Top Banner
1 *) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 1 Mei 2018 Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Terhadap Efisiensi Serapan Phosfor, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Pada Lahan Sub Optimal *) Lalu Muhammad Ariandi Sahiran dan **) I Made Sudantha Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Mataram **) Corresponding author: [email protected] ABSTRAK Pemberian FMA dapat menyebabkan unsur hara P bertambah dan terjadi penumpukan unsur hara P didalam tanah karena unsur hara P tersedia dalam jumlah yang tinggi didalam tanah. Semakin tinggi asupan karbohidrat yang diterima Fungi Mikoriza, semakin banyak spora yang terbentuk sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan kadar P-tersedia tanah. Pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perbaikan pH dan meningkatkan nilai KTK. Bahan organik yang berupa biokompos dan atau bioaktivator hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat dijadikan Pupuk hayati yang dapat membantu FMA dalam meningkatkan produktivitas hasil tanaman berupa bobot kering tajuk, jumlah bunga, jumlah luas daun dan meningkatkan jumlah serta bobot buah. Berdasarkan cara menginfeksinya FMA dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : Ektomikoriza menginfeksi dengan menutupi permukaan bagian tanaman yang tertutup tanah. Sedangkan Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung akar (root tip). Inokulai FMA pada tanah steril tanpa fungi mikoriza menunjukkan tinggi tanaman tertinggi, meningkat 9%. Sedangkan pada tanah tak steril tanpa fungi mikoriza, inokulasi Fungi Mikoriza meningkatkan tinggi tanaman 4 % dan Perlakuan Fungi Mikoriza terjadi peningkatan bobot kering tajuk tanaman sebesar ±45 % dari 2 persen. ________________________________________________________ Kata Kunci: Fungi, mikoriza, arbuskular, FMA, Trichoderma spp., phosfor, jagung, lahan, sub optimal
22

**)Corresponding author: imade [email protected]/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

Jan 03, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

1

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 1 Mei 2018

Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Terhadap Efisiensi

Serapan Phosfor, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Pada Lahan

Sub Optimal*)

Lalu Muhammad Ariandi Sahiran dan **)I Made Sudantha

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering

Program Pascasarjana Universitas Mataram

**)Corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Pemberian FMA dapat menyebabkan unsur hara P bertambah dan terjadi

penumpukan unsur hara P didalam tanah karena unsur hara P tersedia dalam

jumlah yang tinggi didalam tanah. Semakin tinggi asupan karbohidrat yang

diterima Fungi Mikoriza, semakin banyak spora yang terbentuk sehingga dapat

dikatakan bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan kadar P-tersedia tanah.

Pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perbaikan

pH dan meningkatkan nilai KTK. Bahan organik yang berupa biokompos dan atau

bioaktivator hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat dijadikan Pupuk

hayati yang dapat membantu FMA dalam meningkatkan produktivitas hasil

tanaman berupa bobot kering tajuk, jumlah bunga, jumlah luas daun dan

meningkatkan jumlah serta bobot buah. Berdasarkan cara menginfeksinya FMA

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : Ektomikoriza menginfeksi dengan menutupi

permukaan bagian tanaman yang tertutup tanah. Sedangkan Endomikoriza

menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung akar (root

tip). Inokulai FMA pada tanah steril tanpa fungi mikoriza menunjukkan tinggi

tanaman tertinggi, meningkat 9%. Sedangkan pada tanah tak steril tanpa fungi

mikoriza, inokulasi Fungi Mikoriza meningkatkan tinggi tanaman 4 % dan

Perlakuan Fungi Mikoriza terjadi peningkatan bobot kering tajuk tanaman sebesar

±45 % dari 2 persen.

________________________________________________________

Kata Kunci: Fungi, mikoriza, arbuskular, FMA, Trichoderma spp., phosfor,

jagung, lahan, sub optimal

Page 2: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar wilayah

Indonesia terhampar luas dari sabang sampai marauke. Daratan dan pegunungan

banyak digunakan sebagai lahan pertanian, perkebuanan dan kehutanan tujuannya

adalah dapat mencukupi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Jumlah

kebutuhan pangan nasional belum sesuai dengan jumlah lahan pertanian di

Indonesia akibat jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat sehingga inpor

sejumlah kebutuhan pangan penduduk Indonesia terus meningkat

Ketersediaan lahan pertanian harus memadai dan sesuai untuk menjamin

proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik tanah dan

aspek unsuk esensial makro dan mikro yang harus dimiliki tanah baik sifat fisik,

kimia maupun biologisnya (Nurhidayati, 2017).

Kondisi yang demikian mengisyaratkan peluang mencukupi kebutuhan

pangan masyarakat Indonesia dengan mengalih fungsikan sejumlah lahan tidak

terpakai berupa lahan kering atau lahan basah unutk menjadi lahan pertanian yang

terintegrasi dengan pengelolaan budidaya tanah dengan memodifikasi faktor

pembatas dengan penambahan bahan organik sehingga dapat mengikat air

didalam tanah dan kesuburan tanah meningkat (Winarno, 2005).

Lahan suboptimal yang berada di wilayah timur pada umumnya adalah

Lahan Kering Beriklim Kering (LKIK) yang belum dimanfaatkan secara intensif

akibat keterbatasan sumber daya air, walaupun lahan tersebut cukup luas dan

potensial dikembangkan untuk berbagai komoditas pertanian. Dari 13,3 juta ha

lahan kering iklim kering yang ada di Indonesia, sekitar 3 juta ha berada di Nusa

Tengara Timur (NTT) dan 1,5 juta Ha di Nusa Tenggara Barat (NTB) (Mulyani,

2014).

