Top Banner
MAKALAH NEURO PERJALANAN NERVUS VII DAN NERVUS XII PERIFER DAN CENTRAL Disusun oleh : Dewi Sulestari 07700014 Pembimbing : dr. Syamsu Rahmadi, Sp.S KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SYARAF INSTALASI KEDOKTERAN RSUD SIDOARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2016 0
30

Dewi Referat n Vii

Apr 14, 2016

Download

Documents

Dewi Sulestari

kedokteran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dewi Referat n Vii

MAKALAH NEUROPERJALANAN NERVUS VII DAN NERVUS

XII PERIFER DAN CENTRAL

Disusun oleh :

Dewi Sulestari 07700014

Pembimbing :

dr. Syamsu Rahmadi, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SYARAF

INSTALASI KEDOKTERAN

RSUD SIDOARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2016

0

Page 2: Dewi Referat n Vii

Nervus Fasialis

Anatomi Nervus Fasialis

Nervus fasialis merupakan salah satu nervus kranialis yang berfungsi

untuk motorik sensorik somatik, dan aferen eferen visceral. Gambar berikut ini

memperlihatkan cabang nervus fasialis beserta otot yg dipersarafinya. Nervus

fasialis mempunyai dua subdivisi yaitu yang lebih besar adalah saraf fasialis

murni motorik yang mensarafi otot-otot ekspresi wajah. Saraf ini disertai oleh

saraf yang lebih tipis yaitu intermedius yang membawa aferen otonom dan

somatik, juga serabut eferen otonom.1

Gambar 1. Divisi nervus fasialis 1

Nervus kranial ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu:2,3,

a. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali m.

levator palpebra), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior

dan stapedius di telinga tengah.

1

Page 3: Dewi Referat n Vii

b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus

salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa

faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar

serta sublingual dan lakrimalis

c. Serabut visero-sensorik yang mengantar impuls dari alat pengecap di 2/3

bagian depan lidah

d. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan raba)

dari bagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus.

Daerah overlapping ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus

eksternus dan bagian luar gendang telinga.

Tabel 1. Nervus fasialis.1

Nama Komponen Asal Fungsi

Saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi

wajah: M.platisma,

m.stilohioideus,

m.digastrikus

Saraf intermediat Viseral eferen Nukleus

salivatorius

superior

Nasal, lakrimal,

kelenjar liur

(sublingual dan

submandibular)

Viseral aferen

special

Ganglion genikuli Pengecapan 2/3

anterior lidah

Somatik aferen Ganglion genikuli Telinga luar, bagian

kanalis auditorius,

permukaan luar

membran timpani

(sensibilitas)

2

Page 4: Dewi Referat n Vii

Nervus fasialis

Nukleus motorik terletak pada bagian ventrolateral tegmentum pontin

bawah dekat medula oblongata. Sewaktu di tegmentum pons, akson pertama

motorik berjalan dari arah sudut pontoserebelar dan muncul di depan nervus

vestibularis. Saraf intermediate muncul di antara saraf fasialis motorik dengan

vestibulokoklearis.1

Gambar 2. Inti-inti saraf kranial motorik dan parasimpatis1

Inti komponen motorik nervus facialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum

pontine. Neuron-neuron yang terdapat di inti motorik ini merupakan analog dari sel-sel di

kornu anterior medulla spinalis, tetapi secara embriologis berasal dari arkus branchial

kedua.1

3

Page 5: Dewi Referat n Vii

Dalam batang otak, serabut-serabut ini keluar dari inti nervus facialis dan

memutari inti abduscens (genu interna nervus facialis), sehingga menciptakan suatu

tonjolan kecil di dasar ventrikel keempat (colliculus facialis). Serabut-serabut kemudian

menjadi satu suatu kumparan kompak yang berjalan secara ventrolateral ke kaudal dari

pons dan keluar dari batang otak. Selanjutnya saraf ini menyeberangi subarachnoid di

sudut cerebellopontine dan masuk ke meatus acusticus internal bersama nervus

intermedius dan nervus kranial VIII (nervus vestibulocochlear)

