Date post: | 23-Jun-2015 |
Category: | Education |
View: | 711 times |
Download: | 4 times |
Hal
aman
1
Hal
aman
2
Ada empat alasan pokok mengapa saya mencalonkan diri menjadi Carek ITS periode 2011-2015.
Pertama, model bisnis PTN bahkan yang pernah/masih berstatus BHMN-, termasuk ITS,
saat ini sudah ketinggalan zaman. PTN saat ini, di tengah-tengah pendanaan APBN yang
terbatas, telah menjadi semakin tidak terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.
Untuk meningkatkan pendapatan, PTN menyiasatinya dengan manaikkan jumlah
mahasiswa dan membuka berbagai macam jalur
penerimaan mahasiswa, serta menaikkan SPP yang
sepenuhnya dipikul oleh orangtua mahasiswa. Sekalipun
tersedia banyak beasiswa, tetap saja jumlahnya terbatas,
sementara biaya operasional yang layak untuk menjadi
world-class university masih tidak terjangkau.
Hal
aman
3
Kedua, pada saat biaya pendidikan tinggi semakin tak terjangkau, ironically lulusan PTN
ternyata mengidap poor employability dan technopreneurship. Ini ditunjukkan oleh
angka pengangguran sarjana yang semakin tinggi. Employability yang re ndah ini bukan
karena kinerja akademik mereka, namun karena keterbelakangan soft-skills mereka,
termasuk gaya hidup yang tidak sehat. Pendidikan tinggi saat ini terlalu akademik,
memilih calon mahasiswa d engan kinerja akademik sesaat yang tinggi namun dengan
profil kepribadian yang terbelakang, dan gagal mengembangkan soft-skills (termasuk
kompetensi berbahasa asing) dan karakter. Alih-alih menyediakan solusi, PTN justru
menjadi bagian dari masalah memberikan sinyal yang
keliru pada pendidikan dasar dan menengah tentang
kompetensi apa yang perlu dikuasai- antara lain dengan
menciptakan sarjana yang tidak kompeten. Ini tidak saja
menunjukkan return on education investment yang rendah,
namun sekaligus merugikan mahasiswa sebagai konsumen.
Hal
aman
4
Ketiga, tata kelola universitas (university governance) di PTN, termasuk ITS, tidak
efektif mengundang partisipasi yang lebih committed oleh civitas akademikanya.
Pola kerja yang dikembangkan saat ini rawan dengan moral hazards , kurang
transparan, yang berpotensi merusak integritas pribadi, dan institusi. Pola kerja
dan fungsi Senat ITS saat ini kurang efe ktif
membangun kebijakan PTN yang inovatif. Peran
karyawan dan mahasiswa kurang
terakomodasikan dalam proses-proses
pengambilan kebijakan. Inovasi sebagai penciri
utama lembaga pendidikan tinggi- sepantasnya
dimulai dari inovasi kebijakan PTN.
Hal
aman
5
Keempat, arsitektur pendidikan tinggi Indonesia warisan Belanda hingga saat ini tidak
sejalan dengan fitrah Indonesia sebagai negara kepulauan yang hanya bisa berjaya jika
menjadi negara maritim. Infrastruktur kompetensi yang mendukung penguasaan IPTEK
kepulauan dan kemaritiman masih terbelakang. Tidak ada perguruan tinggi negeri yang
secara jelas menjadika n maritim sebagai visinya. Peran Indonesia dalam pembuatan
regulasi internasional di bidang maritim melalui diplomasi di International Maritime
Organization (IMO) kurang diperhitungkan. Ini tentu patut disayangkan karena
berpotensi merugikan Indonesia sendiri. Persoalan pembangunan negara kepulauan ini
dipersempit hanya sekedar persoalan perikanan, padahal prospek ekonomi negata
kepulauan ini jauh lebih luas dan menantang. Pada tahun 2007 Saya telah
memberanikan diri untuk mencalonkan diri sebagai calon rektor Universitas Indonesia,
untuk menagih UI yang menyandang nama Indonesia- agar lebih peduli pada
pengembangan IPTEK kepulauan. FTK ITS tidak akan pernah mampu memikul
pengembangan infrastruktur kompetensi yang dibutuhkan bagi negara kepulauan seluas benua Eropa ini.
Hal
aman
6
Hal
aman
7
1. MODEL BISNIS PTN BARU
Dalam format sebagai Badan Layanan Umum saat ini, ITS dapat memulai model
bisnis baru dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Rekrutmen mahasiswa baru tidak lagi dilakukan hanya secara internal,
namun juga menyertakan Pemerintah Daerah, Kementrian, dan
Industri. Pola-pola ikatan dinas akan dikembangkan.
2. Proses pembelajaran yang terintegrasikan dengan dunia kerja di
birokrasi, dan industri melalui tugas kuliah, kerja praktek (magang), dan
tugas akhir.
3. Pembiayaan pendidikan bersama Pemerintah Daerah, Kementrian, dan
Industri, serta perbankan (skema student loan scheme). Artinya, biaya
Hal
aman
8
pendidikan tidak dipikul seluruhnya oleh mahasiswa atau orangtua mereka.
