LAPORAN KASUS
I. Identitas PasienNama:Nn. WEUmur:15 tahunJenis
Kelamin:PerempuanAgama:HinduPekerjaan:PelajarAlamat:Restu Rahayu
Kec. Raman Utara
II. AnamnesisKeluhan utama : haid lama dan banyak
Anamnesis umum Pasien datang dengan keluhan haid lama dan banyak
sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang keluar merupakan darah segar
dan bergumpal-gumpal sehingga pasien harus ganti pembalut 6-9 kali
dalam sehari. Pasien juga sering mengeluh pusing dan lemas dan
terkadang pingsan saat beraktivitas. Pasien juga mengeluh
perdarahan dari gusi yang baru terjadi +- 3 hari yang lalu.
Perdarahan yang dialami pasien tanpa disertai nyeri perut, BAB/BAK
normal. Keluhan ini berlangsung semakin berat hingga akhirnya
pasien memutuskan untuk datang ke IGD RSAY.
Anamnesis khususRiwayat menstruasiPasien menarche umur 14 tahun,
dengan siklus haid yang tidak teratur. Sejak pasien berumur 15
tahun pasien mendapat haid dalam waktu lebih lama (2 bulan) dengan
jumlah yang lebih banyak hingga harus mengganti pembalut 6-9 kali
dalam sehari. Pada saat menstruasi pasien tidak mengalami nyeri
perut yang bermakna, namun pasien mengeluhkan kehilangan nafsu
makan dan mengeluh lemas.Riwayat obstetriTidak adaRiwayat
pernikahanPasien belum menikahRiwayat KBPasien tidak memakai
KBRiwayat penyakit terdahuluTidak adaRiwayat penyakit dalam
keluargaPasien memiliki seorang tante yang mengalami penyakit
kanker serviks dan telah mendapatkan terapi.Riwayat alergi
obatTidak adaIII. Pemeriksaan FisikStatus PresentKU: tidak
baikKesadaran : compos mentis (E4V5M6)TD: 100/60 mmHgN:
120x/menitRR: 24x/menitSuhu: 38 C
Status generalMata: konjungtiva anemisTHT: tampak tenangThorax:
Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis
teraba di ICS 5 MCLS Perkusi : dullness, batas jantung tidak ada
kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-) Pulmo:
Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis Palpasi : VF N/N
Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/-
Wheezing -/-Abdomen : sesuai status ginekologiExtremitas: dingin,
edema(-) purpura (+) pada paha kiri
Status Ginekologi PL: Abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak
teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-) :
Inspeksi : distensi (-)Insp: Tidak dilakukanRT: TSA baik, mukosa
licin, ampulla kosong, CUT sesuai normal, AP ka/ki lemas, normal,
himen intak
IV. Pemeriksaan LaboratoriumLeukosit= 3.820/mm3 Eritrosit= 1,01
x 106/mm3Trombosit= 8.000/mm3Hemoglobin= 3,6 mg/dlHematokrit=
9,6%MCV= 95 um3MCH= 35,6 PG3
V. Pemeriksaan USGTidak tampak adanya massa pada uterus dan
adneksa
VI. ResumePasien perempuan umur 15 tahun datang dengan keluhan
haid lama dan banyak sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang keluar
selama menstruasi merupakan darah segar dengan jumlah yang banyak
sehingga pasien harus ganti pembalut hingga 6-9 kali. Selain itu
pasien juga mengeluh pusing dan lemas dan pernah sampai pingsan
terutama pada saat menstruasi. Keluarga pasien (tante) mengidap
penyakit kanker serviks.Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah
100/60 mmHg, nadi 120x/menit, konjungtiva pasien pucat dan terdapat
purpura pada paha kiri pasien. Hasil laboratorium menunjukkan
Trombosit 8.000/mm3, Hemoglobin 3,6 mg/dl
VII. Diagnosis kerja PUA + anemia berat + Susp. ITP
VIII. Diagnosis Banding- PUA- ITP- Anemia Aplastik- von
Willbrend disease
IX. PrognosisQuo ad vitam : dubiaQuo ad functionam : dubia
X. Rencana KerjaMRS (bed rest)Perbaiki KUTransfusi PRC sampai Hb
> 10g/dLAsam TraneksamatAntibiotikHB VitR/ cek lab: SADT, CT,
BT
Follow up (24 Maret 2015) S: Keluhan : Pusing, LemasO: Status
Present :KU: tidak baikKesadaran : compos mentis (E4V5M6)TD: 100/60
mmHgN: 112x/menitRR: 24x/menitSuhu: 38,2 C
Status general :Mata: konjungtiva anemisTHT: tampak
tenangThorax: Cor: Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat Palpasi:
iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS Perkusi: dullness, batas jantung
tidak ada kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis Palpasi : VF
N/N Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi: Vesikuler +/+ Rhonki-/-
Wheezing -/-Abdomen : sesuai status ginekologiExtremitas: dingin,
edema(-), purpura (+) pada tungkai kiri
Status Ginekologi :PL: Abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak
teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-) :
Inspeksi : distensi (-)Insp: Tidak dilakukanRT: TSA baik, mukosa
licin, ampulla kosong, CUT sesuai normal, AP ka/ki lemas, normal,
himen intak
A: D/ PUA e.c ITPP: Konsul Dokter Spesialis Penyakit DalamTh/
Bed rest Transfusi PRC 2 kolf Asam Tranexamat AntibiotikSaran dr.
Ronald, Sp.PD : Anjuran pemeriksaan SADT, CT. BT, PT, APTT, INR,
Tes agregsi trombosit. Transfusi Trombosit 8 kolf. Kortikosteroid 2
x 125 gr. IVFG (bila keluarga bersedia).
Follow up (25 Maret 2015) S: Keluhan : -O: Status Present :KU:
BaikKesadaran : compos mentis (E4V5M6)TD: 100/70 mmHgN:
104x/menitRR: 24x/menitSuhu: 38 CStatus general :Mata: konjungtiva
anemisTHT: tampak tenangThorax: Cor: Inspeksi: iktus kordis tidak
terlihat Palpasi: iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS Perkusi:
dullness, batas jantung tidak ada kelainan Auskultasi: S1S2 tunggal
regular murmur (-) Pulmo: Inspeksi: simetris pada saat statis dan
dinamis Palpasi : VF N/N Perkusi : Sonor / sonor Auskultasi:
Vesikuler +/+ Rhonki-/- Wheezing -/-Abdomen : sesuai status
ginekologiExtremitas: dingin, edema(-), purpura (+) pada tungkai
kiri
Status Ginekologi :PL: Abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak
teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-) :
Inspeksi : distensi (-)Insp: Tidak dilakukanRT: TSA baik, mukosa
licin, ampulla kosong, CUT sesuai normal, AP ka/ki lemas, normal,
himen intak
A: D/ PUA + Anemia Berat + Susp. ITPP: Rencana Alih Rawat ke
Penyakit DalamTh/ Bed rest Transfusi PRC 1 kolf Asam Tranexamat
Antibiotik
Follow up (26 Maret 2015) Pasien sudah di Ruang Penyakit
Dalam
KASUSI. IdentitasSeorang nona 15 tahun datang dengan perdarahan
dari kemaluan sejak 2 bulan yang lalu, disertai dengan perdarahan
pada gusi, pusing dan lemas. Pasien juga mengeluh sempat pingsan
sebelum masuk RSAY.
II. Permasalahan1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang sudah sesuai?2. Apakah diagnosis untuk kasus ini sudah
tepat?3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?4. Apa
faktor penyebab atau predisposisi?
III. Analisa Kasus1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang sudah sesuai?Anamnesis yang dilakukan pada kasus ini
sudah bisa mengarah kepada perdarahan uterus abnormal, karena pada
anamnesis didapatkan bahwa lama dan jumlah perdarahan dari uterus
tidak normal yang merupakan salah satu pola perdarahan uterus
abnormal (menoragia). Hal penting yang perlu ditanyakan pada kasus
perdarahan uterus adalah bagaimana mulainya perdarahan, apakah
pasien hamil, bagaimanakah siklus menstruasi pasien, apakah
perdarahan didahului siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, bagaimana sifat perdarahan (banyak atau
sedikit-sedikit, sakit atau tidak), dan lamanya perdarahan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan juga sudah bisa mengarahkan
kepada diagnosis PUA, yaitu pemeriksaan luar ginekologi dan
pemeriksaan rektal toucher. Dari pemeriksaan luar ginekologi
didapatkan hasil abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak teraba,
massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-). Sedangkan dari
pemeriksaan RT didapatkan hasil TSA baik, mukosa licin, ampulla
kosong, CUT sesuai normal, AP ka/ki lemas, normal, himen intak.
Pada pemeriksaan ginekologi juga perlu dilihat apakah ada tidaknya
kelainan-kelainan organik, yang dapat menyebabkan perdarahan
abnormal seperti polip, ulkus, tumor dan kehamilan terganggu. Dan
juga perlu dilakukan pemeriksaan status general (head to toe) untuk
menyingkirkan penyebab-penyebab lain dari perdarahan uterus,
seperti kelainan perdarahan yang dapat dilihat luar, contohnya pada
kasus ini didapatkan adanya purpura pada ekstremitas inferior
sinistra. Sehingga, kemungkinan penyebab dari perdarahan uterus
abnormal pada kasus ini adalah gangguan perdarahan yang mengarah ke
ITP (Idiopathic Thrombositopenic Purpura). Namun hal ini tetap
harus diperkuat dengan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan dalam kasus ini juga
sudah baik dan dapat mengarahkan kepada diagnosis kerja, pada
pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan jumlah trombosit dan leukosit. Nilai hematokrit dan
hemoglobin pasien juga mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Pada kasus ini juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain
untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain, yaitu SADT,
clotting time dan bleeding time yang pada kasus ini juga sudah
dilakukan dan didapatkan hasil terjadi penurunan trombosit, dan
nilai faktor pembekuan darah.Dari pemeriksaan USG tidak ditemukan
adanya massa pada uterus, adnexa maupun vagina. Hal ini dapat
digunakan untuk menyingkirkan kelainan organik yang mungkin dapat
menyebabkan perdarahan, contohnya mioma, neoplasma atau
keganasan.
2. Apakah diagnosa untuk kasus ini sudah tepat?Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerikasaan penunjang yang sudah
dilakukan, maka diagnosa awal yang ditegakkan dalam kasus ini
benar. Kasus ini juga sudah dikonsulkan dengan bagian penyakit
dalam untuk menangani lebih lanjut gangguan hematologinya.
3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah
tepat?Penatalaksanakan awal yang dilakukan pada kasus ini sudah
tepat yaitu dengan memperbaiki keadaan umum pasien, karena pasien
datang dalam kondisi presyok dan anemia berat maka yang harus
dilakukan adalah menstabilkan hemodinamik dengan cairan (infus).
Lalu mempersiapkan transfusi darah dan memberikan obat untuk
menghentikan perdarahan serta antibiotik untuk mencegah
infeksi.Pada kasus ini, karena Hb pasien hanya 3,6 mg/dl seharusnya
pasien langsung mendapat transfusi darah sampai Hb mencapai > 10
mg/dl. Namun dikarenakan ketiadaan darah yang cocok dengan pasien,
pada awal perawatan pasien hanya mendapatkan 1 kolf prc. Hari
selanjutnya sampai pasien di alih rawat ke penyakit dalam pasien
telah mendapat 3 kolf prc.
4. Apa faktor penyebab atau predisposisi terjadinya kasus
ini?Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, penyebab PUA pada kasus ini sulit diketahui secara
pasti, tetapi kemungkinan penyebabnya adalah adanya penyakit
gangguan perdarahan yaitu ITP yang diderita oleh pasien dan belum
terdeteksi dengan baik. Selain itu, faktor genetik juga mungkin
memegang peranan dalam terjadinya PUA dalam kasus ini.
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
A. DefinisiPerdarahan uterus abnormal termasuk didalamnya adalah
perdarahan menstruasi abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain
seperti kehamilan, penyakit sistemik, atau kanker. Diagnosis dan
manajemen dari perdarahan uterus abnormal saat ini menjadi sesuatu
yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin tidak bisa
melokalisir sumber perdarahan berasal dari vagina, uretra, atau
rektum. Pada wanita menyusui, komplikasi kehamilan harus selalu
dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua keadaan sangat mungkin
terjadi secara bersamaan (misal mioma uteri dan kanker leher
rahim).3Pola dari perdarahan uterus abnormalPenggolongan standar
dari perdarahan abnormal dibedakan menjadi 7 pola:1) Menoragia
(hipermenorea) adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan
memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah tidak selalu abnormal, tetapi
dapat menandakan adanya perdarahan yang banyak. Perdarahan yang
gushing dan open-faucet selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim.
Mioma submukosa, komplikasi kehamilan, adenomiosis, IUD,
hiperplasia endometrium, tumor ganas, dan perdarahan disfungsional
adalah penyebab tersering dari menoragia.2) Hipomenorea
(kriptomenorea) adalah perdarahan menstruasi yang sedikit, dan
terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada
stenosis himen atau serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia
uterus (Ashermans Syndrome) dapat menjadi penyebab dan diagnosis
ditegakkan dengan histerogram dan histeroskopi. Pasien yang
menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan
dapat dipastikan ini tidak apa-apa.3) Metroragia (perdarahan
intermenstrual) adalah perdarahan yang terjadi pada waktu-waktu
diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi di
tengah-tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat
dilacak dengan memantau suhu tubuh basal. Polip endometrium,
karsinoma endometrium, dan karsinoma serviks adalah penyebab yang
patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen eksogen
menjadi penyebab umum pada perdarahan tipe ini.4) Polimenorea
berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini
biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal
pada siklus menstruasi.5) Menometroragia adalah perdarahan yang
terjadi pada interval yang iregular. Jumlah dan durasi perdarahan
juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan perdarahan
intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset yang
tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya
keganasan atau komplikasi dari kehamilan.6) Oligomenorea adalah
periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea
didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan.
Volume perdarahan biasanya berkurang dan biasanya berhubungan
dengan anovulasi, baik itu dari faktor endokrin (kehamilan,
pituitari-hipotalamus) ataupun faktor sistemik (penurunan berat
badan yang terlalu banyak). Tumor yang mengekskresikan estrogen
menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang
lain.7) Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap
sebagai tanda dari kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Penyebab lain dari perdarahan kontak yang lebih
sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi serviks atau
vagina (Tichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi
negatif tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif,
kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.3Perdarahan
Bukan HaidYang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid. Perdarahan itu tampak terpisahdan dapat
dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu; yang
pertama dinamakan metroragia,yang kedua menometroragia. Metroragia
atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada
alat genital atau oleh kelainan fungsional.1
B. EtiologiSebab-sebab organikPerdarahan dari uterus, tuba, dan
ovarium disebabkan oleh kelainan pada:a) Serviks uteri, seperti
polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio
uteri, karsinoma servisis uteri; b) Korpus uteri, seperti polip
endometrium, abortus iminens, abortus sedang berlangsung, abortus
inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri,
karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri;c) Tuba
Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor
tuba;d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsionalPerdarahan dari uterus yang tidak ada
hubungannya dengan sebab organik, dinamakan perdarahan
disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap
umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi
ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit
untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3%
dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula
perdarahan disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena
keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan
perawatan di rumah sakit.1
C. PatofisiologiSchrder pada tahun 1915, setelah penelitian
histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama,
menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak
pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Akibatnya, terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi
estrogen yang berlebihan dan terusmenerus. Penjelasan ini masih
dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan
disfungsional.1,4Gambar 1. Siklus Menstruasi Manusia Akan tetapi,
penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni
endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan sekretoris,
dengan endometrium jenis nonsekresi merupakan bagian terbesar.
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan
endometrium jenis sekresi penting artinyaa arena dengan dengan
demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dan yang
ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua
jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang
berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan
disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari
faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang
mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan
anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan
endokrin.1
D. Gambaran KlinikPerdarahan OvulatoarPerdarahan ini merupakan
kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek
(polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan
diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa
mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve
suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab
organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:1. Korpus luteum
persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari
kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan
panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara keduanya. Korpus
luteum persistens dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium
tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding
dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc
Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.2.
Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia, atau polimenore. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak
cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.3. Apopleksia uteri : pada wanita dengan
hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.4.
Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.Perdarahan
anovulatoarStimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya
endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkta
tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis,
kadang-kadang tidak teratur sama sekali.Fluktuasi kadar estrogen
ada sangkut-pautnya dangan jumlah folikel yang pada suatu waktu
fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum
mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari
endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan
bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.Walaupun perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan
menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada
masa pubertas dan pada masa pramenopause. Pada masa pubertas
sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan
atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat
bahwa pembuatan Releasing Factor dan hormon gonadotropin tidak
sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya
fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.Bila pada masa pubertas
kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat
laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada
seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan
perdarahab tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan
ada tidaknya tumor ganas.Perdarahan disfungsional dapat dijumpai
pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor
ovarium, dan sebagainya.1,5 Akan tetapi, disamping itu, terdapat
banyak wanita dengan perdarahan disfungsional tanpa adanya
penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun di luar
pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional
seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat
penenang terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan
anovulatoar. Biasanya kelinan dalam perdarahan ini hanya untuk
sementara waktu saja.
E. Penegakan DiagnosisPembuatan anamnesis yang cermat penting
untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan,
apakah didahului siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau
sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan
sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda
yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap
salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk
melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah
tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan
abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Dalam hubungan
dengan pemeriksaan ini, perlu diketahui bahwa di negeri kita
keluarga sangat keberatan dilakukan pemeriksaan dalam pada wanita
yang belum kawin, meskipun kadang-kadang hal itu tidak dapat
dihindarkan. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan anestesia umum.Pada wanita dalam
masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan guna pembuatan
diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun kemungkinan
besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan
sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar
bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang memberi
harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan
untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor
ganas.
F. PenatalaksanaanKadang-kadang pengeluaran darah pada
perdarahan disfungsional sangat banyak: dalam hal ini penderita
harus istirahat baring dan diberi transfusi darah. Setelah
pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk
sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat
diberikan:a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam
darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara
intramuskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol
1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini ialah
bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.b.
Progesteron : pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar
perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian
progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium.
Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara
intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehri norethindrone 15
mg atau asetas medroksi-progesterone (Provera) 10 mg, yang dapat
diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa
pubertas.Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan
disebabkan oleh hiperplasia endometrium. Terapi ini tidak dapat
diselenggarakan terlalu lama mengingat bahaya virilisasi. Dapat
diberikan proprionas testosteron 50 mg intramuskulus yang dapat
diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltestosteron per os kurang
cepat efeknya.Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang
paling baik ialah dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting, baik
untuk terapi maupun diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus
perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik,
penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab
perdarahan, tentulah penyakit itu harus ditangani.Apabila setelah
dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat
diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang
bermanfaat karena sebagian besar perdarahan disfungsional
disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja berguna
apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan
dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan progesteron
dalam kombinasi dapat dianjurkan; untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari
ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan
progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid.Androgen
dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan disfungsional
yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada
terapi suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari;
dalil dalam terapi androgen ialah pemberian dosis yang
sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.Terapi dengan klomifen, yang
bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada perdarahan anovulatoar,
umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini lebih tepat
pada infertilitas dengan siklus anovulatoar sebagai sebab.Sebagai
tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional
terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali, dan
yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
DAFTAR PUSTAKA
Bulun E Serdar, et al, The Physiology and Pathology of the
Female Reproductive Axis, dalam William Textbook of Endocrinology,
10th Edition, Elsevier 2003 : pp 587-599
Chou Betty, Vlahos Nikos, Abnormal Uterine Bleeding, dalam : The
John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, 2nd Edition ,
2002 : p.42
Karkata Kornia Made, et al, Perdarahan Uterus Disfungsional,
dalam : Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien,
2003 : pp 68 71
Simanjuntak Pandapotan. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam :
Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu
Kandungan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2005 : pp. 223-228
Silberstein Taaly, Complications of Menstruation; Abnormal
Uterine Bleeding. Dalam : DeCherney Alan H; Nathan Lauren, Current
Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th Edition,
Los Angeles:Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2003 : pp 623-630
11