Top Banner

of 28

CSS Tonsilitis Unpad

Jun 03, 2018

Download

Documents

nikkitaihsan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    1/28

    REFERAT

    TONSILITIS

    Oleh :

    Novi Fatni C11 04 0019

    Agustinus Singgih C11 04 0047

    Santi Christiani C11 04 0095Puspita Sari BW C11 04 0099

    Pembimbing :

    dr. Bogi Soeseno, Sp. THT

    BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2005

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    2/28

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    3/28

    BAB II

    ANATOMI

    Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di dalam

    faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus

    didalamnya. (UI). Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila

    palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-tiganya membentuk

    lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.

    Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsila

    palatina, sedang tonsila faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.

    Tonsil terletak pada fossa tonsilaris, berbentuk oval dengna ukuran dewasa

    panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15 mm dan berat sekitar 1,5 gram. Fosssa

    tonsilaris, dibagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus palatina anterior),

    sedangkan dibagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior),

    yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjunya bersama-sama dengan M. palatina

    membentuk palatum molle.

    Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan

    berhubungan dengna fascia faringobasilaris yang melapisi M. Konstriktor faringeus.

    Kapsul tonsil tersebut masuk kedalam jaringan tonsil, membentuk septa yang

    mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.

    Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang

    merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30 buah,

    berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa kripta ada

    yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah permukaan kapsul.

    Kripta tonsil mungkin bercabang-cabang dan biasanya mempunyai bentuk yang sangat

    tidak teratur. Kripta dengan ukuran terbesar terletak pada pole atas tonsil dan disebut

    kripta superior. Dalam keadaan normal kripta-kripta ini mengandung sel-sel epitel,

    limfosit, bakterri, dan sisa makanan.Pada kripta superior sering menjadi tempat

    pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan

    kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut.

    Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika

    triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang

    membesar. Plika ini penting, karena sikatrik yang terbentuk setelah proses tonsilektomi

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    4/28

    dapat menarik folikel tersebut ke dalam fosa tosilaris, sehingga dapat dikelirukan

    sebagai sisa tonsil.

    Pole atas tonsil terdapat pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut

    sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya dekat

    dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber, yang

    penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi,

    jaringan areolar yamg lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.

    Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian utama: nasofaring,

    orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau nasofaring adalah bagian

    pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum molle bagian bawah.

    Bagian tengah faring disebut orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai

    permukaan lingual epigglotis. Bagian bawah faring dikenal dengan nama hipofaring

    atau laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas yang terpisah dari

    saluran pencernaan bagian atas.

    Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan limfoid

    yang melingkar dikenal dengan Cincin Waldeyer, terdiri dari Tonsila pharingeal

    (adenoid), Tonsila palatina, dan Tonsila lingualis. Dalam pengertian sehari-hari yang

    dikenal sebagai tonsil adalah tonsila palatina.

    1. Pharyngeal tonsil

    2. Palatine tonsil

    3. Lingual tonsil

    4. Epiglottis

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    5/28

    Tonsila Faringeal (adenoid)

    Terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring bagian belakang.

    Pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang atau mengecil sehingga jarang seklai

    dijumpai pada orang dewasa. Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai

    sebuah massa yang terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi

    sebagian besar atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit

    sekali kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak ada jaringan khusus yang

    memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu

    adeoidektomi sukar mengangkat jaringan ini secara keseluruhan. Adenoid mendapat

    darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis interna dan sebagian kecil dari cabang-

    cabang palatina A. Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke

    dalam V. Jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris melelui N. Nasofaringeal

    yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N. Vagus.

    Tonsila Lingualis

    Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan terdapat pada

    basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah anteroposterior dari papilla

    sirkumvalata ke epiglottis. Jaringan limfoid ini menyebar ke arah lateral dan ukurannya

    mengecil. Dipisahkan dari otot-otot lidah oleh suatu lapisan jaringan fibrosa. Jumlahnya

    bervariasi, antara 30-100 buah. Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal

    dengan jumlah yang sedikit. Sel-sel limfoid ini sering mengalami degenerasi disertai

    deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya membentuk detritus.

    Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang merupakan

    cabang dari A. Karotis eksterna. Darah vena dialirkan sepanjang V. Lingualis ke V.

