BAB IPENDAHULUAN
Depresi atau major depressive disorder, juga dikenal sebagai
depresi unipolar atau gangguan depresi berat merupakan problem
kesehatan masyarakat yang cukup serius.1,2,3, World health
Organization (2012), menyatakan bahwa saat ini depresi diperkirakan
terjadi hampir pada 350 juta orang di dunia. Survey kesehatan
mental dunia yang dilakukan di 17 negara menemukan rata-rata
sekitar 1 dari 20 orang dilaporakan mengalami episode
depresi.4Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu
kehidupan dan dapat diderita tanpa memandang usia, jenis kelamin
maupun latar belakang sosial. Gangguan depresi dapat terjadi tanpa
disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani dan
menimbulkan penderitaan yang berat. Gangguan depresi memiliki
potensi yang signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas,
memberikan kontribusi untuk bunuh diri, gangguan dalam hubungan
interpersonal, penyalahgunaan zat, dan kehilangan waktu produktif.
Dengan perawatan yang tepat, 70-80% dari individu dengan gangguan
depresi menunjukkan perbaikan gejala.5,6Tingginya prevalensi
gangguan depresi di dunia dan dampak yang serius akibat gangguan
depresi sehingga perlu dilakukan pembahasan yang mendalam mengenai
gangguan depresi.
BAB IISTATUS PSIKIATRI
Nama Pasien: H. Amir KolaNo RM: 052452Tanggal Periksa: 21 Maret
2015Dokter Pemeriksa: dr. Fatmawati, Sp.KJ
Diagnosis : Aksis I: F32.2 Episode Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik Aksis II: Tidak ada diagnosis Aksis III: Tidak ada
diagnosis Aksis IV: Masalah dengan keluargaAksis V: GAF 50 41
Gejala berat (serious), disabilitas berat.
KETERANGAN PRIBADI PASIEN Nama : H. Amir Kola Jenis Kelamin:
Laki-laki Tempat, tanggal Lahir/ Umur: 59 Tahun Status Perkawinan:
Duda Bangsa : Indonesia Suku: Arab Melayu Agama: Islam Pendidikan:
Sekolah Dasar Pekerjaan: Tidak Bekerja Alamat: Merangin- Jambi
KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN Nama : Tn. Husni Jenis Kelamin:
Laki-laki Umur: 36 tahun Pekerjaan: Wiraswasta Alamat dan telepon:
Merangin-Jambi Hubungan dengan Pasien: Anak kandung os Keakraban
dengan Pasien: Akrab Kesan pemeriksa/Dokter terhadap: Dapat
dipercaya keterangan yang diberikan
I. ANAMNESISKeterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :1.
Pasien sendiri2. Informan
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan:
Keluarga2. Sebab utama pasien dibawa ke rumah sakit jiwa: Os sering
melamun, gelisah , sedih, berbicara sendiri, mengoceh (isi ocehan
beragam), sulit tidur, mudah lelah, kehilangan minat dan sering BAK
10x sehari3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama: Os
sering melamun sejak 1 bulan yang lalu, sering lupa dengan kejadian
yang terjadi, cemas, sedih, mudah lelah dan sering menyendiri.
Datang ke RSJ karena dibawa keluarga (os tidak tau bahwa ia sedang
berada di RSJ)4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang: 1
bulan yang lalu os muncul gejala seperti ini, hal ini dipicu karena
tidak terima istri ke-3 os selingkuh. Semenjak istrinya selingkuh,
os mulai bersikap aneh, sering menyendiri, melamun, mengangis tanpa
sebab, dan sering marah-marah, kemudian os sering merasa lelah dan
putus asa, seakan-akan berbicara dengan orang lain yang tidak dapat
dilihat oleh orang lain kecuali os. Dan os juga sering mengatakan
bahwa anak perempuannya adalah istrinya.Keadaan ini terus
berlanjut, Os semakin sering berbicara sendiri. Os pernah berobat
kedukun tetapi tidak ada perubahan. Sampai akhirnya os sering
mendengar bisikan-bisikan yang sedang membicarakan dirinya. Os
sudah tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara
mandiri (makan, mandi, berpakaian). Keadaan os semakin parah, saat
ini os sudah suka marah-marah, mengamuk kepada setiap orang tanpa
sebab, bicara tidak jelas serta suka mengambil barang-barang milik
orang lain. 1 Minggu os menyakiti warga karena dianggap warga
tersebut ingin menyakitinya, marah-marah dan berbicara dengan
bahasa yang tidak jelas. Sehingga keluarga os membawa os ke RSJD
Jambi untuk berobat.Riwayat trauma capitis (-), NAPZA (-), Alkohol
(-), Kejang (-), Demam Tinggi(-), Suicide (-). 5. Riwayat penyakit
pasien sebelumnya : Tidak ada, Os pernah berobat ke dokter
spesialis saraf.
6. Riwayat Keluarga pasien:
a. Os anak ke-8 dari 10 bersaudara
b. Gambaran kepribadian masing-masing saudara os dan hubungan
terhadap saudara : os akrab dengan semua saudaranya.
c. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah os dan
hubungan terhadap os :Tidak ada orang lain yang tinggal di rumah,
selain keluarga os.
d. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
pada anggota keluarga :Tidak ada riwayat keluarga penyakit
jiwa.
e. Riwayat tempat tinggalOs sekarang tinggal bersama anak
kandungnya.
7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang
bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan os selama masa sebelum
sakit (pramorbid)a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
: Os lahir normal, lahir dengan dukun dan tidak ada kelainan.
b. Riwayat masih bayi dan anak-anakPertumbuhan fisik : Normal
seperti anak sebaya osMinum ASI : Tidak dapat dinilai, karena
keluarga tidak mengetahuiUsia mulai bicara: Tidak dapat dinilai,
karena keluarga tidak mengetahuiUsia mulai jalan : Tidak dapat
dinilai, karena keluarga tidak mengetahui
c. Simptom-simptom yang berhubungan dengan problem perilaku yang
dijumpai pada masa kanak-kanakNgompol ( )
d. Toilet trainingTidak dapat dinilai
e. Kesehatan fisik masa kanak-kanakTidak ada kelainan dan
gangguan.
f. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anakPemalu ( ), suka
bergaul ( ), mudah tersinggung ( )
g. Masa sekolah PerihalSDSMPSMA
Umur 7-12 tahun--
PrestasiBiasa--
Aktifitas SekolahBiasa--
Sikap terhadap Teman Biasa--
Sikap terhadap Guru Baik--
h. Masa remajaPerokok berat ( )
i. Riwayat pekerjaanOs sehari-hari berkebun
j. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial, dan rumah tangga :
Os dulu pernah menikah dengan istri pertama, namun istri pertama
menginggal dunia dan os memiliki 3 orang anak dari istri pertama,
kemudian os menikah lagi untuk yang ke-2 kalinya tetapi bercerai,
lalu os kembali lagi menikah untuk yang ke-3 kalinya, namun
diselingkuhin oleh istrinya dikarenakan usia istri ke-3 jauh lebih
muda dari os.
8. Stressor psikososialPerceraian dikarenakan istri os
selingkuh.
9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita osTidak ada
riwayat penyakit fisik
10. Pernah suicide (-); Os tidak pernah punya keinginan untuk
bunuh diri. 11. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya (+); Os
tidak pernah menggunakan alkohol/ zat adiktif lainnya.
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUSA. Gambaran Umum1.
PenampilanSikap Tubuh: Aneh ( )Cara berpakaian: Biasa ( )Kesehatan
fisik : Sehat ( )2. Perilaku dan aktifitas psikomotorCara berjalan:
Normoaktif, biasa ( )3. Sikap terhadap pemeriksaTidak kooperatif (
)B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraanArus pembicaraan :
kekacauan, bicara yang tidak spontan ( )Produktifitas: BiasaC.
