Top Banner
I. PENDAHULUAN Harga tanah yang makin tinggi, mendorong pemilik memanfaatkan semaksimal mungkin lahannya. Bukan saja bangunan menjadi semakin tinggi, juga makin dirasakan perlunya pembuatan besmen yang lebih dalam lagi. Saat ini, di Jakarta maksimal baru ada 3 lantai besmen, tapi konon ada bangunan yang merencanakan untuk membangun 6 lantai besmen. Semakin dalam besmen dituntut penggunaan teknologi ekskavasi yang lebih canggih, baik dari pertimbangan kepraktisan pelaksanaan maupun cost-nya. Penggunaan struktur penahan tanah (retaining wall) dengan sheet-piling merupakan sistem yang biasa dijumpai. Retaining wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya galian tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada pergerakan gedung di sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser. Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti dengan miringnya gedung tersebut. Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah atau retaining wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, salah satunya yaitu dinding diafragma. 1 | MPK. Diafragma Wall & Basement
29

Diafragma Wall

Jan 15, 2016

Download

Documents

Civil Engineering
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Diafragma Wall

I. PENDAHULUAN

Harga tanah yang makin tinggi, mendorong pemilik memanfaatkan semaksimal mungkin

lahannya. Bukan saja bangunan menjadi semakin tinggi, juga makin dirasakan perlunya

pembuatan besmen yang lebih dalam lagi. Saat ini, di Jakarta maksimal baru ada 3 lantai

besmen, tapi konon ada bangunan yang merencanakan untuk membangun 6 lantai besmen.

Semakin dalam besmen dituntut penggunaan teknologi ekskavasi yang lebih canggih, baik dari

pertimbangan kepraktisan pelaksanaan maupun cost-nya.

Penggunaan struktur penahan tanah (retaining wall) dengan sheet-piling merupakan

sistem yang biasa dijumpai. Retaining wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan

sebuah gedung bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya galian

tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang paling awal

adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada pergerakan gedung di

sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser. Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian

biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti dengan

miringnya gedung tersebut. 

Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan

demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah atau retaining

wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, salah satunya yaitu dinding diafragma.

1 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 2: Diafragma Wall

II. KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL

II.1. PENGERTIAN DIAFRAGMA WALL

Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding penahan tanah

(retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining wall adalah pada

metoda pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada dinding penahan

tanah sistem konvensional. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan yang harus

diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada saat bangunan

dioperasikan.

Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk kontruksi bangunan dibawah

permukaan tanah (basement ) atau penahan tebing supaya tidak longsor atas beban

diatasnya dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.

II.2. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL

A. PERSIAPAN

1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan diafragma wall.

2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang

terkait pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuat guide line,

yaitu mengali pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan

memberikan perkuatan dengan  beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 –

30 cm.  Guide line ini diperlukan agar alat pengali  ( yaitu mesin Grab ) dapat

mudah mengikuti alur galian yang ditentukan .Seperti pada gambar dibawah

ini.

2 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 3: Diafragma Wall

3. Menentukan tempat pembuatan pembesian jika diafragma wall dilakukan

metoda cor in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian

precast sistem.

4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan

dialirkan pada galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan

galian.

5. Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan pondasi yang

memakai bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan

diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan.

6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil

Crane minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor

pile), Mesin Grab, Mesin Bor , Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi

campuran bentonite , ultra sonic sonding dan peralatan lain yang terkait

pekerjaan pembesian. 

3 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 4: Diafragma Wall

B. PELAKSANAAN

Seperti halnya pekerjaan dinding penahan pada umumnya maka step

pertama adalah melakukan penggalian. Penggalian dengan mengunakan mesin

grab.Lebar galian adalah setebal dinding diafragma antara 30 – 50 cm sedangkan

panjang galian adalah sekitar  5 meter. Kedalaman galian disesuaikan dengan

kebutuhan kedalaman basement.Misalnya untuk 2 basement maka kedalaman

minimal adalah 10 meter.Bersamaan dengan melakukan pengalian ini harus juga

dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi

keruntuhan.Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau

panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui

adanya keruntuhan atau tidak.Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling.

(misalnya galian diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1,

pengalian kedua adalah nomor 3 dst ).Hal ini dilakukan untuk meminimalkan

terjadinya keruntuhan pada dinding galian.

