DIARE CAIR AKUT
DIARE CAIR AKUT
A. Pengertian
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
abnormal > 3 kali / hari, serta perubahan isi / volume (>200
gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Brunner dan Suddarth,
2002)
Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa
darah dan atau lendir dalam tinja. (Kapita Selekta Kedokteran,
2000)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, 2001)Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung < 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000)Diare melanjut / berkepanjangan adalah episode
diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula
bersifat akut namun berlangsung selama 14 hari atau lebih. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000).
Ada dua kategori diare kronik. Diare yang berhenti jika
pemberian makanan atau obat-obatan dihentikan disebut diare
osmotik. Sedangkan diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan
disebut diare sekretorik (Samih Wahab, 2000)
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000).
B. Etiologi
1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli,
Salmonella, Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa : E.
hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris, Trikurus; Jamur :
Kandida) melalui fecal oral : makanan, minuman,yang tercemar tinja
atau kontak langsung dengan tinja penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau
protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids
dll
5. Faktor lingkungan dan perilaku
6. Psikologi : rasa takut dan cemas (Kapita Selekta Kedokteran,
2000)C. Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu
absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan
elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli.
Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan
penetrasi mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi
mikroskopis. Muntah dan diare dapat menyusul keracunan makanan non
bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang mengarah
pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh
mengarah pada asidosis akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini
tercermin dengan pernafasan yang cepat. ( Sacharin, R.M, 1996)
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran
mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria
menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin
menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine
monofosfat siklik di sel mukosa usus halus. Sitotoksin memicu
peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator
radang. Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan
peradangan sel bulat di lamina propria. Bakteri yang tumbuh
berlebihan di usus halus juga mengganggu mukosa usus. Bakteri
menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk menghancurkan enzim
glikoprotein pada tepi bersilia dan menggangggu pengangkutan
monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan lesi mukosa di
sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan
respon radang subepitel yang mencolok. (Wahab, A Samih, 2000).
Pathway
Mikro Organisme
Membentuk toksin Radang usus
Mengganggu absorbsi usus
Menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit
Kurang pengetahuan
SHAPE \* MERGEFORMAT
DIARE Muntah
Defisit volume cairan
Cemas orang tua Hospitalisasi PK : Syok Syok
Hipertermi
Takut Suplai cairan / darah (O2) kurang Resusitasi cairan
SHAPE \* MERGEFORMAT Resiko kelebihan volume cairan
Paru Jantung Ginjal Otak Jaringan
Hiperventilasi Penurunan Cardiac Output ARF Hipoksia Gg perfusi
jaringan
Pola nafas tidak efektif Gagal jantung Gagal ginjal
Kesadaran
Gagal nafas Intoleransi aktivitas Brain death
D. Manifestasi klinik
1 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer
2 Kram perut
3 Demam
4 Mual
5 Muntah
6 Kembung
7 Anoreksia
8 Lemah
9 Pucat
10 Urin output menurun (oliguria, anuria)
11 Turgor kulit menurun sampai jelek
12 Ubun-ubun / fontanela cekung
13 Kelopak mata cekung
14 Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001)
Cara Menentukan Derajat Dehidrasi
Yang dinilaiA
(Tanpa dehidrasi)B
(Dehidrasi Tak Berat)C
(Dehidrasi Berat)
I. Riwayat
Diare
Muntah
Rasa haus
Air kemih< 4 x/hari cair
sedikit / tidak
minum biasa tidak haus
normal4-10 x/hari cair
beberapa kali
haus sekali, rakus ingin minum banyak
sedikit gelap> 10 x/hari cair
sangat sering
tidak dapat minum
tidak ada dalam 6 jam
II. Periksa
Keadaan
umum
Air mata
Mata
Mulut/lidah
Nafassehat, aktif
ada
normal
basah
normaltampak sakit, mengan-tuk,lesu, rewel, gelisah
tidak ada
cekung *
kering **
agak cepatsangat mengantuk, le-mah, letargi, tidak sa-dar /
koma
tidak ada
kering, sangat cekung
sangat kering
cepat dan dalam
III. Raba
Kulit (dicubit)
Denyut nadi
Ubun-ubunkembali cepat
normal
normalkembali lambat***
agak cepat
cekungkembali sangat lambat
sangat cepat, lemah ti-dak teraba
sangat cekung
IV Kehilangan
Berat Badan
Cairan< 40 g/KgBB
< 5% BB40-100g/KgBB
5-10 % BB>100 g/KgBB
> 10 % BB
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu
dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih
dan kering, mulut selalu ke-ring pada anak yang biasa bernafas
dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis
minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus,
kwashiorkor atau anak ge-muk. (sangat lambat jika kembali > 2
detik)
A = Tidak / tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu
tanda adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah *
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates, 2001)
E. Komplikasi
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis
metabolic
Syok
Kejang
Sepsis
Gagal Ginjal Akut
Ileus Paralitik
Malnutrisi
Gangguan tumbuh kembang
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates, 2001)
F. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang : mengelola plan A,
B, C
Memonitor tanda dehidrasi, syok
Memenuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan,
makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali
sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Mengontrol dan mengatasi demam
Perawatan perineal
Penyuluhan kesehatan :
Upayakan ASI tetap diberikan
Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan
Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban
Imunisasi campak
Memberikan makanan penyapihan yang benar
Penyediaan air minum yang bersih
Selalu memasak makanan
Selalu merebus dot / botol susu sebelum digunakan
Tidak jajan di sembarang tempat
2. Medis
a. Resusitasi cairan dan elektrolit
1) Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi (oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan
ini sebanyak anak mau dan terus diberikan hingga diare
berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Ddiberikan setiap bab Yang disediakan
< 12 bulan50-100 ml400 ml / hari (2 bungkus)
1-4 tahun100-200 ml600-800 ml / hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun200-300 ml800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)
Dewasa300-400 ml1.200-2.800 ml / hari
Cara memberikan oralit :
Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih
sedikit (sesendok teh tiap 1-2 menit)
Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk
mendapatkan tambahan oralit.
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
Teruskan pemberian ASI
Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat dapat
diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2
hari.
Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat
:
Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tam-bahkan 1 atau 2
sendok teh minyak sayur tiap porsi.
Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah
kalium
Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik selama 3 hari
atau anak mengalami : bab sering kali, muntah berulang, sangat haus
sekali, makan minum sedikit, demam, tinja berdarah
2) Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit
75 ml / kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan anak tidak
diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit sesuai
tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :Umur< 1 tahun1-5
tahun> 5tahunDewasa
Jumlah oralit300 ml600 ml1.200 ml2.400 ml
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B,
atau C untuk melanjutkan pengobatan :
Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana
B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah seperti rencana
A
Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
3) Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena
segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam normal
(larutan yang hanya mengandung glukosa tidak boleh
diberikan).Umur30 ml/kg BB 70 ml/kg BB
< 12 bulan 1 jam pertama5 jam kemudian
> 1 tahun jam pertama21/2 jam kemudian
Rehidrasi parenteral :
RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
(SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum.
Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian
pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
b. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
c. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
d. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka
kolera : Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
e. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S.
Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena
bisa menyebabkan edema otak
f. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau
NaCl
g. Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium
glukonas perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak
jantung
h. Hipokalemia (K , 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates, 2001)
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas : umur, alamat
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
muntah, diare, kembung, demam.
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit)
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : diare, alergi
makanan, intoleransi, riwayat operasi.
Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
Riwayat Imunisasi : imunisasi campak ?
Riwayat tumbuh kembang
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB,
Usia)
Pemeriksaan persistem :
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab /
kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3) Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak
teraba, kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, sianosis
perifer.
5) Sistem Gastrointestinal :
a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir
lembab/kering
b) Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi,
peristaltik meningkat, nyeri
c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi,
lendir, darah, sisa makanan
6) Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun
cekung/tidak, turgor ?, bibir kering/tidak, diaper rash/iritasi di
daerah perineal, ada lipatan kulit/keriput ?
