Defek Septum Ventrikel pada Bayi Usia 4 BulanStacia
CiciliaMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
WacanaJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510Kelompok
E6/[email protected]
PendahuluanLatar BelakangPenyakit jantung bawaan merupakan
kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh
kelainan bawaan dan sebagai penyebab utama kematian pada masa
neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medika
mentosa dan teknik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam
40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada
neonatus dengan PJB yang kritis.Bahkan dengan perkembangan
ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung,
disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang
pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada
masa janin, sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah
dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi
yaitu faktor genetik dan lingkungan.TujuanTujuan dibuatnya makalah
ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai
etiologi, epidemiologi, working diagnosis, differential diagnosis,
manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan, prognosis dan
edukasi mengenai Defek Septum Ventrikel.
Skenario 8Seorang bayi laki-laki berusia 4 bulan dibawa ibunya
ke IGD RS karena sesak nafas sejak 6 jam yang lalu. Keluhan sesak
nafas didahului batuk-pilek dan demam sejak 3 hari yang lalu.
Menurut ibu, selama ini bayinya sering batuk-pilek berulang dan
sulit sembuh. Saat bayi menetek hanya sebentar-sebentar, sehingga
berat badannya sulit naik. Pasien lahir spontan, ditolong bidan,
langsung menangis, tidak biru saat lahir.PembahasanAnamnesisSebagai
dokter pertama kali yang harus dilakukan adalah anamnesis. Berikut
beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan kepada pasien atau
walinya.1. Identitas PasienBerhubung pasien hanya berusia 4 bulan,
maka anamnesis akan dilakukan secara allo-anamnesis. Tanyakan
kepada ibu pasien identitas berupa nama lengkap pasien, umur dan
tanggal lahir.2. Keluhan utamaKeluhan utama merupakan suatu keadaan
apa yang membuat pasien tersebut ingin ke dokter.3. Riwayat
penyakit sekarang Beberapa pertanyaan yang harus diajukan dokter
pada anamnesis untuk menggali informasi yang mendalam mengenai
keluhan utama pasien. Beberapa pertanyaan tersebut dapat meliputi:
Sejak kapan keluhan tersebut dirasakan? Apakah sesak nafas
dirasakan setiap saat atau hanya pada saat-saat tertentu? Apakah
ada gejala penyerta lainnya seperti demam, batuk, pilek, nyeri
tenggorokan? Apabila ada gejala penyerta yang sudah disebutkan
tanyakan sejak kapan? Pola makannya bagaimana? Apakah ada kesulitan
menyusu? Apakah si anak mudah lelah dalam aktivitasnya sehari-hari?
Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan anak? Apakah sesuai
dengan anak-anak sebayanya? Bagaimana riwayat pengobatan sebelumnya
untuk anak ini?4. Riwayat penyakit dahuluTanyakan juga kepada ibu
pasien, apakah anaknya pernah mengalami hal seperti ini. Kalo
memang pernah, tanyakan kapan dan bagaimana ibu menanggulanginya.5.
Riwayat keluargaApakah ada keluarga yang menderita hal yang sama
seperti yang diderita pasien. Pada kasus ini dapat ditambahkan juga
riwayat kehamilan dan persalinan serta pertanyaan seperti apakah
pasien lahir prematur? Apakah ada mengkonsumsi obat saat hamil?
dsb.6. Riwayat sosialSesuai dengan skenario diketahui bahwa bayi
merupakan laki-laki yang berusia 4 bulan. Bayi tersebut mengalami
keluhan sesak nafas sejak 6 jam yang lalu disertai gejala penyerta
demam, batuk-pilek yang sudah diderita sejak 3 hari yang lalu. Bayi
tersebut juga mengalami kesulitan dalam menyusu. Riwayat persalinan
normal dimana pasien lahir normal ditolong bidan, langsung menangis
dan tidak biru saat lahir.Pemeriksaan FisikMeliputi 2 bagian yaitu
:1. Pemeriksaan UmumMenilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang
perlu diperiksa dan dicatat adalah tanda-tanda vital, yaitu:
Kesadaran penderita Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis
(pasien tampak segan, acuh tak acuh terhadap lingkunganya),
Delirium (penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik, dan
siklus tidur bangun yang terganggu),Somnolen (keadaan mengantuk
yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang
berhenti, pasien akan tertidur lagi), Sopor/stupor (keadaan
mengantuk yang dalam, pasien masih dapat dibangunkan tetapi dengan
rangsangan yang kuat, rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik).
Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien
dan keluhan pasien ketika datang. Tanda vital seperti : tekanan
darah, nadi, pernapasan, dan suhu pasien sangat penting.12.
Pemeriksaan Lokal2A. Inspeksi Denyut apeks atau iktus kordis pada
anak yang kurus atau terdapat kardiomegali akan mudah terlihat.
Kulit dan mukosa anak membiru (sianosis) terutama saat menangis.B.
Palpasi Iktus kordis yang teraba, yang sangat baik teraba saat anak
duduk atau sedikit membungkuk. Pada pembesaran ventrikel kiri,
apeks jantung akan tergeser ke bawah dan lateral, biasanya disertai
denyut apeks yang lebih kuat yang menunjukkan terdapatnya
peningkatan aktivitas ventrikel kiri. Detak pulmonal, pada keadaan
normal bunyi jantung II tidak teraba. Pada hipertensi pulmonal,
bunyi jantung II mengeras sehingga daoat diraba di sela iga ke 2
tepi kiri sternum, yang disebut sebagai detak pulmonal. Penyebab
paling sering hipertensi pulmonal adalah penyakit jantung bawaan
dengan pirau kiri ke kanan yang besar. Getaran bisisng atau thrill,
adalah bising jantung yang dapat diraba. Perabaan dapat dilakukan
dengan ujung-ujung jari II atau III atau telapak tangan dengan
palpasi ringan. Getaran bising yang terdapat pada defek septum
ventrikel atau VSD adalah getaran bising sistolik. Pada VSD thrill
teraba di sela iga III- IV tepi kiri sternum. C. PerkusiPada anak
besar, perkusi dari perifer ke tengah dapat memberi kesan besarnya
jantung, terutama bila terdapat kardiomegali yang nyata. Saat ini
perkusi untuk menentukan besar dan bentuk jantung cenderung
ditinggalkan. D. Auskultasi Defek kecil : bunyi jantung biasanya
normal. Defek sedang : bunyi jantung II dapat agak keras, split
sempit pada sela iga II kiri dekat sternum. Bunyi jantung I
biasanya sulit dipisahkan dari bising holosistolik/ pansistolik
yang kemudian segera terdengar; bising bersifat kasar. Punctum
maksimum pada sela iga III, IV, dan V kiri langsung kiri dekat
sternum. Intensitas bising derajat II s/d VI. Defek besar : bunyi
jantung I mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti click
sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada
pangkal arterial pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung II
mengeras, terutama pada sela iga II kiri. Pada pemeriksaan fisik
tampak pasien sakit berat serta ditemukan diaforetik. Suhu: 38,5o,
RR: 64x/menit, nadi: 160x/menit. Pada inspeksi ditemukan retraksi
suprasternal dan intercostal pada thorax. Pada auskultasi ditemukan
suara nafas bronkovesikuler dengan ronki basah halus pada kedua
basal paru, wheezing (-), BJ 1 dan 2 reguler, terdapat murmur
holosystolic grade 4 pada ICS 4.Pemeriksaan Penunjang2A. Rontgen
dadaPemeriksaan foto dada pasien dengan DSV kecil biasanya
memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung yang normal dengan
vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat. Pada defek
sedang, tampak kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang
menonjol, peningkatan vaskularisasi paru, serta pembesaran pembuluh
darah di sekitar hilus. Pada defek besar tampak kelainan yang lebih
berat, dan pada defek besar dengan hipertensi pulmonal atau sindrom
Eisenmenger gambaran vaskularisasi paru meningkat di daerah hilus
namun berkurang di perifer.
Bila VSD besar dengan shunt dari kiri ke kanan yang besar,
gambarannya:1.Hipertrofi biventricular2.Hipertrofi atrium
kiri3.Pembesaran batang arteri ulmonalis4.Corakan pulmonal
bertambahPada VSD besar dengan hipertensi pulmonal, arteri
pulmonalis akan membesar, tetapi corakan pulmonal bagian tepi
kurang menonjol.