Lahan atau lahan sub optimal atau dapat diberikan contoh seperti lahan

kering dapat berbentuk lahan bekas tambang berupa galian pasir, kapur dan

berbagai bahan mineral logam lainnya. Lahan bekas tambang merupakan lahan

Page 3: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

3

yang sebelumnya digunakan sebagai lahan tambang dan kemudian digunakan

untuk bercocok tanam. Faktor pembatas dari daerah tambang adalah tingkat

kesuburan dari tanah tersebut. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah

untuk dapat menyediakan hara dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan

hasil tanaman (Kadarwati, 2016).

Phospor merupakan hara yang diperlukan tanaman dan berperanan dalam

proses pertumbuhan akar semai, memperkuat tanaman dewasa, pembelahan sel,

serta pembentukan bunga dan buah. Defisiensi P menyebabkan kekerdilan,

perkembangan terhambat dan menurunkan produktivitas tanaman. (Masria, 2015).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah cekaman

kekeringan dan ketersediaan P yang terbatas adalah dengan memanfaatkan fungi

Fungi Mikoriza.

Menurut Pangaribuan (2014 ), Fungi Mikoriza berperan dalam peningkatan

penyerapan unsur-unsur hara tanah melalui infeksi akar yang dibutuhkan oleh

tanaman seperti P, N, K, Zn, Mg, Cu, dan Ca. Salah satu alternatif untuk

mengatasi kekurangan unsur hara terutama memfasilitasi ketersediaan Phospor

dalam tanah adalah dengan penggunaan FMA. Pemanfaatan teknologi Fungi

Mikoriza dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah pada tanah yang sub

optimal.

Daerah beriklim kering ketersediaan padi sebagai pengahasil beras untuk di

konsumsi sebagai makanan pokok sangat terbatas karena padi membutuhkan

kondisi air tergenang. Solusinya menaman tanaman budidaya yang tidak

membutuhkan penggenangan seperti tanaman jagung. Menurut Agromedia

(2007), Tanaman jagung memiliki sifat yang lebih unggul dari tanaman padi yaitu

dapat ditanam pada berbagai jenis lahan pada dataran rendah sampai dataran

tinggi. Biomassa yang dihasilkan lebih banyak dari pada padi. Semua bagian

tanaman jagung dapat dimanfaatkan dan dapat memberikan nilai tambah bagi

petani.

Akar tanaman yang bermikoriza akan terlindungi dari serangan patogen akar

karena akar tanaman yang bermikoriza akan menjadi lebih keras sehingga lebih sulit

ditembus oleh patogen (Fakura dan Setiadi, 1986). Akar tanaman yang bermikoriza lebih

Page 4: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

4

tahan terhadap kekeringan pada musim kemarau dari pada tanpa mikoriza, selain itu

dengan adanya mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan

(Manan, 1976 ; Nuhamara, 1980). Dengan adanya mikoriza pertumbuhan tanaman

menjadi lebih cepat (Fakura dan Setiadi, 1986).

Hasanah, Sudantha dan Suwardji (2012) mengatakan bahwa dapat diketahui

bahwa aplikasi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung secara

nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman yang diaplikasikan

dengan mikoriza cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa

mikoriza). Demikian pula bobot berangkasan jagung dan bobot tongkol jagung

pada tanaman yang diberikan FMA lebih tinggi dibandingkan tanpa FMA.

Dengan demekian pengembangan kawasan lahan kering juga perlu

ditingkatkan melalui perbaikan kesuburan rendemen tanamna untuk menaikkan

tingkat kesuburan tanah dengan melakukan “Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza

Arbuskular (FMA) Terhadap Efisiensi Serapan Phosfor, Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Pada Lahan Sub Optimal” sehingga pemanfaatan lahan non produktif

meningkat dan memberikan pendapatan petani jagung meningkat serta kesetabilan

pangan nasional dapat terjamin.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa yang menjadi kendala tingkat kesuburan tanah di lahan sub optimal?.

b. Bagaimana Pengelolaan unsur phosfor Dengan pemberian FM kedalam

kesuburan tanah?.

c. Bagaimana pengaruh unsur phosfor dengan pemberian FM terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung?.

1.3. Tujuan Penelitian

a. Dapat mengetahui kendala tingkat kesuburan tanah di lahan sub

optimal?.

b. Dapat mengetahui pengelolaan unsur phosfor dengan pemberian

FM kedalam kesuburan tanah?.

Page 5: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

5

c. Dapat mengetahui pengaruh unsur phosfor dengan pemberian

FM terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman jagung?.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi status kesuburan tanah terhadap unsur phosfor di

daerah lahan sub optimal.

b. Sebagai tambahan informasi dasar dalam pengelolaan unsur phosfor di

daerah lahan sub optimal.

c. Memberikan informasi terhadap pengaruh pemberian FM terhadap sifat

kimia tanah berupa unsur phosfor.

Page 6: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

6

II. PEMBAHASAN

2.1. Lahan Kering Sebagai Lahan Sub Optimal

Menurut Masria (2015), Lahan kering adalah lahan tadah hujan (rainfed)

yang dapat diusahakan untuk sawah (lowland, wetland), tegal atau ladang

(upland). Masalah utama yang sering dijumpai pada lahan kering adalah masalah

keterbatasan air. Terbatasnya ketersediaan air menyebabkan lahan dalam kondisi

cekaman kekeringan. Secara fisiologis tanaman yang tumbuh pada kondisi

cekaman kekeringan akan mengurangi jumlah stomata untuk mengurangi laju

kehilangan air yang akan diikuti oleh penutupan stomata dan menurunnya serapan

CO2 pada daun. Menurunnya laju fotosintetis akan berakibat pada penurunan

fotosintat yang dihasilkan. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan

tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam

pertambahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun dan

pertumbuhan akar.