Pekerjaan rangkaian pembesian harus disiapkan secara simultan dengan

penggalian, sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga

sudah siap.( Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24 ).Model

rangkaian pembesian adalah double reinforced ( tulangan rangkap ) yang

berfungsi menahan gaya geser dan momen lentur pada diafragma wall.Rangkaian

pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate yang berfungsi untuk

penyambung antar diafragma wall. Setelah pengecekan dengan ultrasonic

dilakukan dan menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian maka

melangkah pada tahap berikutnya yaitu: Untuk Cor In Situ.

-    Memasukkan rangkaian pembesian.Rangkaian pembesian pada sisi yang

nantinya menjadi dinding dalam basement dipasang juga terpal supaya tampilan

diafragma wallnya bisa bagus/rata.

-      Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai selesai.

4 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 5: Diafragma Wall

 Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah galian siap langsung

memasukan panel Precast diafgrama wall. Gambar yang diambil dari Brasfond

dibawah ini mungkin dapat memperjelas uraian diatas.

II.3. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL

1. Biasanya pada lokasi bangunan yang sangat padat ( pemukiman atau gedung lainnya),

kendala untuk membuat basement adalah pada pekerjaan galiannya.Dengan

diafragma wall ini maka hal ini dapat diatasi, karena metoda penggalian dengan

mesin grab ini tidak akan terlalu menggangu terhadap lingkungan sekitar ( dari

kebisingan, kerawanan longsor, MAT yang turun dll ).Pekerjaan pemasangan sheet

pile dari baja yang berisik dan rawan terjadi pergeseran lapisan tanah tidak ada pada

pekerjaan difragma wall ini. Begitu juga dewatering, belum diperlukan pada

pelaksaanaan awal diafragma wall ini.Dengan demikian maka akan “ reliable”

pengunaan konstruksi diafragma wall untuk bangunan basement pada lingkungan

yang padat.

2. Memungkinkan tercapainya penyelesaian yang lebih cepat dibandingkan dengan

metoda konvesional karena dapat diterapkan sistem “ top-down construction”, yaitu

pekerjaan struktur ke atas dan ke bawah bisa dilaksanakan secara bersamaan.

5 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 6: Diafragma Wall

3. Tingkat untuk basement bisa lebih banyak, karena dengan diafragma wall ini

kedalaman galian bisa lebih dalam dibandingkan dengan dinding penahan tanah

konvensional.

II.4. KEKURANGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL

1.  Biaya konstruksi “ relative “ lebih mahal dibandingkan metoda konvensional.

2. Untuk diafragma wall dengan metoda cor in situ, jika pekerjaan galian tidak hati-hati

rawan terjadi ketidak rataan permukaan dinding sisi dalam.

3. Masih diperlukan pekerjaan injection grouting pada sambungan untuk mengatasi

kebocoran ( sistem cor in situ maupun precast ).

4. Tidak bisa diterapkan untuk pekerjaan dinding penahan tanah pada tepi tebing.

5.  Diperlukan tim lapangan yang handal, untuk menjaga simultan dengan pekerjaan

pondasi bore pile dan pemasangan  “king post” serta “ strutting”  sebagai penahan

diafragma wall ini saat dilakukan pengalian tanah untuk sisi dalam ( yang dipakai

untuk basement).

(GAMBAR DIAFRAGMA WALL)

6 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 7: Diafragma Wall

III. KONSTRUKSI BASEMENT

III.1. PENGERTIAN BASEMENT

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang

keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah

tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat

sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan

mahal. Tidak semua bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang

memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater), pelataran

mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu rumah atau bangunan secara khas

terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi suatu kenyamanan

tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian seperti sistem distribusi elektrik, dan

titik distribusi televisi kabel .

Basement memberikan  satu kesempatan untuk ahli bangunan untuk mencapai

suatu titik balik dalam pengeluarannya, dan customer/klien untuk mendapatkan

keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai potensi lebih. Dalam

pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni

metode konstruksi, retaining wall dan dewatering. 

7 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 8: Diafragma Wall

III.2. PEMILIHAN TIPE BASEMENT

Sebelum menentukan tipe basement seperti apa yang akan dibangun, terdapat beberapa

faktor yang harus diperhatikan demi kesempurnaan bangunan. Faktor – faktor tersebut

antara lain: 

Ketinggian air tanah di lokasi 

Kemungkinan kontaminasi dari air tanah 

Drainase alami 

Jenis tanah 

Akses ke lokasi

III.3. TIPE-TIPE BASEMENT

1. Tipe A – Perlindungan Tanki (Tanked Protection) 

Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk melawan penetrasi air tanah dan

selanjutnya sangat bergantung pada lapisan membran kedap air (waterproofing

membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus dapat mengatasi tekanan

hidrostatik dari air bawah tanah, bersama dengan lapisan yang ada sesuai dengan

beban yang ditumpu.

