Klasifikasi: Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis: osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau fungsional. 2.3 EPIDEMIOLOGI Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal- hal berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Klasifikasi:
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu
diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis:
osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau
besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-
infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau
fungsional.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan
penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut
acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling
(domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi
dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses
mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih
panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7) membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.
2.4 ETIOLOGI
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter KeluargaPelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluargab. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluargac. Menguasai ketrampilan berkomunikasiDan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluargab. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluargac. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Karakteristik Dokter Keluarga1. Lynn P. Carmichael (1973)a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatanb. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakatc. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganyad. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakite. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.
2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawabb. Pelayanan primer dan lanjutc. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggid. Memandang pasien dan keluargae. Melayani secara maksimal
3. IDI (1982)a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakatb. Pelayanan menyeluruh dan maksimalc. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinyae. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
Tugas Dokter Keluarga, meliputi :1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,6. Menangani penyakit akut dan kronik,7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,10.Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,11.Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,12.Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,13.Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,7. Melakukan perawatan sementara,8. Menerbitkan surat keterangan medis,9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
Kompetensi Dokter KeluargaDokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,
b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
http://agungswastika.wordpress.com/program-kb/
Dokter Keluarga (DK), Magister Kedokteran Keluarga atau Magister Famili Medisin (MKK/MFM), dan Spesialis Kedokteran Keluarga atau Spesialis Famili Medisin (SpFM)
Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien (di fasilitas/sistem pelayanan kesehatan) untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi – tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral”. Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui CME/CPD atau program spesialisasi. Seperti juga ”Dokter”, Dokter Keluarga menyelengarakan pelayanan kesehatan tingkat primer sebagai generalis atau Dokter Praktik Umum. Cakupan layanan lebih luas dan dalam daripada ”Dokter” tetapi tetap dalam lingkup pelayanan primer. Ilmu dan keterampilannya sebagai penyelenggara layanan primer lebih lengkap dibandingkan ”Dokter”. Seperti telah dikatakan di atas, sekalipun mampu menerapkan pendekatan kedokteran keluarga, seorang ”Dokter” mempunyai keterbatasan karena keterbatasan waktu pendidikan di fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Oleh karena itu seorang ”Dokter” harus menambah ilmu dan keterampilannya dalam lingkup pelayanan primer melalaui program CME/CPD terstruktur atau pendidikan dokter spesialis untuk mencapai predikat DK atau SpFM. Dengan demikian dokter yang bergelar profesi “DK” dapat didefinisikan secara singkat sebagai ”Dokter” (Praktik Umum) yang memperoleh pendidikan tambahan khusus melalui program CME/CPD dan menerapkan pendekatan kedokteran keluarga dalam praktiknya di tempat pelayanan kesehatan primer.
Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan suatu Negara. Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi, serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu, biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan kesehatan yang ideal.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan baik yang
bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk mengatasinya.
Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai berikut: 1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak.2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang ditanggung.3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang tidak berasuransi.4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya.5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut.6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke asuransi.7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol.8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya.9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran.10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial.
Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%. Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis, namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah, kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya kesehatan. Menurut teori ekuilibrium biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 25-50%.
Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata satu yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa batasan wilayah.
Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta masalah kesehatan.
Referensi:
Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role of General Practitioners and family Doctors.
Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.
Ada lima fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi ( 1998), yaitu :
1). Fungsi biologisa) Untuk meneruskan keturunan.b) Memelihara dan membesarkan anak .c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.d) Memelihara dan merawat anggota keluarga .
2). Fungsi psikologisa) Memberikan kasih sayang dan rasa aman .b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga .c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga .d) Memberikan identitas keluarga.
3). Fungsi sosialisasia) Membina sosialisi pada anak.b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatperkembangan anak.c) Meneruskan nilai-nilai budaya.
4). Fungsi ekonomia) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhikebutuhan keluarga.c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan keluarga dimasayang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan ,dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yangdimilikinya.b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datangdalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat -tingkat perkembangannya.