Top Banner

of 28

DHF Riku Fix

Jul 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Penyakit Demam Berdarah ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Indonesia masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam kasus DHF. Peringkat ini sudah menjadi langganan sejak 10 tahun belakangan (Nuricha, 2009). Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemik Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan problem dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Penyakit DHF sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. (Djunaedi,2006:vii). Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang. Sejak saat itu penyakit DHF cenderung menyebar ke seluruh Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insiden mencapai 13,45% Per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi. (USU, 2004). Dan insideninsiden di atas tidak juga mengalami penurunan pada tahun-tahun selanjutnya. Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2009, jumlah penderita DHF sebanyak 77.489 orang dan 585 pasien meninggal dunia (Depkes, 2009).

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever .1

1.2.2 Tujuan Khusus Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, mahasiswa mampu : 1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif 2. Melakukan analisis data 3. Menyusun masalah dan diagnosa 4. Menyusun perencanaan tindakan sesuai masalah dan diagnosa 5. Melakukan intervensi sesuai masalah dan diagnosa 6. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan

1.3 Manfaat Mahasiswa dapat membuat asuhan kebidanan pada anak dengan DHF

1.4 Pelaksanaan Kegiatan praktik klinik dilakukan di Ruang Anak RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya pada tanggal 24 Desember 2011 6 Januari 2012

2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 2.1.1 Pengertian Di Indonesia, dengue haemorhagic fever (DHF) biasa dikenal denga nama demam berdarah dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes agypti.(suriyadi, 2006). Demam Berdarah Dengue adalah satu varian klinis infeksi virus dengue, yang ditandai oleh panas 2-7 hari dan pada saat panas tururn disertai/disusul dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage). (Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, 2008)

2.1.2 Etiologi Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Nyamuk Aedes Aegypt bercirikan memiliki garis belang hitam-putih pada tubuhnya dan menggigit pada siang hari. Satu nyamuk dapat menjangkiti beberapa orang dalam waktu singkat. Seseorang dapat terjangkit demam berdarah lebih dari 1 kali (Widoyono, 2008). Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar (Widoyono, 2008).

2.1.3 Patofisiologi Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar3

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

2.1.4 Manifestasi Klinik Pada umumnya kasus DBD ditandai dengan adanya demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, homeostasis yang abnormal dan kebocoran plasma yang diperlihatkan sebagai trombositopenia,

meningkatnya hematokrit,dan seringkali disertai dengan kegagalan sirkulasi. Trombositopenia ringan atau sedang yang disertai hemokonsentrasi merupakan petunjuk adanya perubahan patofisiologis utama yang

menentukan derajat penyakit DBD.

4

Manifestasi klinis : 1. Suhu badan meningkat secara mendadak mencapai 40 o C selama 2-7 hari kemudian normal atau subnormal dan dapat disertai kejang demam. 2. Kulit muka merah 3. Tidak ada nafsu makan dan muntah 4. Nyeri ulu hati 5. Nyeri kepala dan nyeri otot atau persendian. 6. Fenomena perdarahan yang biasa dijumpai adalah uji tornoquet positif. 7. Daerah tusukan jarum mudah lebam dan berdarah banyak ditemui.

8. Mimisan dan perdarahan gusi tidak banyak ditemui, namun adanya perdarahan saluran cerna yang ringan kadang dijumpai 9. Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau lebih), tekanan darah menurun (sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki, pasien menjadi gelisah dan timbul sianosis di sekitar mulut. WHO (1997) membagi demam berdarah menjadi 4 derajat, yaitu : Derajat I: Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif. Derajat II : Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.5

2.1.5 Diagnosis Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai: 1) Ig G dengue positif. 2) Trombositopenia (100.000/ml atau kurang). 3) Hemoglobin meningkat > 20 %. 4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat). 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. 6) Pemeriksaan serologi dengan menggunakan uji HI (Hemaaglutinaion Inhibition Test). 7) Rontgen thorac, akan ditemukan efusi pleura. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil 1) SGOT/SGPT mungkin meningkat. 2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat. 3) Waktu perdarahan memanjang. 4) Asidosis metabolik. 5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan. Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DHF adalah: 1) Kriteria Klinis a. demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari b. terdapat manifestasi perdarahan c. pembesaran hati d. syok 2) Kriteria Laboratoris a. trombositopenia (, 100.000/mm3) b. Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20%)

