8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
1/28
REFERAT
TONSILITIS
Oleh :
Novi Fatni C11 04 0019
Agustinus Singgih C11 04 0047
Santi Christiani C11 04 0095Puspita Sari BW C11 04 0099
Pembimbing :
dr. Bogi Soeseno, Sp. THT
BAGIAN ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2005
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
2/28
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
3/28
BAB II
ANATOMI
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di dalam
faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. (UI). Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila
palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsila
palatina, sedang tonsila faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.
Tonsil terletak pada fossa tonsilaris, berbentuk oval dengna ukuran dewasa
panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15 mm dan berat sekitar 1,5 gram. Fosssa
tonsilaris, dibagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus palatina anterior),
sedangkan dibagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior),
yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjunya bersama-sama dengan M. palatina
membentuk palatum molle.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengna fascia faringobasilaris yang melapisi M. Konstriktor faringeus.
Kapsul tonsil tersebut masuk kedalam jaringan tonsil, membentuk septa yang
mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang
merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30 buah,
berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa kripta ada
yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah permukaan kapsul.
Kripta tonsil mungkin bercabang-cabang dan biasanya mempunyai bentuk yang sangat
tidak teratur. Kripta dengan ukuran terbesar terletak pada pole atas tonsil dan disebut
kripta superior. Dalam keadaan normal kripta-kripta ini mengandung sel-sel epitel,
limfosit, bakterri, dan sisa makanan.Pada kripta superior sering menjadi tempat
pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan
kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut.
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang
membesar. Plika ini penting, karena sikatrik yang terbentuk setelah proses tonsilektomi
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
4/28
dapat menarik folikel tersebut ke dalam fosa tosilaris, sehingga dapat dikelirukan
sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terdapat pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya dekat
dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber, yang
penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi,
jaringan areolar yamg lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.
Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian utama: nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau nasofaring adalah bagian
pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum molle bagian bawah.
Bagian tengah faring disebut orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai
permukaan lingual epigglotis. Bagian bawah faring dikenal dengan nama hipofaring
atau laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah dari
saluran pencernaan bagian atas.
Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan limfoid
yang melingkar dikenal dengan Cincin Waldeyer, terdiri dari Tonsila pharingeal
(adenoid), Tonsila palatina, dan Tonsila lingualis. Dalam pengertian sehari-hari yang
dikenal sebagai tonsil adalah tonsila palatina.
1. Pharyngeal tonsil
2. Palatine tonsil
3. Lingual tonsil
4. Epiglottis
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
5/28
Tonsila Faringeal (adenoid)
Terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring bagian belakang.
Pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang atau mengecil sehingga jarang seklai
dijumpai pada orang dewasa. Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai
sebuah massa yang terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi
sebagian besar atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit
sekali kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak ada jaringan khusus yang
memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu
adeoidektomi sukar mengangkat jaringan ini secara keseluruhan. Adenoid mendapat
darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis interna dan sebagian kecil dari cabang-
cabang palatina A. Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke
dalam V. Jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris melelui N. Nasofaringeal
yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N. Vagus.
Tonsila Lingualis
Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan terdapat pada
basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah anteroposterior dari papilla
sirkumvalata ke epiglottis. Jaringan limfoid ini menyebar ke arah lateral dan ukurannya
mengecil. Dipisahkan dari otot-otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Jumlahnya
bervariasi, antara 30-100 buah. Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal
dengan jumlah yang sedikit. Sel-sel limfoid ini sering mengalami degenerasi disertai
deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya membentuk detritus.
Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang merupakan
cabang dari A. Karotis eksterna. Darah vena dialirkan sepanjang V. Lingualis ke V.
Jugularis interna. Aliran limfe menuju ke kelenjar servikalis profunda. Persarafannyamelalui cabang lingual N. IX.
