Leukemia Granulositik Kronik
DefinisiLeukemia granulositik kronik ( LGK ) adalah penyakit
mieloproliferatif dengan karakteristik adanya peningkatan
proliferasi sel induk hematopoetik seri mieloid pada berbagai
stadium differensiasi sehingga pada apusan darah tepi dapat
terlihat tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari
promielosit, meta mielosit, mielosit sampai granulosit.1,2
EpidemiologiLeukemia granulositik kronis merupakan 20 % dari
seluruh kasus leukemia pada dewasa dan merupakan leukemia kronis
yang paling sering ditemukan pada usia 40-50 tahun. ipd. NCI
(National centerinstitute) menyatakan bahwa frekuensi LMK akan
meningkat denganbertambahnya umur dimulai dari 1 per 1000.000 orang
pada usia 10 tahunpertama, 1 per 100.000 orang pada usia 50 tahun
dan 1 per 10.000 orang pada usia80 tahun.3,4
EtiologiEtiologi pasti dari LGK tidak diketahui, paparan radiasi
berhubungan dengan meningkatnya insiden LGK.1,4
PatogenesisPada leukemia mielositik kronik terjadi hilangnya
sebagian lengan panjang dari kromosom 22, yaitu kromosom
Philadelphia (Ph). Kromosom ini dihasilkan dari translokasi
t(9;22)(q23;q11) antara kromosom 9 dan 22, akibatnya bagian dari
protoonkogen Abelson ABL dipindahkan pada gen BCR di kromosom 22
dan bagian kromosom 22 pindah ke kromosom 9. Pada translokasi Ph,
ekson 5 BCR berfusi dengan ekson 3 ABL menghasilkan gen khimerik
untuk mengkode suatu protein fusi berukuran 210kDa (p210) yang
memiliki aktivitas tirosin kinase melebihi produk ABL 145 kDa yang
normal. Dengan kemajuan teknologi dibidang biologi molekular,
didapatkan adanya gabungan antara gen yang ada dilengan panjang
kromosom 9 (9q34), yakni ABL (Abelson) dengan gen BCR (break
cluster region). Yang terletak di lengan panjang kromosom 22
(22q11). Gabungan kedua gen ini sering ditulis sebagai
BCR-ABL.5
Tanda dan Gejala Klinis Perjalanan penyakit leukemia mielositik
kronik dibagi menjadi 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan
fase krisis blas.Pada fase kronis, pasien sering mengeluh
pembesaran limpa, atau merasa cepat kenyang akibat desakan limpa
terhadap lambung. Kadang timbul nyeri seperti diremas diperut kanan
atas akibat peregangan kapsul limpa. Keluhan lain sering tidak
spesifik, misalnya rasa cepat lelah, lemah badan, demam yang tidak
terlalu tinggi, keringat malam. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Semua keluhan tersebut merupakan
gambaran hipermetabolisme akibat proliferasi sel-sel leukemia.
Apabila dibuat urutan berdasarkan keluhan yang diutarakan oleh
pasien, maka seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Urutan Keluhan Pasien Berdasarkan FrekuensiKeluhan
Frekuensi (%)Splenomegali 95Lemah badan 80Penurunan berat badan
80Hepatomegali 50Keringat malam 45Cepat kenyang
40Perdarahan/purpura35Nyeri perut 30Demam 10
Setelah 2-3 tahun, beberapa pasien penyakitnya menjadi progresif
atau mengalami akselerasi. Bila saat diagnosa ditegakkan pasien
berada pada fase kronis, maka kelangsungan hidup berkisar antara 1
sampai 1,5 tahun. Ciri khas fase akselerasi adalah leukositosis
yang sulit di kontrol oleh obat-obat mielosupresif, mieloblas di
perifer mencapai 15-30%, promielosit >30%, dan trombosit 1 Kesan
EKG : iskemil lateral, QRS alternan (+)Lab : Hb : 9,5 gr/dlLeuko
:545.000/mm3
Keluar hasil Echocardiografi :LA Sedikit dilatasiKontraktilitas
LV baik, EF 76%Normakinetik global (+)PE (+) di posteriorDiameter
1-1,4 cmKesan : LA dilatasi Good LV dan RV systolic function Good
LV diastolic function Pericardial efussion
A/ LGK fase kronik AIHA Bronchopneumonia duplex Efusi pericard
ec susp infiltrasi sel tumor
Planning : Cek kromosom philadelphia Screening antibody :
menunggu hasil
Follow up tanggal 20 Februari 2013S/ perut membengkak (+), nyeri
perut (-),Batuk (-)O/ KU : sedang Kesadaran: CMCTD : 120/70 mmHg HR
: 97x/1 reguler, bunyi jantung menjauh (-), pulsus paradoksus
(-)Nafas: 28x/1Suhu : 36,9 oC
Konsul Konsultan KardiologiKesan : Efusi Pericard ec susp
infiltrasi leukemiaAdvice : Terapi konservatif Atasi penyakit dasar
Awasi tanda tanda tamponade jantung.
