Top Banner
40

COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Nov 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 2: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 3: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Dari Redaksi

APRiL 2018 l 3

World Health Organization (WHO) memutuskan untuk

merayakan Hari Kesehatan Dunia pada tanggal 7 April

setiap tahunnya mulai dari tahun 1950. Hari Kesehatan Dunia

diselenggarakan untuk memperingati pendirian WHO,

sekaligu s sebuah kesempatan untuk menarik perhatian dunia

untuk menyadari masalah-masalah besar kesehatan global

setia p tahunnya.

Salah satu masalah besar kesehatan global yaitu terkait

Universal Health Coverage. Mengenai hal ini, WHO meminta

para pemimpin dunia untuk memenuhi janji yang mereka bua t

saat mereka menyetujui Sustainable Development Goals pada

tahun 2015, dan berkomitmen pada langkah nyata untuk

memajukan kesehatan semua orang. Termasuk memastikan

bahwa semua orang, di mana saja dapat mengakses layanan

kesehatan berkualitas tanpa menghadapi kesulitan keuangan.

Tidak hanya masalah Universal Health Coverage, topik

yang juga penting untuk dibahas yaitu imunisasi. Minggu

terakh ir bulan April setiap tahun ditandai oleh WHO dan

mitrany a sebagai Pekan Imunisasi Sedunia. Tujuannya untuk

mempromosikan penggunaan vaksin untuk melindungi orang

dari segala usia terhadap penyakit. Imunisasi menyelamatkan

jutaan nyawa dan dikenal secara luas sebagai salah satu

interven si kesehatan paling sukses dan hemat biaya di dunia.

Tujuan utama dari kampanye 2017 dengan tema

#VaccinesWork adalah untuk meningkatkan kesadaran ten-

tang pentingnya imunisasi penuh sepanjang hidup, dan

perann ya dalam mencapai Sustainable Development Goals.

Oleh karena itu, pada Majalah Medika edisi kali ini, akan

membahas mengenai pentingnya cakupan kesehatan

universa l melalui artikel Bahasan Utama dengan judul

“Universal Health Coverage dan Peran Setiap Kelompok”.

Sedangkan pada Bahasan Khusus akan membahas mengenai

“Cakupan Imunisasi Dunia”. Diharapkan kedua topik tersebut

dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan para pembaca

terkait isu kesehatan dunia. (Redaksi)

Direktur Utama: dr. Seno Purnomo, Direktur Keuangan & Administrasi: Dewi PoernomoSari, SE, MM, Pemimpin Redaksi: DR. Dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, Sp.Ok, WakilPemimpin Redaksi: dr. Mahesa Paranadipa, M.H, Redaksi: dr. Muhamad Angki Firmansyah,dr. Maria Florencia Deslivia, dr. Hayatun Nufus, Sp.PD, dr. Hari Nugroho, Sp.OG, dr. Gita NurulHidayah, dr. Risca Marcelena, dr. Frans Liwang, dr. Naldo Sofian, dr. Husniah, Sp.ak, KepalaDivisi Penelitian : dr. Ekasakti Octohariyanto, MPd, Ked., Desain Grafis : Nanung Haryanto,Pemasaran : Dian Awaludin, Sirkulasi : Endang Kusnaran, Eko Yuli Setiawan, Keuangan :Kartini, Koresponden: Drs. Zainul Kamal ( Jogjakarta), dr. Darmono S.S (Semarang), dr. DwichaRahmawansa S. (Surabaya), dr. Laurentius A. Pramono ( Jakarta), dr. Nyityasmono Tri Nugroho,Sp.B ( Jerman).

Isu Kesehatan Global

jksta

len

t.co

m

Page 4: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Daftar Isi

4 l APRiL 2018

DARi ReDAkSi ... 3

SARipAti ... 6

fOkuSBenda Asing Saluran Nafas ... 8

keGiAtAN ... 18

BAHASAN utAMACakupan Imunisasi Dunia ... 27

BAHASAN kHuSuSUniversal Health Coverage dan Peran Setiap Kelompok ... 31

HukuM & etik keDOkteRANPendelegasian Wewenang Dokter ke Tenaga Kesehatan Lain ... 34

kOLOM ... 38

ALHAMD- Carpets & Interiors

peRDAweRi- International Anti Aging

Conference 3.0

pt. DexA MeDicA- Cameloc Supositoria,

Meloxicam 15 mg

pt. kiMiA fARMA- Fluconazole, Kapsul 150 mg

pt. MiLAGROS iNDONeSiA MeGAR- Milagros

pt. SeRvieR iNDONeSiA- NatexamD

ReSpiNA 2018- Caring the Journey of Togetherness

vAScuLAR iNDONeSiAin Association with BTKV

Alamat Redaksi & Sirkulasi:

RUKO MITRA MATRAMAN BLOK B-10

Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur 13150, Telp. (021) 2298 5159, Fax. 3190 6649, PO. BOX. 1202/JKS 12012.E-mail : [email protected], Rekening Bank a/n PT. Medika Media Mandiri : BANK CENTRAL ASIA

KCU Wahid Hasyim, Jl KH. Wahid Hasyim No.183 A-B, Jakarta Pusat 10240, No. AC: 028 311 2541

Diterbitkan oleh:

PT. Medika Media Mandiri

SURAT IzIN USAHA PERdAgANgAN (SIUP) KECIL : Nomor: 117/24.1PK/31.75.01/-1.824.27/e/2016

INDEKS PROMOSI

Page 5: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 6: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Saripati

vaccine Hesitancy: causes, consequences, and A call to Action

Salmon D, Dudley M, Glanz J, et al.Am J Prev Med. 2015

DOI: 10.1016/j.amepre.2015.06.009

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

26337116

Keragu-raguan dalam vaksinasi men -

cerminkan kekhawatiran tentang

keputusan untuk memvaksinasi diri

sendiri atau anak-anak mereka. Ada

berbagai faktor yang berkontribusi ter-

hadap keraguan vaksin, termasuk sifat

wajib vaksin, hubungan temporal vaksin

dengan hasil kesehatan yang buruk,

ketidak biasaan dengan penyakit yang

dapat dicegah dengan vaksin, dan ku-

rangnya kepercayaan pada perusahaan

dan badan kesehatan masyarakat.

Meskipun vaksinasi adalah norma di

Amerika Serikat dan mayoritas orang tua

memvaksinasi anak mereka, banyak

yang melakukannya di tengah kekhawa -

tiran. Proporsi orang tua yang meng -

klaim pengecualian non-medis terhadap

persyaratan imunisasi sekolah telah

meningkat selama dekade terakhir.

Penolakan vaksin telah dikaitkan dengan

wabah penyakit tipe Haemophilus in-

fluenzae tipe B, varicella, penyakit

pneumoc occal, campak, dan pertusis,

yang mengakibatkan penderitaan anak-

anak yang tidak perlu dan pemborosan

sumber daya kesehatan masyarakat

yang terbatas. Keraguan untuk vaksinasi

adalah masalah yang sangat penting

yang perlu ditangani karena pengen-

dalian penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan vaksin secara efektif

memerlukan pemeliharaan vaksinasi

tepat waktu yang tidak terbatas. Banyak

faktor penyebab keragu-raguan dan

fakto r-faktor tersebut bersifat kompleks

sehingga memerlukan pendekatan yang

luas pada individu, penyedia pelayanan

kesehatan, sistem kesehatan, dan

tingkat nasional. Ini termasuk alat ukur

standar untuk mengukur dan menemu -

kan pengelompokan keragu-raguan

untu k vaksin dan lebih memahami

masalah kepercayaan; tinjauan cepat,

independen, dan transparan terhadap

sistem keamanan vaksin yang didanai

dan ditingkatkan secara tepat; peng-

gantian yang memadai untuk komu-

nikasi risiko vaksin di kantor dokter; dan

pesan yang disesuaikan secara individu

untuk orang tua yang memiliki masalah

vaksin, terutama wanita hamil pertama

kali. Potensi vaksin untuk mencegah

penyakit dan menyelamatkan nyawa

sangat besar. Namun, potensi itu

bergantung langsung pada penerimaan

orang tua atas vaksin, yang memerlukan

kepercayaan pada vaksin, penyedia

layanan kesehatan yang merekomen-

dasikan dan mengelola vaksin, dan sis-

tem untuk memastikan vaksin aman.

Status of vaccine Researchand Development ofvaccines for Malaria

Birkett, AshleyVaccine. 2016.

h t t p s : / / d o i . o r g /1 0 . 1 0 1 6 / j .v a c -

cine.2015.12.074

https://www.sciencedirect.com/sci-

ence/article/pii/S0264410X16002942?vi

a%3Dihub

Meskipun mengalami kemajuan

dalam mengurangi kematian

akiba t malaria, namun data mencatat

malaria mengakibatkan kehilangan

sekita r 500.000 nyawa per tahun dan

dikaitkan dengan sekitar 200 juta infeks i.

Penemuan baru, termasuk vaksin yang

aman dan efektif, diperlukan untuk

memastikan bahwa keuntungan dari 15

tahun terakhir diimbangi untuk menca-

pai tujuan akhir pemberantasan parasit

malaria. Pada tahun 2015, European

Medicines Agency mengumumkan

adopsi pendapat positif untuk kandidat

vaksin malaria yang paling maju dalam

pengembangan, RTS,S/AS01, yang

member ikan perlindungan sederhana

terhadap malaria klinis. Pada awal 2016,

WHO merekomendasikan penerapan

skala besar RTS,S dalam pengaturan

transmisi malaria sedang sampai tinggi.

Sejalan dengan kemajuan ini, tujuan

masyarakat dan karakteristik produk

yang disukai untuk vaksin generasi

mendata ng telah diperbarui untuk

menginformasikan pengembangan

vaksin yang sangat manjur dalam

mencegah malaria klinis, dan yang dibu-

tuhkan untuk memperce pat eliminasi

parasit. Vaksin generasi berikutnya, yang

menargetkan semua tahap siklus hidup

parasit, berada dalam tahap awal

pengembangan dengan uji coba Tahap

2 yang paling maju. Yang penting,

kemajua n dibuat dalam definisi jalur

peraturan yang layak untuk memper-

cepat jadwal, termasuk vaksin yang di-

rancang untuk mengganggu transmisi

parasit dari manusia ke nyamuk. Tidak

adanya pasar finansial yang mengun-

tungkan untuk mendorong investasi

menyebabkan titik pengembangan

vaksin malaria semakin bergantung pa-

da pendanaan publik dan filantropi.

prevalence of Oral Humanpapillomavirus by vaccina -tion Status Among YoungAdults (18–30 Years Old)

Hirth J, Chang M, Resto VVaccine. 2017.

h t t p s : / / d o i . o r g /1 0 . 1 0 1 6 / j .v a c -

cine.2017.05.025

https://www.sciencedirect.com/sci-

ence/article/pii/S0264410X17306333

Meskipun ada bukti bahwa vaksinasi

papillomavirus (HPV) manusia

dapa t melindungi terhadap infeksi HPV

oral, tidak ada penelitian saat ini yang

menunjukkan hal ini pada populasi

umum. Kami menggunakan data cross-

sectional berulang-ulang dari National

Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES) antara tahun 2009 dan

6 l APRiL 2018

Page 7: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

2014. Peserta berusia 18-30 tahun yang

mengindikasikan apakah mereka telah

menerima vaksin HPV dengan disertai

sampel oral yang memadai (N = 3040) .

Jenis HPV oral dikelompokkan ber -

dasarkan jenis vaksin (tipe 6, 11, 16, 18)

dan risiko (risiko tinggi atau rendah).

Analisis Chi-square membandingkan

prevalensi HPV oral dengan status

vaksina si. Orang dewasa yang divaksi-

nasi memiliki prevalensi HPV oral tipe-

tipe yang lebih rendah (tipe 6, 11, 16,

18) dibandingkan dengan orang dewasa

yang tidak divaksinasi. Prevalensi non-

vaccine high-risk oral HPV serupa antara

peserta yang divaksinasi HPV dan yang

tidak divaksinasi. Vaksinasi HPV tampak -

nya memberikan perlindungan terha -

dap infeksi HPV oral tipe-vaksin antara

laki-laki dan perempuan pada populasi

umum.

effectiveness of Maternalpertussis vaccination inpreventing infection andDisease in infants: theNSw public Health Net -work case-control Study

Saul N, Wang K, Bag S, et al.Vaccine. 2018.

h t t p s : / / d o i . o r g /1 0 . 1 0 1 6 / j .v a c -

cine.2018.02.047

https://www.sciencedirect.com/sci-

ence/article/pii/S0264410X18302342

Bayi berisiko tinggi mengalami

komplik asi berat, termasuk kemati -

an, akibat infeksi pertusis. Mengontrol

pertusis dalam kelompok ini sangat

menantang, terutama pada mereka

yang terlalu muda untuk divaksinasi.

Setelah rekomendasi nasional yang

direvi si pada bulan Maret 2015, negara

bagian New South Wales, Australia,

memperkenalkan kampanye vaksinasi

ibu yang didanai pada usia kehamilan

28–32 minggu dengan menggunakan

vaksin pertusis tetanus-diphtheria-

acellul ar 3-komponen (dTpa; Boostrix,

GSK). Penelitian ini bertujuan untuk

menil ai efektivitas vaksinasi ibu dan

menambah bukti kuat untuk strategi ini.

Studi kasus-kontrol 1:1 dilakukan antara

16 Agustus 2015 dan 17 Agustus 2016.

Kasus dilakukan di laboratorium atau

praktik dokter, dikonfirmasi ke labora -

toriu m (pengujian atau kultur asam

nukle at) dan umur <6bulan saat onset.

Setiap bayi kontrol dipilih secara acak

dari kelahiran di rumah sakit umum di

wilayah geografis yang sama dalam

period e sampai dengan 3 hari sebelum

dan sesudah tanggal lahir kasus. Odds

ratios (OR) dihitung dengan menggu-

nakan conditional logistic regression.

Vaccine Effectiveness (VE) dihitung

sebag ai 1 - OR. Sebanyak 117 kasus dan

117 kontrol direkrut. Estimasi VE

keseluru han tidak signifikan untuk bayi

<6bulan (VE 39%, 95% CI: 12–66%). VE

yang lebih tinggi diamati pada bayi

<3bulan (VE 69%, 95% CI: 13–89%) dan

terhadap rawat inap (VE 94%, 95% CI:

59–99%). Vaksinasi pertusis ibu dengan

vaksin majemuk 3-komponen ternyata

sangat efektif untuk mencegah penyaki t

berat pada bayi, namun kurang efektif

dalam mencegah penyakit yang tidak

memerlukan rawat inap. VE keselu-

ruhan yang dilaporkan dalam penelitian

ini lebih rendah dari pada penelitian

sebel umnya dan menunjukkan bahwa

vaksinasi ibu, untuk sementara merupa -

kan strategi efektif untuk mencegah

pertusis berat, namun kurang efektif

untu k melindungi terhadap infeksi atau

penyakit ringan.

Hubungan antara pertum-buhan dan penyakit,enteropatogen dan asupanmakanan dalam 2 tahunpertama kehidupan

MAL-ED Network InvestigatorsBMJ Glob Health. 2017 Dec

28;2(4):e000370. doi: 10.1136/bmjgh-

2017-000370.

Faktor diet dan penyakit mempenga -

ruhi risiko pertumbuhan yang goyah,

peran enteropatogen kurang jelas.

Sebagai bagian dari Etiologi, Faktor

Risiko dan Interaksi Infeksi Enterema

dan Malnutrisi dan Konsekuensi untuk

Studi Kesehatan dan Perkembangan

Anak (MAL-ED), studi ini mengukur

efek infeksi enteropatogen, diare, dandi

etpada pertumbuhan anak.

Metode yang dilakukan dengan

mendata bayi yang baru lahir dan diikut i

sampai 24 bulan. Panjang dan berat

dinilai setiap bulan. Penyakit dan praktik

menyusui didokumentasikan per dua

pekan sekali, dari 9 sampai 24 bulan,

asupan non-ASI dihitung setiap bu-

lan. Tinja non diare juga dikumpulkan

secara rutin dan dianalisis untuk array

yang luas dari enteropatogen. Model

spline piecewise linier digunakan untuk

mengukur hubungan masing-masing

faktor dengan kecepatan pertumbuh -

an di tujuh dari delapan situs MAL-E D.