Tonsila Palatina
Tonsil terletak di bagian samping belakang orofaring, dalam fossa tonsilaris,
berbentuk oval dengan ukuran dewasa panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15
mm, dan berat sekitar 1,5 gram. Berat tonsil pada laki-laki berkurang dengan
bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat bertambah pada masa pubertas dan
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
6/28
kemudian menyusut kembali. Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar
anterior (arkus plalatina anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar
posterior (arkus palatina posterior), yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya
bersama-sama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian atas fossa
tonsilaris kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi m. Konstriktor faringeus.
Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil, membentuk septa yang
mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang
merupakan muara dari kripta tonsil. Kripta tonsil berjumlah sekitar 10-20 buah,
berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Kripta yang paling besar
terletak di pole atas, sering menjadi tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan
suhunya sesuai untuk pertumbuhan kuman, juga karena tersedianya substansi makanan
di daerah tersebut.
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika triangularis,
dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang membesar. Plika ini
penting karena sikatrik yang terbantuk setelah proses tonsilektomi dapat menarik folikel
tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya dekat
dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber, yang
penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi,
jaringan areolar yang lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
7/28
Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi
tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ke-3 ruang potensial tersebut adalah :
1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil)Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :
- Anterior : m. Palatoglosus
- Lateral & posterior : m. Palatofaringeus
- Dasar segitiga : pole atas tonsil
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivary Weber, yang bila terinfeksi dapat menyebar
ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.
2. Ruang retromolarTerdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang
dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m. Buccinator,
sementara pada bagian postero-medialnya terdapat m. Pterygoideus internus dan bagian
atas terdapat fasikulus longus m. Temporalis. Bila terjadi abses hebat pada daerah ini
akan menimbulkan gejala utama trismus disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit
dibedakan dengan abses peritonsil.
3. Ruang parafaring (ruang faringomaksila ; ruang pterygomandibula)Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat pembuluh darah
besar, sehingga bila terjadi abses, berbahaya sekali. Adapun batas-batas ruang ini adalah
- Superior : Basis kranii dekat foramen jugulare
- Inferior : Os hyoid
- Medial : M. Konstriktor faringeus superior
- Lateral : Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus interna
dan bagian posterior kelenjar parotis
- Posterior : Otot-otot prevertebraRuang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus styloideus dan otot-
otot yang melekat pada prosesus styloideus tersebut :
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil,mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. karotis interna, V.Jugularis, N. Vagus dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro faring.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
8/28
Ruang retrofaring
Batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Anterior : fascia m. Konstriktor superior
- Posterior : fascia prevertebralis
- Superior : basis cranii
- Inferior : mediastinum setinggi bifurkasio trakea
- Lateral : parafaringeal space
Aliran Limfe Tonsil
Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim
tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula, yang
kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan menembus M.
Konstriktor faringeus superior, selanjutnya menembus fascia bukofaringeus dan
akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda yang terletak sepanjang pembuluh darah
besar leher, di belakang dan di bawah arkus mendibula. Kemudian aliran limfe ini
dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerh dada, untuk selanjutnya bermuara ke dalam
duktus torasikus.
Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero inferior- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah antero-
media
-
A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina Minor,memperdarahi daerah antero-superior
Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V. Lingualis dan
pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis Interna. Pembuluh
vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral kapsula dan selanjutnya
menembus dinding faring.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
9/28
FISIOLOGI
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit tetapi
peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan. Penelitian
menunjukkan bahwa onsil memegang peranan penting dalam fase-fase permulaan
kehidupan terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke
dalam saluran nafas bagian bawah.
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa
perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk memproduksi antibodi. Penelitian
terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A, yang
menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum
germinativum, biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai
terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yamg pada permulaan kehidupan masa kanak-
kanak dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu
pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai
proses involusi.
Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal tonsil dan faring tidak
menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme pertahanan dan
hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman.
Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu :
1. Mekanisme pertahanan non spesifikBerupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk menghancurkan
mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini tipis sekali sehingga bagian
ini menjadi tempat yang lemah terhadap pertahanan dari masuknya kuman ke dalam
jaringan tonsil. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka kuman iniakan ditangkap oleh sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Sebelumnya kuman
akan mengalami opsonisasi. Peranan opsonin (antibodi) adalah mengadakan reaksi
dengan bakteri, sehingga menimbulkan kepekaan bakteri terhadap sel fagosit.
Setelah proses opsonisasi, maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri
dan memakannya dengan cara memasukkannya ke dalam suatu kantung yang disebut
fagososm. Proses selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. Mekanisme yang
jelas belum pasti, namun diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
10/28
untuk pembentukan superoksidase yang akan membentuk H2O2 (bersifat bakterisidal),
yang kemudian akan masuk ke dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian
membunuh bakteri dengan proses oksidasi.
Di dalam sel fagosit terdaapt granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri
maka membran lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam
fagosom membentuk rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri
dengan proses digesti.
2. Mekanisme pertahanan spesifikMerupakan ekanisme pertahana yang penting dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap udaran pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat
memproduksi IgA yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme
patogen. Disamping itu, tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan IgE yang berfungsi
untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung
granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu histamin. Sel basofil yang terutama adalah
sel basofil dalam sirkulasi (sel basofil mononuklear) dan sel basofil dalam jaringan (sel
mastosit).
Bila ada alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE sehingga
permukaan sel membrannya terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini
akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga timbul reaksi hipersensitivitas tipe 1,
yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.
Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE dihasilkan dari
plasma sel terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta
tonsil. Sedangkan mekanisme kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen akan tetapi
mencegah substansi tersebut masuk ke dalam proses imunologi, sehingga dalam proses
netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah trjadinya penyakit autoimun. Oleh karenaitu, IgA merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat
proses bakteriolisis.
TONSILITIS
Etiologi
Streptokokus -hemolitikus grup A diketahui sebagai bakteri yang paling sering
ditemukan pada tonsillitis akut. Namun banyak penelitian yang menunjukkan mulai
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
11/28
meningkatnya peranan mikroorganisme aerob dan anaerob lain pada perjalanan
tonsillitis baik akut ataupun kronis.
Beberapa konsep terbaru mulai dipercaya dalam pemehaman penyakit tonsilar
kronik, seperti
Adanya infeksi polimikrobial Peningkatan mikroorganisme penghasil laktamase Adanya peranan mikroorganisme anaerob Adanya peranan konsentrasi antigen bakteri AdanyaHemophilus influenza Pentingnya obstruksi kripta sehingga terjadi akumulasi bakteri dan timbulnya infeksi
kronis
Terganggunya keseimbangan bakteri normal dimana terjadi pergeseran darikomensal menjadi pathogen
Virus lebih sering ditemukan pada penyakit akut daripada kronis, dimana virus
merupakan inisiator inflamasi mukosa, obstruksi kripta, dan ulserasi yang kemudian
disertai invasi dan infeksi bakteri. Virus Epstien-Barr (EBV) dapat ditemukan pada
faringotonsilitis akut yang berat bahkan saat adanya obstruksi jalan nafas. EBV juga
dihubungkan dengan hyperplasia adenotonsilar persisiten.
Klasifikasi
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila
yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri
pathogen dalam kripta. Biasanya disebabkan oleh beta hemolitik streptococcus dapat
juga oleh staphylococcus, pneumooccus, hemophyllus influenza dan virus yangpatogen.
Terdapat dua bentuk patogen :
a. Tonsilitis akut parenkimatosaSeluruh tonsil menalami peradangan, tampak hiperemis, edematous, kripta melebar
tetapi tidak mengandung pus.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
12/28
b. Tonsilitis akut folikularisMuara kripta berisi fibrin dan pus, sehingga terlihat bercak yang khas, bla eksudat
folikularis ini bersatu tampak sebagai membran putih kekuningan disebut tonsilitis akut
lakunaris. Gejala lebih berat dan tiba-tiba, biasanya terjadi pada usia dewasa muda.