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di
wc / jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?,
sumber air minum ?
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah,
makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak
biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula,
baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping
obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di
warung ?
3) Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria,
anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : travelling
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola persepsi diri dan konsep diri
11) Pola seksual dan reproduksi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan factor psikologis (tingkat stress
dan cemas tinggi), faktor situasional ( keracunan, penyalahgunaan
laksatif, pemberian makanan melalui selang efek samping obat,
kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi,
proses infeksi, iritas, parasit)
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic,
dehidrasi, proses infeksi, medikasi
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
4) PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
5) Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
6) Takut b.d tindakan invasive, hospitalisasi, pengalaman yang
kurang menyenangkan.
7) Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang
informasi, keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan sumber
informasi
8) Resiko kelebihan volume cairan b.d overhidrasi
9) Penurunan cardiac output b.d penurunan suplai
cairan/darah
10) Perubahan pola nafas b.d hiperventilasi
11) Intoleransi aktivitas b.d suplai oksigen kurang
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius
FKUI Jakarta, 2000
Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006,
Prima Medika
Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak, IDAI, 2004
Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward :
terjemahan, EGC, 996 Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention
Classification (NIC), Mosby-Year Book, 1996
Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan,
EGC, 1998
Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook
with NIC Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New
Jersey, 200
Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC),
Mosby-Year Book, 2000
Rosa M. Sacharin, Principles of Paediatric Nursing : terjemahan
, EGC, 1996 Samih Wahab, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, 2000
Suriadi, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV Agung Seto, Jakarta,
2001
Swearingen, Keperawatan Medikal-Bedah, EGC, Jakarta, 2001
Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD
Wates, 2001
---------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan
Profesional Dasar Anak, RSUP Dr Sardjito, 2002
--------------------, Kumpulan Materi Pelatihan Paediatrik
Intensive Care Unit, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 2005
Rencana Asuhan Keperawatan Diare
NoDiagnosa KepNOC / TujuanNIC / Intervensi
1.Diare b.d faktor psiko-logis (stress, cemas), faktor
situasional (kera-cunan, kontaminasi, pem-berian makanan melalui
selang, penyalahgunaan laksatif, efek samping obat, travelling,
malab-sorbsi, proses infeksi, parasit, iritasi)
Batasan karakteristik :
Bab > 3 x/hari
Konsistensi encer / cair
Suara usus hiperaktif
Nyeri perut
Kram
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama X 24 jam pasien
tidak me-ngalami diare / diare berkurang, dengan criteria :
Bowel Elemination Frekuensi bab normal < 3 kali / hari
Konsistensi feses normal (lunak dan berbentuk)
Gerakan usus tidak me-ningkat (terjadi tiap 10 -30 detik)
Warna feses normal
Tidak ada lendir, darah
Tidak ada nyeri
Tidak ada diare
Tidak ada kram
Gambaran peristaltic tidak tampak
Bau fese normal (tidak amis, bau busuk)
Manajemen Diare
1. Identifikasi faktor yang mungkin me-nyebabkan diare (bakteri,
obat, makanan, selang makanan, dll )
2. Evaluasi efek samping obat
3. Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat (smekta
diberikan 1-2 jam setelah minum obat yang lain)
4. Anjurkan pasien / keluarga untuk men-catat warna, volume,
frekuensi, bau, konsistensi feses.
5. Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara
bertahap)
6. Anjurkan klien menghindari makanan yang berbumbu dan
menghasilkan gas.
7. Sarankan klien untuk menghindari ma-kanan yang banyak
mengandung laktosa.
8. Monitor tanda dan gejala diare
9. Anjurkan klien untuk menghubungi pe-tugas setiap episode
diare
10. Observasi turgor kulit secara teratur
11. Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi dan
ulserasi
12. Ukur diare / keluaran isi usus
13. Timbang Berat Badan secara teratur
14. Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare
menetap.
15. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara usus
16. Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
17. Anjurkan diet rendah serat
18. Anjurkan untuk menghindari laksatif
19. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-lihara catatan
makanan
20. Ajari klien teknik mengurangi stress
21. Monitor keamanan preparat makanan
Manajemen Nutrisi
1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi oleh klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori
dan jenis makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
kien dan ba-gaimana cara makannya
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan dengan klien /
keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air dan keringkan setiap
setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal
1. Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
2.Hipertermi b.d dehidrasi, peningkatan metabolik, inflamasi
usus
Batasan karakteristik :
Suhu tubuh > normal
Kejang
Takikardi
Respirasi meningkat
Diraba hangat
Kulit memerah
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama X 24 jam suhu badan
klien normal, dengan criteria :
Termoregulasi Suhu kulit normal
Suhu badan 35,9C- 37,3C
Tidak ada sakit kepala
Tidak ada nyeri otot
Tidak ada perubahan war-na kulit
Nadi, respirasi dalam ba-tas normal
Hidrasi adekuat
Pasien menyatakan nya-man
Tidak menggigil
Tidak iritabel / gragapan / kejang
Pengaturan Panas 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas yang tinggi
7. Berikan obat antipiretik
8. Berikan obat untuk mencegah atau mengontrol menggigil
Pengobatan Panas
1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor derajat penurunan kesadaran
6. Monitor kemampuan aktivitas
7. Monitor leukosit, hematokrit
8. Monitor intake dan output
9. Monitor adanya aritmia jantung
10. Dorong peningkatan intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah pasien menggigil /
kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu
badan 39C atau lebih
18. Kompres hangat diselangkangan, dahi dan aksila bila suhu
badan < 39C
19. Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut
20. Anjurkan klien memakai baju berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan
1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang bersih dan
nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi
1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
perawatan
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
8. Anjurkan koien minum antibiotik sesuai advis dokter
3.Kekurangan volume ca-iran b.d intake kurang, kehilangan volume
cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan
Batasan karakteristik :
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit
Membran mucus / kulit kering
Nadi meningkat, te-kanan darah menu-run, tekanan nadi
menurun
Penurunan pengisian kapiler
Perubahan status mental
Penurunan urin out-put
Peningkatan konsen-trasi urin
Peningkatan suhu tubuh
Hematokrit mening-kat
Kehilangan berat ba-dan mendadak.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama X 24 jam kebutuhan
cairan dan elektrolit adekuat, dengan kriteria :
Hidrasi Hidrasi kulit adekuat Tekanan darah dalam ba-tas
normal
Nadi teraba
Membran mukosa lembab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan dalam batas normal
Kelopak mata tidak ce-kung
Fontanela tidak cekung
Urin output normal
Tidak demam
Tidak ada rasa haus yang sangat
Tidak ada napas pendek / kusmaul
Balance Cairan Tekanan darah normal Nadi perifer teraba Tidak
terjadi ortostatik hypotension Intake-output seimbang dalam 24 jam
Serum, elektrolit dalam batas normal. Hmt dalam batas normal Tidak
ada suara napas tambahan BB stabil Tidak ada asites, edema perifer
Tidak ada distensi vena leher Mata tidak cekung Tidak bingung Rasa
haus tidak berlebih-an Membrane mukosa lem-bab Hidrasi kulit
adekuat
M Monitor Cairan1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake
cairan dan kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan
cairan (hipertermi, diu-retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri,
diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3. Menimbang BB secara teratur
4. Monitor vital sign
5. Monitor intake dan output
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila
diperlukan
7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
9. Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem perifer dan
peningkatan berat badan.
