Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Computed Tomography merupakan suatu metode pencitraan diagnosa yang memanfaatkan komputer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami atenuasi dalam tubuh pasien yang diperiksa. CT Scan mempunyai kemampuan untuk membedakan bagian- bagian yang kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologi konvensional dengan meningkatkan kontras enhancement, sehingga berbagai jaringan lunak dan jaringan tubuh cepat dibedakan (www.radiologyinfo.com ) Atropi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atropi merupakan suatu respon adaptif yang dapat timbul sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan (Corwin, 2000). Tidak terkecuali pada otak Atropi pada otak bisa menyebabkan perubahan tingkah laku atau disfungsi organ, seperti: kejang-kejang,kelumpuhan, atau kebutaan. Penyebab atropi bisa karena infeksi virus atau juga penyakit degeneratif. Pada kasus yang penulis angkat kali ini adalah atropi serebri yaitu adalah penyusutan atau berkurangnya ukuran suatu jaringan atau terdapat kelainan saraf yang ada di otak. 1
40

Ct Kepala Atropi

Dec 28, 2015

Download

Documents

Isnawaty Habsyi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ct Kepala Atropi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Computed Tomography merupakan suatu metode pencitraan diagnosa yang

memanfaatkan komputer sebagai pengolah data sinar-X yang telah mengalami

atenuasi dalam tubuh pasien yang diperiksa.

CT Scan mempunyai kemampuan untuk membedakan bagian-bagian yang

kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan

radiologi konvensional dengan meningkatkan kontras enhancement, sehingga

berbagai jaringan lunak dan jaringan tubuh cepat dibedakan

(www.radiologyinfo.com)

Atropi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Atropi

merupakan suatu respon adaptif yang dapat timbul sewaktu terjadi penurunan beban

kerja sel atau jaringan (Corwin, 2000). Tidak terkecuali pada otak Atropi pada otak

bisa menyebabkan perubahan tingkah laku atau disfungsi organ, seperti: kejang-

kejang,kelumpuhan, atau kebutaan. Penyebab atropi bisa karena infeksi virus atau

juga penyakit degeneratif. Pada kasus yang penulis angkat kali ini adalah atropi

serebri yaitu adalah penyusutan atau berkurangnya ukuran suatu jaringan atau

terdapat kelainan saraf yang ada di otak.

Pada pemeriksaan CT-Scan pada anak diperlukan ketelitian untuk keakuratan

akuisisi data apalagi pada kasus yang berhubungan dengan fungsi otak. Banyak

literatur yang menguraikan tentang protokol dan urutan pelaksanaan untuk

pemeriksaan CT-Scan pada anak yang tentu saja berbeda dengan pasien dewasa.

Salah satu parameter yang digunakan untuk keakuratan data tersebut adalah ukuran

slice thickness. Semakin kecil ukuran slice maka resolusi yang dihasilkan akan

semakin tinggi (Nesseth, 2000). Untuk ukuran standar scanning otak pada anak

menggunakan slice thickness 5 mm (Castillo, 1998) pendapat tersebut juga

dikemukakan oleh seeram (2001).

Pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan kepala pada anak dengan kasus atropi

otak di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal menggunakan slice thickneess 5 mm

1

Page 2: Ct Kepala Atropi

sama seperti pada pemeriksaan otak dewasa. Padahal secara anatomis ukuran otak

anak lebih kecil daripada otak dewasa sehingga dibutuhkan detail yang lebih baik.

Harusnya pemeriksaan dilakukan dengan ukuran slice yang lebih tipis sehingga citra

anatomis yang ditampilkan lebih memberikan informasi diagnostik.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

“TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA PADA ANAK DENGAN

KASUS ATROPI SEREBRI DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH

TEGAL”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada anak dengan kasus atropi

serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Untuk mengetahui pemeriksaan CT Scan kepala pada anak dengan kasus

atropi serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah :

1.4.1 Manfaat Teori

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan

informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan CT-Scan kepala.

1.4.2 Manfaat Praktek

a. Sebagai bahan pandangan bagi Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Kardinah Tegal, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan serta

kualitas radiograf secara optimal untuk dapat menegakkan diagnosa

dengan tepat.