Gambar 1. VSD Tampak Kardiomegali2B. EKGPenilaian EKG pada bayi
dan anak pada penyakit apa pun harus dilakukan dengan hati-hati
karena nilai normal sangat bergantung pada umur pasien. Pada bayi
dan anak dengan defek kecil gambaran EKG sama sekali normal atau
sedikit terdapat peningkatan aktivitas vertrikel kiri. Gambaran EKG
pada neonatus dengan defek sedang dan besar juga normal, namun pada
bayi yang lebih besar serta anak pada umumnya menunjukkan kelainan.
EKG berguna untuk mengevaluasi volume overload ventricular dan
hipertrofi pada VSD sedang dan besar. EKG pada VSD menunjukan
adanya gambaran hiopertrofi ventrikel kiri tipe volume, yaitu R
meninggi di V5, dan V6, S memanjang di V1 V2, dan Q yang dalam di
V5 atau V6, T yang runcing dan simetris. Hipertrofi ventrikel kiri
disertai nhipertrofi atrium kanan, atau hipertrofi biventricular
dengan hipertrofi atrium kiri. Pada VSD besar dengan hiopertnsi
pulmonal permanen, gambaran EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel
kanan murni.
Gambar 2. Hasil EKG dengan Kelainan VSDSumber: Diunduh dari
http://www.med.nus.edu.sg/paed/resources/cardiac_thumbnail/common/vsd/ECG_vsd.html
pada tanggal 21 September 2014 pukul 15.30 WIBC. Ekokardiogram
Pemeriksaan ekokardiografi, yang pada saat ini hanya dapat
dilakukan di tempat-tempat tertentu dengan tenaga ahli yang masih
sangat terbatas, perlu untuk menentukan letak serta ukuran defek
septum ventrikel di samping untuk menentukan kelainan penyerta.
Gambar 3. Transesophageal echocardiography (TEE) A dan B, pada
ventrikel kiri terdapat sumbu panjang tanpa (A) dan dengan warna
Doppler (B) menunjukkan otot VSD (lihat panah); C, gambar TEE di
tampilan long-axis menunjukkan bagian selubung pengiriman dari
kanan ke ventrikel kiri melalui VSD. D, gambar TEE pada tampilan
4-chamber selama penyebaran disk LV (lihat panah). E dan F, gambar
TEE tanpa (E) dan dengan warna Doppler (F) setelah 6-mm Amplatzer
MVSD perangkat (panah) telah dikerahkan menunjukkan posisi
perangkat yang baik dan tidak ada sisa tabrakan. AO, aorta, LA,
atrium kiri; LV, kiri ventrikel; RV, ventrikel kanan.Sumber:
Diunduh dari
http://www.fac.org.ar/scvc/llave/pediat/hijazi/hijazii.htmlpada
tanggal 21 September 2014 pukul 15.45 WIBD. Kateterisasi jantung
dan Angiografi jantungKateterisasi jantung dilakukan pada kasus DSV
sedang atau besar untuk menilai besarnya pirau (flow ratio) yaitu
perbandingan antara sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Operasi harus dilakukan bila rasio tersebut sama dengan atau lebih
besar dari 2.Metode ini berguna untuk mengukur tekanan dan saturasi
oksigen darah di uang jantung serta mengukur besar shunt. Dengan
injeksi kontras melalui kateter dapat diperoleh gambaran
radiografis (Angiografi)Risiko tindakan:1.Sakit sehingga perlu
anestesi2.Perlu waktu dan persiapan3.Risiko stroke (terbentuk
thrombus)4.Perforasi jantung atau arteri besar5.Risiko alergi bila
menggunakan kontras (pada angiografi)Kateterisasi jantung ada 2
macam, yaitu melalui jantung kiri dan jantung kanan. Kateterisasi
jantung juga digunakna sebagai metode perbaikan lesi jantung,
sebagai contoh, pada stenosis katup jantung atau vena (dengan balon
kateter), menutup defek hubungan dengan menmpatkan small umbrella
misalnya pada VSD.