6

2.1.6 Penatalaksanaan a. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya mengeluh panas tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan obat panas peracetamol 10-15 mgr/Kg BB setiap 3-4 diulang jika simtom panas masih diatas 38,5C. obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan adalah kasus DBD yang menunjukkan manisestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya. Apabila penderita DBD ini menunjukan manifestasi penyulit hipertermi dan konvulsi sebaiknya dianjurkan untuk dirawat inap.

b. Derajat I dan II Panas pada hari ketiga, empat, dan lima dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita disarankan diinfuse cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita

dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Hematokrit yang meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam. Penderita DBD yang gelisah dengan ujung ektremitas yang teraba dingin, nyeri perut dan produksi air kemih yang berkurang sebaiknya dianjurkan untuk dirawat inap. Penderita dengan tanda-tanda perdarahan dan hematokrit yang tinggi harus dirawat di rumah sakit untuk memperoleh cairan pengganti dengan segera. Volume dan macam cairan pengganti penderita DBD sama seperti yang digunakan pada kasus diare dengan dehidrasi rendah (6-10% kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya diberikan dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma7

terjadi. Pemeriksaan hematokrit secara seri ditentukan setiap 4-6 jam dan dianjurkan mencatat data vital setiap saat untuk menentukan atau mengatur agar memperoleh jumlah cairan pengganti pemberian tranfusi berulang (Soegeng,2002). Adapun prinsip pemberian cairannya adalah sebagai berikut (Hidayat): 1.) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (RL) dengan dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan BB< 10 kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut : 100 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30 kg 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40 kg 50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-50 kg 2.) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder. 3.) Pemberian antipiretika untuk menurunkan panas. 4.) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan transfusi darah 15 cc/kgBB/hari yang cukup dan mencegah

c. Penatalaksanaan DBD (derajat III dan IV ) Dengue syock syndrome (syndrom renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi. Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dextrose dalam larutan ringer laktat atau 5% dekstrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam. Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2 kali) jika syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloidal (dextran dengan berat molekul 40.000 dalam larutan8

normal garam faal atau plasma) dapat diberikan dalam jumlah 10-20 ml/kg/jam. Selanjutnya pemberian cairan infus dilanjutkan dengan tetesan yang diatur sesuai dengan plasma yang hilang dan sebagai petunjuk digunakan harga hematokrit dan tanda-tanda vital yang ditemukan selama kurun waktu 24-48 jam. Pemasanagan central venous pressure dan kateter urine penting untuk penatalaksanaan penderita DBD yang sangat berat dan sukar diatasi. Cairan koloidal diindikasikan pada kasus dengan kebocoran plasma yang banyak sekali yang elah memperoleh cairan kristaloid yang cukup banyak. Pada kasus bayi dianjurkan 5 % dextrose dalam setengah larutan normal garam faal (5% dextrose1/2 NSS) dipakai pada awal memperbaiki keaadaan penderita dan 5% dextrose dalam 1/3 larutan normal garam faal boleh diberikan bayi dibawah 1 tahun, jika kadar natrium dalam darah normal. Infus dapat dihentikan bila hematokrit sampai 40% dengan tanda vital stabil dan normal. Produksi urin yang baik merupakan indikasi sirkulasi dalam ginjal cukup baik. Nafsu makan yang meningkat menjadi normal dan produksi urin yang cukup merupakan tanda penyembuhan. Pada umumnya 48 jam sesudah terjadinya kebocoran atau renjatan tidak butuh lagi cairan. Reabsorbsi plasma yang telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan 1-2 hari sesudahnya. Jika pemberian cairan berlebihan dapat terjadi hipervolemi kegagalan faal jantung dan edema paru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorpsi jangan diinterpretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase rearbsorbsi ini tekanan nadi kuat (20 mmHg) dan produksi urin cukup dengan tanda-tanda vital yang baik (Soegeng,2006). Prinsip pemberian cairan derajat III (Hidayat) 1.) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL. Dengan dosis 50 ml/kgBB/jam. Apabila ada perbaikan lanjutkan pemberian RL 10 ml/kgBB/jam, jika tensi dan nadi tidak stabil, lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dengan perhitungan sebagai berikut : a.) 100 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg b.) 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30 kg c.) 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40 kg9