Nervus intermediate, nervus fasialis, dan nervus vestibulokoklearis

berjalan bersama ke lateral ke meatus akustikus internus. 1 Di dalam meatus

akustikus internus, nervus fasialis dan intermediate berpisah dengan nervus

vestibulokoklearis. 1 Nervus fasialis berjalan ke lateral ke dalam kanalis fasialis

kemudian ke ganglion geniculatum. Pada ujung kanalis tersebut, nervus fasialis

keluar kranium melalui foramen stilomastoideus.1

Dari foramen tersebut, serat motorik menyebar ke wajah, beberapa

melewati glandula parotis. Nukleus motorik merupakan bagian dari arkus refleks

yakni refleks kornea dan refleks berkedip. Refleks kornea berasal dari membran

mukosa mata (aferen) dibawa melalui nervus oftalmikus menuju ke nukleus

sensorik trigeminus utama. Di nukleus tersebut rangsang ditransmisikan ke

neuron yang berhubungan dengan nervus fasialis pada sisi yang sama. Bagian

eferen dari refleks tersebut berasal dari neuron eferen nervus fasialis.1

Refleks berkedip berasal dari mata (aferen) mengantarkan impuls optiknya

ke nukleus di tektobulbaris menyebabkan refleks berkedip jika cahaya terang.

Selain kedua refleks tersebut, impuls akustik yang berasal dari nervus

vestibulokoklearis mencapai nukleus dorsalis dan menghasilkan arkus refleks

berupa tegangan otot stapedius atau relaksasi. 1

4

Page 6: Dewi Referat n Vii

Gambar 3. Perjalanan beserta cabang dan efektor nervus fasialis2

III. Nervus Intermediate

Serat aferen gustatorius. Serat aferen pada gustatorik berasal dari ganglion

geniculatum yang berupa sel pseudounipolar dari ganglion spinalis, sebagian lagi

berasal dari papil lidah dua pertiga anterior. Serat aferen tersebut berjalan bersama

dengan nervus lingualis ( cabang nervus mandibulari ) menuju ke korda timpani

kemudian ke ganglion geniculatum menjadi nervus intermedius dan menuju ke

nukleus solitarius. Nukleus tersebut menerima impuls dari nervus glosofaringeal

(1/3 posterior lidah, papilla valata) dan nervus vagus (dari epiglotis). Karena yang

berperan dalam sistem pengecapan terdiri dari 3 saraf yang berbeda maka

kehilangan pengecapan total (ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut impuls

dikirim ke talamus kontralateral (nukleus ventroposteromedial) menuju ke regio

presentralis korteks area 43 dan insula area 52.1

5

Page 7: Dewi Referat n Vii

Gambar 4. Jaras aferen gustatorik1

Serat aferen somatik. Serat aferen somatik berasal dari pinna, meatus

akustikus eksternus, dan gendang timpani. Serat berjalan menuju ganglion

geniculatum menuju nukleus sensorik nervus trigeminus. 1

Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis

yang berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus

menuju ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju

glandula lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion

submandibula, lewat nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab

untuk sekresi glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen

6

Page 8: Dewi Referat n Vii

dari sistem ini berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima

input dari hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang

enak akan terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan

terjadi lakrimasi. 1

Gambar 5. Serat eferen sekretorik nervus intermedius1

Gangguan-Gangguan Pada Nervus Facialis

Otot-otot dahi mendapatkan persarafan supranuclear dari kedua hemisfer

cerebral, tetapi otot-otot ekspresi wajah lainnya hanya mendapatkan persarafan secara

unilateral, misalnya korteks presentralis kontralateral. Jika jalur supranuclear yang

menurun diinterupsi hanya di satu sisi, hasilnya adalah facial palsy yang terpisah dari

otot-otot dahi. Penderita masih dapat mengangkat alis matanya menutup matanya dengan

kuat. Tipe facial palsy yang seperti ini disebut dengan tipe facial palsy central, sedangkan

pada lesi di inti atau lesi perifer, otot-otot wajah di daerah lesi akan melemah.1,2