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki, berumur 21 tahun di
Bangsal Penyakit Dalam RSUP dr.M.Djamil Padang dengan diagnosa
akhir : Leukemia granulositik kronik fase kronik Anemia ringan
normositik normokrom ec hemolitic ec autoimun Bronkopneumonia
duplex Efusi perikardium ec Infiltrasi leukemiaDiagnosa leukemia
granulositik kronik pada pasien ini ditegakkan berdasarkan adanya
keluhan perut sebelah kiri yang semakin membengkak , perut cepat
penuh, sering demam hilang timbul, adanya riwayat perdarahan gusi,
penurunan berat badan, badan letih lesu dan ditemukannya
hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
leukositosis dengan 13% sel blast dan hasil BMP gambaran
hiperseluler dengan perbandingan mieloid dan eritroid meningkat ( M
: E = 6 : 1 ) dengan kesan leukemia granulositik kronik.Pemeriksaan
kromosom Philadelphia pada pasien ini bertujuan untuk mengetahui
terapi dan prognosis, dimana Fadjari, 2006 mengatakan bahwa pasien
LGK dengan kromosom Philadelphia (+) pada fase kronik dapat
diberikan Imatinib mesylate dengan dosis 400mg/hari, sedangkan pada
fase krisis blas dapat langsung diberikan dosis 800mg/hari. Pasien
LGK dengan anemia berat, trombositopenia, trombositosis, basofilia,
eosinofilia, kromosom Ph negatif, BCR-ABL negatif akan memperburuk
prognosis. 5Anemia hemolitik autoimun pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan adanya keluhan badan letih-letih, pucat dan
ditemukannya konjunctiva anemis dengan hepatosplenomegali. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai hemoglobin 8 g/dL,
terdapatnya polikromasi, retikulositosis dan Coomb test Direct yang
positif. 5,Pemeriksaan screening antibodi pada pasien ini perlu
dilakukan untuk memastikan apakah AIHA pada pasien ini tipe hangat
atau dingin. Pada pasien ini dapatdiberikan metil prednisolon
dengan dosis 1 1,5 mg/Kg/BB/hari. Namun Fadjari, 2006 menyebutkan
bahwa pemberian prednison dan splenektomi tidak banyak
membantu.Pada jurnal-jurnal epidemiologi disebutkan bahwa AIHA
biasanya sebagai prediktor untuk terjadinya Leukemia Granulositik
Kronik. Namun hubungan secara langsung antara AIHA dengan LGK
sampai saat ini masih belum bisa dijelaskan. Askling,dkk 2005 dan
Zheng,dkk 1993 menyebutkan bahwa penyakit-penyakit autoimun
berhubungan dengan peningkatan resiko keganasan mieloid termasuk
leukemia mielositik akut & leukemia mielositik kronik.11,12
Laporan terakhir oleh Anderson,dkk 2009 menyebutkan bahwa terjadi
peningkatan resiko LGK pada pasien dengan penyakit-penyakit
autoimun seperti pada AIHA ( OR 5,23 ), coeliac disease (OR 4,19),
dermatomyositis/polymyositis ( OR 3,97 ), dan polymyalgia
rheumatika (OR 1,7).13Bronkopneumonia pada pasien ini diteggakkan
dari anamnesa didapatkan adanya batuk, demam, pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya ronki basah halus nyaring di kedua basal
paru. Efusi Perikardium pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh
keganasannya. Insiden leukemia sebagai penyebab efusi perikardial
berkisar 15% dari keseluruhan kasus. Efusi perikardial pada
penderita kanker umumnya disebabkan oleh obstruksi aliran limfatik
jantung yang merupakan akibat dari metastasis. Manifestasi efusi
perikardial yang khas timbul pada penderita keganasan bila telah
terdapat efusi perikardial yang berat tanpa adanya tanda
peradangan.16Pada penderita keganasan dengan efusi kecil umumnya
tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Sesak napas, batuk, nyeri
dada, takikardia, dan peningkatantekanan vena jugularis dapat
dijumpai bila volume cairan lebih dari 500 ml. Pulsus paradoxus,
hipotensi,renjatan kardiogenik, dan gerakan paradoksal dari
denyutvena jugularis merupakan tanda penting telah
