Top Banner
i LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019 DEDI SUGANDI KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2014
52

DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

Mar 10, 2019

Download

Documents

dangdieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

i

LAPORAN AKHIR TAHUN 2014

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019

DEDI SUGANDI

KEMENTERIAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2014

Page 2: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

ii

LAPORAN AKHIR TAHUN 2014

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN ROK 2015-2019

DEDI SUGANDI EMLAN FAUZI

HAMDAN YONG FARMANTA

HERLENA BIDI ASTUTI WAWAN EKA PUTRA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2014

Page 3: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan Analisis Kebijakan dan Penyusunan

Renstra 2015-2019 dapat diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2014.

Kegiatan ini bertujuan menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di

Provinsi Bengkulu, menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di

Provinsi Bengkulu, menyusun rencana operasional Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019.

Pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah

produktivitas yang rendah, kualitas produk yang rendah, keterbatasan akses terhadap

penetrasi pasar dan infrastruktur. Untuk mengatasi permasalah tersebut, perlu dibuat

alternatif kebijakan yang di sesuaikan dengan kondisi daerah. Adapun rekomendasi

kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah peningkatan peremajaan

(grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui penyambungan, Peningkatan kapasitas

SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan dari 10% menjadi 48 %,

peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui

program bantuan bibit, peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan ari 35%

menjadi 84% melalui penjaminan ketersediaan pupuk tepat waktu dan penegakan

regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari 0 % menjadi

14%.

Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini belum

sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini.

Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami sampaikan terima kasih.

Bengkulu, Desember 2014

Penanggung Jawab

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Page 4: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan dan ROK 2015-2019 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2014 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina TK I /IVb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Madya 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : - 9. Tahun Mulai : 2014 10. Tahun Selesai : 2014 11. Output Tahunan : Rekomendasi kebijakan dan ROK BPTP Bengkulu

2015-2019 12. Output Akhir : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan

kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP Bengkulu 2014-2019

13. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) 14. Biaya Revisi : Rp.72.510.000,-(tujuh puluh dua juta lima ratus

sepuluh ribu rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001

Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Mengetahui, Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Abdul Basit,M.S NIP. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Page 5: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

iii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i

RINGKASAN ...................................................................................................... ii

SUMMARY ........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 8

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 8

1.2. Tujuan ............................................................................................. 10

1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 10

1.4. Hasil Yang Diharapkan ...................................................................... 10

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ......................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 12

III. METODOLOGI ........................................................................................... 15

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................... 15

3.2. Pendekatan ...................................................................................... 15

3.3. Metode Pengkajian ............................................................................ 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………........……………………………………………. 18

V. KESIMPULAN………………………………………........…………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………........…………………………………………. 36

ANALISIS RISIKO .............................................................................................. 37

ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN……………………………………………………………...... 37

REALISASI ANGGARAN……………………………………………………………………………...... 38

LAMPIRAN

Page 6: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Analisis Resiko……………………………........................................... 37

2. Anggaran Yang di Alokasikan……………………………………………………. 37

3. Realisasi Anggaran…………………………………………………………………... 38

Page 7: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

v

DAFTAR GAMBAR

1. Causal loop Perkebunan Kopi………………………………………………… 22

2. Struktur Model Perkebunan Kopi……………………………………………. 31

3. Model Simulasi Eksisting……………………………………………………….. 32

4. Hasil Siulasi Eksisting……………………………………………………………. 33

Page 8: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi kegiatan ........................................................... 36

Page 9: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

vii

RINGKASAN

1. Judul : Analisis Kebijakan dan Penyusunan Renstra

2015-2019

2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Tujuan : a. Menganalisis kebijakan pengembangan

usahatani kopi di Provinsi Bengkulu

b. Menyusun alternatif rekomendasi

kebijakan pengembangan kopi di Provinsi

Bengkulu

c. ROK BPTP Bengkulu 2015-2019

4. Keluaran : a. Kinerja kebijakan pengembangan

usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.

b. Rekomendasi alternatif kebijakan

pengembangan kopi di Provinsi bengkulu

c. ROK BPTP 2015-2019

5. Metodologi : Metode yang digunakan adalah survei dengan

metode penarikan sampel Simple Sampling

Methode. Data yang digunakan ada data

sekunder dan data primer. Data primer

dikumpulkan melalui kegiatan surveymelalui

wawancara terhadap pemangku kebijakan dan

juga petani kopi, penyuluh lapangan, pedagang

kopi dan pengolah produk kopi.

6. Capaian : Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan

kopi di Provinsi Bengkulu dan ROK BPTP

Bengkulu 2014-2019

7. Prakiraan Manfaat : Menjadi acuan bagi pihak terkait dalam

pembuatan kebijakan dibidang perkebunan kopi.

8. Prakiraan Dampak : Kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan.

9. Jangka Waktu : 1 (satu)Tahun

10. Biaya Awal : Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

11. Biaya setelah

Revisi

: Rp.72.510.000,- (tujuh puluh dua juta lima ratus

sepuluh ribu rupiah)

Page 10: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

viii

SUMMARY

1. Title : Policy Analysis and Preparation of the Strategic Plan 2015-2019

2. Implementing Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of Bengkulu

3. Objectives : a. Analyzing the development policies of coffee farming in the province of Bengkulu

b. Develop alternative policy recommendations coffee development in Bengkulu

c. Bengkulu BPTP strategic plan 2015-2019

4. Output : a. Performance development policies coffee farm in the province of Bengkulu.

b. Recommendations alternative development policies coffee in Bengkulu Province

c. BPTP Strategic Plan 2015-2019 5. Procedure : The method used is a survey with a Simple

Sampling method of sampling. Data used secondary data and primary data. Primary data was collected through interviews with stakeholders surveymelalui and coffee farmers, extension workers, traders and processors coffee coffee products.

6. Achievement : Recommendations alternative development policies and coffee in Bengkulu Bengkulu BPTP Strategic Plan 2014-2019

7. Benefit : A reference point for stakeholders in policy-making in the field of coffee plantations

9. Impact : Policies are produced in accordance with the requirements.

9. Duration : 1 (one) Year 10. Initial costs : Rp. 100.000.000,- 11. Cost after revision : Rp. 72.510.000,-

Page 11: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik

global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah

kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa

berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di pasar

global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh

sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi

sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al, 2002). Untuk mendukung arah

pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor

pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu

pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi

perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung

sumberdaya pertanian.

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu, berbagai

permasalahan dan isu kebijakan dapat muncul setiap saat. Permasalahan-

permasalahan seperti lapangan kerja tidak terbuka, dan bertambahnya pengangguran,

bencana alam dan gempa bumi. Beberapa isu kebijakan pertanian penting lainnya

yang perlu dicermati misalnya pengurangan subsidi pupuk, bantuan langsung tunai

kepada masyarakat, dan peningkatan daya saing komoditas unggulan daerah.

Berbagai permasalahan dan isu-isu kebijakan pembangunan pertanian tersebut

memerlukan kajian untuk menyiapkan bahan kebijaksanaan secara cepat dan tepat

baik yang bersifat antisipatif atau yang menjawab permasalahan yang berkembang.

Untuk mengantisipasi perubahan dan dinamika dalam rentang waktu 2015-

2019, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu memerlukan rencana

strategis (renstra). Renstra berguna untuk memfokuskan program kerja dan

pelaksanaan kegiatan pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi secara efektif

dan efisien. Program strategis BPTP Bengkulu diarahkan untuk terlaksananya

pemanfaatan potensi sumberdaya spesifik wilayah (Provinsi Bengkulu) yang berbasis

inovasi dengan produk pertanian yang lebih berkualitas dan bernilai tambah yang

berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan pengguna lainnya. Struktur

rencana strategis secara komprehensif akan dijabarkan dalam visi, misi, strategi

utama, sasaran utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.

Page 12: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

2

Salah satu tugas pokok Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

ialah memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan pertanian

kepada pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu bersama dengan

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi mencanangkan peningkatan nilai

tambah kopi bagi kesejahteraan masyarakat melalui penguatan sistem inovasi daerah

(SIDa). Dalam kesepakatan ini BPTP Bengkulu berkewajiban untuk menyediakan

tenaga ahli bidang tanaman kopi, melakukan penelitian kopi spesifik lokasi, membuat

analisa kebijakan usahatani kopi rakyat, melakukan pembinaan dan pengembangan

sumberdaya manusia, dan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi.

Provinsi Bengkulu termasuk tiga besar produsen kopi Indonesia dengan luas

areal 91.434 ha dan produksi 55.845 ton. Produsen kopi terbesar di Indonesia adalah

Provinsi Lampung dengan luas areal 162.342 dan produksi 145.025 ton, disusul

Sumatera Selatan dengan luas areal 256.138 dan produksi 138.385 ton. Skala regional

Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama setelah

kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232 ha (21,27%)

dengan jumlah keluarga yang terlibat sebanyak 75.453 kepala keluarga (19,18%). Kopi

termasuk komoditas ekspor penting Provinsi Bengkulu dengan nilai US$ 7.972.061,9

atau 0,03% dari total nilai ekspor yang mencapai US$ 267.493.793,40 (BPS, 2013).

Perkebunan kopi Bengkulu didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total

luas 95.016 ha atau 99,17%, sementara areal perkebunan swasta sebesar 784 ha.

Jenis kopi yang umumnya dikembangkan adalah kopi robusta dengan luas tanam

mencapai 90.441 ha atau 95,19% dengan produksi 54.201 ton (produktivitas 0,71

ton/ha), luas tanam kopi arabika mencapai 3.791 ha dengan produktivitas 0,77 ton/ha.

Produktivitas tersebut masih jauh di bawah potensi hasil sebesar 1,5-2,0 ton/ha.

Berbagai kendala yang ditemui dalam pengembangan kopi rakyat di Provinsi Bengkulu

belum sepenuhnya dapat diukur dalam hubungan timbal balik yang dinamis. Beberapa

masalah hanya diukur berdasarkan persentase atau kecenderungan tanpa dilihat

seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam suatu sistem produksi yang kompleks.

Dengan demikian peran pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan sangat

diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Di Provinsi Bengkulu kopi sebagai produk unggulan dibidang perkebunan.

Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah dilakukan secara turun temurun

sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya

peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas

Page 13: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

3

lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi di Provinsi

Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada awalnya

dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan yang

intensif. Beberapa permasalahan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu adalah

kehidupan petani sulit dengan panen satu tahun satu kali. Produktivitas kopi rendah

0,7 ton/ha/tahun. Masyarakat hanya mengandalkan kebun-kebun kopi yang umumnya

sudah tua dan kurang terawat, budidaya turun temurun, tradisional, menanam bibit

asalan.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah provinsi

maupun kabupaten mengeluarkan kebijakan berupa penyuluhan teknik budidaya,

membangun kebun entres, peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan

tunas, pembuatan lantai jemur, mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul

nasional (kopi SE) dari jember, pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai

tambah melalui perbaikan mutu hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no

02 tahun 2007 tentang larangan jual biji kopi basah dan resi gudang. Sampai sejauh

mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan ditingkat petani sehingga akan

berdampak terhadap peningkatan mutu dan produktivitas perlu dilakukan pengkajian.

