Top Banner
Definisi/Pengertian Citra Penginderaan Jauh (Indraja) Menurut Para Ahli Wed, 20/01/2010 - 12:02am — godam64 Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto. Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli : 1. Menurut Lillesand and Kiefer Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji. 2. Menurut Lindgren Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. 3. Menurut Sabins Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek. Jika anda ingin melihat peta jakarta dalam bentuk yang sebenarnya hasil dari penginderaan jauh satelit, maka anda bisa datang ke situs web maps.google.com lalu isi nama kota jakarta di kotak pencarian di atas. kemudian setelah ketemu peta jakarta klik kata sattelite pada bagian atas gambar petanya. Di sana kita bisa melihat gambar diperbesar dan diperkecil suatu daerah di jakarta sesuai keinginan kita. Selamat mencoba. Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu tema tertentu secara khusus. Contoh peta tematik yaitu seperti peta persebaran penduduk, peta persebaran flora & fauna, peta kekuatan politik, peta persebatan agama, peta pariwisata, peta perhubungan, dan lain sebagainya. C. Alat Pengideraan Jauh Untuk melakukan penginderaan jarak jauh diperlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat- alat lainnya sebagai pendukung.
60

Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Jul 25, 2015

Download

Documents

Asep Rahmat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Definisi/Pengertian Citra Penginderaan Jauh (Indraja) Menurut Para AhliWed, 20/01/2010 - 12:02am — godam64Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan

menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang

direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra

adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa

foto.

Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :

1. Menurut Lillesand and Kiefer

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau

gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak

langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.

2. Menurut Lindgren

Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat

perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

3. Menurut Sabins

Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra

yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu

obyek.

Jika anda ingin melihat peta jakarta dalam bentuk yang sebenarnya hasil dari penginderaan jauh

satelit, maka anda bisa datang ke situs web maps.google.com lalu isi nama kota jakarta di kotak

pencarian di atas. kemudian setelah ketemu peta jakarta klik kata sattelite pada bagian atas

gambar petanya. Di sana kita bisa melihat gambar diperbesar dan diperkecil suatu daerah di

jakarta sesuai keinginan kita. Selamat mencoba.

Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu tema tertentu secara khusus. Contoh peta

tematik yaitu seperti peta persebaran penduduk, peta persebaran flora & fauna, peta kekuatan

politik, peta persebatan agama, peta pariwisata, peta perhubungan, dan lain sebagainya.

C. Alat Pengideraan Jauh

Untuk melakukan penginderaan jarak jauh diperlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat-alat lainnya sebagai pendukung.

Page 2: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Oleh karena sensor tidak ditempatkan pada objek, maka perlu adanya wahana atau alat sebagai tempat untuk meletakkan sensor. Wahana tersebut dapat berupa balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya (lihat gambar 1.2). Antara sensor, wahana, dan citra diharapkan selalu berkaitan, karena hal itu akan menentukan skala citra yang dihasilkan.

 

Gambar 1.2. Wahana Penginderaan Jauh (Lindgren, 1985).  

Dengan menggunakan wahana seperti di atas itulah maka alat penginderaan jauh ditempatkan.Semakin tinggi letak sensor maka daerah yang terdeteksi atau yang dapat diterima oleh sensor semakin luas. Jadi jangkauan penginderaannya semakin luas seperti digambarkan pada gambar 1.3.

Keterangan:I. Satelit dengan orbit 200 - 36.000 km;II. Pesawat yang terbang rendah (> 15 km);III. Pesawat yang terbang rendah (9 – 15 km);IV. Pesawat yang terbang rendah (< 9 km).(Sumber: Drs. Suryantoro MS, IKIP Malang).

Alat sensor dalam penginderaan jauh dapat menerima informasi dalam berbagai bentuk antara lain sinar atau cahaya, gelombang bunyi dan daya elektromagnetik. Alat sensor digunakan untuk melacak,

Page 3: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik sensor dan semakin baik resolusi spasial pada citra.

Berdasarkan proses perekamannya sensor dapat dibedakan atas:

1. Sensor Fotografi

 

Proses perekamannya berlangsung seperti pada kamera foto biasa, atau yang kita kenal yaitu melalui proses kimiawi. Tenaga elektromagnetik yang diterima kemudian direkam pada emulsi film dan setelah diproses akan menghasilkan foto. Ini berarti, di samping sebagai tenaga, film juga berfungsi sebagai perekam, yang hasil akhirnya berupa foto udara, jika perekamannya dilakukan dari udara, baik melalui pesawat udara atau wahana lainnya. Tapi jika perekamannya dilakukan dari antariksa maka hasil akhirnya disebut foto satelit atau foto orbital.

     Menurut Lillesand dan Kiefer, ada beberapa keuntungan menggunakan sensor fotografi, yaitu:  a. Caranya sederhana seperti proses pemotretan biasa.  b. Biayanya tidak terlalu mahal.  c. Resolusi spasialnya baik.     2. Sensor Elektronik

 

Sensor elekronik berupa alat yang bekerja secara elektrik dengan pemrosesan menggunakan komputer. Hasil akhirnya berupa data visual atau data digital/numerik. Proses perekamannya untuk menghasilkan citra dilakukan dengan memotret data visual dari layar atau dengan menggunakan film perekam khusus. Hasil akhirnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamannya dan tidak disebut foto udara tetapicitra.

     

 Agar informasi-informasi dalam berbagai bentuk tadi dapat diterima oleh sensor, maka harus ada tenaga yang membawanya antara lain matahari.Informasi yang diterima oleh sensor dapat berupa:

  1. Distribusi daya (forse).  2. Distribusi gelombang bunyi.  3. Distribusi tenaga elektromagnetik.     

 

Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari hasil rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi, dan tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar yang banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit (menyerap sinar banyak).Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek. 

       Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat sebagai berikut:  • Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.  • Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.  • Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.  • Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.  • Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang berupa sinar.     

 

Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga elektromagnetik (lihat tabel 1). Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini. Di samping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain, yakni sumber tenaga buatan.

 

Page 4: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Penginderaan Jauh

Diposkan oleh RAHMAT

A. Pengertian Pengindraan Jauh (Indraja)

Page 5: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Pengindraan jauh sering disingkat indraja. Menurut Lillesand dan Keifer, indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek / wilayah / gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek/ wilayah / gejala yang sedang dikaji.

B. Komponen Indraja

Komponen-komponen dalam indraja merupakan serangkaian objek yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melakukan pengindraan.

Rangkaian dalam komponen indraja meliputi sumber tenaga, atmosfer, objek, sensor, wahana, perolehan data, dan pengguna data.

Sumber Tenaga

Sumber tenaga dalam proses indraja terdiri atas tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga alamiah adalah sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah berupa gelombang mikro (dari baterai / blitz dll). Fungsi tenaga tersebut adalah menyinari objek permukaan bumi dan memantulkannya pada sensor.

Atmosfer

Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan, dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, di dalam indraja terdapat istilah jendela atmosfer, yaitu bagian spectrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dengan demikian keadaan atmosfer sangat berpengaruh terhadap pancaran energi. Keadaan atmosfer dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi. Kondisi tersebut berarti menghalangi pula interaksi antara tenaga dan objek.

Interaksi Antara Tenaga dan Objek

Interaksi antara tenaga dan objek dapat terlihat pada rona yang dihasilkan. Tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contohnya, batu gamping yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat lebih cerah daripada batu granit yang mempunyai daya pantul rendah.

Sensor

a. Sensor

Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.

1) Sensor fotografik merekam objek melalui proses kimiawi yang dapat dipasang pada pesawat udara maupun satelit (menggunakan negatif film). Sensor fotografik itu menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra foto (foto udara), sedangkan jika dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit).

2) Sensor elektronik merupakan sensor yang bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetic selanjutnya dapat diproses menjadi data visual atau digital

Page 6: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

dengan menggunakan computer. Sensor elektronik itu menghasilkan citra indraja (lebih dikenal dengan sebutan citra).

Wahana

Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

1) Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas permukaan bumi.

2) Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan bumi.

3) Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.

Perolehan Data (citra)

Data indraja diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numeric (digital). Secara manual dan diperoleh melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop. Steroskop dapat digunakan dengan menggunakan computer.

Pengguna Data

Pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistim indraja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan informasi hasil indraja. Jika tidak ada pengguna, data indraja tidak ada manfaatnya. Data indraja sangat bermanfaat untuk memperoleh data special yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kerincian, keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima atau tidaknya data hasil indraja oleh pengguna.

C. Citra

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual.

Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaranplanimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.

Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik. Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image)

1. Citra Foto

Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Guna melakukan pemeotretan, kamera tersebut dipasang pada wahana tertentu, contohnya layang - layang, balon udara, atau pesawat terbang. Hasil pemotreran yang menggunakan wahana-wahana itu di sebut foto udara, sedangkan apabila wahana yang digunakan adalah satelit hasilnya disebut foto satelit.

Page 7: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system wahananya.

a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan

Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.

2) Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau.

3) Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum tampak.

4) Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.

5) Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.

Dari kelima jenis citra foto tersebut yang paling banyak penggunaannya dalam indraja sistim fotografi adalah citra foto panakromatik.

b. Posisi Sumbu Kamera

Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.

1) Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40

2) Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih. Citra foto condong dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Citra foto agak condong, yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada citra foto

b) Citra foto sangat condong, yaitu apabila cakrawala tergambar tergambar pada citra foto.

c. Sudut Liputan Kamera

Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu sudut kecil, sudut normal, sudut lebar, dan sudut sangat lebar.

Page 8: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Table, Jenis Citra Foto Berdasarkan Sudut Liputan

Jenis Kamera Sudut Liputan Jenis Foto

Sudut kecil

(narrow angel)

<>0 Sudut kecil

Sudut normal

(normal angel)

600 – 750 Sudut normal/ sudut standar

Sudut lebar

(wide angel)

750 – 1000 Sudut lebar

Sudut sangat lebar

(super-wide angel)

> 1000 Sudut sangat lebar

d. Jenis Kamera

Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak.

1) Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.

2) Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama. Foto jamak dibuat dengan 3 cara, yaitu sebagai berikut.

a) Multikamera, yaitu menggunakan beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu objek.

b) Kamera multilensa, yaitu satu kamera dengan beberapa lensa.

c) Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.

e. Warna yang Digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra foto warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).

f. Sistem Wahana

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto udara dan citra foto satelit.

1) Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.

2) Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.

2. Citra Nonfoto

Page 9: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.

a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang mikro.

1) Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan spectrum inframerah termal.

2) Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.

3) Citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro.

b. Sensor yang Digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan citra multispektral.

1) Citra tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.

2) Citra multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.

c. Wahana yang Digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan citra satelit.

1) Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara

2) Citra satelit, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa.

Tabel. PERBEDAAN CITRA FOTO DENGAN CITRA NONFOTO

No

Variabel PembedaJenis Citra

Citra Foto Citra Nonfoto

1 Sensor Kamera Nomkamera, atas dasar pemindaian (scaning).

Kamera yang detektornya bukan film

2 Detektor Film Pita magnetic, termistor, foto konduktif, foto voltaic, dan sebagainya

3 Proses perekaman Fotografi/kimiawi Elektronik

4 Mekanisme Perekaman Serentak Parsial

5 Spektrum Tampak dan Tampak dan perluasannya, termal, serta

Page 10: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Elektromagnetik Perluasannya gelombang mikro.

D. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut. Di dalam interpretasi citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek) dan pemanfaatan informasi.

Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk memperoleh data indraja adalah mendeteksi, mengidentifikasi, dan menganalisis objek pada citra sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai bidang.

1. Unsur Interpretasi Citra

Pengenalan terhadap objek merupakan bagian penting dalam interpretasi citra. Oleh karena itu, tanpa mengenal identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dapat melakukan analisis terhadap citra guna pemecahan suatu masalah. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan atas penyelidikan karakteristik objek tersebut yang ada pada citra. Berbagai karakteristik untuk mengenali objek pada citra disebut unsure interpretasi citra.

Tanpa 8 unsur atau karakteristik interpretasi citra yang secara berurut atau bertingkat (hirarki), yaitu rona dan warna, bentuk, ukuran, tektur, pola, bayangan, serta asosiasi.

a. Rona dan Warna

Rona adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra. Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh cuaca, arah datang sinar Matahari, dan waktu pemotretan. Oleh karena itu, rona berbeda sesuai sifat pantulan benda (objek). Pada citra hitam putih tingkat kegelapan dari hitam ke putih atau sebaliknya, sedangkan pada citra berwarna ada tingkat kegelapan pada setiap warna.

b. Bentuk

Bentuk mencerminkan konfigurasi atau kerangka objek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan benda. Contoh pengenalan bentuk objek yang terdapat pada foto adalah sebagai berikut.

1) Stadion olah raga pada umumnya berbentuk lingkaran atau pesegi panjang.

2) Bangunan sekolah pada umumnya terlihat berbentuk seperti huruf I, U, L, atau persegi panjang.

c. Ukuran

Termasuk dalam unsur ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan. Ukuran dapat mencirikan objek sehingga menjadi pembeda dengan objek sejenis yang lain. Contohnya, ukuran rumah pemukiman berbeda dengan kantor atau daerah industri. Ukuran objek yang ada pada foto udara dpat diketahui dengan membandingkan skala foto udara.

d. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengulangan rona pada citra. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu halus, sedang, dan kasar. Contohnya, hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.

e. Pola

Page 11: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Pola adalah kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sugai, pola permukiman penduduk, dan pola jaringan jalan. Contohnya, dalam pola aliran sungai dikenal pola dendritik, sentrifungal, dan sentripetal, sedangkan pada pola permukiman penduduk dikenal pola linier, bergerombol, dan menyebar.

f. Bayangan

Bayangan yang berbentuk pada suatu objek sangat dipengaruhi oleh arah datangnya sinar Matahari. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di sebelah barat. Apabila pemotretan dilakukan pada siang hari, bayangan objek tidak tampak. Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan objek ada di sebelah timur. Oleh karena itu, arah bayangan dapat digunakan untuk menentukan arah orientasi foto udara.

g. Situs

Situs adalah tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Contohnya, daerah persawahan terdapat di dataran rendah, sedangkan permukiman penduduk biasanya memanjang mengikuti jalan, sungai, atau pantai.

h. Asosiasi

Asosiasi adalah hubungan antara suatu objek dan objek lain di sekitarnya. Karena adanya asosiasi itu, tampilan suatu objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek yang lain. Misalnya, perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan lahan pekarangan yang ditumbuhi tanaman.

2. Teknik Interpretasi Citra

Teknik interpretasi citra adalah cara khusus untuk melaksanakan metode indraja secara ilmiah. Teknik interpretasi citra terdiri atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangakan kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil interpretasi, atau jumlah informasi yang diperoleh

Cara-cara interpretasi ilmiah tersebut terdiri atas data acuan, kunci interpretasi citra, penanganan data, pengamatan stereoskopis, metode pengkajian, dan penerapan konsep.

a. Data Acuan

Citra menyajikan gambaran lengakap yang mirip dengan wujud dan letak sebenarnya. Akan tetapi, masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil iterpretasi. Data lain ini disebut data acuan karena tidak diperoleh dari citra indraja. Data acuan dapat berupa keputusan, peta, hasil kerja lapangan, atau data-data lain yang sifatnya melengkapi data yang terdapat dalam citra. Oleh karena itu, data acuan berguna untuk membantu proses interpretasi, analisis, dan verifikasi hasilnya.

Meskipun citra menyajikan gambaran lengkap, pada umumnya masih perlu dilakukan kegiatan lapangan (observasi). Observasi tersebut dilakukan untuk menguji atau meyakinkan kebenaran hasil interpretasi citra yang telah dilakukan. Observasi atau uji medan (field check) perlu dilakukan terutama pada tempat-tempat yang hasil interpretasinya meragukan.