Tanah dengan kemantapan agregat yang lemah dan miskin bahan organik

memiliki kemampuan retensi air dan hara rendah sehingga, kondisi fisik seperti

ini menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan. Lebih jauh tanah tersebut juga

memiliki kemampuan retensi air dan kapasitas tukar kation yang rendah

(Suwardji, 2007)

2.1.1. Karakteristik Lahan Sub Optimal

Lahan sub optimal di NTB khusunya didaerah lombok bagian utara, bentuk

kondisi lahan merupakan lahan bekas trambang batu apung dengan kandungan

kapur yang tinggi. lahan bertekstur pasiran (kasar) dan porus. Tingkat kesuburan

(kadar unsur hara esensial) rendah. Curah hujan sangat rendah (<1000 mm/th, 2-3

bulan basah). Salah satu sumber air yang dapat digunakan dalah dengan

menggunakan sumber air tanah yang harus dipompa dari sumur bor dengan

kedalaman 100 m (Priyono, 2012).

Produktivitas tanaman rendah pada lahan kering berkaitan dengan

karakteristik tanah dalam mendukung pertumbuhan optimal tanaman yakni tanah

Page 7: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

7

bersifat porous, kemantapan agregat tanah lemah dan kondisi tekstur tanah

lempung berpasir yang miskin bahan organik (Lolita, 2007).

2.2. Kandungan pH dan Mineral Pada Daerah Lahan Sub Optimal

Menurut Nurhidayati (2017), Sifat kimia tanah berhubungan dengan

ketersediaan unsur hara dalam tanah. Parameter kimia tanah secara umum dapat

diukur secara kuantitatif seperti pH tanah, kapasitas tukar kation tanah, kapasitas

tukar anion tanah, kejenuhan basa dan kandungan unsur hara dalam tanah.

Tanah dengan kandungan oksida Al dan Fe tinggi menyebabkan Unsur P

akan mengendap sebagai senyawa Fe/Al-P yang tidak larut. Pengapuran pada

tanah asam akan mengendapkan Al3+ dalam bentuk Al(OH)3 dan fe dalam bentuk

Fe(OH)3, sehingga ketersediaan P menignkat. Namun jika pengapuran dilakukan

sampai pH 6.8-7.0 dapat mengurangi ketersediaan P karena mengendap

membentuk senyawa Ca atau Mg. program pengapuran dapat direncanakan pada

pH tetap dipertahankan antara 5.5-6.8 untuk mendapatkan manfaat maksimum

dari pemupukan P. kebanyakan organism-organisme tanah yang melakukan

aktivitas nitrifikasi membutuhkan Ca. sehingga nitrifikasi akan meningkat dengan

adanya pengapuran untuk meningkatkan pH dari 5.5-6.5. Dekomposisi residu

tanaman dan bahan organik tanah juga lebih cepat pada kisaran pH ini

(Nurhidayati, 2017).

Pemberian pupuk inorganik terus-menerus dalam jangka panjang akan

menurunkan kemasaman tanah. Penurunan pH akibat pemberian pupuk inorganik

kemungkinan disebabkan oleh terurainya urea melalui proses nitrifikasi. Selama

proses nitrifikasi dilepaskan H+ ke dalam tanah, yang lama kelamaan dapat

mengasamkan tanah (Yusnaini, 2009).

Phospor merupakan salah satu hara makro yang dibutuhkan tanaman.

Sebagai hara makro P dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar oleh tanaman

(namun sedikit lebih kecil dibandingkan N dan K), dan jika ketersediaannya

terbatas maka dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Peranan P bagi tanaman sangat besar, karena P berpengaruh secara nyata dalam

pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan

Page 8: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

8

pembuahan, perkembangan akar, memperkuat batang pada tanaman serealia,

memperbaiki kualitas tanaman khususnya hijauan ternak dan sayuran, kekebalan

terhadap penyakit tertentu, meningkatkan metabolisme karbohidat, proses

penyimpanan dan transfer energi (misalnya ATP dan ADP), serta terlibat dalam

proses pembentukan nucleoprotein (RNA dan DNA) (Masria, 2015).

Phospor umumnya berada dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman.

Tanaman menyerap phospor dalam bentuk ion anorganik orthophospat.

Ketersediaan phospat anorganik tanah sangat ditentukan oleh factor-faktor sebagai

berikut : pH tanah, adanya mineral yang mengandung ion Fe, Al, Mn dan

tersedianya Ca, jumlah serta tingkat dekomposisi bahan organik dan kegiatan

jasad renik. Ion H2PO4- dan HPO42- bergerak menuju akar karena difusi, adanya

reaksi penjerapan, dan presipitasi di dalam tanah. Selain itu ukuran dan kerapatan

sistem perakaran sangat penting dalam proses penyerapan P (Masria, 2015).

