Top Banner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TESIS EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU Oleh: FAY FERRY NIM.5805002 Pembimbing: Dr. H. Tri Budi Wiryanto, Sp.OG (K) Dr. Docang Tjiptosisworo, Sp.OG (K), MMR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET - RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2011
67

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

Mar 18, 2019

Download

Documents

LêHạnh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TESIS

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN

MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Oleh:

FAY FERRY

NIM.5805002

Pembimbing:

Dr. H. Tri Budi Wiryanto, Sp.OG (K)

Dr. Docang Tjiptosisworo, Sp.OG (K), MMR

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI

DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET - RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

 

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN

MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disetujui

Tanggal:

Oleh

Pembimbing I:

H. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K)

NIP. 19510421 198011 1 002

Pembimbing II:

Docang Tjiptosisworo, Sp. OG (K), MMR

NIP

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

 

Telah diuji pada ujian proposal

Pada tanggal : 10 - 2 - 2011

Panitia Penguji Tesis

Koordinator tesis (ketua): DR. Supriyadi Hari Respati, dr., Sp.OG

Pembimbing (anggota) :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K)

2. Docang Tjiptosisworo, dr., Sp.OG (K), MMR

Penguji (anggota) :

3. Wuryatno, dr., Sp.OG

4. Mochammad Arief TQ, dr., MS

Telah diuji pada ujian tesis

Pada tanggal : 28 - 5 - 2011

Panitia Penguji Tesis

Koordinator tesis (ketua): DR. Supriyadi Hari Respati, dr., Sp.OG

Penguji (anggota) :

1. Wuryatno, dr., Sp.OG

2. Mochammad Arief Tq, dr., MS

3. DR.Supriyadi Hari Respati,dr.,SpOG

Pembimbing (anggota) :

4. H .Tri Budi Wiryanto, dr., SpOG (K)

5. Docang Tjiptosisworo,dr.,SpOG(K), MMR

.

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan tesis dengan

judul efektivitas balon Foley dalam induksi persalinan menggunakan oksitosin

pada kehamilan lewat waktu telah selesai. Pada kesempatan ini pertama kali saya

panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

saya sampaikan kepada H. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K) sebagai

pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

saya sampaikan kepada Docang Tjiptosisworo, dr., Sp.OG (K), MMR sebagai

pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Sebelas

Maret Ravik Karasidi, Prof.DR.dr.Msc.,yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengikuti program Pendidikan Dokter Spesialis I di Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret sehingga dapat menyelesaikan program ini

Terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Zaenal Arifin, Prof.DR.dr.SpPD-KR.,yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program Pendidikan

Spesialis I di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sehingga dapat

menyelesaikan menyelesaikan program ini.

Terima kasih yang yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada

Mochammad Arief TQ, dr., MS yang telah berkenan memberikan waktu yang

seluas-luasnya sebagai konsultan metodologi penelitian dan statistik dalam

proses penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

saya sampaikan kepada DR. Supriyadi, dr., Sp.OG sebagai koordinator tesis yang

telah memberikan dorongan dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam proses

penyelesaian tesis ini.

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

 

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga saya sampaikan kepada DR. Supriyadi Hari Respati, dr., Sp.OG dan

Wuryatno, dr., Sp.OG, sebagai tim penguji, yang telah berkenan memberikan

waktu dan tenaga dalam proses penyelesaian tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankan saya mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Suprayitno, dr., Direktur RSUD Kebumen.

2. Rustam Sunaryo, dr., Sp.OG, Ka. Bag./ SMF. Obgin FK. UNS.

3. Dr. Sri Sulistyawati, dr., Sp.OG (K), KPS Obgin FK. UNS.

4. Abdulrahman Laqief, dr., Sp.OG (K), SPS Obgin FK. UNS.

5. Soeroso, dr., Sp.OG, Ka. SMF Obgin RSUD Kebumen

6. Palupi, dr., Sp.OG, staf RSUD Kebumen

7. Budiadi, dr., Sp.OG, Ka. SMF Obgin RSUD Boyolali

8. Haris,dr., Sp.OG, Staf RSUD Boyolali

9. Seluruh Staf PPDS I bag. Obgin FK. UNS.

10. Semua rekan residen PPDS I Obgin FK. UNS. yang banyak

membantu pelaksanaan tesis ini.

11. Ayahanda Muller Simanjuntak, Drs. (almarhum) dan Ibunda Jojor

Ervina yang telah membesarkan dan mengasuh serta mendidik

disiplin kepada saya dengan penuh kasih sayang.

12. Istri saya tercinta Probowati Praptitawangsariningrum yang telah

banyak berkorban selama saya mengikuti pendidikan PPDS I Obgin,

tetap mendorong dan memberikan semangat sampai saya dapat

menyelesaikan tesis ini.

13. Kedua anak saya Grace dan Audrey, yang dapat menerima dan

memahami kesibukan saya dan juga mendorong semangat saya

untuk menyelesaikan tugas tesis ini.

14. Semua ibu primigravida dan multigravida yang saya pergunakan

sebagai peserta penelitian tesis ini, yang dengan iklas memberikan

pengorbanan demi kesuksesan ilmu pengetahuan.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

 

15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu saya menyelesaikan tugas tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi umat manusia, khususnya ibu-ibu yang

akan melakukan persalinan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan

karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Fay Ferry S

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

 

RINGKASAN

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN

MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Fay Ferry S

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu adalah bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari praktek obstetri modern. Induksi persalinan pada kehamilan

lewat waktu sering terjadi kegagalan karena serviks yang belum matang.

Pematangan serviks merupakan hal yang mendasar dalam keberhasilan induksi

persalinan.

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dengan serviks belum

matang menggunakan oksitosin saja sudah mulai ditinggalkan karena masih

tingginya angka kegagalan induksi persalinan. Walaupun masih dimungkinkan

penambahan penggunaan preparat lain dalam pematangan serviks dan induksi

persalinan. Cara pematangan serviks bisa secara mekanis maupun

medikamentosa. Secara mekanis yaitu batang laminaria dan balon Foley,

sedangkan secara medikamentosa yaitu Prostaglandin, Oksitosin, dan Estradiol.

Balon Foley secara mekanis dapat bekerja menurunkan kegagalan induksi karena

berperan mematangkan serviks

Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Kebumen dan RSUD Boyolali

menggunakan induksi Foley-oksitosin dan oksitosin pada kehamilan lewat waktu

dengan cara 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian, 50

primigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50

primigravida sebagai kelompok kontrol (mendapat oksitosin). 50 multigravida

diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 multigravida:

kelompok kontrol (mendapat oksitosin). Pada balon Foley diisi NaCl 50 cc yang

dipasang hingga di atas orificium uteri internum dan pemberian oksitosin

bersamaan dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2

botolinfus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan

maksimal 40 tetesan, sedangkan pada oksitosin berupa uterotonika dalam bentuk

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

 

injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara

pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan.

Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan keberhasilan induksi

persalinan antara kelompok Foley-oksitosin dan oksitosin. Keberhasilan induksi

bila pembukaan serviks ≥ 4cm.

Primigravida, multigravida, maupun secara keseluruhan dengan serviks

belum matang, kelompok Foley-oksitosin keberhasilannya lebih tinggi dibanding

kelompok oksitosin. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, didapatkan hasil

bermakna dengan p < 0,05 baik pada primigravida, multigravida maupun secara

keseluruhan.

Foley-oksitosin dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi

persalinan pada kehamilan lewat waktu dibandingkan oksitosin yang secara

statistik bermakna dengan p < 0,05.

 

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

 

SUMMARY

THE EFFECTIVENESS OF FOLEY BALLON IN LABOR INDUCTION WITH OXYTOCIN ON POSTTERM PREGNANCY

Fay Ferry S

Delivery induction during post-term pregnancy is an integral part of

modern obstetric practice. Delivery induction during post-term pregnancy often

fails because of immature cervix. Cervix maturity is an underlying factor in the

successful delivery induction. Delivery induction during post-term pregnancy

with immature cervix using oxytoxin has been abandoned, because of the high

delivery induction failure rate. Although it is still possible to add other

preparation use in cervix maturation and delivery induction. Cervix maturation

method can be carried out both mechanically and medicamentosa. Mechanically

it is carried out using laminaria stem and Folley balloon, while in medicamentosa

manner using prostaglandin, oxitoxin, and estradiol. Foley Balloon can

mechanically work to reduce induction failure because it serves to mature cervix

and inductor.

In the research conducted in Pandan Arang Boyolali and Kebumen

Local Public Hospitals the researcher employed Foley-oxytoxin and oxytoxin in

post-term pregnancy with 200 post-term pregnant patients participating in the

research, 50 primigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-

oxytoxin) and 50 primigravida as control group (obtain oxytoxin). 50

multigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-oxitoxin) and 50

multigravida as control group (obtain oxytoxin). Foley balloon was filled in with

NaCl 50 cc put in the place up to above orificium uteri internum and oxytoxin

administration concurrently in the form of 10 IU injection given maximally in 2

infuse bottles of D5% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops,

while in oxytoxin is in the form uterotonika in the form of 10 IU injection given

maximally in 2 infuse bottles of 25% by administering drop from 8 drops to

maximal 40 drops. Mann-Whitney test was done to find out the difference of

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

 

delivery induction success between the Foley-oxytoxin and the oxytoxin groups.

Induction is successful when cervix opening ≥ 4 cm. Both primigravida,

multigravida, and overall with immature cervix in the Foley-oxytoxin groups

have higher success rate compared with the oxytoxin group. From the Mann-

Whitney test, the significant result was obtained with p < 0.05 in both

primigravida, multigravida, and overall. Foley-Oxytoxin can increase the

delivery induction success rate in post-term pregnancy compared with oxytoxin

statistically and significantly with p < 0.05

.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

 

ABSTRAK

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Fay Ferry S

Tri Budi Wiryanto Docang Tjiptosisworo

Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret - RSUD dr. Moewardi

Surakarta

Tujuan: Mengetahui perbedaan keberhasilan antara oksitosin dan balon Foley – oksitosin dalam induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dengan serviks yang belum matang..

Metode: 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian berasal dari RSUD Pandan Arang Boyolali dan RSUD Kebumen pada kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2010 dengan rancangan penelitian kohort retrospektif. Dari 200 sampel tersebut 50 primigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 primigravida sebagai kelompok kontrol (mendapat oksitosin). 50 multigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 multigravida : kelompok kontrol (mendapat oksitosin). Pada balon Foley diisi NaCl 50 cc yang dipasang hingga di atas orificium uteri internum dan pemberian oksitosin bersamaan dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan, sedangkan pada oksitosin berupa uterotonika dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan. Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan keberhasilan induksi persalinan antara kelompok Foley-oksitosin dan oksitosin. Keberhasilan induksi bila pembukaan serviks ≥ 4cm.