8 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 9: Diafragma Wall

Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang dikuatkan

atau beton polos ataupun batuan keras dengan sistem struktural kedap air

digabungkan secara eksternal selama konstruksi. Atau dapat diterapkan secara

internal pada basement yang telah selesai dibangun. Tembok batuan keras (masonry)

bisa jadi memerlukan penambahan semen untuk menghasilkan permukaan yang

cukup bagus untuk mendapatkan sistem kedap air yang diharapkan.  Bentuk

konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang

dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.

2. Tipe B – Perlindungan integral terstruktrur (structurally integral protection) 

Struktur membutuhkan pembangunan struktur itu sendiri untuk dibangun sebagai

kulit integral tahan air. Pembangunan beton yang dikuatkan atau pratekan yang tanpa

alternatif lain, struktur basement haruslah dirancang dengan parameter yang pasti dan

ketat untuk memastikan ketahanan airnya. Kebanyakan rancangan harus dibangun

sesuai dengan rekomendasi BS 8007 atau BS 8110, yang memberikan petunjuk

kwalitas beton dan jarak antar tulangan. Tanpa adanya tambahan membran yang

terpisah, bentuk konstruksi ini bisa dikatakan tidak sama tahannya terhadap air dan

pergerakan uap air seperti tipe A atau C.

9 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 10: Diafragma Wall

3. Tipe C – Perlindungan dengan pengaliran (drained protection) 

Struktur menggabungkan rongga alir di antara struktur basement. Ketergantungan

permanen daripada rongga ini untuk mengumpulkan air tanah sepanjang palung

rembesan struktur dan langsung meneruskan air tersebut ke pembuangan air dari

drainase atau dengan pemompaan.

10 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 11: Diafragma Wall

Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang

dikuatkan atau beton polos ataupun batuan keras. Tembok basement bagian luar

harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap air untuk memastikan rongga air

yang ada hanya mendapatkan limpahan air yang terkontrol. Jika tidak, sistem rongga

ini tidak dapat mengatasi air bah melewati batas limpahan air terutama selama

kondisi badai/banjir.

Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.

11 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 12: Diafragma Wall

3.4. STRUKTUR BASEMENTStruktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi tiang), secara garis besar terdiri dari :

1. Raft foundation Raft foundation adalah salah satu tipe pondasi bangunan gedung bertingkat.

Jika pada umumnya, pondasi gedung merupakan gabungan antara tiang

pancang/ bored pile, pile cap/ poor dan tie beam, maka sistem raft

foundation menghilangkan pile cap dan tie beam diganti dengan sebuah

pondasi masif yang menyatukan seluruh pile cap atau bored pile yang ada.

Jika disederhanakan, raft foundation bisa juga disebut sebagai pile cap

raksasa, yang menggabungkan bukan hanya 4/5 tiang pancang/ bored pile,

melainkan semua bagian gedung.

2. Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban

dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom

12 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 13: Diafragma Wall

merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai

yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur

(Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah

komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial

tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali

dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh

bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh

manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk

struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti

beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.

3. Dinding Basement

Dinding pada basement harus dirancang agar kokoh dan kuat, mengingat

fungsinya sebagairetaining wall (penahan beban tekanan tanah dan air).

Ketebalan dinding betonnya berkisar antara 15-17.5 cm, bergantung pada

kedalaman lantai basement-nya.  Sementara untuk mengantisipasi adanya

rembesan air,  dinding mutlak diberi lapisan waterproofing.

13 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 14: Diafragma Wall

4. Balok dan Plat Lantai

Balok dan pelat adalah elemen dari sebuah bangunan. Kegagalan dalam

merencanakan dimensi dan penulangan dapat menyebabkan keruntuhan dari

bangunan tersebut.

14 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 15: Diafragma Wall

3.5. METODE PELAKASANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

3.5.1. SISTEM KONVENSIONAL (BOTTOM UP)

1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh

pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana

2. Raft foundation dicor dengan metode papan catur, kemudian basement

diselesaikan dari bawah ke atas dengan menggunakan scafolding

3. Kolom, balok dan slab dicor di tempat

4. Pada sistem ini sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi

menggunakan dewatering sitem predrainage dan struktur dinding

penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile

5. Bila pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih

dulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu

menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar tidak terjadi

deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur

6. Kebocoran yang terjadi pada basement merupakan masalah yang tidak

mudah mengatasinya dan bahkan memakan biaya yang besar. Oleh

karena itu proses pengecoran pada struktur basement harus dilakukan

dengan teliti dalam mencegah terjadinya kebocoran pada dinding atau

lantai.