11. Monitor akses intravena
12. Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Pertahankan aliran infuse sesua advis dokter
Manajemen Cairan
1. Timbang berat badan dan monitor ke-cenderungannya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
4. Pasang kateter bila perlu
5. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, denyut
nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-lebihan cairan (krakles,
edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan intake oral selama 24 jam
11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
12. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan
cairan
Manajemen Hipovolemia
1. Monitor status cairan intake dan output
2. Pertahankan patensi akses intravena
3. Monitor Hb dan Hct
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-Cl, RL, Asering)
untuk rehidrasi eks-traseluler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi atau
infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-ubah posisi dengan
cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit menurun,
pengisian kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat, nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan
beri cairan diantara waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi lebih tinggi dari
kepala ketika hipotensi jika perlu
Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, cemas,
bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan,
gangguan ira-ma jantung, penurunan kesadaran : apa-tis, coma)
Manajemen Elektrolit
1. Pertahankan cairan infuse yang me-ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-tion nasogastrik,
diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidakse-imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit
(aldakton, kalsium glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau infus
sesuai advis dokter
4.PK: Syok hipovolemia b.d dehidrasi
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama X 24 jam , klien
tidak mengalami syok / syok teratasi
Kriteria hasil :
Hidrasi kulit adekuat
Tekanan darah dalam ba-tas normal
Akral hangat
Nadi teraba
Membran mukosa lem-bab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan da-lam batas normal
Kelopak mata tidak ce-kung
Urin out put normal
Tidak demam
Fontanela tidak cekung
Tidak ada rasa haus yang sangat
Tidak ada napas pen-dek / kusmaul
M Monitor Cairan1. Tentukan riwayat jenis serta banyaknya intake
cairan dan kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang meyebabkan ketidak seimbangan
cairan (hipertermi, diuretik, kelainan ginjal, muntah, poliuri,
diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3. Monitor perdarahan
4. Kaji adanya vertigo atau posturnal hipotension
5. Menimbang BB
6. Monitor vital sign
7. Monitor intake dan output
8. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila
diperlukan
9. Jaga keakuratan catatan intake dan output
10. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
11. Monitor warna dan jumlah urin
12. Monitor distensi vena leher, krakles di paru, odem perifer
dan peningkatan berat badan.
13. Monitor akses intravena
14. Monitor tanda dan gejala asites
15. Berikan cairan
16. Pertahankan aliran infus sesuai advis
Manajemen Cairan
1. Timbang berat badan dan monitor ke-cenderungan-nya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
4. Pasang kateter bila perlu
5. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, denyut
nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / kele-bihan cairan (krakles,
edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Kelola pemberian produk darah / tranfusi
10. Monitor status nutrisi
11. Berikan cairan intravena
12. Berikan intake oral selama 24 jam
13. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
14. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
15. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan
cairan
Manajemen Hipovolemia
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output
2. Pertahankan patensi akses intravena
3. Monitor Hb dan Hct
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonik / kristaloid (Na Cl, RL, Asering)
untuk rehidrasi intravas-kuler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi atau
infeksi
9. Monitor IWL (misal : diaporesis)
10. Kaji adanya vertigo atau posturnal hypotension
11. Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
12. Anjurkan pasien untuk menghindari mengubah posisi dengan
cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
13. Posisi pasien Trendelenburg atau kaki pasien elevasi / lebih
tinggi dari kepala ketika hipotensi bila perlu
