Top Banner
DEFISIT FISKAL, DEFISIT PERDAGANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA DI KAWASAN ASEAN+3 NURINA PARAMITASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com
148

D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

Mar 24, 2019

Download

Documents

doandiep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

DEFISIT FISKAL, DEFISIT PERDAGANGAN DANPERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA

DI KAWASAN ASEAN+3

NURINA PARAMITASARI

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 2: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 3: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PERNYATAAN MENGENAI TESISDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan danPertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3 adalah karya sayadengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapunkepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutipdari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telahdisebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhirtesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Nurina ParamitasariNRP. H151104334

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 4: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 5: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

ABSTRACT

NURINA PARAMITASARI. Fiscal Deficit, Trade Deficit and Growth inASEAN+3. Under direction of HERMANTO SIREGAR and LUKYTAWATIANGGRAENI.

The ambiguity of expansionary fiscal policy raises interest amongresearchers to explore further about the relationship between fiscal deficit, tradedeficit, and economic growth. Several studies on the relationship between fiscaldeficit and trade deficit, which also known as twin deficits, have differentconclusions in every country. Likewise the impact of fiscal deficits on economicgrowth. This research aims to comprehensively examine the relationships betweenthose three variables, starting with analyzing the impact of fiscal deficits on thetrade deficit and continued by determining both impact of these deficits oneconomic growth in ASEAN +3 countries. By using a dynamic panel dataanalysis of the eight countries during 1993-2010, there are three findings i.e. 1)twin deficits hypothesis (TDH) holds only for China, 2) fiscal deficit has apositive impact on growth, and 3) trade deficit has a negative impact on thegrowth of countries in ASEAN +3.

Keywords : fiscal deficit, trade deficit, dynamic panel data, ASEAN+3

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 6: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 7: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

RINGKASAN

NURINA PARAMITASARI. Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan danPertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3. Dibimbing olehHERMANTO SIREGAR dan LUKYTAWATI ANGGRAENI.

Isu defisit fiskal menjadi perdebatan yang menghangat kembali, khususnya dinegara-negara ASEAN+3, sejak krisis ekonomi melanda kawasan ini pada tahun1997/1998. Ketika defisit fiskal telah mencapai nilai yang relatif besar dan terjadidalam jangka waktu yang relatif lama, hal ini dapat memengaruhi variabelmoneter yang kemudian menjadi akar permasalahan dari ketidakstabilan kondisimakroekonomi suatu negara. Stimulus fiskal yang semestinya diharapkan dapatmeningkatkan aggregate demand, namun bila tidak diimbangi dengan kebijakanmoneter yang akomodatif, justru dapat menyebabkan hasil yang kontraproduktif.Peranan kebijakan fiskal ekspansif menjadi ambigu dalam sebuah perekonomian.Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis keterkaitan antara defisit fiskal,defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3, 2)menganalisis dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan negara-negara dikawasan ASEAN+3 dan 3) menganalisis dampak kedua defisit tersebut terhadappertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010.Ketika benar bahwa defisit fiskal menyebabkan defisit perdagangan, makadampak negatifnya terhadap pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih besar.

Keterkaitan antara defisit fiskal, defisit perdagangan dan pertumbuhanekonomi pada masing-masing negara di kawasan ASEAN+3 dianalisismenggunaan plot regresi, koefisien korelasi Pearson dan uji kausalitas Granger.Plot regresi antara defisit fiskal dan defisit perdagangan mendapatkan hasilbahwa defisit fiskal tidak menyebabkan defisit perdagangan pada semua negara dikawasan ASEAN+3 kecuali di China. Defisit fiskal di negara ini menyebabkanterjadinya defisit perdagangan atau berlaku twin deficits hypothesis (TDH),dengan didukung koefisien korelasi Pearson yang bertanda positif dan signifikanpada á sebesar 1 persen. Hasil plot regresi kedua defisit dengan pertumbuhanekonomi yaitu defisit fiskal memberikan efek positif terhadap pertumbuhanekonomi semua negara di kawasan ASEAN+3 sementara defisit perdaganganmemberikan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali di negaraSingapura dan China. Uji kausalitas Granger menemukan hasil tidak adahubungan antara kedua defisit atau defisit fiskal tidak menyebabkan defisitperdagangan pada tiga negara yaitu Philipina, Singapura dan Thailand, sedangkanpola hubungan antara kedua defisit dengan pertumbuhan ekonomi adalah dua arahatau saling menyebabkan.

Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan 2 dan 3 adalah metode datapanel dinamis baik secara keseluruhan delapan negara di kawasan ASEAN+3maupun secara terpisah menurut kelompok, mengacu pada hasil penelitianAchsani dan Siregar (2010). Untuk model defisit perdagangan metode yangterbaik adalah FD GMM, sedangkan metode terbaik untuk model pertumbuhanekonomi adalah Sys-GMM. Berdasarkan hasil eksplorasi awal dengan metodeplot regresi dan uji kausalitas Granger yang menyatakan berlakunya TDH dinegara China, untuk memperkuat temuan tersebut maka dilakukan pengujiandengan pemodelan data panel dinamis. Hasil yang didapatkan benar bahwa TDH

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 8: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

hanya berlaku pada negara China. Rezim fixed exchange rate yang dianut negaraini membuat permintaan impor melambung, terbesar diantara negara-negara dikawasan ASEAN+3 lainnya yaitu mencapai besaran 1,52 triliun US$. Tingkatinvestasi yang lebih tinggi dari tingkat tabungan, juga mendorong fenomena TDHberlaku di China.

Kedua defisit memberikan dampak yang berbeda terhadap pertumbuhanekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3. Defisit perdagangan memberikandampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0028 persen, ceterisparibus, sedangkan defisit fiskal memberikan dampak positif dengan besaranyang sama yaitu sebesar 0,0028 persen, ceteris paribus. Hubungan negatif antaradefisit fiskal dan tingkat suku bunga riil, berimplikasi pada dua hal yaituterjadinya efek crowding-in investment dan tidak terganggunya neracaperdagangan, yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Sinkronisasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter negara-negara dikawasan ASEAN+3 semakin memperkuat dampak positif defisit fiskal terhadappertumbuhan.

Kata kunci : Defisit fiskal, defisit perdagangan, data panel dinamis, ASEAN+3

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 9: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atautinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajarIPBDilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisdalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 10: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 11: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

DEFISIT FISKAL, DEFISIT PERDAGANGAN DANPERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA

DI KAWASAN ASEAN+3

NURINA PARAMITASARI

Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains padaProgram Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 12: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 13: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

Judul Penelitian : Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan PertumbuhanEkonomi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3

Nama : Nurina ParamitasariNRP : H151104334Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P., M.SiKetua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2012 Tanggal Lulus:

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 14: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 15: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. KepadaMu-lah segala

sesuatu bergantung dan kepadaMu-lah segala sesuatu sepatutnya berserah diri.

Sholawat serta salam akan selalu tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga,dan

para sahabatnya yang sholih. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan

Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3”.

Rangkaian ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:

1. Ir. Nanan Sunandi, M.Sc, selaku Kepala BPS Provinsi Banten dan Din Komarudin

W, B.St, selaku Kepala BPS Kabupaten Serang yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di IPB.

2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec dan Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P., M.Si

selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kesungguhan sampai

terselesaikannya tesis ini.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Ir. Tanti Novianti, M.Si sebagai penguji

atas saran dan kritik yang berharga untuk penyempurnaan tulisan ini.

4. Bapak Ibundaku atas kasih sayang, doa, nasehat dan kesabarannya dalam

mengajarkan arti kehidupan, walaupun anakmu ini sudah berumah tangga.

5. Suamiku tercinta, Achmad Jaelani, SH, M. Hum atas segala kasih sayang, doa,

semangat dan pengorbanan yang tulus. Dua bidadari kecilku, kakak Ayesha

Salma Syahida dan adek Kensae Afwani Maulida yang membuat rasa letih itu

sirna, memotivasi penulis untuk tetap semangat dalam menjalani hidup.

6. Rekan-rekan se-angkatan BPS Batch 3 atas sumbangan ide, pikiran serta saran

dalam menyempurnakan penulisan tesis.

Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang

membutuhkan.

Bogor, 12 Juli 2012

Nurina Paramitasari

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 16: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 17: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurina Paramitasari lahir pada tanggal 13 Mei 1984 di

Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penulis adalah putri pertama dari tiga

bersaudara pasangan Bapak H. Mulyadi, S.Pd, M.Pd dan Ibu Hj. Maryanti, S.Pd.

Penulis dibesarkan di Klaten, dan menyelesaikan pendidikan formal dari

tingkat sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum di kota tersebut.

Pendidikan dasar penulis diawali di Sekolah Dasar Negeri Tonggalan I dan lulus

pada tahun 1995, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri II Klaten lulus pada

tahun 1998, dan Sekolah Menengah Umum Negeri I Klaten diselesaikan pada tahun

2001. Pendidikan tinggi penulis ditempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jurusan

Statistik Ekonomi dan lulus pada tahun 2005, mendapatkan gelar Sarjana Sains

Terapan (S.ST). Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sebelum menempuh pendidikan

pasca sarjana penulis menjalani program alih jenjang Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB dan meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun yang sama.

Penulis diangkat sebagai CPNS pada Badan Pusat Statistik terhitung mulai

tanggal 1 Desember 2005 dan ditempatkan sebagai staf di bidang Neraca Wilayah

dan Analisis Statistik BPS Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Selama

kurang lebih dua tahun penulis mengabdi di sana dan sejak Juli 2008 sampai

dengan saat ini penulis bertugas di BPS Kabupaten Serang Provinsi Banten.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 18: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............... 9

2.1 Peranan Pemerintah ..................................................................... 9

2.2 Defisit Fiskal ............................................................................... 10

2.3 Defisit perdagangan .............. ....................................................... 13

2.4 Hubungan Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan ........................ 15

2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi Model Keynesian .............................. 18

2.6 Hubungan Defisit Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi ..................... 20

2.6.1 Kelompok Keynessian .......................................................... 20

2.6.2 Kelompok Neoklasik ............................................................ 21

2.7 Hubungan Defisit Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi .......... 22

2.8 Hubungan PDB Negara Lain dan Defisit Perdagangan................... 23

2.9 Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi ............................... . 23

2.10 Hubungan Keterbukaan Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi 25

2.11 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 26

2.11.1 Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan ............................ . 27

2.11.2 Defisit Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi .......................... 29

2.11.3 Defisit Perdagangann dan Pertumbuhan Ekonomi ... ....... 30

2.12 Kerangka Pemikiran ........ .......................................................... 31

2.13 Hipothesis ...................................................................... .............. 33

III. METODE PENELITIAN................................................................... 35

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 19: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

3.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 35

3.2 Metode Analisis ........................................................................... 35

3.2.1 Analisis Deskriptif ............................................................... 36

3.3.2 Analisis Data Panel .............................................................. 36

3.3 Spesifikasi Model ........................................................................ 49

3.4 Definisi Variabel Operasional ...................................................... 51

3.6 Prosedur Analisis ............................................................................. 52

IV. ANALISIS DESKRIPTIF .................................................................. 55

4.1 Kerjasama Regional Kawasan ASEAN+3 ....................................... 55

4.2 Potensi Ekonomi Kawasan ASEAN+3 ............................................ 57

4.3 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Fiskal,

Defisit Perdagangan dan Faktor-Faktor Pendukungnya ................. 61

4.4 Keterkaitan Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan

dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3 .............. 71

V. ANALISIS PANEL DINAMIS .......................................................... 69

5.1 Uji Stasioneritas Data Panel ............................................................. 69

5.2 Hasil Estimasi ................................................................................... 80

5.2.1 Dampak Defisit Fiskal terhadap Defisit Perdagangan

Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3 .............................. 84

5.2.2 Dampak Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara

di Kawasan ASEAN+3 ........................................................ 89

5.3 Implikasi Kebijakan .......................................................................... 92

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 99

LAMPIRAN .................................................................................................. 104

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 20: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode

periode 2000-2010 (persen terhadap PDB) ......................................... 4

2 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya .. 36

3 Potensi ekonomi kawasan ASEAN+3 tahun 2010....................... ......... 58

4 Kondisi fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1998 ....... 63

5 Uji kausalitas Granger antara defisit fiskal dan defisit perdagangan

di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010................................... 73

6 Uji kausalitas Granger antara defisit perdagangan dan pertumbuhan

ekonomi di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010................... 75

7 Uji kausalitas Granger antara defisit fiskal dan pertumbuhan

ekonomi di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010................... 77

8 Hasil panel unit root test untuk masing-masing variabel ...................... 79

9 Perbandingan hasil estimasi koefisien ’Model Defisit Perdagangan’

dengan metode data penel statis, dinamis dan OLS ............................ . 81

10 Perbandingan hasil estimasi koefisien ’Model Pertumbuhan Ekonomi’

dengan metode data penel statis, dinamis dan OLS ............................ . 82

11 Hasil estimasi koefisien ’Model Defisit Perdagangan’

dan ’Model Pertumbuhan Ekonomi’ menurut kelompok negara .......... 83

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 21: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 22: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Keseimbangan fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen terhadap PDB) ....................................... 1

2 Utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+3

tahun 2010 (persen terhadap PDB).................................................... 3

3 Pertumbuhan volume ekspor barang dan jasa negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 2000-2010 (persen) ......................... 5

4 Ekspansi fiskal dalam perekonomian terbuka dengan

kurs mengambang ............................................................................ 16

5 Empat kemungkinan tipe hubungan twin deficits............................... 18

6 Penurunan kurva permintaan agregat ................................................ 25

7 Kerangka pemikiran ............................................................................. 32

8 PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1993 dan 2010

(US$ miliar) .......................................................................................... 58

9 Pangsa PDB negara-negara ASEAN+3 terhadap total PDB kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen) …………………………….. 59

10 Pendapatan riil per kapita negara-negara di kawasan ASEAN+3

tahun 1993-2010 (US$) ……………………………………………... 59

11 Struktur perekonomian negara maju di kawasan ASEAN+3

menurut sektor tahun 2010 (persen terhadap PDB)........................... 60

12 Struktur perekonomian negara sedang berkembang di kawasan

ASEAN+3 menurut sektor tahun 2010 (persen terhadap PDB)……. 61

13 Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen) …………….……………….. ................ 62

14 Keseimbangan fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1993,

1998 dan 2010 (persen terhadap PDB) ………………………………. 64

15 Neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen terhadap PDB) …………………………. 64

16 Pertumbuhan volume impor negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen terhadap PDB) …………………………. 65

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 23: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

17 PDB negara tujuan ekspor utama negara-negara di kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen terhadap PDB) ……… ......... 62

18 Suku bunga riil negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen) …………………………………………. 63

19 Nilai tukar riil enam negara di kawasan ASEAN+3 periode

1993-2010 (terhadap US$) ………………………………………….. 68

20 Nilai tukar riil negara Indonesia dan Korea periode 1993-2010

(terhadap US$) ………………………………………………………. 68

21 Tingkat inflasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode

1993-2010 (persen) …………………………………………………... 69

22 Keterbukaan perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen terhadap PDB) ………………………….. 70

23 Plot diagram antara defisit fiskal dan defisit perdagangan

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen terhadap PDB)…. 71

24 Plot regresi antara defisit fiskal dan defisit perdagangan di

negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010 ………………………. 72

25 Plot regresi antara defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi

di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010 ……………………. 74

26 Plot regresi antara defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi

di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010 …………………… 76

27 Perkembangan tingkat tabungan dan investasi negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 ………………………… 85

28 Plot regresi antara defisit fiskal dan suku bunga riil negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 ………………………… 87

29 Plot regresi antara defisit fiskal dan investasi negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 ………………………… 91

30 Perkembangan suku bunga riil dan pertumbuhan PDB negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 ………………………… 95

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 24: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

xvii

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Ringkasan hasil penelitian sebelumnya tentang defisit fiskal, defisit

perdagangan dan pertumbuhan ekonomi .......................................... 89

2 Hasil panel unit root test .................................................................. 95

3 Hasil Estimasi .................................................................................. 102

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 25: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu defisit fiskal menjadi perdebatan yang menghangat kembali, khususnya di

negara-negara ASEAN+3, sejak krisis ekonomi melanda kawasan ini pada tahun

1997/1998. Terdepresiasinya nilai mata uang yang membuat cicilan pokok dan

bunga utang luar negeri membengkak, menurunnya pendapatan riil masyarakat

akibat terjadinya inflasi yang mengharuskan pemerintah memberikan subsidi

untuk membantu masyarakat miskin serta berkurangnya penerimaan negara dari

pajak akibat melemahnya sektor riil menjadi pemicu terjadinya defisit fiskal yang

cukup parah di negara-negara ASEAN+3 (World Bank, 2000).

Sumber : World Bank (2012)Angka negatif menunjukkan defisit fiskalGambar 1 Keseimbangan fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode

1993-2010 (persen terhadap PDB).

Terlihat pada Gambar 1, seluruh negara-negara di kawasan ASEAN+3

mengalami pertumbuhan keseimbangan fiskal yang negatif rata-rata sebesar -127,81

persen pada tahun 1998. Kecuali Singapura yang mampu mempertahankan posisi

surplus fiskalnya, ketujuh negara lainnya mengalami defisit fiskal yang cukup parah.

Defisit fiskal terparah dialami oleh Jepang hingga mencapai 10,6 persen yang pada

akhirnya menyebabkan resesi berkepanjangan di negara ini. Thailand yang menjadi

sumber penyebab terjadinya krisis ekonomi menempati posisi kedua dengan defisit

fiskal sebesar 7,1 persen. Sedangkan Singapura walaupun tidak mengalami defisit,

tetapi krisis ini menyebabkan berkurangnya surplus fiskal sebesar 71 persen.

Pada dasarnya kebijakan fiskal ekspansif atau defisit fiskal dimaksudkan

untuk memberikan lebih banyak kelonggaran dana kepada masyarakat dalam

rangka mendorong perekonomian. Namun, kebijakan ini seringkali menjadi

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

KeseimbanganFiskal

(%terhadapPDB)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 26: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

2

kurang efektif ketika tidak didukung oleh situasi atau kondisi yang tepat dan

kebijakan lain yang konsisten, bahkan tidak mustahil kebijakan stimulus fiskal

justru dapat menghambat laju perekonomian. Stimulus fiskal yang semestinya

diharapkan dapat meningkatkan aggregate demand, namun bila tidak diimbangi

dengan kebijakan moneter yang akomodatif serta telah mencapai nilai yang relatif

besar dan terjadi dalam jangka panjang, justru dapat menyebabkan hasil yang

kontraproduktif. Defisit fiskal akan menjadi penyebab timbulnya inflasi, defisit

perdagangan, beban utang yang besar dan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi

yang rendah. Peranan kebijakan fiskal ekspansif menjadi ambigu dalam sebuah

perekonomian (Abimanyu, 2003).

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan suatu negara dalam membiayai

defisit fiskal. Pembiayaan defisit fiskal dengan utang merupakan cara yang paling

banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya mempertahankan kelangsungan

fiskalnya. Selain dengan utang, pembiayaan defisit dapat ditempuh dengan cara

menjual aset negara dan memperoleh bantuan atau grant. Utang pemerintah untuk

menutup defisit tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dampak

dari masing-masing utang tersebut akan berbeda efeknya pada kinerja makro

ekonomi. Karena beban utang meliputi pembayaran atas bunga utang dan cicilan

pokoknya, maka semakin besar utang justru akan semakin membebani anggaran

fiskal yang pada akhirnya menghambat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pengalaman negara-negara ASEAN+3 yang sebagian besar merupakan Negara

Sedang Berkembang (NSB) ternyata hampir kesemuanya menggunakan utang sebagai

komponen utama pembiayaan defisit. Peranan utang menjadi sangat penting pasca

krisis ekonomi melanda kawasan ini dan berlanjut hingga saat ini dengan persentase

yang lebih kecil. Seperti misalnya utang pemerintah Indonesia meningkat dengan

sangat tajam dari US$55,3 miliar sebelum krisis menjadi US$134 miliar (83 persen

dari PDB) di awal tahun 2000 dan pada tahun 2010 utang tersebut semakin berkurang

yaitu hanya sebesar 27 persen dari PDB.

Mengacu pada salah satu syarat dalam Maastricht Treaty Criterion bahwa

rasio utang terhadap PDB negara-negara Uni Eropa yang ingin menjadi anggota

Economic and Monetary Union (EMU) tidak boleh melebihi 60 persen. Dari

syarat tersebut terdapat dua negara di kawasan ASEAN+3 berada pada kondisi

fiskal yang tidak sustainable yaitu negara Singapura dan Jepang. Seperti terlihat

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 27: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

3

pada Gambar 2, rasio utang pemerintah terhadap PDB Jepang sudah berada pada

tingkat yang mengkhawatirkan yaitu sebesar 220,35 persen. IMF menyatakan

bahwa sebenarnya kebijakan utang sangat relevan digunakan untuk mengatasi

permasalahan fiskal khususnya di Negara Sedang Berkembang (NSB), selama masih

berada pada level aman. Level utang yang aman bagi sebuah negara didefinisikan

sebagai level utang yang tidak rentan (vulnerable) terhadap krisis, tidak mengancam

pertumbuhan ekonomi, dan tidak mengganggu kesinambungan fiskal (fiscal

sustainability).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 2 Utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 2010

(persen terhadap PDB).

Kondisi defisit fiskal yang berkepanjangan disuatu negara akan berdampak

pada beberapa variabel makro, salah satunya adalah terhadap neraca perdagangan.

Mekanisme yang terjadi adalah ketika pemerintah melakukan kebijakan fiskal

ekspansioner dengan mengurangi tingkat pajak, maka pendapatan disposibel

masyarakat akan meningkat, sehingga konsumsi pun akan ikut meningkat.

Peningkatan konsumsi membuat permintaan uang oleh masyarakat bertambah, tingkat

suku bunga meningkat dan mata uang negara yang bersangkutan mengalami

apresiasi. Terapresiasinya suatu mata uang akan menyebabkan permintaan impor

melambung melebihi ekspornya yang pada akhirnya akan memperburuk neraca

perdagangan atau biasa disebut dengan defisit perdagangan (Krugman dan Obstfeld,

2005).

Neraca perdagangan menggambarkan kegiatan perdagangan barang dan jasa

suatu negara dengan negara lain. Semakin besar volume transaksi perdagangan suatu

negara, baik ekspor maupun impor, maka dapat dikatakan tingkat keterbukaan negara

tersebut semakin tinggi. Dalam dekade terakhir tingkat keterbukaan ekonomi dan

kinerja perdagangan di negara-negara ASEAN+3 terus mengalami peningkatan yang

26,7155,13 46,35

98,88

45,5219,15

220,35

32,14

0

50

100

150

200

250

Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea

utangpemerintah

(%terhadapPDB)

PDF Crea

tor - P

DF4Free

v2.0

http

://www.pd

f4free

.com

Page 28: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

4

signifikan. Pangsa perdagangan terhadap PDB pada tahun 2008 telah mencapai rata-

rata sebesar 142,09 persen (World Bank, 2010). Tingkat keterbukaan ekonomi yang

tinggi, membuat neraca perdagangan di negara-negara ASEAN+3 menjadi variabel

yang sangat penting untuk diperhatikan. Seperti terlihat pada Tabel 1 kondisi neraca

perdagangan negara-negara ASEAN+3 mengalami fluktuasi yang cukup besar dari

tahun ke tahun. Ketika terjadi guncangan terhadap neraca ini, sangat dimungkinkan

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Tabel 1 Neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3periode 2000-2010 (persen terhadap PDB)

Sumber : World Bank (2012)Angka negatif menunjukkan defisit perdagangan.

Perekonomian dunia kembali mendapatkan guncangan ketika terjadi krisis

keuangan global yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008. Hanya dalam

hitungan bulan, dampak krisis tersebut langsung dapat dirasakan oleh hampir

seluruh negara di dunia, tak terkecuali negara-negara ASEAN+3. Kebijakan

negara-negara maju berupa himbauan penggunaan produk-produk dalam negeri

berdampak pada penurunan permintaan produk ekspor negara-negara yang

menjadi mitra dagangnya, sehingga mengakibatkan terganggunya neraca

perdagangan. Terlihat pada Gambar 3, pertumbuhan volume ekspor barang dan

jasa seluruh negara-negara ASEAN+3 mengalami penurunan yang cukup tajam

pada tahun 2009. Diantara negara-negara ASEAN+3, Jepang mengalami

penurunan pertumbuhan volume ekspor yang paling signifikan yaitu sebesar 33,10

persen. Hal ini disebabkan kemajuan perekonomian Jepang yang memang

sebagian besar bertumpu pada kegiatan ekspor, khususnya produk mesin, terutama

ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

NegaraTahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Indonesia 9,8 8,1 10,5 8,3 6,3 7,3 4,7 4,2 5,4 4,0 1,1 2,8 1,6

Malaysia 22,0 25,1 19,2 17,4 17,3 19,7 20,4 22,8 22,6 20,6 23,2 21,5 17,8

Philipina -9,1 -3,9 -2,0 -6,7 -8,9 -7,5 -5,5 -5,6 -1,8 -0,1 -2,5 -1,1 -1,8

Singapura 21,7 17,2 12,9 15,6 17,5 27,9 25,7 29,4 29,8 32,3 20,9 23,6 28,1

Thailand 15,9 12,6 8,6 6,5 6,7 6,8 4,9 -1,1 3,5 8,4 2,6 10,6 7,4

China 4,3 2,7 2,4 2,1 2,6 2,2 2,6 5,5 7,7 8,8 7,7 4,4 3,9

Jepang 1,9 1,6 1,5 0,6 1,3 1,6 1,9 1,4 1,3 1,7 0,2 0,3 1,2

Korea 12,9 6,7 2,9 2,3 1,5 2,3 4,2 2,7 1,4 1,5 -1,2 3,7 2,8

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 29: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

5

Sumber : World Bank (2012)Gambar 3 Pertumbuhan volume ekspor barang dan jasa negara-negara di kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen).

1.2 Rumusan MasalahHubungan defisit fiskal, defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi

menjadi salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia.

Terdapat sebuah persepsi yang menyatakan bahwa defisit fiskal yang terlalu besar

dan dalam waktu yang relatif lama dapat memengaruhi variabel moneter yang

kemudian menjadi akar permasalahan dari ketidakstabilan kondisi makro ekonomi

suatu negara seperti inflasi yang tinggi, defisit perdagangan, kewajiban utang yang

besar dan pertumbuhan ekonomi yang rendah (Abimanyu, 2003).

Beberapa penelitian mengenai pola hubungan defisit fiskal dan defisit

perdagangan, yang lebih dikenal dengan istilah twin deficit menemukan hasil yang

berbeda pada masing-masing negara. Secara teori terdapat empat kemungkinan pola

hubungan kedua defisit tersebut. Pertama, pola hubungan yang menyatakan bahwa

defisit fiskal akan menyebabkan defisit perdagangan, yang berarti mendukung twin

deficit hypothesis (TDH). Pola hubungan yang kedua bahwa kedua defisit tersebut

tidak berkaitan satu sama lain, saling terpisah atau lebih dikenal dengan istilah

Ricardian equivalence hypothesis (REH). Pola hubungan ini biasanya ditunjukkan

dengan koefisien regresi yang bertanda negatif. Pola hubungan ketiga arahnya

berkebalikan dengan pola hubungan pertama, yaitu defisit perdagangan menyebabkan

defisit fiskal, dapat dikatakan bahwa negara tersebut menganut trade targeting.

Sedangkan pola hubungan terakhir menyatakan bahwa terdapat hubungan kausalitas

dua arah atau bi-directional antara defisit fiskal dan defisit perdagangan.

Ketidakpastian pola hubungan kedua defisit tersebut bergantung pada

kebijakan yang sedang dijalankan, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Pertumbuhanvolumeekspor

(%)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 30: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

6

moneter serta kondisi perekonomian masing-masing negara. Langkah apa yang

digunakan dalam pembiayaan defisit, rezim nilai tukar yang sedang dianut serta

target inflasi yang ditetapkan adalah contoh beberapa kebijakan yang diterapkan

oleh suatu negara. Ketika pola hubungan kedua defisit sudah dapat dipastikan,

maka perumusan kebijakan yang tepat dapat dilakukan. Hal ini diperlukan karena

kehadiran kedua defisit tersebut dalam perekonomian dianggap dapat

mengganggu kestabilan kondisi perekonomian suatu negara dalam jangka panjang

(Edwards, 2001).

Beberapa penelitian mengenai masalah ini diantaranya dilakukan oleh Corsetti

dan Muller pada tahun 2005. Penelitian ini menguji hubungan antara kedua defisit

dengan data triwulanan periode 1979:1-2005:3 pada empat negara maju yaitu

Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Kesimpulan yang didapatkan, defisit

fiskal pada tiga negara yaitu Kanada, Australia dan Inggris tidak menyebabkan defisit

perdagangan. Sedangkan pola hubungan satu arah yaitu defisit perdagangan

menyebabkan defisit fiskal terjadi di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan

pemerintah Amerika Serikat menggunakan penerimaan fiskal mereka untuk menutupi

defisit perdagangan atau disebut trade targeting. Sedangkan Baharumshah, Lau dan

khlid mengadakan penelitian tentang fenomena twin deficit di ASEAN-4 pada tahun

2006 dengan metode VAR. Didapatkan hasil bahwa pola hubungan antara kedua

defisit berbeda di masing-masing negara. Di Thailand defisit fiskal menyebabkan

defisit perdagangan, sementara di Indonesia defisit perdagangan menyebabkan defisit

fiskal. Sedangkan hubungan dua arah atau bi-directional antara defisit fiskal dan

defisit perdagangan terjadi di negara Malaysia dan Filipina.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatima, Ahmed dan Rehman

(2011) mengenai dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan

menemukan hasil bahwa defisit fiskal di negara ini menyebabkan penurunan

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan penelitian mengenai hubungan defisit

perdagangan dan krisis mata uang terhadap pertumbuhan ekonomi dengan sampel 67

negara telah dilakukan oleh Abmann pada tahun 2008. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut ditemukan bahwa kedua krisis, yaitu defisit perdagangan dan krisis mata

uang, mempunyai efek yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian identifikasi dan pemahaman yang baik mengenai pola

hubungan antara defisit fiskal dengan defisit perdagangan, serta dampak keduanya

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 31: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

7

terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN+3 mutlak diperlukan agar

kebijakan yang diterapkan dapat berjalan efektif dan tepat sasaran. Penelitian ini

melengkapi penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, dengan menguji

dampak kedua defisit sekaligus terhadap pertumbuhan ekonomi dengan faktor-

faktor pendukung lainnya. Kajian-kajian ilmiah tentang negara-negara ASEAN+3

diperlukan untuk menambah literatur yang ada sehingga dapat mendorong

pencapaian stabilitas kawasan yang semakin kokoh dan integrasi ekonomi yang

semakin kuat. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka permasalahan

pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterkaitan antara defisit fiskal, defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3?

2. Bagaimana dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan negara-negara

di kawasan ASEAN+3?

