Page 1
CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA
PENYUSUNAN MODEL GREEN ACCOUNTING
(Studi pada PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN ALauddin Makassar
Oleh:
ANDI YULIANA
10800113053
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
Page 2
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan
oleh orang lain, sebagian dan seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya, batal demi hukum.
Makassar, Agustus 2017
Penyusun,
ANDI YULIANA
NIM: 10800113053
Page 4
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemampuan untuk
berpikir yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Salam dan shalawat juga semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi panutan sempurna bagi kita semua dalam menjalani
kehidupan yang bermartabat.
Skripsi dengan judul “Corporate Environmental Responsibility: Upaya
Penyusunan Model Green Accounting (Studi pada PT Semen Tonasa di
Kabupaten Pangkep)” penulis hadirkan sebagai salah satu prasyarat untuk
menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Penulis menyadari bahwa memulai hingga mengakhiri proses pembuatan
skripsi ini bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan, hambatan dan cobaan yang
selalu menyertainya. Hanya dengan ketekunan dan kerja keraslah yang menjadi
penggerak penulis dalam menyelesaikan segala proses tersebut. Dan juga karena
adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak yang telah
membantu memudahkan langkah penulis.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Alm. Andi Sangiang dan Ibunda Andi
Page 5
iii
Rajemawati yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga untuk kesuksesan anaknya,
yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendukung, memotivasi dan tidak
henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT demi kebahagiaan penulis. Dan juga
kepada saudaraku yang tercinta, Andi Enal, Andi Eful, Andi Nur dan Andi Eril yang
lahir dari rahim yang sama yang selalu mendukung, memotivasi dan menjadi alasan
penulis untuk berusaha menjadi teladan yang baik, serta segenap keluarga besar yang
selalu memberikan semangat bagi penulis untuk melakukan yang terbaik.
Selama penyusunan skripsi ini, tidak dapat lepas dari bimbingan, dorongan
dan bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis menghanturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
2. Bapak Jamaluddin Majid, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta Bapak Memen
Suwandi, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
3. Bapak Dr. Wahyuddin Abdullah, SE., M.Si., Ak. sebagai dosen pembimbing I
daan Nur Rahmah Sari, SE., M. Acc., Ak. sebagai dosen pembimbing II yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna selama proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Andi Wawo, S.E., M.Si selaku Penasihat Akademik yang selalu
memberikan nasihatnya.
Page 6
iv
5. Segenap dosen serta staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah memberikan bekal
dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
6. Bapak Ir. H. A. Unggul Attas, MBA selaku Direktur Utama PT Semen Tonasa
7. Bapak H. Karim, SE selaku Senior Manager of Traning
8. Ibu Zam-Zam, SE selaku Manager of Training Planning & Organizing.
9. Karyawan/karyawati PT Semen Tonasa yang telah membantu selama proses
penelitian.
10. Bapak Andi Makkulau selaku Kepala Departemen Audit Internal PT Semen
Tonasa yang telah banyak membantu segala hal selama melakukan proses
penelitian, mulai dari pengurusan surat penelitian sampai surat selesai penelitian.
11. Teman-teman dan sahabat-sahabat satu angkatan 2013 Akuntansi UIN Alauddin
Makassar kelas akuntansi B (3,4) semenjak dari maba sampai sekarang, yang
selalu memberi bantuan, dorongan, semangat dan telah menjadi teman diskusi
yang baik bagi penulis.
12. Sahabatku tercinta irma, riza, iji, dea, eni dan inul yang selalu bersedia menjadi
tempat sharing, yang selalu memberi motivasi, dorongan, semangat, dan
membantu dalam segala hal.
13. Kepada kanda Muhammad Albar, S.E, dan Burhanuddin, S.E yang telah
memberikan saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
14. Teman-teman KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 55 Desa Balassuka
Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.
Page 7
v
15. Semua teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
yang turut memberikan bantuan dan pengertian secara tulus.