    Jugularis interna. Aliran limfe menuju ke kelenjar servikalis profunda. Persarafannyamelalui cabang lingual N. IX.

    Tonsila Palatina

    Tonsil terletak di bagian samping belakang orofaring, dalam fossa tonsilaris,

    berbentuk oval dengan ukuran dewasa panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15

    mm, dan berat sekitar 1,5 gram. Berat tonsil pada laki-laki berkurang dengan

    bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat bertambah pada masa pubertas dan

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    6/28

    kemudian menyusut kembali. Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar

    anterior (arkus plalatina anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar

    posterior (arkus palatina posterior), yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya

    bersama-sama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian atas fossa

    tonsilaris kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.

    Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan

    berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi m. Konstriktor faringeus.

    Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil, membentuk septa yang

    mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.

    Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang

    merupakan muara dari kripta tonsil. Kripta tonsil berjumlah sekitar 10-20 buah,

    berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Kripta yang paling besar

    terletak di pole atas, sering menjadi tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan

    suhunya sesuai untuk pertumbuhan kuman, juga karena tersedianya substansi makanan

    di daerah tersebut.

    Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika triangularis,

    dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang membesar. Plika ini

    penting karena sikatrik yang terbantuk setelah proses tonsilektomi dapat menarik folikel

    tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.

    Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut

    sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya dekat

    dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber, yang

    penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi,

    jaringan areolar yang lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris mudah dipisahkan.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    7/28

    Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi

    tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ke-3 ruang potensial tersebut adalah :

    1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil)Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :

    - Anterior : m. Palatoglosus

    - Lateral & posterior : m. Palatofaringeus

    - Dasar segitiga : pole atas tonsil

    Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivary Weber, yang bila terinfeksi dapat menyebar

    ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.

    2. Ruang retromolarTerdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang

    dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m. Buccinator,

    sementara pada bagian postero-medialnya terdapat m. Pterygoideus internus dan bagian

    atas terdapat fasikulus longus m. Temporalis. Bila terjadi abses hebat pada daerah ini

    akan menimbulkan gejala utama trismus disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit

    dibedakan dengan abses peritonsil.

    3. Ruang parafaring (ruang faringomaksila ; ruang pterygomandibula)Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat pembuluh darah

    besar, sehingga bila terjadi abses, berbahaya sekali. Adapun batas-batas ruang ini adalah

    - Superior : Basis kranii dekat foramen jugulare

    - Inferior : Os hyoid

    - Medial : M. Konstriktor faringeus superior

    - Lateral : Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus interna

    dan bagian posterior kelenjar parotis

    - Posterior : Otot-otot prevertebraRuang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus styloideus dan otot-

    otot yang melekat pada prosesus styloideus tersebut :

    - Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil,mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.

    - Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. karotis interna, V.Jugularis, N. Vagus dan saraf-saraf simpatis.

    Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro faring.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    8/28

    Ruang retrofaring

    Batas-batasnya adalah sebagai berikut :

    - Anterior : fascia m. Konstriktor superior

    - Posterior : fascia prevertebralis

    - Superior : basis cranii

    - Inferior : mediastinum setinggi bifurkasio trakea

    - Lateral : parafaringeal space

    Aliran Limfe Tonsil

    Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim

    tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula, yang

    kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan menembus M.

    Konstriktor faringeus superior, selanjutnya menembus fascia bukofaringeus dan

    akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda yang terletak sepanjang pembuluh darah

    besar leher, di belakang dan di bawah arkus mendibula. Kemudian aliran limfe ini

    dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerh dada, untuk selanjutnya bermuara ke dalam

    duktus torasikus.

    Vaskularisasi Tonsil

    Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :

    - A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero inferior- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah antero-

    media

    -

    A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah postero-superior

    - A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina Minor,memperdarahi daerah antero-superior

    Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V. Lingualis dan

    pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis Interna. Pembuluh

    vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral kapsula dan selanjutnya

    menembus dinding faring.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    9/28

    FISIOLOGI

    Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit tetapi

    peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan. Penelitian

    menunjukkan bahwa onsil memegang peranan penting dalam fase-fase permulaan

    kehidupan terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke

    dalam saluran nafas bagian bawah.

    Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa

    perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk memproduksi antibodi. Penelitian

    terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A, yang

    menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen.

    Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum

    germinativum, biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai

    terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yamg pada permulaan kehidupan masa kanak-

    kanak dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu

    pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai

    proses involusi.

    Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal tonsil dan faring tidak

    menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme pertahanan dan

    hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman.

    Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu :

    1. Mekanisme pertahanan non spesifikBerupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk menghancurkan

    mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini tipis sekali sehingga bagian

    ini menjadi tempat yang lemah terhadap pertahanan dari masuknya kuman ke dalam

    jaringan tonsil. Dengan masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka kuman iniakan ditangkap oleh sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Sebelumnya kuman

    akan mengalami opsonisasi. Peranan opsonin (antibodi) adalah mengadakan reaksi

    dengan bakteri, sehingga menimbulkan kepekaan bakteri terhadap sel fagosit.

    Setelah proses opsonisasi, maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri

    dan memakannya dengan cara memasukkannya ke dalam suatu kantung yang disebut

    fagososm. Proses selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. Mekanisme yang

    jelas belum pasti, namun diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    10/28

    untuk pembentukan superoksidase yang akan membentuk H2O2 (bersifat bakterisidal),

    yang kemudian akan masuk ke dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian

    membunuh bakteri dengan proses oksidasi.

    Di dalam sel fagosit terdaapt granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri

    maka membran lisosom akan mengalami ruptur dan enzim hidrolitiknya mengalir dalam

    fagosom membentuk rongga digestif, yang selanjutnya akan menghancurkan bakteri

    dengan proses digesti.

    2. Mekanisme pertahanan spesifikMerupakan ekanisme pertahana yang penting dalam mekanisme pertahanan tubuh

    terhadap udaran pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. Tonsil dapat

    memproduksi IgA yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme

    patogen. Disamping itu, tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan IgE yang berfungsi

    untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung

    granula yang berisi mediator vasoaktif, yaitu histamin. Sel basofil yang terutama adalah

    sel basofil dalam sirkulasi (sel basofil mononuklear) dan sel basofil dalam jaringan (sel

    mastosit).

    Bila ada alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE sehingga

    permukaan sel membrannya terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses ini

    akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga timbul reaksi hipersensitivitas tipe 1,

    yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.

    Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE dihasilkan dari

    plasma sel terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta

    tonsil. Sedangkan mekanisme kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen akan tetapi

    mencegah substansi tersebut masuk ke dalam proses imunologi, sehingga dalam proses

    netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah trjadinya penyakit autoimun. Oleh karenaitu, IgA merupakan barier untuk mencegah reaksi imunologi serta untuk menghambat

    proses bakteriolisis.

    TONSILITIS

    Etiologi

    Streptokokus -hemolitikus grup A diketahui sebagai bakteri yang paling sering

    ditemukan pada tonsillitis akut. Namun banyak penelitian yang menunjukkan mulai

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    11/28

    meningkatnya peranan mikroorganisme aerob dan anaerob lain pada perjalanan

    tonsillitis baik akut ataupun kronis.

    Beberapa konsep terbaru mulai dipercaya dalam pemehaman penyakit tonsilar

    kronik, seperti

    Adanya infeksi polimikrobial Peningkatan mikroorganisme penghasil laktamase Adanya peranan mikroorganisme anaerob Adanya peranan konsentrasi antigen bakteri AdanyaHemophilus influenza Pentingnya obstruksi kripta sehingga terjadi akumulasi bakteri dan timbulnya infeksi

    kronis

    Terganggunya keseimbangan bakteri normal dimana terjadi pergeseran darikomensal menjadi pathogen

    Virus lebih sering ditemukan pada penyakit akut daripada kronis, dimana virus

    merupakan inisiator inflamasi mukosa, obstruksi kripta, dan ulserasi yang kemudian

    disertai invasi dan infeksi bakteri. Virus Epstien-Barr (EBV) dapat ditemukan pada

    faringotonsilitis akut yang berat bahkan saat adanya obstruksi jalan nafas. EBV juga

    dihubungkan dengan hyperplasia adenotonsilar persisiten.

    Klasifikasi

    1. Tonsilitis Akut

    Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila

    yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri

    pathogen dalam kripta. Biasanya disebabkan oleh beta hemolitik streptococcus dapat

    juga oleh staphylococcus, pneumooccus, hemophyllus influenza dan virus yangpatogen.