3. Bagaimana dampak defisit fiskal dan defisit perdagangan terhadap

pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Menganalisis keterkaitan antara defisit fiskal, defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3;

2. Menganalisis dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan negara-

negara di kawasan ASEAN+3;

3. Menganalisis dampak defisit fiskal dan defisit perdagangan terhadap

pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Memperoleh gambaran dan informasi yang lebih jelas mengenai dampak

defisit fiskal terhadap defisit perdagangan, serta dampak kedua defisit

terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3;

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 32: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

8

2. Menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat

untuk menanggulangi dampak dari defisit fiskal dan defisit perdagangan bagi

perekonomian di masa yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup delapan negara di kawasan

ASEAN+3 yang meliputi Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand,

China, Jepang dan Korea Selatan dengan menggunakan data tahunan dari tahun

1993-2010. Periode penelitian ini diambil untuk mengetahui dampak krisis

ekonomi dan krisis keuangan global terhadap pertumbuhan ekonomi negara-

negara ASEAN+3. Untuk memenuhi syarat analisis dan upaya menjawab

permasalahan penelitian, dari kombinasi data tahunan (time series) di negara-

negara ASEAN+3 (cross sectional) maka dibangun menjadi sebuah data panel

untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Mengacu pada hasil penelitian Achsani dan Siregar (2010), maka kedelapan

negara tersebut diatas dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Kelompok I (the big economy) : Singapura, China, Jepang dan Korea;

2. Kelompok II (the new industrialized countries) : Malaysia dan Thailand;

3. Kelompok III (the new Asian tiger) : Indonesia dan Filipina.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 33: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Pemerintah

Pemerintah adalah satu institusi yang dapat melakukan beberapa hal lebih

baik dari swasta atau individu. Pemerintah melalui kebijakan fiskal mempunyai

tiga fungsi utama yaitu fungsi alokasi, fungsi stabilisasi dan fungsi distribusi.

Fungsi alokasi berkaitan dengan cara pemerintah membelanjakan anggarannya

secara efektif dan efisien ditinjau dari sudut sektoral maupun daerah. Fungsi

stabilisasi berkaitan dengan penentuan arah pertumbuhan dalam mencapai

kestabilan perekonomian nasional yang mengarah pada pemanfaatan sumberdaya

secara penuh (full employment).

Sedangkan fungsi distribusi bertujuan untuk menghasilkan distribusi

kekayaan dan pendapatan yang merata antar golongan ekonomi dalam

masyarakat, karena kekuatan dan mekanisme pasar diyakini tidak akan pernah

dapat mewujudkannya. Distribusi pendapatan yang relatif merata merupakan satu

fenomena yang diinginkan oleh masyarakat secara umum. Tugas pemerintah

adalah memastikan bahwa terdapat pembagian pendapatan yang lebih merata di

antara kelompok-kelompok masyarakat. Analisis Keynes dalam The General

Theory, mengemukakan bahwa pemerintah dapat menggunakan kekuatan

perpajakan dan pengeluaran untuk meningkatkan pengeluaran agregat dalam

resesi dan depresi. Pemerintah dapat memengaruhi perekonomian makro melalui

dua saluran kebijakan: kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal

merujuk kepada perilaku pemerintah di bidang pengeluaran dan perpajakan,

dengan kata lain kebijakan anggarannya. Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas

tiga kategori, yaitu:

a. kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atau barang dan jasa;

b. kebijakan yang menyangkut perpajakan, dan

c. kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer (seperti kompensasi

pengangguran, tunjangan keamanan sosial, pembayaran kesejahteraan, dan

tunjangan veteran) kepada rumah tangga.

Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai

pelaku sektor publik. Pada prinsipnya kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 34: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

10

mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara. Kebijakan fiskal dalam hal

penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk mengukur mobilisasi

sumber dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Perpajakan

mempunyai tujuan ganda, yaitu menyediakan dana untuk kepentingan umum dan

memengaruhi tingkah laku ekonomi. Tingkat pajak dapat ditingkatkan untuk

menurunkan permintaan apabila ekonomi sedang baik dan diturunkan kalau ingin

meningkatkan permintaan pada waktu resesi. Berdasarkan sisi pengeluaran, dilihat

penggunaan dari dana yang diperoleh, yang ditujukan untuk mendukung

tercapainya sasaran dan tujuan negara.

Sumber-sumber penerimaan negara antara lain dari pajak, penerimaan

bukan pajak serta bantuan/pinjaman dari luar negeri. Pengeluaran dibagi menjadi

dua kelompok besar yakni pengeluaran yang bersifat rutin seperti membayar gaji

pegawai dan belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan. Secara

umum, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan

terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang

tercantum dalam APBN (Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara).

2.2 Defisit Fiskal

Selisih antara penerimaan dan belanja pemerintah akan membentuk

tabungan ataupun defisit yang tergantung besaran nilai selisihnya. Tabungan

terbentuk apabila penerimaan pemerintah lebih besar daripada belanjanya. Jika

belanja pemerintah lebih besar daripada penerimaannya maka negara tersebut

akan mengalami defisit fiskal. Secara identitas, menurut Musgrave (1980) konsep

surlus/defisit tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

GB = [R + G] – [E + (L – Re)] …………………………………………….. (2.1)

dimana :

GB = Government Balance, defisit jika (-) dan surplus jika (+);

R = Revenue (penerimaan/pendapatan pemerintah);

G = Grant (hibah);

E = Expenditure (pengeluaran/belanja pemerintah);

L = Lending (pemberian pinjaman/piutang);

Re = Repayment (pembayaran kembali utang).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 35: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

11

Pembiayaan defisit fiskal dapat dilakukan melalui dua sumber, yaitu

pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan dalam negeri adalah

semua pembiayaan yang berasal dari perbankan dan non perbankan dalam negeri

yang meliputi penerbitan obligasi pemerintah atau surat utang negara, privatisasi

BUMN dan dukungan infrastruktur. Sedangkan pembiayaan luar negeri bersih

adalah semua pembiayaan yang berasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri

yang terdiri dari pinjaman program dan pinjaman proyek, dikurangi dengan

pembayaran cicilan pokok utang/pinjaman luar negeri.

Efek yang ditimbulkan dari kedua sumber pembiayaan tersebut akan

berbeda. Pertama, ketika defisit fiskal didanai melalui pinjaman yang bersumber

dari sistem perbankan dalam negeri, maka sistem perbankan akan dipaksa untuk

mengurangi pemberian kredit kepada sektor swasta sebagai akibat dari pemberian

kredit kepada pemerintah. Fenomena ini biasa dikenal dengan istilah “crowding

out effect”. Kedua, pinjaman dalam negeri non-perbankan dengan cara

mengeluarkan obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN) yang dijual

kepada masyarakat atau dunia usaha di dalam negeri. Melalui metode pembiayaan

ini, pemerintah dapat memperoleh dana pinjaman tanpa menimbulkan dampak

peningkatan uang primer yang dapat menimbulkan inflasi. Tetapi seperti halnya

dengan pinjaman dari sistem perbankan, metode pembiayaan yang demikian

dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif (crowding out effect) terhadap

dunia usaha, karena pemerintah akan berkompetisi dengan dunia usaha dalam

mencari pembiayaan untuk investasi pada sumber yang sama. Pemerintah juga

harus menawarkan tingkat bunga yang kompetitif agar masyarakat dan dunia

usaha tertarik untuk membeli dan memegang obligasi yang dikeluarkan

pemerintah. Hal ini cenderung akan mendorong suku bunga pasar semakin

meningkat. Untuk dapat memanfaatkan metode pembiayaan ini secara optimal,

sebagai prasyarat, diperlukan faktor penunjang yaitu tersedianya pasar keuangan

atau pasar obligasi yang memadai (Widodo, 2003).

Dan ketika defisit perdagangan dibiayai oleh pinjaman dari luar negeri maka

efek yang ditimbulkan akan berbeda. Walaupun tidak bersifat non-nflationary dan

tidak menyebabkan crowding-out, pembiayaan dengan pinjaman luar negeri dapat

menjadi pemicu terjadinya krisis neraca pembayaran. Kenaikan suku bunga

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 36: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

12

pinjaman di luar negeri dan terdepresiasinya nilai tukar domestik akan

mengakibatkan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri dalam

mata uang domestik akan semakin membengkak.

Menurut Barro (1989) ada beberapa sebab terjadinya defisit fiskal, yaitu :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana

yang besar pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara

melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari

pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan

pajak. Negara memang di bebani tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan

kesejahteraan warga negaranya.

2. Pemerataan pendapatan masyarakat.

Pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di

seluruh wilayah, sehingga pemerintah mengeluarkan biaya yang besar untuk

pemerataan pendapatan tersebut. Misalnya pengeluaran subsidi transportasi ke

wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah tersebut dapat

menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang

lebih maju.

3. Melemahnya nilai tukar.

Bila suatu negara melakukan pinjaman luar negeri, maka negara tersebut

akan mengalami masalah bila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini

disebabkan karena nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, sedangkan

pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan mata uang negara

peminjam tersebut. Misalnya apabila nilai tukar rupiah mengalami depresiasi

terhadap mata uang dollar AS, maka pembayaran cicilan pokok dan bunga

pinjaman yang akan dibayarkan juga membengkak. Sehingga pembayaran cicilan

pokok dan bunga pinjaman yang diambil dari APBN bertambah, lebih dari apa

yang dianggarkan semula.

4. Pengeluaran akibat krisis ekonomi.

Krisis ekonomi akan menyebabkan meningkatnya pengangguran, sementara

penerimaan pajak akan menurun akibat melemahnya sektor-sektor perekonomian

sebagai dampak krisis tersebut, padahal negara harus bertanggung jawab untuk

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 37: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

13

menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini negara

terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk program-program kemiskinan dan

pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan yang miskin.

5. Realisasi yang menyimpang dari rencana.

Apabila realisasi penerimaan negara meleset dibanding dengan yang telah

direncanakan, atau dengan kata lain rencana penerimaan negara tidak dapat

mencapai sasaran seperti apa yang direncanakan, maka berarti beberapa kegiatan

proyek atau program harus dipotong. Pemotongan proyek itu tidak begitu mudah,

karena bagaimanapun juga untuk mencapai kinerja pembangunan, suatu proyek

tidak bisa berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan proyek lain. Jika hal ini terjadi,

negara harus menutup kekurangan, agar kinerja pembangunan dapat tercapai

sesuai dengan rencana semula.

6. Pengeluaran karena inflasi.

Penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar

harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun

anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan

tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun.

Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga barang berarti biaya

pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggaran tetap sama.

Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program,

sehingga anggaran negara perlu direvisi. Akibatnya, negara terpaksa

mengeluarkan dana dalam rangka menambah standar harga.

Dampak negatif yang ditimbulkan defisit fiskal terhadap kondisi makro

ekonomi saling terkait satu dengan yang lain. Diantaranya adalah (1) tingkat

bunga akan meningkat, (2) memburuknya neraca perdagangan akibat turunnya

kinerja ekspor, (3) menimbulkan terjadinya inflasi, (4) berkurangnya pendapatan

riil masyarakat yang mengakibatkan berkurangnya tingkat tabungan dan

konsumsi, (5) pengangguran meningkat, dan (6) turunnya investasi yang disusul

dengan rendahnya pertumbuhan.

2.3 Defisit Perdagangan

Neraca perdagangan hanya terdapat pada negara yang menganut sistem

perekonomian terbuka, karena transaksi-transaksi yang tercakup didalamnya

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 38: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

14

merupakan transaksi domestik suatu negara dengan negara lain atau sering disebut

dengan istilah perdagangan internasional. Menurut Halwani (2005), sebab-sebab

yang mendorong perdagangan internasional adalah perbedaan potensi sumber

daya alam (natural resources), sumber daya modal (capital resources), sumber

daya manusia (human capital) dan kemajuan teknologi antarnegara. Sementara

menurut Teorema Heckser-Ohlin (H-O theorem) menyatakan bahwa sebuah

negara akan mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menyerap

faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu dan dalam waktu

yang bersamaan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumber

daya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut.

Neraca perdagangan (trade balance) atau sering disingkat transaksi berjalan

merupakan sebuah neraca khusus yang mencatat transaksi barang dan jasa

internasional serta transfer unilateral bersih dari negara lain. Secara matematis,

definisi CA adalah :

CA = EX – IM + Net …………………………………………………….. (2.2)

dimana:

CA = Current Account atau neraca perdagangan

EX = Ekspor

IM = Impor

Net = Pendapatan dan transfer bersih dari luar negeri

Untuk menyederhanakan, pendapatan dan transfer dari luar negeri diasumsikan

tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap neraca perdagangan. Sehingga

persamaan diatas dapat ditulis ulang menjadi:

CA = EX – IM ……………………………………………………….….. (2.3)

Berdasarkan persamaan (2.8), neraca perdagangan merupakan selisih antara

nilai ekspor dan nilai impor suatu negara. Apabila nilai impor suatu negara

melebihi nilai ekspornya, maka maka negara tersebut mengalami defisit

perdagangan. Suatu negara disebut mengalami surplus transaksi berjalan jika nilai

ekspor lebih besar daripada nilai impornya.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 39: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

15

2.4 Hubungan Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan

Hubungan defisit fiskal dan defisit perdagangan dapat dijelaskan secara

lengkap melalui persamaan pendapatan nasional pada perekonomian terbuka.

Persamaan tersebut dapat dituliskan :

Y = C + I + G + X – M …………………………………………… (2.4)

dimana Y adalah pendapatan nasional, C adalah konsumsi swasta, I adalah

investasi swasta, G adalah pengeluaran pemerintah, X adalah ekspor barang dan

jasa serta M adalah impor barang dan jasa. Pada sisi lain tabungan swasta

merupakan bagian dari pendapatan disposibel yang tidak digunakan untuk

membiayai konsumsi.

S = Y – T – C …………………………………………………….. (2.5)

dimana T adalah tingkat pajak. Dengan pengaturan ulang kedua persamaan diatas,

didapatkan persamaaan :

Y – T – C = I + G – T + X – M ………………………………….. (2.6)

S = I + G – T + X – M ………………....……………...... (2.7)

(X – M) = (S – I) + (T – G) …………………....………………. (2.8)

Persamaan diatas menunjukkan neraca perdagangan berhubungan dengan

keseimbangan fiskal melalui perbedaan tabungan dan investasi swasta. Ketika

pemerintah mengalami defisit fiskal (T–G < 0), dengan asumsi gap antara

tabungan dan investasi swasta tetap, maka akan menghasilkan defisit perdagangan

(X–M < 0). Tetapi ketika defisit fiskal dapat dibiayai dengan surplus sektor

swasta, dengan tingkat tabungan lebih besar dari investasi, maka hal ini tidak akan

menimbulkan defisit perdagangan (Afonso dan Rault, 2008). Sementara surplus

transaksi berjalan terjadi ketika tabungan nasional lebih besar dari investasinya.

Ketika terjadi defisit fiskal yang mengurangi tabungan nasional, maka akan

mengurangi investasi atau mengurangi ekspor neto ataupun mengurangi

keduanya. Terdapat empat kemungkinan pola hubungan twin deficits, yaitu :

1. Tidak terdapat hubungan antara defisit fiskal dan defisit perdagangan.

Pandangan ini sering disebut dengan Ricardian Equivalence Hypothesis

(REH). Mengacu pada persamaan (2.8) bahwa penurunan tingkat pajak sekarang

akan diasumsikan sebagai penundaan tingkat pajak pada masa depan. Sehingga

masyarakat akan menambah tingkat tabungan dengan mengurangi konsumsi

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 40: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

16

Aliran modalkeluar netto, CF

Ekspor neto, NX

Kurs, e

NX (e)

LM1

3

2

5

6

4

r

sekarang untuk membayar peningkatan pajak di masa depan. Penurunan tabungan

pemerintah akan di offside dengan peningkatan tabungan swasta, sehingga

tabungan nasional tidak akan mengalami perubahan. Kehadiran defisit fiskal tidak

akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan ketika negara tersebut mempunyai

tingkat tabungan yang tinggi (Barro, 1989).

2. Defisit fiskal menyebabkan defisit perdagangan.

Dengan asumsi gap tabungan dan investasi tetap, maka defisit fiskal akan

menyebabkan defisit perdagangan. Pandangan ini lebih dikenal dengan

Keynessian Proposition. Defisit fiskal akan meningkatkan penyerapan domestik,

sehingga akan memperluas impor dan memperburuk defisit perdagangan. Jadi

defisit fiskal akan menyebabkan peningkatan pengeluaran domestik terhadap

barang luar negeri, akan menekan ekspor ke bawah dan meningkatkan impor.

Pandangan ini disebut dengan Twin Deficit Hypothesis.

Hal ini juga dapat dijelaskan menggunakan analisis Mundell-Fleming

framework, pada rezim nilai tukar mengambang dengan asumsi perekonomian

terbuka kecil dan mobilitas modal sempurna. Defisit fiskal akibat peningkatan

pengeluaran pemerintah atau penurunan tingkat pajak, akan mendorong ke atas

tingkat suku bunga, seperti yang terlihat pada Gambar 4.(a) Model IS-LM (b) Aliran Modal Keluar Neto

(c) Pasar Valuta Asing

Sumber: Mankiw (2006)

Gambar 4 Ekspansi fiskal dalam perekonomian terbuka dan kurs mengambang.

Output, Y

r

CF (r)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 41: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

17

Peningkatan tingkat suku bunga tersebut menyebabkan terjadinya arus

modal masuk (capital inflows) dan membuat nilai tukar terapresiasi, dan

berdampak pada penurunan daya saing produk domestik di pasar internasional,

impor akan lebih besar daripada ekspor menyebabkan terjadinya defisit

perdagangan. Di bawah rezim nilai tukar tetap, defisit fiskal akan menghasilkan

pendapatan riil yang lebih tinggi dan akan memperburuk kondisi keseimbangan

neraca perdagangan. Pada intinya, kehadiran defisit fiskal akan menyebabkan

defisit perdagangan baik dibawah rezim nilai tukar tetap maupun mengambang

dengan mekanisme yang berbeda (Bose dan Jha, 2011).

Selain itu, twin deficit hypothesis juga akan terjadi ketika institusi fiskal

yaitu pemerintah di masing-masing negara kurang tanggap dalam merespon setiap

surplus atau defisit fiskal yang terjadi. Kebijakan fiskal yang tidak responsif akan

menyebabkan defisit fiskal memengaruhi tingkat suku bunga dan akan berdampak

pada nilai tukar. Perubahan nilai tukar inilah yang rentan menyebabkan defisit

perdagangan (Artana, et.al, 2003).

3. Defisit perdagangan menyebabkan defisit fiskal.

Terjadi ketika defisit perdagangan yang memperlambat pertumbuhan

ekonomi dibiayai dengan peningkatan pengeluaran pemerintah sehingga

menyebabkan defisit fiskal. Sering disebut dengan “trade targeting”. Kasus ini

terutama terjadi pada perekonomian suatu negara yang sangat bergantung pada

aliran modal asing (foreign direct investment) dan posisi anggarannya dipengaruhi

oleh akumulasi hutang yang tinggi. Atau hal ini dialami oleh negara dengan

tingkat keterbukaan yang besar atau tengah melakukan ekspansi pasar sehingga

pemerintah negara yang bersangkutan merasa bahwa neraca perdagangan sangat

penting dan diperlukan suntikan dana yang besar dari pemerintah untuk menutupi

defisit perdagangan yang dialami negara tersebut (Chang dan Hsu, 2009).

4. Hubungan kausalitas dua arah (bi-directional) antara defisit fiskal dan defisit

perdagangan.

Ketika masing-masing defisit saling dependen, dapat saling menyebabkan

satu sama lain, sering disebut dengan Feldstein-Horioka Puzzle. Empat

kemungkinan tipe hubungan twin deficits dapat dilihat pada Gambar 5.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 42: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

18

Sumber : Chang dan Hsu (2009)Gambar 5 Empat kemungkinan tipe hubungan twin deficits.

2.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi Model Keynesian

Peran investasi yang merupakan komponen pengeluran pemerintah yang

bersifat pembangunan dapat dipisahkan atas perannya sebagai komponen

pengeluaran agregat dan perannya dalam proses produksi. Investasi merupakan

bagian dari komponen pengeluaran agregat, sedangkan stok kapital fisik

merupakan bagian dari faktor produksi dalam fungsi produksi sektoral atau

agregat. Berdasarkan katagori tersebut, penjelasan teoritis mengenai peran

investasi akan dilihat dari sisi permintaan dalam sebuah model makroekonomi dan

sisi penawaran yang direpresentasikan oleh model pertumbuhan ekonomi. Pada

bagian ini akan diuraikan teori sisi permintaan yaitu model ekonomi makro

Keynesian.

Model ekonomi makro Keynesian merupakan teori yang menjelaskan

fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek dengan menfokuskan perhatiannya pada

sisi pengeluaran agregat. Identitas Produk Nasional Bruto (PNB) standar

Keynesian, dapat diilustrasikan sebagai berikut:

C + I + G + (X-M) = PNB = C + S + T + Rf …………………… (2.9)

Keterangan:

C : total pengeluaran konsumsi rumahtangga terhadap barang dan jasa

I : investasi

G : pengeluaran pemerintah

(X – M) : ekspor bersih barang dan jasa

S : tabungan swasta bruto

T : penerimaan pajak bersih

Rf : total pembayaran transfer ke luar negeri

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 43: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

19

Identitas di atas menunjukkan bahwa kondisi ekuilibrium dicapai ketika total

pengeluaran agregat sama dengan total pendapatan agregat dan keduanya sama

dengan total nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan suatu

perekonomian. Pada posisi keseimbangan, nilai ekspor bersih sama dengan total

pembayaran ke luar negeri, sehingga kedua komponen ini dapat dikeluarkan untuk

penyederhanaan identitas pendapatan nasional, sebagai berikut:

C + I + G = PNB = C + S + T ……………………………………(2.10)

Seluruh komponen pengeluaran dan pendapatan agregat apabila dideflasikan

terhadap tingkat harga umum yang berlaku, diperoleh identitas pendapatan

nasional dalam nilai riil sebagai berikut:

c + i + g = y = c + s + t ………………………………………… (2.11)

Keterangan:

t = t’y; t‘ > 0

c = c’yd; c’ > 0

s = s’yd ; s’ > 0

ii = ;

gg = ;

yd = y – ty;

Pada persamaan penerimaan pajak (t), total pengeluaran konsumsi (c) dan

total tabungan (s) semuanya merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, dengan

kecenderungan tambahan pajak (t’) atau marginal propensity to tax (MPT),

kecenderungan tambahan konsumsi (c’) atau marginal propensity to consume

(MPC) dan kecenderungan tambahan tabungan (s’) atau marginal propensity to

save (MPS) positif tetapi lebih kecil dari satu. Pada persamaan investasi swasta (i)

dan pengeluaran pemerintah (g) diasumsikan sebagai peubah eksogen.

Seluruh komponen pengeluaran agregat apabila disubstitusikan ke sisi

pengeluaran pada persamaan asal akan diperoleh pengeluaran agregat riil sebagai

berikut:

gityycy ++−= )( ........................................................................ (2.12)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 44: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

20

Derivasi total pendapatan nasional, y, terhadap komponen-komponen c, t, g dan i

pada persamaan diatas dan menyusunnya kembali akan menghasilkan efek

pengganda (multiplier) pendapatan dari perubahan peubah eksogen investasi

swasta dan pengeluaran pemerintah sebagai berikut:

)()1(1

1 gdidtc

dy +−−

= ................................................................. (2.13)

Pada persamaan diatas, setiap perubahan peubah eksogen investasi swasta

dan pengeluaran pemerintah akan mengakibatkan perubahan pendapatan nasional

sebesar hasil kali angka pengganda dengan kenaikan komponen pengeluaran

tersebut. Besarnya dampak kenaikan investasi dan pengeluaran pemerintah

tergantung pada MPC dan MPT. Semakin besar MPC dan semakin kecil MPT

maka semakin besar dampak perubahan investasi dan pengeluaran pemerintah

terhadap pendapatan nasional.

2.6 Hubungan Defisit Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi

Ada dua kelompok besar yang berbeda pendapat mengenai dampak defisit

fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua kelompok tersebut adalah kaum

Keynesian dan Neoklasik.

2.6.1 Kelompok Keynesian

Kelompok pertama adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit

fiskal berpengaruh secara positif terhadap perekonomian. Kelompok Keynesian

mengasumsikan bahwa pelaku ekonomi mempunyai pandangan jangka pendek

(myopic), hubungan antar generasi tidak erat, serta tidak semua pasar selalu dalam

posisi keseimbangan. Salah satu ketidakseimbangan terjadi di pasar tenaga kerja,

dan dalam perekonomian selalu terjadi pengangguran. Menurut kaum Keynesian,

defisit anggaran akan menigkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi

pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban

pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan

peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang

siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara

keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh,

peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 45: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

21

peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan

pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier

Keynesian. Karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat

pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga akan

meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit fiskal dalam

jangka pendek akan menguntungkan perekonomian.

2.6.2 Kelompok Neoklasik

Kelompok Neoklasik mengkritisi pendapat dari kelompok Keynesian

dengan melakukan perluasan lebih lanjut pada model Keynes, melihat dampak

defisit fiskal dalam jangka panjang. Kelompok ini berpendapat bahwa setiap

individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat merencanakan

tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran dengan

pemotongan pajak akan meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu

hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka

panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh

sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan

menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku

bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum

Neoklasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit

anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur (crowding-

out). Sehinggan besaran pengganda pada model Keynes akan berkurang karena

adanya crowding out. Secara umum kaum Neoklasik berpendapat bahwa defisit

anggaran akan merugikan perekonomian dengan mengurangi tingkat pertumbuhan

ekonomi.

Menurut Abimanyu (2003) besaran turunnya dampak pengganda akan

tergantung pada hal-hal berikut:

1. Sensitivitas investasi terhadap tingkat bunga, naiknya sensitivitas investasi

terhadap tingkat bunga akan menurunkan koefisien pengganda. Namun

demikian, apabila investasi merupakan fungsi positif dari pendapatan, maka

angka pengganda tidak terlalu berpengaruh.

2. Hubungan antara permintaan uang dengan tingkat bunga dan pendapatan.

Semakin besar pengaruh tingkat bunga terhadap permintaan uang, akan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 46: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

22

semakin menekan besarnya dampak pengganda, sebaliknya dengan kenaikan

pendapatan.

3. Tingkat keterbukaan ekonomi dan sistem nilai tukar yang digunakan.

Keterbukaan ekonomi menimbulkan peluang substitusi permintaan, dari

domestik menjadi impor, sehingga memperkecil dampak kebijakan fiskal

yang diharapkan. Terkait dengan sistem nilai tukar, sistem nilai tukar

fleksibel yang digunakan dapat meningkatkan crowding out, sehingga

menurunkan efektivitas stimulus fiskal.

4. Flesibelitas harga berpengaruh secara negatif terhadap besarnya pengganda.

5. Rational expectation, apabila kebijakan stimulus fiskal ditempuh secara

permanen, maka hal tersebut akan menimbulkan harapan naiknya tingkat

bunga dan menguatnya nilai tukar. Sehingga stimulus fiskal menjadi kurang

efektif, karena mempunyai crowding out yang cukup besar.

2.7 Hubungan Defisit Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan nasional dalam sebuah perekonomian terbuka merupakan

penjumlahan belanja domestik dan pengeluaran pihak luar negeri atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi domestik, dapat dituliskan :

Y = C + I + G + EX – IM ……………………………………………… (2.14)

Persamaan diatas menunjukkan salah satu alasan mengapa transaksi berjalan

penting bagi perekonomian suatu negara. Karena sisi kanan persamaan merupakan

pengeluaran total atas output domestik, maka perubahan-perubahan dalam

transaksi berjalan dapat merubah output atau merubah pendapatan nasional.

Transaksi berjalan juga penting karena ia mengukur arah dan besarnya

pinjaman internasional. Ketika suatu negara mengimpor lebih banyak daripada

mengekspor, maka ia membeli dari pihak-pihak luar negeri lebih banyak daripada

jumlah yang ia jual kepada mereka. Akibatnya negara tersebut mengalami defisit

perdagangan, dan akan membayar impornya dengan menarik pinjaman dari

negara yang mengekspor. Akibatnya suatu negara yang mengalami defisit

perdagangan akan menambah utang luar negerinya sebanyak jumlah defisitnya

tersebut. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian

negara yang bersangkutan (Krugman dan Obstfeld, 2005).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 47: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

23

2.8 Hubungan PDB Negara Lain dan Defisit perdagangan

Dengan mengasumsikan bahwa impor suatu negara adalah konstan, maka

variabel yang menentukan kondisi neraca perdagangan hanyalah ekspor. Ekspor

merupakan bagian dari permintaan luar negeri atas barang dan jasa yang

diproduksi domestik. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu variabel yang

memengaruhi ekspor adalah pendapatan atau output negara lain, terutama negara

yang menjadi tujuan utama ekspor negara tersebut. Semakin besar pendapatan

negara tujuan ekspor maka permintaan atas barang dan jasa domestik akan

meningkat. Ketika terjadi peningkatan ekspor, hal ini berarti bahwa neraca

perdagangan akan mengalami surplus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pendapatan atau output negara lain akan memberikan dampak positif terhadap

neraca perdagangan, atau pendapatan negara lain akan mengurangi defisit

perdagangan. Selain pendapatan negara lain, variabel yang memengaruhi ekspor

adalah nilai tukar riil. Yaitu perbandingan harga barang domestik dengan harga

barang di negara lain. Semakin rendah nilai tukar riil, atau mata uang domestik

terdepresiasi, maka semakin murah harga barang domestik sementara harga

barang negara lain semakin mahal, sehingga akan terjadi peningkatan ekspor

(Blanchard, 2005). Persamaan fungsi ekspor dapat dituliskan:

EX = EX ( Y*, ) ………………………………………………………… (2.15)( + , - )

dimana EX adalah ekspor, Y* adalah output atau pendapatan negara lain dan

adalah nilai tukar riil.

2.9 Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dijelaskan melalui kurva

permintaan agregat. Kurva ini diturunkan dari kondisi keseimbangan pasar barang

dan pasar uang. Keseimbangan pasar barang (kurva IS):

Y = C(Y-T) + I(Y,i) + G ………………………………………………. (2.16)

Keseimbangan ini menunjukkan bahwa total output akan sama dengan total

permintaan barang yaitu jumlah dari konsumsi, investasi dan pengeluaran

pemerintah.

Keseimbangan pasar uang (kurva LM):

………………………………………………………….….. (2.17)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 48: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

24

Keseimbangan pasar uang menunjukkan bahwa penawaran uang akan sama

dengan permintaan uang. Pada sisi kiri persamaan kurva LM adalah real money

stock, M/P. Perubahan real money stock dapat disebabkan oleh perubahan uang

nominal, M, yang dilakukan oleh bank sentral dan juga dapat disebabkan karena

perubahan tingkat harga P. Kenaikan tingkat harga sebesar 10 persen akan sama

dampaknya terhadap real money stock dengan penurunan uang nominal sebesar

10 persen. Menggunakan relasi kurva IS dan LM, kita dapatkan hubungan antara

tingkat harga dan tingkat output dari keseimbangan pasar barang dan pasar uang.

Kurva IS downward sloping, peningkatan suku bunga akan menyebabkan

pengurangan output. Sementara kurva LM upward sloping, dengan nilai real

money stock yang telah ditentukan, peningkatan output akan meningkatkan

permintaan uang dan suku bunga akan naik untuk menjaga jumlah permintaan

uang sama dengan penawaran uang. Sehingga keseimbangan awal kedua pasar

adalah dititik A.

