Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal. Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan berkembang. Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada kasus-kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka, reduksi tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim. Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, antara lain perkembangan paru- parunya, bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian. Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin. Cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk memantu dilatasi servik. 1
35

Css Polihidramnion

Dec 26, 2015

Download

Documents

cs
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Css Polihidramnion

BAB I

PENDAHULUAN

Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses

kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal. Kompartemen dari

cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan

berkembang. Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada

kasus-kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama

janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka, reduksi tungkai

dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim.

Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin penting

untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, antara lain perkembangan paru-

parunya, bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan

kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian.

Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin. Cairan ini

mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan

bakteri yang memiliki potensi patogen. Selama proses persalinan dan kelahiran

cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk

memantu dilatasi servik.

Cairan amnion berperan sebagai sarana komunikasi anatara janin dan ibu.

Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin

yang diekskresikan ke dalam cairan amnion. Cairan amnion juga dapat digunakan

sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses

pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau

melakukan spektrometer. Jadi, cairan amnion memegang peranan yang cukup

penting dalam proses kehamilan dan persalinan.

Cairan amnion yang mengelilingi janin dalam kandungan diperlukan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan janin. Cairan ini merupakan

pelindung janin dari trauma fisik, membantu pertumbuhan paru janin, dan

memberikan penghalang terhadap infeksi. Volume cairan ketuban yang normal

bervariasi. Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan, memuncak

1

Page 2: Css Polihidramnion

sampai 800-1000 ml, yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu.

Peningkatan abnormal dari cairan ketuban, polihidramnion, dapat memperlihatkan

suatu anomali janin yang mungkin terjadi. Volume cairan amniotik tidak cukup,

oligohidramnion, menjadikan perkembangan jaringan paru-paru janin tidak

sempurna dan dapat menyebabkan kematian janin.

Pada kehamilan yang dipengaruhi oleh polihidramnion, sekitar 20% dari

neonatus lahir dengan anomali kongenital, sehingga proses persalinan pada bayi

tersebut lebih dipilih dengan perawatan yang lebih intensif.

2

Page 3: Css Polihidramnion

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Cairan Amnion

Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur

berlapis lapis yang didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel.

Jaringan-jaringan penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen

dan non kolagen, seperti fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican.

Dibawah ini digambarkan struktur selaput ketuban yang membentuk kantong

kehamilan, yaitu:

1. Lapisan khorion, merupakan lapisan yang terluar berhubungan langsung

dengan jaringan desidua maternal. Berfungsi sebagai kerangka dari selaput.

Terdiri 4 lapisan :

3

Page 4: Css Polihidramnion

2. Lapisan Trophoblas. Lapisan ini melekat dengan lapisan sel desidua maternal,

terdiri dari 2–10 sel tropoblas dan akan mengalami penipisan sesuai dengan

usia kehamilan.

3. Lapisan Pseudobasement membrane.Lapisan tipis jaringan retikulin yang

berada antara trophoblas dengan lapisan reticular.

4. Lapisan Reticular. Lapisan jaringan retikulin ini merupakan bagian utama dari

membrane khorion yang terdiri dari sel-sel fibroblast dan sel Hofbauer yang

bertugas dalam proses transport metabolit aktif dan sebagai makrofag.

5. Lapisan Celular. Merupakan lapisan paling dalam dari membran khorion,

berbatasan dan melekat langsung dengan lapisan amnion.

6. Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban serta paling

elastis dibandingkan Lapisan khorion. Lapisan ini memiliki 5 lapisan:

a. Spongy layer. Lapisan yang berbatasan langsung dengan khorion.

Merupakan lapisan reticular yang terdiri dari jaringan kolagen dan mucus.