    Terdapat dua bentuk patogen :

    a. Tonsilitis akut parenkimatosaSeluruh tonsil menalami peradangan, tampak hiperemis, edematous, kripta melebar

    tetapi tidak mengandung pus.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    12/28

    b. Tonsilitis akut folikularisMuara kripta berisi fibrin dan pus, sehingga terlihat bercak yang khas, bla eksudat

    folikularis ini bersatu tampak sebagai membran putih kekuningan disebut tonsilitis akut

    lakunaris. Gejala lebih berat dan tiba-tiba, biasanya terjadi pada usia dewasa muda.

    Infeksi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi

    radang berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus

    ini merupakan kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara

    klinis detritus ini mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

    Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis,

    bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi

    tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane

    semu (Pseudomembran) yang menutupi tonsil. Pada keadaan ini didiagnosa banding

    dengan Angina Plaut Vincent, tonsilitis difteri, scarlet fever, dan angina agranulositosis.

    Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu

    menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lelah, rasa nyeri pada sendi-sendi,

    tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih

    melalui N.Glosofaringeus. Seringkali disertai adenopati servikalis disertai nyeri tekan.

    Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus

    berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula

    membengkak dan nyeri tekan.

    Diagnosa dapat langsung ditegakan dengan pemeriksaan fisik dimana

    didapatkan lidah otor, nafas berbau, tonsil hiperemis dan biasanya terdapat detritus

    kadang ulserasi, leukositosis 12.000 20.000/mm3, dan pembesaran kelenjar limfe

    servikal.

    Pada umumnya penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirahbaring, pemberian cairan adekuat serta diet ringan. Analgetik oral efektif untuk

    mengurangi nyeri. Terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang tepat.

    Penisilin masih merupakan obat pilihan, kecuali jika terdapat resistensi atau penderita

    sensitive terhadap penisilin. Pada kasus tersebut eritromisin atau antibiotik spesifik yang

    efektif melawan organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya diberikan

    selama lima sampai sepuluh hari. Jika hasil biakan didapatkan streptokokus beta

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    13/28

    hemolitikusterapi yang adekuat dipertahankan selama sepuluh hari untuk menurunkan

    kemungkinan komplikasi non supurativa seperti nefritis dan jantung rematik.

    Prognosa tonsilitis streptococcus baik. Bila tidak diobati dapat sembuh sendiri

    dan biasanya lama dalam beberapa minggu. Apabila diobati dengan antibiotik yang

    tepat biasanya sembuh dalam 23 hari.

    2. Tonsillitis Akut Rekuren

    Terdapat beberapa definisi mengenai tonsillitis akut rekuren, yaitu

    Empat sampai tujuh kali tonsilitis akut dalam satu tahun

    Lima kali tonsilitis akut selama dua tahun berturut-turut Tiga kali tonsilitis akut dalam satu tahun selama tiga tahun berturut-turut

    3.Tonsilitis KronisTonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua

    penyakit tenggorokan yang berulang. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik

    adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut

    yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisk dan pengobatan tonslitis akut yang tidak

    adekuat. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar tergantung pada

    infeksi.

    3.1 Patogenesa

    Pada umumnya tonsilitis kronis memiliki dua gambaran, yaitu terjadi

    pembesaran tonsil dan pembentukan jaringan parut. Terlihat gambaran pembesaran

    kripta pada beberapa kasus tonsilitis kronis. Karena proses radang berulang yang

    timbul, maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    14/28

    penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami

    pengerutan, sehingga kripta melebar.

    Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil dalam waktu lama akan

    menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya sel limfosit dan basofil sehingga timbul

    detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang

    terlepas. Secara klinis, detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak

    kuning. Bercak detritus ini, dapat melebar sehingga terbentuk membran semu

    (pseudomembran) yang menutupi tonsil. Proses berjalan terus sehingga menembus

    kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa

    tonsilaris. Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan

    virulensi rendah dan jarang ditemukan Streptococcus beta hemolitikus.

    3.2 Gejala dan Tanda

    Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa

    mengganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan,

    bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi,

    tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga inidikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n. Glossopharingeus (n.IX). Pada

    pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk

    folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengak

    dan nyeri tekan.

    http://www.entusa.com/oral_photographs/acute_tonsillitis_labeled.jpg
  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    15/28

    3.3 Terapi

    Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung

    desinfektan. Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa

    sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil (tonsilektomi).