Semoga skripsi yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat. Akhirnya, dengan
segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan
keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Penulis,
ANDI YULIANA
NIM. 10800113053
Page 8
vii
DAFTAR ISI
HALMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1-15
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .................................................8
C. Rumusan Masalah ................................................................................9
D. Tujuan Penelitian .................................................................................9
E. Penelitian Terdahulu ..........................................................................10
F. Manfaat Penelitian .............................................................................14
BAB II TINJAUAN TEORETIS .......................................................... 16-49
A. Stakeholder Theory ............................................................................16
B. Legitimacy Theory ..............................................................................18
C. Discretionary Disclosure Theory .......................................................20
D. Akuntansi Lingkungan (Green Accounting) ......................................21
E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) ...................................................................................25
F. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Corporate
Environmental Responsibility) ..........................................................27
G. Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) ..........................30
H. Green Accounting sebagai Tanggung Jawab Lingkungan
Perusahaan (Corporate Environmental Responsibility) .....................33
I. Model Pengungkapan Green Accounting Mewujudkan
Environmental Performance ..............................................................37
J. Rerangka Pikir ....................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 50-57
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................50
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................51
C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................52
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................52
E. Instrumen Penelitian ...........................................................................54
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data .............................................54
G. Pengujian Keabsahan Data .................................................................56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 58-112
Page 9
viii
A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................58
1. Status Perusahaan ...................................................................61
2. Visi dan Misi Perusahaan ......................................................62
3. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................63
4. Bahan Baku PT Semen Tonasa ..............................................70
5. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung ...........................72
6. Produk PT Semen Tonasa ......................................................73
7. Sistem Manajemen PT Semen Tonasa ...................................75
8. Penghargaan PT Semen Tonasa .............................................78
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian .......................................................81
1. Pelestarian dengan Pengidentifikasian Biaya-Biaya
Lingkungan ............................................................................81
2. Pengungkapan Biaya-Biaya yang Terkait Lingkungan
PT Semen Tonasa ..................................................................98
3. Formulasi Green Accounting dalam Mendukung
Environmental Performance ................................................100
BAB V PENUTUP .............................................................................. 113-115
A. Kesimpulan ......................................................................................113
B. Implikasi Penelitian ..........................................................................114
C. Saran .................................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………......116
LAMPIRAN
Page 10
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Rerangka Pikir .............................................................................49
Gambar 2 : Struktur Organisasi PT Semen Tonasa .......................................65
Page 11
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Penelitian Terdahulu .......................................................................11
Tabel 2: Matriks Kinerja Lingkungan ............................................................31
Tabel 3: Pernyataan Utama Mengenai Konservasi Lingkungan ...................38
Tabel 4 : Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Konservasi
Lingkungan .....................................................................................39
Tabel 5 : Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Ekonomi
Berhubungan dengan Kegiatan Konservasi Lingkungan ................41
Tabel 6 : Kategori Biaya Lingkungan ............................................................43
Tabel 7 : Pengelompokan Biaya Lingkungan ...............................................44
Tabel 8 : Perbandingan Biaya Pencegahan Lingkungan Berdasarkan
Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan
PT Semen Tonasa ..........................................................................101
Tabel 9 : Perbandingan Biaya Deteksi Lingkungan Berdasarkan Perspektif
Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan
PT Semen Tonasa ..........................................................................102
Tabel 10 : Perbandingan Biaya Kegegalan Internal Lingkungan Berdasarkan
Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan
PT Semen Tonasa ..........................................................................104
Tabel 11 : Perbandingan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan dalam
Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan
PT Semen Tonasa ..........................................................................106
Tabel 12: Perbandingan Biaya Penelitian dan Pengembangan berdasarkan
Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan
PT Semen Tonasa ..........................................................................108
Tabel 13: Formulasi Laporan Biaya Lingkungan PT Semen Tonasa ..........109
Page 12
xviii
ABSTRAK
NAMA : ANDI YULIANA
NIM : 10800113053
JUDUL : CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA
PENYUSUNAN MODEL GREEN ACCOUNTING (Studi pada PT
Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep)
Perusahaan mengalami kesulitan merinci biaya-biaya lingkungan dan
terkendala bentuk pelaporan biaya-biaya lingkungan. Pengungkapan informasi
lingkungan yang merinci biaya-biaya lingkungan belum diatur secara jelas dalam
regulasi akuntansi. Penelitian ini bertujuan merinci biaya-biaya lingkungan
berdasarkan relevansi dan akurasi informasinya, dan memformulasikan model
pelaporan green accounting berdasarkan karakteristik perusahaan.
Penelitian kulitatif ini menggunakan pendekatan kritis dengan unit analisis
PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik wawancara dan dukungan data sekunder lainnya. Metode analisis data
menggunakan kritis konstruktivisme dengan uji keabsahan data berdasarkan
triangulasi data dan teori.
Hasil penelitian menemukan perseroan mengklasifikasikan biaya-biaya
lingkungan berdasarkan aktivitasnya dan tidak merinci biaya lingkungan tersebut
sehingga informasinya tersembunyi dan manajer kesulitan mengendalikan biaya-
biaya tersebut. Biaya-biaya yang terkait lingkungan diklasifikasikan ke dalam
biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal
lingkungan, biaya kegagalan eksternal lingkungan, dan biaya penelitian dan
pengembangan. Penyajian biaya-biaya lingkungan dan pengungkapan kegiatan
lingkungan berkonstribusi maksimal terhadap kinerja lingkungan. Formulasi
model green accounting merupakan pememenuhan tanggung jawab lingkungan
dan perwujudan akuntabilitas kepada para stakeholder. Model pelaporan green
accounting ini menyempurnakan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tetang
perseroan terbatas dan pembentukan standar akuntansi lingkungan.
Kata Kunci: green accounting, biaya lingkungan, kinerja lingkungan, tanggung
jawab lingkungan.
Page 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas ekonomi pada saat ini secara langsung maupun tidak telah
menjadi faktor penyebab terjadinya global warming (Ja’far dan Kartikasari,
2009). Perekonomian modern seperti ini, telah memunculkan berbagai isu yang
berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoifisiensi, dan kegiatan
industri lain yang memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya
(Agustia, 2010). Dampak dari perkembangan industri berupa pencemaran
lingkungan telah memunculkan serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia
untuk melakukan upaya dalam pencegahan efek global warming secara lebih luas
(Damayanti dan Pentiana, 2013). Seringkali usaha dalam peningkatan
produktivitas dan efisiensi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa
pencemaran udara, air, dan pengurangan fungsi tanah (Kusumaningtias, 2013).
Padahal dengan mengabaikan masalah lingkungan perusahaan akan merasakan
dampak yang lebih besar yang dapat mengancam keberlanjutan usahanya.
Perusahaan sering kali tidak memperhatikan masalah lingkungan karena
pemimpin perusahaan berpikir bahwa memperhatikan masalah lingkungan berarti
perusahaan harus mengeluarkan biaya, sehingga kebijakan lingkungan dalam
mencegah dan mengurangi efek yang dirugikan pada sumber daya alam tidak lagi
diperhatikan (Damayanti dan Pentiana, 2013). Darwin (2007) melihat ada emapat
hal alasan isu lingkungan semakin signifikan. Pertama, ukuran perusahaan yang
semakin besar. Semakin besar perusahaan, maka diperlukan akuntabilitas yang
lebih tinggi dalam pembuatan keputusan terkait dengan operasi, produk dan jasa
Page 14
2
yang dihasilkan. Kedua, aktivitas dan LSM bidang lingkungan hidup telah tumbuh
dengan pesat diseluruh dunia termasuk Indonesia. Mereka akan menganggap sisi
negatif perusahaan yang terkait dengan isu lingkungan atau dampak sosial yang
timbul dari aktivitas produksi perusahaan. Ketiga, reputasi dan citra perusahaan.
Perusahaan-perusahaan saat ini menyadari bahwa reputasi, merek, dan citra
perusahaan merupakan isu strategis bernilai tinggi dan harus dilindungi. Keempat,
perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat. Isu lingkungan dan sosial
yang berdampak negatif akan menyebar dan dapat diakses dengan mudah
menggunakan teknologi informasi saat ini. Selain karena tuntutan dari
masyarakat, pengelolaan lingkungan dengan baik pada dasarnya akan berimplikasi
juga untuk perusahaan kedepannya.
Pergerakan perusahaan saat ini mengarah pada green company, kalangan
industri tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya tetapi juga
tuntutan dari masyarakat untuk memperhatikan pengelolaan limbahnya agar
kelestarian lingkungan tetap terjaga. Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41
yang membahas tentang lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan
dan larangan untuk merusaknya yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari
Page 15
3
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. Ar-
Ruum Ayat: 41-42).
Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai khalifah, manusia memiliki tugas
memanfaatkan, mengelolah dan memelihara. Tetapi sering kali manusia lalai
dengan kedudukannya. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam sering
kali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk
sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan
kesengsaraan ke pada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut
seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara. Maka sudah
sebuah keharusan dalam menjaga lingkungan. Tarmisi et al., (2012)
perkembangan dunia usaha menjadi semakin luas, semakin banyak pabrik-pabrik
dan perusahaan yang didirikan untuk melakukan aktivitasnya yaitu memproduksi
barang mentah maupun barang setengah jadi atau barang jadi. Perusahaan dalam
melakukan aktivitasnya menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai
tujuannya, dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan selalu berinteraksi dengan
lingkungan.
Berbagai dampak negatif dari operasi perusahaan, memerlukan suatu
sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab lingkungan
mereka sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan membutuhkan
pengukuran, penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah
dari hasil kegiatan operasional perusahaan dalam hal ini yang di maksud adalah
green accounting (Minimol dan Makesh, 2014). Isu lingkungan bukan lagi
merupakan isu baru saat ini, dimana semua pihak mulai menyumbangkan ide-ide
terkait dengan penyelamatan lingkungan hidup, dalam islam juga di jelaskan
Page 16
4
melarang membuat kerusakan lingkungan dalam Q.S. Al-A’raf ayat 56-58 yang
berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang
meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan
hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai
macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang
yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-
A’Araf Ayat: 56-57).
Ayat ini menjelaskan bahwa bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup
manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat
Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-
lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan. Salah satunya
upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu praktik akuntansi lingkungan.
Walaupun saat ini semakin banyak ‘perusahaan hijau’ (green firm), namun secara
umum terdapat tekanan yang kuat dari stakeholder yang menjadi pemicu utama
yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan
(Gale, 2006; Islam dan Deegan, 2008; Marshall, 2010). Kusumaningtias (2013)
mengatakan bahwa akuntansi merupakan suatu ilmu yang mempengaruhi dan
Page 17
5
dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem akuntansi yang didalamnya terdapat akun-
akun yang terkait dengan biaya lingkungan disebut sebagai green accounting atau
environmental accounting (Aniela, 2012). Peran akuntansi dalam mengelolah
biaya lingkungan tersebut sangat dibutuhkan agar biaya tersebut lebih efisien.
Akuntansi lingkungan yang dikenal dengan konsep green accounting
sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan
mulai berkembangnya penelitian-penelitian yang terkait dengan isu green
accounting (Bebbington, 1997). Tujuan konsep green accounting melakukan
penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan
manfaat atau efek (economic benefit), serta menghasilkan efek perlindungan
lingkungan (environmental protection) (Almilia dan Wijayanto, 2007). Praktik
akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini belumlah efektif. Cepatnya
tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan adanya otonomi ini
terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau tidak pada
akhirnya akan menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan
(Susilo dan Astuti, 2014).
Perusahaan persemenan melakukan aktivitas mulai dari pengambilan
bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi produk semen sampai dengan
distribusi atau pengiriman produk. Aktivitas tersebut memiliki dampak yang
berbeda-beda terhadap lingkungan baik dalam maupun luar perusahaan. Aktivitas
penambangan tanah liat dan batu kapur sebagai bahan baku utama pembuatan
semen, berdampak pada berubahnya bentabg tanah, hilangnya vegetasi dan habitat
bagi fauna. Kegiatan produksi memberi dampak utama timbulnya emisi gas dari
proses pembakaran terak. Debu semen dari proses packing dan transfortasi semen.
Page 18
6
Sementara kegiatan transportasi produk, selain berdampak polusi debu semen,
juga berdampak pada polusi debu jalanan dan emisi gas karbondioksida. PT
Semen Tonasa merupakan industri yang bergerak di bidang persemenan. Bahan
baku semen berasal dari alam dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai
bahan produksi, diamana dalam melakukan aktivitas produksinya menghasilkan
banyak limbah, yang tentunya berdampak pada lingkungan.
Bentuk tanggung jawab lingkungan perusahaan atas pengambilan sumber
daya alam, perusahaan harus mengungkapkan biaya-biaya lingkungan sebagai
konsekuensinya. Daur ulang dan pelestarian lingkungan merupakan salah satu dari
fokus utama Tonasa Hijau. Tahun 2015 anggaran budget untuk Tonasa Sehat
Hijau sebesar Rp 692.133.300. Program Kemitraan, Bina Lingkungan serta
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), Perseroan melakukan pembinaan
guna menciptakan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat melalui bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, keagamaan, sarana
dan prasarana umum, bantuan korban bencana alam serta pembinaan masyarakat,
melalui program kemitraan tersebut dana yang disalurkan pada tahun 2015 adalah
sebesar Rp 13,14 milyar (Annual report, 2015). Salah satu kategori dalam matriks
aspek materialitas PT Semen Tonasa yaitu kategori lingkungan yang terdiri dari
aspek material, energi, air, kehati, limbah, produk dan jasa, kepatuhan hukum,
dampak transportasi, material dan produk, total biaya lingkungan, assessment
lingkungan pada pemasok, dan penangan keluhan masalah lingkungan
(Sustainability report, 2015). Perusahaan mengungkapkan aktivitas sosial dan
lingkungannya tanpa mencatat lebih detail biaya-biaya tersebut.
Page 19
7
Cooper (1992) mengatakan bahwa agar akuntansi ikut berperan dalam
pelestarian lingkungan yakni ikut memberikan kontribusi terhadap permasalahan
lingkungan hidup daripada hanya mencegah. Pengungkapan akuntansi lingkungan
seharusnya tidak saja sekedar mengungkapkan permasalahan lingkungannya tetapi
juga melaporkan bagaimana mengelola perbaikan lingkungan dalam sosialnya
(Gallhofer dan Jim, 1997 dalam Susilo dan Astuti, 2014). Proses produksi suatu
barang mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan suatu produk
setelah dikonsumsi (digunakan) tidak merusak lingkungan (Idris, 2012). Apalagi
jika perusahaan mampu untuk merinci biaya lingkungan tersebut. Hal ini agar
perusahaan tidak menggeneralisir biaya-biaya tidak langsung termasuk biaya
lingkungan kedalam biaya overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan
manajer kesulitan untuk menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut (Descalu et
al., 2010). Suharto (2004) dalam Anggriani (2006) beberapa kesulitan manajemen
keuangan untuk melaporkan kewajiban lingkungan, yaitu sebagai berikut:
permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan
belum ada secara tegas, biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi
lingkungan dalam laporan keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan,
pengenalan kewajiban bersyarat dan kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya
lingkungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud ingin
mengetahui perkembangan akuntansi lingkungan (green accounting) pada PT
Semen Tonasa, untuk kemudian menformulasikan sebuah model green
accounting yang dapat menjembatani kepentingan perusahaan dengan
stakeholder-nya.
Page 20
8
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Fokus penelitian ini adalah bagaimana menformulasikan model pelaporan
green accounting, karena pada saat ini belum ada standar yang mengatur secara
khusus mengenai green accounting. Sehingga perusahaan yang mengugkapkan
biaya-biaya terkait lingkungkunganya masih bersifat sukarela (voluntary).
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas, dimana undang-undang ini mewajibkan bagi perseroan yang
terkait dengan sumber daya alam untuk memasukkan perhitungan tanggung jawab
sosial dan lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar.
Oleh karena itu sudah sebuah keharusan perusahaan dalam mengungkapkan
biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan.
Objek dalam penelitian pada PT Semen Tonasa, dipilihnya objek
penelitian tersebut dengan alasan karena perseroan dalam melakukan proses
produksi bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur yang
tentunya akan berdampak pada lingkungan. Bentuk tanggung jawab perusahaan
terhdap lingkungan yaitu perusahaan harus mengungkapkan biaya-biaya
lingkunganya, pada sustainability report dan environmental report perusahaan
mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungannya tanpa mencatat lebih detail
biaya-biaya tersebut. Perusahaan yang dapat merinci biaya-biaya yang terkait
lingkungannya dapat memberikan nilai bagi perusahaan sehingga kinerja
lingkungan perusahaan dapat dinilai.
Page 21
9
C. Rumusan Masalah
Manajemen perusahaan kesulitan dalam merinci biaya-biaya lingkungan,
perusahaan terkadang tidak mampu merinci biaya-biaya yang terkait dengan
lingkungan, misalnya saja perusahaan menggenalisir biaya-biaya lingkungan
kedalam biaya overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan manajer
kesulitan untuk menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut. Salah satu
penyebab dari kesulitan manajemen dalam merinci biaya-biaya lingkungan yaitu
permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan
belum ada secara tegas. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan
masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana identifikasi biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa?
2. Bagaimana pelaporan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan PT
Semen Tonasa?