1.2. Tujuan

a. Menganalisis kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.

b. Menyusun alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi di Provinsi

Bengkulu.

c. Menyusun rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) Bengkulu tahun 2015-2019

1.3. Keluaran Yang Diharapkan

a. Kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu.

b. Rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.

c. Rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Bengkulu 2015-2019.

Page 14: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

4

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Tersedianya informasi tentang kinerja kebijakan pengembangan usahatani kopi

di Provinsi Bengkulu, rekomendasi alternatif kebijakan pengembangan kopi di Provinsi

Bengkulu dan rencana operasional kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) Bengkulu 2015-2019.

1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak

1. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan serta

penyempurnaan kebijakan pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu.

2. Adanya Renstra BPTP Bengkulu 2015-2019.

Page 15: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

5

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Perubahan pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik secara

legal di wujudkan dengan lahirnya undang-undang No.22 tahun 1999 dan No. 25

tahun 1999. Hal tersebut memberikan konsekuensi kewenangan kepada Pemerintah

daerah, bukan hanya terbatas pada merencanakan dan melaksanakan pembangunan

namun lebih dari itu untuk mengembangkan perekonomian dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan mengelola sumber daya yang ada di daerah.

Pembangunan agribisnis memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan

daerah. Agribisnis telah dan akan terus menjadi andalan dalam pembangunan

perekonomian daerah, hal ini disebabkan karena sampai saat ini hampir seluruh

ekonomi daerah di Indonesia berbasiskan pada sistem agribisnis, baik dikaji dari

pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun penyerapan

tenaga kerja.

Untuk dapat memerankan fungsinya secara baik sebagai penyedia bahan

makanan pokok, penyumbang perolehan devisa dan penampung tenaga kerja, sektor

pertanian terus memperbaiki kinerja pembangunannya melalui berbagai kebijakan.

Kebijakan pembangunan pertanian merupakan keputusan dan tindakan pemerintah

untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan

pertanian guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional (Mubyarto, 1989).

Pada lingkungan strategis domestik, sesuai dengan arah reformasi

pembangunan yang lebih mengedepankan kreatifitas rakyat dan otonomi daerah,

sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 22 dan 25 tahun 1999 dan PP No. 25 tahun

2000, pada masa yang akan datang peran Pemerintah Daerah dan pelaku ekonomi di

daerah untuk pengembangan agribisnis dan mengembangkan ketahanan pangan

regional akan semakin menonjol. Sejalan dengan beberapa perubahan lingkungan

strategis di atas, pelaksanaan pembangunan pertanian dituntut untuk dapat

meningkatkan kapasitas dan produktivitas sumberdaya manusia yang bekerja di

pertanian, melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Petani dan pengguna sumberdaya alam lainnya diharapkan mampu memilih dan

menerapkan teknologi pertanian secara tepat, agar proses produksi dapat

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya didasarkan pada prinsip pertanian yang

berkelanjutan. Selain itu, melalui penguasaan IPTEK, petani dan pelaku kegiatan

pertanian lainnya diharapkan dapat bersaing secara sehat dalam pasar global yang

semakin terbuka.

Page 16: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

6

Kondisi di atas menyebabkan tuntutan terhadap lembaga penelitian akan

semakin besar, terutama dalam menghasilkan teknologi dan menginformasikan secara

cepat dan tepat apa yang telah dihasilkan kepada pengguna. Dalam pengembangan

teknologi yang dilakukan, penekanan lebih pada pemberdayaan komunitas lokal,

dengan didasarkan pada teknologi yang telah dikembangkan petani dan

mengakomodasi kearifan lokal. Dengan demikian proses adopsi dan keberlanjutan

penerapannya di petani dapat lebih terjamin.

Pengembangan kopi, terutama kopi diperkebunan rakyat harus dilakukan

terintegrasi. Beberapa aspek harus menjadi perhatian mulai dari kualitas bahan tanam,

panen, pengembangan produk, penanganan pascapanen dan pemasaran. Kopi

merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Saat

ini isu strategis daerah yang tertuang dalam RPJM 2010-2015 adalah peningkatan daya

saing produk pertanian. Bagi Provinsi Bengkulu, kopi merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang memberikan peranan terbesar dalam pembentukan Produk Domestik

Bruto, dan setiap tahun terus mengalami peningkatan produksi (BPS, 2011). Salah satu

kabupaten yang menjadikan kopi sebagai komuditas unggulan yang memberikan

kontribusi PDRB yang cukup besar adalah Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong pada kurun waktu 2005 -2011 perkembangan luas

dan produksi tanaman perkebunan menunjukkan kecenderungan peningkatan baik

jenis maupun produksinya. Kegiatan usaha tani kopi di Provinsi Bengkulu telah

dilakukan secara turun temurun sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang

baik dengan adanya peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan. Peningkatan

luas lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi

terutama jenis kopi robusta di Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat.

Kegiatan usaha tani ini pada awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun

dan tanpa pemeliharaan yang intensif. Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi

robusta di lakukan menggunakan teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang

intensif dengan pemupukan dan penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi

penyambungan dan pemeliharaan ini merupakan bagian dari input produksi yang

digunakan dalam kegiatan usaha tani kopi robusta terutama petani kopi di Kabupaten

Rejang Lebong.

Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi

oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi

teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani,

produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Senjang

Page 17: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

7

hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil riel dengan potensi hasil

dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi teknologi masih rendah.

Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas bersifat

kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga seringkali sulit

diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan akar permasalahan. Hal

ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan yang berulang dalam upaya

peningkatan produksi yang ditekankan melalui peningkatan produktivitas.

Permasalahan yang sering muncul dalam upaya peningkatan produktivitas adalah:

masalah pupuk, masalah iklim dan bencana alam, pasca panen,dan masalah harga

(Andi Nuhung, 2010).

Page 18: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

8

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study.

Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei.

Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual

yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan

dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada selanjutnya di sintesakan untuk

dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Survei

adalah mengukur gejala gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk

pemecahan masalah (Sevilla et al., 1993).

Secara umum metode yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah melalui

survei pada institusi pendukung pelaksanaan pengembangan kopi dan masyarakat

petani di 2 Kabupaten. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif.

3.2. Ruang Lingkup

Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2014 dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan. Ruang lingkup kegiatan dibatasi untuk mengkaji

pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Agar tidak ketinggalan dan

kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat sehingga

diperoleh hasil kajian yang masih tetap relevan untuk perumusan kebijakan. Meskipun

demikian, metode pengkajian ini akan tetap memperhatikan landasan teoritis dan

mempertahankan objektivitas. Data-data yang terkumpul ditabulasi dan selanjutnya

dianalisis untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil analisis tersebut

selanjutnya di deskripsikan yang dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk rumusan

alternatif kebijakan dan pelaporan hasil akhir penelitian

3.3. Metode Pengkajian

a. Penarikan Contoh dan Pengumpulan Data

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Simple

Sampling Methode. Tahap pertama penarikan satuan sampling primer, yaitu

memilih 2 kabupaten sentra produksi kopi robusta dan 2 kabupaten sentra kopi

arabika. Tahap kedua adalah memilih satuan sampling sekunder, yaitu memilih

keluarga (kepala keluarga) dari tiap kabupaten terpilih. Satuan sampling terpilih

dari tahap kedua ini merupakan unit elementer yang menjadi responden

pengkajian.

Page 19: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

9

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para

pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Perkebunan), tingkat kabupaten

(Dinas Perkebunan), dan pelaksana di tingkat lapangan (PPL, petani, pedagang

dan pengolah kopi). Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan untuk

mengetahui program pengembangan kopi di tingkat provinsi dan kabupaten.

Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani kopi, parameter input dan

output, rantai pemasaran dan kelembagaan (kelompok tani, koperasi,

lembaga pasar, dll)

2) Dukungan petugas dalam pemberdayaan petani kopi.

Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari

dinas/instansi terkait yang meliputi data karakteristik lokasi/wilayah (biofisik,

sosial ekonomi dan budaya), laporan akhir tahun dinas perkebunan dan

publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.

b. Analisi Data

Untuk menjawab tujuan pertama analisis data dilakukan secara deskriptif.

Sedangkan tujuan kedua alternatif rekomendasi kebijakan pengembangan kopi

rakyat di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem

(Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui beberapa

tahapan, yaitu:

1. Identifikasi potensi dan permasalahan

Mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari sistem yang akan

diamati. Tahap identifikasi masalah meliputi identifikasi dan perumusan

masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka dan

pengumpulan data awal. Dari identifikasi awal terhadap sistem perkopian di

Bengkulu, telah dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan dalam

penelitian ini yaitu diindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah

mengenai peningkatan kuantitas dan kualitas kopi selama ini belum begitu

dirasakan manfaatnya oleh pelaku perkopian di Bengkulu. Identifikasi juga

digunakan untuk melihat hubungan nyata antar elemen agar mudah

dilakukan diagnosa terhadap sistem.

2. Pemetaan Masalah (Black Box)

Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan berpengaruh dalam model,

maka dilakukan pembuatan model awal dan diagram sebab akibat dari

sistem perkopian Bengkulu dan hubungannya dengan kesejahteraan petani

kopi. Pengumpulan data disini adalah data-data yang digunakan sebagai

variabel input dan asumsi dalam model perkopian Bengkulu. Diagram input-

output disusun untuk mengetahui deskripsi skematis dari sistem perkopian di

Provinsi Bengkulu yang menjadi objek amatan dalam penelitian ini.

Page 20: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

10

3. Analisis masalah dan potensi melalui metode Causal Loop

Analisa causal loop diagram dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel

dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Pendekatan sistem

produksi kopi di Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi

yang terjadi antar elemen dalam sistem.

4. Perumusan masalah ke dalam bentuk matematis dalam struktur model

Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab akibat menjadi

diagram alir (flow diagram) yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak

komputer yang akan digunakan sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis

yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan.

5. Verifikasi dan validasi model

Verifikasi dan validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dari model

yang dibuat dengan sistem nyata. Cara yang digunakan dalam validasi model

ini adalah membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya.

Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam

mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan kesalahan kuadran rata-rata.

6. Analisis sensitivitas

Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan variabel-variabel

yang mempengaruhinya.

7. Rencana Rekomendasi Kebijakan

Pembuatan skenario Rekomendasi kebijakan dilakukan untuk

pengambil/penentu kebijakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan

masukan, sebagai bahan bagi pengambil kebijakan.

