BAB I-Pendahuluan Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam iaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian ransangan. Ransangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Dalam vertigo posisi, timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala . vertigo timbul kerana perangsangan pada kupula kanalis semikularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang disebutkan sebagai debris adalah kotoran yang menempel pada kupula semi-sirkularis. Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Page | 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I-Pendahuluan
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan
nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada sistem keseimbangan. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam iaitu
vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul
tanpa pemberian ransangan. Ransangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit
Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi.
Dalam vertigo posisi, timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala . vertigo timbul
kerana perangsangan pada kupula kanalis semikularis oleh debris atau pada kelainan servikal.
Yang disebutkan sebagai debris adalah kotoran yang menempel pada kupula semi-sirkularis.
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori.
Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat
membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya.
Page | 1
BAB II-ISI
Definisi
Vertigo: perasaan berputar
Benign Paroxysmal Positional Vertigo(BPPV): gejala atau sindrom klinis yang timbul dalam
beberapa detik sampai menit dan intermitten. Bisa timbul mual, rasa melayang,
ketidakseimbangan, gejala timbul dalam perubahan posisi ( bangun tidur, miring kanan atau kiri)
Anatomi dan fisiologi alat keseimbangan tubuh
Terdapat 3 sistem yang mngelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu:
Sistem vestibuler, sistem propriseptik dan sistem optik. Sistem vestibuler meliputi labirin
( aparatus vestibularis),nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pas
petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea ( alat pendengaran) dan aparatus vestibularis ( alat
keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi
endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi
kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.
Apparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan 3 pasang canalis
semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus
dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor
khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah
saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin
selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.
Sistem vestibuler terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis VIII dan nuklei
vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus
Page | 2
os temporalis dan terdiri dari utrikulus, sakulus dan 3 kanalis semisirkularis. Labirin
membranosa itu sendiri berisi endolimfe. Utrikulus, sakulus dan bagian kanalis semisirkularis
yang melebar ( ampula) mengandung organ reseptor yangbefungsi untuk mempertahankan
keseimbangan.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap linkungan disekitarnya tergantung
kepada input sensorik dan reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptik.
Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga
menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam kanalis semisirkularis dan
makula dari organ otolith. Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-sel pada kanalis
semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada
organ otolit terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi
kepala relatif terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan
linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit secara ciri-ciri fisik dari struktur-
struktur yang menutupi sel rambut.
Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat menyerupai dengan sel rambut pada
organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh posisi
dari stereosilia relatif terhadap kinosilium. Jika suatu gerakan menyebabkan stereosilia
membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah
yang berlawanan sehingga stereosilia menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan
terinhibisi.
Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-sel
dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan yang lainnya,
dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir satu bidang yang sama dengan
kanalis telinga satunya. Pada waktui rotasi, salah satu dari pasangan kanalis semisirkularis akan
tereksitasi sementara yangs atunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus
Page | 3
normal dan terdapat percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan,
maka serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada dinding vertikal misalnya rotasi
kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis
posterior akan terinhibisi.
Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir horizontal,
dan sakulus yang terletak pada bidang yang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut kanalis
semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula
utrikulus, kinosilium terletak dibagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral
yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut
aferan akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang
berbeda dari tiap makula, maka SSP mandapat informasi tentang gerak linier dalam 3 dimensi,
walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula.
Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokularis
merupakan suatu jarans penting yang mengendalikan gerakan mata dan refleks vestibulo-okularis
( RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah
dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala.
Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan
pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian lain dari
lapang pandang. Perubahan arah gerakan mata selama ransangan vestibularis merupakan suatu
contoh nistagmus normal.
Page | 4
Gambar 1 Telinga dalam
Etiologi
Pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui ( idiopatik). Beberapa kasus BPPV
dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher, infeksi telinga tengah atau
operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV
sehingga insiden BPPV meningkat dengan bertambahnya usia.
Banyak BPPV yang tibul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit
yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi
sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.
Perjalanan penyakit
Perjalanan penyakit BPPV sangat bervariasi. Pada sebagian besar kasus gangguan
menghilang secara spontan dalam kurun beberapa minggu, namun dapat kambuh setelah
beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang hanya satu kali
Page | 5
mengalaminya. Sesekali dijumpai penderita yang kepekaannya terhadap vertigo posisional
berlangsung lama.
Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari 1 menit. Namun, bila
ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai beberapa menit. Bila
serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini mengakibatkan penderitanya merasakan kepalanya
menjadi terasa ringan, merasa tidak stabil, atau merasa mengambang yang menetap selama
beberapa jam atau hari.
BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-an dan 50-an
tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai pada anak atau orang yang
sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan biasanya bersifat
torsional ( rotator).