3. Bagaimana menformulasikan model pelaporan green accounting yang
dapat digunakan dalam mendukung environmental performance PT Semen
Tonasa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk megetahui identifikasi biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa
2. Untuk mengetahui pelaporan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan
PT Semen Tonasa
3. Untuk memformulasikan model pelaporan green accounting yang dapat
digunakan dalam mendukung environmental performance PT Semen
Tonasa
Page 22
10
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat perlakuan biaya-biaya
perusahaan yang terkait lingkungan, pelaporannya dan mencoba menformulasikan
model green accounting sehingga kinerja lingkungan perusahaan dapat tercapai.
Terdapat 15 aspek yang dipertimbangkan dalam praktik akuntansi lingkungan,
yaitu: kebijakan lingkungan, keselamatan dan kebijakan kerja lingkungan,
konservasi energi, inisiatif lingkungan perusahaan, sustainability reporting,
pengelolaan air, penanganan sampah, sumber energy terbarukan, sistem informasi
lingkungan, praktik pengungkapan lingkungan, dan aset lingkungan (Deshwal,
2015). Rahim dan Rahim (2017) mengatakan banyak negara memiliki kebijakan
sendiri untuk kebijakan pelaporan akuntansi lingkungan. Penelitian yang
dilakukan oleh Morthy dan Yacop (2013) yang menyoroti seputar green
accounting dalam pelaporan keuangan dan menguraikan serangkaian langkah-
langkah green accounting yang dibahas dalam sistem akuntansi manajemen
lingkungan hidup perusahaan.
Buniamin et al., (2011) penelitian yang dilakukan dengan 243 perusahaan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia, mengatakan perusahaan yang
mematuhi praktik tata kelola perusahaan yang baik cenderung untuk lebih
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo
dan Astuti (2014) dengan mengekplorasi perkembangan akuntansi lingkungan di
Indonesia mencakup faktor yang menjadi sebab utama oleh pengambilan
kebijakan manajemen sekitarnya, seberapa besar perbedaan perhatian, keterlibatan
manajemen, dan pelaporan akuntansi lingkungan terhadap permasalahan
Page 23
11
lingkungan hidup. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai green
accounting akan menjadi pedoman dalam penelitian ini.
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
1
1.
2
Shavita
Deshwal
3
Green Accounting
and Practices
4
Penelitian yang dilakukan pada 50
perusahaan (27 manufaktur dan 23
non manufaktur) dengan mengambil
sampel dari Delhi, Faridabad,
Ghaziabad, dan Gurgaon. Hasil yang
diperoleh yaitu ada perbedaan yang
signifikan antara perusahaan
manufaktur dan non manufaktur
dalam praktik akuntansi lingkungan.
2.
Dr. Nasir
Zameer
Qureshi, Dr.
Dhiresh
Kulshrestha
dan Surya
Bhushan
Tiwari
Environmental
Accounting and
Reporting: An
Essential
Component of
Business Strategy
Komponen lingkungan dari strategi
bisnis menghasilkan laporan kinerja
yang diperlukan dan beberapa
keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengukur, mengkomplikasi dan
menganalisis data yang diperlukan.
Mereka juga mengidentifikasi
hambatan utama untuk akuntansi
lingkungan dan pelaporannya, dan
menyimpulkan kebijakan lingkungan
dan menindaklanjuti prosedur
akuntansi lingkungan adalah suatu
Page 24
12
1
2
3
4
keharusan, kecuali orang-orang biasa
dari India yang tidak sadar akan
kerusakan ligkungan sehingga
pengembangan akuntansi lingkungan
menjadi benar-benar sulit.
3. Krishna
Moorthy
dan Peter
Yacop
Green Accounting:
Cost Measures
Hasil penelitiannya menemukan
serangkaian langkah-langkah green
accounting yang akan dibahas dalam
sistem akuntansi manajemen
lingkungan perusahaan yaitu biaya
pencegahan polusi, biaya
perlindungan lingkungan, biaya daur
ulang sumber daya, biaya pemulihan
lingkungan, biaya pengelolaan, biaya
kegiatan promosi sosial, dan biaya
penelitian dan pengembangan
4.
Heba Y. M.
Abdel-
Rahim dan
Yousef M.
Abdel-
Rahim
Green accounting –
a proposition for
EA/ER conceptual
implementation
methodology
Pentingnya akuntansi lingkungan
sebagai bagian dari pendidikan
akuntansi, ikhtisar masa lalu dan
status peraturan dan wajib saat
akuntansi lingkungan dan
hubungannya dengan profesi yang
berbeda. Sistem pengarsipan
lingkungan wajib dan
mengeksplorasi karakteristik dan
Page 25
13
1
2
3
4
potensi manfaat.
5.
Sharifah
Buniamin,
Bakhtiar
Alrazi, Nor
Hasimah
Johari dan
Noor Raida
Abd
Rahman
Corporate
Governance
Practices and
Environmental
Reporting of
Companies in
Malaysia: Finding
Possibities of
Double Thumbs Up
Ditemukan bahwa secara
keseluruhan keberadaan pelaporan
lingkungan masih sedikit, hanya 28%
perusahaan yang mengungkapkan
informasi keuangan. Rata-rata setiap
perusahaan melaporkan 4,7 kalimat,
sedangkan kualitas yang diukur
dengan indeks pengungkapan
menunjukkan 3,24. Atribut tata
kelola perusahaan yang paling
signifikan dalam mempengaruhi
tingkat pelaporan lingkungan yaitu
ukuran perusahaan dan kepemilikan
manajemen.