Mempunyai kemampuan bergeser dan meregang. Merupakan lapisan

“stress absorber” yang terdiri kolagen tipe III. Walaupun lapisan amnion

lebih tipis dbanding lapisan korion, lapisan tersebut lebih elastis.

b. Fibroblast layer. Lapisan ini terdiri dari sel-sel mesenkimal yang berasal

dari mesoderm discus embrionik. Didapat banyak makrofag yang sering

terlibat dalam proses penipisan selaput ketuban.

c. Compact layer. Merupakan bagian yang paling tebal dan mengandung

kolagen interstisiial tipe I, kolagen tipe III dan kolagen tipe V. Bersama

dengan membran basal merupakan kerangka jaringan ikat yang kokoh.

d. Basement membrane. Merupakan bagian yang terdiri dari jaringan fibroblast

kompleks dalam jaringan retikulin. Memisahkan lapisan epithelial dengan

jaringan selaput ketuban lainnya. Didapatkan sel Hofbauer. Sangat kaya

serabut kolagen tipe III dan IV.

e. Epithelial lining. Merupakan lapisan terdalam dari selaput ketuban. Terdiri

dari selapis sel kuboid yang tidak bersilia. Permukaan bebas dari sel ini

ditutupi oleh mikrovili. Antar sel dihubungkan dengan desmosom.

Embriologis berasal dari ektoderm. Pada lapisan ini disekresi kolagen tipe

4

Page 5: Css Polihidramnion

III, IV dan glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen, fibronektin) yang

membentuk membran basal4

Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau

ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion,

berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal

mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah

yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion. 1,2,3

Gambar 2.1 Kantung amnion pada minggu ke-6 ditampakkan pada gambar sebelah kiri dan di sebelah kanan merupakan kantung amnion pada bulan ke-3

Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki

peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion

sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Selain itu cairan

amnion kemungkinan berasal dari transudate plasma maternal melalui

korioamnion atau transudate dari kulit janin saat permeabilitasnya tinggi waktu

pembentukan keratinisasi.

Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi

oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat

kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran

tersebut dalam memproduksi cairan amnion.

Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan

dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan

5

Page 6: Css Polihidramnion

menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma

ibu dan cairan amnion. 

Volume air ketuban sekitar 250 – 800 cc dalam usia kehamilan antara 16 –

32 minggu. Selanjutnya, stabil sampai aterm dengan jumlah sekitar 500 cc.

keseimbangan air ketuban dipertahankan dengan cairan yang berasal dari paru dan

urin sedangkan pengeluaran air ketuban terjadi karena aspek menelan dan aliran

melintasi membran amnion atau membran korionik menuju janin dan maternal.

Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis

ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan

pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan

polihidramnion3.

2.1.1 Fungsi Cairan Amnion

Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion

merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua

arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk

uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa

menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan

permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa

cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang

memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus

pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal. 

Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki

peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu.

Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon,

karbohidrat, dan lipid. Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan

amnion ditemukan memiliki fungsi sebagai biomarker potensial bagi

abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun belakangan,

sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor

pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan

6

Page 7: Css Polihidramnion

usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam

pengembangan medikasi stem cell 1,2,3,4

Fungsi amnion di antaranya:

1. Melindungi janin dari trauma langsung, panas atau kedinginan

2. Memberikan kesempatan tumbuh kembang ke segala arah dengan seimbang

3. Meratakan tekanan his ke seluruh dinding Rahim sehingga terjadi pembukaan

serviks uteri

4. Sebagai penyuci hama saat persalinan.

Cairan amnion dapat dipergunakan untuk melakukan diagnosis dini dari berbagai

kelainan kongenital dan jenis kelamin janin dalam kandungan. Di antara diagnosis

yang dapat dilakukan adalah:

a. Inkompatibilitas darah ABO

b. Kelainan adrenogenital sindroma

c. Penyakit Tay sachs

d. Jenis kelamin janin dalam kandungan.

2.1.2 Distribusi Cairan Amnion

1. Urin Janin

Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi

urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan

aterm. Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3

dimensi setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah

sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat

sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm. Produksi urin janin rata-rata adalah

sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm.1,2,3,

2. Cairan Paru

Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan

amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-

paru janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari

produksi tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut.

