Deodorisasi 2012 Proses Deodorisasi dalam Industri Oleokimia A. Pemurnian (Refinery) Minyak Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi edible oil dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengilangkan pengotor, rasa, bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik, memperpanjang masa simpan minyak sebelum digunakan sebagai bahan mentah dalam industry dan komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas dari produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas daya simpan, dan warna produk. Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk merubah minyak kasar/mentah menjadi edible oil yang berkualitas dengan cara menghilangkan pengotor yang tidak diinginkan sampai level yang diinginkan dengan cara yang paling efisien. Bahan yang tidak diinginkan atau pengotor dalam minyak mungkin biogenic misalnya disintesis oleh tanaman itu sendiri tapi bahan tersebut bisa jadi pengotor yang diambil oleh tanaman dari lingkungannya. Pengotor tersebut mungkin diperoleh selama proses hulu, yaitu ekstraksi, penyimpanan atau transportasi dari minyak kasar/mentah dari lapang ke pabrik. Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui 4 tahap yaitu perlakuan pendahuluan, netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorisasi). Disamping itu, kadang-kadang ditambah aroma dan zat warna tertentu sehingga 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Deodorisasi 2012
Proses Deodorisasi dalam Industri Oleokimia
A. Pemurnian (Refinery) Minyak
Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi edible oil
dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengilangkan pengotor, rasa,
bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik, memperpanjang masa simpan minyak
sebelum digunakan sebagai bahan mentah dalam industry dan komponen lain yang akan
mempengaruhi kualitas dari produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi
adalah bau, stabilitas daya simpan, dan warna produk.
Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk merubah
minyak kasar/mentah menjadi edible oil yang berkualitas dengan cara menghilangkan
pengotor yang tidak diinginkan sampai level yang diinginkan dengan cara yang paling
efisien. Bahan yang tidak diinginkan atau pengotor dalam minyak mungkin biogenic
misalnya disintesis oleh tanaman itu sendiri tapi bahan tersebut bisa jadi pengotor yang
diambil oleh tanaman dari lingkungannya. Pengotor tersebut mungkin diperoleh selama
proses hulu, yaitu ekstraksi, penyimpanan atau transportasi dari minyak kasar/mentah dari
lapang ke pabrik.
Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui 4 tahap
yaitu perlakuan pendahuluan, netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau
(deodorisasi). Disamping itu, kadang-kadang ditambah aroma dan zat warna tertentu
sehingga diperoleh minyak dengan rasa dan bau yang enak, dengan warna yang menarik.
Kotoran atau bahan asing dalam minyak terdiri dari:
1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak dan terdispersi dalam minyak. Kotoran ini
terdiri dari partikel-partikel, jaringan, lendir dan getah, serat-seratan yang berasal dari kulit,
abu atau mineral yang terdiri dari Fe, Cu, Mg, dan Ca serta air. Kotoran ini dapat dipisahkan
dengan beberapa cara yaitu pengendapan, penyaringan dan pemusingan.
2. Kotoran yang berbentuk suspensi dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari fosfolipid,
karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini
dapat dihilangkan dengan uap panas, hidrolisa, disusul dengan proses
pengendapan, pemusingan atau penyaringan dengan menggunakan absorben.
1
Deodorisasi 2012
3. Kotoran yang larut dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol,
hidrokarbon turunan dari mono dan digliserida yang dihasilkan dari trigliserida, zat warna
yang terdiri dari karotenoid, klorofil dan zat warna lainya yang yang dihasilkan dari oksidasi
dan dekomposisi minyak, terdiri dari keton dan aldehida, dan resin, serta zat lainnya
yang belum teridentifikasi. Selain senyawa tersebut beberapa minyak mengandung
senyawa beracun, misalnya gossypol pada minyak biji kapas, dan ester dari asam isothiosunat
dan etil alkohol pada mustard oil.
Perlakuan pendahuluan bertujuan untuk :
1. Menghilangkan kotoran dan stabilitas minyak dengan mengurangi ion logam terutama
Fe dan Cu.
2. Proses pemisahan gum dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu, misalnya
untuk pembuatan lak dari linseed oil.
3. Memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang
selama pemurnian, terutama pada proses netralisasi dengan kaustik soda.
Proses pemurnian yang tepat sangat penting dilakukan dalam rangka untuk
memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentang spesifikasi yang telah
ditentukan dan sesuai keinginan pelanggan. Ada 2 tipe dasar teknologi pembersihan yang
tersedia untuk minyak:
(i) Pembersihan secara kimia (alkali) atau Chemical refinery
(ii) Pembersihan secara fisik atau Physical refinery
Perbedaan diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia yang
digunakan dan cara penghilangan FFA. Dalam kimia proses yang digunakan yaitu netralisasi
dengan menambahkan zat kimia (larutan kaustik), kemudian terjadinya reaksi kimia antara
FFA dan larutan kaustik menjadi sabun. Sedangkan, dalam fisika proses yang berlangsung
dengan pemanasan dan kondisi vakum agar minyak tidak rusak pada suhu tinggi.
Pembersihan secara fisik tampaknya pada prakteknya menggantikan penggunakan teknik
pembersihan menggunakan bahan kimia (alkali) karena tingginya asam lemak bebas (FFA)
pada minyak yang dibersihkan dengan cara kimia. Proses deasidifikasi (deodorisasi) pada
proses pembersihan secara fisik mampu mengatasi masalah tersebut. Terpisah dari hal
tersebut, menurut literatur, metode ini disarankan karena diketahui cocok untuk minyak
2
Deodorisasi 2012
tumbuhan dengan kadar fosfat yang rendah seperti minyak sawit. Dengan demikian,
pembersihan secara fisik terbukti memiliki efisiensi yang lebih tinggi, kehilangan yang lebih
sedikit (Nilai Pemurnian < 1,3), biaya operasi yang lebih rendah, modal yang lebih rendah
dan lebih sedikit bahan untuk ditangani.
Nilai Pemurnian (NP) adalah parameter yang digunakan untuk memperkirakan
berbagai tahap pada proses pemurnian. Faktor ini tergantung pada hasil produk dan kualitas
dari input dan dihitung yaitu :
NP biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian secara
sendiri-sendiri dan pengawasan NP dalam pemurnian biasanya berdasarkan berat yang
dihitung dari pengukuran volumetrik yang disesuaikan dengan suhu atau menggunakan
accurate cross-checked flow meters.
Berikut adalah flowchart proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO) :
3
Deodorisasi 2012
Gambar 1.1 Flowchart Proses Pemurnian Crude Palm Oil (CPO)
A.1 Pemurnian (Refining) Kimia
Pemurnian secara kimia atau pemurnian basa adalah metode konvensional yang
digunakan untuk memurnikan CPO. Ada tiga tahap pada proses refining secara kimia, yaitu :
1) Degumming dan Netralisasi
Pada tahap ini, bagian fosfatida dari minyak dihilangkan dengan menambahkan
additive di bawah kondisi reaksi yang spesifik. Additive yang paling umum digunakan adalah
asam fosfat dan asam sitrat. Setelah itu, dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan
basa untuk menghilangkan asam lemak bebas. Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu
pemisah sehingga akan terpisah antara bagian minyak dengan sabun hasil reaksi antara basa
dengan asam lemak bebas. Untuk menghilangkan kelebihan basa, minyak tersebut dicuci
dengan air panas. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah sebagai berikut:
4
Deodorisasi 2012
R – COOH + NaOH RCOONa + H2O
2) Penjernihan dan Filtrasi
Minyak yang telah dicuci kemudian dilakukan tahap kedua, yaitu penjernihan. Pada
tahap ini, minyak dimasukkan ke dalam bejana silindris dengan pengaduk yang dinamakan
bleacher. Minyak tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 90 ºC di bawah kondisi vakum.