Gambar 4. Penutupan VSD dengan metode transkateter, (kiri)
adanya shunting (lihat panah) melalui defek; (kanan) setelah
melakukan penutupan pada defek tampak defek menghilang.2
Working Diagnosis2Istilah defek septum ventrikel menggambarkan
suatu lubang pada sekat ventrikel. Defek tersebut dapat terletak di
manapun pada sekat ventrikel, dapat tunggal atau banyak, dan ukuran
serta bentuknya dapat bervariasi. Lubang pada septum
interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah
antara ventrikel kanan dan kiri. Secara normal lubang tersebut akan
menutup selama akhir minggu keempat massa embrio. Lubang tersebut
dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan.
Gambar 5. Anatomi VSDSumber: Diunduh dari
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1100/basics/classification.html
pada tanggal 21 September 2014 pukul 16.00WIB
EmbriologiDefek sekat ventrikel terjadi karena terlambatnya
penutupan sekat interventrikuler pada 7 minggu pertama kehidupan
intrauterine, yaitu saat terjadi interaksi antara bagian muscular
interventrikular, bagian dari endokardium, dan bagian dari bulbus
kordis. Pada saat itu terjadi kegagalan fusi bagian-bagian septum
interventrikular; membrane, muscular, jalan masuk, jalan keluar,
atau kombinasinya, yang bias bersifat tunggal atau multiple.
Penyebab kegagalan fusi ini belum diketahui. Ada 2 kemungkinan
anomaly embrional yang timbul yaitu : Kurangnya jaringan pembentuk
septum interventrikular. Bisanya kelainan ini adalah tipe yang
berdiri sendiri terutama defek pada pars membranosa. Adanya defek
tipe malalignment yang biasanya disertai defek intrakardial yang
lain. Malalignment muncul pada pertemuan konus septum dan septum
pars muskularis. Defek malalignment anterior biasanya disertai
dengan obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, misalnya Tetralogi
Fallot. Sebal;iknya defek malalignment posterior biasanya
berhubungan dengan obstruksi aliran keluar ventrikel kiri, misalnya
interrupted aortic arch.Klasifikasi 1. Berdasarkan kelainan
hemodinamik Defek kecil dengan tahanan paru normalPada defek kecil
ni terjadi pirau kiri ke kanan yang tidak bermkna sehingga tidak
terjadi gangguan hemodinamik. Defek sedang dengan tahanan vascular
paru normalPada defek sedang ini terjadi pirau kiri ke kanan yang
cukup besar. Akibatnya terjadi peningkatan aliran darah ke paru,
demikian pula darah yang kembali ke atrium kiri akan bertambah;
akibatnya atrium kiri melebar dan ventrikel kiri mengalami
hipertrofi dan dilatasi. Defek besar dengan hipertensi pulmonal
hiperkinetikPasien dengan defek besar mengalami pirau kiri ke kanan
yang hebat, sedangkan tekanan di ventrikel kanan dan artei pulmonal
mendekati tekanan sistemik. Disamping beban volume, ventrikel kanan
juga mengalami beban tekanan. Ini sering merupkan stadium awal dari
hipertensi pulmonal yang irreversible. Defek besar dengan penyakit
obstruksi vascular paruSebagian pasien defek septum ventrikel besar
dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik akan menderita penyakit
obstruksi vascular paru sehingga menjadi hipertensi pulmonal
irreversible. Jarang sekali pasien mengalami obstruksi vascular
paru tanpa melalui fase hiperkinetik. Pirau dari kiri ke kanan yang
semula besar, dengan meningkatnya tekana ventrikel kanan, akan
berkurang. Bila tekanan ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri,
maka tidak terjdi pirau, dan apabila tekanan ventrikel kanan
semakin meningkat maka terjadinya Eisenmenger Syndrome. 2.
