Top Banner
DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS YANG MENYEBABKAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DI KOMUNITAS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: MAULIDA UMMI SYAFA J 210 144 018 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
24

DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

Jan 06, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

i

DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS DAN

PSIKOLOGIS YANG MENYEBABKAN KEKAMBUHAN

PADA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS

DI KOMUNITAS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MAULIDA UMMI SYAFA

J 210 144 018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

i

Page 3: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

ii

Page 4: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

iii

Page 5: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

1

DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS

YANG MENYEBABKAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA

RHEUMATOID ARTHRITIS DI KOMUNITAS

Abstrak

Pendahuluan:Penyakit kronis menjadi fenomena yang banyak terjadi dikalangan

masyarakat.Salah satu penyakit kronis yang sering dijumpai di komunitas ialah

rheumatoid arthritis (RA).Jumlah penderita RAdari 2.130 juta populasi telah

mencapai angka 335 juta penduduk dunia yang mengalami RA.Prevalensi

penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes (tenaga kesehatan) di Indonesia

(2013) berjumlah 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Di Jawa

Tengah penyakit sendi merupakan urutan tertinggi diantara Penyakit Tidak

Menular (PTM) lainnya, yakni sebesar 11,2%. Tujuanpenelitian: Untuk

mengetahui jenis stressor fisiologis dan psikologis yang menyebabkan

kekambuhan pada penderita rheumatoid arthritis di komunitas. Metode

penelitian: deskriptif survey, serta menggunakan teknik accidental sampling

dengan jumlah 80 sampel. Analisis data menggunakan deskriptif presentase.Hasil

Penelitian: Stressor Fisiologis, faktor predisposisi,riwayat penyakit RAmayoritas

berasal dari Ibu (31,3%), riwayat merokok dialami 3 dari 4 pria, 1-15 batang

rokok perhari dengan lama merokok masing-masing 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan

>20 tahun, mengalami menopause sebanyak 65 responden (85.5%), melakukan

aktivitas berat mayoritas dengan kategori selalu (27.5), jenis aktivitas berat

dominan duduk lama (28.8%), jumlah tidur malam ≤ 5 jam (53.8%), diet dominan

mengkonsumsi telur ayam (43.8%). Stressor Psikologis : faktor sosioekonomi

mayoritas pendidikan Sekolah Dasar (SD) (33.8%) dan pendapatan mayoritas <1

juta (62.5%), faktor pasien gejala yang paling mengganggu nyeri sendi (68.8%),

kurangnya dukungan emosional (20.8%), faktor kelurga/koping

kurangnyabantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (20.8%), konsekuensi

kerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

penyebab kekambuhan rheumatoid arthritis terbanyak adalah menopause yakni

85%, dan jenis stressor psikologis penyebab kekambuhan rheumatoid arthritis

terbanyak adalah gejala yang paling mengganggu yakni nyeri sendi 68.8%.

Kata kunci: Rheumatoid Arthritis, Stressor Fisiologis, Stressor Psikologis

Abstract

Introduction: Chronic disease becomes a phenomenon that occurs among

community. One of the most common chronic diseases in the community is

rheumatoid arthritis (RA). The number of RA reached 335 million people from

2,130 million populations in the world. Based on health workers in Indonesia

(2013) the prevalence of joint disease is 11.9% and for diagnosis or symptoms

reached 24.7%. Joint disease is diseases highest in Central Java rather than Non-

Communicable Diseases which is 11.2%. Objective: To know the type of

Page 6: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

2

physiological and psychological stressors that caused by rheumatoid arthritis

recurrence in community. Research method: Survey Descriptive and used

accidental sampling technique with number of samples are 80. The Data analyzed

by using descriptive percentage. Research result: Physiological Stressors,

predispositions factor there are history of RA mostly experienced by Mother

(31,3%), menopause (85.5%), respondent with heavy activity (27.5%), dominantly

with prolonged sitting type (28.8%), respondent that sleep ≤ 5 hours at night

(53.8%), and excess chicken eggs consumer (43.8%) respondent with smoking

history that experienced by three out of four men that smoked cigarettes 1-15 per

day around 1-5 years, 6-10 years, and >20 years. Psychological Stressor,

socioeconomic factor there are the majority comes from primary school (33.8%),

and respondent with income <1 million (62.5%), patient factor is respondent with

the most disturbing symptoms of joint pain (68.8%), family factor/coping are lack

of emotional support (20.8%), and lack of help to perform daily activities (20.8%)

and consequences of work that is factor respondent with few working duration

because of symptom (43%). Conclusion: the most recurrence cause of rheumatoid

arthritis in physiological stressors is menopause respondent with 85% and

psychological stressor is respondent with disturbing symptom of joint pain that

reached 68.8%.

Keywords: Physiological Stressor, Psychological Stressors, Rheumatoid Arthritis

1. PENDAHULUAN

Menurut WHO (2016) Jumlah penderita RA dari 2.130 juta populasi telah

mencapai angka 335 juta penduduk dunia yang mengalami RA.Prevalensi

penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes (tenaga kesehatan) di Indonesia

(2013) berjumlah 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%.

Sedangkan prevalensi tertinggi pada provinsi di Indonesia tahun 2013 terdapat

di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30%).

Selanjutnya prevalensi di Jawa Tengah berjumlah 26,9% dan berdasarkan

diagnosis atau gejala 11,2%(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Di Jawa

Tengah, penyakit sendi merupakan urutan tertinggi diantara Penyakit Tidak

Menular (PTM) lainnya, yakni sebesar 11,2% (Kementrian Kesehatan RI,

2013) dan wilayah Sukoharjo merupakan salah satu wilayah yang memiliki

jumlah penderita RA yang cukup tinggi. Pada Tahun 2017 penderita RA di

wilayah Sukoharjo sebanyak 968 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten

Sukoharjo, 2017).

RAmerupakanpenyakit kronis yang terjadi karena berbagai

stressor.Menurut Lacan (2016) stressor merupakan kejadian stimulus

mencakup berbagai variasi eksternal dan internal, sedangkan menurut Anisman

(2015) stressor merupakah rangsangan atau kejadian yang dinilaiatau dianggap

Page 7: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

3

tidak menyenangkan dan menyebabkan "respons stres", respon stres terdiri dari

perubahan kognitif, perilaku,biologis.

Menurut Center of Studies on Human Stress(CSHS) (2012) terdapat

dua kategori stressor, physiological (physical) stressor dan physicological

stressor.Stressor psikologis merupakan kejadian, situasi, individu, komentar,

atau apapun yang penderita tafsirkan sebagai hal negatif atau

mengancam.Sedangkan Stressor fisiologis (physical) adalah stressor yang

menyebabkan ketegangan pada tubuh penderita (i.e,: suhu sangat dingin/panas,

luka, sakit kronis atau nyeri) dan dapat diartikan sebagai kejadian, situasi,

individu, komentar atau apapun yang penderita tafsirkan sebagai hal negatif

atau mengancam.

Stressor fisiologis dan psikologis merupakan faktor pencetus yang bisa

menyebabkan penyakit ini kambuh kembali, kedua faktor ini pada umumnya

sama, namun fenomena menggambarkan bahwa faktor pencetus ini

dipengaruhi berbagai latar belakang individu yang berbeda (Colebatch &

Edwards, 2011). Faktor fisik yang umumnya menyebabkan kekambuhan

adalah infeksi dengan presentase 49.6% dan physical trauma 46.4% yang pada

umunya physical traumaberkaitan dengan penggunaan berlebih pada sendi

yang mengakibatkan keparahan pada pasien RA (Yılmaz et al.,2017).

Kemudian faktor fisiologis seperti faktor genetik. Sebagai contoh, prevalensi

tertinggi yang telah diamati pada suku Indian Amerika Utara mencapai 30%

(Ingegnoli et al., 2013).

Sedangkan faktor psikologis yang berpengaruh terhadap kekambuhan

penyakit RA adalahfaktor physicoligical stress/ gangguan mood. Kehidupan

yang penuh tekanan mengakibatkan serangan RA sebanyak 86% kasus, dan

tingginya tingkat stress dapat diprediksi prognosis penyakit yang lebih buruk

sehingga dapat diperkirakan bahwa orang dengan RA mungkin sangat sensitif

terhadap stressor tertentu dan/atau menghasilkan respon stres yang lebih besar,

sehingga memiliki hubungan yang signifikan antara trauma, gangguan mood,

dan kualitas hidup yang meningkatakan sensasi rasa nyeri atau persepsi nyeri

pada penderita RA(Tillmann et al., 2013).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 8 Februari 2018 di

wilayah kerja Puskesmas Kartasura beberapa orang yang menderita rheumatoid

arthritis belum mengetahui secara pasti penyebab penyakit yang mereka alami.

Lima dari tujuh orang mengatakan bahwa mereka memiliki riwayat keturunan

dan mengalami kekambuhanapabila terjadikecemasan psikologis.Sekitar 57%

penderita RA mengalami kekakuan pagi/ nyeri yang timbul ketika bangun

dipagi hari dan seluruh penderita mengalami gejala fisiologi seperti kelemahan,

demam, benjolan dan memiliki riwayat merokok.Seluruh penderita

mengatakan nyeri timbul saat melakukan aktivitas berlebih dan reda atau

Page 8: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

4

berkurang saat beristirahat, namun mereka belum mengetahui pasti penyebab

kekambuhan yang dialami.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif survey.

Penelitian deskriptif survey adalah suatu rancangan yang digunakan untuk

menyediakan informasi berhubungan dengan prevalensi dan distribusi, dapat

digunakan untuk mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,

pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.Pada survey tidak terdapat

intervensi (Nursalam, 2013).Populasi penelitian ini adalah pasien kekambuhan

Rheumatoid Arthritis di wilayah kerja Puskesmas Kartasura yang berjumlah

386 penderita dan sampel yang digunakan sebanyak 80 sampel, diambil dengan

menggunakan accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah

kuesioner semi-tertutup, terdiri dari kuesioner demografi, lembar kuesioner

stressor fisiologis dan psikologis penyebab kekambuhan RA, dan beberapa

item dari kuesioner demografi yang hasilnya akan dimasukkan kedalam

stressor psikologis penyebab kekambuhan.

3. HASIL PENELITIAN

3.1 Stressor Fisiologis Penyebab Kekambuhan RA

Tabel 4.2 Distribusi riwayat penyakit RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Bapak 7 8.8

80

Ibu 25 31.3

Kakek dari bapak 1 1.3

Nenek dari ibu 1 1.3

Tidak ada riwayat 46 57.5

Total 80 100.0

Tabel 4.3 Distribusi Riwayat Merokok Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak 77 96.3 80

Ya 3 3.8

Total 80 100.0

Tabel 4.4 Distribusi Lama Durasi Merokok Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

>20 1 25.0

3 1-5 tahun 1 25.0

6-10 tahun 1 25.0

Total 3 100.0

Page 9: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

5

Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Konsumsi Rokok Perhari

Karakteristik Frekwensi % N

1-14 batang 3 100.0 3

Tabel 4.6 Distribusi Menopause Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Belum 11 14.5

76 Sudah 65 85.5

Total 76 100.0

Tabel 4.7 Distribusi akivitas berat responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Jarang 4 5.0

80

Kadang 13 16.3

Selalu 22 27.5

Sering 13 16.3

Tidak 28 35.0

Total 80 100.0

Tabel 4.8 Distribusi Jenis Aktivitas berat responden RA di Komunitas

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah tidur malam responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

≤ 5 jam 43 53.8

80 6-8 jam 37 46.3

Total 80 100.0

Tabel 4.10 Distribusi Konsumsi Daging Sapi Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Berdiri lama 11 21.2

52

Bergerak lama 3 5.8

Duduk lama 15 28.8

Jalan jauh 13 13.5

Macul 2 3.8

Memegang es 1 1.9

Mengangkat beban

berat 11 21.2

Naik sepeda 1 1.9

Naik turun tangga 1 1.9

Total 52 100.0

Page 10: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

6

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 11 13.8

80

Jarang 50 62.5

Kadang-kadang 16 20.0

Sering 3 3.8

Total 80 100.0

Tabel 4.11 Distribusi Konsumsi Daging Kambing Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 28 35.0

80

Jarang 38 47.5

Kadang-kadang 12 15.0

Sering 2 2.5

Total 80 100.0

Tabel 4.12 Distribusi Konsumsi Telur Ayam Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 4 5.0

80

Jarang 14 17.5

Kadang-kadang 26 32.5

Sering 35 43.8

Selalu 1 1.3

Total 80 100.0

Tabel 4.13 Distribusi Konsumsi Ikan Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 3 3.8

80

Jarang 27 33.8

Kadang-kadang 26 32.5

Sering 22 27.5

Selalu 2 2.5

Total 80 100.0

Tabel 4.14 Distribusi Konsumsi Susu Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 20 25.0

80

Jarang 24 30.0

Kadang-kadang 15 18.8

Sering 13 16.3

Selalu 8 10.0

Total 80 100.0

Page 11: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

7

Tabel 4.15 Distribusi Konsumsi Jeroan Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 32 40.0 40.0

Jarang 22 27.5 27.5

Kadang-kadang 15 18.8 18.8

Sering 10 12.5 12.5

Selalu 1 1.3 1.3

Total 80 100.0 100.0

Tabel 4.16 Distribusi Konsumsi Keju Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 34 42.5

80

Jarang 30 37.5

Kadang-kadang 11 13.8

Sering 5 6.3

Total 80 100.0

Tabel 4.17 Distribusi Konsumsi Mentega Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 33 41.3

80

Jarang 32 40.0

Kadang-kadang 11 13.8

Sering 3 3.8

Selalu 1 1.3

Total 80 100.0

Tabel 4.18 Distribusi Konsumsi Keju Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 4 5.0 5.0

Jarang 24 30.0 30.0

Kadang-kadang 27 33.8 33.8

Sering 23 28.8 28.8

Selalu 2 2.5 2.5

Total 80 100.0 100.0

Tabel 4.19 Distribusi Konsumsi Fastfood Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 23 28.8 28.8

Jarang 33 41.3 41.3

Kadang-kadang 13 16.3 16.3

Sering 9 11.3 11.3

Selalu 2 2.5 2.5

Total 80 100.0 100.0

Page 12: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

8

Tabel 4.20 Distribusi Konsumsi gorengan Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak pernah 2 2.5

80

Jarang 5 6.3

Kadang-kadang 16 20.0

Sering 29 36.3

Selalu 28 35.0

Total 80 100.0

3.2 Stressor Psikologis Penyebab Kekambuhan RA

Tabel 4.21 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

TS 15 18.8

80

SD 27 33.8

SMP 9 11.3

SMA 18 22.5

Sarjana 11 13.8

Tabel 4.22 Distribusi Penghasilan Responden RA di Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

< 1 juta 50 62.5

80 1 – 3 juta 20 25

> 3 juta 10 12.5

Tabel 4.23 Distribusi Informasi Kesehatan RA Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Tidak 57 71.3 80

Ya 23 28.8

Tabel 4.24 Distribusi Kejadian Gejala RA Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Kaku sendi 45 23.9

80

Kelemahan dan

keletihan 13 6.9

K elemahan pada sendi 5 2.7

Nodul 3 1.6

Nyeri pada sendi 2 1.1

Nyeri saat gerak 42 22.3

Page 13: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

9

Nyeri sendi 60 31.9

Pembengkakan sendi 6 3.2

Penurunan nafsu makan 12 6.4

Total 188 100.0

Tabel 4.25 Distribusi Kejadian Gejala RA Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Kaku sendi 12 15.0

80

Kelemahan dan keletihan 4 5.0

Nyeri saat gerak 9 11.3

Nyeri sendi 55 68.8

Total 80 100.0

Tabel 4.26 Distribusi Dukungan Keluarga Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Membantu dalam melakukan

aktivitas sehari-hari 33 20.8

80

Memberi dukungan emosional 33 20.8

Memberikan informasi dan

saran 44 27.7

Menyediakan bantuan materi 36 22.6

Tidak memberi dukungan

apapun 13 8.2

Total 159 100.0

Tabel 4.27 Distribusi Permasalahan Aktifitas Responden RA di

Komunitas

Karakteristik Frekwensi % N

Banyak pikiran 1 1.0

80

Berkurangnya durasi bekerja 43 43.0

Kehilangan pekerjaan 3 3.0

Sulit menyelesaikan aktivitas 34 34.0

Tidak ada permasalahan 19 19.0

Total 100 100.0

Page 14: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

10

4 PEMBAHASAN

4.1 Stressor Fisiologis

4.1.1 Riwayat RA

Berdasarkan tabel 4sebagian besar keluarga tidak memiliki

riwayat penyakit RA (57, 5%), dan yang memiliki riwayat RA

mayoritas berasal dari pihak ibu (31,3%), karena setidaknya dua

pertiga risiko RA dianggap oleh faktor risiko genetik (Yarwood, et

al., 2014). Didukung dengan kejadian penyakit pada tingkat

keluarga sebesar 0,8% bila dibandingkan 0,5% dengan populasi

umum (Steenbergen et.al., 2013). Namun 50-60% menunjukkan

bahwa sebagian besar penyakit bisa disebabkan oleh faktor risiko

lingkungan (Frisell T et al., 2013).

RA pada wanita 25 kali lebih tinggi dibandingkan pria

(Hochberg et al., 2014) karena Hormon estrogen dan progesterone

pada wanita merupakan hal penting dalam pathogenesis RA

(Karlson et al dikutip dalam Di Giuseppe et al., 2013).

4.1.2 Riwayat Merokok

Sebagian besar responden penderita RA adalah wanita

dengan jumlah wanita 76 dan 4 pria, dan tidak ada satupun wanita

yang memiliki riwayat merokok, namun 3 dari 4 pria memiliki

riwayat merokok dengan intensitas lama merokok masing-masing

1-5 tahun, 6-10 tahun, dan >20 tahun dengan jumlah batang rokok

yang dikonsumsi seluruh responden 1-15 batang rokok perhari.

Merokok merupakan faktor resiko lingkungan yang paling

berpengaruh terhadap RA, dan beberapa penelitian menunjukkan

terdapat interaksi yang kuat antar merokok dan alel HLA-DRB1

SE. Merokok membawa SE alel berada pada peningkatan risiko

pengembangan RF atau ACPA-positif RA (Frisell T et al., 2013).

Merokok juga dapat meningkatkan stres oksidatif dalam

tubuh dan stres oksidatif meningkat pada peradangan rheumatoid

karena sistem antioksidan yang terganggu akibat radikal bebas dan

durasi merokok berkaitan dengan peningkatan resiko RA dan

seropositif RA (Chang, 2014).

4.1.3 Menopouse

Ketika wanita mendekati masa menopause, wanita akan

mengalami penurunan fungsi ovarium secara ilmiah. Kurangnya

hormone estrogen setelah menoupose akan memperburuk masa

tulang yang sudah berkurang karena usia usia (Costenbader et al.,

dikutip dalam Chang et al, 2014).

Page 15: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

11

Estrogen dan progesteron telah terbukti menekan kekebalan

yang dimediasi oleh sel T, dengan demikian dapat melindungi

terhadap penyakit (Giuseppe et al., 2013). Seperti pada penelitian

yang dilakukan oleh Hazes, et al., (2011) pasien RA melaporkan

mengalami penurunan nyeri pada saat menstruasi dan kehamilan,

serta resiko meningkatnya gejala RA terjadi 3 bulan

pascamelahirkan.

4.1.4 Aktivitas Berat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yılmaz et

al., (2017) trauma fisik (19%) merupakan faktor kekambuhan

ketiga tertinggi setelah stress psikologis (86,1%) dan infeksi

(49,6%). Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan

sehari-hari memudahkan timbulnya kekambuhan RA, seperti

mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk,

dapat mengakibatkan sakit pinggang dan pada pemain tenis yang

melakukan pukulan back hand yang keras atau cedera lain, dapat

menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan otot siku

lengan (Hembing, 2008).

4.1.5 Jumlah Tidur Malam

Seperti pada penelitian yang telah dilakukan Kimura &

Kishimoto (2010) Kurang tidur sangat mengganggu fungsional

ritme sel T dan sel CD4+ dan peningkatan produksi sel IL-17 Th17

yang telah terbukti memainkan peran penting dalam induksi

penyakit autoimun seperti RA. Kurang tidur juga dikaitkan dengan

peningkatan sitokin proinflamasi seperti interleukin (IL)-6 dan

faktor nekrosis tumor-alfa, sebagai mediator dampak negatif dari

kerja shift (Kimura & Kishimoto, 2010).

Menurut Horwitz & Muller (2010) kondisi RA sangat

berhubungan dengan kurangnya jumlah tidur.National Sleep

Foundation di Amerika mengemukakan bahwa 46% dewasa tua

dengan arthritis, 15% melaporkan tidur kurang dari 6 jam per

malam, 29% buruknya kualitas tidur, 18% didiagnosa gangguan

tidur, 18% melaporkan kantuk di siang hari, 34% bangun tidur

tidak segar, dan 56% gejala insomnia. Didukung dengan penelitian

yang dilakukan oleh Irwin et al., (2012) adanya peningkatan gejala

mood dan rasa sakit pada pasien RA setelah berkurangnya waktu

tidur, bersamaan dengan aktivasi nyeri sendi..

Page 16: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

12

4.1.6 Diet

4.1.6.1 Daging Merah

Menurut Shapiro, et al., dikutip dalam Giuseppe, et

al., (2014) Asupan daging dianalisis secara ekstensif di

NHS (National Health Services), dimana total daging,

daging merah dan unggas tidak terkait dengan

pengembangan RA. Namun, studi kasus-kontrol lainnya

menemukan peningkatan risiko polyarthritis infamatory

dengan asupan tinggi daging merah (OR: 1,9; 95% CI: 0,9-

4,0, untuk> 58 vs <25,5 g / hari) dan daging merah

dikombinasikan dengan lainnya. Produk daging (OR: 2.3:

95% CI: 1.1–4.9, untuk> 87.8 vs <49 g / hari) (Pattison DJ

et al., dikutip dalam Giuseppe, et al., 2014)

Hubungan daging merah terhadap perburukan

kondisi RA didukung pada penelitian yang dilakukan He, et

al., (2016).Konsumsi daging merah secara biologis

dikaitkan dengan pengembangan RA, sementara ikan, buah-

buahan dan sayuran terkait dengan penurunan risiko

RA.Hubungan antara konsumsi daging merah dan

peningkatan risiko RA dapat dikaitkan dengan sumbernya

yang kaya zat besi, yang telah terbukti menumpuk

dimembran rheumatoid sinovial dan memperparah

peradangan sinovial. Sebuah studi kasus-kontrol

menemukan bahwa asupan daging dan protein total yang

tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko RA (Pattison, et

al., dikutip dalam He, et al., 2016).

4.1.6.2 Ikan

Seperti pada penelitian Xu & Lin (2017) setiap

kenaikan asupan 30 g lemak ikan (≥8 g lemak/ 100 g ikan)

per hari dikaitkan dengan 49% pengurangan risiko RA (P =

0,06), sedangkan ikan dengan lemak sedang (3- 7 g lemak /

100 g ikan) dikaitkan dengan peningkatan risiko RA secara

signifikan.

Makanan ikan dan minyak ikan telah disarankan

untuk menjadi pelindung dalam berkembangnya RA karena

asam lemak omega-3 rantai panjang mereka yang

merupakan prekursor eicosanoids anti-inflamasi. Sebuah

studi kasus-kontrol dengan 1.889 kasus RA menemukan

bahwa dengan mengkonsumsi ikan minyak tinggi memiliki

20% penurunan risiko RA dibandingkan dengan mereka

Page 17: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

13

yang tidak pernah atau jarang asupan ikan (Rosell, et al.,

dikutip dalam Hu et al., 2015).

Sementara studi kohort prospektif lainnya

menunjukkan bahwa efek protektif hanya terbatas pada ikan

gemuk, dan ikan ukuran sedang dikaitkan dengan

peningkatan risiko RA secara signifikan (Pedersen et al.,

dikutip dalam Hu et al., 2015).

4.1.6.3 Produk Susu

Menurut penelitian yang telah dilakukan Frank Hu,

MD, PhD, seorang profesor epidemiologi dan nutrisi di

Harvard T. H. Chan School ofPublic Health di Boston

sangat jelas mengatakan bahwa diet tinggi lemak jenuh

yang berlimpah dalam keju dan produk susu berlemak dapat

meningkatkan peradangan. Tetapi asam lemak lain yang

ditemukan dalam produk susu telah dikaitkan dengan

manfaat kesehatan seperti penurunan risiko diabetes.

(Arthritis Foundation, 2018).

Dijelaskan kembali pada dua studi yang meneliti

produk susu konsumsi dalam kaitannya dengan risiko RA,

dan hasilnya tidak konsisten. Studi kasus-kontrol dilakukan

di Washington (DC, USA) tidak menunjukkan hubungan

antara produk susu dan minuman susu dan risiko RA

(Shapiro, et al., dikutip dalam Giuseppe et al., 2013)

Sebaliknya, kohor prospektif IWHS melaporkan hubungan

terbalik antara total susu produk (termasuk susu skim, susu

utuh, es krim, yogurt, keju cottage, krim keju, dan lainnya)

dan risiko RA (RR: 0,66; 95% CI: 0,42-1,01, untuk ≥68 vs

1-35 porsi per bulan) (Merlino LA, et al., dikutip dalam

Giuseppe et al., 2013).Didukung dengan mengenai

polyarthritis infamatory, studi kasus-kontrol dalam kohort

EPIC-Norfolk menemukan peningkatan risiko yang terkait

dengan konsumsi produk susu (OR: 1,9; 95% CI: 0,9-4,2,

untuk> 260 vs <153 g / hari) (Pattison DJ, dikutip dalam

Giuseppe et al., 2013).

4.1.6.4 Jeroan, Gorengan, Telur Ayam, Santan, dan Fast Food

(tinggi kolestrol)

Pasien arthritis secara khas menderita

atherosclerosis, dan kadar kolesterol darah mereka

cenderung lebih tinggi dari biasanya. Lemak dan kolestrol

yang terakumulasi pada lapisan pembuluh darah pada

Page 18: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

14

aterosklerosis mencegah perpindahan secara normal

oksigen ke jaringan sendi.Jaringan sendi tersebut sering

ditemukan didekat sendi rematik.

Kandungan kolestrol (mg/10gr) pada makan

tersebut terbagi kedalam dua kategori, yakni kategori

berhati-hati dan kategori berbahaya.Kategori berhati-hati

yakni daging sapi berlemak 125, sedangkan dalam kategori

berbahaya sosis daging (salah satu jenis fast food) 150,

santan 185, jeroan sapi 380, jeroan kambing 610, kuning

telur ayam 2000 (Warianto, 2011).Kandungan omega 6

dalam makanan seperti gorengan, makanan olahan,

mengkonsumsi garam yang berlebih dan bahan pengawet

makanan dapat menyebabkan radang sendi (Sharma, 2014).

4.2 Stressor Psikologis

4.2.1 SSE (Status Sosial Ekonomi)

Pada penelitian yang telah dilakukan Tillmann et al., (2013)

kecemasan, depresi dan stres disebabkan oleh faktor

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, latar

belakang pendidikan, status pekerjaan, pendapatan rumah tangga

dan praktek agama.

Istilah 'status sosial ekonomi', 'kelas sosial' dan 'posisi

sosial ekonomi' secara kolektif dikenal sebagai SSE.SSE yang

rendah berkaitan dengan morbiditas kejiwaan tinggi, depresi dan

mortalitas. SSE terdiri dari:

4.2.1.1Pendidikan dan Pendapatan

A Sebuah survei nasional AS baru-baru ini

menemukan bahwa beberapa ukuran SSE termasuk tingkat

pendidikan rendah dan pendapatan rendah berkaitan dengan

kesehatan mental dan radang sendi yang memburuk

(Tillmann et al., 2013).Status sosioekonomi rendah

dikaitkan dengan depresi pada RA dan mencakup

pendapatan, pendidikan, pekerjaan, ras / etnis dan kondisi

lingkungan (Margaretten et al, 2011).Sebuah penelitian

baru-baru ini melaporkan peningkatan persepsi nyeri pada

pasien dengan RA yang memiliki pendidikan formal <12

tahun (Yılmaz, et al, 2017).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Vine et

al, (2012) terdapat peningkatan skor kecemasan sosial di

kalangan perempuan rumah tangga berpendapatan rendah

dibandingkan dengan rumah tangga berpenghasilan tinggi

Page 19: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

15

(b = 1,65, P = 0,10), sementara laki-laki rumah tangga

berpendapatan rendah memiliki kecemasan sosial yang

lebih rendah, tetapi tidak signifikan dibandingkan dengan

skor laki-laki di rumah tangga berpenghasilan tinggi (b =

−0.73, P = .52). Sehingga terdapat hubungan antara

pendapatan rumah tangga yang rendah dan kecemasan fisik/

panik dengan semakin banyak bukti yang menunjukkan

bahwa hasil kesehatan mental dan fisik yang memburuk.

4.2.2 Faktor Pasien

4.2.2.1 Gejala RA

The Seperti pada penelitian yang telah dilakukan

Yılmaz, et al (2017) berdasarkan persepsi pasien, stres

psikologis, trauma fisik, dan infeksi dikaitkan dengan

suasana depresi dan kualitas hidup yang lebih rendah.

Pada penelitian ini penderita dominan menganggap nyeri

sendi sebagai gejala yang paling mengganggu, yakni

sebanyak 55 responden (68.8%).

Gejala yang timbul pada RA dapat meningkatkan

kondisi depresi seperti peradangan, nyeri dan kecacatan

fungsional. Hubungan kecacatan dengan depresi lebih

kuat terjadi pada orang dengan status sosial ekonomi

(SSE) yang rendah, karena orang dengan SSE yang

rendah mungkin tidak memiliki dukungan dan sumber

coping yang baik, sehingga menyababkan tingginya

tingkat depresi (Tillmann et al., 2013). Pada penelitian

longitudinal menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi

yang besar menyebabkan peningkatan persepsi nyeri,

sehingga tingkat nyeri dan kecacatan yang lebih tinggi

memprediksi tingkat distres yang lebih tinggi (Klippel,

2014).

4.2.2.2 Dukungan Keluarga

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ryan

(2014) ketika seseorang menderita RA ada peran dalam

unit keluarga yang harus berubah dan tidak setiap anggota

keluarga dapat menerima perubahan.Sebagai contoh,

seorang ibu dengan rheumatoid arthritis mungkin merasa

sulit untuk bergabung dalam kegiatan fisik dengan anak-

anaknya karena ketidaknyamanan fisik dipersendiannya.

Penderita RA membutuhkan periode istirahat dan

periode aktivitas yang seimbang, karena akan membantu

Page 20: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

16

mengurangi rasa sakit dan kelelahan. Oleh karenanya

membantu keluarga memahami penderita RA untuk

beristirahat merupakan bagian penting dari mengatasi

kondisi dan menghindari mereka merasakan istirahat

sebagai aktivitas negatif.

Penderita RA ketika sudah menikah tidak terkait

dengan perubahan kesehatan yang lebih baik, tetapi berada

dalam pernikahan yang diharapkan atau tidak tertekan

dikaitkan pengurangan rasa nyeri dan fungsi yang lebih

baik (Reese, et al 2010).

4.2.2.3 Permasalahan Aktivitas

Tantangan bagi orang-orang rheumatoid arthritis

untuk tetap bekerja secara fisik.Hal ini menyebabkan stres

harian dan regangan berulang pada sendi dan

otot.Ketidakpastian gejala mereka dapat menyulitkan untuk

bekerja tepat waktu (Ryan, 2014).Pasien dengan nyeri

terus-menerus, kelelahan, dan cacat fungsional berakibat

harus meninggalkan pekerjaan (Daniel, et al 2013).

Sesuai dengan penelitian ini mayoritas penderita

mengalami berkurangnya durasi bekerja sebanyak 43

responden (43%) didukung pada penelitian yang telah

dilakukan Arthritis Care Scotland (2016) lebih dari dua

pertiga responden mengemukakan dampak nyeri terhadap

kemampuan bekerja sehingga berkurangnya durasi bekerja

sebanyak 67%, selanjunya kelemahan membuat penderita

RA sulit untuk bekerja sebanyak 66%, lebih dari separuh

penderita tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sendiri

karena keterbatasan fisik sebanyak 53%, dan sebanyak 14%

meniggalkan pekerjaannya.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Distribusi karakteristik responden menurut umur pada

menunjukkan distribusi tertinggi adalah usia >55 tahun sebanyak

57 responden (66.9%), jenis kelamin didominasi perempuan 76

responden (95%), selanjutnya kebanyakan responden mengenyam

tingkat pendidikan SD sebanyak 27 responden (33.8%), sebagian

besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)

sebanyak 48 responden (60%), sebagian besar penghasilan

responden <1 juta sebanyak 50 (62.5), lama diagnosis responden

Page 21: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

17

didominasi selama 6-12 bulan sebanyak 39 (48.8%), sebagian besar

responden belum pernah mendapatkan informasi kesehatan RA

sebanyak 57 (71.3%).

b. Gejala yang paling mendominasi nyeri sendi 60 responden

(31.9%), dilanjutkan kekakuan sendi 45 responden (23.9%), nyeri

saat gerak 42 responden (22.3%), kelemahan dan keletihan 13

responden (6.9%), penurunan nafsu makan 12 responden (6.4%),

kelemahan pada sendi 5 responden (2.7), pembengkakan sendi 6

responden (3.2%), dan nodul 3 responden (1.6), nyeri pada sendi 2

(1.1%)

c. Jenis stressor fisiologis penyebab kekambuhan rheumatoid arthritis

terbanyak adalah menopause yakni sebesar 85%.

d. Jenis stressor psikologis penyebab kekambuhan rheumatoid

arthritis terbanyak adalah gejala yang paling mengganggu yakni

nyeri sebesar 68.8%.

5.2 Saran

a. Penderita RA

Bagi penderita RA agar menghindari stressor-stressor penyebab

kekambuhan baik secara fisiologis maupun psikologis, sehingga

meminimalisir terjadinya keparahan penyakit RA.

b. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk memastikan diagnosa RA yang diderita responden dan

meningkatkan pemberian informasi (penyuluhan) kesehatan terkait

rheumatoid arthritis pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat

menghindari dan meminimalisir terjadinya penyakit maupun

kekambuhan RA.

c. Penelitian yang lain

Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini, karena

begitu banyak faktor-faktor penyebab kekambuhan RA yang

lainnya sehingga dapat dieksplor kembali baik dari segi faktor

fisiologis maupun psikologis dan dapat dihubungkan antara satu

faktor dengan faktor lainnya, ataupun dilanjutkan dengan penelitian

faktor penyebab redanya penyakit RA.

DAFTAR PUSTAKA

Anisman, H. (2015). Stress and Your Health From Vulnerability to Resilience.

United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd

Arthritis Care Scotland. (2016). Arthritis and Work: Result of A Survey in

Scotland. University of Glasgow, United Kingdom.

Page 22: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

18

Budiarto, Eko & Dewi Anggraeni.(2012). Pengantar Epidemiologi.Ed. 2. Jakarta:

EGC

Colebatch, A. N., & Edwards, C. J. (2011). The influence of early life factors on

the risk of developing rheumatoid arthritis. Clinical and Experimental

Immunology, 163(1)

Daniel, F., Patrick, D., David, A., Mcwilliams, D. F., Varughese, S., Young,

A.,Walsh, D. A. (2013). Work disability and state benefit claims in early

rheumatoid arthritis : the ERAN cohort . Rheumatology , Original article

Work disability and state benefit claims in early rheumatoid arthritis : the

ERAN cohort, 53, 473–481.

Davis, J. M., & Matteson, E. L. (2012).My Treatment Approach to Rheumatoid

Arthritis. Mayo Clinic Proceedings, 87(7), 659–673.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2017). Penderita Rheumatoid Arthritis.

Di Giuseppe, D., Orsini, N., Alfredsson, L., Askling, J., & Wolk, A.

(2013).Cigarette smoking and smoking cessation in relation to risk of

rheumatoid arthritis in women.Arthritis Research & Therapy, 15(2), R56.

Fink, G. (2010). Stress Consequences: Mental, Neuropsychological and

Socioeconomic. United Kingdom: Elsevier Inc

Frisell, T. , Holmqvist, M. , Källberg, H. , Klareskog, L. , Alfredsson, L. and

Askling, J. (2013), Familial Risks and Heritability of Rheumatoid Arthritis:

Role of Rheumatoid Factor/Anti–Citrullinated Protein Antibody Status,

Number and Type of Affected Relatives, Sex, and Age. Arthritis &

Rheumatism, 65: 2773-2782.

Giuseppe, D.D., Crippa, A., Orsini, N., & Wolk, A. (2014). Fish consumption and

risk of rheumatoid arthritis: a dose-response meta-analysis. Arthritis research

& therapy.

Hamdi, A. A dan Bahrudin. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish

Hazes, J. M. W., Coulie, P. G., Geenen, V., Vermeire, S., Carbonnel, F., Louis,

E., … De Keyser, F. (2011). Rheumatoid arthritis and pregnancy: evolution

of disease activity and pathophysiological considerations for drug use.

Rheumatology (Oxford, England), 50(11), 1955–1968.

Hembing, M. W.(2006). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:

Puspa Swara

He, J., Wang, Y., Feng, M., Zhang, X., Jin, Y.-B., Li, X., … Li, Z.-G. (2016).

Dietary intake and risk of rheumatoid arthritis—a cross section multicenter

study. Clinical Rheumatology, 35(12), 2901–2908.

Hochberg, M.,Alan J. S., Josef S., Michael W.,&Michael W. (2014).

Rheumatology, 2-Volume Set 6th Edition. Elsevier Health Sciences, Jun 24,

2014- 1976 pages

Horwitz, R., &Daniel M. (2010).Integrative Rheumatology. New York: Oxford

University Press inc

Hu, Y., Costenbader, K. H., Gao, X., Hu, F. B., Karlson, E. W., & Lu, B. (2015).

Mediterranean diet and incidence of rheumatoid arthritis in women. Arthritis

Care & Research, 67(5), 597–606.

Page 23: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

19

Ingegnoli, F., Castelli, R., & Gualtierotti, R. (2013). Rheumatoid Factors: Clinical

Applications. Disease Markers, 35(6), 727–734.

Institute Universitaire En Sante Mental De Montreal. 2010-2017. Center For

Studies On Human Stress. Francais. http://www.humanstress.ca/about-

cshs.html

Irwin, M. R., Olmstead, R., Carrillo, C., Sadeghi, N., FitzGerald, J. D.,

Ranganath, V. K., & Nicassio, P. M. (2012). Sleep Loss Exacerbates Fatigue,

Depression, and Pain in Rheumatoid Arthritis. Sleep, 35(4), 537–543.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:

Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013

Kimura, A.., & Kishimoto, T. (2010), IL‐6: Regulator of Treg/Th17 balance. Eur.

J. Immunol., 40: 1830-1835.

Lacan, Jacques. (2016). Person of The Month. The International Journal Of Indian

Psychology, Volume: 3 Issue: 4 No. 60

Margaretten, M., Julian, L., Katz, P., & Yelin, E. (2011). Depression in patients

with rheumatoid arthritis: description, causes and mechanisms. International

Journal of Clinical Rheumatology, 6(6), 617–623.

Mayasari, D., & Pratiwi, A. (2009). Hubungan respon imun dan stres dengan

tingkat kekambuhan demam tifoid pada masyarakat di wilayah Puskesmas

Colomadu Karanganyar.

Reese JB., Somers TJ., Keefe FJ., Mosley-Williams A., &Lumley MA. (2010).

Pain and functioning of rheumatoid arthritis patients based on marital status:

is a distressed marriage preferable to no marriage? Journal of Pain. 11, 10,

958-964.

Ryan, S. (2014). Psychological effects of living with rheumatoid arthritis. Nursing

Standard, 29(13), 52-59. doi: 10.7748/ns.29.13.52.e9484

Silva BN., Araujo IL., Queiroz PM., Duarte AL., &Burgos MG. (2014). Intake of

antioxidants in patients with rheumatoid arthritis. Revista da Associação

Médica Brasileira 60:555-559

Steenbergen van HW., T. W. J. Huizinga A. H., M. van der Helm-van Mil.(2013).

Review: The Preclinical Phase of Rheumatoid Arthritis: What Is

Acknowledged and What Needs to be Assessed?. Arthritis & Rheumatism,

vol. 65 issue 9 (2013) pp: 2219-2232

Sturgeon, J. A., Finan, P. H., & Zautra, A. J. (2016). Affective disturbance in

rheumatoid arthritis: psychological and disease-related pathways. Nature

Reviews. Rheumatology, 12(9), 532–542.

Tillmann, T., Krishnadas, R., Cavanagh, J., & Petrides, K. (2013). Possible

rheumatoid arthritis subtypes in terms of rheumatoid factor, depression,

diagnostic delay and emotional expression: an exploratory case-control

study. Arthritis Research & Therapy, 15(2), R45.

Vine, M., Vander, S. A., Bell, J., Rhew, I. C., Gudmundsen, G., & McCauley, E.

(2012). Associations Between Household and Neighborhood Income and

Anxiety Symptoms in Young Adolescents. Depression and Anxiety, 29(9),

824–832.

Page 24: DESKRIPSI JENIS-JENIS STRESSOR FISIOLOGIS …eprints.ums.ac.id/64723/18/NASKAH PUBLIKASI MAULIDA U.pdfkerja berkurangnya durasi bekerja (43%). Kesimpulan:Jenis stressor fisiologis

20

Warianto, C. (2011). Kolestrol. Diperoleh 13 Mei 2018, dari

http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-

Indonesia/kolesterol_ChaidarWarianto_32.pdf

WHO.(2016). Chronic Disease and Health Promotion..Diperoleh 4 Januari 2017,

dari http://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/

Xu, B., & Lin, J. (2017). Characteristics and risk factors of rheumatoid arthritis in

the United States: an NHANES analysis. PeerJ, 5, e4035.

Yarwood, A., Huizinga, T. W. J., & Worthington, J. (2016). The genetics of

rheumatoid arthritis: risk and protection in different stages of the evolution of

RA. Rheumatology (Oxford, England), 55(2), 199–209.

Yılmaz, V., Umay, E., Gündoğdu, İ., Karaahmet, Z. Ö., & Öztürk, A. E. (2017).

Rheumatoid Arthritis: Are psychological factors effective in disease flare?

European Journal of Rheumatology, 4(2), 127–132.