Infeksi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi
radang berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus
ini merupakan kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis,
bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi
tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane
semu (Pseudomembran) yang menutupi tonsil. Pada keadaan ini didiagnosa banding
dengan Angina Plaut Vincent, tonsilitis difteri, scarlet fever, dan angina agranulositosis.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu
menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lelah, rasa nyeri pada sendi-sendi,
tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih
melalui N.Glosofaringeus. Seringkali disertai adenopati servikalis disertai nyeri tekan.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula
membengkak dan nyeri tekan.
Diagnosa dapat langsung ditegakan dengan pemeriksaan fisik dimana
didapatkan lidah otor, nafas berbau, tonsil hiperemis dan biasanya terdapat detritus
kadang ulserasi, leukositosis 12.000 20.000/mm3, dan pembesaran kelenjar limfe
servikal.
Pada umumnya penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirahbaring, pemberian cairan adekuat serta diet ringan. Analgetik oral efektif untuk
mengurangi nyeri. Terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang tepat.
Penisilin masih merupakan obat pilihan, kecuali jika terdapat resistensi atau penderita
sensitive terhadap penisilin. Pada kasus tersebut eritromisin atau antibiotik spesifik yang
efektif melawan organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya diberikan
selama lima sampai sepuluh hari. Jika hasil biakan didapatkan streptokokus beta
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
13/28
hemolitikusterapi yang adekuat dipertahankan selama sepuluh hari untuk menurunkan
kemungkinan komplikasi non supurativa seperti nefritis dan jantung rematik.
Prognosa tonsilitis streptococcus baik. Bila tidak diobati dapat sembuh sendiri
dan biasanya lama dalam beberapa minggu. Apabila diobati dengan antibiotik yang
tepat biasanya sembuh dalam 23 hari.
2. Tonsillitis Akut Rekuren
Terdapat beberapa definisi mengenai tonsillitis akut rekuren, yaitu
Empat sampai tujuh kali tonsilitis akut dalam satu tahun
Lima kali tonsilitis akut selama dua tahun berturut-turut Tiga kali tonsilitis akut dalam satu tahun selama tiga tahun berturut-turut
3.Tonsilitis KronisTonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua
penyakit tenggorokan yang berulang. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik
adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut
yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisk dan pengobatan tonslitis akut yang tidak
adekuat. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar tergantung pada
infeksi.
3.1 Patogenesa
Pada umumnya tonsilitis kronis memiliki dua gambaran, yaitu terjadi
pembesaran tonsil dan pembentukan jaringan parut. Terlihat gambaran pembesaran
kripta pada beberapa kasus tonsilitis kronis. Karena proses radang berulang yang
timbul, maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
14/28
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan, sehingga kripta melebar.
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil dalam waktu lama akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya sel limfosit dan basofil sehingga timbul
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang
terlepas. Secara klinis, detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning. Bercak detritus ini, dapat melebar sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran) yang menutupi tonsil. Proses berjalan terus sehingga menembus
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa
tonsilaris. Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan
virulensi rendah dan jarang ditemukan Streptococcus beta hemolitikus.
3.2 Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa
mengganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan,
bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi,
tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga inidikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n. Glossopharingeus (n.IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk
folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengak
dan nyeri tekan.
http://www.entusa.com/oral_photographs/acute_tonsillitis_labeled.jpg8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
15/28
3.3 Terapi
Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan. Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa
sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil (tonsilektomi).
3.4 Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya
berupa abses peritonsiler, rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara
perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat
timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus,
urtikaria dan furunkulosis.