Minyak tersebut dievaporasi hingga kering. Minyak yang kering kemudian ditambahkan
karbon aktif sehingga karbon aktif tersebut akan mengadsorpsi warna dari minyak. Campuran
minyak dan agen pemutih di lakukan tahap filtrasi untuk memisahkan adsorben dari minyak.
Minyak yang diperoleh lebih jernih dari awal.
3) Penghilangan Bau
Minyak setelah dilakukan tahap penjernihan masih mengandung beberapa bahan yang
menyebabkan bau, sehingga perlu dilakukan tahap deodorisasi. Minyak yang jernih
dimasukkan ke dalam bejana silindris yang dinamakan deodorizer. Deodorizer dijaga pada
kondisi vakum yang tinggi kemudian dipanaskan pada suhu 200 ºC dengan tekanan yang
tinggi. Senyawa yang volatil akan menguap dengan beberapa pembawa. Minyak ini
kemudian didinginkan dan dijernihkan melewati mesin penyaring untuk mendapatkan
minyak yang bening.
A.2 Pemurnian (Refining) Fisika
Pemurnian secara fisika adalah metode alternatif dimana cara penghilangan asam
lemak bebas dilakukan dengan destilasi pada temperatur yang tinggi dan vakum yang rendah.
Cara ini menggantikan penambahan basa pada metode pemurnian kimia. Penjernihan secara
fisika juga dapat dikatakan sebagai deasidifikasi dengan destilasi uap dimana asam lemak
bebas dan senyawa volatil lainnya di pisahkan dari minyak menggunakan agen stripping yang
efektif. Pada tahap pemurnian fisika, FFA di hilangkan pada tahap akhir. Kelebihan
pemurnian fisika dibanding kimia adalah :
5
Deodorisasi 2012
a. Physical refining sesuai untuk minyak dengan FFA tinggi atau minyak kelapa sawit
dan minyak sekam padi.
b. Looses pada chemical refining sangat tinggi, terutama minyak dengan FFA tinggi
diproses secara fisika (tanpa proses kaustik). Proses-proses yang dilakukan yaitu
degumming, bleaching, dan deodorisasi, dengan kondisi operasi pada umumnya 0,5
torr vakum, dapat mengurangi FFA hingga dibawah 0,1 % dan jernih tanpa bau.
c. Tidak menghasilkan sabun (seperti dalam proses kimia) yang membutuhkan proses
lebih lanjut. Namun langsung menghasilkan produk sampingan DFA (Distilled Fatty
Acid) yang dapat langsung digunakan oleh pabrik sabun. Dan juga tidak memerlukan
air pencucian yang sangat baik untuk plant water treatment, sehingga bebas polusi.
Gambar 1.2 Kelebihan Physical Refining
B. Sifat – Sifat Minyak dan Lemak
B.1 Sifat Fisika
1. Warna
Warna pada minyak dan lemak disebabkan oleh adanya pigmen karena asam
lemak dan trigliserida sendiri tidak memiliki warna. Warna kuning disebabkan adanya
pigmen karoten yang larut dalam minyak atau lemak. Karoten merupakan
hidrokarbon yang polyunsaturated (sangat tidak jenuh). Karoten tidak stabil pada
6
Deodorisasi 2012
suhu tinggi dan minyak diolah dengan menggunakan uap panas, maka karoten akan
kehilangan warnanya. Karoten tidak terpisahkan dengan proses oksidasi, akan tetapi
karoten dapat diserap oleh beberapa absorben seperti bleaching earth sehingga
minyak atau lemak tersebut tidak berwarna kuning lagi. Warna gelap yang terdapat
pada beberapa minyak yang telah mengalami kerusakan oksidatif, disebabkan karena
terjadinya proses oksidasi tokopherol yang terdapat pada minyak atau lemak.