Afek, mood, dan emosi lainnyaAfek: Tidak sesuai
(Inappropriate)Mood: Iritabel (Irritable) D. Pikiran : Inkoheren (
), waham kebesaran ( ), dan waham curiga ( ). E. Persepsi:
Halusinasi visual ( ), halusinasi auditorik ( )F. Sensorium1.
Alertness: Komposmentis terganggu2. Orientasi: Waktu, tempat, dan
orang terganggu3. Konsentrasi dan kalkulasi: tidak dapat dinilai4.
Memori: terganggu 5. Pengetahuan Umum: tidak dapat dinilai6.
Pikiran abstrak : Tidak dapat dinilaiG. InsightDerajat 1.
Menyangkal bahwa dirinya sakit. H. JudgmentJudgement sosial: Tidak
dapat dinilaiJudgement tes: Tidak dapat dinilaiI. Kemampuan
mengendalikan rangsang dari dalam diri : TergangguJ. Kemampuan
mengendalikan dari dalam sendiri : TergangguK. Pemeriksaan
psikiatrik khusus lainnya Tidak dilakukan
III. PEMERIKSAAN INTERNA Keadaan Umum
Sensorium:Komposmentis tergangguSuhu:36,8oCBB: kg
Nadi: 76x/menitPernafasan:20x/menitTB : cm
TD:160/80 mmHgTurgor: BaikStatus Gizi: -
Sistem kardiovaskular:Tidak ditemukan kelainanSistem
Respiratorik: Tidak ditemukan kelainanSistem Gastrointestinal:Tidak
ditemukan kelainanSistem Urogenital:Tidak ditemukan
keliananKelainan Khusus:Tidak ditemukan kelainan
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIPanca Indra: Tidak ditemukan
kelainanGejala Rangsang Meningeal: Tidak adaGejala Peningkatan
Tekanan Intrakranial:Tidak adaMata ;- Gerakan: Gerakan baik ke
segala arah, tidak ada kelumpuhan/nistagmus Persepsi Mata : Baik,
diplopia (-), visus normal Pupil : Bentuk : Bulat, isokor Ukuran:
3mm/3mm Refleks Cahaya: +/+ Refleks Konvergensi: +/+ Refleks
Kornea: +/+ Pemeriksaan Oftalmoskop:Tidak dilakukanMotorik: Tonus:
Eutoni Koordinasi: Baik Turgor: Baik Refleks: Refleks fisiologis
+/+ ; Refleks patologis -/- Kekuatan: Kekuatan otot lengan 5/5;
otot tungkai 5/5 Sensibilitas: Tidak ditemukan kelainanSusunan
saraf vegetatif: Tidak ditemukan kelainanFungsi luhur: Tidak
ditemukan kelainanKelainan khusus: Tidak ditemukan
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA :Tidak
dilakukan
VI. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN
:Tidak dilakukan
VII. RESUME 1 bulan yang lalu os muncul gejala seperti ini, hal
ini dipicu karena tidak terima istri ke-3 os selingkuh. Semenjak
istrinya selingkuh, os mulai bersikap aneh, sering menyendiri,
melamun, mengangis tanpa sebab, dan sering marah-marah, kemudian os
sering merasa lelah dan putus asa, seakan-akan berbicara dengan
orang lain yang tidak dapat dilihat oleh orang lain kecuali os. Dan
os juga sering mengatakan bahwa anak perempuannya adalah istrinya.
Keadaan ini terus berlanjut, Os semakin sering berbicara sendiri.
Os pernah berobat kedukun tetapi tidak ada perubahan. Sampai
akhirnya os sering mendengar bisikan-bisikan yang sedang
membicarakan dirinya. Os sudah tidak dapat melakukan aktivitas
hidup sehari-hari secara mandiri (makan, mandi, berpakaian).
Keadaan os semakin parah, saat ini os sudah suka marah-marah,
mengamuk kepada setiap orang tanpa sebab, bicara tidak jelas serta
suka mengambil barang-barang milik orang lain. 1 Minggu os
menyakiti warga karena dianggap warga tersebut ingin menyakitinya,
marah-marah dan berbicara dengan bahasa yang tidak jelas. Sehingga
keluarga os membawa os ke RSJD Jambi untuk berobat.Riwayat trauma
capitis (-), NAPZA (-), Alkohol (-), Kejang (-), Demam Tinggi(-),
Suicide (-).
VIII. DIAGNOSIS BANDING1. Gangguan Skizofektif2. Skizofrenia3.
Gangguan Penyesuaian dengan Mood Depresi4. Gangguan Kepribadian
IX. DIAGNOSISAksis I: F32.2 Episode Depresi Berat dengan Gejala
PsikotikAksis II: Tidak ada diagnosisAksis III: Tidak ada
diagnosisAksis IV: Masalah keluargaAksis V: GAF 50 41 Gejala berat
(serious), disabilitas berat.
XI. PROGNOSISPrognosis tiap episode adalah baik, akan tetapi
gangguan ini bersifat kronis sehingga psikater harus menganjurkan
strategi untuk mencegah kekambuhan di masa yang akan datang.
X. TERAPIPsikoedukasi a. Individu: menjalin komunikasi
interpersonal dengan pasien sehingga menumbuhkan rasa percaya
terhadap orang lain b. Keluarga: memotivasi keluarga pasien untuk
membawa pasien kontrol berobat secara teratur ketika sudah selesai
pengobatan di RSJ dan menyarankan agar keluarga rutin mengunjungi
os selama di RSJ c. Lingkungan: tidak menjauhi pasien dan memahami
keadaannya serta membiarkan os berinteraksi dengan lingkungan
sehingga membantu resosialisasi ketika sudah keluar dari
RSJFarmakoterapi Olanzapine 5 mg , Elizac 20mg, selama 1minggu
control lagiBAB IIITINJAUAN PUSTAKA
2.1 DefinisiMenurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang
ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood (mood depresi),
kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan
tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan
konsentrasi.4 Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan
sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada
masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders DSM-IV merupakan salah satu instrumen yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis depresi. Jika manifestasi depresi muncul
dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung,
sedih, rasa putus asa), diagnosis depresi dapat dengan mudah
ditegakkan. Tetapi jika gejala depresi muncul dalam keluhan
psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri
ulu hati, sakit kepala terus-menerus, adanya depresi yang
melatarbelakanginya sering tidak terdiagnosis. Ada masalah-masalah
lain yang juga dapat menutupi diagnosis depresi misalnya pasien
menyalah gunakan alkohol atau obat untuk mengatasi depresi, atau
muncul dalam bentuk gangguan perilaku.6
2.2 Epidemiologi
3Prevalensi gangguan depresi berdasarkan jenis kelamin, dua kali
lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Hal ini akibat perbedaan
hormonal, efek kelahiran dan perbedaan stresor psikososial. Selain
itu, ada dugaan bahwa wanita lebih sering mencari pengobatan
sehingga depresi lebih sering terdiagnosis. Ada juga yag menyatakan
bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan
ambangnya terhadap stressor lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada
wanita menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita, misalnya
adanya depresi prahaid, postpartum dan
postmenopause.1,2,6Berdasarkan usia, rata-rata usia onset untuk
gangguan depresi adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari semua
pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Beberapa data
epidemiologi menyatakan bahwa insiden gangguan depresi mungkin
meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, hal
ini mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan
zat lain pada kelompok usia tersebut.1,2Pada umumnya gangguan
depresi terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau
berpisah.1,2
2.3 Faktor Risiko dan EtiologiFaktor penyebab dapat dibagi
menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor
psikosoial.1,2a. Faktor BiologisSejumlah besar penelitian telah
melaporkan adanya kelainan di dalam metabolisme amin biogenik
seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), homovanilic acid (HVA)
dan 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG)- di dalam darah, urin,
dan carian cerebrospinal pada pasien dengan gangguan mood. Data
yang dilaporkan paling konsisten berhubungan dengan disregulasi
heterogen pada amin biogenik.1,2,6
b. Faktor GenetikaStudi keluarga menunjukkan angka depresi pada
anggota keluarga dengan gangguan depresi lebih tinggi daripada
populasi umum. Resiko sakit pada saudara kandung penderita depresi
tiga kali lebih sering dibandingkan dengan populasi umum. Pada
studi anak kembar, hasil penelitian yang membandingkan kembar
monozigot (MZ) dengan kembar dizigot (DZ) yang berjenis seks sama
menunjukkan bahwa konkordans (kedua anak kembar sakit) adalah dua
sampai dengan empat kali lebih sering pada kembar MZ daripada DZ.
