Top Banner

of 135

Daniel Monario Harahap

Jul 20, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS EKONOMI JAKARTA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT (PERSERO) GARUDA INDONESIA PERIODE 1999-2003

Diajukan Oleh :

Nama Mahasiswa NIM

: :

Daniel Monario Harahap

1999-12-290

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2005

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS EKONOMI JAKARTA

Analisis Kinerja Keuangan pada PT (Persero) Garuda Indonesia periode 1999-2003

Diterima dan disetujui Untuk diujikan

Dosen Pembimbing

(Drs. Satrio Prasetio, ME.)

Jakarta, 25 Juli 2005

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA FAKULTAS EKONOMI JAKARTA

Nama mahasiswa NIM Judul skripsi

: Daniel Monario Harahap : 1999-12-290 : Analisa kinerja keuangan pada PT (Persero) Garuda Indonesia periode 1999-2003

Pembimbing Skripsi

( Drs. Satrio Prasetio, ME. )

Tim Penguji : Nama Tandatangan

Ketua Anggota I Anggota II Anggota III Anggota IV

: : : : :

Drs. P.I. Budiman, Ak. Drs. Sasongko Mulyo, Ak. Drs. Satrio Prasetio, ME. Muchsin Siasi Hamid, SE., Ak. Yohanes Irmanto, SE., Ak.

. . . . .

Tanggal lulus :

31 Oktober 2005

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia Nya yang oleh karenanya bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas penulisan Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus diselesaikan oleh penulis agar dapat menyelesaikan studi Sarjana Strata Satu di Fakultas ekonomi, jurusan Akuntansi, Universitas Katolik Atma Jaya di Jakarta. Sangatlah disadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan karena keterbatasan waktu dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kekurangan didalam penulisan ini dan membuka kesempatan atas adanya kritik dan saran mengenai tulisan ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat begitu banyak bantuan dan dorongan secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Jusuf Udaya, Lic.Ec. sebagai pembimbing akademik yang telah membantu penulis selama masa studi di Unika Atma Jaya. 2. Bapak Drs. Satrio Prasetio, ME. sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak menyediakan waktu dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Christina Yuliana, SE.,Msi. sebagai ketua jurusan program studi akuntansi.

4. Ibu Fitri Kurniasih sebagai pihak dari kantor pusat PT(Persero) Garuda Indonesia dan Bapak Lukas dari Garuda Aviation Training and Education (GATE) yang telah memberikan kesempatan dan

bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini. 5. Papa, mama dan seluruh pihak keluarga yang telah banyak membantu secara materiil maupun moril dengan penuh kesabaran selama ini. 6. Rekan-rekan KSR UAJ terutama angkatan V yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam perjalanan selama masa studi di Atma Jaya dan telah memberikan begitu banyak hal-hal baru bagi penulis. 7. Seluruh teman-teman penulis dimanapun berada dan apapun pekerjaan serta fakultasnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas segala bantuannya apapun bentuknya. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, dan dapat memberikan sumbangsih khususnya kepada rekan mahasiswa/i.

Jakarta, 25 Juli 2005

Penulis

ABSTRAKA) B) Daniel Monario Harahap (1999-12-290) Analisis Kinerja Keuangan pada PT (Persero) Garuda Indonesia periode 1999-2003 (Financial Performance Analysis of PT (Persero) Garuda Indonesia for 1999-2003 period) x + 119 hlm; 2005; 7 tabel; 12 lampiran. Kata kunci : Laporan Keuangan, Rasio Keuangan Penelitian ini dilakukan pada salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang pada pertengahan tahun 1997 mengalami permasalahan keuangan, salah satunya akibat dari depresiasi nilai Rupiah terhadap US Dollar dan telah dilakukan restrukturisasi pada tahun 2001. Masalah lain yang ada adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan akibat persaingan usaha dengan perusahaan penerbangan lain dari dalam maupun luar negeri. Penulis ingin meneliti perubahan yang terjadi pada struktur keuangan sebelum dan sesudah proses restrukturisasi keuangannya. Penulis melakukan penelitian dengan cara melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan pada periode 1999-2003 menggunakan rasio-rasio keuangan termasuk rasio-rasio arus kas sebagai alat bantunya. Dapat dilihat dari hasil penelitian, perubahan pada likuiditas perusahaan setelah proses restrukturisasi akibat adanya Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dan penjadwalan hutang jangka panjangnya yang jatuh tempo baik dalam bentuk mata uang Rupiah maupun mata uang asing dan kinerja arus kas perusahaan selama periode 1999-2003 yang menunjukkan pola arus kas dari aktivitas operasi yang belum mampu untuk menutupi kebutuhan investasi perusahaan, dan khususnya pembayaran bunga dari pinjaman jangka panjang yang terdapat di dalam aktivitas pendanaan selama periode tersebut. Daftar acuan 21 (1991-2004) Drs. Satrio Prasetio, ME.

C) D) E)

F) G)

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Abstraksi skripsi Daftar Isi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Masalah Rumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan 1 3 4 4 5

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.2 Analisa Laporan Keuangan 2.1.3 Cash Flow Mechanic 2.2 Kerangka Berpikir 2.3 Model Penelitian BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 Waktu dan Tempat Penelitian Definisi Operasional Variabel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 38 38 40 43

7 21 32 36 37

BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT (Persero) Garuda Indonesia 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan 4.1.2 Kegiatan Usaha perusahaan 4.2 Analisis Data 4.3 Pembahasan

49 50 56 108

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Lampiran 116 119

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Untuk melihat kinerja perusahaan secara umum, salah satu instrumen yang biasanya digunakan adalah laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan laporan keuangan ini berbagai pihak dapat melakukan analisa dan koreksi. Analisa kinerja keuangan dapat digunakan oleh manajer keuangan untuk menilai kinerja keuangna perusahaan dan membandingkan dengan rata-rata kinerja keuangan industri sejenis. Dari hasil analsia tersebut, pihak manajemen dapat melakukan tindakan perbaikan ataupun mempertahankan kinerjanya. Selain untuk manajemen perusahaan itu sendiri, analisa kinerja keuangan dapat digunakan oleh kreditor maupun calon kreditor untuk melihat kelayakan pemberian pinjaman. Selain itu analisa kinerja keuangan dapat dipakai oleh investor ataupun calon investor dalam menganalisa kelayakan investasi maupun resiko usahanya. Dalam menganalisa kinerja perusahaan melalui laporan keuangan, banyak sekali alat tes yang dapat digunakan, misalnya dengan melihat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban finansiilnya, aktivitas, bagaimana pola pembelanjaan perusahaan, bagaimana struktur keuangannya, dan masih banyak lagi. Alat-alat tes diatas

1

dapat dibuat dalam sebuah analisa vertikal maupun horizontal yang akan membentuk sebuah trend atau pola kinerja keuangan yang nantinya akan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan pada industri sejenis untuk melihat kinerja keuangannya diantara

perusahaan-perusahaan lainnya. Hal-hal inilah yang biasa dilakukan dalam analisa kinerja keuangan perusahaan. Salah satu industri yang sedang berkembang saat ini adalah industri penerbangan. Di Indonesia terdaftar sekitar 24 maskapai penerbangan yang terjadwal maupun tidak. Dari sekian banyak perusahaan penerbangan, terdapat 3 maskapai yang dimiliki oleh negara dengan status sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satunya yaitu PT (Persero) Garuda Indonesia. Sebagai Badan Usaha Milik negara, perusahaan ini dibentuk untuk melayani transportasi udara dan untuk menghasilkan keuntungan bagi negara, tetapi pada satu sisi tetap harus melayani rute-rute yang tidak dilayani perusahaan lain yang tidak selalu merupakan rute-rute yang menguntungkan. Bagaimanakah peluang perusahaan ini dapat menghasilkan keuntungan? Hal di atas dapat diketahui melalui analisa kinerja keuangan perusahaan ini. Dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis menuliskan skripsi ini dengan judul : Analisis Kinerja Keuangan pada PT (Persero) Garuda Indonesia periode 1999-2003

2

1.2

Rumusan dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Rumusan masalah Dengan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka melalui penelitian ini, penulis mencoba melihat perusahaan dari sisi kinerja keuangannya dan mencoba merumuskan

permasalahannya adalah sebagai berikut : Bagaimanakah kinerja keuangan perusahaan selama tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 dilihat dengan analisa rasio-rasio keuangannya?

1.2.2 Pembatasan Masalah Untuk dapat melihat kinerja keuangan perusahaan, maka penulis mengambil data laporan keuangan perusahaan 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Laporan keuangan yang akan dianalisa terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Dari sekian banyak alat analisa keuangan, penulis dalam penelitian ini akan membatasinya dengan hanya menggunakan menggunakan analisa rasio keuangan saja.

3

1.3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atas kinerja keuangan PT (Persero) Garuda Indonesia, dilihat dari kinerjanya selama 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 1999 sampai dengan 2003, dengan menggunakan analisa rasio keuangan.

1.4

Manfaat Penelitian Dengan melihat latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka hasil dari penelitian ini secara umum dapat dimanfaatkan oleh : 1. Manajemen perusahaan agar sebagai alat evaluasi kinerja

perusahaannya,

dapat

mengambil

langkah-langkah

pemantapan maupun perbaikan yang diperlukan. 2. Kreditur maupun calon kreditur dengan melihat kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya dan kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya. 3. Investor maupun calon investor, dalam hal ini PT (Persero) Garuda Indonesia sepenuhnya masih dimiliki oleh negara. Oleh karena sebagai pemilik, negara memiliki hak dan kewajiban untuk memantau kinerja perusahaan ini dan melakukan perbaikan. Hal ini juga berlaku untuk semua calon investor apabila PT (Persero) Garuda Indonesia memiliki rencana jangka panjang untuk menjadi perusahaan terbuka.

4

4.

Karyawan dan masyarakat umum yang tidak terkait langsung dengan pengambilan keputusan dalam perusahaan tetapi membutuhkan laporan-laporan keuangannya.

5.

Penulis, dengan membuat penelitian ini maka penulis akan mampu melakukan sebuah analisa kinerja pada suatu

perusahaan dan memiliki sudut pandang tersendiri tentang perusahaan yang diteliti.