2

Page 3: Ct Kepala Atropi

b. Mengetahui teknik-teknik pemeriksaan pemeriksaan CT-Scan kepala pada

kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah

Tegal.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini sistematika penulisan yang penulis gunakan

secara garis besar antara lain:

Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab II : Merupakan tinjauan pustaka yang berisi anatomi otak,anatomi dan fisiologi

atropi dan patologi, dasar-dasar CT-Scan, teknik pemeriksaan CT-Scan

kepala pada anak / bayi.

Bab III : Merupakan hasil dan pembahasan yang berisi tentang paparan kasus dan

pembahasan.

Bab IV : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

3

Page 4: Ct Kepala Atropi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Otak

Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar-agar

dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak),

yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa.

Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah

kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan cerebrospinalis.

Selaput otak terdiri atas tiga lapisan (dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan

piamater. Di dalam tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga

cranium dan membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat

yang membagi rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan

infratentorial, memisahkan bagian-bagian posterior-inferior hemisfer cerebri dan

cerebelum (Listiono, 1998).

Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer

cerebri (otak besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Cerebri adalah bagian

otak terbesar (85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari sepasang

hemisfer yaang berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri dan dihubungkan

oleh sekumpulan serabut saraf yang disebut corpus callosum, yang berfungsi untuk

menyampaikan impuls di antara keduanya. Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh

korteks (massa kelabu atau subtansia grisea atau grey matter), massa putih (subtansia

alba), dan massa kelabu yang dikenal sebagai ganglia basalis (Listiono, 1998)..

4

Page 5: Ct Kepala Atropi

Gambar 1. Potongan basis otak (Woodruff, 1993)

Keterangan :

1. Lobus frontalis

2. Lobus temporalis

3. Lobus parietalis

4. Mesencephalon

5. Pons

6. Medula

7. Cerebellum

8. Lobus oksipitalis

Gambar 2. Potongan lateral otak (Woodruff, 1993)

Keterangan :

1. Lobus frontalis

2. Lobus parietalis

3. Lobus temporalis

4. Lobus oksipitalis

5. Cerebellum

5

1 3

245

67

8

12

43

5

Page 6: Ct Kepala Atropi

Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia alba

cerebri berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang menonjol,

contoh korona radiata. Serabut-serabut ini arahnya konvergen, membentuk kapsula

interna, di sefalad otak tengah. Ganglia basalis yang terletak di sebelah dalam

cerebri, berbatasan dengan ventrikel III, terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan

globus palidus. Nukleus kaudatus berjalan di lateral ventrikel lateralis dan talamus.

Talamus dan hipotalamus juga termasuk dalam substanis gricea (Listiono, 1998;

Woodruff, 1993).

Di dalam parenkim otak bagian dalam terdapat empat buah rongga yang

saling berhubungan dan berisi cairan cerebrospinalis. Rongga-rongga ini dibatasi

oleh epitel apindema, disebut ventrikel otak. Sistem ventrikel otak terdiri atas

ventriel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III, dan ventrikel IV. Cairan

cerebrospinalis dibentuk setiap hari oleh pleksus khoroideus di dalam ventrikel dan

ruang subarakhnoid (Woodruff, 1993).

Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen utama :

disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla (Woodruff, 1993). Diencephalon

terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus. Mesencephalon atau

otak tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia nigra, dan pedunkulus

cerebri. Saraf III dan IV keluar dari mesensefalon. Akuaduktus silvii yang

menghubungkan ventrikel III dan IV terletak dalam otak tengah bagian dorsal. Pons

merupakan penghubung antara otak tengah dan medulla oblongata, terdiri dari

bagian ventral (basis) dan bagian dorsal (tegmentum). Ia membentuk komponen

utama dari batang otak dan berlokasi di bagian fossa medio-posterior. Saraf V-VII

berasal dari pons. Permukaan dorsal pons membentuk dasar ventrikel IV. Medulla

merupakan komponen yang paling kaudad dari batang otak. Saraf VIII-XII berasal

dari medula. Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai medula spinalis.

Medula meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis servikal pada

foramen magnum (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

Cerebellum terletak dorsal dari pons dan medulla dan menempati terbesar dari

fossa cerebri posterior. Cerebellum terdiri dari vermis di garis tengah dan dua lobus

lateral (hemisfer).Seperti hemisfer cerebri, cerebellum terdiri dari korteks (gray

6

Page 7: Ct Kepala Atropi

matter) dan bagian tengah (white matter) dengan inti bagian dalam (gray matter).