Pada studi anak angkat menunjukkan angka depresi lebih tinggi pada
anak angkat yang berasal dari orang tua kandung dengan gangguan
depresi. 6,7c. Faktor psikososial Peristiwa kehidupan dan stress
lingkungan Stresor adalah suatu keadaan yang dirasakan sangat
menekan sehingga seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan.
Stresosi sosial merupakan faktor resiko terjadinya depresi.
Peristiwa-peristiwa yang akut maupun yang kronik dapat menimbulkan
depresi. Misalnya percekcokan yang hampir berlangsung setiap hari
di tempat kerja atau di rumah tangga, masalah kekuangan dan ancaman
yang menetap terhadap keamaan dapat mencetuskan depresi.
1,2,6Faktor-faktor dalam lingkungan sosial yang dapat memodifikasi
pengaruh stresor psikososial terhadap depresi telah menjadi
perhatian dalam penelitian psikiatri. Seseorang yang tidak
terintegrasi ke dalam masyarakat cenderung menderita depresi.
Dukungan sosial terdiri dari empat komponen yaitu jaringan sosial,
interaksi sosial, dukungan sosial yang didapat dan dukungan
instrumental. Jaringan sosial dapat dinilai dengan mengidentifikasi
individu-individu yang berada dekat dengan pasien. Misalnya
ketidakadaan pasangan merupakan resiko untuk gangguan depresi.
Interaksi sosial dapat ditentukan dengan frekuensi interaksi antara
subyek dengan anggota-anggota jaringan kerja yang lain. Isolasi
sosial menempatkan seseorang pada resiko depresi. Dukungan sosial
yang didapat dinilai dengan penentuan evaluasi subjektif mengenai
mudahnya interaksi dengan jaringan kerja atau kelompok, perasaan
memiliki, perasaan keintiman dengan jaringan kerja atu kelompok.
Tidak adekuatnya dukungan yang diterima berkaitan dengan depresi.
Dukungan instrumental dapat dinilai dengan adanya pelayanan konkrit
yang diberikan pada subyek oleh jaringan sosial (misalnya makanan,
bantuan keuangan, dan pelayanan perawatan untuk yang
sakit).1,2,6Stres yang menyertai episode pertama menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan yang bertahan
lama tersbut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional
berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi sinyal intraneural.
Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar
dalam kontak sinaptik. Hasil akhirnya dari perubahan tersebut
adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi
untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa
adanya stresor eksternal. Beberapa klinisi sangat mempercayai bahwa
peristiwa kehidupan memainkan peranan primer atau utama dalam
depresi. Klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya
memiliki peranan terbatas dalam onset dan waktu depresi. Data yang
paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan yang paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang
paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan. 1,2,6 Faktor kepribadian premorbidTidak ada
sifat atau tipe kepribadian tunggal yang secara unik
mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia, apapun
pola kepribadiannya, dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan
yang tepat; tetapi kepribadian tertentu seperti dependen,obsesif
kompulsif, histeris mungkin berada dalam resiko yang lebih besar
untuk mengalami depresi dari pada kepribadian antisosial paranoid
dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan
mengeksternalisasikan lainnya. Seseorang dengan kepribadian yang
lebih tertutup, mudah cemas, hipersensitif dan lebih bergantung
pada orang lain lebih rentan terhadap depresi. 1,2,6 Faktor
psikodinamikaPemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh
Sigmund Freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal sebagai
pandangan klasik mengani depresi. Teori ini meliputi 4 poin penting
yaitu gangguan hubungan ibu-anak selama fase oral (10 sampai 18
bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan
selanjutnya terhadap depresi, depresi dapat terkait dengan
kehilangn objek yang nyata atau khayalan, introyeksi objek yang
meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk
menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek dan kehilangan objek
dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah
diarahkan kedalam diri sendiri.1,2Melanie Klein memahami depresi
melibatkan ekspresi agresi terhadap orang-orang yang dicintai,
seperti yang dikemukakan Freud. Edward Bibring menganggap depresi
sebagai fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari
ketidaksesuaian antara idealisme yang sangat tinggi dan
ketidakmampuan memenuhi tujuan tersebut. Edith jacobson melihat
keadaan depresi pada anak yang tidak berkekuatan dan tidak berdaya
seperti pada anak korban penyiksaan orang tua. Silvano arieti
mengamati banyak orang depresi hidup untuk orang lain bukan untuk
dirinya sendiri. Depresi terjadi ketika pasien menyadari bahwa
orang atau idealisme yang menjadi tujuan hidup mereka tidak akan
pernah memberi respon sesuai dengan terpenuhinya keinginan mereka.
1,2
2.4 Patofisilogi2.4.1 Ketidakseimbangan Biogenik AminPenelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya
monoamine seperti reserpine dapat menyebabkan depresi. Akibatnya
timbul teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaaan
neurotransmitter monoamin, terutama norepineprin dan serotonin,
dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat lagi dengan
ditemukannya obat seperti antidepresan trisiklin dan monoamine
oksidase inhibitor yang bekerja meningkatkann dalam jangka pendek
monoamin di sinap. Peningkatan monoamin ini berkaitan dengan
terjadinya perbaikan depresi.6a. SerotoninSerotonin berfungsi
sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. Sistem serotonin
yang berproyeksi ke nucleus suprakiasma hipotalamus berfungsi
mengatur ritmik sikardian (misal siklus tidur-bangun, temperature
tubuh, dan fungsi hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA)).
Serotonin bersama-sama dengan norepineprin dan dopamine
memfasilitasi motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin
menghambat perilaku agresif pada mamalia. Neurotransmiter serotonin
terganggu pada depresi. Dari penelitian dengan alat pencitraan otak
terdapat penurunan jumlah reseptor postsinap 5-HT1A dan 5-HT 2A
pada pasienn dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat
menjadi penanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Triptofan
merupakan prekusor serotonin menurun pada pasien depresi. Penurunan
kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang
remisi dan individu yang memiliki riwayat keluarga menderita
depresi. Memori, atensi dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh
kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood,
tetapi tidak melalui serotonin. Hasil metabolisme serotonin adalah
5-HIAA (hidroxyindolacetic-acid). Terdapat penurunan 5-HIAA di
cairan serebrospinal (CSS) pada penderita depresi. Penurunan ini
lebih sering terlihat pada penderita depresi yang melakukan usaha
bunuh diri. 1,6,8Penurunan serotonin pada depresi juga dapat
dilihat dari hasil penelitian EEG tidur dan HPA aksis.
Hipofrontalis aliran darah otak dan penurunan metabolisme glukosa
otak, sesuai dengan penurunan serotonin. Pada penderita depresi
mayor didapatkan adanya penumpukan respon serotonin prefrontal dan
temporoparietal. Ini menunjukkan bahwa adanya gangguan
serotonin.1,6,8b. NoradrenergikBadan sel neuron noradrenergik
terletak di locus ceruleus (LC) batang otak dan berproyeksi ke
korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus, dan
talamus. Ia berperan dalam memulai dan mempertahankan keterjagaan
(proyeksi ke limbik dan kortek). Proyeksi noradrenergik ke
hipokampus terlibat dalam sensitisasi prilaku terhadap stresor dan
pemanjangan aktivasi LC dan juga berkontribusi terhadap rasa
ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus tempat asal
neuron-neuron yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama
sekresi norepineprin ke dalam sirkulasi darah perifer. 1,6,8Stresor
akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi akitivasi
fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan maupun tidur menurun.
