Top Banner
1 TUGAS MATA KULIAH CRITICAL THINKING PENERAPAN DAN ANALISIS PHYLOSOPHICAL THEORY PATRICIA BANNER Pembimbing: Rizky Fitriasari, M.Kep.,Ns. OLEH: KELOMPOK 4 Khoirul Latifin NIM. 131314153027 Ni Putu Wulan Purnamasari NIM. 131314153028 Innez Karunia Mustikarani NIM. 131314153029 Taufik NIM. 131314153030 Eka Santi NIM. 131314153031 Maria Agustina Making NIM. 131314153032 Suhartono NIM. 131314153033 Edy Suprayitno NIM. 131314153034 PROGRAM STUDI MEGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
71

Critical Thinking Patricia Benner

Feb 07, 2016

Download

Documents

Alik Septian

teori keperawatan patricia banner
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Critical Thinking Patricia Benner

1

TUGAS MATA KULIAH CRITICAL THINKING

PENERAPAN DAN ANALISIS PHYLOSOPHICAL THEORY

PATRICIA BANNER

Pembimbing: Rizky Fitriasari, M.Kep.,Ns.

OLEH:

KELOMPOK 4

Khoirul Latifin NIM. 131314153027Ni Putu Wulan Purnamasari NIM. 131314153028Innez Karunia Mustikarani NIM. 131314153029Taufik NIM. 131314153030Eka Santi NIM. 131314153031Maria Agustina Making NIM. 131314153032Suhartono NIM. 131314153033Edy Suprayitno NIM. 131314153034

PROGRAM STUDI MEGISTER KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2013

Page 2: Critical Thinking Patricia Benner

2

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan...................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan ........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Latar Belakang Teori .................................................................................3

2.2 Definisi dan Konsep Mayor .......................................................................4

2.3 Penjelasan Model Konsep ..........................................................................4

2.4 Asumsi Mayor ...........................................................................................7

2.5 Paradigma Keperawatan ............................................................................10

2.6 Penerimaan Oleh Keperawatan ..................................................................15

2.7 Kelemahan Teori .......................................................................................20

BAB 3 APLIKASI TEORI ..............................................................................27

BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................38

BAB 5 PENUTUTP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................42

5.2 Saran ..........................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................44

Page 3: Critical Thinking Patricia Benner

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat di Indonesia pada

pelaksanaannya mengacu pada pedoman standar praktek pelaksanaan

asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Adapun praktek pemberian

asuhan keperawatan terdiri dari promosi kesehatan, Pengkajian, Diagnosis

keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi serta komunikasi

dan hubungan terapeutik. Dalam pelayanan keperawatan yang dilakukan

harus berdasarkan kaidah ilmu keperawatan serta model konsep teori

keperawatan, yang mana merupakan pedoman dalam pemberian asuhan

keperawatan. Model konseptual disiplin perawat merupakan landasan untuk

mengembangkan sebuah teori dan nilai moral bagi perawat. Paradigma

pengembanagn teori model keperawatan, yaitu manusia, lingkungan,

keperawatan dan kesehatan. Pada penerapannya, penekanan dari setiap

model keperawatan sangatlah bervariasi menyesuaikan dengan setiap

konsep yang ingin dikembangkan. Namun setiap teori yang dikembangkan

akan selalu menjelaskan hubungan antara konsep-konsep sentral tersebut.

Salah satu model konseptual yang akan dibahas dalam makalah ini

yaitu model teori yang dikembangkan oleh Patricia Benner. Dalam teori

benner dikemukan pandangan bahwa perawat yang memiliki keterampilan

1

Page 4: Critical Thinking Patricia Benner

4

baik apabila berfokus pada pengetahuan dan pengalaman praktek yang telah

digunakan untuk menuntun pengujian inovasi dan perubahan praktek

keperawatan sehingga tercipta kemajuan pengembangan karir dalam

keperawataan klinis. Benner memiliki model teori yaitu “From Novice To

Expert”  yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model

Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus.

Teori Benner dapat termasuk teori filosofis karena menekankan level

praktek keperawatan yang dimulai dari pemula (novice), pemula lanjutan

(advance beginner), kompeten (competent), asisten ahli (proficient) dan ahli

(Expert). Oleh karena itu pemahaman dan pengembangan teori keperawatan

sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme

perawat.

Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk mencoba membuat uraian

mengenai lebih jauh mengenai Analisis dan Penerapan Teori Patrcia

Benner.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa memahami tentang teori Patricia Benner

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat menjelaskan Latar belakang, Pengertian dan

asumsi mayor, Skema / Bagan / Model Konsep, Penerimaan oleh

keperawatan (praktik, pendidikan, penelitian) teori Patricia

Benner

b. Mahasiswa dapat menguraikan aplikasi teori Patricia Benner

Page 5: Critical Thinking Patricia Benner

5

c. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan aplikasi teori Patricia

Benner

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar Belakang Teori

Patricia Benner Lahir pada tahun 1942 di Hampton. Benner

memperoleh gelar sarjana keperawatan dari Pasadena College pada

tahun 1964, dan pada tahun 1970 mendapat gelar Masters in Nursing di

University of California, San Francisco (UCSF). Di University of

California Benner mendalami ilmu berfokus pada stres, mengatasi

kesehatan. Selama studinya dengan gelar doktor Benner bekerja sebagai

asisten penelitian untuk Lazarus, dikenal karena teorinya tentang stres

dan coping (Lazarus 1984). Benner memiliki latar belakang akademis

yang luas didasarkan pada fenomenologi. Benner telah menerbitkan

sebuah badan literatur dan menerima penghargaan dan pujian, namun

beliau paling dikenal karena teori kompetensi klinis yang diterbitkan

dalam buku: Dari Novice dua Ahli (1984). Benner juga menggambarkan

pentingnya peduli pada manusia untuk keperawatan dalam buku: The

Primacy of Caring yang dirilis pada tahun 1989. Benner & Wrubel

menggunakan beberapa teori keperawatan, berdasarkan pemikiran

fenomenologi Heidegger, di mana kekuatan utama adalah merawat

(caring) sebagai fondasi dasar bagi semua kehidupan manusia dan

sebagai landasan sebuah profesi. Patricia Benner juga memperkenalkan

3

Page 6: Critical Thinking Patricia Benner

6

konsep perawat ahli, mengembangkan keterampilan dan pemahaman

tentang perawatan pasien dari waktu ke waktu.

2.2 Definisi dan Konsep Mayor

Benner mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From

Novice To Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah

profesi. Konsep teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan

oleh Patricia Benner diambil dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan

oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert

menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi

meliputi: (1) novice, (2) advance beginner, (3) competent, (4) proficient,

dan (5) expert.

2.3 Penjelasan Model Konsep

Teori From Novice to Expert yang diusung oleh Benner

menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi.

Page 7: Critical Thinking Patricia Benner

7

Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Novice

Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah

seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah

yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu

penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan

irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa

keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada

level yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan pada area atau

situasi yang tidak familiar dengannya.

b. Advanced beginner

Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang

menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima

pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang

cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri,

aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan

pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.

Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi

pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien

tertentu pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas.

Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner

sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap

Page 8: Critical Thinking Patricia Benner

8

situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance

beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk

melakukan manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka

mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner menempatkan

perawat yang baru lulus pada tahap ini.

c. Competent

Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan

mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi

competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan

kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang

diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.

Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah

penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat

menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih

realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam

pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola

terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat

diabaikan. Competent harus mengetahui alasan dalam pembuatan

perencanaan dan prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi

proficient, competent harus diizinkan untuk memandu respon

terhadap situasi.

Page 9: Critical Thinking Patricia Benner

9

Point pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada

tingkatan competent adalah untuk melatih perawat membuat transisi

dari competent ke proficient.

d. Proficient

Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk

melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan

dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang

dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan

percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan

ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

e. Expert

Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai

pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu

mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan

waktu untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.

Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien”

yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien

sebagai manusia. Aspek kunci pada perawat expert adalah:

1) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis

2) Mewujudkan proses know-how

3) Melihat gambaran yang luas

4) Melihat yang tidak diharapkan

2.4 Asumsi Mayor

Page 10: Critical Thinking Patricia Benner

10

Asumsi teori benner mengadop dari disertasi Brykczynski’s (1985).

Berikut penelitian yang mendukung teori Benner :

1. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala

asumsi dari pengetahuan alami bahwa semua tergantung pada bentuk

atau konsep-konsep abstrak yang diintepretasikan (Taylor, 1982).

2. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik, perhatian,

perkiraan dan hasil tindakan. Pemahaman-pemahaman tersebut akan

dapat berjalan dengan pengetahuan yang sering didapatkan.

3. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain

berdasarkan kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian

dan intepretasi yang benar. Heidegger 1962 mengatakan bahwa yang

dapat memberikan pengertian dan pemahamana yang benar adalah

pengorganisasian kebudayaan dan pengertian/pemahaman terdahulu

serta pengembangan pemahaman individu.

4. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari

tindakan tidak dapat dibentuk secara lengkap, namun bagaimanapun

juga kemampuan tersebut dapat diintepretasikan oleh orang yang

memberikan perawatan kepada orang yang meiliki bahasa, latar

belakang budaya yang sama. Manusia merupakan inteperatsi bagi

dirinya sendiri (Heidegger, 1962). Hermeneutik merupakan

intepretasi dari conteks budaya dan arti dari aksi manusia itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya

membuat tema besar yaitu perawat, individu, situasi dan kesehatan.

1. Perawat

Page 11: Critical Thinking Patricia Benner

11

Perawat didefinisikan sebagai hubungan perawatan (caring)

“memungkinkan terjadinya konndisi yang penuh koneksi dan fokus.

Caring merupakan hal mendasar karena caring menyusun

kemungkinan-kemungkinan dalam pemberian dan penerimaan suatu

bantuan. Perawat sebagai pemberi caring berdasarkan etika, moral

dan tanggungjawab. Benner dan Wrubel (1989) memahami seorang

perawat sebagai pemberi perawatan dan belajar secara langsung

melalui pengalaman sehat, sakit dan penyakit serta hubungan tiga

elemen tersebut.

2. Individu

Benner dan Wrubel mendiskripsikan mengnai ndividu berdasarkan

teori penomenologi Heidegger. Benner dan Wrubel mendefinisikan

individu adalah menjadi intepretasi bagi dirinya sendiriri, ini

menunjukkan bahwa indivudu hadir di dunia untuk mendapatkan

pengalaman dari hidup selama ini. Benner dan Wrubel membuat 4

aspek individu untuk memudahkan memahami pengertian individu.

Aspek tersebut adalah: (a) Aspek situasi (b) aspek tubuh (body) (c)

aspek fokus personal dan (d) apsek duniawi. Benner dan Wrubel

mencoba mengerucutkan definisi dari tubuh (body) menjadi lima

komponen yaitu : (1) tidak dilahirkan secara kompleks, tidak

berbudaya, dan seorang bayi baru lahir (2) Skills yang komplit

dengan postur, gaya/sikap, kebiasaan budaya/sosial dan keterampilan

yang jelas (3) Proyeksi dari citra tubuh/body (4) kinestetik sensasi

(5) proyeksi dari situasi sekitar seperti menggunakan komputer.

Page 12: Critical Thinking Patricia Benner

12

3. Kesehatan

Kesehatan diartikan sebagai keadaan dimana saat dikaji dalam

keadaaan sehat secara keseluruhan. Keadaan sehat dan sakit

merupakan hal yang jelas terjadi dalam kehidupan. Sehat tidak hanya

sekedar bebas dari penyakit atau sakit tetapi juga (dalam perspektif

Kleinman, Eisenberg Good) seseorang mungkin memiliki penyakit

dan pengalaman sakit karena sakit merupakan pengelaman seseorang

yang mengakami kehilangan atau disfungsi mengingat penyakit

mempengaruhi tingkat kesehatan fisik.

4. Situasi

Benner dan Wrubel menggunakan kata situasi daripada lingkungan

karena situasi lebih mengarah pada lingkungan sosial dengan definisi

sosial. Mereka menggunakan pendekatan fenomenologi “menjadi

situasi” dan “arti situasi” diamana kalimat itu didefinisikan

berdasarkan interaksi intepretasi dan memahami situasi seseorang.

Ini berarti bahwa masa lalu, sekarang dan masa datang seseorang

tergabung dalam pemahaman (pemaknaan) pribadi, kebiasaan,

perspektif dan perkembangan situasi yang terjadi.

2.5 Paradigma Keperawatan

Benner mempelajari praktik keperawatan melalui percobaan untuk

menemukan dan menjelaskan pengetahuan dadalam praktik

keperawatan. Dia mempertahankan pengetahuan yang terjadi sepanjang

Page 13: Critical Thinking Patricia Benner

13

waktu dalam praktik dan mengembangkannya berdasakan interaksi

situasional. Paradigma pertama Benner adalah membuat perbedaan yang

jelas antara praktik dan teori. Benner memulai dengan mendefinisikan

praktik yaitu “Terdiri dari menrbarluaskan pengetahuan tahu bagaimana

(Know-How) investigasi berdasarkan teori dasar dan

menghubungkannya dengan pemetaan Know-How pada pengalaman

praktik”. Benner percaya bahwa perawat memeilki kelalaian dalam

melakukan pencatatan keperawatan selama pembelajaran praktik danini

merupakan keburukan dalam pemetaan prkatik kita dan menghilangkan

teori keperawatan.

Citing Khun, 1970 dan Polanyi, 1958 cit. Benner, 2009

menekankan perbedaan antara Knowing how “Pengetahuan praktik yang

mungkin dapat menghindarkan kita dari pengetahuan abstrak” dengan

tahu bahwa (Knowing that) “yang diawali dengan penjelasan teori”.

Knowing That adalah cara seseorang untuk mengetahui melalui

menentukan hubungan antara penyebab dengan kejadian. Knowing how

adalah kemahiran keterampilan/praktik yang mungkin akan

bertentangan dengan teori yang ada.ini menunjukkan bahwa seseorang

mengetahui sesuatu bekerja sebelum teori berkembang. Situasi-situasi

klinik selalu bervariasi dan kompleks dibandingkan dengan teori oleh

karena itu, praktik klinik menjadi ladang penelitian dan pengembangan

pengetahuan. Melalui prakatik klinik, perawat dapat menerima

pengetahuan baru. Perawat harus mengembangan pengetahuan

berdasarkan praktik (Know-How) dan melanjutkan dengan investigasi

Page 14: Critical Thinking Patricia Benner

14

dan pengamatan secara menyeluruh. Semua ini dimulai dari pencatatan

dan pengembangan Know-how tentang keahlian keterampilan.

Benner mengadop teori Dreyfus untuk praktik klinik keperawatan.

Dreyfus bersaudara mengembangakan model kemahiran keterampilan

dengen mempelajari kemampuan perawat gawat darurat. Meodel

inimencakup (1) Novice (2) Adnvanced Beginner (3) Competent (4)

Proficient (5) Expert. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan 4

komponen yaitu (1) perubahan dari kepercayaan mengenai prinsip

abstrak dan aturan masa lalu menuju pengalaman yang konkrit (2)

perubahan dari kepercayaan dalam analisis dan berpikir (3) Perubahan

persepsi pembelajar (Lerner’s) dalam membaca situasi (4) perubahan

penerimaan dari pengamat, keluar dari situasi yang terjadi menuju

siatuasi yang tidak terlibat, fully engaged in the situastion.

