Top Banner
2.1 Definisi Menurut Sheila L. Videbeck. 2008 menyatakan bahwa : perubahan pervasive emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania. Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan bahwa: keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau emosi. Ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif dan mekanisme pertahanan psikodinamis. Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and Behaviour: kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar. 2.2 Kategori Gangguan Mood Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori utama (Sheila, 2008) : a. Gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia, yang selama gangguan tersebut
42

Definisi dokumentasi

Feb 02, 2016

Download

Documents

Dewa

in[omom;;om /;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;l.m . .mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Definisi dokumentasi

2.1 Definisi

Menurut Sheila L. Videbeck. 2008 menyatakan bahwa : perubahan

pervasive emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania.

Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan

bahwa:

keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh

kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan

emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau

emosi. Ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari

komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif

dan mekanisme pertahanan psikodinamis.

Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and

Behaviour: kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional

seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan

(euforia), gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara

tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe

bipolar.

2.2 Kategori Gangguan Mood

Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori utama (Sheila, 2008) :

a. Gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia,

yang selama gangguan tersebut individu memperlihatkan kesedihan,

agitasi, dn kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat

depresi.

b. Gangguan bipolar (sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif),

ketika siklus mood individu antara mania dan depresi yang ekstrem, yakni

antara depresi dan keadaan normal, atau mania dan keadaan normal.

2.3 Etiologi

Gangguan mood diyakini menggambarkan disfungsi sistem limbik,

hipotalamus, dan ganglia basalis, yang membentuk kesatuan pada emosi

manusia. Sebelum intrumen riset noninvasif yang menakjubkan ditemukan,

yang saat ini tersedia untuk mengobservasi area fisiologi tubuh yang paling

kecil, teori tentang gangguan mood difokuskan pada pengalaman hidup dan

Page 2: Definisi dokumentasi

bagaimana individu memilih untuk meresponnya. Apakah individu belajar dan

tumbuh dari pengalaman hidup yang negatif dan positif, atau apakah

pengalaman tersebut mendorong terjadinya depresi atau mania? Beberapa

teori ini memiliki fokus “menyalahkan korban”,

Sedangkan riset saat ini berfokus pada keyakinan bahwa gangguan

mood merupakan ketidak seimbangan kimiawi yang bersifat biologis

(hormonal, neurologis, atau genetik). Fakta bahwa tubuh manusia merupakan

suatu alat luar biasa yang mampu mengatur dan memulihkan diri sendiri, yang

dapat diperkuat oleh keinginan individu untuk berubah adalah alasan mengapa

kombinasi psikoterapi dan obat-obatan psikotropik lebih efektif untuk

membantu individu yang mengalami gangguan mood.

2.4 Faktor Predisposisi

a.    Faktor Genetik

Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan kebutuhan

mencintai dan dicintai diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi

gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai meningkat pada kembar

monozigote.

b.    Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang

dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan

objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik

menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan

perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)

c.     Teori Kehilangan

Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan

orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi

kehilangan.

d.    Teori Kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan

seseorang mengalami mania.

e.    Teori Kognitif

Page 3: Definisi dokumentasi

Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang

dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa

depan.

f.     Model Belajar Ketidakberdayaan

Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri

lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian

individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan

kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang

adaptif.

g.    Model Perilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya

reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

h.    Model Biologis

Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi

perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya

endokrin dan hipersekresi kortisol. 

2.5 Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan gangguan kebutuhan mencintai dan

dicintai meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.

a.    Faktor Biologis

Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau

berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan

ketidakseimbangan metabolisme.

b.    Faktor Psikologis

Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang

dan kehilangan harga diri.

c.     Faktor Sosial Budaya

Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

Rentang Emosi

Emotional

Responsive

Reaksi

kehilangan

yang wajar

Supresi Reaksi

kehilangan

yangmemanjang

Mania atau

Depresi

Page 4: Definisi dokumentasi

Keterangan:

Rentang emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis tidak merupakan

suatu titik yang statis yang tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang

mengalami gangguan perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang.

