Top Banner
A. ANAMNESIS PSIKIATRI (Allo-Autoanamnesis) Anamnesis psikiatri dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 17 Juli 2014. Alloanamnesis diperoleh dari: Nama : Tn. K Umur : 40 tahun Alamat : Sindang Agung Hubungan dengan pasien : Saudara kandung laki-laki I. RIWAYAT PSIKIATRI a. Keluhan Utama Pasien marah-marah sambil membanting barang-barang disekitarnya dan suka berbicara sendiri. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa untuk kedua kalinya dan diantar oleh saudara kandung laki-laki pasien. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat sedih, murung, bingung, bicara sendiri, serta marah-marah sambil membanting barang-barang disekitarnya dan merusak rumah saudara kandung laki-lakinya. Menurut keluarga, sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien sering merasa sedih, 1
30

CR Skizoafektif depresif.doc

Dec 22, 2015

Download

Documents

gyuiop
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CR Skizoafektif depresif.doc

A. ANAMNESIS PSIKIATRI (Allo-Autoanamnesis)

Anamnesis psikiatri dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada

tanggal 17 Juli 2014.

Alloanamnesis diperoleh dari:

Nama : Tn. K

Umur : 40 tahun

Alamat : Sindang Agung

Hubungan dengan pasien : Saudara kandung laki-laki

I. RIWAYAT PSIKIATRI

a. Keluhan Utama

Pasien marah-marah sambil membanting barang-barang

disekitarnya dan suka berbicara sendiri.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa untuk kedua kalinya dan

diantar oleh saudara kandung laki-laki pasien. Keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien sering terlihat sedih, murung, bingung, bicara

sendiri, serta marah-marah sambil membanting barang-barang

disekitarnya dan merusak rumah saudara kandung laki-lakinya.

Menurut keluarga, sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit,

pasien sering merasa sedih, cemas, sering menangis dan lebih suka

mengurung diri di kamar. Kemudian 1 bulan sebelum masuk rumah sakit,

pasien menjadi lebih sering murung, bicara sendiri, marah dan mengamuk

terutama jika kehendak pasien tidak dituruti. Ketika pasien marah, pasien

membanting barang-barang yang ada disekitar rumah dan mencoba

merusak dinding papan rumah saudaranya. Pasien mengatakan bahwa ia

merasa ketakutan karena sering melihat pocong dirumahnya dan merasa

seperti dikejar-kejar oleh seorang laki-laki hingga pasien hampir masuk

sumur untuk bersembunyi dari kejaran tersebut. Pasien juga mengaku

1

Page 2: CR Skizoafektif depresif.doc

bahwa ia sering marah-marah tanpa sebab yang jelas. Selain itu, pasien

juga sering mendengar bisikan-bisikan seorang laki-laki yang tidak

dikenal dan menyuruh pasien sholat. Semenjak kejadian tersebut, pasien

berhenti bekerja sementara sebagai petani. Menurut keluarga pasien,

pasien baru putus dari pacarnya setelah seminggu pacaran dikarenakan

sang pacar yang hanya memanfaatkan pasien.

Pada tahun 2012 pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Lampung dengan gejala yang sama, yaitu sering marah-marah, bicara

sendiri, curiga berlebih dengan orang-orang sekitarnya, serta sering

melihat bayangan-bayangan dan mendengar suara-suara yang tidak

dikenal. Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, pasien diberikan 3

macam obat, yaitu Chlorpromazin 1x100 mg, Haloperidol 3x5mg, dan

Trihexilphenidil 3x2mg. Setelah menjalani rawat inap selama 1 bulan,

pasien melanjutkan berobat jalan. Setelah beberapa bulan, pasien mulai

jarang meminum obat dan lama kelamaan berhenti mengkonsumsi obat

dikarenakan sudah merasa sehat.