Patofisiologi
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis tersebut
terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap kanalis
semisirkularis terdapat bagian yang lebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni
alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala.
Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula amakn mengalami defleksi ke arah ampula.
Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala
menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi
atau bahkan menimbulkan defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang
sebenarnya. Hal ini menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
timbul sensasi vertigo. Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori
kupulolitiasis dan kanalolitiasis.
Page | 6
Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia
menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia
(otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif
akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Ini digambarkan oleh nistagmus dan
rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes
Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara
utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan
partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten
sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.
Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam
KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai
dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini
berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan
endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini
menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali,
terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah
berlawanan. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan
keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai
bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang
efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yang dapat menerangkan
konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.
Page | 7
Gambar 2 Patofisiologi
Gejala klinis
BPPV terjadi secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur, ketika
berubah posisi dari berbaring manjadi duduk. Pasien merasakan pusing berputar yang lama
kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi kepala dengan
timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat
pada awalnya dan awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang
sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari hingga berbulan-bulan.
Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian hari.
Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual dan muntah. Sensasi
ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula, namun arah nistagmus yang
timbul adalah sebaliknya.
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan memprovoksi
dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis
yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix- Hallpike atau perasat Sidelying.
Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut:
Page | 8
1. Terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan
2. Nistagmus yang khas
3. Adanya masa laten
4. Lamanya serangan terbatas
5. Arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal
6. Adanya fenomena kelelahan/ fatigue nistagmus bila stimulus diulang
Diagnosis
Teknik diagnosa dan perjalanan penyakit vertigo perifer
Dalam dunia kedokteran, untuk mendiagnosa suatu penyakit, haruslah melalui tahap- tahap
sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah suatu metode wawancara yang di lakukan oleh seorang dokter untuk
memperoleh informasi secara detail mengenai riwayat openyakit pasien sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat openyakit keluarga dan keluhan penyerta lainnya.
Anamnesis ada dua metode yang di gunakan, yaitu baik secara allo-anamnesis dan secara auto-
anamnesis. Allo- anamnesis di lakukan bukan pada pasienya langsung, tetapi pada orang atau
keluarga dekatnya yang mengantar pasien tersebut ke dokter, hal ini bisa terjadi misalnya pada
pasien yang masih bayi, atau pasien kegawat daruratan yang tidak sadarkan diri sehingga tidak
dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter. Teknik kedua secara auto Anamnesis,
dimana pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien, di tanyaklan langsung
kepada pasien, hal ini di lakukan khususnya pada pasien yang dapat berkomuniokasi secara
langsung dengan dokter pemeriksanya.
Perlu di perhatikan bagi seorang dokter maupun bagi seorang pasien, bahwa metode anamnesis
ini, merupakan salah satu metode terpenting dalam menegakan diagnosa suatu penyakit, sebab
hampir sekitar 90% penegakkan diagnosis berasal dari anamnesis, oleh karena itu prtisipasi dari
pasien juga sangat di harapkan, sebab metode ini membutuhkan wawancara dengan dokter
pemeriksanya.
Page | 9
Untuk kasus ini, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk ditanyakan kepada pasien.
Antaranya adalah:
Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku
Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan
Menanyakan adanya keluhan utama dan penyerta
Menanyakan apakah pasien telah melakukan pemeriksaan sebelumnya atau pengobatan
sebelumnya, apa yang dilakukan untuk mengatasi keluahannya sebelum ke dokter
Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit terdahulu.
Pada anamnesis ditemukan keluhan yang berupa berputarnya tubuh pasien atau keadaan
sekeliling disertai mual dan muntah atau kadang tanpa mual muntah. Perasaan tersebut dapat
timbul spontan atau diperberat oleh perubahan posisi tubuh. Serangan dapat berlangsung konstan
atau episodik selama beberapa menit atau jam. Selanjutnya perlu pula ditelusuri riwayat utama
kepala atau whisplash injury, gangguan penglihatan, kelemahan tubuh, kesulitan bicara, kesulitan
berjalan dan penurunan kesadaran. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang perlu ditanyakan
adalah dengan menanyakan gejala yang muncul seperti yang telah dibahas. Pertanyaan-
pertanyaannya antara lain:
Bagaimana rasa pusing yang dirasakan? Apakah rasanya berdenyut, berputar atau seperti
ditusuk-tusuk?
Berapa lama satu serangan umumnya dirasakan? (durasi)
Berapa kali serangan dapat berlangsung?
Bagaimana intensitas sakit yang dirasakan?
Sejak kapan keluhan mulai dirasakan?
Faktor apa yang memperberat keluhan?
Apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya?
Apakah pasien pernah mengalami muntah atau mual dikarenakan rasa pusingnya?
Apakah pasien pernah mengalami demam, sakit pada telinga atau trauma maupun
pembedahan sebelumnnya?
