Top Banner
II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. (Anonim, 2013) Hukum Raoult mengasumsikan bahwa komponen memberikan kontribusi terhadap total tekanan uap campuran dalam sebanding dengan persentase campuran dan tekanan uap ketika murni, atau dengan ringkas: tekanan parsial sama dengan fraksi mol dikalikan dengan tekanan uap ketika murni. Jika salah satu perubahan komponen komponen lain yang tekanan uap, atau jika volatilitas komponen tergantung pada persentase dalam campuran, hukum akan gagal. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan uap total adalah jumlah dari tekanan uap masing-masing komponen dalam campuran. Ketika multi-komponen cair dipanaskan, tekanan uap setiap komponen akan meningkat, sehingga menyebabkan tekanan uap total meningkat. Ketika tekanan uap total mencapai tekanan yang mengelilingi cair,
21

Dasar Teori Distilasi

Nov 09, 2015

Download

Documents

Dasar Teori Lapres Distilasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB III

II-14

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII-15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar TeoriDistilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. (Anonim, 2013)Hukum Raoult mengasumsikan bahwa komponen memberikan kontribusi terhadap total tekanan uap campuran dalam sebanding dengan persentase campuran dan tekanan uap ketika murni, atau dengan ringkas: tekanan parsial sama dengan fraksi mol dikalikan dengan tekanan uap ketika murni. Jika salah satu perubahan komponen komponen lain yang tekanan uap, atau jika volatilitas komponen tergantung pada persentase dalam campuran, hukum akan gagal. Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan uap total adalah jumlah dari tekanan uap masing-masing komponen dalam campuran. Ketika multi-komponen cair dipanaskan, tekanan uap setiap komponen akan meningkat, sehingga menyebabkan tekanan uap total meningkat. Ketika tekanan uap total mencapai tekanan yang mengelilingi cair, mendidih terjadi dan berubah ke gas cair di seluruh sebagian besar cairan. Perhatikan bahwa campuran dengan komposisi tertentu memiliki satu titik didih pada tekanan tertentu, ketika komponen saling larut. (Anonim, 2013)Merupakan implikasi dari satu titik didih adalah bahwa komponen-komponen ringan tidak pernah bersih mendidih pertama. Pada titik didih, semua komponen bergejolak mendidih, tetapi untuk sebuah komponen, dengan persentase dalam uap adalah sama dengan persentase dari total tekanan uap. Komponen yang lebih ringan memiliki tekanan parsial lebih tinggi dan dengan demikian terkonsentrasi di uap, tapi lebih berat komponen-komponen yang mudah menguap juga memiliki (lebih kecil) tekanan parsial dan selalu menguap juga, meskipun menjadi kurang konsentrasi dalam uap. (Anonim, 2013)II.1.1. Sejarah Distilasi

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873). (Kartika dkk.2009)II.1.2. Macam-Macam Destilasi 1. Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Distilasi kontinyu

Jika prosesnya berlangsung terus menerus. Ada aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.Aplikasi: Proses pengolahan minyak mentah

Gambar II.1 Alat Desrilasi Kontinyub. Distilasi batch

Jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya (distilat dan residu).Aplikasi: Destilasi minyak atsiri pada skala laboratorium(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/tipe-distilasi/)

Gambar II.2 Alat Destilasi Batch2. Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :a. Distilasi Atmosferik

Dilakukan pada tekanan sedikit diatas tekanan atmosfir dan minyak dipanaskan sampai temperatur tertentu sebelum terjadi perengkahan.

Aplikasi : Crude Distillation Unit

Gambar II.3 Alat Destilasi Atmosferikb. Distilasi Vakum

Untuk minyak berat bertitik didih tinggi yang jika dipanaskan lebih lanjut pada tekanan atmosfir akan terjadi perengkahan dan dilakukan pada tekanan dbawah satu atmosfir (vakum).

Aplikasi : Vacuum Unit

Gambar II.4 Alat Destilasi Vakumc. Distilasi Bertekanan

Untuk minyak yang sudah menguap pada temperatur kamar.

Aplikasi : Light End Unit (Debutanizer, Depropanizer, naptha splitter).