Kita lihat efek yang akan ditimbulkan ketika terjadi kenaikan tingkat harga

dari P ke P’. Dengan stok uang nominal yang tetap, peningkatan harga akan

mengurangi real money stock. Hal ini akan menggeser kurva LM ke kiri

disepanjang kurva IS, dan akan mengakibatkan peningkatan suku bunga dari i ke

i’ serta penurunan output dari Y ke Y’. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan

tingkat harga dari P ke P’ akan menyebabkan penurunan output dari Y ke Y’,

sehingga titik keseimbangan bergeser dari A ke A’. Terdapat hubungan negatif

antara output dan tingkat harga, yang ditunjukkan dengan kurva permintaan

agregat downward sloping. Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 6.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 49: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

25

Sumber: Blanchard (2005)

Gambar 6 Penurunan kurva permintaan agregat.

2.10 Hubungan Keterbukaan Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan

internasional sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam lingkup dan ruang

yang masih terbatas. Perdagangan internasional berlangsung atas dasar saling

percaya dan saling menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual-beli

antara pedagang dari berbagai penjuru dunia. Menurut Halwani (2005), sebab-

sebab yang mendorong perdagangan internasional adalah perbedaan potensi

sumber daya alam (natural resources), sumber daya modal (capital resources),

sumber daya manusia (human capital) dan kemajuan teknologi antarnegara.

Sejumlah keunggulan khusus yang dimiliki oleh masing-masing negara akan

dijadikan basis dalam meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan.

Teori pertumbuhan ekonomi dalam hubungannya dengan perdagangan dapat

dilacak kembali pada teori keunggulan absolut oleh Adam Smith pada tahun 1776

dan teori keunggulan komparatif oleh David Ricardo pada tahun 1817 (Salvatore,

1997). Menurut teori keunggulan absolut (absolut advantage theory), jika sebuah

negara lebih efisien daripada negara lain dalam memroduksi sebuah komoditas

(memiliki keunggulan absolut), namun kurang efisien dibanding negara lain

dalam memroduksi komoditas lainnya (memiliki kerugian absolut) maka kedua

negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 50: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

26

melakukan spesialisasi pada komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditas yang memiliki kerugian absolut.

Sementara itu, menurut teori keunggulan komparatif (comparative

advantage theory), meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain

dalam memroduksi kedua komoditas (tidak memiliki keunggulan absolut) maka

kedua negara masih dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua

belah pihak. Caranya adalah negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam

memroduksi dan mengekspor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih

kecil (memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki

kerugian absolut lebih besar atau memiliki kerugian komparatif.

Lebih lanjut, Eli Hecksher dan Bertil Ohlin dalam teorinya (factor-

proportion theory) menekankan adanya saling keterkaitan antara perbedaan

proporsi faktor-faktor produksi antarnegara dan perbedaan proporsi dalam

penggunaannya untuk memroduksi berbagai macam barang. Teorema Hecksher-

Ohlin (H-O theorem) menyatakan bahwa sebuah negara akan mengekspor

komoditas yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif

melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang bersamaan mengimpor

komoditas yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan

mahal di negara tersebut.

Kemudian, Paul Samuelson menelaah sebuah teorema mengenai penyamaan

harga faktor (price factor equalization theorem) yang merupakan kelanjutan dari

teorema Hecksher-Ohlin. Pada intinya teorema tersebut (H-O-S theorem)

menyatakan bahwa perdagangan internasional akan mendorong terjadinya

penyamaan harga-harga faktor, baik secara relatif maupun secara absolut, di

antara negara-negara yang terlibat di dalamnya. Artinya bahwa perdagangan

internasional akan membuat tingkat upah riil tenaga kerja menjadi homogen,

demikian pula terjadi pada tingkat hasil (bunga modal), yakni risiko dan

produktivitas modal relatif sama, di negara-negara yang terlibat dalam

perdagangan (Salvatore, 1997).

2.11 Penelitian Terdahulu

Hubungan defisit fiskal dan defisit perdagangan sebenarnya telah menjadi

isu yang menarik bagi para peneliti sejak dekade 1980-an ketika terjadi

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 51: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

27

ketidakseimbangan neraca perdagangan di Amerika Serikat dan Jepang yang

sangat besar. Sementara defisit perdagangan Amerika Serikat mencapai titik

terendah, di lain pihak surplus transaksi berjalan Jepang mencapai titik

puncaknya. Yang menjadi masalah adalah karena surplus ekspor Jepang sebagian

besar bersumber dari pasar Amerika Serikat, sehingga Jepang menjadi sasaran

utama kemarahan penduduk Amerika Serikat.

Beberapa pembuat kebijakan internasional menuding ketidakseimbangan

transaksi berjalan tersebut sebagai penyebab utama meningkatnya defisit anggaran

pemerintah di Amerika Serikat dan mengurangi defisit anggaran pemerintah

Jepang. Dari hasil kajian teori berdasarkan data-data yang tersedia, tanpa

dilakukan pengujian empiris, disimpulkan bahwa di Amerika Serikat defisit fiskal

bukan merupakan penyebab terjadinya defisit perdagangan, tetapi karena ada

faktor lain yaitu lonjakan investasi domestik akibat pemberlakuan keputusan

pemotongan pajak yang memberikan banyak insentif investasi. Sedangkan untuk

kasus negara Jepang didapatkan kesimpulan bahwa perubahan-perubahan dalam

defisit anggaran pemerintah Jepang merupakan faktor penting yang sangat

memengaruhi posisi transaksi berjalannya (Krugman dan Obstfeld, 2005).

Perbedaan hubungan defisit fiskal dan defisit perdagangan di kedua negara

inilah yang menjadi awal kemunculan penelitian-penelitian berikutnya. Penelitian

yang akan dilakukan ini tidak hanya menguji secara empiris hubungan kedua

defisit pada masing-masing negara ASEAN+3, tetapi melakukan pengujian lebih

lanjut tentang dampak yang ditimbulkan oleh kedua defisit terhadap pertumbuhan

ekonomi, secara ringkas kajian penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran

1. Untuk lebih memperjelas, tinjauan penelitian terdahulu dibagi menjadi tiga

bagian:

2.11.1 Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan

Penelitian yang dilakukan oleh Baharumshah, Lau dan Khalid (2006)

menguji fenomena twin deficits hypothesis di empat negara ASEAN

menggunakan metode VAR dengan data triwulanan dari tahun 1976:1-2000:4.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara defisit

fiskal dan defisit perdagangan dalam jangka panjang, hubungan tersebut

dijelaskan melalui variabel suku bunga dan nilai tukar. Di Thailand hubungan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 52: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

28

yang terjadi adalah defisit fiskal memengaruhi defisit perdagangan, sedangkan di

Indonesia arah hubungan adalah sebaliknya Indonesia menganut trade targeting.

Sementara di Malaysia dan Filipina kedua defisit mempunyai hubungan kausalitas

dua arah atau saling menyebabkan satu sama lain.

Ardiyanto (2006) melakukan penelitian mengenai hubungan defisit

perdagangan dan defisit fiskal di Indonesia. Hasil analisis dengan metode VAR

selama periode 1981-2004 menunjukkan bahwa suku bunga signifikan

memengaruhi kedua defisit. Di Indonesia terdapat hubungan satu arah antara

kedua defisit yaitu defisit perdagangan menyebabkan defisit fiskal, sama dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Baharumshah, Lau dan Khalid pada tahun

2006.

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Bartolini dan Lahiri (2006)

dengan menggunakan metode data panel Fixed Effect Model (FEM) pada negara-

negara OECD tahun 1972-2003. Variabel yang digunakan adalah defisit fiskal,

defisit perdagangan, konsumsi, tabungan, pertumbuhan penduduk dan hutang.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan defisit fiskal yang terjadi pada negara-

negara OECD akan meningkatkan tingkat konsumsi dan mengurangi tabungan

nasional. Selanjutnya peningkatan defisit fiskal sebesar 1 persen akan

menyebabkan defisit perdagangan di negara yang bersangkutan meningkat sebesar

0,6 persen.

Chang dan Hsu (2006) melakukan studi “Causality Relationships Between

the Twin Deficits in the Regional Economy”. Studi ini mengambil 5 negara Eropa

(Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia), 4 negara macan Asia

(Hongkong, Korea, Singapura, Taiwan) dan Amerika Serikat. Twin deficit

hypothesis terbukti di semua negara yang diteliti, dengan kekuatan hubungan yang

berbeda di masing-masing negara. Dengan obyek penelitian yang jauh lebih

banyak yaitu 176 negara, Abbas et al (2010) melakukan pengujian dengan

menggunakan dua metode ekonometrik yang berbeda sekaligus yaitu VAR dan

panel data. Penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu defisit fiskal, defisit

perdagangan, PDB riil per kapita, keterbukaan perdagangan serta keterbukaan

finansial dengan periode waktu dari tahun 1980-2007. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan dua metode ekonometrik yang berbeda ternyata

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 53: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

29

memberikan kesimpulan yang sama yaitu terdapat hubungan yang signifikan

antara kedua defisit. Kenaikan defisit fiskal 1 persen akan meningkatkan defisit

perdagangan sebesar 0,2-0,3 persen.

2.11.2 Defisit Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi

Fatima, Ahmed dan Rehman (2011) melakukan penelitian tentang dampak

defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di negara Pakistan dengan

menggunakan data tahunan 1980-2009. Metode yang digunakan adalah persamaan

simultan dan 2 Stage Least Square (SLS) dengan beberapa variabel penelitian

yaitu pertumbuhan ekonomi, investasi, ekspor, impor, defisit fiskal, suku bunga,

tingkat inflasi dan pertumbuhan populasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

defisit fiskal menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di negara

Pakistan. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Adam dan Bevan pada tahun

2002 menggunakan metode data panel pada 45 Negara Sedang Berkembang

(NSB). Variabel yang diteliti meliputi beberapa karakteristik pertumbuhan

ekonomi seperti pertumbuhan pendapatan per kapita, pertumbuhan populasi, rasio

investasi terhadap PDB dan beberapa karakteristik variabel fiskal seperti

penerimaan pajak dan bukan pajak, bunga utang, utang neto, defisit fiskal,

seigniorage. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang non

linier antara defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan akan meng off-

side defisit fiskal dan dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan bergantung

pada cara pembiayaan defisitnya, apakah dengan utang atau dengan seigniorage.

Keho (2010) juga melakukan penelitian tentang hubungan kausalitas antara

defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara di Afrika Barat

(WAEMU Countries). Penelitian ini menggunakan metode Granger Causality

seperti yang digunakan oleh Toda dan Yamamoto (1995) dengan data tahunan

dari tahun 1980-2005. Hasil yang didapatkan bahwa pada 3 negara yaitu Cote

d’Ivore, Senegal dan Togo tidak terdapat hubungan kausal antara defisit dan

pertumbuhan (neutrality hypothesis), sementara di Niger terdapat hubungan

kausal satu arah yaitu defisit fiskal menyebabkan penurunan pertumbuhan

ekonomi. Di tiga negara lainnya, Benin, Burkina faso dan Mali, terdapat

hubungan kausalitas dua arah antara defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi serta

defisit fiskal mempunyai efek yang negatif terhadap pertumbuhan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 54: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

30

Gupta et.al (2005) dalam studinya yang berjudul “Fiscal Policy,

Expenditure Composition and Growth in Low Income Countries” dengan metode

analisis Sys-GMM periode 1990-2000 mendapatkan hasil yang konsisten dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara

penyesuaian fiskal dengan tingkat pertumbuhan per kapita. Penurunan 1 persen

rasio defisit fiskal terhadap PDB akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi per

kapita sebesar 0.5 persen.

2.11.3 Defisit Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi

Penelitian yang dilakukan oleh Abmann pada tahun 2008 mengenai dampak

defisit perdagangan dan krisis mata uang di negara-negara OECD memberikan

hasil bahwa kedua variabel yaitu defisit perdagangan dan krisis mata uang

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu Tolo

(2011) yang melakukan studi tentang “The Determinants of Economic Growth in

the Philippines: a New Look” membandingkan kondisi perekonomian Filipina

dengan 23 negara emerging markets ternyata memperoleh kesimpulan yang sama.

Dengan menggunakan metode panel GMM dan data tahunan dari tahun 1980-

2009, beberapa variabel independen yang diteliti terbukti berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik di Filipina maupun di 23 negara

lainnya. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah investasi, pengeluaran

untuk penelitian dan pengembangan, pertumbuhan populasi, trade openness,

defisit fiskal, defisit perdagangan, ketidakpastian politik, serta frekuensi krisis.

Secara khusus defisit fiskal dan defisit perdagangan mempunyai dampak negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.

Sedangkan pola pikir yang berbeda dikembangkan oleh Calderon dan Chong

(2002) dengan meneliti apakah pertumbuhan ekonomi suatu negara mempunyai

pengaruh terhadap kondisi defisit perdagangan di negara tersebut. Dua orang

peneliti ini melakukan penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 44 NSB

dengan menggunakan metode ekonometrik GMM dari tahun 1966-1994.

Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan yaitu defisit perdagangan hadir

secara persisten, peningkatan pertumbuhan output domestik akan meningkatkan

defisit perdagangan dan apresiasi mata uang juga akan meningkatkan defisit

perdagangan. Sementara tingkat pertumbuhan yang tinggi di negara

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 55: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

31

kaya/industrialis justru akan mengurangi defisit perdagangan, karena

bertambahnya permintaan produk ekspor dari negara kaya tersebut.

Hal yang serupa juga dilakukan oleh Aristovnik (2006) dengan melakukan

pengujian pada negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet tentang hubungan

antara defisit perdagangan dan pertumbuhan output domestik. Hasil yang didapat

sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu bahwa defisit perdagangan akan

meningkat jika output domestik dan pengeluaran pemerintah meningkat melebihi

batas kewajarannya. Bussiere, Fratzscher dan Muller (2004) dalam penelitiannya

yang berjudul “Current Account Dynamic in OECD and EU Acceding Countries

– an Intertemporal Approach” dengan metode panel GMM juga menyatakan

bahwa negara-negara dengan pendapatan riil per kapita dan rasio investasi

terhadap PDB yang tinggi justru akan meningkatkan defisit perdagangan.

2.12 Kerangka Pemikiran

Alur pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk bagan alir

sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Bermula dari dampak kebijakan fiskal

ekspansif terhadap perekonomian yang ambigu. Disatu sisi peningkatan

pengeluaran pemerintah akan mendorong agregat demand mengalami

peningkatan dan akan meningkatkan output. Sementara disisi lain ketika

pengeluaran pemerintah meningkat secara drastis dalam waktu yang relatif lama

tanpa disertai peningkatan penerimaan pajak justru akan menghambat

perekonomian (Abimanyu, 2003).

Perdebatan ini semakin menarik, setelah krisis ekonomi 1997 melanda

kawasan Asia. Ketika penanggulangan krisis memerlukan biaya yang sangat

tinggi sementara penerimaan negara mulai berkurang, itulah yang menjadi sumber

permasalahan. Kondisi keseimbangan fiskal terganggu dan menyebabkan

terjadinya defisit fiskal yang cukup parah, khususnya di negara-negara

ASEAN+3.

Defisit fiskal yang berkelanjutan akan berdampak terhadap beberapa

variabel makroekonomi diantaranya adalah neraca perdagangan dan pertumbuhan

ekonomi. Pengujian terhadap hubungan ketiga variabel tersebut dilakukan

menggunakan dua model. Model pertama untuk menguji pola hubungan defisit

fiskal dan defisit perdagangan atau dikenal dengan istilah twin deficit, dengan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 56: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

32

variabel tambahan yaitu PDB negara lain, suku bunga dan nilai tukar yang

kesemuanya dalam nilai riil.

Kondisi pasca krisis ekonomi

Gambar 7 Kerangka Pemikiran.

Pengujian dengan model kedua untuk melihat dampak kedua defisit tersebut

terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika benar bahwa defisit fiskal menyebabkan

defisit perdagangan (twin deficit hypothesis), maka dampak negatifnya akan jauh

AmbiguitasKebijakan Fiskal Ekspansif

MenstimulasiPerekonomian

MenghambatPerekonomian

KeseimbanganFiskal Terganggu

G>TDefisit Fiskal

Pertumbuhan

Ekonomi

Defisitperdagangan

Defisit perdaganganTahun Sebelumnya

Pertumbuhan EkonomiTahun Sebelumnya

PDB Negara Lain

Suku Bunga

Inflasi

Utang Pemerintah

Dummy Krisis

Implikasi Kebijakan

Nilai Tukar

Aktifitas Perekonomian Negara-Negara ASEAN+3

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 57: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

33

lebih besar. Hal ini berarti sumber-sumber pendanaan negara baik dari sisi fiskal

maupun sisi perdagangan internasional sudah tidak lagi mampu mencukupi

pembiayaan pembangunan, yang mengindikasikan terganggunya kestabilan

perekonomian di negara yang bersangkutan. Dengan penambahan beberapa

variabel pendukung yaitu inflasi, rasio utang terhadap PDB dan dummy krisis,

dilakukan pengujian dampak kedua defisit terhadap pertumbuhan ekonomi yang

di proksi dengan PDB riil pada masing-masing negara. Setelah dilakukan

pengujian, diharapkan penyusunan kebijakan akan lebih tepat, efektif dan efisien

untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan kedua defisit tersebut terhadap

perekonomian suatu negara.

2.13 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Defisit fiskal berpengaruh positif terhadap defisit perdagangan negara-negara

di kawasan ASEAN +3.

2. Defisit fiskal dan defisit perdagangan berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 58: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari World Bank (World Development Indicators, WDI), International

Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB) dan sumber-sumber

lainnya. Untuk menunjang kelengkapan bahan-bahan serta sumber, penulis

menggunakan literatur yang ada di beberapa perpustakaan. Jurnal-jurnal serta

beberapa buku pedoman juga digunakan untuk menambah wawasan mengenai

permasalahan yang sedang diteliti.

Data yang dikumpulkan merupakan data panel yaitu gabungan antara data

time series yang merupakan data tahunan dari periode 1993 sampai 2010 dan data

cross section negara-negara ASEAN+3 meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura,

Thailand, Filipina, China, Jepang dan Korea Selatan. Penggunaan data tahunan

mempunyai keuntungan antara lain: (1) informasi tentang variasi dalam periode

digunakan dalam estimasi; (2) stabilitas parameter estimasi dari waktu ke waktu

dapat diuji; (3) struktur dinamis dari masalah dapat dianalisis dengan

menggunakan variabel lag. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya

No. Variabel Keterangan Sumber

1. PDB Riil (GDP) International $ (PPP 2005=100) World Bank2. Defisit Fiskal (FD) Persentase (T-G) terhadap PDB World Bank3. Defisit perdagangan (TD) Persentase (X-M) terhadap PDB World Bank4. PDB riil negara lain

(GDP*)International $ (PPP 2005=100) World Bank

4. Suku Bunga Riil (RIR) Persen IMF5. Nilai Tukar Riil (RER) Terhadap US$ IMF6. Indeks Harga Konsumen

(CPI)Tahun dasar 2005, 2005=100 IMF

7. Keterbukaan Perdagangan(TO)

Persentase terhadap PDB ADB

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 59: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

36

3.2 Metode Analisis

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan

mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran. Analisis deskriptif memberikan

pemaparan dalam bentuk tabel, gambar grafik, plot regresi serta uji kausalitas

Granger. Dalam penelitian ini, analisis dengan tabel dan grafik digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai potensi kawasan ASEAN+3, perkembangan

defisit fiskal, defisit perdagangan, pertumbuhan ekonomi dan beberapa variabel

pendukung lainnya seperti suku bunga riil, nilai tukar riil, inflasi dan keterbukaan

perdagangan di negara-negara ASEAN+3 selama periode 1993-2010. Sedangkan

plot regresi dan uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat keterkaitan ketiga

variabel yaitu defisit fiskal, defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi pada

masing-masing negara ASEAN+3.

3.2.2 Analisis Data Panel

Data panel adalah data yang memiliki dimensi ruang dan waktu, yang

merupakan gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu

(time series). Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time series

yang sama maka disebut sebagai balanced panel. Sebaliknya jika jumlah

observasi berbeda untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel.

Keunggulan dari penggunaan data panel dalam analisis ekonometrik antara

lain: (i) mampu mengontrol heterogenitas individu; (ii) memberikan informasi

yang lebih banyak dan beragam, meminimalkan masalah kolinieritas

(collinearity), meningkatkan jumlah derajat bebas dan lebih efisien; (iii) lebih baik

dalam studi dynamics of adjustment; (iv) lebih baik dalam mengidentifikasi dan

mengukur efek yang tidak dapat dideteksi oleh data cross section atau time series

murni; dan (v) dapat digunakan untuk mengonstruksi danmenguji model perilaku

yang lebih kompleks dibandingkan data cross section atau time series murni

(Baltagi, 2005).

Kendati demikian, analisis data panel juga memiliki beberapa kelemahan

dan keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya apabila data panel

dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 60: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

37

lain: (i) relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section dan

time series menimbulkan masalah desain survei, pengumpulan dan manajemen

data, di antaranya coverage, nonresponse, kemampuan daya ingat responden

(recall), frekuensi, dan waktu wawancara; (ii) distorsi kesalahan pengamatan

(measurement error) yang umumnya terjadi karena kegagalan respon, seperti

pertanyaan yang tidak jelas, ketidaktepatan informasi, dan lain-lain; (iii) masalah

selektivitas, yakni selfselectivity, nonresponse, attrition (jumlah responden yang

terus berkurang pada survei lanjutan); dan (iv) cross section dependence yang

dapat mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat (missleading

inference).

Analisis data panel umumnya menggunakan data dalam bentuk level dengan

tujuan untuk memudahkan interpretasi model, namun jika kemudian penelitian

menggunakan data dengan series yang mengandung tren, maka perlu dilakukan

pengujian unit root, untuk memastikan bahwa hubungan antara variabel dependen

dan variabel independen tidak menunjukkan spurious regression. Bila hasil

pengujian unit root menunjukkan adanya tren pada data level, maka harus

dilakukan first differencing untuk menghindari hasil yang misleading. Perlu

diingat bahwa karena data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel,

maka pengujian unit root yang digunakan bukan menggunakan metode yang

biasa, tetapi menggunakan panel unit root test. Pengujian ini disarankan oleh

Baltagi (2005) untuk data panel dengan N dan T yang relatif tidak besar.

Hipotesis nol yang digunakan dalam panel unit root test sama seperti pada

pengujian unit root untuk data time series murni, hanya saja statistik yang

digunakan merupakan pengembangan lebih lanjut dari statistik uji Augmented

Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP). Statistik uji yang digunakan dalam

panel unit root test terdiri dari dua jenis, yaitu common unit root yang terdiri dari

statistik uji Levin, Lin and Chu (LLC) dan Breitung’s test, serta individual unit

root yang terdiri dari statistik uji Im, Pesaran and Shin (IPS), ADF-Fisher test dan

PP-Fisher test. Setelah diperoleh hasil pengujian yang menyatakan bahwa series

data panel tidak mengandung unit root yang berarti sudah stasioner maka langkah

selanjutnya yaitu estimasi model dapat dilaksanakan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 61: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

38

Data Panel Statis

Data panel dapat didefinisikan sebagai observasi berulang pada setiap unit

cross section yang sama, yang memiliki karakteristik di mana N > 1 dan T > 1.

Misalkan yit merupakan nilai varabel dependen untuk unit cross section ke-i pada

waktu ke-t dengan i = 1, 2,…, N dan t = 1, 2,…,T. Misalkan terdapat K variabel

penjelas yang masing-masing diberi indeks j = 1, 2,…,K serta dinotasikan sebagai

X , yang menyatakan nilai variabel penjelas ke-j untuk unit ke-i pada waktu ke-t.

Cara yang sering digunakan untuk mengorganisir data panel adalah dengan

menuliskannya ke dalam bentuk matriks sebagai berikut:

=

; =

ÿ ; =

………………… (3.1)

dengan å menyatakan gangguan acak untuk unit ke-i pada waktu ke-t.

Selanjutnya data tersebut disederhanakan dalam bentuk stack sebagai berikut:

=

; =

; =

…………………………………… (3.2)

dengan y adalah matriks berukuran NTx1, X adalah matriks berukuran NTxK, dan

å adalah matriks berukuran NTx1. Model standar data panel linier dapat

diekspresikan sebagai

y = X 'â + å …………………………………………………………. (3.3)

dengan â adalah matriks berukuran NT x 1 yang diekspresikan sebagai

=

…………………………………………………………… (3.4)

Ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mengestimasi parameter

model data panel statis. Metode sederhana yang sering digunakan adalah pooled

estimator atau dikenal sebagai metode least square yang umumnya digunakan

pada model cross section dan time series murni. Sebagaimana dibahas

sebelumnya bahwa data panel memiliki jumlah observasi lebih banyak

dibandingkan data cross section dan time series murni. Akibatnya, ketika data

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 62: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

39

digabungkan menjadi pooled data, regresi yang dihasilkan cenderung lebih baik

dibandingkan regresi yang menggunakan data cross section dan time series murni.

Akan tetapi, dengan mengabungkan data maka variasi atau perbedaan, baik antara

individu dan waktu, tidak dapat terlihat. Hal ini tentunya kurang sesuai dengan

tujuan dari digunakannya data panel. Lebih jauh lagi, dalam beberapa kasus

penduga yang dihasilkan melalui least square dapat menjadi bias akibat kesalahan

spesifikasi data.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua metode yang biasanya

digunakan dalam pemodelan data panel, yaitu metode efek tetap (fixed effects

model) dan metode efek random (random effects model). Persamaan berikut:

y = + ……………………………………………………… (3.5)

dengan gangguan acak diasumsikan mengikuti one-way error component model

sebagai berikut:

= + …………………………………………………….. (3.6)

dan diasumsikan bahwa uit merupakan gangguan acak yang tidak berkorelasi

dengan Xit. Sedangkan á i disebut sebagai efek individual (time invariant person

specific effect).

Beberapa aplikasi empiris data panel umumnya melibatkan satu di antara

asumsi mengenai efek individual.Pertama, bila á i diperlakukan sebagai parameter

tetap, namun bervariasi antar i = 1,2,…, N , maka model ini disebut sebagai fixed

effects model (FEM). Model efek tetap umumnya digunakan ketika terdapat

korelasi antara intersep individual dan variabel independen, dan atau ketika N

relatif kecil dan T relative besar. Secara umum model ini dapat diekspresikan

sebagai

= + + ……………………………………………. (3.7)

dengan asumsi bahwa uit ~ iid (0,ó ). Penduga dari model ini mampu menjelaskan

perbedaan atau variasi antar individu (differences within individual), karena model

ini memungkinkan adanya perbedaan intersep á pada setiap i. Penduga dari model

ini ditentukan sebagaimana penduga least square dalam regresi namun dalam

bentuk deviasi rata-rata individual. Menurut Verbeek (2000), dugaan untuk

paremeter â dengan menggunakan FEM dapat diformulasikan sebagai

= ó ó ( )

ó ó (

… (3.8)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 63: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

40

Sedangkan estimasi untuk intersep á dituliskan sebagai

= ; = 1, . . , ……………………………………... (3.9)

Matriks kovarian untuk fixed effect estimatorâ , dengan uit~ iid (0,ó ) diberikan

oleh:

[ ] = ó ó ( )( )

……………….. (3.10)

dengan

=

( )ó ó ( )

……………… (3.11)

Pada dasarnya, FEM lebih menekankan pada perbedaan di antara individu,

yakni menjelaskan bagaimana y berbeda dari y , dan tidak menjelaskan kenapa

y berbeda dari y . Di sisi lain, asumsi parametrik mengenai â menekankan bahwa

perubahan yang terjadi dalam X memiliki pengaruh yang sama, apakah perubahan

dari satu periode ke periode lainnya atau perubahan dari satu individu ke individu

lainnya.

Kedua, bila á diperlakukan sebagai parameter random maka model disebut

sebagai random effects model (REM). Dalam REM, perbedaan karakeristik

individu diakomodasi oleh error dalam model. REM umumnya digunakan bila N

relatif besar dan T relatif kecil. Secara umum model ini dapat diekspresikan

sebagai:

= + + + ……………………………………….. (3.12)

dengan á = á + ô dan memiliki rata-rata nol. Di sini, ô merepresentasikan

gangguan individu (individual disturbance) yang tetap sepanjang waktu. Beberapa

asumsi yang melekat dalam REM antara lain:

= 0 ………………………………………………………. (3.13)

=

…………………………………………………….. (3.14)

= 0; , ………………………………………………... (3.15)

=

……………………………………………………. (3.16)

= 0; , , ………………………………………………. (3.17)

= 0; ……………………………………(3.18)

= 0; , , ………………………………………………. (3.19)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 64: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

41

Untuk menduga REM umumnya digunakan metode generalized least

square (GLS). Misalkan kombinasi error pada Persamaan (3.12) dituliskan

menjadi w = u + ô , dengan

= 0 …………………………………………………………. (3.20)

=

+ ; , …………………………………………... (3.21)

= ; …………………………………………... (3.22)

= 0; …………………………... (3.23)

Apabila gangguan sejumlah T untuk individu i dikumpulkan dalam bentuk vektor

w = (w , w , … , w )’ maka dapat dituliskan bahwa

= Ù ………………………………………………………. (3.24)

dengan

Ù =

+

+

+

+

………………… (3.25)

Untuk keseluruhan observasi panel, matriks kovarian error w = (w , w , … , w )

dapat diturunkan sebagai:

=

Ù 0 0 000 0

Ù0 0

0Ù 0

00 Ù

= Ù ................................... (3.26)

dengan I menyatakan matriks identitas berdimensi N dan merepresentasikan

Kronecker product. Misalkan Y pada Persamaan (3.19) direpresentasikan sebagai

vektor stack dari y yang dibentuk dengan pola yang sama dengan w (dengan

struktur yang sama untuk X). Selanjutnya keseluruhan sistem yang dituliskan

sebagai

Y = Xâ + w ……………………………………………………….... (3.27)

dapat diestmasi dengan menggunaan metode GLS. Secara umum pendugaan GLS

untuk persamaan regresi (3.27) memerlukan transformasi untuk menghilangkan

struktur yang tidak baku dari matriks kovarian w w = V. Kemudian dengan

mendefinisikan matriks penimbang P = V / dan mengalikannya ke kedua ruas

diperoleh hasil transformasi sebagai berikut:

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 65: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

42

= + …………………………………………………… (3.28)

atau

= + …………………………………………………….. (3.29)

sekarang ( ) = ( )= PE (ww’)P= PVP=

Sehingga, penduga GLS pada persamaan regresi (3.27) dapat dituliskan sebagai

= ( ) ……………………………………… (3.30)

Data Panel Dinamis

Relasi di antara variabel-variabel ekonomi pada kenyataannya banyak yang

bersifat dinamis. Analisis data panel dapat digunakan pada model yang bersifat

dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian dinamis (dynamic of

adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lagvariabel

dependen di antara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, model data panel

dinamis adalah sebagai berikut:

= , + + ; = 1, … , ; = 1, . . , ………………. (3.31)

dengan ä menyatakan suatu skalar, x menyatakan matriks berukuran 1xK dan â

matriks berukuran Kx1. Dalam hal ini, u diasumsikan mengikuti model oneway

error component sebagai berikut:

= + ………………………………………………………. (3.32)

dengan µ ~ iid (0, ó ) menyatakan pengaruh individu dan v ~ iid (0, ó

)

menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa

literatur disebut sebagai transient error.

Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan

efisiensi, baik pada FEM dan REM, terkait perlakuan terhadap µ . Dalam model

dinamis, situasi ini secara substansi sangat berbeda karena y merupakan fungsi

dari µ maka y , juga merupakan fungsi dari µ . Karena µ adalah fungsi dari

u maka akan terjadi korelasi antara variabel regresor y , dengan u . Hal ini

akan menyebabkan penduga least square (sebagaimana digunakan pada model

data panel statis) menjadi bias dan inkonsisten, bahkan bila v tidak berkorelasi

serial sekalipun.

Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel

autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen:

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 66: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

43

= , + ; < 1; = 1, . . , …………………………… (3.33)

dengan u = µ + v di mana µ ~ iid (0, ó ) dan v ~ iid (0, ó

) saling bebas

satu sama lain. Penduga fixed effect bagi ä diberikan oleh

= ó ó ( )( , , )

ó ó ( , , )

………………………………….. (3.34)

dengan y = 1/T ó y dan y , = 1/T ó y ,

. Untuk menganalis sifat dari

ä , dapat disubstitusi Persamaan (3.43) ke (3.44) untuk memperoleh:

= +(

) ó ó ( )( , , )

( ) ó ó ( , , )

…………………………. (3.35)

Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk N dan T tetap, bentuk

pembagian pada Persamaan (3.42) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak

konvergen menuju nol bila N . Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan

bahwa:

ó ó , ,

=

( ) 0.. (3.36)

sehingga, untuk T tetap, akan dihasilkan penduga yang inkonsisten.

Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat

digunakan. Arrelano dan Bond menyarankan suatu pendekatan generalized

method of moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang

populer. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari, yaitu: (i) GMM merupakan

common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk

perbandingan dan penilaian; dan (ii) GMM memberikan alternatif yang sederhana

terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood.

Namun demikian, penduga GMM juga tidak terlepas dari kelemahan.

Adapun beberapa kelemahan metode ini, yaitu: (i) penduga GMM adalah

asymptotically efficient dalam ukuran contoh besar, tetapi kurang efisien dalam

ukuran contoh yang terbatas (finite); dan (ii) penduga ini terkadang memerlukan

sejumlah implementasi pemrograman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak

(software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM.

Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk

mengestimasi model linear autoregresif, yakni:

1. First-difference GMM (FD-GMM) atau Arrelano and Bond GMM (AB-

GMM)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 67: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

44

2. System GMM (SYS-GMM)

First-differences GMM (FD-GMM)

Untuk mendapatkan estimasi ä yang konsisten di mana N dengan T

tertentu, akan dilakukan first-difference pada Persamaan (3.33) untuk

mengeliminasi pengaruh individual (µ ) sebagai berikut:

, = , , + , ; = 2, . . , …….. (3.37)

namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga ä yang

inkonsisten karena y , dan v , berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila

T . Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat

menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, y , akan

digunakan sebagai instrumen. Di sini, y , berkorelasi dengan y , y ,

tetapi tidak berkorelasi dengan v , , dan v tidak berkorelasi serial. Di sini,

penduga variabel instrumen bagi ä disajikan sebagai

= ó ó , ( , )

ó ó , ( , , )

……………………………………. (3.38)

syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah

( )

ó ó , , = 0

……………….. (3.39)

Penduga (3.38) merupakan salah satu penduga yang diajukan oleh Anderson dan

Hsiao dalam Verbeek (2000). Mereka juga mengajukan penduga alternatif di

mana y , y , digunakan sebagai instrumen. Penduga variabel instrumen

bagi ä disajikan sebagai

( ) = ó ó ( , , )( , )

ó ó ( , , )( , , )

………………………….. (3.40)

syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah

( )

ó ó , ( , , ) = 0

……. (3.41)

Penduga variabel instrumen yang kedua memerlukan tambahan lag variabel

untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan

untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu periode sampel “hilang”).

Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat menyatukan penduga dan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 68: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

45

mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Langkah pertama dari

pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa

1

( 1) , , = , , = 0

……………………………………………………………………………. (3.42)

yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama

dapat diperoleh:

( )

ó ó ( , )( , , ) =

[ , ( , , )] = 0 …………………………………. (3.43)

yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator selanjutnya dikenakan

kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan lebih

banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan Bond

menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah

kondisi momen dan membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu,

mereka mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T = 4 diperoleh

= 0, untuk t=2

= 0 = 0, untuk t=3

= 0, = 0 , untuk

t = 4

Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya, untuk

memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel yang

lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan

=

, ,

………………………………………………. (3.44)

sebagai vektor tranformasi error, dan

=

0 0

0 , 0 0

0

, … , , ÿ

…………………….. (3.45)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 69: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

46

sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks Z berisi instrumen yang

valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh

kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai

= 0 …………………………………………………….... (3.46)

yang merupakan kondisi bagi 1+2+…+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM,

Persamaan (3.46) dituliskan sebagai

( , ) = 0 ………………………………………….. (3.47)

Karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang

belum diketahui, ä akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel

yang bersesuaian, yakni

min [1/ ó (

, )] [1/ ó ( , )]

.. (3.48)

dengan W adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris.

Dengan mendifrensiasikan Persamaan (3.58) terhadap ä akan diperoleh penduga

GMM sebagai

((ó , )

, ))

((ó , )

))

.......................................................................................................... (3.49)

Sifat dari penduga GMM (3.56) bergantung pada pemilihan W yang konsisten

selama W definit positif, sebagai contoh W = 1 yang merupakan matriks

identitas.

Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan

penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian

asimtotikterkecil bagi ä . Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM,

diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks

kovarian invers dari momen sampel (Verbeek,2000). Dalam hal ini, matriks

penimbang optimal seharusnya memenuhi

= [

] = [

] ……………………… (3.50)

Dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks

kovarian v , matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step

consistent estimator bagi ä dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata

sampel, yakni (two step estimator)

= [1/ ó

]

………………………………… (3.51)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 70: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

47

Dengan v menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent

estimator.

Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa v ~ iid pada

seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi

tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi

dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan

matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat

dianjurkan bagi sampel berukuran kecil) menekankan ketidakberadaan

autokorelasi pada v dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis.

Dengan catatan di bawah restriksi

=

=

2 1 0 … 1 2 00

0

1

12

…………………….. (3.52)

matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai one step estimator

= [1/ ó

]

………………………………………. (3.53)

Sebagai catatan bahwa (3.53) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui,

sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu langkah bila

error v diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung autokorelasi.

Jika model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka

Persamaan (3.40) dapat dituliskan kembali menjadi

= + , + + ……………………………………. (3.54)

Parameter persamaan (3.54) juga dapat diestimasi menggunakan generalisasi

variabel instrumen atau pendekatan GMM. Bergantung pada asumsi yang dibuat

terhadap x , sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat dibangun. Bila

x strictly exogenous dalam artian bahwa x tidak berkorelasi dengan sembarang

error v , akan diperoleh

[ , ] = 0; untuk setiap s dan t ……………………………… (3.55)

sehingga x , … , x dapat ditambah ke dalam daftar instrumen untuk persamaan

first difference setiap periode. Hal ini akan membuat jumlah baris pada Z menjadi

besar. Selanjutnya, dengan mengenakan kondisi momen

[ , ] = 0; untuk setiap t …………………………………… (3.56)

Matriks instrumen dapat dituliskan sebagai

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 71: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

48

=

,

0 00 , ,

0 0

0

, … , , , ÿ

……. (3.57)

Bila variabel x tidak strictly exogenous melainkan predetermined, dalam kasus

di mana x dan lag x tidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan

diperoleh E[x , v ] = 0, untuk s t. Dalam kasus dimana hanya

x , , … , x instrumen yang valid bagi persamaan first difference pada periode t,

kondisi momen dapat dikenakan sebagai

, = 0; = 1, … , 1, ……………………………… (3.58)

Dalam prakteknya, kombinasi variabel x yang strictly exogenous dan

predetermined dapat terjadi lebih dari sekali. Matriks Z kemudian dapat

disesuaikan.

System GMM (SYS-GMM)

Ide dasar dari penggunaan metode Sys-GMM adalah untuk mengestimasi

sistem persamaan baik pada first-differences maupun pada level,dimana instrumen

yang digunakan pada level adalah lag first-differences dari deret. Blundell dan

Bond (1998) menyatakan pentingnya pemanfaatan initial condition dalam

menghasilkan penduga yang efisien dari model data panel dinamis ketika T

berukuran kecil. Misalkan diberikan model autoregresif data panel dinamis tanpa

regresor eksogen sebagai berikut:

= , + + …………………………………………… (3.59)

dengan E(µ ) = 0, E(v ) = 0 dan E(µ v ) = 0 untuk i =1, 2,…, N; t = 1, 2,…,T.

Dalam hal ini, Blundel dan Bond memfokuskan pada T = 3, oleh karenanya

hanya terdapat satu kondisi ortogonal yang diberikan oleh E(y v ) = 0

sedemikian sehingga ä tepat teridentifikasi (just identified). Dalam kasus ini,

tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan meregresikan y

pada y . Perhatikan bahwa regresi ini dapat diperoleh dari Persamaan (3.59) yang

dievaluasi pada saat t=2 dengan mengurangi kedua ruas pada persamaan tersebut,

yakni:

= ( 1) , + + ……………………………………… (3.60)

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 72: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

49

Dikarenakan ekspektasi E(y µ ) > 0, maka (ä 1) akan bias ke atas (upward

biased) dengan

1 = ( 1) (

/ )

………………………………….. (3.61)

dengan c = (1 ä)/ 1 + ä . Bias dapat menyebabkan koefisien estimasi dari

variabel instrumen y mendekati nol. Selain itu, nilai statistik-F dari regresi

variabel intsrumen tahap pertama akan konvergen ke ÷ dengan parameter non-

centrality

= ( )

0, dengan ä 1 …………………………………… (3.62)

Karena ô 0 maka penduga variabel instrumen menjadi lemah. Di sini, Blundell

dan Bond mengaitkan bias dan lemahnya presisi dari penduga FD-GMM dengan

masalah lemahnya instrumen, yang mana dicirikan dari parameter konsentrasi ô.

3.3 Spesifikasi Model

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu maka spesifikasi model panel

dinamis dalam penelitian ini mengacu pada dua model utama, yaitu model yang

digunakan oleh Bussiere, Fratzscher dan Muller (2004) dan Tolo (2011). Model

Bussiere, Fratzscher dan Muller mendefinisikan keseimbangan neraca

perdagangan sebagai fungsi dari pertumbuhan output, keseimbangan fiskal,

pendapatan relatif, investasi, konsumsi dan suku bunga. Model tersebut digunakan

dalam penelitiannya “Current Accounts Dynamics in OECD and EU Acceding

Countries, an Intertemporal Approach”” untuk 33 negara di Kawasan Uni Eropa

periode 1980-2002. Sementara itu, model Tolo yang digunakan dalam

penelitiannya “The Determinants of Economic Growth in the Philippines: A New

Look” mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai fungsi dari defisit fiskal,

defisit perdagangan, keterbukaan perdagangan, investasi, ketidakpastian politik

dan frekuensi krisis.

Berdasarkan baseline model tersebut, selanjutnya dilakukan pemilihan dan

penambahan beberapa variabel yang disesuaikan dengan obyek dan fokus

penelitian serta pertimbangan pada ketersediaan data. Akhirnya, model yang

digunakan dalam penelitian ini direpresentasikan ke dalam suatu sistem yang

terdiri dari dua persamaan berikut ini:

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 73: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

50

1. Model defisit perdagangan

ÄTD = á ÄTD + á ÄFD á ÄGDP + á ÄRIR á ÄRER + å …. (3.63)

2. Model pertumbuhan ekonomi

ÄGDP = â ÄGDP â ÄTD â ÄFD â ÄCPI â ÄTO â DK1

â DK2 + µ ………………………………………………………. (3.64)

Untuk melihat dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi per kelompok negara, maka digunakan model sebagai

berikut :

1. Model defisit perdagangan

ÄTD = á ÄTD + á ÄFD + á ÄFD xD1 + á ÄFD xD2 á ÄGDP

+á ÄRIR á ÄRER + å ……………………………………..….. (3.65)

2. Model pertumbuhan ekonomi

ÄGDP = â ÄGDP â ÄTD â ÄFD â ÄFD xD1 â ÄFD xD2

â ÄCPI â ÄTO â DK1 â DK2 + µ …………..…..… (3.66)

Keterangan:

GDP = Nilai PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 (international

$ PPP 2005=100), dalam bentuk logaritma natural (ln);

GDP* = Nilai PDB riil negara lain (international $ PPP 2005=100), dalam

bentuk logaritma natural (ln);

TD = Defisit perdagangan (persentase terhadap PDB);

TD = Dugaan defisit perdagangan pada persamaan (3.63), untuk

menghindari adanya simultaneous equations bias;

FD = Defisit fiskal (persentase terhadap PDB);

RIR = Suku bunga riil (persen);

RER = Nilai tukar riil (terhadap US $);

CPI = Indeks harga konsumen (IHK, 2005=100), dalam bentuk logaritma

natural (ln);

TO = Keterbukaan perdagangan (persentase terhadap PDB);

DK1 = Dummy krisis 1998 (1= tahun 1998, 0 = selain tahun 1998);

DK2 = Dummy krisis 2009 (1= tahun 2009, 0 = selain tahun 2009);

D1 = Dummy kelompok I (1= Singapura, China, Jepang dan Korea, 0 = negara

lainnya;

D2 = Dummy kelompok II (1= Malaysia dan Thailand, 0= negara lainnya);

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 74: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

51

i = negara (i = 1, 2, 3, ..., 8);

t = tahun (t = 1993 - 2010);

Tanda +/- dalam persamaan diatas menyatakan hipotesis awal.

3.4 Definisi Variabel Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam model sebagai

berikut:

1. Produk Domestik Bruto (PDB) riil merupakan total nilai tambah bruto yang

dihasilkan unit produksi yang beroperasi disuatu wilayah negara dalam jangka

waktu tertentu. PDB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan

jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

tertentu sebagai dasar. PDB yang digunakan dalam penelitian ini sudah

disesuaikan dengan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP)

menggunakan dolar internasional dengan tahun dasar 2005.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) riil negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama

masing-masing negara ASEAN+3 tahun 1993-2010. Dengan mengasumsikan

bahwa impor tetap, maka salah satu variabel yang memengaruhi ekspor suatu

negara adalah PDB riil negara lain. Negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah

Jepang, negara tujuan ekspor utama China dan Philipina adalah Amerika Serikat,

negara tujuan ekspor utama Malaysia, Thailand, Jepang dan Korea adalah China

sedangkan negara tujuan ekspor utama Singapura adalah Malaysia.

3. Defisit perdagangan adalah keadaan dimana nilai impor suatu negara melebihi

nilai ekspornya. Nilai ekspor dihitung berdasarkan nilai FOB (freight on

board) meliputi nilai barang dan jasa, biaya angkut, asuransi, royalti, lisensi,

dan jasa lainnya. Nilai impor dihitung berdasarkan nilai CIF (cost insurance

and freight) meliputi nilai barang dan jasa, biaya angkut, asuransi, royalti,

lisensi, dan jasa lainnya.

4. Defisit fiskal adalah keadaan dimana tingkat pengeluaran suatu negara yang

terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan lebih besar dari

penerimaannya (baik dari pajak maupun non pajak).

5. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah disesuaikan dengan inflasi yaitu

suku bunga nominal dikurangi inflasi.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 75: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

52

6. Nilai tukar riil merupakan perkalian nilai tukar nominal dengan rasio harga

barang dan jasa dalam US$ dibanding harga barang dan jasa domestik.

Sedangkan nilai tukar nominal sendiri adalah harga mata uang negara-negara

ASEAN+3 terhadap mata uang US$. Peningkatan nilai tukar riil berarti mata

uang domestik mengalami apresiasi, daya saing produk domestik di pasar

internasional turun sehingga menyebabkan penurunan output atau PDB

(Blanchard, 2009).

7. Indeks harga konsumen (IHK) perbandingan nilai konsumsi bulan berjalan

dengan nilai konsumsi pada tahun dasar dikalikan dengan 100. Pada tahun dasar,

IHK akan bernilai 100. Dalam penelitian ini tahun dasar yang digunakan adalah

tahun 2005. IHK dipakai untuk mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu

paket komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumah tangga di suatu

wilayah dalam kurun waktu tertentu. IHK digunakan sebagai proksi variabel

inflasi. Sedangkan inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dalam

perekonomian yang berlangsung terus-menerus.

8. Keterbukaan perdagangan dihitung berdasarkan proporsi perdagangan luar

negeri (nilai ekspor ditambah nilai impor) terhadap PDB.

3.6 Prosedur Analisis

Keempat model pada persamaan diatas akan diestimasi dengan

menggunakan metode data panel statis maupun dinamis. Metode data panel statis

meliputi pooled LS (OLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model

(REM). Tahap pertama yang dilakukan adalah uji Chow untuk memilih model

terbaik antara OLS dan FEM. Uji dilakukan dengan membandingkan nilai F-

hitung dan F-statistik. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : á1 = á2 = … = á i (memiliki nilai intercept sama)

H1 : sekurang-kurangnya ada 1(satu) intercept yang berbeda

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji, dengan melihat kondisi sebagai

berikut:

• Jika F-hitung F-tabel maka dikatakan terima H0 (tidak signifikan), artinya

model PLS lebih baik daripada FEM.

• Jika F-hitung > F-tabel maka dikatakan tolak H0 (signifikan), artinya FEM

lebih baik daripada OLS.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 76: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

53

Tahap Kedua adalah uji Hausman untuk menentukan model yang lebih baik

antara FEM dan REM. Uji dilakukan dengan menggunakan hipotesa sebagai

berikut:

H0: E(ôi | xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat

H1: E(ôi | xit) 0 atau FEM adalah model yang tepat

Sebagai dasar penolakan H0 digunakan statistik Hausman dan membandingkannya

dengan Chi square (÷2). Jika nilai ÷2 hitung hasil pengujian lebih besar dari ÷2

tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga

pendekatan yang digunakan adalah FEM, begitu juga sebaliknya.

Ketika lag dari peubah dependen dimasukkan sebagai regresor dalam

regresi, akan mengakibatkan munculnya masalah endogeneity. Sehingga bila

model tersebut diestimasi dengan menggunakan metode data panel statis (FEM

atau REM) akan menghasilkan penduga yang bias dan tidak konsisten. Untuk

memecahkan masalah ini, Arellano dan Bond mengusulkan pendekatan methods

of moments atau yang biasa disebut dengan Generalized method of moments

(GMM) sebagai metode data panel dinamis, yang terdiri dari first differences-

generalized method of moments (FD-GMM) dan system-generalized method of

moments (Sys-GMM). Pertama, estimasi dilakukan dengan metode FD-GMM,

kemudian dilakukan uji ketidakbiasan, validitas dan konsistensi instrumen yang

digunakan. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa estimasi bias dan tidak

memperoleh instrumen yang valid sekaligus konsisten pada metode ini, maka

akan dilanjutkan dengan penggunaan metode Sys-GMM. Uji validitas dan

konsistensi juga dilakukan pada metode Sys-GMM.

Hasil estimasi tidak bias ketika nilai estimator koefisien lag variabel

dependen berada diantara nilai estimator dengan metode PLS dan FEM. Untuk

menguji validitas instrumen digunakan uji Sargan. Uji Sargan untuk

overidentifying restriction merupakan suatu pendekatan untuk mendeteksi apakah

ada masalah dengan validitas instrumen. Hipotesis nol untuk uji ini menyatakan

bahwa tidak ada masalah dengan validitas instrumen (instrumen valid) dalam

artian bahwa instrumen tersebut tidak berkorelasi dengan error pada model. Hasil

uji yang diharapkan adalah terima H0 pada taraf nyata 5 persen.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 77: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

54

Sementara itu, untuk melihat konsistensi hasil estimasi yang dihasilkan

model dapat dilakukan dengan uji autokorelasi menggunakan statistik uji

Arrellano-Bond m1 dan m2. Hipotesis nol dari uji Arelano-Bond adalah terjadi

autokorelasi pada error, dengan hipotesis untuk m1 menyatakan bahwa rata-rata

autocovariance dari error pada ordo 1 adalah nol sedangkan hipotesis untuk m2

adalah rata-rata autocovariance dari error pada ordo 2 adalah nol. Konsistensi

hasil estimasi model ditunjukkan oleh nilai statistik m1 yang signifikan dan nilai

statistik m2 yang tidak signifikan. Seluruh pengolahan data, baik pada model data

panel statis maupun dinamis, akan dilakukan dengan bantuan program komputer

STATA v10.0 dan Eviews 6.0. Pemilihan program ini dikarenakan ketersedian

tools untuk pengolahan data sekaligus pengujian berbagai asumsi yang

disyaratkan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 78: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

IV. ANALISIS DESKRIPTIF

4.1 Kerjasama Regional Kawasan ASEAN+3

Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi di

berbagai belahan dunia, khususnya dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini

penting dilakukan masing-masing kawasan untuk bisa bersaing dengan kawasan

lainnya dalam menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia.

Kisah sukses integrasi kawasan dicontohkan oleh Uni Eropa (UE) yang mampu

menyatukan 15 negara Eropa Barat ke dalam satu kesatuan pasar, yang ditandai

dengan diciptakannya mata uang bersama Euro. Keberhasilan EU membentuk

satu pasar tunggal mengilhami ASEAN untuk melakukan hal yang sama. Pada

KTT ASEAN oktober 2002 di Kamboja, PM Singapura Goh Cok Tong

mengusulkan agar tahun 2020 dibentuk apa yang disebutnya sebagai pasar tunggal

ASEAN mencontoh keberhasilan pembentukan pasar tunggal Eropa yang

diberlakukan di kawasan Uni Eropa. Ide ini akhirnya terwujud dengan

ditandatanganinya Bali Concorde II pada tanggal 7 Oktober 2003, yang

menyepakati terbentuknya ASEAN Community pada tahun 2020 dengan tiga pilar

utama: ASEAN Security Community, ASEAN Economic dan ASEAN Socio-

Culture Community.

Penyatuan ASEAN ke dalam ASEAN Community ini tentunya akan

membawa dampak yang luar biasa besar, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga

dalam segala aspek kehidupan lainnya. Dari sisi ekonomi misalnya, penyatuan ini

akan menciptakan pasar yang mencakup wilayah seluas 4,5 juta km dengan

populasi sekitar 500 juta jiwa, total perdagangan lebih dari US$ 720 miliar per

tahun serta PDB lebih dari US$ 737 miliar. Sebagai gambaran, kesepakatan

perdagangan bebas ASEAN mampu meningkatkan perdagangan intra ASEAN

dari US$ 43,26 miliar pada tahun 1993 menjadi US$ 80 miliar pada tahun 1996,

atau dengan rata-rata pertumbuhan 28,3 persen per tahun (ADB, 2007).

Lebih jauh lagi, Mr. Osamu Watanabe (Presiden Organisasi Perdagangan

Luar Negeri Jepang JETRO) memimpikan terjadinya integrasi ekonomi

ASEAN+3 yaitu negara ASEAN ditambah China, Jepang dan Korea. ASEAN+3

akan menghasilkan pasar yang jauh lebih besar dengan populasi lebih dari 3

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 79: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

56

milyar manusia, sehingga dampaknya pun akan jauh lebih dahsyat. Berdasarkan

proyeksi Bank Dunia, pada tahun 2020 kelak, delapan dari sepuluh ekonomi

terbesar dunia akan berada di Asia Pasifik. Pernyataan tersebut seakan

memberikan gambaran tentang betapa besarnya pengaruh Asia Pasifik pada

percaturan ekonomi dunia di tahun-tahun mendatang. Hal ini tidaklah

mengherankan, apalagi jika melihat Amerika Serikat sebagai negara yang begitu

besar kekuatan ekonominya, kini mulai menunjukkan keterpurukannya, sementara

China yang memang berpenduduk lebih besar dari Amerika Serikat, terus

menunjukkan kemajuan dalam bidang ekonominya. Langkah China ini juga

diikuti oleh negara-negara Asia Pasifik lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan,

yang tingkat perekonomiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan perekonomian Cina, Jepang dan Korea Selatan juga

dibuktikan melalui proyeksi ekonomi yang dilakukan The Economist pada 1994

lalu. Menurut The Economist, pada 2020 diperkirakan GDP Cina akan menjadi

140%, melebihi AS (100%) yang pada 1994 menempati posisi pertama. Peringkat

berikutnya akan diduduki oleh Jepang (42%), India (30%), Indonesia (25%),

Jerman (23%), Korea Selatan (21%), Thailand (20%), Perancis (19%), dan

Taiwan (18%). Hal yang menarik ialah bahwa di antara lima besar negara peraih

GDP tertinggi terdapat empat negara Asia (Cina, Jepang, India dan Indonesia) dan

di antara sepuluh besar terdapat tujuh negara Asia. Perkembangan ekonomi Cina,

Jepang, dan Korea Selatan yang dapat dikatakan cukup menjanjikan ini,

mendorong Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya untuk melakukan

perluasan integrasi ekonomi dengan ketiga negara tersebut, melalui suatu wadah

yang dinamakan ASEAN+3. Proses ke arah sana sudah dimulai dengan

ditandatanganinya kesepakatan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) pada

29 November 2004, ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) pada 26 Agustus

2006 serta ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) pada 1

Maret 2008.

Untuk keperluan analisis lebih lanjut dalam penelitian ini, negara-negara

ASEAN+3 yang terdiri dari 5 negara anggota ASEAN, China, Jepang dan Korea

Selatan dibagi menjadi 3 kelompok, mengacu pada hasil penelitian Achsani dan

Hermanto (2010). Kelompok pertama beranggotakan negara-negara big-economy

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 80: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

57

di kawasan Asia Timur, yaitu Singapura, Jepang, Korea Selatan dan China.

Singapura, Jepang dan Korea adalah negara-negara paling kaya yang bisa menjadi

sumber investasi bagi negara lainnya. Sebaliknya China meskipun bukan negara

kaya, tetapi ia merupakan negara paling menjanjikan di dunia saat ini. China

tumbuh secara konsisten selama dekade terakhir, nyaris tidak terimbas krisis

ekonomi 1998 dan bahkan merupakan tujuan utama foreign direct investment

(FDI) saat ini.

Kelompok II terdiri dari Thailand dan Malaysia, yang keduanya adalah

negara new industrialized countries Asia (NIC). Ekonomi mereka relatif stabil

dan mereka pun relatif cepat keluar dari krisis ekonomi 1998. Sedangkan

kelompok yang ketiga beranggotakan Indonesia dan Philipina, dikenal dengan

new Asian tiger. Keduanya juga termasuk ke dalam kategori NIC. Akan tetapi

kedua negara ini terkena krisis berkepanjangan sejak tahun 1997 dan sampai saat

ini belum juga pulih. Kedua negara juga menghadapi masalah ekonomi yang

sangat besar yang ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan dan

pengangguran serta kurangnya infrastruktur.

4.2 Potensi Ekonomi Kawasan ASEAN+3

Kawasan ASEAN+3 dengan luas wilayah 13,1 juta km dan jumlah

penduduk mencapai 1,95 miliar orang atau hampir sepertiga penduduk dunia pada

tahun 2010, mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar. Salah satu

indikasinya adalah dari nilai total PDB kawasan ASEAN+3 yakni sebesar US$

9,96 trilliun dengan laju pertumbuhan rata-rata 8 persen, jauh diatas laju

pertumbuhan rata-rata dunia yang hanya sebesar 4,2 persen. Potensi ekonomi

masing-masing negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

Jumlah penduduk yang relatif besar di kawasan ini, selain menciptakan

output yang besar, juga berpotensi sebagai pasar barang dan jasa yang

menjanjikan. Sehingga tidak mengherankan jika tingkat keterbukaan ekonomi dan

kinerja perdagangan di kawasan ini mengalami peningkatan yang signifikan,

dapat terlihat dari rata-rata pangsa total perdagangan terhadap PDB cukup tinggi

yaitu sebesar 126,44 persen pada tahun 2010. Hal ini mengindikasikan aktifnya

kawasan ini dalam perdagangan internasional.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 81: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

58

Tabel 3 Potensi ekonomi kawasan ASEAN+3 tahun 2010

Negara Luas Wilayah Penduduk PDB Growth Perdagangan(ribu km ) (juta jiwa) (miliar US$) (%) (% PDB)

Indonesia 1.905 240 274,37 6,1 47,59Malaysia 331 28 147,25 7,2 176,80Philipina 300 93 129,02 7,6 71,42Singapura 1 5 165,18 14,5 394,07Thailand 513 69 187,49 7,8 135,14China 9.600 1.338 3.246,01 10,4 55,23Jepang 378 127 5.010,03 4,0 29,29Korea 100 49 800,21 6,2 101,99ASEAN+3 13.128 1.949 9.959,56 8,0 126,44Dunia 134.222 6.895 48.242,1 4,2 58,60

Sumber : World Bank (2012).

Dari Gambar 8 dapat kita ketahui bahwa perkembangan PDB negara-negara

ASEAN+3 selama kurun waktu 1993-2010 mengalami kenaikan yang signifikan

yaitu rata-rata 144,04 persen dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 5,22

persen. Hal ini berarti dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun, PDB negara-

negara ASEAN+3 rata-rata meningkat hampir satu setengah kali lipat.

Pertumbuhan PDB tertinggi selama periode tersebut dialami oleh Philipina

sebesar 413,56 persen, kemudian tiga negara lainnya yang juga mengalami

pertumbuhan PDB diatas 100 persen adalah Thailand (170,96%), Jepang

(137,96%), Indonesia (120,22%), China (107,29%) dan Korea (100,67%).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 8 PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1993 dan 2010

(US$ miliar).

Selama kurun waktu tersebut di atas negara Jepang adalah negara dengan

pangsa PDB terbesar, yakni mencapai 62,86 persen dari total PDB kawasan

ASEAN+3 atau nilainya sebesar US$ 5,01 triliun pada tahun 2010. Walaupun

0 1000 2000 3000 4000 5000

KoreaJepang

ChinaThailand

SingapuraPhilipinaMalaysia

Indonesia

PDB konstan 2000 (milyar US$)

2010

1993

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 82: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

59

mempunyai nilai PDB terbesar diantara negara-negara ASEAN+3, tetapi justru

laju pertumbuhan Jepang adalah yang terendah yaitu hanya sebesar 1,69 persen

per tahun. Posisi kedua ditempati China dengan pangsa PDB sebesar 21,13

persen, kemudian Korea Selatan (7,67%) dan terkecil adalah Philipina (1,20%)

seperti terlihat pada Gambar 9.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 9 Pangsa PDB negara-negara ASEAN+3 terhadap total PDB kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen).