Tetapi hal tersebut, juga sangat tergantung pada tipe gangguan kebutuhan

mencintai dan dicintainya. Apakah termasuk tipe manik atau depresif,atau

kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emosional

responsive sampai mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Responsif: Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi

dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia

eksternal( memahami harapan orang lain)

2. Reaksi kehilangan yang wajar: Klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari

klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih

berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya

sementara

3. Supresi : Merupakan tahap dimana koping individu termasuk maladaptive,

klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan perhatiannya

terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus atau

memanjang, maka hakl tersebut dapat mengganggu individu.

4. Depresi: Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai ditandai dengan perasaan

sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga,

merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai ada ide

bunuh diri.

Mania: Mania adalah suatu gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai yang

ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat, meluas atau keadaan

emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.

Page 5: Definisi dokumentasi

…ne bro be iclude glah agung rg dllye ne ngalih ne... :*

2.6 Macam Gangguan kebtuhan mencintai dan dicintai

2.6.1 Depresi

Depresi adalah suatu jenis gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai

atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih,

putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi,

kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan

genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor

psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor

keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,

pembedah¬an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik

seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu

yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya

depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik

bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat

menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

A. Tanda dan Gejala Depresi

1. Kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup dan

merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa dan tidak

berguna serta putus asa

2. Sulit klonsentrasi dan daya ingat menurun

3. Nafsu makan dan berat badan menurun

4. Sulit tidur atau tidur berlebihan disertai mimpi-mimpi tidak

menyenangkan

5. Agitasi

6. Retardasi (perlambatan gerakan) motorik

7. Hilang perasaan senang, meninggalkan hobi

8. Kreatifitas dan produktifitas menurun

9. Gangguan seksual/libido menurun

Page 6: Definisi dokumentasi

10. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

B. Ciri-Ciri Klien Yang Rentan Menderita Depresi

a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah,

khawatir, iri, dan tegang

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah,

dan lebih senagn berdamai untuk menghindari konflik/konfrontasi,

merasa gagal dalam usaha dan sering mengeluh

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, lebih suka menarik

diri, sulit mengambil keputusan, enggan bicara/pendiam, pemalu,

menghindari keterlibatan dengan orang lain

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain, atau

menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.

2.6.2 Mania

Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang

luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan

bicara yang cepat dan kadang-kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat

(flight of ideas).

Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk

mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan

memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang

tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang

lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang

mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.

A. Tanda dan Gejala Mania

Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang

merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima

perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya

kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran

dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu

topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan,

sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan

Page 7: Definisi dokumentasi

terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara

kasar dalam cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik

yang lain.

Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan

kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan

pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak

seolah olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah

membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak

memiliki kepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk

menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.

Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi.

Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal

yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat

menonjol atau dapat terjadi agitasi.

Afektif

Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,

perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus

asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.

Kognitif

Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,

hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran

merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.

Fisik

Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,

konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,

over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,

gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.

Tingkah

laku

Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,

kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,

berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

Page 8: Definisi dokumentasi

B. Proses terjadinya masalah

Keterangan:

Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari

persepsinya yang negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah

sebagai sesuatu yang 100% buruk. Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik

semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak

adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,

tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah

fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk

keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat

untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu

munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.

2.7 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Depresi

A. Pengkajian

1. Data demografi

a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan

kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan

perawatn, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik

yang akan dibicarakan.

Maladaptive coping

Accumulation of stressor

Helplessness depretionPotential self destruction

Stressor

Negative perception to problem

Page 9: Definisi dokumentasi

b. Usia dan nomor rekam medik

c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat

2. Alasan masuk

Tanyakan pada klien atau keluarga:

a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?

b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?

c. Bagaimana hasilnya?

3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data

signifikan tentang:

a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)

b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru

dialami

c. Hasil dari alat pengkajian yang terstandardisasi untuk depresi (misal,

Beck Depression Inventory, Hamilton Rating Scale of Depression,

Geriatric Depression Scale, dan Self-Rating Depression Scale)

d. Episode-episode gangguan mood atau perilaku bunuh diri di masa lalu

e. Riwayat pengobatan

f. Penyalahgunaan obat dan alkohol

g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan

4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari

individu dengan gangguan mood

5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien

a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)

b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut

c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat

kegelisahan, keparahan gangguan mood)

d. Sistem pendukung yang ada

e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain

(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan

riwayat penyalahgunaan zat.

Page 10: Definisi dokumentasi

6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau

keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan

mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.

B. Analisis Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: klien merasa tidak

berguna, merasa kosong

DO: kehilangan minat

melakukan aktivitas

Merasa tidak berguna

Sedih yang berlebihan

Gangguan konsep diri:

harga diri rendah

Gangguan konsep diri:

harga diri rendah

DS: klien merasa minder

kepada kedua adiknya,

sedih yang berlebihan

DO: klien menghindar

dan mengurung diri

Sedih yang berlebihan

minder

Mengurung diri,

menghindar

Isolasi sosial: menarik diri

Isolasi sosial: menarik

diri

DS: klien malas mandi

dan mandi jika perlu saja

DO: kuku panjang dan

hitam, kulit banyak daki

dan kering, rambut

berantakan, gigi kuning

Isolasi sosial: menarik diri

Defisit perawatan diri:

mandi dan berhias

Defisit perawatan diri:

mandi dan berhias

DS: ibu merasa frustasi

DO: keluarga tidak

peduli pada klien,

keluarga membawa klien

ke rumah sakit jiwa, dan

dirawat untuk ketiga

kalinya

Murung

Berdiam diri (tak peduli

orang lain: keluarga)

Keluarga frsutasi

Ketidakefektifan

koping keluarga:

ketidakmampuan

keluarga merawat

pasien di rumah

DS: tidak mau makan Tidak mau makan Resiko perilaku

Page 11: Definisi dokumentasi

DO: berat badan turun

Berat badan turun

Resiko perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri

kekerasan terhadap diri

sendiri

C. WOC

D. Rencana dan Intervensi Keperawatan

N

O

Diagnosis

Keperawatan

PerencanaanIntervensi

Tujuan Kriteria Hasil

1 Risiko

perilaku

mencederai

diri b.d

TUM:

Klien tidak mencederai

diri sendiri

TUK:

Isolasi sosial : menarik diriDefisit Perawatan diri :

mandi dan berhias

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat klien di

rumah

Resiko perilaku kekerasan terhadap diri-sendiri

Gangguan alam perasaan: depresi

Page 12: Definisi dokumentasi

perilaku

kekerasan

1. Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya

1.1 Klien mau membalas

salam

1.2 KLien mau menjabat

tangan

1.3 Klien mau menyebutkan

nama

1.4 Klien mau tersenyum

1.5 Klien mau kontak mata

1.6 Klien mau mengetahui

nama perawat

1.1.1 Beri salam atau anggil

nama

1.1.2 Sebutkan nama perawat

sambil jabat tangan

1.1.3 Jelaskan maksud

hubungan interaksi

1.1.4 Jelaskan tentang kontrak

yang akan dibuat

1.1.5 Beri rasa aman dan

sikap empati

1.1.6 Lakukan kontak singkat

tapi sering

2. Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab

perilaku

kekerasan

2.1 Klien mengungkapkan

perasaannya

2.2 Klien dapat

mengungkapkan

perasaan jengkel

ataupun kesal

2.1.1 Beri kesempatan untuk

mengungkapkan

perasaannya

2.1.2 Bantu klien

mengungkapkan

penyebab perasaan

jengkel atau kesal

3. Klien dapat

mengidentifikasi

tanda dan gejala

perilaku

kekerasan

3.1 Klien dapat

mengungkapkan

perasaan saat marah

atau jengkel

3.2 Klien dapat

menyimpulkan tanda

dan gejala jengkel atau

kesal yang dialaminya

3.1.1 Anjurkan klien

mengungkapkan apa

yang dialami dan

dirasakannya saat

jengkel atau marah

3.1.2 Observasi tanda dan

gejala perilaku

kekerasan pada klien

3.2.1 Simpulkan bersama

klien yanda dan gejala

jengkel atau kesal yang

dialami klien

Page 13: Definisi dokumentasi

4. Klien dapat

mengidentifikasi

perilaku

kekerasan yang

biasa dilakukan

4.1 Klien dapat

mengungkapkan

perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan

4.2 Klien dapatbermain

peran sesuai perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan

4.3 Klien dapat

menngetahui cara yang

biasa dilakukan untuk

menyelesaikan masalah

4.1.1 Anjurkan klien untuk

mengungkapkan

perilaku kekeraan yang

biasa dilakukan klien

4.2.1 Bantu klien bermain

peran sesuai perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan

4.3.1 Bicarakan dengan klien

apakah dengan cara

klien lakukan

masalahnya selesai

5. Klien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

kekerasan

5.1 Klien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang

digunakan klien: akibat

pada klien sendiri,

akibat pada orang lain,

dan akibat pada

lingkungan

5.1.1 Bicarakan akibat atau

kerugian dari cara yang

dilakukan klien

5.1.2 bersama klien

menyimpulkan akibat

dari cara yang dilakukan

klien

5.1.3 Tanyakan pada klien

apakah dia ingin

mempelajari cara baru

yang sehat

6. Klien dapat

mendemonstrasi

kan cara fisik

untuk mencegah

perilaku

kekerasan

6.1 klien dapat

menyebutkan contoh

pencegahan perilaku

kekerasan secara fisik:

tarik napas dalam, pukul

kasur, dan bantal

6.2 klien dapat

mendemonstrasikan

cara fisik untuk

6.1.1 diskusikan kegiatan

fisik yang biasa

dilakukan klien

6.1.2 beri pujian atas kegiatan

fisik yang biasa

dilakukan klien

6.1.3 diskusikan dua cara fisik

yang paling mudah

untuk mencegah

Page 14: Definisi dokumentasi

mencegah perilaku

kekerasan

6.3 Klien mempunyai

jadwak untuk melatih

cara pencegahan fisik

yang telah dipelajari

sebelumnya

6.4 Klien mengevaluasi

kemampuannya dalam

melakukan cara fisik

sesuai jadwal yang

disusun

perilaku kekerasan

6.2.1 Diskusikan cara

melakukan tarik napas

dalam dengan klien

6.2.2 Beri contoh klien cara

menarik napas dalam

6.2.3 Minta klien untuk

mengikuti contoh yang

diberikan sebanyak 5

kali

6.2.4 Beri pujian positif atas

kemampuan klien

mendemonstrasikan cara

menarik napas dalam

6.2.5 Tanyakan perasaan

klien setelah selesai

6.3.1 diskusikan dengan klien

mengenai frekuensi

latihan yang akan

dilakukan sendiri oleh

klien

6.3.2 susun jadwal kegiatan

untuk melatih cara yang

dipelajari

6.4.1 klien mengevaluasi

peaksanaan latihan

6.4.2 validasi kemampuan

klien dalam

melaksanakan latihan

6.4.3 beikan pujian atas

keberhasilan klien

6.4.4 Tanyakan pada klien

Page 15: Definisi dokumentasi

apakah kegiatan cara

pencegahan perilaku

kekerasan dapat

mengurangi perasaan

marah

7. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara social untuk

mencegah perilaku

kekerasan

7.1 Klien dapat

menyebutkan cara

bicara yang baik dalam

mencegah perilaku

kekerasan

Meminta dengan

baik

Menolak dengan

baik

Mengungkapkan

perasaan baik

7.2 Klien dapat

mendemonstrasikan

cara verbal yang baik

7.3 Klien mumpunyai

jadwal untuk melatih

cara bicara yang baik

7.4 Klien melakukan

evaluasi terhadap

kemampuan cara bicara

yang sesuai dengan

jadwal yang telah

disusun

7.1.1. diskusikan cara bicara

yang baik dengan klien

7.1.2. Beri contoh cara bicara

yang baik :

Meminta dengan

baik

Menolak dengan baik

Mengungkapkan

perasaan dengan baik

7.2.1. Minta klien mengikuti

contoh cara bicara baik

Meminta dengan baik

: “Saya minta uang

untuk beli makanan”

Menolak dengan baik

: “ Maaf, saya tidak

dapat melakukannya

karena ada kegiatan

lain.

Mengungkapkan

perasaan dengan

baik : “Saya kesal

karena permintaan

saya tidak

dikabulkan” disertai

nada suara yang

rendah.

Page 16: Definisi dokumentasi

7.2.2. Minta klien mengulang

sendiri

7.2.3. Beri pujian atas

keberhasilan klien

7.3.1. Diskusikan dengan

klien tentang waktu dan

kondisi cara bicara yang

dapat dilatih di ruangan,

misalnya : meminta

obat, baju, dll, menolak

ajakan merokok, tidur

tidak pada waktunya;

menceritakan kekesalan

pada perawat

7.3.2. Susun jadwaj kegiatan

untuk melatih cara yang

telah dipelajari.

7.4.1. Klien mengevaluasi

pelaksanaa latihan cara

bicara yang baik dengan

mengisi dengan

kegiatan jadwal

kegiatan ( self-

evaluation )

7.4.2. Validasi kemampuan

klien dalam

melaksanakan latihan

7.4.3 Berikan pujian atas

keberhasilan klien

7.4.4 Tanyakan kepada klien :

“ Bagaimana perasaan

Budi setelah latihan

Page 17: Definisi dokumentasi

bicara yang baik?

Apakah keinginan

marah berkurang?”

8. Klien dapat

mendemonstrasi

kan cara spiritual

untuk mencegah

perilaku

kekerasan

8.1 Klien dapat

menyebutkan kegiatan

yang biasa dilakukan

8.2 Klien dapat

mendemonstrasikan

cara ibadah yang dipilih

8.3 Klien mempunyai

jadwal untuk melatih

kegiatan ibadah

8.4 Klien melakukan

evaluasi terhadap

kemampuan melakukan

kegiatan ibadah

8.1.1. Diskusikan dengan

klien kegiatan ibadah

yang pernah dilakukan

8.2.1. Bantu klien menilai

kegiatan ibadah yang

dapat dilakukan di ruang

rawat

8.2.2. Bantu klien memilih

kegiatan ibadah yang

akan dilakukan

8.2.3. Minta klien

mendemonstrasikan

kegiatan ibadah yang

dipilih

8.2.4. Beri pujian atas

keberhasilan klien

8.3.1 Diskusikan dengan klien

tentang waktu

pelaksanaan kegiatan

ibadah

8.3.2. Susun jadwal kegiatan

untuk melatih kegiatan

ibadah

8.4.1. Klien mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan

ibadah dengan mengisi

jadwal kegiatan harian

Page 18: Definisi dokumentasi

(self-evaluation)

8.4.2. Validasi kemampuan

klien dalam

melaksanakan latihan

8.4.3. Berikan pujian atas

keberhasilan klien

8.4.4 Tanyakan kepada klien :

“Bagaimana perasaan

Budi setelah teratur

melakukan ibadah?

Apakah keinginan

marah berkurang

9. Klien dapat

mendemonstrasi

kan kepatuhan

minum obat

untuk mencegah

perilaku

kekerasan

9.1 Klien dapat

menyebutkan jenis,

dosis, dan waktu minum

obat serta manfaat dari

obat itu (prinsip 5

benar: benar orang,

obat, dosis, waktu dan

cara pemberian)

9.2 Klien

mendemonstrasikan

kepatuhan minum obat

sesuai jadwal yang

ditetapkan

9.3 Klien mengevaluasi

kemampuannya dalam

mematuhi minum obat

9.1.1 Diskusikan dengan klien

tentang jenis obat yang

diminumnya (nama,

warna, besarnya); waktu

minum obat (jika 3x :

pukul 07.00, 13.00,

19.00); cara minum

obat.

9.1.2 Diskusikan dengan klien

tentang manfaat minum

obat secara teratur :

Beda perasaan

sebelum minum obat

dan sesudah minum

obat

Jelaskan bahwa dosis

hanya boleh diubah

oleh dokter

Jelaskan mengenai

akibat minum obat

Page 19: Definisi dokumentasi

yang tidak teratur,

misalnya, penyakit

kambuh

9.2.1 Diskusikan tentang

proses minum obat :

Klien meminat obat

kepada perawat ( jika

di rumah sakit),

kepada keluarga (jika

di rumah)

Klien memeriksa obat

susuai dosis

Klien meminum obat

pada waktu yang tepat.

9.2.2. Susun jadwal minum

obat bersama klien

9.3.1 Klien mengevaluasi

pelaksanaan minum

obat dengan mengisi

jadwal kegiatan harian

(self-evaluation)

9.3.2 Validasi pelaksanaan

minum obat klien

9.3.3 Beri pujian atas

keberhasilan klien

9.3.4 Tanyakan kepada klien :

“Bagaiman perasaan

Budi setelah minum

obat secara teratur?

Apakah keinginan untuk

marah berkurang?”