Meskipun pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun

7

Page 8: Css Polihidramnion

data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal,

janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan

keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga

berperan dalam pembentukan cairan amnion. 1,2,3

3. Gerakan menelan

Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses

menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan.

Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara

bertahap dengan volume sekitar 100-300 ml/kg/hari. 

Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukurrata-rata volume cairan

amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia,

pengukuranyang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses

menelan pada janin dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen

amniotik, dan menemukan rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262

ml/kg/hari. 1,2,4

Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan

menemukan bahwa volume menelan janin meningkat seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan

pada masa sekarang ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas

bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan

amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme

serupa dalam mengurangi volume cairan amnion. 1,2

Gambar 2.2 Distribusi cairan amnion pada kehamilanDikutip dari Gilbert

8

Page 9: Css Polihidramnion

4. Absorpsi Intramembran

Satu penghalang utama dalam memahami regulasi cairan amnion adalah

ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh ginjal dan paru janin, dengan

konsumsinya oleh proses menelan. Jika dihitung selisih antara produksi dan

konsumsi cairan amnion, didapatkan selisih sekitar 500-750 ml/hari, yang tentu

saja ini akan menyebabkan polihidramnion. Namun setelah dilakukan beberapa

penelitian, akhirnya terjawab, bahwa sekitar 200-500 ml cairan amnion diabsorpsi

melalui intramembran. Gambar menunjukkan distribusi cairan amnion pada fetus.

Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa

terdapat keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion

pada kehamilan normal. 5

Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi

fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara

garis besar, kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap

perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan

amnion untuk berkembang 3

2.1.3 Kelainan Cairan Amnion

Pada keadaan normal, volume cairan amnion meningkat menjadi 1 liter atau

lebih sedikit pada gestasi 36 minggu, tapi kemudian berkurang. Secara kasar,

cairan amnion yang lebih dari 2000 ml dianggap berlebihan dan disebut

hidramnion atau polihidramnion. Pada kasus yang jarang, uterus mungkin

mengandung cairan dalam jumlah yang sangat besar. Pada sebagian besar kasus,

yang terjadi adalah hidramnion kronik, yaitu peningkatan cairan berlebihan secara

bertahap. Pada hidramnion akut, uterus mungkin mengalami peregangan

mencolok dalam beberapa hari. Volume cairan amnion yang kurang dari 500 ml

disebut oligohidramnion. 1,4,5

9

Page 10: Css Polihidramnion

2.2 Hidramnion atau Polihidramnion

Polihidramnion dijumpai pada sekitar 1 persen dari semua kehamilan.

Sebagian besar penelitian klinis mendefinisikan polihidramnion sebagai cairan

amnion yang lebih besar dari 25 cm. Dengan menggunakan indeks 25 cm atau

lebih, Biggio dan kawan kawan di University of Alabama melaporkan insidensi 1

persen dari hampir 36.450 kehamilan.

Definisi

Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi medis pada kehamilan berupa

kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban. Hal ini biasanya di diagnosis

jika indeks cairan amnion(AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 25cm( ≥

25cm). Di mana volume dari air ketuban > 2000 ml.1

Gambar 2.3: Polihidramnion

Dalam suatu penelitian terdahulu oleh Hill dan kawan kawan dari Mayo

Clinic,lebih dari 9000 pasien prenatal menjalani evaluasi ultrasonografi rutin

menjelang awal trimester ketiga. Insidensi hidramnion adalah 0,9 persen.

Hidramnion ringan (didefinisikan sebagai kantung yang berukuran vertikal 8-11

cm) terdapat pada 80 persen kasus dengan cairan berlebihan. Hidramnion sedang

(didefinisikan sebagai kantung yang hanya mengandung bagian bagian kecil dan

berukuran kedalaman 12-15 cm) dijumpai pada 15 persen. 

Hanya 5 persen yang mengalami hidramnion berat (yang didefinisikan sebagai

adanya janin mengambang bebas dalam kantung cairan yang berukuran 16 cm

10

Page 11: Css Polihidramnion

atau lebih). Walaupun dua pertiga dari semua kasus bersifat idiopatik, sepertiga

lainnya terjadi pada anomali janin, diabetes ibu atau gestasi multi janin. 4,5

2.2.1 Etiologi Hidramnion

Derajat hidramnion serta prognosisnya berkaitan dengan penyebabnya.

Banyak laporan yang mengalami bias signifikan karena berasal dari dari

pengamatan terhadap wanita yang dirujuk untuk menjalani pemeriksaan

ultrasonografi terarah. Penelitian-penelitian lainnya berbasis populasi, tetapi

mungkin masih belum mencerminkan insidensi yang sebenarnya kecuali apabila

dilakukan penapisan ultrasonografi secara universal. Bagaimanapun, hidramnion

yang jelas patologis sering berkaitan dengan malformasi janin, terutama

susunan saraf pusat atau saluran cerna. Sebagai contoh, hidramnion terdapat

pada sekitar separuh kasus anensefalus dan atresia esophagus. Dalam penelitian

oleh Hill dan kawan-kawan (1987) terhadap pasien-pasien prenatal nonrujukan di

Mayo Clinic, kausa hidramnion ringan teridentifikasi hanya pada sekitar 15

persen kasus. Sebaliknya pada peningkatan volume cairan amnion derajat sedang

atau berat, kausa teridentifikasi pada lebih dari 90 persen kasus.

Secara spesifik, pada hampir separuh kasus hidramnion sedang dan berat,

ditemukan adanya anomali janin. Namun , hal yang sebaliknya tidak berlaku, dan

dalamSpanish Collaborative Study of Congenital Malformations

(ECEMC) terhadap lebih dari 27000 janin dengan anomali, hanya 3,7 persen yang

mengalami hidramnion. Tiga persen lainnya mengalami oligohidramnion.1,4,5

Tabel 1. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan hidramnion. 

Faktor janin Faktor ibu

Anomali kongenital

- Obstruksi gastrointestinal

- Abnormalitas sistem saraf pusat 

- Higroma kistik

- Hidrops non imun

- Aneuploidi

Sindroma distrofi muscular

Diabetes tak terkontrol

Idiopatik

11

Page 12: Css Polihidramnion

dikutip dari Cunningham1

2.2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, polihidramnion terjadi pada 1% kehamilan. Sebuah

studi retrospektif tentang hasil USG pasien yang dating klinik antenatal secara

rutin di Inggris menunjukkan prevalensi0,15% terjadinya polihidramnion.Evaluasi

angka kematian perinatal (PMR) menggunakan ultrasonografi Chamberlin pada

7562 pasien dengan risiko tinggi kehamilan. PMR pada pasien dengan volume

cairan normal adalah 1,97 kematian per 1000 pasien. PMR meningkat menjadi

4,12 kematian per 1000 pasien dengan polihidramnion, dan 56,5 kematian per

1000 pasien dengan oligohidramnion.

Persalinan prematur terjadi pada sekitar 26% dari ibu dengan

polihidramnion. Komplikasi lain termasuk ketuban pecah dini (KPD), lepasnya

plasenta, malpresentasi janin, SC, dan perdarahan postpartum. Penelitian

menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali janin yang terkait dalam bentuk

yang lebih parah akibat polihidramnion. Dalam tahun 1990, 20% kasus

polihidramnion mengakibatkan anomali janin, termasuk masalah sistem

Gastrointestinal (40%), SSP (26%), sistem kardiovaskular (22%), atau sistem

genitourinari (13%). Pada kasus-kasus polihidramnion tersebut, 7,5% terjadi pada

kehamilan multipel, 5% karena diabetes pada ibu, dan 8,5% sisanya karena

penyebab lain. Namun, setidaknya 50% dari pasien tidak memiliki faktor risiko

yang terkait.

2.2.3 Patogenesis Hidramnion

Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya

sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruhpertama kehamilan,

pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion,

tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih,

menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna

mengatur pengendalian volume cairan amnion.

12

Page 13: Css Polihidramnion

Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa

mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini

dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin

tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas

bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan

Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus

hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. 1,5

Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah

meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga

amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi

gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di

serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik akibat

gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa

kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan

oligohidramnion.5,6

Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan

hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan

mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan

luaran urin pada masa neonates dini, yang mengisyaratkan bahwa hidramnion

disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. 

Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih

belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia

janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994)

membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes

gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan

(1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetik yang

puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produksi urin

janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak

dijumpai pada wanita diabetes.1,5

2.2.4 Manifestasi Klinis

13

Page 14: Css Polihidramnion

Gejala utama yang meyertai hidramnion terjadi semata-mata karena faktor

mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam sekitar uterus yang

mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya. Apabila

peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus ekstrim,

mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema

akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di

ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi

oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar.

Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara bertahap

dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang

berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun pada hidramnion

akut, distensi abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan

mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul pada kehamilan dini

dibandingkan dengan bentuk kronik dan dapat dengan cepat memperbesar uterus.

Hidramnion akut biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28

minggu, atau gejala dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan

intervensi. Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion

tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal.

Gejala klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai kesulitan

dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut jantung janin.

Pada kasus berat, dinding uterus sangat tegang.Membedakan antara hidramnion,

asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi

ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar hampir selalu mudah diketahui

sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di antara janin dan dinding uterus

atau plasenta. Kadang mungkin ditemui kelainan janin misalnya anensefalus atau

defek tabung syaraf lain, atau anomali saluran cerna. 1,5

Penyulit tersering pada ibu yang disebabkan oleh hidramnion adalah solusio

plasenta, disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan. Pemisahan dini

plasenta yang luas kadang-kadang terjadi setelah air ketuban keluar dalam jumlah

yang besarkarena berkurangnya luas permukaan uterus di bawah plasenta.

14

Page 15: Css Polihidramnion

Disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan terjadi akibat atonia uteri karena

overdistensi. 

Gejala Klinis

Tanda-tanda dan gejala polihidramnion merupakan hasil dari tekanan yang

diberikan dalam uterus dan pada organ terdekat.4,5

Tanda-tanda yang didapatkan dapat berupa :

Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya

Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit

dilakukan

Denyut Jantung Janin (DJJ) sulit terdengar

Balotemen janin jelas

Polihidramnion ringan menujukkan sedikit tanda atau gejala. Polihidramnion

berat dapat menyebabkan:

- Sesak napas atau ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali ketika berdiri

- Pembengkakan pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding perut

- Penurunan produksi urin

- Gangguan pencernaan

- Edema

- Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini

sering berangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa

seperti “meledak” serta rasa mual.

- Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru

15

Page 16: Css Polihidramnion

Gambar 2.4: Abdomen ibu dengan polihidramnion

2.2.5 Diagnosis

Pemeriksaan Fisik

- Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar pada ibu

hamil.

- Kehamilan multiple yang berhubungan dengan polihidramnion.

- Kelainan janin yang berhubungan dengan polihidramnion meliputi

makrosomia neonatal, hidrops janin atau neonates dengan anasarca, asites,

efusi pleura atau perikardial, dan obstruksi saluran gastrointestinal

(misalnya, atresia duodenum, fistula trakeoesofageal).

- Malformasi skeletal juga dapat terjadi, termasuk dislokasi pinggul

congenital dan cacat tungkai.

- Kelainan pada gerakan janin menandakan kelainan neurologis primer atau

dalam hubungannya dengan sindrom genetik.

Pemeriksaan Laboratorium

- Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2

- Tes hidrops janin: Jika adanya hidrop sjanin, imunologi dan infeksi janin

harus diselidiki. Termasuk skrining untuk antibody ibu ke antigen D, C,

Kell, Duffy, dan Kidd untuk menentukan produksi antibodi ibu terhadap

sel darah merah janin. Infeksi janin dapat meliputi

16

Page 17: Css Polihidramnion

cytomegalovirus(CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan Parvovirus B19.

Pemeriksaan harus mencakup sebagai berikut:

Tes Venereal Disease Research Laboratories(VDRL) untuk tes

sifilis

Titer ImunoglobulinG (IgG) dan imunoglobulinM (IgM) untuk

mengevaluasi paparan terhadap rubella, CMV, toksoplasmosis dan

parvovirus

Tes untuk virus bawaan dalam cairan ketuban dengan

menggunakan polymerase chain reaction (PCR)

- Tes Kleihauer-Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu

- Hemoglobin Bart pada pasien keturunan Asia (yang mungkin didapatkan

heterozigot pada alfa-thalassemia)

- Karyotyping Janin untuk trisomi21, 13dan 18

Pemeriksaan Ultrasonografi

Operator berpengalaman dapat mendeteksi polihidramnion secara

subyektif. Suatu pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan membagi

rongga rahim menjadi empat kuadran atau kantong. Kantong vertical terbesar

diukur dalam sentimeter dan volume total dihitung dengan mengalikan

tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid Index (AFI).

Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 24 cm atau kantong

tunggal cairan minimal 8 cm yang menghasilkan volume cairan total lebih dari

2.000 mL.

AFI adalah salah satu dari lima cara untuk menilai komponen dari

profilbiofisik (tes non-invasif yang dapat mendeteksi ada atau tidak adanya

asfiksia janin). Komponen lainnya adalah gerakan pernapasan janin, gerakan

tubuh, nada janin dan monitoring jantung janin.

Prenatal ultrasonografi pada polihidramnion dapat berupa:

- Evaluasi proses menelan janin. Penurunan tingkat menelan janin terjadi

pada anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan displasia

tulang.

17

Page 18: Css Polihidramnion

- Evaluasi anatomi janin; menilai hernia diafragma, massa paru-paru, dan

tidak adanya gelembung perut (yang berhubungan dengan atresia

esofagus). Tanda gelembung ganda atau duodenum melebar menunjukkan

kemungkinan atresia duodenum.

- Test untuk aritmia dan malformasi janin yang menyebabkan kegagalan

jantung dan hidrops.

- Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan

hidrop janin.

- Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang tidak

terkontrol.

- Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk

melihat adanya anemia janin.

Gambar 2.5: Scan USG pada hamil gemelli Tampak pada gambar atas janin kembar resipien memiliki cairan amnion dalam

jumlah besar (bayi bahkan tidak tampak pada gambar).

2.2.6 Penatalaksanaan Hidramnion

Hidramnion derajat ringan jarang memerlukan terapi. Bahkan yang derajat

sedang dengan sedikit gangguan juga dapat ditangani tanpa intervensi sampai

terjadi persalinan atau sampai selaput ketuban pecah spontan. Tirah baring jarang

berpengaruh pada pasien hidramnion, dan pemberian diuretika serta pembatasan

18

Page 19: Css Polihidramnion

air dan garam juga biasanya kurang efektif. Baru-baru ini dilakukan terapi

indometasin untuk hidramnion simtomatik.

Amniosentesis

Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk

tujuan ini. Namun amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya

sebagian kecil cairan yang dikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994)

melaporkan hasil-hasil dari 200 amniosentesis pada 94 wanita dengan hidramnion.

Kausa umum adalah transfusi antar kembar (38 %), idiopatik (26 %), anomali

janin (17 %) dan diabetes (12%).1

Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan sebuah kateter plastic

yang menutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen yang

telah dianestesi lokal ke dalam kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus

intravena disambungkan ke kateter. Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke

dalam sebuah silinder berskala yang diletakkan setinggi lantai dan kecepatan

aliran air ketuban dikendalikan dengan klem putar sehingga dikeluarkan sekitar

500 ml/jam. Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya

cukup berkurang sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan

teknik aseptik ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang

bersangkutan merasa nyaman. Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan

penghisap di dinding dan mengeluarkan 1000 ml dalam 20 menit (50 ml/menit).1

Terapi Indomestasin

Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian,Kramer dan kawan-kawan (1994)

menyimpulkan bahwa indometasin mengganggu produksi cairan paru atau

meningkatkan penyerapannya, mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan

perpindahan cairan melalui selaput janin. Dosis yang digunakan oleh sebagian

besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3 mg/kg/hari. Cabrol dan kawan-kawan (1987)

mengobati 8 wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi 24-35 minggu

dengan indometasin selama 2-11 minggu . 1,5

Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8cm,

membaik pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua

kasus baik. Kirshon dan kawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar)

19

Page 20: Css Polihidramnion

dengan hidramnion dari minggu ke 21 sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini,

dilakukan 2 amniosintesis terapeutik sebelum indometasin diberikan. Dari 11

janin, 3 kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom transfusi antar kembar dan satu

neonates meninggal pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal. 1,5

Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap

diabetes yang mengalami hidramnion pada gestasi 25 – 32 minggu. Mereka diberi

indometasin dan volume cairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari

rata-rata 10,7 cm pada gestasi 27 minggu menjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil

akhir pada seluruh neonatus baik. 

Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah kemungkinan

penutupan duktus arteriosus janin. Moise dan kawan-kawan (1988) melaporkan

bahwa 50% dari 14 janin yang ibunya mendapat indometasin mengalami

konstriksi duktus seperti dideteksi oleh ultrasonografi Doppler. Studi – studi yang

dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya konstriksi menetap dan penyulit

ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang memberikan

indometasin untuk tokolitik. 1,5

2.2.7 Komplikasi

- Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion,

gangguan pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan

gangguan pernapasan sementara janin.

- Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi

lainnya adalah terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan

janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan pneumotoraks pada janin. Risiko

infeksi janin dapat sedikit meningkat.1

2.2.8 Prognosis

- Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain, prognosis biasanya baik.

- Menurut Desmedt dkk, PMR pada polihidramnion yang berhubungan dengan

malformasi janin atau plasenta adalah sekitar 61%.

20

Page 21: Css Polihidramnion

- Seperti disebutkan sebelumnya ,20% dari bayi dengan polihidramnion

memiliki beberapa anomali. Dalam hal ini, prognosis tergantung pada beratnya

anomali.

- Penelitian menunjukkan bahwa, jika keparahan polihidramnion meningkat,

kemungkinan untuk menentukan etiologi akan meningkat.

- Dalam kasus polihidramnion ringan, kemungkinan dan masalah yang

signifikan hanya sekitar16,5%; hal ini harus dikomunikasikan kepada orang

tua.1

21

Page 22: Css Polihidramnion

BAB III

KESIMPULAN

Cairan amnion berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan ibu.

Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin

yang diekskresikan ke dalam cairan amnion. Cairan amnion juga dapat digunakan

sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses

pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau

melakukan spektrometer. Jadi, cairan amnion memegang peranan yang cukup

penting dalam proses kehamilan dan persalinan.

Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi medis pada kehamilan berupa

kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban. Hal ini biasanya di diagnosis

jika indeks cairan amnion(AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 20cm (≥

20cm). Di mana volume dari air ketuban > 2000 ml.

Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion

berlebihan bisa diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya

dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis lainnya.

22

Page 23: Css Polihidramnion

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm

KD. Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc;

2005.

2. Sastrawinata S,Martaadisoebrata D, dkk. Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan

Reproduksi. Edisi 2. EGC. Jakarta : 2012.hal : 39-40

3. Manuaba IBG.Pengantar Kuliah Obstetri.2007. Jakarta: EGC.Hal.499-502.

4. Gilbert WM. Amniotic fluid dynamics. NeoReviews 2006;7;e292-e299.

5. Mochtar R. Sinopsis obstetrik, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2004

23