d.) 50 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 41-50 kg 2.) Pemberian plasma atau plasma ekspander (Dekstran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/kgBB/jam dan dapat di ulang maksimal 30 ml/kgBB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kgBB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kgBB, jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas. 3.) Apabila 1 jam pemberian RL 10 ml/kgBB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80 mmHg, maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg/kgBB/24 jam. Bila baik, lanjutkan cairan RL sebagaimana perhitungan diatas.

Prinsip pemberian cairan Derajat IV (Hidayat) 1.) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkan RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam, sebagaimana perhitungan diatas. 2.) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang dua saluran infus dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgBB/1 jam dan satunya pemberian plasma ekspander (Dekstran L) sebanyak 20 ml/kgBB/jam selama 1jam. Jika membaik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas. 3.) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam, jika membaik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas. 4.) Apabila masih tetap buruk, maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulang maksimum 30 ml/kgBB/24 jam, jika membaik, berikan RL sebagaimana perhitungan diatas.

d. Kriteria pemulangan pasien Pasien dapat dipulangkan apabila : 1.) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik. 2.) Nafsu makan membaik. 3.) Tampak perbaikan secara klinis10

4.) Hematokrit stabil. 5.) 3 hari setelah syok teratasi. 6.) Jumlah trombosit lebih dari 50.000/mm3 7.) Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkanoleh efusi pleura atau asidosis).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : anamnesa, pemeriksaan (fisik, laboratorium), observasi. A. Subyektif 1.1 Identitas Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. 1.2 Keluhan Utama Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, nyeri kepala, nyeri pada persendian, mual, nafsu makan menurun, dan muntah. 1.3 Riwayat Penyakit Sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang biasanya disertai menggigil, saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ketiga dan ketujuh, anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/ konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III dan IV), melena, atau hematemesis. 1.4 Riwayat Penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

11

1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti. 1.6 Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. 1.7 Riwayat Kesehatan Lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. 1.8 Pola kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan dan nafsu makan berkurang. b. Eliminasi Alvi : kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi, sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena c. Eliminasi Urin : perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria d. Tidur dan Istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/ nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur dan istirahatnya kurang. e. Kebersihan : upaya keluarga utuk menjaga kebersihan diri dan lingkugan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

B. Obyektif 1.) Pemeriksaan Fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada DHF biasanya ditemukan adanya peningkatan suhu yang mendadak disertai menggigil, adanya perdarahan kulit seperti petekhie, ekimosis, hematoma, epistaksis, hematemesis, bahkan hematemesis melena.12

Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut : a.) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah b.) Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan, petekia, perdarahan gusi dan telinga. c.) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah , kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun. d.) Grade IV : keadaran koma, tanda-tada vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstrimitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. Adapun pengkajian dari kepala sampai kaki adalah sebagi berikut : a.) Kepala dan Leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam(flusy), konjungtiva anemis, kelopak mata bengkak, hidung kadang mengalami perdarahan(epistaksis) pada Grade II, III, dan IV. Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri tulang. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia faring dan terjadi perdarahan telinga( pada grade II, III, dan IV). b.) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto toraks terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan( efusi pleura). Rales positif, ronchi positif, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV. c.) Abdomen : mengalami nyeri tekan, splenomegali, pembesaran hati (hepatomegali), dan asites. d.) Ekstremitas : akral dingin, kuku sianosis/ tidak. e.) Kulit : adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab. 2.) Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : a.) HB dan PCV meningkat (20 %) b.) Trombositopenia (100.000/ml) c.) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis) d.) IgG dengue positif13

e.) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, hiponatermia f.) Urium dan pH darah mungkin meningkat g.) Asidosis metabolik : pCO2 35-40 mmHg dan HCO3 rendah h.) SGOT/SGPT mungkin meningkat i.) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) j.) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan 3) Terapi yang diberikan Selama di Poli Anak Selama di R. Anak