Cerebellum bergabung dengan tiga segmen batang otak melalui pasangan

pedunkulus : cerebelaris inferior dengan medulla oblongata (Listiono, 1998;

Woodruff, 1993).

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan

membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3 aliran darah cerebri

dialirkan kesebagian besar cerebri dan diensefalon melalui sistem karotis dan 1/3

sisanya dialirkan ke medula oblongata, pons, otak tengah, lobus temporalis bagian

medial dan inferior, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem

vertebralis.

Gambar 3. Gambar arkus aorta beserta cabang-cabang besarnya (Osborn, 1994)

Keterangan :

1. Arkus aorta

2. Trunkus brakhiosefalika

3. Arteri subklavia kanan

4. Arteri vertebralis kanan

5. Arteri karotis komunis kanan

6. Arteri karotis interna kanan

7

Page 8: Ct Kepala Atropi

7. Arteri karotis eksterna kanan

8. Arteri karotis komunis kiri

9. Arteri karotis interna kiri

10. Arteri karotis eksterna kiri

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula ke

vena serta didrainase ke sinus duramater. Dari sinus, melalui vena emisaria akan

dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. Vena serebral dapat dikelompokkan menjadi

dua sistem, yaitu sistem vena serebral eksterna (drainase darah dari korteks dan

subkorteks) dan sistem vena serebral interna (menerima aliran darah balik dari

jaringan otak yang lebih dalam) (Listiono, 1998).

Gambar 4. Sistem vena serebri (Osborn, 1994)

Keterangan :

1. Sinus sagitalis superior 11. Vena septalis

2. Sinus sagitalis inferior 12. Vena talamotriata

3. Straight sinus 13. Vena labbe

4. Torcular herophilli 14. Vena serebri media superfisialis

8

11. Arteri subklavia kiri

12. Arteri vertebralis kiri

13.Arteri vertebralis bergabung menjadi arteri Basilaris

13. Sirkulus willisi

14. Arteri serebri anterior

15. Arteri

Page 9: Ct Kepala Atropi

5. Sinus tranversus 15. Vena trolard

6. Sinus sigmoid. 16. Sinus kavernosus

7. Sinus oksipitalis 17. Pleksus venosa klival

8. Vena galen 18. Sinus petrosa superior

9. Vena basalis 19. Rosenthal Sinus petrosa inferior

10. Vena serebri interna 20. Sinus sfenoparietal

2.2. Patologi Atropi

Menurut Himawan ( 1975 ) kelainan retrogresif / regresif yaitu proses

kemunduran, digolongkan menjadi 7 yaitu : atropi, degenerasi, infiltrasi, nekrosis,

penimbunan pigmen, mineral, gangguan metabolisme, dan defisisensi.

Atropi adalah keadaan dengan mengecilnya ( berkurangnya ukuran volume)

sel-sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya beberapa unsur penyusun

intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel- sel

spesifik, yaitu sel- sel parenkim yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut

mengecil ( Himawan, 1979).

Berdasarkan penyebabnya atropi secara umum terbagi menjadi 2 macam

yaitu atropi patologik dan fisiologik ( Atmodjo, 1992 ).

2.2.1. Atropi fisiologik atau disebut involusi

Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa

perkembangan/ kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu

tidak menghilang maka bisa diangggap sebagai patologik ( Himawan, 1975), misal,

menghilangnya kelenjar timus pada masa pubertas : pembentukan ligamentum teres

hepatis dan penutupan foramen ovale jantung setelah anak lahir. Bila involusi ini

tidak sempurna, maka akan tersisa jaringan alat tubuh tersebut seutuhnya atau

sebagian dalam keadaan samar-samar rudimenter yang dapat pula berakibat

gangguan.

2.2.2. Atropi Patologik dapat lokal atau sistemik mengenai beberapa sistem alat

tubuh secara serentak secara bersamaan ( atmodjo, 1992).

a. Atropi nutrisional atau kelaparan

b. Atropi vasculer oleh gangguan vascularisasi (perbekalan darah dan nutrisi)

9

Page 10: Ct Kepala Atropi

c. Atropi payah biasanya mengenai kelenjar endokrin

d. Atropi hormonal

Patologi meningitis

Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang mempunyai gejala-

gejala berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan serebro- spinal

(CSF).

Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan oleh bakteri atau virus, dan diagnosa dapat

dilakukan dengan memeriksa cairan serebro spinal yang diambil melalui punksi

lumbal

2.3. Dasar-Dasar CT- Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi.

Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor.

Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar

dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan

rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah

diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk

ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor

berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 1992). Pada CT-Scan prinsip

kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun

dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah

didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal,

sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut ( Tortorici,

1995 )

2.4. Komponen dasar CT-Scan ( Tortorici, 1995 )

CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator

konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul

letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja

pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager, 2001).

10

Page 11: Ct Kepala Atropi

Bagian – bagian dari scan unit :

2.4.1 Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan

meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa

perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan

suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X,

kolimator, dan detektor.

Tabung sinar-X

Berdasarkan stukturnya tabung sinar-X sangat mirip

dengan tabung sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak

pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.

Panas yang cukup tinggi disebabkan karena perputaran anoda yang

tinggi dengan elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal

spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan resolusi yang tinggi.

Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur,

membatasi jumlah sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk

meningkatkan kualitas gambar. CT-Scan menggunakan 2 buah

kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor kolimator.

Detektor

Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien

dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah

teratenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor-

detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi

dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil

yang disebut sinyal output analog. Sinyal ini besarnya sebanding

dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan

detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar lebih

optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas.

11

Page 12: Ct Kepala Atropi

2.4.2 Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.

Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka

sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke

detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk

menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.

2.4.3 Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan

sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang

terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak

kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem

kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman gambar.

2.5. Parameter CT-Scan

Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi

dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

2.5.1. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek

yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan

keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran

dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan

menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka akan

timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

2.5.2. Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang

berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

12

Page 13: Ct Kepala Atropi

2.5.3.. Faktor eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu

eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada

tiap-tiap pemeriksaan.

2.5.4. Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang

12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV

yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam

rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih

kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis

menjadi sulit untuk dideteksi.

2.5.5. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara

-25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan

diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu

bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang

sensitif.

2.5.6. Rekonstruksi matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture

element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi

matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori

komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya

matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512

kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar.

Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.

2.5.7. Rekonstruksi Algorithm

Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik

13

Page 14: Ct Kepala Atropi

dari gambar CT- Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih.

Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi

resolusi gambar yang akan dihasilkan. Denagn adanya metode ini maka

gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jarringan lain dapat

dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.5.8. Window width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang

dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.

Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui

rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi

menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed

Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).

2.5.9. Window level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan

untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada

karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window

level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.

2.6. Prosedur Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala, (Nuttawan Jaengsri, 2004)

Prosedur adalah urutan dari rangkaian pemeriksaan yang harus diikuti.

Prosedur teknik pemeriksaan CT Scan meliputi, persiapan pasien, posisi pasien,

scout view, menentukan parameter scan yang tepat, sampai mendapatkan

kualitas gambar CT Scan yang baik.

Adapun prosedur pemeriksaan CT Scan kepala, meliputi :

2.6.1. Persiapan Pasien : berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur

pemeriksaan, jika diperlukan injeksi media kontras dianjurkan bagi

pasien untuk puasa.

2.6.2. Posisi pasien : supine di atas meja pemeriksaan; head first. Atur posisi

kepala sehingga OML vertikal tegak lurus.

2.6.3. Volume investigasi : dari foramen magnum sampai vertex.

14

Page 15: Ct Kepala Atropi

2.6.4. Scan parameter :

2.6.4.1. Slice thickness : 2-5 mm pada daerah fossa posterior (foramen

magnum sampai tentorium); 5-10 mm pada daerah hemisfer

(tentorium sampai vertex).

2.6.4.1. Inter-slice distance/pitch : 1.0

2.6.4.2. FOV : kira-kira 24 cm.

2.6.4.3. Gantry tilt : 10-120 parallel dengan supra orbito meatal

baseline (untuk mereduksi dosis radiasi pada orbita).

2.6.4.4. kV : standard

2.6.4.5. mA : diatur sesuai dengan kualitas gambar yang diperlukan.

2.6.4.6. Rekonstruksi algorithm : soft tissue

2.6.4.7. Window width : 0-90 HU (supratentorial brain), 140-160 HU

(brain pada daerah fossa posterior), 2000-3000 HU (bone)

2.6.4.8. Window level : 40-45 HU (supratentorial brain), 30-40 HU

(brain pada daerah fossa posterior), 200-400 HU (bone).