1.5

Sistematika Penulisan Untuk dapat mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis akan membagi pembahasan penelitian ini dalam beberapa lima bab dan tiap-tiap bab itu nantinya kan dibagi menjadi beberapa subbab lagi. Bab I Pendahuluan, penulis akan menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaatnya. Bab II Landasan Teoritis, penulis akan menguraikan dasardasar teori yang akan digunakan dalam melakukan penelitian dan model penelitiannya. Bab III Metodologi Penelitian, penulis akan menjabarkan tentang metode penelitian yang digunakan termasuk waktu dan tempat penelitian. Bab IV Analisis dan Pembahasan, penulis akan menjabarkan gambaran umum tentang objek penelitian dan penganalisaan data

5

yang sudah diperoleh didasari oleh pemikiran teoritis yang sudah ditetapkan pada bab sebelumnya. Bab V Kesimpulan dan Saran, penulis akan mengambil sebuah kesimpulan tentang hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan mencoba memberikan saran dari kesimpulan tersebut.

6

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN TEORITIS

2.1

Tinjauan Pustaka 1.2.1 Laporan Keuangan Dalam melakukan analisa atas kinerja keuangan sebuah perusahaan, alat yang paling umum digunakan dan mampu menggambarkan kinerja keuangan adalah laporan keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, seorang analis harus mengerti sepenuhnya tentang laporan keuangan yang akan dianalisa. Pada subbab ini, khusus akan dibahas tentang laporan keuangan itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa definisi tentang laporan keuangan :

1.

Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004, hal 2) :

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

7

2.

Laporan Keuangan menurut Bambang Riyanto (1998, hal 251) adalah :

Laporan keuangan adalah laporan yang memberi ikhtisar tentang keadaan keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada saat tertentu dan laporan laba rugi mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. 3. Laporan Keuangan menurut S. Munawir (1995, hal 5) adalah : Laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan/ menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftardaftar lainnya. 4. Laporan Keuangan menurut Djarwanto Ps (1996, hal 4-5) adalah : Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansiil dicatat, digolong-golongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakkan tersebut tidak lain adalah merupakan proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi-transaksi dan

8

peristiwa-peristiwa, yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansiil, dalam cara yang tepat dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasil-hasilnya. 5. Laporan Keuangan menurut Weston and Copeland (1999, hal 21) adalah : Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. 6. Laporan Keuangan menurut John J.Hampton (1991, hal 63) adalah : Laporan keuangan merupakan kumpulan data yang disusun sesuai dengan prosedur akuntansi yang logis dan konsisten. Laporan ini memiliki maksud untuk memberikan pengertian mengenai beberapa aspek finansiil dari suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan dalam suatu waktu, seperti yang terdapat dalam neraca, atau mengungkapkan rangkaian dari kegiatan dalam suatu periode tertentu. 7. Laporan Keuangan menurut Farid Djahidin (1996, hal 9) :

Laporan keuangan merupakan hasil terakhir dari suatu proses akuntansi, yang meliputi kegiatan : Pengumpulan bukti-bukti transaksi asli. Penganalisaan bukti-bukti tersebut Pengklasifikasian pengaruh transaksi tersebut pada rekening-rekening yang bersangkutan. Pencatatan jurnal. Peringkasan kedalam buku besar. Penyusunan laporan keuangan.

9

8.

Laporan Keuangan menurut Fraser and Ormiston (2001, hal 4) :

Laporan keuangan disertai catatan atas laporan keuangan mengandung irformasi yang berguna tentang posisi keuangan suatu perusahaan, sukses operasi perusahaan, kebijaksanaan dan strategi manajemen, dan pandangannya atas kinerja masa depan. 9. Laporan Keuangan menurut Gerald I. White, et al (2003, hal 2) : Laporan keuangan, sebaik-baiknya, hanyalah sebuah bentuk perkiraan dari realita ekonomi yang dikarenakan oleh pelaporan kejadian-kejadian ekonomi yang dipilah-pilah oleh sistem akuntansi, dihitung dengan berbagi pilihan metode dan estimasi akuntansi. Setelah mengetahui definisi dari laporan keuangan, maka untuk dapat memaksimalisasi fungsinya kita harus mengerti tujuan dari pembuatan sebuah laporan keuangan itu sendiri. Berikut ini beberapa tujuan laporan keuangan, antara lain :

1.

Tujuan laporan keuangan menurut oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004, hal 4) adalah :

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

10

2.

Tujuan Laporan Keuangan menurut APB statement no.4 (AICPA) yang disadur Sofyan S. Harahap (2001, hal 17) dibagi menjadi dua, yaitu:

Tujuan umum, yaitu menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. Tujuan khusus, yaitu memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan. 3. Tujuan Laporan Keuangan menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang disadur oleh Sofyan S. Harahap (2001, hal 18) adalah : 1. 2. 3. 4. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.

Laporan keuangan memiliki sifat-sifat dan keterbatasan yang dijelaskan menurut A.O. Simangunsong (1995, hal 7 ) adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat, karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan tafsiran dan berbagai pertimbangan.

2. 3.

11

4.

5.

6. 7.

8.

9.

Akuntansi hanya dapat melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan dalam kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva paling kecil. Laporan keuangan lebih menekankan kepada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilahistilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikualifikasikan umumnya diabaikan. Sebelum melakukan anlisa terhadap laporan keuangan,

khusus yang sudah diperiksa oleh auditor, maka seorang analis harus memperhatikan keterangan pada laporan keuangan tentang opini auditor untuk menghindari kesalahan analisis yang disebabkan oleh kesalahan atau kekurangan pada laporan keuangannya. Kesalahan yang paling umum terjadi adalah dikarenakan penggunaan metode. Berikut ini jenis-jenis opini auditor menurut Skousen, Stice and Stice (2004, hal 13) adalah : 1. Wajar tanpa pengecualian (unqualified) : Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan tersebut

12

2.

3.

4.

5.

konsisten, dan semua informasi yang material sudah disajikan. Wajar dengan penjelasan tambahan (unqualified, with explanatory language) : Opininya adalah wajar, tetapi auditor merasa perlu untuk menekankan hal tertentu dengan penjelasan tambahan. Wajar dengan pengejualian (qualified) : Auditor merasa terhalangi dalam melakukan pengujian yang diinginkan atau terdapat beberapa hal yang dicatat dengan cara yang tidak disetujui oleh auditor. Tidak memberikan pendapat (no opinion) : Auditor menolak untuk memberikan opini, biasanya karena terdapat ketidakpastian yang besar apakah perusahaan yang diaudit akan dapat bertahan dalam dunia bisnis atau tidak. Tidak wajar (adverse) : Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dari definisi dan tujuan laporan keuangan diatas, maka

laporan keuangan perusahaan menurut Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004, PSAK no 1 hal 3) itu terdiri dari : a. b. c. d. e. Laporan Neraca Laporan Laba rugi Laporan Laba ditahan Laporan Arus Kas Catatan atas laporan keuangan

a. Laporan Neraca (balance sheet statement) Neraca yang juga dikenal sebagai laporan posisi

keuangan, menurut Skousen, Stice and Stice (2004, hal 102) merupakan laporan pada saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutang-hutangnya (kewajiban), dan klaim

13

pemilikan residual terhadap sumber daya (ekuitas pemilik) pada suatu periode tertentu. Berikut ini adalah struktur daripada neraca menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, hal 13) sebagai berikut : 1. Aktiva, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan Kewajiban, merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Ekuitas, adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Dari unsur-unsur diatas, menurut Dwi Prastowo (1995, hal 17), neraca dibagi lagi kedalam unsur-unsur yang lebih terperinci lagi yaitu : 1. Aktiva terdiri dari : Aktiva lancar, yaitu yang manfaat ekonomisnya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Investasi jangka panjang, yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Aktiva tetap, yaitu aktiva yang memiliki substansi fisik yang dipergunakan dalam operasi normal perusahaan dan memberikan manfaat ekonomis lebih dari satu tahun. Aktiva tak berwujud, yaitu aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Aktiva lain-lain, yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu dari empat unsurunsur aktiva tersebut.

2.

3.

14

2.

3.

Hutang terdiri dari : Hutang lancar, yaitu hutang yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Hutang jangka panjang, yaitu hutang yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Hutang lain-lain, yaitu hutang yang tidak dapat dikategorikan kedalam salah satu dari dua klasifikasi hutang tersebut. Modal terdiri dari : Modal yang berasal dari setoran pemilik. Modal yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

b. Laporan laba rugi (Income Statement) Laporan laba rugi merupakan laporan pengukuran kinerja operasi perusahaan melalui penghasilan dan beban. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, PSAK no 1 hal 14), Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pendapatan. Laba rugi usaha. Beban Pinjaman. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas. Beban pajak. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan. Pos luar biasa. Hak minoritas, dan Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Sedangkan menurut White, Sondhi, and Fried ( 2003, hal 15), yang dimaksud dengan laporan laba rugi adalah:

15

Sebuah laporan mengenai kinerja dari sebuah badan, dalam bentuk hasil dari aktivitas operasionalnya. Laporan ini menjelaskan sebagian tetapi tidak semua perubahan pada aset, kewajiban, dan modal dari badan tersebut dalam dua periode neraca yang berbeda. c. Laporan laba ditahan (retained earnings statement) Laporan laba ditahan adalah laporan yang menunjukkan peningkatan dan penurunan laba yang ditahan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Berikut ini adalah beberapa kutipan definisi tentang laporan laba ditahan : 1. Menurut Farid Djahidin (1996, hal 21), laporan laba ditahan adalah : Laporan laba ditahan merupakan salah satu perubahan posisi keuangan yang berasal dari kegiatan usaha sesuatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. 2. Sedangkan menurut F.X. Sudarsono (1993, hal 271) :

Laporan laba ditahan adalah akumulasi hasil usaha yang berasal dari sebagian laba berjalan dan laba tahun-tahun sebelumnya yang tidak dibagikan sebagai dividen. 3. Sedangkan menurut Dykman, Davis, and Dukes (2001, hal 140-141), tujuan laporan laba ditahan adalah : Untuk merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir dari laba ditahan, menunjukkan semua perubahan laba ditahan yang terjadi selama periode akuntansi berjalan, dan untuk menghubungkan nilai antara laporan neraca dan laporan laba rugi.