4) Hospitalisasi pada anak Toddler : Meminta agar orang tua tetap disampingnya Memeluk orang tua tempertantrum

Pra sekolah : Menolak makan Sukar tidur Merengek pada orang tua Menarik diri Mengekspresikan marah secara tidak langsung

Sekolah : Mudah tersinggung/ marah walaupun orang tua di dekatnya Menarik diri Tidak mampu berhubungan dengan teman sepermainan Menolak kehadiran saudara kandung Cemas terhadap sekolah yang telah ditinggalkan selama dirawat di RS

Remaja Sulit berpisah dengan orang tua dan suasana rumah Takut kehilangan kontak dengan teman

2.2.2

Analisa Data14

Data DS: DO: DS: DO :

Etiologi WOC

Masalah

WOC

2.2.3

Diagnosa Keperawatan Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan : 2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 4) Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler 5) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan 6) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun 7) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)

2.2.4

Proses Keperawatan Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :

No 1.

Diagnosa Hipertermi b.d proses

Tujuan/ Kriteria Hasil Tujuan normal 1x24 jam : suhu dalam tubuh waktu -

Intervensi Observasi tanda-tanda

Rasional - Meningkatnya suhu tubuh adalah salah satu tanda adanya DHF

infeksi virus dengue

vital - Beri kompres air hangat

15

Kriteria

hasil

:

suhu

- Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat - Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan

- Proses konveksi panas pada dapat saat mengompres suhu

normal antara 36-37C,

mengurangi

tubuh anak - memberikan rasa nyaman akibat metabolisme - pakaian yang tipis mudah peningkatan

menyerap keringat - Anjurkan pasien untuk banyak toleransi Kolaborasi pemberian minum sesuai

menyerap tidak

keringat

dan

obat penurun panas

merangsang

peningkatan suhu tubuh Mengurangi akibat resiko sekresi

dehidrasi

cairan berlebihan - Obat untuk menurunkan suhu tubuh pasien

2.

Gangguan rasa nyaman b.d nyeri tubuh

Tujuan : pasien tidak merasa nyeri lagi dalam waktu 1x24 jam Kriteria hasil : nyeri

- Anjurkan pasien untuk - Posisi yang nyaman dapattidur dengan posisi mengurangi rasa nyeri Analgesik rasa untuk nyeri senyaman mungkin Kolaborasi pemberian

mengurangi pasien -

tubuh hilang 3. Resiko defisit cairan b.d pindahnya intravaskuler ekstravaskuler cairan ke Tujuan : tidak terjadi defisit volume cairan Kriteria hasil : input

analgesik - Awasi tanda-tanda vital tiap 3 jam/ lebih sering - Observasi CRT Observasi intake dan

Tanda-tanda

vital

membantu mengidentifikasi fluktuasi intravaskuler Indikasi keadekuatan cairan

output seimbang dalam 1x24 jam, vital sign

output. Catat warna urine/ konsentrasi, BJ - Anjurkan untuk banyak minum sesuai toleransi Kolaborasi pemberian

dalam batas normal, tidak ada tanda pre-syok, akral HKM, CRT < 3detik

sirkulasi perifer - Penurunan haluan urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi Untuk memenuhi

cairan intravena

kebutuhan cairan tubuh Dapat meningkatkan

jumlah cairan tubuh, untuk mencegah hipovolemik syok 4. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan yang Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria hasil : tanda- Monitor keadaan umum pasien Observasi tanda-tanda - Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan. Mengetahui tanda-tanda terjadinya

berlebihan

16

tanda vital dalam batas normal

vital setiap 3 jam/ lebih - Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Kolaborasi pemberian

pre-syok/ syok - Memastikan tidak terjadi pre-syok/ syok Dapat dengan segera tanda

mengetahui perdarahan cairan

cairan intravena - Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap

intravena

diperlukan untuk mengatasi kekurangan cairan tingkat pembuluh Untuk mengetahui kebocoran darah yang

dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut 5. Resiko pemenuhan nutrisi kebutuhan gangguan kebutuhan dari b.d Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda BB seimbang malnutrisi, kebutuhan Observasi dan catat Mengawasi masukan

masukan makanan pasien - Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan makan Beri tahu untuk diantara waktu

kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan Makanan sedikit dapat kelemahan

kurang tubuh

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu menurun makan yang

menurunkan

dan meningkatkan masukan juga gaster - Menurunkan distensi dan iritasi gaster Penurunan trombosit mencegah distensi

menghindari makanan yang merangsang mengandung gas dan

6.

Resiko terjadi perdarahan berhubungan penurunan pembekuan (trombositopeni) dengan faktor-faktor darah

Tujuan : tidak terjadi perdarahan Kriteria hasil : TD

-

Monitor tanda-tanda

penurunan trombosit yang disertai tanda klinis-

merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tandatanda epistakis Dengan trombosit yang klinis seperti

110/60 mmHg, N 80100x/ menit regular,

Monitor trombosit setiap

hari-

pulsasi kuat, tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, meningkat trombosit

Anjurkan pasien untuk

banyak istirahat (bedrest) Berikan penjelasan

kepada pasien dan keluarga dapat membantu untuk

dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh kemungkinan darah dan

penanganan dini bila terjadi perdarahan Antisipasi adanya

perdarahan

yang dialami pasien Aktifitas pasien yang

perdarahan : gunakan sikat

17

gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah

tidak

terkontrol

dapat

menyebabkan perdarahan -

terjadinya

Keterlibatan pasien dan

keluarga dapat mambantu untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan. Mencegah terjadinya

perdarahan lebih lanjut

2.2.4 Tanggal Diagnosa 1

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi S: O: A: P: Evaluasi

BAB 3 TINJAUAN KASUS18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E DENGAN DHF

Pengkajian tgl : 27 Desember 2011 Ruang No.RM MRS

Jam

: 15.00 WIB

: Rawat Anak RSUD dr.M.Soewandhie : 223905 : 27 Desember 2011, jam 11.32

3.1 Pengkajian 3.1.1 Subyektif a) Identitas Anak Nama Umur Tgl lahir : An. E : 9 tahun : 18 Oktober 2002 Identitas Orang tua Nama Ayah Nama Ibu : Tn. A : Ny. N

Pekerjaan Ayah/ibu : Pelayaran/IRT Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SMA Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Surabaya

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Surabaya

b) Keluhan Utama Pasien dan keluarga mengatakan panas selama 5 hari dari hari kamis, batuk, mual-mual, pusing, nyeri ulu hati, badan terasa pegal-pegal

c) Riwayat Penyakit Sekarang Ibu pasien mengatakan anaknya panas selama 5 hari dari hari kamis tanggal 22 Desember 2011. Hari itu juga langsung dibawa ke Klinik, oleh dokter jaga nya diberi obat penurun panas dan antibiotik tapi panasnya belum juga turun. Hari jumat nya di bawa ke Poli Anak RSUD dr.M.Soewandhie, oleh dokter jaga diberi obat penurun panas untuk 3 hari. Pasien rencana dirawat inap setelah obat habis. Hari selasa tanggal 27 Desember 2011 jam 11.32 pasien baru MRS di Ruang Rawat Anak RSUD dr.M.Soewandhie.

d) Riwayat Penyakit Yang Pernah diderita19

Pasien pernah menderita muntaber ketika berumur 11 bulan dan 1,5 tahun. Sakit kelenjar TBC kulit saat TK sampai dengan SD kelas 2. Typus 1 tahun yang lalu.