7

Page 9: Dewi Referat n Vii

Inti motorik nervus facialis diinervasi tidak hanya oleh korteks facial tetapi juga

oleh diencephalon yang memegang peranan penting dalam pengaturan emosi - berkaitan

dengan ekspresi wajah. Lebih jauh lagi input ini berasal dari ganglia basalis. Pada

gangguan ganglia basalis, misalnya penyakit parkinson, dapat terlihat adanya hipomimia

dan amimia. Ada bermacam-macam bentuk sindrom-sindrom diskinetik yang

mempengaruhi otot-otot ekspresi wajah dengan tipe pergerakan yang abnormal, beberapa

diantaranya adalah spasme hemifacial, diskinesia facial, dan blepharospasm. Tempat lesi

yang menyebabkan timbulnya sindrom ini masih belum dapat diketahui.1

8

Gambar 6. Inervasi sentral inti facial di batang otak 1

Page 10: Dewi Referat n Vii

Gambar 7. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis 6

Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus facialis bisa mendapat gangguan di

lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear.

Paralisis Nuklear

Nukleus dapat menderita kerusakan akibat penyakit degeneratif (paralisis bulbar

progresif, siringobulbia), sirkulatorius, dan proses peradangan (polioensefalitis), tumor

pons atau perdarahan pontin. Karena hubungan topografi yang erat antara nukleus facialis

dan serat saraf abdusens (VI), tidak jarang suatu penyakit tunggal menyebabkan

kerusakan kedua saraf tersebut. 1

9

Gambar 8. Perbedaan lesi perifer dan sentral nervus fasialis1

Page 11: Dewi Referat n Vii

Paralisis Supranuklear

Jaras supranukear dapat terganggu di mana saja, tetapi paling sering terganggu

pada perjalanannya melewati kapsula interna. Satu penyebab yang mungkin adalah infark

yang diakibatkan oleh obstruksi arteri karotis interna, atau yang lebih sering arteri serebri

media, oleh perdarahan massif dari angioma atau perubahan vaskular lainnya, seperti

penyakit hipertensi vaskular atau oleh tumor. Kelumpuhan fasial supranuklear saja dapat

terjadi akibat lesi kortikal kecil pada bagian girus presentralis yang mewakili wajah.

Kelumpuhan seperti itu, dapat disertai oleh serangan Jacksonian pada otot-otot wajah.

Tanpa menghiraukan kelumpuhan supranuklear, otot-otot wajah tetap melakukan gerakan

involunter dalam bentuk tic klonik atau spasme wajah tonik, karena saraf facialis tetap

berhubungan dengan sistem ekstrapiramidalis. 1

Paralisis Perifer

N. facialis yang terjepit dalam foramen stilomastoideum akan menimbulkan

kelumpuhan facialis LMN, dinamakan Bell’s palsy. Bell’s palsy adalah paralisis saraf

ketujuh perifer tanpa adanya alasan yang jelas. Terjadi pada 25 per 100.000 penduduk

pertahun. Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat

dikerutkan. Fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha memejamkan mata

terlihatlah kedua mata berguling ke atas ‘roll upward’ (Bell’s phenomenon). Karena

lagoftalmus, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu.

Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa

digerakkan. Gejala-gejala pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena

bagian N.facialis yang terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi

serabut korda timpani dan serabut yang mensarafi M. stapedius. Makanan mengumpulkan

antara gigi dan pipi, serta saliva biasanya menetes dari sudut mulut Pasien mengeluhkan

berat atau mati rasa dan kadang-kadang nyeri pada wajah, tetapi kehilangan sensorik

biasanya tidak terjadi. Diagnosa banding dari akut fasial palsy tidak semuanya idiopatik :

10% karena herpes zoster otikus, 4% otitis media dan 2% oleh karena tumor (tumor

kelenjar parotis, neurinoma dan lainnya). 1,4,5

Setelah kelumpuhan fasial perifer, regeneratif saraf yang rusak, terutama serat

otonom dapat sebagian atau dalam arah yang salah. Serat yang terlindung mungkin

memberikan akson baru yang tumbuh ke dalam bagian saraf yang rusak. Persarafan baru

yang abnormal ini, dapat menyebabkan kontraktur atau sinkinesis (gerakan yang

berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah. Sindrom air mata buaya (crocodile tears) di

