Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN Congenital dislocation of the hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir merupakan suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocation of the hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Dislokasi kongenital adalah suatu fase spektrum instabilitas pangkal paha pada bayi baru lahir. Biasanya pada waktu lahir pangkal paha sepenuhnya stabil dan bertahan pada fleksi parsial. Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi kongenital cenderung terjadi pada keluarga dan bahkan pada seluruh populasi. Diagnosis yang berhasil tergantung dari pengenalan gambaran fisik dari dislokasi panggul kongenital pada neonatus. Penemuan-penemuan ini merupakan manifestasi dari kelemahan sendi dan tidak stabilnya caput femoral dan asetabulum. Untuk dislokasi panggul dapat dideteksi dengan menggunakan prasat Ortolani dan Barlow, dimana bayi harus direlaksasikan, lebih baik dalam keadaan tidur atau menyusui. Jika bayi menangis atau kejang maka gambaran fisik ini akan terlihat.
32

DDH (Development dysplacia of the hip

Dec 24, 2015

Download

Documents

sakisaki91

DDH (Development dysplacia of the hip
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DDH (Development dysplacia of the hip

1

BAB IPENDAHULUAN

Congenital dislocation of the hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau

tulang semenjak lahir merupakan suatu bentuk kelainan pada persendian yang

ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocation of the hip terjadi dengan

kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan

dibanding anak laki-laki.

Dislokasi kongenital adalah suatu fase spektrum instabilitas pangkal paha

pada bayi baru lahir. Biasanya pada waktu lahir pangkal paha sepenuhnya stabil

dan bertahan pada fleksi parsial.

Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi

kongenital cenderung terjadi pada keluarga dan bahkan pada seluruh populasi.

Diagnosis yang berhasil tergantung dari pengenalan gambaran fisik dari dislokasi

panggul kongenital pada neonatus. Penemuan-penemuan ini merupakan

manifestasi dari kelemahan sendi dan tidak stabilnya caput femoral dan

asetabulum.

Untuk dislokasi panggul dapat dideteksi dengan menggunakan prasat

Ortolani dan Barlow, dimana bayi harus direlaksasikan, lebih baik dalam keadaan

tidur atau menyusui. Jika bayi menangis atau kejang maka gambaran fisik ini akan

terlihat.

Tujuan terapi adalah mencapai mempertahankan reduksi konsentris dari

dislokasi panggul, tanpa komplikasi nekrosis avaskular. Keadaan cacat yang

terdapat pada dislokasi panggul kongenital tersebut akan semain berat setelah

anak dapat berjalan. Sehingga terapi pun akan semakin sukar. Maka terapi perlu

secepat mungkin dilakukan.

Page 2: DDH (Development dysplacia of the hip

2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Anatomi Panggul

Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang:1

2 Tulang pangkal paha ( Ossa Coxae kanan dan kiri )

1 Tulang Kelangkang ( OS Sacrum )

1 Tulang Tungging ( Os Coccygis )

Disini terdapat tiga persendian yaitu :

2 articulatio sacroiliaca

Symphysis pubica

Rangka pelvis pada posisi anatomis miring kedepan sehingga didapatkan

posisi berikut: (Gambar 1) 2

Spina iliaca anterior superior (SIAS) dan tuberculum

pubicum berada pada bidang coronalis yang sama

Posisi os. Coccygis sama tinggi dengan symphyis pubica

Page 3: DDH (Development dysplacia of the hip

3

Bidang pelvic inlet dan outlet membentuk sudut 50-60

(inclinatio pelvis) dan sudut 15 terhadap bidang

horizontalis

Gelang panggul (“Pelvic girdle”) terdiri dari dua ossa coxae kanan dan kiri.

