Top Banner

of 93

Desi Syifa Nurmillah Harun

Jan 07, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-

    Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia

    magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-

    Picril Hydrazil)

    SKRIPSI

    DESI SYIFA NURMILLAH HARUN

    NIM : 1110102000010

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    MARET 2014

  • ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-

    Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia

    magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-

    Picril Hydrazil)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    DESI SYIFA NURMILLAH HARUN

    NIM : 1110102000010

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    MARET 2014

  • iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

    nyatakan dengan benar.

    Nama : Desi Syifa Nurmillah H.

    NIM : 1110102000010

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 26 September 2014

  • iv

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun

    NIM : 1110102000010

    Program Studi : Farmasi

    Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

    Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana

    L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

    Pembimbing I

    Sabrina, M. Farm., Apt

    NIP. 197902222007102001

    Pembimbing II

    Nelly Suryani, Ph. D., Apt

    NIP. 196510242005012001

    Mengetahui,

    Kepala Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt.

  • v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh

    Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun

    NIM : 1110102000010

    Program Studi : Farmasi

    Judul Skripsi : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

    Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia magostana

    L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil).

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing 1: Sabrina, M. Farm, Apt ( )

    Pembimbing 2: Nelly Suryani, Ph. D, Apt ( )

    Penguji 1 : Ofa Suzanti Betha, M. Si, Apt ( )

    Penguji 2 : Eka Putri, M. Si, Apt ( )

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal : 26 September 2014

  • vi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun.

    Program Studi : Farmasi

    Judul : Formulai dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging

    Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia

    mangostana L.) dengan Metode DPPH (1,1 Dipenil-2

    PicrilHidrazil).

    Kulit buah manggis (garcinia mangostana L) memiliki aktivitas antioksidan

    karena mengandung senyawa mangostin, mangostin, dan mangostin. Senyawa tersebut mencegah radikal bebas yang dapat menyebabkan penuaan dini.

    Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman radikal

    bebas DPPH dengan menghitung nilai IC50 dimana nilai IC50 ekstrak etanol 50%

    kulit buah manggis yang didapatkan adalah 9,725 g/mL. Pada penelitian ini,

    ekstrak etanol 50% kulit buah manggis diformulasikan menjadi sediaan krim anti-

    aging dengan menggunakan variasi nilai HLB emulgator span 60 dan tween 80

    (4,95; 5,7; 6,8). Krim disimpan pada tiga suhu yakni suhu ruang, suhu 30oC dan

    suhu 35oC selama 10 hari. Selanjutnya dilakukan uji stabilitas fisik krim meliputi

    organoleptis, pH, viskositas dan sentrifugasi yang dilakukan pada hari ke-0 dan

    hari ke-10. Berdasarkan hasil uji stabilitas fisik terhadap ketiga krim anti-aging

    ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), formula krim

    II dengan nilai HLB 5,7 menunjukkan formula yang terbaik. Uji aktivitas

    antoksidan dilakukan pada formula krim terbaik yang telah disimpan 10 hari pada

    suhu ruang, suhu 30oC dan suhu 35

    oC. Nilai IC50 formula krim II pada suhu

    ruang adalah (18,2338 g/mL) dengan aktivitas antioksidan yang lebih baik

    dibandingkan pada suhu 30oC dan 35

    oC dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar

    (18,409 g/mL) dan (19,44

    g/mL).

    Kata kunci : ekstrak etanol 50%, garcinia mangostana L., krim, aktivitas

    antioksidan, DPPH.

  • vii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACT

    Name : Desi Syifa Nurmillah Harun.

    Program Study : Pharmacy

    Title : Formulation and determination the antioxidant activity of

    anti-aging cream of the 50% ethanolic extract of

    mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) by using

    DPPH method

    Mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) has the antioxidant activity, because it

    is rich of mangostin, mangostin, and mangostin. These compounds have the ability to prevent free radical which can cause premature aging. The previous

    study has determined the antioxidant activity of mangosteen rind (Garcinia

    mangostana L.) extract and the result showed IC50 of mangosteen rind (Garcinia

    mangostana L.) extract is 9.725 g

    /mL. In this study, 50% ethanolic extract of

    mangosteen rind (garcinia mangostana L.) formulated into anti-aging cream by

    varying the value of HLB emulgators span 60 and tween 80 (4,95; 5,7; 6,8).

    Cream is stored at three different temperatures ie room temperature, 30oC and

    35oC temperature for 10 days. Furthermore, physical stability test of creams was

    determined based on organoleptic test, pH, viscosity and centrifugation were

    performed on day 0 and 10th

    day. Based on test results of physical stability of

    three anti-aging cream 50% ethanolic extract of mangosteen rind (Garcinia

    mangostana L.), creams formula II with the HLB value of 5,7 indicated as the

    best formula. Antioxidant activity test carried out on the best cream formula that

    has been stored 10 days at room temperature, 30oC and 35

    oC temperature. The

    IC50 value of cream formula II at room temperature is (18,2338 g

    /mL), which had

    better antioxidant activity than at temperature 30oC and 35

    oC with IC50 value

    respectively of (18,409 g

    /mL) and (19,44 g

    /mL).

    Keywords : 50% ethanolic extract, Garcinia mangostana L., anti-aging

    cream, antioxidant activity,DPPH.

  • viii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Formulasi dan

    Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti-Aging Ekstral Etanol 50% Kulit Buah

    Manggis (Garinia mangotana L.) dengan metode DPPH (1,1-Dipinil-2-Picril

    Hirazil). Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi

    Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya.

    Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak

    akan terwujud tanpa adanya bantuan, pembimbing, dan dukungan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Sabrina, M.Farm. Apt. dan Nelly Suryani, Ph. D., Apt. sebagai dosen

    pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan,

    bimbingan dan dukungan kepada penulis.

    4. Ayahanda tercinta Harun Al-rasyid dan ibunda tercinta Marpuah yang

    selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan baik moril maupun

    materi serta doa yang tak terhingga di setiap langkah penulis.

    5. Adikku tersayang Ismi Yunita H. dan Ray. Ramadhani yang telah

    meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    6. nenekku tersayang yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

    7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

    hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi

    FIKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8. Sahabat Ngocol Syarifatul Mufidah, Fathmah Syafiqoh, Melia

    Puspitasari, Zakiya Kamila, Diah Azizah, Dias Prakatindih, Jaga

  • ix UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Paramudita dan Afifah Nurul Izzah atas kebersaaman, persaudaraan,

    semangat, motivasi dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai saat ini.

    9. Temen-temen seperjuangan manggis, Liana Puspita Cahyaningrum, Mira

    Karisma, Nirmala Kasih, dan Hanny Narulita, terima kasih buat dukungan,

    semangat, dan motivasi sejak awal penelitian sampai akhir penelitian.

    10. Teman teman Farmasi 2010 Andalusia atas persaudaraan, kebersamaan

    telah banyak membantu penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun

    selama di bangku perkuliahan.

    11. Teman-teman satu kosan, teman satu kamar Farida Kusuma Ningrum dan

    Ibu kosan Ibu Selli yang banyak membantu penulisan baik selama

    pengerjaan skripsi ini maupun di bangku perkuliahan.

    12. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

    mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.

    13. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

    skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua bantuan,

    dan dukungan yang diberikan.

    Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum

    sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang

    membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

    dan pembaca. Amiin Ya Rabbalalamiin.

    Jakarta, September 2014

    Penulis

  • x UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

    AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

    Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Desi Syifa Nurmillah Harun

    NIM : 1110102000010

    Program Studi : Farmasi

    Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Jenis Karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

    saya, dengan judul :

    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM ANTI-

    AGING EKSTRAK ETANOL 50% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia

    magostana L.) DENGAN METODE DPPH (1,1-Diphenil-2-Picril Hidrazil)

    untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

    Library Perpustakaan Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

    Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

    sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta

    Pada Tanggal : 26 September 2014

    Yang menyatakan,

    Desi Syifa Nurmillah Harun

  • xi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    JUDUL SKRIPSI ........................................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILLITAS ........................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... vi

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vi

    ABSTRACT .................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

    DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3

    1.4 Hipotesa ......................................................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

    2.1 Tanaman Manggis (Garcinia mangsotana L.) .............................. 4

    2.1.1 Klasifikasi Tanaman .......................................................... 4

    2.1.2 Nama Latin ........................................................................ 4

    2.1.3 Ekologi .............................................................................. 5

    2.1.4 Morfologi ........................................................................... 5

    2.1.5 Kandungan Kimia dan Manfaat ........................................ 5

    2.2 Ekstraksi ........................................................................................ 7

    2.2.1 Pengertian Ekstraksi .......................................................... 7

    2.2.2 Metode-metode Ekstraksi .................................................. 7

    2.3 Kulit ............................................................................................... 8

  • xii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.1 Lapisan Kulit ..................................................................... 10

    2.4 Kosmetik ....................................................................................... 12

    2.5 Proses Penuaan pada Kulit ............................................................ 13

    2.5.1 Mekanisme Photoaging ..................................................... 14

    2.6 Radikal Bebas ................................................................................ 15

    2.7 Antioksidan ................................................................................... 16

    2.8 Uji Aktivitas Antioksidan.............................................................. 17

    2.8.1 Metode DPPH .................................................................... 17

    2.8.2 Metode Reducing Power ................................................... 18

    2.8.3 Metode Aktivitas Radikal Bebas Nitrogen Monookisda ... 19

    2.8.4 Metode Aktivitas Radikal Bebas Ion Ferro (Pembentukkan

    logam Kelat) ...................................................................... 19

    2.8.5 Metode Tiosianat ............................................................... 20

    2.8.6 Metode Deoksiribosa ......................................................... 21

    2.9 Spektrometer UV-Vis .................................................................... 21

    2.10 Krim .............................................................................................. 22

    2.11 Formulasi Krim ............................................................................. 22

    2.12 Stabilitas Krim............................................................................... 26

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 27

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 27

    3.1.1 Waktu Penelitian ............................................................... 27

    3.1.2 Tempat Penelitian .............................................................. 27

    3.2 Bahan dan Alat .............................................................................. 27

    3.2.1 Bahan Penelitian ................................................................ 27

    3.2.2 Alat Penelitian ................................................................... 27

    3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 28

    3.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah

    Manggis (Garcinia mangostana L.) .................................. 28

    3.3.2 Formulasi Krim Anti-aging Ekstrak Etanol 50% Kulit

    Buah Manggis (Garcinia mangsotana L.) ........................ 29

    3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim Eekstrak Etanol 50% Kulit Buah

    Manggis (Garcinia mangostana L.) .................................. 30

  • xiii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3.4 Evaluasi Krim Anti-aging .................................................. 30

    3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol 50%Kulit

    Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) .......................... 31

    BAB IV HASIL DAN PMBAHASAN .......................................................... 34

    4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah

    Manggis (Gaecinia mangostana L.).............................................. 34

    4.2 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Krim pada Penyimpanan Suhu

    Ruang, Suhu 30oC, dan Suhu 35

    oC ............................................... 35

    4.3 Evaluasi Hasil Uji Stabilitas Cycling Test pada Suhu 4oC dan

    40oC ............................................................................................... 39

    4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Krim Hari Ke-0.......................... 41

    4.5 Hasil Uji Aktivitas Krim Terbaik Setelah Hari Ke-10 .................. 42

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45

    5.1 Kesimpulan.................................................................................... 45

    5.2 Saran .............................................................................................. 45

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46

    LAMPIRAN .................................................................................................... 51

  • xiv UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Formula Krim Anti-aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis

    (Garcinia mangostana L.) ...................................................................... 30

    Tabel 2. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Ekstrak Dan Vitamin C ............ 35

    Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Viskositas ................................................................. 36

    Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi .............................................................. 37

    Tabel 5. Hasil Pemeriksaan pH ............................................................................. 37

    Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Penampilan dan Homogenitas Krim pada suhu

    ruang, suhu 30oC dan suhu 35

    oC............................................................. 38

    Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Penampilan dan Homogenitas Krim pada Uji

    Cycling Test .......................................................................................... 39

    Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Sentrifugasi Cycling Test ......................................... 40

    Tabel 9. Hasil Pemeriksaan pH Cycling Test ........................................................ 40

    Tabel 10. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Formula Krim I, II dan III ...... 41

    Tabel 11. Hasil Absorbansi, % Inhibisi Dan IC50 Formula Krim II pada Suhu

    25oC, 30

    oC dan 35

    oC ........................................................................... 43

  • xv UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Pohon dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ...................... 4

    Gambar 2. Inti xanthone dengan jumlah IUPAC karbon dan struktur

    kimia dari xanthones yang paling banyak dipelajari .......................... 6

    Gambar 3. Struktur Kulit ..................................................................................... 9

    Gambar 4. Mekanisme Photoaging ...................................................................... 15

    Gambar 5. Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksian

    berupa donasi proton .......................................................................... 18

  • xvi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Data Karakterisasi Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis .......... 51

    Lampiran 2. CoA Asam Askorbat. ........................................................................ 52

    Lampiran 3. CoA Asam Askorbat ......................................................................... 53

    Lampiran 4. CoA DPPH ....................................................................................... 54

    Lampiran 5. Alat Penelitian .................................................................................. 57

    Lampiran 6. Alur Penelitian .................................................................................. 58

    Lampiran 7. Perhitungan HLB .............................................................................. 60

    Lampiran 8. Perhitungan Bahan Krim .................................................................. 61

    Lampiran 9. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Kontrol

    Positif Vitamin C ........................................................................... 63

    Lampiran 10. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan Formula Krim ...... 65

    Lampiran 11. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit

    Buah Manggis Menggunakan Metode DPPH ............................... 66

    Lampiran 12. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Ekstrak dan Vitamin C .... 68

    Lampiran 13. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Formula Krim I, II dan

    III .................................................................................................. 71

    Lampiran 14. Perhitungan % Inhibisi, IC50 dan AAI Formula Krim II pada Suhu

    25oC, 30

    oC dan 35

    oC ..................................................................... 74

    Lampiran 15. Panjang Gelombang DPPH ........................................................... 75

    Lampiran 16. Perhitungan Dosis Sekali Pakai ..................................................... 75

  • xvii UiN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISTILAH

    HLB : Hydrophylic Lipophylic Balance

    DPPH : 1,1-dipheny-2-lpricyl hydrazil

    UV-Vis : Ultraviolet-Visible

    rpm : Rotation Per Minute

    AAI : Antioxidant Activity Index

    Cp : CentiPoise

    CO2 : Karbon Dioksida

    ROS : Reaktive Oxygen Species

    GML : Garcinia mangostana L

    UV : Ultra Violet

    DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

    IC50 : Inhibitor Concentration 50

    nm : Nanometer

    mM : Milimolar

    BM : Berat Molekul

  • 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penuaan kulit yang bersifat irreversibel dimulai pada usia 20 tahun,

    meskipun tanda-tanda tidak terlihat dalam waktu yang lama. Penuaan pada kulit

    merupakan suatu proses biologis kompleks yang dihasilkan dari penuaan intrinsik

    (dari dalam tubuh seperti genetik) dan perubahan yang berkembang seiring waktu

    serta dampak ekstrinsik disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor ekstrinsik yang

    sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah repetitive, posisi tidur yang

    buruk, merokok dll. Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni kerutan halus,

    kulit tipis dan transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan

    atau tanpa gatal, ketidak mampuan untuk berkeringat cukup, rambut beruban,

    rambut rontok, rambut yang tidak diinginkan, penipisan lempeng kuku, hilangnya

    kuku setengah bulan dll. (Mackiewicz and Rimkevicius, 2008)

    Dari semua faktor tersebut, teori radikal bebas merupakan teori yang

    sering dikaitkan sebagai penyebab faktor-faktor penuaan dini. Radikal UV

    merupakan pemicu yang sangat potensial dalam pembentukan radikal bebas ROS

    (Reaktive Oxygen Species) pada kulit (Masaki, 2010). Radikal bebas adalah suatu

    atom atau molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak memiliki

    pasangan (Winarsi, M.S, 2007). Pada kulit, radikal bebas yang diproduksi

    berlebih akan merusak kolagen pada membran sel kulit, sehingga kulit menjadi

    kehilangan elastisitasnya dan menyebabkan terjadinya keriput (Pamela, 2008)

    Senyawa yang dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan. Sebagai

    bahan aktif, antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat

    oksidasi sehingga dapat mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). Antioksidan

    memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya

    radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

    oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif,

    akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Salah satu antioksidan yang terdapat di

    alam adalah kulit buah manggis.

    Kulit buah manggis merupakan bagian dari buah manggis yang umumnya

    dianggap tidak bermanfaat dan sering dibuang. Namun, pada beberapa penelitian

  • 2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kulit buah manggis sebelumnya telah diketahui bahwa kulit buah manggis

    mempunyai aktifitas biologis sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi,

    antileukimia, anti-agregasi platelet, dan juga memiliki aktivitas antituberkulosis

    (Pradipta, nikodemus, & susilawati, 2009).

    Dalam penelitian Weecharangsan et al (2006) disebutkan bahwa aktivitas

    antioksidan ekstrak kulit buah manggis yang diekstrasi dengan pelarut air, etanol

    50% dan 95% serta etil asetat memiliki aktivitas antioksidan dengan

    menggunakan metode perendaman radikal bebas DPPH. Potensi antioksidan

    terbesar dimiliki oleh ekstrak air dan etanol 50% dengan IC50 berturut-urut adalah

    34,8 dan 30,78 ppm. Jung et al (2006) melakukan isolasi senyawa kandungan

    pada kulit buah manggis. Dari hasil penelitian tersebut yang mempunyai aktivitas

    antioksidan paling tinggi adalah 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-

    mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton.

    Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah

    penuaan dini, untuk penggunaan yang menyenangkan maka diperlukan kosmetik

    anti-aging dengan antioksidan tinggi agar dapat merawat kulit wajah (Winarsi,

    M.S, 2007). Antioksidan ini dapat diformulasikan sebagai sediaan kosmetik baik

    sediaan yang berbentuk krim, gel ataupun lotion.

    Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah krim.

    Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung

    air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (DepKes RI,

    1978). Keuntungan penggunaan krim yakni memiliki nilai estetika yang cukup

    tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang cukup baik. Disamping

    itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat tidak lengket,

    memberikan efek melembabkan kulit serta memiliki kemampuan penyebaran

    yang baik.

    Pada penelitian ini, Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia

    mangostana L.) diformulasikan dalam bentuk sediaan krim anti-aging dengan

    berbagai formulasi menggunakan variasi nilai HLB span 60 dan tween 80 (4,95;

    5,7; 6,8). Formulasi krim anti-aging yang terbaik kemudian diuji aktivitas

    antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH.

  • 3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apakah formulasi krim anti-aging ekstrak etanol 50% kulit buah

    manggis dengan menggunakan variasi nilai HLB emulgator sorbitan

    monostearat Span 60 dan Tween 80 stabil secara fisik?

    2. Bagaimana aktivitas antioksidan formulasi krim anti-aging yang

    terbaik dari ekstrak etanol 50% kulit buah manggis jika dibandingkan

    terhadap kontrol positif dan ektrak etanol 50% kulit buah manggis?

    1.3 Tujuan

    1. Mendapatkan formulasi terbaik krim anti-aging ekstrak etanol 50%

    kulit buah manggis yang stabil secara fisik.

    2. Membandingkan aktivitas antioksidan kontrol positif vitamin C,

    formulasi krim anti-aging ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dan

    ekstrak etanol 50% kulit buah manggis.

    1.4 Hipotesis

    Bagian kulit buah memiliki aktivitas antioksidan.

    1.5 Manfaat

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi

    mengenai aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik formulasi krim anti-aging

    ekstrak etanol 50% kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L.).

  • 4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Manggis

    2.1.1 Klasifikasi

    Klasifikasi tanaman manggis sebagai berikut (USDA).

    Kingdom : Planatae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivision : Spermatophyta

    Division : Magnoliophyta

    Class : Magnoliophyta

    Subclass : Dilenidae

    Order : Theales

    Family : Clusiaceae

    Genus : Garcinia L.

    Jenis : Garcinia mangostana L.

    Gambar 1. Pohon dan buah manggis (Garcinia mangostana L.)

    (Sumber : Koleksi pribadi)

    2.1.2 Nama Latin

    Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti

    manggoita (Aceh), manggista (Sumatera Utara), manggih (Sumatera Barat),

    manggu (Jawa Barat), mangghis (Madura), kisara (Makasar), mangustang

    (Halmahera) (Hutapea, 1994).

  • 5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.1.3 Ekologi

    Garcinia mangostana L.merupakan tanaman buah yang banyak tumbuh di

    daerah iklim tropis yang hangat dan lembab. Tanaman manggis ini dapat

    diemukan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Garcinia mangostana

    berhubungan erat dengan daerah elevasi rendah dengan ketinggian kurang dari

    500 m atau 600 diatas permukaan laut. Sehingga Garcinia mangostana L. dapat

    dibudidayakan di dataran tinggi namun memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih

    lambat (Osman, & Milan, 2001).

    2.1.4 Morfologi

    Garcinia mangostana L. merupakan pohon buah yang dapat tumbuh

    hingga mencapai 7 sampai 25 meter (Al-Fattah,2011). Bentuk pohon buah

    manggis yang beragam yakni bisa bentuk elliptical atau pyramidal, namun bentuk

    pohon yang sering ditemukan adalah bentuk pyramidal (Mansyah et al, 2010).

    Memiliki daun yang ringkas, tebal, berkilat, permukaan atas berwarna hijau zaitu,

    permukaan bawah berwarna hijau kekuning-kuningan, daun muda merah, tangkai

    daun pendek, susunan bertentangan, ukuran panjang daun 15-25 cm, lebar 7-13

    cm. Berbunga tunggal atau berpasangan di ujung ranting. Tangkai bunga pendek

    dan tebal. Sedangkan buahnya berbentuk bola, berwarna hijau muda sebelum

    masak, menjadi merah atau merak keunguan setelah masak dan hitam apabila

    sangat masak. Isi buah berwarna putih (Chooi, 2007).

    2.1.5 Kandungan Kimia dan Manfaat

    Kandungan kimia kulit buah manggis antara lain adalah derivat xanthon

    yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostinon B,

    trapezifolixanthon, tovophyllin B, mangostin, mangostin, garcinon B,

    mangostanol, flavonoid epicatechin, gartanin (Al-fatah, 2011).

    Xanton adalah pigmen fenol kuning yang reaksi warnanya serta gerakan

    kromatografinya serupa dengan flavonoid, namun secara kimia xanton berbeda

    dengan flavonoid dan mudah dibedakan dari spectrum yang khas hampir semua

    xanton yang diketahui terdapat terbatas pada empat suku : Guttiferae,

    Gentianaceae, Moraceae, dan Polygalaceae. Tetapi, satu xanton, yaitu mangiferin

    yang ter-C- glikosilasi, sangat tersebar luas, terdapat baik dalam paku-pakuan

    maupun dalam tumbuhan tinggi (Harbon, 1996). Saat ini telah terdapat lima puluh

  • 6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    jenis xanton yang diisolasi dari kulit manggis, diantaranya adalah -, - dan -

    mangostins, garcinone E, 8- deoxygartanin, dan gartanin. Xanton dapat diisolasi

    dari pericarp, buah utuh, kulit batang, dan juga pada daun manggis. Beberapa

    studi menunjukkan bahwa xanton yang diperoleh dari manggis mempunyai

    efektivitas yang luar biasa. Xanton yang diisolasi dari GML dilaporkan memiliki

    aktivitas sebagai antioksidan, antitumor, anti-inflamasi, antiallergi, antibakteri,

    antijamur, dan antivirus (Chaverri, et al, 2008).

    Gambar 2. Inti xanthone dengan jumlah IUPAC karbon dan struktur

    kimia dari xanthones yang paling banyak dipelajari.

    (Sumber: Chaverri, et al, 2008).

    Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis telah dilaporkan berpotensi

    sebagai pelindung saraf dari stres oksidatif yang disebabkan karena kerusakan sel

    pada penyakit neurodegenerative seperti penyakit Alzaimer, penyakit Parkinson

    dan stroke,(Weecharangsan et al, 2005). Selain itu ekstrak kulit buah manggis

    dapat menghambat produksi ROS, serta mempunyai aktivitas antioksidan yang

    sangat tinggi (Chaverri, et al, 2008).

  • 7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.2 Ekstraksi

    2.2.1 Pengertian Ekstraksi

    Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan

    distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya

    zat terlarut yang diekstraksi bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu

    pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat

    ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan

    senyawa-senyawa yang akan diisolasi (Harborne, 1996). Senyawa yang aktif yang

    terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan miyak

    atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan

    mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

    pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan

    diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

    pemiliha pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

    aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

    sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau

    serbuk yang tesisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

    ditetapkan (DepKes RI, 1995)

    2.2.2 Metode-metode Ekstraksi

    Ditjen POM (2000), membagi beberapa metode ekstraksi dengan

    menggunakan pelarut yaitu :

    1) Cara dingin

    a. Maserasi

    Maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

    pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukkan pada temperatur

    ruang (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

    pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dlakukan

    pengadukkan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

    pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

    pertamma dan seterusnya.

  • 8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b. Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

    sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

    ruang. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

    tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus

    sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

    2) Cara panas

    a. Refluks

    Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

    didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

    dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakuka pengulangan proses pada

    residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi

    sempurna.

    b. Soxhletasi

    Soxhletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

    yang umumnya dilakukan dnegan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

    dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

    c. Digesti

    Digesti merupkan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

    temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

    dilakukan pada temperatur 40-50oC.

    d. Infusa

    Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

    mendidih, temperatur terukur 90-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).

    e. Dekok

    Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

    temperatur sampai titk didih air.

    2.3 Kulit

    Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan

    melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kult merupakan bagian

  • 9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tubuh yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk memperindah kecantikkan,

    selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien.

    Kulit mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh berikut turunannya

    termasuk kuku, rambut, dan kelenjar. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat

    pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit

    berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada

    permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.

    Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam

    jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan

    pengikat (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit

    mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus berguna untuk

    merasakan sentuhan atau sebagai alat raba dan merupakan indikator untuk

    memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan pada kulit (Syaifuddin,

    2009).

    Gambar 3. Struktur Kulit

    (Sumber : Mikrajudin, Saktiyono, & Lutfi 2006)

  • 10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.1 Lapisan Kulit

    1. Epidermis

    Lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur

    utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan

    epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada dilapisan bawah

    bermitosis terus-menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan

    mengelupas dan gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama

    serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis.

    Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik

    karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis

    kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan

    epidermis menjadi tujuan utama. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada

    berbagai tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya ada

    telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1

    milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono, &

    Latifah, 2007).

    Epidermis terdiri atas beberapa lapisan sel. Sel-sel ini berbeda dalam

    beberapa tingkat pembelahn sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap

    sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri dari 5 lapis (Syaifuddin,

    2009).

    a. Stratum korneum (Stratum corneum)

    Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng,

    kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin ke

    luar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. Sel yang

    terkelupas akan digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin

    lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel keratin keras. Lapisan

    tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya penguap air, elastisnya

    kecil, dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air dari lapisan yang

    lebih dalam (Syaifuddin, 2009).

    b. Stratum lusidum (Stratum lucidum)

    Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening.

    Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya

  • 11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada

    daerah tubuh yang berkulit tebal (Syaifuddin, 2009). Lapisan ini terletak

    dibawah stratum corneum. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum

    terdapat lapisan keratin tipis yang disebut reins barrier (Szakall) yang tidak

    bisa ditembus (impermeable) (Tranggono, & Latifah, 2007).

    c. Stratum granulosum

    Lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan

    inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin atau

    gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya beda

    asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh (Syaifuddin, 2009).

    d. Stratum spinosum

    Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal,

    inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang

    terpaut pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat serat-

    serat tersebut sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan

    ini untuk menahan gesekkan dan tekanan dari luar, tebal dan terdapat di

    daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan

    seperti tumit dan pangkal telapak kaki (Syaifuddin, 2009).

    e. Stratum malpigi

    Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti

    bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam amino. Stratum

    malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang berbatasan dengan

    dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang)

    (Syaifuddin, 2009).

    f. Stratum basal (Stratum germinativum atau membran basalis)

    Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat

    sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan

    fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada

    sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani

    sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal

    (Tranggono, & Latifah, 2007).

  • 12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Dermis

    Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai

    bentuk dan keadaan, Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen

    dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan

    terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Batas dermis sulit ditentukan karena

    menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3

    mm, beberapa kali lebih tebal dari epidermis. Dermis bersifat ulet dan elastis

    yang berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Serabut kolagen

    dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

    Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,

    papila rambut, kelenjat keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot

    penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian

    serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis /

    hipodermis) (Tranggono, & Latifah, 2007; Syaipfuddin, 2009).

    3. Lapisan Subkutan

    Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri

    atas jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel

    lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang

    terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit

    diatasnya, bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk

    bantal lemak yang disebut pannikulus adiposa. Pada daerah perut, lapisan ini

    dapat mencapai ketebalan 3 cm. Sedangkan pada kelopak mata, penis, dan

    skortum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Dalam lapisan

    hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman

    saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit bawah dermis. Lapisan ini

    mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap

    jaringan di bawahnya (Syaifuddin, 2009).

    2.4 Kosmetik

    Kosmetik berasal dari kata yunani kosmetikos yang berarti keterampilan

    menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI No.

  • 13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk

    digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambur, kuku, bibir, dan organ

    kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah

    daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

    memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

    menyembuhkan suatu penyakit.

    Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah

    untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,

    meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut

    dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah

    penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati hidup.

    Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI, penggolongan kosmetik menurut

    menurut kegunaannya bagi kulit dibagi menjadi kosmetik perawatan kulit (skin-

    care cosmetics) dan kosmetik riasan (dekoratif atau make-up). kosmetik

    perawatan kulit (skin-care cosmetics) terdiri dari kosmetik untuk membersihkan

    kulit (cleanser) (sabun, cleansing cream, cleansing milk, penyegar kulit

    (freshener)), kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer) (moisturizing

    cream, night cream, anti wrinkle cream), kosmetik pelindung kulit (sunscreen

    cream, dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion), kosmetik untuk

    menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) (scrub cream yang berisi butiran-

    butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)). Kosmetik riasan

    (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

    sehingga menghasilkan penampilan yang menarik serta menimbulkan efek

    psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik

    riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Tranggono, & Latifah,

    2007).

    2.5 Proses Penuaan Kulit

    Proses penuaan antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau

    kemunduran lain ketika masih muda. Ada dua teori yang dapat menjelaskan

    proses penuaan yakni, penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat

    dihindari oleh semua mhluk hidup, dan penuaan adalah akibat kerusakan anatomi

  • 14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    maupun fisiologi pada semua organ tubuh, mulai dari pembuluh darah dan organ

    tubuh lainnya sampai kulit.

    Perubahan akibat proses penuaan yang terjdi pada kulit dapat dibagai atas

    perubahan anatomi, fisiologis, serta kimiawi. Beberapa perubahan anatomi dapat

    terlihat langsung, seperti hilangnya elastisitas kulit dan fleksibilitas kulit yang

    menyebabkan timbulnya kerut dan keriput, berkurangnya jumlah rambut dikepala

    walaupun pada wanita justru sering tumbuh kumis atau rambut panjang di leher

    tau pipi, hiperpigmentasi dan tumor kulit terutama diusia 40 tahun ke atas akibat

    terlalu lama terpapar sinar matahari, penebalan kulit, epidermis kering dan pecah-

    pecah, , perubahan bentuk kuku dan rambut dan sebagainya.

    Banyak faktor yang mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang terkuat

    adalah sinar matahari (photoaging), khususnya sinar UV yang terdapat di dalam

    sinar matahari. Knox et al. Menemukan perbedaan yang nyata antara kulit yang

    tidak tertutup pakaian sehingga sering terpapar sinar matahari dan kulit yang

    sering tertutup pakaian. Kulit yang terbuka cepar kering, keriput, kasar, dan

    menderita kerusakan lain akibat sinar UV matahari.

    2.5.1 Mekanisme Photoaging

    Ketika kulit terpapar oleh sinar matahari, radiasi UV yang terserap oleh

    kulit yang dapat menghasilkan komponen yang berbahaya yaitu Reactive Oxygen

    Species (ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen

    selular seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. Radiasi UV

    menyebabkan pembentukan ROS dan menginduksi activator protein (AP)-1 yang

    merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan

    meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang disebut

    matrix metalloproteinase (MMPs). Selain itu, radiasi UV juga menyebabkan

    penurunan transforming growth factor (TGF)- yang merangsang pembentukkan

    kolagen, sehingga pembentukkan kolagen menurun. Peningkatan penghancuran

    kolagen dan penurunan produksi kolagen akibat radiasi sinar UV inilah penyebab

    dari terjadinya photoaging (Helfrich, Sachs, & Voorhees, 2008).

  • 15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4. Mekanisme photoaging

    (Sumber : Helfrich, Sachs, & Voorhees, 2008)

    2.6 Radikal Bebas

    Oksigen adalah atom yang sangat reaktif yang mampu menjadi bagian dari

    molekul yang berpotensi merusak yang biasa disebut "radikal bebas." Radikal

    bebas mampu menyerang sel-sel sehat tubuh, menyebabkan mereka kehilangan

    struktur dan fungsi mereka (Percival, 1998). Radikal bebas adalah suatu atom atau

    molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak memiliki pasangan

    (Corwin, 2007). Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh

    kembali elektron pasangannya. Radikal bebas sangat reaktif, secara kimiawi tidak

    stabil, umumnya terdapat hanya dalam kadar yang kecil, dan cenderung ikut serta

    atau mengawali reaksi rantai (Underwood, 1994). Serangkaian reaksi dapat

    terjadi, yang menghasilkan serangkaian radikal bebas. Setelah itu, radikal bebas

    dapat mengalami tubrukan kaya energi dengan molekul lain, yang merusak ikatan

    dalam molekul (Corwin, 2007). Ketika hal tersebut terjadi di dalam tubuh, maka

    dapat terjadi kerusakan pada sel, asam nukleat, protein dan lemak dikarenakan

    serangan terhadap molekul biologi akan menyebabkan kerusakan jaringan sistem

    imun. Radikal bebas menyebabkan lipid peroksidase yang dapat mempermudah

    proses penuaan (Vimala, et al, 2003).

  • 16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Radikal bebas dapat timbul melalui dua mekanisme utama yaitu,

    penimbunan energi (ionisasi air oleh radiasi, elektron terepas, dan terjadi radikal

    bebas) , dan interaksi antara oksigen (substansi lain, dan elektron bebas dengan

    reaksi oksidasi-reduksi) Dalam hal ini akan terbentuk radikal superoksid

    (Underwood., 1994).

    Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah

    satu bentuk senyawa oksigen reaktif. Senyawa ini terbentuk di dalam tubuh,

    dipicu oleh bermacam-macam faktor. Radikal bebas bisa terbentuk misalnya

    ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses

    metabolisme. Pada proses metabolisme ini, seringkali terjadi kebocoran elektron

    dan mudah terbentuknya radikal bebas. Misalnya hidrogen peroksida (Winarsi,

    2007).

    Radikal bebas merupakan Reaktive Oxygen species (ROS) yang akan

    menyerang molekul lain disekitarnya sehingga menyebabkan reaksi berantai

    terjadi dan menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti anion peroksida

    (O2-), dan hidrogen peroksida (H2O2) yang sudah dijelaskan sebelumnya, hidrogen

    bebas (OH), asam hipoklorous (HOCl), dan peroksinitrat (ONOO-) (Vimala, et

    al., 2003).

    2.7 Antioksidan

    Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,

    membersihkan, menahan pembentukkan ataupun memasdukan efek spesies

    oksigen reaktif. Antioksidan merupakan senyawa pemberi donor (electron donor)

    atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu

    menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah

    terbentuknya radikal. Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini

    semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang

    peranannya dalam menghambat penyakit generatif seperti penyakit jantung,

    arteriosclerosis, kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan

    dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat)

    reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus

    penyakit-penyakit diatas.

  • 17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Antioksidan terbagi menjadi dua yakni antioksidan enzim (superoksida

    dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx)) dan antioksidan

    vitamin (alfa tokoferol/ vitamin E, beta karoten dan asam askorbat/vitamin C)

    yang banyak didapatkan dari tanaman dan hewan .

    Tubuh mengasilkan senyawa antioksidan, tetapi jmlahnya sering kali tidak

    cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk kedalam tubuh. Sebagai

    contoh tubuh dapat menghasilkan glutathione, salah satu antioksidan yang sangat

    kuat, hanya tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 100 mg untuk memicu

    tubuh mengasilkan glutathione ini. Kekurangan antioksidan dalam tubuh yakni

    memerlukan asupan dari luar (Kuncahyo & Sunardi., 2007; Winarsi 2007).

    2.8 Uji Aktivitas Antioksidan

    2.8.1 Metode DPPH

    Pengukuran aktivitas antioksida dapat dilakukan dengan beberapa cara

    antara lain dengan metode lipid peroksida, tiobarbiturat, malonaldehid,8-karoten

    bleaching, DPPH, dan tiosianat. Metode DPPH adalah salah satu yang paling

    populer karena praktis dan sensitif (Molyneux, 2004). DPPH merupakan senyawa

    radikal bebas yang stabil dan apabila digunakan sebagai pereaksi cukup

    dilarutkan,. Senyawa ini jika disimpan dalam keadaan dan kondisi penyimpanan

    yang baik akan tetap stabil selama bertahun-tahun (Winarsi, 2007).

    Prinsip pengujian antioksidan menggunakan DPPH adalah senyawa

    antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom

    hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke

    kuning yang diukur pada panjang gelombang 515,5 nm (Hanani et al.,2005).

    Rumus penghambatan aktivitas radikal bebas (%)

    Keterangan: % inhibisi = persentase hambat antioksidan

    A0 = absorbansi blanko

    A1 = absorbansi larutan uji

    % inhibisi = (Ao-A1)

    X 100% Ao

  • 18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Nilai IC50 (Inhibition Concentration) adalah konsentrasi antioksidan (g

    /mL)

    yang mampu menghambat 50% aktivitas radikal bebas. Suatu sampel dikatakan

    memiliki aktivitas antioksidan bila memiliki nilai IC50< 200 g/mL. Nilai IC50

    diperoleh dari perpotongan garis antara daya hambatan dan sumbu konsentrasi,

    kemudian dimasukkan ke dalam persamaan y = a + bx, dimana y = 50 dan nilai x

    menunjukkan IC50 (Hanani et al, 2005).

    Gambar 5.Mekanisme penangkapan radikal DPPH oleh antioksian berupa donasi

    proton

    (Sumber: Prakash, Rigelhof, & Miller,2001)

    2.8.2 Metode Reducing Power

    Pada metode reducing power, antioksidan yang terdapat pada sampel akan

    mereduksi senyawa Fe3+

    menjadi senyawa Fe2+

    dengan cara memberikan satu

    elektron yang dimilikinya. Banyaknya jumlah Fe2+

    selanjutnya dapat diamati pada

    spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (588-598 nm).

    Peningkatan absorbansi atau penyerapan yang terjadi menunjukkan peningkatan

    reduksi yang bagus. Peningkatan reduksi yang bagus pada metode reducing power

    berbanding lurus dengan konsentrasinya.

    Artinya semakin besar konsentrasi sampel maka semakin besar pula

    tingkat reduksinya. Fe3+

    yang berwarna hijau akan mengalami reduksi menjadi

    Fe2+

    yang berwarna kuning (Aiyegoro, 2009).

    Metode ini menggunakan kompleks Fe(CN)63-

    sebagai pereaksi. Kompleks

    anion Fe(CN)63-

    yang berwarna hijau akan berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan

    akan mengalami reduksi menjadi Fe(CN)64-

    yang berwarna kuning dengan reaksi

    sebagai berikut :

  • 19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Benzie dan Strain (1996), menggunakan Fe(TPTZ)23+

    kompleks besi-ligan

    2,4,6-tripiridil-triazin sebagai pereaksi. Kompleks biru Fe(TPTZ)23+

    akan

    berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami reduksi menjadi

    Fe(TPTZ)22+

    yang berwarna kuning dengan reaksi berikut:

    2.8.3 Metode Aktivitas Radikal Bebas Nitrogen Monoksida

    Metode Garrat telah diadopsi untuk menentukan aktivitas radikal bebas

    dari ekstrak air H. pedunculatum.Sodium Nitroprusside di dalam pelarut air pada

    pH psikologis secara spontan menghasilkan nitrogen monoksida yang berinteraksi

    dengan oksigen untuk membentuk ion nitrit yang ditentukan dengan pereaksi

    Grisses.

    Selanjutnya dianalisis nilai absorbansinya dengan menggunakan

    spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm.

    Jumlah radikal bebas nitrogen monoksida yang dihitung berdasarkan nilai

    absorbansinya yaitu :

    % inhibisi = (Ao-A1)

    X 100% Ao

    Dimana % inhibisi merupakan persentase hambat antioksidan,Ao

    merupakan absorbansi sebelum reaksi dan A1 merupakan absorbansi sesudah

    reaksi (Aiyegoro, 2009).

    2.8.4 Metode Aktivitas Radikal Bebas Ion Ferro (Pembentukan Logam

    Kelat)

    Aktivitas pembentukan khelat pada ion ferro diukur menurut Zao ().

    Campuran pereaksi yang mengandung ekstrak, air destilasi, FeCl2 dan ferrozine

    yang kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 40oC dan diukur

    absorbansinya pada panjang gelombang 562 nm. Setelah itu aktivitas

    pembentukan khelat dihitung menggunakan rumus :

    Fe(TPTZ)23+

    + AROH Fe(TPTZ)22+

    + H+

    + AR=O

    Fe(CN)63-

    + A-OH Fe(CN)64-

    + H+

    + A=O

  • 20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Rata-rata Khelat = [1- (A1-A2)

    ] X 100 (Ao)

    dimana Ao merupakan nilai absorbansi kontrol positif tanpa tambahan

    eksrak, A1 merupakan nilai absorbansi campuran reaksi, A2 merupakan nilai

    absorbansi tanpa penambahan FeCl2 (Arora, 2011).

    2.8.5 Metode Tiosianat

    Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ini didasarkan pada

    kemampuan senyawa antioksidan dalam menghambat terbentuknya radikal yang

    reaktif.Pembentukan radikal bebas disebabkan oleh oksidasi asam

    linoleat.Oksidasi lipid sering disebut autooksidasi karena reaksi tetap berlangsung

    walaupun tidak ada zat pengoksidasi.

    Hasil oksidasi asam linoleat adalah malonaldehida dan radikal peroksida

    yang reaktif. Radikal bebas yang terbentuk akan berubah menjadi senyawa

    karbonil, yaitu aldehida dan keton. Oksidasi asam linoleat membentuk

    malonaldehid merupakan indikasi adanya oksidasi lemak (Fardiaz, 1996). Selain

    itu, asam linoleat yang mengalami kerusakan akan menghasilkan senyawa

    peroksida yang sangat reaktif dan bersifat radikal bebas. Penambahan antioksidan

    menyebabkan oksidasi asam linoleat terhenti (Schulz, 1985).

    Aktivitas antioksidan yang ditentukan dengan metode tiosianat

    membutuhkan suatu kontrol positif, pembanding ini biasanya merupakan senyawa

    yang telah diketahui sifat antioksidannya seperti vitamin C, butil hidroksi toluen

    (BHT) atau tokoferol (vitamin E). Oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer

    yang diinkubasi pada suhu 37oC menggunakan FeCl2 dan amonium tiosianat

    sebagai pereaksi oksodator dapat mengoksidasi Fe2+

    menjadi Fe3+

    sehingga

    menghasilkan warna merah darah yang menyerap sinar tampak pada panjang

    gelombang 500 nm. Intensitas warna dinyatakan sebagai nilai absorbansi dengan

    pengukuran menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Peroksida lemak

    meningkatkan bilangan oksidasi Fe2+

    menjadi Fe3+

    yang kemudian bereaksi

    dengan ligan CNS- membentuk kompleks berwarna merah darah [Fe(CSN)6)

    3-.

  • 21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.8.6 Metode Deoksiribosa

    Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk

    karbonil dan dikarbonil di antaranya malonaldehid (MDA). Adanya MDA dapat

    dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu

    kromogen yang berwarna merah muda.Jumlah kromogen MDA-TBA yang

    terbentuk sangat bergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin

    tinggi konsentrasi deoksiribosa yang ditambahkan akan menyebabkan

    peningkatan absorbansi kromogen MDA-TBA (Halliwell, 1999).

    Uji kemampuan antioksidan suatu sampel untuk menghalangi jalan

    katalitik dari biosintesis pigmen melanin, pigmen yang membuat kulit putih.

    Tirosin mengatur tiga tahap di dalam jalan biosintesis melanin, dengan perubahan

    tirosin menjadi dopa, dopa menjadi dopaquinone dan DHI menjadi indole-5,6-

    quinone (Vimala, et al., 2003).

    2.9 Spektrometer UV-Vis

    Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

    serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik

    dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah ultraviolet (200-400

    nm) dan sinar tampak (400-800 nm).

    Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuraan di daerah spektrum

    ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan

    menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm dan

    suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Kedua sel yang digunakan

    untuk larutan yang diperiksa dan larutan pembanding harus mempunyai

    karakteristik spektrum yang sama. Bila digunakan instrumen bekas ganda dengan

    perekan, sel yang berisi pelarut ditempatkan pada jalur berkas pembanding.

    Jika tidak dinyatakan lain, serapan diukur pada panjang gelombang yang

    ditetapkan degan menggunkan kuvet yang panjangnya 1 cm pada suhu 19oC

    hingga 20oC. Jika hal tersebut tidak sesuai untuk instrumen tertentu, panjang

    gelombang kuvet dapat diubah atau sebagai gantinya kadar dapat diubah, asalkan

    telah ditunjukkan bahwa Hukum Beer dipenuhi untuk jangkauan kadar tersebut.

    Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan terhadap pelarut yang digunakan

  • 22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk membuat larutan uji sebagai pembanding. Dalam hal tertentu, pengukuran

    dilakukan terhadap suatu campuran pereaksi sebagai pembanding.

    Suatu pernyataan dalam suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai

    panjang gelombang serapan maksimum mengandung implikasi bahwa maksimum

    tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang

    ditetapkan (Soemitro, et al., 1995). Suatu spektrofotometri UV-Vis tersusun dari

    sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk

    larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absobsi

    antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

    2.10 Krim

    Definisi krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau

    lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sediaan

    ini merupakan sediaan setengan padat (semisolid) dari emulsi yang terdiri dari

    campuran antara fase minyak dan fase air (DepKes RI, 1995).

    Krim umunya kurang kental dan lebih ringan daripada salep, sehingga

    krim lebih disukai daripada salep. Umumnya krim mudah menyebar rata dan

    karena krim merupakan emulsi minyak dalam air, maka akan lebih mudah

    dibersihkan daripada sebagian besar salep. Krim dianggap mempunyai daya tarik

    estetik lebih besar karena sifatnya yang tidak berminyak dan kemampuannya

    berpenetrasi dengan cepat ke dalam kulit (Ansel, 1989).

    2.11 Formulasi Krim

    Sebagai bahan emulgator, yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    emulgator nonionik (dalam medium air tidak membentuk ion).Pemilihan

    emulgator nonionik ini karena emulgator ini bereaksi netral, dapat sedikit

    dipengaruhi oleh elektrolit dan selanjutnya netral terhadap pengaruh

    kimia.Aktivitasnya relatif tidak dipengaruhi oleh suhu (Voigt, 1995), selain itu

    digunakan juga bahan tambahan yang meliputi emolien, humektan, antioksidan,

    dan pengawet. Profil dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula krim pada

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    a. Bahan pengemulsi

    1. Sorbitan monostearate (span 60)

    Pada formulasi farmasetik, sorbitan monostearat biasa digunakan sebagai

    bahan pegemulsi untuk krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal.

    Sorbitan monostearate berbentuk padatan malam berwarna kuning pucat dengan

    minyak yang lemah. Bahan ini larut dalam minyak, dan juga sebagian besar

    pelarut organik. Meskipun tidak larut dalam air, namun akan cepat terdispersi.

    Umumnya bahan ini tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsentrasi yang biasa

    digunakan untuk emulasi air dalam minyak adalah 1-15% jika dikombinaikan 1-

    10%.

    2. Tween 80

    Sebagai pengemulsi untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil, biasa

    digunakan tween 80 yang merupakan surfaktan hidrofilik nonionik. Tween 80

    berbentuk cairan berminyak berwarna kuning. Bahan ini larut dalam etanol dan

    air. Umumnya bahan ini tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsetrasi yang biasa

    digunakan adalah 1-10%. (Wade, & Weller, 1994).

    b. Bahan emolien

    1. Dimethicon

    Dimethicon biasa digunaka dalam kosmetik dan formulasi farmasi.

    Dimethicon bersifat hidrofobik dan sering digunakan dalam sediaan topikal.

    Dimethicon merupakan cairan berwarna jernih atau bening, dan tersedia dalam

    berbagai macam viskositas. Bahan ini sangat mudah larut dalam dalam etil asetat,

    metil etil keton, minyak mineral, eter, kloroform, dan toluena, larut dalam

    isopropil miristat, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam gliserin,

    propilenglikol dan air. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk emolien adalah

    10-30%.

    2. Vaselin Album

    Vaselin mempunyai masa yang lunak, lengket, bening, putih, sifat vaselin

    ini tetap setelah zat dileburkan dan didiamkan hingga dingin tanpa diaduk.

    Kelarutan vaselin yakni praktis tidak larut dalam air an etanol (95%), larut dalam

  • 24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kloroform, eter, dan eter minyak tanah. Vaselin sering digunakan sebagai

    emollien.

    3. Lanolin anhidrat

    Lanolin digunakan sebagai bahan pengemulsi yang biasanya digunakan

    dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik. Lanolin juga dapat digunakan

    sebagai hydrophobic vehicle dalam pembuatan krim air dalam minyak dan salep.

    Lanolin berwarna kuning pucat, mempunyai rasa yang manis, dan berbentuk lilin

    dengan bau khas yang lemah, lanolin yang dicairkan berupa cairan jernih atau

    hampir jernih, cairan kuning. Bahan ini sangat mudah larut dalam benzen,

    kloroform, eter, dan minyak bumi (petrolatum), sedikit larut dalam etanol dingin

    (95%), lebih mudah larut dalam etanol mendidih (95%), praktis tidak larut dalam

    air.

    c. Bahan Humektan

    1. Propilenglikol

    Selain sebagai humektan, propilen glikol biasa digunakan sebagai pelarut

    untuk ekstrak dan juga pengawet pada berbagai formulasi kosmetik.Bahan ini

    nontoksik dan sedikit mengiritasi.Propilen glikol merupakan larutan jernih, tidak

    berwarna, dan praktk tidak berbau.Propilen glikol pada sediaan topikal biasa

    digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi hingga 15%.

    2. Gliserin

    Dalam formuasi sediaan topikal dan kosmetik, gliserin biasa digunakan sebagai

    humektan dan emolien. Gliserin merupakan larutan jernih, tidak berwarna, tidak

    berbau, kental, dan higroskopis. Bahan ini sedikit larut dalam aseton, praktis tidak

    larut dalam benzene, kloroform, dan minyak, dapat bercampur dengan etanol,

    metanol, dan air. Konsentrasi gliserin yang biasa digunakan sebagai humektan

    bisa digunakan kurang dari 30% (Wade, & Weller, 1994).

    d. Bahan pengental (Stiffening agent)

    1. Asam Stearate

    Asam stearat biasa digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topikal. Dalam

    sediaan topikal asam stearat biasa digunakan sebagai emulsifying agent dan

  • 25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    solubilizing agent. Asam stearat merupakan bubuk putih keras, berwarna putih

    atau agak kuning, sedikit mengkilap, kristal padat putih atau kekuningan. Bahan

    ini sangat larut dalam benzene, kloroform, eter, dan larut dalam etanol (95%),

    heksana, dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi asam

    stearatyang biasa digunakan sebagai solubilizing agent 1-20%.

    e. Bahan pengawet

    1. Metilparaben

    Dalam formulasi farmasetika, produk makanan, dan terutama dalam

    kosmetik biasanya digunakan metil paraben sebagai bahan pengawet, dengan

    aktivitas paling efektif untuk jamur dan kapang. Metilparaben larut dalam air,

    etanol 95%, eter (1:10), dan metanol. Bahan ini dapat digunakan tunggal maupun

    kombinasi dengan jenis paraben lain. Efektifitas pangawet ini memili rentang pH

    4-8. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,02-0,3%.

    2. Propilparaben

    Bahan pengawet propilparaben secara luas digunakan dalam kosmetik,

    makanan, dan produk farmasetika. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH

    antara 4-8. Propilparaben sangat efektif terhadap jamur dan kapang. Di samping

    itu, propil paraben propil paraben lebih aktif terhadap bakteri gram positifdaripada

    gram negatif. Penggunaan kombinasi paraben dapat meningkatkan aktifitas

    antimikroba. Bahan ini sangat larut dalam aseton, ester dan minyak, mudah larut

    dalam etanol dan metanol, sangatsedikit larut dalam air. Konsentrasi yang biasa

    digunakan untuk sediaan topikal adalah 0.001-0.6 (Wade, & Weller, 1994).

    f. Aquadest

    Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut aquadest. Air

    murni ini dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis

    terbalik, atau dengan cra yang cara yang sesuai. Air murni lebih bebas dari

    kotoran maupun mikroba.Air murni digunkan dalam sediaan-sediaan yang

    membutuhkan air, terkecuali untuk parenteral, aquadest tidak padat digunakan

    (Ansel, 1989).

  • 26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.12 Stabilitas Krim

    Umumnya suatu emulsi diangkap tidak setabil secara fisika jika, fase

    dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat

    dari bulatan-bulatan, jika bulatan-bulata atau agregat dari agregat naik ke

    permukaan atau turun kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan

    bekat dari fase dalam, dan jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak

    teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau

    pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase

    dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipegaruhi oleh kontaminasi

    dan pertumbuhan mikroba (Ansel,.2005).

    Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan

    warna atau munculnya warna, timul bau, perubahan atau emisahan fase, pecahnya

    emulsi, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan

    kristal, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari emulsi

    ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming,

    dan memberikan penampilan, bau, warna dan fisik lainnyayang baik (Martin, et

    al., 1983) Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai

    berikut :

    a. Flokulasi dan creaming

    Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis

    cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda

    (Anief., 1987). Creaming ke arah atas terjadi dalam suatu emulsi a/m atau m/a

    yang tidak stabil dimana fase terdispersi mempunyai kerapatan lebih kecil

    daripada kerapatan fase luar. Creaming ke arah bawah dalam emulsi yang tidak

    stabil dimana kerapatan fase dalam lebih besar daripada kerapatan fase luar

    (Ansel,.2005).

    b. Koalesen dan pecahnya emulsi (crecking atau breaking)

    Creaming adalah suatu proses yang bersifat dapat kembali, berbeda

    dengan proses creaking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali

    (Anief.,1987). Hal ini dikarenakan lapisan pelindung disekitar bulatan-bulatan

    fase terdispersi tidak ada lagi (Ansel.,2005).

  • 27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    3.1.1 Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan mulai Maret 2014 hingga September 2014.

    3.1.2 Tempat Penelitian

    Untuk proses ekstraksi kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan

    uji aktivitas dilakukan di laboratorium penelitian 1 sedangkan formulasi dilakukan

    di laboratorium penelitian 2 Program Strudi Famasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    3.2 Bahan dan Alat

    3.2.1 Bahan Penelitian

    Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang

    telah dikarakterisasi oleh Narulita (2014), Vitamin C, Lanolin anhidrat (Bratako),

    Vaselin (Bratako), Asam stearat (Bratako), Dimeticon (Bratako), Gliserin

    (Bratako), Span 60, Tween 80, Propilenglikol (Bratako), Metylparaben (Bratako),

    Propylparaben (Bratako), DPPH (Sigma), Metanol P.A (Merck), aquadest.

    3.2.2 Alat Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotary evaporator

    (EYELA digital water bath), gelas ukur 100 ml (Pyrex), batang pengaduk besar,

    corong besar, erlenmeyer 500 ml (Schot Duran), spatula besar, botol maserasi,

    cawan penguap besar, gelas kimia 100 ml (Pyrex), refrigerator (Panasonic),

    corong buchner (Pyrex), neraca analitik digital (Wiggen Hauser), hot plate,

    lumpag, alu, spektrofotometer UV-Vis (Hitachi), pH meter, erlenmayer 2000 ml

    (Schot Duran), gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, cawan penguap,

    termometer, sentrifugator, vakum, kertas saring, Homogenizer, pH meter (Navi),

    micropipet effendrof reference 100 L, 200 L, dan 1000 L, Viskometer

    Brookfield (Haake), Sentrifugator.

  • 28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3 Prosedur Kerja

    3.3.1 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis

    (Garcinia mangsotana L.) (Sharon Nela, Aman Syariful, & Yuliet.,

    2013)

    1) Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)

    Ditimbang seksama lebih kurang 1,98 mg DPPH (BM 394,32). Lalu

    dilarutkan dengan metanol pro analisis hingga 50 mL, kemudian

    ditempatkan dalam botol gelap. Cukupkan pelarutnya hingga tanda batas

    kemudian kocok hingga homogen

    2) Pembuatan larutan blanko dan optimasi panjang gelombang DPPH

    Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) ke dalam tabung reaksi. Lalu

    ditambahkan metanol sebanyak 2 ml. Dan homogenkan dengan vortex.

    Mulut tabung ditutup dengan alumunium foil. kemudian diinkubasi dalam

    ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Tentukan spektrum

    serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

    gelombang 400-800 nm dan tentukan pajang gelombang maksimumnya.

    3) Pembuatan larutan vitamin C

    Ditimbang vitamin C pro analisis sebanyak 1 mg. Dilarutkan dengan

    metanol pro analisis, dimasukkan dalam labu ukur lalu ditambahkan

    metanol pro analisis hingga 10 ml (100 g

    /mL). Selanjutnya dibuat seri

    konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 g

    /mL.

    Pada masing-masing konsentrasi dimasukkan dalam labu ukur dan

    ditambanhkan metanol p.a hingga tanda batas. Masing masing larutan uji

    di pipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

    DPPH 0,1mM sebanyak 2 mL, kemudian dikocok degan vortex hingga

    homogen dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Selanjutnya

    larutan uji diukur serapannya menggunakan alat spektrofotometer UV-

    Vispada panjang gelombang 515,5 nm.

    4) Pembuatan larutan uji ekstrak

    Ditimbang lebih kurang 50 mg ekstrak, lalu dilarutkan dalam 50 ml

    metanol pro analisis (konsentrasi 1000 g

    /mL), larutan ini merupakan

    larutan induk. Dibuat beberapa konsentrasi yakni 5; 7,5; 10; 12,5 dan

  • 29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    15g

    /mL. Dari beberapa konsentrasi tadi kemudian dipipet sebanyak 2 ml

    kedalam tabung reaksi, didalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan

    larutan DPPH (0,1 mM) dengan rasio 1:1 kemudian tunggu 30 menit pada

    suhu ruang (25oC). Selanjurnya diukur dengan menggunakan

    spekrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515,5 nm.

    3.3.2 Formulasi Krim (Fatmawaty, at al, 2012)

    Tabel 1. Formulasi Krim Anti-aging Ekstral Etanol 50% Kulit Buah Manggis

    (Garcinia mangostana L.)

    Bahan Formula

    A B C

    Vaselin Album 15% 15% 15%

    Lanolin 13% 13% 13%

    Dimeticon 10% 10% 10%

    Asam Stearat 10% 10% 10%

    Nipagin 0,18% 0,18% 0,18%

    Nipasol 0,05% 0,05% 0,05%

    Span 60 10%

    (HLB

    4,95)

    10%

    (HLB

    5,7)

    10%

    (HLB

    6,8) Tween 80

    Propilenglikol 8% 8% 8%

    Gliserin 10% 10% 10%

    Ekstrak Kulit

    buah Manggis

    (Garcinia

    mangostana

    L.)

    2% 2% 2%

    Aquadest

    Add

    100%

    Add

    100%

    Add

    100%

  • 30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3.3 Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis

    (Garcinia mangstana L.) (Sharon Nela, Aman Syariful, & Yuliet.,2013)

    a. Fase minyak (Vaselin, Lanolin, Dimeticon, Asam Stearat, Span 60,

    Nipasol) dipanaskan hingga temperatur 70oC (Campuran pertama).

    b. Fase air ( Tween 80, Propilenglikol, gliserin, Aquadest). dipanaskan

    hingga temperatur 70oC (Campuran kedua)

    c. Campuran kedua (fase air) sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam

    campuran pertama (fase minyak) pada suhu 70oC. Kemudian

    dihomogenkan dengan homogenizer dengan keceatan 2000 rpm selama 15

    menit. Setelah 15 menit masukkan ekstrak etanol 50% kulit buah manggis

    (Garcinia mangostana L).yang dilarutkan dengan etanol 50%,kemudian

    homogenkan kembali menggunakan homogenizer selama 10 menit.

    3.3.4 Evaluasi Sediaan Krim Anti-aging (Sharon Nela, Aman Syariful, &

    Yuliet., 2013).

    Evaluasi sediaan krim yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik

    krim, uji PH, uji viskositas, uji stabilitas dengan sentrifugasi dan pengukuran

    aktivitas antioksidan sediaan krim pada hari ke 1 dan setelah 10 hari disuhu 25,

    30, dan 35oC.

    1. Pengamatan Organoleptis

    Pengamatan organoleptis dapat dinilai dari tekstur sediaan yang stabil

    meliputi perubahan warna dan bau krim. Pengamatan dilakukan terhadap krim

    yang baru dibuat dan telah disimpan.

    2. Homogenitas

    Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan cara mengoleskan krim yang

    telah dibuat pada kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca objek yag

    lainnya dan dilihat apakah basis tersebut homogen dan apakah permukaannya

    halus merata. Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan yang telah

    disimpan.

  • 31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Pengukuran pH

    Krim dimasukkan kedalam wadah, lalu diukur pHnya dengan pH meter

    yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan dapar standar (pH 4,5 dan pH 6,5).

    Pengukuran dilakukan pada krim yang baru dibuat dan krim telah disimpan.

    4. Uji Viskositas

    Penentuan viskositas sediaan krim dilakukan dengan menggunakan alat

    viskometer Brookfield (Haake) digital dengan menggunakan spindel R7 dan

    dengan mengetahui adanya perubahan kekentalan pada tiap formula krim.

    Pembacaan hasil viskositas dalam Cp. Pengukuran dilakukan pada krim yang baru

    dibuat dan krim telah disimpan.

    5. Sentrifugasi

    Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sediaan krim kedalam

    tabung sentrifugasi, kemudian diputar pada 5000 rpm selama 10 menit, kemudian

    diamati perubahan fisiknya apakah terjadi pemisahan. Pengukuran dilakukan pada

    krim yang baru dibuat dan krim telah disimpan.

    6. Cycling Test

    Tiga formula krim diletakkan pada refigerator (suhu 4oC) selama 24 jam,

    kemudian ketiga formula krim dipindahkan ke dalam oven (suhu 40oC) selama 24

    jam (1 siklus). Pada penelitian ini pemeriksaan dilakukan selama 1 siklus dan

    diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan krim sebelum dan sesudah cycling

    test.

    3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah

    Manggis (Garcinia mangostana L.)

    1) Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)

    Ditimbang seksama lebih kurang 1,98 mg DPPH (BM 394,32). Lalu

    dilarutkan dengan metanol pro analisis hingga 50 mL, kemudian

    ditempatkan dalam botol gelap. Cukupkan pelarutnya hingga tanda batas

    kemudian kocok hingga homogen

    2) Pembuatan larutan blanko dan optimasi panjang gelombang DPPH

    Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) ke dalam tabung reaksi. Lalu

    ditambahkan metanol sebanyak 2 ml. Dan homogenkan dengan vortex.

  • 32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Mulut tabung ditutup dengan alumunium foil. kemudian diinkubasi dalam

    ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Tentukan spektrum

    serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

    gelombang 400-800 nm dan tentukan pajang gelombang maksimumnya.

    3) Pembuatan larutan uji krim

    Ditimbang lebih kurang 2,5 gram krim, lalu dilarutkan dalam 50 ml

    metanol pro analisis (konsentrasi 1000 ppm), larutan ini merupakan larutan

    induk. Kemudan dibuat beberapa seri konsentrasi (5; 7,5; 10; 12,5 dan 15

    g/mL). Dari beberapa konsentrasi tadi kemudian dipipet sebanyak 2 ml

    kedalam tabung reaksi, didalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan

    larutan DPPH (0,1 mM) dengan rasio 1:1 kemudian tunggu 30 menit

    dalam pada suhu ruang (25oC). Selanjutnya diukur menggunakan

    spektofotometri UV-Vis.

    4) Pengukuran serapan

    Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi diinkubasi

    pada suhu ruang selama 30