4. ITS aktif melakukan penempatan kerja bagi lulusan-lulusannya, dan
fasilitasi business start-ups bagi para teknoprener muda.
5. Fokus pendidikan akan bergeser ke pendidikan pascasarjana yang
berbasis penelitian untuk menghasilkan berbagai ragam Hak Atas
Kekayaan Intelektual. Sebuah prakarsa Knowledge Management akan
dikembangkan untuk mengkapitalisasikan khasanah kepakaran civitas
akademika ITS. Pengembangan perangkat lunak teknik (engineering
analysis software) secara mandiri oleh civitas akademika akan didukung agar ITS semakin mandiri dalam
pengadaan p erangkat keras analisis teknik ini.
6. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) akan
didorong agar independen. Sementara itu, Program D3 Sipil di Manyar akan didorong agar menjadi
menjadi Politeknik Sipil untuk selanjutnya menjadi lembaga yang mandiri.
7. UPT ITS Press akan diperkuat untuk memfasilitasi penulisan buku karya civitas akademika ITS.
Hal
aman
9
Bisnis model baru ini akan mendatangkan beberapa implikasi sebagai berikut:
Kapasitas pendidikan S1 akan dipertahankan atau bahkan diturunkan,
sementara kapasitas pendidikan pascasarjana ditingkatkan secara
signifikan.
Integrasi vertikal antara pendidikan pascasarjana dan penelitian, serta
pengembangan akan dilakukan, tidak seperti saat ini. Hubungan antara
LPPM dan Program Pascasarjana akan semakin disinerjikan. Hibah
Penelitian Dikti atau Menristek harus melibatkan mahasiswa, terutama
mahasiswa pascasarjana.
Tidak akan ada lagi dana SPI, namun SPP akan meningkat, namun tidak
dibebankan kepada mahasiswa atau orangtua mereka. Dengan demikian,
kebutuhan dana operasional PTN yang layak dapat dicapai tanpa
membebani biaya kuliah mahasiswa.
Hal
aman
1
0
2. PENDIDIKAN SOFT-SKILLS DAN KARAKTER
Karena belajar adalah proses memaknai pengalaman, maka belajar tuntas hanya dapat dilakukan melalui siklus
Baca-Praktek-Tulis-Presentasi. Belajar tanpa praktek atau pengalaman bukanlah belajar yang sesungguhnya.
Karena tujuan belajar yang sesungguhnya adalah membangun karakter, maka penguasaan hard-skills harus
dipandang sebagai sekunder, sementara penguasaan soft-skills justru sebagai primer. Pendidikan karakter tidak
dapat dilakukan melalui perkuliahan dan penambahan jam kuliah agama dan budi pekerti, namun hanya dapat
diwujudkan melalui teladan dan praktek karakter oleh mahasiswa, dosen dan karyawan.
Hal
aman
1
1
Untuk membangun karakter dan soft skills mahasiswa, proses pembelajaran dan evaluasinya akan menggunakan
model portofolio, dengan ukuran kinerja belajar multi-kecerdasan, dan mendorong kegiatan berbasis proyek dan
berbasis laboratorium/studio/bengkel. Sumberdaya keuangan akan lebih dialokasikan di tingkat Program Studi dan
laboratorium/studio/bengkel. Ujian Tulis akan dikurangi hingga minimal. UPT Perpustakaan akan diperkuat secara
signifikan sekaligus dengan mendorong Tugas Baca secara ekstensif. Reading skills and habit yang sehat akan
Hal
aman
1
2
meningkatkan adaptabilitas lulusan ITS. UPT Pusat Bahasa akan diperkuat
sekaligus untuk mengembangkan alat ukur kemampuan berbahasa yang lebih
sesuai dengan kebutuhan lulusan ITS.
Pengalaman selama 10 tahun membina Tim ITS Maritime Challenge menunjukkan
bahwa belajar melalui makership/craftmanship dalam sebuah kelompok dengan
membuat sebuah produk teknik berskala kecil, adalah proses belajar karakter
dan soft skills yang efektif bagi mahasiswa teknik. Pendidikan tinggi teknik tidak cukup hanya melatih
mahasiswanya dengan ketrampilan menggunakan komputer dan perangkat lunak rekayasa, dan mendesain
dengan komputer, namun perlu mengetahui bagaimana menggunakan peralatan produksi dalam rangka
menghasilkan produk-produk teknik yang dibutuhkan pasar. Proses ini akan menumbuhkan etos kerja dan
kepekaan bisnis, dua hal yang dibutuhkan bagi setiap teknoprener.
Hal
aman
1
3 Kegiatan berkesenian dan berolahraga akan semakin memperoleh perhatian dalam proses belajar mahasiswa, dan
dinilai sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran. UPT Fasor akan diperku at (terutama dengan kolam
renang), dan UPT Seni (lukis, musik, tari dan teater) akan dibangun. Me ningkatkan apresiasi dan kegiatan seni dan
olah raga akan meningkatkan kapasitas belajar mahasiswa sekaligus membuat mereka lebih sehat.
Hal
aman
1
4
3. GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE
Tata kelola PTN yang lebih baik akan dikembangkan dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Investasi ICT yang menjamin proses-proses perencanaan,