14. Monitor berat badan
15. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit menurun,
pengisian kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat, nadi lemah
16. Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan
beri cairan diantara waktu makan)
17. Pertahankan tetesan infus sesuai advis
5.Takut b.d tindakan inva-sif, hospitalisasi, penga-laman
lingkungan yang kurang bersahabat. (00148)Batasan karakteristik
:
Panik
Teror
Perilaku menghindar atau menyerang
Impulsif
Nadi, respirasi, TD sistolik meningkat
Anoreksia
Mual, muntah
Pucat
Stimulus sebagai an-caman
Lelah
Otot tegang
Keringat meningkat
Gempar
Ketegangan mening-kat
Menyatakan takut
Menangis
Protes
Melarikan diri
Setelah dilakukan tindak-an keperawatan selama X 24 jam rasa
takut klien berkurang, dengan criteria :
Fear control :
Klien tidak menyerang atau menghindari sumber yang
menakutkan
Klien menggunakan tek-nik relaksasi untuk me-ngurangi takut
Klien mampu mengontrol respon takut
Klien tidak melarikan diri
Durasi takut menurun
Klien kooperatif saat di-lakukan perawatan dan pengobatan
Anxiety control Tidur pasien adekuat
Tidak ada manifestasi fisik
Tidak ada manifestasi perilaku
Klien mau berinteraksi sosial
Coping enhancement
1. Kaji respon takut pasien : data objektif dan subyektif
2. Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit
3. Terangkan klien / keluarga tentang semua pemeriksaan dan
pengobatan
4. Sampaikan sikap empati (diam, memberikan sen-tuhan,
mengijinkan mena-ngis, berbicara dll)
5. Dorong orang tua untuk selalu menemani anak
6. Berikan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan
7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan
komunitas
8. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction
1. Jelaskan semua prosedur termasuk perasaan yang mungkin
dialami selama menjalani prosedur
2. Berikan objek yang memberikan rasa aman
3. Berbicara dengan pelan dan tenang
4. Membina hubungan saling percaya
5. Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan klien
6. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
7. Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi dan takut
secara verbal
8. Berikan aktivitas / peralatan yang meng-hibur untuk
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
10. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan kesukaan dari
rumah
11. Mengusahakan untuk tidak mengulang pengambilan darah
12. Libatkan orang tua dalam perawatan dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang tenang
14. Batasi pengunjung
6.Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya (diare,
muntah, panas, kembung)
Batasan karakteristik :
Orang tua sering bertanya
Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
Khawatir
Kewaspadaan me-ningkat
Mudah tersinggung
Gelisah
Wajah tegang, me-merah
Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X per-temuan
kecemasan orang tua berkurang, dengan criteria :
Anxiety control Tidur adekuat
Tidak ada manifestasi fisik
Tidak ada manifestasi perilaku
Mencari informasi untuk mengurangi cemas
Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
Berinteraksi sosial
Aggression Control Menghindari kata yang meledak-ledak
Menghindari perilaku yang merusak
Mampu mengontrol ung-kapan verbal
Coping Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak
efektif
Mampu mengontrol ver-bal
Melaporkan stress / ce-masnya berkurang
Mengungkapkan mene-rima keadaan
Mencari informasi ber-kaitan dengan penyakit dan pengobatan
Memanfaatkan dukungan social
Melaporkan penurunan stres fisik
Melaporkan peningkatan kenyamanan psikisnya
Mengungkapkan membu-tuhkan bantuan
Melaporkan perasaan ne-gatifnya berkurang
Menggunakan strategi ko-ping efektifCoping enhancement
1. Kaji respon cemas orang tua
2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
4. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan dan
pengobatan
5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit
anaknya
6. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction
1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin
dialami selama men-jalani prosedur
2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
4 Membina hubungan saling percaya
5 Dengarkan dengan penuh perhatian
6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas
secara verbal
8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-hibur untuk mengurangi
ketegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
7Kurang pengetahuan kli-en / orang tua tentang diare b.d kurang
informa-si, keterbatasan kognisi, tak familier dengan sum-ber
informasi.