16

Konsep penyajian laporan laba ditahan menurut S. Munawir (1995, hal 27-28) adalah sebagai berikut : 1. Kalau perusahaan mengikuti clean surplus principle atau all inclusive concept, maka semua rugi laba insidentil nampak dalam laporan rugi laba, dan dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi : Net income yang ditransfer dari laporan rugi laba. Deklarasi (pembayaran) dividen. Penyisihan dari laba (appropriation of retained earning) Kalau perusahaan mengikuti non clean surplus concept atau current operating performance, maka dalam laporan rugi laba hanya menentukan hasil dari operasi normal periode itu, sedang rugi laba yang timbul secara insidentil nampak dalam laporan perubahan modal atau laporan laba ditahan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya laba ditahan menurut F.X. Sudarsono (1993, hal 273), antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pembagian dividen Transaksi pembelian kembali saham (treasury stock) Koreksi-koreksi (penyesuaian-penyesuaian) periode sebelumnya Laba bersih atau kerugian bersih tahun berjalan. Rekapitalisasi. Penyerapan kerugian.

2.

d. Laporan arus kas (cash flow statement)

1.

Menurut Charles T. Horngren, et al. (1997, hal 23) yang dimaksud dengan laporan arus kas adalah :

Laporan yang menggambarkan kenaikan atau penurunan bersih kas yang dimiliki perusahaan selama periode berjalan, serta saldo kas yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.

17

2.

Tujuan dari laporan arus kas menurut Zaki Paridwan (2000, hal 39-41) adalah :

Untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode. 3. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, PSAK no 2 hal 1-2) : Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. 4. Sedangkan menurut White, Sondhi, and Fried ( 2003, hal 17), laporan arus kas adalah : Laporan arus kas melaporkan kas yang diterima dan yang dibayarkan dalam satu periode, diklasifikasikan kedalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan ini juga memberikan penjelasan tambahan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan yang bukan kas. 5. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, PSAK no 2 hal 2-5), laporan arus kas dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.

2. 3.

18

Dalam pelaporan arus kas dari aktivitas operasi terdapat dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Perbedaannya menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004, PSAK no 2 hal 5), yaitu : 1. 2. Metode langsung : dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau Metode tidak langsung : dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Berikut ini adalah kerangka laporan arus kas dengan metode tidak langsung menurut Skousen, Stice and Stice (2004, hal 319-321) : Arus kas dari aktivitas operasi : Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa Penyesuaian untuk : + /+ Penjualan barang atau jasa Penjualan efek yang diperdagangkan Pendapatan bunga Pendapatan dividen /Pembelian persediaan Pembayaran gaji dan upah Pembayaran pajak Pembayaran beban bunga Pembayaran beban lainnya Pembelian efek Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas investasi : + /+ Penjualan aktiva tetap Penjualan segmen bisnis Penjualan efek yang tidak untuk diperdagangkan xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx xxx

19

Penagihan pokok pinjaman xxx Pembelian aktiva tetap (xxx) Pembelian efek yang tidak untuk diperdagangkan (xxx) Memberi pinjaman pihak lain (xxx) Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi : + /+ Penerbitan saham xxx Pinjaman (obligasi, wesel bayar, hipotek xxx /Dividen tunai (xxx) Pembayaran pinjaman (xxx) Pembelian kembali saham (treasury stock) (xxx) Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Kas bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode-

/-

xxx

xxx xxx xxx xxx

e. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial report) Menurut Fraser and Ormiston (2001, hal 8-10) adalah sebagai berikut : Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan dan harus dibaca sejalan untuk memahami penyajian laporan keuangan itu. Catatan atas laporan keuangan terdiri dari : 1. Kebijakan Akuntansi, apabila terjadi perubahan kebijaksanaan dalam periode pelaporan. 2. Akun persediaan 3. Akun properti, pabrik, dan peralatan 4. Akun investasi 5. Akun hutang jangka panjang 6. Akun ekuitas.

20

1.2.2 Analisa Laporan Keuangan Untuk mengetahui isi dari analisa laporan keuangan, berikut ini adalah beberapa definisi mengenai analisa rasio keuangan : 1. Analisa laporan keuangan menurut Weygandt, Kieso, and Kimmel (2002, hal 781) terdiri dari : a. Analisa Horizontal, yaitu melakukan penilaian terhadap beberapa akun yang sejenis di dalam laporan keuangan selama periode tertentu. b. Analisia Vertikal, yaitu penilaian terhadap akun-akun dengan membandingkannya dalam bentuk prosentase terhadap suatu pos utama di dalam laporan keuangan tersebut. c. Analisa Rasio, yaitu analisa yang menggambarkan hubungan diantara akun-akun tertentu didalam laoran keuangan. 2. Analisa rasio keuangan menurut Djarwanto Ps (1996, hal 123) : Adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan dan hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. 3. Analisa rasio keuangan menurut S. Munawir (1995, hal 64) adalah : Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.

21

Analisa rasio keuangan menurut Steve H. Karnadi (1993, hal 10) dapat berupa : 1. Analisa Horizontal : Analisa yang bersifat horizontal membandingkan rasio-rasio keuangan perusahan dari tahun-tahun yang lampau dengan tujuan agar dapat dilihat trend daripada rasio-rasio perusahaan selama suatu kurun waktu yang tertentu. Analisa Vertikal : Analisa yang bersifat vertikal membandingkan data-data rasio keuangan perusahaan dari suatu tanggal tertentu dan memperbandingkannya dengan data-data dari industri secara keseluruhan. Menurut Steve H. Karnadi (1993, hal 11-25), pada saat menganalisa laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, perkiraan laba rugi, dan laporan atas laba ditahan menggunakan rasio-rasio keuangan, seorang analis dapat membagi rasio-rasio tersebut menjadi enam kategori utama, yaitu : 1. Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) : Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera akan jatuh tempo. Kelompok rasio-rasio ini terdiri dari : a. Current ratio Rasio ini menggambarkan tingkat solvabilitas jangka pendek daripada perusahaan, karena rasio ini menggambarkan sampai seberapa banyak kewajiban perusahaan kepada para kreditur jangka pendek diharapkan dapat dipenuhi dengan aktiva lancar perusahaan yang akan berubah menjadi uang kas didalam periode kewajiban tersebut harus dibayar.

2.

22

Rumus yang digunakan dalam rasio ini adalah :AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR

b.

Quick ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan didalam memenuhi kewajiban lancarnya hanya dengan mengandalkan dari uang kas/bank dan likuidasi daripada piutang dagangnya tanpa mengikutsertakan persediaan perusahaan.AKTIVA LANCAR - PERSEDIAAN KEWAJIBAN LANCAR

c.

Cash Ratio Rasio ini merupakan rasio untuk menganalisa kemampuan kas dan setara kas (efek) untuk memenuhi kewajiban lanjar yang jatuh tempo.KAS + EFEK KEWAJIBAN LANCAR

2.

Rasio-rasio kegiatan (activity ratio) Rasio-rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan daripada harta atau sarana-sarana modal yang dimiliki perusahaan. Kelompok rasio ini terdiri dari : a. Perputaran persediaan (inventory turnover) Rasio ini menggambarkan berapa lama rata-rata perputaran persediaan perusahaan dalam suatu periode, rumusnya:HARGA POKOK PENJUALAN RATA RATA PERSEDIAAN

b.

Rata-rata waktu pencairan piutang dagang (account receivable turnover) Rasio ini menunjukkan berapa lama ratarata penagihan piutang dagang perusahaan

23

dalam suatu periode. Untuk mencari perputaran piutang dagang menggunakan rumus :PENJUALAN KREDIT RATA RATA PIUTANG DAGANG

c.

Perputaran hutang dagang (account payable turnover) Rasio ini menggambarkan berapa lama rata-rata perputaran dari hutang dagang perusahaan dalam suatu periode. Rumus yang digunakan adalah :HARGA POKOK PENJUALAN RATA RATA HUTANG DAGANG

d.

Perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover) Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan daripada dana yang tertanam didalam aktiva tetap perusahaan. Dalam hal ini harus dibedakan antara perputaran aktiva tetap bruto dengan aktiva tetap neto dikarenakan adanya penyusutan nilai. Rumus yang digunakan adalah:PENJUALAN BERSIH HARTA TETAP NETO

e.

Peputaran total aktiva (total asset turnover) Perputaran total aktiva menggambarkan tingkat evektivitas dari pendayagunaan seluruh dana yang tertanam didalam harta perusahaan, rumus yang digunakan adalah :PENJUALAN BERSIH TOTAL AKTIVA

24

3.

Leverage ratios Rasio-rasio ini memperlihatkan sampai seberapa besar perusahaan tersebut dibelanjai oleh modal asing. Kelompok rasio ini terdiri dari : a. Debt ratio Rasio ini menunjukkan besarnya modal asing dibandingkan dengan seluruh modal yang tertanam dalam perusahaan. Debt ratio yang semakin tinggi mencerminkan resiko yang semakin tinggi pula bagi para kreditur karena perusahaan memiliki beban pinjaman yang lebih besar daripada hartanya yang bisa dipakai untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Rumus dari debt ratio adalah :TOTAL KEWAJIBAN TOTAL AKTIVA

b.

Financial leverage Rasio ini membandingkan total modal asing dan total modal sendiri perusahaan. Rasio ini dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan ini. Rumus dari financial leverage adalah :TOTAL KEWAJIBAN TOTAL MODAL SENDIRI

c.

Times interest earned ratio Rasio yg sering disebut sebagai coverage ratio ini merupakan suatu alat untuk mengukur seberapa jauh laba usaha perusahaan (laba sebelum bunga dan pajak) dapat turun sebelum menimbulkan kesulitan bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga pinjamannya. Rumus yang digunakan adalah :LABA SEBELUM BUNGA DAN PAJAK (E.B.I.T ) BIAYA BUNGA

d.

Fixed charge coverage Rasio ini mengukur seberapa jauh laba usaha perusahaan sebelum dikurangi pembayaran bunga pinjaman dan pembayaran sewa (leasing) dapat diandalkan untuk membayar

25

beban tetap tersebut. Rumus yang digunakan adalah :E.B.I.T. + PEMBAYARAN SEWA BIAYA BUNGA + PEMBAYARAN SEWA (LEASE )

e.

Cash flow coverage Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan arus kas masuk perusahaan untuk menutupi semua pengeluaran tetap perusahaan. Secara umum patokan yang baik bagi rasio ini minimal adalah dua kali. Rumus yang digunakan adalah :CASH INFLOWS DIVIDEN SAHAM ANGSURAN PREFEREN PINJAMAN FIXED CHARGER + + (1 - T ) (1 - T )

4.

Profitability ratios Rasio-rasio ini mengukur tingkat evektivitas dari manajemen perusahaan, yang tercermin dari hasil yang dicapai perusahaan dalam penjualan dan investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Kelompok rasio ini terdiri dari : a. Return on Sales Rasio yang sering disebut net profit margin atau profit margin on sales ini menunjukkan return yang diperolaeh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Rumus yang digunakan adalah :LABA BERSIH SESUDAH PAJAK PENJUALAN BERSIH

b.

Return on Investment Rasio yang sering disebut dengan return on total assets ini menggambarkan effisiensi daripada sekalian dana yang digunakan perusahaan, ada dua macam rumus untuk mencari rasio ini :LABA BERSIH SESUDAH PAJAK TOTAL AKTIVA

26

Sedangkan menurut Fred J. Weston (1990, hal 186), untuk menghitung return on asset adalah sebagai berikut :LABA BERSIH SESUDAH PAJAK + BUNGA (1 - T ) TOTAL AKTIVA

c.

Return on Equity Rasio yang disebut juga dengan return on net worth ini dikenal sebagai rentabilitas modal sendiri yang menggambarkan nilai dari modal sendiri perusahaan. Rumus yang digunakan adalah :LABA BERSIH SESUDAH PAJAK MODAL SENDIRI

atauLABA BERSIH PENJUALAN X PENJUALAN TOTAL AKTIVA X TOTAL AKTIVA MODAL SENDIRI

5.

Gowth ratios Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya dalam perkembangan ekonomi dan industri, yang dalam perekonomian tersebut perusahaan tersebut beroperasi Dalam menghitung growth rate dari suatu perusahaan perlu dihitung tingkat pertumbuhan dari penjualan, laba bersih sesudah pajak, earning per share saham biasa, dividen per saham, harga pasar,jika ada, dan nilai buku dari saham biasa. Valuation ratios Rasio-rasio ini merupakan tolak ukur yang mengkaitkan hubungan antara pasar saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan dengan nilai buku saham tersebut. Dalam valuation ratio ini dianalisa : a. Price to earning ratio Rasio ini menggambarkan hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dengan nilai pasar sahamnya.HARGA PASAR SAHAM BIASA E.P.S. SAHAM BIASA

6.

27

b.

Market to book ratio Rasio ini mencerminkan penilaian daripada masyarakat, yang terlibat didalam pasar uang dan modal, terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai suatu kegiatan usaha yang dapat diandalkan untuk tetap bertahan didalam persaingan dan mampu untuk berkembang terus secara sehat. Market to book ratio yang paling minimal adalah satu.

Sedangkan menurut F.J. Plewa JR. and G.T. Friedlob (1995, hal 232-241), ada beberapa rasio yang dikhususkan dalam menghitung arus kas, yaitu : 1. Rasio-rasio Likuiditas (liquidity ratio) Rasio-rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali kewajibankewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. a. Current Cash Debt Coverage Rasio ini mengukur kemampuan arus kas dari kegiatan operasi perusahaan yang mampu menutup kewajiban jangka pendeknya.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI RATA RATA KEWAJIBAN LANCAR

b.

Cash Dividen Coverage Rasio ini mengukur kemampuan arus kas dari kegiatan operasi perusahaan untuk menutup kewajiban pembayaran dividen kas.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI DIVIDEN YANG DIBAYAR

2.

Rasio-rasio Solvabilitas (solvency ratios) Rasio ini mengukur kemampuan arus kas perusahaan untuk menutup kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. a. Cash Long-Term Debt Coverage Rasio ini mengukur kemampuan arus kas dari kegiatan operasi perusahaan untuk menutupi

28

kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa nilai wajar rasio ini adalah 20%.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI RATA RATA TOTAL KEWAJIBAN

b.

Cash Interest Coverage Rasio ini menghitung kemampuan arus kas perusahaan untuk menutup biaya bunga yang jatuh tempo.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI + BUNGA + PAJAK BUNGA

3.

Capital Expenditures and Investing Ratios Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kegiatan investasi dan pendanaannya dari arus kas dari kegiatan operasi. Hal diatas dibutuhkan perusahaan agar dapat berkembang dan bersaing dengan perusahaan lainnya. a. Capital Acquisitions Ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar biaya-biaya modalnya.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI - PEMBAYARAN DIVIDEN BIAYA MODAL

b.

Investment/CFO Plus Finance Ratio Rasio ini dipakai untuk melihat bagaimana aktivitas investasi perusahaan dibiayai.ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI DAN PENDANAAN

c.

Operations/Investment Ratio Rasio ini dipakai untuk melihat bagaimana potensi perusahaan dalam mendanai ekspansinya dengan modal sendiri.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

29

d.

Cash Reinvestment Ratio Rasio ini mengukur seberapa besar arus kas dari kegiatan operasi yang dialokasikan untuk membiayai penggantian asset dan untuk ekspansi perusahaan.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI - PEMBAYARAN DIVIDEN AKTIVA TIDAK LANCAR (gross ) + MODAL KERJA

4.

Cash Flow Return Ratios a. Overall Cash Flow Ratio Rasio ini mengukur kemampuan arus kas dari aktivitas operasi yang mampu memenuhi kebutuhan kas untuk aktivitas investasi dan pendanaan.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ARUS KAS KELUAR DARI AKTIVITAS INVESTASI DAN PENDANAAN

b.

Cash Return on Sales Ratio Rasio ini dipakai untuk melihat apakah penjualan dan laba bersih perusahaan sesuai dan seimbang dengan arus kasnya.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI PENJUALAN

c.

Cash Flow to Net Income Ratio Rasio ini dipakai untuk membandingkan laba bersih perusahaan dan hubungannya dengan arus kas dari aktivitas operasi.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI LABA BERSIH

d.

Quality of Sales Ratio Rasio ini untuk melihat seberapa besar penjualan perusahaan yang sudah diterima sebagai kas dibandingkan dengan total penjualannya. Rasio ini hanya dipakai pada

30

perusahaan yang melaporkan arus kasnya dengan metode langsung (direct method).KAS DARI PENJUALAN PENJUALAN

e.

Quality of Income Ratio Rasio ini untuk melihat seberapa besar arus kas dari kegiatan operasional perusahaan dibandingkan dengan laba usahanya. Rasio ini hanya dipakai pada laporan arus kas dengan metode tidak langsung (indirect method).ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI LABA OPERASI

f.

Cash Return on Assets Ratio Rasio ini untuk mengukur hubungan antara pemanfaatan asset perusahaan dengan arus kas dari aktivitas operasinya.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI SEBELUM BUNGA DAN PAJAK RATA RATA TOTAL AKTIVA

g.

Cash Return on Stockholders Equity Ratio Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk timbal balik kas kepada pemegang sahamnya.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI RATA RATA STOCKHOLDE R' S EQUITY

h.

Cash Flow per Share Ratio Rasio ini mengukur arus kas yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham biasanya yang beredar.ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI - DIVIDEN SAHAM PREFEREN RATA RATA SAHAM BIASA YANG BEREDAR

31

1.2.3 Cash Flows Mechanics Perangkat analisa aliran kas ini berguna untuk

memberikan gambaran lebih jelas mengenai pola aliran kas dalam suatu periode yang dianalisa, sehingga dapat diketahui pola pembelanjaan perusahaan selama periode tersebut. Selain itu perangkat analisa aliran kas ini sangat penting didalam didalam menetapkan apakah proyeksi aliran kas dari kegiatan operasi dapat mengembalikan pinjaman jangka panjang perusahaan yang dipakai untuk membiayai investasi jangka panjang perusahaan. Perangkat analisa arus kas ini merupakan

pengembangan dari laporan arus kas dengan metode tidak langsung. Persamaannya dengan laporan arus kas metode tidak langsung adalah : Laba bersih disesuaikan dengan mengkoreksi pengaruh dari transaksi non kas (penyusutan, amortisasi, biaya-biaya yang dikapitalisir), penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan (beban bunga, cadangan pajak yang ditangguhkan) dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan (kerugian atau keuntungan yang bukan berasal dari operasi normal perusahaan).

32

Sedangkan perbedaannya dengan laporan arus kas metode tidak langsung terletak pada pembagian susunan komponennya, dimana pada laporan arus kas dibagi menjadi arus kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendapatan ; dan pada cash flows mechanics disesuaikan secara bertahap mulai dari biaya non kas dari operasi normal, kewajiban-kewajiban finansial, pendanaan jangka pendek dan jangka panjang serta pembelanjaan ekstern. Struktur daripada cash flows mechanics menurut Steve H. Karnadi (1993, hal 27-28) adalah sebagai berikut :

Blok 1

: Normalized Operating Profit After Tax (NOPAT) - Laba bersih sesudah pajak (NPAUI) xxx - Bunga (1 T) xxx - Kerugian/(keuntungan) yang bukan berasal dari operasi normal perusahaan xxx - Cadangan pajak yang ditangguhkan (provision for deffered tax) xxx Normalized Operating Profit After Tax (NOPAT) xxx xxx xxx xxx xxx

Blok 2 : Biaya non kas dari operasi normal - penghapusan - Amortisasi biaya-biaya yang dikapitalisir - Cadangan-cadangan Total biaya-biaya non kas dari operasi normal Cash Operating Profit After Tax (COPAT)

Blok 1+2 xxx xxx xxx xxx

Blok 3 : Kewajiban-kewajiban finansiil - Bunga (1 T) - Dividen - Bagian hutang jangka panjang yang menjadi lancar (CPLTD)