10

Page 12: Dewi Referat n Vii

mana lakrimasi involunter terjadi ketika pasien sedang makan. Diperkirakan bahwa serat

sekretoris untuk kelenjar air liur tumbuh ke dalam selubung Schwann dari serat yang

cedera yang berdegenerasi, dan pada asalnya serat tersebut bertanggung jawab untuk

glandula lakrimalis. 1

Penyembuhan sempurna tanpa pengobatan terjadi pada 60-80% pasien.

Pemberian steroid (prednison 1 mg/kgBB/hari selama 5 hari). Bila terapi ini diberikan

dalam 10 hari setelah onset, penyembuhan sempurna bisa diatas 90%.1

Gambar 9. Lokasi lesi nervus fasialis beserta klinisnya1

11

Paralisis motorik perifer dari otot yang disarafi oleh saraf fasialis, kegagalan pendengaran dan penurunan eksitabilitas vestibular

Paralisis motorik perifer dan kegagalan rasa pengecapan dan lakrimal serta sekresi saliva

Paralisis motorik perifer dan kegagalan rasa pengecapan dan sekresi saliva; hiperakusis

Paralisis motorik perifer dan kegagalan rasa pengecapan dan sekresi saliva

Paralisis motorik perifer

Page 13: Dewi Referat n Vii

Pemeriksaan fisik neurologis

Berikut merupakan cara pemeriksaan fungsi saraf fasialis, yaitu:1,3,4

1. Fungsi Motorik

- Pada saat diam perhatikan : 5

Asimetris muka (lipatan nasolabial)

Bila asimetris (dari) muka jelas, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan

jenis perifer. Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan,

plika nasolabialis mendatar dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada

kelumpuhan jenis sentral (supranuklear) muka dapat simetris waktu istirahat,

kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan misalnya ;

menyeringai.

Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus

sardonicus, tremor, dsbnya) 5

Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

- Atas perintah : 5

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetris), kemudian pemeriksa

mencoba membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan

kiri)

3. Memperlihatkan gigi (asimetris)

4. Bersiul dan mencucur (asimetris/deviasi ujung bibir)

5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing)

6. Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan

dan kiri). Pada kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk

mendeteksi kelemahan saraf facialis pada stadium dini

- Gejala Chvostek

Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok daerah wajah yang

dilalui N. VII. Ketokan dilakukan dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini

menyebabkan kontraksi otot yang disarafinya. Pada tetani didapatkan gejala

12

Page 14: Dewi Referat n Vii

Chvostek positif, tetapi ia dapat juga positif pada orang normal. Dasar gejala

Chvostek ialah bertambah pekanya nervus facialis terhadap rangsang mekanik.

2. Fungsi pengecapan

Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat

menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk

memeriksanya penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada

lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam (hal ini dilakukan secara

bergiliran dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh

menarik lidahnya kedalam mulut, sebab bila lidah ditarik kedalam mulut, bubuk

akan tersebar melalui ludah ke bagian lainya, yaitu kesisi lidah lainnya atau

kebagian belakang lidah yang persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita

disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk

rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa asin dan 4 untuk rasa asam. 4

3. Produksi Kelenjar ludah

Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau

palpasi dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan

terasa lebih kering/sedikit dari pada yang sehat). 5

4. Refleks

1. Stapedial refleks

Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada

telinga kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop

diketuk dengan ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita

akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang

terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali). 5

2. Tanda glabella

Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks

menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2

kali saja). Positif pada penderita Parkinson

13

Page 15: Dewi Referat n Vii

Nervus Hipoglosus

Nervus hipoglosus (N. XII) adalah saraf motorik ekstrinsik dan intrinsik lidah.