Batasan Karakteristik :
Mengungkapkan ma-salah
Tidak tepat mengiku-ti perintah
Tingkah laku yang berlebihan (histeris, bermusuhan, agitasi,
apatis)
Setelah dilakukan penjelasan selama X pertemuan klien / orang
tua mengetahui dan memahami tentang penya-kitnya, dengan criteria
:
Knowledge : Disease Process :
Mengetahui jenis / nama penyakitnya
Mampu menjelaskan pro-ses penyakit
Mampu menjelaskan fak-tor resiko
Mampu menjelaskan efek penyakit
Mampu menjelaskan tan-da dan gejala penyakit
Mampu menjelaskan komplikasi
Mampu menjelaskan ba-gaimana mencegah kom-plikasi
Knowledge : Health be-havors Mampu menjelaskan pola nutisi yang
sehat
Mampu menjelaskan ak-tifitas yang bermanfaat
Mampu menjelaskan cara pencegahan diare
Mampu menjelaskan tek-nik manajemen stress
Mampu menjelaskan efek zat kimia
Mampu menjelaskan ba-gaimana mengurangi re-siko sakit
Mampu menjelaskan ba-gaimana menghindari lingkungan yang
berba-haya (sanitasi kurang)
Mampu menjelaskan cara pemakaian obat sesuai resep
Teaching : Disease Process1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan klien / orang tua tentang proses penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini
berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan cara yang
sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada diare
dengan cara yang sesuai
4. Gambarkan proses penyakit diare dengan cara yang sesuai
5. Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara yang tepat
6. Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab diare
7. Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare : selalu merebus
air minum, mencuci tangan sebelum makan, tidak makan di sembarang
tempat, merebus dot / botol susu sebelum digunakan, memperhatikan
kebersihan lingkungan dll
8. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi /
perkembangan kesehatan dengan tepat
9. Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik yang
tersedia
10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
12. Gambarkan pilihan rasional rekomendasi manajemen terapi /
penanganan
13. Dukung klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang
tepat
15. Instruksikan klien / orang tua mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain
dengan cara yang tepat
Teaching Procedur / Treatment1. Informasikan kepada klien dan
orang tua kapan prosedur pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa yang akan melakukan
prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan
prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan dialami selama
dilakukan prosedur pengobatan
8.Pola nafas tidak efektif b.d perubahan membrane alveoler
Batasan karakteristik :
Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
Penurunan ventilasi per menit
Penggunaan otot na-fas tambahan
Pernafasan nasal fla-ring
Dispneu
Ortopneu
Penyimpangan dada
Nafas pendek
Posisi tubuh menun-jukkan posisi 3 poin
Nafas pursed-lip (de-ngan bibir)
Ekspirasi memanjang
Peningkatan diame-ter anterior-posterior
Frekuensi nafas
Bayi : < 25 atau > 60
1-4 th : < 20 atau > 30
5-14 th : < 14 atau > 25
> 14 th : < 11 atau > 24
Kedalaman nafas
Volume tidal de-wasa saat istira-hat 500 ml
Volume tidal ba-yi 6-8 ml/kg BB
Penurunan kapasitas vital
Timing rasio
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama X 24 jam pola nafas
efektif, dengan criteria :
Respiratory status : Airway patency :
Suara napas bersih
Tidak ada sianosis
Tidak sesak napas
Irama napas dan frekuensi napas dalam rentang nor-mal
Pasien tidak merasa ter-cekik
Tidak ada sianosis
Tidak gelisah
Sputum berkurang
Respiratory status : ventilation Respirasi dalam rentang
normal
Ritme dalam batas normal
Ekspansi dada simetris
Tidak ada sputum di jalan napas
Tidak ada penggunaan otot-otot tambahan
Tidak ada retraksi dada
Tidak ditemukan dispneu
Dispneu saat aktivitas ti-dak ditemukan
Napas pendek-pendek ti-dak ditemukan
Tidak ditemukan taktil fremitus
Tidak ditemukan suara napas tambahan
Airway manajemen 1 Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
2 Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
3 Identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan napas buatan
4 Pasang mayo bila perlu
5 Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6 Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7 Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
8 Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
9 Monitor respirasi dan status oksigen
Respirasi Monitoring (3350)
1 Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