Untuk menjawab tujuan yang ketiga dilakukan dengan pendekatan sebagai

berikut :

1. Pembentukan tim penyusun ROK 2015-2019

2. Pembagian tugas tim penyusun ROK 2015-2019

3. Pendalaman materi yang berasal dari lingkup

a. Kementerian Pertanian : RPJP , RPJM dan Renstra Badan Litbang,

Puslitbangtan, dan BB Pengkajian.

b. Permasalahan Daerah : RPJM, RPJP pemerintah Daerah Provinsi

Bengkulu, instansi terkait ( Dinas Pertanian, Bakorluh, Dinas Peternakan,

Dinas perkebunan, dan BKP), Renstra Bapeda, BPP Stada.

4. FGD, konsultasi dan pematangan konsep.

5. Sosialisasi

6. Pencetakan dan publikas renstra.

Page 21: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Usahatani Kopi di Provinsi Bengkulu

4.1.1. Kinerja Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sejak

lama telah berusaha di bidang usaha tani kopi dan memberikan kontribusi yang cukup

untuk perkopian di Indonesia. Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang adalah salah

satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang menghasilkan kopi yang cukup besar dan

menjadikan kopi sebagai produk unggulan di bidang Pekebunan. Kegiatan usaha tani

kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang telah dilakukan secara turun temurun

sejak lama dan sejauh ini telah menujukkan hasil yang baik dengan adanya

peningkatan luas lahan dan output yang dihasilkan sebesar 3,67 %. Peningkatan luas

lahan dan jumlah produksi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha tani kopi robusta di

Provinsi Bengkulu makin diterima oleh masyarakat. Kegiatan usaha tani ini pada

awalnya dilakukan tanpa menggunakan teknologi apapun dan tanpa pemeliharaan

yang intensif.

Sejak tahun 1995 kegiatan usaha tani kopi robusta di lakukan menggunakan

teknologi penyambungan dan pemeliharaan yang intensif dengan pemupukan dan

penyemprotan hama penyakit tanaman. Teknologi penyambungan dan pemeliharaan

ini merupakan bagian dari input produksi yang digunakan dalam kegiatan usaha tani

kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Input produksi ini berupa input tradable terdiri dari

pupuk dan pestisida dan input non tradable terdiri dari bibit (biaya penyambungan),

lahan, dan tenaga kerja. Sejauh ini walaupun komoditas kopi menjadi salah satu

komoditas unggulan bagi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Faktor-faktor

yang mendorong petani untuk mengembangkan usaha tani kopi adalah adanya

kesempatan kerja yang tersedia, adanya kemampuan kerja yang dimiliki, status lahan

yang digarap, luas areal lahan yang digarap, pendapatan yang di terima dari tanaman

kopi.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi, pemerintah daerah terutama

Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Kepahiang dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejang Lebong telah

melaksanakan kegiatan/program yang dilakukan dalam bentuk intensifikasi usaha

(pembagian pupuk), penyuluhan teknik budidaya, membangun kebun entres,

peningkatan produksi kopi melalui sambung pucuk dan tunas, pembuatan lantai jemur,

mendatangkan dan menguji klon/ varietas kopi unggul nasional (kopi SE) dari jember,

Page 22: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

12

pembagian mesin pengolah kopi, peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu

hasil panen dan kopi luwak serta peraturan daerah no 02 tahun 2007 tentang larangan

jual biji kopi, kakao, lada dan kemiri basah dan resi gudang yang dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Kepahiang. Dari beberapa kegiatan/program pengembangan

kopi di Provinsi Bengkulu masih banyak yang belum berjalan di tingkat petani seperti

peraturan daerah pelarangan jual kopi basah dan resi gudang yang belum aktif di

Kabupaten Kepahiang, pemupukan, teknik budidaya yang masih rendah.

Program/kegiatan yang berjalan di tingkat petani seperti peremajaan kopi melalui

penyambungan dengan pola sambung tunas dan pucuk. Peremajaan kopi ditingkat

petani disetiap kecamatan berbeda-beda. Seperti di Kabupaten Kepahiang kecamatan

ujan mas, petani kopi lebih banyak menggunakan sambung tunas sedangkan di

kecamatan Bermani ilir dan Kecamatan Muara Kemumu petani menggunakan sambung

pucuk.

4.1.2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi di Provinsi Bengkulu

4.1.2.1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan

Identifikasi dilakukan untuk menginventarisir potensi dan permasalahan dari

aspek biofisik, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil identifikasi diperoleh

18 permasalan (Gambar 1).

Gambar 1. Identifikasi sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu

Kondisi sistem perkopian Bengkulu ini cenderung sangat memprihatinkan.

Walaupun tiap tahunnya luas areal lahan senantiasa meningkat karena dipengaruhi

harga yang terus meningkat. Kualitas yang dihasilkan dari para petani adalah kualitas

yang masih rendah, beras kopi yang diperdagangkan umumnya memiliki kualitas

asalan, yaitu sekitar 83% dan sisa dengan kualitas super. Hal ini yang menyebabkan

Page 23: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

13

harga biji kopi Bengkulu dinilai masih rendah. Penilaian itu dikarenakan sebagaian

besar kualitas kopi berasal dari petani. Penurunan kualitas tersebut dipicu karena

penanganan proses pasca panen yang kurang memadai. Biasanya para petani hanya

melakukan penjemuran biji kopi yang telah di panen, hal ini mengakibatkan kualitas

yang buruk.

Sistem perdagangan kopi di Provinsi Bengkulu dimulai dari produsen yaitu

perkebunan rakyat (petani). Hasil panen biji kopi dari para petani kemudian dijual

kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul ini kemudian sebagian besar

akan di jual ke Lampung dan Palembang sisanya akan dijual di pasar lokal maupun

industri pengolahan kopi. Harga kopi yang berlaku dipengaruhi oleh pasar ekspor yang

ada di Provinsi Lampung. Pedagang besar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang

memberlakukan 2 harga beras kopi, yaitu “beras kopi asalan” dengan harga Rp

18.500/kg dan “beras kopi super” dengan harga Rp 19.000/kg. Beras kopi asalan

ditandai dengan kadar air sekitar 21-25% dan beras kurang bersih, sedangkan kopi

super ditandai dengan kadar air maksimal 20% dan beras kopi bersih. Padagang besar

kopi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang umumnya melakukan pengujian

kadar air dengan alat pengukur yang masih sederhana namun menjadi penentu mutlak

kualitas dan harga kopi. Kondisi ini menegaskan posisi tawar yang tinggi pada

pedagang besar untuk menentukan harga, terutama untuk beras kopi dengan kualitas

sangat rendah yang tidak akan ditampung. Margin harga kopi ditingkat pedagang

kabupaten lebih tinggi Rp 500 – Rp 1.000/kg dibandingkan tingkat petani. Kendala

terbesar dalam perdagang kopi Provinsi Bengkulu adalah mutu beras kopi yang masih

rendah, kondisi ini disebabkan penanganan pascapanen yang belum sesuai anjuran.

Dari sisi lingkungan dan peluang usahatani kopi yang diusahakan oleh petani

sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis

sesuai dengan anjuran, kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah,

sebagian tanaman kopi sudah rusak/tua, terserang hama penyakit. Selain itu produk

kopi baru diolah pada tingkat primer yaitu berbentuk biji kopi kering sedangkan

pengolahan produk hilirnya belum banyak dilakukan. Padahal produk olahan tersebut

memberikan nilai tambah yang cukup tinggi.

4.1.2.2. Analisis Kebutuhan Komponen

Analisis kebutuhan komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan

dalam pengembangan usahatani kopi di Provinsi Bengkulu. Hasil wawancara mendalam

dengan para pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan produksi kopi terdapat

6 (enam) pelaku yang secara sistem terkait, dan peran dari masing-masing pelaku

Page 24: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

14

dapat dikaji berdasarkan kebutuhan masing-masing. Secara lengkap analisis

kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis kebutuhan komponen yang berperan pada pengembangan usahatanikopi di Provinsi Bengkulu.

No Pelaku Kebutuhan

1 Petani Kopi Pendapatan meningkat, harga jual kopi meningkat, produktivitas kopi meningkat, kemudahan akses modal, stabilnya harga kopi.

2 Kelompok Tani Kopi Kemudahan modal kerja, kemudahan akses teknologi, kemudahan akses pasar.

3 Pedagang Pengumpul Kontuinuitas pasokan kopi, mutu kopi stabil, harga jual ke eksportir stabil.

4 Pemerintah Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat, Harga kopi stabil, Daya saing produk tinggi.

5 Lembaga penelitian/ penyuluhan

Sosialisasi inovasi teknologi hasil pertanian.

Sumber : data primer diolah 2014

4.1.2.3. Identifikasi Input dan Output

Dalam proses peningkatan produksi kopi harus dilandasi dengan kerangka

berpikir secara sistem, yang melihat hubungan antar komponen yang terlibat untuk

memenuhi kebutuhan dari masing-masing komponen. Untuk melihat hal tersebut

dijabarkan dalam bentuk diagram input dan output yang secara lengkap dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. diagram input dan output

Page 25: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

15

Dalam input-output diagram ini yang pertama untuk input tak terkendali ini

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kapabilitas sistem produksi kopi,

namun sistem sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol nilai input tersebut.

Pada umumnya input tak terkendali merupakan faktor eksternal sistem. Beberapa

variabel yang menjadi input tak terkendali dalam sistem produksi kopi di Provinsi

Bengkulu adalah Produktivitas lahan, harga pasar, bunga bank, permintaan kopi dunia.

Input terkendali merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh sistem agar dapat

menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa variabel yang

termasuk kelompok input terkendali yaitu usaha peningkatan mutu kopi, peran

kelembagaan, klon unggul, pupuk, penyuluhan, pemeliharaan kebun, intensifikasi dan

pengendalian OPT. Lingkungan merupakan faktor disekitar sistem yang dapat

memberikan pengaruh terhadap sistem. Kondisi lingkungan sistem dapat dikontrol oleh

sistem, tetapi tidak dapat dikontrol oleh lingkungan itu sendiri. Variabel yang termasuk

dalam kelompok lingkungan yaitu kebijakan pemerintah dan iklim. Lingkungan

merupakan faktor disekitar sistem yang dapat memberikan pengaruh terhadap sistem.

Input tak terkendali, input terkendali, dan lingkungan akan menghasilkan output

dikehendaki dan output tak dikehendaki. Output dikehendaki dapat berupa tujuan

yang ingin dicapai dengan adanya sejumlah input yang mempengaruhi, misalnya

stabilitas mutu kopi, stabilitas harga kopi, keuntungan optimal, PAD meningkat,

produksi yang memadai serta Konsumsi Kopi meningkat. Sedangkan outuput tak

dikehendaki merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari, namun dapat

menjadi informasi atau masukan untuk mengontrol nilai input dikehendaki seperti

penurunan jumlah produksi dan produktivitas.