Berdasarkan letak anatomis Defek di daerah pars membranosa septum
disebut juga defek membrane atau perimembran. Berdasarkan perluasan
defeknya, defek perimembran ini dibagi lagi menjadi yang perluasan
ke outlet, inlet, dan perluasan ke daerah trabekular. Defek
musculardibagi menjadi muscular inlet, outlet, trabekular Defek
subarterialterletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri
pulmonalis, karena itu disebut juga Doubly Committed Subarterial
VSD. Defek ni dahulu disebut defek suprakristal, karena letakny di
atas Kristal supraventrikularis. Pada defek ini tinggi katup aorta
dan pulmonal terletak pada ketinggian yang sama dengan defek septum
tepat berada dibawah katup tersebut.
Gambar 6. Klasifikasi secara anatomis VSDSumber: Diunduh dari
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1100/basics/classification.html
pada tanggal 21 September 2014 pukul 16.15 WIB
Differential DiagnosisI. Atrium Septum DefectAtrium septum
defect atau yang disingkat ASD adalah salah satu penyakit jantung
bawaan yang insidensi penyakitnya cukup banyak. Pada ASD terjadi
suatu lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara
atrium kanan dan kiri. Pada pediatric sendiri, kasus ASD sukar
ditentukan secara pasti karena banyaknya kasus defek sekat atrium
yang ditemukan di luar kelompok pediatric, yang artinya gejala
muncul setelah 4 5 dekade kehidupan penderita. Hal ini disebabkan
bising jantung yang tidak mudah didengar (sehingga terabaikan) dan
lebih sering tanpa gejala klinis (asimtomatis). Pada usia muda
aliran shunt dari atrium kiri ke atrium kanan tidak terlalu kuat,
karena: Perbedaan tekanan antara kedua atrium tidak terlalu besar
Struktur ventrikel kanan yang tebal dan kurang lentur pada saat
bayi. Setelah bertambah dewasa akan semakin besar, lentur, dan
tipis sehingga semakin kuatlah shunt dan gejalanya pun akan semakin
tampak.
Gambar 7. Atrium Septum DefectSumber: Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/889394-differential pada
tanggal 21 September 2014 pukul 20.00 WIBHemodinamik3Karena tekanan
di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan, maka
defek septum atrium terjadi pirau kiri ke kanan. Akibatnya
terjadilah beban volume di atrium kanan, ventrikel kanan, dan
arteri pulmonalis. Ketiga struktur ini akan mengalami dilatasi.
Derajat dilatasi dipengaruhi besarnya defek serta perbedaan antara
tahan sistemik dan tahan paru. Karena beban tekanan pada ASD septum
tidak begitu berat, maka kelainan vascular paru tidak terjadi
secepat pada kelainan jantung bawaan dengan beban tekanan yang
berlebihan seperti pada VSD atau PDA. Pada ASD kelainan vaskuler
paru biasanya terjadi pada dekade ketiga, tetapi apabila telah
terjadi biasanya bersifat progresif.
Klasifikasi2Berdasarkan variasi kelainan anatominya, ASD dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :a) Defek sekat atrium tipe primum
(tipe I)Kondisi ini disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum
primum yang gagal berkembang mencapai endocardium cushion (bantalan
endokardium). Terkadang bantalan endokardium itu sendiri yang gagal
berkembang sehingga ostium primum akan tetap terbuka. b) Defek
sekat atrium tipe sekundum (tipe II)Tipe ini paling sering terjadi,
besarnya defek sangat bervariasi. Berdasarkan dari lokasi
defekManifestasi Klinik3Sebagian besar pasien defek septum atrium
sekundum asimtomatik. Kecurigaan biasanya timbul pada pemeriksaan
rutin ditemukan bising jantung. Infeksi saluran napas berulang
tidak begitu berat dibandingkan dengan defek septum ventrikel.