    3.4 Komplikasi

    Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya

    berupa abses peritonsiler, rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara

    perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat

    timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus,

    urtikaria dan furunkulosis.

    KOMPLIKASI TONSILITIS

    Abses Peritonsil (Quinsy)

    Abses peritonsil adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang

    peritonsil, berasal dari infeksi tonsil yang berlanjut menjadi selulitis difusa dari daerah

    tonsila meluas sampai ke palatum molle. Kelanjutan proses ini menyebabkan abses

    peritonsilaris. Kelainan ini dapat terjadi cepat, dengan awitan awal dari tonsilitis, atau

    akhir dari perjalanan penyakit tonsilitis akut. Biasanya unilateral dan lebih sering pada

    anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda.

    Terdapat gejala dan tanda tonsilitis akut, demam tinggi, otalgia, nyeri menelan,

    nyeri tenggorok, muntah, mulut berbau, hipersalivasi, suara sengau, kadang-kadang sulit

    membuka mulut (trismus), serta pembengkakan dan nyeri tekan pada kelenjar

    submandibula. Trismus terjadi pada proses yang lanjut akibat iritasi pada otot pterigoid

    interna.

    Pada pemeriksaan tampak palatum molle membengkak, menonjol ke depan,dapat teraba fluktuasi, hiperemis pada stadium awal dan bila berlanjut akan menjadi

    lebih lunak dan kekuning-kuningan. Tonsil bengkak, hiperemis dan mungkin banyak

    detritus, terdorong ke tengah, depan dan bawah. Uvula bengkak dan terdorong ke sisi

    kontralateral.

    Terapi:

    Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotik dosis tinggi, dan obat simtomatik.

    Juga perlu kumur-kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    16/28

    Bila abses telah terbentuk, dilakukan pungsi kemudian insisi untuk mngeluarkan

    nanah dengan anestesi local. Insisi dilakukan pada daerah paling menonjol dan lunak,

    atau pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir

    pada sisi yang sakit. Setelah selesai pasien diminta berkumur dengan antiseptik.

    Bila terdapat trismus, diberikan analgesia local untuk nyeri dengan menyuntikan

    silokain atau novokain 1 % di ganglion sfenopalatinum (bagian belakang atas lateral

    konka media).

    Pada anak kecil dianjurkan untuk anestesi umum. Kemudian dianjurkan untuk

    tonsilektomi. Bila tonsilektomi dilakukan bersama sama tindakan drainase abses,

    disebut tonsilektomi a chaud. Bila dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses, disebut

    tonsilektomi atiede, dan bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drainase abses disebut

    tonsilektomi afroid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan setelah infeksi tenang,

    yaitu 2-3 minggu sesudah drainase abses.

    Komplikasi:

    Dehidrasi, perdarahan, aspirasi paru, piemia, abses parafaring, mediastinitis,

    thrombus sinus kavernosus, meningitis, abses otak.

    Abses Parafaring

    Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang

    parafaring

    Patofisiologi:

    Ruang parafaring ini dapat mengalami infeksi dengan cara:

    1. Langsung. Yaitu akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengananalgesi. Peradangan terjadi karena ujung jarum suntik yang telah

    terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (m. konstriktor faringsuperior) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris.

    2. proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikaldapat merupakan sumber infeksi

    untuk terjadinya abses ruang parafaring.

    3. penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.Manifestasi klinis:

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    17/28

    Demam, leukositosis, nyeri tengorok, nyeri menelan, trismus, indurasi atau

    pembengkakan, di daerah sekitar angulus mandibula, dan pembengkakan dinding lateral

    faring hingga menonjol kearah medial. Pada pemeriksaan penunjang diagnosis dapat

    ditegakkan dengan foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak

    parafaring dan pendorongan trakea kearah depan. Dengan tomografi computer terlihat

    jelas abses dan penjalarannya.

    Terapi:

    a. AntibiotikaAntibiotika diberikan sampai 10 hari dan seharusnya diberikan berdasarkan pada

    pemeriksaan kultur dan resistensi kuman.

    First choise : Clindamycin : dewasa: 300-900 mg/iv/im tiap 8 jam.