2 Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot
tambahan, dan retraksi
3 Monitor crowing, suara ngorok
4 Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaull, apnoe
5 Dengarkan suara napas : catat area yang ventilasinya menurun /
tidak ada dan catat adanya suara tambahan
6 K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau crakles
7 Monitor peningkatan gelisah, cemas, air hunger
8 Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
9 Catat karakteristik dan durasi batuk
10 Monitor secret di saluran napas
11 Monitor adanya krepitasi
12 Monitor hasil roentgen thorak
13 Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila
perlu
14 Resusitasi bila perlu
15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi in-halasi)
Cough Enhancement1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital,
dan inspirasi maksimal
2 Dorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
batuk 2-3 kali
3 Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali, dikeluarkan dengan
pelan-pelan dan ba-tukkan di akhir ekspirasi
Terapi Oksigen1. Bersihkan secret di mulut, hidung dan tra-khea
/ tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt,
head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik selang oksigen, air humidifier, aliran
oksigen
9. Observasi tanda kekurangan oksigen : gelisah, sianosis
dll
10. Monitor tanda keracunan oksigen
11. Pertahankan oksigen selama dalam trans-portasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk menga-mati persediaan
oksigen, air humidifier, jika habis laporkan petugas
9.Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2, kelemahan
Batasan Karakteristik :
Laporan kerja : kele-lahan dan kelemahan
Respon terhadap akti-vitas menunjukkan na-di dan tekanan darah
abnormal
Perubahan EKG me-nunjukkan aritmia / disritmia
Dispneu dan ketidak-nyamanan yang sangat
GelisahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam,
klien mampu mencapai : activity toleransi , dengan indikator
:Activity tolerance Saturasi oksigen dalam batas normal ketika
beraktivitas
HR dalam batas normal ketika beraktivitas
Respirasi dalam batas normal saat beraktivitas
Tekanan darah sistolik dalam batas normal saat beraktivitas
Tekanan darah diastolik dalam batas normal saat beraktivitas
EKG dalam batas normal
Warna kulit
Usaha bernafas saat beraktivitas
Berjalan di ruangan
Berjalan jauh
Naik tangga
Kekuatan ADL
Kemampuan berbicara saat latihan
Activity therapy1 Catat frekuensi jantung irama, perubahan
tekanan darah sebelum, selama, setelah beraktivitas sesuai
indikasi
2 Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat
3 Batasi pengunjung
4 Monitor / pantau respon emosi, fisik, sosial dan spiritual
5 Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap
6 Bantu klien mengenal aktivitas dengan penuh arti
7 Bantu klien mengenal pilihan untuk baktivitas
8 Bantu klien mengenal dan memperoleh akal, sumber yang
dibutuhkan untuk keinginan beraktivitas
9 Tentukan kien komitmen untuk me-ningkatkan frekuensi dan atau
jarak un-tuk aktivitas
10 Kolaborasi yang berhubungan dengan fisik, terapi rekreasi,
pengawasan program aktivitas yang tepat
11 Bantu klien membuat rencana yang khusus untuk pengalihan
aktivitas rutin tiap hari
12 Bantu klien / keluarga mengenal ke-kurangan mutu
aktivitas
13 Latih klien / keluarga mengenai peran fisik, sosial,
spiritual , pengertian aktivitas didalam pemeliharaan kesehatan
14 Bantu klien / keluarga menyesuaikan ling-kungan dengan
keinginan aktivitas
15 Berikan aktivitas yang meningkatkan perhatian dalam jangka
waktu tertentu
16 Fasilitasi penggantian aktivitas ketika klien sudah melewati
batas waktu, energi dan pergerakan
17 Berikan lingkungan yang tidak berbahaya untuk berjalan sesuai
indikasi
18 Berikan bantuan yang positif untuk partisipasi didalam
aktivitas
19 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri
20 Monitor emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam
aktivitas
21 Bantu klien / keluarga monitor men-apatkan kemajuan untuk
mencapai tujuan
Dysrhythmia management Aktivitas :
1. Mengetahui dengan pasti klien dan ke-luarga yang mempunyai
riwayat penyakit jan-ung
2. Monitor dan periksa kekurangan oksigen keseimbangan asam
basa, elektrolit.
3. Rekam EKG
4. Anjurkan istirahat setiap terjadi serangan.
5. Catat frekuensi dan lamanya serangan .
6. Monitor hemodinamik.
Jumlah
berlebihan
M
A
K
A
N
A
N
Sanitasi
kurang
Keracunan
Basi
Perilaku tak higienis
Alergi
Psikis
Intoleransi :
laktosa,pro-tein, lemak)
PAGE 24MAHASISWA PRANERS STIKES WIRA HUSADA/MANKEP/KELOMPOK
IIIA/2007