Efek kumulatif pada ukuran yang

dicapa i pad a 24 bulan diperkirakan

terjadi pada tingkat paparan rata-rata,

rendah (10 persentil) dan tinggi (90

persentil). Selain itu, enam entero -

patogen yang paling umum dievaluasi

untuk melihat efeknya terhadap per-

tumbuhan.

Diare tidak memiliki efek statistik

yang signifikan terhadap pertumbuhan.

Anak dengan paparan enteropatogen

yang tinggi diperkirakan 1,21 ± 0,33 cm

(p <0,001; 0,39 panjang untuk usia

(LAZ)) lebih pendek dan 0,08 ± 0,15 kg

(p = 0,60; 0,08berat badan untuk usia

(WAZ)) lebih ringan pada usia 24 bulan,

dibandingkan anak-anak dengan tingkat

paparan enteropatogen yang rendah.

Deteksi adanya Campylobacter dan

entero aggregatif Escherichia coli

dikaitkan dengan defisit 0,83 ± 0,33 dan

0,85 ± 0,31 cm (p = 0,011 dan 0,001) dan

0,22 ± 0,15 dan 0,09 ± 0,14 kg pada

bera t (p = 0,14 dan 0,52). Anak-anak

dengan konsumsi energi dan kepadatan

protein yang rendah diperkirakan 1,39 ±

0,33 cm (p <0,001; 0,42 LAZ) lebih

pende k dan 0,81 ± 0,15 kg (p <0,001;

0,65 WAZ) lebih ringan pada 24 bulan

dibandingkan dengan konsumsi energi

dan kepadatan protein yang tinggi.

Kesimpulan studi ini bahwa me -

nguran gi beban enteropatogen dan

meningkatkan asupan makanan yang

tinggi energi dan protein pada 2 tahun

pertama kehidupan dapat mengurangi

stunting pada anak.

APRiL 2018 l 7

Page 8: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Fokus

8 l APRiL 2018

BENDA ASING SALURAN NAFAScindy kesty1, M. Hadley Aulia1, Adelien2

1Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya2Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL, RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

pendahuluan

Aspirasi benda asing ke dalam sa -

lura n napas dapat menyebabkan

peningkatan angka morbiditas dan

mortalitas baik pada orang dewasa

maupun anak-anak. Peristiwa aspirasi

benda asing di Amerika Serikat pada

tahun 2000 menyebabkan 160 anak

meninggal dikarenakan komplikasi yang

ditimbulkan dari aspirasi benda asing.

Sekitar 55% dari kasus benda asing di

saluran napas terjadi pada anak

berumu r kurang dari 4 tahun. Walaupun

sering ditemukan pada anak-anak,

aspira si benda asing dapat juga terjadi

pada orang dewasa.1-3

Misdiagnosis dari benda asing salur -

an napas akan menyebabkan obstruksi

saluran napas yang berbahaya, wheez-

ing kronik, batuk, dan pneumonia.

Keterlambatan diagnosis juga dapat

menyebabkan perubahan-perubahan

signifikan dari saluran napas seperti ede -

m a, jaringan granulasi, bronkiektasis,

dan pneumonia obstruksi. Oleh karen a

itu, dibutuhkan penegakkan diag nosis

secara cepat dan tepat sehingg a dapat

dilakukan tatalaksana yang sesuai untuk

mengeluarkan benda asing di saluran

nafas.3,4

Benda Asing Di Saluran Nafas

Benda asing di dalam suatu organ

dapat berasal dari luar tubuh (benda

asin g eksogen) atau dari dalam tubuh

(benda asing endogen). Benda asing

eksog en terdiri dari benda padat, cair

atau gas. Benda asing eksogen padat

terdi ri atas zat organik seperti kacang

dan tulang serta zat anorganik seperti

jarum, peniti, manik-manik, dan lain-

lain. Benda asing eksogen cair dapat

bersifat iritatif seperti zat kimia dan non-

iri tatif seperti cairan dengan pH 7,4.

Sementara itu, benda asing endogen

dapa t berupa sekret kental, darah atau

http

s://im

ag

es.e

me

dic

ine

he

alth

.co

m

Page 9: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,

membran difteri dan bronkolit. Selain

itu, cairan amnio n dan mekonium dapat

masuk ke dalam saluran nafas bayi pada

saat proses persalinan.5-11

epidemiologi

Aspirasi benda asing di saluran nafas

sering terjadi pada anak berusia kurang

dari 15 tahun dimana kelompok yang

paling rentan berusia 1-3 tahun dan

25% di antaranya berusia di bawah 1

tahun. Rasio benda asing trakeobronkial

pada pria dan wanita berkisar antara 2:1

hingga 3:2. Benda asing di laring dan

trakea lebih sering terdapat pada bayi

kurang dari 1 tahun. Benda asing di

hidung lebih sering terjadi pada anak-

anak, karena anak berusia 2-4 tahun

cenderung memasukkan benda-benda

yang ditemukan dan dapat dijangkau -

nya ke dalam lubang hidung, mulut atau

dimasukkan oleh anak lain. Pada kurang

dari 1% kasus benda asing di saluran

nafas, terdapat benda asing distal yang

terperangkap pada segmen bronkial.

Terdapat 3000 kematian terjadi setiap

tahun akibat aspirasi benda asing dan

sebagian besar terjadi sebelum ditata-

laksana.1,5,6,12,13

etiologi dan faktor predisposisi

Anak-anak merupakan kelompok

yang paling berisiko mengalami aspirasi

benda asing dimana usia anak menentu -

kan frekuensi relatif benda asing organik

dan inorganik. Beberapa alasan menga-

pa anak paling rentan karena mereka

be lum mempunyai gigi molar yang cu -

kup untuk mengunyah makanan, sering

berlari atau bermain saat aspirasi, sering

meletakkan benda pada mulut mereka

dan kurangnya koordinasi untuk me -

nelan dan penutupan glotis. Terdapat

beberapa faktor predisposisi aspirasi

benda asing ke dalam saluran nafas,

yaitu:1,6,12,14

1. Faktor personal (umur, jenis ke-

lamin, pekerjaan, kondisi sosial,

tempat tinggal)

2. Kegagalan mekanisme proteksi yang

normal (tidur, penurunan kesadaran,

alkoholisme dan epilepsi)

3. Faktor fisik (kelainan dan penyakit

neurologik)

4. Proses menelan yang belum sem-

purna pada anak

5. Faktor dental, medikal dan surgikal

(tindakan bedah, ekstraksi gigi,

belum tumbuhnya gigi molar pada

anak berusia < 4 tahun)

6. Faktor kejiwaan (emosi, gangguan

psikis)

7. Ukuran dan bentuk serta sifat benda

asing

8. Faktor kecerobohan (meletakkan

benda asing di mulut, persiapan

makanan yang kurang baik, makan

atau minum tergesa-gesa, anak-anak

yang makan sambil bermain, dan

lain-lain).

patogenesis

Pada kasus aspirasi benda asing,

sebany ak 80-90% kasus terperangkap

pada bronkus. Pada orang dewasa,

bend a asing bronkus lebih sering ter-

perangkap pada bronkus kanan karena

sudut konvergensi yang lebih kecil

daripad a bronkus kiri dan lokasi karina

berad a di sisi kiri garis tubuh. Pada

bend a asing mati di hidung, dapat

terjad i edema dan inflamasi mukosa

hidung sehingga terjadi ulserasi, epis-

taksis, jaringan granulasi dan dapat

berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing

hidup menyebabkan reaksi inflamasi

dengan derajat bervariasi, dan infeksi

lokal sampai destruksi masif tulang

rawan dan tulang hidung dengan mem-

bentuk daerah supurasi yang dalam dan

berbau. Cacing askaris di hidung dapat

menimbulkan iritasi dengan derajat

yang bervariasi karena gerakannya.1,6

Sebanyak 75% benda asing di

bronkus ditemukan pada anak di bawah

umur 2 tahun, dengan riwayat yang

khas, yaitu pada saat benda atau

makanan ada di dalam mulut, anak

tertawa atau menjerit, sehingga pada

saat inspirasi, laring terbuka dan

makanan atau benda asing masuk ke

dalam laring. Pada saat benda asing itu

terjepit di sfingter laring, pasien batuk

berulang-ulang, sumbatan di trakea,

mengi dan sianosis. Bila benda asing

telah masuk ke dalam trakea atau

bronkus, kadang-kadang terjadi fase

asimtomatik selama 24 jam atau lebih,

kemudian diikuti oleh fase pulmonum

dengan gejala yang tergantung pada

deraja t sumbatan bronkus.1,6

Benda asing organik mempunyai

sifat higroskopik, mudah menjadi lunak

dan mengembang oleh air, serta menye-

babkan iritasi pada mukosa. Mukosa

bronkus menjadi edema dan meradang

serta dapat pula terjadi jaringan granu -

la si di sekitar benda asing sehingga ge -

jal a sumbatan bronkus makin meng -

heba t. Akibatnya, timbul gejala laringo-

trakeobronkitis, toksemia, batuk dan

demam yang tidak terus-menerus

(iregu ler). Selain itu, benda asing

anorgan ik menimbulkan reaksi jaringan

yang lebih ringan dan lebih mudah

didiag nosis dengan pemeriksaan radio -

logik karena umumnya benda asing

anorganik bersifat radioopak. Benda

asin g yang terbuat dari metal dan tipis

seperti jarum dan peniti dapat masuk ke

dalam bronkus yang lebih distal, dengan

gejala batuk spasmodik.1,6

Manifestasi klinik

Berdasarkan penelitian Limper dkk

pada 60 individu, sebanyak 94% pasien

mengalami batuk. Selain itu, McGuirt

dkk yang meneliti 88 pasien mema-

parkan bahwa sebanyak 28% pasien

mengalami batuk dan 17% mengalami

demam, 28% mengalami mengi, dan

47% pasien menunjukkan penurunan

suara nafas. Gejala sumbatan benda

asin g di dalam saluran nafas tergantung

pada lokasi benda asing, derajat sum -

bat an (total atau sebagian), sifat, ben-

tuk, dan ukuran benda asing. Benda

asin g yang masuk melalui hidung dapat

tersangkut di hidung, nasofaring, laring,

trakea, dan bronkus. Benda yang masuk

melalui mulut dapat terhenti di oro -

farin g, hipofaring, tonsil, dasar lidah,

sinu s piriformis, esofagus atau dapat

jug a tersedak masuk ke laring, trakea

dan bronkus. Gejala yang timbul ber va -

riasi, dari tanpa gejala sampai kematian

sebelum diberi pertolongan, akibat

sumbatan total. 1,5,6,14

Seseorang yang mengalami aspirasi

benda asing akan mengalami 3 stadium.

Pertama, terjadi gejala permulaan yaitu

batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa

tercekik, rasa tersumbat di tenggorok,

bicara gagap dan obstruksi jalan nafas

yang terjadi dengan segera. Gejala yang

timbul terjadi akibat reaksi infiltrasi

leukosit polimorfonuklear dan edema

yang diikuti dengan leukosit mononuk-

lear dan infiltrasi makrofag. Fase ini

merupakan inflamasi akut selama 3 hari

APRiL 2018 l 9

Page 10: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

setelah aspirasi dan menjadi inflamasi

kronik setelah 10 hari. Kedua, gejala

stadiu m permulaan diikuti oleh interval

asimtomatik. Hal ini karena benda asing

tersebut tersangkut, refleks-refleks akan

melemah dan gejala ransangan akut

menghilang. Stadium ini berbahaya dan

sering menyebabkan keterlambatan

diag nosis atau cenderung mengabaikan

kemungkinan aspirasi benda asing kare-

na gejala dan tanda tidak jelas. Ketiga,

telah terjadi gejala komplikasi dengan

obstruksi, erosi atau infeksi sebagai aki-

bat reaksi benda asing, sehingga timbul

batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia,

atelektasis, abses paru, dan gagal tum-

buh. Bila seorang pasien, terutama

anak, diketahui mengalami rasa tercekik

atau manifestasi lainya, rasa tersumbat

di tenggorok, batuk-batuk sedang

makan, maka keadaan ini haruslah

diangg ap sebagai gejala aspirasi benda

asing.1,6,11

Gejala sumbatan laring tergantung

pada besar, bentuk dan posisi benda

asin g. Benda asing di laring dapat

menutup laring, tersangkut di antara

pit a suara atau berada di subglotis.

Benda asing berukuran besar, bulat dan

yang dapat membesar menyebabkan

obstruksi total dan benda yang ber -

bentuk ireguler memungkinkan aliran

udara masuk di sekitar objek sehingga

terjadi obstruksi parsial. Sumbatan total

di laring akan menimbulkan keadaan

yang gawat biasanya kematian menda -

dak karena terjadi asfiksia dalam waktu

singkat. Hal ini disebabkan oleh timbul-

nya spasme laring dengan gejala antara

lain disfonia sampai afonia, apneu dan

sianosis. Jackson membagi sumbatan

laring yang progresif dalam 4 stadium

dengan tanda dan gejala berupa: 1,6,8

1. Stadium 1 : Cekungan tampak pada

waktu inspirasi di suprasternal,

strido r pada waktu inspirasi dan

pasien masih tenang.

2. Stadium 2 : Cekungan pada waktu

inspir asi di daerah suprasternal

makin dalam, ditambah lagi dengan

timbulnya cekungan di epigastrium.

Pasien sudah mulai gelisah. Stridor

terdengar pada waktu inspirasi.

3. Stadium 3 : Cekungan selain di

daera h suprasternal, epigastrium

jug a terdapat di infraklavikula dan

sela- sela iga, pasien sangat gelisah

dan dispnea. Stridor terdengar pada

waktu inspirasi dan ekspirasi.

4. Stadium 4 : Cekungan-cekungan di

atas bertambah jelas, pasien sangat

gelisah, tampak sangat ketakutan

dan sianosis. Jika keadaan ini ber -

langsung terus, maka pasien akan

kehabisan tenaga, pusat pernafasan

paralitik dan hiperkapnea, Pasien

lemah dan tertidur, akhirnya me -

ninggal karena asfiksia.

Sumbatan tidak total di laring dapat

menyebabkan gejala suara parau,

disfoni a sampai afonia, batuk yang

disert ai sesak, odinofagia, mengi,

sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif

dari benda asing (pasien akan menun-

juk lehernya sesuai dengan letak benda

asing itu tersangkut) dan dispneu

denga n derajat bervariasi. Gejala dan

tanda ini jelas bila benda asing masih

tersangkut di laring, dapat juga benda

asing sudah turun ke trakea, tetapi

masih meninggalkan reaksi laring oleh

karena edema laring.1,5,6

Benda asing di trakea memiliki gejala

yang serupa dengan benda asing di

larin g tetapi tanpa suara parau dan

afoni a, di samping gejala batuk dengan

tiba-tiba yang berulang-ulang dengan

rasa tercekik, rasa tersumbat di teng-

gorok, terdapat gejala patognomonik

yaitu audible slap, palpatory thud dan

asthmatoid wheeze (nafas berbunyi

pad a saat ekspirasi). Benda asing trakea

yang masih dapat bergerak, pada saat

benda itu sampai di karina, dengan

timbul nya batuk, benda asing itu akan

terlempar ke laring. Sentuhan benda

asin g itu pada pita suara dapat terasa

merupakan getaran di daerah tiroid,

yang disebut oleh Jackson sebagai

palpato ry thud, atau dapat didengar

dengan stetoskop di daerah tiroid, yang

disebut audible slap, yang terjadi akibat

kontak benda asing dengan trakea.

Selain itu, terdapat juga gejala suara

serak, dispneu dan sianosis, tergantung

pada besar benda asing serta lokasinya.