Gagal jantung biasanya tidak terjadi pada masa bayi dan anak,
sekalipun demikian, akhir-akhir ini makin banyak dilaporkan bayi
yang menderita ASD mengalami gagal jantung kongestif. Pertumbuhan
fisik umumnya normal atau hampir normal. Hanya pada defek yang
sangat besar didapatkan deformitas dada. Pada palpasi tidak
ditemukan getaran bising. Kadang dapat diraba aktivitas ventrikel
kanan yang meningkat. Pada auskultasi didapatkan bunyi jantung I
normal, sedangkan bunyi jantung II terdengar dengan split yang
lebar dan menetap. Split yang menetap terjadi karena jumlah darah
dalam jantung kanan relative tetap, karena fluktuasi derajat pirau
yang seimbang dengan fluktuasi alir balik dengan respirasi. Dalam
keadaan normal, pada waktu inspirasi alir balik darah ke jantung
kanan akan bertambah, sehingga waktu ejeksi ventrikel kanan juga
bertambah lama. Pada defek septum atrium penambahan alir balik ke
jantung kanan akan menyebabkan tekanan di atrium kanan bertambah
sehinga pirau kiri ke kanan melintasi defek akan berkurang.
Sebaliknya ekspirasi pengurangan alir balik ke jantng kanan akan
menyebabkan berkurangnya tekanan atrium kanan, sehinga pirau kiri
ke kanan bertambah. Dengan demikian maka jumlah darah dari
ventrikel kanan, baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi
lebih kurang sama. Akibatnya split bunyi jantung II menetap. Split
yang melebar dan menetap ini merupakan tanda fisik yang sangat
penting pada ASD.Diagnosis3Diagnosis ASD didasarkan pada riwayat
yang asimptomatik dengan pertumbuhan normal atau hampir normal,
bunyi jantung II dengan split lebar dan menetap, bising ejeksi
sitolik di sela iga kiri atas dengan atau tanpa bising
mid-diastolik di daerah tricuspid. Pada EKG didapatkan deviasi
sumbu ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan mungkin pembesaram
atrium kanan. Pada foto dada jantung normal atau membesar ringan,
segmen pulmonal menonjol dan corakan vaskuler bertambah. Diagnosis
dipastikan dengan pemeriksaan akokardiografi, atau bila perlu
dengan kateterisasi jantung.
Gambar 8. Ekokardiografi Subkostal dari Seorang Anak dengan ASD
tipe II (sekundum)Sumber: Diunduh dari
http://www.fac.org.ar/scvc/llave/pediat/hijazi/hijazii.html pada
tanggal 21 September 2014 pada pukul 20.30 WIB
II. Patent (persisten) Ductus Arteriosus3Patent Ductus
Arteriosus adalah suatu keadaan dimana terjadinya komunikasi
persisten antara aorta desendens dan arteri pulmonal yang terjadi
karena ada kegagalan penutupan normal dari duktus fetus. PDA
sendiri termasuk dari kelainan jantung bawaan yang sering
dijumpai.
Gambar 8. Patent Ductus ArteriosusSumber: Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#showall pada
tanggal 21 September 2014 pukul 20.45 WIB
Penampilan klinis PDA sama dengan VSD yaitu tergantung pada
besarnya lubang dan tahanan vaskuler paru. Pada PDA kecil umumnya
anak asimptomatik dan jantung tidak membesar. Sering ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan rutin dengan adanya bising
kontinyu yang khas seperti suara mesin (machinery murmur) di area
pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 23 kiri dan dibawah
klavikula kiri.Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang
berlebihan pada PDA yang besar akan terlihat saat usia 14 bulan
dimana tahanan vaskuler paru menurun dengan cepat. Gagal jantung
kongestif akan timbul disertai infeksi paru. Nadi akan teraba jelas
dan keras karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan nadi
yang lebar akibat aliran dari aorta ke arteri pulmonalis yang besar
saat fase diastolik. Bila sudah timbul hipertensi paru, bunyi
jantung dua komponen pulmonal akan mengeras dan bising jantung yang
terdengar hanya fase sistolik dan tidak kontinyu lagi karena
tekanan diastolik aorta dan arteri pulmonalis sama tinggi sehingga
saat fase diastolik tidak ada pirau dari kiri ke kanan. Penutupan
PDA secara spontan segera setelah lahir sering tidak terjadi pada
bayi prematur karena otot polos duktus belum terbentuk sempurna
sehingga tidak responsif vasokonstriksi terhadap oksigen dan kadar
prostaglandin E2 masih tinggi. Pada bayi prematur ini otot polos
vaskuler paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses
penurunan tahanan vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup
bulan dan akibatnya gagal jantung timbul lebih awal saat usia
neonates.
