Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah kondisi dimana kelenjar tiroid yang terlalu
aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon
tiroid yang beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu
kondisi keracunan yang disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon
tiroid. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang
berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau produksi hormon-hormon
tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Penyebab-Penyebab Hipertiroid
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:
Penyakit Graves
Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter
(TMNG)
Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid
Pengeluaran yang abnormal dari TSH
Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
Pemasukkan yodium yang berlebihan
Penyakit Graves
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang
berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah
penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini,
kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah
kehilangan kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal
oleh kelenjar pituitari via TSH.Pencetus-pencetus untuk penyakit
Grave termasuk:
stres
merokok
radiasi pada leher
obat-obatan dan
organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti
virus-virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid
dengan obat nuklir yang standar yang menunjukkan secara panjang
lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel
dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin
mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat.
Penyakit Grave' mungkin berhubungan dengan penyakit mata
(Graves' ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy).
Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah, atau pada saat yang
sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia mungkin menyebabkan
kepekaan terhadap cahaya dan suatu perasaan dari "ada pasir didalam
mata-mata". Mata-mata mungkin menonjol keluar dan penglihatan ganda
(dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy diperburuk pada
mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak
tergantung dari penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu
untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan ophthalmopathy.
Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan.
Kondisi kulit (dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam
kulit yang tanpa sakit, merah, tidak halus yang tampak pada muka
dari kaki-kaki.
Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter
Kelenjar tiroid (seperti banyak area-area lain dari tubuh)
menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita menua. Pada kebanyakan
kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi hormon-hormon
tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan
mungkin menjadi "otonomi", yang berarti bahwa ia tidak merespon
pada pengaturan pituitari via TSH dan memproduksi hormon-hormon
tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih
besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang
memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu
functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning nodule,
istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning
nodules mungkin siap dideteksi dengan suatu thyroid scan.
Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan
Mengambil terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah
sungguh umum. Dosis-dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan
seringkali tidak terdeteksi disebabkan kurangnya follow-up dari
pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang lain
mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai
tujuan-tujuan lain seperti menurunkan berat badan. Pasien-pasien
ini dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu pengambilan
yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu
thyroid scan.
Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan
suatu pengeluaran dari TSH (thyroid stimulating hormone) yang
abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar
tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah
sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain
dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi kekacauan ini,
seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai
pelepasan dari TSH.
Tiroiditis (peradangan dari tiroid)
Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu
penyakit virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungan
dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada
waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin
ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri yang disama ratakan.
Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih
dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga
terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi ini, peradangan meninggalkan
kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk
ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum
setelah suatu kehamilan dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai
dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus
ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan
seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang
rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari
wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi
tiroid yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu
thyroid scan.
Pemasukkan Yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon
tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid.
Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya
terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid
abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone
(Cordarone), yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan
jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin
berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.
Gejala-Gejala Hipertiroid
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan
gejala-gejala; bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang
ringan biasanya tidak mengalami gejala-gejala. Pada pasien-pasien
yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-tanda dan gejala-gejala yang
khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi
lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala
biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan kecepatan metabolisme
tubuh.
Gejala hipertiroid
UMUM
BB turun
Keletihan, apatis
Berkeringat, tidak tahan panas
Kardiovaskular
Palpitasi, sesak nafas, angina
Gagal jantung
Sinus takikardia, fibrilasi atrium
nadi kolaps
Neuromuskular
gugup, agitasi
tremor, koreoatetosis
psikosis
Kelemahan otot, myopati proksimal
paralisis periodik
Myastenia gravis
Gastrointestinal
BB turun meski nafsu makan meningkat
diare, steatore, muntah
Reproduksi
Oligomenorea
Infertilitas
Kulit
Pruritus
Eritema palmaris
Miksedema pretibial
Rambut tipis
Struma
difus dengan/tanpa bising
nodosa
Mata
lid retraction, lid lag
periorbital puffiness
lakrimasi meningkat dan grittiness of eyes
Kemosis
Proptosis, ulserasi kornea
ophtalmegia, diplopia
edema papil, penglihatan kabur
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang
tidak teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang
paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin berakibat
pada "thyroid storm," suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah
tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental,
seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi
Mendiagnosis Hipertiroid
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
gemetaran-gemetaran,
keringat berlebihan,
kulit yang seperti beludru halus,
rambut halus,
suatu denyut jantung yang cepat dan
suatu pembesaran kelenjar tiroid.
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu
tatapan yang karekteristik disebabkan oleh peninggian dari
kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut
biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama
pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata.
Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah diperlukan untuk
mengkonfirmasi diagnosisnya.
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur
secara langsung dan biasanya meningkat dengan hipertiroid.
Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah
pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon
tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur untuk turun dan tingkat
TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi produksi hormon
tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat
yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid.
Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang
berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan
TSH, maka tingkat-tingkat TSH akan menjadi tingginya tidak normal.
Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai "hipertiroid sekunder".
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat
mengkonfirmasi kehadiran dari hormon tiroid yang berlebihan, mereka
tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada kelibatan
yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit Graves
adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk
penyakit Graves) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang
dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat
membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang mendasarinya.
Investigasi-investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus.
Merawat Hipertiroid
Pilihan-pilihan untuk merawat hipertiroid termasuk:
Merawat gejala-gejala
Obat-obat anti-tiroid
Yodium ber-radioaktif
Merawat gejala-gejala secara operasi
Merawat gejala-gejala
Ada tersedia obat-obat untuk merawat segera gejala-gejala yang
disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon tiroid, seperti suatu
denyut jantung yang cepat. Satu dari golongan-golongan utama
obat-obat yang digunakan untuk merawat gejala-gejala ini adalah
beta-blockers [contohnya, propranolol (Inderal), atenolol
(Tenormin), metoprolol (Lopressor)]. Obat-obat ini
menetralkan/meniadakan efek-efek dari hormon tiroid untuk
meningkatkan metabolisme, namun mereka tidak merubah
tingkat-tingkat hormon-hormon tiroid dalam darah. Seorang dokter
menentukan pasien-pasien mana yang dirawat berdasarkan pada
sejumlah faktor-faktor tak tetap (variables) termasuk penyebab yang
mendasari hipertiroid, umur pasien, ukuran kelenjar tiroid, dan
kehadiran dari penyakit-penyakit medis yang ada bersamaan.
Obat-obat Anti-Tiroid
Ada dua obat-obat antitiroid utama tersedia untuk penggunaan di
Amerika, methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil ( PTU).
Obat-obat ini berakumulasi di jaringan tiroid dan menghalangi
produksi hormon-hormon tiroid. PTU juga menghalangi konversi dari
hormon T4 ke hormon T3 yang secara metabolisme lebih aktif. Risiko
utama dari obat-obat ini adalah penekanan sekali-kali dari produksi
sel-sel darah putih oleh sumsum tulang (agranulocytosis). Sel-sel
putih diperlukan untuk melawan infeksi. Adalah tidak mungkin untuk
memberitahukan jika dan kapan efek sampingan ini akan terjadi, jadi
penentuan sel-sel darah putih dalam darah secara teratur adalah
tidak bermanfaat.
Adalah penting untuk pasien-pasien mengetahui bahwa jika mereka
mengembangkan suatu demam, suatu sakit tenggorokan, atau
tanda-tanda apa saja dari infeksi ketika meminum methimazole atau
propylthiouracil, mereka harus segera mengunjungi seorang dokter.