KOMPLIKASI TONSILITIS
Abses Peritonsil (Quinsy)
Abses peritonsil adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang
peritonsil, berasal dari infeksi tonsil yang berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah
tonsila meluas sampai ke palatum molle. Kelanjutan proses ini menyebabkan abses
peritonsilaris. Kelainan ini dapat terjadi cepat, dengan awitan awal dari tonsilitis, atau
akhir dari perjalanan penyakit tonsilitis akut. Biasanya unilateral dan lebih sering pada
anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda.
Terdapat gejala dan tanda tonsilitis akut, demam tinggi, otalgia, nyeri menelan,
nyeri tenggorok, muntah, mulut berbau, hipersalivasi, suara sengau, kadang-kadang sulit
membuka mulut (trismus), serta pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar
submandibula. Trismus terjadi pada proses yang lanjut akibat iritasi pada otot pterigoid
interna.
Pada pemeriksaan tampak palatum molle membengkak, menonjol ke depan,dapat teraba fluktuasi, hiperemis pada stadium awal dan bila berlanjut akan menjadi
lebih lunak dan kekuning-kuningan. Tonsil bengkak, hiperemis dan mungkin banyak
detritus, terdorong ke tengah, depan dan bawah. Uvula bengkak dan terdorong ke sisi
kontralateral.
Terapi:
Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotik dosis tinggi, dan obat simtomatik.
Juga perlu kumur-kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
16/28
Bila abses telah terbentuk, dilakukan pungsi kemudian insisi untuk mngeluarkan
nanah dengan anestesi local. Insisi dilakukan pada daerah paling menonjol dan lunak,
atau pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir
pada sisi yang sakit. Setelah selesai pasien diminta berkumur dengan antiseptik.
Bila terdapat trismus, diberikan analgesia local untuk nyeri dengan menyuntikan
silokain atau novokain 1 % di ganglion sfenopalatinum (bagian belakang atas lateral
konka media).
Pada anak kecil dianjurkan untuk anestesi umum. Kemudian dianjurkan untuk
tonsilektomi. Bila tonsilektomi dilakukan bersama sama tindakan drainase abses,
disebut tonsilektomi a chaud. Bila dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses, disebut
tonsilektomi atiede, dan bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drainase abses disebut
tonsilektomi afroid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan setelah infeksi tenang,
yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.
Komplikasi:
Dehidrasi, perdarahan, aspirasi paru, piemia, abses parafaring, mediastinitis,
thrombus sinus kavernosus, meningitis, abses otak.
Abses Parafaring
Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang
parafaring
Patofisiologi:
Ruang parafaring ini dapat mengalami infeksi dengan cara:
1. Langsung. Yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengananalgesi. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah
terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faringsuperior) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris.
2. proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikaldapat merupakan sumber infeksi
untuk terjadinya abses ruang parafaring.
3. penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.Manifestasi klinis:
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
17/28
Demam, leukositosis, nyeri tengorok, nyeri menelan, trismus, indurasi atau
pembengkakan, di daerah sekitar angulus mandibula, dan pembengkakan dinding lateral
faring hingga menonjol kearah medial. Pada pemeriksaan penunjang diagnosis dapat
ditegakkan dengan foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak
parafaring dan pendorongan trakea kearah depan. Dengan tomografi computer terlihat
jelas abses dan penjalarannya.
Terapi:
a. AntibiotikaAntibiotika diberikan sampai 10 hari dan seharusnya diberikan berdasarkan pada
pemeriksaan kultur dan resistensi kuman.
First choise : Clindamycin : dewasa: 300-900 mg/iv/im tiap 8 jam.
Anak : 25-40 mg/kgBB/hari iv tiap 8 jam.
Penicillin
Ceftadizime
Cephalosporin seperti cefotaxim : 1-2 mg tiap 4-8 jam iv.
Dosis anak : 50-150 mg/ kgBB/hari.
b. Insisi dan drainaseInsisi abses pada daerah ini ada tiga cara:
Intraoral, bila penonjolan yang timbul kearah faring yaitu di dinding faringlateral.