4.1.2.4. Struktur Model

Analisa causal loop diagram berikut dilakukan untuk mengetahui keterkaitan

variabel dalam sistem produksi kopi di Provinsi Bengkulu. Dari variabel yang telah

digambarkan diatas dapat diketahui seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dalam

usaha peningkatan pendapatan petani kopi. Pendekatan sistem produksi kopi di

Bengkulu juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi yang terjadi antar elemen

dalam sistem yang berikutnya akan digambarkan dalam causal loop diagram pada

gambar 4.

Page 26: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

16

Gambar 4. struktur model

Analisa causal loop diagram merupakan gambaran yang digunakan untuk

menunjukkan hubungan keterkaitan antar variabel. Causal loop diagram yang

ditunjukkan dalam penelitian ini hanya menggambarkan variabel-variabel secara umum

dalam bentuk yang utuh dan belum terbagi ke dalam sub sistem sebagaimana

dilakukan pada saat simulasi. Untuk memperjelas hubungan sebab akibat yang terjadi,

maka pada bagian analisa ini causal loop diagram akan dijelaskan dalam bentuk causal

tree diagram.

Gambar 5. Causal Tree diagram Produksi Kopi Bengkulu

Harga Kopi Lampung Harga kopi Bengkulu

Harga Kopi Palembang

Extensifikasi Luas Lahan

Produksi kopi

Biaya operasional

Harga kopi nasional

Pendapatan Petani

Kualitas petani

Produktivitas lahan

Produktivitas Lahan

Hama PBK

Intensifikasi

Provitas Kopi

Klon

OPT

Luas Lahan

Kopi

Produksi

kopi

+

Sosial-Budaya

Mutu

+

+

+

Tenaga kerja

pertanian

+

Jumlah

penduduk

Pertambahan

jumlah penduduk

+

+

(+)

Grafting

++

Penanganan

Pasca panen

Pemangkasan

+

Emisi GRK

Populasi

+

Limbah

Pertanian

+

HARGA

KOMODITI

HARGA

SAPRODI

BIAYA

USAHATANIPENDAPATAN

PETANI

KEBIJAKAN

HARGAJUMLAH

PENDUDUK

JUMLAH

PETANI

+

-

-

-

+

PERKEMBANGAN

INDUSTRI

-

-

+

PERKEMBANGAN

PARIWISATASUB MODEL EKONOMI

SUB MODEL PRODUKSI

-

+

+

+

-

Naungan

++

pupuk+

+

+

Penyuluhan+

Page 27: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

17

Dari gambar 5, dapat dilihat bahwa causal loop tree diagram produksi kopi di

Bengkulu dipengaruhi oleh variable harga kopi nasional, luas lahan, dan produktivitas

lahan kopi. Produktifitas dipengaruhi hama PBK sebagai pengurang produktivitas dan

intensifikasi sebagai faktor yang meningkatkan produktivitas. Sedangkan pendapatan

petani mempengaruhi produksi kopi, karena semakin tinggi pendapatan petani kopi

maka akan memacu minat petani untuk kembali menanam kopi, sehingga produksi

kopi nasional akan semakin naik.

Gambar 6. Causal Tree diagram Pendapatan Petani

Pendapatan petani kopi ini dapat dilihat dari diagram causal-tree pada

gambar 6, bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh biaya operasional perkebunan

kopi tiap hektar-nya, harga kopi nasional, kualitas kopi, dan produktivitas lahan.

Perolehan petani ini merupakan perolehan yang didapatkan petani dalam satu hektar

lahan kopi. Kualitas kopi berpengaruh terhadap perolehan petani karena apabila

kualitas buruk maka perolehan petani akan turun karena terdapat perbedaan pada

setiap level kualitas. Sehingga dari diagram tersebut faktor biaya dan kualitas kopi

akan menjadi pengurang perolehan petani, sedangkan harga dan produktivitas lahan

akan menambah perolehan petani.

Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan

menggunakan perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar

berikut.

Pendapatan Petani

Biaya Bibit

Biaya Operasional

Produktivitas Lahan

Harga kopi Palembang

Harga kopi Lampung

Kualitas Petani

Harga kopi Bengkulu

Biaya Pasca Panen

Biaya Pengendalian Hama Penyakit

Biaya Pupuk

Hama PBK

Intensifikasi

Page 28: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

18

4.1.2.5. Analisa Hasil Simulasi

Setelah tahapan-tahapan penyusunan model dilakukan analisis dengan menggunakan

perangkat komputer diperoleh model simulasi eksisting seperti gambar berikut.

Gambar 7. Hasil Kondisi Eksisting

Untuk mencapai peningkatan produksi kopi dari 700.000 kg/ha menjadi 1,5

ton/ha, perlu dilakukan simulasi model dengan pendekatan sistem dinamik.

Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh gambaran bahwa target peningkatan produksi

kopi di Bengkulu dapat di capai melalui pendekatan inovasi teknologi pertanian seperti

yang terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Hasil Simulasi

SAPRAS

474.50

INDEKS HARGA

0.00

KLON UNGGUL

25.00

Rekomendasi

pupuk (%)

35.00

Penyuluhan (%)

10.00

Pengendalian OPT

(%)

96.76

Produksi (ton)

480,295.87

Total Luas Lahan (ha)

125,941.40

Losses panen (%)

6.44

REGULASI

3,279.00

PANEN PASCAPANEN (%)

35.74

12:33:28 AM 12:33:29 AM 12:33:30 AM 12:33:31 AM 12:33:32 AM 12:33:33 AM

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Tahun

Pro

duksi_

Kopi

Time Luas_tanam Produksi_padi

12:33:28 AM

12:33:29 AM

12:33:30 AM

12:33:31 AM

12:33:32 AM

12:33:33 AM

12:33:34 AM

137,629.46

136,105.04

134,655.44

133,277.81

131,969.41

126,502.92

125,941.40

478,323.57

488,619.77

511,700.65

516,645.76

502,277.99

482,437.32

480,295.87

KONDISI EKSISTING

PEREMAJAAN

(%)

65.00

Produksi_Kopi

2012 2013 2014 2015 2016 2017

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

Page 29: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

19

Dari hasil simulasi data eksisting dilanjutkan dengan menguji sensitivitas setiap

variabel. Variabel yang mempengaruhi produksi kopi di Provinsi Bengkulu adalah

regulasi, sapras, indeks harga, panen dan pasca panen, peremajaan, pengendalian

OPT, penyuluhan, klon unggul dan rekomendasi pupuk.

1. Regulasi Pelarangan Petik Hijau

Regulasi pelarangan petik hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas biji

kopi. Regulasi yang sudah ada adalah peraturan daerah tentang pelarangan jual beli

biji kopi basah di kabupaten kepahiang. Tetapi regulasi ini belum diterapkan oleh

petani kopi di Kabupaten Kepahiang. Untuk itu perlu perbaikan ditingkat pelaksana dan

sosialisasi tingkat petani perlu di tingkatkan.

2. Sarana dan Prasarana

Kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah dalam mendukung sarana

dan prasarana adalah pembagian pupuk organik dan an organik, perbaikan klon kopi

yang di datangkan dari jember, bantuan mesin pengolahan kopi dan pembuatan jalan

produksi. Kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik di tingkat petani terutama

bantuan pupuk dan perbaikan varietas unggul baru (kopi SE) dari jember. Hal ini

disebabkan sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan terutama petani kopi

yang didataran tinggi. Bantuan pupuk diterima tetapi dijual ke petani lain atau ke kios

tani, dengan alasan kebutuhan hidup (tuntutan ekonomi). Sedangkan untuk perbaikan

varietas unggul baru (Kopi SE) tidak diminati petani karena buahnya kecil, batangnya

pendek, cabangnya pendek dan pertumbuhannya lambat. Kedua kebijakan tersebut

perlu dilakukan perbaikan dengan cara meningkatkan penyuluhan kepada petani

mengenai manfaat pemberian pupuk dan perbaikan varietas unggul lokal. Perbaikan

jalan produksi dan bantuan mesin pengolah kopi sangat bermanfaat bagi petani kopi.

3. Indeks Harga

Pemerintah daerah belum membuat kebijakan yang mengatur tentang harga

kopi di tingkat petani. Harga kopi yang di petik merah dengan kopi yang dipetik hijau

tidak ada perbedaan. Harga kopi disesuaikan dengan harga pasar. Untuk itu diperlukan

upaya agar pemerintah dapat melindungi harga di tingkat petani dengan cara

membuat resi gudang yang sesuai dengan standar penyimpanan kopi.

Page 30: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

20

4. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Penangan pasca panen akan mempengaruhi kualitas produk dan harga yang

akan diterima. Pada daerah pengkajian saat ini penangan pasca panen 35,75 %

sedangkan hasil simulasi penangan pasca panen cukup 11 % saja. Karena banyak

perlakuan yang dilakukan petani hanya menambah jumlah biaya namun tidak

menambah jumlah produksi dan harga. Semua petani tidak melakukan pemanenan

dengan waktu yang dianjurkan, ketika sudah ada yang tua maka semua buah akan di

panen karena alasan keamanan. Setelah di panen petani mengeringkan buah dengan

menjemurnya dengan matahari pada pekarangan rumah petani. 14 % petani

menggunakan lantai jemur yang permanen untuk pengeringan sedangkan 86 %

mengeringkan buah di atas tanah. Tetapi 30 % petani yang tidak memiliki lantai jemur

menggunakan alas berupa terpal sebagai alat bantu penjemuran dan 70 % petani

lainnya menjemur buah kopi di atas tanah tanpa alas. Hal ini akan mempengaruhi

kualitas produk dan waktu yang dibutuhkan dalam pengeringan jadi lebih lama.

5. Graffting

Peremajaan tanaman kopi sudah banyak dilakukan oleh petani kopi di Provinsi

Bengkulu terutama di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Program/kegiatan

peremajaan tanaman kopi dimulai tahun 2007 dan petani banyak yang

menerapkannya. Hampir setiap tahun pemerintah daerah membuat program

peningkatan produksi kopi melalui peremajaan dengan cara penyambungan. Kondisi

eksisting 65% petani sudah melakukan penyambungan. Program ini sangat diminati

petani di Provinsi Bengkulu. Dari hasil simulasi program peremajaan ini perlu ditingkat

menjadi 82%. Peremajaan tanaman kopi dilakukan dengan cara penyambungan. Ada 2

macam penyambungan yang dilakukan oleh petani yaitu sambung tunas dan sambung

batang.