Ketika ada suatu kekhwatiran, risiko sebenarnya dari mengembangkan
agranulocytosis adalah lebih kecil dari 1%. Pada umumnya,
pasien-pasien harus ditemui oleh dokter pada interval-interval
bulanan selama meminum obat-obat antitiroid. Dosis disesuaikan
untuk mempertahankan pasien sedekat mungkin pada suatu keadaan
tiroid yang normal (euthyroid). Sekali dosis stabil, pasien-pasien
dapat ditemui pada interval-interval tiga bulan jika terapi jangka
panjang direncanakan.
Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk
pasien-pasien dengan penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin
sebenarnya sembuh dibawah perawatan tanpa memerlukan radiasi tiroid
atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun, data
menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika penyakitnya
sembuh, kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat
antitiroid tidak diperlukan.
Studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa menambah
suatu pil hormon tiroid pada obat antitiroid sebenarnya berakibat
pada angka-angka kesembuhan yang lebih tinggi. Dasar pemikiran
untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar
untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih
tinggi dapat diberikan, yang mungkin menekan sistim imun yang aktif
berlebihan pada orang-orang dengan penyakit Graves. Tipe terapi ini
tetap kontroversiil (tetap diperdebatkan), bagaimanapun. Ketika
terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus terus menerus
ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun pertama, karena
suatu kekambuhan dari penyakit Graves adalah mungkin dalam waktu
periode ini. Jika seorang pasien kambuh, terapi obat antitiroid
dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau operasi
mungkin dipertimbangkan.
Yodium ber-radioaktif
Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut,
dengan pil atau cairan) pada suatu dasar satu kali untuk mengablasi
(ablate) suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium yang diberikan
untuk perawatan ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan
yodium yang digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotope
yodium 131 digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123
digunakan. Yodium ber-radioaktif diberikan setelah suatu scan
yodium rutin, dan pengambilan yodium ditentukan untuk
mengkonfirmasi hipertiroid. Yodium ber-radioaktif diambil oleh
sel-sel aktif dalam tiroid dan menghancurkan mereka. Karena yodium
diambil hanya oleh sel-sel tiroid, penghancuran hanya lokal, dan
tidak ada efek-efek sampingan yang menyebar luas dengan terapi
ini.
Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan
aman untuk lebih dari 50 tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk
tidak menggunakannya hanya adalah kehamilan dan menyusui. Bentuk
dari terapi ini adalah pilihan perawatan untuk kekambuhan penyakit
Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang parah,
mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan
pasien-pasien yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid.
Yodium ber-radioaktif harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien-pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan dengan mata
karena studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit
mata mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih
untuk hamil setelah ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu
8-12 bulan setelah perawatan sebelum hamil.
Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan
dengan suatu dosis tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu
antara 8 sampai 12 minggu untuk tiroid menjadi normal setelah
terapi. Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk perawatan
ini. Ketika suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin
terlihat sampai dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium
ber-radioaktif, jika ia menetap dengan gigi lebih lama dari enam
bulan, terapi penggantian tiroid (dengan T4 atau T3) biasanya
dimulai.
Operasi
Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial
thyroidectomy) pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang
umum perawatan hipertiroid. Tujuannya adalah untuk mengangkat
jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu
produksi hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin
berakibat. Pada kasus ini, terapi penggantian tiroid dimulai.
Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan dari
jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan
pita-pita suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil
pada leher yang mengatur tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh
(kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini
yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat
kalsium yang rendah dan memerlukan terapi penggantian kalsium.
Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat
antitiroid, operasi untuk hipertiroid adalah tidak seumum seperti
sebelumnya. Operasi adalah memadai untuk:
pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi
utama yang kurang baik terhadap obat-obat antitiroid.
pasien-pasien dengan kelenjar-kelenjar tiroid yang sangat besar
dan pada mereka yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber dari
penekanan dari jaringan-jaringan yang berdekatan pada tiroid,
seperti kesulitan menelan, keparauan suara, dan sesak napas.
KomplikasiBadai tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat
berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba.
Badai tiroid bisa menyebakan:
demam
kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa
kegelisahan
perubahan suasana hati
kebingungan
perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat
berbahaya dan memerlukan tindakan segera.Tekanan yang berat pada
jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal (aritmia) dan syok.
Badai tiroid biasanya terjadi karena hipertiroidisme tidak
diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu
oleh:
infeksi
trauma
pembedahan
diabetes yang kurang terkendali
ketakutan
kehamilan atau persalinan
tidak melanjutkan pengobatan tiroid
stres lainnya.
SEBELUMNYA
SELANJUTNYA
ANATOMI DAN SEKRESI TIROID
HIPOTIROID
Posted by servasius epi at 5:58 PM Links to this post Labels:
METABOLIK ENDOKRIN, VIDEO medis
HIPERTIROID PADA MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR) : PATOGENESIS
DAN PENATALAKSANAAN
MOLAHIDATIDOSA DAN HIPERTIROID
PENDAHULUAN
Mola hidatidosa dengan hipertiroidi merupakan kesatuan penyakit
yang dapat membawa masalah karena menyangkut dua macam penyakit,
karena gambaran klinisnya lain dengan hipertiroidi pada umumnya.
Tanpa kewaspadaan yang kuat, maka hipertiroidi dapat lolos dari
pengamatan dan dapat membahayakan hidup dengan timbulnya krisis
tiroid.
Mola hidatidosa dilihat menggunakan tomografi terkomputasi
Hipertiroidi dikenal dapat menjadi penyulit pada penyakit
trofoblast gestasional (PTG), baik pada khoriokarsinoma maupun pada
mola hidatidosa (MH). Banyak dilaporkan kasus PTG dengan
hipertiroidi biasa atau yang disertai komplikasi berat umpamanya
payah jantung akut, atau yang jatuh dalam krisis tiroid pasca
tindakan operasi atau pasca kuretase
HIPERTHYROID DAN MOLAHIDATINOSA
Hiperthyroid disebabkan pengaruh peningkatan yang berlebihan
dari hormon thyroid di sirkulasi dan jaringan. Bila regulasi hormon
thyroid gagal mengendalikan jumlah hormon thyroid maka jumlah yang
berlebihan menimbulkan stimulasi yang berlebihan terutama terhadap
sistem simpatis/ kardiovaskuler.
Gejala hipertiroid selain dipengaruhi etiologi yang mendasari,
umumnya terjadi peningkatan respon simpatis seperti takhikardi,
peningkatan denyut nadi, aritmia, atrial fibrilasi, mula mula
terjadi peningkatan kontraktilitas dan ejeksi ventrikel kiri tetapi
kemudian dapat terjadi gagal ventrikel kiri. Selain itu terjadi
hipercalcemia, thrombositopenia dan anemia. Gejala konstitusi
ditemukan badan hangat, intoleransi panas, tremor, nervousness,
lemah badan, kehilangan BB dan sering diare.
Penyebab hipertiroidisme sebagian besar adalah penyakit Graves,
struma multinoduler toksik, dan adenoma toksik. Hipertiroidisme
pada penyakit Graves adalah akibat adanya antibodi reseptor TSH
yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada struma multinoduler
toksik ada hubungannya dengan otonomi tiroid itu sendiri. Adapula
hipertiroidisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari
pituitaria, namun ini jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3
toksikosis mungkin diakibatkan oleh deyodinasi dari T4 pada tiroid
atau meningkatnya T3 pada jaringan di luar tiroid.
Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan.
Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan respon
terhadap hormon tiroid secara berlebihan yang dapat timbul spontan
atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan, sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
kelenjar tiroid itu sendiri.
Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal
berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan
janin. Bakal janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa.
Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal janin tersebut
mirip dengan gerombolan buah anggur.
Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang
berasal dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas
plasenta) dan diserai dengan degenerasi kistik villi serta
perubahan hidropik. Trofoblas adalah sel pada bagian tepi ovum (sel
telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding
rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi
makan hasil pembuahan. Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti,
amun diduga karena kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah
rahim.
Hipertiroidi pada mola hidatidosa mempunyai sifat khusus yaitu
:
Gejala dan tanda hipertiroidi biasanya hampir tidak ada atau
sangat minimal , meskipun pemeriksaan laboratorik jelas menunjukkan
hiperfungsi tiroid.
Berlangsung cepat.
Penderita mola hidatidosa dengan peningkatan kadar hormon tiroid
berada dalam resiko tinggi dan manifestasi klinis dapat timbul
mendadak serta dengan adanya stress tambahan dapat cepat memberat
hingga terjadi krisis tiroid. Bahaya ini harus dikenal dalam
mengelola penderita penyakit trofoblas yang klinis tampak
eutiroid.
Krisis tiroid terjadi pasca kuretase dijumpai oleh Sujono dkk
yang mendapatkan 2 penderita dengan gambaran klinik hipertiroidi
yang jatuh ke dalam krisis tiroid, seorang meninggal. Kariadi dan
Ngantung melaporkan hipertiroidi klinis pada 33 diantara 355
penderita MH atau 9,6%. Diantara yang 33 tersebut 10 meningggal dan
6 diantaranya dengan dugaan kuat suatu krisis pasca kuretase.
HUBUNGAN MOLA HIDATIDOSA DAN HIPERTIROIDI
Pada keadaan biasa kelenjar tiroid mengeluarkan 2 jenis hormon
yaitu tiroksin (T4) dan triyodotiroin (T3). Sintesis dan
pengeluaran hormon-hormon tersebut diatur oleh Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) yang berasal dari hipofisis lobus anterior. Didalam
darah kadar hormon tersebut sebagian besar terikat pada protein dan
hanya sedikit yang berupa T4 dan T3 bebas. Ikatan dengan protein
tersebut biasa berbentuk Thyroid Binding Globulin (TBG), Thyroid
Binding Prealbumin (TBPA) dan Thyroid Binding Albumin (TBA). T3
mempunyai aktivitas biologis 4-5 kali lebih kuat dari pada T4,
mungkin karena ikatan dengan protein tidak begitu kuat.
Kadar T4 bebas dalam serum adalah 2 mg/100 ml yang merupakan
0,03% dari jumlah seluruhnya, sedangkan T3 mempunyai kadar 10 kali
T4. yang menentukan terjadinya gejala-gejala hipertiroidi klinis,
bukan tingginya kadar hormon tiroid secara keseluruhan, melainkan
kadar T4 dan T3 bebas.
Peningkatan kadar T4 dan T3 dapat terjadi oleh beberapa hal,
misalnya pada penyakit Graves, karena ada stimulator yang dibentuk
dalam kelenjar tiroid sendiri yang disebut Long Acting Thyroidi
Stimulator (LATS).
Pada kehamilan biasa, plasenta membentuk Thyroid Stimulating
Peptide yang disebut Human Chorionic Thyrotropin (HCT). Pada
trimester-1, T4 meningkat antara 7-12 mg/100 ml, sedangkan T3 tidak
terlalu banyak meningkat, tetapi yang meningkat adalah TBG,
sedangkan hormon bebasnya hanya meningkat sedikit. Agaknya yang
menyebabkan perubahan ini adalah kadar estrogen yang meninggi pada
kehamilan.
Pada penyakit trofoblas baik mola maupun PTG perubahan fungsi
tiroid lebih menonjol lagi. Kadar T4 dalam serum biasanya melebihi
12 mg/100 ml, tetapi kadar TBG sendiri lebih rendah dibandingkan
dengan pada kehamilan biasa. Akibatnya kadar T4 bebas lebih
tinggi.
Terjadinya hiperfungsi tiroid pada penyakit trofoblas disebabkan
adanya stimulator yang dibentuk dalam jaringan trofoblas yang
disebut trophoblastic thyrotropin. Hershman menyebutkan molar
thyrotropin, bila hal itu terjadi pada mola hidatidosa.
Penderita penyakit trofoblast gestasional (PTG)khususnya
molahaditinosa yang mengalami hiperfungsi tiroid dapat dibagi dalam
2 kategori, yaitu :
1. kenaikan fungsi tiroid (biokimiawi) tanpa gejala klinis
hipertiroidi (eumetabolic hyperthyroidism)
2. hipertiroidi.
Trophoblastic Thyrotropin mempunyai inaktivitas lebih panjang
dari TSH, tapi lebih pendek dari LATS, bukan merupakan suatu IgG
dan tidak mengadakan reaksi silang denganTSH manusia maupun sapi.
Higgins dan Hershman menyangka bahwa trophoblastic thyrotropin ini
adalah HCG sendiri pula pendapat Cave dan Dunn.
Menurut Higgins, pada penderita mola dengan hipertiroidi
ditemukan kadar HCG selalu melebihi 300 IU/ml.
GAMBARAN KLINIK MOLA HIDATIDOSA DENGAN HIPERTIROID
Kehamilan mola biasanya disertai dengan adanya perdarahan pada
trimester pertama, kehamilan ektopik, atau ancaman keguguran.
Uterus lebih membesar, tidak sesuai dengan umur kehamilan , dan
titer hCG lebih tinggi dari biasanya. Bagian dari janin dan suara
jantung tidak dijumpai. Pasien yang dicurigai sebagai kehamilan
mola memerlukan foto toraks , pemeriksaan pelvis yang hati-hati,
dan monitoring kadar hCG setiap minggu.
Gangguan fungsi tiroid yang dapat terjadi pada mola hidatidosa
adalah :
Kenaikan minimal T4 dan T3
Kenaikan sedang hormon tiroid tanpa gejala hiperfungsi
tiroid
Kenaikan hormon tiroid yang hebat dengan gejala hipertiroid yang
hebat.
Krisis tiroid
Namun sekarang ini, kalau kita simak ketentuan nomor 2 dan 3 ,
dan kalau ditinjau kembali kasus-kasus yang pernah dilaporkan ,
maka ada beberapa hal lagi yang kurang tepat yaitu bahwa tingginya
hormon tiroid tidak menjamin hebatnya gejala hiperfungsi tiroid
yang nampak.
Hal lain lagi yang perlu ditambahkan adalah bahwa gangguan
fungsi tiroid yang paling awal dan dapat terjadi pada mola
hidatidosa ialah hipertiroidi subklinik yang ditandai oleh kadar
TSH yang rendah sekali dan kadar hormon tiroid yang normal. TSH
yang rendah ini dinyatakan dengan pemeriksaan TSH sensitif atau TSH
IRMA yang 0,1mU/ml atau dengan TSH konvensional (TSH-RIA) rendah
yang tidak memberikan respon pada tes stimulasi TRH.
DIAGNOSIS HIPERTIROIDI PADA MOLA HADITINOSA
Seperti telah diuraikan diatas, hipertiroidi itu dapat bersifat
peningkatan fungsi tiroid saja (biokimiawi) atau dapat juga
disertai dengan gejala-gejala klinis. Secara biokimiawi,
diagnosisnya ditegakkan bila kadar T4 dan T3 melebihi batasan
sebagai berikut.
