UNIVERSITAS INDONESIA DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH SKRIPSI ADITYA INDRA BAYU 0806454544 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JULI 2012 Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
76
Embed
Desain Vertical Axis Wind Turbine Tipe Savonius ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308751-S42797-Desain vertical.pdf · DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH
SKRIPSI
ADITYA INDRA BAYU
0806454544
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
DEPOK
JULI 2012
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
ADITYA INDRA BAYU
0806454544
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
DEPOK
JULI 2012
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH
Nama : ADITYA INDRA BAYU
NPM : 0806454544
Laporan tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui.
Juli 2012
Ir. Warjito M.Sc., Ph.D
Pembimbing Tugas Akhir
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
d
HALAM
Tugas
dan semua s
NAMA
NPM
TANDA
TANG
MAN PERN
akhir ini ad
umber baik
telah saya n
A
A TANGA
GAL
iv
NYATAAN
dalah hasil k
k yang dikut
nyatakan de
: ADIT
: 08064
AN :
: Juli 2
N ORISINA
karya saya s
tip maupun
engan benar
TYA INDRA
454544
2012
ALITAS
sendiri,
yang diruju
r.
A BAYU
uk
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
v
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas akhir ini diajukan oleh :
Nama : ADITYA INDRA BAYU
NPM : 0806454544
Program Studi : TEKNIK MESIN
Judul Tugas Akhir : DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Warjito M.Sc., Ph.D ( )
Penguji : Prof. Dr. Ir. Budiarso M.Eng ( )
Penguji : Prof. Dr. Ir. Harinaldi M.Eng ( )
Penguji : Dr. Ir. Ahmad Indra M.Eng ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik
Mesin pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril dan materiil;
2) Dr. Wardjito, M.Eng sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi masukan, inspirasi dan kesediaan beliau untuk meminjamkan
komputernya untuk digunakan simulasi;
3) Dr. Ir.Harinaldi, M.Eng selaku kepala Departemen Teknik Mesin;
4) Kuswarini, yang telah berperan menjadi pacar yang baik dan penyemangat dalam
kegiatan sehari-hari dan membantu penyelesaian skripsi ini;
5) Nurrohman, sebagai teman yang membantu bertukar pikiran dalam penyelesaian
skripsi ini;
6) Anindio Prabu, yang telah memberikan inspirasi untuk memulai penelitian terhadap
topik ini;
7) Teman-teman yang telah menemani penyelesaian skripsi dan turut mengingatkan akan
deadline skripsi;
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Depok, 11 Juli 2012
Penulis
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
vii
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
H
Sebagai civ
ini :
Nam
NPM
Prog
Fak
Jeni
demi peng
Universitas
Free Right)
DE
beserta per
eksklusif in
mengelola
tugas akhir
sebagai pem
Demikian p
Dib
Pad
HALAMAN
vitas akadem
ma
M
gram Studi
kultas
is Karya
gembangan
s Indonesia
) atas karya
SAIN VEROPTIM
rangkat yan
ni Universi
dalam bent
r saya selam
milik Hak C
pernyataan i
buat di
da tanggal
N PERSET
mik Univer
: AD
: 08
: TE
: TE
: Sk
ilmu pen
a Hak Beb
ilmiah saya
RTICAL AXMALISASI
ng ada (jik
itas Indone
tuk pangkal
ma tetap men
Cipta.
ini saya bua
: De
: Ju
(AD
viii
UJUAN PU
sitas Indone
DITYA IND
806454544
EKNIK ME
EKNIK
kripsi
getahuan,
as Royalti
a yang berju
XIS WINDKECEPAT
ka diperluk
esia berhak
lan data (da
ncantumkan
at dengan se
epok
uli 2012
Yang meny
DITYA IND
UBLIKASI
esia, saya y
DRA BAYU
ESIN
menyetujui
Non-eksk
udul :
D TURBINETAN ANG
kan). Denga
menyimpa
atabase), m
n nama saya
ebenarnya.
yatakan,
DRA BAYU
I KARYA I
yang bertand
U
i untuk m
klusif (Non-
E TIPE SAIN RENDA
an Hak Be
an, mengali
merawat, dan
a sebagai p
U)
ILMIAH
da tangan d
memberikan
-exclusive R
AVONIUS AH
ebas Royal
ihmedia/for
n mempubli
enulis/penc
di bawah
kepada
Royalty-
lti Non-
rmatkan,
ikasikan
cipta dan
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
ix
ABSTRAK
Nama : ADITYA INDRA BAYU
Program Studi : TEKNIK MESIN
Judul : DESAIN VERTICAL AXIS WIND TURBINE TIPE SAVONIUS OPTIMALISASI KECEPATAN ANGIN RENDAH
Turbin angin tipe Savonius adalah turbin angin sumbu vertikal (VAWT) yang memiliki
kelebihan di konstruksinya yang sederhana, kemampuan untuk menerima angin dari segala
arah, kemudahan dalam perawatan dan tidak menghasilkan suara yang bising. Karakteristik
ini membuatnya cocok diterapkan untuk daerah perkotaan ataupun perumahan. Yang menjadi
kendala utama adalah lokasi penempatan yang cenderung berkecepatan angin rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi yang tepat untuk turbin angin
Savonius agar mampu memberikan performa yang baik pada kecepatan angin rendah. Hasil
penelitian dan studi kasus menunjukkan bahwa untuk setiap variasi parameter geometrik
Savonius turut serta mempengaruhi performa secara keseluruhan. Nilai Overlap Ratio antara
0.15 dan 0.25 memberikan performa yang optimal bagi nilai Cp. Dengan desain dan
konfigurasi Overlap R atio yang tepat diharapkan mampu menambah performa untuk
kecepatan angin rendah.