(Muklis, 2011)

3. Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Destilasi sistem biner

Suatu sistem destilasi yang digunakan untuk memisahkan campuran 2 larutan yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik pada suhu tertentu dan tekanan tetap.Aplikasi: memisahkan campuran etanol Air

Gambar II.5 Destilasi Biner Campuran Azeotrop Etanol airb. Destilasi sistem multi komponenSuatu sistem destilasi yang digunakan untuk memisahkan campuran lebih dari 2 larutan pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Alat dari destilasi sistem multi komponen dapat dilihat pada gambar II.3.Aplikasi:Proses Destilasi Minyak bumi menjadi LPG, Light/Heavy gas, Kerosene, dll4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Single-stage Distillation

b. Suatu sistim distilasi yang terdiri dari satu tahap. Proses ini meliputi pemanas aliran umpan dan kemudian dilakukan ekspansi pada tekanan yang lebih rendah pada sebuah vessel. Alat dari Single-stage Distillation dapat dilihat pada gambar II.2.Aplikasi: Destilasi skala laboratoriumc. Multi stage Distillation

Destilasi sekejap pada tekanan tetap yang disusun bertingkat.Aplikasi: Destlasi etano air untuk mendapatkan kemurnian etanol 99 %(http://www.authorstream.com/Presentation/nda_tn_only-372057-pengantar-teori-distilasi-entertainment-ppt-powerpoint/)

Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam destilasi, yaitu :

a. Distilasi Sederhana

Prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda. Alat dari destilasi sederhana dapat dilihat pada gambar II.2.Aplikasi: Destilasi etanol skala laboratorium b. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat)

Prinsipnya sama dengan distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Alat dari destilasi fraksional dapat dilihat pada gambar II.3.Aplikasi: Destilasi Minyak Bumic. Distilasi Azeotrop

Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Alat dari destilasi azeotrop dapat dilihat pada gambar II.2.Aplikasi:destilasi etanol-aird. Distilasi Kering

Memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Aplikasi: untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.e. Destilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100C dalam tekanan atmosfer menggunakan uap atau air mendidih.Aplikasi: Destilasi Minyak Atsiri(http://ndarucs.blogspot.com/2010/02/distilasi.html)

II.2. Bahan Bakar

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif. (http://id.wikipedia.org/wiki /Bahan_bakar)1. Berdasarkan materinyaa. Bahan bakar padat

Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan kebanyakan menjadi sumber energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi.

b. Bahan bakar cair

Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar minyak atau BBM. Selain bisa digunakan untuk memanaskan air menjadi uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan bakar cair seperti Bensin bisa dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin.

c. Bahan bakar gas

Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga.2. Berdasarkan materinyaa. Bahan bakar tidak berkelanjutan

Bahan bakar tidak berkelanjutan bersumber pada materi yang diambil dari alam dan bersifat konsumtif. Sehingga hanya bisa sekali dipergunakan dan bisa habis keberadaannya di alam. Misalnya bahan bakar berbasis karbon seperti produk-produk olahan minyak bumi.b. Bahan bakar berkelanjutan

Bahan bakar berkelanjutan bersumber pada materi yang masih bisa digunakan lagi dan tidak akan habis keberadaannya di alam. Misalnya tenaga matahari.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar)

II.2.1. Bahan Bakar Cair

Bahan cair merupakan bakar yang berbentuk cair, seperti bahan bakar minyak atau BBM. Sumber utama dari bahan bakar cair antara lain:

a. Minyak Bumi (Petroleum)

Berdasarkan the theory of vegetable origin,Minyak Bumi (Petroleum) berasal dari fosil-fosil tumbuhan dan hewan yang terkubur di dasar laut,yang kemudian diurai oleh bacteri anaerobic. Minyak mentah kemudian terbentuk dari uraian fosil-fosil tersebut akibat adanya pengaruh tekanan dan temperature tinggi. Contohnya Gasoline,Kerosene, Diesel fuel, dll.

Komposisi dari Petroleum :

1. Carbon 80 - 89 %

2. Hydrogen 12 - 14 %

3. Nitrogen 0,3 - 1,0 %

4. Sulphur 0,3 - 3,0 %

5. Oxygen 2,0 - 3,0 %

b. Batu bara

Batu bara juga menjadi salah satu sumber bahan bakar cair. Bukan sumber utama,melainkan semacam bahan baku. Methanol diproduksi dari pencairan batu bara dengan proses pirolisis,atau mereaksikan batu bara dengan hidrogen bertekanan tinggi. Methanol merupakan hasil dari proses diatas dan menjadi bahan bakar cair.

c. Bio fuel.

Bio fuel adalah sumber yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan diekstak menjadi minyak dan menjadi minyak mentah. Minyak mentah ini kemudian diproses persis dengan proses dari petroleum. Selain minyak mentah dari tumbuh-tumbuhan,produk lain adalah ethanol.