Persepsi terhadap stresor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan
melalui talamus diteruskan ke LC, dan selanjutnya ke komponen
simpatoadrenal sebagi reseptor stresor akut. Proses kognitif dapat
memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stresor
tersebut. Rangsangan bundel forebrain media-jaras norepineprin
penting di oatak meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang
dan perilaku yang bertujuan. Stresor yang menetap dapat menurunkan
kadar norepineprin di forebrain medial. Penurunan ini dapat
menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.
6,8c. DopaminAda empat jaras dopamin di otak yaitu:1. Sistem
tuberoinfundibular berproyeksi dari badan sel hipotalamus ke
hipofisis dan bekerja menghambat sekresi prolactin2. Sistem
nigrostriatal berasal dari badan sel substansia nigra dan
berproyeksi ke bangsal ganglia dan berfungsi mengatur aktivitas
motoric3. Sistim mesolimbic yaitu badan sel terletak di ventral
tegmentum yang berproyeksi hampir ke seluruh region limbik seperti
nucleus akumben, amigdala, hipokampus, nucleus dorsalis media
thalamus, dan girus singulat. Sistem ini mengatur ekspresi emosi,
belajar, dan penguatan (reinforcement) dan kemampuan hedonia4.
Sistem mesokorteks-mesolimbik juga berasal dari ventral tegmentum
mesokorteks yang berproyeksi ke region korteks orbitofrontal dan
prefrontal. Sistem ini berfungsi intuk mengatur motivasi,
konsentrasi, memulai aktivitas bertujuan, terarah, dan kompleks,
serta tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktivitas dopamin
pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan kognitif, motoric, dan
hedonia yang merupakan manifestasi simptom depresi.65. 2.4.2 Aksis
HPA (Hypotalamic-Pituitary-Adrenal Corical Axis) pada DepresiBila
pengalaman yang berbentuk stresor dalam kehidupan sehari-hari
tercatat dalam korteks serebri dan sitem limbik sebagai stresor
atau emosi yang terganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan
ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan kita
untuk mengatasi stressor tersebut. Aksis HPA memegang peranan
penting dalam beradaptasi terhadap stres baik stres eksternal
ataupun internal. Ketika berespon terhadap ketakutan marah, cemas
dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan bahkan terhadap harapan,
dapat terjadi peningkatan aktivitas HPA. Pada keadaan depresi
terjadi peningkatan aktivitas HPA yang ditandai dengan pelepasan
CRH di hipotalamus. Peningkatan kadar CRH akan menyebakan
peningkatan rangsangan terhadap hipofisi anterior untuk
mensekresikan ACTH. ACTH berperan merangsang keluarnya kortisol
dari korteks adrenal. Kotisol dikeluarkan dari kelenjar adrenal dan
masuk ke dalam sirkulasi. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan
terjadinya mekanisme umpan balik negatif, yaitu hipotalamus menekan
sekresi CRH, kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis anterior
sehingga hipofisi juga menurunkan produksi ACTH. Akhirnya pesan ini
diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi kadar produksi
kortisol. 6 Stresor yang berat pada awal kehidupan menyebabkan
sensitivitas aksis HPA terhadap stresor sangat berlebihan. Keadaan
ini meningkatkan kerentanan biologik seseorang terhadap efek
stresor. Kerentanan ini dapat menyebabkan sekresi CRH relatif
sangat tinggi bila orang tersebut berhadap dengan stresor.
Akibatnya mekanisme umpan balik semakin terganggu. Gangguan
mekanisme ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi
CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Tingginya kadar CRH
mempermudah seseorang menderita depresi. Peningkatan aktivitas HPA
menyebabkan peningkatan kortisol. Peningkatan kortisol yang lama
dapat menyebabkan toksik pada neuron sehingga bisa terjadi kematian
neuron terutama di hipokampus. Kerusakan hipokampus menjadi
predisposisi depresi. Akibat buruk yang terjadi akibat peningkatan
glukokortikoid ini adalah terjadi ganguan SSP seperti pelebaran
ventrikel, atropi serebri dan gangguan kognitif. Hal ini terjadi
akibat efek neurotoksik glukokortikoid terhadap sel-sel hipokampus.
Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan
hipokampus. 6
STRESOR
Korteks dan sistem limbik
Hipotalamus
Hipofisi CRH
Korteks adrenal ACTH
Skema 2.1 Cortical-Hypotalamic-Pituitary-Adrenal-Cortical
Axis6
Konsentrasi kortisol
Inhibisi neurogenesis dan penurunan volume hipokampusStresor dan
kerentanan biologik
Simptom kognitif
Simptom depresi
Simptom depresi dan gangguan kognitif
Gangguan neurogenesis hipokampus
Penurunan volume hipokampus
Skema 2.2 Stresor, kerentanan biologik, kortisol, hipokampus,
dan depresi6
2.5 Gambaran KlinisMood yang depresif serta hilangnya minat atau
kesenangan adalah kunci gejala depresi. Pasien dapat mengatakan
bahwa mereka merasa sedih, tidak ada harapan, bersusah hati atau
tidak berharga. Untuk seorang pasien, mood yang depresif sering
memiliki kualitas yang khas yang membedakan dengan emosi normal
kesedihan atau berkabung. Pasien sering menggambarkan gejala
depresi sebagai satu penderitaan emosi yang sangat mendalam serta
kadang-kadang mengeluh tidak dapat menangis, gejala yang pulih
ketika pasien membaik.1,2Sekitar duapertiga pasien depresi berpikir
untuk melakukan bunuh diri, dan 10-15 % melakukan bunuh diri.
Mereka yang baru-baru ini dirawat di rumah sakit dengan percobaan
bunuh diri atau memiliki gagasan bunuh diri memiliki resiko seumur
hidup yang lebih besar untuk berhasil melakukan bunuh diri dari
pada mereka yang belum pernah dirawat di rumah sakit. Beberapa
pasien depresi kadang-kadang tampak tidak menyadari depresi yang
dialami dan tidak mengeluh adanya gangguan mood, walaupun mereka
menunjukkan penarikan diri dari keluraga, teman dan aktivitas yang
sebelumnya menarik bagi mereka. Hampir semua pasien depresi 97%)
mengeluh berkurangnya energi; mereka merasa sulit menyelesaikan
tugas, terganggu disekolah dan tempat kerja, serta memiliki
motivasi yang menurun untuk menangani proyeksi baru. Sekitar 80%
pasien mengeluh sulit tidur, terutama terbangun sangat dini hari
(yang merupakan insomnia terminal) serta terbangun berulang di
malam hari, saat terbangun pasien merenungkan masalahnya. Banyak
pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Tetapi pasien lain mengalami peningkatan nafsu makan dan kenaikan
berat badan dan tidur lebih lama dari biasanya. Pasien ini
digolongkan dalam DSM-IV-TR memiliki ciri atipikal.1,2Ansietas
adalah gejala depresi yang lazim dan mengenai 90% pasien depresi.
Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat memperburuk
penyakit medis yang telah ada, misalnya diabetes, hipertensi, PPOK
dan penyakit jantung. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi
abnormal dan menurunya minat serta kinerja di dalam aktivitas
seksual. Sekitar 50% pasien menunjukkan adanya variasi gejala
diurnal yang bertambah parah di pagi hari dan berkurang di sore
hari. Gejala kognitif mencakup laporan subjektif adanya
ketidakmampuan berkonsentrasi serta hendaya dalam berfikir.