6. Pengendalian (OPT)

Sebagian besar petani sudah melakukan usaha penanggulangan organism

pengganggu tanaman (OPT). Hasil simulasi (Gambar 5) menunjukkan 96,76 %

melakukan penanggulangan OPT, hal ini sangat baik dipertahankan untuk

meningkatkan produktivitas usahatani kopi. Petani melakukan penyemprotan dengan

pestisida untuk penanggulangan hama penyakit adalah sebanyak 35 % sedangkan

sisanya tidak melakukan penanggulangan hama penyakit dengan pestisida. Tanaman

kopi sedapat mungkin dihindarkan dari serangan hama dan penyakit, karena faktor

tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Adapun jenis

Page 31: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

21

hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek

cabang coklat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro dan kutu tempurung serta kutu

loncat.

7. Penyuluhan.

Penyuluhan akan sangat bermanfaat bagi petani dalam menerapkan teknologi

yang dianjurkan. 20 % petani kopi mengaku mendapatkan penyuluhan dari petugas

ketika mendapatkan masalah atau bukan pada jadwal rutin pertemuan dengan

penyuluh pertanian sedangkan 11 % petani menerima penyuluhan secara rutin.

Sisanya adalah petani kopi tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya

tanaman kopi dari petugas penyuluhan. Dari hasil simulasi penyuluhan harus di

tingkatkan menjadi 48 % untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Penyuluh

pertanian sangat dibutuhkan dalam pembangunan pertanian saat ini yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga dengan

penyuluhan permasalahan pertanian dapat dihadapi oleh petani.

8. Klon/bibit Unggul

Pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang telah bekerja sama engan Puslit Kopi

dan Kakao untuk melepas klon kopi unggul lokal. Untuk peningkatan hasil yang

maksimal harus dilakukan peningkatan pemanfaatan klon unggul. Klon anjuran kopi

disesuaikan dengan lingkungan yaitu pada ketinggian 0-400 m dpl untuk iklim basah

(klon BP 42, BP 234, BP 409), iklim kering (klon BP 42, BP 288, BP 409, BP 234) dan

ketinggian tempat 400-800 m dpl untuk iklim basah ( klon BP 42, BP 358, SA 237),

iklim kering (klon BP 234, BP 42, BP 358, BP 409),(Sulkani,2013). Jenis klon unggul

lokal yang banyak ditanam petani adalah klon tipe c, kromoan, misranan, kirmanan,

juremian, taminan dan erlangan.

9. Rekomendasi Pemupukan

Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil, pada gambar 5 hasil

simulasi dapat dilihat pemupukan harus ditingkatkan menjadi 84 % dengan dosis dan

waktu yang tepat. Pada saat ini petani kopi yang melakukan pemupukan adalah 35 %,

dengan waktu pemupukan rata-rata pada bulan juni sampai agustus dengan dosis

pemupukan yang berbeda-beda setiap petani. Bahkan ada petani yang mencampur

pupuk dengan herbisida kemudian di semprotkan pada gulma hal ini menunjukkan

pemahaman petani akan tata cara pemupukan belum begitu baik. Seharusnya

pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran urea, TSP dan KCL)

Page 32: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

22

masing-masing setengah dari dosis 100 gr urea, 50 gr TSP dan 50 gr KCL, pada saat

tanaman berumur 2 tahun selanjutnya ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman.

Penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, cara dan waktu) akan sangat

menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial maupun kesehatan lingkungan.

4.1.2.6. Skenario Rekomendasi Kebijakan

Skenario rekomendasi kebijakan dilakukan untuk memilih kebijakan yang tepat

dan operasional spesifik lokasi berdasarkan hasil simulasi. Dari 9 alternatif solusi

diperoleh yang disimulasikan tidak seluruhnya operasional dan dapat

diimplementasikan untuk kondisi di Provinsi Bengkulu. Berdasarkan hasil simulasi

dengan pendekatan sistem dinamik tersebut, ada 5 skenario yang secara signifikan

dapat meningkatkan produksi kopi Bengkulu. Hasil simulasi tersebut dirumuskan dalam

suatu skenario rekomendasi peningkatan produksi kopi di Provinsi Bengkulu sebagai

berikut :

1. Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan penyuluhan. Kondisi

eksisting baru 10% petani yang menerima penyuluhan dan perlu ditngkatkan

menjadi 48 %. Peningkatan penyuluhan dapat ditempuh melalui penambahan

jumlah penyuluh atau peningkatan frekuensi penyuluhan. Pendekatan dengan

peningkatan frekuensi penyuluhan dirasakan dipandang lebih rasional dalam

jangka pendek.

2. Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas dari 25% menjadi 69% melalui

program bantuan bibit. Produktivitas dan produksi sangat ditentukan oleh bibit.

Varietas unggul lokal yang direkomendasikan yaitu Sehasence (klon tipe c),

Sintaro 1, Sintaro 2, Sintaro 3, taminan dan erlangan.

3. Peningkatan peremajaan (grafting) dari 65 % menjadi 82 % melalui

penyambungan. Rekomendasi peremajaan dilakukan dengan cara penyambungan

yaitu sambung tunas dan sambung batang.

4. Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan

ketersediaan pupuk tepat waktu. Rekomenasi pemupukan harus sesuai dengan

anjuran (tepat dosis dan waktu). Kondisi eksisting baru 35% yang menerapkan

rekomendasi pemupukan dan akan ditingkatkan menjadi 84 %.

5. Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga dari

0 % menjadi 14%. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah

terhadap petani adalah dengan memberikan pelatihan teknis terhadap upaya

perbaikan mutu misalnya dengan perbaikan teknik pra panen (keseragaman

tingkat kematangan) dan mendorong pedagang untuk membedakan harga kopi

yang di petik merah dengan yang dipetik hijau.

Page 33: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

23

4.2. Rencana Operasional Kegiatan BPTP 2015-2019

Tugas pokok BPTP Bengkulu adalah melaksanakan pengkajian dan perakitan

teknologi tepat guna spesifik lokasi. Adapun fungsi dari BPTP Bengkulu adalah: 1)

Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan

perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan

pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata

usaha dan rumah tangga balai.

Pengkajian dilaksanakan berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi dan

diprioritaskan pada komoditas unggulan nasional dan daerah. Pengkajian dan

diseminasi hasil pengkajian dilaksanakan secara sinergis, efektif dan efisien sesuai

dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya masyarakat Bengkulu. Tujuan dari

diseminasi adalah untuk mempercepat adopsi dan difusi inovasi teknologi yang

dihasilkan. Manfaat dari adopsi dan difusi teknologi adalah peningkatan produktivitas,

produksi dan nilai tambah produk pertanian secara berkelanjutan, sehingga berdampak

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat tani.

Kondisi lingkungan internal maupun ekternal selalu berubah dan dinamis

seiring dengan perjalanan waktu. BPTP Bengkulu memerlukan rencana strategis untuk

mengantisipasi perubahan dan dinamika lingkungan dalam kurun waktu 2015-2019.

Rencana operasional balai diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan seluruh

program dan kegiatan BPTP Bengkulu dalam mencapai tujuan dan sasaran utama

yang telah ditetapkan. Rencana operasional disusun secara rasional, ringkas, jelas,

akurat, terukur, dan dapat dicapai pada kurun waktu tertentu (5 tahun). Struktur

rencana operasional secara komprehensif dijabarkan dalam strategi utama, sasaran

utama, tujuan dan program serta indikator kinerja utama.

Dokumen rencana operasional ini merupakan acuan dan arahan bagi BPTP

Bengkulu dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian dan diseminasi

pertanian periode 2015-2019 secara menyeluruh, terintegrasi dan sinergi baik di dalam

maupun antar sub sektor terkait. Rencana opersional balai 2015-2019 merupakan

dokumen perencanaan yang berisikan penjelasan tentang struktur organisasi,

sumberdaya penelitian (SDM, Sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP

Bengkulu 2010-2014 serta menguraikan program, kegiatan pengkajian dan diseminasi

yang akan dilaksanakan selama lima tahun kedepan (2015-2019).

Page 34: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

24

Organisasi

BPTP Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.

20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013. BPTP Bengkulu dikoordinir

secara langsung oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

(BBP2TP). BPTP Bengkulu dipimpin oleh pejabat struktural Eselon IIIa sebagai Kepala

Balai dan dibantu oleh dua pejabat struktural Eselon IVa yaitu Kepala Sub Bagian Tata

Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Wilayah kerja

BPTP Bengkulu meliputi 9 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Mukomuko, Lebong,

Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu

Selatan, Kaur dan Kota Bengkulu.

Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok yang

telah ditetapkan, maka sasaran dan tujuan kehadiran BPTP Bengkulu diharapkan untuk

dapat memperkuat penelitian dan pengembangan di daerah berdasarkan sumberdaya

yang ada dengan mengemban dan menyebarluaskan teknologi pertanian spesifik lokasi

yang berorientasi pasar sesuai kebutuhan pengguna dalam mendukung pembangunan

agribisnis dan agroindustri serta diarahkan untuk menggerakkan pembangunan

pertanian sekaligus sebagai pusat informasi teknologi pertanian, yang mempunyai

tugas/fungsi :

1. Inventarisasi dan idetifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi.

2. Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

3. Penyiapan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan penyusunan

materi penyuluhan pertanian.

4. Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian.

Page 35: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

25

Gambar.1 Organisasi BPTP Bengkulu

Kepala Balai

Koordinator

Kerjasama Koordinator Pelayanan

Pengkajian

Sub Bagian

Tata Usaha

Seksi Kerjasama dan

Pelayanan Pengkajian

Koordinator Urusan

Kepegawaian

Koordinator Program

Koordinator Urusan Rumah

Tangga dan Perlengkapan

Koordinator Urusan

Keuangan

- Lab. Tanah

- Lab. Diseminasi - Lab. Pascapanen

- Rumah Kaca - Informasi dan

Perpustakaan

Kelompok Pengkaji SDM UPBS

Page 36: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

26

Sumberdaya

1. Sumberdaya Manusia (SDM)

BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar

mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi

teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi BPTP sebagai lembaga pengkajian

terdepan. Berikut tabel keragaan sumberdaya manusia berdasarkan jenjang jabatan

fungsional.

