4-1 BAB 4. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan 4.1.1 Identifikasi Permasalahan Untuk Penentuan Program Pembangunan Daerah Identifikasi permasalahan diperlukan untuk menentukan program yang tepat untuk mengatasi hasil kompilasi masalah yang ditemukan. Identifikasi permasalahan didapat dari berbagai sumber dan data yang dapat diperaanggungjawabkan antara lain evaluasi RPJMD dan RKPD, LPPD dan LKPJ serta telaahan dari nara sumber. Identifikasi permasalahan juga didasarkan pada kriteria tertentu sehingga menghasilkan fakta yang aktual tentang permasalahan pembangunan daerah. Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang diangkat adalah : 1. Cakupan masalah yang luas. 2. Permasalahan yang apabila tidak segera diatasi akan membesar dan berdampak negatif pada pemerintah daerah. 3. Memerlukan penanganan yang konsisten dan melibatkan banyak pihak. 4.1.2 Identifikasi Permasalahan Untuk Pemenuhan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah. Secara umum permasalahan pembangunan di Kabupaten Sleman sesuai dengan urusan dikelompokkan menjadi 6 (enam) bidang yaitu (1) Permasalahan Bidang Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat (2) Permasalahan Daya Saing Potensi Ekonomi Lokal (3) Permasalahan Prasarana dan Sarana Daerah (4) Permasalahan Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (5) Permasalahan Tata Kelola Pemerintahan dan (6) Permasalahan Ketentraman dan Ketertiban Umum.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4-1
BAB 4. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Identifikasi Permasalahan Untuk Penentuan
Program Pembangunan Daerah
Identifikasi permasalahan diperlukan untuk menentukan program yang
tepat untuk mengatasi hasil kompilasi masalah yang ditemukan.
Identifikasi permasalahan didapat dari berbagai sumber dan data yang
dapat diperaanggungjawabkan antara lain evaluasi RPJMD dan RKPD,
LPPD dan LKPJ serta telaahan dari nara sumber. Identifikasi
permasalahan juga didasarkan pada kriteria tertentu sehingga
menghasilkan fakta yang aktual tentang permasalahan pembangunan
daerah. Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang diangkat adalah :
1. Cakupan masalah yang luas.
2. Permasalahan yang apabila tidak segera diatasi akan membesar dan
berdampak negatif pada pemerintah daerah.
3. Memerlukan penanganan yang konsisten dan melibatkan banyak
pihak.
4.1.2 Identifikasi Permasalahan Untuk Pemenuhan
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah.
Secara umum permasalahan pembangunan di Kabupaten Sleman sesuai
dengan urusan dikelompokkan menjadi 6 (enam) bidang yaitu (1)
Permasalahan Bidang Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan
Masyarakat (2) Permasalahan Daya Saing Potensi Ekonomi Lokal (3)
Permasalahan Prasarana dan Sarana Daerah (4) Permasalahan
Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (5)
Permasalahan Tata Kelola Pemerintahan dan (6) Permasalahan
Ketentraman dan Ketertiban Umum.
4-2
4.1.2.1 Permasalahan Bidang Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan masyarakat.
1. Urusan Pendidikan
Masih terdapatnya penduduk yang buta huruf
Belum optimalnya prestasi siswa
Sarana dan prasarana penunjang pendidikan belum optimal
Masih rendahnya APK PAUD
Belum meratanya kualitas pendidikan
Masih adanya anak putus sekolah
Pelaksanaan pendidikan karakter belum optimal
2. Urusan Kesehatan
Meningkatnya penyakit degeneratif pada kelompok umur lansia
Cakupan jaminan kesehatan belum optimal
Pelayanan kesehatan ke masyarakat belum optimal
Tingginya jumlah penderita HIV/AIDS dan jumlah
penyalahgunaan narkoba
Masih adanya penyakit menular (demam berdarah/DBD,
leptospirosis, Tubercolose/TBC, Infeksi Saluran Pernafasan
Akut/ISPA, diare)
Belum mencukupinya rasio tenaga kesehatan di puskesmas
Masih adanya kematian ibu melahirkan dan bayi lahir
Masih adanya Balita Gizi Buruk
Fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan bagi penyandang cacat
dan lansia belum memadai
Penanganan Limbah medis belum optimal
3. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak
Tingginya angka kekerasan terhadap anak dan perempuan
Jumlah fasilitas umum yang ramah anak, remaja dan lansia
belum mencukupi
Pengarusutamaan gender yang belum optimal
4. Urusan Sosial
Pelayanan LKS (Lembaga Kesejahteraan Sosial) belum optimal
Masih adanya ketidaktepatan sasaran program
penanggulangan kemiskinan
Penanggulangan Kemiskinan yang sektoral
4-3
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang masih
relatif besar dengan permasalahan yang semakin komplek
Masih adanya perbedaan data kemiskinan, antara data
kemiskinan yang diterbitkan BPS dan hasil pendataan Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten
Sleman.