Dianggap ada peningkatan bila 2 atau lebih dari gambar ini
ditemukan :
1. Serum T4 melebihi 180,0 nmol/ l, thyroid capacity normal atau
menurun
2. Serum T3 lebih besar dari 3,5 nmol/ l
3. Indeks Tiroksin bebas lebih dari 190 nmol/ l
Diagnose pasti hyperthyroidi adalah dengan pemeriksaan
laboratorium yaitu adanya peningkatan hormon thyroid diatas batas
normal. Sedangkan diagnose secara klinis dapat ditegakkan dengan
menggunakan Waynes Index, dimana gejala-gejala hyperthyroidi diberi
angka positif sedangkan gejala-gejala yang tidak ada diberi angka
negatif. Waynes Index adalah jumlah dari semua angka bila: - Jumlah
dibawah angka 11 : euthyroid - Jumlah antara 11-18 : meragukan -
Jumlah diatas 19 : hyperthyrooidi
WAYNES INDEX
Symptoms Score
- Dyspnea on effort (+1)
- Palpitationes (+2)
- Tiredness (+2)
- Preference for heat (-5)
- Preference for cold (+5)
- Excessive sweating (+3)
- Nervousness (+2)
- Appetite increased (+3)
- Appetite decreased (-3)
- Weight increased (-3)
- Weight decreased (+3)
Sign
- Palpable thyroid ( ada +3/ tidak ada 3)
- Bruit over thyroid ( ada +2/ tidak ada 2)
- Exophthalmus ( ada +2) - Lid retraction ( ada +2)
- Lid lag ( ada +1)
- Hyperkinesis ( ada +4/ tidak ada 2)
- Hands hot ( ada +2/ tidak ada 2)
- Hands moist ( ada +1/ tidak ada 1)
- Pulse rate more than 80/min ( tidak ada 3)
- Pulse rate more than 90/min ( ada +3)
- Atrial fibrilation ( ada +4)
Diagnosis hipertiroidi klinis ditegakkan dengan menggunakan
Index Wayne atau Newcastle. Tetapi Norman RJ menggunakan
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Takhikardi
2. Keringat berlebihan
3. Tremor halus
4. Tidak tahan panas
5. Miopati proksimal
6. Berat badan turun
7. Refleks hiperplastis
Pada mola hidatidosa, adanya hipertiroidi sukar ditegakkan
karena harus dibedakan dengan preeklampsi, anemia, dan lain-lain.
Pada penyakit trofoblast gestasional (PTG), baik pada
khoriokarsinoma maupun pada mola hidatidosa (MH), pertama-tama kita
harus menegakkan diagnosis PTG secara klinis, laboratorium maupun
histopatologis, baik yang disertai metastasis maupun yang tidak,
kemudian baru dicari tanda-tanda hipertiroidi, baik kimiawi maupun
klinis. Higgins dan Hershman memperingatkan agar Hipertiroidi dan
Penyakit Trophoblas Ganas.
Kita waspada dan menganggap semua panderita dengan kadar hormon
tasi hipertiroidi klinis dapat terjadi secara tiba-tiba. Gambaran
klinis yang ringgan bisa berubah menjadi krisis tiroid secara
cepat. Bahaya ini harus diperhitungkan pada waktu pengobatan PTG
yang secara klinis nampaknya meutiroidi.
PATOGENESIS ATAU PROSES TERJADINYA
Dalam usaha menerangkan patogenesis hipertiroid pada mola
hidatidosa , maka para peneliti telah mengamati bahwa hiperfungsi
tiroid menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan. Hal ini
menyokong pendapat bahwa stimulator tiroid adalah zat yang
dihasilkan oleh jaringan mola. Zat ini yang kemudian dapat diisolir
disebut sebagai human chorionic gonadothropin (hCG) dan molar TSH.
Kemudian ternyata bahwa penurunan fungsi tiroid adalah bersamaan
dengan turunnya kadar hCG, maka diduga bahwa stimulator tiroid
adalah hCG yang merupakan stimulator tiroid yang lemah.
Namun dari berbagai penelitian ternyata tidak ada keseragaman
tentang aktivitas tirotropik tersebut. Ada yang menyatakan bahwa
aktivitas hCG adalah setara dengan 0,2 mU TSH / U hCG. Higgins
menyatakan bahwa dalam kadar lebih dari 300.000 mU/ ml hCG
menimbulkan hipertiroidi klinis pada penderita mola hidatidosa.
Meskipun hCG dinyatakan sebagai stimulator tiroid, tetapi
beberapa peneliti menemukan bahwa tidak selamanya ada korelasi yang
bermakna antara kadar hCG dan tingginya hormon tiroid, dan
berpendapat mungkin bukan hCG yang merupakan stimulator
tersebut.
Amir mendapatkan bahwa preparat hCG yang kasar dapat menghambat
perangsangan TSH pada siklase adenilat pada plasma membran sel
tiroid sedangkan hCG yang dimurnikan tidak mempunyai daya tersebut.
Mann dan Kletzky (1986) mendapatkan bahwa yang mempunyai daya
stimulasi tersebut adalah varian asam ( acidic variant ) hCG.
Uchimura menduga bahwa mungkin suatu zat yang dihasilkan bersama
dengan hCG beta yang mempunyai aktivitas stimulasi steroid.
Mengenai penyebab mengapa tidak semua penderita mola hidatidosa
dengan hipertiroid menunjukkan gejala klinik, belum ada keterangan
yang pasti, namun ada dugaan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
waktu yang singkat atau mungkin karena suatu resistensi jaringan
terhadap hormon tiroid
PENATALAKSANAAN
Ada 2 masalah yang mungkin dihadapi oleh penderita hipertiroidi,
yaitu :
1. Penderita direncanakan untuk menjalani pembedahan kelenjar
gondok dalam rangka penyembuhan penyakitnya
2. Penderita mengalami pembedahan untuk penyakit yang lain ,
dalam keadaan hipertiroid yang belum terkontrol.
Masalah ini dianggap penting karena :
Penanganan penderita ini memerlukan kerjasama yang sebaik
baiknya antara ahli penyakit dalam (endokrinologis), bedah dan
anestesi.
Apabila terjadi penyulit berupa badai tiroid , angka kematiannya
cukup tinggi (25 70%).
Pada penderita penyakit trofoblast gestasional (PTG), baik pada
khoriokarsinoma maupun pada mola hidatidosa (MH) sebelum dilakukan
pengobatan perlu ditentukan dulu keadaan penderita, dilihat dari
luas penyebaran penyakit, kadar HCG dan ada atau tidaknya
komplikasi. Bila disertai tiroktosikosis harus ditentukan
keberhasilan pengobatan.
Pengobatan utama mola hidatidosa adalah pengeluaran jaringan
mola. Apabila disertai hipertiroidi, timbul dilemma yaitu bahwa
tindakan evakuasi (kuretase) dapat merupakan faktor stress pada
hipertiroidi. Namun dengan menunda tindakan ini tanpa pengobatan
yang cukup, dapat memperberat hipertiroidi yang berlangsungannya
cepat. Setelah diagnosa hipertiroidi pada mola hidatidosa
ditegakkan, terapi langsung diberikan.