6.
Joko Susilo
dan Neni
Astuti
Penyusunan Model
Green Accounting
untuk Perusahaan
Melalui Perhatian,
Keterlibatan,
Pelaporan
Akuntansi
Lingkungan, dan
Auditnya
Hasil uji rata-rata membuktikan
bahwa memang perusahaan
perusahaan di dua daerah ini
memiliki perbedaan strategi terkait
dengan kebijakan lingkungan
hidupnya. Hasil uji rata-rata
menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan di Sleman terkait dengan
green corporate strategy-nya berada
pada matrik defensife green sedang
Page 26
14
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Manfaat Teoretis dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat
menyempurnakan stakeholder theory, dimana pionir dari teori tersebut
adalah R. Edward Freeman (1984). Teori ini merupakan kumpulan
kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,
serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan.
2. Manfaat praktis dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan pada PT Semen Tonasa dalam melakukan pelestarian
lingkungan, untuk pihak menejemen produksi dapat mengidentifikasi
1
2
3
4
perusahaan-perusahaan di Bantul
berada di matrik extreme green.
Meskipun dalam matrik yang
berbeda, namun dari sisi kebijakan
green accounting, keduanya dapat
diberlakukan model yang sama
dimana perusahaan bisa saja
diwajibkan membuat laporan
akuntansi lingkungan yang bersifat
tidak saja deskriptif tetapi juga
bersifat kuantitatif dalam bentuk
laporan terpisah/tersendiri.
Page 27
15
biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan, dan untuk pihak manajemen
keuangan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam
menyonsong perubahan maupun dalam hal menerapkan sistem pencatatan
akuntansi yang berwawasan lingkungan yaitu green accounting.
3. Manfaat Regulasi dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat
memberikan konstribusi dalam penyusunan standar khusus green
accounting, dengan adanya standar khusus tersebut sehingga dapat
menyempurnakan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas.
Page 28
16
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Stakeholder Theory
Stakeholder theory merupakan teori yang dikembangkan oleh R. Edward
Freeman (1984). Teori stakeholder artinya sebagai kumpulan kebijakan dan
praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan
hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha
untuk kontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory
dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri
merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman, 2002). Pengungkapan informasi
keuangan, sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan
stakeholder-nya dan menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang
dapat mengubah persepsi dan ekspektasi (Adam dan McNicholas, 2007).
Perusahaan akan berusaha untuk mencapai harapan stakeholder yang berkuasa
dengan penyampaikan pengungkapan, termasuk pelaporan aktivitas sosial dan
lingkungan. Pengungkapan tersebut dilakukan dengan harapan dapat memenuhi
kebutuhan stakeholder-nya serta mendapatkan dukungan dari stakeholder-nya
demi keberlangsungan perusahaan.
Stakeholder dibagi menjadi dua, yaitu stakeholder internal yang terdiri dari
pemilik, manajemen, dan karyawan; dan stakeholder eksternal yang terdiri dari
pemerintah, masyarakat, lingkungan dan pemangku kepentingan masa depan
(Hernadi, 2012). Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh peneliti lain
yang menyatakan bahwa stakeholder terdiri dari stakeholder primer dan
Page 29
17
stakeholder sekunder. Stakeholder primer terdiri dari: pemilik, karyawan,
pelanggan, pemasok, dan kelompok stakeholder publik. Sedangkan yang
termasuk ke dalam stakeholder sekunder adalah media dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan cakupan yang lebih luas (Cohen et al., 2009). Perusahaan
harus memperhatiakan masalah lingkungannya, dengan memperhatikan masalah
lingkungannya berarti perusahaan telah memenuhi sebagian kabutuhan
stakeholder-nya. Perusahaan bukanlah entitas yang dapat beroperasi untuk
kepentingannya sendiri serta hanya berorentasi pada keuntungan semata, namun
harus memberikan manfaat kepada stakeholder-nya, jadi dapat dikatakan bahwa
keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut. Sehingga
sudah sebuah hal yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam mengungkapkan
biaya-biaya yang terkait dengan lingkungannya.
Perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder-nya karena isu
lingkungan melibatkan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat
menganggu kualitas hidup mereka. Era globalisasi saat ini telah mendorong
produk-produk yang diperdagangkan harus ramah lingkungan. Investor dalam
menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan
mengembangkan kebijakan dan program lingkungan, LSM dan pencinta
lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang
peduli terhadap lingkungan (Januarti dan Apriyanti, 2005). Menurut Anggarwal
(2013) tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat membantu dalam
memperkuat hubungan antara perusahaan dan masyarakat dimana ia beroperasi.
Mengabaikan kepentingan para pemangku kepentingan dapat mencemari citra
Page 30
18
publik perusahaan, yang tidak baik akan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Lindawati dan Puspita (2015) menyimpulkan bahwa teori stakeholder
merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu
perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan stakeholder baik dari internal
maupun eksternal dengan berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari
setiap stekaholder yang ada.
B. Legitimacy Theory
Legitimasi akan mengalami pergeseran seiring dengan perubahan
lingkungan dan masyarakat tempat perusahaan berada (Dowling dan Pfeffer,
1975):
“Legitimacy is a condition or a status which exists when an entity’s value
system is congruent with the value system of the larger social system of
which the entity is a part”.