Pertumbuhan penduduk masih tinggi
Ketimpangan pendapatan masyarakat masih cukup tinggi
5. Urusan pemuda dan olah raga
Pemuda belum sebagai “agent of change”; Pembentukan
karakter kepribadian pemuda belum optimal
Prestasi olah raga belum optimal
Penguatan organisasi kepemudaan belum maksimal
6. Urusan Pemberdayaan masyarakat dan Desa
Peluang masyarakat untuk mendapatkan dana hibah/bansos
mengalami kendala
Pengelolaan Pemerintahan Desa yang belum optimal
Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa belum optimal
7. Urusan Perpustakaan
Masih rendahnya minat baca masyarakat
Masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai
perpustakaan
Sarana dan Prasarana serta fasilitas perpustakaan belum
memadai
Layanan perpustakaan bagi masyarakat belum optimal
8. Urusan Kebudayaan
Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
budaya dan pelestarian tradisi
Masih rendahnya pemahaman sejarah lokal masyarakat
Belum optimalnya pengelolaan museum
Belum optimalnya pelestarian cagar budaya
Minimnya pemahaman dan kecintaan anak anak dan kaum
muda pada budaya lokal
Belum optimalnya pembinaan pengelolaan kesenian
Terkikisnya nilai-nilai kearifan lokal
Terbatasnya ruang publik untuk tempat berkreatifitas
4-4
9. Urusan Transmigrasi
Tidak terpenuhinya kuota pengiriman calon transmigran
4.1.2.2 Permasalahan Bidang Daya Saing Potensi Ekonomi
Lokal
1. Urusan Tenaga Kerja
Masih tingginya tingkat pengangguran di Kabupaten Sleman
2. Urusan Penanaman Modal
Belum optimalnya pengelolaan investasi mulai dari perencanaan
dan pengembangan investasi yang kurang inklusif sampai
dengan pelayanan perizinan yang belum optimal.
3. Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Masih rendahnya manajemen Pengelolaan Koperasi dan UKM
4. Urusan Pangan
Belum tercapainya cadangan pangan pemerintah dan pola
pangan harapan sesuai dengan target yang ditetapkan
(Cadangan pangan pemerintah T: 100 ton, R: 28 ton ; skor pola
pangan harapan T: 100, R: 93,6)
5. Urusan Kelautan dan Perikanan
Belum terpenuhinya kebutuhan ikan segar/hidup air tawar di
kabupaten Sleman (kebutuhan : 44.230,86 ton, baru terpenuhi
31.120,5 ton)
Belum optimalnya kelembagaan pembudidaya ikan (pemula:
433 klp, madya: 98, utama: 21)
6. Urusan Pariwisata
Belum optimalnya pengembangan destinasi dan atraksi wisata
Belum optimalnya pengelolaan dan pelayanan pariwisata di
destinasi wisata
Belum optimalnya pemasaran Pariwisata
Terbatasnya ketersediaan prasarana zona/ruang kreatif untuk
berekspresi, berpromosi dan berinteraksi
Terbatasnya kemampuan peningkatan kapasitas SDM
Pariwisata dan ekonomi kreatif
7. Urusan Pertanian
Belum optimalnya produktivitas pertanian (padi sawah T:
63,52kw/ha, R : 60,43 kw/ha, susu sapi perah T rata2: 15
L/ekor/hari, R rata2 : 10 L/ekor/hari, kelapa T : 16,40 kw/ha,
4-5
R : 16,21 kw/ha, tembakau rakyat T: 6,8 kw/ha, R : 6,66
kw/hatebu T: 44,85 kw/ha, R : 27,74 kw/ha)
Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana produksi
pertanian ( diantaranya :panjang saluran irigasi: 555.245 km
terdiri dari permanen: 253.857 km, tanah: 301.381 km ; jumlah
traktor roda 2 kondisi baik: 898 buah, dari target sekitar 1500
buah)
Belum optimalnya pengolahan dan pemasaran produksi
ASEAN Economic Agreements Related to Trade in Goods (Protokol
untuk Mengubah Perjanjian Ekonomi ASEAN tertentu terkait
Perdagangan Barang)