(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1975406-bahan-bakar-cair/)II.2.2 Spesifikasi Sampel

II.2.2.1 Kerosin

Kerosin (minyak tanah) biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking. Minyak tanah(bahasa Inggris:keroseneatauparaffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150C and 275C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikalAvtur,Jet-A,Jet-B,JP-4atauJP-8). Sebuah bentuk dari kerosene dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket. Namakerosenediturunkan dari bahasa Yunanikeros(, wax ).Biasanya, kerosene didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk mengurangi kadar belerangnya dan pengaratannya.

Kerosene dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak.Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, di mana dia kurang disuling dan mengandung ketidakmurnian dan bahkan "debris".Bahan bakar mesin jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang diperketat, terutama titik asap dan titik beku. Kegunaan lain dari kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygon.

II.2.2.2 Biosolar

Biosolarmerupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.Keunggulan Biosolar :

1. Biodiesel tidak beracun.

2. Biodiesel adalah bahan bakar biodegradable.

3. Biodiesel lebih aman dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional.

4. Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan dapat digunakan di sebagian besar jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk biodiesel B100 murni.

5. Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, dan meningkatkan keamanan dan kemandirian energi.

6. Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, contohnya USA yang memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel per tahun.

7. Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi dibandingkan dengan diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit dibandingkan dengan diesel konvensional.

8. Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa pakai mesin.

9. Biodiesel memiliki delay pengapian lebih pendek dibandingkan dengan diesel konvensional.

10. Biodiesel tidak memiliki kandungan sulfur, sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap pembentukan hujan asam.

Kelemahan BioSolar:

1. Biodiesel saat ini sebagian besar diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Hal ini bisa memicu meningkatnya kelaparan di dunia.

2. Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan diesel konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak, pitting di piston, dll.

3. Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah.

4. Biodiesel secara signifikan lebih mahal dibandingkan dengan diesel konvensional.

5. Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar diesel konvensional.

6. Biodiesel dapat melepaskan oksida nitrogen yang dapat mengarah pada pembentukan kabut asap.

II.2.3 Destilasi Minyak Bumi (Petroleum)

Distilasi merupakan suatu proses dimana cairan-cairan yang saling terlarut dipisahkan berdasarkan properti fisiknya, khususnya, relative volatilities. Cairan dapat dikatakan volatile jika larutan tersebut siap menguap pada suhu yang relatif rendah. Pendidihan komponen larutan yang lebih volatile mendorong proses distilasi. Ketika uap didinginkan, material yang lebih mudah menguap mengembun dengan proporsi yang lebih besar, dibandingkan dengan material yang kurang volatile. (http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski %20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_11.html)

Gambar II.6 Menara Destilasi

Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu 370C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi). (http://kimia.upi.edu/utama /bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_11.html)Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :

1.Gas Rentang rantai karbon : C1 sampai C5

Trayek didih : 0 sampai 50C

2. Gasolin (Bensin)

Rentang rantai karbon : C6 sampai C11

Trayek didih : 50 sampai 85C

3.Kerosin (Minyak Tanah)

Rentang rantai karbon : C12 sampai C20

Trayek didih : 85 sampai 105C

4.SolarRentang rantai karbon : C21 sampai C30

Trayek didih : 105 sampai 135C

5.Minyak Berat

Rentang ranai karbon : C31 sampai C40

Trayek didih : 135 sampai 300C

6.ResiduRentang rantai karbon : di atas C40

Trayek didih : di atas 300C

(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_11.html)

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.

Secara umum teknologi proses kilang minyak bumi dikelompokkan menjadi 3 macam proses, yaitu : a. Primary Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam primary processing adalah unit-unit yang hanya melibatkan peristiwa fisis, yaitu distilasi. Proses distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Primary processing terdiri dari Crude Distillation Unit/CDU dan Vacuum Distillation Unit/VDU. b. Secondary Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam secondary processing adalah unit-unit yang melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri dari Hydrotreating process, Catalytic Reforming/Platforming process, Hydrocracking process, Fluid Catalytic Cracking/Residual Catalytic Cracking/Residual Fluid Catalytic Cracking/High Olefine Fluid Catalytic Cracking, Hydrogen Production Unit/HPU, Delayed Coking Unit/DCU, dan Visbraking.

c. Recovery Processing

Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing adalah unit-unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang diproduksi atau chemical yang digunakan di unit-unit primary dan secondary processing atau untuk mengolah limbah cair atau gas sebelum dibuang ke laut atau udara luar/lingkungan sekitar. Recovery processing terdiri dari Amine unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur Recovery Unit.