1,2Tabel 2.1 Gejala-gejala depresi 6Gambaran emosi
Mood depresi, sedih atau murung Iritabilitas, ansietas Ikatan
emosi berkurang Menarik diri dari hubungan inetrpersonal Preokupasi
dengan kematian
Gambaran kognitif
Mengkritik diri sendii, perasaan tak berharga, rasa bersalah
Pesimis, tak ada harapan, putus asa Bingung, konsentrasi bruruk Tak
pasti dan ragu-ragu Beragam obsesi Gangguan memori
Waham dan halusinasi
Gambaran vegeratif
Lesu, tak ada tenaga Tidak bisa tidur atau banyak tidur Tidak
mau makan atau banyak makan Penurunan berat badan atau penambahan
berat badan Retardasi psikomotor Libido terganggu Terdapat variasi
diurnal
Agitasi psikomotor
Keluhan somatik (terutama pada orang tua) Tanda-tanda depresi
Tidak atau lambat bergerak Wajah sedih atau selalu berlinang air
mata Kulit dan mulut kering Konstipasi
Pasien dengan depresi mayor (unipolar) mempunyai beberapa
tanda-tanda dan gejala depresi yang serius. Manifestasi kliniknya
sangat bervariasi, mulai dari amat retardasi dan menarik diri
sampai iritable dan agitasi. Pada 25% kasus (50% pada orang tua),
diduga dicetukan oleh stresor. 6Gangguan proses pikir kadang-kadang
ditemukan. Halusinasi jarang terjadi. Bila ada, berbentuk auditorik
yang bertema menyalahkan diri sendiri atau ide-ide nihilstik atau
paranoid. Depresi psikosis ini dapat memperlihatkan gangguan
terpisah atau hanya menunjukkan depresi yang lebih berat, gangguan
mood atau gangguan bipolar dengan gambaran psikotik. Orang tua yang
depresi dapat memperlihatkan retardasi, gangguan memori dan
disorientasi ringan (pseudodemensia). 6Depresi sering merupakan
gangguan yang bersifat episodik. Sering terjadi kekambuhan setelah
beberapa bulan atau tahun setelah sembuh dari episode akut (tetapi
sebagian dapat dicegah dengan terapi pemeliharaan). Selama episode
depresi, pasien sering tidak berfungsi dan resiko untuk melakukan
bunuh diri tinggi. Hampir sebagian pasien dengan gangguan berulang
akan sembuh setelah 12 dekade sedangkan sebagian lagi akan tetap
terganggu secara kronik, meskipun sebagian besar akan menderita
distimia yang kadang-kadang mengalami kekambuhan dalam bentuk
depresi mayor. 6Depresi pascapartum adalah depresi berat yang
biasanya terjadi 1-4 minggu setelah melahirkan. Biasanya pada saat
melahirkan anak kedua atau ketiga. 6Gangguan afektif menurut
musiman (SAD) ditandai dengan terjadinya depresi mayor dengan pola
sesuai musim. Gejala-gejala muncul tiap musim gugur/musim dingin
dan kembali normal (atau bahkan hipomania) pada musim semi atau
panas. Gangguan mood ini sering mengenai wanita muda,
memperlihatkan gambaran depresi atipikal (banyak tidur, banyak
makan, berat badan meningkat). 6Kelainan tidur berupa gangguan
tidur-insomnia awal dan terminal, terbangun berulang kali (multiple
awekning), hipersomnia-adalah gejala yang klasik dan sering
ditemukan pada deperesi. Kelainan yang sering ditemukan adalah
perlambatan onset tidur, pemendekan latensi REM (yaitu waktu antara
tertidur dan periode REM pertama), peningkatan panjang periode REM
pertama, dan tidur delta yang abnormal. 1,2
2.6 Pemeriksaan Status Mentala. Gambaran Umum Retardasi
psikomotorik menyeluruh merupakan gejala yang paling lazim timbul,
walaupun agitasi juga terlihat terutama pada pasien lanjut usia.
Meremas-remas tangan dan menarik-narik rambut merupakan gejala
tersering agitasi. Umumnya, pasien depresi memiliki postur tubuh
yang bengkok; tidak ada gerakan spontan, serta tatapan mata
menghindar dengan memandang ke bawah. Pada pemeriksaan klinis,
pasien depresi yang menunjukkan gejala yang nyata retardasi
prikomotor dapat serupa dengan pasien skizofrenia katatonik. Fakta
ini dimasukkan dalam DSM-IV-TR sebagai gejala yang menyerupai ciri
katatonik: pada berbagai gangguan mood.1,2b. Mood, afek
perasaanDepresi merupakan kunci gejala. Walaupun 50% pasien
menyangkal perasaan depresi serta seraca umum tidak tampak depresi.
Anggota keluarga atau rekan kerja sering membawa atau mengirim
pasien ini untuk ditangani karena penarikan diri secara sosial dan
aktivitas umum yang berkurang.1,2c. PembicaraanBanyak pasien
depresi yang mengalami panurunan laju dan volum bicara; meraka
memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang hanya membutuhkan satu
kata dan tampak melambat menjawab pertanyaan. Pemeriksa dapat
menunggu hingga 2 atau 3 menit sebelum pertanyaannya dijawab.1,2d.
Gangguan persepsiPasien depresi dengan waham atau halusinasi
dikatakan memiliki episode depresi berat dengan gambaran psikotik.
Bahkan tidak ditemukan waham atau halusinasi. Beberapa klinis
menggunakan istilah depresi psikotik terhadap pasien yang secara
umum mengalami depresi tidak bersuara, tidak mandi, membuang
kotoran sembarangan. Pasien tersebut lebih baik dijelaskan memiliki
ciri katatonikWaham dan halusinasi yang sesuai dengan mood depresi
dikatakan kongruen mood. Waham yang kongruen mood pada pasien
depresi mecakup rasa bersalah, berdosa, tidak berharga, miskin,
gagal, dikejar, serta mengalami penyakit somatik terminal seperti
kanker dan otak yang membusuk). Waham dan halusinasi pada pasien
dengan gangguan mood tidak kongruen tidak sesuai dengan mood
depresi. Waham yang tidak kongruen mood pada orang depresi meliputi
tema kebesaran berupa kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga yang
berlebihan- misalnya keyakinan bahwa seseorang disiksa karena ia
merupakan seorang juru selamat. Walaupun relatif jarang, halusinasi
dapat terjadi saat episode berat dengan ciri psikotik.1,2e. Isi
pikirPasien depresi umumnya memiliki pandangan negatif mengenai
dunia dan diri mereka. Isi pikiran mereka biasanya mecakup pikiran
berulang yang tidak bersifat waham mengenai kehilangan, rasa
bersalah , bunuh diri dan kematian. Sekitar 10 persen pasien
depresi memiliki gejala nyata gangguan pikiran biasanya berupa
bloking pikiran dan sangat miskin isi pikir.1,2f. Sensorim dan
Kognisi OrientasiHampir seluruh pasien depresi masih memiliki
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang, walaupun beberapa
pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat untuk menjwab
pertanyaan mengenai hal ini selama wawancara MemoriSekitar 50-75%
pasien depresi memiliki hendaya kognitif, kadang-kadang disebut
dengan istililah pseudidemensia depresif. Pasien ini sering
mengeluh konsentrasi terganggun dan mudah lupa.1,2g. Kontrol
impulsSekitar 10-15 % pasien depresi melakukan bunuh diri dan
sekitar 2/3 pasien memiliki ide bunuh diri. Pasien depresi dengan
ciri psikotik sering berpikir untuk membunuh orang lain sehubungan
dengan sistem wahamnya, tetapi kebanyakan pasien depresi seringnya
tidak mempunya motivasi atau kekuatan untuk bertindak secara
impulsif atau kasar. Pasien dengan gangguan depresi berisiko lebih
tinggi terhadap bunuh diri saat keadaan mereka membaik dan
memperoleh energi yang dibutuhkan untuk merancang dan melakukan
usaha bunuh diri (bunuh diri paradoks). Peresepan antidepresan
dalam jumlah besar pada pasien merupakan tindakan klinis yang tidak
bijak, terutama obat trisiklik, saat pasien di pulangkan dari rumah
sakit.1,2h. Daya nilai dan tilikanDaya nilai pasien paling baik di
periksa dengan memperhatikan tindakan pasien di masa lalu serta
perilaku mereka saat wawancara. Tilikan pasien depresi terhadap
kelainan yang mereka alami biasanya berlebihan: pasien melibatkan
gejala, gangguan, dan masalah hidup mereka. Sulit untuk meyakinkan
pasien bahwa dapat terjadi perbaikan.1,2i. Taraf dapat
dipercayaDalam wawancara dan pembicaraan, pasien depresi
melebih-lebihkan hal yang buruk dan menutupi hal yang baik.