Ekstraoral, dimana insisi dari sebelah luar, dibawah angulus mandibula dandiseksi secara tumpul sepanjang batas medial dari m. pterigoid internus menuju
prosesus styloideus.
Melalui fossa submaksila secara MOSHER, cara ini dipergunakan bila lokasipus tidak jelas dan terdapat tanda-tanda sepsis.
Komplikasi:
Septik trombosis vena jugularis interna Erupsi (rupture) arteri karotis Sekuele neurologist Sindroma Horner (cervical Symphatetic) Mediastinitis: penyebaran sepanjang carotid sheath
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
18/28
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
19/28
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lembek dan
kekuningan pada membrane timpani. Di tempat ini akan terjadi rupture.
d. Stadium perforasiKarena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi yang tinggi,
dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan
turun, dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium resolusiBila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan, OMA
akan berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar
terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa
terjadinya perforasi.
Terapi:
a. Stadium oklusiTerapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin
0,5% untuk anak
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
20/28
Terlihat secret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotic yang adekuat sampai 3
minggu.
e. Stadium resolusiMembrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi, dan
perforasi menutup. Bila tidak antibiotic dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
tetap mungkin sudah terjadi mastoiditis.
Sindrom Nefritis Akut (SNA)
SNA dapat terjadi paska infeksi streptokokus beta hemolitikus
Patofisiologi:Faringitis dan tonsillitis (10-14 hari), impetigo (21 hari)
glomerulopati
koefisien ultrafiltrasi glomerular
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
21/28
LFG normal or/APG FF
Distal delivery reabsorbsi
proksimal
absolute
tekanan kapiler peritubular
Proteinuria
Hematuria reabsorbsi Na+
Serum BUN
Kreatinin
dilusi plasma, volume plasma
dan volume cairan ekstraselular refleks baroreseptor
factor vasokonstriktor
neural dan humoral
oliguria hipertensi edema kongesti paru
ensefalopati hipertensif akut
Manifestasi klinis:
1.
Keluhan saluran kemihOliguria dan hematuria tanpa sakit merupakan gejala patognomonik untuk SNA
2. HipertensiHipertensi ringan, sedang dan berat dengan komplikasi ensefalopati hipertensif
akut terutama pada pasien anak
3. Sembab dan bendungan sirkulasia. Sembab kelopak mata atau pergelangan kaki pagi hari dan hilang siang
hari.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
22/28
b. Bendungan sirkulasi- Kardiomegali (bukan bentuk jantung hipertensif) dengan
konfigurasiFlabby heartdisertai irama derap.
- Bendungan paru akuta. Keluhan sesak nafas sampai ortopnea menyerupai
bendungan paru akut jantung tetapi tanpa didahului
dyspnea on effort.
b. Ronki basah di daerah basal paru- Kenaikan tekanan vena jugularis- Hepatomegali bendungan
Keluhan sakit di daerah perut kanan atas akibat regangan kapsul
hepar. Hepatomegali dengan permukaan rata dan konsistensi
kenyal dan nyeri tekan.
4. BradikardiaBradikardia merupakan salah satu tanda penting untuk diagnosis banding dengan
gagal jantung kongestif.
Terapi:
Tentukan penyebabnya dan lakukan penatalaksanaan penyebabnya. Penatalaksanaan hipertansi dengan obat antihipertensi. Mencegah kelebihan garam dan air. Dilakukan pembatasan garam dan cairan,
pemberian diuretic dosis tinggi bila perlu. Pengawasan ketat terhadap berat badan,
keseimbangan cairan, dan ukuran jantung.
Penatalaksanaan gagal ginjal.
SepsisSepsis adalah keadaan ditemukannya gejala klinis terhadap suatu penyakit
infeksi yang berat, disertai dengan ditemukannya respons sistemik yang dapat berupa
hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi dan letargi.