Hasil: Setelah dilakukan uji statistik dengan Mann-Whitney hasilnya adalah keberhasilan induksi persalinan menggunakan Foley-oksitosin lebih tinggi daripada menggunakan oksitosin saja pada primigravida,multigravida maupun keseluruhan dengan didapatkan hasil bermakna dengan p< 0,05.

Kesimpulan: Foley-oksitosin dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu pada primigravida (p=0.009), multigravida (p=0.001), dan secara keseluruhan (p=0.001), dibandingkan oksitosin yang secara statistik bermakna dengan p < 0,05.

Kata kunci: Kehamilan lewat waktu, pematangan serviks, balon Foley, oksitosin

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

 

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF FOLEY BALLOON IN LABOR INDUCTION WITH OXYTOCIN ON POSTTERM PREGNANCY

Fay Ferry S

H. Tri Budi Wiryanto Docang Tjiptosisworo

Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret - RSUD dr. Moewardi Surakarta

Objective: To find out the difference between oxytoxin and Foley

Balloon–oxytoxin success in delivery induction during post-term pregnancy with immature cervix.

Methods: 200 post-term pregnant patients participate in the research which from Pandan Arang Boyolali and Kebumen Local Public Hospital in January to December 2010 period with cohort retrospective research design. Out of 200 samples 50 primigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-Oxitoxin) and 50 primigravida as control group (obtain oxytoxin). 50 multigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-Oxitoxin) and 50 multigravida as control group (obtain oxytoxin). Foley balloon was filled in with NaCl 50 cc put in the place up to above orificium uteri internum and oxytoxin administration concurrently in the form of 10 IU injection given maximally in 2 infuse bottles of D5% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops, while in Oxytoxin is in the form uterotonika in the form of 10 IU injection given maximally in 2 infuse bottles of 25% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops. Mann-Whitney test was done to find out the difference of delivery induction success between the Foley-oxytoxin and the oxytoxin groups. Induction is successful when cervix opening ≥ 4 cm.

Results: From the Mann-Whitney test,the significant result was the successful induction of labor with Foley- Oxytocin is higher than oxytocin groups in primigravide, multigravide,even in overall with p<0,05.

Conclusion: Foley-Oxytoxin can increase the delivery induction success rate in post-term pregnancy such as primigravide (p=0.009), multigravide (p=0.001), and overall (p=0.001), compared with oxytoxin statistically and significantly with p < 0.05.

Keywords: Post-term pregnancy, cervix, Foley-balloon, oxytoxin .

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

 

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

RINGKASAN ............................................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..... ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

A. Lama Kehamilan ................................................................................. 5

B. Onset Persalinan ................................................................................... 5

C. Kehamilan Lewat Waktu .................................................................... 13

D. Etiologi dan Patofisiologi ................................................................... 15

E. Penatalaksanaan Kehamilan ................................................................ 16

F. Induksi Persalinan ................................................................................ 18

1 Oksitosin ......................................................................................... 19

2 Prostagladin .................................................................................... 20

3 Balon Foley .................................................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................... 28

A. Kerangka Konseptual ........................................................................... 28

B. Keterangan Kerangka Konseptual ....................................................... 29

C. Hipotesis .............................................................................................. 31

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

 

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 32

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian .......................................... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 33

C. Populasi ................................................................................................ 33

D. Sampel ................................................................................................. 33

1 Teknik Sampling ............................................................................... 33

2 Estimasi Besar Sampling .................................................................. 33

E. Kriteria Restriksi .................................................................................. 34

F. Variabel dan Operasionalisasi Penelitian ............................................ 35

G. Cara Pengambilan Data ....................................................................... 36

H. Teknik Analisis Pengolahan Data ........................................................ 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS................................................... 37

A. Statistik ................................................................................................ 37

B. Uji beda Keberhasilan Induksi ......................................................... 38

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 41

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 44

A. Kesimpulan .......................................................................................... 44

B. Saran .................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA …………………………… ................................................... 45

LAMPIRAN .............................................................................................................. 46

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

 

DAFTAR GAMBAR

. Halaman

Gambar 1.1 Kontraksi Sel Miometrium ......................................................... 9

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Balon Foley-Oksitosin .............................. 29

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tabel Skor Bishop ........................................................................... 18

Tabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Umur ............................................ 37

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ....................... 37

Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan ...................................... 38

Tabel 5.4. Distribusi Kelompok Sampel .......................................................... 38

Tabel 5.5. Uji Beda Keberhasilan Induksi pada Kehamilan

Lewat Waktu Primigravida ........................................................... 39

Tabel 5.6. Uji Beda Keberhasilan Jenis Induksi pada Kehamilan

Lewat Waktu Multigravida ........................................................... 39

Tabel 5.7. Uji Beda Keberhasilan Induksi secara Keseluruhan ....................... 40

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Persetujuan Ibu Hamil untuk Ikut Penelitian ............ 47

Lampiran 2 Data Penelitian.............................................................................. 48

Lampiran 3 Hasil Uji Beda pada Kehamilan Lewat Waktu Primigravida ....... 50

Lampiran 4 Hasil Uji Beda pada Kehamilan Lewat Waktu Multigravida ....... 51

Lampiran 5 Hasil Uji Beda secara Keseluruhan .............................................. 52

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

 

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adreno Cortico Trophic Hormone

CRH : Cortico Tropin Releasing Hormon

c-AMP : Cyclo–Adeno Mono Phospat

DHEAS : Dehidropiandrosterone

Ins P : Inositol Triphospat

MLCK : Miosine Light Chain Kinase

MMP : Matriks Metalloproteinase

PG : Prostaglandin

PLC : Phopolipase

PGDH : Prostaglandin Dehidronase

N : Besar sampel

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

DENGAN SERVIKS BELUM MATANG

Fay Ferry S H. Tri Budi Wiryanto Docang Tjiptosisworo

Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret - RSUD dr. Moewardi

Surakarta Tujuan: Mengetahui perbedaan keberhasilan

antara oksitosin dan balon Foley – oksitosin dalam induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dengan serviks yang belum matang.

Tempat dan Waktu Penelitian : RSUD Pandan Arang Boyolali dan RSUD Kebumen pada kurun waktu Januari sampai denganDesember 2010

Rancangan Penelitian: Observasional analitik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif.

Bahan dan Cara: 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian. Dari 200 sampel tersebut 50 primigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 primigravida sebagai kelompok kontrol (mendapat oksitosin). 50 multigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 multigravida : kelompok kontrol (mendapat oksitosin). Pada balon Foley diisi NaCl 50 cc yang dipasang hingga di atas orificium uteri internum dan pemberian oksitosin bersamaan dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan, sedangkan pada oksitosin berupa uterotonika dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan. Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan keberhasilan induksi persalinan antara kelompok Foley-oksitosin dan oksitosin. Keberhasilan induksi bila pembukaan serviks ≥ 4cm.

Hasil: Primigravida, multigravida, maupun secara keseluruhan dengan serviks belum matang, kelompok Foley-oksitosin keberhasilannya lebih tinggi dibanding kelompok oksitosin. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, didapatkan hasil bermakna dengan p < 0,05 baik pada primigravida, multigravida, maupun secara keseluruhan.

Kesimpulan: Foley-oksitosin dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu pada primigravida (p=0.009), multigravida (p=0.001), dan secara keseluruhan (p=0.001), dibandingkan oksitosin yang secara statistik bermakna dengan p < 0,05.

Kata kunci: Kehamilan lewat waktu, pematangan serviks, balon Foley, oksitosin

Objective: To find out the difference between oxytoxin and Foley Balloon–oxytoxin success in delivery induction during post-term pregnancy with immature cervix.

Research Design: Analytical observation with cohort retrospective research design.

Setting and time: Pandan Arang Boyolali and Kebumen Local Public Hospitals in January to December 2010 period.

Materials and Methods: 200 post-term pregnant patients participate in the research. Out of 200 samples 50 primigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-Oxitoxin) and 50 primigravida as control group (obtain oxytoxin). 50 multigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-Oxitoxin) and 50 multigravida as control group (obtain oxytoxin). Foley balloon was filled in with NaCl 50 cc put in the place up to above orificium uteri internum and oxytoxin administration concurrently in the form of 10 IU injection given maximally in 2 infuse bottles of D5% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops, while in Oxytoxin is in the form uterotonika in the form of 10 IU injection given maximally in 2 infuse bottles of 25% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops. Mann-Whitney test was done to find out the difference of delivery induction success between the Foley-oxytoxin and the oxytoxin groups. Induction is successful when cervix opening ≥ 4 cm.

Results: Both primigravida, multigravida and overall with immature cervix in the Foley-Oxytoxin groups have higher success rate compared with the oxytoxin group. From the Mann-Whitney test, the significant result was obtained with p < 0.05 in both primigravida, multigravida, and overall.

Conclusion: Foley-Oxytoxin can increase the delivery induction success rate in post-term pregnancy such as primigravide (p=0.009), multigravide (p=0.001), and overall (p=0.001), compared with oxytoxin statistically and significantly with p < 0.05.

Keywords: Post-term pregnancy, cervix, Foley-balloon, oxytoxin.  

 

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

RINGKASAN

EFEKTIVITAS BALON FOLEY DALAM INDUKSI PERSALINAN

MENGGUNAKAN OKSITOSIN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTU

DENGAN SERVIKS BELUM MATANG

Fay Ferry S

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu adalah bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari praktek obstetri modern. Induksi persalinan pada kehamilan

lewat waktu sering terjadi kegagalan karena serviks yang belum matang.

Pematangan serviks merupakan hal yang mendasar dalam keberhasilan induksi

persalinan.

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dengan serviks belum

matang menggunakan oksitosin saja sudah mulai ditinggalkan karena masih

tingginya angka kegagalan induksi persalinan. Walaupun masih dimungkinkan

penambahan penggunaan preparat lain dalam pematangan serviks dan induksi

persalinan. Cara pematangan serviks bisa secara mekanis maupun

medikamentosa. Secara mekanis yaitu batang laminaria dan balon Foley,

sedangkan secara medikamentosa yaitu Prostaglandin, Oksitosin, dan Estradiol.

Balon Foley secara mekanis dapat bekerja menurunkan kegagalan induksi karena

berperan mematangkan serviks

Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Kebumen dan RSUD Boyolali

menggunakan induksi Foley-oksitosin dan oksitosin pada kehamilan lewat waktu

dengan cara 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian, 50

primigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50

primigravida sebagai kelompok kontrol (mendapat oksitosin). 50 multigravida

diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-oksitosin) dan 50 multigravida:

kelompok kontrol (mendapat oksitosin). Pada balon Foley diisi NaCl 50 cc yang

dipasang hingga di atas orificium uteri internum dan pemberian oksitosin

bersamaan dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2

botolinfus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maksimal 40 tetesan, sedangkan pada oksitosin berupa uterotonika dalam bentuk

injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara

pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan.

Dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan keberhasilan induksi

persalinan antara kelompok Foley-oksitosin dan oksitosin. Keberhasilan induksi

bila pembukaan serviks ≥ 4cm.