Teori ini berdasarkan situasi dan bukan dari karakter, aplikasi ini

bukan berdasarkan karakteristik individual melainkan dari fungsi umum

perawat dengan kombinasi situasi khusus degan latar belakang

pendidikan. Pengaplikasian teori ini, Benner mencatat “Pengalaman

berdasarkan kemahiran keterampilan lebih aman dan cepat bila disertai

dengan pendidikan. Benner mendefinisikan keterampilan dan

keterampilan klinik yang dimaksudkan dalam implementasi asuhan

keperawatan dan justifikasinya dalam situasi klnik yang aktual. Kondisi

tanpa ada kondisi aktual tidak akan terjadi peningkatan keterampilan

klinik perawat.

Page 15: Critical Thinking Patricia Benner

15

Benner berusaha untuk menyoroti dari pengembangan ilmu

pengetahuan klinis daripada untuk menggambarkan keseharian dari

perawat. Penjelasan Benner praktik keperawatan melampaui penerapan

aturan yang kaku dan teori dan didasarkan pada "perilaku yang wajar

yang merespon tuntutan situasi tertentu". Keterampilan yang diperoleh

melalui pengalaman keperawatan dan kesadaran persepsi bahwa perawat

ahli berkembang sebagai pengambil keputusan dari "gestalt situasi"

memimpin perawat untuk mengikuti firasat saat perawat mencari bukti

untuk mengkonfirmasi perubahan halus yang perawat amati pada pasien.

Konsep bahwa pengalaman didefinisikan sebagai hasilnya ketika

negara-negara yang terbentuk sebelumnya ditantang, disempurnakan,

atau ditolak dalam situasi yang sebenarnya didasarkan pada karya-karya

Heidegger (1962) dan Gadamer (1970). Keuntungan perawat

pengalaman, pengetahuan klinis menjadi perpaduan pengetahuan praktis

dan teoritis. Keahlian berkembang sebagai tes klinis dan memodifikasi

harapan berbasis prinsip dalam situasi yang sebenarnya. Pengaruh

Heidegger bukti dalam hal ini dan dalam tulisan-tulisan berikutnya

Benner pada keunggulan dari perawat. Benner membantah deskripsi

dualistic dari Cartesian mind-body-person dan phenomeno-logis

Heidegger mengemban deskripsi manusia sebagai makhluk diri

ditafsirkan sebagai kekhawatiran, praktik, dan pengalaman hidup. Orang

selalu berada dalam sebuah situasi, yaitu, mereka terlibat bermakna

dalam konteks di mana mereka berada. Orang datang pada suatu tempat

dengan kesalahpemahaman diri di dunia. Heidegger (1962) menyebut

Page 16: Critical Thinking Patricia Benner

16

pengetahuan praktis sebagai jenis tahu yang terjadi ketika seseorang

terlibat dalam situasi tersebut.

Benner dan Wrubel (1989) menyatakan, "Kegiatan yang terampil,

yang dimungkinkan dengan kecerdasan kita diwujudkan, telah lama

dianggap sebagai hal yang lebih 'rendah' daripada intelektual, aktivitas

reflektif" tapi menyatakan bahwa intelektual, kapasitas reflektif

tergantung pada pewujudan dari apa yang diketahuinya. Pendekatan

Benner untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang dimulai dengan

Novice to Expert merupakan awal dari tumbuhnya hidup/tradisi untuk

belajar dari praktik keperawatan klinis melalui pengumpulan dan

interpretasi eksemplar. Benner dan Benner memulai konsep tersebut

dengan ilustrasi sebagai berikut :

Pengiriman efektif pasien/keluarga pasien perawatan

membutuhkan perhatian bersama dan saling mendukung praktek yang

baik tertanam di komunitas moral praktisi berusaha untuk menciptakan

dan mempertahankan praktik yang baik. Visi praktek diambil dari tradisi

Aristotelian dalam etika (Aristoteles, 1985) dan artikulasi lebih baru dari

tradisi ini Alasdair MacIntyre Teluk (1981), di mana praktek

didefinisikan sebagai usaha kolektif yang memiliki pengelompokan baik

internal untuk praktek. Namun, upaya kolektif tersebut harus terdiri dari

individu praktisi yang terampil tahu bagaimana, kerajinan, ilmu

pengetahuan, dan imajinasi moral, yang terus membuat dan instantiate

praktik yang baik.

Page 17: Critical Thinking Patricia Benner

17

Benner mengungkapkan keperawatan yang merupakan paradoks

budaya dalam masyarakat yang sangat teknis yang lambat untuk di nilai

dan mengartikulasikan praktek peduli. Dia merasa bahwa nilai

individualisme ekstrim membuatnya sulit untuk merasakan

kecemerlangan peduli dalam praktek keperawatan ahli. Benner (2003)

menyampaikan untuk etika relasional yang didasarkan pada praktek

untuk menyeimbangkan fokus dominan pada hak-hak dan keadilan.

2.6 Penerimaan oleh Keperawatan

2.5.1 Praktik

Pendekatan Pemikiran-tindakan ( Benner, Hooper-Kyriakidis,

& Stannard, 2000), ditemukan bahwa pekerjaan keselamatan pasien

adalah fokus utama pekerjaan perawat di ICU ( dan kami menduga

bahwa ini mirip di semua pengaturan perawatan kesehatan ).

Keselamatan kerja terpusat bersarang di tradisi praktik keperawatan

dengan kebiasaan dari " enam hak " checklist untuk administrasi

obat yang aman ( pasien, tepat obat yang tepat, tepat dosis, tepat

rute, untuk alasan yang tepat, dan pada waktu yang tepat ),

pencegahan bahaya imobilitas, pencegahan infeksi, pencegahan

jatuh pasien, penggunaan penghakiman keperawatan klinis dalam

mengevaluasi resep penyedia perawatan kesehatan untuk obat dan

intervensi, penilaian keperawatan tentang titrasi obat-obatan dan

terapi berdasarkan respon pasien, penilaian tentang pasien

pemantauan, terjemahan dan evaluasi yang cermat penyedia

layanan kesehatan ' instruksi tertulis dan lisan, penggunaan

Page 18: Critical Thinking Patricia Benner

18

memeriksa silang identifikasi obat dan identitas pasien dengan

produk darah dan terapi pasien berisiko tinggi lainnya, dan banyak

lagi. Hal ini bertujuan untuk mendokumentasikan tradisi panjang

keselamatan pasien dalam praktek keperawatan.

Sangatlah penting untuk tidak mengesampingkan praktek-

praktek mapan sementara pelaksanaan sangat bermanfaat untuk

perubahan seluruh sistem untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Sebagai salah satu laporan Institute of Medicine ( IOM ) ( Kohn ,

Corrigan , & Donaldson 1999) menyatakan, perawat menjadi ujung

tombak perawatan pasien, sering menjadi kemungkinan baris

terakhir pertahanan dalam mencegah kesalahan perawatan pasien.

Dalam studi baru keselamatan pasien oleh Dewan Nasional Dewan

Negara Keperawatan, ( Malloch, Benner, & Weeks )

mendefinisikan : breakdown Praktek, gangguan atau tidak adanya

salah satu aspek praktek yang baik terjadi ketika individu, tim

kesehatan atau sistem perawatan kesehatan tidak hadir untuk satu

atau lebih dari unsur-unsur berikut :

1) Administrasi pengobatan yang aman.

Perawat mengelola dosis yang tepat dari obat yang tepat

melalui rute yang tepat kepada pasien yang tepat pada waktu

yang tepat untuk alasan yang tepat

2) Dokumentasi

Page 19: Critical Thinking Patricia Benner

19

Dokumentasi keperawatan memberikan informasi yang relevan

tentang pasien dan tindakan yang dilakukan dalam menanggapi

kebutuhan mereka.

3) Perhatian / Surveillance.

Perawat memantau apa yang terjadi dengan pasien dan staf.

Perawat mengamati kondisi klinis pasien, jika perawat tidak

mengamati pasien, maka dia tidak bisa mengidentifikasi

perubahan jika mereka terjadi dan atau membuat discernments

berpengetahuan dan keputusan tentang pasien.