    Anak : 25-40 mg/kgBB/hari iv tiap 8 jam.

    Penicillin

    Ceftadizime

    Cephalosporin seperti cefotaxim : 1-2 mg tiap 4-8 jam iv.

    Dosis anak : 50-150 mg/ kgBB/hari.

    b. Insisi dan drainaseInsisi abses pada daerah ini ada tiga cara:

    Intraoral, bila penonjolan yang timbul kearah faring yaitu di dinding faringlateral.

    Ekstraoral, dimana insisi dari sebelah luar, dibawah angulus mandibula dandiseksi secara tumpul sepanjang batas medial dari m. pterigoid internus menuju

    prosesus styloideus.

    Melalui fossa submaksila secara MOSHER, cara ini dipergunakan bila lokasipus tidak jelas dan terdapat tanda-tanda sepsis.

    Komplikasi:

    Septik trombosis vena jugularis interna Erupsi (rupture) arteri karotis Sekuele neurologist Sindroma Horner (cervical Symphatetic) Mediastinitis: penyebaran sepanjang carotid sheath

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    18/28

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    19/28

    mukosa dan submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lembek dan

    kekuningan pada membrane timpani. Di tempat ini akan terjadi rupture.

    d. Stadium perforasiKarena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi yang tinggi,

    dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga

    tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan

    turun, dan dapat tidur nyenyak.

    e. Stadium resolusiBila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani

    perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret

    akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi

    kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan, OMA

    akan berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar

    terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa

    (sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa

    terjadinya perforasi.

    Terapi:

    a. Stadium oklusiTerapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga

    tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin

    0,5% untuk anak

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    20/28

    Terlihat secret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat

    cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotic yang adekuat sampai 3

    minggu.

    e. Stadium resolusiMembrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi, dan

    perforasi menutup. Bila tidak antibiotic dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila

    tetap mungkin sudah terjadi mastoiditis.

    Sindrom Nefritis Akut (SNA)

    SNA dapat terjadi paska infeksi streptokokus beta hemolitikus

    Patofisiologi:Faringitis dan tonsillitis (10-14 hari), impetigo (21 hari)

    glomerulopati

    koefisien ultrafiltrasi glomerular

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    21/28

    LFG normal or/APG FF

    Distal delivery reabsorbsi

    proksimal

    absolute

    tekanan kapiler peritubular

    Proteinuria

    Hematuria reabsorbsi Na+

    Serum BUN

    Kreatinin

    dilusi plasma, volume plasma

    dan volume cairan ekstraselular refleks baroreseptor

    factor vasokonstriktor

    neural dan humoral

    oliguria hipertensi edema kongesti paru

    ensefalopati hipertensif akut

    Manifestasi klinis:

    1.

    Keluhan saluran kemihOliguria dan hematuria tanpa sakit merupakan gejala patognomonik untuk SNA

    2. HipertensiHipertensi ringan, sedang dan berat dengan komplikasi ensefalopati hipertensif

    akut terutama pada pasien anak

    3. Sembab dan bendungan sirkulasia. Sembab kelopak mata atau pergelangan kaki pagi hari dan hilang siang

    hari.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    22/28

    b. Bendungan sirkulasi- Kardiomegali (bukan bentuk jantung hipertensif) dengan

    konfigurasiFlabby heartdisertai irama derap.

    - Bendungan paru akuta. Keluhan sesak nafas sampai ortopnea menyerupai

    bendungan paru akut jantung tetapi tanpa didahului

    dyspnea on effort.

    b. Ronki basah di daerah basal paru- Kenaikan tekanan vena jugularis- Hepatomegali bendungan

    Keluhan sakit di daerah perut kanan atas akibat regangan kapsul

    hepar. Hepatomegali dengan permukaan rata dan konsistensi

    kenyal dan nyeri tekan.

    4. BradikardiaBradikardia merupakan salah satu tanda penting untuk diagnosis banding dengan

    gagal jantung kongestif.

    Terapi:

    Tentukan penyebabnya dan lakukan penatalaksanaan penyebabnya. Penatalaksanaan hipertansi dengan obat antihipertensi. Mencegah kelebihan garam dan air. Dilakukan pembatasan garam dan cairan,

    pemberian diuretic dosis tinggi bila perlu. Pengawasan ketat terhadap berat badan,

    keseimbangan cairan, dan ukuran jantung.

