BAB IIPEMBAHASAN
A. Surat Permintaan VisumPada Surat Permintaan Visum et Repertum
(SPV) tertulis tertanggal 17 Maret 2015. Surat Permintaan Visum
diterima pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 23:15 WITA oleh dokter
Forensik RS.Bhayangkara Mappaodang.
B. Multiple Cause of DamageDamage: Luka memar pada pipi
kananA-1: Kerusakan pembuluh darah di bawah kulitA-2: Trauma akibat
benda tumpulB: Tidak ditemukan
C. Hasil PemeriksaanTampak satu buah luka memar berbentuk tidak
beraturan pada pipi kanan dengan ukuran panjang lima koma nol
sentimeter dan lebar tiga koma nol sentimeter berjarak enam koma
dua cm dari pertengahan sumbu tubuh dan tiga koma tiga cm di bawah
garis khayal yang menghubungkan kedua mata. Luka berbatas tegas
berwarna keunguan disertai dengan bengkak
Gambar 1.Foto Whole Body
Gambar 2.FotoRegional (Wajah)
Gambar 3.Foto Close Up (Tampak luka memar pada pipi kanan)D.
Tinjauan PustakaI. PENDAHULUAN1. TraumatologiForensikTraumatologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksudkan
dengan luka adalah suatu keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan
tubuh yang ditimbulkan oleh berbagai macam sebab.[1,2]Berdasarkan
sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan
yang bersifat: [1] Mekanik : Kekarasan oleh benda tajam Kekerasan
oleh benda tumpul Tembakan senjata api Fisika : Suhu Listrik dan
Petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi Kimia : Asam atau
basa kuat2. Jenis-jenis Luka : [1]Berdasarkan jenisnya, lukadibagi
menjadi :a. Luka akibat kekerasan benda tajamLuka akibat kekerasan
benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka
bacok.b. Luka akibat kekerasan benda tumpulLuka yang terjadi dapat
berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi)
dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).c. Luka akibat tembakan
senjata apiLuka yang terjadi dapat berupa Luka Tembak Masuk yang
tediri dari luka tembak temple atau kontak, luka jarak dekat, luka
jarak jauh dan Luka Tembak Keluar.d. Luka akibat Suhu /
TemperaturSuhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat
exhaustion primer dan heat exhaustion sekunder (dehidrasi), dan
Luka bakar. Dan suhu rendah dapat menyebabkan kematian mendadak,
serta pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa
derajat kelainan berupa : hyperemia, edema dan vesikel, nekrosis
dan pembekuan disertai kerusakan jaringan.e. Luka akibat listrik
dan PetirPada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit
seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal
dari benda yang dipakai ke dalam kulit), magnetisasi (benda metal
yang dipakai berubah menjadi magnet)f. Perubahan tekanan udarag.
Akustikh. Radiasi
II. KEKERASAN BENDA TUMPULKekerasan karena benda tumpul (Blunt
Force Injury) merupakan kasus yang paling banyak terjadi dan selalu
menduduki urutan pertama yang masuk di bagian ilmu kedokteran
forensik.[1]Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan lalu
lintas. Jika ditambah dengan kasus-kasus yang tidak fatal, jumlah
nya tentu akan berlipat ganda. Benda tumpul dimaksud sebagai benda
yang tidak bermata tajam (tidak dapat untuk mengiris, membacok,
atau menusuk). Mempunyai konsistensi yang keras atau kenyal,
permukaannya dapat halus ataupun kasar. Kadang-kadang dalam satu
benda didapat bagian yang tajam dan tumpul, misalnya clurit dengan
ujung tajam dan tangkainya tumpul.[1]Benda-benda tumpul banyak
terdapat disekitar kita, dimanapun kita berada. Jika benda tersebut
dibenturkan, membentur atau terbentur tubuh dengan keras akan
menimbulkan rasa sakit dan kelainan atau kerusakan pada tubuh. Cara
kematian pada kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak
wajar. Yang tersering adalah kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu
lintas, terjatuh dari tempat tinggi. Berikutnya pembunuhan,
kasusnya juga cukup banyak misalnya dipukul besi kepalanya,
diinjak-injak dadanya dan sebagainya.[1]Benda tumpul bila mengenai
tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar, dan luka
robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut
sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.[2]
Gambar 4 : Jenis-jenis luka akibat benda tumpul [3]III. LUKA
LECET1. DefinisiLuka lecet merupakan luka kulit yang superficial,
akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal, jalan, atau
sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit.[4,5]
Gambar 5: Luka lecet superficial pada tangan.[6]
Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan
petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat
dalam tubuh.[5]Luka lecet (abrasi) adalah berupa hilang atau
rusaknya lapisan permukaan epitel sel kulit. Cedera seperti ini
bisa terjadi akibat pukulan, terjatuh, kecelakaan lalu lintas,
terseret, cakaran dengan kuku, gigitan, tertusuk duri, dan
lain-lain. Karena hanya permukaan epitel kulit saja yang rusak,
maka proses penyembuhan berlangsung cepat dan tidak menimbulkan
bekas.[7]
Gambar 6: Luka lecet dengan ekstensi ke dalam
jaringansubkutan.[6]
2. Jenis Luka LecetSesuai dengan mekanisme terjadinya, luka
lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch),
luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression, impact
abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion).[4]a. Luka Lecet
Gores (Scratch)Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari
yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.[4,5]
Gambar 7 : Luka lecet gores pada tangan [6]Cedera akibat jarum,
kuku jari tangan, menyebabkan abrasi jenis goresan. Ujung kulit
pada bagian akhir goresan dengan bagian awalyang bersih. [7]b. Luka
Lecet Serut (Graze)Variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. [4]Luka lecet yang
terjadi akibat persentuhan kulit dengan permukaan badan yang kasar
dengan arah kekerasan sejajar/miring terhadap kulit. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. [5]
Gambar 8: Contoh luka lecet serut [7]c. Luka Lecet Tekan
(Impression, Impact Abrasion)Disebabkan oleh penjejakan benda
tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka
bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan
benda tumpul tersebut. Tetapi masih memungkinkan identifikasi benda
penyebab yang mempunyai bentuk khas misalnya kisi-kisi radiator
mobil, jajas gigitan dan sebaliknya.[4]Gambaran luka lecet tekan
yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan
warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya
jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca mati.[4]Abrasi seperti ini adalah cedera akibat
tubuh bersinggungan dengan benda yang permukaannya kasar, misalnya
dengan ban kendaraan bermotor, sehingga kulit akan terlihat bekas
sesuai dengan gambaran alur ban kendaraan tersebut. [7]
Gambar 9: Luka lecet berbentuk gigitan.[6]Luka lecet yang
disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap
permukaan kulit. Bentuk luka lecet tekan umumnya sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak
berupa daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari
sekitarnya. [5]d. Luka Lecet Geser (Friction Abrasion)Disebabkan
oleh tekanan linear pada kulit dsertai gerakan bergeser, misalnya
pada kasus gantung atau jeratan serta pada korban pecut. Luka lecet
geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka
lecet geser yang terjadi segera pasca mati.[4]
Gambar 10:Luka lecetakibatterjerut[8]
3. Ciri-ciri Luka Leceta. Sebagian atau seluruh epitel hilangb.
Kemudian permukaan tertutup oleh exudasi yang akan mengering
(crusta)c. Timbul reaksi radang berupa penimbunan sel-sel PMNd.
Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut [1]
4. Umur Luka LecetPerkiraan kasar dibuat pada data berikut
[7]GAMBARANSELANG WAKTU
Merah TerangBaru terjadi
Pembentukan Keropeng12 24 jam, karena sudah terjadi pengeringan
cairan limfe dan darah
Warna Keropeng menjadi merah kecoklatan2 3 hari
Daerah yang mengalami abrasi telah diliputi jaringan epitel4 7
hari
Keropeng mulai terkelupasLebih dari 7 hari
Tabel 1 : Perkiraan Umur Luka Lecet [7]
Umur luka lecet secara makroskopis maupun mikroskopis dapat
diperkirakan sebagai berikut:[1] Hari ke 1 sampai dengan 3,
berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan cairan limphe 2
atau 3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap
Setelah 1 sampai 2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru
Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.
5. Perbedaan Luka Lecet Ante Mortem Dan Post MortemANTE
MORTEMPOST MORTEM
Warna coklat kemerahan karena exudasiTampak mengkilap, warna
kekuningan
Mikroskopis terdapat sisa-sisa epitelium dan tanda-tanda
intravitalMikroskopis epidermis terpisah sempurna dari dermis dan
tidak ditemukan tanda-tanda intravital
Pada umumnya terjadi pada daerah penonjolan tulang
Tabel 2 : Perbedaan Luka Lecet Antemortem dan Postmortem[1]
Gambar 11 : Luka lecet yang terbentuk setelah kematian.[6]IV.