Page 20: Definisi dokumentasi

10. Klien dapat

mengikuti TAK :

stimulasi

persepsi

pencegahan

perilaku

kekerasan

10.1Klien mengikuti TAK :

stimulasi persepsi

pencegahan perilaku

kekerasan

10.2Klien mempunyai

jadwal TAK : stimulasi

persepsi pencegahan

perilaku kekerasan

10.3Klien melakukan

evaluasi terhadap

pelaksanaan TAK

10.1.1 Anjurkan klien untuk

mengikuti TAK :

stimulasi persepsi

pencegahan perilaku

kekerasan

10.1.2 Klien mengikuti TAK :

stimulasi persepsi

pencegahan perilaku

kekerasan (kegiatan

tersendiri)

10.1.3 Diskusikan dengan

klien tentang kegiatan

selama TAK

10.1.4 Fasilitasi klien untuk

mempraktikan hasil

kegiatan TAK da beri

pujian atas

keberhasilannya

10.2.1 Diskusikan dengan

klien tentang jadwal

TAK

10.2.2 Masukkan jadwak

TAK ke dalam jadwal

kegiatan harian (self-

evaluation).

10.3.2 Validasi kemampuan

klien dalam mengikuti

TAK

10.3.3 Beri pujian atas

kemampuan mengikuti

TAK

10.3.4 Tanyakan pada klien:

Page 21: Definisi dokumentasi

“Bagaimana perasaan

Ibu setelah mengikuti

TAK?”

11. Klien

mendapatkan

dukungan

keluarga dalam

melakukan cara

pencegahan

perilaku

kekerasan

11.1 Keluarga dapat

mendemonstrasikan

cara merawat klien

11.1.1 Identifikasi

kemampuan keluarga

dalam merawat klien

sesuai dengan yang

telah dilakukan keluarga

terhadap klien selama

ini

11.1.2 Jelaskan keuntungan

peran serta keluarga

dalam merawat klien

11.1.3 Jelaskan cara- cara

merawat klien :

Terkait dengan cara

mengontrol perilaku

marah secara

konstruktif

Sikap dan cara bicara

Membantu klien

mengenal penyebab

marah dan

pelaksanaan cara

pencegahan perilaku

kekerasan

11.1.4 Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat klien

11.1.5 Bantu keluarga

Page 22: Definisi dokumentasi

mengngkapkan

perasaannya setelah

melakukan demonstrasi

11.1.6 Anjurkan keluarga

mempraktikannya pada

klien selama di rumah

sakit dan

melanjutkannya setelah

pulang ke rumah.

2.7.2Mania

A. Pengkajian

a. Data subyektif :

Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik

(flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.

b. Data obyektif:

Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan

dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah

tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik

meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau,

kebersihan diri kurang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan mania.

Page 23: Definisi dokumentasi

2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan mania.

3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.

4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan

mania.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.

6. Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai: depresi berhubungan

dengan koping maladaptif.

Intervensi Keperawatan

C. Intervensi

a. Tujuan umum :

Sesuai masalah (problem).

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,

memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan

lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas

tentang topik, tempat, waktu.

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak

menyangkal.

Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.

2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

Tindakan :

Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan

pikirannya dengan teknik focusing.

Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.

3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.

Tindakan :

Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi

perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.

Page 24: Definisi dokumentasi

Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.

Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.

Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.

Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang

paling tepat dan dapat diterima.

Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang

telah dipilih

Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam

menyelesaikan masalah.

4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan

lingkungan.

Tindakan :

Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak

rangsangan, tidak banyak peralatan.

Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh

pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan,

ditempat yang aman dan terkunci.

Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.

Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol

perilakunya.

5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah.

Tindakan :

Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang

terarah, misal: menyapu, joging dll.

Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan

dengan baik oleh klien.

Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.

Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.

6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Tindakan :

Page 25: Definisi dokumentasi

Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi

kesehatan.

Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani

selama makan.

Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.

Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.

7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.

Tindakan :

Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.

Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.

Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup

dll.

8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.

Tindakan :

Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.

Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).

Bimbing pasien berhias.

Beri pujian bila klien berhias secara wajar.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

Tindakan :

Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan

efek samping minum obat).

Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar

pasien, obat, dosis, cara, waktu).

Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang

dirasakan.

Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan

benar.

10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien.

Page 26: Definisi dokumentasi

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

D. Evaluasi

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.

4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan

lingkungan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah

6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.

8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.

10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada