BAB I PENDAHULUAN Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. 1,2, C. tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat , dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick.Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. 1,2 Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi.Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat dilihat dengan grading tetanus. 1,2 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin
yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik
persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.1,2,
C. tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora,
dan berbentuk drumstick.Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui
luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif
yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau
berkurangnya potensi oksigen.1,2
Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang
yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat
imunisasi.Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri,
suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat
dilihat dengan grading tetanus.1,2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Abdul Sani
Umur : 50 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jelutung
Pekerjaan : Buruh
MRS : 17/07/2013
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Os mengeluh sakit saat menelan± 2 hari SMRS
b. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os datang dengan keluhan susah menelan sejak ±2 hari yang lalu, perut kembung (+),
demam(-),mual(-),muntah(-),mulut tidak bisa dibuka,riwayat luka di jari tengah tangan kiri sejak
10 hari yang lalu akibat terkena mesin suhu,ketika terkena luka os langsung di bawa ke RS dan
luka nya dibersihkan serta di jahit,riwayat pemberian ATS (-),kejang (+),saat kejang pasien
dalam keadaan sadar.kejang terjadi selama ±5 menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit yang sama disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ditemukan keluarga dengan keluhan penyakit yang
Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.
Sistem skoring menurut Ablett juga dikembangkan pada tahun 1967 dan menurut beberapa
9
Parameter Nilai
Masa inkubasi
Lokasi infeksi
Status imunisasi
Faktor pemberat
< 48 jam2-5 hari6-10 hari11-14 hari> 14 hari
Internal dan umbilikalLeher, kepala, dinding tubuhEkstremitas atasEkstremitas bawahTidak diketahui
Tidak adaMungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonatus)> 10 tahun yang lalu< 10 tahun yang laluImunisasi lengkap
Penyakit atau trauma yang mengancam nyawaKeadaan yang tidak langsung mengancam nyawaKeadaan yang tidak mengancam nyawaTrauma atau penyakit ringanASA derajat I
54321
54321
108420
108421
literatur merupakan sistem skoring yang paling sering digunakan. Udwadia (1992) kemudian
sedikit memodifikasi sistem skoring Ablett dan dikenal sebagai skor Udwadia.
Tabel 4. Sistem skoring tetanus menurut Udwadia
Sistem skoring lainnya diajukan pada pertemuan membahas tetanus di Dakar, Senegal pada
tahun 1975 dan dikenal sebagai skor Dakar. Skor Dakar dapat diukur tiga hari setelah muncul
gejala klinis pertama.
Tabel 5. Sistem skoring Dakar untuk tetanus
Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:
Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas < 10%
Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%
Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%
Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas > 50%
3.1.8 Diagnosis Banding
10
Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.
Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.
Grade III (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit, keringat berlebih, dan peningkatan salivasi.
Grade IV (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler: hipertensi menetap (> 160/100 mmHg), hipotensi menetap (tekanan darah sistolik < 90 mmHg), atau hipertensi episodik yang sering diikuti hipotensi.
Faktor prognostik Skor 1 Skor 0
Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui
Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari
Tempat masukUmbilikus, luka bakar, uterus, fraktur terbuka, luka operasi,
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin,mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan
tersebut dapat diperinci sbb :4,5
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:
- Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang
benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap
luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik
ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan
menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
11
Penyakit Gambaran diferensial
INFEKSIMeningoensefalitis
Polio
Rabies
Lesi orofaring
PeritonitisKELAINAN METABOLIK
TetaniKeracunan strikninReaksi fenotiazin
PENYAKIT SISTEM SARAF PUSATStatus epileptikusPerdarahan atau tumor (SOL)
KELAINAN PSIKIATRIKHisteria
KELAINAN MUSKULOSKELETALTrauma
Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan serebrospinal abnormal.Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal abnormal.Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.Trismus dan spasme seluruh tubuh tidak ada.
Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia.Relaksasi komplit diantara spasme.Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.
Penurunan kesadaran.Trismus tidak ada, penurunan kesadaran.
Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.
Hanya lokal.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Obat- obatan
Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus
pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan
selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti
tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam
dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis
200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.4,5
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk
toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad
spektrum dapat dilakukan.4,5
Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole diberikan terutama bila penderita alergi
penisilin.
- Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
- Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.