Gejala palpatory thud serta audible slap

lebih jelas teraba atau terdengar bila

pasien tidur telentang dengan mulut

terbuka saat batuk, sedangkan gejala

mengi dapat didengar pada saat pasien

membuka mulut.1,5,6

Benda asing yang tersangkut di

karin a dapat menyebabkan atelektasis

pada satu paru dan emfisema paru sisi

lain tergantung pada derajat sumbatan-

nya. Benda asing di bronkus, lebih

banyak masuk ke dalam bronkus kanan,

karena bronkus kanan hampir merupa -

kan garis lurus dengan trakea, sedang -

kan bronkus kiri membuat sudut de -

ngan trakea. Pada fase pulmonum,

bend a asing di bronkus dan dapat

berger ak ke perifer. Pada fase ini udara

yang masuk ke segmen paru terganggu

secara progresif dan terdengar ekspirasi

memanjang dan disertai dengan mengi

pada auskultasi. Derajat sumbatan

bronkus dan gejala yang ditimbulkannya

bervariasi, tergantung pada bentuk,

ukuran dan sifat benda asing dan dapat

timbul emfisema, atelektasis, drowned

lung serta abses paru. Berdasarkan

klasifikasi Jackson, sumbatan bronkus

dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:1,9

1. Sumbatan sebagian dari bronkus

(by-pass valve obstruction = katup

bebas). Pada sumbatan ini, inspirasi

dan ekspirasi masih dapat terjadi

tetapi saluran nya sempit sehingga

terdengar bunyi nafas mengi seperti

pada pasien asma bronkial.

2. Sumbatan seperti pentil. Ekspirasi

terhambat atau katup satu arah

(expir atory check-valve obstruction =

katup penghambat ekspirasi). Pada

waktu inspirasi, udara nafas masih

dapat lewat tetapi pada ekspirasi

terhambat karena kontraksi otot

bronkus. Bentuk sumbatan ini me -

na han udara di bagian distal sum-

batan dan proses yang berulang pa-

da tiap pernafasan mengakibatkan

terjadinya emfisema paru obstruktif.

3. Sumbatan seperti pentil yang lain

ialah inspirasi yang terhambat

(inspirato ry check-valve obstruction

= ka tu p penghambat inspirasi). Pada

ke adaan ini, inspirasi terhambat se -

dang kan ekspirasi masih dapat ter-

laksana. Udara yang terdapat di bagi -

a n distal sumbatan akan diabsorpsi

sehingga terjadi atelektasis paru.

4. Sumbatan total (stop valve obstruc-

tion = katup tertutup) sehingga

inspi r asi dan ekspirasi tidak dapat

terlaksana. Akibatnya terjadi atelek-

tasis paru.

Benda asing di hidung pada anak

sering tidak diketahui orang tua karena

tidak ada gejala dan bertahan untuk

10 l APRiL 2018

Page 11: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

waktu yang lama. Dapat timbul rinolith

di sekitar benda asing. Gejala yang

palin g sering adalah hidung tersumbat,

rinore unilateral dengan cairan kental

dan berbau. Kadang-kadang terdapat

rasa nyeri, demam, epistaksis, dan ber -

sin. Pada pemeriksaan, tampak edem a

dengan inflamasi mukosa hidung unila -

te ral dan dapat terjadi ulserasi. Benda

asing biasanya tertutup oleh muko pus,

sehingga disangka sinusitis. Dalam hal

demikian bila akan meng hisap mukopus

haruslah berhati-hati supa ya benda

asin g itu tidak terdorong ke arah naso-

faring yang kemudian dapa t masuk ke

laring, trakea dan bronkus. Benda asing,

seperti karet busa, sangat cepat menim-

bulkan sekret yang berbau busuk.1,7

Benda asing di orofaring dan hipo-

faring dapat tersangkut antara lain di

tonsil, dasar lidah, valekula, sinus

pirifor mis yang menimbulkan rasa nyeri

waktu menelan (odinofagia), baik

makanan maupun ludah, terutama bila

benda asing tajam seperti tulang ikan,

tulang ayam. Untuk memeriksa dan

mencari benda itu di dasar l idah,

valekul a dan sinus piriformis diperlukan

kaca tenggorok yang besar (no 8-10).

Benda asing di sinus piriformis menun-

jukkan tanda Jackson yaitu terdapat

akumulasi ludah di sinus piriformis

tempa t benda asing tersangkut. Bila

benda asing menyumbat introitus eso -

fagu s, maka tampak ludah tergenang di

kedua sinus piriformis.1,7

pemeriksaan penunjang

Pada kasus benda asing di saluran

nafas, dapat dilakukan pemeriksaan

radiol ogik dan laboratorium untuk

membantu menegakkan diagnosis (lihat

gambar 1). Benda asing yang bersifat

radioo pak dapat dibuat foto rontgen

segera setelah kejadian, sedangkan

bend a asing radiolusen dibuatkan foto

rontgen setelah 24 jam kejadian, karena

sebelum 24 jam kejadian belum me -

nunjuk kan gambaran radiologis yang

berarti (lihat bagan 1). Biasanya setelah

24 jam, batu tampak tanda atelektasis,

hiperinflasi atau emfisema obstruktif

(gambaran radiologis yang paling sering

dijumpai), dan konsolidasi. Walaupun

rontgen memiliki insiden negatif palsu

yang tinggi ketika dilakukan segera,

rontgen toraks sering digunakan pada

pasien dengan keluhan pernafasan.1,5,6

Pemeriksaan radiologik leher dalam

posisi tegak untuk penilaian jaringan

luna k leher dan pemeriksaan toraks

posterior anterior dan lateral sangat

penting pada aspirasi benda asing. Pada

anak yang dilakukan pemeriksaan

toraks dalam posisi dekubitus lateral,

akan didapatkan hasil kolaps paru.

Pemeriksaan toraks lateral dilakukan

dengan lengan di belakang punggung,

leher dalam fleksi dan kepala ekstensi

untuk melihat keseluruhan jalan nafas

dari mulut sampai karina. Karena benda

asing di bronkus sering tersumbat di

orifisi um bronkus utama atau lobus,

pemeri ksaan paru sangat membantu

diag no sis dimana akan tampak atelek -

tasi s saat inspirasi dan hiperinflasi saat

ekspirasi.1,6

APRiL 2018 l 11

Gambar 1: (a) Rontgen servikal lateral menunjukkan benda asing radioopakpad a c6-c7, (b) terdapat gigi pada segmen bronkial paru kanan distal disertaiatelektasis.5,13

Bagan 1: Algoritma diagnosis dan manajemen benda asing10

Page 12: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Video fluoroskopi merupakan cara

terbaik untuk melihat saluran nafas se -

car a keseluruhan, dapat mengevaluasi

pada saat ekspirasi dan inspirasi dan

adanya obstruksi parsial. Emfisema

obstr uktif merupakan bukti radiologik

pada benda asing di saluran nafas sete-

lah 24 jam benda teraspirasi. Gambaran

emfisema tampak sebagai pergeseran

mediastinum ke sisi paru yang sehat

pad a saat ekspirasi dan pelebaran inter -

kostal (mediastinal shift). Bronkogram

berguna untuk benda asing radiolusen

yang berada di perifer pada pandangan

endoskopi, serta perlu untuk menilai

bronkiektasis akibat benda asing yang

lama berada di bronkus. Pada anak,

benda asing yang teraspirasi terdapat

pada bronkus utama kanan atau kiri

diiku ti oleh trakea dan regio glotik/

subgloti k. Selain itu, dapat diketahui

pul a ukuran, bentuk dan lokasi benda

asing sehingga bronkoskopi memiliki

nila i prediktif positif sebesar 98,3%

(liha t gambar 2).1,6

Selain itu, CT Scan dapat digunakan

untuk mendiagnosis aspirasi benda

asin g (lihat gambar 3). Sebuah studi

oleh Behera dkk. menyatakan bahwa

bronkoskopi virtual menggunakan

Multidetector Computed Tomography

(MDCT)-scan merupakan metode

efekti f untuk mendiagnosis benda asin

radiolusen berupa sayuran pada saluran

trakeobronkial. Hasilnya menunjukkan

bahwa pada 59 dari 60 anak, bronkos -

kopi kaku mengkonfirmasi temuan

MDC T-scan dengan adanya benda asing

berupa sayuran. Pemeriksaan MRI juga

bermanfaat untuk mendeteksi benda

asing yang tidak ditemukan pada saat

pemeriksaan endoskopik atau jika

migra si dari saluran nafas atau esofagus

dicurigai. Pemeriksaan laboratorium

darah diperlukan untuk mengetahui

adanya gangguan keseimbangan asam

basa serta tanda infeksi traktus tra keo -

bron kial.1,6

komplikasi

Komplikasi yang terjadi biasanya

terja di akibat keterlambatan diagnosis.

Pada pasien dengan benda asing di lari -

ngotrakeal, sebanyak 67% mengalami

komplikasi ketika pengeluarannya di-

lakukan selama lebih dari 24 jam. Benda

asing yang lama berada di bronkus

dapa t menyebabkan perubahan pa-

tologik jaringan berupa efek mekanik

lokal, reaksi kimia dan inflamasi se -

hingg a menimbulkan komplikasi antara

lain penyakit paru kronik supuratif,

bronkiektasis, abses paru, jaringan

granula si yang menutupi benda asing,

atelektasis, dan transformasi ma-

ligna.1,5,6,12,14

Benda asing organik lebih sering

menyebabkan laringotrakeobronkitis

sehingga terjadi infeksi paru. Selain itu,

pneumonia dan atelektasis merupakan

komplikasi sekunder yang paling sering

terjadi setelah pengeluaran benda asing

di bronkus. Perdarahan dapat terjadi

dari jaringan granulasi di sekitar benda

asing atau erosi pada pembuluh darah

besar. Pada pengunaan kateter Fogarty

di saluran nafas, pneumothoraks (akibat

robekan jalan nafas) dan pemisahan

ujung kateter dapat terjadi. Studi yang

dilakukan oleh Kinoshita dkk. menyata -

kan bahwa pasien yang mengalami

tersedak saat makan dan menjadi tidak

responsif atau tidak sadar memiliki hasil

neurologis yang lebih baik jika dilakukan

kompresi dada. Studi ini juga menemu -

kan dari 138 pasien yang tidak responsif

atau tidak sadar akibat obstruksi jalan

nafas, didapatkan hasil yang lebih baik

pada pasien yang tidak mengalami

gagal kardiopulmoner selama episode

ini.1,5,6,12

penatalaksanaan

Benda asing di hidung

Cara mengeluarkan benda asing dari

dalam hidung adalah dengan memakai

12 l APRiL 2018

Gambar 2: Hasil bronkoskopi kaku dan sekresi dihisap untuk mengeluarkan fragmen kacang tanah pada segmen posterobasal

dari lobus bawah kanan paru dengan jaringan bronkial sekitarnya mengalami edema.13

Gambar 3: (a) ct scan leher dan toraks menunjukkan adanya benda asing pada

sepertiga atas trakea, (b) ct scan leher menunjukkan benda asing pada trakea

bagian atas (pandangan aksial).14

Page 13: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 14: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

14 l APRiL 2018

pengait yang dimasukkan ke dalam

hidung di bagian atas, menyusuri atap

kavum nasi sampai menyentuh naso -

farin g. Setelah itu, pengait diturunkan

sedikit dan ditarik ke depan.1 Melalui

cara ini, benda asing itu akan ikut ter-

bawa ke luar. Selain itu, cunam Nortman

atau wire loop dapat digunakan.

Tindakan mendorong benda asing dari

hidung ke arah nasofaring agar masuk

ke dalam mulut sebaiknya dihindari. Hal

ini dapat mengakibatkan benda asing

masuk terus ke laring dan saluran nafas

bagian bawah sehingga terjadi sesak

nafas dan menimbulkan keadaan yang

gawat. Pada kasus benda asing hidung

yang telah menimbulkan infeksi hidung

dan sinus, antibiotik sistemik selama 5-

7 hari dapat diberikan.1,6

Benda asing di tonsil

Benda asing di tonsil dapat diambil

dengan memakai pinset atau cunam.

Biasanya yang tersangkut di tonsil ialah

benda tajam seperti tulang ikan, kail

atau jarum.1,6

Benda asing di dasar lidah

Untuk benda asing di dasar lidah,

dapat dilihat dengan cermin tenggorok

yang besar. Pasien diminta menarik

lidahn ya sendiri dan pemeriksa meme -

gang kaca tenggorok dengan tangan kiri.

Sementara itu, tangan kanan meme -

gang cunam untuk mengambil benda

tersebut. Bila pasien sangat sensitif,

obat anestesi seperti xilokain dan

pantok ain dapat disemprotkan.1,6

Benda asing di valekula dan sinus

piriformi s

Laringoskopi langsung terkadang

dilaku kan untuk mengeluarkan benda

asing di valekula dan sinus piriformis.1,6

Benda asing di faring

Benda asing di faring atau saluran

nafas atas yang terlihat selama intubasi

dan dapat dikeluarkan oleh dokter

anestesi dengan menggunakan forsep

Magill.1,6

Benda asing di laring

Pasien dengan benda asing di laring

harus diberi pertolongan dengan

segera, karena asfiksia dapat terjadi.

Pada anak dengan sumbatan total pada

laring, dapat ditolong dengan meme -

gang anak dengan posisi terbalik, kepala

di bawah, kemudian daerah punggung/

tengkuk dipukul. Dengan demikian, di-

harapkan benda asing dapat dibatukkan

ke luar (lihat gambar 4). Cara lain untuk

mengeluarkan benda asing yang

menyum bat laring secara total ialah

dengan cara perasat dari Heimlich,

dapa t dilakukan pada anak dan orang

dewasa. Berdasarkan teori Heimlich,

benda asing masuk ke dalam laring ialah

pada waktu inspirasi. Dengan demikian,

paru penuh oleh udara, diibaratkan

sebag ai botol plastik yang tertutup,

dengan menekan botol itu, maka sum-

batannya dapat terlempar ke luar (lihat

gambar 5).1,11

Dengan perasat Heimlich, dilakukan

penekanan pada paru. Caranya ialah bil a

pasien masih dapat berdiri, maka

penolon g berdiri di belakang pasien,

kepalan tangan kanan penolong diletak -

kan di atas processus xiphoideus, se -

dang kan tangan kirinya diletakkan di

atasnya. Kemudian, dilakukan pene kan -

an ke belakang dan ke atas ke arah paru

beberapa kali, sehingga diharapkan

benda asing akan terlempar ke luar dari

mulut pasien. Pada pasien dengan

obstr uksi parsial, perasat ini merupakan

kontraindikasi karena dapat menye-

babkan obstruksi total. Bila pasien su-

dah terbaring karena pingsan, maka

penolong bersetumpu pada lututnya di

kedua sisi pasien, kepalan tangan dile-

takkan di bawah processus xiphoideus,

kemudian dilakukan penekanan ke ba -

wah dan ke arah paru pasien beberapa

kali sehingga benda asing akan terlem-

par keluar dari mulut. Pada tindakan ini,

posisi muka pasien harus lurus, leher

jangan ditekuk ke samping, supaya jalan

nafas merupakan garis lurus.1,5,6

Beberapa komplikasi yang dapat

terja di akibat perasat Heimlich di an-

taranya ruptur lambung atau hati dan

fraktur iga. Oleh karena itu, cara perto-

longan pada anak sebaiknya tidak

denga n menggunakan kepalan tangan,

tetapi cukup dengan dua buah jari kiri

dan kanan. Pada sumbatan benda asing

tidak total di laring, perasat Heimlich

tidak dapat digunakan. Pasien masih da-

Gambar 4: teknik pengeluaran benda asing di saluran nafas pada bayi berusia di

bawah 1 tahun.15

Page 15: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

APRiL 2018 l 15

pat dibawa ke rumah sakit terdekat un-

tuk diberi pertolongan dengan menggu-

nakan laringoskop atau bronkoskop. Jika

tidak terdapat alat tersebut, dapat di-

lakukan trakeostomi, pasien tidur dalam

posisi Trendelenburg, kepala lebih

renda h dari badan, supaya benda asing

tidak turun ke trakea. Kemudian, pasien

dapat dirujuk ke rumah sakit yang

mempun yai fasilitas laringoskopi atau

bronkoskopi untuk mengeluarkan ben-

da asing itu dengan cunam. Tindakan ini

dapat dilakukan dengan anestesi lokal

dan umum. Sementara itu, berdasarkan

stadium sumbatan laring menurut

Jackson, stadium 2 dan 3 perlu dilaku -

kan intubasi endotrakea dan trakeosto-

mi dan stadium 4 perlu dilakukan

krikotirotomi.1,8

Benda asing di trakea

Benda asing di trakea dikeluarkan

dengan bronkoskopi. Tidakan ini di -

lakuk an segera dengan pasien tidur

telen tang dalam posisi Trendelenburg,

supaya benda asing tidak lebih turun ke

dalam bronkus. Pada waktu bronkos ko -

pi, benda asing dipegang dengan cunam

yang sesuai dengan benda asing itu dan

ketika dikeluarkan melalui laring, diusa-

hakan sumbu panjang benda asing

segaris dengan sumbu panjang trakea

jadi pada sumbu vertikal, untuk memu-

dahkan pengeluaran benda asing

melalui rima glotis. Jika tidak terdapat

bronkoskopi, dapat dilakukan trakeosto-

mi dan benda asing dikeluarkan dengan

cunam atau alat pengisap melalui

trakeostomi jika mungkin.1,9

Benda asing di bronkus

Pada kasus benda asing di bronkus,

dapat dikeluarkan melalui bronkoskopi

dengan menggunakan bronkoskop kaku

atau serat optik dengan memakai cu-

nam yang sesuai dengan benda asing

itu. Tindakan bronkoskopi harus segera

dilakukan terutama benda asing or-

ganik. Benda asing yang tidak dapat

dikeluarkan dengan bronkoskopi seper-

ti benda asing tajam, tidak rata dan ter-

sangkut pada jaringan, dapat dilakukan

servikotomi atau torakotomi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut.