Dari sisi pendapatan per kapita, terdapat variasi yang besar di antara negara

ASEAN+3. Singapura merupakan negara dengan pendapatan per kapita tertinggi

yaitu mencapai US$ 51.966 atau lebih dari 13 kali lipat pendapatan per kapita

Philipina dan Indonesia yang hanya sebesar US$ 3.560 dan US$ 3.880 pada tahun

2010. Secara umum peringkat masing-masing negara tidak mengalami perubahan

selama kurun waktu 1993-2010, kecuali peringkat China yang tahun-tahun

sebelumnya berada di bawah Philipina dan Indonesia, sejak tahun 2001 mulai

melesat meninggalkan keduanya. Pendapatan per kapita masing-masing negara

ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Gambar 10.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 10 Pendapatan riil per kapita negara-negara di kawasan ASEAN+3

tahun 1993-2010 (US$)

Indonesia 2,54Malaysia 1,36

Philipina 1,20

Singapura 1,39

Thailand 1,86

China 21,13

Jepang 62,86

Korea 7,67

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000 Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 83: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

60

Selama kurun waktu 1993-2010 terlihat bahwa seluruh negara ASEAN+3

memiliki tren pendapatan per kapita yang meningkat setiap tahun, yaitu rata-rata

meningkat sebesar 96,56 persen. Kenaikan pendapatan per kapita tertinggi

dimiliki oleh China yakni dari US$ 1.507 pada tahun 1993 menjadi US$ 6.816 di

tahun 2010 atau naik sebesar 352,21 persen. Posisi kedua ditempati oleh Korea

Selatan, dengan peresentase kenaikan sebesar 98,51 persen. Kenaikan pendapatan

per kapita di negara ASEAN+3 lainnya cukup signifikan yakni diatas 40 persen

selama periode tersebut, kecuali Jepang yang hanya meningkat sebesar 13,04

persen.

Struktur perekonomian negara-negara ASEAN+3 menurut sektor lapangan

usaha menunjukkan bahwa sektor jasa merupakan sektor penyumbang terbesar

pada perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 yakni rata-rata

mencapai 53,25 persen dari total PDB tahun 2010, kemudian diikuti oleh sektor

industri (38,75%) dan sektor pertanian (8%). Terlihat pada Gambar 11 kelompok

negara maju (kelompok I) struktur perekonomiannya sebagian besar didominasi

oleh sektor jasa yaitu sebesar 61,25 persen (khususnya pada negara Singapura dan

Jepang), sementara kontribusi sektor pertanian sangat kecil hanya sekitar 3,5

persen, bahkan di Singapura kegiatan sektor pertanian sudah tidak ada.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 11 Struktur perekonomian negara maju di kawasan ASEAN+3

menurut sektor tahun 2010 (persen terhadap PDB).

Pada negara-negara kelompok II dan III (negara sedang berkembang)

memiliki struktur perekonomian yang hampir sama, yaitu didominasi oleh sektor

industri atau sektor jasa dengan kontribusi sektor pertanian yang relatif masih

cukup besar. Kontribusi sektor industri dan sektor jasa hampir berimbang yaitu

masing-masing sebesar 42,25 persen dan 45,25 persen, sedangkan sektor

pertanian masih memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian

10 1 328

4727 39

7243

72 58

0%

50%

100%

Singapura China Jepang Korea

Pertanian Industri Jasa

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 84: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

61

negara-negara pada kelompok ini yaitu rata-rata sebesar 12,5 persen. Indonesia

merupakan negara agraris dengan sumbangan sektor pertanian yang paling besar

diantara negara sedang berkembang di kawasan ASEAN+3 lainnya yaitu sebesar

15 persen (Gambar 12).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 12 Struktur perekonomian negara sedang berkembang di kawasan

ASEAN+3 menurut sektor tahun 2010 (persen terhadap PDB).

4.3 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan

dan Faktor-Faktor Pendukungnya

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 1993-2010,

sebagaiman disajikan pada Gambar 13, terlihat bahwa negara-negara ASEAN+3

mengalami tingkat pertumbuhan yang bervariasi. Tingkat pertumbuhan tertinggi

adalah China dengan rata-rata mencapai 10,33 persen per tahun, diikuti Singapura

(6,43%), Malaysia (5,57%), Korea Selatan (4,91%), Indonesia (4,46%), Philipina

(4,27%), Thailand (4,07%) dan terakhir adalah Jepang (1,69%).

Pada dekade 1970-an hingga pertengahan 1990-an, negara-negara di

kawasan Asia mempunyai kinerja perekonomian yang sangat baik. Hal ini

ditunjukkan oleh rata-rata laju pertumbuhan PDB yang tinggi, sehingga membuat

banyak investor asing yang tergiur untuk menanamkan modalnya di kawasan

Asia. Namun yang sangat disayangkan, sebagian besar modal asing yang masuk

dalam bentuk investasi jangka pendek dengan tingkat suku bunga yang tinggi.

Tingkat ketergantungan impor dan ketergantungan atas pinjaman luar negeri

termasuk penanaman modal asing yang tinggi membuat perekonomian negara-

negara Asia pada umumnya rapuh terhadap guncangan dari pihak luar. Hal inilah

yang menjadi akar permasalahan terjadinya krisis ekonomi Asia pada tahun 1997-

1998. Krisis ini bermula dari negara Thailand, terjadinya capital outflow dalam

15 11 12 12

47 44 33 45

38 45 55 43

0%

50%

100%

Indonesia Malaysia Philipina ThailandPertanian Industri Jasa

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 85: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

62

jumlah yang besar yang diikuti dengan terdepresiasinya mata uang Baht, membuat

perekonomian Thailand collapse (Tambunan, 2011).

Dalam jangka waktu yang tidak lama, imbas dari krisis ini menyebar di

hampir seluruh negara-negara di kawasan Asia, termasuk didalamnya negara-

negara ASEAN+3. Dampak dari krisis tersebut serta derajat keparahannya

bervariasi antarnegara, tergantung pada banyak faktor khususnya faktor internal

seperti misalnya kesiapan pemerintah maupun bank sentral serta kondisi sektor

perbankan nasional.

Seperti terlihat pada Gambar 13, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi

negara-negara ASEAN+3 mencapai level terendah dan bahkan bernilai negatif

pada tahun 1998 yakni sebesar -4,35 persen. Hampir semua negara mengalami

pertumbuhan yang negatif, kecuali China. Pertumbuhan ekonomi China selama

periode tersebut paling kokoh dan terus menempati posisi teratas di kawasan

ASEAN+3. Hal ini disebabkan, pertumbuhan ekonomi China ditopang oleh

investasi asing dan kinerja ekspor yang meningkat secara signifikan dari tahun ke

tahun. Sedangkan negara yang paling parah terkena imbas krisis ekonomi tersebut

adalah Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi sebesar -13,1 persen.

Penyebabnya adalah selain dilanda krisis ekonomi, negara ini juga dilanda krisis

multidimensi yaitu gabungan antara krisis perbankan, krisis kepercayaan serta

krisis sosial politik dan keamanan, sehingga efek yang ditimbulkan menjadi

sangat besar.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 13 Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode

1993-2010 (persen).

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

PertumbuhanEkonomi

(%)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 86: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

63

Kebijakan fiskal ekspansif yang ditujukan untuk menstimulasi

perekonomian pasca krisis ekonomi dilakukan oleh negara-negara di kawasan

ASEAN +3. Sebagai contoh pemerintah Indonesia menghabiskan dana sebesar 50

persen dari PDB untuk tujuan tersebut. Hanya Singapura yang masih mampu

mempertahankan keseimbangan fiskalnya dalam posisi surplus pada tahun 1998

yaitu sebesar 4.712 miliar, seperti terlihat pada Tabel 4, dan kondisi surplus fiskal

tersebut berlanjut sampai sekarang.

Tabel 4 Kondisi fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1998 (miliar)

Negara IND MAL PHI SIN THA CHI JPN KORPenerimaan 156.470 56.710 462,5 43.073 732,4 987,6 58.224 96.673

- Pajak 102.394 45.336 416,6 20.131 641,6 926,3 51.229 78.310

- Non Pajak 54.014 11.374 45,5 22.942 86,3 61,3 6.995 18.363

- Hibah/Bantuan 62 0 0,4 0 4.5 0 0 0

Pengeluaran 172.669 61.713 512,5 38.361 1.034,5 1.188,2 111.926 115.430

- Belanja Rutin 117.527 44.585 467,9 17.256 757,6 909,8 68.559 70.631

- Belanja Modal 55.142 17.128 44,2 10.225 276,9 278,4 43.367 20.359

- Net Lending 0 0 0,3 10.880 0 0 0 24.441

Surplus/-16.199 -5.002 -50 4.712 -328,8 -200,6 -53.702 -18.757

( )

Sumber : ASEAN Development Bank (2011).

Singapura memanfaatkan surplus pendapatan dari setiap periode siklus

bisnis untuk menstabilkan neraca fiskal dan neraca perdagangannya. Penerimaan

pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah digunakan untuk

pembangunan-pembangunan barang publik yang esensial bagi masyarakat dan

pelaku bisnis di negara ini. Selain itu, sebanyak 46 persen dari pengeluaran

pemerintah digunakan untuk pembangunan sosial yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas SDM dan 44 persen pengeluaran pemerintah Singapura

ditujukan untuk keamanan dan hubungan eksternal yang dimaksudkan untuk

menjaga agar iklim bisnis di Singapura tetap kondusif. Kebijakan pemerintah ini

mendukung neraca fiskal dan neraca perdagangan di Singapura terjaga

kestabilannya dan tetap pada kondisi surplus (Ministry of Trade and Industry

Singapore, 2010).

Dibandingkan tahun 1993, keseimbangan fiskal semua negara-negara di

kawasan ASEAN+3 pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang negatif

kecuali Korea, yang pertumbuhan fiskalnya meningkat sebesar 133,33 persen

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 87: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

64

selama kurun waktu tersebut diatas. Sementara negara Singapura walaupun

mengalami pertumbuhan fiskal yang negatif, tetapi negara ini masih mampu

mempertahankan posisi surplus fiskalnya pada tahun 2010. Surplus fiskal yang

terjadi pada kedua negara yaitu Singapura dan Korea pada tahun 2010, salah

satunya dihasilkan dari pendapatan pajak bahan bakar minyak yang cukup tinggi

(Purwanti, 2011).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 14 Keseimbangan fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun

1993, 1998 dan 2010 (persen terhadap PDB)

Defisit fiskal terparah dialami negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada

tahun 1998 ketika dilanda krisis ekonomi. Pada tahun 2010, kelima negara yaitu

Indonesia, Thailand, China, Jepang dan Korea telah mampu mengurangi defisit

fiskalnya dengan laju pengurangan sebesar 75,83 persen. Thailand adalah negara

yang berhasil mengurangi defisit fiskal terbesar pada kurun waktu 1998-2010

yaitu sebesar 91,55 persen. Sementara tiga negara lainnya yaitu Malaysia,

Philipina dan Singapura terus mengalami peningkatan defisit hingga tahun 2010

seperti terlihat pada Gambar 14.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 15 Neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode

1993-2010 (persen terhadap PDB).

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang KoreaKeseimbanganFiskal

(%terhadapPDB)

1993

1998

2010

-10

0

10

20

30

40

(%terhadapPDB)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 88: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

65

Tingkat keterbukaan perdagangan yang tinggi pada negara-negara di

kawasan ASEAN+3 membuat neraca perdagangan, neraca yang mencatat semua

transaksi perdagangan luar negeri, menjadi penting untuk diperhatikan. Selama

kurun waktu 1993-2010, neraca perdagangan negara-negara di kawasan

ASEAN+3 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi terutama pada negara-negara

dengan pangsa perdagangan yang tinggi seperti Singapura, Malaysia, Thailand

dan Korea (Gambar 15). Tren pergerakan neraca perdagangan Singapura terlihat

paling fluktuatif dibandingkan dengan negara ASEAN+3 lainnya. Hal ini antara

lain disebabkan oleh tingginya tingkat keterbukaan ekonomi yang dimilikinya,

baik keterbukaan dalam perdagangan maupun finansial, sehingga kinerja

perekonomian negara ini sangat dipengaruhi oleh gejolak perekonomian di tingkat

global. Sementara itu, defisit perdagangan selama kurun waktu tersebut dialami

oleh negara Philipina yang memang sangat bergantung pada produk impor dari

negara lain.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 16 Pertumbuhan volume impor negara-negara di kawasan ASEAN+3

periode 1993-2010 (persen terhadap PDB).

Neraca perdagangan kembali mendapatkan guncangan pada tahun 2009

ketika dunia dilanda krisis keuangan global. Dampak dari krisis ini ternyata tidak

hanya mengurangi volume ekspor barang dan jasa, tetapi juga mengurangi volume

impor barang dan jasa negara-negara di kawasan ASEAN+3 (Gambar 16).

Pertumbuhan ekonomi yang lesu membuat daya beli masyarakat melemah,

sehingga permintaan barang dan jasa domestik maupun impor juga menurun.

Indonesia adalah yang mengalami penurunan pertumbuhan volume impor terbesar

yaitu dari 73,50 persen pada tahun 2008 menjadi -25,10 persen pada tahun 2009

atau turun sebesar 134 persen.

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

Pertumbuhanvolumeimpor

(%)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 89: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

66

Perkembangan perdagangan yang memukau selama kurun waktu 1993-2010

ditunjukkan oleh negara China. Tren perdagangan negara ini mengalami

peningkatan paling pesat dibandingkan negara ASEAN+3 lainnya. Nilai ekspor

China mengalami kenaikan sebesar 1.924,72 persen yakni dari sebesar US$ 86,56

miliar pada tahun 1993 menjadi US$ 1,75 triliun pada tahun 2010, dan sejak tahun

2004 merupakan negara pengekspor terbesar di kawasan ASEAN+3

menggantikan posisi Jepang.

Selain ketiga variabel diatas yaitu defisit fiskal, defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi, perkembangan variabel-variabel pendukung lainnya pada

periode1993-2010 dibahas secara khusus dibawah ini.

1. PDB Negara Lain

Dengan mengasumsikan impor konstan, maka hanya kegiatan ekspor yang

menentukan neraca perdagangan suatu negara pada posisi surplus atau defisit.

Salah satu variabel yang memengaruhi ekspor adalah pendapatan nasional negara

lain yang menjadi tujuan ekspor utama masing-masing negara di kawasan

ASEAN+3. Negara tujuan ekspor utama Indonesia selama periode 1993-2010

adalah Jepang, negara tujuan ekspor utama Philipina dan China adalah Amerika

Serikat, negara tujuan ekspor utama Singapura adalah Malaysia, sedangkan negara

tujuan ekspor utama keempat negara yang lain (Malaysia, Thailand, Korea dan

Jepang) adalah China. Ketika pendapatan nasional negara yang menjadi tujuan

ekspor utama meningkat, maka permintaan produk ekspor dari negara tersebut

juga akan meningkat, sehingga akan mengurangi defisit perdagangan di negara-

negara kawasan ASEAN+3.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 17 PDB negara tujuan ekspor utama negara-negara di kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen terhadap PDB).

0

5000

10000

15000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

PDBkonstan2000

(milliarUS$)

Amerika Serikat

Jepang

China

Malaysia

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 90: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

67

Pendapatan nasional yang diukur dengan PDB pada keempat negara yang

menjadi tujuan ekspor utama negara-negara ASEAN+3 mempunyai tren yang

meningkat pada periode 1993-2010, terlihat pada Gambar 17. Negara China

mempunyai pertumbuhan PDB paling pesat yaitu sebesar 640,65 persen, disusul

oleh Malaysia sebesar 247,71 persen, Amerika Serikat 124,84 persen dan Jepang

65,63 persen. Hal ini memberikan dampak positif pada meningkatnya nilai ekspor

negara-negara di kawasan ASEAN+3 selama periode tersebut.

2. Suku Bunga Riil

Salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh pihak otoritas moneter

dalam mencapai tujuan yang diinginkan adalah suku bunga. Penelitian ini

menggunakan variabel suku bunga riil yang telah mempertimbangkan faktor

inflasi didalamnya. Terlihat pada Gambar 18, suku bunga riil negara-negara di

kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 relatif stabil kecuali Indonesia. Inflasi

yang tinggi di Indonesia akibat krisis ekonomi pada tahun 1998 yaitu sebesar

58,39 persen membuat suku bunga riil bernilai negatif yaitu sebesar -25,6 persen.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 18 Suku bunga riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-

2010 (persen).

3. Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang di kedua negara, dalam

penelitian ini yaitu antara negara-negara di kawasan ASEAN+3 dengan negara

Amerika Serikat. Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar riil berarti harga

barang-barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan harga barang-barang

domestik. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di negara

tersebut sehingga memicu terjadinya defisit perdagangan. Nilai tukar riil negara-

negara di kawasan ASEAN+3 mempunyai kisaran angka yang berbeda-beda.

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

Sukubungariil(%)

Indonesia

Malaysia

Phiilipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 91: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

68

Negara Malaysia, Singapura dan China berada pada kisaran angka 1 digit,

Philipina dan Thailand pada kisaran angka 2 digit, Jepang pada kisaran angka 3

digit, Korea mencapai kisaran angka 4 digit atau ribuan sementara nilai tukar riil

yang ekstrim terjadi di Indonesia yaitu pada kisaran angka 5 digit (Gambar 19 dan

Gambar 20).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 19 Nilai tukar riil enam negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-

2010 (terhadap US$).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 20 Nilai tukar riil negara Indonesia dan Korea periode 1993-2010

(terhadap US$).

Perkembangan nilai tukar riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 terlihat

cukup stabil pada periode 1993-1997. Krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan

pergerakan nilai tukar riil berfluktuasi. Nilai tukar riil semua negara-negara di

kawasan ASEAN+3 melemah atau mengalami depresiasi. Depresiasi terbesar

dialami oleh mata uang rupiah Indonesia dari sebesar Rp 7.381,2/US$ pada tahun

sebelumnya menjadi Rp 16.298,9/US$ pada tahun 2008. Di satu sisi, depresiasi

akan meningkatkan nilai ekspor suatu negara sehingga menciptakan surplus

perdagangan. Tetapi di sisi lain depresiasi membuat cicilan pokok dan bunga

utang luar negeri membengkak sehingga membebani anggaran fiskal negara

tersebut.

0

50

100

150

Nilaitukarriil

(terhadapUS$) Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

0300060009000

120001500018000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Nilaitukarriil

(terhadapUS$)

Indonesia

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 92: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

69

4. Inflasi

Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu

negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

ekspor-impor, cadangan devisa, utang luar negeri dan kestabilan nilai tukar.

Sebelum krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1998, inflasi negara-negara di

kawasan ASEAN+3 relatif stabil dan cenderung menurun, kecuali China yang

tingkat inflasinya pada tahun 1994 sebesar 24,2 persen akibat dari kebijakan

pematokan nilai Yuan yang dimulai pada tahun tersebut, terlihat pada Gambar 21.

Kestabilan inflasi memberikan efek positif antara lain berupa kepastian usaha bagi

investor asing yang akan menanamkan modalnya di negara-negara kawasan

ASEAN+3 yang dinilai sangat menjanjikan.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 21 Tingkat inflasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-

2010 (persen).

Kondisi tersebut diatas bertolak belakang setelah kawasan ASEAN+3

dilanda krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar mata uang negara-negara di

kawasan ASEAN+3 terhadap dolar Amerika (US$) berdampak pada terus

membanjirnya jumlah mata uang domestik yang dilepas di pasaran secara

bersamaan oleh para spekulan, sehingga menyebabkan tingkat inflasi meningkat

tajam rata-rata sebesar 11,01 persen pada tahun 1998 (Junaidi, 2010). Inflasi

terparah lagi-lagi dialami oleh Indonesia yaitu dari 6,2 persen pada tahun 1997

menjadi 58,39 persen tahun 1998. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya tingkat

inflasi di negara ini terus mengalami fluktuasi, sementara inflasi negara-negara di

kawasan ASEAN+3 lainnya relatif stabil dengan kisaran angka dibawah 10

persen.

-10

0

10

20

30

40

50

60

Inflasi(%)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 93: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

70

5. Keterbukaan Perdagangan

Secara teori keterbukaan ekonomi menjanjikan keuntungan bagi semua

negara yang terlibat didalamnya. Keuntungan dari perdagangan internasional

diantaranya berupa pembukaan akses pasar yang lebih luas, pencapaian tingkat

efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi serta peluang penyerapan

tenaga kerja yang lebih besar (Salvatore, 1997). Pangsa perdagangan di kawasan

ASEAN+3 mencapai rata-rata tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 142,09

persen dimana rata-rata pangsa perdagangan dunia hanya sebesar 61,93 persen.

Pada tahun 2009, akibat dari krisis keuangan global, kinerja perdagangan kawasan

ASEAN+3 mengalami penurunan yaitu mencapai rata-rata sebesar 119,30 persen.

Sumber : World Bank (2012)

Gambar 22 Keterbukaan perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3periode 1993-2010 (persen terhadap PDB).

Gambar 22 menunjukkan seiring dengan mulai membaiknya

perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2010, pangsa

perdagangan juga meningkat kembali rata-rata sebesar 126,44 persen. Selama

kurun waktu 1993-2010, pangsa perdagangan terhadap PDB (sebagai indikator

keterbukaan perdagangan) di kawasan ini mengalami kenaikan sebesar 28,93

persen. Tren perdagangan luar negeri yang positif tersebut menunjukkan semakin

lancarnya arus barang dan jasa antarnegara di kawasan ini seiring dengan semakin

berkurangnya hambatan-hambatan dalam perdagangan, baik berupa tarif maupun

non-tarif. Singapura adalah negara yang memiliki derajat keterbukaan tertinggi

diantara negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya. Manfaat dari perdagangan

luar negeri dapat digunakan oleh negara ini untuk membiayai berbagai

pengeluaran pemerintah, sehingga posisi surplus fiskal tetap dapat dipertahankan,

050

100150200250300350400450500

KeterbukaanPerdagangan

(%terhadapPDB)

Indonesia

Malaysia

Philipina

Singapura

Thailand

China

Jepang

Korea

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 94: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

71

dalam kondisi sedang dilanda krisis ekonomi maupun krisis keuangan global

sekalipun (Ministry of Trade and Industry Singapore, 2010).

4.4 Keterkaitan Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan Pertumbuhan

Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3

Keterkaitan defisit fiskal dengan defisit perdagangan dan pertumbuhan

ekonomi dapat ditunjukkan dengan plot regresi maupun uji kausalitas Granger di

masing-masing negara ASEAN+3. Plot diagram antara defisit fiskal dan defisit

perdagangan di kawasan ASEAN+3, seperti terlihat pada Gambar 23,

menunjukkan seolah-olah tidak ada keterkaitan antara kedua defisit. Pada tahun

1998 ketika kawasan ASEAN+3 dilanda krisis ekonomi, terlihat bahwa arah

pergerakan kedua defisit tidak sama. Biaya penanggulangan krisis yang besar

menimbulkan anggaran pemerintah mengalami defisit, sedangkan disisi lain

depresiasi nilai tukar membuat kinerja ekspor masing-masing negara membaik

dan mampu menciptakan surplus perdagangan sebesar 9,9 persen. Begitupun

ketika krisis keuangan global pada tahun 2009, defisit fiskal yang terjadi ternyata

tidak diikuti dengan defisit perdagangan.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 23 Plot diagram antara defisit fiskal dan defisit perdagangan kawasan

ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen terhadap PDB).

Keterkaitan defisit fiskal terhadap defisit perdagangan di masing-masing

negara ASEAN+3 digambarkan melalui plot regresi kedua variabel selama

periode penelitian (1993-2010). Hasil plot regresi kedua defisit, seperti terlihat

pada Gambar 24, memiliki tanda negatif yang berarti defisit fiskal justru akan

mengurangi defisit perdagangan di semua negara-negara ASEAN+3, kecuali di

negara China. Defisit fiskal di negara ini menyebabkan terjadinya defisit

perdagangan atau berlaku twin deficits hypothesis (TDH). Hubungan positif kedua

defisit di China juga ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi Pearson (yang

-5

0

5

10

15

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010(%terhadapPDB)

Defisit Perdagangan Defisit Fiskal

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 95: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

72

dinyatakan dengan simbol r) bertanda positif dan signifikan pada á 1 persen

sebesar 0,596. Kesignifikanan koefisien ini dapat diartikan bahwa kedua defisit

mempunyai kekuatan hubungan yang erat.

Sumber : World Bank (2012)Keterangan :** : signifikan pada á 1 %* : signifikan pada á 5%Gambar 24 Plot regresi antara defisit fiskal dan defisit perdagangan di negara-

negara ASEAN+3 periode 1993-2010.

Rezim fixed exchange rate yang dianut negara China membuat defisit fiskal

akan menghasilkan pendapatan riil yang jauh lebih tinggi, sehingga permintaan

baik pada barang domestik maupun impor meningkat yang pada akhirnya akan

memperburuk kondisi neraca perdagangan (Bose dan Jha, 2011). Nilai impor

-5

0

5

10

15

-4 -2 0 2 4DefisitPerdagangan

Indonesia

Defisit Fiskal

r = -0,804**

-10

0

10

20

30

-10 -5 0 5DefisitPerdagangan

Malaysia

Defisit Fiskal

r = -0,837**

-15

-10

-5

0

-6 -4 -2 0 2

DefisitPerdagangan

Philipina

Defisit Fiskal

r = -0,529*0

10203040

0 10 20 30DefisitPerdagangan

Singapura

Defisit Fiskal

r = -0,466*

-10

0

10

20

-15 -10 -5 0 5DefisitPerdagangan

Thailand

Defisit Fiskal

r = -0,821**

-5

0

5

10

-4 -2 0 2DefisitPerdagangan

China

Defisit Fiskal

r = 0,596**

01234

-15 -10 -5 0 5DefisitPerdagangan

Jepang

Defisit Fiskal

r = -0,088

-5

0

5

10

15

-6 -4 -2 0 2 4DefisitPerdagangan

Korea

Defisit Fiskal

r = -0,121**

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 96: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

73

barang dan jasa negara China merupakan yang terbesar diantara negara-negara di

kawasan ASEAN+3 lainnya yaitu mencapai besaran 1,52 triliun US$, sementara

nilai impor negara-negara lainnya hanya mencapai kisaran miliar US$ (World

Bank, 2012).

Hubungan defisit fiskal dan defisit perdagangan di masing-masing negara

ASEAN+3 pada periode 1993-2010 juga ditunjukkan dengan uji kausalitas

Granger. Dari kedelapan negara anggota ASEAN+3, tiga negara diantaranya yaitu

Philipina, Singapura dan Thailand mempunyai pola hubungan defisit fiskal tidak

menyebabkan defisit perdagangan. Pola hubungan dua arah atau saling

menyebabkan antara kedua defisit terjadi di negara Indonesia, Malaysia, China

dan Korea, sementara pola hubungan satu arah yaitu defisit perdagangan

menyebabkan defisit fiskal terjadi di negara Jepang (Tabel 5).

Tabel 5 Uji kausalitas Granger antara defisit fiskal dan defisit perdagangan dinegara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010

Lag H Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea

1FD TD 0,2143 1,0650 0,4250 1,5331 0,7273 0,9451 0,5622 6,3343**

TD FD 1,4119 6,2790** 1,1727 0,0011 1,5782 3,9306* 1,7714 8,3287**

2FD TD 0,1411 0,3959 0,1674 0,8111 0,4141 0,2547 2,3685 2,0176

TD FD 1,1642 3,0128* 0,0565 1,0215 1,1926 0,5996 2,1899 3,0133*

3FD TD 3,6929* 1,4955 0,2293 0,6555 0,4709 0,0171 2,5799 1,1977

TD FD 2,9402* 1,3977 0,1481 1,2095 0,8277 1,1506 1,7327 4,6849**

4FD TD 1,9391 4,5526* 0,2795 0,2686 0,3111 0,7974 2,7926 0,5161

TD FD 0,9774 4,0216* 0,3147 0,4181 0,3781 0,6978 1,5765 1,9768

5FD TD 0,8938 3,0058 3,2753 3,4515 0,3846 16,1772* 1,3462 1,8538

TD FD 2,3207 23,9901** 0,1913 0,5773 0,4577 3,4327 39,7284** 2,3585Keterangan : F statistik yang ditampilkan** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%

Jepang dalam politik luar negerinya menjadikan hubungan ekonomi sebagai

prioritas utama. Jumlah ekspor Jepang yang tinggi terutama produk-produk

elektronik serta sebagai penyedia sumberdaya kelautan terbesar di dunia membuat

perdagangan luar negeri Jepang meningkat pesat. Tingkat keterbukaan yang tinggi

membuat pemerintah Jepang sangat memerhatikan kondisi neraca perdagangan

sehingga diperlukan suntikan dana dari pemerintah untuk menutup setiap defisit

yang terjadi, sehingga dapat dikatakan negara Jepang menganut trade targeting

(Hook et al, 2005).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 97: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

74

Sumber : World Bank (2012)Keterangan :** : signifikan pada á 1 %* : signifikan pada á 5%Gambar 25 Plot regresi antara defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di

negara- negara ASEAN+3 periode 1993-2010.

Sama seperti sebelumnya, hubungan antara defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara ASEAN+3 dapat dilihat melalui

plot regresi maupun uji kausalitas Granger. Permintaan impor yang lebih besar

daripada ekspor atau kondisi defisit perdagangan, sesuai dengan hipotesis awal,

akan mengurangi pertumbuhan ekonomi semua negara di kawasan ASEAN+3

kecuali di negara Singapura dan China. Namun begitu, hubungan positif antara

defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut memiliki

kekuatan yang sangat lemah, ditunjukkan dengan besaran koefisien korelasi

-20

-10

0

10

-5 0 5 10 15

Pertumbuhan

Ekonomi

Indonesia

Defisit Perdagangan

r = -0,589**-10

-505

1015

-10 0 10 20 30Pertumbuhan

Ekonomi

Malaysia

Defisit Perdagangan

r = -0,537*

-5

0

5

10

-15 -10 -5 0 5Pertumbuhan

Ekonomi

Philipina

Defisit Perdagangan

r = -0,289

-505

101520

0 10 20 30 40pertumbuhan

Ekonomi

Singapura

Defisit Perdagangan

r = 0,033

-20

-10

0

10

20

-10 0 10 20Pertumbuhan

Ekonomi

Thailand

Defisit Perdagangan

r = -0,600*

05

1015

-5 0 5 10Pertumbuhan

Ekonomi

China

Defisit Perdagangan

r = 0,054

-5

0

5

10

0 1 2 3Pertumbuhan

Ekonomi

Jepang

Defisit Perdagangan

r = -0,426*

-10

0

10

20

-5 0 5 10 15Pertumbuhan

Ekonomi

Korea

Defisit Perdagangan

r = -0,607**

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 98: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

75

Pearson sebesar 0,033 untuk Singapura dan 0,054 untuk China yang secara

statistik tidak signifikan.

Uji kausalitas Granger pada kedua variabel menemukan pola hubungan dua

arah atau saling memengaruhi. Selain defisit perdagangan memengaruhi

pertumbuhan ekonomi, sebaliknya juga pertumbuhan ekonomi di negara-negara

ASEAN+3 memengaruhi defisit perdagangan. Salah satu faktor yang menentukan

impor suatu negara adalah pendapatan nasional negara tersebut. Ketika

pendapatan suatu negara tinggi yang berarti mengalami peningkatan pertumbuhan

ekonomi, maka permintaan barang dan jasa negara tersebut baik terhadap produk

domestik maupun produk impor juga akan meningkat. Sehingga benar bahwa

pertumbuhan ekonomi suatu negara akan memengaruhi kondisi neraca

perdagangannya.