Kedua ossa coxae ke depan berhubungan sendi melalui symphysis pubica; ke

belakang dengan os sacrum melalui articulatio sacroiliaca. Pintu atas panggul

(apertura pelvis superior/pelvic inlet/pelvic brim) dibentuk oleh promontorium

dan linea terminalis termasuk linea arcuata ilei dan ileopectinealis (Halls and

Craggs, 1986). Pintu bawah panggul (apertura pelvis inferior/pelvic

outlet)dibentuk oleh os coccygis di belakang, symphisis pubica di depan dan pada

kedua sisi dibentuk oleh ligamentum sacrotuberosum dan persatuan ramus,

sehingga bentuknya mirip dua buah segitiga yang bertemu pada alasnya di tengah-

tengah panggul.

Page 4: DDH (Development dysplacia of the hip

4

Rangka pelvis :

Pelvis mayor (false/greater pelvis) terdapat diatas bidang yang

melewati linea terminalis. Ini dibatasi oleh ossis sacri serta fossa

iliaca di kanan dan kiri

Pelvis minor (True/Lesser Pelvis) terdapat dibawah bidang yang

melewati linea terminalis.

Page 5: DDH (Development dysplacia of the hip

5

FEMUR

Merupakan tulang terpanjang dari tubuh, dimana panjangnya kira-kira

seperempat dari panjang badan. Ke atas tulang ini bersendi dengan os. Coxae

pada acetabulum, dan kebawah, bersendi dengan tibia juga patella1

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major

dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan

berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada

pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat

perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris

dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke

bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada

anita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini

perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit

Page 6: DDH (Development dysplacia of the hip

6

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher

dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea

intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian

belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di

bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior

condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut

membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan

medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus

dialis.

Page 7: DDH (Development dysplacia of the hip

7

2. 2. Etiologi

Di duga pada cacat ini ada 2 jenis etiologi:

a. Muskular type yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi

pangkal paha yang tidak sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris

dari acetabulum;

b. Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput

femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum3

Faktor genetik pasti mempunyai peran dalam etiologi, karena dislokasi

kongenital cenderung terjadi pada keluarga. Faktor hormonal (misalnya

konsentrasi estrogen maternal yang tinggi, juga progesteron dan relaxin dalam

beberapa minggu terakhir kehamilan) dapat memperburuk kekendoran

ligamentum pada bayi tersebut.3 Malposisi intrauteri (misalnya pada sungsang

dengan kaki ekstensi) akan menguntungkan dislokasi. Ini berkaitan dengan lebih

tingginya insidens pada bayi yang lahir pertama, karena diantara mereka versi

spontan kurang memungkinkan.3 Dislokasi unilateral biasanya terjadi pada

panggul paha kiri, ini sesuai dengan posisi verteks yang biasa terjadi (anterior

oksiput kiri) dimana pangkal paha kiri agak aduksi. Faktor postnatal mungkin

menyokong persistensi instabilitas neonatal dan kesalahan perkembangan

asetabulum. Dislokasi sangat banyak terjadi pada orang Lapps dan Indian

Amerika Utara yang menggendong bayinya dan membawanya dengan kaki

disatukan, pangkal paha dan lutut sepenuhnya ekstensi, dan jarang terjadi pada

orang Cina Selatan dan Negro Afrika yang menggendong bayi mereka dengan

tungkai abduksi lebar. Juga ada bukti eksperimental bahwa ekstensi pangkal paha

dan lutut secara simultan mengakibatkan dislokasi pangkal paha selama

perkembangan dini. 3

2.3.Patologi

Pada saat lahir pangkal paha, walaupun tidak stabil, mungkin bentuknya

normal, tetapi kapsul sering meregang dan berlebihan. Selama masa bayi,

sejumlah perubahan berkembang, sebagian perubahan tersebut mungkin

merupakan displasia primer pada acetabulum, dan atau femur proksimal, tetapi

Page 8: DDH (Development dysplacia of the hip

8

sebagian terjadi karena adaptasi terhadap instabilitas persisten dan karena

penyambungan persendian yang abnormal.