Dalam distilasi ini perlu dipahami beberapa hal yang berkaitan dengan proses distilasi yaitu :

Initial Boiling point

Pembacaan termometer yang diamati pada saat tetes pertama jatuh.

End point

Pembacaan termometer tertinggi selama pengujian .

Dry point

Pembacaan termometer pada saat tetes terakhir cairan menguap dari bagian bawah labu.

Percent recovered

Volume kondensat daalam milimeter yang diamati dalam gelas ukur yang berhubungan dengan percobaan termometer.

Percent recovery

Percent recovered maksimum setelah distilasi selesai.

Percent total recovery

Gabungan antara percent recovery dari residu dalam labu.

Percent residu

Percent total recovery dikurangi percent recovery atau volume residu dalam milimeter yang diukur secara langsung.

Percent loss

100 percent recovery. Percent evaporated

Jumlah percent recovery dan percent loss.

Averge boling point

Titik didih rata rata yang terdiri dari beberapa komponen yang dicari boling point masing masing fraksi.(ASTM D86-04b)II.3 Metode dan Peralatan Uji Komponen dasar dari unit distilasi adalah labu distilasi, kondensor dan pendinginan yang terkait, logam perisai atau tempat untuk labu distilasi, sumber panas, alat pengukur suhu, dan silinder penerima untuk mengumpulkan distilat. Selain itu untuk unit otomatis juga dilengkapi dengan sistem untuk mengukur dan secara otomatis mencatat suhu.

Gambar II.7 Pemasangan Peralatan

Gambar II.8 Spesifikasi Peralatan1Condenser bath

11Distillation flask

2Bath cover

12Temperature sensor

3Bath temperature sensor 13Flask support board

4Bath overflow

14Flask support platform

5Bath drain

15Ground connection

6Condenser tube

16Electric heater

7Shield

17Knob for adjusting level

8Viewing window of support platform

9aVoltage regulator

18Power source cord

9bVoltmeter or ammeter 19Receiver cylinder

9cPower switch

20Receiver cooling bath

9dPower light indicator 21Receiver cover

10Vent

Peralatan otomatis diproduksi pada tahun 1999 dan kemudian dilengkapi dengan perangkat yang secara otomatis menutup kekuatan unit dan untuk menyemprotkan gas inert atau uap ke dalam ruang di mana labu distilasi sudah terpasang. Sampel material yang mengandung air tidak cocok untuk pengujian. Pengambilan sampel harus dilakukan sesuai dengan Praktek D 4057 atau D 4177 dan seperti yang dijelaskan pada Tabel dibawah ini Tabel II.2 Karakteristik pengambilan Sampel

Kalibrasi suhu sistem pengukuran harus dilakukan pada interval tidak lebih dari enam bulan, dan setelah sistem telah diganti atau diperbaiki.Prosedur percobaannya adalah yang pertama catat tekanan udara yang berlaku. Periksa suhu dari sampel. Tuangkan spesimen tepatnya ke tanda 100-mL pada silinder penerima, dan mentransfer isi silinder penerima ke dalam labu distilasi dan memastikan bahwa tidak ada cair mengalir ke dalam tabung uap.

Jika sampel tidak cairan pada suhu itu harus dipanaskan sampai suhu antara 9 dan 21 C di atas titik tuang nya (Test Metode D 97, D 5949, D 5950, atau D 5985) sebelum analisis. Setiap material yang menguap selama transfer akan memberikan kontribusi untuk persent loss sedangkan materi yang tertinggal di dalam silinder akan berkontribusi terhadap volume pemulihan yang diamati pada saat IBP tersebut.Untuk mengurangi kehilangan penguapan distilat, tutup silinder menerima dengan sepotong blotting kertas, atau bahan sejenis yang telah dipotong agar sesuai tabung kondensor.. Perhatikan waktu mulai. Amati dan catat IBP terdekat ke 0,5 C (1.0 F). Jika deflektor penerima tidak digunakan, segera memindahkan silinder menerima sehingga ujung kondensor menyentuh dinding dalamnya. Mengatur pemanasan sehingga seragam tingkat rata-rata kondensasi dari 5 atau 10% pulih sampai 5 mL residu dalam labu adalah 4 sampai 5 mL per menit. (ASTM D86-04b)II.2 Aplikasi Industri

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

FTI-ITS SURABAYA

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARANPROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

FTI-ITS SURABAYA