    Penatalaksanaan gagal ginjal.

    SepsisSepsis adalah keadaan ditemukannya gejala klinis terhadap suatu penyakit

    infeksi yang berat, disertai dengan ditemukannya respons sistemik yang dapat berupa

    hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi dan letargi.

    Etiologi:

    Mikroorganisme penyebab sepsis sangat berhubungan dengan umur dan status

    imunitas anak, pada masa neonatus E.coli, S.aureus, Streptokokus grup B dan L.

    monositogenesmerupakan penyebab tersering. Pada anak yang lebih besar sepsis dapat

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    23/28

    disebabkan oleh S.pneumoniae, H.influenza tipe B, N.mengitidis, salmonella sp.,

    S.aureus, dan streptokokus grup A. Anak dengan gangguan imunitas dapat mengalami

    sepsis yang disebabkan oleh berbagai kuman, bahkan oleh kuman yang tidak biasa.

    Patofisiologi:

    Infeksi bakteri

    endorphin produk bakteri aktivasi komplemen

    misalnya endotoksin

    makrofag

    factor jaringan sitokin aktivasi PMN,

    pelepasan PAF, produk

    aktivasi aktivasi arakidonat dan substansi

    koagulasi kalikreinkinin toksik lain

    fibrinolisis

    Vasodilatasi, syok septic kebocoran kapiler,

    Kerusakan endotel kerusakan endotel

    Kapiler

    Kegagalan organ berganda

    Manifestasi klinis:

    Manifestasi sepsis pada anak dengan gangguan imunitas yang berat sangat sulit

    untuk diketahui. Stadium dini, adanya tanda awal sepsis yang dapat berupa menggigil,

    hiperventilasi, takikardia, vasodilatasi yang disusul dengan hipotensi. Gelisah dan

    agitasi merupakan tanda awal dari syok septic maka hal ini perlu diperhatikan dalam

    pengelolaan sepsis. Hipotensi dapat mengakibatkan timbulnya gagal ginjal akut,

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    24/28

    gangrene perifer dan laktik asidosis. Kadang-kadang dapat juga ditandai dengan letargi,

    muntah, perut kembung dan hipotermia. Petekia dan purpura dapat ditemukan pada

    pasien sepsis terutama yang disebabkan oleh Meningokokus, P.aeruginosa dapat

    menimbulkan kelainan kulit berupa ecthyma gangrenosa.

    Terapi:

    1. Pengendalian infeksi2. Memperbaiki perfusi jaringan melalui resusitasi cairan, koreksi asam basa dan

    pemberian farmakoterapi kardiovaskular seperti dopamine dan dobutamin pada

    kedaan syok septic.

    3. Mempertahankan fungsi respirasi secara efisien, antara lain dengan pemberianoksigen dan mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka.

    4. Renal support untuk mencegah gagal ginjal akut5. Kortikosteroid

    Sinusitis

    Sinusitis adalah radang pada sinus paranasal. Menurut Adams, berdasarkan

    perjalanan penyakitnya terbagi atas:

    1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.2. Sinusitis subakut, bila infeksinya beberapa minggu sampai beberapa bulan.3. Sinusitis kronis, bila infeksi beberapa bulan sampai beberapa tahun (menurut

    Cauwenberge, bila sudah lebih dari 3 bulan).

    Etiologi:

    Penyebabnya dapat virus, bakteri atau jamur. Menurut Gluckman, kuman

    penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus

    influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. Dapat disebabkan rhinitis akut; infeksifaring seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas,

    serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma dan barotrauma.

    Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung,

    tumor atau polip. Juga rhinitis alergi, rhinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin

    dan kering.

    Patofisiologi:

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    25/28

    Edema di kompleks osteomeatal,

    Mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat

    bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan

    Gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus

    Silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih

    kental

    Media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen

    Sumbatan berlangsung terus, hipoksia dan retensi lendir

    Infeksi oleh bakteri anaerob

    Perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

    Manifestasi klinis:

    Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas

    (terutama pada anak kecil).

    Gejala subyektif:

    a. gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesub. gejala local, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbaudan

    mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih beratpada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena , serta kadang nyeri alih ke

    tempat lain.

    Sinusitis maksilaris: nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadangmenyebar ke alveolus, hingga terasa di gigi. Nyeri alih di rasakan di dahi

    dan depan telinga.