Tabel 6 Uji kausalitas Granger antara defisit perdagangan dan pertumbuhanekonomi di negara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010

Lag H Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea

1G TD 1,0415 0,5586 0,3249 0,0013 6,4045** 4,9101** 0,6983 2,0435

TD G 1,4304 0,1618 0,5371 0,4418 1,8235 0,1523 1,6116 3,8786*

2G TD 3,5424* 0,2591 1,2484 0,3632 2,9021* 2,0702 0,7397 0,3927

TD G 0,4846 0,4069 0,4285 3,1477* 0,7181 0,0063 3,4756* 1,6011

3G TD 0,2967 0,6579 0,6872 0,1884 1,5144 2,0507 0,2352 0,1297

TD G 1,0116 2,9043* 0,3606 1,8132 1,7823 0,0076 10,8469** 1,3136

4G TD 0,1031 0,3111 0,4887 2,9250* 0,9071 1,4993 0,4554 0,6739

TD G 0,6642 0,3441 0,8387 3,5037* 2,0634 0,4592 6,4192** 0,7428

5G TD 0,4989 3,2885* 3,1158* 0,2018 1,7401 0,2316 3,1647* 3,4162*

TD G 2,9775* 0,3199 2,9347* 16,4960* 7,8384** 3,0069* 2,0395 7,1748**Keterangan : F statistik yang ditampilkan** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%

Pandangan kaum Keynesian yang menyatakan bahwa kebijakan fiskal

ekspansif dalam jangka pendek ditujukan untuk meningkatkan agregate demand

untuk mendorong perekonomian berlaku pada semua negara-negara di kawasan

ASEAN+3. Dalam batas yang aman, defisit fiskal yang dilakukan oleh masing-

masing negara terbukti efektif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil plot regresi dan koefisien korelasi Pearson antara defisit

fiskal dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara ASEAN+3

kesemuanya bertanda positif. Hubungan yang sangat erat antara dua variabel,

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 99: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

76

yang ditunjukkan dengan tingkat signifikansi, terjadi di empat negara yaitu

Indonesia, Singapura, Thailand, China dan Korea.

Sumber : World Bank (2012)Keterangan :** : signifikan pada á 1 %* : signifikan pada á 5%Gambar 26 Plot regresi antara defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi di negara-

negara ASEAN+3 periode 1993-2010.

Uji kausalitas Granger antara variabel defisit fiskal dan pertumbuhan

ekonomi di negara-negara ASEAN+3 juga menemukan hasil yang sama, yaitu

terdapat pola hubungan dua arah atau saling menyebabkan antara defisit fiskal dan

pertumbuhan ekonomi. Defisit fiskal akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi

suatu negara dan sebaliknya tingkat pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi

kondisi kesimbangan fiskal suatu negara.

-20

-10

0

10

20

-4 -2 0 2 4

PertumbuhanEkonomi

Indonesia

Defisit Fiskal

r = 0,462*

-10

-5

0

5

10

15

-10 -5 0 5

PertumbuhanEkonomi

Malaysia

Defisit Fiskal

r = 0,392

-5

0

5

10

-6 -4 -2 0 2Pertumbuhan

Ekonomi

Philipina

Defisit Fiskal

r = 0,146

-505

101520

0 10 20 30Pertumbuhan

Ekonomi

Singapura

Defisit Fiskal

r = 0,554**

-20

-10

0

10

20

-15 -10 -5 0 5Pertumbuhan

Ekonomi

Thailand

Defisit Fiskal

r = 0,535*

05

1015

-4 -2 0 2Pertumbuhan

Ekonomi

China

Defisit Fiskal

r = 0,682**

-5

0

5

10

-15 -10 -5 0 5Pertumbuhan

Ekonomi

Jepang

Defisit Fiskal

r = 0,105

-10-505

1015

-6 -4 -2 0 2 4Pertumbuhan

Ekonomi

Korea

Defisit Fiskal

r = 0,422*

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 100: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

77

Tabel 7 Uji kausalitas Granger antara defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi dinegara-negara ASEAN+3 periode 1993-2010

Lag H Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea

1G FD 2,1229 1,0426 0,6543 0,4721 24,7009** 3,5354* 0,0224 2,9052*

FD G 0,4076 0,0041 1,1053 0,1597 0,8564 0,2463 0,0983 0,5858

2G FD 0,8814 1,2722 0,3660 1,1953 10,5962** 11,5074** 0,0328 1,2172

FD G 0,2745 0,0629 0,4598 0,7890 0,0973 1,1668 0,3346 0,5849

3G FD 4,8333** 0,8923 0,4747 1,1564 6,1502** 7,3186** 0,0524 1,0348

FD G 6,8498** 0,5228 0,9742 1,3914 0,5239 0,8065 1,4647 3,3867*

4G FD 1,8315 0,4534 0,1758 0,5884 8,0187** 3,9775* 0,2658 1,0139

FD G 4,4851* 0,8719 1,9567 3,9893* 2,9942* 0,3445 3,4028* 0,1813

5G FD 3,5813* 2,9871* 2,9568* 3,6532* 2,7994 0,8973 3,6412* 0,9565

FD G 2,3659 6,6343** 4,4607** 47,0496** 0,7654 3,1141 1,3944 1,7805Keterangan : F statistik yang ditampilkan** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 101: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

V. ANALISIS PANEL DINAMIS

5.1 Uji Stasioneritas Data Panel

Pengujian stasioneritas data merupakan salah satu tahap yang penting dalam

menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung

diantara variabel, sehingga hubungan diantara variabel menjadi valid. Pengujian panel

unit root yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada tingkat level dan first

differencing dan didasarkan pada beberapa statistik uji seperti Levin, Lin & Chu (LLC),

Breitung t-stat, Im, Pesaran &Shin W-stat (IPS), ADF-Fisher Chi-square, dan PP-Fisher

Chi-square seperti yang terlihat pada Tabel 8. Pengujian panel unit root dilakukan pada

semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang dinyatakan dalam persentase:

defisit fiskal (FD), defisit perdagangan (TD), suku bunga riil (RIR), nilai tukar riil (RER),

keterbukaan perdagangan (TO). Sedangkan variabel-variabel lainnya dinyatakan dalam

bentuk logaritma natural: PDB riil (GDP), PDB riil negara lain (GDP*) dan indeks harga

konsumen (CPI).

Tabel 8 Hasil panel unit root test untuk masing-masing variabel

Variabel Diff ) Metode )p-Value Statistik Uji

LLC ) Breitung ) IPS ) ADF Fisher ) PP Fisher )

TD 0 1 0.0063 0.0253 0.0942 0.0943 0.5633

ÄTD 1 2 0.0000 - 0.0000 0.0000 0.0000

FD 0 1 0.0614 0.0005 0.3130 0.4345 0.6424

ÄFD 1 2 0.0000 - 0.0000 0.0000 0.0000

GDP* 0 1 0.0572 0.7588 0.2621 0.4087 0.9997

ÄGDP* 1 2 0.0442 - 0.0060 0.0138 0.0100

RIR 0 1 0.0009 0.0803 0.0182 0.0416 0.0000

ÄRIR 1 2 0.0439 - 0.0000 0.0000 0.0000

RER 0 1 0.9471 0.7892 0.9921 0.9919 0.4574

ÄRER 1 2 0.0003 - 0.0000 0.0001 0.0000

GDP 0 1 0.0627 0.2440 0.1327 0.1486 0.5186

ÄGDP 1 2 0.0000 - 0.0000 0.0000 0.0000

CPI 0 1 0.0000 0.0129 0.0193 0.0278 0.0000

ÄCPI 1 2 0.0000 - 0.0000 0.0000 0.0000

TO 0 1 0.0306 0.0137 0.2989 0.3884 0.8410

ÄTO 1 2 0.0000 - 0.0000 0.0001 0.0000

Keterangan :A ) Differencing : 0 = data level

1 = data first differencingA ) Metode : 1 = dengan intersep, dengan tren

2 = dengan intersep, tanpa trenA ) Common unit rootA ) Individual unit root

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 102: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

80

Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan plotting terhadap data

level untuk melihat metode pengujian panel unit root yang akan dilakukan. Jika plotting

menunjukkan adanya tren terhadap data tersebut maka metode yang digunakan adalah

metode dengan intersep-dengan tren, sebaliknya ketika plotting data tidak menunjukkan

adanya tren maka metode yang digunakan adalah dengan intersep-tanpa tren. Berdasarkan

plotting seluruh variabel pada data level, metode yang akan digunakan dalam panel unit

root adalah dengan intersep-dengan tren. Hasilnya menunjukkan hampir semua variabel

mengandung common unit root maupun individual unit root, kecuali variabel CPI.

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya spurious regression, data level yang

tidak stasioner perlu distasionerkan terlebih dahulu dalam bentuk first differencing,

termasuk variabel CPI tetap dilakukan first differencing sebagaimana variabel lainnya

demi menjaga robustness hasil penelitian. Setelah dilakukan first differencing pada semua

variabel, hasil pengujian dengan menggunakan metode dengan intersep tanpa tren

menunjukkan baik statistik uji common unit root maupun individual unit root seluruhnya

signifikan pada tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa setelah dilakukan first differencing, seluruh variabel sudah stasioner.

5.2 HASIL ESTIMASI

Menindaklanjuti hasil pengujian panel unit root test yang menyatakan semua

variabel yang akan diteliti harus distasionerkan terlebih dahulu untuk menghindari

spurious regression, maka model dasar yang diestimasi adalah model first differencing

sebagaimana dapat dilihat pada persamaan (3.63) untuk regresi model defisit

perdagangan, sementara untuk model pertumbuhan ekonomi mengacu pada persamaan

(3.64). Setiap persamaan akan diestimasi dengan panel data statis dan dinamis untuk

melihat continuum dari parameter model. Hasil estimasi untuk masing-masing persamaan

kemudian akan dirangkum dalam bentuk tabel yang dirinci menurut metode yang

digunakan dan disajikan beberapa statistik uji yang diperlukan dalam memperoleh

penduga terbaik.

Metode data panel dinamis digunakan dalam penelitian ini mengingat kelebihan

metode data panel dinamis yang sanggup mengatasi endogeneity problem terkait dengan

penggunaan lag variabel dependen, dimana pada metode panel data statis penggunaan lag

variabel dependen menyebabkan hasil estimasi menjadi bias dan tidak konsisten.

Terdapat tiga kriteria yang digunakan untuk menemukan model dinamis terbaik yaitu

kevalidan, kekonsistenan dan ketidakbiasan. Validitas instrumen diuji menggunakan uji

Sargan. Instrumen akan valid bila uji Sargan tidak signifikan atau tidak dapat menolak

hipotesis nol. Kriteria yang kedua adalah kekonsistenan. Sifat konsistensi dari estimator

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 103: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

81

yang diperoleh dapat diperiksa dari statistik Arellano-Bond dan yang dihitung

secara otomatis pada beberapa perangkat lunak. Estimator akan konsisten bila statistik

menunjukkan hipotesis nol ditolak dan menunjukkan hipotesis nol tidak ditolak.

Sedangkan kriteria ketidakbiasan terpenuhi ketika nilai hasil estimasi lag variabel

dependen berada diantara nilai hasil estimasi dari FEM dan OLS.

Hasil estimasi dari model defisit perdagangan seperti dinyatakan dalam persamaan

(3.63) dapat dilihat pada Tabel 9, dengan menampilkan tiga metode estimasi untuk data

panel statis, yaitu FEM, REM dan pooled LS (OLS) serta dua metode data panel dinamis

yaitu FD-GMM dan Sys-GMM. Berdasarkan ketiga metode data panel statis, estimasi

terbaik diberikan oleh REM dibanding dua metode lainnya. Hal ini bisa dilihat dari uji

Hausman yang mengindikasikan metode REM lebih baik dari FEM (p-value = 0,9423);

dan uji Breusch-Pagan LM juga menyatakan REM jauh lebih baik dari pooled LS (p-

value = 0,0024). Selain kedua uji tersebut, hasil uji kebaikan suai (goodness of fit) juga

menunjukkan hasil estimasi dari model REM cukup baik, mengingat Wald chi-test

signifikan pada taraf 5%.

Tabel 9 Perbandingan hasil estimasi koefisien ‘Model Defisit Perdagangan’ denganmetode data panel statis, dinamis dan OLS

Variabel OLS FEM REM FD-GMM Sys-GMM

lag ÄTD -0,0295 -0,0402 -0,0291 -0,0336 -0,0281(0,0866) (0,0893) (0,0866) (0,0919) (0,0708)

ÄFD -0,3951*** -0,3633 ** -0,4035 *** -0,3946 * -0,3919 **(0,1480) (0,1585) (0,1484) (0,1667) (0,1565)

ÄGDP* 3,4873 -3,3121 3,5374 3,8637 0,4849(8,0313) (13,9506) (8,0232) (15,1365) (13,3560)

ÄRIR 0,0012 0,0029 0,0004 0,0145 0,0413(0,0717) (0,0747) (0,0736) (0,0786) (0,0723)

ÄRER 0,0011 * 0,0012 * 0,0011 * 0,0015 ** 0,0017 **(0,0006) (0,0007) (0,0006) (0,0007) (0,0006)

Konstanta -0,0283 0,5430 -0,0348 -0,0784 0,1900F-Test 2,87[0,0174] 2,82[0,0192]Wald-Test 14,63[0,0120]Chow F-Test 0,22[0,9800]Breusch-Pagan Test 9,25[0,0024]Hausman Test 0,77[0,9423]Arelano-Bond -2,19[0,0282] -2,21[0,0271]

-1,54[0,1232] -1,59[0,1116]Sargan Test 88,85[0,5442] 96,35[0,7382]

Keterangan:*** : signifikan pada á 1%** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%( ) : standard error[ ] : p-value

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 104: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

82

Untuk dua metode data panel dinamis, hasil estimasi metode FD-GMM

menunjukkan hasil terbaik, karena telah memenuhi ketiga syarat perlu yang harus

dipenuhi metode data panel dinamis. Konsistensi penduga FD-GMM ditunjukkan oleh

hasil nilai statistik uji Arellano-Bond (m dan m ) yaitu m signifikan pada taraf nyata 5

persen dan m tidak signifikan. Sedangkan validitas dari instrumen yang digunakan untuk

estimasi model ditunjukkan oleh hasil nilai statistik uji Sargan yang tidak signifikan (p-

value = 0,5442). Syarat ketidakbiasan juga terpenuhi yaitu dari nilai koefisien estimasi

lag variabel dependen berada pada rentang nilai estimasi dari FEM dan OLS.

Tabel 10 Perbandingan hasil estimasi koefisien ‘Model Pertumbuhan Ekonomi’ denganmetode data panel statis, dinamis dan OLS

Variabel OLS FEM REM FD-GMM Sys-GMM

lag ÄGDP 0,4626 *** 0,1549 ** 0,4626 *** 0,11428 * 0,1971 ***(0,0670) (0,0738) (0,0670) (0,0762) (0,0654)

ÄTD -0,0055 *** -0,0021 -0,0055 *** -0,0019 -0,0028 *

(0,0016) (0,0015) (0,0016) (0,0015) (0,0015)ÄFD 0,0010 0,0024 * 0,0010 0,0026 * 0,0028 **

(0,0015) (0,0013) (0,0015) (0,0014) (0,0013)ÄCPI -0,0049 * -0,0034 -0,0049 * -0,0042 -0,0041

(0,0030) (0,0026) (0,0030) (0,0027) (0,0026)ÄTO 0,0001 -0,0001 -0,0001 -0,0001 -0,0001

(0,0002) (0,0002) (0,0002) (0,0002) (0,0002)DK1 -0,0856 *** -0,0879 *** -0,0856 *** -0,0891 *** -0,0980 ***

(0,0115) (0,0100) (0,0115) (0,0102) (0,0092)DK2 -0,0368 *** -0,0427 *** -0,0368 ** -0,0431 *** -0,0395 ***

(0,0126) (0,0110) (0,0126) (0,0110) (0,0100)Konstanta 0,0320 0,0475 0,0320 0,0481 0,0459F-Test 24,34[0,0000] 23,82[0,0000]Wald-Test 170,40[0,0000]Chow F-Test 6,68[0,0000]Hausman Test 98,61[0,0000]Arelano-Bond -2,49[0,0129] -2,41[0,0158]

0,25[0,8061] 0,67[0,5060]Sargan Test 88,50[0,5249] 104,80[0,4872]

Keterangan:*** : signifikan pada á 1%** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%( ) : standard error[ ] : p-value

Sementara model pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persamaan (3.64)

diperoleh hasil bahwa uji Hausman dan uji Chow dari metode data panel statis

menunjukkan Fixed Efek Model adalah metode terbaik. Sedangkan pada metode data

panel dinamis menunjukkan bahwa metode Sys-GMM memenuhi ketiga kriteria yang

diperlukan untuk menjadi model terbaik seperti terlihat pada Tabel 10. Karena

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 105: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

83

kelebihannya dalam memecahkan masalah endogeneity yang ditimbulkan oleh metode

data panel statis, ketika metode data panel dinamis telah mampu memenuhi ketiga syarat

perlu yang dibutuhkan maka metode data panel dinamis yang dipilih untuk menjadi

model terbaik.

Ketidakpastian dampak defisit fiskal baik terhadap defisit perdagangan maupun

terhadap pertumbuhan ekonomi seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya,

memberikan ide untuk melakukan analisa secara keseluruhan negara-negara ASEAN+3

maupun secara terpisah menurut masing-masing kelompok. Merujuk pada penelitian yang

dilakukan oleh Achsani dan Siregar (2010) negara-negara ASEAN+3 dapat dibagi

menjadi tiga kelompok, yakni kelompok I the big economy dengan anggota negara

Singapura, China, Jepang, dan Korea, kelompok II the new industrialized countries

meliputi negara Thailand dan Malaysia, kemudian yang terakhir adalah kelompok III the

new Asian tiger dengan anggotanya negara Indonesia dan Philipina.

Tabel 11 Hasil estimasi koefisien ‘Model Defisit Perdagangan’ dan ‘Model PertumbuhanEkonomi’ menurut kelompok negaraModel Defisit Perdagangan Model Pertumbuhan Ekonomi

Variabel FD-GMM Variabel Sys-GMM

lag ÄTD -0,0231 lag ÄGDP 0,1187(0,0954) (0,0781)

ÄFD -0,3270 * ÄTD -0,0022(0,1803) (0,0015)

(ÄFD x D1) -0,3031 ÄFD 0,0022 *(0,2917) (0,0013)

(ÄFD x D2) -0,0054 (ÄFD x D1) 0,0015(0,2981) (0,0014)

ÄGDP* 8,5690 (ÄFD x D2) 0,0028(16,5649) (0,0019)

ÄRIR 0,0176 ÄCPI -0,0039(0,0800) (0,0027)

ÄRER 0,0016 ** ÄTO 1,0700(0,0007) (0,0002)

Konstanta -0,4463 DK1 -0,0966 ***(0,0092)

DK2 -0,0392 ***(0,0099)

Konstanta 0,0512Arelano-Bond -2,16[0,0307] -2,44[0,0146]

-1,21[0,2252] 0,51[0,6098]Sargan Test 85,91[0,6311] 108,38[0,3911]

Keterangan:*** : signifikan pada á 1%** : signifikan pada á 5%* : signifikan pada á 10%( ) : standard error[ ] : p-value

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 106: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

84

Pengujian per kelompok negara dilakukan dengan menggunakan dua variabel

dummy. Dummy pertama (D1) bernilai satu untuk kelompok I dan bernilai nol untuk

kelompok lainnya, kemudian dummy kedua (D2) bernilai satu untuk kelompok II dan

bernilai nol untuk kelompok lainnya. Metode yang digunakan adalah metode terbaik

untuk masing-masing model, model defisit perdagangan dengan metode FD-GMM

sedangkan model pertumbuhan ekonomi menggunakan metode Sys-GMM. Masing-

masing dummy tersebut akan dikalikan dengan variabel defisit fiskal untuk melihat

dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi pada

masing-masing kelompok negara.

Seperti terlihat pada Tabel 11, hasil estimasi menurut kelompok negara

menyatakan terpenuhinya syarat perlu dengan menggunakan uji Sargan dan uji Arellano-

Bond, baik untuk model defisit perdagangan dengan metode FD-GMM maupun model

pertumbuhan ekonomi dengan metode Sys-GMM. Meski demikian, terdapat beberapa

catatan terkait dengan estimasi yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut, terkait

konsistensi dengan hasil estimasi model dasar. Pada model defisit perdagangan yang

dibedakan menurut kelompok negara, estimasi dengan metode FD-GMM menunjukkan

hasil yang sama dengan model dasar, baik arah maupun signifikansi dari seluruh variabel

yang memengaruhi defisit perdagangan. Sedangkan untuk model pertumbuhan ekonomi

per kelompok negara dengan metode Sys-GMM memperlihatkan arah dan signifikansi

yang sama pada hampir semua variabel, kecuali pengaruh dari defisit perdagangan yang

pangaruhnya signifikan pada á sebesar 10% di model dasar, pada model ini tidak

memberikan pengaruh yang signifikan.

5.2.1 Dampak Defisit Fiskal terhadap Defisit Perdagangan Negara-Negara di

Kawasan ASEAN+3

Berdasarkan model defisit perdagangan pada persamaan (3.63) dengan metode FD-

GMM, didapatkan hasil bahwa perubahan defisit fiskal berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap perubahan defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3.

Arah koefisien yang negatif mengandung arti bahwa peningkatan defisit fiskal sebesar 1

persen ternyata tidak menyebabkan defisit perdagangan, justru akan mengurangi defisit

perdagangan sebesar 0,3946 persen, ceteris paribus. Hasil estimasi ini mengindikasikan

tidak berlakunya twin deficit hypothesis (TDH) pada negara-negara di kawasan

ASEAN+3, tetapi lebih mengarah pada pandangan Ricardian equivalence hypothesis

(REH). Kesimpulan yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Bussiere,

Fratzscher dan Muller (2005) yang menjadi jurnal acuan pada penelitian ini, dengan

menggunakan metode data panel menyatakan bahwa kecil kemungkinan terjadinya TDH

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 107: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

85

pada 21 negara OECD. Arah hubungan yang negatif antara kedua defisit juga dialami

oleh beberapa negara diantaranya Jepang, Belgia, Selandia Baru, Perancis, Finlandia,

Islandia, Jerman, Italia dan Spanyol berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afonso

dan Rault (2008) dengan metode SUR estimation.

Hubungan antara defisit fiskal dan defisit perdagangan yang bertanda

negatif juga sesuai dengan hasil plot regresi kedua variabel di semua negara

ASEAN+3 kecuali China, seperti ditunjukkan Gambar 24 pada Bab 4. Uji

kausalitas Granger pada tiga negara yaitu Philipina, Singapura dan Thailand

menunjukkan hasil yang sama bahwa defisit fiskal di negara-negara tersebut tidak

menyebabkan timbulnya defisit perdagangan. Kekonsistenan arah hubungan

kedua defisit ini juga terlihat ketika model defisit perdagangan diuji dengan

membagi negara-negara di kawasan ASEAN+3 kedalam tiga kelompok, walaupun

secara statistik pengaruh pengelompokan tersebut tidak signifikan. Tabel 13

menyatakan bahwa defisit fiskal pada ketiga kelompok negara ASEAN+3

kesemuanya tidak menyebabkan timbulnya defisit perdagangan, namun besarnya

koefisien untuk masing-masing kelompok tersebut berbeda. Perubahan defisit

fiskal di empat negara kelompok I mampu mengurangi defisit perdagangan

dengan persentase terbesar diantara dua kelompok lainnya. Sedangkan defisit

fiskal di negara Indonesia dan Philipina (kelompok III) mengurangi defisit

perdagangan dengan persentase paling kecil.

Berdasarkan hasil eksplorasi mengenai hubungan kedua defisit

menggunakan plot regresi lengkap dengan koefisien korelasi Pearson dan uji

kausalitas Granger seperti telah dijabarkan pada Bab IV, hasil yang menarik

adalah berlakunya fenomena TDH pada negara China. Untuk membuktikan dan

memperkuat hasil tersebut, maka dilakukan pengujian model defisit perdagangan

(persamaan 3.63) dengan menambahkan variabel dummy untuk negara China. Dengan

metode panel dinamis FD-GMM ditemukan bahwa hubungan kedua defisit bertanda

positif, defisit fiskal sebesar 1 persen di negara China akan menyebabkan defisit

perdagangan sebesar 0,7955 persen, ceteris paribus (Lampiran 3). Yang membedakan

negara ini dengan negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya adalah rezim fixed

exchange rate yang dianut serta kondisi defisit fiskal yang terus berlangsung selama

periode pengamatan, kecuali tahun 1997 yang mengalami surplus fiskal sebesar 0,6

persen.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 108: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

86

Sumber : World Bank (2012)Gambar 27 Perkembangan tingkat tabungan swasta dan investasi negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen).

REH menyatakan bahwa kehadiran defisit fiskal di suatu negara tidak akan

menyebabkan defisit perdagangan ketika negara tersebut mempunyai tingkat

tabungan swasta yang lebih tinggi dari tingkat investasinya (Barro, 1989). Tingkat

tabungan yang tinggi dapat digunakan untuk membiayai defisit fiskal, sehingga

kehadiran defisit fiskal tidak mengganggu neraca perdagangan. Terlihat pada

02040

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

persen

terhadapPDB

Indonesia

Tabungan

Investasi

0

50

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

persen

terhadapPDB

Malaysia Tabungan

Investasi

02040

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

Philipina Tabungan

Investasi

0

100

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

Singapura Tabungan

Investasi

0

50

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

Thailand Tabungan

Investasi

050

100

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

China

Tabungan

Investasi

0

50

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

Jepang Tabungan

Investasi

0

50

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010persen

terhadapPDB

Korea Tabungan

Investasi

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 109: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

87

Gambar 27, kecuali China, negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya

mempunyai tingkat tabungan melebihi investasinya, sehingga defisit fiskal dapat

di offside dengan tabungan swasta dan tidak menimbulkan terjadinya defisit

perdagangan. Kondisi yang berbeda dialami oleh negara China. Walaupun

mempunyai tingkat tabungan yang paling tinggi diantara negara-negara di

kawasan ASEAN+3 lainnya yaitu rata-rata sebesar 44,72 persen terhadap PDB

pada setiap tahunnya, namun kegiatan industri yang meningkat pesat di negara ini

mampu menciptakan investasi yang sangat besar, melebihi tingkat tabungan yang

tersedia (World Bank, 2012). Sehingga defisit fiskal yang terjadi tidak dapat

didanai oleh tingkat tabungan dan menjadi pemicu timbulnya defisit perdagangan.

Perubahan suku bunga riil berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap defisit perdagangan. Defisit fiskal dan suku bunga mempunyai arah

hubungan yang berbeda dalam memengaruhi defisit perdagangan. Hal ini

mengindikasikan bahwa hubungan antara defisit fiskal dan suku bunga adalah

negatif atau defisit fiskal tidak membuat suku bunga riil meningkat seperti terlihat

pada Gambar 28. Nilai koefisien korelasi Pearson yang tidak signifikan berarti

kedua variabel tidak mempunyai hubungan linier, mekanisme TDH terputus

sampai disini.

Sumber : World Bank (2012)Gambar 28 Plot regresi antara defisit fiskal dan suku bunga riil negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010.

Temuan ini konsisten dengan hasil sebelumnya yang mendukung pandangan

REH bahwa penurunan tabungan pemerintah akan diimbangi dengan peningkatan

tabungan swasta, dan oleh karena itu tabungan nasional tetap. Karena tabungan

nasional tidak mengalami perubahan maka suku bunga riil pun tidak akan

terpengaruh. Penelitian dengan hasil yang sama yaitu defisit fiskal tidak membuat

-30

-20

-10

0

10

20

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25

SukuBungaRiil(%)

Defisit Fiskal (% terhadap PDB)

r = -0,049

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 110: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

88

naiknya tingkat suku bunga telah dilakukan oleh Findlay (1990) dan Monadjemi

(1989).

Sedangkan variabel selanjutnya yaitu nilai tukar riil ternyata memberikan

pengaruh positif terhadap defisit perdagangan negara-negara di kawasan

ASEAN+3. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hipotesis awal. Teori

umum tentang hubungan nilai tukar riil dengan defisit perdagangan menyatakan

bahwa ketika nilai tukar riil meningkat atau mata uang domestik mengalami

depresiasi akan membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi

pihak luar negeri dan sebaliknya harga barang-barang luar negeri menjadi lebih

mahal, sehingga impor akan berkurang dan ekspor akan meningkat. Neraca

perdagangan berada dalam posisi surplus.

Pola perilaku neraca perdagangan sebagai akibat perubahan nilai tukar

dapat digambarkan dengan kurva J. Neraca perdagangan akan mengalami defisit

untuk beberapa periode setelah mata uang domestik terdepresiasi. Perubahan

dalam harga terjadi lebih cepat daripada perubahan dalam kuantitas perdagangan.

Pada awalnya, perubahan kuantitas perdagangan adalah kecil karena pembeli

memerlukan waktu dalam mengubah perilaku mereka. Perjanjian kontrak yang

telah dilakukan sebelumnya tidak mungkin diubah dalam waktu singkat.

Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, depresiasi memberikan dampak

yang positif bagi neraca perdagangan. Intinya dalam jangka pendek depresiasi

akan memperburuk neraca perdagangan sebaliknya dalam jangka panjang akan

menciptakan surplus. Berdasarkan uraian tersebut diatas, hasil yang tidak sesuai

teori dapat dijelaskan karena periode penelitian yang kurang panjang sehingga

efek positif depresiasi terhadap neraca perdagangan tidak dapat terlihat. Menurut

Zuhroh dan Kaluge (2007), proses pembentukan kurva J khususnya di negara-

negara Asia dapat terlihat secara jelas ketika penelitian menggunakan data

triwulanan dengan series yang panjang.

Depresiasi yang menyebabkan defisit perdagangan negara-negara di

kawasan ASEAN+3 juga disebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap bahan

baku impor yang besarnya melebihi 50 persen dari total barang impor. Negara

pengimpor bahan baku industri terbesar adalah Malaysia yaitu mencapai 74,23

persen dari total barang impor pada tahun 2010, diikuti Thailand (70,01%),

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 111: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

89

Philipina (67,31%), Singapura (65,69%), Indonesia (64,51%), China (61,45%),

Korea (56,83%) dan terakhir adalah Jepang (50,58%) (World Bank, 2011).

Akibatnya depresiasi yang terjadi akan membuat pengeluaran impor negara-

negara di kawasan ASEAN+3 meningkat dan menjadi penyebab timbulnya defisit

perdagangan.

Variabel lainnya yang tidak signifikan memengaruhi defisit perdagangan

negara-negara di kawasan ASEAN+3 adalah lag pertama dari variabel dependen

(defisit perdagangan tahun sebelumnya) yang mempunyai koefisien bertanda

negatif. Ketidaksignifikanannya lag variabel dependen menunjukkan bahwa

kondisi neraca perdagangan saat ini tidak dipengaruhi oleh kondisi neraca

perdagangan pada tahun sebelumnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh variabel lain

(defisit fiskal dan suku bunga riil) maupun kebijakan perdagangan serta kondisi

perekonomian di masing-masing negara ASEAN+3.