Kata Kunci : Vertical Axis Wind Turbine, Savonius, Kecepatan angin rendah
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
x
ABSTRACT
Name : ADITYA INDRA BAYU
Program : MECHANICAL ENGINEERING
Title : DESIGN OF VERTICAL AXIS WIND TURBINE SAVONIUS OPTIMALIZED FOR LOW WIND VELOCITY
Savonius wind turbine is a vertical axis wind turbine which has many advantages such
as simple construction, capabilites to accepting wind in omni directional, easiness in
maintenance and low noise pollution. These characteristic make it ecspecially suited
as an alternative electricity source in cities and urban area. The only problem lies in
the low wind velocity which resulting in low torque and power output. This research
aimed to decide the best configuration for Savonius wind turbine si it give the best
performance possible. Research and various studies shows that for every geometric
parameters give a boost in performance. An Overlap Ratio value of 0.15 and 0.25
gives the optimum Cp value according to various sources. With the right design and
optimum configurations of Overlap Ratio, hopefully could increase the performance
Selama simulasi, diberikan kondisi awal yang akan digunakan untuk semua model dan parameter. Kondisi ini diambil dengan dasar penelitian untuk menghasilkan desain turbin angin Savonius yang mampu menghasilkan daya output yang sesuai untuk daerah perkotaan ataupun perumahan.
Data statistik angin yang digunakan hanya data angin kota Jakarta. Data ini diambil selama periode 7 tahun dari 2000 hingga 2007.
Tercatat bahwa kecepatan angin maksimum pada tahun 2000 sebesar 3.0 m/s, dan
kecepatan terendah pada 2.1 m/s pada tahun 2007. Kecepatan minimum inilah yang kita
gunakan sebagai free stream velocity pada simulasi.
Tabel 3-5. Nilai kecepatan angular yang didapatkan dari tip speed ratio
Tabel 3-6. Kecepatan angin daerah DKI Jakarta periode 2000-2007
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
49
Universitas Indonesia
3.5.2.1 Perhitungan Energi Potensial Angin dan Penentuan Performa
Ketika angin bergerak akibat adanya perbedaan tekanan, angin memiliki energi kinetik.
Semakin besar kecepatan angin, makin besar pula energi kinetiknya. Untuk menghitung
banyaknya energi yang terdapat pada angin yang bergerak dengan kecepatan 2.1 m/s yang
dapat dikonversi kan oleh turbin angin secara ideal digunakan rumus:
= 12 ⋯ (2.4)
Energi angin yang dapat dikonversi oleh turbin angin bergantung kepada swept area dari
turbin angin tersebut. Untuk setiap nilai overlap ratio, berarti memiliki swept area yang
berbeda. Dengan merujuk kepada dimensi rancang bangun model 3D pada subbab 3.3.3, dan
rumus swept area (2.6) bisa didapatkan nilai swept area untuk masing-masing overlap ratio.
Dengan densitas angin adalah 1.2 kg/m3. Maka nilai P adalah
Overlap
ratio
Pmax (Watt)
0.15 38.45
0.25 34.42
Perhitungan coefficient of power dari sebuah turbin angin dengan overlap ratio 0.15,
berarti nilai Pmax harus merujuk kepada nilai Pmax untuk overlap ratio tersebut.
= = ⋯ (2.7)
Dimana, Ptheoritical adalah Pmax, dan Pactual adalah hasil kali torsi yang didapatkan dari
hasil simulasi terhadap angular velocity untuk tiap tip speed ratio. Performa juga dapat
dilihat dengan plotting antara Cm dan tip speed ratio. Dimana, Cm dinyatakan dengan:
= 0.5
Tabel 3-7. Nilai daya yang dapat di ekstrak dari angin
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
50
Universitas Indonesia
3.5.2.2 Perhitungan Turbulence Intensity
Salah satu parameter yang mempengaruhi performa turbin angin, selain dari geometric
parameter adalah kualitas angin. Kualitas angin ini diwakili dengan nilai Turbulence
intensity, penjelasan mendalam dapat dilihat pada subbab 2.2.7.
Turbulence intensity didapatkan melalui rumus = 0.16
Dengan Re
Untuk free stream velocity 2.1 m/s dengan turbin angin berdiameter 1 m dengan overlap ratio 0.25, bilangan Reynold yang didapatkan adalah
= (1.2)(2.1)(1.86)1.73 × 10 =256369.9
Maka nilai I = 3.37% (untuk turbin angin dengan overlap ratio 0.25).
Nilai I ini merupakan salah satu setting pada simulasi yang harus dimasukkan agar mendapat hasil yang akurat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Overlap ratio Turbulence Intensity 0.15 3.35% 0.25 3.37%
Tabel 3-8. Nilai Turbulence intensity
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
51
Universitas Indonesia
3.6 Meshing dan Goals setting
Sebelum model 3D disimulasikan, terlebih dahulu melalui proses meshing. Setting
meshing ini menggunakan kemampuan Flow Simulation untuk menghasilkan meshing secara
otomatis berdasarkan bentuk geometri benda awal.
3.6.1 Automatic Setting Initial Mesh
Meshing default ini, masih pada tingkat kasar. Sehingga, ekspetasi hasil simulasi dapat
dipastikan tidak akurat. Untuk meningkatkan akurasi hasil simulasi, diperlukan meshing
refinement. Meshing refinement ini dapat dilakukan sepenuhnya otomatis ataupun manual.