Teori legitimasi menurut Suchman (1995):
“Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of
an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially
constructed system of norms, values, beliefs, and definitions.”
Lindbolm (1994) dalam Deegan (2002), mendefinisikan legitimacy theory sebagai
sebuah kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas kongruen dengan
sistem nilai yang ada di masyarakat lebih luas dimana masyarakat menjadi
bagiannya. Ketika suatu perbedaan, baik yang nyata atau potensial ada di antara
kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi
perusahaan. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa
aktivitas dan kinerjanya diterima oleh masyarakat. Diterimanya perusahaan oleh
Page 31
19
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga akan
meningkatkan laba perusahaan.
O’Donovan (2002) mengatakan perbedaan antara nilai perusahaan dengan
nilai masyarakat sering diartikan sebagai “legitimacy gap” yang akan
memengaruhi kemampuan perusahaan dalam melanjutkan kegiatan usahanya,
legitimacy gap dapat dikurangi dengan meningkatkan kesesuaian pada operasi
perusahaan dan pengharapan masyarakat salah satunya dengan cara meningkatkan
social responsibility dan social disclosure. Adanya legitimasi gap sebagai akibat
dari ketidaksesuaian antara aktifitas operasi perusahaan terhadap ekspektasi
masyarakat memunculkan tekanan dari stakeholders. Manurut Lindawati dan
Puspita (2015) legitimasi dari stakeholders sangat penting bagi perusahaan karena
dengan adanya legitimcyi gap memiliki potensi besar terjadinya protes dari
stakeholders terhadap perusahaan yang berdampak pada eksistensi perusahaan
dan mengganggu stabilitas operasional dan berakhir pada profitabilitas. Implikasi
teori legitimasi terhadap pertanggungjawaban perusahaan terkait permasalahan
lingkungan dan sosial yaitu bahwa pengungkapan tanggungjawab lingkungan dan
sosial dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi
dimana perusahaan itu berada. Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan
mengamankan perusahaan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi
legitimasi ini akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.
Perusahaan berusaha mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan cara
melaksanakan program-program yang sesuai dengan harapan masyarakat, seperti
implementasi riilnya adalah melalui pelaksanaan program corporate social
Page 32
20
responsibility, penerapan akuntansi lingkungan, dan mengungkapkannya baik di
dalam annual report maupun sustainability report sebagai suatu bentuk informasi
yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan terkait kinerja perusahaan
yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat. Guthrie dan Parker (1990),
Wilmshurst dan Frost (2000) dan O’Donovan (2002) mengungkapkan teori
legitimasi menjadi dasar pengungkapan informasi lingkungan kepada para
pemangku kepentingan. Guthrie dan Parker (1990) dalam penelitiannya legitimasi
terhadap perusahaan di Australia tahun 1970 saat tingkat pengungkapan
lingkungan meningkat tajam akibat meningkatnya industri tambang migas di
negara tersebut. hasil penelitiannya mendukung bahwa teori legitimasi menjadi
dasar dalam pengungkapan lingkungan.
C. Discretionary Disclosure Theory
Verrecchia (1983) dalam Suratno et al., (2007) mengatakan bahwa
terdapat asumsi yang menyatakan bahwa environmental performance yang baik
mengurangi pengungkapan lingkungan masa depan perusahaan. Secara teoretis,
environmental disclosure akan berhubungan positif dengan environmental
performance hal tersebut dikarenakan discretionary disclosure theory (Al-
Tuwaijri et al., 2004) dan voluntary disclosure theory (Dye, 1985; Verecchia,1983
dalam Patten 2002). Pelaku kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan
kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar dan dapat
mendifirensikan dirinya dengan pelaku kinerja lingkungan yang buruk, yang akan
lebih minimal atau tidak melakukan pengungkapan, maka semakin baik kinerja
lingkungan akan semakin luas pengungkapan lingkungan.
Page 33
21
Perusahaan dengan environmental performance yang baik perluh
mengungkapkan informasi kuantitas dan kualitas lingkungan yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki environmental performance yang
buruk (Yanti, 2015). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dye (1985) yang mengatakan bahwa voluntary/discretionary disclosure
theory perusahaan cenderung mengungkapkan good news dan menyembunyikan
bad news secara sukarela. Perusahaan-perusahaan publik belum sepenuhnya
menyadari pentingnya pengungkapan informasi-informasi yang bersifat voluntary.
Kesadaran perusahaan-perusahaan publik di Indonesia saat ini hanya baru sampai
pada batas memenuhi kewajiban yang bersifat mandatory.
Environmental performance mencangkup segala upaya yang dilakukan
perusahaan dalam rangka menciptakan lingkungan yang baik atau green (Suratno
et al., 2007). Pengungkapan informasi lingkungan yang dimaksud disini bukan di
ungkapkan pada laporan keuangan yang bersifat wajib dan diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan, melainkan pengungkapan yang bersifat sukarela sebagai
wujud tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Environmental
Performance suatu perusahaan tentunya akan menarik daya saing di dunia pasar.
Pengungkapan biaya-biaya lingkungan tersebut sudah menjadi kebutuhan investor
dan sudah sebuah hal yang patut perusahaan lakukan dalam memenuhi kebutuhan
para investor.
D. Akuntansi Lingkungan (Green Accounting)
Bell dan Lehman (1999) mendefinisikan akuntansi lingkungan sebagai :
Page 34
22
“Green accounting is one of the contemporary concepts in accounting
that support the green movement in the company or organization by
recognizing, quantifying, measuring and disclosing the contribution of
the environment to the business process”.
