasi

Cegah terjadinya kontaminasi oleh suatu pasta terhadap pasta lainnya

Sedapat mungkin cegah terperangkapnya udara dalam adonan sewaktu pencampuran

Bahan yang sudah dimanipulasi hendaknya langsung dimasukkan ke dalam kavitas

Sebelum komposit dimasukkan ke dalam kavitas, pulpa harus dilindungi dengan liner (Ca (OH)2) atau

glass ionomer, hybrid ionomer, compomer base

B. Penumpatan

Komposit diletakkan menggunakan instrumen plastis ke dalam kavitas

C. Finishing dan polishing

Untuk mengurangi menggunakan : diamond, carbide finishing bur, finishing disk, strips alumina

Untuk finishing akhir : abrasive - impregnated rubber rotary instrument, disk / rubber cup dengan

berbagai paste polishing

Finishing akhir dari composite light cured dimulai segera setelah light curing.

FINISHING (BPSL Prosto dan Rosenstiel, S.F. 1988. Contemporary Fixed Prosthodontics. 2nd ed. CV Mosby, St

Louis)

Permukaan yang halus dan kontinuitas pada seluruh permukaan prepasrasi akan membantu fase pembuatan

saat model dicetak. Tahapan kerja:

Gunakan mata bur round-end tapered atau torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk

menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer.

Gunakan mata bur flat-end tapered atau flat-end fissured fine-finishing bur untuk menghaluskan

permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin shoulder.

Periksalah seluruh permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer menggunakan sonde,

permukaan tersebut harus terasa sehalus permukaan kaca, tidak ada bagian yang tajam ataupun

iregular.

Page 4: Direct Restoration

Periodontitis Kronis

Periodontitis kronis merupakan penyakit periodontitis dengan tipe progresif yang lambat. Dengan adanya

faktor sistemik seperti diabetes, perokok, stres, progres penyakit akan lebih cepat karena faktor tersebut

dapat merubah respon host terhadap akumulasi plak. Periodontitis kronis adalah hasil dari respon host pada

agregasi bakteri di permukaan gigi yang mengakibatkan kerusakan irreversibel pada jaringan perlekatan

yang menghasilkan pembentukan poket periodontal dan kehilangan tulang alveolar pada akhirnya. Terjadi

kerusakan tulang alveolar secara vertikal dan horizontal pada periodontitis kronis. (Michael GN., Henry

HT.,Fermin AC. 2012. Bone Loss and Patterns of Bone Destruction. Carranza's Clinical Periodontology, 12th

ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia)

(Kerusakan tulang vertical)

Page 5: Direct Restoration

(Kerusakan tulang horizontal)

Urutan terapi periodontal (Slide kuliah klarifikasi rencana perawatan blok 7)

Preliminary phase

Perawatan darurat untuk:

- Gigi atau periapikal

- Periodontal

- Pencabutan gigi yang tdk ada harapan

Page 6: Direct Restoration

Nonsurgical phase (phase I therapy)

- Kontrol plak

- Kontrol diet

- SRP

- Koreksi untuk restorasi dan protesa yang menyebabkan iritasi

- Pembersihan karies dan restorasi (bisa sementara atau final, tgt dari prognosis dan lokasi karies)

- Terapi antimikrobial (lokal / sistemik)

- Terapi oklusi

- Pergerakan ortodontik minor

- Splinting dan protesa sementara

Evaluasi respon terhadap fase I :

- pemeriksaan kedalaman poket dan inflamasi gingiva

- adanya plak, kalkulus dan karies

Surgical phase ( phase II therapy)

- Terapi periodontal (kuretase, gingivektomi, operasi flap, bedah plastik dan estetik periodontal),

pemasangan implant

- Terapi endodontic

Restorative phase (phase III therapy)

- Restorasi final

- Pembuatan protesa lepasan atau cekat

Evaluasi respon thdp prosedur restorasi

- pemeriksaan jar periodontal

Maintenance phase (phase IV therapy)

Kontrol teratur, dan periksa:

- plak, kalkulus

- Kondisi gingiva (poket dan keradangan)

- Oklusi, kegoyangan gigi

- Dll perubahan patologis