Primigravida, multigravida, maupun secara keseluruhan dengan serviks

belum matang, kelompok Foley-oksitosin keberhasilannya lebih tinggi dibanding

kelompok oksitosin. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, didapatkan hasil

bermakna dengan p < 0,05 baik pada primigravida, multigravida maupun secara

keseluruhan.

Foley-oksitosin dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi

persalinan pada kehamilan lewat waktu dibandingkan oksitosin yang secara

statistik bermakna dengan p < 0,05.

 

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SUMMARY

THE EFFECTIVENESS OF FOLEY BALLON IN LABOR INDUCTION WITH OXYTOCIN ON POSTTERM PREGNANCY WITH UNRIPENING

CERVIX

Fay Ferry S

Delivery induction during post-term pregnancy is an integral part of

modern obstetric practice. Delivery induction during post-term pregnancy often

fails because of immature cervix. Cervix maturity is an underlying factor in the

successful delivery induction. Delivery induction during post-term pregnancy

with immature cervix using oxytoxin has been abandoned, because of the high

delivery induction failure rate. Although it is still possible to add other

preparation use in cervix maturation and delivery induction. Cervix maturation

method can be carried out both mechanically and medicamentosa. Mechanically

it is carried out using laminaria stem and Folley balloon, while in medicamentosa

manner using prostaglandin, oxitoxin, and estradiol. Foley Balloon can

mechanically work to reduce induction failure because it serves to mature cervix

and inductor.

In the research conducted in Pandan Arang Boyolali and Kebumen

Local Public Hospitals the researcher employed Foley-oxytoxin and oxytoxin in

post-term pregnancy with 200 post-term pregnant patients participating in the

research, 50 primigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-

oxytoxin) and 50 primigravida as control group (obtain oxytoxin). 50

multigravida were treated as the treatment group (obtain Foley-oxitoxin) and 50

multigravida as control group (obtain oxytoxin). Foley balloon was filled in with

NaCl 50 cc put in the place up to above orificium uteri internum and oxytoxin

administration concurrently in the form of 10 IU injection given maximally in 2

infuse bottles of D5% by administering drop from 8 drops to maximal 40 drops,

while in oxytoxin is in the form uterotonika in the form of 10 IU injection given

maximally in 2 infuse bottles of 25% by administering drop from 8 drops to

maximal 40 drops. Mann-Whitney test was done to find out the difference of

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

delivery induction success between the Foley-oxytoxin and the oxytoxin groups.

Induction is successful when cervix opening ≥ 4 cm. Both primigravida,

multigravida, and overall with immature cervix in the Foley-oxytoxin groups

have higher success rate compared with the oxytoxin group. From the Mann-

Whitney test, the significant result was obtained with p < 0.05 in both

primigravida, multigravida, and overall. Foley-Oxytoxin can increase the

delivery induction success rate in post-term pregnancy compared with oxytoxin

statistically and significantly with p < 0.05. 

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu adalah bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari praktek obstetri modern. Induksi persalinan pada

kehamilan lewat waktu sering terjadi kegagalan karena serviks yang belum

matang. Pematangan serviks merupakan hal yang mendasar dalam

keberhasilan induksi persalinan (Cunningham, 2005).

Induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu biasanya mulai

dilakukan pada umur kehamilan 41 minggu. Proses pematangan serviks

memegang peranan penting dalam proses persalinan, dimana serviks dengan

nilai Bishop ≥ 6 atau dilatasi serviks ≥ 3 cm, maka tingkat keberhasilan

induksi semakin besar (Oakes, 2009).

Oksitosin digunakan secara serial untuk induksi persalinan pada

kehamilan lewat waktudan diharapkan juga terjadi pematangan serviks.

Permasalahan yang sering terjadi yaitu angka kegagalan induksi

menggunakan oksitosin pada kehamilan lewat waktumasih tinggi apabila nilai

Bishop masih rendah. Masih tingginya angka kegagalan induksi persalinan

pada kehamilanlewat waktuberakibat meningkatnya persalinan secara seksio

sesaria(Cunningham, 2005).

Penggunaan oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat

waktu, namun pada saat ini sudah mulai banyak ditinggalkan. Masih ada

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

rumah sakit yang masih melakukan induksi oksitosin saja. Walaupun masih

dimungkinkan penggunaan preparat lain dalam pematangan serviks dan

induksi persalinan. Sampai saat sekarang induksi persalinan masih selalu

menarik untuk didiskusikan, terutama induksi persalinan pada kehamilan

lewat waktu. Hal tersebut berkaitan dengan kontraksi uterus dan

kesejahteraan janin sehingga induksi persalinan pada kehamilan harus lewat

waktu dilakukan secara hati-hati dan teliti. Usaha pematangan serviks dan

induksi secara prinsip dibedakan menjadi 3, yaitu merangsang timbulnya

kontraksi uterus semata; mematangkan serviks, dan merangsang timbulnya

kontraksi uterus, misalnya prostaglandin; mematangkan serviks tanpa

merangsang timbulnya kontraksi uterus, misalnya estrogen.

Cara pematangan serviks bisa secara mekanis maupun medikamentosa.

Secara mekanis yaitu batang laminaria dan balon Foley sedangkan secara

medikamentosa yaitu prostaglandin, oksitosin dan estradiol(Oakes, 2009).

Infus oksitosin dosis rendah dapat digunakan dalam pematangan

serviks. Titrasi infus oksitosin ditingkatkan mulai 1 hingga 4 mU/menit.

Ferguson (2007) menunjukkan bahwa metode ini dapat dibandingkan dengan

misoprostol pervaginam dalam pematangan serviks. Infus oksitosin relatif

aman digunakan karena mudah dihentikan titrasinya sehingga Ferguson

(2007) menyarankan penggunaan titrasi oksitosin dosis rendah dalam

pematangan serviks, terutama untuk pasien berisiko tinggi di mana janin tidak

toleran selama persalinan (Rai, 2008).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Balon Foley yang diberikan bersamaan dengan oksitosin yang bekerja

sebagai pematangan serviks dan induktor dipercaya dapat menurunkan

kegagalan induksi.

Beberapa penelitian yang ada sebelumnya dengan pemberian balon

Foley diisi dengan NaCl 30 cc dan pemberian bersamaan oksitosin sebagai

induktor memberikan keberhasilan induksi meningkat dibanding dengan

oksitosin saja.

Oleh karena itu peneliti inginmenilai efektivitas balon Foley dalam

pematangan serviks bersamaan dilakukan induksi oksitosin persalinan pada

kehamilan lewat waktu dengan serviks belum matang.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan keberhasilan antara oksitosin dan balon Foley–

oksitosin dalam induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dengan

serviks belum matang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan keberhasilan antara oksitosin dan balon

Foley-oksitosin dalam induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu

dengan serviks yang belum matang.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui keberhasilan oksitosin dalam induksi persalinan pada

kehamilan lewat waktu.

b. Mengetahui keberhasilan balon Foley–oksitosin dalam induksi

persalinan pada kehamilan lewat waktu.

D. Manfaat Penelitian

Sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan induksi dengan

menggunakan balon Foley–oksitosin pada kehamilan lewat waktu.

E. Keaslian Penelitian

Sebelumnya telah beberapa penelitian yang membandingkan

efektifitas balon Foley dengan oksitosin misalnya :

1. Pennell, 2009 dalam penelitian berjudul Single Balloon Catheters

Preferred for Cervical Ripening in Primigravide. Pennell meneliti

efektivitas pemasangan satu balon kateter, dua balon kateter, dan balon

kateter ditambah oksitosin. Pemasangan balon Foley ditambah oksitosin

menunjukkan luaran yang lebih baik. Dengan perbedaan balon foley diisi

30 ml dan dilanjutkan oksitosin drip 5IU setelah balon foley ekspulsi,

sedangkan pada penelitian kami balon foley diisi 50 ml NaCL.dan

pemberian oksitosin drip secara bersamaan

2. Pettker, 2008 dalam penelitian berjudul Transcervical Foley catheter with

and without oxytocin for cervical ripening: a randomized controlled trial.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pettker menilai peningkatan keberhasilan induksi dengan cara penambahan

oksitosin drip secara bersamaan pada pemasangan balon Foley trans

servikal. Balon Foley diisi dengan cairan nomal salin 30 ml, sedangkan

pada penelitian kami balon foley diisi 50 ml NaCL.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Lama Kehamilan

Lama kehamilan umumnya berlangsung selama 40 minggu atau 280

hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir dengan simpang baku sekitar dua

minggu. Deviasi dua minggu ditentukan berdasarkan asumsi bahwa ovulasi dan

konsepsi terjadi pada hari ke-14 pada siklus haid 28 hari. Sekitar 50% ibu hamil

akan melahirkan pada umur kehamilan yang sesuai dengan hari pekiraan lahir.

Namun 35 – 40 % ibu hamil akan melahirkan dalam waktu melebihi perkiraan

lahir hingga 2 minggu, dan sisanya sekitar 10 – 15% ibu hamil akan melahirkan

pada umur kehamilan lebih dari 43 minggu (Diana, 2001).

Umur kehamilan dan hari perkiraan lahir biasanya ditentukan dengan

menggunakan rumus Naegele. Cara penggunaan rumus Naegele adalah

menambah hari pertama menstruasi terakhir dengan tujuh hari, bulan dikurangi

tiga, dan tahun ditambah satu. Umur kehamilan juga dapat ditentukan dengan

beberapa pemeriksaan klinis, laboratoris, radiologis, kimiawi, dan ultrasonografi

(Diana, 2001).

B. Onset Persalinan

Onset persalinan dapat diterangkan dengan mengetahui dasar-dasar

perubahan morfologi, biokimia dan fisik uterus yang berkembang selama dan

akhir kehamilan. Pada akhir bulan ke empat, periode utama perkembangan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

uterus, pembesaran uterus berupa hipertrofidan hiperplasi. Janin masih sangat

kecil, tetapi pertumbuhan dari hari ke hari meningkat sangat cepat.

Perkembangan yang cepat dari isi uterus yakni janin, plasenta, selaput

amnion, dan cairan amnion akan meningkatkan berat uterus. Selama

kehamilan, uterus meningkat dari 50 gram hingga 1200 gram. Otot polos

uterus memanjang 10-12 kali dan menebal 2-7 kali. Hal ini akan

meningkatkan volume uterus menjadi 100 kali (Wiknjosastro, 2006).

Walaupun korpus uteri dan serviks uteri merupakan bagian dari satu

organ, tetapi memberikan reaksi yang sangat berbeda terhadap kondisi yang

memungkinkan timbulnya persalinan. Saat implantasi blastosis dan selama

kehamilan, miometrium dapat berkembang namun tetap dalam keadaan

relaksasi, sedangkan serviks tetap kaku dan tak dapat diregangkan. Pada

waktu proses persalinan terjadi, serviks harus melunak, dapat diregangkan,

dan membuka. Fundus mengalami perubahan dari organ yang relaks dan

lunak selama kehamilan, namun menjadi mampu mendorong janin melalui

serviks dan jalan lahir. Kegagalan dalam koordinasi dari fungsi serviks dan

fundus dapat menimbulkan kerugian pada hasil kehamilan. Meskipun

tampaknya peranan serviks dan fundus selama persalinan bertentangan, tetapi

terdapat bukti bahwa kedua proses ini diatur oleh bahan yang sama

(Cunningham, 2005).