Menurut keluarga pasien, selama ini pasien memang memiliki

kepribadian pendiam dan cenderung tidak terbuka ketika memiliki

masalah.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pada tahun 2012 pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa

sebelumnya dengan gejala suka marah-marah, gelisah, bingung, dan

curiga berlebih dengan orang-orang sekitarnya.

2. Gangguan Medik

Riwayat jatuh, kejang disangkal oleh pasien dan keluarganya.

Begitu juga dengan riwayat operasi dan kecelakaan.

3. Penggunaan Zat Adiktif

2

Page 3: CR Skizoafektif depresif.doc

Pasien dan keluarga menyangkal penggunaan zat psikoaktif dan

minuman beralkohol. Namun pasien mengaku menghabiskan 4 batang

rokok sehari.

4. Riwayat Penyakit keluarga

Tidak terdapat penyakit gangguan jiwa serupa di keuarganya.

II. Riwayat Pramorbid

a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tidak diketahui.

b. Riwayat Bayi dan Balita

Tidak diketahui

c. Masa Anak dan Remaja

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya. Hubungan sosial

pasien dengan lingkungan cukup baik namun pasien dikenal sebagai anak

yang pendiam.

III. Riwayat Pendidikan

Pasien menempuh pendidikan sampai lulus Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan tidak melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

dikarenakan masalah ekonomi keluarga yang kurang. Keluarga dan pasien

mengatakan bahwa pasien pernah tinggal kelas ketika duduk di bangku

kelas Sekolah Dasar (SD) yaitu kelas 3 SD.

IV. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah

3

Page 4: CR Skizoafektif depresif.doc

V. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani. Pasien mengaku walaupun capek namun ia

cukup menikmati pekerjaannya tersebut.

VI. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke-6 dari 6 bersaudara, terdiri dari 6 laki-laki.

Pasien tinggal sendiri namun rumahnya berdekatan dengan saudara

kandung nomor 4. Hubungan pasien dengan keluarganya cukup baik

namun ketika ada masalah pribadi, pasien jarang menceritakan masalahnya

kepada anggota keluarga yang lain. Di keluarga pasien tidak ada yang

memiliki gangguan jiwa.

Pohon Keluarga

Ke t erangan :

Pria Meninggal

Wanita Penderita

VII. Situasi Sekarang

4

Page 5: CR Skizoafektif depresif.doc

Sebelum dirawat di rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, pasien tinggal

sendirian di sebuah gubuk kecil di dekat rumah saudara laki-laki nomor 4.

Sedangkan saudara-saudara kandung pasien tinggal terpisah dan

semuanya telah berkeluarga. Pasien mengurus diri sendiri di kehidupan

sehari-harinya. Pasien lahir dalam keluarga petani dengan kedua orang tua

telah lama meninggal. Keluarga pasien tergolong keluarga dengan taraf

ekonomi rendah. Hubungan pasien dengan saudara-saudaranya cukup

baik, namun pasien lebih dekat dengan saudara kandung nomor 4.

VIII. Riwayat Kemiliteran

Pasien tidak pernah tinggal di daerah konflik dan tidak pernah dididik

secara militer.

IX. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum

X. Riwayat Psikoseksual

Pasien pernah pacaran beberapa kali. Pasien terakhir berpacaran dengan

gadis tetangga di sekitar rumah namun kemudian sang pacar mengakhiri

hubungannya dengan pasien. Menurut keluarga pasien, sang pacar

mempermainkan dan hanya ingin memanfaatkan pasien. Kemudian pasien

berusaha mencari gadis tersebut kemana-mana namun tidak ketemu juga.

XI. Latar belakang agama

Pasien beragama Islam dan menurut keluarga pasien rajin menjalankan

ibadah sholat 5 waktu di rumah.

XII. Aktivitas sosial

Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki hubungan yang baik dengan

tetangga.

5

Page 6: CR Skizoafektif depresif.doc

XIII. Longitudinal History

2012 2013 2014

6

- Sering marah-marah- Bicara sendiri- Curiga berlebih- Melihat bayangan- Mendengar suara tidak dikenalPasien di rawat di RSJ Provinsi Lampung aselama 1 buan

5 bulan SMRS- Pasien sering merasa sedih- Sering cemas- Sering menangis- Suka mengurung diri di kamar

1 bulan SMRS- Murung- Marah - Mengamuk- Bicara sendiri- Merasa ketakutan- Waham kejar- Halusinasi visual- Halusinasi auditorik

Page 7: CR Skizoafektif depresif.doc

B. STATUS MENTAL

I. Deskripsi Umum

a. Kesadaran

Compos mentis

b. Penampilan

Pasien seorang laki-laki dengan penampilan fisik tampak sesuai usia,

memakai seragam RSJ Provinsi Lampung, rambut hitam pendek, tinggi

sedang, kulit sawo matang, berperawakan kurus, berpakaian cukup rapi dan

kebersihan diri cukup. Pasien tampak duduk tenang selama wawancara.

c. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara pasien bersikap normoaktif, dapat duduk tenang, tidak

ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik,

kontak mata baik dan pasien cukup tenang.

d. Pembicaraan

Bicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume suara kecil, kualitas cukup,

artikulasi jelas, kuantitas cukup, pembicaraan dapat dimengerti, dan dapat

menjawab sesuai pertanyaan.

e. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

II. Keadaan afektif

a. Mood : sedih

b. Afek : menyempit

c. Keserasian : appropriate7

Page 8: CR Skizoafektif depresif.doc

d. Empati : tidak dapat dirasakan

III. Fungsi Intelektual (Kognitif)

a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan

Sesuai dengan taraf pendidikan pasien

b. Daya konsentrasi

Baik

c. Orientasi

Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

d. Daya ingat

Jangka panjang : baik

Jangka menengah : baik

Jangka pendek : baik

e. Pikiran abstrak

Sedikit terganggu

IV. Gangguan persepsi

a. Halusinasi

Terdapat riwayat:

halusinasi visual (+)

halusinasi auditorik (+)

Commanding halusination (+)

halusinasi olafatorik (-)

halusinasi taktil (-)

Saat ini: masih terdapat halusinasi visual

b. Ilusi : tidak ada

c. Depersonalisas : tidak ada

d. Derealisasi : tidak ada

V. Proses berpikir

8

Page 9: CR Skizoafektif depresif.doc

a. Arus pikiran

Produktivitas : Baik

Kontinuitas pikiran : Koheren

Hendaya berbahasa : Tidak ada

b. Isi pikiran

Terdapat riwayat waham kejar

VI. Daya Nilai

Norma sosial : baik

Uji daya nilai: baik

VII. Tilikan

Tilikan derajat 1, pasien tidak merasa dirinya sakit, tidak mengerti tentang

penyakitnya

VIII. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya

IX. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien saat ini tidak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan sakit

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : tidak febris

Pernafasan : 20 x/menit

Kepala : Normocephali

9

Page 10: CR Skizoafektif depresif.doc

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,

Mulut dan Gigi : Higiene kurang

Sistem kardiovaskular : kesan dalam batas normal

Sistem muskuloskeletal : kesan dalam batas normal

Sistem gastrointestinal : kesan dalam batas normal

Sistem urogenital : kesan dalam batas normal

Kesan : Tidak ada kelainan fisik.

D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang laki-laki, 35 tahun, dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Lampung untuk kedua kalinya pada tanggal 11 Juni 2014

Penampilan fisik sesuai usianya, rambut hitam pendek, tinggi sedang, kulit

sawo matang, berperawakan kurus, dan kebersihan diri cukup.

5 bulan yang lalu, pasien tiba-tiba menjadi sering merasa sedih, cemas, sering

menangis dan lebih suka mengurung diri di kamar.

1 bulan yang lalu, pasien menjadi lebih sering murung, bicara sendiri, marah

dan mengamuk terutama jika kehendak pasien tidak dituruti. Kemudian pasien

merusak rumah saudara kandung laki-laki nomor 4 sehingga pasien dibawa ke

Rumah Sakit Jiwa.

Tidak terdapat gangguan medis dan tidak terdapat riwayat pemakaian zat

psikoaktif dan alkohol.

Pada saat wawancara, pembicaraan spontan, dapat menjawab pertanyaan

dengan sesuai, dan bersikap kooperatif.

Terdapat halusinasi visual dan halusinasi auditorik yang bersifat commanding

Gangguan isi pikir terdapat waham kejar

E. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan

khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam

berbagai fungsi psikososial. Terdapat pula penderitaan (disstres) yang dialami

10

Page 11: CR Skizoafektif depresif.doc

oleh pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan

jiwa.

Diagnosis Aksis I :

Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat

tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung

ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan

fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi

fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang

menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-

09) dapat disingkirkan.

Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, seperti

merokok, minum alkohol dan pemakaian narkoba sehingga diagnosis

gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19)

dapat disingkirkan.

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan

kedalam:

Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III)

Pedoman diagnostik:

Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada

sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang

jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a)

sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari

kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama

kurun waktu 1 bulan atau lebih.

(a) ‘thought echo’, ‘thought insertion atau withdrawal’, dan ‘thought

broadcasting’

(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi

(delusion of influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada

pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan

atau perasaan (sensations) khusus : persepsi delusional

11

Page 12: CR Skizoafektif depresif.doc

(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka

sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu

bagian tubuh

(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap

tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai

identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan

‘manusia super’ (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)

(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah

berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus

(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi)

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap

tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea, negativisme, mutisme

dan stupor

(h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis),

pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau

tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self

absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dtitikberatkan pada:

Gangguan skizoafektif tipe depresif

Pedoman diagnostik :

12

Page 13: CR Skizoafektif depresif.doc

Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif

yang tunggal dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar

episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,

baik depresifmaupun kelainan perilaku yang terkaitseperti tercantum

dalam uraian untuk episode depresif

Dalam episode yang sama, setidaknya harus jelas ada satu, dan sebaliknya

ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman

diagnosis skizofrenia (a) sampai (d).

Diagnosis aksis II

Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.

Diagnosis aksis III

Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.

Diagnosis aksis IV

Pada anamnesis didapatkan masalah berupa putus obat dan putus cinta.

Diagnosis aksis V

Skala GAF :

GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).

GAF saat ini: 70-61 (berupa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik).

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizoafektif tipe depresif

Aksis II : Belum dapat ditentukan

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Putus obat, putus cinta

Aksis V : GAF current skala 70-61

13

Page 14: CR Skizoafektif depresif.doc

F. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologik

Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat

ketidakseimbangan neurotransmitter. Oleh karena itu pasien memerlukan

psikofarmakologi.

B. Psikologik

1. Terdapat riwayat gangguan menilai realita yaitu berupa halusinasi

auditorik dan halusinasi visual.

2. Terdapat gangguan isi pikir berupa waham kejar (delusion of reference)

3. Terdapat perubahan emosi yaitu menjadi lebih murung dan sedih saat tidak

mengkonsumsi obat lagi.

C. Psikoedukasi: Pada pasien, dan keluarga diberikan pemahaman agar lebih

membuka komunikasi sehingga masalah apapun tidak menjadi beban bagi

pasien sendiri. Selain itu, edukasi mengenai pengobatan juga harus diberikan.

Keluarga merupakan tenaga suportif utama yang dibutuhkan oleh pasien.

G. PROGNOSIS

Faktor yang memperingan:

No. Keterangan Check List

1. Onset lambat

2. Faktor pencetus jelas

3. Onset akut

4. Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang

baik

5. Gangguan mood

6. Mempunyai pasangan

7. Riwayat keluarga dengan gangguan mood

8. Sistem pendukung yang baik

9. Gejala positif

Faktor yang memperberat:

No. Keterangan Check List

14

Page 15: CR Skizoafektif depresif.doc

1. Onset muda

2. Faktor pencetus tidak jelas

3. Onset kronis

4. Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid yang

jelek

5. Perilaku menarik diri dan atistik

6. Tidak menikah, cerai, janda duda

7. Riwayat keluarga skizofrenia

8. Sistem pendukung yang buruk

9. Gejala negatif

10. Tanda dan gejala neurologis

11. Tidak ada remisi dalam tiga tahun

12. Banyak relaps

13. Riwayat trauma perinatal

Kesimpulan:

Ad Vitam : Dubia Ad bonam

Ad Fungtionam : Dubia Ad bonam

Ad Sanationam : Dubia Ad bonam

H. Rencana Terapi

1. Pemeriksaan laboratorium SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati terkait

efek samping obat

2. Psikofarmaka

Haloperinol 3x5 mg

Trihexilphrenidil 3x2 mg

Amitriptilin 3x25 mg

3. Psikoterapi

Ventilasi :15

Page 16: CR Skizoafektif depresif.doc

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan

isi hati serta pikiran sehingga mengurangi beban pasien.

Konseling :

Menjelaskan dengan pasien secara bertahap mengenai kondisi pasien dan

menumbuhkan semangat pasien untuk menjalani pengobatan.

Psikoedukasi :

Memberikan penjelasan pada keluarga pasien terutama kepada orang tua

dan suami pasien untuk menghentikan konflik dan memberikan dorongan

dan menciptakan lingkungan yang kondusif.

II. PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini terdapat gangguan persepsi yaitu berupa

halusinasi auditorius yang bersifat commanding, halusinasi visual dan waham kejar.

Halusinasi auditorius pada pasien ini salah satunya dapat disimpulkan dari pernyataan

pasien mengenai suara hati yang meminta dia untuk mengerjakan sholat, sedangkan

halusinasi visual pada pasien disimpulkan dari pernyaaan yang menyebutkan bahwa ia

sering melihat pocong di rumahnya. Selain gangguan persepsi, pada pasien ini juga

terdapat gangguan isi fikir, yaitu waham kejar yang membuat pasien ketakutan dan

ingin bersembunyi di sumur.. Sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini terdapat

gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress

(penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien

sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengidap gangguan jiwa.

Pada pasien ini, tidak ditemukan riwayat trauma kepala,demam tinggi,

ataupun kejang sebelumnya atau pun kelainan organik. Pasien juga tidak pernah

adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini menjadi dasar untuk

16

Page 17: CR Skizoafektif depresif.doc

menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F0) dan penggunaan zat

psikoaktif (F1).

Pada pemeriksaan status mental Tn.IS didapatkan perubahan yang konsisten

dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi,

bermanifestasi terhadap hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

dan sikap larut dalam diri sendiri. Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada

pasien ini ditemukan perubahan suasana mood atau afek yang lebih mengarah pada

depresi, dan kedua gejala ini sama-sama menonjol sehingga penulis mendiagnosa

pasien ini dengan F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif dengan diagnosis

banding F.32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik sebagai diagnosa aksis

1.

Kondisi pada pasien ini memenuhi pedoman diagnostik F25.1 Gangguan

skizoafektif tipe depresif menurut PPDGJ, sebagai berikut :

Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif

tunggal, dan untuk gangguan yang berulang dimana sebagian besar episode

didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik

depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian

untuk episode depresif (F32)

Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada

dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman

diagnostik skizofrenia, F20.-, (a) sampai (d)).

Diagnosis banding aksis 1 pada pasien ini adalah episode depresif berat

dengan gejala psikotik karena pada pasien ini memenuhi 3 gejala utama depresi yaitu

afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah dan menurunnya

aktivitas. Selain itu, kondisi pasien juga memenuhi 4 gejala lainnya yaitu gagasan

tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu dan nafsu makan terganggu.

Episode depresif yang dialami pasien lebih dari 2 minggu dan dengan kondisi pasien

yang sekarang, pasien sulit meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah

tangga. Waham bersalah dan waham nihilistik tertanam kuat pada pasien ini.

Sehingga, episode depresif berat dengan gejala psikotik dapat menjadi diagnosis

banding.

17

Page 18: CR Skizoafektif depresif.doc

Diagnosis aksis II pada pasien ini adalah F60.3 Gangguan Kepribadian

Emosional Tak Stabil. Hal ini berdasarkan pada pedoman diagnosis di PPDGJ yang

menyebutkan bahwa :

Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif

tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bersamaan dengan ketidakstabilan

emosional.

Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan

pengendalian diri.

Pada pasien ini terlihat tindakan percobaan menggergaji kepala atau

membolongi kepala tanpa mempertimbangkan konsekuensi disertai ketidakstabilan

emosi.

Saat masa anak-anak dan remaja, pasien tumbuh sesuai dengan usianya.

Pasien juga dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang SMP namun tidak

melanjutkan ke jenjang SMA dikarenakan masalah ekonomi keluarga yang kurang.

Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).

Diagnosis aksis III tidak didapatkan adanya kelainan medis yang berarti.

Untuk diagnosis IV, penulis menemukan adanya permasalahan mengenai

putus obat dan putus cinta.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya

menggunakan skala GAF (Global Assesment of Function). Pada saat dilakukan

wawancara, skor GAF 70-61 yaitu berupa gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan

di Rumah Sakit, medikasi dan intervensi psikososial. Untuk psikofarmaka, dipilih

golongan antipsikotik dan antidepresan. Antipsikotik lini pertama yang digunakan

adalah golongan tipikal yaitu Haloperidol 3x5 mg.

Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine

pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist). Sedangkan obat anti-psikosis

yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga

terhadap “Serotonine 5 HT Receptors” (Serotoninedopamine antagonist). Selain itu,

digunakan golongan antidepresan SSRI yaitu amitriptilin 3x25 mg. Sindrom depresi

disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergic 18

Page 19: CR Skizoafektif depresif.doc

neurotransmitter” (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada celah sinaps neuron di SSP

(khususnya pada sistem limbik) sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun.

Mekanisme kerja antidepresan adalah dengan menghambat re-uptake aminergic

neurotransmitter dan menghambat penghancuran enzim monoamine oksidase.

Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps

neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis

pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk Dripada pasien dengan

gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan

gangguan bipolar dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan

skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang

mengikuti pasien selama 2-5 tahun setelah episode yang ditunjuk dan juga perjalanan

gangguan itu sendiri. Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang

berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa

data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan

gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh

diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10

persen.

19

Page 20: CR Skizoafektif depresif.doc

Riwayat perjalanan Penyakit

20

- Sering marah-marah- Bicara sendiri- Curiga berlebih- Melihat bayangan- Mendengar suara tidak

dikenal

Tahun 2012 Tahun 2014(5 bulan SMRS)

- Pasien sering merasa sedih- Sering cemas- Sering menangis- Suka mengurung diri di kamar

Tahun 2014(1 bulan SMRS)

- Murung- Marah - Mengamuk- Bicara sendiri- Merasa ketakutan- Waham kejar- Halusinasi auditorik- Halusinasi auditorik

Dirawat di RSJ Prov. Lampung sekitar 1 bulan Dirawat di RSJ Prov.

Lampung sampai sekarang

Page 21: CR Skizoafektif depresif.doc

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan

Pertama. 1993.

Kaplan, HI dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis

Ed : 7, Jilid : 1. Binarupa Aksara : Jakarta.

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed : 3.

PT Nuh Jaya : Jakarta.

21

Page 22: CR Skizoafektif depresif.doc

22