2.3. Konsep Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah merupakan suatu proses evaluasi yang terkategori menilai

tingkat kemampuan tanah dalam menyesuaikan kebutuhan tanaman terhadap

jumlah unsur hara makro dan unsur hara mikro didalam tanah yang tersedia secara

optimum dan seimbang untuk proses produksi tanaman dalam pertumbuhan

vegetatif dan pertumbuhan generatif. Lahan sub optimal memiliki factor pembats

berupa kandungan bahan organik dan pH tanah yang rendah. Sehingga

peningkatan pH menjadi kondisi netral dan penambahan bahan organik yang

optimal pada lahan sangat diperlukan untuk menyegarkan kembali fungsi tanah.

Bentuk desain pengelolaan lahan secara terpadu dan keberlanjutan pada

daerah sub optimal sehingga pengoptimalan lahan non produkti dapat peningkat

menjadi lahan produktif.

Page 9: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

9

Sumber : Mulyani, (2014).

Gambar 1. Desain Klaster Pengelolaan Tanah Pada Daerah Miring

Kesuburan tanah adalah kemapuan tanah dalam menjaga ketersediaan faktor

tumbuh tanaman seperti unsur hara, air dan udara. Menurut Nurhidayati (2017),

Kesuburan tanah diukur berdasarkan hasil tanaman (berat kering ton/ha) dan

kualitas (kandungan gula, pati, protein dan vitamin) yang variasinya direkam dari

tahun ketahun. Berbagai kebutuhan tanman yang disediakan oleh tanah adalah :

(1) sebagai tempat bertautnya akar tanaman; (2) sebagai penyedia air ; (3)sebagai

penyedia udara khusunya oksigen ; (4) sebagai penyedia unsur hara ; (5) sebagai

penyangga terhadap perubahan-perubahan temperatur dan pH.

2.4. Skema Penangan Pengelolaan Lahan Daerah Sub Optimal

2.4.1. Fungi Mikoriza Vesikulas Arbuskula (MVA)

Proses interaksi Fungi Mikoriza dengan tanaman adalah dengan

menginfeksi akar tanaman. Fungi Mikoriza berperan dalam peningkatan

penyerapan unsur-unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman seperti : N, P,

K, Zn, Mg, Cu, dan Ca. Salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan unsur

Page 10: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

10

hara terutama memfasilitasi ketersediaan phosfor dalam tanah adalah dengan

penggunaan Fungi Mikoriza (Pangaribuan, 2014).

Sumber : Ahmad, 2016

Sumber : Anonimb, 2018

Gambar 2. Infeksi Fungi MVA Pada Akar Tanaman

Fungi Mikoriza mampu mensuplai hara dari lahan beriklim kering yang

memiliki struktur tanah keras dan berpasir liat melalui bantuan hifa jamur (akar

eksternal) yang menyebar didaerah penyerapan air dan terintegrasi dengan akar

tanaman budidaya dalam menembus struktur tanah. Keberadaan Fungi Mikoriza

yang tersedia secara responsif didalam tanah sangat diperlukan untuk memberikan

keuntungan yang besar bagi tanaman yang berada di tanah dengan faktor

pembatas berupa keterbatasan jumlah air tanah.

Page 11: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

11

Sumber : Anonimc. 2016

Gambar 3. Infeksi Ektomikoriza Dan Endomikoriza

Mikoriza dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan cara menginfeksinya,

yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza menutuipi permukaan bagian

tanaman yang tertutup tanah. Ektomikoriza menginfeksi permukaan luar tanaman

dan di antara sel-sel ujung akar. Akibat serangannya, terlihat jalinan miselia

berwarna putih pada bagian rambut-rambut akar, dikenal sebagai jala hartig.

Serangan ini dapat menyebabkan perubahan morfologi akar. Akar-akar

memendek, membengkak, bercabang dikotom, dan dapat membentuk pigmen.

Infektivitas tergantung isolat dan kultivar tumbuhan inang. Sedangkan

Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel

ujung akar (root tip). Hifa masuk ke dalam sel atau mengisi ruang-ruang antarsel.

Jenis mikoriza ini banyak ditemukan pada tumbuhan semusim yang merupakan

komoditi pertanian penting, seperti kacang-kacangan, padi, jagung beberapa jenis

sayuran dan tanaman hias (Anonima, 2018).

2.4.2. Bahan Organik

Bahan organik merupakan agensi pengikat partikel tanah terpenting

didaerah tropik. Rendahnya bahan organik pada daerah lempung berpasir

didaerah lahan kering mempengaruhi kemantapan agregat tanah, stabilitas agregat

tanah tidak mnatap serta retensi hara dan air tanah (Suwardji, 2012).

Bahan organik dalam tanaman atau sering disebut dengan biomassa tanaman

sangat diperlukan untuk menyediakan kembali unsur hara yang habis terpakai

Unsur hara yang telah dipakai tanaman dapat dikembalikan kembali oleh tanaman

Page 12: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

12

dengan menguraikan kembali biomassa tanaman melalui sersah-sersah kecil

tanaman mulai dari akar sampai dengan buah. Tanaman yang mengandung bahan

organik tinggi dapat diuraikan oleh bakteri pengurai dengan cara ditimbun dan

dipendam didalam tanah dan kemudian lapukkan secara alami oleh organisme

biota tanah sehingga menjadi pupuk alami.

Pemberian bahan organik berkelanjutan selain dapat memperbaiki sifat

kimia tanah melaui perbaikan pH, juga sifat biologis tanah yaitu FMA. Pemberian

bahan organik berupa kotoran ayam dapat memperbaiki sifat kimia tanah, melalui

perbaikan pH dan kandungan C-organik tanah. Perbaikan pH tanah mendekati

netral (Yusnaini, 2009).