ASPEK MEDIKOLEGALDi dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan
kejelasan dari permasalahan sebagai berikut: Jenis luka apa yang
ditemui Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka
Bagaimana kualifikasi dari luka ituUntuk memahami yang dimaksud
dengan kualifikasi derajat luka sebaiknya mempelajari terlebih
dahulu pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang
bersangkutan dengan penganiayaan.[9]Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau karena disengajakan.Luka
yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Mis drijven
Tegen Het Lijf.Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua
yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan
kejahatan culpose ( yang dilakukan karena kelalaian atau
kejahatan).[9]Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan
yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu
penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan
diancam (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang
menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan
penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk
penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan
pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat
[9]Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab
XX, pasal-pasal 351 s.d. 358. Jenis kejahatan yang disebabkan
karena kelalaian diatur dalam pasal 359, 360 dan 361 KUHP. Dalam
pasal-pasal tersebutdijumpai kata-kata, mati, menjadi sakit
sementara atau tidak dapat dijalankan pekerjaan sementara, yang
tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena
salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat
kurang perhatian. [9]Pasal 361 KUHP menambah hukumannya sepertiga
lagi jika kejahatan ini dilakukan dalam suatu jabatan
ataupekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan,
apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain.[9]Dalam
pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas
dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hokum semata-mata dan
tidak dikenal dalam istilah medis. [9]Yang dikatakan luka berat
pada tubuh pada pasal 90 KUHP, adalah penyakit atau luka yang tidak
biasa. Diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat
mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cukup lagi melakukan
satu pekerjaan tidak lagi memakai salah satu pancaindera, kudung
(rompong), lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih dari empat minggu
lamanya, menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu.
[9]Disinilah dokter berperan besar sekali sebagai saksi ahli di
depan pengadilan. Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis
kedokteran forensic maupun ahlilainnya (setiap dokter) dalam tiap
kejadian secara khusus demi kasus.[9]Walaupun luka lecet ini tidak
membahayakan jiwa seseorang, tetapi mempunyai beberapa kepentingan
dari segi medikolegal, antara lain:[7]a) Mengetahui bagaimana
terjadinya cederab) Bisa memberikan petunjuk adanya tanda-tanda
perlawanan pada kasus-kasus tertentuc) Untuk menentukan arah
datangnya tekanand) Dari letak abrasi bisa digunakan untuk
memperkirakan dasar dari tindakan kriminile) Bisa merupakan
tanda-tanda adanya cedera bagian dalam tubuh.
V. KesimpulanBerdasarkan kasus yang didapatkan di Rumah Sakit
Bhayangkara, korban yang datang dengan keluhan luka memar pada pipi
kanan akibat dari trauma benda tumpul. Dari anamnesis yang
didapatkan,.menurut pengakuan korban kejadian ini terjadi pada
tanggal tujuh belas bulan Maret tahun dua ribu lima belas pukul dua
puluh tiga lewat lima belas menit waktu Indonesia bagian Tengah di
Gunung Latimojong.Tampak satu buah luka memar berbentuk tidak
beraturan pada pipi kanan dengan ukuran panjang lima koma nol
sentimeter dan lebar tiga koma nol sentimeter berjarak enam koma
dua cm dari pertengahan sumbu tubuh dan tiga koma tiga cm di bawah
garis khayal yang menghubungkan kedua mata. Luka berbatas tegas
berwarna keunguan disertai dengan bengkakSuatu perlukaan dapat
menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, social dan
pekerjaan yang dapat timbul segera dalam jangka waktu pendek atau
pun jangka panjang. Pada korban ini, didapatkan derajat luka adalah
luka ringan. Berdasarkan aturan dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan
bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam,
sebagai penganiayaan ringan. Hukum Pidana Indonesia, penganiayaan
ringan bias dihukum pidana maksimum 3 bulan penjara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadi H, H. Mutahal. Trauma Tumpul. DalamBuku Ajar Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal ed. 2. Surabaya . 2006. P:
86-91.2. Idries.A.M, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi
Pertama; Bab 4: Luka dan Kekerasan Luka Akibat Benda Tumpul; 1997;
Binarupa Aksara; Hal 91-9. 3. Saukko.P, Knight.B, Knights Forensic
Pathology, 3rd Edition; Chapter 4: The Pathology of Wound;
Abrasions; Arnold, Hodder Headline Group, London; page 137-273. 4.
Budiyanto A, dkk. Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul. Dalam Ilmu
Kedokteran Forensik ed. 1. Jakarta :Bagian Kedokteran Forensik FK
UI. 1997. Hal 37-41.5. Mansjoer.A, dkk. Traumatologi, Luka Akibat
Kekerasan Benda Tumpul. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK UI. 2000. Hal 219.6.
Cox.W.A. Pathology of Blunt Force Traumatic Injury. May 2011. 7.
Chadha.P.V. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi Edisi
Kelima, Bab 5: Luka. 1995. Penerbit WidyaMedika. Hal 66,8.
Dimaio.V.J, Dimaio.D. Forensic Pathology Second Edition. Chapter 4:
Blunt Trauma Wounds. 2001. CRC Press LLC. Page 9. Satyo.A.C. Dalam
AspekMedikolegal Luka pada ForensikKlinik. Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FK USU, Medan.