Gap junction adalah kontak dari sel ke sel yang diduga terdiri dari

bagian simetrik membran plasma dari dua sel yang berhadapan. Diduga

komunikasi antara sel-sel yang berhadapan diluruskan sehingga terbentuk

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

poriantara sitoplasma dari 2 sel, jadi terbentuk jalan antara dua sel yang

berhubungan untuk mempermudah penyaluran aliran (listrik atau ion) atau

metabolit antara sel-sel. Pada saat ini keberadaan gap junction di jaringan

miometrium dapat ditunjukkan. Dari penelitian Garfield dan kawan-kawan

diketahui bahwa gap junction di antara sel-sel miometrium baru terbentuk

selama proses persalinan. Dari penelitian berbagai spesies, termasuk manusia

gap junction selama kehamilan tidak dapat ditemukan (atau sedikit sekali).

Pada kehamilan cukup bulan jumlah gap junction bertambah dan

pertambahan ini berjalan terus baik dalam jumlah ataupun ukuran selama

proses persalinan. Gap junction mulai menghilang dalam waktu 24 jam

setelah persalinan. Gap junction ditemukan pada persalinan prematur, baik

yang persalinannya secara spontan atau karena diinduksi (Cunningham,

2005).

Faktor-faktor yang menghalangi terbentuknya gap junction antara sel-

sel miometrium adalah penting untuk mempertahankan uterus dalam keadaan

tenang (tidak mengadakan kontraksi). Sebaliknya, terbentuknya gap junction

secara cepat pada kehamilan cukup bulan dapat mempermudah timbulnya

kontraksi uterus yang terpadu yang khas pada proses persalinan

(Cunningham, 2005).

Oleh karena itu, pengaturan dan pembentukan gap junction

merupakan permasalahan yang penting. Penelitian baik in vitro maupun

invivo pada hewan percobaan telah membuktikan bahwa progesteron

menghambat dan estrogen merangsang pembentukan gap junction. Sintetis

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

protein diperlukan untuk membentuk gap junction. Prostaglandin diduga

mempunyai peranan penting pada pembentukan gap junction. Penghambatan

sintesa prostaglandin akan menghambat pembentukan gap junction. Beberapa

jenis prostanoid, seperti PGE2, PGF2α, tromboksan, dan mungkin

endoperoksid, memacu pembentukan gap junction in vitro, sedangkan yang

lain prostanoid seperti prostasiklin dapat menghambat pembentukan gap

junction dantidak meningkatkan pembentukan dari gap junction

(Cunningham, 2005).

Otot polos dari miometrium mempunyai gambaran anatomi yang unik,

berbeda dengan gambaran otot polos skelet. Perbedaan ini menimbulkan

keuntungan khusus pada saat miometrium berkontraksi untuk keberhasilan

melahirkan janin.Pertama, derajat pemendekan dari sel-sel otot polos lebih

besar dari otot bergaris pada waktu kontraksi. Kedua, pada otot polos gaya

kekuatan yang ditimbulkan dapat diarahkan ke segala jurusan, sedangkan

pada otot bergaris gaya kekuatan terbatas searah dengan sumbu serat otot,

otot polos tidak tersusun seperti otot bergaris. Kelompok filamen yang tebal

dan tipis didalam miometrium terdapat memanjang dan tidak teratur diseluruh

sel. Otot polos disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperbesar

pemendekannya dan memperbesar kekuatan yang ditimbulkan. Lain

keuntungan adalah fakta bahwa otot polos dapat menimbulkan gaya kekuatan

ke segala arah dan hal ini memberikan fleksibilitas terhadap arah gaya dorong

yang ditimbulkan tanpa memperhatikan letak ataupun posisi janin

(Wiknjosastro, 2006).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pengaturan kontraksi miometrium pada tingkat seluler adalah sebagai

akibat dari aktivitas miosin rantai-rantai kinase yang diaktifkan oleh kalsium,

afinitas enzim terhadap kompleks kalsium kalmodulin, dan CAMP dependen

fosforilasi dari enzim oleh protein kinase juga harus dipertimbangkan

difosforilasi dari miosin rantai ringan kinase dengan bantuan mioisin rantai-

rantai kinase. Jadi, kontraksi akan terjadi bila didapatkan interaksi antara

miosin yang sudah mengalami fosforilasi dengan aktin dan terbentuk aktin

miosin yang mengalami fosforilasi (Cunningham, 2005).

Gambar 1.1 Kontraksi sel miometrium (Cunningham, 2005).

Pengaturan kontraksi dan relaksasi sel otot polos miometrium.

Terdapat sejumlah agonis yang mengikat reseptor permukaan sel dan

mengaktifkan fosfolipase C dan produksnya dari inositol 1,4,5 trifosfat (IP3).

IP3 akan mengikat reseptor-reseptor tersebut dalam retikulum sarkoplasma

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dan menyebabkan pelepasan ion kalsium ke dalam sitoplasma. Ion kalsium

dapat juga meningkat melalui tegangan atau pengaktivan saluran reseptor. Ion

kalsium akan mengaktifkan kalmodulin yang memicu peningkatan aktifitas

dari miosin light chain kinase (MLCkinase) dan fosforilasi dari miosin light

chain (MLC). MLC yang terfosforilasi berinteraksi dengan aktin yang

mengaktifasi adenosin trifosfat dan melalui hidrolisa dari adenosin trifosfat

menghasilkan kekuatan yang diperlukan untuk kontraksi. Kontraksi dapat

dipertahankan dengan aktifasi dari guanosin trifosfat yang mengikat protein,

RhoA, dan Rhokinase, yang mana akan memfosforilasi dan menghambat

miosin fosfat. Relaksasi diakibatkan kembalinya pelepasan ligand dari

reseptornya. Relaksasi dapat juga terjadi melalui aktifitas hormon yang

menginaktifkan MLC kinase, seperti agen yang mengaktifkan siklik adenosin

mono fosfat (cAMP) atau pola sinyal siklik guanosin monofosfat

(Cunningham, 2005).

Oksitosin merupakan hormon yang sangat kuat, dikeluarkan oleh

neurohipofisis, yang mana merangsang secara langsung jaringan miometrium

dan jaringan mioepitelial payudara. Oksitosin sangat cepat dimetabolisme dan

waktu paruhnya berkisar antara 3-4 menit. Hanya ada sedikit bukti bahwa

peningkatan kadar oksitosin maternal bertanggung jawab dalam memulai

persalinan, tetapi kadar rendah oksitosin mungkin dibutuhkan sebagai faktor

esensial. Sekali persalinan telah mulai, kadar oksitosin akan sangat

meningkatkan kontraksi uterus yang intensif. Konsentrasi oksitosin yang

ditemukan pada plasma ibu, janin, dan bayi yang baru dilahirkan tidak

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

bermakna. Jadi, pengeluaran oksitosin dari hipofisis janin hanya berperan

dalam fase ekspulsi dan postpartum. Pada kondisi postpartum, oksitosin

menimbulkan kontraksi dan retraksi uterus sehingga jumlah perdarahan yang

terjadi berkurang (Cunningham, 2005).

Satu-satunya bukti yang mendukung peran oksitosin sebagai penyebab

terjadinya persalinan adalah secara tidak langsung dan tidak dapat

disimpulkan secara pasti. Oksitosin meningkatkan kontraksi uterus dengan

dua cara yaitu bekerja langsung pada sel otot polos uterus untuk berkontrasi

dan merangsang pembentukan prostaglandin di lapisan desidua (Fuschs,

2002).

Oksitosin dapat menstimulasi kontraksi uterus melalui mekanisme

yang bebas dari konsentrasi kalsium intraseluler. Ditemukan bahwa

konsentrasi Prostaglandin E (PGE) dan Prostaglandin F (PGF) meningkat

selama pemberian oksitosin.Oksitosin juga menstimulasi produksi PGE dan

PGF dari desidua manusia.Penemuan ini menunjukkan adanya interaksi

positif antara oksitosin dan prostaglandin sebagai tambahan terhadap aksi

uterotonika dan mungkin pelepasan prostaglandin oleh oksitosin perlu untuk

efisiensi kontraksi uterus selama persalinan (Bricker, 2002).

Pembentukan proslaglandin oleh selaput janin dan desidua vera uterus

diduga sebagai mekanisme biokimia akhir yang menyebabkan persalinan. Hal

ini dapat diperlihatkan bahwa pemberian proslaglandin F2αatau prostaglandin

E2 secara intravena, intraamniotik, atau ekstra ovular akan menyebabkan

kontraksi miometrium pada setiap umur dari kehamilan. Komplek multienzim

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

berupa prostaglandin sintetase yang terjadi pada selaput janin dan desidua

vera berperan sangat kuat, setidaknya prostaglandin memegang peran kunci

dalam inisiasi persalinan. Lebih jauh dijelaskan, kadar prostaglandin akan

meningkat dalam cairan amnion wanita yang sedang melahirkan, dan bahkan

prostaglandin atau hasil metabolitnya akan meningkat pada darah perifer

wanita hanya sebelum dan selama persalinan (Bricker, 2002).

Besar kemungkinan bahwa dengan melalui sistem komunikasi organ

dilakukan pengaturan aktivitas dari enzim-enzim didalam amnion sedemikian

rupa sehingga diduga isyarat yang berasal dari janin akan mempercepat

pelepasan asam arakidonat dan meningkatkan biosintesis prostaglandin di

dalam amnion. Ada suatu mekanisme pengaturan aktivitas dari fosfolipase

A2.Fosfolipase C yang spesifik terhadap fosfatidilinositol, diasilgliserol lipase

dan dengan demikian monoasilgliserol lipase, di amnion dan khorion

sehingga terbentuk asam-asam arakidonat yang selanjutnya terbentuk

prostaglandin (Cunningham, 2005).