Rekomendasi untuk standard meshing otomatis adalah level 5 . Dengan opsi optimize thin
wall resolutions dan advance narrow channel refinement. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar di atas. Hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 3-9. Setting Initial Mesh
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
3.6.2 M
Selai
mengatu
ada baik
Centang
Manual Sett
in menggun
ur initial me
knya kita m
g opsi show
ting Initial
nakan fitur m
esh secara m
mengatur sen
w basic mesh
G
Gambar 3-
Mesh
meshing oto
manual. Jika
ndiri. Pada m
h untuk mem
Gambar 3-10. H
-11. Pengatura
omatis dari F
a dirasa inti
menu initial
mbuat cell m
Hasil meshing
n cell secara m
Flow simul
ial mesh oto
l mesh, unc
meshing vis
otomatis level
manual
U
ation, kita j
omatis kuran
heck opsi a
ible.
5
Universitas In
uga dapat
ng memuas
utomatic se
52
ndonesia
skan,
ettings.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Dengan mengubah banyaknya cell pada setiap sumbu yang dibatasi dengan plane, kita
dapat mengatur tingkat konsentrasi cell. Gambar diatas menunjukkan penambahan jumlah
cell pada plane sumbu X yang terletak diantara turbin angin.
Jika kita memperhatikan tab lain pada gambar 3-11 diatas, dapat kita lihat tab Solid/fluid
interface, Refining cells, dan Narrow channel. Untuk menambah tingkat keakuratan dari
meshing kita, disarankan menaikkan level ketiga parameter tersebut setidaknya level 3.
Setelah memastikan meshing yang kita set telah sesuai, langkah selanjutnya adalah set
goals.
3.6.3 Goals Setting
Goals setting adalah tujuan utama dari simulasi ini. Tanpa
memberikan goals terlebih dahulu, simulasi tidak akan
mengambil data apapun. Goals dalam simulasi ini adalah Torque
(Torsi).
Jika kita ingin mencari suatu parameter tertentu pada titik
tertentu dari model kita, maka Insert point goals yang kita pilih.
Terdapat pula Insert equations goals untuk memasukkan rumus
dari parameter yang ingin kita cari.
Gambar 3-12. Hasil meshing dengan pengaturan manual
Gambar 3-13. Pemilihan Goals
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
54
Universitas Indonesia
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISA
4.1 Pengolahan Data
Data yang didapatkan dari hasil Simulasi merupakan format microsoft excel. Data yang
terdapat didalam ini merupakan hasil yang telah kita pilih sebelumnya pada simulasi. Dalam
Flow simulation, hasil keluaran yang kita inginkan disebut sebagai Goals. Goals dalam
simulasi ini adalah Torque (Torsi).
Dari setiap TSR mulai dari 0.1 hingga 1.0 didapatkan torsi masing-masing. Torsi ini
dikalikan dengan angular velocity untuk mendapatkan daya keluaran actual (Pactual). =
Sebagai contoh, kita akan membahas untuk Model Helical dengan overlap 0.15. Data yang
Hasil plotting tabel diatas, akan memperlihatkan trend nilai Cp dan Ct.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Cp
λ
Helical @e0.15
Tabel 4-3. Nilai Cp terhadap Tip speed ratio
Tabel 4-4. Nilai Ct terhadap Tip speed ratio
Grafik 4-1. Plot nilai Cp terhadap Tip speed ratio pada Helical dengan e=0.15
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Untuk mencari nilai Cp dan Ct lainnya, dilakukan pengulangan terhadap langkah-langkah diatas. 4.2 Analisa Grafik
Pada penelitian ini, terdapat dua topik yang dapat dibahas untuk turbin angin Savonius.
Pertama adalah pengaruh geometri Bucket terhadap performa turbin angin. Kedua adalah
pengaruh Overlap ratio terhadap performa turbin angin. Untuk analisa pengaruh geometri
Bucket dilakukan dengan cara melakukan plotting data simulasi ketiga model turbin angin
pada satu grafik untuk dibandingkan. Sedangkan analisa pengaruh Overlap ratio dilakukan
dengan cara melakukan plotting setiap model turbin angin terhadap variasi Overlap ratio.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Ct
λ
Helical @e0.15
Grafik 4-2. Plot nilai Ct terhadap Tip speed ratio pada Helical dengan e=0.15
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
57
Universitas Indonesia
4.2.1 Analisa Pengaruh Geometri Bucket
4.2.1.1 Coefficient of Power
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa dari ketiga model tersebut, nilai Cp tertinggi
~0.35 dipegang oleh model dengan Bucket profil Twist 45˚. Jika kita bandingkan dengan
tabel milik U.K. Saha[2] pada penelitiannya terhadap turbin angin Savonius Twist dengan
multiple stage dan multiple blades, terlihat bentuk trend kurva yang sesuai. Patut dicatat,
Aspect ratio yang digunakan U.K. Saha[2] adalah 1.58. Sedangkan Aspect ratio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 2.0, artinya memiliki tinggi rotor yang berebeda. U.K.
Saha[2] dengan tinggi rotor 0.173 m, sedangkan penulis menggunakan tinggi 3.52 dan 3.72
m. Hasilnya adalah Swept area yang lebih luas, sehingga dengan kecepatan angin yang
rendah (2.1 m/s) tetap mampu memberikan performa yang cukup.
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Cp
λ
Perbandingan efek profil bucket @e0.25
Helical
Twist 45
Semi-circular
Grafik 4-4. Percobaan U.K.
Saha [2]
Grafik 4-3. Efek profil Bucket terhadap perfroma.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Penelitian lain yang melakuan percobaan terhadap performa model Twist adalah
Alexander & Holownia[6]. Dimana disebutkan, dengan Aspect ratio 2.4, nilai Overlap ratio
yang optimum adalah 0.30.