Tabel 2. Keragaan SDM BPTP Bengkulu Berdasarkan Jenjang Fungsional 2010-2014

No

Jenis Jabatan Fungsional

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti/Perekayasa : • Prof. Riset • Utama • Madya • Muda • Pertama • Calon peneliti

1 1 3 5 7

1 - 1 4 9 18

- -- 1 5 10 17

- - 1 6 12 13

- - 1 6 15 11

2 Penyuluh*) • Penyuluh Pertanian Madya

• Penyuluh Pertanian Muda • Pernyuluh Pertanian pertama • Calon Penyuluh

4 1 1 -

5 1 - 2

5 1 - 2

5 1 1 3

5 1 2 2

3 Teknisi Litkayasa*) • Pemula • Calon Teknisi Litkayasa

- -

- -

- -

2 2

2 2

4 Pustakawan - - - - -

5 Fungsional tertentu lainnya - - - - -

6 Staf Pendukung 45 38 38 34 35

Jumlah 68 79 79 80 82

BPTP Bengkulu perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas agar

mampu melaksanakan tugas dan fungsi untuk melakukan pengkajian dan diseminasi

teknologi pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi serta Visi dan Misi BPTP sebagai

lembaga pengkajian terdepan.

BPTP Bengkulu pada tahun 2014 didukung oleh 82 orang pegawai yang terdiri

dari 24 orang peneliti, 8 orang penyuluh, 9 calon peneliti, 2 orang teknisi dan 36 orang

staf (administrasi, kebersihan, pengemudi dan keamanan). Keragaan SDM BPTP

berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 2 dengan sebaran terbesar tingkat

pendidikan Pegawai BPTP Bengkulu didominasi pada tingkat strata 1 (S1) 34.61 %

dengan komposisi sebagai tenaga fungsional penyuluh pertanian, peneliti pertama dan

peneliti non kelas, selanjutnya jabatan non fungsional atau tenaga administrasi

didominasi oleh tingkat SLTA (35.90 %) sebagai tenaga administrasi dan

ketatausahaan, sebaran keragaan PNS BPTP seperti pada tabel 3.

Page 37: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

27

Tabel 3. Keragaan Pegawai BPTP Bengkulu berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

1 S3 4 5.13

2 S2 10 12.82

3 S1 27 34.61

4 D4 - -

5 D3 6 7.70

6 SLTA 28 35.90

7 SLTP 3 3.84

Jumlah 78 100

Peningkatan kualitas dan pembinaan manajemen sumberdaya manusia BPTP

Bengkulu dilakukan melalui kegiatan 1). Perencanaan dan pengembangan pegawai

antara lain : pelatihan jangka panjang (sekolah biaya Negara dan biaya sendiri),

pelatihan jangka pendek, Ujian Dinas/persamaan Ijazah, Penerimaan pegawai dan

pemutakhiran database SIMPEG. 2). Mutasi Kepegawaian meliputi : Kenaikan pangkat

regular maupun fungsional, pemrosesan DP3 pegawai, Penyesuaian Ijazah, impassing

gaji dan proses cuti.

Dalam rangka peningkatan kompetensi dan pengalaman karyawan BPTP

Bengkulu pada tahun 2013 telah mengikutsertakan kepada pegawai untuk mengikuti

berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan jangka pendek seperti kursus, seminar,

lokakarya dan symposium yang diadakan oleh Badan Litbang Pertanian maupun

institusi – institusi lain (LIPI).

Selain meningkatkan kompetensi melalui pendidikan jangka pendek, BPTP

Bengkulu hingga tahun 2013 juga telah mengirimkan bebarapa pegawai untuk

mengikuti pendidikan jangka panjang (tugas belajar) beasiswa program Strata 2 (S2)

dan strata 3 (S3) serta pendidikan atas biaya sendiri. PNS BPTP yang sedang mengikuti

program pendidikan disajikan pada tabel 4.

Page 38: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

28

Tabel 4. PNS BPTP Bengkulu yang sedang mengikuti program pendidikan jangka panjang sampai dengan Desember 2014

No Nama / NIP Program / jurusan

Universitas Tahun Rencana Selesai

Keterangan

1 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003

S3/Sosek IPB Bogor 2016 Beasiswa Badan Litbang Pertanian

2 Shannora Yuliasari, STP, MP 197407312003122001

S3/Ilmu Pangan

IPB Bogor 2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian

3 Ir. Miswarti 196508202000032001

S2/Ilmu Pertanian

UNPAD Bandung

2014 Beasiswa Badan Litbang Pertanian

4 Harwi Kusnadi, S.Pt 197611182008011007

S1/Peternakan

UGM Yogyakarta

2014 Beasiswa Badan Litbang

5 Rizal Efendi 197206052000031001

S1/Ekonomi UMB Bengkulu

2014 Biaya sendiri

6 Bastian 197404021999031002

S1/Ekonomi UMB Bengkulu

2014 Biaya sendiri

7 Adianto, A.Md 197201031998031004

S1/Teknik Informatika

UMB Bengkulu

2014 Biaya sendiri

8 Waluyo, A.Md 197601112000031001

S1/Teknik Informatika

UMB Bengkulu

2014 Biaya sendiri

9 Sudarwati 197605192007012001

S1/Agribisnis

UMB Bengkulu

2015 Biaya sendiri

10 Heryan Iswadi 198310102008121002

S1/Agribisnis

UMB Bengkulu

2015 Biaya sendiri

11 Johardi 197201102007011001

S1/Agri - Bisnis

UMB Bengkulu

2015 Biaya sendiri

12. Robiyanto 19800103200710001

S1/Peternakan

UMB Bengkulu

2015 Biaya sendiri

13 Hendri Suyanto 19740101200701 1001

S1/Agribis-nis

UMB Bengkulu

2015 Biaya sendiri

Page 39: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

29

2. Sumberdaya Sarana-Prasarana

2.1. Laboratorium

Fungsi laboratorium BPTP Bengkulu adalah menghasilkan data dan informasi

yang sahi (accurate, precise) tentang suatu objek pengkajian dan diseminasi. BPTP

Bengkulu saat ini memiliki 3 laboratorium diantaranya laboratorium tanah,

laboratorium pasca panen dan laboratorium diseminasi.

Tabel 5. Jenis laboratorium dan PNBP yang di hasilkan

No Jenis Laboratorium Status

Akreditasi

PNBP/th (Rp Jt)

2010 2011 2012 2013 2014

1. Laboratorium Tanah Belum Terakreditasi

- 2,8 2,4 6,6 12

2. Laboratorium Pasca Panen - - - - -

3. Laboratorium Diseminasi 6,3 7 6,8 8 8

a. Laboratorium Tanah

Laboratorium tanah merupakan salah satu sarana penelitian/pengkajian

yang digunakan untuk mendukung penelitian/pengkajian dasar dan terapan, serta

melayani pengguna untuk analisis tanah, tanaman, air dan pupuk. Laboratorium

tanah berfungsi untuk melayani permintaan analisis dari peneliti baik dari BPTP

maupun dari luar seperti: perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi

pemerintah serta petani. laboratorium tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bengkulu berdiri sejak tahun 2003 dan mulai operasional pada tahun 2004.

Peralatan yang dimiliki laboratorium tanah BPTP Bengkulu antara lain adalah

digestion system untuk distruksi unsur, alat Destilasi untuk pengukuran nitrogen,

Laboratory Drying Oven, Mufle Furnance dan lain-lain. Adapun jenis layanan

analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu antara lain : 1) Analisis Tanah

meliputi kadar air, tekstu 3 fraksi, ph air dan KCl, bahan organik (C dan N), P dan

K potensial, P dan K tersedia, nilai tukar kation (kapasitas tukar kation, Ca-dd, Mg-

dd, K-dd, Na-dd), dan kemasaman ditukar (Al-dd dan H-dd), 2) Analisis Tanah

untuk tujuan khusus meliputi; serapan P, retensi P, fraksionasi P, fraksionasi

bahan organik, Al dan Fe, ekstrak ditionit oksalat, pirofosfat, 3) Analisis Tanaman

meliputi; unsur makro dan mikro (N, P, KCa, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cu, Zn, B dan Mo),

unsur logam berat (Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Ag, As, Se, Sn, 4) Analisis Air irigasi dan 5)

Analisis Pupuk dan Amelioran. Untuk analisis tanah dan analisis tanaman (unsur

makro) dilakukan di laboratorium BPTP Bengkulu, sedangkan untuk jenis analisis

lainnya dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Page 40: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

30

b. Laboratorium Diseminasi

Laboratorium Diseminasi dibentuk untuk meningkatkan kapasitas kinerja

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya secara optimal. Menyadari bahwa baik dokumen maupun bahan

informasi sejatinya menjadi keharusan dalam penyampaian atau penyajiannya

sudah dalam bentuk dikemas dengan baik, maka diperlukan upaya dan

penanganan secara baik pula dan dipandang perlu ditangani secara profesional.

Tidak dipungkiri bahwa kualitas kemasan dokumen maupun produk diseminasi

lainnya tidak kalah pentingnya perlu diperhatikan, selain kualitas data maupun

informasi yang dikemas. Kedua aspek tersebut (isi dan kemasan) merupakan dua

hal yang tidak bisa dipisahkan dan ikut menentukan citra dan tampilan BPTP

Bengkulu dimata luar. Di tahun 2014, pelayanan Laboratorium Diseminasi telah

cukup memberikan andil besar bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Balai. Banyak

kegiatan administrasi dan lapangan yang membutuhkan suplay bahan cetakan

yang bersifat segera telah dapat dilayani dengan baik.

Peran laboratorium diseminasi lainnya dalam pelaksanaan tugasnya, selain

melakukan pelayanan internal balai, selama tahun 2013 juga telah dapat melayani

instansi lingkup pertanian di Provinsi Bengkulu diantaranya; 1) Dinas Pertanian

Provinsi Bengkulu, 2) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, 3) Balai Pengawasan

dan Pengujian Mutu Benih Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, dan 4) Badan

Pelaksanan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko. Dalam

upaya lebih meningkatkan lagi kinerja Laboratorium Diseminasi di tahun 2014,

diperlukan upaya-upaya melengkapi kebutuhan peralatan dan penyempurnaan

manajemen operasional ke arah yang lebih proporsional dan profesional sehingga

pelayanan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

c. Laboratorium Pasca Panen

Laboratorium Pascapanen BPTP Bengkulu memiliki dua unit sarana

bangunan, yaitu unit pengolahan hasil pertanian dan unit produksi beras. Kedua

unit tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Unit pengolahan pangan berfungsi

untuk mengembangkan teknologi pengolahan hasil pertanian melalui serangkaian

ujicoba. Sementara itu, unit produksi beras berfungsi untuk memproduksi beras

dan melayani jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar. Secara umum,

sarana dan prasarana unit Laboratorium Pascapanen sudah lengkap.