Pada percobaan in vitro ini, disamping adanya fosfatidiletanolamin

yang mengandung asam arasidonat pada posisi sn-2, fosfolipase A2 dalam

melakukan aktivitasnya juga sangat membutuhkan pula ion Ca2+. Aktivitas

dari fosfolipase C yang spesifik terhadap fosfatidilinositoljuga tergantung

pada adanya ion kalsium. Diasilgliserol lipase melakukan katalisis terhadap

diasilgliserol untuk melepaskan asam lemak pada posisi sn-1.Reaksi yang

selanjutnya adalah pelepasan asamarakidonat dari arasidonogliserol pada

posisi sn-2 dan reaksi ini dipacu oleh monoasiligliserol lipase. Sebaliknya

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

aktivitas enzim diasigliserolkinase, yaitu enzim yang memacu perubahan

diasigliserol menjadi asam fosfatidat yang merupakan bahan baku dari

gliserofosfolipid, adalah enzim yang terdapat disamping amnion, chorion, dan

desidua vera yang dihambat oleh ion Ca 2+. Jadi ion Ca2+ memegang peranan

penting dalam pengaturan pelepasan asam arakidonat dan dengan sendirinya

produksi prostaglandindi amnion dan mungkin juga di chorion leave dan

desidua vera. Dapat diramalkan bahwa peningkatan kadar ion Ca2+ didalam

sel akan mempercepat pelepasan asam arakidonat danfosfatidiletanolamin

melalui reaksi yang dipacu oleh fosfolipase A2. Pada sel-sel amnion manusia

yang enzimatik disebar, produksi prostaglandin menurun bila tidak

didapatkan kalsium atau bila diberi calsium channel blockers, tetapi produksi

prostaglandin akan meningkat bila didapatkan kalsium atau diberi calsium

channel blockers (Bricker, 2002).

Peningkatan sintesa PGE2 di amnion merupakan perubahan pokok

untukterjadinya inisiasi persalinan. Peningkatan sintetis pembentukan

prostaglandin di amnion terjadi sebagai jawaban dari isyarat yang berasal dari

janin. Isyarat janin ini diamnion akan menyebabkan peningkatan pelepasaan

asam arakidonat dari gliserofosfolipid atau meningkatkan aktivitas enzim

prostaglandin sintetis atau kedua-duanya (Oakes, 2009).

C. Kehamilan Lewat waktu

Kehamilan lewat waktu didefinisikan sebagai kehamilan yang

melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu dihitung dari hari pertama

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menstruasi terakhir. Ketetapan diagnosis kehamilan postterm sangat

bergantung dari ketepatan perhitungan usia kehamilan atau penetapan

permulaan kehamilan. Secara umum, penentuan umur kehamilan berdasarkan

hari pertama menstruasi terakhir dengan asumsi menstruasi teratur yaitu siklus

28 hari kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Naegele

(Cunningham, 2005; Winkjosastro, 2006).

Angka kejadian kehamilan postterm bervariasi antara 3,5 - 14%

dengan rata-rata 10%. Variasi yang luas ini disebabkan menstruasi terakhir

yang tidak tercatat dengan baik atau tidak teraturnya pola menstruasi serta

para ibu yang lupa akan haid terakhirnya. Namun kini dengan adanya

pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama

bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6 – 12 minggu sehingga

penyimpangan hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan

lewat waktu ialah meningkatnya risiko kematian dan kesakitan perinatal.

Resiko penanganan kehamilan lewat waktu masih diperdebatkan.

Bahkan tanpa adanya komplikasi maternal yang dapat dikenali sekalipun,

masih terdapat sedikit keraguan apakah sebagian janin yang berada di dalam

uterus lebih dari 42 minggu akan menghadapi ancaman yang progresif untuk

mengalami morbiditas yang serius atau bahkan kematian. Tindakan yang

menguntungkan bagi janin semacam itu adalah melahirkannya pada

kehamilan 42 minggu. Sebagian ahli menganjurkan pemilihan metode

konservatif dalam penanganan kehamilan ini dengan pengawasan terhadap

kesejahteraan janin yang ketat. Fasilitas yang diperlukan untuk penilaian

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kesejahteraan janin pada kehamilan lewat waktu dapat mengikuti metode

pemantauan menurut Manning. Besarnya angka kematian janin bila profil

biofisik dilakukan seminggu sekali adalah 4,6 per 1000 kelahiran. Metode

aktif dianut oleh kelompok yang menganggap perlu dilakukan terminasi

kehamilan pada usia 41 minggu karena janin telah aterm dan viabilitas serta

kondisi kesejahteraan janin masih optimal (Cunningham, 2005).

Janin lewat waktu dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan

terjadi makrosomia serta kalsifikasi dari tulang tengkorak yang dapat

menimbulkan trauma persalinan. Keadaan lain adalah terjadinya insufisiensi

uteroplasenter yang mengakibatkan pertumbuhan terhenti bahkan janin

mengalami restriksi pertumbuhan yang diikuti dengan pelepasan mekonium

dalam air ketuban karena hipoksia kronis. Kondisi ini bila dibiarkan dapat

terjadi gawat janin bahkan sampai kematian terutama bila terjadi sindroma

aspirasi mekonium (Cunningham, 2005).

D. Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu belum diketahui, akan tetapi

beberapa kejadian yang dianggap berhubungan dengan peristiwa ini adalah

anensefalus, hipoplasi adrenal janin, tidak adanya kelenjar hipofisis pada

janin, defisiensi sulfatase plasenta dan kehamilan ekstra uterina. Keadaan

klinis ini memberikan suatu gambaran umum yaitu penurunan kadar estrogen

yang pada kehamilan normal umumnya tinggi. Pada kasus insufisiensi

hipofisis atau adrenal janin menyebabkan hormon prekursor yaitu

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dehidroepiandrosteron sulfat disekresi dalam jumlah yang tidak cukup bagi

konversinya menjadi estradiol dan estriol di dalam plasenta. Penurunan kadar

estrogen sendiri diduga tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan

penyimpanan glikofosfolipid yang merupakan prekusor asam arakidonat.

Defisiensi sulfatase plasenta merupakan suatu ciri resesif yang berhubungan

dengan kromosom seks, enzim ini berfungsi memecah hormon prekusor yang

dihasilkan oleh kelenjar adrenal janin, akibatnya penyediaan asam arakidonat

yang akan menjadi prostaglandin tidak cukup (Cunningham, 2005).

Oksitosinmerangsang kontraksi myometrium pada uterusmelalui

mekanisme gap junction dan sensitivitas reseptor oksitosin yang meningkat,

progesteron yang menurun serta estrogen yang meningkat. Keseimbangan

estrogen meningkat dan progesteron menurun akan menyebabkan asam

arakidonat meningkat dan terjadi pembentukan prostaglandin yang

menyebabkan pematangan serviks dengan meningkatnya asam hialuronidase,

penurunan kolagen, dan dilatasi kapiler serviks. Apabila keseimbangan

kenaikan estrogen dan progesteron tidak terjadi maka tidak terjadi

pematangan serviks sehingga kehamilan memanjang (Cunningham, 2005).

E. Penatalaksanaan kehamilan lewat waktu

Penatalaksanaan antepartum pasien dengan kehamilan posterm yang

adekuat memerlukan informasi klinis dan laboratoris. Pada kondisi

antepartum biasanya komplikasi maternal tidak ada sehingga keputusan

memberikan tindakan optimal pada kehamilan dipertimbangkan terhadap

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kondisi janin. Beberapa permasalahan yang perlu dipertimbangkan adalah

usia kehamilan tidak selalu diketahui dengan tepat sehingga janinbisa saja

belum matur sebagaimana yang diperkirakan. Kedua, sangat sulit untuk

menentukan dengan tepat janin mana yang akanmeninggal atau mengalami

morbiditas serius bila dibiarkan di dalam uterus. Ketiga, induksi persalinan

tidak selalu berhasil. Keempat, seksio sesaria meningkatkan secara nyata

risiko morbiditas maternalyang serius baik pada kehamilan sekarang maupun

pada kehamilan berikutnya(Cunningham, 2005).

Identifikasi keadaan janin sebelum induksi merupakan bagian penting

dalam penatalaksanaan antepartum. Manning pada tahun 1987

merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan profil biofisik dua kali

seminggu pada janin lewat waktu dan mengusulkan persalinan janin tersebut

bila terdapat oligohidramnion (Cunningham, 2005). Persalinan merupakan

waktu yang berbahaya bagi janin lewat waktu. Oleh karena itu, wanita hamil

lewat waktu harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit begitu merasa

berada dalam proses persalinan untuk mendapatkan pemantauan dengan alat

elektronik frekuensi denyut jantung janin dan kontraksi uterus secara

konsisten. Pemecahan ketuban masih kontroversi karena sebagian ahli

berpendapat bahwa tindakan ini akan memperberat oligohidramnion sehingga

dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kompresi talipusat, tetapi di lain

pihak amniotomi memungkinkan kita untuk mengenali adanya mekonium

yang kental. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini menentukan dalam

manajemen selanjutnya (Cunningham, 2005).

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

F. Induksi Persalinan

Induksi persalinan adalah usaha merangsang uterus untuk memulai

terjadinya persalinan pada keadaan belum dalam persalinan. Ada beberapa

jenis induksi persalinan baik mekanis maupun medikamentosa. Pemilihan

jenis induksi persalinan dengan mempertimbangkan keadaan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan induksi antara lain: Bishop score,

paritas dan keadaan umum ibu maupun janin (Cunningham, 2005).

Penilaian kematangan serviks pertama kali diusulkan oleh Bishop

tahun 1964 yang menilai dilatasi serviks, konsistensi, panjang (pendataran)

dan posisi serviks serta turunnya bagian terendah janin. Nilai Bishop yang

kurang dari 5 dianggap belum matang. Angka kegagalan induksi masih tinggi

sehingga sebagian ahli mengusulkan masih dilakukan usaha pematangan

lebih dahulu sebelum induksi (Cunningham, 2005).

Tabel 1.1 Skor Bishop Cervix Score

0 1 2 3 Position Posterior Midposition Anterior --- Consistency Firm Medium Soft --- Effacement (%) 0-30 40-50 60-70 >80 Dilation (cm) Closed 1-2 3-4 >5 Baby's Station -3 -2 -1 +1, +2

Sumber: Romney S et al, editors: Gynecology and Obstetrics: The Health

Care of Women, ed 2, New York, 1981, McGraw-Hill.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1. Oksitosin

Secara fisiologis, oksitosin merupakan non peptida yang disintesis di

dalam badan sel supraoptik dan neuron paraventrikuler serta dibawa

sepanjang akson menuju ke lobus neural hipofisis posterior dan oksitosin

siap disekresi oleh hipofisis bagian posterior. Oksitosin merupakan

uterotonika yang poten. Kadar oksitosin dalam plasma meningkat selama

kehamilan, meskipun tidak menyolok. Sensitivitas uterus terhadap

oksitosin juga makin meningkat dengan makin bertambahnya usia

kehamilan (Cunningham, 2005).

Oksitosin merangsang terjadinya kontraksi miometrium. Oksitosin

tidak terlibat dalam fase pertama persalinan sehingga infus oksitosin

relatif tidak efektif dalam menginduksi persalinan pada kehamilan

dengan serviks belum matang dan tidak ditemukan bukti bahwa

oksitosinmenginduksi pembentukan gap junctiondi antara sel-sel

miometrium. Bukti lain yang mengurangi kemungkinan oksitosin untuk

inisiasi persalinan adalah bahwa kadar oksitosin selama kehamilan relatif

tetap atau kenaikannya sedikit (Berlick, 2002).