33

Blok 4 : Cash inflows sebelum tambahan pendanaan jangka pendek Blok 2-3 Blok 5 : Tambahan pendanaan jangka pendek - Piutang dagang - Persediaan - Hutang dagang - BIaya-biaya yang masih harus dibayar Working investment - Sundry current assets - Sundry current liabilities Penggunaan dana jangka pendek xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Blok 6 : Cash Inflows sebelum tambahan pendanaan jangka panjang Blok 4-5 Blok 7 : Tambahan pendanaan jangka panjang - Net Plant Expenditure - Investasi - Non current asset - Non current liabilities - Penggunaan dana jangka panjang Blok 8 : Cash Inflows sebelum pembelanjaan ekstern Blok 9 : Pembelanjaan Ekstern - Pinjaman jangka pendek - Pinjaman jangka panjang - Saham prefern - Saham biasa - Pembelanjaan ekstern Blok 10 : Kas Penjelasan atas kerangka Cash Flows Mechanics : Blok 1: Pada blok ini mencari NOPAT, yaitu hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari usaha normal perusahaan tersebut, jadi semua biaya, pendapatan atau pengeluaran yang bukan dari kegiatan operasi perusahaan harus ditambahkan kembali kedalam NOPAT. xxx xxx xxx xxx xxx Blok 6-7 xxx xxx xxx xxx xxx Blok 8+9

34

Blok 2 : COPAT sesungguhnya menggambarkan cash inflows perusahaan, yakni hasil proses yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. COPAT tidak lain daripada EBIT (1 T) + Non Cash Outlays Expenses. Blok 3 : Kewajiban-kewajiban finansiil adalah semua kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada pihak ketiga, termasuk pembagian dividen saham preferens dan/atau saham biasa yang diperjualbelikan di Bursa Efek. Blok 4 : Cash Inflows sebelum tambahan pendanaan jangka pendek merupakan suatu indikasi yang penting apakah perusahaan masih mampu untuk memenuhi kewajibankewajiban finansiilnya dari hasil operasi perusahaan itu sendiri. COPAT harus lebih besar daripada kewajiban-kewajiban finansiilnya agar perusahaan tidak menutupi pinjamannya dengan pinjaman baru lainnya. Blok 5 : Kebutuhan pendanaan jangka pendek menggambarkan tambahan kebutuhan dana jangka pendek yang dibutuhkan perusahaan guna mempertahankan kesinambungan usaha atau operasinya. Blok 6 : Cash Inflows sebelum tambahan pendanaan jangka panjang mencerminkan apakah hasil dari operasi perusahaan masih mampu atau tidak untuk membelanjai pertambahan modal kerja yang diperlukan guna mempertahankan kesinambungan operasi perusahaan tersebut, yang harus dicari diluar sumber-sumber pembelanjaan yang spontan (spontaneous financing sources). Blok 7 : Tambahan pendanaan jangka panjang menunjukkan berapa besar kebutuhan dana yang diperlukan selama periode yang dianalisis untuk membelanjai aktiva tetap dan aktiva tidak

35

lancar lainnya (other non current assets) dari perusahaan tersebut. Blok 8 : Cash Inflows sebelum pembelanjaan ekstern menggambarkan free cash flows, jika hasilnya positif maka aliran kas dari hasil operasi normal perusahaan sendiri yang masih tersisa setelah digunakan baik untuk membelanjai tambahan dana guna mempertahankan kesinambungan operasi perusahaan dalam bentuk modal kerja jangka pendek maupun tambahan dana yang diperlukan untuk investasi serta aktiva tidak lancar lainnya. Jika terdapat free cash flows maka perusahaan memiliki cash flows yang kuat dan mampu untuk membelanjai seluruh kegiatan usaha perusahaan dengan internal financing. Blok 9 : Pembelanjaan ekstern memperlihatkan sekalian perubahan dalam modal pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta perubahan dalam modal sendiri baik dalam bentuk tambahan modal saham biasa ataupun saham preferens. Blok 10 : Perubahan kas dan efek yang didapat dari penjumlahan blok 9 dan blok 10 harus sama dengan perubahan uang kas/bank dan surat-surat berharga (marketable securities) yang nampak dalam neraca. 2.2 Kerangka Berpikir Pada penelitian ini, penulis ingin melihat kinerja keuangan perusahaan melalui laporan keuangannya yang terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Angka-angka yang terdapat didalam laporan-laporan tadi akan dianalisa menggunakan analisa rasio. Analisa rasio yang digunakan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, serta rasio arus kas.

36

2.3

Model Peneltitian

Likuiditas

Aktivitas

Profitabilitas Laporan Keuangan Analisa rasio keuangan Leverage

Growth

Cash flow ratios

37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret 2005 sampai dengan bulan Juli 2005.

3.1.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT (Persero) Garuda Indonesia di Jakarta.

3.2

Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan satu variabel, yaitu

variabel rasio keuangan. Berikut ini adalah hal-hal yang terkait dengan variabel rasio keuangan, yaitu : 1. Rasio likuiditas perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan didalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang akan segera jatuh tempo dengan membandingkan akun-akun didalam aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan yang terdapat didalam neraca.

38

2.

Rasio aktivitas perusahaan, yaitu tingkat pendayagunaan daripada harta atau sarana-sarana modal yang dipakai perusahaan dengan membandingkan harga pokok penjualan ataupun penjualan perusahaan dengan rata-rata sarana modal yang dipakai oleh perusahaan yang terdapat didalam neraca dan laporan laba rugi.

3.

Rasio leverage perusahaan, yaitu komposisi pembelanjaan modal perusahaan yang menggunakan modal asing. Dalam hal ini peneliti juga melihat pengaruh dari modal asing tersebut seperti bunga pinjaman dan angsurannya terhadap komposisi keuangannya. Hal diatas terdapat didalam laporan neraca, laba rugi, dan arus kas.

4.

Rasio

profitabilitas

perusahaan,

yaitu

tingkat

evektivitas

manajemen perusahaan, yang dilihat dari hasil yang dicapai perusahaan dalam penjualan dan investasi yang dilakukan perusahaan. Hal diatas terdapat didalam neraca dan laporan laba rugi. 5. Rasio pertumbuhan perusahaan, yaitu tingkat pertumbuhan dari penjualan dan laba bersih sesudah pajak perusahaan yang terdapat didalam laporan laba rugi. 6. Rasio arus kas perusahaan, yaitu melihat kemampuan arus kas perusahaan dari aktivitas operasional normal perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kas untuk aktivitas

39

investasi dan pendanaan perusahaan serta pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan. Hal diatas terdapat didalam laporan neraca, laba rugi dan arus kas perusahaan.

3.3

Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, penulis melakukan kegiatannya berdasarkan pada beberapa teori dasar penelitian yang dijelaskan sebagai berikut. Menurut Cooper dan Emory (1999, hal 256), sumber informasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Data primer ialah data yang berasal dari sumber yang asli dan dikumpulkan penelitian. 2. Data sekunder ialah data yang berasal dari studi yang dilakukan oleh pihak lain untuk sasaran mereka sendiri. secara khusus untuk menjawab pertanyaan

Cooper dan Emory (1999, hal 257) juga menggolongkan data berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu : 1. Sumber informasi internal (organisasional) Sumber internal dari data organisasi sangat bervariasi sehingga sulit untuk melakukan penyamarataan dalam penggunaannya. Sumber data internal mungkin hanya menjadi sumber informasi untuk keperluan studi.

40

2. Sumber informasi eksternal Sumber informasi eksternal diciptakan diluar organisasi dan lebih bervariasi daripada sumber internal.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data laporan keuangan yang disusun oleh PT (Persero) Garuda Indonesia dan telah diaudit sebelumnya. Oleh karena itu jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari internal perusahaan.

Menurut J. Supranto (1997, hal 13-14), riset dapat dibagi menurut tempatnya sebagai berikut : 1. Riset perpustakaan (library research), ialah riset dimana dilakukan dengan jalan membaca buku-buku serta sumber-sumber data lainnya didalam perpustakaan. Jadi pengumpulan data (informasi) dilakukan di perpustakaan atau ditempat lainnya dimana tersimpan buku-buku serta sumber-sumber data lainnya. 2. Riset laboratorium (laboratory research), ialah riset yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu di dalam laboratorium yang biasanya bersifat eksperimen dimana dimungkinkannya pengontrolan terhadap pengaruh dari suatu faktor tertentu. 3. Riset lapangan (field research), ialah riset yang dilakukan dengan mendatangi perusahaan dan tempat-tempat lainnya. Jadi usaha

41

pengumpulan

data

ini

dilakukan

dengan

mendekati

para

responden baik dengan melakukan wawancara maupun observasi.

Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di tempat data-data yang dibutuhkan tersedia, yaitu kantor PT (Persero) Garuda Indonesia untuk memperoleh data dalam bentuk laporan keuangan periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 dan melakukan studi perpustakaan untuk memperoleh data-data landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian tanpa melakukan wawancara langsung. Jadi penelitian ini termasuk riset perpustakaan.

Menurut J. Supranto (1997, hal 52-54),pada dasarnya ada tiga macam metode pengumpulan data dalam riset, yaitu : 1. Sensus, dimana seluruh elemen (responden) dari seluruh populasi diteliti satu persatu. Hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter. Kesimpulan yang ditarik berlaku umum (untuk populasi) dan pasti. 2. Sampling, dimana hanya elemen sampel (sebagian) dari populasi yang diteliti, hasilnya merupakan data perkiraan (estimate) yang mengandung kesalahan sampling (sampling error). Kesimpulan yang ditarik berlaku umum (generalisasi) akan tetapi tidak pasti (mengandung unsur ketidakpastian).

42

3. Case Study (studi kasus), dimana elemen satu tidak terkait dengan populasi tertentu. Kesimpulan yang diambil tidak berlaku umum akan tetapi hanya terbatas pada kasus yang diteliti.

Pada penelitian ini, penulis hanya mengambil satu perusahaan saja untuk diteliti tanpa melneliti perusahaan-perusahaan sejenis lainnya. Maka penelitian ini merupakan studi kasus pada PT Garuda Indonesia.

3.4

Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Metode Pengolahan Data Data yang sudah dikumpulkan akan diolah dengan komputerisasi menggunakan program Microsoft Excel 2003.

3.4.2 Metode Analisa Data Pada penelitian ini, penulis akan melakukan analisis kinerja keuangan pada PT (Persero) Garuda Indonesia dengan menggunakan satu cara, yaitu dengan menggunakan analisa rasio, berikut ini adala metode analisis datanya : 1. Melakukan spreading atas neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan. 2. Mencari nilai rasio likuiditas perusahaan yang terdiri dari:

43

a.

Current ratio, didapat dengan membagi nilai aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

b.

Quick ratio, didapat dengan membagi nilai aktiva lancar yang sudah dikurangi persediaan dengan nilai kewajiban lancar.

c.

Cash ratio, didapat dengan membagi nilai kas dan setara kas dengan nilai kewajiban lancar.

3.

Mencari nilai rasio aktivitas perusahaan yang terdiri dari : a. Inventory turnover, diperoleh dengan membagi nilai harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan selama periode. Untuk melihat jumlah hari perputarannya, maka nilai perputaran

persediaan diatas dibagi dengan 360 hari. b. Account receivable turnover, diperoleh dengan membagi nilai penjualan kredit selama periode dengan nilai rata-rata piutang dagangnya. Untuk melihat jumlah hari pelunasannya, nilai

perputaran diatas dibagi dengan 360 hari. Bila data tersedia, dapat dibandingkan dengan syarat kredit yang dikeluarkan perusahaan dan

pengaruhnya terhadap jangka waktu pelunasan piutang dagang.

44

c.

Account payable turnover, diperoleh dengan membagi nilai harga pokok penjualan dengan nilai rata-rata hutang dagangnya. Untuk melihat jumlah hari pembayarannya, maka nilai perputaran dibagi dengan 360 hari.

d.

Fixed asset turnover, diperoleh dengan membagi nilai penjualan bersih selama periode dengan nilai aktiva tetap neto yang dimiliki perusahaan.

e.

Total asset turnover, diperoleh dengan membagi nilai penjualan bersih selama periode dengan nilai total aktiva perusahaan.

4.

Mencari nilai leverage ratio perusahaan yang terdiri dari : a. Debt ratio, diperoleh dengan membagi nilai total kewajiban dengan nilai total aktiva perusahaan. b. Financial leverage, diperoleh dengan membagi nilai total kewajiban dengan total modal sendiri perusahaan. c. Times interest earned ratio, diperoleh dengan membagi nilai laba sebelum bunga dan pajak dengan nilai biaya bunga selama periode.

5.

Mencari nilai rasio profitabilitas perusahaan yang terdiri dari :

45

a.

Return on sales, diperoleh dengan membagi nilai laba bersih sesudah pajak dengan nilai penjualan bersih perusahaan selama periode.

b.

Return on investment, diperoleh dengan membagi nilai laba bersih sesudah pajak dengan nilai total aktiva perusahaan.

c.

Return on equity, diperoleh dengan membagi nilai laba bersih sesudah pajak dengan nilai modal sendiri perusahaan.

6.

Mencari

nilai

rasio

pertumbuhan

dengan

cara

menghitung tingkat perubahan nilai penjualan dan laba bersih sesudah pajak tiap tahunnya, kemudian

menghitung nilai pertumbuhan rata-ratanya. 7. Mencari nilai rasio arus kas yang terdiri dari : a. Rasio likuiditas dengan menghitung current cash debt coverage, yang diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai rata-rata kewajiban lancar perusahaan. b. Rasio solvabilitas yang terdiri dari : 1) Cash long-term debt coverage, diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai rata-rata total kewajiban perusahaan.

46

2)

Cash interest coverage, diperoleh dengan menambahkan nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai bunga dan pajak selama periode kemudian dibagi dengan nilai bunga selama periode.

c.

Capital expenditure and investing ratio, yang terdiri dari : 1) Investment/CFO plus finance ratio,

diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan perusahaan. 2) Operations/investment ratio, diperoleh

dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai arus kas dari aktivitas investasi perusahaan. d. Cash flow return ratio, yang terdiri dari : 1) Overall cash flow ratio, diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai arus kas keluar dari aktivitas investasi dan pendanaan. 2) Cash return on sales ratio, diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari

47

aktivitas operasi dengan nilai penjualan perusahaan selama periode. 3) Cash flow to net income ratio, diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai laba bersih perusahaan selama periode. 4) Quality of income ratio, diperoleh dengan membagi nilai arus kas dari aktivitas operasi dengan nilai laba operasi

perusahaan selama periode. 5) Quality of sales ratio, diperoleh dengan membagi niali kas diterima dari penjualan dengan penjualan selama periode. 8. Setelah semua rasio diperoleh nilainya, maka akan dibuat data perubahan rasio-rasio tersebut tiap

periodenya yang akan dianalisa dalam bentuk analisa trend.

48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran umum PT (Persero) Garuda Indonesia 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT (Persero) Garuda Indonesia yang pertama kali berdiri dengan bentuk Perusahaan Negara dan berubah menjadi persero berdasarkan Akta No.8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita,S.H., sebagai realisasi

Peraturan Pemerintah No.67 tahun 1971, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.68 tanggal 26 Agustus 1975. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.50 tanggal 22 Agustus 2001 dari Aulia Taufani S.H., notaris di Jakarta, mengenai peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Akta perubahan ini telah memperoleh persetuuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No.C-07276 HT.01.04.TH.2001 tanggal 4 September 2001. Tujuan pendirian perusahaan adalah untuk

melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dari program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara

49

dan

bidang

lainnya

yang

berhubungan

dengan

jasa

pengangkutan udara.

4.1.2 Kegiatan Usaha Perusahaan Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah sebagai berikut : 1. Angkutan udara komersial berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri. 2. Angkutan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri. 3. Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga. 4. 5. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara. 6. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara. 7. Jasa pelayanan kesehatan personil penerbangan.

Sesuai dengan ruang lingkupnya, maka PT (Persero) Garuda Indonesia membentuk beberapa Strategic Business Unit (SBU) maupun anak perusahaan dalam bentuk penyertaan

50

modal. Pada perkembangannya, ada SBU yang dilepas menjadi anak perusahaan tersendiri. Kegiatan tersebut terdiri dari : 1. PT Aerowisata Perusahaan ini didirikan di Jakarta berdasarkan Akta no.85 tanggal 30 Juni 1973 dari notaris Soeleman

Ardjasasmita, S.H. dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.Y.a.5/32/18 pada tanggal 2 Febuari 1974. Akta No.85 diatas lalu dirubah melalui Akta No.3 tanggal 7 Oktober 1978 dari Notaris Irawati Marzuki Arifin, S.H. yang disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.Y.a.5/63/10 pada tanggal 2 Agustus 1979 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal 11 April 1983. Berdasarkan Surat Keputusan perusahaan

No.DZ/SKEP/5024/8 pada tanggal 2 Agustus 1989, dibentuk tim untuk melakukan penilaian tentang investasi pada PT Aerowisata yang menyatakan kepemilikan perusahaan sebesar 89% atau sejumlah Rp.258.091.609.681 PT Aerowisata dibentuk dengan fungsi utama yaitu melakukan aktivitas di dalam bidang perhotelan dan aktivitas lain yang mendukung usaha penerbangan dan industri

51

pariwisata. Saat ini aktivitas yang dilakukan oleh PT Aerowisata dan anak perusahaannya terdiri dari : 1. Bisnis perhotelan yang dilaksanakan oleh : a. PT Mitrasari Hotel Development Corporation dengan Sanur Aerowisata Hotel mengelola hotel Sanur Beach di Bali. b. PT Senggigi Pratama International dengan Senggigi Aerowisata Hotel mengelola hotel Senggigi Beach di Lombok. c. PT Bina Inti Dinamika dengan Preanger Grand

Aerowisata

Hotel

mengelola

hotel

Preanger di Bandung. 2. Bisnis catering, yang menyediakan makanan dan minuman khususnya untuk perusahaan

penerbangan. Aktivitas ini dilaksanakan oleh : a. PT Angkasa Citra Sarana Catering Service yang bertempat di Jakarta, Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Lombok, dan Medan. b. PT Aerowisata unit ACS Balikpapan. 3. Bisnis agensi tur yang bergerak dalam bidang penyediaan paket tur dalam maupun luar negeri, yang dilaksanakan oleh :

52

a. PT Satriavi Travel Service di Jakarta, Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Lombok, dan Medan. b. Garuda Orient Holidays Pty. Limited di Sydney dan Auckland. 4. Bisnis Penjualan tiket, sebagai agen penjualan tiket maupun perwakilan perusahaan penerbangan.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh : a. PT Satriavi Travel Services di Jakarta,

Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Lombok, dan Medan. b. PT Aero Jasa Perkasa di Jakarta. c. Garuda Orient Holidays Pty. Limited di Sydney dan Auckland 5. Bisnis Transportasi , sebagai pemilik maupun perwakilan perusahaan penerbangan, dilaksanakan oleh PT Mandiri Erajasa Wahana di Jakarta.

2.

PT Abacus Distribution System Indonesia Perusahaan ini berdiri berdasarkan Akta No.1 tertanggal

1 Maret 1994 dari Notaris Anna Sunarhadi, S.H. yang diamandemen oleh Akta No. 28 tertanggal 28 Juni 1995 dari Notaris yang sama, dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C2-

53

8542.HT.01.01 tahun 1995 yang tertanggal 13 Juli 1995 dan terdaftar di Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 21 Juli 1995. Kepemilikian pada perusahaan ini adalah sebesar 95% dan sisanya dimiliki oleh Abacus Distribution System Pte, Ltd. PT ADSI bergerak di bidang penyedia sistem reservasi yang terkomputerisasi yang sangat dibutuhkan oleh biro-biro

perjalanan. Dengan menggunakan sistem ini, semua biro perjalanan yang menjadi anggota Abacus dapat melakukan pemesanan tiket terkomputerisasi dan mendapatkan informasi lebih dari 100 perusahaan penerbangan, hotel, dan perusahaan penyewaan kendaraan di seluruh dunia. Selain itu, PT ADSI juga menyediakan jasa penyewaan komputer dan pelatihan bagi anggota Abacus.

3.