2.6.5. Kriteria kualitas gambar CT kepala

2.6.5.1. Kriteria visualisasi pencitraan : cerebrum, cerebellum, basis

cranii.

2.6.5.2. Kriteria gambar :

a. Tampak jelas batas tegas antara substansia alba dan

substansia gricea

b. Tampak jelas daerah basal ganglia

c. Tampak jelas sistem ventrikel

d. Tampak jelas ruang CSF di sekitar mesencephalon dan

mengelilingi otak

15

Page 16: Ct Kepala Atropi

1. Potongan axial pertama

Gambar 5

(Bontrager, 2001)

Keterangan: Gambar 5 Gambar irisan CT Scan

A. Bola mata

B. Nervus optikus kanan

C. Kiasma optik

D. Lobus temporal

E. Pons/otak tengah

F. Cerebelum

G. Lobus oksipital

H. Air cel mastoid

I. Sinus sphenoid atau sinus ethmoid

2. Potongan axial keempat

Gambar 6

(Bontrager, 2001)

16

Page 17: Ct Kepala Atropi

Keterangan: Gambar 6. Gambar irisan CT Scan

A. Korpus kalosum anterior

B. Anterior horn ventrikel lateral kiri

C. Ventrikel tiga

D. Kelenjar pineal

2.7 Indikasi pemeriksaan CT-Scan kepala yaitu:

a. Suspect neoplasma, massa, lesi atau tumor pada otak

b. Metastase pada otak

c. Perdarahan intrakranial

d. Aneurysma

e. Abses

f. Atrofi kepala

g. Posttraumatic abnormalities

h. Acquired atau kelainan kongenitaProtuberantia oksipital interna

17

Page 18: Ct Kepala Atropi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, pemeriksaan CT-Scan kepala pada

anak dengan kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Kardinah Tegal maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Identitas pasien

Adapun identitas yang diambil sebagai kasus dalam laporan kasus ini

adalah sebagai berikut :

Nama : An. A

Umur : 2 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Petarukan, Pemalang.

Pengirim : dr. Saiful

Permintaan foto : CT-Scan kepala

Nomor RM : 332341

Diagnosa : delayed development dengan riwayat meningitis

2. Riwayat penyakit

Selama tiga hari, anak tersebut mengalami panas tinggi disertai dengan

kejang. Sampai umur 1,5 tahun. Kemudian pada tanggal 9 Januari 2007 dibawa

ke Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal untuk diperiksa. Dokter mendiagnosa

bahwa anak ini menderita delayed development. Kemudian Dokter

memberikan surat pengantar untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan Kepala.

18

Page 19: Ct Kepala Atropi

3. Prosedur pemeriksaan

Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan

kepala dengan kasus atropi serebri di Rumah Sakit Umum Kardinah

Tegal, yaitu :

Pesawat CT-Scan siap pakai dengan spesifikasi data sebagai berikut :

Nama pesawat : CT Scan helical

Merk : Auklet- Toshiba

Type /model , no seri : MOICT 0022EAA

Tube model / no seri : V 120 KV

Kondisi : baik

Selimut.

Head cleam.

Apron berguna sebagai proteksi radiasi

Pengganjal kepala

Kaser dan film CT Scan

Imager

1. Petunjuk teknis pengoprasian pesawat CT-Scan Auklet Toshiba

a. Menghidupkan pesawat

On kan semua switch yang ada di trafo ( gantry, x ray, console)

On kan switch console unit

Tunggu sebentar sampai ada peringatan untuk warming up

Tekan switch yang ada pada navipad untuk proses warming up

Proses warming up akan selesai apabila monitor sudah muncul

menu ( 5 menit)

CT scan siap untuk dipakai

19

Page 20: Ct Kepala Atropi

2. Pelaksanaan pemeriksaan

Click patient registration

Isi data pasien sampai selesai (nama, umur, jenis kelamin,

dokter pengirim dan lain-lain)

Bila data benar,di ok

Masukkan pasien kemudian atur posisinya dan difiksasi

3. Melengkapi data pemeriksaan

Pertama tekan tombol program yang akan diperiksa, yaitu tekan

tombol HEAD. Kedua, tekan tombol MOVE ALL untuk mengatur

luas daerah penyinaran (daerah yang akan dilakukan pemeriksaan

CT-Scan kepala). Ketiga, tekan tombol SLICE untuk mengatur

jumlah slice/irisan yang akan digunakan (pada CT-Scan kepala

dengan diagnosa atropi serebri ini digunakan 13 slice/irisan).

Keempat, tekan tombol OK.

4. Petunjuk teknis pengoperasian pencetak radiograf

Click filming

Tentukan jumlah frame yang akan diambil

Click sceno/ct

Atur gambar yang akan di print ( WW dan WL)

Persiapan pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya benda-benda yang dapat

mengganggu radiograf dilepas, seperti kacamata, anting-anting. Pasien

diberi selimut agar tidak dingin dan terasa nyaman. Komunikasi dengan

keluarga pasien sangat diperlukan mengenai prosedur pemeriksaan yang

dilakukan.

20

Page 21: Ct Kepala Atropi

4. Teknik Pemeriksaan

1. Karakteristik pesawat CT-Scan yang

digunakan

Jenis : CT Scan Helical

Produksi : Toshiba

Tipe/modeL : MOICT

Seri : 0022EAA

Waktu Scan : 3 detik

Arus tabung : 500 mA

Tegangan tabung : 120 kv

Slice thickness : 5 mm dan 10 mm

Monitor : 21 inchi

2. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan kepala dekat

dengan gantry.

3. Posisi objek : Kepala fleksi dan diletakan pada head holder. Kepala

diposisikan sehingga Mid Sagital Plane kepala sejajar

dengan lampu indicator longitudinal dan interpupilary

line sejajar dengan lampu indicator horizontal.

Selanjutnya kepala difiksasi dengan head clem.

Lengan pasien diatur disamping tubuh dan difiksasi

dengan sabuk khusus. Kemudian bagian tubuh

diberikan selimut. Batas atas pemeriksaan adalah

vertek dan batas bawah basis cranii.

4. Scan Parameter

Scanogram : Kepala lateral

Range : Dibuat 2 range, range 1 mulai dari basis cranii

sampai pars petrosum dan range 2 di mulai dari pars

petrosum sampai verteks

21

Page 22: Ct Kepala Atropi

Slice Thickness : slice ( 1-8) 5 mm dan slice ( 8-14) 10 mm

WW : 220

WL : 110

KV : 120

mAs : 200 mAs

Gantry tilt : - 5,5 º

5. Scan View

WW : diatas 90

WL : dibawah 20

KV : 120

mAs : 200 mAs

Fungsi scan view sebagai parameter untuk mengetahui apakah

posisi pasien sudah tepat

6. Scan – scan

Scan- scan di mulai dari slice 2 – slice 8

Range : Di buat 2 range, range 1 mulai dari basis

cranii sampai pars petrosum dan range 2 di

mulai dari pas petrosum sampai verteks

Slice : slice ( 1-8) 5mm, slice ( 8-14) 10 mm

WW :diatas 90

WL : dibawah 20

KV : 120

mAs : 300 mAs

FOV :

Gantry tilt : - 5,5 º

7. Hasil pembacaan dokter

Kesan : atropi serebri

22

Page 23: Ct Kepala Atropi

5. Proteksi Radiasi

Oleh karena adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh sinar-X, maka

perlu sekali setiap petugas memperhatikan proteksi radiasi baik terhadap pasien,

petugas itu sendiri serta masyarakat umum yang berada di sekitar ruang

pemeriksaan.

Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal, usaha-usaha

yang dilakukan untuk proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan hanya dilakukan atas permintaan dokter.

b. Mengusahakan agar tidak terjadi pengulangan scan

c. Pintu kamar pemeriksaan dipastikan tertutup dan terkunci pada saat

penyinaran karena radiasi yang dihasilkan oleh pesawat CT-Scan sangat

besar, dan dinding dilapisi timbal 2 mm Pb.

d. Selama melakukan penyinaran semua petugas berdiri di belakang panel

kontrol atau di tempat yang terlindung dari radiasi dan mengawasi pasien

melalui jendela kaca timbal.

e. Selama penyinaran berlangsung, tidak boleh ada orang lain di dalam kamar

pemeriksaan

6. Pengolahan Film

Untuk menampakkan bayangan laten yang terbentuk pada emulsi film

sesudah ekspose menjadi bayangan nyata dibutuhkan pengolahan film di kamar

gelap. Pengolahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual

dan otomatik.

Pengolahan film CT-Scan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Kardinah Tegal dilakukan secara otomatis. Setelah penyinaran, gambar

dipindah ke dalam alat print lalu diprint. Setelah itu film dibawa ke kamar gelap

untuk dilakukan pencucian film dengan menggunakan mesin pencuci otomatis.