Sedangkan bentuk Helical menempati posisi kedua tertinggi untuk nilai Cp ~0.25. Untuk
grafik dapat kita bandingkan dengan hasil penelitian Kamoji[3] . Dapat kita lihat pada grafik
yang bertanda bintang, merupakan Overlap ratio terbesar pada penelitian Kamoji[3] dengan
nilai Cp maksimum sebesar 0.12. Kamoji[3] menggunakan Overlap ratio 0.16 dan Aspect
ratio 1.0.
Trend grafik yang didapat adalah sama, namun perbedaan parameter dan konfigurasi yang
digunakan menghasilkan Cp yang berbeda. Nilai Cp untuk Semi-circular merupakan yang
terendah dengan nilai maksimum ~0.16.
Grafik 4-5. Percobaan Kamoji[3] terhadap performa Savonius Helical.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
59
Universitas Indonesia
4.2.1.2 Coefficient of Torque
Untuk nilai Ct, didapatkan Twist merupakan yang paling tinggi pada Tip speed ratio 0.2.
Sedangkan Helical dan Semi-circular masing-masing memilki nilai Ct tertinggi pada Tip
speed ratio 0.3 dan 0.1. Nilai Ct ini mempengaruhi torsi yang dihasilkan sebuah turbin angin.
Semakin besar nilai Ct, maka semakin besar pula torsi yang dihasilkan pada Tip speed ratio
tersebut. Torsi mempengaruhi daya output yang dihasilkan turbin angin, maka cukup jelas
bahwa Twist 45 menghasilkan daya output yang paling optimum.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Ct
λ
Semi-circularHelical
Twist 45
Grafik 4-6. Efek profil Bucket pada nilai Ct.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
60
Universitas Indonesia
4.2.2 Analisa Pengaruh Overlap ratio
4.2.2.1 Coefficient of Power
Dari grafik diatas, dapat kita lihat bahwa peningkatan Overlap ratio dari 0.15 ke 0.25
menambah performa dari turbin angin. Ini berlaku untuk semua turbin angin, namun
peningkatan efisiensi berbeda-beda untuk setiap modelnya. Peningkatan yang terjadi adalah:
1. Twist 45 mengalami peningkatan dari nilai Cp 0.29 menjadi 0.35.
Peningkatan efisiensi yang terjadi adalah sebesar 20.7%.
2. Helical mengalami peningkatan dari nilai Cp 0.22 menjadi 0.25.
Peningkatan efisiensi sebanyak 13.6%.
3. Semi-circular mengalami peningkatan nilai Cp 0.15 menjadi 0.16.
Peningkatan efisiensi sebanyak 6.25%.
Nilai Cp tertinggi diraih oleh model Twist 45.
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Cp
λ
Cp Comparison with Overlap ratio Variable
Twist 45 e0.15
Twist 45 e0.25
Helical e0.15
Helical e0.25
Semi-circular e0.15
Semi-circular e0.25
Grafik 4-7. Pengaruh Overlap ratio terhadap Cp
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
61
Universitas Indonesia
4.2.2.2 Coefficient of Torque
Grafik coefficient of Torque menunjukkan bahwa nilai Ct tertinggi dipegang oleh Twist 45
dengan Overlap ratio 0.25. Penambahan terhadap nilai Overlap ratio juga berpengaruh
kepada nilai Ct, hal ini dikarenakan Ct dan Cp saling mempengaruhi berdasarkan rumus torsi.
Dimana semakin besar nilai torsi maka semakin besar daya yang dihasilkan. Meskipun
peningkatan signifikan hanya terjadi pada model Twist 45, tidak seperti grafik Cp dimana
terdapat peningkatan yang signifikan terhadap hampir semua model. Untuk model Semi-
circular, grafik untuk nilai Overlap ratio 0.15 dan 0.25 hampir memiliki trend yang sama
namun mengalami penurunan drastis untuk nilai maksimum Ct. Sedangkan untuk model
Helical, masih terlihat penambahan yang signifikan.
Peningkatan yang terjadi adalah:
1. Twist 45 mengalami peningkatan Ct-0.44 pada λ=0.7, menjadi Ct-1.02
pada λ=0.2. Peningkatan yang terjadi sebesar 132%.
2. Helical mengalami peningkatan Ct-0.32 pada λ=0.7, menjadi Ct-0.48
pada λ=0.3. Peningkatan yang terjadi sebesar 50%.
3. Semi-circular mengalami penurunan nilai maksimum Ct-0.6 pada
λ=0.1, menjadi Ct-0.4 pada λ=0.1. Terjadi penurunan sebesar 33.3%.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Ct
λ
Ct Comparison with Overlap Ratio Variable
Twist 45 e0.15
Twist 45 e0.25
Helical e0.15
Helical e0.25
Semi-circular e0.15
Semi-circular e0.25
Grafik 4-8. Pengaruh Overlap ratio terhadap Ct
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
62
Universitas Indonesia
4.2.3 Analisa Pada Kondisi Statis (Tanpa Putaran)
Selain simulasi dengan menerapakan putaran pada turbin angin, dilakukan juga simulasi
terhadap turbin angin dalam keadaan statis tanpa putaran namun dengan variasi sudut rotor.
Sudut rotor yang digunakan adalah 30˚, 60˚, 90˚ hingga 360˚. Simulasi dilakukan untuk setiap
sudut rotor sehingga mendapatkan nilai torsi untuk sudut rotor tersebut. Dari sini dilakukan
plotting terhadap nilai Coefficient of Torque (Cts) dan Sudut rotor.