Hasil interpretasi citra yang memerlukan ujian medan antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.

1) Kualitas citra meliputi skala, sesolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi.

Page 12: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

2) Jenis interpretasi atau analisisnya

3) Tingkat ketelitian yang diharapkan

4) Pengalaman dan pengetahuan pengguna dalam melakukan interpretasi

5) Kondisi medan

6) Ketersediaan data acuan

b. Kunci Interpretasi

Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasi, diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan. Keterangan itu meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur interpretasi, serta keterangan tentang citra meliputi jenis, skala, waktu perekaman, dan lokasi.

c. Penanganan Data

Data yang tersimpan dalam citra perlu dijaga agar tidak menimbulkan goresan atau sampai terhapus. Oleh karena itu, perlu penanganan yang hati-hati terhadap setiap citra.

Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik antara lain sebagai berikut.

1) Menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik

2) Menyusun tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan penyekat di antaranya.

3) Menyusun tumpukan citra sehingga menunjukan jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat.

4) Meletakkan citra pembanding di sebelah citra yang akan diinterpretasi.

5) Pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya.

d. Pengamatan Stereoskopis

Pengamatan stereoskopis adalah kegiatan menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang dinamakan stereoskop. Salah satu syarat dapat dilakukannya pengamatan stereoskopis adalah adanya daerah yang bertampalan. Pengamatan stereoskopis pada citra yang bertampalan menimbulkan gambaran tiga dimensi. Jenis yang umum untuk pengamatan stereoskopis adalah citra foto udara. Perwujudan tiga dimensi pada citra foto udara memungkinkan adanya pengukuran beda tingi dan kemiringan lereng sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta kontur.

e. Metode Pengkajian

Metode pengkajian adalah suatu cara yang bersistem dalam menelaah atau melakukan penyelidikan terhadap objek. Interpretasi citra pada umumnya mengikuti metode tertentu, yaitu dimulai dari pertimbangan yang bersifat umum ke objek khusus yang belum diketahui. Perwujudan umum dapat diartikan sebagai perwujudan regional, sedangkan perwujudan khusus dapat diartikan sebagai berwujudan local.

Page 13: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Secara umum ada dua metode pengkajian dalam interpretasi citra. Pertama, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah disertai pengambilan data. Kedua, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah, tetapi data yang diambil hanya pada tempat-tempat tertentu.

f. Penerapan Konsep

Cara perolehan dan analisis data indraja dikenal dengan konsep multi, yaitu multispektrum, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi, dan multidisiplin.

1) Multispektrum, yaitu interpretasi citra dan analisisnya dengan memanfaatkan banyaknya warna.

2) Multitingkat, yaitu adanya perbedaan ketinggian terbang atau orbit wahana pada saat melakukan indraja.

3) Multitemporal, yaitu data suatu objek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda.

4) Multi arah, yaitu posisi sensor yang dapat diatur ke segala arah dapat meningkatkan kemampuan pengadaan data indraja, terutama di daerah tropika yang banyak tertutup awan.

5) Multipolarisasi, yaitu objek yang terekam oleh sensor mengikuti bidang horizontal atau vertical.

6) Multidisiplin, yaitu data yang terdapat dalam citra dapat dimanfaatkan untuk berbagai keikmuan.

E. Langkah-langkah untuk mendapatkan data indraja:

1. Deteksi

Mendeteksi objek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit

2. Identifikasi

Mengidentifikasi objek berdasarkan :

a. ciri spektral (ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan benda).

b. ciri spasial (ciri yang terkait dengan ruang misal bayangan, bentuk, asosiasi, pola, bentuk dan ukuran).

c. ciri temporal (ciri yang terkait dengan umur obyek dan waktu saat perekaman)

3. Pengenalan

Pengenalan objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu.

4. Analisis

Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yagn mempunyai cirri-ciri yang sama.

5. Deduksi

Page 14: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Deduksi merupakan pemrosesan citra berdasarkan objek yang terdapat pada citra kea rah yang lebih khusus.

6. Klasifikasi

Klasifikasi meliputi deskripsi dan pembatasan (delineasi) dari objek yang terdapat pada citra.

7. Idealisasi

Idealisasi merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.

F. Manfaat Indraja

Tujuan utama indraja adalah merekam objek untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Hingga saat ini indraja semakin banyak dimanfaatkan, antara lain karena alas an-alasan berikut ini.

Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas, dan sifat gambar yang permanen.

citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan, antara lain karena menyajikan model objek (medan) yang jelas, relative lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi, memungkinkan pengukuran lereng, dan memungkinkan pengukuran volume.

citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.

citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan pegunungan.

citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.

UNSUR INTERPRETASI CITRA

Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai citra tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi citra terdiri :

1. Rona dan Warna :Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.

2. Bentuk : Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.

Page 15: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

3. Ukuran :Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek.

4. TekstuR: Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

5. Pola : Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

6. Bayangan :  Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain.

7. Situ : Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.

8. Asosiasi : Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.

Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, maka semakin menciut lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan cara ini disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of evidence)

Kuliah PJ (Vet 3) : Jenis Citra

8 DES

Produk penginderaan jauh dapat berujud citra dan non citra. Produk inderaja

dapat  berupa citra Foto Udara, citra Satelit, dan citra Radar.

Apa Itu Citra?

Citra di dalam bahasa Inggris disebut sebagai image atau imagery, sehingga oleh

Ford (1979 dalam Sutanto, 1986) diberi batasan:

1. Image merupakan gambaran suatu obyek atau suatu perujudan, umumnya berupa

peta, gambar atau foto.

Page 16: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

2. Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan alat

penginderaan jauh.

CITRA DALAM PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH

MERUPAKANGAMBARAN YANG TEREKAM OLEH KAMERA DAN ATAU

OLEH ALAT SENSOR LAINNYA.

Berdasarkan sensor dan spektrum elektromagnetik yang dipergunakan, maka citra

dapat dibagi menjadi citra foto dan citra non foto.

Contoh Citra Foto:

Foto Udara

Contoh Citra Non Foto:

Citra Satelit

KARAKTERISTIK  SATELIT

Page 17: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Fotografi Udara dan Interpretasi Citra Satelit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Interpretasi foto dapat didefinisikan sebagai: "tindakan memeriksa gambar foto untuk tujuan mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997).

Prinsip-prinsip interpretasi citra telah dikembangkan secara empiris lebih dari 150 tahun. Yang paling dasar dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-unsur interpretasi citra diantaranya: lokasi, ukuran, bentuk, bayangan, nada / warna, tekstur, pola, tinggi/kedalaman dan situs/situasi/asosiasi. Unsur-unsur ini secara rutin digunakan ketika menafsirkan sebuah foto udara atau menganalisis gambar foto. Seorang juru gambar yang terlatih menggunakan banyak unsur-unsur selama analisis nya tanpa berpikir tentang mereka. Namun, pemula mungkin tidak hanya harus memaksa dirinya untuk secara sadar mengevaluasi objek yang tidak diketahui sehubungan dengan unsur-unsur, tetapi juga menganalisis makna dalam kaitannya dengan objek lain atau fenomena dalam foto atau gambar.

Unsur-Unsur Interpretasi Citra

Berikut ini adalah unsur-unsur interpretasi citra fotografi udara dan satelit.

[sunting]Rona dan Warna

Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek

pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi

dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan

panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm. Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian

disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih

sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya

memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 –

0,7) μm. Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan

merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning.

Page 18: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan tingkat

kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam

warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara

pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan

200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto

berwarna lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan objek pada foto hitam putih.

Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan objek pada citra yang

menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat

dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang

mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral.

Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna

dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau

warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk

memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola,

ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.

[sunting]Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek

(Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali

berdasarkan bentuknya saja. Bentuk, ukuran, dan tekstur pada Gambar 1 dikelompokkan

sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona

yang merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan

atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang

langsung dapat dikenali berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.

Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk,

yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,

sedangkan form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci.