2. Kelarutan
Minyak dan lemak tidak dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor
oil). Minyak dan lemak hanya sedikit yang larut dalam alkohol, tetapi akan melarut
sempurna dengan etil eter, karbon disulfida dan pelarut halogen lainnya. Pelarut ini
memiliki sifat nonpolar sebagaimana halnya minyak dan lemak. Kelarutan dari
minyak dan lemak ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dan
lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak. Asam-asam lemak yang
berantai pendek dapat larut dalam air, semakin panjang rantai asam lemak, maka
kelarutan dalam air semakin berkurang.
3. Titik cair dan polimerisasi
Asam lemak tidak memperlihatkan kenaikan titik cair yang linear dengan
bertambah panjangnya rantai karbon. Asam lemak dengan ikatan trans mempunyai
titik cair yang lebih tinggi dari pada isomer asam lemak yang berikatan cis.
Polimorphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih
dari satu kristal. Polimorphism sering dijumpai pada beberapa komponen yang
mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan kristal-kristal tersebut sangat sukar
namun demikian untuk beberapa komponen, bentuk dari kristal sudah dapat diketahui.
Polimorphism sangat penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak dan
asam-asam lemak beserta ester. Untuk selanjutnya polimorphism mempunyai peranan
penting dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemak.
4. Titik didih
Titik didih dari asam-asam lemak akan bertambah besar dengan bertambahnya
rantai karbon dari beberapa asam lemak tersebut.
5. Berat jenis
7
Deodorisasi 2012
Berat jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0C
akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40 atau
60 0C untuk lemak yang titik cairnya tinggi. Pada penentuan berat jenis, temperatur
dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek.
6. Indeks bias
Indeks bias adalah derajat penyimpanan dari cahaya yang dilewatkan pada
suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai untuk
pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak atau lemak. Abbe
refractometer mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada 25 0C. Untuk
pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, dilakukan pada temperatur 40
atau 60 0C, selama pengukuran temperatur harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias ini
akan meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga
dengan terdapatnya jumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga
akan bertambah dengan meningkatnya berat molekul, selain dengan naiknya
ketidakjenuhan dari asam-asam lemak tersebut.
7. Aroma dan rasa
Aroma dan rasa pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami juga
terjadi karena terdapatnya asam-asam yang berantai sangat pendek sekali sebagai
hasil penguraian yang menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak.
8. Titik lebur (Melting point)
Titik lebur pada minyak atau lemak akan semakin tinggi dengan semakin
panjangnya rantai atom C.
9. Odor dan flavor
Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alamiah, juga
terjadi karena pembentukan asam-asam berantai pendek sebagai hasil dari penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya odor dan flavor ini
disebabkan oleh komponen bukan minyak.
10. Titip asap, titik nyala, dan titik api
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap
tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat
8
Deodorisasi 2012
campuran uap dan minyak dengan udara mula terbakar. Sedangkan titik api adalah
temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus sampai habisnya
contoh uji.
11. Shot melting point
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak atau lemak. Pada umumnya minyak atau lemak mengandung komponen yang
berpengaruh terhadap titik cairnya.
B.2 Sifat Kimia
1. Hidrolisa
Dalam proses hidrolisa minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas. Proses hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada minyak atau
lemak karena terdapatnya sejumlah air pada minyak atau lemak tersebut. Proses ini
dapat mengakibatkan terjadinya hydrolitic rancidity yang menghasilkan aroma dan
rasa tengik pada minyak atau lemak. Untuk menentukan tingkat ketengikan minyak
atau lemak dapat ditentukan dengan menghitung jumlah peroksida di dalam minyak
atau lemak. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat
ketengikan suatu minyak.
Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi yang
menggunakan larutan tiosulfat sebagai pentiter.