4) Penalaran klinis.

Perawat menafsirkan tanda-tanda, gejala, dan respon pasien

terhadap terapi. Perawat mengevaluasi relevansi perubahan

tanda pasien dan gejala dan memastikan bahwa penyedia

perawatan pasien akan diberitahu dan perawatan pasien

disesuaikan dengan tepat.

5) Pencegahan

Perawat memiliki langkah-langkah untuk mencegah risiko,

bahaya, atau komplikasi karena sakit atau rawat inap. Ini

termasuk tindakan pencegahan jatuh, mencegah bahaya

imobilitas, kontraktur, atau stasis pneumonia.

6) Intervensi.

Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan benar.

Interpretasi dengan tepat. Perawat menafsirkan perintah

dengan tepat.

Page 20: Critical Thinking Patricia Benner

20

7) Profesional jawab / advokasi Pasien.

Perawat menunjukkan tanggung jawab profesional dan

memahami sifat dari hubungan perawat -pasien. Advokasi

mengacu pada ekspektasi bahwa perawat bertindak secara

bertanggung jawab dalam melindungi pasien dan kerentanan

keluarga dan menganjurkan untuk melihat bahwa kebutuhan

pasien atau masalah ditangani ( Benner Sheets, Uris, Malloch,

Schwed, & Jamison 2006).

2.5.2 Pendidikan

Benner menyarankan dua cara dimana perawat pendidik

dapat menjadi aspek yang signifikan dalam proses pendidikan

keperawatan dasar. Pertama, skema tugas (penugasan) yang bisa

membantu mahasiswa mempelajari keterampilan tentang

memperoleh dan menginterpretasikan etnografi klinis atau kasus

penyakit yang dapat menambah kekuatan mahasiswa untuk

mengerti dunia orang lain (pasien). Kedua, praktik sebaiknya

dilakukan oleh mahasiswa dan dosen, bercerita tentang situasi

klinis tertentu sepanjang waktu, mengkaji apa yang sudah dilihat

(diketahui) dan apa yang terlupa, mendalami bagaimana

pemahaman klinis dirubah ke situasi praktis, dan bagaimana respon

perawat dibentuk melalui perubahan pemahaman ini, serta

menyediakan kesempatan untuk mengartikulasi pembelajaran

pengalaman dan pengembangan pengetahuan klinis mengajarkan

Page 21: Critical Thinking Patricia Benner

21

mahasiswa untuk merefleksikan pengalaman praktik mereka

dengan tujuan meningkatkan kemampuannya.

2.5.3 Penelitian

Lima aspek umum yang dieksplorasi dalam penelitian Benner

adalah:

a. Situasi

Ini meliputi pemahaman tentang bagaimana seseorang

dikondisikan, baik secara historis maupun saat ini. Pertanyaan

yang diberikan terkait dengan apakah situasi itu dimengerti

sebagai salah satu dari fungsi sosial yang mulus atau apakah

situasi tersebut adalah kehancuran, hal yang baru, atau

kebingungan.

b. Perwujudan

Ini meliputi perwujudan pengetahuan yang menekankan

komponen keterampilan dan respon persptual dan emosional.

Perwujudan pemahaman tentang situasi dieksplorasi seperti pada

perawat dengan kompetensi yang tinggi, respon demi yang

terbaik atau respon tubuh seperti pengenalan dini dari krisis

pasien yang tertunda sebagai akibat dari ketajaman perseptual dan

rekognisi pola atau pengalaman mual yang diantisipasi pada

pasien yang akan menerima kemoterapi.

c. Keduniawian

Pengalaman waktu hidup adalah cara seseorang memproyeksikan

dirinya ke masa depan dan mengerti seseorang di masa lalu.

Page 22: Critical Thinking Patricia Benner

22

Keduniawian lebih dari momen kesuksesan linier, namun meliputi

kualitas waktu hidup atau keabadian.

d. Perhatian

Perhatian adalah cara seseorang mengorientasikan diri secara

bermakan pada situasi tertentu. Perhatian akan mendiktekan apa

yang akan muncul sebagai hal penting dan dengan demikian apa

yang akan diketahui pada situasi tersebut. Perhatian akan

menentukan apa saja hal yang dianggap penting bagi seseorang.

e. Makna umum

Ini adalah makna linguistik apa adanya dan makna kultural yang

membentuk apa yang diketahui, apa masalah yang mungkin

terjadi, dan apa yang mungkin disetujui atau tidak disetujui

diantara masyarakat. Sebagai contoh, situasi di dalam kelas

didasarkan pada makna tentang apa maksudnya menjadi seorang

dosen maupun menjadi mahasiswa. Walaupun ketidaksetujuan

tentang pemaknaan tersebut tergantung dari pemahaman yang

lebih baik yang membiarkan perbedaan dan ketidaksetujuan yang

berarti untuk dapat terjadi.

Pengkajian dari seluruh aspek di atas sangat penting untuk

memahami pengalaman orang lain dan belajar dari sebuah pengalaman

klinik.

2.7 Kelemahan Teori

Teori “From Novice to Expert” Patricia Benner secara umum

belum dapat diaplikasikan di Indonesia karena teori tersebut belum

Page 23: Critical Thinking Patricia Benner

23

sesuai dengan kondisi di Indonesia. Artinya, bahwa kewenangan dan

kompetensi perawat yang jelas sehingga pembagian tugasnya terlihat.

Pada dasarnya perawat yang masa kerja lama memiliki ketrampilan yang

lebih dibandingkan perawat yang baru bekerja, meskipun jenjang

pendidikannya dibawah perawat yang baru. Perawat yang memiliki

kepandaian lebih, tetapi baru memulai karir sebagai perawat juga akan

disebut sebagai perawat “novice”. Perawat “expert” pun apabila

dihadapakan pada situasi klinis yang baru juga akan kembali menjadi

“Novice”. Butuh waktu yang lama untuk menjadi seorang perawat

“expert”. Di Indonesia pembagian kewenangan antara perawat lama dan

baru belum terlihat jelas. Kritik terhadap teori Benner dapat dilihat dari

beberapa aspek, yaitu:

1. Kesederhanaan

Benner telah mengembangkan laporan deskriptif interpretif tentang

praktik keperawatan klinis. Konsepnya adalah tingkatan ketrampilan

praktik dari model Dreyfus, meliputi novice, advance beginner,

competent, proficient, dan expert. Benner menggunakan lima konsep ini

untuk menjelaskan praktik keperawatan berdasarkan wawancara,

observasi, dan analisis tentang catatan keperawatan. Dari penjelasan

tersebut, kompetensi perawat dapat diidentifikasi dan dapat

dikelompokkan secara induktif dalam tujuh domain praktik

keperawatan sesuai dasar tujuan umum dan maksudnya (Benner,

1984a). Benner, dkk (1996) dalam studi keperawatan kritis

mengeksplor perbedaan level praktik pada kedalaman dan diusulkan,

Page 24: Critical Thinking Patricia Benner

24

seperti dituliskan di awal, bahwa perawat pada level yang berbeda

hidup pada dunia yang berbeda dalam pengertian Heideggerian. Proyek

penelitian Benner yang terus menerus telah menghasilkan sembilan

domain dalam praktik keperawatan kritis (Benner et.al, 1999). Model

yang dipakai relatif sederhana dengan melihat pada lima tingkatan

ketrampilan, dan ini menyediakan perbandingan panduan untuk

mengidentifikasilevel praktik keperawatan dari deskripsi perawat secara

individu dan observasi praktik keperawatan yang sesungguhnya.

Interpretasi ini divalidasi dengan persetujuan umum (mufakat).