Apakah ada gangguan berjalan atau keseimbangan disebabkan rasa pusingnya?
Apakah ada keluhan pendengaran yang berdengung atau terganggu?
Apakah ada keluhan lainnya?
Page | 10
Pertanyaan-pertanyaan ini perlu ditanyakan agar dapat memastikan penderita menderita
vertigo dengan latar belakang atau penyebab tertentu sehingga pemeriksaan yang dilakukan
dapat tepat membantu mendiagnosis penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum yang sering dipakai pada pemeriksaan VPPJ yaitu pemeriksaan tanda
vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu dan nadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan penyebab keluhan vertigo, misalnya adanya kenaikan tekanan darah atau penurunan
tekanan darah bisa di curiga bahawa bukan BPPVsebab pada penderita vertigo khususnya VPPJ
biasanya pemeriksaan umum biasanya normal.
b) Pemeriksaan Test Provokasi Nistagmus
Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara memprovokasi
dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semi sirkularis
yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying. Perasat Dix-
Hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna
Canalith Repositioning Treatment.
Pada saat perasat provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon
nistagmus pada kacamata FRENZEL yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik
lagi bila direkam dengan system Video Infra Merah. Penggunaan VIM memungkinkan
penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk
penayangan ulang.Perekaman tersebut tidak dapat bersamaan dengan pemeriksaan ENG, karena
prosesnya dapat terganggu oleh pergerakkan dan artefak kedipan mata, selain itu nistagmus
mempunyai komponen torsional yang prominen, yang tidak dapat terdeteksi oleh ENG.
Page | 11
Gambar 3.Kacamata video Frenzel
I. Perasat Dix-Hallpike
Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan.Perasat Dix-Hallpike kanan
pada bidang kanan anterior kiri dan kanal posterior kanan (gambar 1A) dan perasat Dix-Hallpike
kiri pada bidang posterior kiri (gambar 1B) untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien
duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan.Dengan cepat pasien
dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai hujung kepala pasien menggantung
20-300 pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian
respon pada respon abnormal dilakukan selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon
menghilang.Setelah tindakan pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan degan Canalith
Repositioning Treatment (CRT).Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut
tidak diikuti dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.Lanjutkan
pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 kekiri,
tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon
abnormal, dapat dilanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak
dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.
Page | 12
II. Perasat Sidelying
Perasat Sidelying juga terdiri dari 2 gerakanya itu perasat Sidelying kanan yang menempatkan
kepala pada posisi dimana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus
garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan perasat Sidelying kiri yang
menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada
bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kepala ditegakkan
kesisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk
untuk dilakukan perasat Side lying kiri. Pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala
ditolehkan 450 ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis
posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.
Respon abnormal
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi kebelakang.Namun saat
gerakan selesai dilakukan tampak lagi nistagmus. Pada pasien VPPJ setelah provokasi ditemukan
nistagmus timbulnya lambat, kurang lebih 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari
satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Pada pemeriksaan dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase
cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.
1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan.
2. Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri.
Page | 13
3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.
4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri.
Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike/Side lying pada bidang yang sesuai
dengan kanal yang sesuai dengan kanal yang terlibat.
Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder
dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama.Nistagmus sekunder terjadi oleh
karena proses adaptasi system vestibuler sentral.
Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil
respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon
tersebut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul
dengan arah yang berlawanan, hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.
Pada umumnya VPPJ timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian Herdman terhadap 77
pasien VPPJ, mendapatkan 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien
(12%) pada kanalis anterior dan 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang
terlibat, serta didapatkan satu pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang
perasat Dix-Hallpike/ Side lying menimbulkan Nistagmus Horizontal.Nistagmus ini bisa terjadi
karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau VPPJ pada kanalis horizontal. Bila timbul
Nistagmus Horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan Roll Test.
III. Tes kalori Bitermal
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin
dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 440C. Volume air
yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air
dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air
dingin,diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telingan kiri dialirkan air
panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan( telinga kiri atau kanan atau air
dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit(untuk menghilangkan pusingnya).
Page | 14
Dalam rumus dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih ini kurang dari
40 detik maka berarti kedua fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang. Tetapi bila selisih ini
lebih besar dari 40 detik, maka berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih kecil mengalami
paresis kanal.
Tabel 1.Tes Kalori
Langkah Telinga Suhu air Arah nistagmus Waktu
nistagmus
Pertama Kiri 300C Kanan / Kanan a………..detik
Kedua Kanan 300C Kanan/ Kanan b………..detik
Ketiga Kiri 440C Kanan/ Kanan c………..detik
Keempat Kanan 440C Kanan/ Kanan d………..detik
Hasil tes kalori dihitung dengan mempergunakan rumus: