Top Banner
SKRIPSI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009 Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah SI Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : WIDIA EKA WATI J 410 050 022 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009
104

(dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Jan 12, 2017

Download

Documents

lyque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijasah SI Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

WIDIA EKA WATI

J 410 050 022

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

Page 2: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

ABSTRAK

WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

xvii+65+20

Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di

Kelurahan Ploso tahun 2008 sebanyak 37 kasus. Dari 15 desa, Kelurahan Ploso

termasuk daerah dengan kasus paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas

Tanjungsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang

berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah observasi dengan

menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross sectional

study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 ibu rumah tangga. Teknik

pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara langsung pada kontainer.

Hasil penelitian di uji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat

kepercayaan 95% menggunakan program SPSS versi 14.0. Hasil penelitian

menunjukkan Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada

kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan

tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027),

pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Saran kepada masyarakat

bahwa aktif dalam kegiatan 3M plus harus lebih diintensifkan secara mandiri agar

dapat mengurangi keberadaan jentik, masyarakat juga harus merubah kebiasaan

menggantung pakaian dengan maksud untuk menekan penularan penyakit DBD.

Kata kunci : Kejadian DBD, Faktor lingkungan, Pengetahuan, Ibu rumah tangga.

Surakarta, 1 November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM

NIK. 756 NIK. 100.1015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Yuli Kusumawati, SKM, M. Kes (Epid)

NIK. 863

Page 3: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

ABSTRACT

WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE OF DENGUE

HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN PLOSO VILLAGE OF PACITAN

SUBDISTRCT IN 2009

At the present, the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of health problem In

Indonesia.In 2008, The Incident of DHF in Ploso village have 37 cases. From 15

villages, Ploso village is including area with highest DHF case in Puskesmas

Tanjungsari area. This research purpose is to know some factors related to with

incident DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in 2009. Type of research is

observational research with using survey and interview method which the

approach research is a cross sectional study. Amount of Samples are 75

housewives. The Sampling technique uses a Simple Random Sampling. The data is

Collected with interview and live monitoring at container. The data is analyzed

with Chi Square test at level confident 95% which SPSS program version 14.0

analyzes the data. The conclusion represents that existence of mosquito Aedes

aegypti larva at container (p=0,001), hanging clothes (p=0,001), container cover

availability (p=0,001), frequency of cleaning the container (p=0,027), knowledge

of respondent about DHF (p=0,030) have connected to incident of DHF in Ploso

village, Pacitan subdistric in 2009. The suggestion to the people that the 3 M plus

activity more intensively to decrease the number of DHF spreading. Thus, the

community must reduce of clothes hanging habit.

Keyword : Incident DHF, Environment factor, Knowledge, Housewives.

Page 4: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

i

SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah SI Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

WIDIA EKA WATI

J 410 050 022

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

Page 5: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

ii

@ 2009

Hak Cipta Pada Penulis

Page 6: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Disusun Oleh : Widia Eka Wati

NIM : J 410 050 022

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, 1 November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM

NIK. 756 NIK. 100.1015

Page 7: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

iv

PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009

Disusun Oleh : Widia Eka Wati

NIM : J 410 050 022

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada

tanggal 1 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim

Penguji.

Surakarta, 1 November 2009

Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M. Kes ( )

Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM ( )

Anggota Penguji II : Noor Alis S. SKM ( )

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Arif Widodo, A. Kep, M. Kes

NIK. 630

Page 8: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

v

PERSEMBAHAN

1. Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan

kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.

2. Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orang

tua dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan

dorongan yang tiada henti kepadaku.

3. Rasa terima kasih juga ku persembahkan pada suamiku yang sudah

memberikan doa, dukungan dan selalu setia memberikan semangat padaku

untuk bisa menyelesaikan karya ini.

4. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 UMS, hari-hari bersama

kalian membuatku bahagia, dan selalu bersemangat aku takkan pernah

melupakan kalian.

5. Almamaterku UMS.

Page 9: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

vi

MOTTO

Janganlah bersikap lemah, janganlah pula bersedih hati, pada hal kamu orang-

orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.

(QS. Al – Imron : 139)

Janganlah pernah merasakan masa depan kita, karena ia pasti datang. Namun

risaukanlah sudah seberapa jauh kita mempersiapkan diri sehingga masa

depan akan datang dengan kualitas yang baik.

(Mario Teguh)

Kemarin adalah masa lalu dan masa lalu adalah sejarah yang dapat dijadikan

contoh bagi kita. Hari ini adalah perjuangan untuk masa depan dan masa

depan adalah cita-citaku.

(Kahlil Gibran)

Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang tuaku dan orang

yang kusayangi bisa tersenyum akan keberhasilanku.

(Penulis)

Page 10: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

vii

RIWAYAT HIDUP

Nama : Widia Eka Wati

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 04 September 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. A. Yani No. 06 Pacitan Jawa Timur

Riwayat Pendidikan : 1. Lulusan MIN Jombang I tahun 1998

2. Lulusan SMPN 2 Pacitan tahun 2001

3. Lulus SMAN 1 Punung Pacitan tahun 2004

4. Menempuh pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakt FIK UMS sejak tahun

2005.

Page 11: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat yang

senantiasa Allah limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul ”Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat

Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Mayarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat (Bu Ambar, Bu Azizah, Bu Dwi,

Bu Lina, Pak Dar, Pak Alis, Pak Joko) terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah

diberikan.

6. Dr. M. Mansyur selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan yang telah

memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Baskoro bagian P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan yang telah

membantu penulis dalam mencari data.

Page 12: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

ix

8. Dr. Kusnadi S selaku Kepala Puskesmas Tanjungsari yang telah memberikan

ijin penulis dalam melakukan penelitian.

9. Bapak Suryono, AMK bagian P2P Puskesmas Tanjungsari yang telah

membantu penulis dalam mencari data.

10. Bapak Priyo Agus Triwibowo, S.Sos selaku Kepala Desa Ploso yang telah

memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

11. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, terima kasih atas dukungan dan

semangatnya yang tak pernah henti berdoa dan mencurahkan perhatian, cinta

dan kasih sayangnya tanpa batas dengan Ridho-Nya.

12. Suamiku tercinta yang terus memberiku semangat terima kasih untuk

semuanya.

13. Adikku Anita dan Nugroho, terus semangat demi tercapainya cita dan

cintamu, serta keluarga besarku terima kasih dukungan semangatnya.

14. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 (Anjar, Aput, Irfan,

Farid, Pambudi) dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas kebersamaannya dan tetap semangat.

15. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehingga

dapat terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

Amin.

Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan

sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan

Masyarakat.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

Page 13: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

x

DAFTARI ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN HAK CIPTA .............................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................ v

MOTTO ........................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) .................. 8

B. Etiologi DBD ............................................................................... 8

C. Vektor Penular Penyakit DBD .................................................... 9

D. Ciri-Ciri Nyamuk Aedes aegypti .................................................. 9

E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD ................................................ 10

F. Penularan Penyakit DBD ............................................................ 11

G. Bionomik Vektor .......................................................................... 13

H. Epidemiologi Penyakit DBD ....................................................... 14

I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD ......... 18

J. Faktor Penulran Penyakit DBD .................................................. 21

K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD ...................... 24

L. Kerangka Teori ............................................................................ 28

M. Kerangka Konsep ........................................................................ 29

N. Hipotesis ...................................................................................... 29

Page 14: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 30

B. Subjek Penelitian .......................................................................... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 30

D. Populasi dan Sampel .................................................................... 31

E. Variabel Penelitian ....................................................................... 33

F. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 33

G. Pengumpulan Data ...................................................................... 35

H. Jalannya Penelitian ....................................................................... 39

I. Pengolahan Data ........................................................................... 39

J. Analisis Data ............................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 41

B. Hasil Analisis Univariat ................................................................ 43

C. Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 48

D. Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Kelurahan

Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ......................................... 53

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ............................................................... 54

B. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada

Kontainer dengan Kejadian DBD ................................................ 54

C. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan

Kejadian DBD .............................................................................. 56

D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan

Kejadian DBD .............................................................................. 58

E. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan

Kejadian DBD .............................................................................. 59

F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD

Dengan Kejadian DBD ................................................................ 60

G. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 64

B. Saran ............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ........................... 37

2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008 ......................... 42

3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008 ................................ 43

4. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan ............. 44

5. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ........ 47

6. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer

dengan Kejadian DBD ................................................................................ 48

7. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan

Kejadian DBD ............................................................................................. 49

8. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan

Kejadian DBD ............................................................................................. 50

9. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan

Kejadian DBD ............................................................................................. 51

10. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Responden Tentang DBD

Dengan Kejadian DBD ............................................................................... 52

11. Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009 ................................................................................................. 53

Page 16: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ............................................................................................. 28

2. Kerangka Konsep ......................................................................................... 29

Page 17: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

2. Kuesioner Pengumpulan Data

3. Lembar Pemeriksaan Jentik

4. Surat Ijin Mencari Data di Puskesmas Tanjungsari Pacitan

5. Surat Ijin Peminjaman Profil Kelurahan Ploso

6. Surat Ijin Penelitian

7. Analisis Data

8. Dokumentasi Penelitian

Page 18: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

xv

DAFTAR SINGKATAN

Bti : Bacillus thuringiensis var israeliensis

CFR : Case Fatality Rate

DBD : Demam Berdarah Dengue

DD : Demam Dengue

DHF : Dengue Hemorrhagic Fever

IR : Incidence Rate

JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik

KK : Kepala Keluarga

KLB : Kejadian Luar Biasa

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

P2M : Pemberantasan Penyakit Menular

P2PL : Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

TPA : Tempat Penampungan Air

3M : Menguras, Mengubur, Menutup

Page 19: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta

semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh

belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai

penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan

bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15

tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik

dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan

aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya

penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan

dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito

transmitted disease (Djunaedi, 2006).

Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada

tahun 1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus

DBD menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan

kasus DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD

sebanyak 53 orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal

24 orang (42,8%). Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus sebanyak 47.573

Page 20: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

2

orang (IR 27,09/100.000 penduduk) dengan kematian 1.527 orang (3,2%)

(Hadinegoro dan Satari, 2002). Jumlah kasus DBD cenderung menunjukkan

peningkatan baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan

secara sporadis selalu terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988

dengan IR 27,09/100.000 penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000

penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999 IR menurun

sebesar 10,17/100.000 penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000 penduduk

(tahun 2003) (Kusriastusi, 2005).

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Timur baik di perkotaan

maupun di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan

oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun

kematiannya. Seperti KLB, DBD secara nasional juga menyebar di beberapa

kabupaten/kota di Jawa Timur. Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur

terdapat di 38 kabupaten/kota (semua kabupaten/kota) dan juga di beberapa

kecamatan atau desa yang ada di wilayah perkotaan maupun di pedesaan.

Jumlah kasus dan kematian akibat penyakit DBD di Jawa Timur selama 5

tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004

terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246

kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun 2004 (sampai dengan Mei)

sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk). Berdasarkan penyebaran

kasus DBD di Jawa Timur, Kabupaten Pacitan termasuk salah satu daerah

penyebaran kasus DBD dengan IR <10/100.000 penduduk (Huda, 2004).

Page 21: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

3

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2007

kasus DBD di daerah tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami

peningkatan. Pada tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua Kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten Pacitan, dan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan

Pacitan pada wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Dalam profil dinas

kesehatan disebutkan jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami

peningkatan. Pada tahun 2005 ditemukan 82 kasus, tahun 2006 ditemukan 156

kasus, pada tahun 2007 ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008 ditemukan

449 kasus. Pada tahun 2007 jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan

sebanyak 2 orang, attack rate 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah

kematian ditemukan sebanyak 4 orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%.

Dari standar WHO, sebuah daerah dapat dikatakan baik penanganan kasus

DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%. Jadi penanganan kasus DBD di

Kabupaten Pacitan dapat dikatakan baik. Sesuai dengan indikator keberhasilan

propinsi Jawa Timur untuk angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk

adalah 5 (Dinkes Jatim, 2006).

Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas

Kesehatan Pacitan selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD di Puskesmas

Tanjungsari terus mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2006 ditemukan

sebanyak 72 kasus, tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun 2008 ditemukan

kasus DBD sebanyak 218 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari yang

melayani 15 desa/kelurahan merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD

terbanyak tiap tahunnya. Dari 15 desa/kelurahan terdapat 3 desa yang selama

Page 22: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

4

3 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah kasus DBD nya yaitu

Kelurahan Tanjungsari pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006

ditemukan 25 kasus, tahun 2007 ditemukan 22 kasus dan tahun 2008

ditemukan 14 kasus; Kelurahan Pacitan pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus,

tahun 2006 ditemukan 5 kasus, tahun 2007 ditemukan 19 kasus dan tahun

2008 ditemukan 45 kasus; dan Kelurahan Ploso tahun 2005 tidak ada kasus,

tahun 2006 ditemukan 10 kasus, tahun 2007 ditemukan 32 kasus dan tahun

2008 ditemukan 37 kasus.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kelurahan dengan

jumlah kasus DBD paling banyak tiap tahunnya adalah Kelurahan Ploso.

Melihat jumlah kasus DBD 3 tahun terakhir di Kelurahan Ploso yang selalu

meningkat, hal ini disebabkan karena lokasi rumah warga yang dekat pasar,

lingkungan sekitar rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih terlihat

membuang sampah sembarangan, peran serta masyarakat dalam pelaksanaan

PSN kurang (JUMANTIK tidak berjalan), kurangnya penyuluhan tentang

DBD. Sehingga dapat digambarkan bahwa perilaku masyarakat Ploso

khususnya kepala keluarga kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan

belum melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN-

DBD) dengan mengendalikan nyamuk vektor Aedes aegypti.

Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di kelurahan Ploso peneliti

ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan

dengan kejadian DBD di kelurahan Ploso yang meliputi keberadaan jentik

Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan

Page 23: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

5

tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan pengetahuan

responden tentang DBD, sehingga dapat membantu dalam menurunkan

jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu

masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa

menjadi penyebab penularan penyakit DBD.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

2. Adakah hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

3. Adakah hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

4. Adakah hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

5. Adakah hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada

kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

Page 24: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

6

2. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

4. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan

masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya

masalah pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring

dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (P2M).

2. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

3. Bagi Peneliti lain

Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan

penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

peningkatan kasus DBD.

Page 25: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan

mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yang

meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan

menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi

pengurasan kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD terhadap

kejadian DBD.

Page 26: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan air laut (Kristina et al, 2004).

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan

demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,

gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik

perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,

kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).

B. Etiologi DBD

Penyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne Virus

(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili

Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap

Page 27: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

9

serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan

yang memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe

yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik

yang berat (Hadinegoro et al, 2001).

C. Vektor Penular Penyakit DBD

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes

albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan

nyamuk jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes

pseudoscutellaris merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan

New Guinea. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya)

aegypti dan albopictus (Djunaedi, 2006).

D. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Nadezul (2007), nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui

sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya

adalah sebagai berikut:

1. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

2. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

3. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

4. menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari

pukul 16.00-17.00.

Page 28: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

10

5. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan

nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.

7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan

tempat air minum burung.

8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan

ban bekas.

E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat

dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

1. Diagnosa Klinis

a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),

Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

c. Perdarahan pada hidung dan jusi.

d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

e. Pembesaran hati (hepatomegali).

Page 29: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

11

f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau

kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya

selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit

kepala.

2. Diagnosa Laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

(Depkes RI, 2005).

F. Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang peranan

pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara

(Hadinegoro et al, 2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan

mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya.

1. Mekanisme Penularan DBD

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue

merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah

selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD

digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk

ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri

dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di dalam

Page 30: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

12

kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,

nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi

ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap

virus dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi

karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar

darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus

dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain

2. Tempat potensial bagi penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi

penularan DBD adalah:

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).

b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-

orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan

terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar

seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan

lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran,

tempat ibadah dan lain-lain).

c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya

barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya

Page 31: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

13

terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue yang berbeda dari

masing-masing lokasi.

G. Bionomik Vektor

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk,

kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.

1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang

tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat

berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah.

Macam-macam tempat penampungan air:

a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti:

drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:

tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol

bekas dan lain-lain

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan

lain-lain (Depkes RI, 1992).

2. Kesenangan nyamuk menggigit

Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari.

Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Berbeda

Page 32: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

14

dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan

menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus

gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.

3. Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar

rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di

tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk

menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses

pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di

dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada

umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah

telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan

telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-

bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila

di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur

dapat menetas lebih cepat (Depkes RI, 2005).

H. Epidemiologi Penyakit DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga

epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment).

1. Agent (virus dengue)

Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus

Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.

Page 33: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

15

Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan

Den-4.

Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama

yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam

masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.

2. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.

Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang

virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat

pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-

anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada

awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara

5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD

menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

b. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di

Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

Page 34: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

16

DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka

kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan

angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden

DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

c. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan

ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik

mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan

antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang

berat.

d. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat

akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.

e. Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun

1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena

jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus

dengue (Sutaryo, 2005).

Page 35: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

17

3. Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue

adalah:

a. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di

berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak

antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia

Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar

50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).

Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18

seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter

berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan

penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts)

kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut

demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari,

disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai

saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan

masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang

menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke

negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).

b. Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada

musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim

Page 36: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

18

dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan,

seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD

terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim

hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal

tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit

karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat

dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Cara pemutusan rantai penularan

Ada lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DBD:

a. Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita. Tetapi

sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut

b. Isolasi penderita agar tidak digigit vektor sehingga tidak menularkan

kepada orang lain

c. Mencagah gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak ditulari

d. Memberikan imunisasi dengan vaksinasi

e. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain.

Page 37: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

19

2. Cara pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal

dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

(PSN DBD) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005).

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan

menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat

penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); dan

Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain).

Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah

”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes

aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak

terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat

harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena

keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

b. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan

istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah

temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand

Page 38: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

20

granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan

rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai

efek residu 3 bulan.

c. Biologi

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat

dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,

ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan

Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).

3. Cara pencegahan

a. Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat untuk

membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari

gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan diri

dengan pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk.

b. Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk,

mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan membuat rencana

pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.

4. Penanggulangan wabah

a. Menemukan dan memusnahkan spesies Aedes aegypti di lingkungan

pemukiman, membersihkan tempat perindukan nyamuk atau taburkan

larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan

larva Aedes Aegypti.

b. Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang terpajan

dengan nyamuk (Kandun, 2000).

Page 39: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

21

J. Faktor Penularan Penyakit DBD

Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit

DBD adalah :

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.

Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena

penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup

kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus

seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan

daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi

perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk

berkembangbiak menjadi lebih banyak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh

manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan

pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,

lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.

Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD dapat dilihat

dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di

tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada

nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan tempat

Page 40: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

22

penampungan air masyarakat indonesia umumnya lembab, kurang sinar

matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan Meiliasari, 2004).

Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih menyukai

benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan

baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu

sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes

aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain

yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi

untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007).

Menurut Hadinegoro et al (2001), semakin mudah nyamuk Aedes

menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan

penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit DBD

menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak

adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis,

peningkatan sarana transportasi.

Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor

lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:

1. Keberadaan jentik pada kontainer

Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak, macam,

bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang

tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes betina

untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer

sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena

Page 41: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

23

semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan

akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi

nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD

dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit

DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya

KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan

kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain

dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan

perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.

2. Kepadatan vektor

Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan

menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan

Kota. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap

daerah yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa

semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan risiko

penularan.

3. Tingkat pengetahuan DBD

Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti,

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama

indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang

menarik perhatian terhadap suatu objek.

Page 42: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

24

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat

terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud

(overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh tingkat

pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada

perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari

pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh

pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari

pendidikan.

K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian Duma et al (2007) tentang analisis faktor yang

berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari

menyatakan bahwa faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian,

kondisi TPA, kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD.

Faktor TPA yang merupakan faktor paling berpengaruh dengan kejadian

DBD.

Menurut hasil penelitian Sumekar (2007) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Studi Kelurahan

RajaBasa menyatakan bahwa Jentik nyamuk Aedes di kelurahan Rajabasa ada

hubungannya dengan kejadian DBD, dan terdapat hubungan antara

pelaksanaan PSN dan keberadaan jentik di TPA.

Page 43: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

25

Menurut hasil penelitian Widyana (1998), faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian DBD adalah:

1. Kebiasaan menggantung pakaian

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan

indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan

PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan

menggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti

dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga

penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi.

2. Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali.

Salah satu kegiatan yang dianjurkan daelam pelaksanaan PSN adalah

pengurasan TPA sekurang-kurangnya dalam frekuensi 1 minggu sekali

3. TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan anak dengan golongan

umur 5-9 tahun.

Hasil penelitian Nugroho (1999) faktor–faktor yang mempengaruhi

penyebaran virus dengue antara lain:

1. Kepadatan nyamuk

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan

DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi

pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila

di suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang

penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk

tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu

Page 44: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

26

berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan

sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat

perindukan nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara

teratur dan mengubur barang bekas.

2. Kepadatan rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya

pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik.

Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan

mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni

salah satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat

ditularkan kepada tetangganya.

3. Kepadatan hunian rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif

mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam

waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni

yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular

penyakit DBD.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Makasar tentang faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan

bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh (1) Faktor keadaan lingkungan

yang meliputi kondisi fasilitas TPA, kemudahan memperoleh air bersih,

pengetahuan masyarakat, kualitas pemukiman dan pendapat keluarga. (2)

Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya

Page 45: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

27

kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya

yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya

jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).

Page 46: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

28

L. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Faktor internal :

1. Ketahanan tubuh

2. Stamina

Manusia terinfeksi

Penyakit DBD

Virus

Dengue

Nyamuk Aedes

aegypti

Lingkungan Sumber

penular DBD

Faktor eksternal :

1. Kondisi tempat penampungan air

2. Kebiasaan menggantung pakaian

3. Frekuensi pengurasan kontainer

4. Keberadaan jentik pada

kontainer

5. Ketersediaan tutup kontainer

6. Kemudahan memperoleh air bersih

7. Pengetahuan DBD masyarakat

8. Kualitas pemukiman

9. Pendapatan keluarga

10. Pertumbuhan penduduk

11. Urbanisasi

12. Transportasi

13. Kepadatan vektor

Page 47: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

29

M. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

N. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

Pengetahuan responden tentang DBD

Frekuensi pengurasan kontainer

Ketersediaan tutup pada kontainer

Kebiasaan menggantung pakaian

Kejadian DBD

Keberadaan jentik Aedes aegypti pada

kontainer

Page 48: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan

menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross

sectional study, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari

hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati

status paparan dan penyakit pada individu-individu dari populasi tunggal pada

satu saat atau periode (Murti, 1997).

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal dan tercatat sebagai penduduk di

wilayah Kelurahan Ploso.

2. Dapat berkomunikasi dengan baik.

3. Bersedia menjadi responden.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian di wilayah Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

2. Waktu penelitian pada bulan Agustus 2009.

Page 49: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

31

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang sesuai

dengan kriteria inklusi dengan jumlah sebanyak 441 orang.

2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi

(Santoso, 2005). Menurut Kothari dalam Murti (2006), rumus ukuran

sampel untuk menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut:

n = qpZNd

qpZN

..)1(

...2

2/1

2

2

2/1

Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Besar sampel populasi sasaran

p = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi

q = 1- p

Z a1 = Statistik Z (misalnya Z = 1,96 untuk α = 0,05)

d = Delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di

kedua sisi proporsi (misalnya 10%)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini

adalah :

Page 50: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

32

n = 33,0.67,0.)96,1()1441.()1,0(

33.0.67,0.)96,1.(44122

2

= 24937776,5

575592,374

= 3561891,71

Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 75 ibu rumah tangga di

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW

dan 13 RT dan setiap RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak

sederhana dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama

besar untuk terpilih sebagai sampel (Sugiarto, et al. 2001).

Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat

undian sejumlah ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan Ploso sebanyak

441, kemudian dari jumlah tersebut di kocok dan diambil 75 ibu rumah

tangga yang kemudian dijadikan sampel pada saat penelitian.

Page 51: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

33

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas: keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantung

pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan

kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD.

2. Variabel terikat: kejadian DBD.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Keberadaan jentik pada kontainer

Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam tempat penampungan air di

setiap rumah yang diperiksa.

Cara pengukuran: Lembar observasi berdasarkan keberadaan jentik pada

kontainer.

Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak ada jentik

2. Ada jentik

2. Kebiasaan menggantung pakaian

Deskripsi: Praktek sehari-hari responden dalam menggantung pakaian di

dalam rumah (bukan di dalam almari).

Cara pengukuran: Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian

di dalam rumah (bukan di almari).

Skala: Nominal

Page 52: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

34

Kategori: 1. Tidak biasa menggantung

2. Biasa menggantung

3. Ketersediaan tutup pada kontainer

Deskripsi: terdapat tutup atau tidaknya tutup pada kontainer.

Cara pengukuran: Pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer.

Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak ada tutup

2. Ada tutup

4. Frekuensi pengurasan kontainer

Deskripsi: Angka yang menunjukkan berapa kali responden

membersihkan /menguras kontainer dalam ukuran waktu 1

minggu.

Cara pengukuran:Wawancara

Skala: Nominal

Kategori: 1. < 1 kali dalam 1 minggu

2. > 1kali dalam 1 minggu

5. Pengetahun responden tentang DBD

Deskripsi: Pemahaman responden tentang demam berdarah yang meliputi

pengertian, tanda dan gejala, cara penularan, pemberantasan,

vektor penular dan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

Cara pengukuran: Wawancara

Skala: Nominal

Page 53: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

35

Kategori: 1. Kurang (jika nilai rata-rata < 50%)

2. Baik (jika nilai rata-rata > 50%)

6. Kejadian DBD

Deskripsi: Keadaan dimana responden pernah terkena penyakit DBD yang

ada di Kelurahan Ploso.

Cara pengukuran: Wawancara

Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak pernah sakit

2. Pernah sakit

G. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data

kualitatif yaitu skor dari variabel yang diteliti, meliputi keberadaan jentik

pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada

kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan tingkat pengetahuan

responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan dan wawancara langsung kepada responden dengan

Page 54: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

36

menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur dan disesuaikan

dengan tujuan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tanjungsari maupun data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, serta data

penduduk atau monografi yang diperoleh dari Kelurahan Ploso.

3. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan

pengamatan secara langsung pada kontainer serta observasi untuk

mengetahui faktor lingkungan di rumah responden.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner berupa sejumlah pertanyaan yang telah disediakan oleh

peneliti, melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner

pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan. Kuesioner diuji

dengan uji validitas dan reliabilitas.

1) Uji validitas

Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang

digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai

yang diinginkan. Instrumen uji validitas menggunakan uji korelasi

product moment person (Muhidin dan Abdurahman, 2007).

Page 55: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

37

Rumus korelasi product moment person

rxy = 2222 )()(

)()(

YYNXXN

YXXYN

Dimana :

rxy : korelasi antara variabel x dan y

X dan Y : Skor masing-masing skala

N : Banyaknya subjek

Tabel 1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y

Besar rxy Keterangan

0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan,

dianggap tidak ada)

> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah

> 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang

> 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat

> 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat

Hasil uji kuesioner dilaksanakan di luar sampel penelitian,

selanjutnya uji validitasnya menggunakan uji korelasi product

moment. Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi product

moment yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel 0.444 dengan

jumlah sampel N=25 dan signifikasinya 5%. Hasil uji validitas

menyatkan bahwa nilai rata-rata rxy = 0.527, karena rxy > 0.444

maka kuesioner tersebut dikatakan valid.

Page 56: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

38

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat dipercaya dengan menunjukkan hasil

pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alfa

Cronbach.

Rumus Alfa Cronbach :

r11 =

2

2

11

t

i

k

k

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya bulir soal

2

i : jumlah varians bulir

2

t : Varians total

Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>)

dari nilai tabel r (0,444), maka instrumen dinyatakan reliabel

(Muhidin dan Abdurahman, 2007).

Hasil uji reliabilitas kuesioner menunjukkan r11= 0.484

sehingga di nyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat

kuat.

b. Senter untuk memeriksa jentik pada kontainer dan formulir

pemerikasaan jentik.

Page 57: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

39

H. Jalannya Penelitian

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Tanjungsari Pacitan

dan DKK Kabupaten Pacitan mencari tahu desa dengan jumlah kasus

DBD tertinggi selama 3 tahun terakhir dari data kasus DBD.

2. Peneliti datang ke desa dengan jumlah kasus DBD-nya tinggi yaitu Desa

Ploso, lalu mencari data monografi dan data jumlah Ibu rumah tangga dan

KK masing-masing RT di Desa Ploso. Peneliti meminta ijin ke kelurahan

untuk melakukan penelitian kepada ibu rumah tangga yang ada di

kelurahan ploso dengan jumlah sampel 75 responden.

3. Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada responden dan observasi.

Setelah selesai dilakukan penelitian, peneliti merekap hasil kuesioner dan

observasi untuk dilakukan analisis data.

I. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS

versi 14.0. Tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti

kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan

antar jawaban pada kuesioner.

b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data.

c. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

Page 58: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

40

d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

(Budiarto, 2001).

J. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan

karakteristik responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk

mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Page 59: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan geografi

Desa Ploso terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan,

Provinsi Jawa Timur. Batas Desa Ploso adalah sebelah utara berbatasan

dengan Desa Baleharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra

Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnoboyo, dan sebelah

barat berbatasan dengan Desa Sidoharjo. Desa Ploso memiliki 8 dusun

yaitu Dusun Blumbang, Dusun Temon, Dusun Kebon, Dusun Krajan lor,

Dusun Krajan Kidul, Dusun Peden, Dusun Ngampel, dan Dusun Barean.

Desa Ploso memiliki luas wilayah penggunaan yaitu pemukiman

79,75ha/m2

, luas persawahan 103,02 ha/m2, luas perkebunan 81 ha/m

2,

luas kuburan 0,5 ha/m2, luas pekarangan, 60,100 ha/m

2 , luas perkantoran

0,5 ha/m2

, dan luas prasarana umum 0,13 ha/m2.

2. Keadaan demografi

a. Jumlah penduduk

Desa Ploso terdiri dari 1.758 KK dengan jumlah penduduk

sebanyak 6.415 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki

Page 60: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

42

sebanyak 3.128 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3287

jiwa.

b. Tingkat pendidikan

Distribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Ploso sebagian

besar telah mengenyam pendidikan dasar 9 tahun, yaitu pada

pendidikan SLTA sebanyak 2866 orang (51%) dan SLTP sebanyak

740 orang (13%). Data mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa

Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008

No. Pendidikan Jumlah

(orang) %

1. Tamat SD/Sederajat 562 10

2. Tamat SLTP/Sederajat 740 13

3. Tamat SLTA/Sederajat 2866 51

4. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 1505 27

Jumlah 5673 100

Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

c. Mata pencaharian

Distribusi penduduk Desa Ploso menurut pekerjaan nampak

bahwa sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yaitu sebanyak

3475 orang (69,61%). Data mengenai mata pencaharian penduduk di

Desa Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 61: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

43

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah

(orang) %

1. Petani 3475 69,61

2. Buruh tani 200 4,01

3. Pegawai Negeri 573 11,48

4. TNI/ Polri 22 1,10

5. Pensiunan 120 2,40

6. Pedagang 136 2,72

7. Pengusaha / Industri 24 1,60

8. Buruh Industri 135 2,70

9. Pengangkutan / Transportasi 62 123,00

10 Lain-lain 156 3,13

Jumlah 4903 100

Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

B. Hasil Analisis Univariat

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah beberapa faktor yang

berhubungan dengan kejadian DBD di Desa Ploso Kecamatan Pacitan tahun

2009. Data tentang variabel yang diteliti diambil dengan melakukan

wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan melakukan

observasi disetiap tempat penampungan air yang ada di setiap rumah

responden. Sampel sebanyak 75 ibu rumah tangga di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW dan 13 RT dan setiap

RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

Sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian,

terlebih dahulu didiskripsikan karakteristik personal responden yang meliputi

umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data

sebagai berikut:

Page 62: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

44

1. Karakteristik Responden

a. Umur responden

Responden rata-rata berumur 36 tahun dengan usia termuda adalah 22

tahun dan usia tertua umur 62 tahun.

b. Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA sebanyak

30 orang (40%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat

Pendidikan

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

a. Umur

20-30 tahun

31-40 tahun

>40 tahun

Jumlah

18

29

28

75

24.00

38.67

37.33

100

b. Tingkat Pendidikan

SD

SLTP

SLTA

Perguruan Tinggi

Jumlah

9

26

30

10

75

12.00

34.67

40.00

13.33

100

2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai pemeriksaan jentik Aedes aegypti pada

kontainer diperoleh dari penghitungan jumlah kontainer seperti di bak

mandi, drum, tempayan dan lain-lain. Setelah dilakukan perhitungan

Page 63: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

45

dengan kontainer indek diperoleh hasil bahwa rumah responden yang

terdapat jentik sebesar 48 responden (64%), sementara yang tidak ada

jentik sebanyak 27 responden (36%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

Tabel 5.

3. Kebiasaan Menggantung Pakaian

Hasil penelitian mengenai kebiasaan menggantung pakaian

diperoleh dari Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian di

dalam rumah (bukan di almari), kemudian diperoleh hasil bahwa

responden melakukan kebiasaan menggantung pakaian sebanyak 52

responden (69,3%) dan yang tidak biasa sebanyak 23 responden (30,7%).

Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

4. Ketersediaan Tutup Pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai ketersediaan tutup pada kontainer

diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer, kemudian

diperoleh hasil bahwa rumah responden yang tidak ada tutup pada

kontainer sebanyak 41 responden (54,7%) dan yang ada tutup kontainer

sebanyak 34 responden (45,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

Tabel 5.

5. Frekuensi Pengurasan Kontainer

Hasil penelitian mengenai frekuensi pengurasan kontainer

diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh

hasil bahwa responden melakukan tindakan pengurasan pada kontainer

Page 64: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

46

dalam waktu lebih dari 1 minggu hanya 1 kali menguras sebanyak 47

responden (62,7%), sementara responden yang melakukan pengurasan 1-2

kali seminggu sebanyak 28 responden (37,3%). Hasil selengkapnya

ditampilkan pada Tabel 5.

6. Pengetahuan Responden Tentang DBD

Hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang DBD

diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh

hasil bahwa tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak

35 responden (46,7%) sedangkan tingkat pengetahuan responden kategori

kurang sebanyak 40 responden (53,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan

pada Tabel 5.

7. Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil

wawancara kepada responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui

bahwa kejadian DBD yang menyerang masyarakat Desa Ploso dimana

yang tidak pernah sakit DBD sebanyak 21 responden (28%) dan yang

pernah sakit 54 responden (72%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada

Tabel 5.

Page 65: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

47

Tabel 5. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan tahun 2009

No Faktor-faktor Frekuensi Persen (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Keberadaan jentik Aedes aegypti

pada kontainer

a. Tidak ada jentik

b. Ada jentik

Jumlah

Kebiasaan menggantung pakaian

a. Tidak biasa menggantung

b. Biasa menggantung

Jumlah

Ketersediaan tutup pada

kontainer

a. Tidak ada tutup

b. Ada tutup

Jumlah

Frekuensi pengurasan kontainer

a. < 1 kali dalam 1 minggu

b. > 1kali dalam 1 minggu

Jumlah

Pengetahuan responden tentang

DBD

a. Kurang (< 50%)

b. Baik (> 50%)

Jumlah

Kejadian DBD

a. Tidak pernah sakit DBD

b. Pernah sakit DBD

Jumlah

27

48

75

23

52

75

41

34

75

47

28

75

40

35

75

21

54

75

36

64

100

30,7

69,3

100

54,7

45,3

100

62,7

37,3

100

53,3

46,7

100

28

72

100

Page 66: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

48

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Pengujian hipotesis

penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian

menggunakan bantuan program SPSS versi 14.00 for Windows diperoleh

hasil analisis sebagai berikut:

1. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer

dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di

Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada

Kontainer Dengan Kejadian DBD

Keberadaan jentik Aedes aegypti

pada kontainer Total

Tidak ada

jentik

Ada jentik

Frek % Frek % Frek %

Kejadian

DBD

Tidak

pernah

sakit

19 25,3 2 2,7 21 28

Pernah

sakit

8 10,7 46 61,3 54 72

Jumlah 27 36 48 64 75 100

Page 67: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

49

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 46

responden (61,3%) dengan rumah ada jentik dan 8 responden (10,7%)

dengan rumah tidak ada jentik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan

bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara

keberdaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

2. Hubungan Antara Kebiasaan Menggatung Pakaian dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

kebiasaan menggatung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso

disajikan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian Dengan

Kejadian DBD

kebiasaan menggantung pakaian

Total Tidak biasa

Menggantung

Biasa

menggantung

Frek % Frek % Frek %

Kejadian

DBD

Tidak

pernah

sakit

13 17,3 8 10,7 21 28

Pernah

sakit

10 13,3 44 58,7 54 72

Jumlah 23 30,7 52 69,3 75 100

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 44

responden (58,7%) memiliki kebiasaan menggantung pakaian dan 10

Page 68: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

50

responden (13,3%) tidak biasa menggatung pakaian. Hasil uji statistik Chi

Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya

terdapat hubungan antara kebiasaan menggatung pakaian dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

3. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Kontainer dengan Kejadian

DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan

Ploso disajikan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Kontainer

Dengan Kejadian DBD

Ketersediaan tutup pada

kontainer Total

Tidak ada

tutup

Ada tutup

Frek % Frek % Frek %

Kejadian

DBD

Tidak

pernah

sakit

5 6,7 16 21,3 21 28

Pernah

sakit

36 48,0 18 24,0 54 72

Jumlah 41 54,7 34 45,3 75 100

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 36

responden (48,0%) tidak terdapat tutup pada kontainernya dan 18

responden (24,0%) terdapat tutup pada kontainernya. Hasil uji statistik Chi

Page 69: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

51

Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya

terdapat hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

4. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso

disajikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer Dengan

Kejadian DBD

Frekuensi pengurasan kontainer

Total < 1 kali dalam

1 minggu

> 1kali dalam 1

minggu

Frek % Frek % Frek %

Kejadian

DBD

Tidak

pernah

sakit

9 12,0 12 16,0 21 28

Pernah

sakit

38 50,7 16 21,3 54 72

Jumlah 47 62,7 28 37,3 75 100

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 38

responden (50,7%) menguras kontainer < 1 kali dalam 1 minggu dan 16

responden (21,3%) menguras kontainer > 1kali dalam 1 minggu. Hasil uji

statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,027 (p <0,05) Ho ditolak,

Page 70: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

52

artinya terdapat hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

5. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan Kejadian

DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan

Ploso disajikan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD

Dengan Kejadian DBD

Pengetahuan responden tentang

DBD Total

Kurang Baik

Frek % Frek % Frek %

Kejadian

DBD

Tidak

pernah

sakit

7 9,3 14 18,7 21 28

Pernah

sakit

33 44,0 21 28,0 54 72

Jumlah 40 53,3 35 46,7 75 100

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD

pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 33

responden (44,0%) pengetahuannya tentang DBD kurang dan 21

responden (21,8%) pengetahuannya tentang DBD baik. Hasil uji statistik

Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,030 (p <0,05) Ho ditolak, artinya

terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

Page 71: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

53

D. Ringkasan hasil uji bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

Hasil uji bivariat menggunakan chi square pada masing–masing

variabel yaitu variabel keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer,

kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi

pengurasan kontainer, pengetahuan responden tentang DBD ditampilkan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Chi Square antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di

Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

Hubungan 2 p-value Keputusan

Kejadian DBD dan

Keberadaan jentik Aedes

aegypti pada kontainer

37,568 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD dan kebiasaan

menggantung pakaian

13,386 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD dan

ketersediaan tutup pada

kontainer

11,206 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD frekuensi

pengurasan kontainer

4,892 0,027 Ho ditolak

Kejadian DBD pengetahuan

responden tentang DBD

4,687 0,030 Ho ditolak

Page 72: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

54

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa 75 responden penelitian

diketahui umur responden terbanyak antara 31-40 tahun sebanyak 29

responden (38.67%).

Hasil wawancara dari 75 responden di 13 RT Desa Ploso diketahui

bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 30

responden (40%). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden di Desa

Ploso tergolong tinggi. Seorang yang berpendidikan ketika menemui suatu

masalah akan berusaha dipikirkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Orang yang berpendidikan cenderung akan mampu berpikir

tenang terhadap suatu masalah. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih

banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih

baik (Widyastuti, 2005).

B. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer

dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti pada kontainer menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga

Page 73: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

55

faktor keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer mempunyai hubungan

terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

Dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa responden belum secara maksimal

memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentik-

jentik nyamuk dengan melakukan 3 M plus sehingga tidak sampai menjadi

nyamuk dewasa. Kegiatan 3 M plus harus sering dilakukan oleh masyarakat di

lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan

terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai

tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepah

daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992).

Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara

3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005). Oleh

kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadi

adalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat. Hasil

pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 75 rumah responden yang

diperiksa ada jentik dengan responden pernah sakit DBD sebanyak 46 rumah

responden 61.3%. Hal ini dikarenakan masih banyak ditemukan jentik Aedes

setiap kontainer yang diperiksa di rumah responden saat dilakukan observasi.

Sehingga hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kejadian demam berdarah

dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan oleh

keberadaan jentik Aedes aegypti yang ada pada kontainer.

Page 74: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

56

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Sumekar (2007).

Dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

keberadaan jentik nyamuk Aedes di Kelurahan Raja Basa. Hasil penelitiannya

menyatakan bahwa jentik Aedes di Kelurahan Raja Basa ada hubungan dengan

kejadian DBD.

C. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian

DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan kebiasaan

menggantung pakaian di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

menunjukkan dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor kebiasaan menggantung

pakaian mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Dari hasil tersebut berarti bahwa responden

yang masih memiliki kebiasaan menggantung pakaian memiliki peluang untuk

bisa terkena penyakit DBD dari pada responden yang tidak memiliki

kebiasaan menggantung pakaian. Seharusnya pakaian-pakaian yang

tergantung di balik lemari atau di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan

dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat

di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung (Yatim, 2007). Tempat

istirahat yang disukai nyamuk adalah benda-benda yang tergantung di dalam

rumah seperti gorden, kelambu dan pakaian (Suroso dan Umar, Tanpa tahun).

Page 75: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

57

Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian sudah lama terjadi baik

masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Kebisaaan yang tidak

baik ini sudah berlangsung cukup lama. Pengamatan responden selama

penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Ploso masih banyak

yang menggantung pakaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75

responden penelitian yang biasa menggantung pakaian dan pernah sakit DBD

sebanyak 44 responden (58.7%). Kondisi ini yang menyebabkan keberadaan

nyamuk untuk dapat hidup dengan menempel di pakaian responden yang

selanjutnya dari media ini responden menjadi sakit akibat kebiasaan

menggantung pakaian. Oleh karena itu dengan responden yang masih

memiliki kebiasaan menggantung pakaian tersebut maka dapat

menggambarkan bahwa kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009 disebabkan kebiasaan menggantung pakaian yang masih

dilakukan masyarakat.

Nyamuk dalam hidupnya seringkali hinggap pada pakaian. Nyamuk

lebih tertarik pada cahaya terang, pakaian, dan suhu badan manusia.

Perangsang jarak jauh karena adanya zat amino, suhu yang hangat serta

keadaan yang lembab (Sutaryo, 2005). Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Widyana (1998), tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian DBD di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian berpengaruh terhadap

kejadian DBD di Kabupaten Bantul.

Page 76: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

58

D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian

DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan ketersediaan tutup

pada kontainer menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan tutup

pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009 dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Pentingnya ketersediaan tutup pada kontainer sangat mutlak

diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada kontainer,

dimana kontainer tersebut menjadi media berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti. Apabila semua masyarakat telah menyadari pentingnya penutup

kontainer, diharapkan keberadaan nyamuk dapat diberantas, namun kondisi ini

tampaknya belum dilaksakanakan secara maksimal. Hasil penelitian lapangan

menunjukkan bahwa dari 75 responden ada 36 responden (48,0%) pernah sakit

DBD dan tidak terdapat tutup pada kontainernya. Oleh sebab itu dengan

kondisi tidak adanya tutup kontainer tersebut maka dapat menggambarkan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan

oleh tidak adanya tutup pada kontainer.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arsin dan Wahiduddin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota Makasar. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan tutup kontainer berhubungan

dengan keberadaan vektor DBD.

Page 77: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

59

E. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian

DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan frekuensi

pengurasan kontainer menunjukkan bahwa frekuensi pengurasan kontainer

mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan

Pacitan Tahun 2009 dimana nilai p = 0,027. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini bisa jadi disebabkan

karena secara umum nyamuk meletakkan telurnya pada dinding tempat

penampungan air, oleh karena itu pada waktu pengurasan atau pembersihan

tempat penampungan air dianjurkan menggosok atau menyikat dinding-

dindingnya (Sutaryo, 2005).

Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara

teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M”

plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh

seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan

serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi (Depkes RI,

2005). Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menguras kontainer pada

masyarakat memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa kebersihan air

selain untuk kesehatan manusia juga untuk menciptakan kondisi bersih

lingkungan. Dengan kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan

terjadinya berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan yang tidak

bersih.

Page 78: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

60

Pengamatan selama penelitian menemukan data bahwa dari 75

responden penelitian ada 38 orang (50.7%) melakukan pengurasan < 1 kali

dalam 1 minggu dan pernah sakit DBD. Kurangnya frekuensi pengurasan

dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik nyamuk untuk hidup dan dapat

memicu terjadinya kasus demam berdarah dengue. Oleh karena itu frekuensi

pengurasan pada kontainer yang lebih banyak dilakukan lebih dari < 1 kali

dalam 1 minggu memicu munculnya kejadian DBD di Kelurahan Ploso

Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arsin dan Wahiduddin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian demam berdarah dengue di Kota Makasar. Hasil

penelitiannya adalah faktor pengurasan kontainer memiliki pengaruh terhadap

kejadian demam berdarah dengue.

F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan

Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan tingkat pengetahuan

tentang DBD menunjukkan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan

terhadap kejadian DBD di Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009

dimana nilai p = 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima.

Hasil penelitian pengetahuan responden tentang DBD dikatakan

kurang sebanyak 33 orang (44,0%) dengan responden pernah sakit DBD.

Page 79: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

61

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respon seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan

tindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud sebagai respons

terhadap stimulus merupakan overt behaviour. Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan

berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate

impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai

keluaran dari pendidikan.

Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang

dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan

meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu akan mempersempit

wawasannya sehingga akan menurunkan tingkat pengetahuan terhadap

masalah kesehatan. Reponden yang berpendidikan tinggi akan cenderung

memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar,

seperti dari televisi, koran, dan majalah.

Pada tingkat pendidikan menengah, seseorang telah mempunyai

wawasan dan tingkat pengetahuan yang cukup baik sehingga terbuka terhadap

hal-hal baru, termasuk juga responden untuk berusaha menjaga kebersihan

disekitar lingkungan rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan berhubungan dengan sikap kesehatan masyarakat, sehingga

berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku seseorang terkait dengan

Page 80: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

62

tingkat pengetahuan dan wawasannya dalam melakukan pencegahan dan

penanggulangan terhadap kejadian DBD. Oleh karena itu responden dengan

latar belakang berpendidikan SMA ke bawah, memungkinkan cara pandang

untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue masih belum optimal.

Oleh karena itu kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang DBD dapat

menyebabkan peningkatan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan

Pacitan Tahun 2009.

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh

Duma, et al (2007) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian

demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Penelitian

tersebut menghasilkan kesimpulan berupa faktor pengetahuan berhubungan

dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari.

G. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian

demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009,

dimana peneliti merasakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Peneliti tidak sampai meneliti terhadap kepadatan nyamuk, waktu dimana

nyamuk mulai menggigit manusia dan karakteristik responden yang digigit

nyamuk itu kebanyakan responden yang berada di rumah atau yang berada

di sawah.

2. Peneliti belum sampai melakukan penelitian dengan melakukan uji

kelembaban, kondisi suhu badan dan faktor fisik yang lain yang

Page 81: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

63

memungkinkan manusia dapat terserang penyakit DBD.

3. Pada penelitian ini peneliti tidak sampai meneliti tentang bagaimana cara

responden melakukan pencegahan terhadap penularan penyakit DBD

dengan menggunakan cara fisik, kimia atau biologis.

Page 82: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

64

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab

sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian

DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan

kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

B. Saran

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Dari kejadian yang ditemukan di lapangan, sebaiknya pihak

instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan lebih

mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala dan menggalakkan

Page 83: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

65

program 3M plus di lingkungan sekitar, sehingga dapat dijadikan sebagai

monitoring.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kegiatan 3M

plus dan pelaksanaan PSN–DBD secara mandiri dan teratur sesuai standar

agar dapat mengurangi keberadaan jentik dan masyarakat harus lebih

memperhatikan perilaku kebiasaan menggantung, karena nyamuk itu

menyukai benda yang menggatung seperti pakaian. Dengan melaksanakan

dan merubah kebiasaan tersebut maka penularan penyakit demam berdarah

dengue dapat ditekan.

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan

menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga

diharapkan dapat memperkuat keputusan yang akan diambil.

Page 84: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

DAFTAR PUSTAKA

Arsin AA dan Wahiduddin. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Makasar. Jurnal Kedokteran

Yarsi. ISSN: 0854-1159 Vol. 12 No. 2. Mei-Agustus 2004: 23.

Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC.

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis. Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M dan P2L.

2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan

Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.

2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di

Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Jatim. 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Diakses: 1

November 2009. http://www.dinkes jatim.go.id.

Dinas Kesehatan Dan Sosial Kabupaten Boyolali. 2006. Buku Saku

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD):

Bakti Husada.

Djunaedi D. 2006. Demam Berdarah [Dengue DBD] Epidemiologi,

Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang:

UMM Press.