Pemberian antibiotika dan kortikos-

teroid tidak rutin diberikan setelah

tinda kan endoskopi pada ekstraksi

bend a asing. Pada kasus pneumonia,

bronkitis purulenta dan atelektasis,

dapa t dilakukan fisioterapi dada. Pasien

dipulangkan 24 jam setelah tindakan ji-

ka paru bersih dan tidak demam. Foto

toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya

bila gejala pulmonum tidak menghilang.

Gejala persisten seperti batuk, demam,

kongesti paru, obstruksi jalan nafas atau

odinofagia perlu ditelaah lebih lanjut.1,5

prognosis

Keberhasilan intervensi tergantung

pada pengalaman dan keahlian opera-

tor endoskopi serta ketersediaan lokal

instrumen.6,11

kesimpulan

Benda asing di dalam suatu organ

ialah benda yang berasal dari luar tubuh

benda asing eksogen) atau dari dalam

tubuh (benda asing endogen), yang

dalam keadaan normal tidak ada.

Kelompok paling berisiko mengalami

aspirasi benda asing adalah anak-

anak. Namun, terdapat pula beberapa

faktor predisposisi aspirasi benda asing

ke dalam saluran nafas yang dapat ter-

jadi pada orang dewasa. Gejala sumbat-

an benda asing di dalam saluran napas

dapat bervariasi, dari tanpa gejala

samp ai kematian sebelum diberi per -

tolong an, akibat sumbatan total. Hal

tersebut tergantung pada lokasi benda

asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk

dan ukuran dari benda asing. Diagnosis

benda asing saluran napas dapat dite-

gakkan berdasarkan anamnesis adanya

riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba tim-

bul choking, gejala, tanda, pemeriksaan

fisik dengan palpasi dan auskultasi

menu njukkan adanya wheezing, suara

vesikuler menurun atau keduanya pada

sisi paru yang mengalami aspirasi benda

asing. Akan tetapi, dapat pula pemerik-

saan fisik yang ditemukan normal pada

obstruksi parsial. Selain itu, diperlukan

pemeriksaan radiologik sebagai pe-

meriksaan penunjang. Penatalaksanaan

aspirasi benda asing harus dilakukan

segera dan tepat dengan mengetahui

jenis sumbatan dan gejala di tiap lokasi

benda asing tersebut.

Gambar 5: perasat Heimlich.1

Page 16: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Daftar pustaka1. Junizaf, MH. Benda Asing di Saluran Nafas.

Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin

J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher

Edisi Ketujuh Cetakan Ketiga. Jakarta: Badan

Penerbit FK UI; 2014:p237-243.

2. Chapin MM, Rochette LM, Annest JL,

Haileyesus T, Conner KA, dan Smith GA.

Nonfatal Choking on Food Among Children 14

Years or Younger in the United States, 2001-

2009. 2013;132(2):p275-81.

3. Dong YC, Zhou GW, Bai C, Huang HD, Sun QY,

Huang Y, et al. Removal of Tracheonbronchial

Foreign Bodies in Adults Using A Flexible

Bronchoscope: Experience with 200 Cases in

China. Intern Med. 2012;51:p2515-9.

4. Gupta R dan Poorey VK. Incidence of Foreign

Bodies in Aerodigestive Tract in Vindhya

Region: Our Experience. Indian J Otolaryngol

Head Neck Surg. 2014; 66(2):p135–41.

5. Philip A, Sundaresan R, George P, Dash S,

Thomas R, Job A dan Anand VK. A Reclusive

Foreign Body in the Airway: A Case Report

and A Literature Review. Case Reports in

Otolaryngology.2013;p1-4.

6. Murray AD. Foreign Bodies of the Airway

Treatment and Management. 2015;p1-4

7. Can D, Yilmaz O, Asilsoy S, Gulle S dan Yuksel

H. Aspiration of Foreign Bodies that Allow Air

Passage Through. OJPed. 2011;1:p90-3.

8. Hadiwikarta A, Rusmarjono dan Soepardi EA.

Penanggulangaan Sumbatan Laring. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,

Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi

Ketujuh Cetakan Ketiga. Jakarta: Badan

Penerbit FK UI; 2014:p221-222.

9. Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeo-

Bronkial. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,

Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Tel inga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher Edisi Ketujuh Cetakan

Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;

2014: p233-235.

10. Zaupa P, Saxena AK, Barounig A dan

Hollwarth ME. Management Strategies in

Foreign-Body Aspiration. Indian J Pediatr.

2009;76(2): p157-61.

11. Kumar N, Minocha A, dan Msuya D. Chapter

52: Aerodigestive Foreign Bodies in Children.

12. Rajasekaran S, Krishnamoorthy, Bala -

Chandran, Anbalagan S, Kumar PS, dan

Vikram VJ. Management of Tracheo Bronchial

Foreign Bodies in Children – A Retrospective

Study of Series of 50 Cases. Online J

Otolaryngol. 2013; 3(3):p1-12.

13. Hoff SR dan Chang KW. The Proximal

Bronchoplasty Retrieval Technique for

Removal of Embedded Distal Airway Foreign

Bodies. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.

2014;78:p148-51.

14. Swain SK, Panigrahi R, Mishra S, Sundaray C,

dan Sahu MC. An Unusual Long Standing

Tracheal Foreign Body – A Rare Incidence.

EJENTAS. 2015; 16:p91-3

15. Anonim. Choking Rescue Procedure Heimlich

Maneuver Baby Younger Than 1 Year.

(http://www.webmd.com/first-aid/tc/chok-

ing-rescue-procedure-heimlich-maneuver-

baby-younger-than-1-year, diakses pada 16

November 2015).

16 l APRiL 2018

Page 17: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 18: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Kegiatan

Surabaya Surgical Update me -rupak an ajang tahunan yang

diseleng garakan untuk mengupdatekeilmuan mengenai vaskular (pem-buluh vena & arteri), termasuk pe -na nganan varises dengan teknologiterbaru, yaitu laser dan radio -frekuen si. Tahun 2018 ini, workshopdiselenggarakan di Rumah SakitUniversitas Airlangga (RSUA) yangmerupakan Center of ExcellenceEndoVenous Technology, Surabaya,9 Maret 2018. Pada workshop ter se -bu t menekankan keutamaan peng -gunaan EVLA (EndoVenous LaserAblation) dan EVRFA (EndoVenousRadio Frequency Ablation).

Dalam paparannya, Prof. Dr.med. dr. Puruhito Sp.BTKV (K).,menjela skan terdapat tiga jenisvarise s yang dikenal dalam dunia medis,yakni varises halus (kapiler), varises jala(retikuler), dan varises trunkal (besar).Varises kapiler dikeluhkan, karena meng-ganggu kecantikan kulit. Varises retikuler danvarises jala selain mengganggu penampilan,juga menimbulkan rasa sakit. Ada beberapajenis pengobatan untuk menghilangkan ataumenyamarkan varises antara lain denganobat sklerosan, bebat kompresi, dan bedah.Untuk operasi endoluminal atau endovascu-lar dilakukan melalui endothermal ablation,yakni EVRFA, dan EVLA.

EVRFA merupakan terapi teknologiradio freku ensi endovena melalui proseduryang dilakukan dengan anestesi lokal (tumes-cent anesthesia) dan dapat segera melaku -kan aktifitas ringan maupun sedang. Selamaterapi radiofrekuensi endovena, elektrodakateter (closurefast catheter) digunakanuntu k mengirimkan energi thermal dariradiofr ekuensi ke dinding vena target yangdiablasi. Kateter digunakan dengan ukuranyang cukup kecil agar dapat dimasukkan kevena yang dituju, sehingga tidak perlu di-lakukan insisi maupun jahitan. Ketika energiradiofrekuensi masuk ke vena yang patolo-gis, vena akan terablasi hingga tertutupseluruhn ya. Setelah itu, aliran darah venaakan secara alami mengalir ke sistem venadalam yang sehat. Seluruh prosedur ini bi-asanya membutuhkan waktu sekitar 20menit hingga 45 menit. Hasil yang diharap-kan dapat terlihat dalam 1 hingga 3 minggu,setelah itu pasien diharap untuk kembalibertemu dokter untuk pemeriksaan evaluasipaska tindakan.

Sedangkan EVLA atau ablasi laser endo -ve nous, dibutuhkan ketika vena yang ter -penga ruh mengalami dilatasi yang cukupbesa r. Penatalaksanaan EVLA ini dilakukandengan memberikan energi panas laser kedalam vena, karena itu namanya ‘endove-nous’, yang berarti ‘di dalam vena’. Selainlebih aman dan tidak begitu menyakitkan,perawatan ini merupakan alternatif dari li -gas i (mengikat vena) dan stripping (pengang -katan vena). Perawatan laser endovenoushanya membutuhkan penenang ringan ataupembiusan lokal, sedangkan ligasi danstrippin g membutuhkan pembiusan blokregio nal maupun terkadang total.

Menurut dr. Niko Azhari Hidayat,Sp.BTKV, FIHA., sebagai Course Director Sura -baya Surgical Update 2018, kedua metode inilebih unggul karena minimnya sayatan se-hingga rasa nyeri yang ditimbulkan juga lebihrendah. “EVLA maupun EVRFA dapa t men -jad i pilihan yang baik untuk menggant ikanmetode pengobatan varises melalui teknikpembedahan yang konvensional”, tegasnya.

Karena varises merupakan penyakitpembul uh darah vena, ada beberapa dokteryang kompeten menangani varises. Dalamhal ini siapapun dokter yang memiliki kom -pete nsi dalam penanganan vena mau punpenyakit varises dapat menanganinya, tentudengan metode yang bervariasi sesuaidenga n tingkatan keilmuan dan update ter-hadap teknologi. Para dokter Spesialis BedahToraks Kardiak & Vaskular di dalam perhim-punan HBTKVI komisi Vaskular, mendedi kasi -kan serta memfokuskam dalam pengemban-gan terpadu penanganan Penyakit Vaskular

di Indonesia. Secara prinsip ber -tujua n untuk menjadi komponenutama pelayanan penangananPenyakit Vaskular yang optimalsecar a Nasional.

“Tidak ada aturan yang me -larang berkembang demi kebaikanpelayanan di Indonesia. Justru kitapara dokter yang harus terus me -nerus belajar dan update terhadapilmu. Mengikuti berbagai pelatihandan berkolaborasi dengan berbagaibidang. Kami dalam Komisi VaskularHBTKVI memiliki keseminatandenga n KardioVaskular, tak mungkindipisahkan Vaskular (pembuluhdarah) dari Kardio (Jantung) yangmembuatnya berdenyut dan ter -jadin ya aliran dan kehidupan.

“We Use Heart in VascularIndonesia”. Semua dapat berkom peten siyang terpenting dedicated. Dokter umumpun bisa mengaplikasikan stocking daninjeks i varises. Namun tidak kompeten untukmelakukan operasi, kecuali melanjutkanpendid ikan spesialisasi bedah (BTKV). Untukmengetahui lebih jelas silakan akses situswww.vascularindonesia.com.

18 l APRiL 2018

dr. Niko Azhari Hidayat, Sp.Btkv, fiHA., saat live surgery

Surabaya Surgical update 2018, di Rumah Sakit universitasAirlangga (RSuA), Surabaya, 9 Maret 2018

Prevalensi varises sebenarnya sanga t

besar. Tanpa gejala, pasien tidak akan

memeriksakan dirinya. Biasanya pasien

datang ke dokter ketik a keluhan dan ge-

jala sudah memasuki tahap berisiko,

mengganggu, dan sakit. Oleh sebab itu,

berawal dari keprihatinan akan ku-

rangnya kesadaran masyarakat terkait

varises, dr. Niko Azhari hidayat, Sp.BTKV,

FIHA., memperkenalkan situs www.vari -

sesin donesia.id, Media aplikasi Varises

Indonesia (Appstore & Playstore) serta

dapat memfollow melalui berbagai Social

media (facebook, instagram, twitter &

youtube : Varises Indonesia), diharapkan

dapat meningkatkan kesadaran dan

pemahaman masyarakat, bagaimana

penanganan, dan tempat penanganan

varises, semakin ber tamba h baik nanti-

nya. Masyarakat juga dapa t menemukan

informasi dasar ataupun baru terkait

varises dan juga konsultasi secara online

dengan ahli di bidangnya pada email:

[email protected] . (Di)

Surabaya Surgical Update 2018EVLA & EVRFA sebagai Pilihan Terkini Terapi Varises Tungkai

Page 19: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 20: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Kegiatan

Bedah caesar atau seksio sesareaadalah proses persalinan melalui

pembedahan pada dinding perut dandinding rahim ibu, dengan syarat rahimdalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500 gram. Saat ini, bedah caesarjauh lebih aman dibandingkan masasebelum nya karena tersedianya anti -bioti ka, transfusi darah, teknik bedahyang baik, serta teknik anestesia yanglebih sempurna. Hal inilah yang menye-babkan timbulnya kecenderungan untukmelakukan bedah caesar pada ibu yangakan melahirkan tanpa adanya indikasiyang cukup kuat. Data dari seluruh duniamenunjukan 15% kelahiran mengguna -kan prosedur bedah caesar dan 21,1%berasal dari negara maju. Di Indonesia,berdasarkan Riset Kesehatan Dasar olehpemerintah, praktik bedah caesar diseluruh provinsi di Indonesia persen -tase nya mencapai 15,3%.

Setiap pembedahan akan menimbul -kan konsekuensi nyeri karena kerusakanjaringan. Nyeri yang dirasakan oleh ibupasca bedah caesar berasal dari lukaakib at insisi yang terdapat pada perut.Tingkat dan keparahan nyeri pasca be-dah tergantung pada fisiologis danpsikologis individu serta toleransi yangditimbulkan oleh nyeri. Hasil studi diAmerika Serikat pada 250 pasien yangmenjalani pembedahan, terdapatsekita r 80% pasien mengalami nyeri akutpasca bedah. Ibu yang menjalani bedah

caesar melaporkan mengalami nyeriyang berat selama 24 jam pertamadenga n skor visual analog scale (VAS) diatas atau sama dengan 4.