Perubahan laju pertumbuhan PDB negara lain yang menjadi tujuan ekspor

utama masing-masing negara ASEAN+3 juga berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap perubahan defisit perdagangan. Selain PDB negara lain dan

nilai tukar, faktor lain yang memengaruhi permintaan produk ekspor suatu negara

adalah selera. Ketika pendapatan suatu negara bertambah maka selera akan ikut

menyesuaikan, ada keinginan untuk mengganti produk dengan kualitas yang lebih

baik yang mungkin berasal dari negara bukan anggota ASEAN+3 meskipun

dengan harga yang relatif lebih mahal. Ketika PDB negara lain yang menjadi

tujuan ekspor utama masing-masing negara ASEAN+3 mengalami peningkatan

belum tentu akan membuat nilai ekspor negara-negara tersebut ikut meningkat.

5.2.2 Dampak Defisit Fiskal dan Defisit Perdagangan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3

Terlihat pada Tabel 10, pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3

ditentukan oleh beberapa variabel yaitu lag pertamanya, defisit perdagangan,

defisit fiskal, inflasi, keterbukaan perdagangan serta dummy krisis tahun 1998 dan

2009. Sys-GMM adalah metode terbaik yang mampu menjelaskan hubungan

tersebut. Berdasarkan hasil estimasi, lag pertama dari variabel dependen

(pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya) mempunyai koefisien yang bertanda

positif dan signifikan pada á sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 112: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

90

pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3 sangat dipengaruhi oleh

pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya. Ketika pertumbuhan ekonomi tahun

sebelumnya meningkat sebesar 1 persen, maka pada tahun berikutnya laju

pertumbuhannya akan meningkat sebesar 0,1971 persen, ceteris paribus.

Sesuai dengan hipotesis awal, variabel defisit perdagangan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Setiap peningkatan defisit

perdagangan sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,0028 persen, ceteris paribus. Ketika penduduk suatu negara

lebih menyukai produk impor daripada produk domestik maka itulah awal

kehancuran yang nyata pada suatu negara. Terjadi deindustrialisasi yang

menyebabkan pengangguran meningkat dan pada akhirnya akan menimbulkan

perekonomian yang lesu. Hubungan negatif antara defisit perdagangan dan

pertumbuhan ekonomi juga ditunjukkan oleh plot regresi kedua variabel pada

seluruh negara ASEAN+3 kecuali Singapura dan China yang memiliki koefisien

korelasi sangat kecil seperti telah dibahas pada Bab sebelumnya.

Sementara defisit fiskal memberikan dampak positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3. Perubahan defisit

fiskal sebesar 1 persen akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar

0,0028 persen, ceteris paribus. Menurut Maastricht treaty criterion, level defisit

fiskal yang aman bagi suatu negara adalah tidak lebih dari 3 persen terhadap PDB.

Berdasarkan kriteria tersebut, dapat dikatakan bahwa defisit fiskal yang terjadi

pada negara-negara di kawasan ASEAN+3 masih dalam level aman, kecuali

Jepang. Defisit fiskal di Indonesia selama periode pengamatan tahun 1993-2010

rata-rata mencapai -0,61 persen per tahun, Malaysia (-2,77%), Philipina (-2,52%),

Thailand (-0,6%), China (-1,6%), dan Jepang (-5,84%). Sementara di Singapura

dan Korea mengalami surplus fiskal. Walaupun mengalami defisit fiskal cukup

besar, yaitu rata-rata -5,84 persen per tahun, Jepang yang menganut trade

targeting dapat membiayai defisitnya dengan surplus neraca perdagangan.

Dampak defisit fiskal yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi ini

merujuk pada pandangan kelompok Keynesian. Defisit fiskal yang terjadi akan

meningkatkan pendapatan yang siap dibelanjakan dan peningkatan konsumsi serta

sisi permintaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 113: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

91

kesempatan kerja penuh (dalam jangka pendek), peningkatan sisi permintaan akan

mendorong produksi domestik dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan

nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan

mendorong perekonomian melalui efek multiplier Keynesian.

Multiplier tersebut akan bernilai besar jika kebocoran yang terjadi kecil,

kebijakan moneter akomodatif serta kondisi fiskal negara tersebut berada pada

kondisi sustainable. Ada beberapa hal yang menyebabkan kebocoran tersebut

minimal, yang pertama jika stimulus fiskal yang dikeluarkan lebih pada

peningkatan pengeluaran pemerintah daripada pemotongan pajak sehingga efek

putaran pertama adalah peningkatan agregate demand, sementara ketika

dikenakan pemotongan pajak dikhawatirkan individu akan lebih banyak

menabung. Yang selanjutnya adalah jika nilai marginal propensity to consume

besar sementara nilai marginal propensity to import kecil. Sementara kebijakan

moneter yang akomodatif yaitu ketika suku bunga riil tidak mengalami

peningkatan akibat defisit fiskal sehingga efek crowding-out investment tidak

terjadi. Sedangkan kondisi keberlanjutan fiskal (fiscal sustainability) akan

mengurangi efek dari tingkat hutang yang tinggi (Spillimbergo, et al, 2009).

Sumber : World Bank (2012)Gambar 29 Plot regresi antara defisit fiskal dan investasi negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010.

Temuan sebelumnya yang menyatakan defisit fiskal tidak menyebabkan

naiknya suku bunga berimplikasi pada tidak terjadinya efek crowding-out

investment. Hubungan positif antara defisit fiskal dan investasi digambarkan

dengan plot regresi kedua variabel, terlihat pada Gambar 29, dengan koefisien

korelasi Pearson yang bertanda positif dan signifikan pada á sebesar 1 persen.

Efek crowding-in yang terjadi menyebabkan defisit fiskal memberikan pengaruh

yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil yang sama juga diperoleh

0

20

40

60

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25

Investasi

(%terhadapPDB)

Defisit Fiskal (% terhadap PDB)

r = 0,254**

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 114: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

92

ketika dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dilihat pada masing-

masing kelompok negara, yang kesemuanya bertanda positif. Junaidi (2010)

melakukan penelitian tentang dampak pengeluaran pemerintah terhadap

perekonomian di negara-negara ASEAN+3 menggunakan metode VAR juga

menemukan kesimpulan yang sama bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah

direspon positif oleh PDB seluruh negara-negara ASEAN+3 kecuali Singapura

dan Jepang.

Dummy krisis ekonomi tahun 1998 maupun krisis keuangan global tahun

2009 terbukti memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara di kawasan ASEAN+3 dengan tingkat signifikansi á sebesar 1

persen. Krisis ekonomi yang memang bersumber dari kawasan Asia memberikan

dampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar yaitu 0,0980 persen,

ceteris paribus. Sementara dampak yang ditimbulkan krisis keuangan global

terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3 lebih kecil

yakni hanya sebesar 0,0395 persen, ceteris paribus. Krisis keuangan global hanya

berefek kecil terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan

ASEAN+3, selain hanya sebagai imbas dari krisis keuangan di Amerika, negara-

negara ini juga sudah lebih siap menghadapi krisis setelah krisis ekonomi 1998

menggempur kawasan ini dengan kekuatan yang cukup dahsyat.

Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi meskipun tidak

signifikan. Inflasi yang tinggi, seperti yang telah diakui oleh para ekonom,

berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Inflasi yang tinggi menyebabkan biaya sosial tinggi yang harus ditanggung oleh

pemerintah, pengusaha maupun masyarakat. Biaya sosial ini terdiri dari

shoeleather cost, menu cost, variabilitas harga relatif, besaran pajak yang

terdistorsi serta ketidaknyamanan hidup dengan harga yang berubah-ubah. Secara

umum, inflasi meningkatkan biaya produksi dan transportasi serta menurunkan

daya beli masyarakat sehingga berpengaruh negatif bagi perekonomian (Mankiw,

2006). Sementara tingkat keterbukaan perdagangan negara-negara di kawasan

ASEAN+3 ternyata memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

meskipun secara statistik pengaruhnya tidak signifikan. Kawasan ASEAN+3 yang

sebagian merupakan negara sedang berkembang (NSB) belum merasakan

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 115: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

93

sepenuhnya manfaat dari perdagangan internasional ditambah lagi tingkat

keterbukaan yang tinggi membuat negara-negara di kawasan ASEAN+3 sangat

rentan terhadap setiap gejolak perekonomian di dunia.

5.3 Implikasi Kebijakan

Sub bab ini bertujuan untuk mengulas implikasi kebijakan berdasarkan hasil

penelitian pada uraian sebelumnya yang cenderung memberi penjelasan secara

parsial. Pertama, hasil yang menyatakan bahwa defisit fiskal tidak menyebabkan

defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 disebabkan tingkat

tabungan swasta yang lebih tinggi daripada tingkat investasi kecuali pada negara

China. Pengurangan tabungan pemerintah dalam rangka kebijakan fiskal ekspansif

akan di offside oleh tabungan swasta yang tinggi, sehingga defisit fiskal yang

terjadi tidak mengganggu neraca perdagangan. Tidak berlakunya fenomena TDH

di tujuh negara kawasan ASEAN+3 juga disebabkan hubungan defisit fiskal dan

tingkat suku bunga riil yang bertanda negatif dan tidak signifikan. Defisit fiskal

tidak membuat naiknya tingkat suku bunga riil sehingga mekanisme TDH

terputus.

Kedua, defisit perdagangan terbukti secara signifikan memberikan dampak

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.

Keterbukaan perdagangan tidak selalu memberikan keuntungan bagi suatu negara.

Ketika negara tidak mampu bersaing dalam pasar global maka selanjutnya hanya

akan dijadikan pasar yang menjanjikan bagi produk-produk olahan negara lain.

Nilai impor yang melebihi nilai ekspornya akan mengganggu neraca perdagangan,

yang akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Hasil selanjutnya, dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara di kawasan ASEAN+3 adalah positif. Defisit fiskal yang terjadi di

kawasan ini dapat dikatakan masih berada pada level aman, sehingga efektif dan

tepat guna dalam menstimulasi perekonomian. Sesuai dengan pandangan

kelompok Keynesian yang menyatakan bahwa ketika perekonomian belum dalam

kondisi kesempatan kerja penuh, peningkatan sisi permintaan akibat defisit fiskal

yang dilakukan, akan mendorong produksi domestik dan pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan nasional. Jadi defisit fiskal dalam jangka pendek akan

menguntungkan perekonomian.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 116: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

94

Hubungan negatif antara defisit fiskal dan tingkat suku bunga atau dengan

kata lain defisit fiskal tidak menyebabkan naiknya tingkat suku bunga

berimplikasi pada dua hal penting. Pertama, tidak terganggunya iklim investasi

akibat terjadinya defisit fiskal atau lebih dikenal dengan istilah crowding-in effect.

Hubungan positif antara defisit fiskal dan investasi dapat dilihat dari hasil plot

regresi (Gambar 29) dengan koefisien korelasi Pearson yang signifikan pada á

sebesar 1 persen. Implikasi penting yang kedua, tidak naiknya tingkat suku bunga

akibat defisit fiskal menyebabkan mekanisme TDH terputus. Defisit fiskal tidak

mengganggu neraca perdagangan. Crowding-in effect dan tidak terganggunya

neraca perdagangan memperkuat efek positif defisit fiskal terhadap pertumbuhan

ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.

Selain itu, dampak positif defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi juga

mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal ekspansif telah didukung oleh kebijakan

moneter yang akomodatif pada negara-negara di kawasan ASEAN+3.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sriyana (2005), sinkronisasi kebijakan

fiskal dan moneter yang baik dapat dilihat dari perbandingan antara pertumbuhan

PDB dengan tingkat suku bunga riil. Jika suku bunga riil lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan PDB, maka terdapat indikasi kurang

sinkronnya hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter, karena otoritas

moneter tidak dapat mempertahankan tingkat suku bunga. Terlihat pada Gambar

30, semua negara-negara di kawasan ASEAN+3 mempunyai rata-rata suku bunga

riil yang lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDB pada periode

1993-2010. Dan ketika suku bunga riil lebih tinggi dari pertumbuhan PDB,

nilainya tidak terlalu jauh dibandingkan nilai pertumbuhan PDB.

Sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter di negara China sudah sangat

baik dilakukan. Otoritas moneter negara ini sangat responsif terhadap posisi fiskal

yang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata tingkat suku bunga riil sebesar

1,77 persen yang jauh lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDB yang

mencapai 10,33 persen. Oleh karena itu, walaupun defisit fiskal di negara ini

dapat menyebabkan defisit perdagangan, tetapi karena didukung oleh kebijakan

moneter yang akomodatif maka dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan

ekonomi tetap positif.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 117: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

95

Sumber : World Bank (2012)Gambar 30 Perkembangan suku bunga riil dan pertumbuhan PDB negara-negara

di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 (persen).

-40

-20

0

20

Indonesia

RIR

GGDP

-20

0

20

Malaysia RIR

GGDP

-100

1020

Philipina RIR

GGDP

-20

0

20

Singapura

RIR

GGDP

-20

0

20

Thailand

RIR

GGDP

-20

0

20

China RIR

GGDP

-505

10

Jepang

RIR

GGDP

-100

1020

Korea RIR

GGDP

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 118: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

96

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak defisit fiskal dan

pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya, Adam dan Bevan (2002) menemukan

hasil bahwa dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan di 45 negara sedang

berkembang bergantung pada cara pembiayaan defisitnya. Ketika defisit fiskal

dibiayai dengan mencetak uang (seigniorage) maka akan menciptakan inflasi dan

menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketika defisit fiskal dibiayai dengan utang

domestik maka akan memberikan dampak yang sama yaitu mengurangi

pertumbuhan akibat adanya crowding-out effect. Sementara pembiayaan defisit

dengan utang luar negeri, dalam batas yang wajar akan dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 119: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dan merujuk

pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ricardian equivalence hypotesis (REH) terbukti di tujuh negara kawasan

ASEAN+3 yaitu negara Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand,

Jepang dan Korea. Ketika pengurangan tabungan pemerintah akibat defisit

fiskal dapat di offside oleh surplus sektor swasta, tingkat tabungan swasta yang

lebih besar dari investasi, maka hal ini tidak akan menimbulkan defisit

perdagangan. Sementara twin deficits hypotesis (TDH) terbukti di negara China

yang menganut rezim fixed exchange rate dengan tingkat investasi yang lebih

besar daripada tingkat tabungan swastanya.

2. Defisit perdagangan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.

3. Defisit fiskal memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi

negara-negara di kawasan ASEAN+3. Sesuai dengan pandangan kelompok

Keynesian, ketika defisit fiskal berada pada level aman dan berlangsung dalam

jangka pendek maka hasilnya akan menguntungkan perekonomian. Hubungan

negatif antara defisit fiskal dan tingkat suku bunga riil, berimplikasi pada dua

hal yaitu terjadinya efek crowding-in investment dan tidak terganggunya neraca

perdagangan, yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sinkronisasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter negara-negara di

kawasan ASEAN+3 semakin memperkuat dampak positif defisit fiskal

terhadap pertumbuhan.

6.2 Saran

Merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya,

beberapa arah kebijakan yang disarankan adalah sebagai berikut :

1. Walaupun kebijakan fiskal telah didukung oleh kebijakan moneter yang

akomodatif, tetap diperlukan sikap kehati-hatian dari pemerintah dalam

memutuskan besaran defisit agar fiscal sustainability tetap terjaga.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 120: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

98

2. Melihat urgensi tabungan untuk mencegah dampak negatif defisit fiskal

terhadap neraca perdagangan maka adalah penting mendorong kesadaran

masyarakat untuk menabung khususnya di lembaga keuangan formal.

Menjadikan gerakan menabung menjadi gerakan nasional yang didukung oleh

semua pihak, baik pemerintah maupun swasta.

3. Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga kestabilan

neraca perdagangan. Ketergantungan yang tinggi negara-negara di kawasan

ASEAN+3 terhadap bahan baku impor dapat diatasi dengan melakukan

subtitusi bahan baku dari bahan baku impor ke bahan baku lokal, himbauan

penggunaan produk domestik dan kewajiban setiap pelaku usaha yang ingin

membuat perizinan usaha baru untuk menggunakan bahan baku yang sebagian

besar merupakan prouduksi domestik. Untuk meningkatkan daya saing

khususnya negara-negara sedang berkembang di kawasan ASEAN+3

(Indonesia, Malaysia, Phlipina dan Thailand) dapat dikembangkan industri

yang berbasis pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge

based economy). Cara yang dapat dilakukan adalah mendorong kegiatan riset

dan pengembangan (R&D) yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan

industri, serta menyediakan kualitas modal manusia yang terampil dan kreatif

diantaranya dengan pemberian insentif kepada peneliti dan lembaga-lembaga

riset serta penjaminan hak paten dan hak atas kekayaan intelektul lainnya.

6.3 Saran Penelitian Lebih Lanjut

Beberapa saran yang dapat dirumuskan untuk penelitian lebih lanjut adalah :

1. Penambahan jenis variabel yang digunakan baik pada model defisit

perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi. Misalnya variabel tabungan,

dan investasi dalam model defisit perdagangan serta variabel infrastruktur

dan modal manusia dalam model pertumbuhan ekonomi.

2. Perluasan cakupan negara yang akan diteliti, misalnya ASEAN+6.

3. Perluasan variabel defisit perdagangan menjadi defisit transaksi berjalan

yang didalamnya memperhitungkan arus modal dari dan ke luar negeri.

4. Penggunaan series data yang lebih panjang, jika memungkinkan gunakan

data tiwulanan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 121: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

DAFTAR PUSTAKA

Abbas A, Hagbe, Fatas, Mauro, Velloso 2010. Fiscal Policy and the CurrentAccount. IMF Working Paper 10/12.

Abimanyu A. 2003. Kebijakan Fiskal dan Efektivitas Stimulus Fiskal diIndonesia. Jurnal Ekonomi Indonesia 1(1):1-35.

Abmann C. 2008. Assesing the Effect of Current Account and Currency Crisis onEconomic Growth. Economic Working Paper 01.

Aiginger K, Falk M. 2005. Explaining Differences in Economic Growth AmongOECD Countries. Empirica 32: 19-43.

Achsani NA, Siregar H. 2010. Classification of the ASEAN+3 Economies UsingFuzzy Clustering Approach. European Journal of Scientific Research39(4):489-497.

Adam C, Bevan D. 2002. Fiscal Deficits and Growth in Developing Countries.Discussion Paper Series. Department of Economics Oxford.

Afonso A, Rault C. 2009. Budgetary and External Imbalances Relationship: APanel Data Diagnostic. Cesifo Working Paper. European Central Bank.

Ardiyanto F. 2006. Analysis of Current Account Deficits and Fiscal Deficits inIndonesia: A VAR Approach. Jurnal Keuangan Publik 4(2):1-18.

Aristovnik A. 2006. The Determinants and Excessiveness of Current AccountDeficits in Eastern Europe and the Former Soviet Union. Working Paper827.

Artana D, Muphy RL, Navajas F. 2003. A Fiscal Policy Agenda. Institute forInternational Economics. Washington.

Bagnai A. 2007. Structural Breaks and the Twin Deficits Hypothesis. UniversityGabriele D’Annunzio. Italia.

Baharumshah AZ, Ismail H, Lau E. 2009. Twin Deficits Hypothesis and CapitalMobility: The ASEAN 5 Perspective. Jurnal Pengurusan 29:15-32.

Baharumshah AZ, Lau E, Khalid AM. 2006. Testing Twin Deficits HypothesisUsing VARs and Variance Decomposition. Business Papers. BondUniversity.

Baltagi BH. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3 Edition. John Wiley& Sons Ltd.

Barro R. 1989. The Ricardian Approach to Budget Deficits. Journal of EconomicPerspectives 3(2):37-54.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 122: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

100

Bartolini L, Lahiri A. 2006. Twin Deficits, Twenty Years Later. Current Issues inEconomic and Finance. Federal Reserve Bank of New York.

Bernheim BD. 1989. A Neoclassical Perspective on Budget Deficits. Journal ofEconomic Perspectives 3(2):55-72.

Blanchard O. 2005. Macroeconomics. New York: Prentice Hall BusinessPublishing.

Bluedorn J, Leigh D. 2011. Revisiting the Twin Deficits Hypothesis: The Effectof Fiscal Consolidation on the Current Account. IMF Economic Review 59.

Bose S, Jha S. 2011. India’s Twin Deficits: Some Fresh Empirical Evidence.ICRA Bulletin.

Bussiere M, Fratzscher, Muller. 2004. Current Account Dynamic in OECD andEU Acceding Countries-an Intertemporal Approach. Working Paper Series311. European Central Bank.

Calderon CA, Chong A. Determinants of Current Account Deficits in DevelopingCountries. Working Paper 2. Central Bank of Chile.

Catao L, Terrones M. 2001. Fiscal Deficits and Inflation: a New Look at theEmerging Market Evidence. IMF Working Paper 74.

Chang JC, Hsu ZZ. 2009. Causality Relationships Between the Twin Deficits inthe Regional Economy. National Chi Nan University. Puli.

Chinn M, Prasad ES. 2000. Medium-Term Determinants of Current Accounts inIndustrial and Developing Countries: an Empirical Exploration. NBERWorking Paper Series 7581.

Clements, Bhattacharya, Nguyen. 2003. External Debt, Public Investment andGrowth in Low Income Countries. IMF Working Paper 249.

Corsetti G, Muller GJ. 2006. Twin Deficits: Squaring Theory, Evidence andCommon Sense. European Economic Area. European University Institute.Florence.

Edward S. 2001. Does the Current Account Matter? National Bureau of EconomicResearch. Durham NC.

Ehrhart D, Minea, Villieu. 2009. Deficit, Seigniorage, the Growth Laffer Curve inDeveloping Countries. University of Auveregne. Auveregne.

Enders W. 2004. Applied Econometrics Time Series. Ed ke-2 New York: JohnWilley and Sons, Inc.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 123: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

101

Fatima G, Ahmed AM, Rehman WU. 2011. Fiscal Deficit and Economic Growth:An Analysis of Pakistan’s Economy. International Journal of Trade,Economics and Finance 2(6):501-504.

Findlay DW. 1990. Budget Deficit, Expected Inflation and Short-Term RealInterest Rates: Evidence from the US. International Economic Journal4(3):41-53.

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.Penerbit PT IPB Press Bogor.

Fleegler E. 2006. The Twin Deficits Revisited: a Cross Country, EmpiricalApproach. Duke University.

Ganchev GT. 2010. The Twin deficit Hypothesis: The Case of Bulgaria. FinancialTheory and Practice 34.

Gupta S, Clements B, Baldacci E, Granados CM. 2005. Fiscal Policy, ExpenditureComposition and Growth in Low Countries. Journal of International Moneyand Finance 24(3):441-463.

Halwani RH. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi 2.Bogor: Ghalia Indonesia.

Hook G. 2005. Japan’s International Relatons: Politics, Economics, and Security.Oxon: Routledge.

Heng TK. 1997. Public Capital and Crowding-In. The Singapore EconomicReview 42:1-10.

Junaidi E. 2008. Dampak Pengeluaran Pemerintah Terhadap Perekonomian diNegara-Negara ASEAN+3 [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Keho Y. 2010. Budget Deficits and Economic Growth: Causality Evidence andPolicy Implications for WAEMU Countries. European Journal ofEconomics, Finance and Administrative Science 47(4):281-285.

Kulkarni KG, Erickson EL. 1998. Twin Deficit Revisited: Evidence from India,Pakistan and Mexico. The Journal of Applied Business Research 17(2):97-103.

Kumar MS, Woo J. 2010. Public Debt and Growth. IMF Working Paper 174.

Krugman PR, Obstfeld M. 2005. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan, Edke-5 Basri FH, penerjemah; Jakarta: Penerbit PT. INDEKS Terjemahandari: International Economics.

Lau E, Haw CT. 2003. Transmission Mechanism of Twin Deficits Hypothesis:Evidence from Two Neighboring Countries. INTI Journal 1(3):159-166.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 124: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

102

Lau E, Tang TC. 2009. Twin Deficits in Cambodia: Are there Reasons forConcern? An Empirical Study. Discussion Paper 11. Monash University.

Lebe F, Kayhan S, Adiguzel U, Yigit B. The Empirical Analysis of the Effects ofEconomic Growth and Exchange Rate on Current Account Deficits:Romania and Turkey Samples. Journal of Applied Quantitative Methods4(1):69-81.

Malahayati M. 2011. Analisis Fenomena Twin Deficit pada Negara-NegaraASEAN [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. InstitutPertanian Bogor.

Malik S, Chaudhry IS, Sheikh MR, Farooqi MS. 2010. Tourism, EconomicGrowth and Current Account Deficit in Pakistan: Evidence from Co-integration and Causal Analysis. European Journal of Economics, Financeand Administrative Science 22:21-31.

Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi, Ed ke-6 Liza F, penerjemah; Jakarta:Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics theory.

Ministry of Trade and Industry Singapore. 2010. Economic Survey of Singapore.http://www.mti .gov.sg

Monadjemi MS. 1989. Fiscal and Interest Rates: A Multy-Country Analysis.Australian Economic Paper 28:85-95.

Mukhtar T, Zakaria M, Ahmed M. 2007. An Empirical for the Twin DeficitsHypothesis in Pakistan. Journal of Economic Cooperation 28(4):63-80.

Musgrave. 1980. Public Finance in Theory and Practice. McGraw-Hill NewYork.

Obi B, Nurudeen A. 2009. Do Fiscal Deficits Raise Interest Rates in Nigeria?Vector Autoregression Approach. Journal of Applied Quantitative Methods4(3):306-316.

Purwanto T. 2011. Dampak Keterbukaan Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi di Negara-Negara ASEAN+3 [Tesis]. Bogor: Institut PertanianBogor.

Radhi F. 2009. Beban Utang Luar Negeri dalam Perekonomian Indonesia.Economic Review.

Saleh AS. 2003. The Budget Deficit and Economic : A Survey. University ofWollongong, Research Online.

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Terjemahan. PenerbitErlangga Jakarta.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 125: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

103

Sekmen F, Calisir M. Is there a Trade-off between Current Account Deficits andEconomic Growth? The Case of Turkey. International Research Journal ofFinance and Economics 62:166-172.

Sriyana J. 2005. Ketahanan Fiskal : Studi Kasus Malaysia dan Indonesia. JurnalEkonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang 10(2):123-132.

Spillimbergo et al. 2008. Fiscal Policy for the Crisis. IMF Staff Position Note.Dcember 29.

Subekti A. 2011. Dinamika Inflasi Indonesia pada Tataran Provinsi [Tesis].Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tolo W.B. 2011. The Determinants of Economic Growth in the Philippines: aNew Look. IMF Working Paper 288.

Zengin A. 2000. The Twin Deficits Hypothesis (The Turkish Case). ZonguldakKaraelmas University.

Widodo BT. 2005. Implikasi Pembiayaan Defisit APBN terhadap KesinambunganFiskal (Fiscal Sustainability) [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

World Bank. 2000. World Development Indicators 1999. Washington D.C., USA.

World Bank. 2010. World Development Indicators 2009. Washington D.C., USA.

World Bank. 2012. World Development Indicators 2011. Washington D.C., USA.

Zuhroh I, Kaluge D. 2007. Dampak Pertumbuhan Nilai Tukar Riil TerhadapPertumbuhan Neraca Perdagangan Indonesia (Suatu Aplikasi ModelVector Autoregressive, VAR). Journal of Indonesian AppliedEconomics 1(1):59-73.

http://data.worldbank.org/indicator [20 April 2012]

http://www.adb.org/documents/books/key_indicator [22 April 2012]

http://www.imfstatistics.org [25 April 2012]

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 126: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

105

asi penelitian terdahulu tentang dengan defisit fiskal, defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan ekonomi.

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

A.Z.Baharumshah, Evan

Lau,A.M.Khalid

(2006)

BusinessPapers BondUniversity

VAR FD, CAD, suku bunga,nilai tukar

ASEAN 4,data

triwulanandari tahun

1976:1-2000:4

Terdapat hubungan LR dan tidaklangsung antara FD dan CAD, diThailand FD mempengaruhi CAD, diIndonesia CAD mempengaruhi FD, diMalaysia & Filipina terdapat hubungandua arah.

A.Z.Baharumshah, Hamizun

Ismail,Evan Lau

(2009)

JurnalPengurusan 29(2009) 15-32

VECM FD, CAD, investasiASEAN 5,

data tahunan,1960 - 2003

TDH terjadi di tiga negara yaituMalaysia, Thailand dan Filipina,pengeluaran pemerintah meng crowds-out investasi swasta, investsimempengaruhi CAD, investasi domestikyang tinggi dibiayai oleh sumber danadari luar.

SuchismitaBose dan

Sudipta Jha,(2011)

ICRABULLETIN,Money and

Finance,Des 2011

VAR/VECM FD, CAD, suku bunga,nilai tukar, harga minyak

India, datatriwulanan

1998:1-2011:1

Terdapat hubungan dua arah antara FDdan CAD, dengan hubungan yang lebihkuat CAD menyebabkan FD. Hasil inidiperkuat ketika harga minyakdimasukkan sebagai variabel kontrol.

FerryArdiyanto,

(2006)

JurnalKeuangan

Publik, Vol 4No 2

VAR FD, CAD, suku bunga,nilai tukar, PDB

Indonesia,data tahunan1981-2004

Terdapat hubungan satu arah yaitu CADmenyebabkan FD, suku bungamempengaruhi kedua defisit.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 127: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

106

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

LeonardoBartolini dan

AmartyaLahiri

(2006)

Current Issuesin Economicand Finance,

FederalReserve Bankof New York

PanelFEM

FD, CAD, konsumsiswasta, pengeluaranpemerintah, PDB,

pertumbuhan penduduk,hutang

OECD,Data tahunan

dari tahun1972 - 2003

Defisit fiskal akan meningkatkankonsumsi atau mengurangi tabungannasional, defisit fiskal akanmenyebabkan defisit transaksi berjalanyang lebih besar.

ChuanChang dan

Zhou Hsu(2009)

National ChiNan

University,Dept of

Economics

VAR/VECM FD, CAD, suku bunga,nilai tukar

4 negaraEropa, 5

negara macanAsia, AS.

Data tahunan,1980 - 2007

Di semua negara yang diteliti, terdapathubungan antara defisit fiskal dan defisittransaksi berjalan, dengan kekuatanhubungan yang berbeda di masing-masing negara

GiancarloCorsetti dan

Gernot JMuller(2006)

EuropeanUniversityInstitute

VAR

FD, CAD, net ekspor,pengeluaran pemerintah,

investasi, konsumsi,tabungan, suku bunga,

openness

Australia,Canada, UK,

US. Data1979:1-2005:3

Di Australia, Kanada dan Inggris defisitfiskal tidak menyebabkan defisitperdagangan. Di Amerika Serikat defisitperdagangan menyebabkan defisit fiskal.

Etkan Fleegler(2006)

DukeUniversity VAR

FD, CAD, komposisiekspor impor, posisi

negara sebagai pengutangatau pemberi utang

Amerika,Korea Selatan,mexico, Peru

dan CostaRica.

Fenomena twin deficits berkaitan denganwaktu dan dipengaruhi oleh vaktor lain.Pada negara maju pada LR terdapathubungan yang lebih kuat antara FD danCAD, daripada pada negara berkembang.