Kepala femur mengalami dislokasi kearah posterior tetapi pada ekstensi

pangkal paha, ini terlebih dulu terletak posterolateral dan kemudian superolateral

terhadap acetabulum. Socket tulang rawan adalah dangkal dan anteversi. Kepala

femur yang berupa tulang rawan ukurannya normal tetapi nukleus yang berupa

tulang timbulnya terlambat dan osifikasinya tertunda disepanjang masa bayi. 3

Kapsul teregang dan teres ligamentum memanjang dan mengalami

hipertrofi. Superior labrum asetabulum dan tepi kapsulernya mungkin terdorong

kedalam socket oleh kepala femur yang mengalami dislokasi, limbus

fibrokartilago ini mungkin merintangi setiap upaya reduksi tertutup pada kepala

femur.3

Setelah mengalami menahan beban, perubahan ini menjadi semakin intensif.

Baik asetabulum maupun leher femur tetap anteversi dan tekanan pada kepala

femur menginduksi terbentuknya socket palsu diatas asetabulum yang dangkal.

Kapsul yang terjepit di antara tepi asetabulum dan otot psoas, mengembangkan

penampilan seperti jam kaca. Pada saatnya, otot disekitar akan beradaptasi dengan

memperpendek diri.

2.4.gambaran klinis

Gambaran klinis dislokasi panggul bawaan adalah asimetri pada lipatan-

lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinis untuk mengetahui dislokasi panggul bawaan

pada bayi baru lahir adalah:4

a. Uji Ortolani

Pada pemeriksaan ini, ibu jari pemeriksa memegang paha bayi disebelah

medial dan jari-jari lainnya pada trochanter mayor. Sendi panggul di fleksikan 90

derajat kemudian di abduksi secara hati-hati. Pada bayi normal, abduksi sebesar

65-80 derajat dapat dengan mudah dilakukan dan bila abduksi kurang dari 60

derajat maka harus dicurigai ada dislokasi panggul bawaan. Pada dislokasi

panggul bawaan, bila terdengar bunyi klik ketika trochanter mayor ditekan maka

hal ini menandakan adanya reduksi dislokasi yang disebut uji Ortolani positif

Page 9: DDH (Development dysplacia of the hip

9

Gambar skematis uji Ortolani: femur dipegang dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian, femur di abduksikan secara perlahan sambil mendorong trokanter mayor dengan jari-jari ke arah anterior

b. Uji Barlow

Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Pada bagian atas dipegang

dan ibu jari diletakkan pada lipat paha kemudian dicoba

memasukkan/mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum, baik dalam keadaan

abduksi maupun adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya

(asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of the hip

Gambar skematis uji Barlow: Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser kearah midline. Setelah itu femur didorong kearah posterior secara perlahan. Bila terdapat dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar dari asetabulum.

Page 10: DDH (Development dysplacia of the hip

10

c. Tanda Galeazzi

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam

keadaan fleksi 90 derajat, serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari

pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan.

Dalam keadaan normal, kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi

panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat

lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/Allis positif

Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazzi. Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada tungkai yang bersangkutan akan terlihat lebih rendah

2.5.Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat osifikasi sendi baru

tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga pemeriksaan ini hanya

bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih. Pemeriksaan radiologis berguna untuk

menentukan indeks asetabuler, garis horisontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin

serta garis arkuata dari Shenton.

Page 11: DDH (Development dysplacia of the hip

11

Pemeriksaan ultrasound pada bayi-bayi dilakukan untuk menggantikan

pencitraan panggul dengan foto rontgen. Pada bayi baru lahir, asetabulum dan

kaput femoris dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa

tidak terlihat. Dengan pemeriksaan ultrasound, meskipun penderita berusia

dibawah 3 bulan, hubungan antara kaput femoris dan asetabulum dapat diamati.