PT Gapura Angkasa Perusahaan ini berdiri berdasarkan Akta Notaris No.32

tertanggal 26 Januari 1998 dari Notaris Imas Fatimah, S.H. dan disetujui oleh Menteri Keuangan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan No.S-546/MK.016/1997 tertanggal 5 November 1997. Kepemilikan pada perusahaan ini sebesar 37,5% dan sisanya dimiliki oleh PT (Persero) Angkasa Pura I sebesar 31,25% dan PT (Persero) Angkasa Pura II sebesar 31,25%.

54

PT Gapura Angkasa bergerak di bidang pelayanan pesawat di darat untuk mendukung bisnis penerbangan. Untuk mencapai tujuan pendiriannya, maka aktivitas yang bisa dilakukan adntara lain: 1. Keamanan Bandara 2. Jasa Boga 3. Transportasi darat bandara 4. Administrasi operasional penerbangan 5. Perawatan dan pelayanan pesawat 6. Bahan bakar dan pelumas 7. Kargo dan surat 8. Penumpang dan bagasi 9. Komunikasi dan kontrol keberangkatan 10. Supervisi dan administrasi.

4.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Perusahaan ini bergerak di bidang pelayanan perbaikan

dan pemeliharaan pesawat dari dalam maupun luar negeri. Kepemilikan pada perusahaan ini sebesar 99% atau dengan nilai asset per 31 Desember 2003 sebesar

Rp.821.441.940.037. Sebelumnya perusahaan ini berupa Strategic Business Unit dan pada tahun 2002 dipisah dari perusahaan induk menjadi anak perusahaan.

55

5.

Garuda Aviation Training and Education (GATE) Strategis Business Unit ini bergerak di bidang

pendidikan dan pelatihan bagi awak udara maupun darat.

6.

Garuda Sentra Medika SBU ini bergerak di bidang pelayanan kesehatan bagi

awak udara maupun darat.

4.2

Analisis Data Dalam analisis menggunakan rasio keuangan dan akan dianalisa secara horizontal, yang akan membandingkan rasio-rasio keuangan dari tahun ke tahun untuk melihat trend dalam kurun waktu tertentu. Analisis rasio ini akan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : 1. Rasio Likuiditas Adalah kelompok rasio yang menggambarkan

kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Berikut ini adalah data analisanya : a. Current ratio Rasio ini didapat dengan menggunakan rumus :AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) :

56

1999 Aktiva lancar Kewajiban lancar Current ratio = 2.794.227 = 7.610.896 =2.794.227 7.610.896

= 0,37

Artinya hanya 37% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar perusahaan. 2000 Aktiva lancar Kewajiban lancar Current ratio = 4.075.998 = 7.881.512 =4.075.998 7.881.512

= 0,52

Artinya hanya 52% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar perusahaan. 2001 Aktiva lancar Kewajiban lancar Current ratio = 3.104.402 = 2.845.250 =3.104.402 2.845.250

= 1,09

Artinya 109% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar perusahaan.

57

2002 Aktiva lancar Kewajiban lancar Current ratio = 3.288.329 = 3.391.116 =3.288.329 3.391.116

= 0,97

Artinya hanya 97% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar perusahaan. 2003 Aktiva lancar Kewajiban lancar Current ratio = 3.091.324 = 3.185.723 =3.091.324 3.185.723

= 0,97

Artinya hanya 97% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar perusahaan.

b.

Quick ratio Rasio ini menggunakan rumus :AKTIVA LANCAR - PERSEDIAAN KEWAJIBAN LANCAR

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) :

58

1999 Aktiva lancar Persediaan (net) Kewajiban lancar Quick ratio = 2.794.227 = 734.446 = 7.610.896 =2.794.227 - 734.446 7.610.896

= 0,27

Artinya hanya 27% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar kecuali persediaan perusahaan. 2000 Aktiva lancar Persediaan (net) Kewajiban lancar Quick ratio = 4.075.998 = 712.804 = 7.881.512 =4.075.998 - 712.804 7.881.512

= 0,43

Artinya hanya 43% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar kecuali persediaan perusahaan. 2001 Aktiva lancar Persediaan (net) Kewajiban lancar Quick ratio = 3.104.402 = 777.474 = 2.845.250 =3.104.402 - 777.474 2.845.250

= 0,82

59

Artinya hanya 82% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar kecuali persediaan perusahaan. 2002 Aktiva lancar Persediaan (net) Kewajiban lancar Quick ratio = 3.288.329 = 791.814 = 3.391.116 =3.288.329 - 791.814 3.391.116

= 0,74

Artinya hanya 74% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar kecuali persediaan perusahaan. 2003 Aktiva lancar Persediaan (net) Kewajiban lancar Quick ratio = 3.091.324 = 846.445 = 3.185.723 =3.091.324 - 846.445 3.185.723

= 0,70

Artinya hanya 70% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar kecuali persediaan perusahaan.

60

d.

Cash ratio Rasio ini menggunakan rumus :KAS + EFEK KEWAJIBAN LANCAR

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Kas dan setara kas = 728.277 Deposito berjangka = 586.403 Kewajiban lancar Cash ratio = 7.610.896 = 728.277 + 586.403 7.610.896 = 0,096

Artinya hanya 9,6% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh kas dan setara kas perusahaan. 2000 Kas dan setara kas = 2.028.984 Deposito berjangka = 7.831 Kewajiban lancar Cash ratio = 7.881.512 = 2.028.984 + 7.831 = 0,26 7.881.512

Artinya hanya 26% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh kas dan setara kas perusahaan.

61

2001 Kas dan setara kas = 951.299 Deposito berjangka = 23.970 Kewajiban lancar Cash ratio = 2.845.250 = 951.299 + 23.970 = 0,33 2.845.250

Artinya hanya 33% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh kas dan setara kas perusahaan. 2002 Kas dan setara kas = 1.318.425 Deposito berjangka = 35.189 Kewajiban lancar Cash ratio = 3.391.116 = 1.318.425 + 35.189 = 0,39 3.391.116

Artinya hanya 39% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh kas dan setara kas perusahaan. 2003 Kas dan setara kas = 1.247.061 Deposito berjangka = 51.486 Kewajiban lancar Cash ratio = 3.185.723 = 1.247.061 + 51.486 = 0,39 3.185.723

62

Artinya hanya 39% dari seluruh kewajiban lancar yang akan jatuh tempo yang dapat dipenuhi oleh kas dan setara kas perusahaan.

2.

Rasio Aktivitas Adalah kelompok rasio yang menggambarkan tingkat pendayagunaan daripada harta atau sarana-sarana modal yang dimiliki perusahaan. Berikut ini adalah data analisanya : a. Perputaran persediaan (inventory turnover) Rasio ini menggunakan rumus :HARGA POKOK PENJUALAN RATA RATA PERSEDIAAN

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 H.P.P Persediaan awal Persediaan akhir = 4.582.323 = 711.286 = 734.446 4.582.323 = 6,34 ( 711.286 + 734.446 )/2 360 = 57 hari 6,34

Inventory turnover =

Days on hand

=

Artinya dalam satu tahun, persediaan perusahaan akan diisi kembali setiap 57 hari atau dalam setahun diisi 6,34 kali.

63

2000 H.P.P Persediaan awal Persediaan akhir = 6.086.542 = 734.446 = 712.804 6.086.542 = 8,41 ( 734.446 + 712.804 )/2 360 = 43 hari 8,41

Inventory turnover =

Days on hand

=

Artinya dalam satu tahun, persediaan perusahaan akan diisi kembali setiap 43 hari atau dalam setahun diisi 8,41 kali. 2001 H.P.P Persediaan awal Persediaan akhir = 1.919.759 = 712.804 = 777.474 1.919.759 = 10,88 ( 712.804 + 777.474 )/2 360 = 33 hari 10,88

Inventory turnover =

Days on hand

=

Artinya dalam satu tahun, persediaan perusahaan akan diisi kembali setiap 33 hari atau dalam setahun diisi 10,88 kali. 2002 H.P.P Persediaan awal = 2.263.028 = 777.474

64

Persediaan akhir

= 791.814 2.263.028 = 9,50 ( 777.474 + 791.814 )/2 360 = 38 hari 9,50

Inventory turnover =

Days on hand

=

Artinya dalam satu tahun, persediaan perusahaan akan diisi kembali setiap 38 hari atau dalam setahun diisi 9,5 kali. 2002 H.P.P Persediaan awal Persediaan akhir = 1.365.066 = 791.814 = 846.445 1.365.066 = 8,22 (791.814 + 846.445 )/2 360 = 44 hari 8,22

Inventory turnover =

Days on hand

=

Artinya dalam satu tahun, persediaan perusahaan akan diisi kembali setiap 44 hari atau dalam setahun diisi 8,22 kali.

b.

Rata-rata waktu pencairan piutang dagang (account receivable turnover) Rasio ini menggunakan rumus :PENJUALAN KREDIT RATA RATA PIUTANG DAGANG

65

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Penjualan Piutang dagang awal Piutang dagang akhir = 6.734.668 = 516.644 = 663.440

Account receivable turnover = 6.734.668 = 11,41 ( 516.644 + 663.440 )/2 = 360 = 32 hari 11,41 tahun, piutang dagang

Days of collection

Artinya

dalam

satu

perusahaan dapat ditagih setiap 32 hari atau dalam setahun dapat tertagih 11,41 kali. 2000 Penjualan Piutang dagang awal Piutang dagang akhir = 8.383.261 = 663.440 = 1.326.379

Account receivable turnover = 8.383.261 = 8,43 (663.440 + 1.326.379)/2 = 360 8,43 = 43 hari

Days of collection

66

Artinya

dalam

satu

tahun,

piutang

dagang

perusahaan dapat ditagih setiap 43 hari atau dalam setahun dapat tertagih 8,41 kali. 2001 Penjualan Piutang dagang awal Piutang dagang akhir = 10.030.068 = 1.326.379 = 1.326.379

Account receivable turnover = 10.030.068 = 7,49 (1.326.379 + 1.351.659)/2 = 360 7,49 tahun, = 48 hari

Days of collection

Artinya

dalam

satu

piutang

dagang

perusahaan dapat ditagih setiap 48 hari atau dalam setahun dapat tertagih 7,49 kali. 2002 Penjualan Piutang dagang awal Piutang dagang akhir = 9.715.742 = 1.351.659 = 1.142.901

Account receivable turnover = 9.715.742 = 7,79 (1.351.659 + 1.142.901)/2 = 360 7,79 = 46 hari

Days of collection

67

Artinya

dalam

satu

tahun,

piutang

dagang

perusahaan dapat ditagih setiap 46 hari atau dalam setahun dapat tertagih 7,79 kali. 2003 Penjualan Piutang dagang awal Piutang dagang akhir = 8.099.443 = 1.142.901 = 946.332

Account receivable turnover = 8.099.443 = 7,75 (1.142.901 + 946.332)/2 = 360 7,75 tahun, = 47 hari

Days of collection

Artinya

dalam

satu

piutang

dagang

perusahaan dapat ditagih setiap 47 hari atau dalam setahun dapat tertagih 7,75 kali.

c.