Kesalahan klinis yang sering terjadi adalah begitu saja mempercayai
pasien yang mengaku bahwa pengobatan antidepresan sebelumnya tidak
berhasil. Pernyataan meraka mungkin salah dan mereka mencari
informasi dari tempat lain. Psikiater sebaiknya tidak melihat
informasi pasien yang salah ini sebagai suatu kebohongan yang
dibuat-buat; penyampaian informasi yang membantu mungkin mustahil
pada seseorang dengan pikiran depresi. 1,2
j. Skala penilaian objektif depresiSkala penilaian objek depresi
dapat berguna dalam praktik klinik untuk pencatatan keadaan klinis
pasien depresi Zung. Skala penilaian depresi Zung adalah skala
pelaporan 20 hal nilai normal adalah 34 kebawah; keadaan depresi
adalah 50 keatas. Nilai ini memberikan indeks keseluruhan
intensitas gejala pasien depresif, termasuk ekspresi afektif
depresi Raskin. Skala penilain Raskin adalah skala penilain yang
mengukur keparahan depresi pada psien, seperti yang dilaporkan
pasien dan diamati pemeriksa, dengan skala 5 poin yang mencakup
tiga dimensi : laporan verbal, perilaku yang terlihat dan gejala
yang menyertai. Skala ini memiliki kisaran 3 hingga 13; nilai
normal adalah 3 dan nilai depresi adalah 7 ke atas. Hamliton. Skala
penilaian depresi halmilton (HAM-D) merupakan skala depresi yang
digunakan secara luas dengan 24 hal, yang masing-masing bernilai 0
hingga 4 atau hingga 2, dengan total nilai 0 hingga 76. Klinis
mengevaluasi jawaban pasien terhadap pertanyaan menangani rasa
bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur dan gejala lain
depresi. Angka didapatkan melalui penilaian klinis. 1,2
2.7 Kriteria DiagnosisUntuk mendiagnosis episode depresi mayor,
pasien harus menunjukkan adanya mood depresi (sedih, down, blue)
setiap hari, hampir setiap hari untuk paling sedikit 2 minggu
secara terus menerus, diikuti dengan 4 dari 8 gejala neurovegetatif
depresi. Atau, pasien menunjukkan gejala anhedonia (kehilangan
minat yang menyeluruh terhadap seluruh atau hampir seluruh
aktivitasnya) yang terjadi setiap hari, hampir setiap hari untuk
paling sedikit 2 minggu secara terus menerus, diikuti dengan 4 dari
7 gejala neurovegetatif depresi lainnya. Gejala neurovegetatif
depresi dengan mudah diingat dengan menggunakan mnemonic SIGECAPS
yang artinya peresepan kapsul energi. S : Sleep (tidur). Tidur yang
berlebihan atau tidur yang berkurang, hampir setiap hari. I :
Interest (minat). Hilangnya minat pada seluruh atau hampir seluruh
aktivitas, hampir setiap hari, atau seseorang tidak dapat menikmati
hal-hal yang seharusnya dapat dinikmati, hampir setiap hari G :
Gulit (rasa bersalah). Seseorang merasa sangat bersalah terhadap
sesuatu yang diperbuat ataupun yang tidak diperbuat, hampir setiap
hari, atau merasa tidak berharga (tidak hanya sekedar hilang harga
diri) E : Energy (tenaga). Kehilangan energi, hampir setiap hari C
: Concentration (konsentrasi). Konsentrasi menurun. Berbeda dengan
distractibilitas mania A : Appetite (nafsu makan). Nafsu makan
dapat menurun atau meningkat, hampir setiap hari P : Pscychomotor
change (perubahan psikomotor). Retardasi psikomotor yang ditandai
dengan gerakan dan berfikir yang melambat dari biasanya, dan
agitasi psikomotor yang ditandai dengan kegelisahan. S : Suicide
(bunuh diri). Mungkin adanya ide bunuh diri Gejala tersbut harus
terjadi hampir setiap waktu, setiap hari dalam 2 minggu atau lebih
(dengan pengecualian, jika ada ide bunuh diri walaupun masih dalam
periode waktu yang singkat sudah dapat dimaskukkan sebagai kriteria
depresi) 32.7.1 Berdasarkan PPDGJ-III 9Dalam menegakkan diagnosis
episode depresif (F32) berdasarkan PPDGJ III, adapun gejala utama
dan gejala tambahan lainnya berupa :1. Gejala utama (pada derajat
ringan, sedang dan berat) Afek depresif Kehilangan minat dan
kegembiraan,dan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas.2. Gejala lainnya :a. Konsentrasi
dan perhatian berkurangb. Harga diri dan kepercayaan diri
berkurangc. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad.
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistise. Gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur tergganggug.
Nafsu makan berkurangUntuk eposide depresif dari ketiga tingkat
keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang
(f32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi
tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang (F33.-)Pedoman diagnosik episode depresif ringan (F32.0),
sedang (f32.1) dan berat (F32.2) berdasarkan PPDGJ III :F32.0
Episode Depresif Ringan Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti tersebut diatas Ditambah
sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Tidak boleh ada gejala
berat diantaranya Lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu Hanya sekiti kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannyaKarakter
kelima : F32.00 = Tanpa gejala somatikF32.01= Dengan gejala
somatikF32.1 Episode Depresif Sedang Sekurang-kurangnya harus ada 2
dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan
(F30.0) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tanggaKarakter kelima : F32.00 = Tanpa
gejala somatikF32.01= Dengan gejala somatikF32.2 Episode Depresif
Berat tanpa Gejala Psikotik Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat Bila ada gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetaou jika gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas. F32.3 Episode Depresif
berat dengan Gejala Psikotik Episode depresi berat yang memenuhi
kriteria menurut F32.2 tersebut diatas; Disertai waham, halusisasi
atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetak yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju
pada stuporJika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent)F32.8
Episode Depresif lainnyaF32.9 Episode Depresif YTTDalam menegakkan
diagnosis gangguan depresi berulang (F33) berdasarkan PPDGJ III,
adapun pedoman diagnosis berupa : Gangguan ini tersifat dengan
episode berulang dari : Episode depresi ringan (F32.0) Episode
depresi sedang (F32.1) Episode depersi berat (F32.2 dan
F32.2)Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
bipolar. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian
afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan
F.30.2)Namun, kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada
episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatau episode
depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi) Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara
episode namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang
akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini,
kategori ini harus tetap digunakan) Episode masing-masing, dalam
berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress
tidak esensia; untuk penegakkan diagnosis)F.33.0 Gangguan depresif
berulang, episode kini ringan Untuk diagnosis pasti :a. Kriteria
untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F32.0) danb. Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.Karakter kelima
: F32.00 = Tanpa gejala somatikF32.01= Dengan gejala somatikF33.1
Gangguan depresif berulang, episode kini sedang Untuk diagnosis
pasti :a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus
dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif sedang (F32.1) danb. Sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.Karakter kelima : F32.00 = Tanpa gejala somatikF32.01=
Dengan gejala somatikF33.2 Gangguan depresi berulang, episode kini
berat tanpa gejala psikotik Untuk diagnosis pasti :a. Kriteria
untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2) danb. Sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.F33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan
gejala psikotik Untuk diagnosis pasti :a. Kriteria untuk gangguan
depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3) danb. Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.F33.4 Gangguan
depresi berulang, kini dalam remisi Untuk diagnosis pasti :a.