2.6. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:

a. Asimetris lipatan paha

b. Uji Ortolani dan Galeazzi positif

c. Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar

d. Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram

e. Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan atau tanpa gambaran

radiologis yang abnormal

f. Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas

Page 12: DDH (Development dysplacia of the hip

12

2.7. Penatalaksanaan

Pada dislokasi sendi panggul bawaan diperlukan penanganan yang lebih dini

dan untuk itu diagnosis harus sedini mungkin, sehingga pemeriksaan ortopedi

yang lengkap dan teliti pada bayi baru lahir perlu dilakukan. Pengobatan

umumnya hanya dengan memasang bidai untuk mempertahankan sendi panggul

dalam posisinya

Contoh penggunaan bidai dari Cambridge untuk koreksi dislokasi sendi panggul bawaan.

Sebanyak 80-90% sendi panggul pada bayi baru lahir tidak stabil usia 3

bulan dan biasanya dalam jangka waktu 23 minggu panggul akan menjadi stabil

secara spontan. Bila sendi panggul tetap tidak stabil setelah jangka waktu tersebut,

sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih lanjut (follow up). Dislokasi panggul

pada penderita usia 13-18 bulan, dapat dicoba reduksi tertutup dan tindakan

operasi dipertimbangkan bila reduksi ini tidak berhasil. Bila penderita berusia 18

bulan – 5 tahun maka kelainan telah bersifat irreversible sehingga tindakan

operasi merupakan satu-satunya alternatif pengobatan untuk mengkoreksi

kelainan yang ada.

2.8. Komplikasi

Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai

komplikasi setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau

Page 13: DDH (Development dysplacia of the hip

13

berkurangnya suplai darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak

dapat bergerak dalam posisi abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi

internal mungkin merupakan penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala

femur. Penampilan radiografiknya dan perjalanan berikutnya akan sangat

menyerupai penampilan dan perjalanan penyakit Legg-Calve-Perthes, dan

perawatannya mengikuti prinsip yang sama dengan yang dijelaskan untuk

perawatan penyakit tersebut

Penekanan karena menahan beban tubuh dan aktivitas sehari-hari pada

persendian yang tidak tepat, akan mempercepat terjadinya degenerasi tulang

rawan artikuler pada persendian pangkal paha. Degenerasi ini mungkin

berprogresi ke artritis degeneratif sekunder yang berkembang penuh pada

persendian pangkal paha dalam kehidupan dewasa, yang memerlukan operasi

rekonstruksi pangkal paha sekunder untuk mengurangi nyeri dan disabilitas.

Page 14: DDH (Development dysplacia of the hip

14

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Asmul Husna

Umur : 7 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : Bireun

No CM : 1014126

Tanggal Masuk : 17 Desember 2014

Tanggal Pemeriksaan : 29 Desember 2014

3.2 Anamnesa

Alloanamnesa

Keluhan Utama : kaki sebelah kiri lebih pendek dan terasa

nyeri

Keluhan Tambahan :

Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang dengan keluhan kaki sebelah kiri lebih pendek dan terasa

nyeri. Keluhan dirasakan sejak awal masuk SD dan semakin

memberat beberapa hari SMRS. Orangtua pasien mengaku

perbedaan panjang kaki baru diketahui ketika pasien mulai dapat

berjalan, ± 1 tahun. Ketika berjalan pasien terlihat pincang dan

terdapat benjolan tulang di bagian belakang panggul kiri.

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

Riwayat pemakaian obat

Tidak ada

Page 15: DDH (Development dysplacia of the hip

15

Riwayat kehamilan

Ibu ANC teratur ke dokter ahli kandungan.

Riwayat persalinan

Pasien merupakan anak kedua, lahir secara pervaginam atas dengan

kehamilan cukup bulan, segera menangis setelah lahir. Berat badan lahir

2700 gram.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/80 x / menit

Nadi : 84 x / menit

Respiratory rate : 20 x / menit

Temperatur : 36.7˚C

b. Status General

Kulit

Warna : Coklat

Turgor : Kembali cepat

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Kepala

Rambut : Hitam

Mata : Konjungtiva pucat (- /-), sklera ikterik (-/-), mata

cekung (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

Telinga : Serumen (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), NCH (-/-)