e) Riwayat Penyakit Keluarga Kakak pasien pernah menderita typus dan adik pernah menderita infeksi lambung dan baru KRS kemarin

f) Riwayat Imunisasi Ibu pasien mengatakan anaknya telah melakukan imunisasi lengkap di Posyandu Hep B (3x), BCG (1x), DPT (3x), polio (4x), campak (1x)

h) Riwayat Kesehatan Lingkungan Di sekitar rumah pasien tidak ada sungai atau selokan. Hanya ada tanah kosong di depan rumah pasien

i) Pola Kebiasaan - Nutrisi dan metabolisme : Sebelum MRS : makan 3x sehari porsi lebih sedikit dari biasanya dan segelas susu + 200cc Setelah MRS : pasien makan 3x/ hari, habis makanan dari RS dan segelas susu + 200cc. pasien sering minum air putih dan pocari sweet kira-kira 500cc/ hari - Eliminasi Alvi :

Sebelum MRS : pasien mengatakan dari kemarin belum bisa BAB Setelah MRS : setelah MRS ini pasien langsung BAB di RS 1x - Eliminasi Urin :

Sebelum MRS : pasien mengatakan sering BAK sekitar 6-7x/ hari Setelah MRS : pasien mengatakan sering BAK sekitar 6-7x/ hari - Tidur dan Istirahat :

Sebelum MRS : pasien mengatakan bisa tidur siang + 2 jam dan malam + 7 jam Sebelum MRS : pasien tidak bisa tidur siang dan tidur malam + 7 jam - Kebersihan :20

Sebelum MRS : pasien mandi sendiri 2x/ hari Setelah MRS : pasien diseka keluarga dengan menggunakan air hangat dan sabun mandi 2x/ hari.

3.1.2 Obyektif 1) Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher : muka tampak kemerahan, tidak ada oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih, hidung bersih, mulut bersih, mukosa bibir kering, tenggorokan tidak ada tanda peradangan. Dada : bentuk simetris , tidak ada retraksi, ronkhi -/-, wheezing -/-, nyeri ulu hati (+) Abdomen : mengalami nyeri tekan abdomen bagian atas, skala nyeri 8, tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran limpha, tidak ada ascites, kembung (+) Ekstremitas : akral hangat kering merah, tidak ada oedema, terpasang infus RL pada tangan kanan Kulit : tidak ada petekie, turgor kulit kembali dalam 1 detik Anus : tidak ada hemorroid, merah

2) Pemeriksaan Penunjang Uji tornikuet : (-) Laboratorium tanggal 25 Desember 2011 jam 08.00 WIB DL : Hemoglobin 14,1 N: L 13,2-17,3 g% P 11,7- 15,5 g% PCV/ hematokrit 41,4 N : L 40-52 % P 35 47 % Leukosit 5900 N: L 3800- 10.600 /cmm P 3600 11.000/cmm Laju endap darah N: L 0-10 mm P 0-20 mm Diff count :21

Lymphocyte Monocyte Granulosit Trombocyte Typus O Typus H Widal P A Widal P B

18,8 4,7 76,5 204.000 pos 1/80 negatif negatif negatif

N: 25 40% N: 2 6 % N: 43,0 76,0 % N:150.000-450.000 mm3 N: negatif N: negatif N: negatif N: negatif

Laboratorium tanggal 27 Desember 2011 jam 11.05 WIB DL : Hemoglobin 13,8 N: L 13,2-17,3 g% P 11,7- 15,5 g% PCV/ hematokrit 42,3 N : L 40-52 % P 35 47 % Leukosit 2700 N: L 3800- 10.600 /cmm P 3600 11.000/cmm Laju endap darah N: L 0-10 mm P 0-20 mm Diff count : Lymphocyte Monocyte Granulosit Trombocyte Typus O Typus H Widal P A Widal P B 36,4 9,0 54,6 82.000 pos 1/80 negatif negatif negatif N: 25 40% N: 2 6 % N: 43,0 76,0 % N:150.000-450.000 mm3 N: negatif N: negatif N: negatif N: negatif