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2) danb. Sekurang-kurangnya dua
episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.F33.8 Gangguan depresi berulang lainnyaF33.9 Gangguan
depresi berulang YTTF34.1 Distimia Ciri esensial ialah afek
depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang
sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria ganggan depresif
berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F 33.1) Biasanya mulai pada
usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak
terbatas.Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan lanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak
jelas. 2.7.2 Berdasarkan DSM-IV-TR2 Kriteria DSM-IV-TR Episode
depresi BeratA. Lima atau lebih gejala dibawah ini telah ada selama
periode waktu 2 minggu dan menunjukkan perubahan fungsi sebelumnya;
setidaknya satu gejalanya adalah (1) mood menurun atau (2)
kehilangan minat dan kesenangan1. Mood menurun hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan baik melalui
laporan atau pengamatan orang lain2. Menurunnya minat atau
kesenangan yang nyata pada semua atau hampir semua aktivitas hampir
sepanjang hari, hampei setiap hari 3. Penurunan barat badan yng
bemakna walaupun tidak diet atau berat badan bertambah, atau
menurun maupun meningkatnya nafsu makan hampir setiap hari4.
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari5. Agitasi atau
retardasi psikomotor hampir setiap hari6. Lelah atau hilang energi
hampir setiap hari7. Rasa tidak berharga atau rasa bersalah yang
tidak sesuai atau berlebihan (dapat berupa waham) hampir setiap
hari (tidak hanya menyalahkan diri atau rasa bersalah karena
sakit)8. Berkurangnya kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, atau
keragu-raguan, hampir setiap hari (baik dengan keluhan pribadi atau
diamati oleh orang lain)9. Pikiran berulang akan kematian (tidak
hanya takut mati ), ide bunuh diri berulang tanpa rencana khusus
atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh
diri B. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuranC. Gejala
menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya di
dalam fungsi sosial, pekerjaa, atau area fungsi lain.D. Gejala
tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat, atau kondisi
medis umumE. Gajala sebaiknya tidak disebabkan berkabung, yaiytu
setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala bertahan hingga
lebih lama dari 2 bulan, atau ditandai hendaya fungsi yang nyata,
preokupasi patologis mengenai ketidakberartian, gagasan bunuh diri,
gejala psikotik, dan retardasi psikomotor. Kriteria DSM-IV-TR untuk
Keparahan/Psikotik/Remisi Episode Depresi Berat KiniRingan : gejala
sedikit, jika ada, lebih banyak daripada gejala yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis, dan gejala hanya menimbulkan hendaya
ringan fungsi pekerjaan atau pada aktivitas sosial yang biasa atau
hubungan dengan orang lainSedang : gejala atau hendaya funsional di
antara ringan dan beratBerat tanpa ciri psikotik : sejumlah gejala
lebih banyak dari gejala yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis, dan gejala secara nyata mengganggu fungsi pekerjaan atau
mengganggu aktivitas sosial yang biasa atau huubungan dengan orang
lain.Berat dengan ciri psikotik : waham atau halusinasi, jika
mungkin, tentukan apakah psikotik kongruen mood atau tidak kongruen
mooda. Ciri psikotik koongruen mood : waham dan halusinasi yang
seluruh isisnya konsisten dengan tema depresi khas yaitu
ketidakmampuan pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian,
nihilism, atau hukuman yang pantasb. Ciri psikotik tidak kongruen
mood: waham atau halusinasi yang isisnya tidak meliputi tema
depresi khas yaitu ketidakmampuan pribadi, rasa bersalah, penyakit,
kematian, nihilism, atau hukuman yang pantas. Waham yang termasuk
adalah seperti waham kejar (tidak terkait langsung dengan tema
depresi), insersi pikiran, siar pikiran, dan waham kendali.Dalam
remisi parsial : gejala episode depresi berat ada tetapi kriteria
tidak terpenuhi secara lengkap, atau terdapat periode tanpa gejala
episode depresi berat yang bermakna dan bertahan kurang dari 2
bulan setelah akhir episode depresi beratGangguan remisi penuh :
selama 2 bulan terakir, tidak ada tanda atau gejala gangguanTidak
tergolongkan Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan DistimikA. Mood
depresi hampir sepanjang hari selama berhari-hari, lebih banyak
depresi daripada tidak, sebagaimana ditunjukkan secara subjektif
atau melalui pengamatan orang lain, untuk setidaknya 2 tahun.B.
Saat depresi terdapat dua (atau lebih) hal berikut :1. Nafsu makan
memburuk atau makan berlebihan2. Insomnia atau hypersomnia3. Kurang
tenaga atau lelah4. Harga diri rendah5. Konsentrasi buruk atau
sulit mengambil keputusan6. Rasa putus asaC. Selama periode 2 tahun
gangguan (1 tahun untuk anak-anak atau remaja), atau orang tersebut
tidak pernah bebas gejala dalam kriteria A dan B lebih dari 2
bulanD. Tidak pernah ada episode depresi berat selama 2 tahun
pertama gangguan (1 tahun untuk anak-anak atau remaja); yaitu
gangguan tidak lebih baik dimasukkan ke dalam gangguan depresi
berat kronis, atau gangguan depresi berat, dalam remisi parsialE.
Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau episode
hipomanik, dan kriteria tidak pernah terpenuhi untuk gangguan
siklotimikF. Gangguan tidak hanya timbul selama perjalanan gangguan
psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan wahamG. Gejala
bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau keadaan
medis umum.H. Gejala secara klinis menyebabkan penderitaan atau
hendaya bermakna fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain.
Kriteria riset DSM-IV-TR Gangguan Depresi RinganA. Gangguan mood,
didefinisikan sebagai berikut :1. Sedikitnya dua ( tetapi kurang
dari lima) gejala berikut ini telah ada selama periode waktu 2
minggu yang sama dan menunjukkan perubahan fungsi sebelumnya.
Sedikitnya satu gejala adalah gejala (a) atau (b):a. Mood depresi
hampir sepanjang hari hampir setiap hari, yang ditunjukkan baik
melalui lapran subjektif atau pengamatan yang dilakukan orang
lain.b. Berkurangnya minat atau kesenangan yang jelas disemua atau
hampir semua aktivitas hampir sepanjang haric. Berat badan turun
signifikan tanpa diet atau berat badan bertambah, atau menurunnya
maupun meningkatnya nafsu makan hampir setiap hari.d. Insomnia atau
hipersomnia hampir setiap harie. Agitasi atau retardasi psikomotor
hampir setiap harif. Lelah atau hilang energi hampir setiap harig.
Rasa tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau
berlebihan (dapat berupa waham) hampir setiap hari (tidak hanya
menyalahkan diri atau rasa bersalah karena sakit)h. Berkurangnya
kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, atau keragu-raguan, hampir
setiap hari (baik dengan keluhan pribadi atau diamati oleh orang
lain)i. Pikiran berulang akan kematian (tidak hanya takut mati ),
ide bunuh diri berulang tanpa rencana khusus atau upaya bunuh diri
atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri 2. Gejala
menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan atau arae fungsi lain3. Gejala tidak
disebabkan pengaruh fisiologi langsung zat ( contoh ,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum (contoh,
hipotiroidisme)4. Gejala sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam
berkabungB. Tidak pernah terdapat episode depresi berat dan
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan distimikC. Tidak pernah ada
episode manik, episode campuran atau episode hipomanik dan kriteria
tidak memenuhi gangguan siklotimikD. Gangguan mood tidak hanya
terjadi selama gangguan skizofrenia,, gangguan skizofreniform,
gangguan skizoafektif, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang
tidak tergolongkan Kriteria riset DSM-IV-TR Gangguan Depresi
Singkat BerulangA. Kriteria, kecuali untuk durasi, terpenuhi untuk
episode depresi beratB. Periode depresi pada kriteria A bertahan
sedikitnya 2 hari tetapi kurang dari 2 mingguC. Periode depresif
terjadi sedikitnya sekali dalam sebulan selama 12 bulan
berturut-turut dan tidak terkait dengan siklus menstruasiD. Periode
mood depresi menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lainE.
Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat, atau
keadaan medis umumF. Tidak pernah ada episode depresi berat dan
kriteria tidak memenuhi gangguan distimikG. Tidak pernah ada
episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik, dan
kriteria tidak memenuhi gangguan siklotimikH. Gangguan mood tidak
hanya terjadi selama gangguan skizofrenia,, gangguan
skizofreniform, gangguan skizoafektif, gangguan waham, atau
gangguan psikotik yang tidak tergolongkan
2.7 Perjalanan Gangguana. Awitan Sekitar 50% pasien yang
mengalami episode pertama gangguan depresi memiliki gejala depresif
yang bermakna sebelum episode pertama yang diidentifikasi. Satu
implikasi observasi ini adalah bahwa identifikasi awal dan terapi
gejala awal dapat mencegah timbulnya episode depresif penuh.
Walaupun gejala mungkin telah ada, pasien dengan gangguan depresi
berat biasanya tidak memiliki gangguan kepribadian pramorbid.
Episode depresif pertama terjadi di usia 40 pada sekitar 50%
pasien. Awitan yang lebih lambat terkait dengan tidak adanya
riwayat gangguan mood dalam keluarga, gangguan kepribadian dan
penyalahguaan alkohol.1,2
b. Lama Gangguan Episode depresif yang tidak diobati akan
bertahan 6-13 bulan; sebagianbesar episode yang diobati bertahan
sekitar selama 3 bulan. Putus obat antidepresan sebelum 3 bulan
hampir selalu mengakibatkan kekakmbuhan gejala. Ketika perjalanan
gangguan berkembang, pasien cenderung mengalami episode lebih
sering yang bertahan lebih lama. Selama periode 20 tahun, jumlah
rerata episode adalah lima atau enam.1,2
c. Perkembangan Episode ManikSekitar 5-10% pasien dengan
diagnosis awal gangguan depresif berat mengalami episode manik 6
sampai 10 tahun setelah episode depresif pertama. Usia rerata
perubahan ini adalah 32 tahun dan sering terjadi setelah dua atau
empat episode depresif. Walaupun data tidak kosisten dan
kontroversial, sejumlah klinisi melaporkan bahwa depresi pada
pasien yang kemudian diklasifikasikan memiliki gangguan bipolar I
sering ditandai dengan hipersomnia, retardasi psikomotor, gejala
psikotik, riwayat episode pascamelahirkan, riwayat keluarga dengan
gangguan dipolar I, dan riwayat hipomania yang diinduksi obat.
1,2
2.8 Prognosis Gangguan depresi bukan merupakan gangguan ringan.
Gangguan ini cenderung menjadi kronis dan pasien cenderung
mengalami kekambuhan. Pasien yang dirawat untuk episode pertama
gangguan depresi memiliki kemungkinan sekitar 50% untuk pulih pada
tahun pertama. Persentasi pasien yang pulih setelah rawat inap
menurun seiring waktu. Banyak pasien yang tidak pulih tetap
mengalami gangguan distimik. Kekambuhan pada episode depresif berat
juga lazim terjadi. Sekitar 25 % pasien mengalami kekemabuhan pada
6 bulan peryama setelah keluar dari rumah sakit, sekitar 30-50%
pada 2 tahun pertama, dan sekitar 50-75% dalam 56 tahun. Insiden
kekambuhan lebih rendah pada pasien yang meneruskan terapi
farmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya memiliki satu
atau dua episode depresif. Umumnya, ketika pasien mengalami episode
depresif lebih sering, waktu antara episode berkurang dan keparahan
masing-masing episode meningkat.1,22.8.1 Indikator
prognostikEpisode ringan, tanpa adanya gejala psikotik, serta lama
tinggal di rumah sakit yang singkat merupakan indikator prognostik
yang baik. Indikator psikososial dalam perjalanan gangguan yang
baik mencakup riwayat persahabatan yang kokoh selama masa remaja,
fungsi keluarga yang stabil, serta fungsi sosial yang secara umum
baik selama 5 tahun sebelum penyakit. Tanda prognostik tambahan
lain adalah tidak adanya gangguan psikiatri komorbid dan tidak
adanya gangguan kepribadian, tidak lebih dari satu kali rawat inap
sebelumnya untuk gangguan depresf berat, serta awitan usia lanjut.
Kemungkinan prognostik buruk meningkat dengan adanya gangguan
distmik yang timbul bersama, penyalahgunaan alkohol dan zat
lainnya, gejala gangguan ansietas, serta riwayat lebih dari satu
episode depresif sebelumnya. Laki-laki cenderung mengalami
perjalanan gangguan secara kronis bila dibandingkan perempuan.
1,2
2.8 Ilustrasi Kasus 1 bulan yang lalu os muncul gejala seperti
ini, hal ini dipicu karena tidak terima istri ke-3 os selingkuh.
Semenjak istrinya selingkuh, os mulai bersikap aneh, sering
menyendiri, melamun, mengangis tanpa sebab, dan sering marah-marah,
kemudian os sering merasa lelah dan putus asa, seakan-akan
berbicara dengan orang lain yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain kecuali os. Dan os juga sering mengatakan bahwa anak
perempuannya adalah istrinya.Keadaan ini terus berlanjut, Os
semakin sering berbicara sendiri. Os pernah berobat kedukun tetapi
tidak ada perubahan. Sampai akhirnya os sering mendengar
bisikan-bisikan yang sedang membicarakan dirinya. Os sudah tidak
dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri (makan,
mandi, berpakaian). Keadaan os semakin parah, saat ini os sudah
suka marah-marah, mengamuk kepada setiap orang tanpa sebab, bicara
tidak jelas serta suka mengambil barang-barang milik orang lain. 1
Minggu os menyakiti warga karena dianggap warga tersebut ingin
menyakitinya, marah-marah dan berbicara dengan bahasa yang tidak
jelas. Sehingga keluarga os membawa os ke RSJD Jambi untuk
berobat.Riwayat trauma capitis (-), NAPZA (-), Alkohol (-), Kejang
(-), Demam Tinggi(-), Suicide (-).
BAB IVKESIMPULAN
1. Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan
munculnya gejala penurunan mood (mood depresi), kehilangan minat
terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu
makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.2. Depresi
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Rata-rata usia
onset untuk gangguan depresi adalah kira-kira 40 tahun. 3. Faktor
penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika dan
faktor psikosoial.4. Patofisiologi depresi berhubungan dengan
ketidakseimbangan biogenik amin dan hiperaktivasi sistem HPA.5.
Gejala neurovegetatif depresi dengan mudah diingat dengan
menggunakan mnemonic SIGECAPS yaitu sleep (tidur yang berlebihan
atau tidur yang berkurang), interest (hilangnya minat), gulit
(perasaan bersalah), energy (kehilangan energi), concentration
(konsentrasi menurun), appetite (nafsu makan menurun) ,
pscychomotor change (perubahan psikomotor), dan suicide (ide bunuh
diri). 6. Diagnosis episode depresi berdasarkan PPDGJ-III dan
berdasarkan DSM-IV-TR7. Episode depresif yang tidak diobati akan
bertahan 6-13 bulan. Sebagian besar episode yang diobati bertahan
sekitar selama 3 bulanDAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock, Sinopsis
Psikiatri. Jilid Satu. Tanggerang : Binarupa Aksara. 2010. Hal 2.
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock, Buku Ajar psikiatri
Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010.
Hal3. Ghaemi SN. Mood Disorder, A Practical Guide. Philadelphia:
Lippincott, Williams & Wilkins. 2003. p. 3-274. World Health
Organization. Depression A Global Public Health Concern. Diakses 29
Januari 2013. Di unduh dari :
http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depression_wfmh_2012.pdf5.
Halverson JL. Depression. MedScape. 2013. Diakses 29 Januari 2013.
Di unduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a01566. Amir
N. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2005. Hal 7. Katona C, Cooper C, Robertson M.
At a Glance Psikiatri. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2008.
Hal8. Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal 9.
Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2001
2