Unit pengolahan hasil pertanian dilengkapi dengan sarana bangunan yang

cukup memadai, dengan peralatan yang lengkap. Peralatan pada unit ini terbagi

Page 41: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

31

menjadi alat-alat pengolahan pangan, mesin pertanian, alat penyimpanan,

pengemasan, alat pengukuran, dan perlengkapan pameran/ekspose. Kondisi

peralatan tersebut dalam keadaan baik, namun beberapa diantaranya perlu

dimodifikasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Selain itu, beberapa alat

mesin (alsin) pertanian seperti alat pengupas kopi (pulper) dan alat pencuci lendir

(washer) yang dipinjamkan kepada kelompok tani di Desa Imigrasi Permu,

Kabupaten Kepahiang sudah ditarik kembali. Sementara alsin pencacah tongkol

jagung yang masih dimanfaatkan olah kelompok tani di Desa Air Meles, Kabupaten

Rejang Lebong. Harapan ke depan, laboratorium pascapanen dilengkapi dengan

instrumen analisis mutu fisik dan kimia komoditas pertanian sehingga produk-

produk yang dihasilkan dapat dievaluasi mutunya agar sesuai dengan standar

mutu yang ada. Selain itu, diperlukan sarana bangunan yang lebih luas untuk

menyimpan peralatan yang ada. Peralatan yang sudah ada juga dioptimalkan

dalam hal penggunaan dan perawatannya. Kegiatan yang dilaksanakan di Unit

Laboratorium Pascapanen Bengkulu meliputi pelayanan konsultasi teknologi pasca

panen, alih teknologi dalam bentuk magang, dan pengkajian di bidang pascapanen

komoditas pertanian spesifik lokasi. Meliputi : a) Pelayanan Konsultasi Teknologi

Pascapanen, b) Alih teknologi, c) Pengkajian Pascapanen Komoditas Pertanian

Spesifik Lokasi, d) Pameran dan ekspose

2.2.Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)

Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan instalasi BPTP Bengkulu yang

berfungsi untuk menyiapkan logistik untuk disemniasi an pengembangan varietas

unggul baru/adaptif spesifik lokasi berupa benih varietas unggul baru tanaman.

Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam

mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu.

Tabel 6. Jenis komoditas dan volume prouksi serta PNBP yang dihasil UPBS 2014

No Komoditas Status/ Kelas

Volume Produksi

PNBP/th (Rp Jt)

2010 2011 2012 2013 2014

1. 2. 3.

Padi Padi (33,15 ton); Jagung (1,95 ton); Kedelai (0,4 ton) Padi

Benih Sumber 17,96 ton 35,5 ton 42 ton

- - -

- - -

46,00 - -

- 19,56 -

- - 22,00

Page 42: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

32

Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di

Provinsi Bengkulu adalah:

1. Menginventarisir kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,

jagung dan kedelai di Provinsi Bengkulu.

2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan

kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,

preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.

3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi,

jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

4. Menginventarisir aktivitas, peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam

penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.

Kebutuhan benih padi di Provinsi Bengkulu 3.443 ton dan didominasi oleh

varietas Mekongga dan Cigeulis. Kebutuhan benih jagung 5,7823 ton dan didominasi

oleh varietas Hibrida, sedangkan kebutuhan kedelai 9,0120 ton dan didominasi oleh

varietas Anjasmoro. UPBS mampu mendukung penyediaan benih sumber VUB baru

dengan produksi benih padi (28 ton), jagung (2 ton) dan kedelai (1 ton) untuk

mewujudkan 6 tepat (waktu, varietas, jumlah, mutu, lokasi dan harga) perbenihan.

UPBS telah berperan dalam mempercepat adopsi VUB Badan Litbang dengan

menditribusikan benih padi 2.381 kg, kedelai 1.515 kg, dan jagung (425 kg belum

terdistribusikan) serta sosialisasi perbenihan terhadap 246 penangkar. Provinsi

Bengkulu memiliki 7 BBI/BBU dengan kondisi infrastruktur, peralatan dan laboratorium

yang masih sederhana. Kinerja lembaga perbenihan belum optimal, memiliki

permasalahan yang komplek dan perlu kebijakan dan pendanaan khusus.

2.3. Perspustakaan Digital dan Teknologi Informasi

Hasil-hasil pengkajian yang telah diperoleh BPTP Bengkulu, perlu dikemas dan

dipublikasikan kepada pengguna. Unit Sarana dan Hasil Pengkajian mempunyai tugas

untuk membantu kepala Balai dalam melakukan penyiapan bahan informasi dan

dokumentasi, penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil pengkajian serta

penyiapan bahan laporan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Bengkulu telah

dilengkapi dengan satu unit perpustakaan yang melayani buku dan publikasi di bidang

ilmu pertanian dan ilmu pengetahuan umum yang terkait dengan pertanian serta hasil-

hasil penelitian BPTP Bengkulu. Pengguna perpustakaan terdiri dari peneliti, teknisi,

dan karyawan lingkup BPTP, serta masyarakat umum dan perguruan tinggi. Pada Unit

Perpustakaan masih diperlukan tenaga yang profesional untuk mengelola perpustakaan

dalam rangka meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia melalui kegiatan

Page 43: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

33

pelatihan/kursus. Selama tahun 2013, perpustakaan BPTP Bengkulu mendapatkan

penambahan beberapa koleksi buku yang berasal dari pengadaan dan hasil-hasil

penelitian. Koleksi buku pustaka disajikan pada tabel 6.

Tabel 7.Koleksi Buku Perpustakaan BPTP Bengkulu per 31 Nopember 2014.

No Jenis Koleksi Judul Exemplar

1 Buku teks 2.150 5.311 2 Prosiding 199 207

3 Majalah/Buletin/Jurnal 161 1.102

4 Bibliografi khusus 37 37 5 Brosur 95 156

6 Liptan/leaflet/folder 278 712 7 Laporan 174 185

8

9

Lain-lain (surat kabar)

CD

2

18

720

18

Jumlah 3.114 8.448

Infrastruktur TIK telah dilengkapi dengan fasilitas data center menggunakan

jaringan virtual private network (VPN) yang terhubung langsung dengan Balitbangtan.

Fasilitasi komputasi seperti komputer (desktop dan laptop) dan LAN tersedia di BPTP

Bengkulu, namun dengan jumlah, kondisi dan kapasitas beragam. Aplikasi TIK telah

dibangun mulai tahun 2009. BPTP Bengkulu telah memiliki website. Website BPTP

Bengkulu disajikan dalam berbentuk 2 versi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris.

Anggaran

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu sebagai lembaga

pengkajian pusat yang berada di daerah memiliki tugas dan fungsi melakukan kegiatan

pengkajian serta perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Untuk

menjalankan aktivitas tersebut, BPTP Bengkulu mengelola anggaran pembiayaan

tahunan untuk kepentingan berbagai kegiatan selama satu tahun. Dalam

melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian dan

pengembangan Satker BPTP Bengkulu didukung oleh sumber dana yang berasal dari

Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Anggaran BPTP bengkulu menunjukkan

grafik yang selalu meningkat dalam lima tahun terakhir. Perkembangan anggaran BPTP

Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya dapat dilihat pada tabel 8.

Page 44: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

34

Tabel 8. Perkembangan anggaran BPTP Bengkulu tahun anggaran 2010-2014 per sumber biaya.

No Sumber Pembiayaan Anggaran (Rp. Milyar)

2010 2011 2012 2013 2014

1. Rupiah Murni (RM) 5,658 6,247 9,710 11,664 10,118

2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)

- - - - -

3. Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP)

0,006 0,003 0,007 0,012 0,012

T O T A L 5,664 6,250 9,717 11,676 10,130

Tata Kelola

Tugas dan fungsi (tusi) BPTP Bengkulu harus dilaksanakan secara ekonomis,

efektif, efisien dan tertib serta taat terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Keberhasilan pelaksanaan tusi untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sangat

di pengaruhi oleh pengendalian intern yang holistik dan handal. BPTP Bengkulu yang

mengelola anggaran sendiri eawib melaksanakan SPI, yang meliputi lima unsur yaitu :

1) lingkungan pengendalian; 2) penilaian risiko; 3) kegiatan pengendalian; 4) informasi

dan komunikasi dan 5) pemantauan. Penerapan unsur-unsur SPI harus dilaksanakan

secara terus menerus, integral, dan tidak terpisahkan dari kegiatan BPTP bengkulu.

oleh karena itu BPTP Bengkulu telah membentuk satuan pelaksana Pengendalian

Internal (Satlak SPI) untuk membantu pemimpin ddalam mencapai tujuan dan sasaran

organisasi.

Kinerja BPTP Bengkulu 2010-2014

Dalam kurun lima tahun terakhir (2010 – 2014) BPTP Bengkulu telah

melakukan berbagai kajian diantaranya kegiatan Integrasi Kopi-Kakao-Kambing.

Kegiatan ini mampu meningkatkan produktivitas kopi dari 400 kg/ha/th menjadi 700

kg/ha/th, produktivitas kakao dari 550 kg/ha/th menjadi 715 kg/ha/th dan peningkatan

populasi ternak kambing sebesar 25 %. Integrasi Sapi Sawit pada Perkebunan Sawit

Rakyat telah menghasilkan efisiensi penggunaan tenaga kerja angkut tandan buah

segar (TBS) sawit dengan ternak sapi (50 %), peningkatan berat TBS sawit sebesar

50 % dengan pemupukan kompos dan pertambahan bobot badan sapi sebesar 0,67

kg/hari, limbah sawit dalam bentuk pelepah dan solid fermentasi dapat digunakan

untuk pakan ternak sapi potong, limbah kelapa sawit dengan komposisi pakan berupa

rumput adlibitum ditambah solid fermentasi 2 kg/hari memberikan respon

pertambahan bobot badan yang tinggi dan secara ekonomi penggunaan limbah sawit

Page 45: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

35

lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan komersial. Disamping

kegiatan tersebut BPTP Bengkulu juga mencetak dan mendistribusikan informasi

teknologi yang berbentuk leaflet 75 judul, poster 35 judul, buku 28 judul, film 10 judul,

dan brosur 5 judul.