Etiologi:
Mikroorganisme penyebab sepsis sangat berhubungan dengan umur dan status
imunitas anak, pada masa neonatus E.coli, S.aureus, Streptokokus grup B dan L.
monositogenesmerupakan penyebab tersering. Pada anak yang lebih besar sepsis dapat
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
23/28
disebabkan oleh S.pneumoniae, H.influenza tipe B, N.mengitidis, salmonella sp.,
S.aureus, dan streptokokus grup A. Anak dengan gangguan imunitas dapat mengalami
sepsis yang disebabkan oleh berbagai kuman, bahkan oleh kuman yang tidak biasa.
Patofisiologi:
Infeksi bakteri
endorphin produk bakteri aktivasi komplemen
misalnya endotoksin
makrofag
factor jaringan sitokin aktivasi PMN,
pelepasan PAF, produk
aktivasi aktivasi arakidonat dan substansi
koagulasi kalikreinkinin toksik lain
fibrinolisis
Vasodilatasi, syok septic kebocoran kapiler,
Kerusakan endotel kerusakan endotel
Kapiler
Kegagalan organ berganda
Manifestasi klinis:
Manifestasi sepsis pada anak dengan gangguan imunitas yang berat sangat sulit
untuk diketahui. Stadium dini, adanya tanda awal sepsis yang dapat berupa menggigil,
hiperventilasi, takikardia, vasodilatasi yang disusul dengan hipotensi. Gelisah dan
agitasi merupakan tanda awal dari syok septic maka hal ini perlu diperhatikan dalam
pengelolaan sepsis. Hipotensi dapat mengakibatkan timbulnya gagal ginjal akut,
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
24/28
gangrene perifer dan laktik asidosis. Kadang-kadang dapat juga ditandai dengan letargi,
muntah, perut kembung dan hipotermia. Petekia dan purpura dapat ditemukan pada
pasien sepsis terutama yang disebabkan oleh Meningokokus, P.aeruginosa dapat
menimbulkan kelainan kulit berupa ecthyma gangrenosa.
Terapi:
1. Pengendalian infeksi2. Memperbaiki perfusi jaringan melalui resusitasi cairan, koreksi asam basa dan
pemberian farmakoterapi kardiovaskular seperti dopamine dan dobutamin pada
kedaan syok septic.
3. Mempertahankan fungsi respirasi secara efisien, antara lain dengan pemberianoksigen dan mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka.
4. Renal support untuk mencegah gagal ginjal akut5. Kortikosteroid
Sinusitis
Sinusitis adalah radang pada sinus paranasal. Menurut Adams, berdasarkan
perjalanan penyakitnya terbagi atas:
1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.2. Sinusitis subakut, bila infeksinya beberapa minggu sampai beberapa bulan.3. Sinusitis kronis, bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun (menurut
Cauwenberge, bila sudah lebih dari 3 bulan).
Etiologi:
Penyebabnya dapat virus, bakteri atau jamur. Menurut Gluckman, kuman
penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. Dapat disebabkan rhinitis akut; infeksifaring seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas,
serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma dan barotrauma.
Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung,
tumor atau polip. Juga rhinitis alergi, rhinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin
dan kering.
Patofisiologi:
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
25/28
Edema di kompleks osteomeatal,
Mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat
bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan
Gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus
Silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih
kental
Media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen
Sumbatan berlangsung terus, hipoksia dan retensi lendir
Infeksi oleh bakteri anaerob
Perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
Manifestasi klinis:
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas
(terutama pada anak kecil).
Gejala subyektif:
a. gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesub. gejala local, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbaudan
mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih beratpada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena , serta kadang nyeri alih ke
tempat lain.
Sinusitis maksilaris: nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadangmenyebar ke alveolus, hingga terasa di gigi. Nyeri alih di rasakan di dahi
dan depan telinga.
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
26/28
Sinusitis etmoid: nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola m,ata atau belakangnya, terutama bila mata
digerakkan. Nyeri alih di pelipis.