3) Terapi yang diberikan22

Poli Anak Infus : RL 2160 cc/24jam 30 tetes/menit (makro) Injeksi : - ceftriaxon 2x750 mg IV - ranitidin 3x ampul (kp) IV Oral : paracetamol tab 3x1/ hari

R. Anak Infus : - RL 2160 cc/24jam 30 tetes/menit Injeksi : - ceftriaxon 2x750 mg IV - ranitidin 3x ampul (kp) IV - antrain 400mg - terfa 2x500 mg

4) Hospitalisasi pada anak Pasien mudah marah ketika ditinggal walaupun sebentar oleh keluarga, cemburu ketika ibu pasien lebih mengurusi adik pasien, sedikit takut ketika ada perawat yang mendekat/ melakukan pemeriksaan terlihat dari pasien selalu melihat orang tuanya.

3.2 ANALISIS DATA Tanggal 27 Desember 2011, jam 15.30 Data S : Ibu pasien mengata kan anaknya panas selama 5 hari viremia Etiologi (WOC) Infeksi virus dengue Masalah Hipertermi

O : Suhu : 40,3C Nadi : 120 x/menit TD : 110/60mmHg RR : Muka tampak keme-

peningkatan suhu tubuh

hipertermi

23

rahan, kering,

mukosa akral

bibir hangat

kering merah

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Poli Anak : DHF Diagnosa medis : DHF

Diagnosa keperawatan: Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

3.4 PROSES KEPERAWATAN Tanggal 27 Desember 2011, jam 16.00 Diagnosa Keperawatan Hipertermi berhubungan dengan infeksi dengue Tujuan / Kriteria Hasil Tujuan : Intervensi 1) Observasi tanda-tanda 1) Rasional Meningkatnya suhu

Setelah dilakukan vital

tubuh adalah salah satu

proses perawatan dalam 2) Beri kompres air hangat tanda adanya DHF virus 1x24 jam suhu di kepala, lipatan ketiak 2) Proses konveksi panas tubuh normal Kriteria Hasil : Suhu kembali kembali dan lipatan paha pada saat mengompres

3) Seka seluruh tubuh anak dapat mengurangi suhu menggunakan air hangat/ tubuh anak 3) Mengurangi suhu tubuh

tubuh biasa

normal 4) Anjurkan untuk banyak pada anak minum (sesuai toleransi) 4) Mengurangi resiko

antara 36-37C

5) Kolaborasi pemberian dehidrasi akibat sekresi obat penurun panas cairan berlebihan 5) Obat untuk menurun kan suhu tubuh pasien

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal 28 Desember 2011, jam 16.00 Diagnosa Implementasi24

Evaluasi

Keperawatan Hipertermi berhubungan 1) Mengobservasi tanda- Tanggal 28 Desember dengan proses infeksi tanda vital virus dengue 2011

2) Memberikan kompres Jam 16.00 WIB air hangat di kepala, S : Ibu pasien mengata lipatan ketiak dan lipatan paha 3) Menyeka anak seluruh meng kan anaknya nyeri perut bagian atas dan BAB belum bisa sejak

tubuh

gunakan air hangat/ biasa 4) Menganjurkan untuk banyak minum (sesuai toleransi) 3) Memberikan obat

kemarin serta mual Anak makan

makanan dari RS, dimakan habis dan segelas +200cc O : Suhu : 36, 2C Nadi : 90 x/menit A: Masalah sebagian P : - Observasi TTV - HE tentang pola nutrisi - Melanjutkan terapi yang diberikan teratasi susu

penurun panas

3.6 CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal 28 Desember 2011 Pukul : 16.00 WIB

S : Ibu pasien mengatakan anaknya nyeri perut bagian atas dan belum bisa BAB sejak kemarin serta mual Anak makan makanan dari RS, dimakan habis dan segelas susu O : Kesadaran : compos mentis S : 36,2 C N : 90 x/menit25