Bahan organik dapat berasal dar hijauan (jerami, batang pisang, dan

hijauan lainnya) dan kotoran hewan (kotoran kambing, sapi, ayam, kelinci,

kerbau, dan sebagainya). Sebelum digunakan bahan- bahan tersebut terlebih

dahulu difermentasikan. Pupuk kandang atau kompos biasanya dicampur

dengan bahan-bahan alami lainnya yang berada di lahan pertanian atau di

sekitarnya (Andoko, 2002). Sudantha (2010) mengatakan bahwa kompos bioaktif

atau biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba

lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai

agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Mikroba biodekomposer unggul

yang digunakan antara lain jamur Trichoderma spp. Mikroba tersebut mampu

mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan

tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke

tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab

penyakit tanaman. Sudantha (2013) mengatakan bahwa jamur Trichoderma spp.

isolat endofit dan saprofit dapat digunakan sebagai biodekomposer untuk

mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Sudantha (2014) mengatakan

biokompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi untuk: (1)

sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah, (2)

memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,

memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi

kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada tanah

Page 13: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

13

berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh dan

berkembang lebih baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia

antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah. Sudantha dan Suwardji (2017)

melaporkan penggunaan biokompos oleh petani jagung di Desa Montong Are

Lombok Barat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung yang ditanam

di lahan kering. Demikian pula pemberian biokompos pada tanaman lainnya dapat

meningkatkan hasil, seperti yang dilaporkan oleh Solihah, Sudantha dan Fauzi

(2016), penggunaan biokompos cairan hasil fermentasi jamur Trichoderma spp.

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Sudantha dan Suwardji

(2016) melaporkan bahwa penggunaan biokompos dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil bawang merah. Bahkan menurut Sudantha, Fauzi dan

Suwardji (2016), penggunaan kombinasi FMA dan bioaktivator yang berbahan

aktif jamur Trichoderma spp. dapat mengendalikan penyakit layu Fusarium pada

tanaman bawang merah. Demikian pula Sudantha, Isnaini, Astiko dan Ernawati

(2018) melaporkan bahwa penggunaan FMA dan bioaktivator yang mengandung

jamur Trichoderma spp. dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil.

2.5. Tanaman Jagung Sebagai Indikator Penanaman Lahan sub optimal

Dengan Mikoriza

Tanaman jagung yang dalam bahsa latinnya disebut zea mays L,

merupakan salah satu tanamna pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan

padi. Penduduk beberapa daearah di Indonesia misalnya di Madura dan nusa

tenggara, menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain itu, digunakan

sebagai pakan ternak. Diambil minyaknya dan untuk dibuat tepung jagung atau

meizena. Tanaman jagung membutuhkan waktu 80-150 hari dan termasuk

tanaman semusim. Tinggi tanaman sangatlah bervariasi antara 1-3 meter, namun

ada bebrapa varietas mencapai ketinggian 6 meter. Tinggi tanaman biasa diukur

dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan (Bashori, 2007)

Tanaman jagung dapat tumbuh didataran rendah hingga dataran tinggi.

Secara umum, tanaman ini sangat toleran dan mampu beradaptasi dengan iklim di

Indonesia. Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah lahan kering

Page 14: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

14

yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan gambut yang

telah diperbaiki, atau lahan basah bekas menanam padi. Agar tanaman

berproduksi dengan baik, tanaman harus memperoleh sinar matahari penuh 8 jam

sehari (Agromedia, 2007). Tingkat produksi tanaman jagung lebih tinggi

disbanding beras dan pangan pokok lainnya. Produksi jagung mencapai 8-10 ton

per hektare (Bashori, 2007).

Tanaman jagung toleran dengan pH (Potential of Hidrogen) tanah 5.5-7.0,

tetapi nilai yang cocok adalah 6.8. tanah lahan yang pHnya terlalu rendah atau

asam bias dinaikkan dengan menaburkan kapur/dolomite. Agar lebih efisien,

pengaplikasian dilakukan bersama dengan penoglahan lahan. Sebagai patokan,

untuk satu hectare lahan yang memiliki pH 5.0 dibuthkan kapur sebanyak 2-4 ton.

Sementara jika pH tanah lahan terlalu tinggi atau basa dapat diturunkan dengan

menaburkan belerang. Pengaplikasian dilakukan jika nilai pH lahan sangat tinggi

yakni mecapai 8.0 atau 9.0 (Agromedia, 2007).

Populasi dari ekosistem perkembangan jumlah spora jamur Fungi Mikoriza

dengan akar tanaman ditentutkan oleh kandungan bahan organik dalam tanah.

Menurut penelitian Yusnaini (2009), Pemberian pupuk organik, inorganik dan

kombinasi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda terhadap populasi,

keragaman, dan kolonisasi FMA pada akar tanaman jagung.

Hasil identifikasi Fungi Mikoriza pada tanaman jagung Menurut

Pangaribuan (2014), Perbedaan jumlah spora Fungi Mikoriza diakibatkan

keragaman jenis tanaman dan kondisi iklim, temperatur, asal tanah, hara,

ketinggian tempat, curah hujan, kelembaban dan cahaya dari lahan yang basah

atau kering.

2.6. Pengaruh Fungi Mikoriza Terhadap Tanaman Jagung

Pemberian Fungi Mikoriza arbuskular dan pupuk kandang dapat

mengimbangi kebutuhan hara tanaman jagung, karena dalam penambahan pupuk

kandang dapat lebih banyak menambah unsur hara makro terutama unsur hara N

yang baik untuk pembentukan klorofil (Sari, 2015). Penambahan bahan organik

Page 15: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

15

dalam bentuk pupuk kandang kotoran ayam seberat 2 kg per lubang (2,2 ton/ha)

tidak mempengaruhi perkembangan FMA pada tanaman muda (Irianto, 2015).