DKK Pacitan. 2008a. Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2007. Pacitan:

PemKab Pacitan Dinas Kesehatan Tahun 2008.

2008b. Data Penyebaran Kasus Demam Berdarah Dengue Perdesa

Tahun 2003 Sampai Tahun 2007. Pacitan: Dinas Kesehatan Pacitan.

Duma N., Darmawansyah, Arsin AA. 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Baruga Kota

Kendari 2007. Vol. 4 No. 2. September 2007: 91-100.

Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku

terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal

Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Juli 2005: 1-10.

Page 85: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Hadinegoro S., Soegijanto S., Wuryadi S., Seroso T. 2001. Tatalaksana Demam

Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Hadinegoro dan Satari. 2002. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap

Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit

Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta: FK UI.

Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang diTularkan Oleh

Nyamuk Di Propinsi Jawa Timur Tahun 2004. Diakses : 8 Oktober 2008.

http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200501031458-

Selpandnyamuk.pdf.

Kandun I. (ed.). 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta:

Infomedika.

Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. Kajian Masalah Kesehatan Demam

Berdarah Dengue. Diakses: 8 September 2008.

http://www.litbang.depkes.go.id.

Kusriastuti R. 2005. Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan

Kebijaksanaan Penangulangannya Di Indonesia. Disampaikan Pada

Simposium Demam Berdarah Dengue, UGM, 2 Juni 2005.

Muhidin SA dan Abdurahman M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur

dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Murti B. 1997. Prisip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

2006. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif Di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Nadezul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas

Notoatmodja, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho B. 1999. Tinjauan Tentang Keadaan Lingkungan dan Kepadatan

Hunian Rumah pada Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di

Page 86: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Wilayah Verja Puskesmas Mangkang Tahun 1999. (Skripsi) Semarang:

FKM UNDIP.

Santoso G. 2005. Fundamental Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sumekar DW. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan

Jentik Nyamuk Aedes di Kelurahan RajaBasa. Seminar Hasil Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat. Unila.

Satari HI dan Meiliasari M. 2004. Demam Berdarah. Jakarta: Puspa Swara.

Sugiarto, Siagian D., Lasmono TS., Oetomo DS. 2001. Teknik Sampling. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Suroso T dan Umar AI. Tanpa Tahun. Epidemiologi dan Penanggulangan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia saat ini. Salatiga:

Perpustakaan B2P2VRP.

Sutaryo. 2005. Dengue. Yogyakarta: Medika FK UGM.

Widyana. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian DBD Di Kabupaten

Bantul. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Vol. 2 Edisi 1-1988: 7.

Widyastuti P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta: EGC.

Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam Penyakit Menular dan Cara

Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Page 87: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun
Page 88: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Lampiran 7

Frequencies Analisis Data

Kejadian DBD

21 28,0 28,0 28,0

54 72,0 72,0 100,0

75 100,0 100,0

Tidak sakit

Sakit

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Keberadaan jentik

27 36,0 36,0 36,0

48 64,0 64,0 100,0

75 100,0 100,0

Tidak ada jentik

Ada jentik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kebiasaan menggantung pakaian

52 69,3 69,3 69,3

23 30,7 30,7 100,0

75 100,0 100,0

Biasa

Tidak biasa

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Ketersediaan tutup pada kontainer

41 54,7 54,7 54,7

34 45,3 45,3 100,0

75 100,0 100,0

Tidak ada tutup

Ada tutup

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Frekuensi pengurasan pada kontainer

47 62,7 62,7 62,7

28 37,3 37,3 100,0

75 100,0 100,0

1-2 x seminggu

>1 x seminggu

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pengetahuan tentang DBD

40 53,3 53,3 53,3

35 46,7 46,7 100,0

75 100,0 100,0

Kurang

Baik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 89: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Crosstabs Kejadian DBD dan keberadaan jentik

Case Processing Summary

75 100,0% 0 ,0% 75 100,0%Kejadian DBD *

Keberadaan jentik

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Kejadian DBD * Keberadaan jentik Crosstabulation

19 2 21

90,5% 9,5% 100,0%

70,4% 4,2% 28,0%

25,3% 2,7% 28,0%

8 46 54

14,8% 85,2% 100,0%

29,6% 95,8% 72,0%

10,7% 61,3% 72,0%

27 48 75

36,0% 64,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

36,0% 64,0% 100,0%

Count

% within Kejadian DBD

% within Keberadaan

jentik

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Keberadaan

jentik

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Keberadaan

jentik

% of Total

Tidak sakit

Sakit

Kejadian

DBD

Total

Tidak ada

jentik Ada jentik

Keberadaan jentik

Total

Chi-Square Tests

37,568b 1 ,000

34,356 1 ,000

39,500 1 ,000

,000 ,000

37,067 1 ,000

75

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

7,56.

b.

Symmetric Measures

,578 ,000

75

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Page 90: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Kejadian DBD dan kebiasaan menggantung pakaian

Case Processing Summary

75 100,0% 0 ,0% 75 100,0%

Kejadian DBD *

Kebiasaan

menggantung pakaian

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Kejadian DBD * Kebiasaan menggantung pakaian Crosstabulation

8 13 21

38,1% 61,9% 100,0%

15,4% 56,5% 28,0%

10,7% 17,3% 28,0%

44 10 54

81,5% 18,5% 100,0%

84,6% 43,5% 72,0%

58,7% 13,3% 72,0%

52 23 75

69,3% 30,7% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

69,3% 30,7% 100,0%

Count

% within Kejadian DBD

% within Kebiasaan

menggantung pakaian

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Kebiasaan

menggantung pakaian

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Kebiasaan

menggantung pakaian

% of Total

Tidak sakit

Sakit

Kejadian

DBD

Total

Biasa Tidak biasa

Kebiasaan

menggantung pakaian

Total

Chi-Square Tests

13,386b 1 ,000

11,423 1 ,001

12,801 1 ,000

,001 ,000

13,207 1 ,000

75

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

6,44.

b.

Symmetric Measures

,389 ,000

75

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Page 91: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Kejadian DBD dan ketersediaan tutup pada kontainer

Case Processing Summary

75 100,0% 0 ,0% 75 100,0%

Kejadian DBD *

Ketersediaan tutup

pada kontainer

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Kejadian DBD * Ketersediaan tutup pada kontainer Crosstabulation

5 16 21

23,8% 76,2% 100,0%

12,2% 47,1% 28,0%

6,7% 21,3% 28,0%

36 18 54

66,7% 33,3% 100,0%

87,8% 52,9% 72,0%

48,0% 24,0% 72,0%

41 34 75

54,7% 45,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

54,7% 45,3% 100,0%

Count

% within Kejadian DBD

% within Ketersediaan

tutup pada kontainer

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Ketersediaan

tutup pada kontainer

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Ketersediaan

tutup pada kontainer

% of Total

Tidak sakit

Sakit

Kejadian

DBD

Total

Tidak ada

tutup Ada tutup

Ketersediaan tutup

pada kontainer

Total

Chi-Square Tests

11,206b 1 ,001

9,544 1 ,002

11,522 1 ,001

,002 ,001

11,057 1 ,001

75

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

9,52.

b.

Symmetric Measures

,361 ,001

75

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Kejadian DBD dan frekuensi pengurasan pada kontainer

Page 92: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Case Processing Summary

75 100,0% 0 ,0% 75 100,0%

Kejadian DBD *

Frekuensi pengurasan

pada kontainer

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Kejadian DBD * Frekuensi pengurasan pada kontainer Crosstabulation

9 12 21

42,9% 57,1% 100,0%

19,1% 42,9% 28,0%

12,0% 16,0% 28,0%

38 16 54

70,4% 29,6% 100,0%

80,9% 57,1% 72,0%

50,7% 21,3% 72,0%

47 28 75

62,7% 37,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

62,7% 37,3% 100,0%

Count

% within Kejadian DBD

% within Frekuensi

pengurasan pada

kontainer

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Frekuensi

pengurasan pada

kontainer

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Frekuensi

pengurasan pada

kontainer

% of Total

Tidak sakit

Sakit

Kejadian

DBD

Total

>1 x

seminggu 1-2 seminggu

Frekuensi pengurasan pada

kontainer

Total

Chi-Square Tests

4,892b 1 ,027

3,787 1 ,052

4,793 1 ,029

,035 ,027

4,827 1 ,028

75

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

7,84.

b.