Penanganan nyeri pasca bedahcaesa r memerlukan perhatian tersendirikarena harus mempertimbangkan duafaktor, yaitu ibu dan bayi. Nyeri pascabedah caesar memengaruhi prosesmenyusui dan perawatan bayi oleh ibu.Oleh karena itu, diperlukan penanganannyeri akut pasca bedah yang efektifuntu k mempersingkat masa penyem-buhan dan lama rawat inap pasien dirumah sakit, memperbaiki fungsi sosialibu terutama dalam merawat bayinya,serta mencegah terjadinya nyeri kronik.

Non-steroidal anti-inflammatorydrugs (NSAID) merupakan obat analge-sik yang paling sering diresepkan diseluru h dunia untuk mengobati nyeriakut. Mekanisme NSAID yaitu secararever sibel menghambat siklooksigenase(COX) yaitu enzim yang menjadi kata li -sat or dalam produksi prostaglandin (PG)dan mediator inflamasi lain. Meloksikamadalah NSAID sebagai inhibitor preferen -sial siklooksigenase (COX-2). ProduksiCOX-2 diinduksi dalam makrofag, selendo tel, dan synoviocytes oleh mediato rinflamasi, termasuk sitokin dan lipo -polisakarida. COX-2 juga dapat diinduksipada sistem ginjal dan gastrointestinal.

Meloksikam terutama digunakandalam mengobati nyeri arthritis yang

dapa t diberikan secara oral maupunrekta l. Namun, sekarang telah diketahuibahwa meloksikam bisa menjadi pilihanterapi nyeri pasca bedah perut, terma-suk bedah caesar. Meloksikam telahdiklai m menimbulkan lebih sedikit efeksamping gastrointestinal pada kasusosteo arthritis daripada NSAID non-selekti f. NSAID selektif COX-2 atauinhibi tor preferensial COX-2 sepertimeloksikam memiliki manfaat untukterap i pasca bedah dengan mengurangiefek samping seperti nyeri.

Studi oleh Thompson et al, menelitipengaruh meloksikam pada kasus nyeripasca bedah perut dengan melibatkan36 pasien yang diberikan meloksikamsuppositoria 15 mg secara acak duakelompok. Nyeri pasca bedah diukurmenggunakan skor visual analog painscale (VAS). Hasil studi menunjukkanbahwa meloksikam suppositoria 15 mgyang diberikan sebelum pembedahanmenghasilkan penurunan yang signifi -kan pada skor nyeri pasca bedah selama24 jam pertama.

Studi lain oleh Kurukahvecioglu et al,terhadap 50 pasien hernia yang men-jalani bedah perut, menemukan bahwaberatnya nyeri pasca bedah secarasignifi kan menurun pada pasien yang se -belu mnya telah diberikan meloksikam.Dosis tunggal meloksikam menjaditerap i yang efektif untuk pasien yangmenjalani perbaikan hernia inguinaldengan anestesi lokal. Studi tersebutjug a menyimpulkan bahwa meloksikamdapat meningkatkan kenyamananpasien dan bisa menjadi pilihan terapidalam penggunaan pada kasus bedahrawat jalan. Oleh karena itu, dengankondisi yang hampir sama yaitu kasusbedah perut dengan anestesi lokal,penggunaan meloksikam suppositoriadapat menjadi pilihan untuk terapi nyeripasca bedah caesar.

Kandungan meloksikam suppositoriasebagai obat analgesik untuk mengatasinyeri pasca bedah terdapat dalam pro-duk persembahan PT. Dexa Medica yaituCameloc® Supositoria. Produk ini di-pamerkan pada kegiatan PertemuanIlmiah Tahunan (PIT) Fetomaternal Ke-19 Medan di Hotel Santika Dyandra,Medan, 17-24 Maret 2018. (kk)

20 l APRiL 2018

Pilihan Terapi Nyeri Pasca Bedah Caesar

Stand pt. Dexa Medica pada pertemuan ilmiah tahunan (pit) fetomaternal ke-19

Medan di Hotel Santika Dyandra, Medan, 17-24 Maret 2018.

Page 21: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 22: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Kegiatan

WHO 2015 mencatat lebih dari 270

juta anak pra-sekolah dan 600 juta

anak usia sekolah tinggal di lingkungan

dengan sanitasi buruk. Padahal sanitasi

buruk merupakan tempat cacing ber -

kembang biak dengan cepat. Infeksi

cacingan dapat merugikan kesehatan,

karena memengaruhi asupan (intake),

pencernaan (digestive), penyerapan

(absor bsi), dan metabolisme makanan.

Secara kumulatif apabila dalam jangka

waktu relatif lama, cacingan menim-

bulkan kerugian terhadap kebutuhan zat

gizi akibat berkurangnya kalori dan pro -

tei n serta kehilangan darah. Selain itu,

juga menghambat perkembangan fisik,

kecerdasan, dan produktifitas kerja.

Cacingan dapat menurunkan keta-

hanan tubuh penderitanya sehingga

muda h terkena penyakit lain. Hasil

survei Bank Dunia tahun 2016 menun-

jukkan Indonesia mengalami kerugian

ekonomi sebesar Rp 30-33 miliar per

tahun akibat penyakit cacing. Oleh

karen a itu, PT. Johnson & Johnson

bekerj a sama dengan LPAI, turut men-

dukung program pemerintah melalui

Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat

(GERMAS) yang diterapkan kepada

semu a kelompok, khususnya bagi anak.

Gerakan sosial tersebut dinamakan

Gerakan Sosial Jam Main bertujuan

mengajak anak Indonesia agar lebih

mengenal permainan tradisional,

sekaligu s aktif bermain di luar rumah

bersama keluarga tanpa rasa khawatir

terkena infek si cacing. Cacingan dapat

diatasi dengan mencuci tangan sebelum

makan menggunakan sabun. Cara

meningkat kan tumbuh kembang anak

secara fisik yaitu bermain di luar ber -

sama keluarga, kerabat maupun teman

sebaya nya.

“Dengan kemajuan teknologi, ba -

nyak keluarga Indonesia mengandalkan

gadget, dan lebih suka anak bermain di

dalam rumah. Kondisi tersebut meng -

ubah definisi anak tentang bermain.

Padahal banyak permainan tradisional

yang melibatkan aktivitas fisik sehingga

mendorong stimulasi motorik dan

psikologis anak yang membantu

perkembangannya,” jelas Mr. Lakish

Hatalkar, Presiden Direktur PT Johnson

& Johnson Indonesia.

“Kami menyadari bahwa Indonesia

kaya akan budaya serta memiliki banyak

permainan tradisional yang hampir

terlupakan. Kami berharap jam main

bisa menjadi kesempatan memperke-

nalkan dan mempopulerkan kembali

permainan tradisional kepada generasi

muda. Permainan tradisional bisa

menja di media untuk melestarikan nilai

budaya serta tradisi daerah yang

menjad i kekayaan bangsa kita,” terang

DR. Seto Mulyadi, Ketua LPAI, yang akrab

disapa Kak Seto.

Gerakan sosial jam main merupakan

komitmen bersama untuk meningkatkan

kualitas kesehatan anak Indonesia

denga n cara mengedukasi masyarakat

akan pentingnya memulai gerakan hidup

sehat. Dukungan juga diberikan melalui

kampanye ‘Gerakan Waspada Cacingan’

yang diresmikan Ibu Negara Indonesia,

Iriana Joko Widodo dan Ibu Mufidah

Jusuf Kalla, November 2015 lalu.

22 l APRiL 2018

Gerakan Sosial Jam Main Anak Indonesia

para pembicara pada konferensi pers “Gerakan Jam Main kita” yang diseleng gara -

kan di Hotel pullman, 21 Maret 2018.

Page 23: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 24: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Kegiatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Ketenagakerjaan mencatat

terjadi sekitar 123 ribu kasus kecelakaan

kerja sepanjang 2017. Padahal kece-

lakaan kerja dan penyakit akibat kerja

tidak hanya menimbulkan kerugian

mate ri atau korban jiwa, tapi juga

menggan ggu proses produksi dan

merusak lingkungan. Oleh sebab itu,

keselama tan kerja menjadi hal wajib

dalam setiap pekerjaan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) menjadi sebuah

keharu san bagi perusahaan. Salah

satuny a dengan memberikan pelatihan

keselamatan kerja bagi dokter serta

paramedis (Perawat dan Bidan). Setiap

perusahaan melalui organisasinya harus

berperan proaktif dalam menyeleng -

gara kan usaha preventif untuk menye -

lesai kan problema kesehatan di ling -

kunga n kerja serta mengidentifikasi dan

mengendalikan potensi bahaya. Selain

itu, juga untuk mencegah Penyakit

Akibat Kerja (PAK) serta memantau pe -

lak sanaan program K3 lainnya. Tindakan

ini bertujuan agar tenaga kerja men -

dapat kan perlindungan saat bekerja,

terjam innya keselamatan tenaga kerja,

serta sumber produksi dapat digunakan

secara aman dan efisien.

pelatihan Hiperkes & kk oleh pt. Medika

Media Mandiri

Melalui Pelatihan Hiperkes, dokter

dan paramedis diharapkan dapat lebih

memahami akan pentingnya peran tena-

ga medis di perusahaan. Maka, serti-

fikasi Hiperkes menjadi acuan agar dok-

ter dan paramedis mendapat penge-

tahuan serta pelatihan untuk memaha-

mi konsep penerapan K3 di lapangan

serta menjamin kesehatan di lingkungan

kerja maupun perusahaan.

Program Pelatihan Hiperkes bagi

dokter merupakan program untuk

membant u pemerintah dalam rangka

mewujudkan pekerjaan dan penghi -

dupa n yang layak. Sesuai UUD 1945

Pasal 27, Ayat 2 yang berbunyi: Tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi ke -

manusiaa n. Pelatihan Hiperkes dalam

menyelenggarakan usaha promotif, pre -

ven tif, kuratif, dan rehabilitatif di bidang

keselamatan dan kesehatan kerja,

sanga t penting untuk memberikan kese -

hat an kepada tenaga kerja, mengenda-

likan potensi bahaya yang ada di tempat

kerja, dan mencegah penyakit akibat

kerja. Karena itu, Pemerintah mengatur

kewajiban pelatihan Hiperkes bagi

dokte r perusahaan melalui Permena -

kertrans No. 01 Tahun 1976, tentang

kewajib an latihan higiene perusahaan

kesehatan dan keselamatan kerja bagi

tenaga dokter perusahaan. Adapula

Permenakertrans No. 01 Tahun 1979

mengenai kewajiban pelatihan Hiperkes

bagi paramedis perusahaan.

Oleh karena itu, PT. Medika Media

Mandiri (Jurnal Kedokteran Medika)

bekerja sama dengan Kementerian

Ketenagakerjaan Republik Indonesia

(Kemnaker RI) rutin menyelenggarakan

Pelatihan Hiperkes dan KK (Higiene

Perusahaan, Kesehatan dan Kesela -

matan Kerja) dengan sertifikat Hiperkes

24 l APRiL 2018

Memahami Peran Pelatihan Hiperkes & KK bagi Dokter dan Paramedis

peserta pelatihan hiperkes saat kunjungan perusahaan

Page 25: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

yang berlaku seumur hidup. Jurnal

Kedokteran Medika sudah tersertifikasi

Kementerian Ketenagakerjaan RI,

terakre ditasi SKP Pengurus Besar Ikatan

Dokter Indonesia (PB IDI), serta

mendapa t akreditasi SKP Persatuan

Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Salah satu seminar Hiperkes yang

suda h diselenggarakan berlangsung

tanggal 26 Maret – 31 Maret 2018.

Seminar ini rutin digelar di Hotel Puri

Jaya, Jakarta Pusat. dr. Seno Purnomo,

selaku Ketua Badan Informasi Data

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

(PB IDI) dan Direktur Utama PT. Medika

Media Mandiri, memaparkan penting -

nya faktor biologi di perusahaan.

Kebiasaan mencuci tangan menjadi

fakto r penting untuk mencegah

penulara n suatu penyakit, terutama

yang dapat ditularkan melalui sentuhan.

Mikroorganisme, seperti virus, bakteri,

dan fungi dapat dengan mudah ditular -

kan dari pasien ke dokter dan tenaga

medis. Oleh karena itu, dokter dan

Paramedis yang memeriksa pasien

harus sering mencuci tangan.

Selanjutnya, dr. Mahesa Paranadipa,

selaku Ketua Bidang Organisasi dan

Sistem Informasi Pengurus Besar Ikatan

Dokter Indonesia (PB IDI) menjelaskan

pentingnya penerapan K3 sebagai

preven tif, promotif, kuratif, dan reha -

bilita tif. Upaya tersebut harus dilakukan

secara berkelanjutan untuk memantau

kasus kecelakaan kerja dan penyakit

akib at pekerjaan.

Alat pelindung diri menjadi sarana

yang wajib disediakan oleh perusahaan

dan wajib digunakan karyawan selama

bekerja. Ada beberapa alat pelindung

diri. Pertama, Alat Pelindung Kepala,

seperti helm, tutup kepala, topi yang

berfungsi untuk melindungi kepala dari

benturan benda keras, maupun melin-

dungi dari kotoran dan debu. Kedua,

Alat Pelindung Mata, seperti kaca mata,

googles, ataupun face shield yang

berfungi untuk melindungi mata dari

percikan cairan kimia yang berbahaya

serta melindungi mata dari percikan

lain. Ketiga, Alat Pelindung Pernafasan,

seperti masker full face respiratory

untu k melindungi pernafasan dari

partike l debu dan uap berbahaya,

cemar an gas organik maupun gas

anorgan ik, terutama cemaran dari lim -

ba h B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Keempat, Alat Pelindung Pendengaran,

seperti ear plug dan ear muffler yang

dapat melindungi pendengaran dari

kebis ingan di lingkungan kerja. Kelima,

Alat Pelindung Tangan, seperti sarung

tangan yang dapat melindungi tangan

dari objek yang bersuhu tinggi maupun

objek yang bersuhu dingin. Dan

keenam, Alat Pelindung Kaki, seperti

sepatu yang dapat melindungi kaki dari

cedera tertimpanya material di pabrik.

kunjungan ke perusahaan

Salah satu materi dari seminar yang

berlangsung selama 6 hari tersebut

adalah kunjungan ke perusahaan. Kali

ini, peserta Hiperkes dokter terdiri dari

109 peserta yang dibagi menjadi tiga

kelompok mengunjungi pabrik kosmetik

di Indonesia, yaitu PT. Martina Berto.

Pabrik pembuatan kosmetik ini dikenal

karena menjunjung tinggi budaya Timur

atau budaya asli Indonesia dan ter-

gabung dalam Martha Tilaar Group.

Para peserta Hiperkes diberikan

pemaparan seputar pentingnya Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kese -

hatan Kerja (SMK3) di perusahaan.

Perusahaan ini memiliki budaya K3 dan

Medical Check Up (MCU) setiap tahun.

Hal ini dilakukan untuk memastikan

kondisi kesehatan karyawan, terutama

di area produksi. Selanjutnya, para pe-

serta Hiperkes diajak berkeliling pabrik,

mulai dari museum perusahaan yang

menyimpan dokumentasi tentang ke -

can tikan dari masa ke masa, hingga cara

pembuatan kosmetik dari teknologi

sederhana ke teknologi modern.

Setelah melihat museum, peserta me -

liha t proses pembuatan kosmetik, mulai

dari pencampuran bahan, membuat

bentuk kosmetik hingga packaging. Di

pabrik ini, terdapat area pengujian ke ta -

ha nan produk terhadap sinar matahari

langsung sehingga memenuhi prosedur

pembuatan kosmetik yang baik.

Di bagian luar pabrik terdapat

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Limbah dari pabrik harus diolah se-

belum di buang ke lingkungan agar

limba h tidak mencemari lingkungan. Di

akhir kunjungan, peserta mendatangi

factory outlet yang memajang semua

produk dan berbelanja dengan voucher

yang diberikan panitia. Dengan di-

adakan kunjungan perusahaan, peserta

diharapkan dapat menambah ilmu

menge nai SMK3 serta dapat mengapli -

kasikan ilmunya di perusahaan. Setelah

mengikuti sertifikasi pelatihan Hiperkes,

para peserta juga semakin memahami

pentingnya peran tenaga medis serta

memahami konsep penerapan K3 di

lapa ngan, dan menjamin Keselamatan

dan kesehatan kerja maupun lingkung -

an perusahaan. (ekO)

APRiL 2018 l 25

Kiri: petugas dari Direktorat Jendral ppk & k3 kemnaker Ri saat memberikanpenjelas an mengenai alat pelindung diri. Kanan: Dr. Seno dan Dr. Aryanti saatmembuka acara pelatihan Hiperkes.

Page 26: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Kegiatan

26 l APRiL 2018

Upaya pencegahan dan pengontrolan

pe nyakit hipertensi di Indonesia

sampai saat ini merupakan langkah

penting yang tetap harus dilakukan dan

diting katkan. Data mencatat, trend

prevalensi penyakit ini masih terus

meningkat, bahkan laporan BPJS pada

akhir 2017 pun menunjukkan berbagai

penyakit yang berkaitan dengan

hipertensi langsun g seperti gagal ginjal,

stroke dan penyakit jantung, merupakan

penyakit katastropik yang menyita biaya

negara dalam jumlah sangat besar.

Dengan mengukur tekanan darah di

rumah, selain didapatkan adanya rata-

rata tekanan darah sebenarnya, namun

juga akan didapatkan informasi besar -

nya variasi tekanan darah. Mengingat

pentingnya hal tersebut.

Dalam sambutannya, dr.Rossana

Barack, SpJP, FIHA, Ketua 12th Annual

Scientific Meeting of Indonesian Society

of Hypertension mengatakan, “Tahun ini

kami mengambil tema ”The Never

Ending Battle Against Hypertension and

Its Complications”, yang mencerminkan

semakin meningkatnya prioritas untuk

secara lebih baik lagi memberikan

layanan terpadu bagi pasien, bukan

hanya di rumah sakit tetapi juga di

seluru h lingkungan layanan primer serta

layanan jangka panjang.

Dr. dr. Yuda Turana, SpS, Ketua InaSH

mengatakan, “Seiring dengan trend

global di Asia, beban hipertensi sangat

tinggi, dengan beberapa negara terus

mengalami tingkat kematian yang me -

ningkat akibat penyakit kardiovaskular

bersamaan dengan tingkat pengendali an

dan kesadaran penyakit yang rendah.”

Tentang kampanye ‘CERAMAH!’,

Dr.Yuda mengatakan, “Fakta menunjuk -

kan bahwa pengukuran tekanan darah di

rumah yang dilakukan secara benar dan

rutin dan menggunakan alat yang akurat

lebih menunjukkan tekanan darah se -

benar nya dibandingkan dengan pengu -

kuran tekanan darah di klinik.

Mengenai hipertensi sebagai salah

satu faktor risiko penyakit Kardio vas -

kular (KV), dr. Arieska Ann Soenarta,

SpJP, FIHA, FAsCC menjelaskan, “Tiga

pulu h persen kematian di dunia dise-

babkan adanya kelainan KV. Faktor risiko

yang menyebabkan kelainan KV ada

banyak dan akan semakin bertambah.

Namun dari seluruh faktor risiko yang

ada, Hipertensi menduduki peringkat

teratas. Dengan bertambahnya faktor

risiko KV semakin besar juga kemung -

kina n terjadinya kelainan KV pada pasien

Hipertensi.

“Pada pasien hipertensi, jantung

dapa t mengalami pembengkakan saat

tekanan darah pasien tinggi. Selain itu,

gangguan aliran pembuluh darah

korone r juga dapat terjadi akibat adanya

penyumbatan aliran darah pembuluh

darah koroner, dan apabila tidak

ditindak lanjuti dapat menimbulkan

penyakit jantung koroner dan berujung

kematian”.

Sementara itu, dalam kesempatan

yang sama, Wakil Ketua InaSH, ahli gin -

ja l hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang,

SpPD-KGH, mengungkapkan, “Sebagian

besar (> 90 %) penderita hipertensi yang

tidak diketahui sebabnya, dikategorikan

sebagai Hipertensi Primer (Essensial

Hypertension). Dalam hal ini umumnya

hipertensi ditemukan pada sejumlah

anggota keluarga. Penyebab utamanya

adalah konsumsi garam berlebih atau

gangguan pengolahan asupan garam

pad a orang tertentu (salt sensitive).

“Hipertensi yang tidak terkendali

dapa t merusak semua organ yang

memiliki pembuluh darah, salah satunya

dapat menyebabkan gangguan fungsi

ginjal yang menimbulkan GGK (Gagal

Ginjal Kronik). Untuk pengobatan, dapat

dilakukan TPG (Terapi Pengganti Ginjal)

berupa dialisis seperti cuci darah, CAPD

(Continuous Ambulatory Peritoneal Dia -

lisis) atau transplantasi ginjal,” jelasny a.

Pengobatan harus dilakukan untuk

mencapai target tekanan darah sesuai

yang dianjurkan dalam panduan.

Tentunya didukung dengan perubahan

pola hidup sehari-hari, seperti berhenti

merokok, mencegah kegemukan

(overwei ght/obese), olah raga teratur

(3-4X dalam 1 minggu) selama 40 menit

dan pengendalian factor-faktor risiko

diabete s dan kolestrol. Dianjurkan juga

untuk melakukan diet DASH (Diet

Against Systolic Hypertension) dengan

asupan garam tidak melebihi 2,4 g/hari

dan rutin mengonsumsi buah dan

sayura n,” tutupnya.

Pentingnya CERAMAH:

Cek Tekanan Darah di Rumah!

para pembicara dalam Press Conference 12th Annual Scientific Meeting of

Indonesia Society of Hipertension (inaSH 2018).

Page 27: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Bahasan Utama

APRiL 2018 l 27

Imunisasi dapat menyelamatkan jutaan nyawa dandikena l secara luas sebagai salah satu intervensi kese-hatan paling sukses dan hemat biaya di dunia. Namun,ada lebih dari 19 juta anak yang tidak divaksinasi atautidak mendapat vaksinas lengkap di dunia, menem-patkan mereka pada risiko serius dari penyakit yangberpotensi fatal. Satu dari sepuluh anak-anak ini tidakpernah menerima vaksinasi apapun, dan kemungkinanbesar belum pernah terjangkau oleh sistem kesehatan.

CAKUPAN IMUNISASI DUNIA

www.orami.co.id

Page 28: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Minggu terakhir bulan April setiap

tahun ditandai oleh WHO dan

mitranya sebagai Pekan Imunisasi

Sedunia. Tujuannya untuk mempro -

mosi kan penggunaan vaksin untuk me -

lindungi orang dari segala usia terhadap

penyakit. Imunisasi menyelamatkan

juta an nyawa dan dikenal secara luas

sebag ai salah satu intervensi kesehatan

paling sukses dan hemat biaya di dunia.

Tujuan utama dari kampanye 2017

denga n tema #VaccinesWork adalah

untu k meningkatkan kesadaran tentang

pentingnya imunisasi penuh sepanjang

hidup, dan perannya dalam mencapai

Sustainable Development Goals.

Pekan Imunisasi Dunia bertujuan

untu k menyoroti tindakan kolektif yang

diperlukan untuk memastikan bahwa

setiap orang dilindungi dari penyakit

yang dapat dicegah dengan vaksin.

Tema yang diusung World Health

Organization (WHO) tahun ini yaitu

“Protected Together, #VaksinWork”,

mendorong orang-orang di setiap

tingkat, mulai dari para donor hingga

masyarakat umum, untuk melangkah

lebih jauh dalam usaha mereka untuk

meningkatkan cakupan imunisasi demi

kebaikan yang lebih besar. Untuk

melakukannya, pemerintah harus

berinves tasi dalam upaya imunisasi,

membuat vaksin menjadi prioritas, dan

setiap orang dan keluarga mereka harus

mendapat vaksinasi.

Hal ini merupakan upaya untuk

mendorong tindakan yang lebih besar

terhadap imunisasi di seluruh dunia,

dengan fokus khusus untuk menyoroti

peran yang dapat dimainkan setiap

orang dalam upaya ini, mulai dari donor

hingga individu. Sebagai bagian dari

kampanye 2018, WHO dan mitra ber -

tuju an untuk menyoroti pentingnya

imunisasi dan kekurangannya dalam

cakupan global, menggarisbawahi nilai

vaksin untuk menargetkan negara

donor dan pentingnya berinvestasi

dalam upaya imunisasi serta menyoroti

cara-cara di mana setiap orang dari

donor hingga individu, dapat dan harus

mendorong kemajuan vaksin.

Rencana Aksi Vaksin Global (Global

Vaccine Action Plan/GVAP), yang disah -

kan oleh 194 negara anggota WHO pada

bulan Mei 2012, bertujuan untuk men -

cegah jutaan kematian akibat penyakit

yang dapat dicegah dengan vaksin pada

tahun 2020 melalui akses universal

terha dap imunisasi. Meskipun ada

perbaik an di masing-masing negara dan

tingkat pengenalan vaksin baru yang

kua t, semua target GVAP untuk elimi-

nasi penyakit, termasuk campak, rubela,

dan tetanus ibu dan bayi, berada di

bawah target. Agar setiap orang di

mana saja dapat bertahan dan berkem-

bang, negara-negara harus melakukan

upaya yang lebih terpadu untuk menca-

pai sasaran GVAP pada tahun 2020.

Selain itu, negara-negara yang telah

mencapai atau membuat kemajuan

untu k mencapai tujuan harus bekerja

untuk mempertahankan usaha tersebut

dari waktu ke waktu, sehingga tidak ada

orang yang meninggal tanpa vaksin yang

dapat menyelamatkan nyawa.

Memperluas akses terhadap imu-

nisasi sangat penting untuk mencapai

tujuan pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development Goals).

Imunisasi rutin adalah blok bangunan

dari perawatan kesehatan primer dan

cakupan kesehatan universal yang kuat.

Hal ini memberikan satu titik kontak

untu k perawatan kesehatan di awal

kehidu pan dan menawarkan setiap

anak kesempatan pada kehidupan yang

sehat sejak awal. Imunisasi juga meru -

pa kan strategi mendasar dalam menca-

pai prioritas kesehatan lainnya, dari

mengendalikan virus hepatitis, untuk

membatasi resistensi antimikroba,

untu k menyediakan platform bagi

keseha tan remaja dan memperbaiki

perawatan antenatal dan bayi baru lahir.

Imunisasi mencegah penyakit, cacat

dan kematian akibat penyakit yang

dapa t dicegah dengan vaksin, termasuk

kanker serviks, difteri, hepatitis B, cam-

pak, gondok, pertusis (batuk rejan),

pneumonia, polio, diare rotavirus,

28 l APRiL 2018

ww

w.a

gin

gre

se

arc

h.o

rg

Page 29: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

rubella dan tetanus. Cakupan vaksinasi

global telah terhenti pada 86%, tanpa

perubahan signifikan selama tahun

2017. Hal ini mungkin dikarenakan oleh

penggunaan vaksin baru dan kurang di-

manfaatkan meningkat. Diperkirakan

19,5 juta bayi di seluruh dunia masih

tidak mendapatkan vaksinasi dasar.

Imunisasi saat ini mencegah sekitar 2

sampai 3 juta kematian setiap tahun.

Jika cakupan vaksinasi global meningkat

diperhitungkan tambahan 1,5 juta

kematia n dapat dihindari.

Imunisasi mencegah sekitar 2 sam-

pai 3 juta kematian setiap tahun dari

difte ri, tetanus, pertusis (batuk rejan),

dan campak. Cakupan vaksinasi global,

proporsi anak-anak di dunia yang me -

nerima vaksin yang direkomendasikan,

telah terhenti selama beberapa tahun

terakhir. Selama tahun 2016, sekitar

86% bayi di seluruh dunia (116,5 juta

bayi) menerima 3 dosis vaksin difteri-

tetanus-pertusis (DTP3), melindungi

mereka dari penyakit menular yang

dapa t menyebabkan penyakit serius dan

kecacatan atau berakibat fatal. Seratus

tiga puluh negara juga telah mencapai

setidaknya 90% cakupan vaksin DTP3

pada tahun 2016. Berikut adalah ring -

kasan cakupan vaksinasi global pada

tahun 2016.

Haemophilus influenzae tipe b (Hib)

menyebabkan meningitis dan pneumo-

nia. Vaksin Hib telah diperkenalkan di

191 negara pada akhir tahun 2016.

Cakupan global dengan 3 dosis vaksin

Hib diperkirakan mencapai 70%. Ada

banyak variasi antar daerah, yaitu di

wilayah WHO di Amerika, cakupan

diperkirakan mencapai 90%, namun

hanya 28% di WHO wilayah Pasifik

Barat. WHO di wilayah Asia Tenggara

meningkatkan cakupan dari 56% pada

tahun 2015 menjadi 80% pada tahun

2016.

Hepatitis B adalah infeksi virus yang

menyerang hati. Vaksin hepatitis B un-

tuk bayi telah diperkenalkan secara

nasi onal di 186 negara pada akhir tahun

2016. Cakupan global dengan 3 dosis

vaksin hepatitis B diperkirakan menca-

pai 84% dan mencapai 92% di Pasifik

Barat. Selain itu, 101 negara memper -

kenal kan satu dosis vaksin hepatitis B

kepada bayi yang baru lahir dalam 24

jam pertama kehidupan, dengan caku-

pan global sebesar 39%.

Human papillomavirus adalah

infeks i virus yang paling umum pada

saluran reproduksi, dan dapat menye-

babkan kanker serviks, jenis kanker

lainny a, dan kutil kelamin pada pria dan

wanita. Vaksin human papillomavirus

diperkenalkan di 74 negara pada akhir

2016.

campak adalah penyakit yang

sanga t menular yang disebabkan oleh

virus, yang biasanya berakibat pada

dema m tinggi dan ruam, dan bisa

menyebabkan kebutaan, ensefalitis atau

kematian. Pada akhir 2016, 85% anak-

anak telah menerima satu dosis vaksin

campak pada hari ulang tahun kedua

mereka, dan 164 negara memasukkan

dosis kedua sebagai bagian dari imu ni -

sa si rutin dan 64% anak-anak menerima

dua dosis vaksin campak sesuai dengan

jadwal imunisasi nasional.

Meningitis A adalah infeksi yang

dapa t menyebabkan kerusakan otak

yang parah dan sering mematikan. Pada

akhir 2016, 6 tahun setelah diperke-

nalkan, lebih dari 260 juta orang di

negar a-negara Afrika yang terkena

dampak penyakit telah divaksinasi

denga n MenAfriVac, vaksin yang dikem-

bangkan oleh WHO dan PATH. Ghana

dan Sudan adalah dua negara pertama

yang memasukkan MenAfriVac dalam

jadwal imunisasi rutin mereka pada

tahun 2016.

Gondong (Mumps) adalah virus

yang sangat menular yang menyebab -

kan pembengkakan yang menyakitkan

di sisi wajah di bawah telinga (kelenjar

APRiL 2018 l 29

ww

w.b

rockp

ress.c

om

Page 30: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

parotid), demam, sakit kepala dan nyeri

otot. Hal ini dapat menyebabkan

meningit is. Vaksin gondongan telah

diperkenalkan secara nasional di 121

negara pada akhir 2016.

penyakit pneumokokus meliputi

pneumonia, meningitis dan demam

bakteremia, serta otitis media, sinusitis

dan bronkitis. Vaksin pneumokokus

telah diperkenalkan di 134 negara pada

akhir 2016, termasuk tiga di beberapa

negara bagian, dan cakupan global

diperkirakan 42%.

polio adalah penyakit virus yang

sanga t menular yang dapat menyebab -

kan kelumpuhan ireversibel. Pada 2016,

85% bayi di seluruh dunia menerim a

tiga dosis vaksin polio. Ditargetkan

untu k pemberantasan global, polio

telah dihentikan di semua negara ke-

cuali Afghanistan, Pakistan dan Nigeria.

Negara-negara bebas polio telah terin-

feksi oleh virus yang diimpor, dan semua

negara, terutama yang mengalami

konfli k dan ketidakstabilan, tetap

berisiko sampai polio benar-benar

dimusnahkan.

Rotavirus adalah penyebab paling

umum penyakit diare berat pada anak

kecil di seluruh dunia. Vaksin rotavirus

diperkenalkan di 90 negara pada akhir

2016, termasuk enam di beberapa

bagian negara, dan cakupan global

diperkirakan mencapai 25%.

Rubella adalah penyakit virus yang

biasanya ringan pada anak-anak, namun

infeksi pada awal kehamilan dapat

menyebabkan kematian janin atau

sindro m rubella bawaan, yang dapat

menyebabkan cacat pada otak, jantung,

mata, dan telinga. Vaksin Rubella diper -

kenalkan secara nasional di 152 negara

pada akhir tahun 2016, dan cakupan

global diperkirakan mencapai 47%.

tetanus disebabkan oleh bakteri

yang tumbuh dengan tidak adanya

oksige n, misalnya pada luka kotor atau

di tali pusar jika tidak bersih. Spora C.

tetani hadir di lingkungan terlepas dari

lokasi geografis. Bakteri ini menghasil -

kan racun yang dapat menyebabkan

komplikasi serius atau kematian. Vaksin

untuk mencegah tetanus ibu dan bayi

baru lahir diperkenalkan di 106 negara

pada akhir tahun 2016. Diperkirakan

84% bayi yang baru lahir dilindungi

melalui imunisasi. Tetanus ibu dan bayi

baru lahir bertahan sebagai masalah

keseh atan masyarakat di 18 negara,

terutama di Afrika dan Asia.

Demam kuning adalah penyakit

hemora gik virus akut yang ditularkan

oleh nyamuk yang terinfeksi. Pada tahun

2016, vaksin demam kuning telah

diperkenalkan dalam program imunisasi

rutin di 35 dari 42 negara dan wilayah

yang berisiko terkena demam kuning di

Afrika dan Amerika. Di 42 negara yang

berisiko ini, cakupan vaksinasi diperki-

rakan mencapai 45%.

Pada tahun 2016, diperkirakan 19,5

juta bayi di seluruh dunia tidak menda-

pat cakupan layanan imunisasi rutin

seperti vaksin DTP3. Sekitar 60% anak-

anak ini tinggal di 10 negara: Angola,

Brasil, Republik Demokratik Kongo,

Ethiopia, India, Indonesia, Irak, Nigeria,

Pakistan dan Afrika Selatan. Pemantau -

an data di tingkat subnasional sangat

penting untuk membantu negara-

negar a memprioritaskan dan menye-

suaikan strategi vaksinasi dan rencana

operasional untuk mengatasi kesenjan-

gan imunisasi dan menjangkau setiap

orang dengan vaksin menyelamatkan

nyawa.

Untuk itu, WHO bekerja sama de -

nga n negara-negara dan mitranya untuk

memperbaiki cakupan vaksinasi global,

termasuk melalui inisiatif yang diadopsi

oleh WHO pada bulan Mei 2012 ini.

Rencana Aksi Vaksin Global (Global

Vaccine Action Plan/GVAP) adalah peta

jalan untuk mencegah jutaan kematian

melalui akses yang lebih merata ter-

hadap vaksin pada tahun 2020. Sampai

saat ini, kemajuan menuju target GVAP

tidak berjalan. Pada bulan Mei 2017,

Menteri Kesehatan dari 194 negara

mendukung sebuah resolusi baru untuk

memperkuat imunisasi guna mencapai

tujuan GVAP. Resolusi tersebut mende-

sak negara-negara untuk memperkuat

tata kelola dan kepemimpinan program

imunisasi nasional, dan memperbaiki

sistem pemantauan dan pengawasan

untuk memastikan kebijakan panduan

data terkini dan keputusan terprogram

untuk mengoptimalkan kinerja dan

dampak. Termasuk meminta negara-

negar a untuk memperluas layanan

imunisa si di luar masa kanak-kanak,

memobilisasi pembiayaan dalam negeri,

dan memperkuat kerja sama interna-

sional untuk mencapai tujuan GVAP.

Sekretariat WHO juga akan terus

mendukung negara-negara untuk men-

capai sasaran vaksinasi regional dan

global. Hal tersebut merekomendasikan

upaya peningkatan advokasi untuk

memperbaiki pemahaman tentang nilai

vaksin dan urgensi untuk memenuhi tu-

juan GVAP. Hasil pencapaian tujuan dan

sasaran GVAP akan dilaporkan kembali

ke WHO pada tahun 2018, 2020 dan

2022.Sumber:

http://www.who.int/campaigns/immunization-

week/2018/campaign-essentials/en/

30 l APRiL 2018

ww

w.fb

bch

om

e.o

rg

Page 31: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Bahasan Khusus

APRiL 2018 l 31

Universal Health

Coveragedan Peran

SetiapKelompok

Salah satu prinsip World Health Organization ialah bahwa semua orangharus dapat mewujudkan hak mereka sampai tingkat kesehatan tertinggi.“Kesehatan untuk semua” telah menjadi visi dari organisasi ini danmenjadikan nya sebuah dorongan untuk mendukung negara-negara dalammencapai Universal Health Coverage (UHC). Direktur Jenderal WHOmenyebut kan bahwa “Tidak ada yang harus memilih antara kematian dankesulitan finansial. Tidak ada yang harus memilih antara membeli obat danmembeli makanan. Pengalaman telah mengilustrasikan, berkali-kali, bahwaUniversal Health Coverage tercapai ketika kemauan politik kuat. Jadi, dalamtahun ulang tahun ke 70 ini, WHO meminta para pemimpin dunia untukmemenuhi janji yang mereka buat saat mereka menyetujui SustainableDevelopment Goals pada tahun 2015, dan berkomitmen pada langkahnyat a untuk memajukan kesehatan semua orang. Termasuk memastikanbahwa semua orang, di mana saja dapat mengakses layanan kesehatanberkualitas tanpa menghadapi kesulitan keuangan.

ww

w.a

htr

ibu

ne

.co

m

Page 32: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

32 l APRiL 2018

Negara-negara yang berinvestasi

di UHC membuat investasi yang

baik dalam sumber daya manusia

merek a. Dalam beberapa dekade

terakhi r, UHC telah muncul sebagai

strategi utama untuk membuat kema-

juan tujuan pembangunan lainnya yang

berhubungan dengan kesehatan dan

tujua n pembangunan yang lebih luas

lag i. Akses terhadap perawatan ber -

kualit as dan perlindungan finansial tidak

hanya meningkatkan kesehatan dan

harapan hidup manusia, namun juga

melindungi negara-negara dari epidemi,

mengurangi kemiskinan dan risiko kela-

paran, menciptakan lapangan kerja,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan kesetaraan gender.

Beberapa negara telah membuat

kemaju an yang signifikan terhadap

cakupan kesehatan universal. Tapi

setengah populasi dunia masih belum

bisa mendapatkan layanan kesehatan

yang mereka butuhkan. Jika negara-

negar a mencapai target SDG, lebih dari

satu miliar orang perlu mendapatkan

keuntungan dari UHC pada tahun 2023.

Hari Kesehatan Sedunia akan menyoroti

kebutuhan UHC dan keuntungan yang

dapat diperolehnya. WHO dan mitranya

akan berbagi langkah yang harus di-

lakukan untuk sampai ke sana melalui

serangkaian acara dan diskusi yang di-

adakan di berbagai tingkatan.

Sepanjang tahun 2018, organisasi ini

bertujuan untuk menginspirasi, memo-

tivasi dan membimbing para pemangku

kepentingan UHC untuk membuat

komitmen terhadap UHC. Menginspirasi

dilakukan dengan menyoroti kekuatan

pembuat kebijakan untuk mengubah

kesehatan bangsanya, membingkai

tantang an tersebut sebagai sesuatu

yang menarik dan ambisius, dan

mengun dang mereka untuk menjadi

bagian dari perubahan tersebut.

Memotivasi, yaitu dengan berbagi

conto h bagaimana negara-negara maju

menuju UHC dan mendorong negara

lain untuk menemukan jalan mereka

sendiri. Memberikan panduan dengan

menyediakan alat untuk dialog kebi-

jakan terstruktur tentang bagaimana

memajukan UHC di dalam negeri atau

mendukung upaya semacam itu di

negar a lain (misalnya memperluas

jangkauan layanan, meningkatkan

kualita s layanan, mengurangi pemba-

yaran kesehatan).

Cakupan kesehatan universal

(Universal Health Coverage/UHC)

adalah upaya untuk memastikan semua

orang mendapatkan layanan kesehatan

berkualitas, di mana dan kapan mereka

membutuhkannya, tanpa menderita

kesulit an keuangan. Sehingga, tidak ada

satu orang pun yang harus memilih

antar a kesehatan yang baik dan kebu-

tuhan hidup lainnya. UHC adalah kunci

kesehatan dan kesejahteraan masyara -

kat dan bangsa. UHC layak untuk dilaku -

kan. Beberapa negara telah membuat

kemajuan besar. Tantangan mereka

ada lah mempertahankan cakupan

tersebut untuk memenuhi harapan

masyarakat.

Semua negara akan melakukan

pendek atan UHC dengan cara yang

berbeda, tidak ada satu ukuran pun

yang sesuai untuk semua. Tapi setiap

negara bisa melakukan sesuatu untuk

memajukan UHC, yaitu dengan mem -

bua t layanan kesehatan yang benar-

bena r universal, yang memerlukan

peralih an dari perancangan sistem

kesehat an seputar penyakit dan institusi

terhadap layanan kesehatan yang

dirancan g untuk setiap orang. Setiap

orang dapat berperan dalam jalan

menuju UHC.

“Universal” di UHC berarti “untuk

semua”, tanpa diskriminasi, tidak me -

ninggalkan siapa pun. Semua orang di

mana saja memiliki hak untuk menda -

pat kan keuntungan dari layanan ke se -

hat an yang mereka butuhkan tanpa

jatuh ke dalam kemiskinan saat meng -

gun akannya. Beberapa data menunjuk -

kan bahwa sedikitnya separuh pen-

duduk dunia saat ini tidak dapat

mempe roleh layanan kesehatan yang

penting, hampir 100 juta orang di-

dorong menuju kemiskinan karena

mereka harus membayar layanan kese-

hatan dari kantong mereka sendiri, lebih

dari 800 juta orang (hampir 12 persen

dari populasi dunia) menghabiskan

setidak nya 10 persen dari anggaran

rumah tangga mereka untuk biaya

kesehat an untuk diri mereka sendiri,

anak yang sakit atau anggota keluarga

lainnya serta timbulnya biaya berlebih -

an untuk perawatan kesehatan yang

me rupakan masalah global. Di negara-

negara kaya di Eropa, Amerika Latin dan

sebagian Asia, yang telah mencapai

tingkat akses layanan kesehatan yang

tinggi, terdapat peningkatan jumlah

orang yang menghabiskan setidaknya

10 persen dari anggaran rumah tangga

mereka untuk biaya kesehatan.

UHC juga berarti bahwa semua

orang dan masyarakat menerima

layanan kesehatan yang mereka bu-

tuhkan tanpa menderita kesulitan

keuangan. Kemudian memungkinkan

ww

w.y

ou

tub

e.c

om

Page 33: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

setiap orang mengakses layanan yang

menangani penyebab penyakit dan

kema tian yang paling penting dan

memastikan kualitas layanan tersebut

cukup baik untuk meningkatkan kese-

hatan orang-orang yang menerimanya.

Namun, bukan berarti UHC merupakan

cakupan gratis untuk semua kemung -

kina n intervensi kesehatan, tanpa

menghiraukan biaya, karena tidak ada

negara yang dapat memberikan semua

layanan tanpa biaya secara berkelan -

juta n. UHC bukan hanya tentang

memastikan paket layanan kesehatan

minimum, tetapi juga memastikan per-

luasan cakupan layanan kesehatan dan

perlindungan finansial secara progresif

karena lebih banyak sumber daya

tersedi a. UHC juga tidak hanya tentang

perawatan medis untuk individu, tetapi

juga mencakup layanan untuk kese -

luruh an populasi seperti kampanye

keseh atan masyarakat, misalnya me -

nam bahkan fluorida ke air atau me -

ngen dalikan tempat berkembang biak

nyamuk yang membawa virus yang

dapa t menyebabkan penyakit. Juga,

bukan hanya tentang perawatan kese-

hatan dan membiayai sistem kesehatan

suatu negara. Ini mencakup semua

kompon en sistem kesehatan, yaitu

siste m dan penyedia layanan kesehatan

yang memberikan layanan kesehatan

kepada masyarakat, fasilitas kesehatan

dan jaringan komunikasi, teknologi ke -

seha tan, sistem informasi, mekanisme

penjaminan mutu dan tata kelola dan

undang-undang.

Setiap orang memiliki peran untuk

dan berkontribusi terhadap dialog

terstru ktur terhadap kebijakan yang

membantu negara untuk mencapai dan

mempertahankan UHC. Secara khusus,

se tiap tingkat memiliki perannya ma -

sing-masing. Pemerintah membawa

per u bahan kebijakan untuk memper-

baiki kesehatan dan memacu pertum-

buhan ekonomi dan pembangunan

sosial. Komite kesehatan parlementer

dan kelompok kesehatan menengahi

antara mereka yang mengembangkan

kebijakan dan yang menjalankannya.

Partai politik membingkai program

mereka untuk memenuhi kebutuhan

pendukung mereka. Asosiasi pro fe -

siona l melindungi kesejahteraan tenaga

kerja. Organisasi masyarakat sipi l

bekerj a di lapangan dan mewakili

keprihat inan dari kelompok populasi

yang berbeda. Individu masyarakat

menggunakan suara mereka sendiri

untu k menuntut pelayanan kesehatan

yang baik. Sedangkan, media dapat

membantu meningkatkan pemahaman

UHC serta transparansi dan akuntabili-

tas dalam pembuatan kebijakan. Berikut

merupakan detail peran dari masing-

masing tingkatan.

pemerintah

Pemerintah harus terlibat dalam

percakapan terstruktur dengan berba-

gai pemangku kepentingan masyarakat

yang terkait dan sangat penting untuk

memastikan cakupan kesehatan univer-

sal. Untuk memperbaiki setiap program

yang dicanangkan, sebaiknya pemerin-

tah menyimpan tuntutan, pendapat,

dan harapan masyarakat mengenai

hal-ha l terkait UHC untuk memperbaiki

respo ns kebijakan. Masyarakat dapat

melakukan konsultasi, misalnya melalui

dialog tatap muka, survei atau referen-

dum. Pemerintah juga dapat berkolabo-

rasi dengan berbagai organisasi dan

nega ra yang berhasil melaksanakan

UHC untuk mengeksplorasi solusi

cakupa n kesehatan universal yang layak.

individu, Masyarakat, dan pekerja

kesehatan

Individu, masyarakat, dan pekerja

kesehatan harus mampu mengkomu-

nikasikan kebutuhan, pendapat dan

harapan kepada perwakilan pembuat

kebijakan, politisi, menteri dan per -

wakila n pemerintah. Peran kelompok ini

juga memastikan kebutuhan kesehatan

masyarakat diperhitungkan dan dipriori -

taskan di tingkat lokal dengan berbagai

cara, misalnya melalui media sosial.

Organisasi masyarakat sipil juga dapat

digunakan untuk membantu mening kat -

kan kebutuhan kesehatan masyara kat

kepada pembuat kebijakan. Komunitas

yang saling berbagi cerita sebagai

komun itas yang terkena dampak dan

pasien melalui media. Selain itu kelom-

pok ini juga dapat mengatur kegiatan

seperti diskusi, debat kebijakan, konser,

pawai dan wawancara untuk memberi

kesempatan untuk berinteraksi dengan

perwakilan pemerintah mengenai topik

UHC melalui media dan media sosial.

Media

Media berfungsi untuk menyoroti

inisia tif dan intervensi yang membantu

memperbaiki akses terhadap layanan

berkualitas dan perlindungan finansial

bagi masyarakat dan masyarakat. Peran

lainnya adalah untuk menunjukkan apa

yang terjadi bila orang tidak dapat

mem peroleh layanan yang mereka

butuhk an. Media dapat juga berperan

untuk menagih janji UHC dari para pem-

buat kebijakan dan politisi bertanggung

jawab melalui dokumenter yang telah

mereka buat serta kekuatan, kelemahan

dan tantangan baru yang harus ditanga -

ni (misalnya peningkatan penyakit tidak

menentu). Fungsi lainnya yaitu membu-

at platform untuk dialog antara peneri-

ma manfaat, masyarakat, perwakilan

dan pembuat kebijakan mereka, misal-

nya melalui talk show, wawancara dan

debat radio.

Referensi: http://www.who.int/campaigns/world-

health-day/2018/en/I

APRiL 2018 l 33

Wo

rld

He

alth

Org

an

iza

tio

n_

Wo

rld

Ba

nk g

rou

p

Page 34: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Hukum & Etik Kedokteran

34 l APRiL 2018

Pendelegasian Wewenang Dokter ke Tenaga Kesehatan Lain

dr. Mahesa paranadipa M,M.H

pendahuluan

Dalam menjalankan aktivitas pelayanannya, seorang dokte r sering membutuhkan

bantu an dari tenaga kesehat an lain untuk melakukan tindakan. Keterbatasan tenaga

dokter yang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang harus dilayani menjadi

penyebab utama pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan lain. Beberapa tindakan

dokter yang sering dilimpahkan kepada tenaga kesehatan lain terutama perawat antara lain

melakukan pemeriksaan tanda vital pada pasien poliklinik atau rawat Inap, melakukan

tindaka n suntikan obat-obat parenteral, melakukan penjahitan (hecting) luka, dan lain-lain.

Untuk kasus-kasus kebidanan, pelimp ahan kepada bidan sering dilakukan dokter untuk

persalin an normal.

ww

w.lip

uta

n6

.co

m

Page 35: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

APRiL 2018 l 35

Secara yuridis, tindakan kedokteran hanya dapat dilakukan

oleh dokter. Pada tahun 2009, Seorang perawat di Kalimantan

Timur dipidana 3 bulan penjara karena memberikan resep

obat kepada masyarakat. Perawat tersebut dipidana karena

pelanggaran Pasal 108 ayat 1 Undang-Undang No.36 tahun

2009 tentang Kesehatan. Terhadap putusan pidana ini, 13

perawa t mengajukan uji materi di Mahkamah Konstitusi. Pada

tahun 2011, MK memutuskan bahwa penjelasan pasal 108

tersebut menimbulkan tidak adanya kepastian hukum yang

adil sehingga bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD

1945. MK berpendapat Bahwa perawat yang melakukan

tugasny a dalam keadaan darurat yang mengancam pasien

diperlukan tindakan medis dengan segera untuk menyela-

matkan pasien.

Kasus di atas terjadi pada perawat yang berada di daerah

terpencil yang tidak ada keberadaan dokter. Untuk daerah

perkotaan atau daerah lain di mana fasilitas kesehatannya

terdapa t dokter tentu keputusan ini tidak berlaku. Namun

tetap saja dengan keberadaan dokter yang terbatas,

pelimpaha n wewenang dari dokter ke tenaga kesehatan lain

diperlukan untuk menghindari dari kelalaian.

wewenang dan pelimpahan

Menurut Louis A. Allen (Hasibuan, 2009: 92), wewenang

adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang

didelegasikan pada suatu jabatan. Wewenang (authority)

merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan

kegiatan/aktivitas dalam suatu fasilitas. Tanpa wewenang,

seseorang tidak diperbolehkan melakukan perbuatan atau

tindaka n. Dalam wewenang selalu terdapat power dan rights,

tetapi dalam power belum tentu terdapat wewenang dan

rights.

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam Bahasa hukum

tidak sama dengan kekuasan. Kekuasaan hanya menggam-

barkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat. Wewenang

sekaligus berarti hak dan kewajiban.

Menurut Indroharto, wewenang diperoleh berdasarkan:

1. Atribusi, yaitu wewenang yang diperoleh karena suatu

ketentu an dalam peraturan perundang-undangan.

2. Delegasi, adalah pelimpahan suatu wewenang dari

seseoran g yang telah memperoleh wewenang secara

atributif kepada orang lain.

3. Mandat, adalah wewenang yang dilimpahkan kepada

orang yang lain yang sebelumnya tidak memiliki

kewenanga n delegatif.

Philipus M Hadjon membuat perbedaan antara delegasi

dan mandat. Dalam hal delegasi mengenai prosedur

pelimpahan nya berasal dari satu orang kepada orang lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan, dengan

tanggun g jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris.

Pencabutan wewenang berpegang kepada asas “contrarius

actus“, artinya setiap perubahan, pencabutan suatu aturan

pelaksana dilakukan oleh seseorang yang menetapkan

peratura n tersebut dengan menggunakan aturan yang sama

atau yang lebih tinggi. Dalam hal mandat, prosedur

pelimpaha n dalm rangka hubungan atasan bawahan yang

bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat

tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat

dapa t menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu.

wewenang Dokter dan pelimpahannya

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004

tentan g Praktik Kedokteran setiap dokter dan dokter Gigi

berwenang melakukan tindakan kedokteran setelah memiliki

Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP).

Berdasarkan teori wewenang (authority), wewenang dokter

tergolong kepada wewenang atributif karena didasarkan

kepada undang-undang ini.

Pelimpahan wewenang dari dokter ke tenaga kesehatan

lain termuat di dalam beberapa peraturan perundang-

undanga n, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang

Keperawatan. Di dalam Pasal 29 disebutkan Seorang

perawa t dalam melaksanakan tugas berdasarkan

pelimpaha n wewenang. Pada Pasal 32 diterangkan bahwa

pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara

tertuli s oleh tenaga medis kepada perawat untuk suatu

tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.

Pelimpahan wewenang hanya dapat dilakukan secara

delegat if atau mandat. Pelimpahan wewenang secara

delegat if hanya dapat diberikan kepada perawat profesi

atau perawat vokasi yang terlatih yang memiliki kom -

peten si yang diperlukan. Sedangkan pelimpahan wewe-

nang secara mandat diberikan kepada perawat untuk

melakukan suatu tindakan medis di bawah pengawasan.

Tanggung jawab untuk pelimpahan wewenang mandat

tetap berada pada pemberi limpahan wewenang.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 tahun 2011

tentang Izin Praktik Kedokteran menyebutkan pada Pasal

23 bahwa dokter atau dokter Gigi dapat memberikan

pelimp ahan suatu tindakan kedokteran atau kedokteran

gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan ter-

tentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan

kedokteran atau kedokteran gigi. Tindakan kedokteran

yang dimaksud hanya dapat dilakukan dalam keadaan di

mana terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi

ketersediaan dokter di fasilitas pelayanan tersebut.

Selanjutnya disampaikan ketentuan pelimpahan wewe-

nang sebagai berikut :

a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemam-

puan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh pe -

nerim a pelimpahan

b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap berada

di bawah pengawasan pemberi pelimpahan

c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas

1MK Kabulkan Gugatan Terhadap UU Kesehatan https://nasional.tempo.co/

read/343640/mk-kabulkan-gugatan-terhadap-uu-kesehatan2Nurmayani SH, MH. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung.

2009. Hal.26.

Page 36: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

36 l APRiL 2018

tindak an yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan

tindak an sesuai dengan pelimpahan yang diberikan

d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil

keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan

e. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus

menerus.

3. Pada Manual Rekam Medis yang diterbitkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006, disebutkan

Bahwa selain dokter dan dokter Gigi yang membuat/

mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain yang

memberi kan pelayanan langsung kepada pasien dapat

membuat/mengisi rekam medis atas perintah/pendele-

gasian secara tertulis dari dokter dan dokter Gigi yang

menjalankan praktik kedokteran.

Melihat beberapa ketentuan di atas, dapat disimpulkan

beberapa ketentuan sebagai berikut :

1. Pelimpahan tindakan kedokteran yang bersifat terus

menerus/rutin dapat diberikan dalam bentuk pelimpahan

delegatif kepada perawat profesi atau perawat vokasi

untu k tindakan yang telah menjadi kompetensinya. Untuk

pelimpahan yang rutin biasanya tindakan yang tidak

menimbulkan risiko besar seperti pemeriksaan tanda vital

dan penulisannya di rekam medik, pembersihan luka.

2. Pelimpahan tindakan kedokteran yang bersifat sewaktu-

waktu dapat yang dapat diberikan dalam bentuk

pelimpaha n delegatif hanya kepada perawat profesi untuk

tindakan yang telah menjadi kompetensinya, seperti

pemasan gan Nasogastric tube (NGT), kateterisasi urin,

penjahitan luka, pemasangan infus.

3. Pelimpahan tindakan kedokteran yang bersifat rutin ke -

pad a perawat vokasi dalam bentuk pelimpahan wewenang

mandat seperti pemasangan infus, penjahitan luka, injeks i

obat parenteral. Pelimpahan setelah dilakukan keputusan

medis oleh dokter.

4. Seluruh ketentuan harus dimuat dalam standar prosedur

operasional (SOP) di fasilitas pelayanan.

5. Evaluasi pelaksanaan pelimpahan wewenang harus secara

rutin dilakukan oleh dokter untuk menilai apakah tenaga

kesehatan tersebut dapat diberikan pelimpahan yang

secar a rutin atau sewaktu-waktu

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah kejelasan

mengenai kompetensi perawat profesi dan vokasi. Kom -

petensi yang didapat oleh perawat profesi maupun vokasi

berdasarkan undang-undang keperawatan akan menjadi

kewenangan atributif. Dengan kewenangan atributif, perawat

dapat melakukan tindakan tanpa adanya pelimpahan. Namun

untuk tindakan-tindakan yang tumpang tindih (overlap)

denga n tindakan atau kewenangan atributif dokter perlu

dikoordin asikan antar organisasi profesi agar tidakk terjadi

konflik kewenangan.

Daftar pustaka

1. Nurmayani SH, MH. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung.

2009. Hal.26

2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

3. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 tahun 2011 tentang Izin

Praktik Kedokteran

5. Manual Rekam Medis. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.

http

s.n

ew

s.d

etik.c

om

Page 37: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 38: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1

Harus diakui statement Menteri Kesehatan yang mengan-

cam kirim dokter ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

beberapa waktu lalu (Waspada 17/2/2018) yang menjadi viral

di medsos menarik untuk dibahas. Hal Ini karena tidak lama

lag i dokter-dokter pegawai negeri sipil (PNS) tidak bisa

seenaknya menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi.

Kabarnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan me -

ngeluar kan peraturan soal gratifikasi khususnya bagi dokter

PNS atau yang berpraktik di rumah sakit milik pemerintah

dalam melayani peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS). Alasannya gratifikasi dokter dinilai oleh Kemenkes

sebag ai penyebab mahalnya obat. Benarkah demikian?

Bukankah banyak pihak yang bermain dalam menentukan

harg a sebuah obat di negeri ini? Seperti Apoteker sebagai

pemeg ang kendali pengadaan obat sebuah rumah sakit,

pemili k apotik, harga bahan baku obat yang impor, Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk registrasi obat

baru dan masih banyak lainnya.

Seperti halnya produk lain, untuk memasarkan obat,

diperluk an biaya pemasaran. Ada tiga jenis obat beresep yang

beredar, yaitu obat paten, obat generik dan obat generik

bermerek. Obat generik biasanya tak memerlukan biaya

pemasa ran sehingga harganya menjadi sangat murah. Obat

paten memerlukan biaya penelitian dan pemasaran sehingga

harganya amat tinggi. Sedangkan obat generik bermerek per-

lu biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran 10-30 persen

dari harga obat. Obat baru memerlukan biaya yang besar

untu k dikenalkan sehingga biaya pemasarannya sekitar 30

persen. Sementara obat yang sudah lama yang sudah dikenal

dokter tetap harus dijaga keberadaannya sehingga tetap

memiliki biaya pemasaran meski hanya sekitar 10 persen.

Harga obat telah dicantumkan saat obat mendapat izin

registra si. Masyarakat dapat memeriksa harga obat di kotak

atau pembungkus obat dengan tanda HET (harga eceran

terting gi). Apotek tidak boleh menjual obat melampaui harga

yang tercantum. Namun pada kenyataan masih banyak apotek

yang menaikkan harga obat di atas HET dengan alasan apotik

buka 24 jam.

Pada dasarnya profesi kedokteran mendukung penertiban

pemasaran obat yang merugikan masyarakat. Sudah waktuny a

pedoman pemasaran obat yang sudah cukup lama diberlaku -

kan ditinjau kembali. Sistem pengadaan obat serta pemasaran

obat di Indonesia perlu disempurnakan. Kita semua berharap

tidak banyak lagi celah yang memungkinkan penyimpangan

yang pada akhirnya merugikan masyarakat. Di lain pihak,

dokte r tetap dapat memilih obat

yang untuk diresepkan dan bahan

pertimbangan dokter adalah uji

klinik dan pengalaman kliniknya

dalam keberhasilan mengobati

pasien, harga, dan kenyamanan

penggunaan obat.

Lalu bagaimana cara perusahaan farmasi mendukung

progra m pendidikan berkesinambungan, sekaligus memasar -

kan produknya? Mereka dapat mensponsori salah satu sesi

(biasanya sekitar dua jam), melakukan pameran obat 2-3 hari,

dan menerbitkan buku abstrak, agenda, serta buku ilmiah

hasil pertemuan. Biaya untuk pertemuan ilmiah cukup besar

dan untuk menghadiri pertemuan ilmiah ini peserta harus

membayar. Bahkan beberapa perhimpunan profesi telah

membuat kebijakan untuk memberi bantuan kepada sejawat

yang bertugas di daerah terpencil sehingga mereka tetap

dapa t mengikuti pendidikan berkesinambungan ini. Meski

telah ada pedoman pemasaran obat, tentu saja dapat terjadi

penyimpangan. Penyimpangan ini juga menjadi pembicaraan

di kalangan profesi kedokteran dan setiap organisasi kedokter -

an berusaha untuk menjaga harkat profesi dengan menegur

anggotanya yang mungkin menyimpang.

Meski demikian, KPK perlu memperhatikan pengem -

banga n profesi kedokteran di Indonesia, karena sampai detik

ini negara belum mampu menyejahterakan dokter PNS.

Seperti diketahui, para dokter PNS yang bekerja di rumah saki t

pemerintah, saat ini tidak memiliki pilihan obat. Di era

Jaminan Kesehatan Nasional, ketersediaan obat tergantung

farmasi rumah sakit tersebut, dimana pihak farmasi hanya

menyediakan obat generik dan beberapa obat generik

bermerek. Sementara dapat dipastikan, rumah sakit akan

merugi bila menggunakan obat paten untuk pasien BPJS.

Oleh karena itu, jangan karena reaksi Menkes yang berle -

biha n, pendidikan berkesinambungan yang diperlukan untuk

meningkatkan kemampuan dokter dalam melayani pasien di

rumah sakit pemerintah menjadi sia-sia. Saat ini jumlah dokte r

di Indonesia sekitar 110.000 orang (swasta dan negeri) dan

semua harus mengikuti program pendidikan berkesinam -

bunga n sebagai syarat memperbarui Surat Izin Praktik. Tidak

kalah penting, industri farmasi yang sudah mula i tumbuh

harus tetap berkembang. Jangan sampai pertumbuhannya

terhenti karena isu ”perusahaan farmasi menyuap dokter”.

*Dosen fk uLM dan Dokter RSuD ulin Banjarmasin

Kolom

38 l APRiL 2018

Dokter, KPK dan GratifikasiDr. Pribakti B,SpOG(K)*

Page 39: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1
Page 40: COVER WARTA APRIL '18 Layout 1