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    26/28

    Sinusitis etmoid: nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola m,ata atau belakangnya, terutama bila mata

    digerakkan. Nyeri alih di pelipis.

    Sinusitis frontal: nyeri terlokalisasi di dahi atau di seluruh kepala. Sinusitissphenoid: rasa nyeri di verteks, oksipital, retroorbital, dan di sphenoid.

    Gejala obyektif:

    Tampak pembengkakan di daerah muka.

    Sinusitis maksilaris: terlihat di pipi dan kelopak mata bawah. Sinusitis frontal: terlihat di dahi dan kelopak mata atas. Sinusitis etmoid: jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi.

    Rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis

    maksila, frontal, dan etmoid anterior tampak mukopus di meatus medius. Pada sinusitis

    etmoid posterior dan pada sphenoid, tampak nanah keluar dari meatus superior.

    Rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

    Terapi:

    1. Antibiotika selama 10-14 hari, meskipun gejala telah hilang.2. Dekongestan local berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus.3. Analgetika bila ada keluhan nyeri.4. Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi

    komplikasi ke orbita atau intracranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada

    secret tertahan oleh sumbatan.

    Komplikasi:

    Osteomielitis dan abses subperiostal Kelainan orbita Kelainan intracranial Kelainan paru

    Endokarditis

    Endokarditis akut paling sering disebabkan oleh Stafilokokus aureus yang terjadi

    pada katup jantung yang normal. Bentuk infeksi ini menimbulkan destruksi yang cepat,

    menghasilkan fokus-fokus metastatik yang jika tidak diobati akan menimbulkan

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    27/28

    kematian penderitanya dalam waktu 6 minggu. Endokarditis subakut biasanya

    disebabkan oleh Streptokokus viridans, terjadi pada katup yang sudah rusak, tidak

    menghasilkan fokus-fokus metastatik dan jika tidak diobati memerlukan waktu lebih

    dari 6 minggu atau bahkan satu tahun sebelum menimbulkan kematian penderitanya.

    Gejala endokarditis umumnya mulai terjadi dalam waktu 2 minggu setelah

    kejadian yang mencetuskannya. Pada mikrorganisme yang patogenesitasnya rendah,

    seperti Streptokokus viridans, awitan tersebut biasanya berangsur-angsur dengan gejala

    febris dan malaise. Pada mikrorganisme yang patogenesitasnya tinggi, seperti

    Stafilokokus aureus, awitannya akut dengan gejala febris yang tinggi. Febris biasanya

    ditemukan pada hampir semua pasien endokarditis, derajatnya rendah (kurang dari

    39,4C) kecuali pada penyakit yang akut, disertai artralgia.

    Artritis

    Artritis septik biasanya berasal dari penyebaran langsung secara hematogen pada

    sinovial. Faktor yang memberi kecenderungan menjadi artritis septik adalah masa bayi,

    terapi imunosupresif, alkoholisme, penyalahgunaan obat, beberapa penyakit sistemik

    kronik, hemoglobinopati, defisiensi komplemen an immunoglobulin, gangguan fungsi

    sel fagosit, artritis kronik, infeksi saluran nafas atas dan kerusakan sendi sebelumnya.

    Sekitar 75% pioartrosis nongonokokus disebabkan oleh kokus gram positif,

    yang paling sering adalah Stafilokokus aureus. Pneumokokus dan Streptokokus -

    hemolitikus grup A serta Streptokokus viridans ditemukan pada kurang dari separuh

    bahan pemeriksaan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ashae, R. 2005. http://www.kidsource.com/ASHA/otitis.html. What is Tonsilitis?

    2. Gates, G.A. 2005. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp. Journal of

    Tonsilitis.

    3. Ramsey, D.D. 2003. http://www.illionisuniv.com/infection/Midear.html. Tonsilitis

  • 8/12/2019 CSS Tonsilitis Unpad

    28/28

    4. Djaafar, Z. 2001. Kelainan Telingan Tengah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,

    Hidung dan Tenggorok. Edisi ke-5. Jakarta: 49-62

    5. Wikipedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki/Ear. Wikipedia Ecyclopedia

    6. Robertson, J.S. 2004. http://www.emedicine.com/emerg/topic351.htm. Journal of

    Tonsilitis