Secara garis besar akan diuraikan penatalaksanaan penderita
hipertiroidi yang mengalami pembedahan, dengan penekanan pada
penyulit penyulit khas yang dapat terjadi serta cara
pencegahannya.
Dibedakan tahap persiapan pra bedah, tahap pembedahan dan tahap
pasca bedah.
Tahap persiapan prabedah
Pada tahap ini adalah mempersiapkan penderita menjadi eutiroidi.
Pada waktu ini sering digunakan kombinasi obat yaitu PTU 200 mg
atau carbimazole 10 mg tiap 8 jam, dapat ditambahkan
propanolol,solusio lugol. Propanolol mempermudah dan mempercepat
terkendalinya beberapa gejala, terutama takhikardia. Sebetulnya
dengan turunnya nadi maka terjadi efek penutupan (masking effect )
: penderita belum eutiroid namun telah dianggap eutiroid karena
nadi sudah normal. Kekeliruan anggapan ini dapat berbahaya, karena
penderita kemungkinan diacarakan untuk pembedahan, padahal
sebetulnya masih dalam keadaan hipertiroidi. Hal ini dapat
menimbulkan peluang terjadinya badai tiroid. Oleh karena itu,
pemantauan kemajuan penderita dengan indikator nadi seperti nadi
tidur nyenyak harus ditafsirkan dengan lebih hati-hati apabila
penderita mendapat pengobatan sekat beta.
Pemantauan kemajuan penderita juga dapat dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium yaitu kadar total T3 atau indek T4 (Free
T4 index). Tentu saja cara ini memerlukan tambahan biaya dan waktu.
Cara yang lebih sederhana dan dapat dilakukan setiap saat yaitu
dengan mengikuti kenaikan berat badan penderita secara teratur.
Berat badan yang meningkat memberi petunjuk bahwa penderita telah
eutiroid.
Higgins dan Hershman menganjurkan penberian Natrium Yodida iv
untuk menurunkan T4 secara cepat, sebelum tindakan operatif.
Penurunan T3 secara cepat dapat menghindarkan terjadinya krisis
tiroid. Pemberian PTU per os dapat dipertanggung jawabkan bila
tindakan operatif akan dilakukan beberapa jam kemudian.
Menurut Abuid dan Larsen, PTU dapat mencegah konversi T4 menjadi
T3 yang lebih aktif secara biologis. Karena perjalanan penyakit
hipertiroidi dapat berlangsung sangat cepat, dianjurkan untuk
memberikan OAT kepada setiap penderita dengan fungsi tiroid yang
meningkat, walaupun tidak disertai hipertiroidi klinis.
2. Tahap pembedahan
Pada tahap ini diperlukan persiapan tentang obat premedikasi,
obat anestesi, alat alat pemantau selama anestesi dan pembedahan,
dan obat obat darurat yang perlu disediakan. Untuk tidakan elektif
seharusnya ditunda sampai pasien menjadi eutiroid dan sistem
cardiovaskuler yang hiperdinamik dapat dikontrol dengan suatu beta
antagonis, yang dibuktikan dengan denyut jantung pada waktu
istirahat yang dapt diterima. Jelasnya, semua obat obat yang
diberikan untuk mengelola keadaan hipertiroid harus dilanjutkan
sampai periode perioperatif.
Jika tindakan tidak dapat ditunda pada penderita hipertiroid
simptomatik, infus esmolol terus menerus ( 100 300 mg/kg/menit )
mungkin berguna untuk mengontrol respon kardiovaskuler yang
ditimbulkan oleh rangsangan sistem saraf simpatis . Pengawasan
hipertiroidisme yang kurang baik ditambah tindakan pembedahan /
kuretase sering dihubungkan dengan meningkatnya resiko krisis
tiroid.
Bagi penderita hipertiroid perlu diberikan premedikasi yang kuat
sehingga sedasi cukup dalam untuk menghilangkan rasa takut. Pilihan
untuk obat premedikasinya yaitu kombinasi fentanyl dan droperidol.
Sedasi dan analgesinya cukup baik. Keuntungan lain dari droperidol
yaitu memiliki efek anti emetik yang kuat dan efek sekat beta yang
ringan sehingga bisa mencegah terjadinya aritmia. Kecemasan ringan
dapat diterapi dengan benzodiazepin oral.
Penggunaan obat antikholinergik tidak direkomendasikan karena
dapat mempengaruhi mekanisme pengaturan suhu tubuh normal dan
meningkatnya denyut jantung. Fungsi kardiovaskuler dan suhu tubuh
harus dimonitor secara ketat pada pasien pasien dengan riwayat
hipertiroidisme. Mata pasien harus dilindungi karena eksoptalmus
karena resiko terjadinya luka pada kornea.
Induksi anestesi dapat dicapai dengan beberapa obat intravena .
Thiopental adalah obat terpilih karena memiliki struktur thiourea
sehingga mempunyai aktifitas antitiroid meskipun efek antitiroid
yang dihasilkan tidak bermakna dengan dosis induksi. Satu hal yang
harus dihindari adalah penggunaan obat obat yang dapat merangsang
sistem saraf simpatis seperti ketamin, pancuronium, dan
simpatomimetik aksi tak langsung.
Tujuan dari pemeliharaan anestesi pada pasien pasien hipertiroid
adalah menghindarkan pemberian obat obat yang dapat merangsang
sistem saraf simpatis dan mempertahankan kedalaman anestesi yang
adekuat untuk mencegah timbulnya respon terhadap stres
tindakan.
Posted by servasius epi at 7:21 PM Links to this post Labels:
anasthesi, kesehatan, METABOLIK ENDOKRIN, OBGIN
KRISIS THYROID : PROSES TERJADINYA, DIAGNOSA DAN
PENATALAKSANAAN
KRISIS TIROID (Thyroid Storm)
Apa itu krisis thyroid??
Krisis tiroid disebut juga badai tiroid (Thyroid Strom),
exaggerated hyperthyroidism, accelerated hyperthyroidism, dan
decompensated hyperthyroidism. Krisis tiroid adalah komplikasi
hipertiroid yang sekarang ini jarang dijumpai lagi yang merupakan
kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan ditandai dengan
keadaan gawat sebagai akibat meningkatnya gejala dan tanda
hipertiroidisme pada seseorang yang menderita tirotoksikosis.
Pada krisis tiroid terjadi status decompensasi tiroid yang
ditandai metabolisme yang meningkat (dengan akibat vasodilatasi),
diikuti degradasi protein, demam tinggi dan disfungsi sistem
kardiovaskular, sistem saraf, dan sistem saluran cerna. Krisis
dapat terjadi pada kasus tirotoksikosis baru maupun lama.
Krisis tiroid berawal dari timbul hipertiroidisme yang merupakan
kumpulan gejala akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang beredar
dengan atau tanpa kelainan fungsi kelenjar tiroid. Ketika jumlahnya
menjadi sangat berlebihan, terjadi kumpulan gejala yang lebih
berat, yaitu tirotoksikosis dan jika keadaan dimana terjadi
dekompensasi tubuh terhadap tirotoksikosis maka disebut krisis
thyroid.
Krisis thyroid tipikalnya terjadi pada pasien dengan
tirotoksikosis yang tidak terobati atau tidak tuntas terobati yang
dicetuskan oleh tindakan, infeksi, trauma atau adanya tekanan
emosi. Krisis tiroid ini sulit dibedakan dengan hipertiroidi berat
dan pada beberapa penderita dapat ditemukan faktor pencetus
timbulnya krisis tiroid yang merupakan kedaruratan medis yang
disebabkan oleh eksaserbasi akut dari gejala-gejala hipertiroid.