Oksitosin sebagai uterotonika yang poten tidak diragukan terutama

pada persalinan fase dua. Kemungkinan oksitosin berperan

mengoptimalkan proses persalinan dengan bekerja secara sinergis

dengan uterotonin yang diproduksi di jaringan uterus. Selain

kadaroksitosin, kekuatan kontraksi uterus juga dipengaruhi adanya

reseptor oksitosin yang terletak pada membran plasma miometrium dan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

secara fisiologis merupakan reseptor spesifik untuk oksitosin (Berlick,

2002).

Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian perenteral,

juga cepat diabsorbsi di mukosa mulut dan bukal, sehingga

memungkinkan pemberian per oral sebagai tablet isap.Waktu paruh

oksitosin sekitar 12-17 menit. Oksitosin diinakfikan oleh oksitosinase

yang dihasilkan oleh plasenta dengan jalan memecah ikatan peptida dan

sebagaian besar diekskresikan oleh ginjal dan hati (Cunningham, 2005).

2. Prostaglandin

Prostaglandin adalah hormon yang dibuat oleh berbagai organ dan

efeknya sangat beraneka ragam.Senyawa ini merupakan 20 carbon

hydroxyfatty acid dengan rangkaian cyclopectan dan dua buah rantai

samping. Berdasarkan susunan cyclopectan tersebut dikenal

prostaglandin A, B, E, dan F. Lokasi hidroksi dan jumlah rantai tak

jenuhnya menunjukkan jenis seperti PGE1, PGE2, PGF1α, PGF2α, dan

sebagainya. Pada manusia asamarakidonat merupakan prekusor

prostaglandin PGE dan PGFα dianggap mempunyai efek yang penting

dalam proses persalinan (Cunningham, 2005).

Biosintesis prostaglandin dimulai dari perubahan asam arakidonat

yang terdapat dalam bentuk ester di dalam fosfolipid dapat dilepaskan

oleh enzim fosfolipase A2 terutama bila ada rangsangan kimiawi dan

mekanis. Setelah terbentuk asam arakidonat, maka selanjutnya

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dimetabolisme melalui dua sistem enzim. Enzim lipooksigenase

mengubah asam arakidonat menjadi peroksida lipid 12-hidroperoksi-

asam-eikosa-tetra-enoat (12-HPETE), 12-HETE, dan leukotrien. Hasil

katalisis ini hanya ditemukan pada paru-paru, tombosit, dan

leukosit.HETE dan HPETE yang terbentuk mempunyai efek kemotaktik

terhadap sel-sel polimorfonuklear dan mungkin berpengaruh pada reaksi

peradangan (Cunningham, 2005).

Enzim siklooksigenase (terdapat dalam mikrosom) akan mengubah

asam arakidonat menjadi endoperoksida siklik, PGG2, dan PGH2. Kedua

peristiwa ini tidak stabil, selanjutkannya akan mengalami isomerisasi

secara enzimatik dan non enzimatik menjadi PGE, PGF, dan PGD.

Selain itu PGH juga dapat dimetabolisme menjadi prostasiklin (PGI2)

oleh enzim prostasiklin sintetase dan tromboxan A2 (TX A2) oleh enzim

sintetase (Cunningham, 2005).

Pengaruh prostaglandin dalam persalinan dapat dijelaskan sebagai

suatu perubahan kompleks pada janin dan ibu.Pada janin, sumbu

hipotalamus-hipofisis-adrenal tidak hanya mempengaruhi produksi

steroid di plasenta, tetapijuga mempengaruhi komposisi cairan amnion

yang disekresi dari paru dan ginjal.Perabahan ini juga merupakan isyarat

kepada uterus termasuk serviks dan miometrium. Membran-membran

janin merupakan faktor biologis penting yang selama ini (pada sebagian

besar masa kehamilan) dianggap diam. Hal itu membentuk hubungan

antara permukaan yang dinamis di dalam uterus yaitu antara amnion

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(sumber utama PGE2), desidua (sumber utama PGF1α), dan korion

(sumber utama prosiaglandin dehidrogenase PGDH) yang berada

diantara amnion dan desidua (Cunningham, 2005).

Pematangan serviks diyakini ada hubungannya dengan dua peristiwa

utama yaitu pemecahan kolagen dan perubahan jumlah relatif pada

berbagai glikosaminoglikan. Asam hialuronat merupakan zat yang

dihubungkan dengan kapasitas suatu jaringan untuk menahan air. PGE2

merupakan vasodilator, meningkatkan permeabilitas di dalam serviks

sehingga neutrofil dari sirkulasi ibu dapat memasuki stroma dari jaringan

di serviks. Interleukin 1 (IL-1) yang dihasilkan di serviks akan menarik

dan mengaktifkan netrofil yang merupakan sumber penting kolagenase.

Pengendalian PGE2 di dalam uterus diatur oleh aktifitas PGDH yang

dihasilkan di dalam korion dan merupakan enzim yang bertanggung

jawab terhadap degradasi PGE2 (Bricker, 2002).

Terjadinya kontraksi pada miometrium dimungkinkan oleh adanya

gap junction yang timbul pada saat awal persalinan. Bukti in vivo dan in

vitro pada binatang menjelaskan bahwa progesteron menghambat

pembentukan gapjunction. Prostaglandin juga dipercaya berperan pada

pembentukan gap junction. Efek stimulan dari PGE2 dan PGF2α adalah

dengan cara meningkatkan konsentrasi Ca2+ bebas intraseluler, proses ini

menghasilkan aktivasi miosin light chainkinase, fosforilasi miosin, dan

kemudian interaksinya dengan aktin (Bricker, 2002).

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Prostaglandin E2

Aplikasi lokal gel prostaglandin E2 (dinoproston) banyak

digunakan untuk mematangkan serviks. Perubahan histologis yang

terjadi mencakup pelarutan serabut kolagen dan peningkatan

kandungan air submukosa. Perubahan-perubahan pada jaringan ikat

serviks aterm ini serupa dengan yang ditemukan pada awal persalinan.

Rayburn (1989) mengkaji pengalaman kumulatif dengan preparat

prostaglandin E2 intraservikal atau intravaginal pada lebih dari 5.000

kehamilan yang berasal dari 70 lebih uji klinis prospektif. Rayburn

menyimpulkan bahwa prostaglandin E2 lebih baik daripada plasebo

dalam meningkatkan pematangan dan pembukaan serviks

(Cunningham, 2005).

Proses pematangan serviks yang dipicu oleh prostaglandin

sering mencakup inisiasi persalinan. Selain itu, dengan inisiasi

persalinan, persalinan yang ditimbulkan serupa dengan inisiasi

persalinan dengan persalinan spontan normal. Pemakaian

prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan kemungkinan

keberhasilan induksi, mengurangi insidensi persalinan yang

berkepanjangan, dan mengurangi dosis oksitosin maksimal dan total.

Sekitar separuh dari wanita yang mendapat prostaglandin E2

memasuki persalinan dan melahirkan dalam 24 jam. Manfaat

prostaglandin terhadap angka seksio sesaria tidak bermakna

(Cunningham, 2005).

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Efek samping prostaglandin E2 berupa hiperstimulasi uterus.

Hiperstimulasi uterus didefinisikan sebagai enam atau lebiih kontraksi

dalam 10 menit untuk total 20 menit. Angka hiperstimulasi uterus

yang pernah dilaporkan sekitar 1 % untuk gel intraservikal (dosis 0,5

mg) dan 5 % untuk gel intravaginal (dosis 2 sampai 5 mg). Oleh

karena dapat terjadi hiperstimulasi yang serius atau gangguan janin

apabila prostaglandin digunakan pada persalinan, maka pemakaian

pada keadaan ini umumnya tidak diperbolehkan. Apabila terjadi,

hiperstimulasi biasanya mulai dalam 1 jam setelah aplikasi gel atau

supositoria. Tindakan mengeluarkan supositoria vagina dengan

menarik bagian ekor dari jaring yang mengelilingi preparat ini

biasanya akan meredakan efek tersebut. Irigasi serviks dan vagina

untuk mengeluarkan gel belum terbukti bermanfaat (Cunningham,

2005).

Efek sistemik, termasuk demam, muntah, dan diare akibat

prostaglandin E2 dosis rendah hampir dapat diabaikan. Setiap produk

prostaglandin E2 harus diberikan secara hati-hati dengan glaukoma,

gangguan hati atau ginjal yang parah, atau asma. Prostaglandin E2

adalah suatu bronkodilator, dan bahwa bronkokonstriksi atau

perubahan tekanan darah yang bermakna belum pernah dilaporkan

terjadi pada pemakaian gel dosis rendah. Kemungkinan skor Apgar

yang rendah, perlunya resusitasi, keharusan perawatan di unit intensif,

atau kematian perinatal tidak meningkat pada pemakaian prostaglandin

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

E2 (Cunningham, 2005).

b. Prostaglandin E1

Misoprostol adalah suatu prostaglandin E1 sintetik dan

tersedia dalam sediaan tablet 100 mcg untuk mencegah ulkus

peptikum. Obat ini telah digunakan secara tidak resmi sebagai

pematangan serviks prainduksi dan induksi persalinan. American

College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan bahwa

pemberian intravagina 25 mcg selama tidak lebih dari setiap 3 sampai

6 jam sekali efektif bagi wanita yang serviksnya belum matang

(Cunningham, 2005).

Dosis misoprostol 50 mcg menyebabkan peningkatan

takisistol, pengeluaran mekoneum, dan aspirasi mekoneum secara

bermakna dibandingkan dengan prostaglandin E2. Peningkatan

insidensi seksio sesarea akibat hiperstimulasi uterus dibandingkan

dinoproston. Dosis 25 mcg setiap 3 jam menyebabkan penurunan

secara bermakna efek merugikan dibandingkan dengan dosis 50 mcg.

Laporan-laporan mengenai ruptur uteri pada wanita dengan riwayat

bedah uterus sebelumnya menyebabkan pemakaian misoprostol

dikontraindikasikan pada para wanita ini (Cunningham, 2005).

Windrim (1997) melaporkan misoprostol per oral memiliki

efektifitas untuk mematangkan serviks dan menginduksi persalinan

setara dengan pemberian intravaginal. Bennett (1998) dan Toppozada

(1997) mendapatkan adanya pemendekan interval sampai kelahiran

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

pada aplikasi vaginal, tetapi lebih sering terjadi kelainan frekuensi

denyut jantung janin. Adair (1998) menyimpulkan bahwa aplikasi oral

dan vaginal sama efektifnya tetapi dosis oral 200 mcg berkaitan

dengan peningkatan kelainan kontraktilitas uterus. Wing (1999)

melaporkan bahwa misoprostol 50 mcg per oral kurang efektif

dibandingkan dengan misoprostol 25 mcg pervaginam untuk

mematangkan serviks dan menginduksi persalinan. Dilaporkan juga

bahwa dosis oral 100 mcg sama efektifnya dengan dosis 25 mcg

intravaginal. Perlu lebih banyak informasi mengenai dosis optimal,

rute pemberian misoprostol, kinetika penyerapan oral, penyerapan

vaginal, dan pH vagina (Cunningham, 2005).