BPTP Bengkulu dalam kurun waktu 2010-2014 juga melakukan kegiatan

pendampingan dan diseminasi diantaranya Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis inovasi PTT pada Tanaman Padi menghasilkan :

Peningkatan produktivitas padi sebesar 25% (dari 4,76 ton/ha menjadi 5,90 ton/ha),

Penyebaran inovasi PTT (VUB, sistem tanam jajar legowo, dan pemupukan) di dua

kecamatan, Peningkatan penggunaan prototipe caplak roda sebanyak 300 unit oleh

petani untuk aplikasi tanam padi jajar legowo. Kegiatan Model Pendampingan SL-PTT

Padi dapat mendorong : Peningkatan produktivitas padi antara 0,5-1,5 ton/ha (dari

rata-rata Provinsi 4,3 ton/ha menjadi 5,8 ton/ha), Penyebaran VUB hampir 90 % areal

pertanaman padi dan penyebar luasan sistem tanam Jajar Legowo 45 %, Varietas

Unggul Baru (Inpari 6,10,13) berpotensi diadopsi secara luas untuk mengurangi

dominasi varietas lama seperti Ciherang dan IR 64 dan varietas lokal yang biasa

ditanam petani pada lahan sawah irigasi, Tanam padi bibit muda (15-18 hari), Efisiensi

penggunaan benih (dari 60 kg/ha menjadi 25 kg/ha), Pemupukan berdasarkan

kebutuhan tanaman. Kegiatan Model KRPL telah menghasilkan 12 kelompok (APBN)

berkembang melalui program Ekonomi Perkotaan di 59 kelurahan, tahun 2013 : 32

kelompok (APBN) berkembang melalui Program Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Terpadu di 6 desa (50 kelompok) dengan APBD Provinsi dan 30 kelompok dengan

APBD Kabupaten/Kota. penyusunan disain penataan lahan pekarangan pada beberapa

institusi/kantor Pemda: Membuat pusat edukasi pemanfaatan lahan pekarangan di

kebun PKK provinsi, Membuat lokasi gelar teknologi dalam kegiatan penyuluhan (PEDA

KTNA), Display model dalam rangka Harteknas, Bengkulu Expo Hortikultura, LIPI

EXPO, Hari Pers Nasional di Provinsi. Peningkatan perekonomian rumah tangga :

tumbuhnya bisnis bibit dan tanaman sayuran di desa dan perkotaan (20 unit),

pengurangan pengeluaran rumah tangga Rp. 400.000/bulan di perkotaan dan Rp.

300.000/bulan di perdesaan. Disamping itu juga ada kegiatan Model Akselerasi

Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-AP2RL2) yang menghasilkan:

rekomendasi kebijakan peningkatan produksi padi dari 500.000 – 1.000.000 ton di

Provinsi Bengkulu dan validasi model dilakukan di Kabupaten Mukomuko (kerjasama

Badan Litbang dengan Pemerintah Kabupaten Mokomuko pada hamparan 120 ha).

Page 46: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

36

Hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya penguatan pengkajian di BPTP

Bengkulu adalah inventarisasi topik kajian untuk mencegah terjadinya duplikasi dan

pengulangan, serta penentuan fokus dan prioritas kajian yang jelas. Hal ini penting

agar kegiatan pengkajian lebih fokus dan diprioritaskan menurut karateristik dan

kebutuhan teknologi di Provinsi Bengkulu.

Program dan Kegiatan

Kegiatan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian lebih di

fokuskan pada kegiatan pengkajian teknologi dan percepatan diseminasi inovasi

teknologi dalam mewujuddkan sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi

berkelanjutan. Kegiatan pengkajian spesifik lokasi dilakukan dengan memadukan hasil

penelitian di tingkat balit dengan pemberdayaan potensi lokal. Percepatan diseminasi

inovasi teknologi pertanian dilaksanakan melalui pengembangan spektrum diseminasi

dan memanfaatkan berbagai channel (SDMC) untuk menunjang terwujudnya pertanian

industrial perdesaan. Hal ini dilakukan melalui model pengembangan inovasi teknologi

pertanian bioindustri. Termasuk didalamnya peningkatan kapasitas penyuluh untuk

mendukung diseminasi hasil penelitian dan pengkajian.

Kegiatan pendampingan yang merupakan salah satu dukungan BPTP Bengkulu

terhadap program strategis kementerian pertanian, akan dilaksanakan melalui

pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional. Adapun pendampingan

kawasan tersebut meliputi : 1) Tanaman Pangan 2 Kabupaten dengan fokus pada

tanaman padi, 2) pendampingan pengembangan kawasan perkebunan akan

dilaksanakan di 2 Kabupaten, 3) pendampingan pengembangan kawasan peternakan

akan dilaksanakan di 2 Kabupaten, 4) pendampingan pengembangan kawasan

hortikultura akan dilaksanakan di 2 Kabupaten dengan fokus pada komoditas cabai dan

jeruk.

Penutup

Adanya perubahan lingkungan strategis global, regional serta dinamika

pembangunan nasional, maka peran BPTP Bengkulu kedepan akan menjadi semakin

penting dan strategis. Dalam upaya tersebut BPTP Bengkulu sedang mengembangkan

percepatan pembangunan pertanian berbasis inovasi teknologi untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang difokuskan pada : 1) percepatan pembangunan

pertanian berbasis inovasi, 2) pengembangan laboratorium lapang inovasi pertanian.

Page 47: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

37

Agar upaya-upaya yang akan dilakukan BPTP bengkulu tersebut dalam periode

2015-2019 kedepan lebih terarah, efektif dan efisien maka ROKB 2015-2019 menjadi

penting dipakai sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pengkajian

dan diseminasi. Penyusunan ROKB 2015-2019 mengacu kepada renja kementerian

pertanian dan Badan Litbang Pertanian 2015-2019. ROKB BPTP Bengkulu merupakan

dokumen perencanaan yang berisikan penjelesan tentang struktur organisasi,

sumberdaya penelitian (SDM, sarana dan prasarana, anggaran), kinerja BPTP

Bengkulu pada periode sebelumnya. Dokumen ROKB ini ilengkapi dengan indikator

kinerja utama sehingga akuntabilitas pelaksana kegiatan beserta organisasinya dapat

di evaluasi selama periode 2015-2019.

Page 48: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kebijakan pemerintah daerah untuk peningkatan mutu dan produktivitas kopi belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan petani.

2. Beberapa upaya penyempurnaan kebijakan dapat dilakukan antara lain :

Peningkatan kapasitas SDM petani melalui pelatihan dan intensitas penyuluhan.

Peningkatan penggunaan klon unggul berkualitas melalui program bantuan

bibit.

Peningkatan peremajaan (grafting) melalui penyambungan.

Peningkatan penggunaan rekomendasi pemupukan melalui penjaminan

ketersediaan pupuk tepat waktu.

Penegakan regulasi panen petik merah yang diiringi dengan kelayakan harga.

3. Adanya rencana operasional kegiatan BPTP Bengkulu 2015-2019

5.2. Saran

Upaya pengembangan kopi di Provinsi Bengkulu dapat ditingkatkan melalui

penggunaan inovasi teknologi.

Page 49: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

39

ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

(Rp. 000)

Jumlah (Rp.000)

1. Belanja Bahan ATK dan komputer supplies

Bahan pengkajian dan pendukung

lainnya, penggandaan dan laminasi

1 paket

1 paket

6.190

7.160

13.350 6.190

7.160

2. Honor Output Kegiatan

Honor petani sampel/responden

Honor petugas lapang

160 OH 25 OH

35 100

8.100

5.600 2.500

3. Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp.

5.000.000

6 OP

5.000

30.000

30.000

4. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Pertemuan dalam rangka persiapan

sosialisasi, FGD, pertemuan dengan petani dan stakeholder

Perjalanan luar propinsi/pusat dalam

rangka pelaksanaan kegiatan

73 OH

1 OH

220

5.000

21.060

16.060

5.000

Total 72.510

REALISASI ANGGARAN

No Jenis Pengeluaran

Realisasi

Anggaran (Rp)

Persentase

Keuangan (%)

Persentase Fisik (%)

1 Belanja Bahan

ATK dan komputer supplies 6.190.000 100.00 100,00

Bahan pengkajian dan pendukung

lainnya, penggandaan dan laminasi

7.160.000 99,93 100,00

2 Honor Output Kegiatan

Honor petani sampel/responden 5.600.000 100.00 100,00

Honor petugas lapang 2.500.000 96.00 100,00

3 Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000

30.000.000 97.95 100,00

4 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

Pertemuan dalam rangka persiapan

sosialisasi, FGD, pertemuan dengan

petani dan stakeholder

16.060.000 99,50 100,00

Perjalanan luar propinsi/pusat dalam

rangka pelaksanaan kegiatan

5.000.000

86,41

100,00

Page 50: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

40

ANALISIS RISIKO

Analisis resiko dalam pengkajian sangat diperlukan, agar dapat mengantisipasi

berbagai risiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian,

kemudian apa penyebab dan dampaknya perlu disusun daftar risiko dan penangannya

seperti tabel berikut.

Tabel 1 Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Petani Kurang Koperatif

Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap

Informasi tidak sampai (terputus), data tidak tersedia dengan valid

2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia

- Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner

- Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari

Validitas data kurang

Tabel 2 Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian analisis kebijakan dan penyusunan renstra 2014-2019 Tahun 2014.

No. Risiko Penyebab Penanganan risiko

1. Petani Kurang Koperatif

Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap

Koordinasi denga dinas dan meingkatakan intensitas pembinaan

2. Alat dan bahan pengkajian tidak tersedia

- Tingkat pemahaman responden yang kurang dalam mencerna pertanyaan dan memberikan jawaban kuisioner

- Ada keraguan dari responden untuk menjawab dengan jujur karena takut bermasalah di kemudian hari

- Daftar pertanyaan dalam kuisioner harus mudah di mengerti oleh responden

- Perlu penjelasan secara rinci maksud dari penyebaran kuisioner tersebut

Page 51: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.S. 2013. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu Di Perkebunan Kopi. Review Penelitian Kopi dan Kakao Vol 1 hal. 24-39.

Adnyana IM. 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah Di

Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. Udayana Mengabdi. Volume 10 no.2 hal 64-66

Andi Nuhung, 2010. Pertanian, kemiskinan dan kawasan timur indonesia. Edisi sotf

cover. Jakarta. Anonim. 2008. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pada Kopi di Jawa Timur.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30.No.6 hal 10-12. Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Metodologi dan Analisis Data Pengkajian

Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 21 halaman. Badan Litbang Pertanian. 2011a. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel.

Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi

Bengkulu. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan

kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV.

Alfabeta. Jakarta. Sarantakos, 1993. Social Research. Macmillan, 1993. University of Virginia Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S.

Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press.

Jakarta. Sulkani.2013. Rehabilitasi tanaman dengan metode sambung pucuk. Wahyuningsih,MY. 2012. Potensi Tenaga Kerja Dalam Keluarga Terhadap Pendapatan

Usahatani Tomat (Lycopersicon esculentium L) Di Desa Rantau Keminting Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Media Sains.volume 4 Nomor 1.

Page 52: DEDI SUGANDI - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/lapkir2014/... · kelapa sawit dan karet. Luas tanam komoditas kopi mencapai 94.232

42

LAMPIRAN FOTO

Koordinasi dengan BP3K Kec. Muara

Kemumu

Survei di Kelompok Tani Mekar Jaya

Kec. Bermani Ilir

Tim Anjak sedang melakukan

Wawancara dengan petani kopi di Kab.

Rejang Lebong

Tim Anjak sedang melakukan

Wawancara dengan petani kopi di Kab.

Kepahiang

Contoh Tanaman kopi dengan

Peremajaan Sambung Batang (Tag N) Contoh Tanaman kopi dengan

Peremajaan Sambung Tunas