Walaupun cara pengobatan telah dikenal namun angka kematian pada
krisis tiroid masih cukup tinggi sekitar 10-75%. Hal ini dapat
berakibat fatal dan mematikan.
Apa itu hipertiroid dan tirotoksikosis??
Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan.
Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan respon
terhadap hormon tiroid secara berlebihan yang dapat timbul spontan
atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan, sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
kelenjar tiroid itu sendiri.
Tirotoksikosis adalah lintasan metabolisme toksisitas yang
dipicu oleh simtoma tingginya rasio plasma hormon tiroid di dalam
tubuh, simtoma ini seperti yang terjadi pada patogenesis
hipertiroidisme. Toksisitas yang terjadi merupakan kombinasi antara
hiperglisemia, peningkatan sintesis glukosa, terutama pada lintasan
glukoneogenesis, dan menginduksi resistansi insulin di dalam hati,
serta hiperkalsemia seperti yang terjadi pada hipertiroidisme
Hiperthyroid disebabkan pengaruh peningkatan yang berlebihan
dari hormon thyroid di sirkulasi dan jaringan. Bila regulasi hormon
thyroid gagal mengendalikan jumlah hormon thyroid maka jumlah yang
berlebihan menimbulkan stimulasi yang berlebihan terutama terhadap
sistem simpatis/ kardiovaskuler.
Penyebab hipertiroid yang sering adalah penyakit Graves,
sedangkan yang tergolong jarang dan yang telah dilaporkan terjadi
pada anak yaitu penyakit Plummer, karsinoma tiroid yang
hiperfungsional, thyrotoxicosis factitia dan tiroiditis supurativa
akut. Hipertiroidisme yang disebabkan oleh sekresi tirotropin yang
berlebihan jarang terjadi dan kebanyakan karena tumor hipofise yang
mensekresi TSH.
Apa penyebab dan proses terjadinya krisis thyroid??
Patogenesis atau proses terjadinya krisis tiroid belum jelas dan
tidak ada hubungannya dengan tingginya kadar hormon tiroksin dalam
darah. Krisis thyroid adalah tirotoksikosis yang amat membahayakan,
meskipun jarang terjadi. Hampir semua kasus diawali dengan adanya
faktor pencetus. Tidak ada satu indikator biokimiawipun mampu
meramalkan kejadian timbulnya krisis thyroid, sehingga tindakan
kita di dasarkan pada kecurigaan atas tanda-tanda krisis thyroid
membakat, dengan kelainan yang khas maupun yang tidajk khas.
Beberapa keadaan yang merupakan faktor pencetus timbulnya krisis
tiroid adalah : infeksi, pembedahan (tiroid atau nontiroid), terapi
radioaktif, bahan kontras yodium, hipoglikemi, persalinan,
penghentian obat thiourea, amiodaron, palpasi tiroid, eklamsia,
stress emosi, pengobatan dengan iodium 131, ketoasidosis diabetik,
trombo - emboli paru ,gagal jantung kongestif, toksemia gravidarum,
cerebral vascular accident, infark usus, trauma, ekstraksi gigi
gangguan pembuluh darah otak.
Mekanisme timbulnya krisis tiroid mungkin oleh karena:
Pengeluaran T4 atau T3 dari tiroid meningkat mendadak.
Pelepasan tiba-tiba hormon tiroid diduga dapat menyebabkan
manifestasi hipermetabolik yang terjadi selama krisis tiroid, namun
analisis laboratorium T3 dan T4 mungkin tidak nyata dalam fenomena
ini.
Hal ini ditemukan pada : palpasi yang berlebihan pada tiroid,
sesudah terapi yodium 131, penghentian obat PTU, sesudah pemberian
yodium atau bahan kontras yodium.
Berkurangnya pengikatan pada hormon tiroid.
Ditemukan pada keadaan stress, operasi, infeksi, ketoasidosis
dimana tiroksin bebas (Free Thyroxine=FT4) meningkat oleh karena
menurunnya kemampuan mengikat protein mungkin oleh karena ada
hambatan dalam sirkulasi. Pada stress akut dapat juga terjadi
penghambatan perubahan T4 menjadi T3 sehingga terjadi keadaan
hipometabolik.
Peranan sistim saraf simpatis.
Diduga katekholamin berperan dalam timbulnya krisis tiroid
terbukti pada perbaikan klinis setelah pemberian obat-obatan yang
menghambat katekholamin seperti reserpin, sekat beta dan
guanetidin.
Hormon tiroid dan katekolamin saling mempengaruhi satu sama
lain, walaupun masih belum pasti apakah efek hipersekresi hormon
tiroid atau peningkatan kadar katekolamin menyebabkan peningkatan
sensitivitas dan fungsi organ efektor. Namun interaksi tiroid
katekolamin dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan reaksi kimia,
meningkatkan konsumsi nutrien dan oksigen, meningkatkan produksi
panas, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan status
katabolik.
Respons seluler jaringan perifer terhadap hormon tiroid.
Hal ini sesuai dengan keadaan penderita dengan hipoksia
jaringan, ketoasidosis, asidosis laktat, dan infeksi.
Mungkin sebagai fosforilasi oksidasi mengakibatkan terbentuknya
asam lemak bebas ( free fatty acid = FFA ) berlebihan dari
lipolisis. Oksidasi dan metabolisme asam lemak bebas yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, kalori, dan hipertermi
dari krisis tiroid melalui peningkatan produksi panas. Penderita
mencoba mengatasi timbulnya panas dengan berkeringat banyak dan
vasodilatasi cutaneus yang nampak pada penderita tirotoksikosis
yang berat.
Bagaimana gambaran klinis krisis thyroid??
Kebanyakan penderita jelas mempunyai gejala-gejala dan
tanda-tanda dari hipertiroidi termasuk struma, adanya penyakit
Graves dan oftalmopati, namun kadang-kadang krisis tiroid ditemukan
pada penderita dengan apathetic thyrotoxicosis dimana gejala-gejala
dan tanda-tanda hipertiroidi tidak ditemukan. Gejala karakteristik
yang hampir selalu terjadi adalah hiperpireksia yaitu suatu keadaan
kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 derajat celcius atau
lebih.
Gejala-gejala dan tanda-tanda lain ialah :
Sistem saraf pusat : gambaran ensefalopati seperti agitasi,
gelisah, tremor, delirium, stupor, koma, psikosis, kejang dan
perubahan perilaku.
Sistem kardiovaskuler : takhikardi, aritmia, gagal jantung
kongestif, syok kardiovaskuler.
Sistem gastrointestinal : nyeri abdomen, muntah-muntah, diare,
hepatomegali, splenomegali, ikterus.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan gejala dan tanda dari faktor
pencetus timbulnya krisis tiroid seperti infeksi saluran nafas.
Faktor pencetus yang paling sering ditemukan adalah infeksi,
sehingga agak sulit untuk menentukan apakah febris dan takhikardi
adalah akibat infeksi atau krisis tiroid.
Bagaimana cara mendiagnosa krisis thyroid??
Pada anamnesis didapatkan riwayat penyakit dahulu pasien
mencakup tirotoksikosis atau gejala-gejala seperti iritabilitas,
agitasi, labilitas emosi, nafsu makan kurang dengan berat badan
sangat turun, keringat berlebih dan intoleransi suhu, serta
prestasi sekolah yang menurun akibat penurunan rentang perhatian.
Riwayat penyakit sekarang yang umum dikeluhkan oleh pasien adalah
demam, berkeringat banyak, penurunan nafsu makan dan kehilangan
berat badan.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan demam dengan temperatur
konsisten melebihi 38,5 derajat celcius. Pasien bahkan dapat
mengalami hiperpireksia hingga melebihi 41derajat celcius dan
keringat berlebih. Tanda-tanda kardiovaskular yang ditemukan antara
lain hipertensi dengan tekanan nadi yang melebar atau hipotensi
pada fase berikutnya dan disertai syok. Takikardi terjadi tidak
bersesuaian dengan demam. Tanda-tanda gagal jantung antara lain
aritmia (paling banyak supraventrikular, seperti fibrilasi atrium,
tetapi takikardi ventrikular juga dapat terjadi). Sedangkan
tanda-tanda neurologik mencakup agitasi dan kebingungan,
hiperrefleksia dan tanda piramidal transien, tremor, kejang, dan
koma. Selain kasus tipikal seperti digambarkan di atas, ada satu
laporan kasus seorang pasien dengan gambaran klinis yang atipik
(normotermi dan normotensif) yang disertai oleh sindroma disfungsi
organ yang multipel, seperti asidosis laktat dan disfungsi hati,
dimana keduanya merupakan komplikasi yang sangat jarang
terjadi.
Kecurigaan akan terjadi krisis thyroid apabila terdapat triad
gejala, yaitu menghebatnya tanda tirotoksikosis, kesadaran menurun
dan hipetermi. Apabila terdapat triad diatas, maka kita dapat
meneruskan dengan skor indeks klinis krisis thyroid dari
burch-wartosky
Kriteria Burch-Wartofsky yang didasarkan pada disfungsi regulasi
suhu, gangguan sistem saraf perifer, disfungsi
gastrointestinal-hepar, disfungsi kardiovaskular dengan
ditemukannya takikardi, gagal jantung, fibrilasi atrium, dan
riwayat pencetus. Riwayat pencetus meliputi persiapan operasi
dengan antitiroid inadekuat, infeksi pada tirotoksikosis,
penghentian obat antitiroid, trauma, post terapi radioaktif pada
tirotoksikosis berat, dan hipoglikemi. Bila didaptkan jumlah dari
semuanya lebih atau sama dengan 45 berarti penderita sangat mungkin
mengalam krisis tiroid, bila 25-44 ancaman krisis tiroid, dan
kurang dari 25 mengindikasikan bukan krisis tiroid.
Thermoregulator dysfunction
Tempeature
- 99-99.9
5
- 100-100.9
10
- 101-101.9
15
- 102-102.9
20
- 103-103.9
25
- Lebih dari sama dengan 104.0
30
Cardiovascular dysfunction
Tachycardia
- 99-109
5
- 110-119
10
- 120-129
15
- 130-139
20
- Lebih dari sama dengan 140
25
Central nervous system effects
Mild
- Agitation
10
Moderate
- Delirium
- Psychosis
- Extreme lethargy
20
Severe
- Seizure
- Coma
30
Congestive heart failure
Mild
Pedal edema
5
Moderate
Bibasilar rales
10
Severe
Pulmonary edema
Atrial fibrillation
15
10
Gastrointestinal-hepatic dysfunction
Moderate
Diarrhea
Nausea/vomiting
Abdominal pain
10
Severe
Unexplained jaundice
20
Precipitant history
Negative
0
Positive
10
Table kriteria diagnostic untuk krisis thyroid
burch-wartofsky
- Pada kasus tirotoksikosis pilih angka tertinggi
- lebih dari 45 untuk high suggestive
- 25-45 untuk suggestive of impending stor
- Dibawah 25 kemungkinan kecil
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis bukan
pada gambaran laboratoris. Jika gambaran klinis konsisten dengan
krisis tiroid, terapi tidak boleh ditunda karena menunggu
konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium atas tirotoksikosis
Tiroksin total (TT4), Triyodotironin total (TT3), T3 resin
uptake (T3RU) dan tes pengambilan yodium radioaktif 24 jam
meningkat, namun peningkatan ini tidak banyak berbeda dengan
tirotoksikosis tanpa komplikasi. Pada T3 tirotoksikosis TT4 normal
dan hanya TT3 yang meningkat. Tidak dijumpai hubungan peningkatan
hormon tiroid dengan timbulnya krisis tiroid, sehingga mungkin
lebih tepat digunakan istilah dekompensated karena reaksi tubuh
terhadap peningkatan hormon tiroid yang tidak sesuai.
Pemeriksaan laboratorium yang lain dapat ditemukan :
hiperglikemia tanpa adanya diabetes mellitus, leukositosis meskipun
tidak adanya infeksi, elektrolit normal, kecuali calcium meningkat
sedikit yang mungkin karena hemo konsentrasi atau pengaruh hormon
tiroid pada resorbsi tulang, laktat dehidrogenase (LDH), glutamik
oksaloasetat transaminase serum (SGOT) dan bilirubin meningkat
akibat dari gangguan fungsi hati. Di temukan juga peningkatan kadar
serum untuk SGPT, LDH, kreatinin kinase dan alkali fosfatase.
Bagaimana penanganan krisis thyroid???
Penanganan krisis thyroid
Tindakan pencegahan merupakan hal yang utama untuk menghindari
terjadinya krisis tiroid. Persiapan yang baik sebelum operasi
tiroidektomi,kuretase, pengenalan terhadap gejala-gejala
hipertiroidi terutama pada apathetic hyperthyroidism dan juga
pengobatan yang adekuat terhadap faktor-faktor pencetus, merupakan
salah satu cara untuk menghindarkan timbulnya krisis tiroid.
Menemukan sedini mungkin krisis tiroid seperti adanya
hiperpireksia, gangguan kesadaran, timbulnya diare dan muntah
sangat penting, agar diberikan tindakan seawal mungkin, sehingga
dapat memberikan hasil yang baik dalam pengobatan krisis
tiroid.
Pengobatan krisis tiroid dapat dibagi atas 4 bagian:
1. Pengobatan langsung terhadap kelenjar tiroid.
2. Pengobatan spesial yang ditujukan pada dekompensasi sistemik
seperti hipertermi, syok, gagal jantung kongestif.
3. Pengobatan langsung menghambat kerja hormon tiroid di
perifer.
4. Pengobatan terhadap faktor pencetus seperti infeksi dll.
Pengobatan langsung terhadap kelenjar tiroid.
Obat anti tiroid PTU dan metimazole (Tapazole) diberikan untuk
menghambat sintesa hormon tiroid. Biasanya diberikan melalui pipa
nasogastrik sebab belum tersedianya preparat suntik. PTU lebih
unggul dari pada metimazole sebab bekerja lebih cepat serta
menghambat konversi T4 menjadi T31. Dosis permulaan PTU 1200-1500
mg/hari diberikan tiap 4 jam, methimazole 60-120 mg/hari diberikan
tiap 4 jam.
Secara bersamaan juga diberikan obat untuk menghambat pelepasan
hormon tiroid dari kelenjar tiroid yaitu dengan preparat yodium
seperti cairan Lugol per oral (8 tetes tiap 6 jam) atau natrium
yodida (0,5 1 gr tiap 12 jam) dengan tetesan intravena.
Preparat yodium sebaiknya jangan diberikan sebelum 1 jam
pemberian PTU atau metimazole untuk mencegah pembentukan hormon
tiroid yang baru. Bila penderita alergi terhadap yodium, dapat
diberikan litium karbonat untuk menghambat pelepasan hormon tiroid.