Pengolahan film adalah mengubah bayangan laten yang terbentuk

emulsi film selama eksposi diubah menjadi bayangan berbentuk perak melalui

proses kimia.

23

Page 24: Ct Kepala Atropi

Pengolahan film secara otomatis adalah proses pengolahan film dengan

sistem transportasi film yang dilanjutkan oleh roller yang bekerja dengan

kecepatan tetap. Dalam pengolahan film secara otomatis menggunakan

konsentrasi larutan dan suhu yang tinggi dari pada proses manual sehingga

waktunya lebih cepat.

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pemeriksaan CT-Scan kepala pada

kasus atropi serebri di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal pada

dasarnya sama dengan pemeriksaan CT-Scan kepala secara umum.

Pada diagnosa delayed development dengan riwayat meningitis pada

pemeriksaan CT Scan kepala pada anak di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal

mendapatkan hasil bahwa anak tersebut mengalami atropi serebri.

Atropi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan. Sedangkan

atropi serebri adalah penyusutan atau berkurangnya suatu sel atau jaringan pada

otak. Atropi pada otak bisa menyebabkan perubahan tingkah laku atau disfungsi

organ, seperti: kejang-kejang,kelumpuhan, atau kebutaan. Penyebab atropi bisa

karena infeksi virus atau juga penyakit degeneratif.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pemeriksaan CT-Scan kepala pada

anak di Instalasi Radiologi RS Umum Kardinah Tegal. menggunakan slice thickness

5 mm dan 10 mm. Guna dari slice adalah untuk mendeteksi lesi-lesi yang lebih

kecil. Atropi sendiri bukan lesi yang kecil. Dengan menggunakan slice 5 mm dengan

kasus atropi serebri sudah dapat menghasilkan hasil yang akan diinginkan. Semakin

banyak slice, maka radiasi yang diterima akan semakin besar, maka pada kasus

atropi serebri pada anak menggunakan slice 5mm.

Pada umumnya hampir semua pemeriksaan CT-Scan kepala menggunakan

kontras, kecuali pada kasus trauma dan stroke. Alasan tidak memakai kontras

dikarenakan ada beberapa alasan. Yang pertama adanya kontra indikasi terhadap

kontras, tidak cooperatif , dan masalah biaya.

24

Page 25: Ct Kepala Atropi

Pada kasus atropi sebaiknya memakai kontras, tetapi pada kasus ini, tidak

memakai kontras dikarenakan ada beberapa alasan. Yang pertama adalah diagnosa

awal adalah mempunyai riwayat meningitis, tetapi setelah di periksa, hasil tersebut

adalah atropi, kontra indikasi terhadap kontras, tidak cooperatif , dan masalah biaya.

Penggunaan kontras terhadap hasil yang didapat dapat mempengaruhi gambaran

tersebut, tetapi dapat dilihat juga dari jenis penyakitnya.

25

Page 26: Ct Kepala Atropi

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan

pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna

mengetahui kelainan atau penyakit pada organ yang berada dalam kepala

Pada diagnosa delayed development dengan riwayat meningitis didapatkan hasil

bahwa anak tersebut mengalami atropi serebri.

4.2. Saran

Sebaiknya pada, pemeriksaan dilakukan dengan memakai media kontras yang

bertujuan agar hasil yang didapat lebih maksimal.

26

Page 27: Ct Kepala Atropi

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related

Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.

Moore, Keith L., Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates

Burgere, F.A. Kornmano, M.1996. Differential Diagnostik in Computet Tomography.

Thieme, stuttgart-New York.2-39.

Bambang B Dasar-dasar Pemeriksaan SC Scan. Dalam : kompulan makalah PKB

Pencitraan CT-Scan kepala. 2002. PDSRI Cabang IX Surakarta. Surakarta 1-4.

Wegener, OII. 1982. Tehnique of Computerized Tomography in Whole Body

Computerized Tomography. Associated With Schering Corp. Kenil Worth. USA.

Pearce, E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta.

Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2. Penerbit

Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.

........., 2003. Radiologi, Edisi 2, Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas

Maret

Kristanto, Dr. Diktat Patologi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi IV, Buku Kedokteran EGC: Jakarta

27

Page 28: Ct Kepala Atropi

HASIL RADIOGRAF CT-SCAN KEPALA

28