Mulut : Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Lidah : Beslag (-)

Geligi : Karies (-)

Faring : Hiperemis (-)

Page 16: DDH (Development dysplacia of the hip

16

Tonsil :

Leher

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Thorax

Inspeksi : Simetris, Retraksi (-), bentuk dada normal, pernafasan

Thorakoabdominal

Paru – Paru

Depan Kanan KiriPalpasi Fremitus (N) Fremitus (N)Perkusi Sonor Sonor

AuskultasiVesikuler (+) Vesikuler (+)Rhonchi (-) Rhonchi (-)

Wheezing (-) Wheezing (-)Belakang Kanan Kiri

Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)Perkusi Sonor Sonor

AuskultasiVesikuler (+) Vesikuler (+)Rhonchi (-) Rhonchi (-)

Wheezing (-) Wheezing (-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICR IV,1 cm linea

midclavicula sinistra

Perkusi : Batas – batas jantung :

Atas : ICR III

Kiri : 1 cm linea midclavicula sinistra

Kanan : Linea parasternalis dekstra

Auskultasi : BJ I > BJ II, Reguler, Bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, Distensi (-)

Palpasi : Nyeri Tekan (-)

- Lien : Tidak teraba

Page 17: DDH (Development dysplacia of the hip

17

- Hepar : Tidak teraba

Perkusi : Timpani usus (+)

Auskultasi : Peristaltik (N)

Genetalia : perempuan, tidak ada kelainan

Anus : Tidak ada kelainan

Kelenjar Limfe: Pembesaran KGB (-)

Ekstremitas :

Superior InferiorKanan Kiri Kanan Kiri

Sianosis (-) (-) (-) (-)

Edema (-) (-) (-) (-)

gerakan Aktif Aktif Aktif Terpasang gips

Status lokalis : a/r ektremitas inferior sinistra

Look : terpasang hemispica, edema (-)

Feel : nyeri (+)

Move: ROM terbatas

3.4 Pemeriksaan Penunjang

3.4.1 Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi (9 Desember 2014)

Hb : 11.0 gr/dl

Leukosit : 5,5 x 103/mm3

Trombosit : 197 x 103 U/L

GDS : 86 mg/dL

Ht : 34 %

Hematologi (7 Januari 2015)

Hb : 11.6 gr/dl

Leukosit : 8,0 x 103/mm3

Page 18: DDH (Development dysplacia of the hip

18

Trombosit : 496 x 103 U/L

Eritrosit : 4,7 x 103/mm3

Ht : 34 %

Diftel : 9/1/29/57/5

3.4.2 Imaging

Page 19: DDH (Development dysplacia of the hip

19

Pelvis AP (18 Desember 2014)

Page 20: DDH (Development dysplacia of the hip

20

3.5 Resume

Os dibawa ke RSUZA Os datang dengan keluhan kaki sebelah kiri lebih

pendek dan terasa nyeri. Keluhan dirasakan sejak awal masuk SD dan semakin

memberat beberapa hari SMRS. Orangtua pasien mengaku perbedaan panjang

kaki baru diketahui ketika pasien mulai dapat berjalan, ± 1 tahun. Ketika berjalan

pasien terlihat pincang dan terdapat benjolan tulang di bagian belakang panggul

kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status general dalam batas normal. Status

lokalis pada daerah luka terpasang gips, nyeri (+), edema (-), ROM terbatas.

3.6 Diagnosa

Development Displacement of the Hip sinistra

3.7 Penatalaksanaan

3.7.1 Suportif

IVFD RL 10gtt/i

3.7.2 Pembedahan

Release soft tissue + Traksi

3.7.3 Medikamentosa

Injeksi Ceftriaxone 500 mg/12 jam

Injeksi ketorolac 1% /8

Ibuprofen syr 2xcth1 -

3.8 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo Sanactionam : dubia ad bonam

Page 21: DDH (Development dysplacia of the hip

21

BAB IVANALISA KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Dari anamnesis pasien didapatkan adanya keluhan berupa k a ki sebel a h

kiri lebih pendek d a n ter a s a nyeri. Dari pemeriksaan fisik ketika anak

datang didapatkan kaki sebelah kiri lebih pendek dari yang sebelah kanan.