Perputaran hutang dagang (account payable turnover) Rasio ini menggunakan rumus :HARGA POKOK PENJUALAN RATA RATA HUTANG DAGANG

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 H.P.P. Hutang awal = 4.582.323 = 3.988.850

68

Hutang akhir

= 4.684.899

Account payable turnover = 4.582.323 = 1,39 (3.988.850 + 4.684.899)/2 = 360 1,39 = 259 hari

Days of payment

Artinya dalam satu tahun, perusahaan dapat membayar hutang dagangnya setiap 259 hari atau dalam setahun dapat membayar 1,39 kali. 2000 H.P.P. Hutang awal Hutang akhir = 6.086.542 = 4.684.899 = 1.909.584

Account payable turnover = 6.086.542 = 1,85 (4.684.899 + 1.909.584)/2 = 360 1,85 = 195 hari

Days of payment

Artinya dalam satu tahun, perusahaan dapat membayar hutang dagangnya setiap 195 hari atau dalam setahun dapat membayar 1,85 kali. 2001 H.P.P. Hutang awal Hutang akhir = 8.110.309 = 1.909.584 = 1.341.229

69

Account payable turnover = 8.110.309 = 4,99 (1.909.584 + 1.341.229)/2 = 360 4,99 = 72 hari

Days of payment

Artinya dalam satu tahun, perusahaan dapat membayar hutang dagangnya setiap 72 hari atau dalam setahun dapat membayar 4,99 kali. 2002 H.P.P. Hutang awal Hutang akhir = 7.452.714 = 1.341.229 = 961.633

Account payable turnover = 7.452.714 = 6,47 (1.341.229 + 961.633)/2 = 360 6,47 = 56 hari

Days of payment

Artinya dalam satu tahun, perusahaan dapat membayar hutang dagangnya setiap 56 hari atau dalam setahun dapat membayar 6,47 kali. 2003 H.P.P. Hutang awal Hutang akhir = 6.734.377 = 961.633 = 766.687

70

Account payable turnover = 6.734.377 = 7,79 (961.633 + 766.687)/2 = 360 7,79 = 46 hari

Days of payment

Artinya dalam satu tahun, perusahaan dapat membayar hutang dagangnya setiap 46 hari atau dalam setahun dapat membayar 7,79 kali.

d.

Perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover) Rasio ini menggunakan rumus :PENJUALAN BERSIH HARTA TETAP NETO

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Penjualan Aktiva tetap (net) Fixed Asset Turnover = 6.734.688 = 1.785.578 = 6.734.688 1.785.578 = 3,77

Artinya setiap aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebesar 3,77 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2000 Penjualan = 8.383.261

71

Aktiva tetap (net) Fixed Asset Turnover

= 1.446.523 = 8.383.261 1.446.523 = 5,8

Artinya setiap aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebesar 5,8 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2001 Penjualan Aktiva tetap (net) Fixed Asset Turnover = 10.030.068 = 4.758.005 = 10.030.068 4.758.005 = 2,11

Artinya setiap aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebesar 2,11 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2002 Penjualan Aktiva tetap (net) Fixed Asset Turnover = 9.715.742 = 4.381.075 = 9.715.742 4.381.075 = 2,22

Artinya setiap aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebesar 2,22 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2003 Penjualan Aktiva tetap (net) = 8.099.443 = 3.981.516

72

Fixed Asset Turnover

=

8.099.443 3.981.516

= 2,03

Artinya setiap aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebesar 2,03 kali dari nilai rupiah masingmasingnya.

e.

Peputaran total aktiva (total asset turnover) Rasio ini menggunakan rumus :PENJUALAN BERSIH TOTAL AKTIVA

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover = 6.734.688 = 6.246.195 = 6.734.688 = 1,08 6.246.195 dapat menghasilkan

Artinya

setiap

aktiva

penjualan sebesar 1,08 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2000 Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover = 8.383.261 = 10.219.462 = 8.383.261 = 0,82 10.219.462

73

Artinya

setiap

aktiva

dapat

menghasilkan

penjualan sebesar 0,82 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2001 Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover = 10.030.068 = 10.219.462 = 10.030.068 = 0,97 10.288.022 dapat menghasilkan

Artinya

setiap

aktiva

penjualan sebesar 0,97 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2002 Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover = 9.715.742 = 9.000.753 = 9.715.742 = 1,08 9.000.753 dapat menghasilkan

Artinya

setiap

aktiva

penjualan sebesar 1,08 kali dari nilai rupiah masingmasingnya. 2003 Penjualan Total Aktiva Total Asset Turnover = 8.099.443 = 8.301.820 = 8.099.443 = 0,98 8.301.820

74

Artinya

setiap

aktiva

dapat

menghasilkan

penjualan sebesar 0,98 kali dari nilai rupiah masingmasingnya.

3.

Rasio leverage Kelompok rasio ini memperlihatkan sampai seberapa besar perusahaan tersebut dibelanjai oleh modal asing. Berikut ini adalah data analisanya : a. Debt ratio Rasio ini menggunakan rumus :TOTAL KEWAJIBAN TOTAL AKTIVA

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Total kewajiban Hak minoritas Total aktiva Debt ratio = 7.676.628 = 118.441 = 6.246.195 = 7.676.628 + 118.441 = 1,25 6.246.195

Artinya modal asing yang membiayai perusahaan sebesar 1,25 kali daripada seluruh modal yang tertanam di perusahaan.

75

2000 Total kewajiban Hak minoritas Total aktiva Debt ratio = 11.213.984 = 1.076 = 10.219.462 = 11.213.984 + 1.076 = 1,1 10.219.462

Artinya modal asing yang membiayai perusahaan sebesar 1,1 kali daripada seluruh modal yang tertanam di perusahaan. 2001 Total kewajiban Hak minoritas Total aktiva Debt ratio = 7.627.909 = - 1.291 = 10.219.462 = 7.627.909 1.291 10.288.022 = 0,74

Artinya modal asing yang membiayai perusahaan sebesar 0,74 kali daripada seluruh modal yang tertanam di perusahaan. 2002 Total kewajiban Hak minoritas Total aktiva Debt ratio = 6.794.552 = - 1.674 = 9.000.753 = 6.794.552 1.674 9.000.753 = 0,75

76

Artinya modal asing yang membiayai perusahaan sebesar 0,75 kali daripada seluruh modal yang tertanam di perusahaan. 2003 Total kewajiban Hak minoritas Total aktiva Debt ratio = 6.006.898 = 1.085 = 8.301.820 = 6.006.898 + 1.085 = 0,72 8.301.820

Artinya modal asing yang membiayai perusahaan sebesar 0,72 kali daripada seluruh modal yang tertanam di perusahaan.

b.

Financial leverage Rasio ini menggunakan rumus :TOTAL KEWAJIBAN TOTAL MODAL SENDIRI

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 Total kewajiban Hak minoritas Modal sendiri = 7.676.628 = 118.441 = -1.548.874 7.795.069 - 1.548.874 = - 5,03

Financial leverage =

77

Artinya perusahaan menggunakan modal asing dengan proporsi 5,03 kali daripada modal sendiri. 2000 Total kewajiban Hak minoritas Modal sendiri = 11.213.984 = 1.076 = - 998.012 11.215.473 - 998.012 = - 11,24

Financial leverage =

Artinya perusahaan menggunakan modal asing dengan proporsi -11,24 kali daripada modal sendiri. 2001 Total kewajiban Hak minoritas Modal sendiri = 7.627.909 = 1.291 = 2.653.901 7.629.200 2.653.901 = 2,87

Financial leverage =

Artinya perusahaan menggunakan modal asing dengan proporsi 2,87 kali daripada modal sendiri. 2002 Total kewajiban Hak minoritas Modal sendiri = 6.794.552 = - 1.674 = 2.201.851 6.792.878 2.201.851 = 3.09

Financial leverage =

78

Artinya perusahaan menggunakan modal asing dengan proporsi 3,09 kali daripada modal sendiri. 2003 Total kewajiban Hak minoritas Modal sendiri = 6.006.898 = - 1.085 = 2.229.604 6.005.813 2.229.604 = 2,69

Financial leverage =

Artinya perusahaan menggunakan modal asing dengan proporsi 2,69 kali daripada modal sendiri.

c.

Times Interest Earned Ratio Rasio ini menggunakan rumus :LABA SEBELUM BUNGA DAN PAJAK (E.B.I.T ) BIAYA BUNGA

Berikut ini adalah perhitungannya selama tahun 1999 sampai dengan 2003 (dalam jutaan rupiah) : 1999 E.B.I.T. Beban bunga T.I.E.R = 231.830 = 632.590 = 231.830 632.590 sebelum = 0,37

Artinya

laba

bunga

dan

pajak

perusahaan tidak dapat menutupi biaya bunga yang

79

harus dibayar dengan melihat bahwa T.I.E.R. lebih kecil daripada 1. 2000 E.B.I.T. Beban bunga T.I.E.R = 937.334 = 404.397 = 937.334 404.397 sebelum = 2,32

Artinya

laba

bunga

dan

pajak

perusahaan masih dapat menutupi biaya bunga yang harus dibayar dengan melihat bahwa T.I.E.R. lebih besar daripada 1. 2001 E.B.I.T. Beban bunga T.I.E.R = 502.417 =