Symmetric Measures

,247 ,027

75

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Kejadian DBD dan pengetahuan tentang DBD

Page 93: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Case Processing Summary

75 100,0% 0 ,0% 75 100,0%

Kejadian DBD

* Pengetahuan

tentang DBD

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Kejadian DBD * Pengetahuan tentang DBD Crosstabulation

7 14 21

33,3% 66,7% 100,0%

17,5% 40,0% 28,0%

9,3% 18,7% 28,0%

33 21 54

61,1% 38,9% 100,0%

82,5% 60,0% 72,0%

44,0% 28,0% 72,0%

40 35 75

53,3% 46,7% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

53,3% 46,7% 100,0%

Count

% within Kejadian DBD

% within Pengetahuan

tentang DBD

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Pengetahuan

tentang DBD

% of Total

Count

% within Kejadian DBD

% within Pengetahuan

tentang DBD

% of Total

Tidak sakit

Sakit

Kejadian

DBD

Total

Kurang Baik

Pengetahuan tentang

DBD

Total

Chi-Square Tests

4,687b 1 ,030

3,638 1 ,056

4,734 1 ,030

,040 ,028

4,625 1 ,032

75

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

9,80.

b.

Symmetric Measures

,243 ,030

75

Contingency CoefficientNominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Page 94: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

PEMERIKSAAN JENTIK AEDES AEGYPTI Lampiran 3 Kab/Kota : Kecamatan : Desa : Alamat :

Kolom 3,5,4,7,9,11,13,15,17,19,21: Diisi jumlah masing-masing jenis container Kolom 4,6,8,10,12,14,16,18,20,22 : Diisi jumlah container yang positif jentik Kolom 23 : Diisi jumlah semua jenis container baik dakam maupun luar rumah Kolom 23 : Diisi jumlah semua jenis container baik dakam maupun luar rumah yang positif

No Nama Ibu Rumah

Tangga

DI LUAR RUMAH DI DALAM RUMAH

JUMLAH CONTAINER

Drum Kaleng Bekas

Pecahan Botol /

Air Kemasan

Ban Bekas

Tempayan Lain-lain

Bak mandi

Drum Tempayan Lain-lain

Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml + Jml Positif

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Jumlah

Page 95: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

PEMERIKSAAN JENTIK AEDES AEGYPTI Lampiran 3 Kab/Kota : Kecamatan : Desa : Alamat :

Page 96: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. No. Responden :

2. Nama Responden :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan :

7. Alamat : RT….. /RW …..

II. PERTANYAAN

A. Kejadian DBD

1. Apakah anda atau anggota keluarga Anda pernah terkena penyakit

DBD?

a. Pernah sakit

b. Tidak pernah sakit

B. Pengetahuan Responden Tentang DBD

1. Apakah yang Anda tahu tentang penyakit DBD?

a. Tahu

b. Tidak tahu

2. Menurut Anda apa saja tanda-tanda penyakit DBD?

a. Tahu (tulis sesuai tanda-tanda yang disebutkan responden)

b. Tidak tahu

3. Apakah Anda tahu apa yang menjadi penyebab munculnya penyakit

DBD?

a. Tahu (virus dengue)

b. Tidak tahu

Page 97: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

4. Menurur Anda apakah penyakit DBD bisa menular?

a. Tahu

b. Tidak tahu

5. Menurut Anda apakah yang menularkan penyakit DBD?

a. Tahu (nyamuk Aedes aegypti)

b. Tidak tahu

6. Apakah Anda tahu dimana tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti?

a. Tahu (bak mandi, WC, tempayan, drum dll)

b. Tidak tahu

7. Apakah Anda tahu dimana tempat nyamuk Aedes aegypti meletakkan

telurnya?

a. Tahu (dinding tempat penampungan air, sudut tempat penampungan

air)

b. Tidak tahu

8. Apakah Anda tahu dimana saja tempat yang disenangi, tempat hinggap,

tempat istirahat nyamuk Aedes aegypti?

a. Tahu (tempat gelap, pada benda bergantungan, genangan air yang

tidak berhubungan dengan tanah)

b. Tidak tahu

9. Menurur Anda kapan waktu nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia?

a. Tahu (pagi pukul 09.00-10.00; sore pukul 16.00-17.00)

b. Tidak tahu

10. Apakah Anda tahu upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai

penular penyakit DBD?

a. Tahu (PSN, fogging/pengasapan/penyemprotan, penebaran abate,

pemeliharaan ikan pemakan jentik)

b. Tidak tahu

11. Apakah Anda tahu tentang PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)?

a. Tahu

b. Tidak tahu

Page 98: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

12. Apakah yang Anda tahu tentang kegiatan 3M dalam PSN-DBD?

a. Tahu (menguras, menutup, mengubur)

b. Tidak tahu

13. Apakah Anda tahu bagaimana cara mencegah dari gigitan nyamuk Aedes

aegypti?

a. Tahu (menggunakan lotion, tidur dengan menggunakan kelambu atau

jendela diberi kawat kasa)

b. Tidak tahu

14. Apakah Anda tahu standar Angka Bebas Jentik (ABJ) untuk mengukur

keberhasilan kegiatan PSN-DBD?

a. Tahu (95%)

b. Tidak tahu

15. Apakah yang Anda tahu tentang JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)?

a. Tahu (melakukan PSN dengan memeriksa tempat penampungan air,

lalu mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan ke Puskesmas dan

dilakukan tindakan)

b. Tidak tahu

16. Apakah Anda tahu bahwa peran masyarakat sebagai kader jumantik

sangat berpengaruh dalam meningkatnya kegiatan PSN?

a. Tahu

b. Tidak tahu

17. Apakah Anda tahu bahwa obat dan vaksin untuk penyakit DBD belum

ditemukan?

a. Tahu

b. Tidak tahu

18. Apakah Anda tahu tindakan pertama yang harus dilakukan bila ada

anggota keluarga/ tetangga yang terkena penyakit DBD?

a. Tahu (diberi air minum yang banyak, diberi obat penurun panas,

dibawa ke pelayanan kesehatan)

b. Tidak tahu

Page 99: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

C. Kebiasaan Menggantung Pakaian

1. Apakah anggota keluarga Anda setiap habis memakai pakaian langsung

dicuci?

a. Iya

b. Tidak

2. Apabila tidak, apakah anggota keluarga Anda biasa menggantung

pakaian di rumah?

a. Iya

b. Tidak

3. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung bisa menjadi tempat

beristirahatnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya

b. Tidak

4. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung bisa menjadi tempat

bertelurnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Tidak

b. Iya

5. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung di dalam almari bisa

menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti?

a. Tidak

b. Iya

D. Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air (TPA)

1. Apakah di rumah Anda biasa menguras bak mandi/WC?

a. Iya

b. Tidak

2. Bila iya, berapa kali Anda menguras bak mandi dalam satu minggu?

a. > 1 minggu 1 kali

b. 1-2 kali dalam 1 minggu

3. Menurut Anda apakah bak mandi/WC tidak perlu dikuras tetapi hanya

diganti airnya tiap satu minggu sekali?

Page 100: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

a. Iya

b. Tidak

4. Menurut Anda apakah bak mandi/WC yang tidak dikuras bisa menjadi

tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya

b. Tidak

5. Menurut Anda apakah tempat penampungan air perlu diberi abate

setelah dikuras?

a. Iya

b. Tidak

E. Ketersediaan Tutup Tempat Penampungan Air (TPA)

1. Apakah terdapat tutup pada tempat penampungan air Anda?

a. Iya

b. Tidak

2. Apakah setelah selesai menggunakan tempat penampungan air biasanya

ditutup kembali secara benar (tertutup rapat)?

a. Iya

b. Tidak

3. Terbuat dari bahan apakah tutup tempat penampungan air Anda?

a. Bambu

b. Plastik

4. Menurut Anda apakah tempat penampungan air yang tidak tertutup rapat

rentan terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya

b. Tidak

5. Menurut Anda apakah tempat penampungan air yang tidak tertutup bisa

menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya

b. Tidak

Page 101: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Lampiran 1

PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG : Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan

Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009.

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan

oleh Widia Eka Wati, NIM : J 410 050 022 mahasiswa SI Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Pacitan, Agustus 2009

Responden

(………………..)

Page 102: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

Gambar peneliti melakukan wawancara dengan responden

Gambar peneliti melakukan pemerikasaan jentik pada bak mandi

Page 103: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Gambar peneliti melakukan pemerikasaan jentik pada drum

Gambar peneliti melakukan wawancara dengan responden

Page 104: (dbd) di kelurahan ploso kecamatan pacitan tahun

Gambar peneliti melakukan pemeriksaan jentik pada ember

Gambar peneliti melihat tempat responden biasa menggantung pakaian