Dosis permulaan 300 mg tiap 6 jam, selanjutnya kadar litium dalam
serum dipertahankan sekitar 1 mEq/l 5,10.
Pengobatan langsung terhadap dekompensasi sistemik.
Febris yang tinggi diturunkan dengan kompres dingin, kipas
angin, selimut dingin dan anti piretik sebaiknya golongan
asetaminofen. Antipiretik golongan salisil sebaiknya dihindari
pemakaiannya karena golongan ini lebih meningkatkan metabolisme
melalui pembebasan tiroid hormon yang terikat oleh protein.
Kehilangan cairan karena hiperpireksia, muntah dan diare diganti
dengan cairan yang sebaiknya mengandung glukosa, elektrolit dan
cukup kalori serta ditambahkan vitamin. Payah jantung kongestif,
bila ditemukan pada penderita ditanggulangi dengan digitalis dan
diuretik dengan dosis yang lebih besar dari biasanya.
Walaupun belum cukup bukti, bahwa pada krisis tiroid terjadi
kekurangan hormon adrenal, pemberian kartikosteroid biasanya
dianjurkan. Hidrokortison diberikan dengan dosis permulaan sebanyak
300 mg kemudian diikuti dengan 100 mg tiap 8 jam. Deksametason dan
hidrokortison mempunyai kerja menghambat pembentukan T3 dari
T4.
Pengobatan langsung terhadap kerja hormon tiroid di perifer.
Sekat beta merupakan obat yang dikenal mengurangi kerja hormon
tiroid. Propranolol sangat luas pemakaiannya terutama di USA untuk
penderita tirotoksikosis dengan dosis 20-40 mg tiap 6 jam. Pada
penderita dengan krisis tiroid dosis propranolol dinaikkan sampai
60-120 mg tiap 6 jam. Keuntungan propranolol pada krisis tiroid
adalah adanya perbaikan dalam agitasi, konfulsi, psikotik, tremor,
diare, febris.
Penggunaan propranolol harus hati-hati pada penderita diabetes
yang mendapat insulin atau obat anti diabetes golongan sulfonilurea
karena dapat terjadi hipoglikemi. Kontra indikasi penggunaan
propranolol adalah penderita dengan riwayat asma atau spasme
bronchus.
Obat lain yang mempunyai kerja seperti propranolol adalah
reserpin, dapat diberikan dengan dosis 2,5-5 mg tiap 4 jam i.m,
guanetidin dengan dosis 30-40 mg tiap 6 jm diberikan per oral.
Kedua jenis obat ini dapat menyebabkan hipotensi dan diare,
sehingga tidak dianjurkan penggunaannya pada penderita syok.
Pengobatan langsung terhadap faktor pencetus.
Ketiga bagian pengobatan diatas mungkin telah dapat
menyelamatkan penderita, namun penting pula dicari serta diobati
secara dini penyakit dasar yang merupakan faktor pencetus timbulnya
krisis tiroid.
Krisis tiroid yang terjadi pada operasi, persalinan, trauma
tidak memerlukan penanganan tambahan sesudah kejadian itu, namun
pada penderita dengan perubahan sekresi tiroid oleh karena
penghentian terapi PTU, atau pemberian yodium, atau bahan kotras
yodium memerlukan perhatian khusus.
Krisis tiroid yang ada hubungannya dengan hipoglikeim,
ketoasidosis, trombo-emboli paru dan gangguan pembuluh darah otak
biasanya memerlukan penanganan lebih intensif sesuai dengan faktor
pencetusnya.
Krisis tiroid dimana faktor-faktor pencetus seperti tersebut
diatas tidak jelas, maka harus dicari sumber infeksi dengan
melakukan pemeriksaan kultur urine, darah dan sputum. Pemberian
antibiotika tidak dianjurkan sebelum terbukti adanya infeksi.
Penatalaksanaan efek samping
Efek samping PTU yang pernah dilaporkan adalah perdarahan atau
gusi mudah berdarah, kerusakan hati (anoreksia, pruritus, nyeri
perut kanan atas, peningkatan kadar transaminase hingga tiga kali
nilai normal), infeksi (terjadi akibat agranulositosis), pruritus
hingga dermatitis eksfoliatif, vaskulitis maupun ulkus oral
vaskulitik, dan pioderma gangrenosum. Meskipun termasuk rekomendasi
di beberapa pendapat ahli masih merekomendasikan bahwa obat ini
harus tetap dipertimbangkan sebagai lini pertama terapi penyakit
Graves selama kehamilan. Risiko kerusakan hati serius, seperti
gagal hati dan kematian, telah dilaporkan pada dewasa dan anak,
terutama selama enam bulan pertama terapi.
Agranulositosis adalah efek samping yang jarang terjadi pada
penggunaan obat anti-tiroid dan merupakan etiologi atas infeksi
yang didapat dari komunitas dan mengancam jiwa pasien yang
menggunakan obat-obat ini. Manifestasi klinis yang sering muncul
adalah demam (92%) dan sakit tenggorokan (85%). Diagnosis klinis
awal biasanya adalah faringitis akut (46%), tonsilitis akut (38%),
pneumonia (15%) dan infeksi saluran kencing (8%). Kultur darah
positif untuk Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
coli,Staphylococcus aureus, Capnocytophaga species. Kematian
disebabkan oleh infeksi yang tidak terkendali, krisis tiroid dan
gagal organ yang multipel. Basil Gram negatif, seperti Klebsiella
pneumoniaedan P. aeruginosa, merupakan patogen yang paling sering
ditemui pada isolat klinis. Antibiotik spektrum luas dengan
aktifitas anti-pseudomonas harus diberikan pada pasien dengan
agranulositosis yang disebabkan oleh obat anti-tiroid yang
menampilkan manifestasi klinis infeksi yang berat.
Apa Komplikasi yang dapat timbul??
Komplikasi dapat ditimbulkan dari tindakan bedah, yaitu antara
lain hipoparatiroidisme, kerusakan nervus laringeus rekurens,
hipotiroidisme pada tiroidektomi subtotal atau terapi RAI, gangguan
visual atai diplopia akibat oftalmopati berat, miksedema pretibial
yang terlokalisir, gagal jantung dengan curah jantung yang tinggi,
pengurangan massa otot dan kelemahan otot proksimal.
Hipoglikemia dan asidosis laktat adalah komplikasi krisis tiroid
yang jarang terjadi. Sebuah kasus seorang wanita Jepang berusia 50
tahun yang mengalami henti jantung satu jam setelah masuk rumah
sakit dilakukan pemeriksaan sampel darah sebelumnya. Hal yang
mengejutkan adalah kadar plasma glukosa mencapai 14 mg/dL dan kadar
asam laktat meningkat hingga 6,238 mM. Dengan demikian, jika krisis
tiroid yang atipik menunjukkan keadaan normotermi hipoglikemik dan
asidosis laktat, perlu dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis
krisis tiroid lebih dini karena kondisi ini memerlukan penanganan
kegawatdaruratan. Penting pula untuk menerapkan prinsip-prinsip
standar dalam penanganan kasus krisis tiroid yang atipik.
Prognosis
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka
kematian keseluruhan akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar
antara 10-20% tetapi terdapat laporan penelitian yang menyebutkan
hingga 75%, tergantung faktor pencetus atau penyakit yang mendasari
terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis yang dini dan penanganan
yang adekuat, prognosis biasanya akan baik.