HemodinamikSeperti halnya pasien VSD, pada duktus arteriosus
persisten juga terjadi pirau kiri ke kanan, karena tekanan aorta
yang lebih besar daripada tekanan arteri pulmonalis. Perubahan yang
mungkin terjadi pada pembuluh darah paru akibat pirau kiri ke kanan
tersebut sama dengan yang terjadi pada VSD.Klasifikasi dan
Manifestasi KlinisTingkatHipertrofi ventrikel dan atrium
kiriTekanan arteri pulmonalSaturasi oksigenPerbandingan sirkulasi
pulmonal-sistemik
ITidak adaNormal Normal < 1,5
IIMinimal 30-60 mmHgNormal 1,5 2,5
IIISignifikan + hipertrofi ventrikel kanan yang minimal>60
mmHg, tapi masih dibawah tahanan sistemikKadang sianosis>2,5
IVHipertrofi biventrikel + atrium kiriLebih tinggi dari tahanan
sistemikSianosis TVka Shunt dari kiri ke kanan
Oleh karena itu, diketahui bahwa volume shunt dipengaruhi oleh
:1. Rasio aliran darah pulmonal (Qp) dan aliran darah sistemik
(Qs). Pada kondisi normal, jumlah aliran darah di kedua sirkulasi
seimbang. Qp:Qs = 1:12. Apabila ada shunt dari kiri ke kanan, Qp:Qs
berubah menjadi 2:1 atau 3:1, dan biasanya tingi pada defek yang
besar.3. Qp:Qs = Pp(Ps) adalah perbedaan rata-rata antara tekana
arteri dan vena dalam sirkulasi pulmonal (sistemik).Rp:Rs adalah
rasio resistensi vascular pulmonal dengan sistemik 2.0
simtomatik
Shunt dari kiri ke kanan yang kecil membuat penderita tampak
tanpa gejala (Rogers disease). Akan tetapi dengan shunt yang besar
(aliran pulmonl 2,0 kali aliran sistemik) dapat menimbulkan tanda
dan gejala gagal jantung kongestif. Biasanya kemunculan gejala dan
tanda gagal jantung kongestif akan tertunda sampai umur 3-4 minggu
pada defek yang besar atau jarang lebih dari 6 bulan pada defek
tunggal. Namun gejala gagal jantung kongestif bisa timbul sejak
hari pertama bila ada faktor-faktor pendorong, seperti cacat
jantung tambahan, infeksi pernapasan penyerta, anemia, anomaly
congenital nonkardial, dan prematuritas.4Oleh karena peningkatan
tekanan pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis mengalami perubahan
struktur, yaitu penebalan diameter internal yang disertai kenaikan
resistensi vascular pulmonal seiring dengan perubahan ukursan
shunt. Pada dasarnya ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi
selama periode ini, yaitu: Defek mengecil sehingga shunt dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan berkurang, kondisi tampak
membaik. Defek menutup Terjadi stenosis infundibular sehingga shunt
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan berkurang Defek tetap besar,
shunt dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan berlanjut sebagai
kelainan vascular pulmonal yang progresif. Bila berlanjut, tekanan
ventrikel kanan akan melampaui tekanan ventrikel kiri sehingga
terjadi perpindahan shunt dai ventrikel kanan ke ventrikel kiri (
Eisenmenger syndrome). 2Epidemiologi3Defek septum ventrikel adalah
kelainan jantung congenital yang paling sering ditemukan, yaitu :
20-30% dari seluruh kasus kelainan jantung bawaan. 1,5-3,5 dari
1000 kelahiran hidup Frekuensi pada wanita 56% sedangkan laki-laki
44% Sering dijumpai pada sindrom Down Kelainan tunggal dan kelainan
jantung congenital yang muncul bersama dengan VSD adalah 50% dari
seluruh kasus kelainan jantung congenital Insiden tertinggi pada
prematur dengan kejadian 2-3 kali lebih sering disbanding bayi
aterm. PenatalaksanaanPada usia 2 tahun, minimal sebanyak 50% VSD
yang berukuran kecil atau sedang akan menutup secara spontan baik