Contoh shape atau bentuk luar:

Bentuk bumi bulat

Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.

Contoh form atau bentuk rinci:

Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan

seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.

Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara

kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan

tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang

penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memudahkan pengenalan obyek pada citra.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk

Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi

panjang

Page 19: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk

bambu berbentuk bulu-bulu

Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang

alasnya cembung

Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya

telah berlangsung lanjut

Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang

berbentuk tapal kuda

Stadion sepak bola yang berbentuk elips

[sunting]Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran

obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai

unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:

Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau

industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau

industri.

Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan

oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15

m x 30 m bagi lapangan tenis, dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu

tangkis.

Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh

volumenya. Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta

kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.

[sunting]Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau

pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara

individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar,

halus, dan belang-belang. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:

Page 20: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.

Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman

pekarangan bertekstur kasar .

Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

[sunting]Pola

Pola, tinggi, dan bayangan pada peta dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan

tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk,

ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan

merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi

beberapa obyek alamiah. Contoh:

Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola aliran

trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan

peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran

dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit

atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada

umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan tebal

oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)

Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah

yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.

Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari

hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta

jarak tanamnya.

[sunting]Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek

atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau

kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan

kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari

bayangannya.

Contoh:

Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi

lebih tampak dari bayangannya.

Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis

pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.

Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

[sunting]Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi

pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam

kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para

pakar, yaitu:

Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan

Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)

Page 21: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap

wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap parsif

tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi,

yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah

atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang banyak

berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.

Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975),

seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang

kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van

Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau

tempat terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang

dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:

beda tinggi,

kecuraman lereng,

keterbukaan terhadap sinar,

keterbukaan terhadap angin, dan

ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses

atau perujudan lainnya.

Contoh:

Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.

Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit,

sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol

(pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto tersebut

mungkin sekali nipah.

Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi

menghendaki pengaturan air yang baik.

Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai,

tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

[sunting]Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain.

Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk

bagi adanya obyek lain.

Contoh:

Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat

persegi panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m,

lapangan sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang

situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan

sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada

gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang

tampak pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar.

Page 22: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Stasiun kereta api  berasosiasi dengan jalan kereta api yang

jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang

relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga

ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada

umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan

olah raga di dekatnya. [1]

[sunting]Daftar Pustaka

Jensen, John R. Remote Sensing of the Environment, Prentice

Hall, 2000http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46967/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%202011yul.pdf?sequence=5

http://earthy-moony.blogspot.com/2011/02/konsepsi-evaluasi-sumberdaya-lahan.html

Penginderaan Jauh

Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu

untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari

interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. Sedangkan menurut Lillesand and

Kiefer (1993), Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu

objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak

langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji.

Page 23: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana

lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang memiliki karakteristik berbeda-beda pada

masing-masing tingkat ketinggian yang akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh

yang di hasilkan (Richards and Jia, 2006).

Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai dengan

tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi daya, distribusi

gelombang bunyi atau distribusi energi elektromagnetik (Purwadhi, 2001).

Skema Umum Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang elektromagnetik. Gelomabng

elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan tetapi gelombang elektromagnetik yang

terpenting pada penginderaan jauh adalah sinar matahari. Banyak sensor menggunakan energi

pantulan sinar matahari sebagai sumber gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada beberapa sensor

penginderaan jauh yang menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh

sensor itu sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari pantulan cahaya matahari atau energi bumi

dinamakan sensor pasif, sedangkan yang memanfaatkan energi dari sensor itu sendiri dinamakan

sensor aktif (Kerle, et al., 2004)

Ukuran energi yang dipantulkan dan dipancarkan oleh sensor penginderaan jauh (Karle, el al., 2004)

Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik dan

data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup

lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat

dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah

tersebut. Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis data hingga penggunaan data

tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi, 2001)

Intepretasi Penginderaan Jauh

Bila kita melihat suatu foto atau gambar, kadang kita sendiri bingung dan bahkan ga tau tentang objek-objek yang ada di dalam foto/gambar itu. Ada beberapa objek yang dapat dikenali secara langsung tetapi ada sebagain objek yg malah tidak dikenali. Proses pengenalan objek ini sangat

Page 24: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

tergantung dari pengalaman dan persepsi dari orang yg melihat foto tersebut. Bagi yg dah biasa, mungkin dapat secara mudah mengidentikasi objek, tetapi bagi yg ga berpengalaman proses pengenalan objek akan sangat2 susah. Apabila dah bisa mengenali objek tersebut dan dah bisa menyampaikan informasinya kepada orang lain maka kita sedang melakukan proses interpretasi. Pekerjaan interpretasi bukan hanya dilakukan oleh para fotografer tapi juga oleh orang2 yang berada didisiplin ilmu penginderaan jauh, bahkan bagi orang2 yg bergantung pada hasil penginderaan jauh, interpretasi merupakan langkah awal yang sangat menentukkan bagi hasil pekerjaannya nanti.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi orang2 yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama. Misalkan pada citra A dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman walaupun agak sedikit berbeda dalam penampakannya.

Ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses interpretasi, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunkan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatu objek berkotak2 sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekat dengan laut. Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang dan dklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.

Page 25: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Gambaran Teknologi Penginderaan Jauh Dalam Perkembangan Ilmu Ekologi Terestrial dan Akuatik

Sedikit tentang teknologi penginderaan Jauh dan peranannya dalam pengumpulan informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan. Salah satu teknologi yang sampai sekarang masih digemari oleh beberapa praktisi maupun peneliti untuk melakukan penentuan beberapa faktor dan parameter lingkungan hidup yaitu teknologi penginderaan jauh. Teknologi ini sangat digemari karena kemampuan untuk melakukan estimasi parameter lingkungan dengan cepat, akurat, dapat diproses dalam waktu yang relatif singkat, dan juga mampu mencakup wilayah estimasi yang sangat luas. Dalam artikel pertama saya di kolom Equatrial ini saya ingin sedikit membahas beberapa gambaran tentang istilah penginderaan jauh (remote sensing) dan sumbangsihnya bagi reservoir data sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan di Indonesia.

 Penginderaan Jauh itu sendiri merupakan sebuah ilmu dan seni dalam memperoleh informasi baik dari ukuran panjang gelombang (spektral), ukuran keruangan (spasial), dan ukuran waktu (temporal) mengenai suatu objek, area, dan fenomena tertentu yang terjadi di permukaan maupun di atmosfer bumi tanpa harus melakukan kontak secara langsung dengan objek. Penggunaan penginderaan jauh tidak lepas dari sistem yang lebih besar yaitu Geographic Information System (GIS), dimana dua hal ini saling terkait dalam pengelolaannya. Tujuan utama penginderaan jauh ialah mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan secara lebih cepat dan akurat sehingga efisiensi dapat dicapai secara lebih optimal. Penggunaan teknologi tersebut akhir-akhir ini semakin populer karena kebutuhan akan proses analisis keruangan suatu wilayah telah dibutuhkan oleh banyak pihak salah satunya didalam bidang ilmu ekologi terutama dalam bidang-bidang seperti managemen kawasan, kehutanan, dan ekologi bentang alam (landscape ecology).

Gambar 1. Salah satu contoh gambaran kerja satelit dan sensor dalam memperoleh data permukaan bumi

  Penginderaan jauh merupakan teknologi yang telah berkembang dengan pesat pada awal abad 20 dengan berkembangnya penggunaan teknologi roket dan satelit. Sejarah penginderaan jauh pada mulanya adalah dari kebutuhan akan studi keruangan dan lebih dulu dikembangkan untuk kepentingan militer yang pada akhirnya digunakan untuk kepentingan sipil. Dimulai dari pemotretan udara konvensional pada tahun 1839, kemudian munculnya fotografi berwarna konvensional pada

Page 26: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

tahun 1855, hingga penggunaan sistem radar dan teknologi satelit yang berkembang pada tahun 1970 dengan diluncurkannya satelit pemantau permukaan bumi atau landsat. Hingga saat ini penggunaan dan pengembangan teknologi ini masih terus dikembangkan terutama untuk teknologi satelit ruang angkasa dengan berbagai sensor yang memantau permukaan bumi secara temporal.

Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada suatu wahana yaitu pesawat terbang atau satelit (gambar 1). Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik. Dari beberapa hal tersebut dapat membuktikan bahwa teknologi penginderaan jauh ini mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam mengelola sumber daya alam terutama di Indonesia yang memiliki luas wilayah geografis yang sangat luas dan beragam.

Gambar 2. Salah satu contoh keluaran (Output) dari sistem penginderaan jauh dan GIS.

Page 27: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Di indonesia sendiri penggunaan teknologi ini telah berkembang pesat untuk lebih memahami dalam melakukan monitoring sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa ini. Salah satu contohnya adalah peranan penginderaan jauh (remote sensing) dalam inventarisasi data sumber daya alam indonesia. Beberapa aplikasi yang bisa kita contohkan antara lain adalah bagaimana memantau perkembangan kondisi hutan di Indonesia. Foto satelit dari tipe sensor seperti IKONOS dan Quickbidrd yang bisa memberikan gambaran permukaan bumi dengan tingkat ketelitian yang tinggi bisa digunakan untuk pengelolaan kawasan yang lebih sempit namun detil. Sedangkan untuk luas wilayah yang lebih besar dan hanya memberikan gambaran wilayah secara umum kita bisa menggunakan citra satelit Landsat, SPOT, ASTER ataupun ALOS-Palsar. Managemen pengelolaan kawasan (gambar 2) dapat menggunakan teknologi ini sehingga survey dan analisis di lapangan dapat dilakukan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. 

Tim Equatrial sendiri telah memahami betapa pentingnya sistem ini, sehingga dalam setiap kegiatan lapangan yang akan dilakukan harus dilakukan terlebih dahulu pengumpulan referensi / data pendukung keruangan seperti peta tematik, Rupa Bumi Indonesia (RBI), maupun peta digital. Dengan didukung oleh personel yang memiliki pemahaman tentang penggunaan GPS dan pengolahan data spasial baik penginderaan jauh dan GIS, diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu dan praktik lapangan yang memadai bagi Equatrial secara khusus dan biodiversitas di Indonesia secara umum.

ELEMEN PENGINDERAAN JAUH REMOTE SENSING

Empat elemen dasar dari sistem Penginderaan Jauh adalah target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut. Sumber energi yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada target mutlak diperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor adalah sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah dicatat, data akan dikirimkan ke stasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai, diantranya berupa citra. Citra ini kemudian diinterpretasi untuk menyarikan informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan otomatis dengan bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra.

Page 28: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Contoh sistem penginderaan jauh adalah satelit pemantauan cuaca bumi. Dalam hal ini, target adalah permukaan bumi, yang melepaskan energi dalam bentuk radiasi infrared (atau energi panas). Energi merambat melalui atmosfer atau ruang angkasa untuk mencapai sensor, yang berada pada platform satelit. Beberapa level energi kemudian dicatat, dikirimkan ke stasiun penerima di bumi, dan diubah menjadi citra yang menunjukkan perbedaan suhu pada permukaan bumi. Dengan cara yang sama, sensor cuaca yang berada pada satelit mengukur energi cahaya yang nampak dari matahari ketika dipantulkan oleh permukaan bumi, dikirimkan melalui ruang angkasa kepada sensor, dicatat dan dikirimkan ke bumi untuk pemrosesan.

Bentuk lain penginderaan jauh yang banyak dikenal pada skala yang jauh lebih kecil adalah teknologi citra untuk kedokteran seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), Sonogram, dan X-Ray Imaging. Semua teknologi ini menggunakan beberapa bentuk energi untuk menghasilkan citra dari bagian dalam tubuh manusia. Berbagai bentuk energi yang dihasilkan dari sebuah mesin ditembakkan kepada target.

Sensor kemudian mengukur bagaimana energi ini diserap, dipantulkan atau dikirimkan ke arah lain oleh target, dan hasilnya akan dikumpulkan dalam bentuk sebuah citra. Teknologi ini sangat membantu dalam hal memeriksa sistem internal dalam tubuh manusia tanpa melakukan pembedahan.

Lebih jauh lagi penginderaan jauh memungkinkan kita untuk mempelajari hal-hal di luar planet bumi. Berbagai bentuk astronomi adalah contoh dari penginderaan jauh, karena target yang diteliti berada dalam jarak yang sangat jauh dari bumi sehingga kontak fisik tidak dimungkinkan. Astronomer menggunakan teleskop dan alat sensor lain. Informasi dicatat dan digunakan untuk mengambil kesimpulan mengenai ruang angkasa dan alam semesta.

Penginderaan jauh untuk lingkungan hidup adalah penelitian mengenai interaksi antara sistem alam di bumi menggunakan teknologi penginderaan jauh. Beberapa keuntungan menggunakan teknik Penginderaan jauh dalam hal ini adalah :

1. Lebih luasnya ruang lingkup yang bisa dipelajari,

2. Lebih seringnya sesuatu penomena bisa diamati,

3. Dimungkinkannya penelitian di tempat-tempat yang susah atau berbahaya untuk dijangkau manusia, seperti daerah kutub, kebakaran hutan, aktivitas gunung berapi dan lain-lain.

PENGINDERAAN JAUH

A.    Pengertian Penginderaan jauh

Pengertian penginderaan jauh menurut para ahli :

·      Menurut Lillesand dan Kiefer (1979)

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak

Page 29: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

·      Menurut Colwell (1984)

Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.

·      Menurut Curran (1985)

Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.

·      Menurut Lindgren (1985)

Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi

            

     Dari beberapa pengertian penginderaan jauh menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Penginderaan jauh adalah ilmu, seni, dan tehnik untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena di permukaan bumi melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek..

 

B.     Sistem penginderaan jauh

Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama yang digunakan dalam penginderaaan jauh. Komponen-komponen tersebut adalah :

a. Sumber tenaga

Karena penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh, diperlukan tenaga penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor. Sumber tenaga dalam penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga alam yang dapat berupa sinar matahari untuk penginderaan jauh sistem pasif. dan yang kedua adalah tenaga buatan yang dapat berupa radar dan satelit yang digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif.

a. Atmosfer

Atmosfer merupakan media atau sarana perambatan sumber tenaga terhadap objek. tmosfer membatasi bagian sektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang.

a. Objek

Objek merupakan tempat atau media yang akan dipantulkan oleh tenaga elektronik. Tiap obyek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.

Page 30: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Pengenalan obyek pada dasarnya dilakukan dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga akan tampak gelap pada citra (Sutanto, 1986). Objek yang dapat digambarkan pada foto udara terbatas pada objek yang tampak, yaitu objek di permukaan bumi yang tidak terhalang oleh objek lainnya.

a. Sensor

Tenaga yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh alat pengindera atau sensor. Setiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spectrum elektromagnetik. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi :

a.       Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera yang bekerja pada spectrum tampak dan menghasilkan foto atau citra.

b.      Sensor elektromagnetik adalah sensor yang bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi pada spectrum yang lebih luas, yaitu sinar x sampai gelombang radio yang menghasilkan foto atau citra.

 

a. Citra

Menurut Hornby (Sutanto, 1994:6), citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Benda yang terekam pada citra dapat dikenali berdsarkan ciri yang terekam oleh sensor. tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah ciri spasial, ciri temporal, dan ciri spektral.

·         Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruan, meliputi : bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

·         Ciri Temporal, adalah ciri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat perekaman.

·         Ciri Spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda, yang dinyatakan dengan rona dan warna.

Page 31: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (non-photographic image).

 

a. Pengguna data

Hasil penginderaan jauh yang berupa citra akan digunakan oleh pengguna data sebagai salah satu sumber data untuk menganalisis sebuah daerah, fenomena, atau permasalahan yang sedang dikaji.