Sumber : Jaya, (2012)

Sumber : Seyler, (2017)

Gambar 4. Ilustrasi Fungi Mikoriza Di Lahan Marjinal

Fungi Mikoriza dapat berkembang didaerah marjinal atau tanah yang

bertekstur liat berpasir yang memiliki faktor pembatas berupa ketersediaan jumlah

air tanah dalam mengairi tanaman. Fungi Mikoriza dapat dimanfaatkan untuk

mencari dan memanfaatkan jumlah air tanah yang terbatas pada lahan kering

marjinal untuk memanfaatkan semaksimal jumlah air yang terbatas untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kandungan bahan organik yang semakin tinggi akan mempengaruhi

kemampuan hifa eksternal untuk menginfeksi akar tanaman. Melalui peningkatan

infeksi pada akar, maka dapat meningkatkan serapan unsur hara tanaman sehingga

Page 16: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

16

kebutuhan hara tanaman dapat tercukupi dengan baik. Kecukupan unsur hara

tersebut mampu membantu pembentukan bagian vegetatif tanaman termasuk luas

daun. Semakin lebar luas daun, maka semakin banak klorofil yang dihasilkan.

Banyaknya klorofil (sel hijau daun) pada daun dapat meningkatkan proses

fotosintesis. Oleh karena itu dengan optimumnya fotosintat yang dihasilkan akan

meningkatkan biomassa tanaman, sehingga meningkatkan produksi tanaman

jagung (Sari, 2015).

Fungi Mikoriza juga mampu memperbaiki agregat tanah sehingga proses

aliran massa berjalan lebih baik. Hal inilah yang menyebabkan Fungi Mikoriza

mampu berpengaruh pada berat brangkasan kering batang tanaman. Fungi

Mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan berat kering tanaman daripada

tanaman yang tidak mengalami infeksi Fungi Mikoriza. Penyerapan P pada

tanaman mempengaruhi kondisi fisiologis maupun morfologis tanaman.

Peningkatan fisiologi dan morfologi menyebabkan produksi energi pada tubuh

tanaman meningkat (Wicaksono, 2014).

Populasi spora FMA seperti Glomus sp. yang tinggi juga diduga disebabkan

kondisi lingkungan yang lebih sesuai, optimal, dan kompatibel dalam mendukung

pertumbuhan dan perkembangan spora. Ditunjang lagi oleh kemungkinan tidak

adanya jamur antagonis yang menghambat FMA. Faktor lainnya, perbedaan

lingkungan asal tanah, hara, ketinggian tempat, curah hujan, cahaya pada kedua

contoh tanah memungkinkan adanya perbedaan kepadatan spora (Pangaribuan,

2014).

Perlakuan Fungi Mikoriza terjadi peningkatan bobot kering tajuk tanaman

sebesar ±45 % dan dari 2 persen. Keadaan ini diperlukan agar kandungan bahan

organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi

mineralisasi. Penambahan bahan organik pada saat pengelolaan tanah mutlak

diperlukan setiap berpengaruh nyata secara statistik. Fungi Mikoriza dapat

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui simbiosis

mutualisme antara Fungi Mikoriza (pada akar tanaman) dengan tanaman itu

sendiri. Fungi Mikoriza memberikan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman untuk tumbuh dan berproduksi, sebaliknya. Fungi Mikoriza mendapatkan

Page 17: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

17

makanan melalui akar tanaman itu sendiri. akar yang terinfeksi Fungi Mikoriza

memiliki kapasitas penyerapan unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan

tanaman yang tidak terinfeksi Fungi Mikoriza (Sagala, 2013).

Kondisi P di dalam tanah yang sangat rendah secara teori akan

meningkatkan peran FMA dalam membantu melepaskan P total menjadi P

tersedia karena FMA memproduksi enzim fosfatase yang dapat melepaskan P

tidak tersedia menjadi P tersedia. Pemberian FMA yang berlebihan akan

mengakibatkan tidak optimalnya peran FMA karena semakin banyak FMA maka

akan terjadi kompetisi di antara FMA dalam memperoleh sumber makanan

(Suherman, 2015). Unsur phosfor didalam tanah jumlahnya sangat tinggi

disamping dapat menambah biaya operasional (pemborosan) dalam budidaya,

phosfor juga dapat menyebabkan keberadaaan populasi Fungi Mikoriza dapat

terganggu dan mati.

Inokulai Fungi Mikoriza pada tanah steril menunjukkan tinggi tanaman

tertinggi, meningkat 9% dibandingkan dengan tanah tak steril tanpa Fungi

Mikoriza. Sedangkan pada tanah tak steril, inokulasi Fungi Mikoriza

meningkatkan tinggi tanaman 4 % dibandingkan tanah tak steril tanpa Fungi

Mikoriza (Syamsiyah, 2014). Hasanah, Sudantha dan Suwardji (2012)

mengatakan bahwa pemberian mikoriza secara umum dapat meningkatkan

pertumbuhan tinggi tanaman, berat berangkasan, berat tongkol, berat 1000 butir

biji dan hasil tanaman jagung. Pemberian mikoriza saat pengolahan tanah

merupakan cara paling efektif dalam meningkatkan hasil jagung di lahan kering.