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak diperlukan tatalaksana
bedah. Operasi penutupan sekat pada bayi usia 12-18 bulan
direkomendasikan apabila terdapat VSD dengan gagal jantung
kongestif atau penyakit pembuluh darah pulmonal. Gangguan atau
lubang yang berukuran sedang namun tanpa disertai dengan
peningkatan tekanan pembuluh darah pulmonal, penanganannya dapat
ditunda. Terapi pengobatan untuk profilaksis atau pencegahan
endokarditis (peradangan pada endokardium atau selaput jantung
bagian dalam) diberikan untuk semua pasien dengan VSD.5Cardiologi
referral : Pasien dengan VSD yang sudah ditegakkan diagnosisnya
Gagal jantung kongestif Hipertensi pulmonalMedikamentosa:6a. Terapi
yang sesuai untuk gagal jantung kongestif (nitrat organic +
hidralazin)b. Vasodilator pulmonal dengan pasien yang mengalami
elevasi tahanan vascular paru. (nesiritid IV)
Operasi1. Perbaikan secara operasi di pasien dengan asimtomatik
dan dewasa dengan tekanan paru yang normal jika rasio pulmo dan
sistemik 2:12. Perbaikan lebih awal dapat mencegah perkembangan
dari insufisiensi aorta3. Penutupan defek di kontraindikasikan bagi
pasien dengan penyakit vascular paru yang beratMonitoring EKG
selama di rumah sakit Keseimbangan cairanDiet dan Aktivitas Diet
rendah natrium, diet cairan bagi pasien dengan gagal jantung
kongestif Mencegah aktivitas berat pada pasien dengan VSD sedang
berat
Pencegahan51. Perhatikan gizi ibu hamil2. Vaksinasi ibu hamil3.
Lingkungan yang sehat4. Profilaksis untuk endocarditisPrognosis5
Surgical mortality 3-5% dari perbaikan VSD Pasien dengan VSD kecil
yang asimtomatik memiliki prognosis baik Pasien dengan VSD sedang
besar tergantung pada besarnya defek, perkembangan vaskularisasi
paru, outflow dari ventrikel kanan-hipertrofi-dan obstruksi, gagal
jantung, insufiensi aorta, dan endokarditis Pasien dengan
Eisenmenger syndrome survival rate nya turun, dan dianjurkan untuk
melakukan transplantasi jantung-paru.Komplikasi VSD yang berlanjut
(post operasi) Disfungsi ventrikel kiri yang berlanjut Ventricular
aritmia Insufiensi aorta Eisenmenger syndrome Endokarditis
Obstruksi pengeluaran ventrikel kanan
PenutupKesimpulanBayi 4 bulan pada kasus skenario menderita
Defek Septum Ventrikel. Defek septum ventrikel adalah suatu
penyakit jantung kongenital yang banyak kita temukan. VSD terdiri
dari beberapa tipe tergantung dari besarnya defek. Pasien tersebut
kemungkinan besar menderita VSD tipe defek besar dikarenakan
memiliki gejala yang khas seperti sesak nafas, gangguan menyusu
serta terdengar bising jantung pansistolik derajat 4 saat
auskultasi. Penderita VSD defek besar sebaiknya langsung ditangani
dengan cepat untuk mencegah terjadinya gagal jantung.
Daftar Pustaka1. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis.
Jakarta: Bidang penerbit yayasan diabetes Indonesia. 2004. h.
80-12. Wahab AS. Kardiologi anak : penyakit jantung congenital yang
tidak sianotik. Jakarta: EGC. 2009. h. 37-663. Kliegman RM, Behrman
RE, Jenson HB, Bonita FS, editors. Nelson textbook of pediatrics.
USA: Saunders Elsevier. 2007. h. 1574-824. Rudolph AM, Hoffman JIE,
Rudolph CD. Buku ajar pediatric rudoloph. Edisi 20. Jakarta: EGC.
2006. h. 2735. Crawford MH, Srivathson K, McGlothlin DP. Current
consult cardiology. USA: Mc Graw Hill; 2006. h. 370-36. Gunawan GS,
Setiabudy R, Nafrialdi, editors. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
Jakarta: Dep. Farmakologi dan terapeutik FKUI. 2007. h. 17722