 

Dari semua komponen-komponen tersebut akan membentuk suatu sistem pengambilan data penginderaan jauh, sistem tersebut adalah sebagai berikut :  

  

C.     Unsur-unsur citra penginderaan jauh

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam foto udara, yaitu:

·      Bentuk

Adalah kerangka suatu objek.

Page 32: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

·      Ukuran objek

Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.

Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan

ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m).

·      Pola

Adalah hubungan susunan spasial objek.

Contoh            : Teater luar dengan pengendara mobil mempunyai susunan dan pola seperti kawasan parkir.

·      Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.

·      Rona

Adalah warna atau kecerahan relative objek pada foto.

·      Tekstur

Adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan sedang.

Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.

·      Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.

 

D.    Langkah-langkah interpretasi citra

Page 33: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu:

·         deteksi

·         identifikasi

·         analisis

Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.

1. a. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.

b. Identifikasi.

Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

·         Spektoral

Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

·         Spatial

Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

·         Temporal

Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.

2. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.

 

Page 34: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

E.     Pemanfaatan citra penginderaan jauh

Kegunaan citra penginderaan jauh antra lain sebagai berikut :

1.      Sebagai alat bantu dalam menyusun teori

2.      Teori adalah serangkaian peryataan tentang hubungan antara dua gejala atau lebih yang dibuat dengan tingkat kepercayaan tertentu. Teori tersebut disusun berdasarkan penelitian yang dibuat dengan tingkat kepercayaan antara teori dan fakta.

3.      Sebagai atau untuk menemukan fakta

Citra yang menyajikan gambaran lengkap merupakan sumber data yang dapat diinterpretasi secara cepat.

4.      Sebagai alat penelitian

Citra yang menyajikan gambaran sinoptik merupakan alat yang baik dalam memberikan rekaman objek, gejala, atau daearah.

5.      Sebagai dasar penjelasan

Citra yang menyajikan gambaran lengkap dengan ujud dan letak yang mirip wujud dan letak sebenarnya merupkan alat yang baik sekali untuk memahami letak dan susunan gejala di muka bumi.

6.      Sebagai alat dalam prediksi pengendalian.

Citra merupakan alat bantu secara visual yang bermanfaat di dalam prediksi dan pengendalian, yaitu sebagai abstraksi kondisi masa yang akan datang dan sebagai peta kerja.

KULIAH PJ

SISTEM PJ

Pengumpulan data dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisis terhadap data yang terkumpul ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala yang dikaji. Data tersebut dapat dikumpulkan dengan tiga cara, yakni dengan variasi distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan distribusi gelombang

1.SUMBER ENERGI/TENAGA

a.Sumber tenaga dalam inderaja di bagi menjadi 2 macam, yaitu yang bersifat alamiah (matahari) dan buatan manusia. Sumber tenaga ini berupa tenaga elektromagnetik (TEM).

b.Jumlah energi yang diterima oleh sensor tergantung pada jumlah energi asal dan karakteristik obyek, yaitu berupa energi pantulan maupun energi pancaran. Energi pantulan adalah jumlah energi yang diterima oleh obyek.

Page 35: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

c.Karakteristik obyek mempengaruhi jumlah energi pancaran yang diterima sensor, prinsip inilah yang harus dipahami dalam pengenalan obyek pada citra. Sumber energi dapat berasal dari sumber alami ataupun buatan.

2. ATMOSFER

a.Atmosfer berperan sebagai media penghantar tenaga yang berasal dari matahari dan penyampai signal yang dipantulkan oleh obyek dimuka bumi.

b.Atmosfer membatasi bagian spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang, jenis sensor dan pelaksanaan penginderaan.

c.Terhadap panjang gelombang, atmosfer bersifat selektif pada daerah spektrum tertentu dimana atmosfir mau melangsungkan radiasi yang cukup kearah sensor kita. Daerah semacam inilah yang disebut jendela atmosfir.

d.Daerah spektrum tampak mata merupakan jendela yang paling lama dikenal dan paling banyak digunakan, itulah sebabnya foto udara sering disebut citra penginderaan jauh paling tua, paling berkembang dan paling banyak digunakan. Jendela atmosfir yang lain adalah spektrum VU Fotografik, MI Terpantul dan MI Termal. Spektrum tampak mata dapat terganggu oleh hamburan yang disebabkan oleh butir-butir yang terkandung dalam atmosfir seperti asap, debu dan kabut tipis, sedangkan spectrum merah infra diserap oleh gas CO2, ozon dan uap air.

e.Atmosfir bersikap menyerap, memantulkan, menghamburkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Pengaruh atmosfir ini tidak sama bagi daerah dengan spektrum yang berbeda.

3. SENSOR dan WAHANA

Sensor atau alat pengindera menerima dan mencatat radiasi atau emisi spektrum elektromagnetik yang datang dari obyek. Dari apa yang dicatat oleh sensor tersebut sesudah diproses dapat dihasilkan citra penginderaan jauh (remote sensing image) yang selanjutnya disebut citra. Pada awal perkembangannya inderaja diawali dengan sensor yang dipasang pada wahana berupa balon dengan hasil film berupa hitam putih. Lalu tahun 1903 ditemukannya pesawat terbang, sensor dapat dipasang didalamnya. Seiring perkembangan teknologi sekarang banyak ribuan satelit di ruang angkasa yang bertugas memotret permukaan bumi.

Berdasarkan atas proses perekamannya, sensor dibedakan:

a.Sensor fotografik: proses perekamannya dengan cara kimiawi. Energi elektromagnetik diterima dan direkam pada lapisan emulsi film yang bila diproses akan menghasilkan foto. Karena pemotretan dari pesawat terbang atau wahana lain di udara, fotonya disebut foto udara. Jadi, film berfungsi sebagai penerima energi dan sekaligus alat perekamnya. Sensor fotografik hanya peka terhadap spektrum tampak mata (0,4–0,7 um) dan perluasannya, yaitu spektrum violetultra dekat (0,3–0,4 um) dan spektrum MI dekat (0,7–0,9 um).

b.Sensor elektronik: prosesnya menggunakan energi elektrik dalam bentuk sinyal elektrik. Alat penerima dan perekamnya pada umumnya berupa pita magnetik, bukan film. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian diproses menjadi citra maupun data yang siap dikomputerkan. Pemrosesannya menjadi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memotret data yang direkam oleh pita magnetik yang telah diwujudkan secara visual pada layar

Page 36: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

sejenis layar TV atau menggunakan film perekam khusus. Hasil akhirnya memang berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya, akan tetapi film disini hanya berfungsi sebagai alat perekam, bukan sebagai alat penerima energi langsung yang sekaligus sebagai alat perekam. Oleh karena itu hasil akhirnya tidak disebut foto udara, melainkan citra penginderaan jauh dan untuk mudahnya disebut citra. Sensor elektronik lebih besar kepekaannya, meliputi spektrum tampak mata dan perluasannya spektrum MI termal dan spectrum maikrowef.

4. SISTEM PEMROSESAN/PENGOLAHAN DATA

a.Dapat dilakukan dengan cara manual, yakni dengan interpretasi secara visual dan dapat dilakukan dengan cara numerikal, yakni dengan menggunakan komputer.

b.Foto udara umumnya diinterpretasikan secara manual, sedang data penginderaan secara elektronik dapat diinterpretasikan secara manual maupun secara numerikal.

5. PENGGUNA DATA

Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau tidaknya data hasil penginderaan jauh oleh penggunan data. Jadi pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistem penginderaan jauh.

KONSEPSI EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN

Pembangunan dan perkembangan suatu daerah tidak akan terlepas dari sumberdaya yang dimiliki oleh daerah itu sendiri.  Smberdaya tersebut diantaranya yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan. Sumberdaya alam sendiri terbagi menjadi sumberdaya air, sumberdaya tanah, sumberdaya hutan dan sumberdaya mineral. 