Turgor kulit : kembali dalam 1 detik Mukosa bibir : lembab Mata : tidak cowong Abdomen : kembung (-), skala nyeri 8, BU : 15x/ menit Terpasang infuse RL 2160 cc/24 jam (30 tetes/ menit) Laboratorium tanggal 28 Desember 2011 jam 09.51 WIB DL : Hemoglobin 15,1 N: L 13,2-17,3 g% P 11,7- 15,5 g% PCV/ hematokrit 46,1 N : L 40-52 % P 35 47 % Leukosit 3600 N: L 3800- 10.600 /cmm P 3600 11.000/cmm Laju endap darah N: L 0-10 mm P 0-20 mm Diff count : Lymphocyte Monocyte Granulosit Trombocyte A : Masalah teratasi sebagian P : - Observasi TTV - Memberikan HE pola nutrisi, personal hygiene - Kolaborasi dengan dokter untuk melanjutkan terapi yang diberikan 31,0 11,9 57,1 47.000 N: 25 40% N: 2 6 % N: 43,0 76,0 % N:150.000-450.000 mm3

Tanggal 29 Desember 2011

Pukul : 16.00 WIB

S : Ibu pasien mengatakan anaknya batuk tapi kadang-kadang, masih belum bisa BAB sejak 2 hari yang lalu ketika MRS dan masih terasa nyeri perut bagian atas. Anak makan makanan dari RS, dimakan habis dan segelas susu + 200cc O : Kesadaran : compos mentis S : 36,9 C TD : 100/70mmHg26

N : 94 x/menit Turgor kulit : kembali dalam 1 detik Mukosa bibir : lembab Mata : tidak cowong Abdomen : kembung(-), skala nyeri 6, BU : 20x/ menit Terpasang infuse RL 2160 cc/ menit (30 tetes/ menit) Laboratorium tanggal 29 Desember 2011 jam 10.39 WIB DL : Hemoglobin 15,7 N: L 13,2-17,3 g% P 11,7- 15,5 g% PCV/ hematokrit 48,4 N : L 40-52 % P 35 47 % Leukosit 6300 N: L 3800- 10.600 /cmm P 3600 11.000/cmm Laju endap darah N: L 0-10 mm P 0-20 mm Diff count : Lymphocyte Monocyte Granulosit Trombocyte A : Masalah belum teratasi P : - Observasi TTV - Memberikan HE tentang pola nutrisi, personal hyiene - Kolaborasi dengan dokter untuk melanjutkan terapi yang diberikan 39,2 15,0 45,8 41.000 N: 25 40% N: 2 6 % N: 43,0 76,0 % N:150.000-450.000 mm3

Tanggal 30 Desember 2011

Pukul : 08.00 WIB

S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih nyeri perut bagian atas dan sudah bisa BAB sekitar jam 06.00 tadi dengan konsistensi keras Anak makan makanan dari RS, dimakan habis dan segelas susu + 200cc O : Kesadaran : compos mentis S : 36,3 C27

N : 108 x/menit Turgor kulit : kembali dalam 1 detik Mukosa bibir : lembab Mata : tidak cowong Abdomen : kembung(-), skala nyeri 4 Laboratorium tanggal 29 Desember 2011 jam 10.39 WIB DL : Hemoglobin 13,9 N: L 13,2-17,3 g% P 11,7- 15,5 g% PCV/ hematokrit 42,9 N : L 40-52 % P 35 47 % Leukosit 5900 N: L 3800- 10.600 /cmm P 3600 11.000/cmm Laju endap darah N: L 0-10 mm P 0-20 mm Diff count : Lymphocyte Monocyte Granulosit Trombocyte A : Masalah teratasi sebagian P : - Observasi TTV - Memberikan HE tentang pola nutrisi, personal hyiene - Kolaborasi dengan dokter untuk melanjutkan terapi yang diberikan - Hari ini sudah boleh pulang tetapi tunggu hasil lab 47,3 10,3 42,4 62.000 N: 25 40% N: 2 6 % N: 43,0 76,0 % N:150.000-450.000 mm3

28