Ahmet Zengin(2000)

ZonguldakKaraelmasUniversity

VARFD, TD, pendapatan LN,

pendapatan DN, nilaitukar, inflasi, suku bunga,

Datatriwulanan1987:1-1998:1

Terdapat hubungan kausal yang langsungdari defisit fiskal ke defisit perdagangan.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 128: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

107

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

AlbertoBagnai

UniversityGabriele

D’AnnunzioVAR

FD, CAD, investasi(semua dalam rasio

terhadap PDB)

OECD,data tahunan1960-2005

Dengan structural breaks defisit fiskalsecara signifikan mempengaruhi defisittransaksi berjalan, investasi di OECDmeningkat dibiayai oleh modal dari luar.

GanchoTodorovGanchev(2010)

FinancialTheory and

Practice 34 (4)

GrangerCausality,

VAR,VECM

FD, CADBulgaria, datatriwulanan2005:1-2010:2

Dengan Granger causality terdapathubungan kausal antara 2 defisit, tetapidengan VAR maupun VECM keduanyamenolak twin deficit hypothesis padajangka pendek, tetapi mengindikasikanhal ini akan terjadi pada jangka panjang.

John Bluedorndan Daniel

Leigh(2011)

IMFEconomic

ReviewVol 59 No 4

VAR

CAD per GPD, ukurankonsolidasi fiskal per

GDP, investasi per GDP,nilai tukar

OECD

Peningkatan 1 persen konsolidasi fiskalper PDB akan meningkatkan defisittransaksi berjalan sebesar 0,6 perseh,mendukung adnya twin deficitshypothesis.

Ali Abbas,Hagbe, Fatas,

Mauro,Velloso(2010)

IMF WorkingPaper

WP/10/12

VAR, panel,pendekatan

naratif

FD, CAD, PDB riil perkapita, trade openness,

financial openness

176 negara,data tahunan1980-2007

Baik menggunakan VAR maupun regresipanel hasil yang didapat akan sama yaitubahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara kedua defisit. KenaikanFD 1 persen akan meningkatkan CAD0,2-0,3 persen.

Lau,Tuck Cheong

Tang(2009)

DiscussionPaper 11/09

MonashUniversity

GrangerCausality FD, CAD

Datatriwulanan

1996:1-2006:1

Mendukung twin deficits hypothesis,defisit fiskal sebagai penyebab defisittransaksi berjalan dalam jangka pendek.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 129: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

108

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

Willa Boots J.Tolo

(2011)

IMF WorkingPaper

WP/11/288

RegresiPanel

Pertumbuhan PDB riil perkapita, ekspor produk

pertanian, investasi, R&D,pertumbuhan populasi,ketidakpastian politik,

defisit fiskal, tradeopenness, CAD, frekuensi

krisis

23 negaraemerging

markets danFilipina

Tahun1965-2008

Semua variabel independen berpengaruhsecara signifikan terhadap pertumbuhandi Filipina.

Goher Fatima,Ather

M.Ahmed,Wali UrRehman(2011)

InternationalJournal of

Trade,Economics

and Finance,Vol. 2, No. 6

Simultan,2 SLS

Pertumbuhan ekonomi,investasi, ekspor, impor,defisit fiskal, suku bunga

riil, tingkat inflasi,pertumbuhan populasi

Pakistan, datatahunan

1980-2009

Defisit fiskal di Pakistan akanmenurunkan pertumbuhan ekonomi.

Cesar AugustoCalderon,Alberto Chong

ContributiontoMacroeconomics Vol 2,Issue 1

Reduced-form

approach,GMM

Persistensi (lag CAD),pertumbuhan output

domestik, nilai tukar riil,TOT, FD, suku bunga riil

dunia, pertumbuhan outputnegara industrialis

44 negarasedang

berkembang,data tahunan1966-1994

Defisit transaksi berjalan persisten secaramoderat, kenaikan pertumbuhan outputdomestik akan meningkatkan defisittransaksi berjalan, apresiase nilai tukarmeningkatkan defisit transaksi berjalan,tingkat pertumbuhan yang tinggi dinegara industrialis atau tingginya sukubunga internasional akan mengurangidefisit transaksi berjalan.

ChristopherAdam, David

Bevan(2002)

DiscussionPaper Series,Department ofEconomics,Oxford

PanelKarakteristik pertumbuhandan variabel fiskal masing-masing negara.

45 NSB, datatahunan 1970-

1999

Pertumbuhan meng off-side defisitfiskal, dampak defisit fiskal terhadappertumbuhan bergantung pada carapembiayaan defisit (utang atau mencetakuang).

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 130: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

109

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

Menzie Chinn,Eswar S.Prasad(2000)

NBERWorkingPaper Series7581

Cross-Section and

PanelRegression

CA/PDB, anggaranpemerintah, pendapatan

relatif, rasioketergantungan, rata-rata

pertumbuhan PDB,volatilitas TOT, derajatketerbukaan, financial

deepening

Sejumlahnegara sedangberkembangdan negara

industri

Neraca transaksi berjalan berhubunganpositif dengan keseimbangan anggaranpemerintah dan stok modal asing,indikator openness berhubungan negatifdengan neraca transaksi berjalan.

AleksanderAristovnik

(2006)

WilliamDavidsonInstituteWorkingPaper (827)

Panel, FEM,REM

CA, pertumbuhan PDBriil, pendpatan relatif,anggaran pemerintah,openness, hutang LN,

pertumbuhan PDB EU-15,nilai tukar, dependensi

Negara2EropaTimur dan Uni

Soviet, Datatahunan 1992-

2003

Defisit transaksi berjalan akan meningkatjika output domestik dan pengeluaranpemerintah melebihi batas wajarnya.Sebagian besar di negara Eropa Timurdan Uni Soviet mengalami defisittransaksi berjalan yang tinggi.

Imran ShariefChaudry,

MuhammadRamzanSheikh(2010)

EuropeanJournal ofEconomics,Finance andAministrativeSciences

Johansentest, ECM

CAD, pertumbuhan PDB,tourist

Data tahunan,50 tahunterakhit

Terdapat hubungan kausal antaratourism, CAD dan pertumbuhanekonomi. Terdapat hubungan satu arahdari CAD ke pertumbuhan PDB.

Yaya Keho(2010)

EuropeanJournal ofEconomics,Finance andAdministrativeSciences

GrangerCausality

Pertumbuhan PDB, rasiopembentukan modalterhadap PDB, persentasedefisit fiskal terhadap PDB

Negara-negaradi Afrika

Barat, datatahunan

1980-2005

Tidak terdapat hubungan kausalitasantara defisit fiskal dan pertumbuhan,hanya pada 4 negara defisit fiskalmenyebabkan penurunan pertumbuhanekonomi.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 131: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

110

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

Fuat Sekmen,MustafaCalisir(2011)

InternationalResearchJournal ofFinance andEconomics

ARDL CAD, pertumbuhan PDB Data tahunan1998-2009

Dalam jangka pendek terdapat hubunganyang positif antara pertumbuhanekonomi dan defisit transaksi berjalan.Tetapi dalam jangka panjang tidakterdapat hubungan antara dua variabel.

Ehrhart,Minea, Villieu

(2009)

DocumentDerecherce,LaboratorieD’economieD’orleans

Sys-GMM

PDB per kapita, pajak,defisit fiskal, seigniorage,rasio investasi terhadapPDB, human capital, tradeopenness, pertumbuhanpopulasi

48 negara,data tahunan1980-2006

Seigniorage dan defisit fiskalmempunyai efek negatif terhadappertumbuhan ekonomi.

Clements,Bhattacharya,

Nguyen(2003)

IMF WorkingPaperWP/03/249

GMMPDB riil per kapita, tingkatpendidikan, investasi/PDB,FB/PDB, CAB/PDB,Terms of Trade,pertumbuhan populasi

55 negara lowincome, data

tahunan 1970-1999

Pengurangan utang luar negeri akanmeningkatkan investasi sehingga PDBper kapita juga akan meningkat

Gupta,Clements,baldacci,Granados

(2005)

Journal ofInternationalMoney andFinance

GMM

PDB per kapita,defisit/PDB, transfer,subsidi, upah, bungapinjaman.

Low incomecountries, data

tahunan1990-2000

Konsisten dengan hasil penelitiansebelumnya, terdapat hubungan yangsignifikan antara penyesuaian fiskal danpertumbuhan per kapita. Penurunan 1persen defisit fiskal/PDB akanmeningkatkan pertumbuhan per kapita0,5 persen.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 132: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

111

PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA HASIL

Aiginger, Falk(2005)

Empirica(2005)32: 19-43

Sys-GMM

Investasi/PDB, pengeluranR&D/PDB, human capital,pajak, konsumsipemerintah/PDB, defisitfiskal/PDB, subsidi,openness, volatilitasoutput, indeks korupsi

OECD, datatahunan

1960-2002

- R&D mempengaruhi PDB per kapitadengan elastisitas 0,22- Defisit fiskal dan konsumsi pemerintah(persen terhadap PDB) dan volatilitasoutput signifikan mempengaruhi PDBper kapita secara negatif.

Christianmann

(2008)

EconomicWorkingPaper

Data panel

CAB/PDB, investasi/PDB,trade openness, sukubunga US, PDB per kapita,M2

Negara OECD

Kedua variabel, yaitu defisit transaksiberjalan dan krisis mata uangmempunyai efek negatif terhadappertumbuhan ekonomi.

Bussiere,Fratzscher,

Muller(2004)

WorkingPaper SeriesNo. 311/Februari 2004

GMM

Nilai tukar riil, pendapatanper kapita (ppp),investasi/PDB,konsumsi/PDB, FB/PDB,CAB/PDB

33 negara(21 OECD,

12 EU), tahun1980-2002

Defisit fiskal mempengaruhi defisittransaksi berjalan, negara denganpendapatan per kapita yang tinggi akanmeningkatkan defisit transaksi berjalan.

Kumar, Woo(2010)

IMF WorkingPaperWP/10/174

GMM

PDB riil per kapita, tingkatpendidikan, inflasi, TOT,utang pemerintah, defisitfiskal

38 negara,data tahunan1970-2000

Hutang pemerintah dan pertumbuhanmempunyai hubungan yangberkebalikan. Peningkatan 10 persenutang/PDB akan mengurangi PDB perkapita 0,2 persen per tahun.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 133: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

112

Lampiran 2 Hasil panel Unit Root Test

Panel unit root test: SummarySeries: FDDate: 06/19/12 Time: 19:48Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -1.73596 0.0413 8 128Breitung t-stat -3.10249 0.0010 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -0.52574 0.2995 8 128ADF - Fisher Chi-square 16.5367 0.4162 8 128PP - Fisher Chi-square 14.3381 0.5735 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(FD)Date: 06/19/12 Time: 19:50Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -4.43718 0.0000 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -5.39700 0.0000 8 120ADF - Fisher Chi-square 58.3252 0.0000 8 120PP - Fisher Chi-square 102.483 0.0000 8 128

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 134: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

113

Panel unit root test: SummarySeries: TDDate: 06/20/12 Time: 03:14Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -2.49504 0.0063 8 128Breitung t-stat -1.95434 0.0253 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -1.31512 0.0942 8 128ADF - Fisher Chi-square 23.7874 0.0943 8 128PP - Fisher Chi-square 14.4760 0.5633 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(TD)Date: 06/20/12 Time: 03:15Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -5.97341 0.0000 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -4.90363 0.0000 8 120ADF - Fisher Chi-square 53.0742 0.0000 8 120PP - Fisher Chi-square 96.3960 0.0000 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 135: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

114

Panel unit root test: SummarySeries: LNGDPFDate: 06/20/12 Time: 03:16Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -1.57908 0.0572 8 128Breitung t-stat 0.70241 0.7588 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -0.63701 0.2621 8 128ADF - Fisher Chi-square 16.6478 0.4087 8 128PP - Fisher Chi-square 3.26313 0.9997 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(LNGDPF)Date: 06/20/12 Time: 03:17Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -1.70433 0.0442 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -2.51238 0.0060 8 120ADF - Fisher Chi-square 30.9100 0.0138 8 120PP - Fisher Chi-square 32.0163 0.0100 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 136: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

115

Panel unit root test: SummarySeries: RIRDate: 06/20/12 Time: 03:18Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -3.12276 0.0009 8 128Breitung t-stat -1.40306 0.0803 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -2.09300 0.0182 8 128ADF - Fisher Chi-square 26.9877 0.0416 8 128PP - Fisher Chi-square 66.5516 0.0000 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(RIR)Date: 06/20/12 Time: 03:19Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -1.70703 0.0439 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -6.35300 0.0000 8 120ADF - Fisher Chi-square 68.1044 0.0000 8 120PP - Fisher Chi-square 1012.97 0.0000 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 137: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

116

Panel unit root test: SummarySeries: RERDate: 06/20/12 Time: 03:28Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* 1.61707 0.9471 8 128Breitung t-stat 0.80375 0.7892 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat 2.41391 0.9921 8 128ADF - Fisher Chi-square 5.59689 0.9919 8 128PP - Fisher Chi-square 15.9364 0.4574 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(RER)Date: 06/20/12 Time: 03:29Sample: 1993 2010Exogenous variables: NoneUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -7.26704 0.0000 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)ADF - Fisher Chi-square 75.4071 0.0000 8 120PP - Fisher Chi-square 110.389 0.0000 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 138: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

117

Panel unit root test: SummarySeries: LNGDPDate: 06/20/12 Time: 03:21Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -1.53248 0.0627 8 128Breitung t-stat -0.69364 0.2440 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -1.11378 0.1327 8 128ADF - Fisher Chi-square 21.8342 0.1486 8 128PP - Fisher Chi-square 15.0822 0.5186 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(LNGDP)Date: 06/20/12 Time: 03:22Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -5.44718 0.0000 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -5.08045 0.0000 8 120ADF - Fisher Chi-square 55.1486 0.0000 8 120PP - Fisher Chi-square 77.8608 0.0000 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 139: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

118

Panel unit root test: SummarySeries: LNCPIDate: 06/20/12 Time: 03:23Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -3.76054 0.0001 8 128

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -3.05145 0.0011 8 128ADF - Fisher Chi-square 37.0526 0.0021 8 128PP - Fisher Chi-square 51.1550 0.0000 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 140: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

119

Panel unit root test: SummarySeries: TODate: 07/12/12 Time: 09:10Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effects, individual linear trendsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -0.65371 0.2567 8 128Breitung t-stat 0.24078 0.5951 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat 1.18794 0.8826 8 128ADF - Fisher Chi-square 8.11491 0.9454 8 128PP - Fisher Chi-square 12.8148 0.6862 8 136

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Panel unit root test: SummarySeries: D(TO)Date: 07/12/12 Time: 09:12Sample: 1993 2010Exogenous variables: Individual effectsUser specified lags at: 1Newey-West bandwidth selection using Bartlett kernelBalanced observations for each test

Cross-Method Statistic Prob.** sections ObsNull: Unit root (assumes common unit root process)Levin, Lin & Chu t* -3.48929 0.0002 8 120

Null: Unit root (assumes individual unit root process)Im, Pesaran and Shin W-stat -3.45074 0.0003 8 120ADF - Fisher Chi-square 38.9591 0.0011 8 120PP - Fisher Chi-square 94.4061 0.0000 8 128

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 141: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

120

Lampiran 3 Hasil pengolahan data panel

1. Model Defisit Perdagangan

Prob > chi2 = 0.5442chi2(91) = 88.84948

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consInstruments for level equation

Standard: D2.fd D2.lngdpf D2.rir D2.rerGMM-type: L(2/.).D.cad

Instruments for differenced equation

_cons -.0784716 1.315242 -0.06 0.952 -2.656299 2.499356D1. .0015299 .0007102 2.15 0.031 .0001379 .0029219rerD1. .0145227 .0786563 0.18 0.854 -.1396409 .1686863rirD1. 3.863686 15.13649 0.26 0.799 -25.8033 33.53067

lngdpfD1. -.39464 .1666547 -2.37 0.018 -.7212771 -.0680028fd

LD. -.0335534 .0919064 -0.37 0.715 -.2136866 .1465798cad

D.cad Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0084

Number of instruments = 97 Wald chi2(5) = 15.50

max = 15avg = 15

Obs per group: min = 15Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8Arellano-Bond dynamic panel-data estimation Number of obs = 120

. xtabond D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer, lags(1) artests(2)

H0: no autocorrelation

2 -1.5413 0.12321 -2.1939 0.0282

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 142: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

121

H0: no autocorrelation

2 -1.4315 0.15231 -2.1077 0.0351

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

Standard: _consInstruments for level equation

Standard: D2.fd D2.lngdpf D2.rir D2.rer D.fd3GMM-type: L(2/.).D.cad

Instruments for differenced equation

_cons 1.125384 1.171782 0.96 0.337 -1.171267 3.422036fd3 .7954675 .2845014 2.80 0.005 .237855 1.35308D1. .0201566 .0015058 13.39 0.000 .0172052 .0231079rerD1. .0638372 .0658905 0.97 0.333 -.0653059 .1929802rirD1. -5.679583 13.43677 -0.42 0.673 -32.01516 20.65599

lngdpfD1. -.2384616 .2443668 -0.98 0.329 -.7174117 .2404885fd

LD. -.1014921 .0437123 -2.32 0.020 -.1871665 -.0158176cad

D.cad Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]Robust

One-step resultsProb > chi2 = 0.0000

Number of instruments = 90 Wald chi2(6) = 3303.67

max = 15avg = 15

Obs per group: min = 15Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 7Arellano-Bond dynamic panel-data estimation Number of obs = 105

. xtabond D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer fd3, lags(1) artests(2) vce(r)

Prob > chi2 = 0.6311chi2(91) = 85.91049

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consInstruments for level equation

Standard: D2.fd D2.lngdpf D2.rir D2.rer D.fd1 D.fd2GMM-type: L(2/.).D.cad

Instruments for differenced equation

_cons -.4462616 1.456402 -0.31 0.759 -3.300757 2.408234fd2 -.0053988 .2981512 -0.02 0.986 -.5897644 .5789668fd1 -.3031361 .2917115 -1.04 0.299 -.8748801 .268608D1. .0015886 .000725 2.19 0.028 .0001676 .0030095rerD1. .0176363 .0800382 0.22 0.826 -.1392356 .1745082rirD1. 8.568967 16.56493 0.52 0.605 -23.89771 41.03564

lngdpfD1. -.3270266 .1802902 -1.81 0.070 -.6803889 .0263358fd

LD. -.0230845 .0953953 -0.24 0.809 -.2100559 .1638869cad

D.cad Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0277

Number of instruments = 99 Wald chi2(7) = 15.73

max = 15avg = 15

Obs per group: min = 15Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8Arellano-Bond dynamic panel-data estimation Number of obs = 120

. xtabond D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer fd1 fd2, lags(1) artests(2)

H0: no autocorrelation

2 -1.2129 0.22521 -2.1603 0.0307

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 143: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

122

Prob > chi2 = 0.7382chi2(106) = 96.34892

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consGMM-type: LD2.cad

Instruments for level equationStandard: D2.fd D2.lngdpf D2.rer D2.rirGMM-type: L(2/.).D.cad

Instruments for differenced equation

_cons .1900211 1.171784 0.16 0.871 -2.106634 2.486676D1. .0412866 .0722697 0.57 0.568 -.1003594 .1829326rirD1. .0016895 .0006906 2.45 0.014 .0003359 .0030431rerD1. .4849273 13.35597 0.04 0.971 -25.6923 26.66215

lngdpfD1. -.3918517 .1565009 -2.50 0.012 -.6985877 -.0851157fdLD. -.0281229 .0707959 -0.40 0.691 -.1668802 .1106345cad

D.cad Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0016

Number of instruments = 112 Wald chi2(5) = 19.43

max = 16avg = 16

Obs per group: min = 16Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8System dynamic panel-data estimation Number of obs = 128

. xtdpdsys D.cad D.fd D.lngdpf D.rer D.rir, lags(1) artest(2)

.

H0: no autocorrelation

2 -1.5912 0.11161 -2.21 0.0271

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 144: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

123

more

F test that all u_i=0: F(7, 115) = 0.22 Prob > F = 0.9799

rho .02066337 (fraction of variance due to u_i)sigma_e 3.925637sigma_u .57022301

_cons .5429779 1.217176 0.45 0.656 -1.868013 2.953969D1. .0011847 .0006507 1.82 0.071 -.0001041 .0024735rerD1. .0028611 .07469 0.04 0.970 -.1450854 .1508076rirD1. -3.312059 13.95056 -0.24 0.813 -30.94543 24.32132

lngdpfD1. -.3633333 .1585337 -2.29 0.024 -.677358 -.0493086fd

LD. -.0402432 .0893409 -0.45 0.653 -.2172103 .1367239cad

D.cad Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

corr(u_i, Xb) = -0.1294 Prob > F = 0.0192F(5,115) = 2.82

overall = 0.1011 max = 16between = 0.0510 avg = 16.0

R-sq: within = 0.1094 Obs per group: min = 16

Group variable: neg Number of groups = 8Fixed-effects (within) regression Number of obs = 128

. xtreg D.cad L.D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer, fe

rho 0 (fraction of variance due to u_i)sigma_e 3.925637sigma_u 0

_cons -.034758 .7543484 -0.05 0.963 -1.513254 1.443738D1. .001135 .000618 1.84 0.066 -.0000763 .0023463rerD1. .0004415 .0716314 0.01 0.995 -.1399535 .1408365rirD1. 3.537425 8.023249 0.44 0.659 -12.18786 19.2627

lngdpfD1. -.4035064 .1484495 -2.72 0.007 -.694462 -.1125508fd

LD. -.0291439 .0865859 -0.34 0.736 -.1988492 .1405614cad

D.cad Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > chi2 = 0.0120Random effects u_i ~ Gaussian Wald chi2(5) = 14.63

overall = 0.1071 max = 16between = 0.1151 avg = 16.0

R-sq: within = 0.1070 Obs per group: min = 16

Group variable: neg Number of groups = 8Random-effects GLS regression Number of obs = 128

. xtreg D.cad L.D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer, re

_cons -.0283482 .7550775 -0.04 0.970 -1.523099 1.466403D1. .0011404 .0006187 1.84 0.068 -.0000843 .0023651rerD1. .0012213 .071711 0.02 0.986 -.1407377 .1431803rirD1. 3.487349 8.031303 0.43 0.665 -12.41142 19.38612

lngdpfD1. -.3951384 .1480383 -2.67 0.009 -.6881951 -.1020817fd

LD. -.0295451 .0866735 -0.34 0.734 -.2011239 .1420337cad

D.cad Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Total 2011.47949 127 15.8384212 Root MSE = 3.8408Adj R-squared = 0.0686

Residual 1799.70432 122 14.7516748 R-squared = 0.1053Model 211.775166 5 42.3550333 Prob > F = 0.0174

F( 5, 122) = 2.87Source SS df MS Number of obs = 128

. regress D.cad L.D.cad D.fd D.lngdpf D.rir D.rer

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 145: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

124

2. Model Pertumbuhan Ekonomi

Prob > chi2 = 0.4872chi2(105) = 104.7971

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consGMM-type: LD2.lngdp

Instruments for level equationStandard: D2.cadest D2.fd D2.lncpi D2.tot D.dk1 D.dk2GMM-type: L(2/.).D.lngdp

Instruments for differenced equation

_cons .0459244 .0042337 10.85 0.000 .0376265 .0542222dk2 -.0395345 .0100037 -3.95 0.000 -.0591413 -.0199276dk1 -.0980488 .009178 -10.68 0.000 -.1160374 -.0800602D1. -.0000125 .0001983 -0.06 0.950 -.0004012 .0003763totD1. -.0041145 .0026513 -1.55 0.121 -.0093109 .0010818

lncpiD1. .0027534 .0012901 2.13 0.033 .0002248 .005282fd

D1. -.0028474 .0015097 -1.89 0.059 -.0058063 .0001115cadest

LD. .1970838 .0653691 3.01 0.003 .0689627 .3252049lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0000

Number of instruments = 113 Wald chi2(7) = 273.86

max = 16avg = 16

Obs per group: min = 16Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8System dynamic panel-data estimation Number of obs = 128

. xtdpdsys D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot dk1 dk2, lags(1) artests(2)

H0: no autocorrelation

2 .66504 0.50601 -2.4132 0.0158

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 146: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

125

Prob > chi2 = 0.3911chi2(105) = 108.3771

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consGMM-type: LD2.lngdp

Instruments for level equationStandard: D2.cadest D2.fd D2.lncpi D2.tot D.fd1 D.fd2 D.dk1 D.dk2GMM-type: L(2/.).D.lngdp

Instruments for differenced equation

_cons .0512095 .0053123 9.64 0.000 .0407976 .0616213dk2 -.039171 .0099655 -3.93 0.000 -.0587029 -.019639dk1 -.0966466 .0092091 -10.49 0.000 -.1146962 -.0785971fd2 .0028101 .0019205 1.46 0.143 -.000954 .0065743fd1 .0015237 .0013508 1.13 0.259 -.0011239 .0041712D1. 1.07e-06 .0001971 0.01 0.996 -.0003853 .0003875totD1. -.0038502 .002672 -1.44 0.150 -.0090873 .0013868

lncpiD1. .0021927 .0013122 1.67 0.095 -.0003791 .0047646fd

D1. -.0021636 .0015233 -1.42 0.156 -.0051492 .000822cadest

LD. .1187074 .0780515 1.52 0.128 -.0342708 .2716855lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0000

Number of instruments = 115 Wald chi2(9) = 278.42

max = 16avg = 16

Obs per group: min = 16Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8System dynamic panel-data estimation Number of obs = 128

. xtdpdsys D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot fd1 fd2 dk1 dk2, lags(1) artests(2)

H0: no autocorrelation

2 .51036 0.60981 -2.4419 0.0146

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 147: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

126

Prob > chi2 = 0.5249chi2(90) = 88.5015

H0: overidentifying restrictions are validSargan test of overidentifying restrictions. estat sargan

Standard: _consInstruments for level equation

Standard: D2.cadest D2.fd D2.lncpi D2.tot D.dk1 D.dk2GMM-type: L(2/.).D.lngdp

Instruments for differenced equation

_cons .0481295 .0045662 10.54 0.000 .0391799 .0570791dk2 -.0430535 .0110425 -3.90 0.000 -.0646965 -.0214105dk1 -.089091 .0101826 -8.75 0.000 -.1090485 -.0691334D1. -.0000546 .0002081 -0.26 0.793 -.0004624 .0003532totD1. -.0042104 .0026335 -1.60 0.110 -.0093721 .0009512

lncpiD1. .0025581 .0013584 1.88 0.060 -.0001043 .0052206fd

D1. -.0018694 .001524 -1.23 0.220 -.0048565 .0011177cadest

LD. .1428428 .0762456 1.87 0.061 -.0065959 .2922815lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

One-step resultsProb > chi2 = 0.0000

Number of instruments = 98 Wald chi2(7) = 165.15

max = 15avg = 15

Obs per group: min = 15Time variable: tahunGroup variable: neg Number of groups = 8Arellano-Bond dynamic panel-data estimation Number of obs = 120

. xtabond D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot dk1 dk2, lags(1) artests(2)

H0: no autocorrelation

2 .24551 0.80611 -2.4874 0.0129

Order z Prob > z

Arellano-Bond test for zero autocorrelation in first-differenced errors

artests not computed for one-step system estimator with vce(gmm). estat abond

F test that all u_i=0: F(7, 113) = 6.63 Prob > F = 0.0000

rho .39972641 (fraction of variance due to u_i)sigma_e .02482469sigma_u .02025772

_cons .0474745 .004445 10.68 0.000 .0386681 .0562808dk2 -.0427051 .0109506 -3.90 0.000 -.0644003 -.0210099dk1 -.0879279 .0099774 -8.81 0.000 -.1076949 -.0681608D1. -.0000639 .0002033 -0.31 0.754 -.0004667 .000339totD1. -.0034354 .0025825 -1.33 0.186 -.0085518 .0016809

lncpiD1. .002413 .0013053 1.85 0.067 -.000173 .0049989fd

D1. -.0021368 .001476 -1.45 0.150 -.005061 .0007875cadest

LD. .1549344 .0737547 2.10 0.038 .0088131 .3010558lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

corr(u_i, Xb) = 0.1267 Prob > F = 0.0000F(7,113) = 23.82

overall = 0.5169 max = 16between = 0.9275 avg = 16.0

R-sq: within = 0.5960 Obs per group: min = 16

Group variable: neg Number of groups = 8Fixed-effects (within) regression Number of obs = 128

. xtreg D.lngdp L.D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot dk1 dk2, fe

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

Page 148: D E F IS IT F IS K A L ,D E F IS IT P E R D A G A N G A N ... fileP E R N Y A T A A N M E N G E N A I T E S IS D A N S U M B E R IN F O R M A S I D engan ini saya m enyatakan bahw

127

rho 0 (fraction of variance due to u_i)sigma_e .02482469sigma_u 0

_cons .0319888 .0043894 7.29 0.000 .0233857 .0405918dk2 -.0368313 .0125609 -2.93 0.003 -.0614503 -.0122123dk1 -.0856151 .0114728 -7.46 0.000 -.1081014 -.0631288D1. .0000767 .0002293 0.33 0.738 -.0003727 .0005261totD1. -.0049294 .0029638 -1.66 0.096 -.0107384 .0008795

lncpiD1. .0009814 .0014599 0.67 0.501 -.00188 .0038429fd

D1. -.0054832 .0015929 -3.44 0.001 -.0086052 -.0023612cadest

LD. .462626 .0669671 6.91 0.000 .3313729 .5938791lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > chi2 = 0.0000Random effects u_i ~ Gaussian Wald chi2(7) = 170.40

overall = 0.5868 max = 16between = 0.9901 avg = 16.0

R-sq: within = 0.5459 Obs per group: min = 16

Group variable: neg Number of groups = 8Random-effects GLS regression Number of obs = 128

. xtreg D.lngdp L.D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot dk1 dk2, re

(V_b-V_B is not positive definite)Prob>chi2 = 0.0000

= 98.61chi2(7) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtregb = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg

dk2 -.0427051 -.0368313 -.0058738 .dk1 -.0879279 -.0856151 -.0023128 .

D.tot -.0000639 .0000767 -.0001406 .D.lncpi -.0034354 -.0049294 .001494 .

D.fd .002413 .0009814 .0014315 .D.cadest -.0021368 -.0054832 .0033464 .LD.lngdp .1549344 .462626 -.3076916 .0309058

fixed random Difference S.E.(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))Coefficients

. hausman fixed random

_cons .0319888 .0043894 7.29 0.000 .0232981 .0406795dk2 -.0368313 .0125609 -2.93 0.004 -.0617011 -.0119615dk1 -.0856151 .0114728 -7.46 0.000 -.1083305 -.0628998D1. .0000767 .0002293 0.33 0.739 -.0003772 .0005306totD1. -.0049294 .0029638 -1.66 0.099 -.0107976 .0009387

lncpiD1. .0009814 .0014599 0.67 0.503 -.0019092 .003872fd

D1. -.0054832 .0015929 -3.44 0.001 -.008637 -.0023294cadest

LD. .462626 .0669671 6.91 0.000 .3300358 .5952162lngdp

D.lngdp Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

Total .237773321 127 .001872231 Root MSE = .02861Adj R-squared = 0.5627

Residual .09825285 120 .000818774 R-squared = 0.5868Model .139520472 7 .019931496 Prob > F = 0.0000

F( 7, 120) = 24.34Source SS df MS Number of obs = 128

. regress D.lngdp L.D.lngdp D.cadest D.fd D.lncpi D.tot dk1 dk2

PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com