3. Balon Foley

Sherman (1996) menyimpulkan hasil dari 13 penelitian dengan

balon Foley yang digunakan untuk dilatasi serviks dan disimpulkan

bahwa dengan maupun tanpa infus salin, metode ini menghasilkan

perkembangan yang cepat dalam skor Bishop dan persalinan yang lebih

singkat. Huang (2002) secara random melakukan penelitian terhadap 135

wanita dalam induksi persalinan menggunakan misoprostol pervaginam,

balon Foley dengan pengisian 30 cc, atau keduanya. Luarannya hampir

sama pada ketiga kelompok, dan tidak ada yang menonjol manfaat dari

kombinasi kedua metode tersebut (Cunningham, 2005).

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Culver (2004) membandingkan oksitosin dan balon Foley terhadap

penggunaan misoprostol 25 mcg pervaginam tiap 4 jam pada wanita

dengan skor Bishop kurang dari 6. Rerata waktu induksi hingga

persalinan secara bermakna lebih singkat pada kelompok balon Foley dan

oksitosin yaitu sekitar 16 jam (Cunningham, 2005).

Alat balon memberikan tekanan mekanis secara langsung pada

serviks saat balon diisi.Untuk pematangan serviks dapat digunakan suatu

balon Foley (26 Fr) atau alat balon yang didesain secara khusus. Teknik

pemasangan dilator balon yaitu :

Pertama, balon Foley dimasukkan ke dalam endoserviks melalui

visualisasi langsung atau blind dengan memastikan lokasi serviks dengan

pemeriksaan vaginal toucher dan mengarahkan kateter menelusuri tangan

dan jari melalui endoserviks dan ke dalam rongga potensial antara selaput

ketuban dan segmen bawah rahim. Kedua, balon Foley diisi dengan 30 -

50 ml larutan fisiologis. Ketiga, balon mengalami retraksi sehingga

terletak dalam muara interna.

Langkah-langkah tambahan yaitu pertama, berikan tekanan dengan

menambah berat pada ujung kateter. Tekanan yang konstan dan

gantungkan 1 L cairan intravena ke ujung kateter dan letakkan pada ujung

tempat tidur. Tekanan intermiten dan disentakkan ujung kateter dua atau

empat kali per jam (Tjahjanto, 2000).

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Penekanan fokal serviks Aktivasi desidua Ikatan reseptor oksitosin ↑

Inflamasi

Prostaglandin endogenMatrix Metalloproteinase↑ Fosfolipase ↑

Permeabilitas serviks ↑Asam hialuronidase↑

Infiltrasi neutrofilia Ca intracellular ↑

Sekresi enzim kolagenase Myosin Light Chain Kinase↑

Degradasi kolagen serviks

Kontraksi miometrium

Timbulnya persalinan (awal fase aktif)

Gambar 3.1 Kerangka konseptual balon Foley-oksitosin

Pematangan serviks

BALON FOLEY + OKSITOSIN

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Keterangan Kerangka Konseptual

Kehamilan lewat waktu terjadi oleh karena estrogen yang minimal,

reseptor oksitosin sedikit dan tidak adanya prostaglandin sehingga tidak

terjadi pematangan serviks dan persalinan.

Pada pemberian oksitosin terjadinya peningkatan ikatan oksitosin

dengan reseptor dan oksitosin merangsang peningkatan pembentukan

fosfolipase yang merubah fosfolipid menjadi inositol trifosfat yang kemudian

terjadi peningkatan kadar kalsium intraseluler, sehingga merangsang

terbentuknya myosin light chain kinase yang mengubah miosin menjadi

miosin-aktif fosforilasi untuk selanjutnya terjadinya kontraksi miometrium.

Pemberian oksitosin juga akan mengaktivasi desidua yang akan merangsang

pengeluaran prostaglandin dan peningkatan matriks metaloproteinase serta

asam hialuronidase. Kondisi tersebut akan menyebabkan pematangan serviks.

Dengan pemberian balon Foley-oksitosin maka akan terjadi 2

mekanisme yaitu pertama balon Foley menyebabkan penekanan fokal serviks

dan berakibat terjadinya respon inflamasi.Respon inflamasi akan

mengeluarkan prostaglandin endogen. Prostaglandin endogen akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas serviks. Kondisi tersebut akan

menyebabkan masuknya neutrofil, di mana netrofil akan mensekresi enzim

kolagenase yang akan menyebabkan degradasi kolagen serviks. Proses

tersebut akan berakhir pada pelunakan serviks. Oksitosin merangsang aktivasi

desidua sehingga terbentuk prostaglandin dan peningkatan matriks

metaloproteinase serta asam hialuronidase, selanjutnya mengurangi kadar

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

kolagen dan meningkatkan kadar air dalam serviks sehingga terjadilah

pematangan serviks. Kedua, terjadinya peningkatan ikatan oksitosin dengan

reseptor dan oksitosin merangsang peningkatan fosfolipase C yang merubah

fosfolipid menjadi inositol trifosfat yang kemudian terjadi peningkatan kadar

kalsium intraseluler sehingga merangsang terbentuknya myosin light chain

kinase. Myosin light chain kinase mengubah miosin menjadi miosin aktif

fosforilasi. Untuk selanjutnya terjadi kontraksi miometrium (Cunningham,

2005).

C. Hipotesis

Keberhasilan persalinan dengan induksi balon Foley-oksitosin lebih

tinggi dibandingkan dengan oksitosin pada kehamilan lewat waktu.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan

penelitian kohort retrospektif sebagai berikut :

( Sastroasmoro, 2008 )

Keterangan :

A = Jumlah pasien yang berhasil diinduksi menggunakan balon Foley-

oksitosin

B = Jumlah pasien yang gagal diinduksi balon Foley-oksitosin

C = Jumlah pasien yang berhasil diinduksi oksitosin

D = Jumlah pasien yang gagal diinduksi oksitosin

Subjek Penelitian

BALON FOLEY - OKSITOSIN

OKSITOSIN

Mulai penelitian

BERHASIL (A)

GAGAL (B)

GAGAL (D)

BERHASIL (C) Matching

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

B. Tempat dan Waktu Penelitian

RSUD Pandan Arang Boyolali dan RSUD Kebumen pada kurun waktu

Januari sampai dengan Desember 2010.

C. Populasi

Menggunakan data sekunder (catatan medik) ibu hamil lewat waktu di

RSUD Kebumen yang dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin dan

balon Foley dan pasien induksi oksitosin di RSUD Pandan Arang Boyolali.

D. Sampel

1. Teknik Sampling

Menggunakan teknik konsekutif sampling.

2. Estimasi Besar Sampling

Penentuaan besar sampel dihitung berdasarkan rumus perkiraan

besar sampel untuk studi kohort retrospektif (Taufikurohman, 2009)

sebagai berikut:

( )( )

( )201

21100

ppzzqpqpn

−++

=βα

Keterangan :

n = Besar sampel yang diinginkan

α = Tingkat kesalahan tipe I yaitu 0,05

Zα = Nilai standar normal dengan tingkat kepercayaan 95%, a=0,05,

Za: 1,960

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Zβ = Nilai standar normal dengan tingkat kepercayaan 80%, β= 20%

Zβ: 0,89

p0 = Proporsi keberhasilan terapi pada kelompok oksitosin=0,60

p1 = Proporsi keberhasilan terapi pada kelompok balon Foley-

oksitosin=0,85

q0 = 1-p0 =0,40

q1 = 1-p1 =0,15

n = (0,60.0,40 + 0,85.015)(1,96+0,89 )2 = 2,985 / 0,06 = 49, 7 ( 0,25 )2

Jadi tiap kelompok n = 50

E. Kriteria Restriksi

Kriteria inklusi:

1. Ibu hamil usia 20–35 tahun, hamil lewat waktu dengan serviks belum

matang

2. Janin tunggal

3. Presentasi kepala

Kriteri eksklusi:

1. Ada riwayat cacat uterus

2. Presentasi bokong

3. Fetal distress

4. Anemia

5. Pasien tidak bersedia diikutkan dalam penelitian

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

F. Variabel dan Operasionalisasi Penelitian

Variabel ini terdiri dari :

1. Variabel bebas : Jenis induksi persalinan

a. Balon Foley-oksitosin : Balon Foley diisi NaCl 50 cc yang

dipasang hingga di atas orificium uteri internum yang

berfungsi mematangkan serviks dan pemberian oksitosin

bersamaan dalam bentuk injeksi 10 IU yang diberikan

maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian

tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40 tetesan.

b. Oksitosin : adalah uterotonika dalam bentuk injeksi 10 IU yang

diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara

pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal 40

tetesan.

Skala pengukuran : Nominal dikotomik

2. Variabel terikat : Keberhasilan induksi

Variabelnya :

a. Berhasil : Setelah diinduksi menggunakan sampai dengan 2 botol

infus masuk fase aktif dan pembukaan serviks mencapai

>4cm.

b. Tidak berhasil : Setelah diinduksi menggunakan sampai dengan 2

botol infus tetap tidak masuk pada fase aktif dan pembukaan

serviks tidak mencapai >4cm.

Skala pengukuran : nominal dikotomik

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3. Variabel Luar :

a. Umur : usia dari subjek penelitian saat diberikan intervensi yaitu

usia 20-35 tahun.

b. Paritas : urutan kehamilan dari subjek penelitian saat diberikan

intervensi yaitu primigravida, sekundigravida, dan

multigravida.

c. Serviks belum matang:

Bila nilai Bishop <5 yaitu suatu penilaian serviks yang dinilai

pembukaan (cm), pendataran serviks, penurunan kepala, konsistensi

serviks, dan posisi serviks.

G. Cara Pengambilan Data

Menggunakan data sekunder dari status pasien (rekam medis pasien)

yang mendapat oksitosin saja maupun yang sebelumnya dipasang balon

Foley-oksitosin dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2010

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

H. Teknik Analisis Pengolahan Data

Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji

beda sampel tidak berhubungan (Uji Mann-Whitney).

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANAL1SIS

A. Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Umur

Kelompok Umur (Tahun )

Primigravida Multigravida Jumlah Persentase Jumlah Persentase

20 - 25 23 23 28 28 25 - 30 37 37 35 35 31 - 36 40 40 37 37 Total 100 100 100 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur responden

adalah 31-36 tahun baik pada Kehamilan Lewat Waktu Primigravida dan

multigravida.

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan Primigravida Multigravida Jumlah Persentase Jumlah Persentase

SD 17 17 21 21 SMP 48 48 29 29 SMA 32 32 44 44 Sarjana 3 3 6 6 Total 100 100 100 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden

adalah SMP pada Kehamilan Lewat Waktu Primigravida sebesar 48%

dan SMA pada Kehamilan Lewat Waktu multigravida sebesar 44%.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Primigravida Multigravida Jumlah Persentase Jumlah Persentase

IRT 26 26 31 31 Buruh 38 38 43 43 Tani 28 28 25 25 PNS 8 8 1 1 Total 100 100 100 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden pada

Kehamilan Lewat Waktu Primigravida adalah buruh (38%) dan pada

Kehamilan Lewat Waktu multigravida sebesar 43%.

B. Statistik

Selama periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010,

didapatkan 200 pasien hamil lewat waktu yang ikut dalam penelitian. Dari

200 sampel tersebut 50 primigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat

Foley-oksitosin) dan 50 primigravida sebagai kelompok kontrol (mendapat

oksitosin). 50 multigravida diperlakukan sebagai kelola (mendapat Foley-

oksitosin) dan 50 multigravida: kelompok kontrol (mendapat oksitosin).

Tabel 5.4. Distribusi Kelompok Sampel

Postterm Jenis Induksi

Jumlah Foley-Oksitosin Oksitosin Primigravida 50 50 100 Multigravida 50 50 100

Total 100 100 200

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

C. Uji Beda Keberhasilan Induksi

Tabel 5.5 terlihat bahwa ada perbedaan keberhasilan induksi pada

kehamilan lewat waktu primigravida menggunakan Foley-oksitosin dan

oksitosin secara bermakna (CI95 % = 1,322 – 8,231,p=0,009).

Tabel 5.5.Uji Beda Keberhasilan Induksi pada Kehamilan Lewat Waktu Primigravida

Keberhasilan Jenis Induksi

Jumlah Foley-Oksitosin Oksitosin Berhasil 41 29 70

Tidak Berhasil 9 21 30 Total 50 50 100

CI95 % = 1,322 – 8,231,OR=3,3, RR=1,7, Mann-Whitney U=950, p=0,009

Tabel 5.5 terlihat bahwa ada perbedaan keberhasilan induksi pada

kehamilan lewat waktu multigravida menggunakan Foley-oksitosin dan

oksitosin secara bermakna (CI95 % = 1,827 – 12,791,p=0,001).

Pada kehamilan lewat waktu primigravida mempunyai nilai OR=

3,3 yang berarti ada kemungkinan peningkatan keberhasilan induksi

Foley-Oksitosin sebesar 3,3 kali lebih tinggi dibanding Oksitosin. Resiko

Relatif (RR)=1,7 yang berarti kemungkinan jenis induksi Foley-Oksitosin

akan berhasil adalah 1,7 kali lebih besar jika dibanding dengan yang tidak

berhasil.

Tabel 5.6. Uji Beda Keberhasilan Jenis Induksi pada Kehamilan Lewat Waktu Multigravida

Keberhasilan

Jenis Induksi Jumlah Foley-Oksitosin Oksitosin

Berhasil 43 28 71 Tidak Berhasil 7 22 29

Total 50 50 100 CI95 % = 1,827 – 12,791, OR=4,6, RR=2, Mann-Whitney U=875, p=0,001

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 5.6 terlihat bahwa ada perbedaan keberhasilan induksi pada

kehamilan lewat waktu secara keseluruhan menggunakan Foley-oksitosin

dan oksitosin secara bermakna (CI95 % = 2,036 – 7,703,p=0,001).

Pada pemberian induksi pada kehamilan lewat waktu multigravida

mempunyai nilai OR=4,8 yang berarti ada peningkatan keberhasilan

induksi Foley-Oksitosin sebesar 4,8 kali lebih tinggi dibanding oksitosin.

Resiko Relatif (RR)=2 yang berarti kemungkinan jenis induksi Foley-

Oksitosin akan berhasil adalah 2 kali lebih besar jika dibanding dengan

yang tidak berhasil.

Tabel 5.7. Uji Beda Keberhasilan Induksi secara Keseluruhan

Keberhasilan Jenis Induksi

Jumlah Foley-Oksitosin Oksitosin Berhasil 84 57 141

Tidak Berhasil 16 43 59 Total 100 100 200

CI95 % = 2,036 – 7,703, OR=4, RR=1,8, Mann-Whitney U=3650, p=0,001

Tabel 5.7 terlihat bahwa nilai OR= 4, yang menunjukkan bahwa tanpa

membedakan kehamilan lewat waktu primi maupun multigravida,

pemberian Foley-Oksitosin mempunyai kemungkinan keberhasilan 4 kali

lebih tinggi dibanding oksitosin. Resiko Relatif (RR)=1,8 yang berarti

kemungkinan jenis induksi Foley-Oksitosin akan berhasil adalah 1,8 kali

lebih besar jika dibanding dengan yang tidak berhasil. Dan hasil uji Mann-

Whitney U menunjukkan bahwa nilai P=0,001 (<0,05) yang berarti induksi

dengan Foley-Oksitosin memberikan keberhasilan lebih tinggi

dibandingkan dengan induksi oksitosin yang diberikan pada pasien.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB VI

PEMBAHASAN

Besarnya angka kematian janin bila profil biofisik dilakukan seminggu

sekali adalah 4,6 per 1000 kelahiran. Metode aktif dianut oleh kelompok yang

menganggap perlu dilakukan terminasi kehamilan pada usia 41 minggu

diantaranya seperti induksi persalinan, karena janin telah aterm dan viabilitas serta

kondisi kesejahteraan janin masih optimal.

Pada penelitian ini subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi dilakukan sebanyak 200 kasus, yang terbagi dalam 4 kelompok yaitu:

kelompok kelola/Foley-oksitosin pada primigravida 50 kasus dan kelompok

kontrol/oksitosin pada primigravida 50 kasus serta kelompok kelola/ Foley-

oksitosin pada sekundi/multigravida 50 kasus dan kelompok kontrol / oksitosin

pada sekundi/multigravida 50 kasus.

Didapatkan perbedaan keberhasilan induksi kehamilan lewat waktu

serviks belum matang secara bermakna pada primigravida, multigravida dan

secara keseluruhan menggunakan Foley-oksitosin dan oksitosin, hal ini

dikarenakan oleh timbulnya persalinan melalui mekanisme Foley-oksitosin

yang lebih pendek dibandingkan dengan mekanisme oksitosin.

Keberhasilan induksi lebih banyak prosentasenya pada kelompok Foley-

oksitosin baik primigravida maupun multigravida. Hal ini ditunjukkan pada

nilai OR =4 yang menunjukkan bahwa tanpa membedakan kehamilan lewat

waktu primi maupun multigravida, pemberian Foley-Oksitosin mempunyai

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kemungkinan keberhasilan 4 kali lebih tinggi dibanding oksitosin.

Dengan pemberian Foley-oksitosin maka akan terjadi 2 mekanisme yaitu

pertama balon Foley oksitosin menyebabkan pematangan serviks melalui

peningkatan aktivitas enzim kolagenase yaitu matriks metaloproteinase (MMP)

sehingga kolagen total turun, perlengketan dalam struktur kolagen berkurang

dan terjadi peningkatan pemecahan dan pelarutan sisa kolagen serta

peningkatan asam hialuronidase untuk selanjutnya mengurangi kadar kolagen

dan meningkatkan kadar air dalam serviks, sehingga terjadilah pematangan

serviks. Kedua, balon Foley-oksitosin juga meningkatkan kalsium intra seluler

sehingga kalsium berikatan dengan kalmodolin akan merangsang terbentuknya

miosin light chain kinase (MLCK) sehingga mengubah miosin menjadi miosin aktif

fosfolirasi untuk selanjutnya terjadi kontraksi miometrium. Dengan adanya

pematangan serviks dan kontraksi miometrium akan timbul persalinan yang ditandai

dengan pembukaan/ dilatasi serviks (Cunningham, 2005). Syamsul Bahri (2001)

melaporkan bahwa keberhasilan induksi kehamilan lewat waktu kelompok

misoprostol 95,5 % dan kelompok oksitosin 73,4 %. Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa induksi Foley-oksitosin lebih berhasil dibandingkan oksitosin

pada induksi persalinan dengan serviks yang belum matang. Setelah dilakukan uji

Mann-Whitney ternyata hasilnya pada primigravida 0,009 (<0,05) dimana hasil ini

secara statistik bermakna sedangkan pada multigravida 0,001 dimana hasil ini secara

statistik juga bermakna. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sherman (1996)

menyimpulkan hasil dari 13 penelitian dengan balon Foley yang digunakan untuk

dilatasi serviks dan disimpulkan bahwa dengan maupun tanpa infus salin, metode

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ini menghasilkan perkembangan yang cepat dalam skor Bishop dan persalinan

yang lebih singkat. Hasil ini juga didukung oleh Culver (2004) membandingkan

oksitosin dan balon Foley terhadap penggunaan misoprostol 25 mcg pervaginam

tiap 4 jam pada wanita dengan skor Bishop kurang dari 6. Rerata waktu induksi

hingga persalinan secara bermakna lebih singkat pada kelompok balon Foley dan

oksitosin yaitu sekitar 16 jam (Cunningham, 2005).

Pada penelitian kami dibanding dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Pennel mengenai efektivitas pemasangan satu balon kateter, dua

balon kateter, dan balon kateter ditambah oksitosin. Pemasangan balon Foley

ditambah oksitosin menunjukkan luaran yang lebih baik. Dengan perbedaan balon

foley diisi 30 ml dan dilanjutkan oksitosin drip 5IU setelah balon foley ekspulsi

dan Pettker, 2008 tentang peningkatan keberhasilan induksi dengan cara

penambahan oksitosin drip secara bersamaan pada pemasangan balon Foley trans

servikal. Balon Foley diisi dengan cairan nomal salin 30 ml terdapat perbedaan

yaitu dalam hal pemberian banyaknya isi balon foley sebanyak 50 ml lebih

banyak penelitian sebelumnya dan penambahan oksitosin drip secara bersamaan

dari dosis terendah sampai tertinggi untuk dapat terjadinya kontraksi yang

diharapkan, sehingga dengan adanya pematangan serviks dan kontraksi miometrium

akan timbul persalinan yang ditandai dengan pembukaan/ dilatasi serviks serta

dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan pada kehamilan lewat

waktu.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Efekti... · injeksi 10 IU yang diberikan maksimal dalam 2 botol infus D5% dengan cara pemberian tetesan mulai 8 tetesan sampai dengan maksimal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Balon Foley-oksitosin lebih berhasil dibandingkan dengan oksitosin

untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu dalam keadaan serviks

yang belum matang yaitu pada: primigravida (p=0,009), multigravida

(p=0,001), secara keseluruhan (p=0,001)

Timbulnya persalinan mekanisme foley oksitosin lebih berhasil daripada

oksitosin dikarenakan adanya pematangan serviks melalui peningkatan

aktivitas enzim kolagenase dan perangsangan terbentuknya miosin light chain

kinase sehingga terbentuknya kontraksi miometrium

B. Saran

Untuk meningkatkan keberhasilan induksi persalinan pada kehamilan

lewat waktu disarankan menggunakan balon Foley-oksitosin.