Sinusitis frontal: nyeri terlokalisasi di dahi atau di seluruh kepala. Sinusitissphenoid: rasa nyeri di verteks, oksipital, retroorbital, dan di sphenoid.
Gejala obyektif:
Tampak pembengkakan di daerah muka.
Sinusitis maksilaris: terlihat di pipi dan kelopak mata bawah. Sinusitis frontal: terlihat di dahi dan kelopak mata atas. Sinusitis etmoid: jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi.
Rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis
maksila, frontal, dan etmoid anterior tampak mukopus di meatus medius. Pada sinusitis
etmoid posterior dan pada sphenoid, tampak nanah keluar dari meatus superior.
Rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
Terapi:
1. Antibiotika selama 10-14 hari, meskipun gejala telah hilang.2. Dekongestan local berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus.3. Analgetika bila ada keluhan nyeri.4. Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi ke orbita atau intracranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada
secret tertahan oleh sumbatan.
Komplikasi:
Osteomielitis dan abses subperiostal Kelainan orbita Kelainan intracranial Kelainan paru
Endokarditis
Endokarditis akut paling sering disebabkan oleh Stafilokokus aureus yang terjadi
pada katup jantung yang normal. Bentuk infeksi ini menimbulkan destruksi yang cepat,
menghasilkan fokus-fokus metastatik yang jika tidak diobati akan menimbulkan
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
27/28
kematian penderitanya dalam waktu 6 minggu. Endokarditis subakut biasanya
disebabkan oleh Streptokokus viridans, terjadi pada katup yang sudah rusak, tidak
menghasilkan fokus-fokus metastatik dan jika tidak diobati memerlukan waktu lebih
dari 6 minggu atau bahkan satu tahun sebelum menimbulkan kematian penderitanya.
Gejala endokarditis umumnya mulai terjadi dalam waktu 2 minggu setelah
kejadian yang mencetuskannya. Pada mikrorganisme yang patogenesitasnya rendah,
seperti Streptokokus viridans, awitan tersebut biasanya berangsur-angsur dengan gejala
febris dan malaise. Pada mikrorganisme yang patogenesitasnya tinggi, seperti
Stafilokokus aureus, awitannya akut dengan gejala febris yang tinggi. Febris biasanya
ditemukan pada hampir semua pasien endokarditis, derajatnya rendah (kurang dari
39,4C) kecuali pada penyakit yang akut, disertai artralgia.
Artritis
Artritis septik biasanya berasal dari penyebaran langsung secara hematogen pada
sinovial. Faktor yang memberi kecenderungan menjadi artritis septik adalah masa bayi,
terapi imunosupresif, alkoholisme, penyalahgunaan obat, beberapa penyakit sistemik
kronik, hemoglobinopati, defisiensi komplemen an immunoglobulin, gangguan fungsi
sel fagosit, artritis kronik, infeksi saluran nafas atas dan kerusakan sendi sebelumnya.
Sekitar 75% pioartrosis nongonokokus disebabkan oleh kokus gram positif,
yang paling sering adalah Stafilokokus aureus. Pneumokokus dan Streptokokus -
hemolitikus grup A serta Streptokokus viridans ditemukan pada kurang dari separuh
bahan pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashae, R. 2005. http://www.kidsource.com/ASHA/otitis.html. What is Tonsilitis?
2. Gates, G.A. 2005. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp. Journal of
Tonsilitis.
3. Ramsey, D.D. 2003. http://www.illionisuniv.com/infection/Midear.html. Tonsilitis
8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad
28/28
4. Djaafar, Z. 2001. Kelainan Telingan Tengah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok. Edisi ke-5. Jakarta: 49-62
5. Wikipedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki/Ear. Wikipedia Ecyclopedia
6. Robertson, J.S. 2004. http://www.emedicine.com/emerg/topic351.htm. Journal of
Tonsilitis