Page 18: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

18

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Pemberian FMA dapat menyebabkan unsur hara P bertambah dan terjadi

penumpukan unsur hara P didalam tanah karena unsur hara P tersedia dalam

jumlah yang tinggi didalam tanah.

2. Semakin tinggi asupan karbohidrat yang diterima Fungi Mikoriza, semakin

banyak spora yang terbentuk sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian FMA

dapat meningkatkan kadar P-tersedia tanah.

3. Pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui

perbaikan pH dan meningkatkan nilai KTK.

4. Bahan organik yang berupa biokompos dan atau bioaktivator hasil fermentasi

jamur Trichoderma spp. dapat dijadikan Pupuk hayati yang dapat membantu

FMA dalam meningkatkan produktivitas hasil tanaman berupa bobot kering

tajuk, jumlah bunga, jumlah luas daun dan meningkatkan jumlah serta bobot

buah.

5. Berdasarkan cara menginfeksinya FMA dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

Ektomikoriza menginfeksi dengan menutupi permukaan bagian tanaman yang

tertutup tanah. Sedangkan Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di

dalam dan di antara sel-sel ujung akar (root tip).

6. Inokulai FMA pada tanah steril tanpa fungi mikoriza menunjukkan tinggi

tanaman tertinggi, meningkat 9%. Sedangkan pada tanah tak steril tanpa fungi

mikoriza, inokulasi Fungi Mikoriza meningkatkan tinggi tanaman 4 % dan

Perlakuan Fungi Mikoriza terjadi peningkatan bobot kering tajuk tanaman

sebesar ±45 % dari 2 persen.

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan bahan organik

dan unsur hara P yang ditimbulkan akibat pemberian FMA sebelum dan sesudah

tanaman jagung ditanaman dengan mengetahui berat biomassa yang dihasilkan

tanaman saat berproduksi sehingga dapat diketahui tingkat kesuburah tanah yang

diteliti.

Page 19: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

19

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2016. Simbiosis Mikoriza Dengan Akar Tanaman. https://www.

akhmadshare.com/2016/11/manfaat-jenis-mikoriza-tanaman. html. (Diakses

pada 09 Mei 2018)

Anonima. 2018. Infeksi Ektomikoriza Dan Endomikoriza fungi MVA.

https://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza (Diakses pada 02 Mei 2018).

Anonimb. 2018. Infeksi Hifa Jamur Mikoriza. https://www.biologijk.com/2018/03

/glomeromycota. html. (Diakses pada 10 Mei 2018).

Anonimc. 2016. Infeksi Ektomikoriza dan Endomikoriza. http://tgc.lk.ipb.ac.id

/2016/04/27/peran-mikoriza-pada-tanah/. (Diakses pada 10 Mei 2018).

Agromedia., R. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Bashori., K. 2007. Aneka Olahan Dari Jagung. Saka Mitra Kompetensi. Klaten.

Hasanah, I., I. M. Sudantha, dan Suwardji. 2012. Uji Cara Aplikasi Mikoriza Pada

Empat Varietas Jagung Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Di Lahan

Kering. Jurnal Ilmiah Crop Agro budidaya Pertanian Vol 5 No 2 (2012): 1

– 7. https://cropagro.unram.ac.id/index.php/caj/issue/view/10

Jaya., P. K. 2012. Manfaat mikoriza bagi tanaman. http://www.herdinbisnis.com

/2012 /05/manfaat-mikoriza-bagitanaman. html (Diakses Pada 12 Mei 2018)

Kadarwati., FT. 2016. Evaluasi Kesuburan Tanah Untuk Pertanaman Tebu Di

Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Littri 22(2), Juni 2016. Hlm. 53

– 62.

Lolita, E.S dan Sukartono. 2007. Respon Tanaman Bawang Merah (Allium

Ascalonicum) Yang Diinokulasi MVA Pada Ragam Cara Pemberian Bahan

Oraganik dan Jeda Pengairan Dilahan Kering Pulau Lombok. Prosiding

Kongres Nasional HIKI. 5-7 Desember 2007.

Nurhidayati. 2017. Kesuburan Dan Kesehatan Tanah. Intimedia. Malang

Masria. 2015.Peranan Fungi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Untuk

Meningkatkan Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan Dan

Ketersediaan P Pada Lahan Kering. Partner, Tahun 2015 48 Nomor 1,

Halaman 48-56.

Mulyani.,A. Sedi.N dan Irsal.L. 2014. Percepatan Pengembangan Pertanian Lahan

Kering Iklim Kering Di Nusa Tenggara. Pengembangan Inovasi Pertanian

Vol. 7 No. 4 Desember 2014: 187-198.

Page 20: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

20

Pangaribuan., N. 2014. Penjaringan Cendawan Fungi Mikoriza Arbuskula

Indigenous Dari Ladan Penanaman Jagung Dan Kacang Kedelai Pada

Gambut Kalimantan Barat. Jurnal Agro Vol. 1, No. 1, Desember 2014.

Solihah, Z.; I M. Sudantha; Fauzi, M.T. (2016). Utilization of Biomol and Tea

Compost Solution Fermented by The Fungus Trichoderma spp. on The

Growth of Soybean (Glycine max (L.) Merr.) in Dry Land. Jurnal

simbiosis, IV (2). Pp. 46-49. ISSN 2337-7224

Sudantha, I Made (2013) Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp.

Untuk Pembuatan Biofungisida, Bioaktivator, Biodekomposer dan

Biochar dan Perannya Dalam Meningkatkan Kesehatan Dan Ketahanan

Pangan. In: BUAH FIKIRAN SANG PROFESOR. Fakultas Pertanian

UNRAM, Mataram, pp. 215-246.

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan

Pengendaliannya. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-

1025-56-0. 250 hal.

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2016. Growth and Yield of Onion (Allium Cepa

Var. Ascalonicum) as CA Result of Addition of Biocompost and Boactivity

Fermented with Trichoderma spp. In: The 1st International Conference on

Science and Technology (ICST) 2016, 1-2 Desember 2016, Universitas

Mataram.

Sudantha, I. M., M. T. Fauzi, dan Suwardji (2016). Uji Aplikasi Fungi Mikoriza

Arbuskular (FMA) dan Dosis Bioaktivator (mengandung Jamur

Trichoderma spp.) Dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Pada

Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Prosiding Seminar

Nasional 2016 Fakultas Pertanian Universitas Mataram-NTB. 700 – 707.

http://www.semnaspertanian2016.unram.ac.id

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2017. Produksi Pupuk Organik Dan

Pemanfaatannya Untuk Peningkatan Hasil Jagung Di Lahan Kering. In:

Seminar Nasional Hasil Program PPM Mono Tahun Pelaksanaan 2016

Diselenggarakan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Kemenristekdikti RI, 28 Juli 2017, Denpasar Bali. 23 hal.

Sudantha, I. M., M. Isnaini, W. Astiko, dan N. M. L. Ernawati. 2018. Aplikasi

Fungi Mikoriza Abuskular dan Bioktivator Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Bawang Merah. Seminar Nasional Fakultas Pertanian Unram 2018: Implementasi

Ipteks Pertanian Berkelanjutan Yang Tangguh Menuju Kedaulatan Pangan,

Mataram.

Page 21: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

21

Sukartono and I. M. Sudantha. 2016. Agronomic Response of Soybeans and Soil

Fertility Status under Application of Biocompost and Biochar on Entisols

Lombok, Eastern Indonesia. IOSR Journal of Environmental Science,

Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT), 10 (11). pp. 6-11.

ISSN e-ISSN: 2319-2402,p- ISSN: 2319-2399

(http://eprints.unram.ac.id/4496/).

Priyono.,J, I Wayan. S, Chairussyuhur. A, Mastur H, dan Achmad. M. 2012.

Pengembangan Usahatani Terpadu Jagung – Sapi Bali Pada Lahan Sub

Optimal Di NTB Dengan Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya

Lokal. Prosiding Insinas 2012.

Sagala.,Y, Asmarlaili.S.H,Dan Razali. 2013.Peranan Fungi Mikoriza Terhadap

Pertumbuhan, Serapan P Dan Cd Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Serta

Kadar P Dan Cd Andisol Yang Diberi Pupuk Fosfat Alam. Jurnal Online

Agroekoteknologi Vol.2, No.1: 487-500, Desember 2013

Sari.,A.D, Didik. H, dan Titin. S.2015. Pengaruh Pupuk Kandang Dan Cendawan

Fungi Mikoriza Arbuskula (Fungi MVA) Pada Pertumbuhan Dan Hasil

Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3,

Nomor 6, September 2015, Hlm. 450 – 456.

Seyler., Y. 2017. Penampakan Fungi Mikoriza Didalam Tanah. https://yersiz

seyler.wordpress.com/2017/11/18/hayat-hayattir-ceviri-derlemesi/ (Diakses

Pada 11 Mei 2018)

Suherman., C. Wieny H. R, dan Intan R.D. 2015. Pengaruh aplikasi fungi Fungi

Mikoriza arbuskula (FMA) dan zat pengatur tumbuh (ZPT) akar dalam

meningkatkan jumlah benih siap salur tanaman teh (Camellia sinensis (L.)

O. Kuntze). Jurnal Penelitian Teh dan Kina, (18)2, 2015: 131-140.

Suwardji, Suardiari. G, dan Hippi A. 2007. Meningkatkan Efisiensi Air Irigasi

Dari Sumber Air Tanah Dalam Pada Lahan Kering Pasiran Lombok Utara

Menggunakan Teknoologi Irigasi Sprinkler Biggun. Prosiding Kongres

Nasional HIKI. 5-7 Desember 2007.

Suwardji, Utomo,W.H dan Sukartono. 2012. Kemantapan Agregat Setelah

Aplikasi Biochart Ditanah Lempung Berpasir Pada Pertanamna Jagung

Dilahan Kering Kabupaten Lombok Utara. Buana Sains Vol 12 No 1 : 61-68

Syamsiyah.,J, Bambang. H.S, Eko.H Dan Jaka.W. 2014. Pengaruh Inokulasi

Jamur Fungi Mikoriza Arbuskula Terhadap Glomalin, Pertumbuhan Dan

Hasil Padi. Jurnal Ilmu Tanah Dan Agroklimatologi 11 (1) 2014.

Wicaksono.,M.I, Muji. R dan Samanhudi.2014. Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza

Dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Putih. Jurnal Ilmu Ilmu

Pertanian Vol. Xxix No. 1 Maret 2014.

Page 22: **)Corresponding author: imade sudantha@yahoo.coeprints.unram.ac.id/6921/1/LALU MUHAMMAD ARIANDI SAHIRAN DAN I MADE... · proses produksi khusunya areal pertanian sesusai dengan karakteristik

22

Winarno., S.2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.Gava

Media.Yogyakarta.

Yusnaini.,S. 2009. Keberadaan Fungi Mikoriza Vesikular Arbuskular pada

Pertanaman Jagung yang Diberi Pupuk Organik dan Inorganik Jangka

Panjang. J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 3, 2009: 253-260