Dalam hal ini, sumberdaya lahan termasuk kedalam sumberdaya alam yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.  Salah satu tipe penggunaan lahan yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land  utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Hardjowigeno, 1985). Untuk itu diperlukan suatu tindakan evaluasi lahan untuk mengetahui kapasitas, kesesuaian lahan serta kemampuan lahan agar perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu daerah dapat berjalan berkesinambungan.

Lahan merupakan kata yang diartikan dari bahasa inggris yaitu land. Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).  Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala

Page 37: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan  sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976). Selain itu, lahan juga memiliki arti ruang atau tempat. Sehingga kata lahan bisa disetarakan maknanya dengan kata land. (Arsyad, 1989)

Evaluasi sumberdaya lahan diartikan sebagai rangkaian proses penilaian atau keragaan lahan jika untuk tujuan tertentu yang meliputi pelaksanaan dan intyerpretasi survey dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. (FAO, 1976). Brinkman dan Smyth (1973) mendifinisikan evaluasi lahan sebagai proses penelaahan dan interpretasi data dasar tanah, vegetasi, iklim dan komponen lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan pertama antara berbagai alternatif penggunaan lahan dalam term sosial-ekonomi yang sederhana. Konsepsi ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah mengemukakan beberapa faktor penting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah, tekstur tanah di daerah perakaran, pori air tersedia, batu-batu di permukaan tanah, kesuburan tanah, reaksi tanah, keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah, dan keadaan agro klimat. Manfaat dari adanya evaluasi lahan yaitu memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara berkesinambungan sesuai dengan hambatan atau ancaman yang dikandungnya.(Arsyad, 1989).

Kegiatan evaluasi lahan dapat dilakukan dengan eavaluasi lahan secara kulaitatif dan kuantitatif. Keduanya dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan, diantaranya :

1.      Membuat Satuan Peta Lahan

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.

Suatu daerah yang akan dievaluasi harus dibagi ke dalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang didasarkan atas satuan peta tanah (SPT) hasil survey tanah karena ia menentukan tingkat pengamatan (survey) dan kerincian data yang akan disajikan. (Arsyad, 1989). Satuan Peta Tanah untuk berbagai tingkat evaluasi lahan diantaranya :

Tabel 1. Tingkat Survey Evaluasi Lahan

No

Unsur survey

Tingkat Survey

SkematikEksplorasi

TinjauTinjau mendalam

Semi detil

Detil

1 Peta dasar -  - 1:50.000 - 1:20.000-

1:5000 –  1:5.000 –

Page 38: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

1:100.000 1:50.000 1: 20.000 1: 2.000

2

Jumlah observasi/100 hektar lahan

-  - 2-4 4-8 8-16 16-24

3 Peta laporan 1:1.000.000 1:500.000 

1:100.000 1:50.000 1:20.000 1:5.000

4satuan peta tanah

 Jenis Jenis Jenis Macam Rupa Seri

5kecematan survey (ha/hari)

- - 600-1000 300-600 200-300 100

6 Ketelitian - - 75 75-90 90 97

7 Kegunaan

-    Gambaran  potensi umum

-   Menentukan tingkat survey lanjutan

-   Sama dengan tingkat skematik

- Perencanaan umum penggunaan lahan

-  Penempatan areal yang akan disurvey lebih dalam 

-   Sama dengan tingkat tinjau 

-   Studi kelayakan

-   Rencana teknis 

-   Pelaksanaan pembangunan

-   Rencana operasional 

Sumber : Arsyad, 1989

Seperti halnya satuan peta tanah, maka satuan peta (SPL) jarang yang benar-bemar homogen (Rayes, 2007), oleh karena itu dibedakan menjadi :

a.       SPL tunggal : mengandung hanya satu jenis lahan

b.      SPL majemuk : mengandung lebih dari satuan jenis lahan.

2.      Mengidentifikasi Sifat dan karakteristik lahan

Setiap lahan memiliki karakteristik masing-masing, yaitu keadaan unsur-unsur lahan  yang dapay diukur atau diperkirakan seperti tekstur tanah, stuktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, sistribusi hujan, temperature, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya (Arsyad, 1989). Karakteristik lahan  ini sangat mempengaruhi perilaku lahan, seperti bagaimana ketersediaan air, pencemaran udara, perkembangan akar, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan unsur hara dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan identifikasi sifat dan karakteristik lahan untuk bahan evaluasi yang akan dilakuakan dan pengambilan alternatif-alternatif yang akan diterapkan. Namun, karakteristik lahan ini belum bisa menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika dipergunakan untuk penggunaan, atau dengan kata lain ia belum dapat menentukan kelas kemampuan lahan.

Page 39: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

3.      Menentukan faktor taksiran

Tahapan ini dilakuakan ketika survey sumberdaya lahan seperti pemetaan dan mengidentifikasi karakteristik lahan telah dilaksanakan dan data telah dianalisa. Dalam menentukan faktor taksiran harus memperhatikan faktor pembatas, faktor yang mempengaruhi lahan dan keperluan penggunaan lahan. Penentuan faktor taksiran dapat dilakukan dengan :

a.       Metode Parametrik : yaitu dengan memberi nilai 1-100 atau 1-10 pada setiap sifat lahan, faktor iklim dan faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas lahan. Kemudian setipa nilai digabungkan dengan penambahan atau perkalian dan ditetapkan selanf nilai untuk setiap kelas dengan nilai tertinggi untuk kelas terbaik dan nilai terendah untuk kelas terburuk.

b.      Metode Faktor penghambat : yaitu dengan mengurutkan kualitas lahan atau sifat-sifat lahan dari yang terbaik hingga yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya sampai ke yang paling besar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.

4.      Evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985).  Dari berbagai tahapan diatas, maka evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan dapat dilakukan berdasarkan faktor taksiran yang telah dilakukan. Pada tahap ini, akan diketahui apakah suatu lahan telah memenuhi kesesuaian dan kemampuan lahan untuk suatu tujuan tertentu atau tidak. Apabiila tidak, maka evaluasi ini akan menghasilkan pilihan-pilihan alternalif untuk pengambilan keputusan dalam sebuah perencanaan penggunaan lahan.

 DAFTAR PUSTAKA

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/booklet_gambut_final.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52066/References.pdf?sequence=9

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46967/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%202011yul.pdf?sequence=5

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit ITB.

Brinkman, R. And A.J. Smyth. 1973. Land Evaluation for Ruaral purposes. Intern. Inst. Land Recl. And Improv (IRLI), Publ. 17, Wigeningen.

Christian and Stewart, 1968 C.S. Christian and G.A. Stewart, Methodology of integrated surveys, Proceedings of the ToluouseConference  on Aerial Surveys and Integrated Studies, UNESCO, Paris.

FAO. 1976. A Framework of Land Evaluation. FAO Soil Bull. No. 32/I/IRLI Publ. No.22 Rome, Italy . 30h.

Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademik Persindo.

Page 40: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta :  Penerbit Andi.

Sitorus, Santun P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito

Soepraptohardjo, M. dan C.H. Robinson. 1975. Land capability appraisal system for agricultural uses in Indonesia. Soil Research Institute, Bogor.

KONSEPSI EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN

Lahan rusak

Pembangunan dan perkembangan suatu daerah tidak akan terlepas dari sumberdaya yang dimiliki oleh daerah itu sendiri.  Smberdaya tersebut diantaranya yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan. Sumberdaya alam sendiri terbagi menjadi sumberdaya air, sumberdaya tanah, sumberdaya hutan dan sumberdaya mineral. Dalam hal ini, sumberdaya lahan termasuk kedalam sumberdaya alam yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan pembangunan dan pengembangan suatu daerah.Sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.  Salah satu tipe penggunaan lahan yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Hardjowigeno, 1985). Untuk itu diperlukan suatu tindakan evaluasi lahan untuk mengetahui kapasitas, kesesuaian lahan serta kemampuan lahan agar perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu daerah dapat berjalan berkesinambungan.

Lahan merupakan kata yang diartikan dari bahasa inggris yaitu land. Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968).  Secara lebih rinci, istilah lahan atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang  sering disebut kualitas lahan.  Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan 

Page 41: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

sekelompok  unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976). Selain itu, lahan juga memiliki arti ruang atau tempat. Sehingga kata lahan bisa disetarakan maknanya dengan kata land. (Arsyad, 1989)

Evaluasi sumberdaya lahan diartikan sebagai rangkaian proses penilaian atau keragaan lahan jika untuk tujuan tertentu yang meliputi pelaksanaan dan intyerpretasi survey dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. (FAO, 1976). Brinkman dan Smyth (1973) mendifinisikan evaluasi lahan sebagai proses penelaahan dan interpretasi data dasar tanah, vegetasi, iklim dan komponen lainnya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan pertama antara berbagai alternatif penggunaan lahan dalam term sosial-ekonomi yang sederhana. Konsepsi ini telah dikembangkan lebih lanjut oleh Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah mengemukakan beberapa faktor penting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah, tekstur tanah di daerah perakaran, pori air tersedia, batu-batu di permukaan tanah, kesuburan tanah, reaksi tanah, keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah, dan keadaan agro klimat. Manfaat dari adanya evaluasi lahan yaitu memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara berkesinambungan sesuai dengan hambatan atau ancaman yang dikandungnya.(Arsyad, 1989).

Kegiatan evaluasi lahan dapat dilakukan dengan eavaluasi lahan secara kulaitatif dan kuantitatif. Keduanya dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan, diantaranya :

1.      Membuat Satuan Peta Lahan

Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.

Suatu daerah yang akan dievaluasi harus dibagi ke dalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang didasarkan atas satuan peta tanah (SPT) hasil survey tanah karena ia menentukan tingkat pengamatan (survey) dan kerincian data yang akan disajikan. (Arsyad, 1989). Satuan Peta Tanah untuk berbagai tingkat evaluasi lahan diantaranya :

Tabel 1. Tingkat Survey Evaluasi Lahan

No

Unsur survey

Tingkat Survey

SkematikEksplorasi

TinjauTinjau mendalam

Semi detil

Detil

1 Peta dasar -  -1:50.000 -

1:100.000

1:20.000-

1:50.000

1:5000 –

1: 20.000

 1:5.000 –

1: 2.000

2 Jumlah observasi/100 hektar

-  - 2-4 4-8 8-16 16-24

Page 42: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

lahan

3 Peta laporan 1:1.000.000 1:500.000 

1:100.000 1:50.000 1:20.000 1:5.000

4satuan peta tanah

 Jenis Jenis Jenis Macam Rupa Seri

5kecematan survey (ha/hari)

- - 600-1000 300-600 200-300 100

6 Ketelitian - - 75 75-90 90 97

7 Kegunaan

-    Gambaran  potensi umum

-   Menentukan tingkat survey lanjutan

-   Sama dengan tingkat skematik

- Perencanaan umum penggunaan lahan

-  Penempatan areal yang akan disurvey lebih dalam 

-   Sama dengan tingkat tinjau 

-   Studi kelayakan

-   Rencana teknis 

-   Pelaksanaan pembangunan

-   Rencana operasional 

Sumber : Arsyad, 1989

Seperti halnya satuan peta tanah, maka satuan peta (SPL) jarang yang benar-bemar homogen (Rayes, 2007), oleh karena itu dibedakan menjadi :

a.       SPL tunggal : mengandung hanya satu jenis lahan

b.      SPL majemuk : mengandung lebih dari satuan jenis lahan.

2.      Mengidentifikasi Sifat dan karakteristik lahan

Setiap lahan memiliki karakteristik masing-masing, yaitu keadaan unsur-unsur lahan  yang dapay diukur atau diperkirakan seperti tekstur tanah, stuktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, sistribusi hujan, temperature, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya (Arsyad, 1989). Karakteristik lahan  ini sangat mempengaruhi perilaku lahan, seperti bagaimana ketersediaan air, pencemaran udara, perkembangan akar, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan unsur hara dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan identifikasi sifat dan karakteristik lahan untuk bahan evaluasi yang akan dilakuakan dan pengambilan alternatif-alternatif yang akan diterapkan. Namun, karakteristik lahan ini belum bisa menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika dipergunakan untuk penggunaan, atau dengan kata lain ia belum dapat menentukan kelas kemampuan lahan.

3.      Menentukan faktor taksiran

Tahapan ini dilakuakan ketika survey sumberdaya lahan seperti pemetaan dan mengidentifikasi karakteristik lahan telah dilaksanakan dan data telah dianalisa. Dalam menentukan faktor taksiran

Page 43: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

harus memperhatikan faktor pembatas, faktor yang mempengaruhi lahan dan keperluan penggunaan lahan. Penentuan faktor taksiran dapat dilakukan dengan :

a.       Metode Parametrik : yaitu dengan memberi nilai 1-100 atau 1-10 pada setiap sifat lahan, faktor iklim dan faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas lahan. Kemudian setipa nilai digabungkan dengan penambahan atau perkalian dan ditetapkan selanf nilai untuk setiap kelas dengan nilai tertinggi untuk kelas terbaik dan nilai terendah untuk kelas terburuk.

b.      Metode Faktor penghambat : yaitu dengan mengurutkan kualitas lahan atau sifat-sifat lahan dari yang terbaik hingga yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya sampai ke yang paling besar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.

4.      Evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985).  Dari berbagai tahapan diatas, maka evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan dapat dilakukan berdasarkan faktor taksiran yang telah dilakukan. Pada tahap ini, akan diketahui apakah suatu lahan telah memenuhi kesesuaian dan kemampuan lahan untuk suatu tujuan tertentu atau tidak. Apabiila tidak, maka evaluasi ini akan menghasilkan pilihan-pilihan alternalif untuk pengambilan keputusan dalam sebuah perencanaan penggunaan lahan.

. POLA PERMUKIMAN

Dimanakah kamu tinggal ? Bagaimanakah pola

permukiman di sekitar tempat tinggalmu ? Pada dasarnya pola

permukiman dapat dibedakan menjadi pola memanjang (linier),

pola memusat dan pola menyebar.

1. Pola Permukiman Memanjang (linear)

Coba kamu perhatikan sungai-sungai yang ada di sekitar

tempat tinggalmu! Di kanan-kiri sungai biasanya padat

dengan permukiman Jika kamu pergi ke pantai kamu juga

akan menemui permukiman sepanjang garis pantai. Demikian

juga di kanan-kiri jalan juga padat dengan permukiman. Pola

permukiman yang berderet atau memanjang sepanjang sungai,

jalan dan garis pantai disebut pola permukiman memanjang

atau linier.

Page 44: Definisi-Definisi Pj Dan Penggunaan Lahan

Mengapa mereka tinggal di sepanjang sungai ? Hal ini

disebabkan oleh kemudahan mereka mendapatkan air. Air

tanah (air sumur) di tepi sungai biasanya dangkal.

Mengapa mereka tinggal di kanan-kiri jalan? Karena

tempat ini mudah dijangkau oleh siapapun. Tanah di tepi

jalan biasanya mahal dan banyak dimanfaatkan untuk kegiatan

perdagangan. Mengapa mereka tinggal memanjang di tepi pantai ?

Penduduk di daerah pantai sebagian besar bermata pencaharian

sebagaii nelayan. Dengan tinggal di tepi pantai mereka akan

lebih mudah untuk melaut mencari ikan.

2. Pola permukiman memusat

Pola permukiman memusat mengelompok membentuk

unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di

daerah pegunungan atau dataran tinggi. Di daerah pegunungan

permukiman memusat biasanya mengitari mata air. Sedangkan

di daerah pertambangan di pedalaman permukiman memusat

mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di

permukiman seperti ini dapat juga karena mendekati pusat

pemerintahan.

3. Pola permukiman menyebar

Pola permukiman menyebar merupakan pola permukiman

dimana antara rumah satu dengan lainnya saling berjauhan.

Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya juga saling

terpisah. Pola seperti ini banyak dijumpai di daerah pertanian

di negara-negara barat.