Derajat kerumitan dijumpai dalam sub konsep untuk pembedaan

diantara level kompetensi dan kebutuhan untuk mengidentifikasi

maksud dan tujuan. Pendekatan interpretif ini didesain untuk mengatasi

ketidakleluasaan pendekatan rasional-tehnis pada studi dan penjelasan

praktik. Walaupun penjelasan yang berkaitan dengan konsep

pelaksanaan level novice memungkinkan, sepertinya penjelasan

pelaksaan expert akan sulit, jika tidak memungkinkan, dan kegunaan

yang terbatas karena terbatasnya sikap obyektif. Dengan kata lain,

masalah filosofi tentang kemunduran yang tidak terbatas akan dijumpai

dalam usaha untuk menspesifikkan semua aspek tentang praktik ahli

(expert). Malahan, pemahaman holistik tentang situasi khusus

diperlukan untuk menjadi expert.

2. Pernyataan umum

Model kemahiran ketrampilan “from novice to expert” mempunyai

karakteristik yang universal yang tidak dapat dibatasi dengan umur,

Page 25: Critical Thinking Patricia Benner

25

penyakit, kesehatan, atau lokasi praktik keperawatan. Bagaimanapun,

karakteristik teori yang universal menyatakan secara tidak langsung

properti operasionalisasi untuk prediksi adalah bukan bagian dari

perspektif ini. Tentu saja, fenomena perspektif ini mengkritisi

keterbatasan keuniversalan dalam mempelajari praktik terhadap

manusia. Model interpretif dalam praktik keperawatan mempunyai

kekuatan untuk mengaplikasikan secara universal sebagai suatu

kerangka kerja, tetapi penjelasannya dibatasi oleh ketergantungan

situasi klinik keperawatan sebenarnya yang diperoleh. Ini digunakan

tergantung pada pemahaman lima level kompetensi dan kemampuan

mengidentifikasi karakteristik maksud dan tujuan yang melekat pada

tiap level praktik.

Walaupun pengetahuan klinik berhubungan dan melibatkan isu

yang lokal, spesifik, dan historikal, ini dapat digeneralisasikan dalam

istilah penerjemahan maksud pada situasi yang sama (Guba&Lincoln,

1982). Untuk menangkap aspek praktis yang berhubunagn, Benner

menggunakan laporan narasi situasi klinik yang sebenarnya dan

menjaga pendekatan ini memudahkan pembaca mengenal maksud dan

tujuan yang sama, walaupun keadaan sekitar relatif berbeda, sebagai

contoh penggeneralisasian atau penggantian digunakan dalam hal

berikut: saat membaca atau mendengar sebuah narasi tentang seorang

perawat berhubungan dengan keluarga pasie yang anaknya meninggal,

perawat yang lain dapat menceritakan bahwa mereka mungkin telah

Page 26: Critical Thinking Patricia Benner

26

menemukan keluarga lain dengan pasien yang berbeda umur yang

meninggal.

3. Ketepatan empiris

Model teori Benner telah diuji dengan metode kualitatif: 31

kompetensi, 7 domain praktik keperawatan, dan 9 domain praktik

keperawatan kritis diderivasi secara induktif. Penelitian-penelitian

berikutnya mengindikasikan bahwa model Benner dapat diaplikasikan

dan berguna untuk pengembangan berkelanjutan pemahaman ilmu

pengetahuan dalam praktik keperawatan. Pendekatan ini untuk

pengembangan ilmu pengetahuan menekankan pentingnya kepedulian

dan etika inti keperawatan serta tanggung jawab yang melekat pada

para ahli praktik keperawatan, yang tidak tampak bila kita hanya

menggunakan strategi ilmiah, teknis, dan kelembagaan untuk

melegitimasi ahli-ahli praktik keperawatan.

Penggunaan proses kualitatif alternatif untuk menemukan

pengetahuan keperawatan menyulitkan rujukan teori Benner ke model

rasional-empirikal. Dimana biasanya peneliti positivistik menggunakan

metode kuantitatif untuk mencari teori yang bisa diaplikasikan dalam

praktik, sedangkan pendekatan interpretif kualitatif menjelaskan para

ahli dalam keperawatan dengan contoh-contoh. Teori Benner lebih

tampak sebagai pembangunan hipotesis daripada pengujian hipotesis.

Benner tidak menjelaskan tentang “bagaimana cara” untuk praktik

keperawatan, melainkan menyediakan metode untuk mengupas dan

memasuki situasi yang bermakna bagi para ahli keperawatan. Altmann

Page 27: Critical Thinking Patricia Benner

27

(2007) menyatakan bahwa kebanyakan kritik terhadap teori Benner

terjadi akibat kesalahan interpretasi filosofinya sebagai teori dan

evaluasi penelitian kualitatifnya dengan parameter kuantitatif.

4. Konsekuensi yang bisa diderivasi

Walaupun banyak perawat klinik di seluruh dunia secara antusias

menerima teori “From Novice to Expert”, beberapa akademisi dan

administrator awalnya menginterpretasikan teori ini sebagai

pengembangan tradisionalisme serta mengurangi makna pendidikan dan

teori-teori praktik keperawatan. Pendekatan interpretif kualitatif Benner

untuk menginterpretasi makna dan tingkatan praktik keperawatan

menciptakan keraguan pada para peneliti objektif yang mencari kontrol

dan ketepatan. Debat berkelanjutan berkembang dalam koridor

interpretasi kognitif dari konsep Benner tentang keahlian dan intuisi.

Hingga saat ini tidak pernah tersirat kalau konsep fenomenologikal ini

diobjektifkan dan dioperasionalisasikan.

Perspektif Benner adalah fenomenologikal, bukan kognitif. Dia

menyatakan “Keputusan klinis dan praktik caring memerlukan interaksi

dengan klien sepanjang waktu, yang menuju pada kondisi perubahan

dan hal-hal baru yang dipelajari. Dalam pandangan keputusan klinis ini,

keterampilan tahu-bagaimana dan tindakan saling brhubungan”.

Kekuatan teori Benner adalah penelitian berbasis data-data

berkontribusi pada keperawatan sebagai disiplin praktik. Signifikansi

temuan penelitian Benner terletak pada kesimpulannya bahwa

“pengetahuan klinis seorang perawat relevan dengan seberapa jauh

Page 28: Critical Thinking Patricia Benner

28

manifestasi keterampilan perawat dapat memberi perubahan dan

dampak dalam perawatan pasien.

Generalisasi didekati melalui pemahaman makna yang biasa,

keterampilan, praktik, dan kapasitas yang melekat daripada melalui

hukum abstrak umum yang memprediksi dan menjelaskan. Makna,

keterampilan, dan praktik yang biasa seperti itu melekat secara sosial

dalam pendidkan tinggi keperawatan dan dalam praktik serta tradisi

keperawatan. Pngetahuan yang melekat pada praktik keperawatan klinis

seharusnya diperkenalkan kepada masyarakat sebagai pengetahuan

publik agar memunculakn pemahaman yng lebih baik tentang praktik

keperawatan. Benner yakin bahwa cakupan dan kompleksitas praktik

keperawatan terlalu luas bagi perawat untuk dapat bergantung pada

idealisme, pandangan dekontekstual dari eksperimen maupun praktik.

Page 29: Critical Thinking Patricia Benner

29

BAB 3

APLIKASI TEORI

A. Aktor:

Eka Santi : Istri Pasien/Dokter.

Edy Suprayitno : Perawat Advance Beginner/PA (Pegawai baru)

Khoirul Latifin : Perawat Competent/PP (2 tahun pengalaman bekerja)

Ni Putu Wulan P : Perawat Proficient/ Clinical Instructure (6 tahun kerja)

Suhartono : Perawat Expert (10 tahun kerja)

Taufik : Pasien

Innez Karunia M : Narator

Maria Agustina M : Perawat Novice (Mahasiswa)

B. Kasus

MRS hari pertama, hasil pengkajian oleh perawat Advance Beginner (Ns.

Edi) Tn. T usia 55 tahun di rawat di ruang Camelia RS Soetomo Surabaya, dengan

diagnose CHF. Keluhan pada saat dikaji, pasien sesak, batuk dan sangat lemas.

Page 30: Critical Thinking Patricia Benner

30

Pasien terpasang O2 2 lpm, IV line RL 7 tts/mnt, lasix 2 x 10 mg, captropil 2 x 5

mg per oral. Dari pemeriksaan fisik didapat TD: 180/100 mmHg, suhu: 36’7oC,

RR: 36 x/mnt, Nadi: 120 x/mnt, odem pada kaki +. Hasil pemeriksaan penunjang

didapatkan: Albumin 2,1 mg/dl, dan hasil EKG ditemukan Q Patologis pada lead

II, V5, V6 (OMI). Riwayat penyakit hipertensi selama 5 th, mengkonsumsi obat

anti hipertensi tidak teratur.

Hasil pengkajian PA melaporkan kepada PP, kemudian PP merencanakan

asuhan keperawatan dan berkolaborasi dengan medis.

C. Role Play

CERITA 1 (Novice)

Narator: Tampak Tn T (Taufik). berbaring dengan posisi semi fowler, terpasang

O2 nasal kanula 2 l/m. pasien Nampak gelisah.

Situasi pada babak ini menggambarkan bagaimana seorang perawat

dalam level Novice bekerja. Ani adalah mahasiswa profesi tanpa latar

belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut

yang obyektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Clinical

Instruktur (CI) adalah orang yang berperan dalam memberikan petunjuk

dan perintah tersebut.

Mahasiswa perawat (Ani) dengan Pembimbing klinik (CI) memasuki

ruang pasien, CI memberikan petunjuk cara perawatan pasien.

CI : selamat pagi Tn Taufik. apa yang bapak rasakan hari ini? Bagaimana

tidurnya semalam bapak?

Page 31: Critical Thinking Patricia Benner

31

Taufik : perasaan saya tidak enak, semalam saya gak bisa tidur sus, karena

sesak.

CI : Ani (Mahasiswa perawat) coba kamu ukur tanda-tanda vital nya Tn

Taufik dan ukur urinnya.

Ani : baik Bu, (kemudian Ani mengukur tanda-tanda vital Tn Taufik,

mengamati urin yang ditampung sejak 3 jam sebelumnya. Hasil

pengukuran TD: 180/100 mmHg, RR: 24 x/mnt, urin output 40 ml dalam

waktu 3 jam).

CI : Ani, tambahkan oksigen menjadi 4 lpm.

Ani : Baik Bu…

Narator : Kemudian mahasiswa Ani melaporkan hasilnya kepada CI.

CERITA 2 (Beginner dan Competent)

Narrator : pada cerita ini menggambarkan bagaimana perawat pada level Advance

Beginner, yang diperankan oleh perawat Edi. Perawat Advance Beginner

menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada

situasi nyata. Banner menempatkan perawat yang baru lulus dalam level

ini. Peristiwa ini terjadi pada hari berikutnya. Tn Taufik sedang tiduran,

tetapi terlihat lebih lesu dari biasanya, dan tidur dengan memejamkan

mata. Perawat Beginner sedang memeriksa catatan medis laporan hari

sebelumnya.

Page 32: Critical Thinking Patricia Benner

32

Edi : (Perawat Edi membaca catatan perkembangan Tn Taufik dengan

kondisi TD meningkat menjadi 190/100 mmHg, Tn T mengeluh sangat

pusing dan mata berkunang-kunang).

Edi : (kening berkerut, tampak berfikir) kok perkembangan Tn T seperti ini?

Tekanan darah semakin menigkat (190/100 mmHg). Coba saya cek dulu.

(kemudian pergi ke ruang pasien). Bapak…bgaimana keadaannya hari

ini?..saya akan melakukan pemeriksaan pada bapak?

Taufik : pusing dan berkuang-kunang.

Silahkan pak Edi…

Edi : (hasil yang di dapatkan sama, kemudian melanjutkan pemeriksaan fisik

dan mendapatkan hasil odem +, urin output 30 ml dalam 3 jam dan

berwarna sangat coklat).

Narrator : kemudian Ns Edi melaporkan kepada perawat competen.

Edi : Ns Khoirul, saya lihat kondisi Tn T semakin memburuk, TD semakin

tinggi, urin out putnya hanya 30 ml dalam 3 jam, dan mengeluh kepala

pusing serta mata berkunang-kunang. Saya pikir, Tn T perlu penanganan

lebih lanjut lagi. Menurut saya Tn T perlu dilakukan pemeriksaan ulang

laboratorium protein urine, observasi secara ketat TD, urine output, dan

keadaan umum Tn T karena berdasarkan teori nanti berakibat buruk.

Khoirul : (mendengarkan Ns Edi dengan mangguk-mangguk, kemudian meminta

catatan medis yang di pegang Ns Edi). Coba saya lihat catatan medis dan

keperawatannya?

Page 33: Critical Thinking Patricia Benner

33

Baiklah Ns Edi, mari kita periksa bersama-sama ke ruang pasien Tn T.

Narrator : Ns Khoirul & Ns Edi menuju ke ruang perawatan Tn T.

Khoirul : Selamat pagi Tn T,

Taufik : selamat pagi juga perawat Khoirul. (sambil duduk ditepi tempat tidur,

kemudian memejamkan matanya sebentar).

Khoirul : (mengamati tingkah laku Tn T) bagaimana perasaannya pagi ini Pak?

Sepertinya ada yang mengganggu?

Taufik : (mengambil napas dalam, masih sambil memicingkan mata seperti

orang silau) Ini…kepala pusing terus. Kaki ini rasanya tambah besar saja

(sambil menunjuk kaki).

Khoirul : iyaa…Pak. Baik Tn T kita periksa dulu ya (sambil mengambil

tensimeter dan stetoskop)

Narrator : Ns Edi membantu memasangkan mansetnya. Sementara Ns Khoirul

melakukan pemeriksaan fisik pada kepala dan selanjutnya melakukan

pemeriksaan tekanan darah. Setelah melakukan pemeriksaan tekanan

darah, Ns Khoirul mengecek kantung urin yang ada. Setiap hal yang

berkaitan dengan peningkatan tekanan darah di tanyakan pada Tn T

dengan penuh perhatian.

Narrator : aktivitas yang dilakukan Ns Competen (Khoirul) menunjukkan

penguasannya pada kasus yang sedang dihadapi. Tahap competent dari

model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan

Page 34: Critical Thinking Patricia Benner

34

membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah

dapat dilepaskan.

Level Advance Beginner akan menjadi Competent dengan

menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik actual dengan mengikuti

kegiatan yang lain. Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen

waktu adalah penampilan pada tahap Competent. Perawat Competent

dapat menunjukkan responsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih

realistic dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

CERITA 3 (Competent & Proficience)

Situasi berikut ini menggambarkan bahwa Ns Competence berkonsultasi dengan

Ns Proficinet sebagai penganggung jawab utama perawatan pasien atau perawat

primernya.

Narrator : perawat pada level proficient menunjukkan kemmapuan baru untuk

melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan

mengimplementasikan respon ketrampilan dari situasi yang

dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya

diri pada pengetahuan dan ketrampilannya. Pada tingkatan ini mereka

banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.

At Nurse Station

Wulan : Ns Khoirul, pemeriksaan urin terahir Tn T sudah dilakukan?

Khoirul : 15 menit yang lalu, diperiksa protein ulang, tetapi hasilnya belum ada.

Page 35: Critical Thinking Patricia Benner

35

Wulan : coba kita telfon petugas lab, tanyakan langsung hasilnya. (hasil

pemeriksaan protein urin). Coba dilihat terpai diuretiknya. (Lasix 2 x 10

mg).

Khoirul : protein terukur 2,1 g/dl, dan diberikan lasix 2 x 10 mg IV.

Wulan : O ya…boleh saya pinjam status pasiennya.

Narrator : kemudian Ns Wulan datang ke ruang rawat Tn T untuk

berinteraksi/berdialog dengan Tn T dan keluarganya.

Di Ruang Perawatan Tn T.

Wulan : selamat siang Tn T., Ibu, dan keluarga. Apa yang Tn T rasakan

sekarang?

Taufik : (lemah, lesu). Saya masih pusing suster dan rasanya sakit saya semakin

berat. Kaki saya bengkak-bengkaknya tidak berkurang Ners…?

Wulan : ow….begitu ya Pak?. Memang kondisi Tn T masih sangat lemah,

karena tekanan darahnya masih tinggi, kemudian dari pemeriksaan

albumin masih 2,1, air kencing yang keluar juga masih sedikit ya Pak.

(kemudian Ns Wulan menjelaskan tentang proses penyakitnya kepada

pasien dan keluarganya).

Wulan : bagaimana dengan pola makan dalam keluraga Ibu, terutama bapak?,

apakah sering/senang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

garam atau lemak?

Taufik : saya suka makan soto, Ners…

Page 36: Critical Thinking Patricia Benner

36

Istri : suami saya sering makan soto kambing, dan sering melanggar dietnya

Bu…dia itu susah untuk diberitahu kalau tu tidak boleh.

Wulan : apa ada anggota keluarga lain yang mempunyai penyakit jantung?

Taufik : bapak saya meninggal karena penyakit jantung.

Wulan : dan bgaimana dengan aktifitas bapak sehari-hari?

Taufik : saya sangat sibuk di kantor mulai pagi sampai sore dan saya jarang

berolahraga.

Narator : perawat dengan kemampuan proficient memerlukan pembelajaran terus

menerus dengan cara berdiskusi dengan para koleganya baik yang

setingkat maupun konsultasi dengan level expert.

Setelah itu Ns Competent dan Proficient kembali ke Ners station untuk

membahas kasus Tn. T.

Wulan : pasien kita ini sepertinya mengarah ke Odem paru. Apa bisa Ns Khoirul

ke dokter primernya untuk dilakukan pemeriksaan X Ray dada. Karena

saya melihat setelah O2 dinaikkanpun belum ada perbaikan.

Khoirul : iya…akan saya koordinasikan dengan dokter penanggungjawab.

CERITA 4

Cerita berikut ini akan menggambarkan bagaimana proses belajar seumur hidup

itu berjalan. Perawat level Proficient dan Competent berdiskusi dengan perawat

Expert. Perawat Expert dalam hal ini dapat berperan sebagai penyelia maupun

juga sebagai sejawat perawat Primer atau bisa juga pembimbing seniornya.

Page 37: Critical Thinking Patricia Benner

37

Perawat expert dalam hal ini memulai proses pembelajaran. Perawat Expert dalam

cerita ini adalah perawat senior di ruang rawat ini.

At Nurse Station

Narrator : Ns Competent berdialog dengan Ns Expert untuk membicarakan kasus

Tn T.

Hartono : Ns Khoirul, bagamiana perkembangan Tn T?

Khoirul : saat ini kondisi Tn T masih lemah sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik

maupun laboratorium. Saya juga mendapatkan data bahwa Tn T memang

memiliki riwayat penyakit jantung dan mempunyai kebiasaan pola

makan yang banyak mengandung lemak dan garam. Keluraga juga ada

riwayat penyakit jantung.

Wulan : setelah saya validasi ke pasien, saya menemukan bahwa dau

permasalahan utama yang di hadapi Tn. Taufik untuk saat ini adalah

sesak nafas dan kaki bengkak. Bagaimana menurut Ns Hartono?

Hartono : Oh…begitu…, berarti kita perlu menindak lanjuti kasus Tn T ini.

Narrator : kemudian Ns Hartono mengunjungi Tn T dan keluarnganya di ruang

rawat.

Di Ruang Rawat Tn T.

Page 38: Critical Thinking Patricia Benner

38

Hartono : selamat siang bapak dan ibu keluarga Tn T. tadi Ns Wulan sudah

banyak bertanya dan menjelaskan tentang kondisi Tn T., saya harap Tn T

dan keluarga dapat menerima situasi dan kondisi ini dengan terbuka,

ikhlas, dan lapang dada. Memang saat ini kondisi Tn T benar seperti apa

yang sudah dijelaskan oleh perawat teman kami.

Taufik : Iya Pak Hartono…saya pasrah. Saya hanya berfikir masih ada Allah

SWT, yang akan membantu saya.

Istri : saya dan keluarga juga pasrah menyerahkan semua pada Yang Kuasa.

Hartono : iyaa…ibu, bagus. Segala sesuatu memang harus kita serahkan kepada

Allah SWT. Kami disini sebagai tim kesehatan akan berusaha sebaik

mungkin.

Selanjutnya kira-kira apa yang akan bapak lakukan terkait dengan

masalah yang bapak hadapi sekarang….?

Taufik : kami tidak tahu Pak hartono, sebaiknya bagaimana ya…?

Hartono : baiklah…saya akan menjelaskan hal-hal yang sebaiknya bapak dan

keluarga bisa lakukan. Saya akan memberikan gambaran/alternative yang

dapat Tn T dan keluarga lakukan. Saya tidak akan memaksakan pilihan

Tn T dan keluarga.

Taufik : baik Pak, apa itu…?

Hartono : Tn T sebaiknya berusaha untuk mulai melakukan pola hidup sehat

dengan cara mengurangi makanan berlemak seperti soto, kurangi juga

Page 39: Critical Thinking Patricia Benner

39

makanan yang banyak mengandung garam, olahraga ringan secara teratur

misalnya jalan pagi, hindari stress, jangan terlalu memforsir tenaga,

istirahat yang cukup dan melakukan kontrol secara teratur serta hal

paling penting adalah lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah

SWT. Saya kira itu saja Tn T…

Taufik : Terimaksih atas sarannya Pak Hartono…

Hartono : baiklah Pak…Sekarang bapak istirahat. Semoga besok kondisi bapak

akan lebih baik…

Taufik : Iya Pak…terimakasih.

Narrator : Ns Suhartono (Expert), Ns Khoirul dan Ns. Wulan (Proficient)

meninggalkan ruangan menuju Nurse Station.

Hartono : Ns khoirul & Ns Wulan.

Setelah kita amati bersama kondisi Pak Taufik, perlu kita tindak lanjuti

beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain: observasi kebutuhan

O2, elevasi, balance cairan, dan diitnya disesuaikan. Kemudian yang

tidak kalah penting itu motivasi.

Wulan : perlu untuk konsulkan lagi terapi medisnya?

Hartono : iya perlu itu…

Ns Khoirul, tolong nanti di kolaborasi lagi tentang terapi medisnya.

Khoirul : baik, nanti saya lakukan.

Page 40: Critical Thinking Patricia Benner

40

Narrator :Demikian tadi cerita yang menggambarkan perkembangan kemampuan

perawat dari tingkat Novice-Expert yang merupakan Teori Patricia

Benner. Semoga gambaran tersebut mewakili pemahaman yang sesuai.

Wassalam…….

BAB 4

PEMBAHASAN

Model teori yang dipublikasikan oleh Benner menunjukkan bahwa salah

satu paradigma keperawatan yaitu perawat juga merupakan bagian penting yang

tidak terlepas dari pelayanan keperawatan. Adapun pada teori Benner juga

memfokuskan pada pemahaman ketajaman persepsi, penilaian klinis,

keterampilan know-how, etika dan pengalaman belajar. Menurut Day dan Benner

(2002) perilaku profesional adalah hasil dari hubungan individu antara perawat

dengan pasien dalam situasi klinis dengan menerapkan kemampuan profesional

yang diwujudkan dalam pengalaman kliniknya di mana penilaian klinis dan etika

tidak dapat dipisahkan.

Latar belakang Benner sebagai seorang konsultan penelitian di bidang

aktivitas perawat khususnya di divisi sumber daya manusia yang mengamati dan

mengevaluasi kompetensi perawat sejak awal mereka bekerja. Patricia Benner

percaya bahwa pengalaman klinik merupakan inti dari keperawatan karena akan

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi seorang perawat, hal tersebut yang

mengilhami Benner untuk melakukan observasi dan interview terhadap perawat

klinik pada tahun 1971 sampai dengan tahun 1978 melalui proyek AMICAE

Page 41: Critical Thinking Patricia Benner

41

(Achieving Methods of Intraprofessional Consensus, Assessment and Evaluation.

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan pada tahun 1984 melalui bukunya From

Novice to Expert Hasil penelitian tersebut menemukan 31 kompetensi dan 7

domain (ranah). Tujuh domain tersebut antara lain helping role, fungsi belajar

mengajar, fungsi diagnostik dan monitoring pasien, manajemen efektif pada

situasi yang cepat, menyusun dan melakukan monitoring intervensi terapeutik dan

tatalaksana., monitoring and ensuring the quality of healthcare practices and

organizational work role competencies. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

Benner kemudian membuat 5 tahapan kemampuan perawat berdasarkan model

Dreyfus, yaitu, novice, advanced beginners, competent, proficient dan expert.

Novice adalah seseorang yang belum mempunyai latar belakang pengalaman

sehingga harus diarahkan dalam melakukan asuhan keperawatan. Advanced

beginner adalah pengalaman sudah ada, belum ada pengakuan dari

lingkungannya, sudah mulai mandiri namun harus didampingi. Competent adalah

mampu mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk

satu situasi dan dapat diberikan tanggung jawab tanpa pengawasan. Proficient

adalah menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menghadapi perubahan yang

relevan dengan situasi yang terjadi. Expert merupakan tingkatan akhir yang

menunjukkan kemampuan perawat dalam menyelesaikan masalah dengan tepat

tanpa kehilangan waktu (Tomey & Alligood, 2010).

Teori ini mengungkapkan bahwa kualitas kompetensi keperawatan sangat

ditentukan oleh pengalaman klinik seorang perawat itu sendiri, artinya semakin

lama seorang perawat tersebut terpapar dengan pengetahuan dan kemampuan

melakukan asuhan keperawatan kepada klien maka akan semakin banyak

Page 42: Critical Thinking Patricia Benner

42

keterampilan atau kompetensi yang dimilikinya. Benner kemudian menganggap

ini adalah hal yang harus diamati dan dihargai. Penghargaan dapat diistilahkan

sebagai penjenjangan karir bagi perawat. Penjenjangan ini merupakan sebuah

upaya yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pelayanan

keperawatan. Teori ini juga mengungkapkan bahwa pengembangan karir perawat

merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan

untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya serta

memberikan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi

perawat.

Sistem pengembangan karir perawat klinik di Indonesia belum sepenuhnya

berbasis profesional, namun lebih meningkatkan pada peningkatan jabatan

struktural dan fungsional perawat. Sistem ini mengacu pada SK Menpan No.

94/KEP/ M.PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka

kreditnya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama pihak terkait dalam

hal ini PPNI telah mengeluarkan pedoman jenjang karir perawat, di dalamnya

mengatur empat jalur karir yang dapat ditempuh oleh perawat meliputi, perawat

klinik, perawat menajer, perawat pendidik dan perawat peneliti (Depkes, 2006).

Namun hingga saat ini, sistem jenjang karir perawat belum secara luas diterapkan di

rumah sakit di Indonesia karena sebagian besar perawat di Indonesia mempunyai

latar belakang pendidikan Diploma III Keperawatan.

Depkes RI mengatur jenjang karir profesional perawat klinik ke dalam lima

tingkatan,sebagai berikut:

1. Perawat Klinik I (PK I)

Page 43: Critical Thinking Patricia Benner

43

Perawat klinik I (Novice) adalah perawat lulusan D-III telah memiliki pengalaman

kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan profesi) dengan

pengalaman kerja 0 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-I.

2. Perawat Klinik II (PK II)

Perawat klinik II (Advance Beginner) adalah perawat lulusan D III Keperawatan

dengan pengalaman kerja 5 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus

pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun, dan mempunyai sertifikat

PK-II

3. Perawat Klinik III (PK III)

Perawat klinik III (competent) adalah perawat lulusan D III Keperawatan dengan

pengalaman kerja 9 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan

profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners Spesialis dengan pengalaman

kerja 0 tahun, dan memiliki sertifikat PK-III. Bagi lulusan D-III keperawatan yang

tidak melanjutkan ke jenjang S-1 keperawatan tidak dapat melanjutkan ke jenjang

PK-IV dan seterusnya.

4. Perawat Klinik IV (PK IV)

Perawat klinik IV (Proficient) adalah Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus

pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners Spesialis dengan

pengalaman kerja 2 tahun, dan memiliki sertifikat PK-IV, atau Ners Spesialis

Konsultan dengan pengalaman kerja 0 tahun.

5. Perawat Klinik V (PK V)

Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun

atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun, dan memiliki

sertifikat PK-V.

Page 44: Critical Thinking Patricia Benner

44

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada teori Patricia Benner mengeluarkan sebuah teori yang disebut

Teori “From Novice To Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam

sebuah profesi. Konsep teori menjelaskan 5 tingkat/ tahap akuisisi peran dan

perkembangan profesi meliputi: (1) novice, (2) advance beginner, (3)

competent, (4) proficient, dan (5) expert:

5.1.1 Novice

1. Seorang tanpa latang berakang pengalaman pada situasinya.

2. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk

memandu penampilannya.

3. Secara umum diaplikasikan mahasiswa.

5.1.2 Advance beginner

Sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap

situasi pada pasien yang membutuhkan responnya dan mengalami

kesulitan dalam pasien tertentu pada situasi memelukan persepsi lebih

luas. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.

Page 45: Critical Thinking Patricia Benner

45

5.1.3 Competen

Model Dreyfus dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat

perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi sudah dapat

dilepaskan.

Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah

penampilan pada tahap competent.

5.1.4 Proficient

Menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan

pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon

keterampilan dari situasi yang dikembangkan.

5.1.5 Expert

Aspek pada perawat expert adalah:

1. Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis

2. Mewujudkan proses know-how

3. Melihat gambaran yang luas

4. Melihat yang tidak diharapkan

5.2 Saran

Bagi pelayanan kesehatan perlu meningkatkan tindakan keperawatan

dalam manajemen tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi:

(1) novice, (2) advance beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.

Bagi pendidikan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

perseta didik yang lebih luas dan dapat dikembangkanlebih lanjut.

42

Page 46: Critical Thinking Patricia Benner

46

DAFTAR PUSTAKA

Benner, Patricia 1984, From Novice to Expert: Excellence and Power in Nursing

Practice, Addison-Wesley, Menlo Park, California.

Benner, P., 2013. From Novice To Expert. Nursing Journal, pp.-.

Dreyfus, S.E., Dreyfus, H.L. & Benner, P., 2009. Implications of The

Phenomenology of Erpertise for Teaching Ethical Component. In Benner,

P., Tanner, C. & Chesla, C. Expertise in Nursing Practice. New York:

Springer Publishing Company. pp.309-33.

Potter A Patricia, Perry G Anne 1992, Fundamentals Of Nursing-Concepts

Process & Practice 3rd ed, Mosby year Book, London.

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha Raile 2010, Nursing Theorist and

Their Work Seventh Edition, Mosby Elsevier, Missouri.

Suroso J., 2011, ‘Penataan Sistem Jenjang Karir Berdasarkan Kompetensi untuk

Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit’, Jurnal

Eksplanasi, Volume 6 No 2 Tahun 2011. p 124-126.

Page 47: Critical Thinking Patricia Benner

47

Suroso, J., 2011, Hubungan Persepsi tentang jenjang karir dengan kepuasan kerja

dan kinerja perawat RSUD Banyumas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia, Depok: Tesis tidak dipublikasikan.