Parese nervus hipoglosus adalah gangguan fungsi motorik akibat adanya lesi

jaringan saraf pada nervus hipoglosus.(2)

Perjalanan dan Distribusi Nervus Hipoglosus

Nervus hipoglosus adalah saraf eferen somatik (motor). Aksonnya berjalan

turun di medula dan keluar dari batang otak sebagai serabut-serabut radiks di

sulkus anterolateralis antara oliva inferior dan piramis. Nervus hipoglosus keluar

dari tengkorak melalui kanalis hipoglosus dan berjalan di regio servikal bawah di

antara vena jugularis dan arteri karotis bersama dengan serabut-serabut dari tiga

segmen servikal pertama (ansa hipoglosi). Serabut-serabut ini yang tidak

membentuk hubungan dengan nervus hipoglosus kemudian segera terpisah lagi

untuk mempersarafi otot-otot os hiodeum, yaitu m.tirohioideus, m.sternohioideus,

dan m.omohioideus. Nervus hipoglosus mempersarafi otot-otot lidah,

m.stiloglosus, m.hioglosus, dan m.genioglosus.(6)

14

Page 16: Dewi Referat n Vii

Gambar 2. Distribusi dan hubungan sentral nervus hipoglosus

Parese nervus hipoglosus dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring.

2. Meningitis basalis tuberkulosa atau luetika.

3. Fraktur basis kranii (atau traksi pada nervus hipoglosus pada trauma

kapitis).

3. Siringobulbi.

4. Infeksi retrofaringeal. (1,2,4)

15

Page 17: Dewi Referat n Vii

Gejala klinik

Lesi pada satu nervus hipoglosus akan akan memperlihatkan di sisi pipi lateral:

1. Separuh lidah yang menjadi atrofis, dengan mukosa yang menjadi longgar

dan berkeriput. Mungkin pula akan tampak fibrilasi pada otot-otot lidah

yang atrofis.

2. Bila lidah itu dijulurkan keluar akan tampak bahwa ujung lidah itu

memperlihatkan deviasi ke sisi yang sakit. Deviasi ujung lidah ke sisi yang

sakit timbul karena kontraksi M. genioglussus di sisi kontralateral (bila M.

genioglossus kanan dan kiri berkontraksi dan kedua otot itu sama kuatnya,

maka lidah itu akan dijulurkan lurus ke depan, Bila satu otot adalah lebih

lemah dari yang lainnya, maka akan timbul deviasi dari ujung lidah ke sisi

otot yang lumpuh)

3. Di dalam mulut sendiri akan tampak bahwa ujung lidah itu mencong ke

sisi yang sehat. Keadaan ini timbul karena tonus otot-otot lidah di sisi yang

sehat adalah melebihi tonus otot-otot lidah di sisi yang sakit.

4. Motilitas lidah akan terganggu sehingga di sisi yang sakit misalnya akan

tampak ada sisa-sisa makanan di antara pipi dan gigi-geligi.

5. Karena lidah berperanan dalam mekanisme menelan dan artikulasi, maka

gejala-gejala kelumpuhan paralysis nervus hipoglosus berupa sukar

menelan dan bicara pelo. (1,4,5,6)

Penderita hemiparesis kiri atau kanan, kebanyakan menjadi pelo

pada tahap dini setelah mengidap “stroke”. Kemudian gangguan artikulasi

itu hilang. Lain halnya bila terdapat kelumpuhan unilateral lower

motoneuron, penderitanya akan tetap pelo.(1)

Nervus hipoglosus mungkin mengalami lesi sendiri-sendiri terlepas

daripada yang lainnya, tetapi dapat pula mengalami gangguan bersama,

misalnya parese nervus hipoglosus, parese nervus asesorius, parese nervus

vagus, dan parese nervus glosofaringeus. (4,6)

Proses patologik yang sering mengganggu bagian perifer nervus

hipoglosus ialah infiltrasi karsinoma nasofarings, siringobulbi dan infeksi

retrofaringeal.(1)

16

Page 18: Dewi Referat n Vii

Dalam hal yang terakhir ini akan timbul bermacam-macam sindrom, yaitu:

1. Sindrom bulbar

Pada sindrom bulbar akan tampak paralisis nervus hipoglosus, nervus asesorius,

nervus vagus, dan nervus glosofaringeus.

Hal ini dapat ditimbulkan oleh:

(1) infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring,

(2) meningitis tuberculosa atau luetika,

(3) fraktur basis kranii (atau traksi saraf-saraf tersebut pada trauma kapitis).

2. Sindrom foramen jugulare

Pada sindrom foramen jugularis tampak paralysis dari nervus glosofaringeus,

nervus vagus dan nervus asesorius (nervus hipoglosus dalam keadaan baik)

Sindrom ini dapat ditimbulkan oleh:

(1) infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring,

(2) fraktur basis kranii (atau traksi saraf-saraf tersebut pada trauma kapitis),

(3) meningitis tuberculosa atau luetika,

(4) periflebitis/trombosis dari vena jugularis.

3. Sindrom spasium parafaringeum

Pada sindrom ini tampak kelumpuhan dari nervus glosofaringeus, nervus vagus

dan nervus hipoglosus. Di samping itu akan tampak sindrom Horner’s di sisi yang

sakit.

Sindrom spasmium parafaringeal dapat timbul pada:

(1) abses retrofaringeal,

(2) abses peritonsiler. (4,5,6)

A. Diagnosis

17

Page 19: Dewi Referat n Vii

Diagnosis parese nervus hipoglosus ditegakkan dengan anamnesis serta gejala

kinis yang ada, anamnesis mengenai ada tidaknya riwayat trauma kapitis

(sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa trauma kapitis dapat menyebabkan

traksi pada nervus hipoglosus sehingga terjadi parese pada nervus hipoglosus)

atau fraktur basis kranii.(4)

Ananmesis yang lain yang tentunya akan mengarahkan kita kepada riwayat-

riwayat penyakit ataupun tumor yang secara lansung ataupun tidak langsung akan

menyebabkan parese nervus hipoglosus.

Untuk mengetahui gejala-gejala atau manifestasi yang ditimbulkan oleh parese

nervus hipoglosus, dapat dilakukan pemeriksaan nervus hipoglosus dengan cara:

Menyuruh pasien menjulurkan lidah lurus-lurus, kemudian menarik dan

menjulurkan lagi dengan cepat.

Lidah kemudian disuruh bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat

kemudian menekankan pada pipi kiri dan kanan sementara pemeriksa

melakukan palpasi pada kedua pipi untuk mengetahui/merasakan kekuatan

lidah.

Pada lesi bilateral gerakan lidah kurang lincah

Pada lesi unilateral lidah akan membelok ke sisi lesi saat dijulur-kan dan

akan membelok ke sisi yang sehat saat diam di dalam mulut.

Lesi N. hipoglosus tipe LMN aksonal atropi.

Lesi N. hipoglosus tipe LMN nuklear atropi dan fasikulasi.

Paralisis N. hipoglosus sukar menelan dan bicara pelo. (1,2,4,5,6)

Tremor lidah dapat dijumpai pada pasien yang sakit berat (lemah),

demensia paralitika dan intoksikasi.

Fasikulasi dujumpai pada lesi nuklir, misalnya pada pada siringobulbi

Kadang sulit untuk membedakan antara tremor dan fasikulasi, terlebih

lagi pada lidah yang terjulur. Untuk memudahkan perbedaanya, lidah

diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang

atau menghilang. Pada atetose didapatkan gerakan yang terkendalu. Lidah

18

Page 20: Dewi Referat n Vii

sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan dengan sekonyong-konyong dan

kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 21: Dewi Referat n Vii

1. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy,

Fisiology, Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies.

2005;148-155.

2. Netter FH, Craig JA, Perkins J, Hansen JT, Koeppen BM. Atlas of

Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: ICON; 2002.

3. Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000;

159-163.

4. Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI.

2007; 55-60.

5. Juwono. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI.

1996; 34-36.

6. Tiemstra D Jeffrey, Khatkhate Nandini. Bell’s Palsy : Diagnosis and

Management. University of llinois at Chiago College of Medicine.

Chichago. 2007

20