4.2.2 Kebijakan Pembangunan Daerah Lainnya.
Identifikasi kebijakan dari dokumen RPJMD daerah lain yang bisa
dituangkan (mengingat daerah lain juga sedang dalam masa transisi
RPJMD) dalam tabel berikut:
4-17
Tabel 4-1 Identifikasi Kebijakan Pembangunan Daerah Lain
No Daerah Lain Kebijakan Terkait (Misi – Tujuan) Keterangan Keterkaitan
1 RPJMD Kota
Yogyakarta
Tahun 2012-
2016
Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan
gerakan Segoro Amarto
Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di masyarakat
Meningkatkan ketahanan pangan dan pengawasan
kualitas bahan makanan
Ekonomi kerakyatan sama dengan amanat dari misi kedua yang tertuang dalam RPJP Kab. Sleman mengenai peningkatan kesejahteraan rakyat, dan arah
pembangunan ketiga mengenai pemerataan pembangunan, penanggulangan kemiskinan,
diutamakan bagi kecamaan/desa/kelurahan yang tertinggal dan kurang berkembang sehingga mengurangi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang
dapat dilakukan secara sinergi oleh Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Pengembangan dan penguatan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing produk
di pasar regional dan perluasan pasar dan jaringan pemasaran atas produk lokal
Mewujudkan daya saing daerah yang kuat
Meningkatkan kualitas pendidikan, dengan arah kebijakan:
Meningkatkan manajemen penyelenggaraan pendidikan berkualitas
Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
dalam menumbuhkan pendidikan karakter
Daya saing daerah yang perlu ditingkatkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan. Daya
saing daerah dengan peningkatan SDM ini terkait dengan Kab. Sleman sebagai kabupaten yang berdekatan.
Kabupaten Sleman harus meningkatkan kualitas pendidikan agar mampu bersaing dengan daerah lain
4-18
No Daerah Lain Kebijakan Terkait (Misi – Tujuan) Keterangan Keterkaitan
Meningkatkan daya tarik perpustakaan dan budaya baca masyarakat
Meningkatkan kualitas tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan pasar sekaligus memberikan perlindungan ketenagakerjaan
sehingga anak usia sekolah di Kabupaten Sleman lebih tertarik untuk bersekolah di sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Sleman
Memperkuat daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan jasa
Sebagian wilayah Kabupaten Sleman yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta (Kawasan Perkotaan
Yogyakarta) adalah merupakan pusat-pusat pelayanan jasa, maka untuk mengimbagi Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman perlu meningkatkan mutu
pelayanan jasa untuk menangkap peluang yang terbuka
2 RPJMD
Kabupaten Bantul Tahun 2011-
2015
Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan berbasis pengembangan ekonomi lokal, dan pemberdayaan masyarakat yang
responsif gender
Meningkatkan pengembangan kawasan strategis Sebagian wilayah Kabupaten Bantul dan sebagian
wilayah Kabupaten Sleman yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta bersama-sama seluruh wilayah Kota Yogyakarta merupakan Kawasan Strategis Nasional KPY
(Kawasan Perkotaan Yogyakarta).
Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko
bencana dengan memeprhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan
4-19
No Daerah Lain Kebijakan Terkait (Misi – Tujuan) Keterangan Keterkaitan
Memantapkan program penanggulangan bencana Wilayah Sleman ke arah selatan sampai Kabupaten Bantul merupakan dataran alluvial Gunung Api Merapi, Sleman merupakan hulu dan daerah resapan air yang
perlu dijaga pemanfaatan ruangnya agar terjaga ketersediaan air untuk keperluan Kabupaten Sleman
hingga Kabupaten Bantul
Memantapkan program peningkatan kualitas lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam
3 RPJMD
Kabupaten Magelang Tahun 2014-
2019
Membangun Perekonomian daerah berbasis potensi
lokal yang berdayasaing
Peningkatan investasi daerah
Peningkatan pelayanan administrasi investasi
Pengembangan agribisnis yang berdayasaing melalui
peningkatan kualitas kelembagaan SDM serta sarana dan prasarana pertanian
Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas
perikanan
Pengembangan perdagangan yang ebrbasis pada
produk unggulan lokal
Pembangunan pengembangan industri kecil dan menengah
Potensi lokal pada kawasan yang berbatasan dengan
Kabupaten Sleman memiliki karakteristik yang sama (agropolitan), sehingga hal ini bisa memunculkan persaingan antar daerah, khususnya kawasan
perbatasan (Tempel - Salam), untuk itu diperlukan penguatan di sektor potensi ekonomi lokal.
Meningkatkan pembangunan prasarana daerah dan sarana daerah yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan
Melaksanakan pengaturan, pembinaan dan
pengawasan penanggulangan bencana alam seperti
4-20
No Daerah Lain Kebijakan Terkait (Misi – Tujuan) Keterangan Keterkaitan
banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan kekeringan
Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan
Peningkatan pelayanan angkutan
Kabupaten Magelang terletak di posisi yang sangat strategis di persilangan lalu lintas ekonomi dan wisata
antara Semarang - Magelang – Yogyakarta. Prasarana dan fasilitas perhubungan terkait dan berdampak terhadap Kab. Sleman karena dilintasi oleh jalan arteri
yang sama, yang menghubungkan Semarang – Magelang – Yogyakarta melalui Kabupaten Sleman, sehingga
diperlukan pengelolaan infrastruktur dan manajemen lalu lintas yang tepat.
4-21
4.2.3 Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2.3.1 Grand Design Kependudukan Kabupaten Sleman 2016
– 2035
Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) merupakan
pedoman bagi kebijakan pembangunan di bidang kependudukan, yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan pembangunan di
Kabupaten Sleman. GDPK berpijak dari data kependudukan yang ada
masa ini yang menggambarkan kuantitas dan kualitas penduduk untuk
selanjutnya diproyeksikan kondisinya pada masa depan. Terdapat lima
pilar penting dalam pembangunan kependudukan, ialah pengendalian
kuantitas, peningkatan kualitas, pembangunan keluarga, pengarahan
mobilitas dan pembangunan basis data kependudukan. Secara
operasional, GDPK ini merupakan bagian integral dari pembangunan di
berbagai bidang dalam rangka memerangi kemiskinan dan
ketidakberdayaan.
Pengendalian kuantitas dilakukan melalui pengaturan fertilitas dan
penurunan mortalitas. Pengaturan fertilitas dengan program Keluarga
Berencana yang diubah orientasinya darisupply side approach ke
demand side approach. Strategiyang dikembangkan adalah melakukan
integrasi, desentralisasi, kemitraan, dan pemberdayaan serta fokus
kepada penduduk miskin. Upaya penurunan angka kematian
diselenggarakan terpadu dengan masyarakat melalui upaya-upaya
proaktif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-
undangan dan norma agama.
Peningkatan kualitas penduduk dilakukan melalui:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyakat dalam rangka
menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan
hidup.
2. Meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk melalui
pendidikan formal, non formal maupun informal.
3. Mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui
peningkatan akses perempuan untuk memperoleh pendidikan.
4. Meningkatkan status ekonomi penduduk melalui perluasan
kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran dan setengah
pengangguran.
4-22
5. Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk
menurunkan angka kemiskinan.
Pokok-pokok kebijakan dalam Pembangunan keluarga adalah :
1. Membangun keluarga yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membangun iklim berkeluarga melalui perkawinan yang sah.
3. Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju,
mandiri dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender.
4. Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi
kepada masyarakat, bangsa dan negara.
5. Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumber daya
keluarga.
Pengarahan mobilitas penduduk yang didorong dan mendukung
pembangunan pembangunan daerah yang berkeadilan. Strategi
mencapai tujuan-tujuan kebijakan pengarahan mobilitas penduduk
sebagai berikut:
menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal
yang harmonis;
memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap
para migran internasional dan keluarganya;
menciptakan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan daya
dukung dan daya tampung lingkungan;
mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah
tertentu;
memperluas kesempatan kerja produktif;
menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran;
meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia;
Kebijakan umum pembangunan data base kependudukan dilakukan
dengan mengembangkan data base kependudukan yang memiliki
akurasi dan tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu
sistem yang integratif, mudah diakses oleh para pemangku kepentingan,
serta menjadi bagian dari Decision Support System (DSS). Kondisi ini
didukung oleh penguatan kapasitas sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi tinggi, infrastruktur yang memadai, serta sistem
kelembagaan yang kuat.
4-23
Adapun roadmap pembangunan kependudukan Kabupaten Sleman
tahun 2015 – 2035 adalah sebagai berikut:
Tabel 4-2 Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk dan Peningkatan
Kualitas Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2015 – 2035 NO SASARAN 2015 2020 2025 2030 2035
PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK
1 Jumlah penduduk 1.063.4
48
1.099.3
84
1.132.0
16
1.159.1
90
1.177.14
1
2 Laju Pertumbuhan
Penduduk
0,65 0,61 0,57 0,52
3 Total Fertility Rate 1,8 1,77 1,75 1,73 1,7
4 Nett Reproduction Rate 0,87 0,85 0,84 0,83 0,82
5 Crude Birth Rate 13,7 13,0 12,4 11,7 11,0
6 Contraceptive Prevalency
Rate 79.3 81,1 82,8 83,4 85,0
PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK
1 Angka Melek Huruf (%) 96,72 99,25 100,0 100,0 100,0