(Wildan, 2002)
2. Oksidasi
Reaksi ini menyebabkan ketengikan pada minyak atau lemak. Terdapatnya
sejumlah oksigen dan logam-logam seperti tembaga (Cu), seng (Zn) serta logam
lainnya yang bersifat sebagai katalisator oksidasi minyak atau lemak. Proses oksidasi
9
Deodorisasi 2012
ini akan bersifat sebagai penyebab terbentuknya aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak disenangi. Proses ini juga
menyebabkan terbentuknya peroksida. Untuk mengetahui tingkat ketengikan minyak
atau lemak dapat ditentukan dengan menentukan jumlah peroksida yang terbentuk
pada minyak atau lemak. Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi
yang menggunakan larutan tiosulfat sebagai pentiter.
(Wildan, 2002)
3. Hidrogenasi
Tujuan dari proses ini adalah untuk menjernihkan ikatan rangkap dari rantai
karbon atom C asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi ini berlangsung dengan
menggunakan hidrogen murni ditambah dengan serbuk nikel sebagai katalisator yang
mengakibatkan kenaikan titik cair dari asam lemak dan juga menjadikan minyak atau
lemak tahan terhadap oksidasi akibat hilangnya ikatan rangkap.
4. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak trigliserida
kedalam bentuk ester. Minyak dan lemak juga mengandung komponen non-
trigliserida dalam jumlah kecil. Komponen non-trigliserida akan menyebabkan aroma,
warna dan rasa yang kurang disenangi konsumen. Komponen-komponen non-
trigliserida ini adalah :
Komponen yang larut dalam lemak, merupakan sapmatter atau senyawa-
senyawa yang dapat mengalami saponifikasi.
Misalnya : asam-asam lemak bebas, pigmen, gliserol, pospatida, dan lendir.
Komponen yang tersuspensi merupakan unsapmatter atau senyawa-senyawa
yang tidak dapat mengalami saponifikasi.
10
Deodorisasi 2012
Misalnya : karbohidrat serta senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen.
C. Deodorisasi
Deodorisasi merupakan proses untuk memisahkan aroma dan bau dari minyak.
Prinsip dari proses deodorisasi yaitu distilasi minyak oleh uap dalam keadaan hampa udara.
Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang menimbulkan bau mudah diuapkan, kemudian
melalui aliran uap komponen-komponen tersebut dipisahkan dari minyak. Komponen-
komponen yang dapat menimbulkan rasa dan bau dari minyak antara lain aldehida, keton,
alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, bahan lain hasil dekomposisi
peroksida, pigmen dan minyak esensial yang jumlahnya sekitar 0,1 persen dari berat minyak.
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil,
dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau
campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan
pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin,
karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi
tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan
pada sistem distilasi ini.
Deodorisasi sebagai tahap terakhir dalam pemurnian minyak, merupakan proses
pelucutan oleh uap air (steam). Uap panas yang digunakan merupakan uap kualitas baik (1-
3% dari minyak), yang dibangkitkan dari air umpan yang telah dideaerasi dan mengalami
perlakuan tertentu, yang kemudian diinjeksikan ke dalam minyak pada suhu tinggi (252-
266oC) dan kevakuman tinggi (<6 mmHg). Manfaat pemberian uap langsung menjamin
pembuangan sisa-sisa asam lemak bebas, aldehida dan keton. Pada kondisi ini peroksida
terdekomposisi dan asam-asam lemak bebas serta senyawa-senyawa odor akan teruapkan.
Pemucatan minyak oleh panas dilakukan dengan menjaga minyak selama 15-60 menit pada
suhu tinggi untuk memastikan terjadinya dekomposisi pigmen karotenoid. Selama proses
deodorisasi, mungkin terjadi beberapa reaksi yang dikehendaki, tetapi terdapat pula reaksi
yang tidak diinginkan seperti hidrolisis lemak, polimerisasi dan isomerisasi. Oleh karena itu,
suhu deodorisasi harus secara hati-hati dikendalikan untuk mencapai kualitas akhir minyak