terjadinyatamponade jantung. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
temuan adanya infiltrasi keganasan ke dalam
perikardium.16Pemeriksaan analisis cairan perikardial,
biopsiperikardial atau epikardial merupakan hal yang penting untuk
dilakukan agar dapat memastikan adanya penyakit keganasan
perikardial. 16Langkah-langkah berikut perlu dilakukan pada efusi
perikardial tanpa tamponade jantung yang disangkadisebabkan oleh
keganasan: (1) Pemberian antineoplastik sistemik sebagai terapi
dasar yang dapat mencegah kekambuhan lebih dari 67% dari 196 kasus;
(2) Perikardiosintesis untuk mengurangi gejala dan menegakkan
diagnosis; (3) Memberikan obat sklerotik (sitotoksik)Drainase
perikardial dianjurkan padapenderita dengan efusi yang berat karena
tingginya angka kekambuhan (40-70%). Pencegahan kekambuhan
dapatdilakukan dengan instilasi obat sklerotik, obat
sitotoksik,ataupun imunomodulator intraperikardial.16
Daftar Pustaka
1. Supandiman I, Sumantri R, Heri F.T, Irani F.P, et.all. Lekemi
Granulositik Kronik(LGK). Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Hematologi Onkologi Medik 2003. p 47-532. Price S.A, Wilson L.M.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit(6th ed),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.20063. Bakta IM. Leukemia dan
penyakit mieloproliperatif. Dalam: Hematologi ringkas. Editor.
Khastifah dan Purba DL. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2007.p.137-444. Harrisons. Chronic myelogenous leukemia in
Principles of internal medicines. Editor : Kasper L.D, Braundwald
E, Hauser S.L, Fauci S. A,et all. 16 th Ed. McGraw-Hil Medical
Publishing Division. 2005. P 637-6415. Fadjari H. Leukemia
granulositik kronis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor.
Sudoyo A.W dkk. Ed 4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2006.698-70016.
Vardiman J.W, 2009. Chronic myelogenous leukemia, BCR-ABL1+,
American Journal Clinical Pathology, 132, 248-9.7. Lichtman M.A,
Liesveld JL. Chronic myelogenous leukemia and related disorder.In :
Wiliams Hematology. Ed. Lichtman MA et all, 7 th edition. Mc Graw-
hill medical publishing division. New York.p.1237- 688. Markman, M.
Chronic myeloid leukemia and BCR-ABL, Emedicine.20099. Robinowitz
I, Larson R.S. Chronic myeloid leukemia in wintrobe clinical
haematology. Ed. Greer JP et al, 7 th edition. Lippincontt Williams
and Wilkins, Philadelpia. 2004.p.2235-5310. Kantarjian H, Pasquini
R,Hamerschlak N,Rousselot Pet all. Dasatinib or high-dose imatinib
for chronic-phase chronic myeloid leukemia after failure of
first-line imatinib: a randomized phase 2 trial, Journal of The
American Society of Hematology2007;12: 5143-515011. Askling J,
Brandt L, Lapidus A, Karlen P et all. Risk of haematopoietic cancer
in patients with inflammatory bowel disease. Gut 2005a;54:
617-622.12. Zheng W,Linet M.S, Shu Xo, Pan R.P et all. Prior
medical conditions and the risk of adult leukemia in Shanghai,
Peoples Republic of China. Cancer Causes Control 1993; 361-8.13.
Anderson L.A,Pfeiffer R.M, Landgren O.G.S, Engels E.A. Risk of
myeloid malignancies in patients with autoimmune conditions. Br J
Cancer. 2009; 100(5):822-8.14. Ramadan S.M, Fauad T.M, Summa V,
Hasan, S.KH. Acute myeloid leukemia developing in patients with
autoimmune disease. Haematologica 2012 ; 97 (6) : 805-115. Lutfiyya
Nawal M, Henley Eric, Chang F. Linda, Reyburn Wessel S. Diagnosis
and Treatment of Community-Acquired Pneumonia. American Family
Physician. 200616. Rosdiana N, Hatta M, Ali M, Lubis B. Efusi
perikardial sebagai tanda dan gejala awal leukemia. Indonesian
Journal of cancer. 201017. Asurawati W,. Efusi Perikardium.2011
25