Hal ini sesuai dengan gejala dari kelainan panggul kongenital yang menandakan

adanya dislokasi pada panggul dimana acetabulum dan caput femur tidak berada

di tempat seharusnya.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Pada foto polos gambaran yang seringkali ditemukan pada pasien anak

dengan diagnosis kelainan panggul kongenital adalah gambaran caput femur

dan acetabulum yang tidak berda di tempat seharusnya. Pemeriksaan

radiologis berguna untuk menentukan indeks asetabuler, garis horisontal

Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pada pasien pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan sebagai evalusi bisa

tidaknya dilakukan tindakan operasi dan evaluasi terjadinya infeksi. Pada awal

pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan hematologi pada pasien

sehingga tindakan operatif dapat dilakukan. Post operatif kembali dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan didapatkan nilai laboratorium dalam batas normal.

Tatalaksana

Dibagi berdasar usia. Semakin muda usia anak, semakin mudah tatalaksana.

a. 0-3 bln

Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi

Penggunaan Pavlik harness.

Setalah 3-4 bulan, kembali dilakukan pemeriksaan radiologi serta

pemeriksaan fisik jika membaik penggunaan popok double dan Pavlik Harness

dapat dihentikan.

Page 22: DDH (Development dysplacia of the hip

22

b. 3-8 bln

Dilakukan traksi beberapa minggu

Subcutaneus adduktor tenotomy

Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka

fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.

c. 8 bln- 5thn

Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy

Open reduksi, dilakukan fiksasi dengan spica

d. > 5tahun

Operasi penggantian sendi (merupakan jenis tatalaksana prostesis). Tidak

dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah

jauh dari seharusnya. Kalau dilakukan penarikan paksa ligamen dan otot, takutnya

akan merusak pembuluh darah dan saraf (pembuluh darah dan saraf tidak dapat

ditarik).

Page 23: DDH (Development dysplacia of the hip

23

BAB IVKESIMPULAN

Congenital dislocation of the hip atau dislokasi panggul kongenital adalah

suatu cacat yang didapat dari lahir, yang juga terdapat di Indonesia, meskipun

jumlahnya tidak banyak dan masih perlu penyelidikan.

Diduga etiologi congenital dislocation of the hip adalah (1) Muskular type

yang disebabkan karena pertumbuhan otot-otot dari sendi pangkal paha yang tidak

sehat, sehingga menyebabkan keluarnya caput femoris dari acetabulum; (2)

Osseus type, disebabkan karena acetabulum tidak tumbuh sehat sehingga caput

femoralis tidak dapat tahan di dalam acetabulum.

Gambaran klinis abnormal pada bayi berkaitan langsung dengan fakta

bahwa pangkal paha mengalami dislokasi dan bergerak naik keatas acetabulum.

Dengan demikian kaki yang mengalaminya akan menjadi lebih pendek dibanding

kaki lawannya.

Perawatan harus dimulai segera setelah diagnosa ditegakkan, dan

keberhasilannya tergantung pada penempatan kepala femur kedalam acetabulum

dan mempertahankan hubungan seperti ini sampai persendian pangkal paha

menjadi stabil.

Page 24: DDH (Development dysplacia of the hip

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Panggul. Dalam: Anatomi Klinik. EGC:

1995.

2. Hardjadi, Ignatius. Buku Ajar Anatomi Pelvis. Fakultas

Kedokteran Universitas Tarumanagara. Jakarta: 2006.

3. Apley AG. Congenital Dislocation of the Hip. In: Apley’s

System of Orthopaedics and Fractures. 1981

4. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yarsif

Watampone. Jakarta: 2009

5. Gartland JJ. Congenital Dislocation of The Hip. Fundamental of

Orthopaedics. WB Saunders Company: 1987