15 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 16: Diafragma Wall

7. Proses pengecoran, baik lantai maupun dinding basement biasanya

tidak mungkin dilakukan sekaligus, disamping luas arealnya juga

volumenya cukup besar. Disini masalah kebocoran yang sering timbul

sebagai akibat tidak rapatnya hubungan antara permukaan beton tahap

pengecoran sebelumnya dengan permukaan beton tahap pengecoran

berikutnya

8. Semakin banyak tahapan pengecorannya, maka semakin banyak titik

lemah terhadap kemungkinan kebocoran Untuk mengatasi kebocoran

biasanya dilakukan 2 hal yaitu :

1.Penggunaan water stop pada setiap sambungan tahap pengecoran

2.Menggunakan additive beton untuk waterprofing

9. Posisi water stop biasanya ada 2 jenis yaitu dipasang ditengah

ketebalan beton (central), dan dipasang rata dengan permukaan beton

(external)

10. Material water stop terbuat dari karet/pvc, dan mudah disambung di

lapangan dengan menggunakan alat pemanas saja

11. Fungsi water stop ada 2 yaitu untuk expansion joint dan construction

joint

16 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 17: Diafragma Wall

12. Sistem pemasangan water stop harus direncanakan dengan baik agar

dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Water stop harus

dipasang pada tempat yang direncanakan sebelum proses pengecoran

beton dimulai. Oleh karena itu, letak water stop harus dikaitkan dengan

kemampuan pengecoran yang ada, dan selama proses pengecoran letak

water stop harus senantiasa dijaga.

3.5.2. SISTEM TOP DOWN

1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan

pekerjaan galian basement

2. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke

bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur pelat dan balok

tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang

dipasang bersamaan dengan bored pile)

3. Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm

wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut berfungsi sebagai cut off

dewatering.

4. Pada tahap 1 :

•Pengecoran bored pile dan pemasangan king post

•Pengecoran diaphragm wall

17 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 18: Diafragma Wall

5. Pada tahap 2 dan seterusnya :

•Lantai basement 1 dicor di atas tanah dengan lantai kerja

•Galian basement 1 dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup

kekuatannya, menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai

dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian

•Lantai basement 2 dicor di atas tanah dengan lantai kerja

•Galian basement 2 dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu

seterusnya

•Terakhir mengecor raft foundation

•King post dicor sebagai kolom struktur

•Bila diperlukan, pada saat pelaksanaan basement dapat dimulai

struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem

up & down)

18 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 19: Diafragma Wall

6. Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti

excavator ukuran kecil.

7. Bila jumlah lantai basement banyak, misal 5 lantai, maka untuk

kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk 2 lantai

sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses

penggalian

8. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,

menggunakan scafolding (seperti pada sistem bottom up)

9. Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post di cor beton

dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya.

10. Lubang-lubang lantai basement yang dipergunakan untuk

pengangkutan tanah galian ditutup kembali.

11. Pengecoran struktur atas dilaksanakan seperti biasa yaitu dari bawah ke

atas

19 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 20: Diafragma Wall

12. Salah satu detail king post dapat dijelaskan sbb :

•Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter

bar untuk kolom

•Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian starter

bar kolom bawah dan atasnya disambung, kemudian kolom yang

bersangkutan dicor

20 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 21: Diafragma Wall

IV. PENUTUP1. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa diafragma wall sangat penting

fungsinya yaitu sebagai dinding penahan tanah sebelum membangun basement

(bangunan bawah tanah) dengan tujuan untuk memperlancar pembangunan.

2. SARANMengingat akan pentingnya diafragma wall dalam pembangunan basement maka

saran kami, mengenai segala sesuatu cara maupun metode pelaksanaan yang

terdapat pada makalah ini dapat di pelajari dan dipahami agar dalam

pelaksanaannya sesuai dengan tata cara yang berkaitan dengan makalah ini.

21 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Page 22: Diafragma Wall

V. DAFTAR PUSTAKA https://www.google.co.id/search?q=balok+dan+plat+lantai&newwindow.html   

%3B944%3B517 http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-SK130680/28149    http://referensiproyek.blogspot.com/2012/06/basement.html    http://muharrikyanuar.wordpress.com/2009/07/14/kolom-beton-dalam-kontruksi-   

bangunan/ http://dmercy-corporation.blogspot.com/2012/02/apakah-itu-raft-foundation.html    http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pengertian-basement-dan-tipe-   

tipenya.html http://teknologikonstruksi.blogspot.com/2012/03/konstruksi-diafragma-wall.html   

22 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t