Tujuan terhadap simulasi ini adalah, untuk mengetahui performa turbin angin dalam
kemampuan berputar secara mandiri. Perlu diketahui, telah banyak penelitian yang
menyatakan bahwa Savonius Semi-circular memiliki nilai Cts yang negatif. Dengan kata lain,
menghilangkan kemampuan berputar secara mandiri tanpa bantuan tambahan. Selain itu, nilai
maksimum dari suatu torsi dapat diketahui terdapat pada sudut rotor yang mana.
4.2.3.1 Twist 45˚
Seperti grafik Coefficient of Torque sebelumnya, terlihat dengan jelas dampak
penambahan Overlap Ratio terhadap nilai Cts. Semua nilai Cts berada diatas 0, dengan kata
lain tidak ada kasus torsi negatif. Twist 45˚ memiliki kemampuan untuk berputar secara
mandiri. Trend yang diperlihatkan menunjukkan bahwa pada sudut tertentu, nilai Cts
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Cts
Rotor angle (degree)
Twist 45 Coefficient of Static Torque
Twist 45 e0.15
Twist 45 e0.25
Grafik 4-9. Koefisien Torsi Statik Twist 45.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
63
Universitas Indonesia
bertambah secara drastis. Sudut-sudut ini berada di range 105˚-210˚ dan 270˚-330˚. Nilai Cts
maksimum adalah 0.73 pada sudut rotor 150˚.
4.2.3.2 Helical
Dibandingkan dengan model Twist 45˚, Helical memiliki nilai Cts yang cenderung stabil.
Ini dapat dilihat melalui trend pada grafik diatas. Meskipun penambahan Overlap Ratio
menaikkan performa dan Cts secara keseluruhan, namun pada sudut rotor 210˚-270˚ terlihat
mengalami penurunan. Hal ini diperkirakan akibat kontur Helical, sehingga udara yang
mengalir sepanjang kontur Bucket mengarah keatas dan mengenai end plate bagian atas.
Akibatnya adalah udara kehilangan momentum untuk mendorong Bucket bagian cembung ke
posisi advancing Bucket. Helical memiliki range sudut rotor yang lebih luas dimana pada
sudut-sudut ini nilai torsi cenderung naik dan memiliki nilai tinggi. Sudut-sudut yang
dimaksud adalah 60˚-210˚ dan 270˚-330˚. Nilai maksimum Cts dicapai pada sudut rotor 150˚.
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Cts
Rotor angle (degree)
Helical Coefficient of Static Torque
Helical e0.15
Helical e0.25
Grafik 4-10. Koefisien Torsi Statik Helical.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
64
Universitas Indonesia
4.2.3.2 Semi-circular
Semi-circular memiliki nilai Cts yang negatif, artinya adalah tidak adanya kemampuan
untuk mulai berputar secara mandiri. Agar dapat mulai berputar, harus terdapat bantuan
tambahan dari motor listrik yang memutar turbin angin hingga mencapai tip speed ratio
tertentu sehingga dapat mengatasi Cts yang negatif ini. Untuk trend grafik, terlihat bahwa
pada Overlap Ratio 0.25 justru mengurangi performa dari profil Semi-circular ini. Hal ini
sesuai dengan analisa pada subab 4.2.2 dimana terdapat pengurangan sebesar 33.3% terhadap
nilai Coefficient of Torque. Namun nilai Cts maksimum bertambah menjadi 0.6 dari nilai 0.56
pada sudut rotor 120˚.
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Cts
Rotor angle (degree)
Semi-circular Coefficient of Static Torque
Semi-circular e0.15
Semi-circular e0.25
Grafik 4-11. Koefisien Torsi Statik Semi-circular.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
4.3 Ana
4.3.1 Tw
momen
gambar
dibandi
adalah
cembun
untuk m
ratio se
kecepat
alisa Kualit
wist 45˚
(a)
Performa T
n puntir yan
r 4-1, lingk
ingkan free
rendah. Pe
ng adalah cu
melaju menj
eperti yang
tan udara ya
tatif
Twist sep
g lebih ting
karan mera
stream velo
erbedaan te
ukup tinggi
jadi advanc
g telah dib
ang melalui
Gambar 4-Overlap rat
erti yang t
ggi akibat k
h menanda
ocity. Ini m
ekanan pada
i, perbedaan
cing Bucket
bahas sebel
nya.
-1. (a) Overlap tio 0.25.
(c)
telah dibah
kontur Twist
akan bahwa
mengindikasi
a Bucket s
n tekanan i
t. Lingkaran
lumnya, da
ratio 0.15. (b)
(b)
has sebelum
t yang dimi
a terdapat
ikan bahwa
ebelah kan
ni akan me
n kuning m
an untuk ha
Close up untuk
U
mnya, bahw
likinya. De
kecepatan
a pada bagia
nan untuk b
embantu Bu
enunjukkan
al ini berh
k Overlap ratio
Universitas In
wa Twist m
ngan meruj
yang relati
an tersebut,
bagian ceku
ucket sebela
n efek dari
hasil menin
o 0.15. (c).
65
ndonesia
memiliki
juk pada
if tinggi
tekanan
ung dan
ah kanan
Overlap
ngkatkan
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
lingkara
gelap. H
bagian
jelasnya
kecepat
tekanan
4-3 dib
sumbu
cekung
Bucket
dapat di
Untuk seti
an merah p
Hal ini men
cekung ad
a dapat kita
tan angin p
n yang lebih
Klarifikasi
bawah ini.
Y, kecepata
yang mene
. Untuk leb
ilihat pada g
Ga
iap nilai O
pada nilai O
nunjukkan b
alah lebih
a lihat pada
pada lingka
h rendah dib
terhadap le
Dengan me
an angin pa
erima angin
bih mempre
gambar 4-4
ambar 4-2. Cu
Gambar
Overlap rat
Overlap rati
bahwa tekan
tinggi diba
gambar 4-2
aran merah
bandingkan
engan mom
enggunakan
ada Bucket s
n. Dengan k
sentasikan m
.
t plot tekanan
4-3. Flow traj
tio dapat k
io 0.25 mem
nan pada Ov
andingkan d
2. Cukup je
lebih cepa
dengan nila
men yang leb
n flow traje
sisi cembun
ecepatan an
mengenai d
untuk Twist 4
ectory untuk T
kita lihat b
miliki inten
verlap ratio
dengan Ove
las bahwa u
at karena p
ai Overlap r
bih panjang
ectroy dapa
ng relatif tin
ngin tertingg
distribusi tek
5 dengan Over
Twist 45 denga
U
bahwa kece
nsitas warna
o 0.25 untuk
erlap ratio
untuk nilai
pada daerah
ratio 0.15.
g dapat kita
at kita lihat
nggi diband
gi terdapat
kanan pada
rlap ratio 0.15 d
an Overlap ratio
Universitas In
epatan ang
a merah yan
k Bucket sis
0.15. Untu
Overlap rat
h tersebut,
a lihat pada
t bahwa se
dingkan den
pada bagian
a permukaan
dan 0.25
o 0.15
66
ndonesia
gin pada
ng lebih
si kanan
uk lebih
tio 0.25,
terdapat
gambar
epanjang
ngan sisi
n bawah
n Bucket
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Advancing Bucket yang menerima angin memiliki tekanan yang tinggi dibandingkan
dengan returning Bucket yang bagian cekungnya tidak menerima angin secara langsung.
Pada permukaan 1, tekanan yang diterima pada bagian cekung Bucket merata, namun pada
bagian bawah terdapat tekanan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan bagian atas. Hal
ini di interpretasikan sebagai jalur udara yang lewat dari bawah mengikuti kemiringan akibat
kontur Twist menuju keatas. Permukaan 2, tentu saja memiliki tekanan yang rendah
dibandingkan permukaan 1. Sama halnya dengan permukaan 3 dan 4, dimana returning
Bucket berputar pada sumbu Y untuk menjadi advancing Bucket.
1
2
3
4
Gambar 4-4. Surface plot tekanan untuk Twist 45 dengan Overlap ratio 0.15.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
68
Universitas Indonesia
4.3.2 Helical
Akibat dari kontur Helical, maka peninjauan terhadap kecepatan dan tekanan tidak dapat
ditinjau secara dua dimensi saja. Maka, digunakan pendekatan dengan menggunakan surface
plot untuk memetakan kontur tekanan pada turbin angin.
Pada Overlap ratio 0.15, tekanan pada permukaan advancing Bucket adalah merata untuk
bagian cekung. Lingkaran hitam menandakan tekanan yang lebih rendah dibandingkan pada
permukaan pada lingkaran merah. Artinya model Helical tidak memiliki masalah untuk
berputar secara mandiri. Karena perbandingan tekanan yang cukup berbeda antara sisi cekung
dan cembung dari Bucket. Angin yang masuk ke bagian cekung advancing Bucket, kemudian
melalui celah overlap antara Bucket dan menumbut bagian cekung returning Bucket.
Lingkaran biru memperlihatkan perbedaan gradasi tekanan pada bagian dekat celah overlap
dan bagian tengah permukaan cekung. Hal ini menandakan adanya perubahan kecepatan
secara signifikan dari udara yang melalui celah tersebut, dimana kecepatan udara ketika baru
melalui celah overlap adalah rendah, begitu melalui celah tersebut, kecepatan naik kembali.
Lingkaran kuning, merupakan tekanan terendah pada keseluruhan surface plot dimana
kecepatan udara paling tinggi. Dengan perbandingan tekanan pada permukaan lingkaran biru,
Gambar 4-5. Cut plot model Helical Overlap ratio 0.15
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
69
Universitas Indonesia
maka tidak terdapat kesulitan yang berarti untuk returning Bucket menempati posisi
advancing Bucket.
Untuk Overlap ratio 0.25, terlihat pada lingkaran kuning dimana tekanan berkurang
drastis jika kita bandingkan dengan lingkaran kuning pada Overlap ratio 0.15. Sedangkan
lingkaran biru memiliki gradasi warna yang lebih gelap dibandingkan dengan lingkaran biru
untuk Overlap ratio 0.15, artinya tekanan bertambah seiring perubahan lebar celah. Pada
lingkaran hitam terlihat bahwa tekanan semakin berwarna biru, dibandingkan dengan
lingkaran hitam pada Overlap ratio 0.15, sekali lagi berarti pengurangan tekanan. Lingkaran
warna merah pun memperlihatkan gradasi warna yang lebih gelap, yang berarti tekanan
tinggi. Kenaikan tekanan inilah yang menyebabkan pertambahan efisiensi pada turbin angin
model Helical.
Dengan melihat cut plot kecepatan pada gambar 4-7, terlihat pada lingkaran kuning untuk
Overlap ratio 0.25 memiliki kontur kecepatan yang lebih panjang dibandingkan Overlap
ratio 0.15. Artinya, overlap tersebut secara efektif bertindak sebagai nozzle yang
mempercepat aliran udara yang melaluinya, dengan kata lain terdapat perbedaan tekanan
yang cukup tinggi antara sisi cekung kedua Bucket diantara celah overlap.
Gambar 4-6. Surface plot model Helical Overlap ratio 0.25
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Klarifikasi terhadap pertambahan tekanan dapat kita lihat pada gambar 4-8. Terlihat pada
lingkaran merah pada kedua Overlap ratio, dimana lingkaran merah pada Overlap ratio 0.25
memiliki tekanan yang lebih rendah dibanding dengan lingkaran merah pada Overlap ratio
0.15. Untuk perbedaan tekanan pada sisi cekung kedua Bucket itu sendiri dapat dilihat dari
gradasi pada lingkaran kuning.
Gambar 4-8. Cut plot tekanan model Helical Overlap ratio 0.15 dan 0.25.
Gambar 4-7.Cut plot kecepatan model Helical Overlap ratio 0.15 dan 0.25.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
71
Universitas Indonesia
4.3.3 Semi-circular
Cut plot diatas diambil pada saat turbin angin sedang dalam keadaan statis (tanpa diberi
putaran). Pada gambar cut plot dapat kita lihat dua lingkaran kuning dan merah yang
diberikan sebagai tanda tempat analisa yang dilakukan. Telah kita ketahui bahwa tujuan dari
Overlap ratio adalah agar memberikan celah masuk untuk udara agar menumbuk Bucket
selanjutnya dan memberikan dorongan tambahan agar menjadi posisi advancing Bucket.
Penyempitan Overlap ratio mengakibatkan penambahan kecepatan akibat efek seperti nozzle.
Gambar 4-9. Cut plot kecepatan untuk Semi-circular dengan e 0.15 (atas) dan 0.25 (bawah).
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Secara teori, semakin kecil Overlap ratio-maka akan semakin besar kecepatan angin yang
keluar melalui celah overlap tersebut. Dengan merujuk pada gambar 4-9, dapat kita lihat
bahwa warna kontur kecepatan pada lingkaran kuning pada Overlap ratio 0.15 lebih tua
warnanya dibandingkan dengan lingkaran kuning pada Overlap ratio 0.25. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada Overlap ratio 0.15 kecepatan udara masuk lebih tinggi
dibanding pada Overlap ratio 0.25. Artinya terdapat penambahan kecepatan pada Overlap
ratio 0.15. Hal ini juga didukung pada lingkaran merah pada Bucket sebelah kanan yang
menunjukkan kecepatan udara cenderung lebih cepat pada Overlap ratio 0.15. Jika kita
analisa pada Bucket sebelah kanan, dimana terdapat kecepatan angin rendah berarti tekanan
adalah tinggi. Berarti, pada Bucket sebelah kanan, sisi cembung memiliki tekanan yang relatif
rendah dibandingkan sisi cekung . Perbedaan tekanan ini mengindikasikan bahwa Bucket
terdorong maju ke posisi advancing Bucket lebih efisien dibandingkan dengan nilai Overlap
ratio 0.25.
Gambar 4-10 membuktikan hal ini, dimana gambar Overlap ratio 0.15 memiliki tekanan
yang relatif tinggi sedangkan Overlap ratio 0.25 memiliki tekanan yang rendah setelah
melewati turbin angin.
Dengan ini cukup jelas, mengapa Semi-circular mengalami penurunan nilai Ct akibat
perubahan nilai Overlap ratio dari 0.15 menjadi 0.25.
Gambar 4-10. Cut plot tekanan untuk Semi-circular dengan e 0.15 dan 0.25.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
73
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil simulasi yang dilakukan, didapatkan nilai Torsi. Dari Torsi ini, dikalikan
dengan kecepatan angular didapatkan daya output turbin angin actual (Pactual). Dengan
perbandingan dengan energi kinetik total yang dapat diekstrak dari angin oleh turbin angin,
didapatkan nilai Cp. Untuk nilai Ct, didapatkan melalui perbandingan Torsi terhadap gaya
momentum yang terdapat pada angin yang dapat diekstrak oleh turbin angin.
Kedua nilai ini mewakili performa dari turbin angin Savonius. Dari pengolahan data dan
plotting, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk profil bucket ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap performa
turbin angin.
2. Overlap Ratio turut menyumbang kepada kenaikan nilai Cp,Ct dan Cts dengan
pengecualian profil Semi-circular yang mengalami pengurangan nilai Ct dan Cts.
3. Model yang memiliki performa paling tinggi adalah Twist 45˚, hal ini dikarenakan
kontur Twist 45˚ yang menyebabkan angin memberikan gaya lebih banyak akibat
perpanjangan lengan momen. Nilai Cp tertinggi dengan nilai 0.35 dipegang pada
Overlap Ratio 0.25 dan nilai λ=0.4.
4. Bentuk Semi-circular dengan 0.25 mengalami penurunan nilai Ct menjadi 0.4
pada λ=0.1 dari nilai Ct semula 0.6 pada λ=0.1. Penyebabnya diasumsikan karena
pada Semi-circular, penyempitan justru membantu udara untuk mempertinggi
tekanan sehingga kecepatan bertambah. Namun semakin besar nilai Overlap
Ratio, udara justru kehilangan tekanan ketika melalui celah antara bucket.
5. Secara keseluruhan, Helical memilki performa yang cukup baik pada setiap
konfigurasi dan cenderung stabil pada nilai Cp tertinggi dengan λ=0.7 untuk
kedua nilai Overlap Ratio. Nilai Cp tertinggi yang diraih adalah 0.25 pada
Overlap Ratio 0.25.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
74
Universitas Indonesia
6. Desain yang paling cocok untuk daerah perkotaan dan pemukiman adalah Twist
45˚, karena memiliki nilai Cp dan Ct yang tinggi untuk kecepatan rendah dan Tip
speed ratio rendah. Dimana tip speed ratio rendah, berarti kecepatan angular
adalah rendah, yang merupakan salah satu karakteristik yang diinginkan dengan
alasan keamanan.
5.2 Saran
Beberapa saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Menambah kualitas meshing. Mengatur kerapatan meshing secara manual,
dengan memprediksi pola dan karakteristik aliran sehingga mempercepat
perhitungan dengan menggunakan meshing seperlunya saja.
2. Untuk perbandingan, ada baiknya dilakukan juga menggunakan software
lain seperti Fluent dan Flow-3D. Ini dilakukan untuk membandingkan
hasil yang didapat, sehingga lebih akurat.
3. Menambah variabel geometric parameter dengan menerapakan multiple
blades dan multiple stages.
4. Membuat desain turbin angin hybrid, yang merupakan gabungan dari
Savonius dan Darrieus. Dan mengujinya baik menggunakan simulasi
ataupun eksperimen.
5. Terakhir, pengujian secara eksperimen dan pencocokan data terhadap
simulasi.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
75
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fujisawa N. On the torque mechanism of Savonius rotors. J Wind Eng Ind Aerod 1992;40:277–92. [2] Fujisawa, N. Velocity measurements and numerical calculations of flow fields in and around Savonius rotors.Departemen of Mechanical Engineering, Gunma University, Kiryu, 376 Japan. Journal of Wind Eng and Industrial Aerod 59 (1996). 39-50. [3] Kamoji MA, Kedare SB, Prabhu SV. Experimental investigations on the effect of overlap ratio and blade edge conditions on the performance of conventional Savonius rotor. Wind Eng 2008;32:163–78. [4] Kamoji MA, Kedare SB, Prabhu SV. Performance tests on helical Savonius rotors. Renew Energy 2009;34:521–9. [5] Mojola OO. On the aerodynamic design of the Savonius windmill rotor. J Wind Eng Ind Aerod 1985;21:223–31. [6] Blackwell BF, Sheldahl RE, Feltz LV. Wind tunnel performance data for two- and three-bucket Savonius rotors. Sandia Laboratories, USA, Sand 76-0131 under act AT/29-11; 1978. p. 789. [7] Alexander AJ, Holownia BP. Wind tunnel tests on a Savonius rotor. J Ind Aerod 1978;3:343–51. [8] Akwa JV. Savonius wind turbine aerodynamics analysis using computational fluid dynamics. MSc dissertation, Federal University of Rio Grande do Sul, Porto Alegre, Brazil; 2010 [in Portuguese]. [9] Saha UK, Rajkumar MJ. On the performance analysis of Savonius rotor with twisted blades. Renew Energy 2006;31:1776–88. .[10] Saha UK, Thotla S, Maity D. Optimum design configuration of Savonius rotor through wind tunnel experiments. J Wind Eng Ind Aerod 2008;96: 1359–75. [11] Md. Imtiaj Hassan, Tariq Iqbal, Nahidul Khan, Michael Hinchey, Vlastimil Masek. CFD Analysis of a Twisted Savonius Turbine. Memorial University of Newfoundland. [12] Luc Menet , Jean; Bourabaa, Nachida. Increase In The Savonius Rotors Efficiency via Parametric Investigation. Université de Valenciennes - Le Mont Houy [13] Savonius SJ. The S-rotor and its applications. Mech Eng 1931;53:333–8. [14] Vance W. Vertical axis wind rotors – status and potential. In: Proceedings of the conference on wind energy conversion systems. 1973. p. 96–102. Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012
76
Universitas Indonesia
[15] Fernando MSUK, Modi VJ. A numerical analysis of the unsteady flow past a Savonius wind turbine. J Wind Eng Ind Aerod 1989;32:303–27. [16] D’Alessandro V, Montelpare S, Ricci R, Secchiaroli A. Unsteady aerodynamics of a Savonius wind rotor: a new computational approach for the simulation of energy performance. Energy 2010;35:3349–63. [17] Altan BD, Atılgan M. An experimental and numerical study on the improvement of the performance of Savonius wind rotor. Energy Convers Manage 2008;49:3425–32. [18] Mohamed MH, Janiga G, Pap E, Thévenin D. Optimal blade shape of a modified Savonius turbine using an obstacle shielding the returning blade. Energy Convers Manage 2011;52:236–42. [19] Hayashi T, Li Y, Hara Y. Wind tunnel tests on a different phase three-stage Savonius rotor. JSME Int J Ser B: Fluids Therm Eng 2005;48:9–16. [20] Eldridge FR. Wind machines. 2nd ed. New York, USA: Van Nostrand Reinhold Company; 1980. [21] Simonds MH, Bodek A. Performance test of a Savonius rotor. Brace Research Institute, McGill University, Quebec, Canada. Technical Report No. T10; 1964. [22] Shankar PN. Development of vertical axis wind turbines. Proc Indian Acad Sci 1979;C2(Pt. 1):49–66. [23] Rabah KV, Osawa BM. Design and field testing of Savonius wind pump in east Africa. International Centre for Theoretical Physics, International Atomic Energy Agency and United Nations Educational Scientific and Cultural Organization, Trieste, Italy, International Report; 1995. [24] Kawamura T, Hayashi T, Miyashita K. Application of the domain decomposition method to the flow around the Savonius rotor. In: Proceedings of the 12th international conference on domain decomposition methods. 2001. p. 393–400. [25] Cochran BC, Banks D, Taylor SJ. A three-tiered approach for designing and evaluating performance characteristics of novel wecs. American Institute of Aeronautics and Astronautics, Inc. and the American Society of Mechanical Engineers; 2004. p. 1–11 [26] Hussain, M., Mehdi, S. N., & Reddy, P. R. (2008, January 1). CFD analysis of low speed vertical axis wind turbine with twisted blades. The free library.
Desain vertical..., Aditya Indra Bayu, FT UI, 2012