Green accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi,
mengukur, menilai, dan mengungkapkan biaya-biaya terkait dengan aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan (Aniela, 2012). Akuntansi
merupakan wacana yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
Sehingga akuntansi tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan
Menurut Kuumaningtias (2013), akuntansi tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat yang juga terus berkembang. Eksistensinya tidak bebas nilai
terhadap perkembangan masa. Metode-metode pembukuan yang dikenalkan oleh
Luca Pacioli pada waktu itu dipandang sudah mencukupi dan memadai lantaran
mampu memecahkan masalah pelaporan dan pembukuan bisnis yang diperlukan
pada masa tersebut, namun ketika kompleksitas bisnis semakin tinggi, diperlukan
metode-metode pengukuran, pengakuan dan pelaporan yang lebih advanced
alhasil, akuntansi terus berkembang menyesuaikan kebutuhan zamannya.
Bebbington (1997) mengatakan konsep green accounting sebenarnya sudah mulai
berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan mulai berkembangnya
penelitian-penelitian yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun
1980-an. Saat ini tidak ada standar yang baku mengenai item-item pengungkapan
lingkungan. Institusi telah mengeluarkan rekomendasi pengungkapan lingkungan,
antara lain Dewan Ekonomi dan Sosial, Perserikatan Bangsa-Bangsa
(ECOSOCPBB), Ernst and Ernst, Institute of Chartered Accountant in England
and Wales (ICAEW) dan Global Reporting Initiative (GRI). Motivasi yang
Page 35
23
melatarbelakangi perusahaan untuk melaporkan permasalahan lingkungan lebih
didominasi oleh faktor kesukarelaan (Ball, 2005). Implementasi akuntansi
lingkungan ditujukan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan
lingkungan, dengan demikian maka bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi
lingkungan akan ada tambahan biaya untuk menghasilkan informasi itu.
Penelitian yang dilakukan Cormier dan Magnan (1999) menunjukkan
bahwa semakin besar biaya informasi maka semakin besar juga tingkat
pengungkapan informasi lingkungan oleh perusahaan. Penelitian Ja'far dan Arifah
(2006) menemukan bahwa manajemen lingkungan proaktif yang diukur dengan
minimisasi limbah; pencegahan polusi; desain lingkungan; keunggulan produk
dan full-cost environmental accounting, berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan perusahaan dalam menerbitkan atau tidak menerbitkan pengungkapan
informasi lingkungan dalam laporan tahunan. Menurut Bartolomeo, et al., 2000
dalam Cullen (2006) pendekatan dalam akuntansi lingkungan pada tingkat mikro
atau perusahaan, antara lain akuntansi pengelolaan lingkungan, akuntansi energi
dan bahan baku, pelaporan keuangan dan laporan pertanggunggjawaban sosial.
Akuntansi lingkungan merupakan salah satu bagian ilmu bidang akuntansi.
Penggunaan internal akuntansi lingkungan menghasilkan informasi lingkungan
untuk membantu membuat keputusan manajemen mengenai tingkat harga,
pengendalian overhead pabrik, dan penganggaran modal. Informasi tersebut
disajikan akuntansi pengelolaan lingkungan. Kepentingan eksternal, akuntansi
lingkungan mengungkapkan informasi lingkungan untuk kepentingan publik dan
masyarakat keuangan lainnya. Informasi tersebut disajikan dalam laporan
keuangan perusahaan, baik penggunaan internal maupun penggunaan eksternal,
Page 36
24
informasi yang diberikan disajikan dalam bentuk data keuangan. Tujuan akuntansi
lingkungan menurut Pramanik et al., (2007) antara lain:
a. Mendorong pertanggung jawaban entitas dan meningkatkan transparansi
ligkungan;
b. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menghadapi isu
lingkungan hidup dalam konteks hubungan entitas dengan masyarakat dan
terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau penekanan
(preassure group) terkait isu lingkungan;
c. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat memperoleh
dana seiring dengan tuntutan etis dari investor yang semakin meningkat;
d. Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan demikian
membuat entitas memiliki keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif
dibandingkan entitas yang tidak melakukan pegugkapan;
e. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan lingkungan
hidup;
f. Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang berusaha pada
area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada umumnya akan menerima
tantangan dari masyarakat.
Akuntansi lingkungan memberikan laporan bagi pihak internal dan
eksternal perushaan. Apabila pelaporan akuntansi lingkungan bersifat mandatory,
akuntabilitas sosial perusahaan akan meningkat (Setiawan, 2016). Tujuan dari
akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan sebagai alat
komunikasi dengan stakeholder dan untuk meningkatkan jumlah informasi
relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya
Page 37
25
(Idris, 2012), sehingga dapat mengetahui kegiatan perusahaan dalam upaya
menangani pencemaran lingkungan serta kewajiban perusahaan atas masalah
tersebut melalui laporan keuangan perusahaan.
E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Menurut The Word Business Council for Sustainability Development
(WBCSD) dalam Handriyani (2013) mendefinisikan CSR sebagai berikut:
“Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce
and their families as well as of the local communityand society at large”.
Defenisi tersebut menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis
perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan
peningkatan kualitas hidup bagi karyawan, serta sekaligus peningkatan kualitas
hidup masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Pengungkapan CSR merupakan
pengungkapan suatu informasi mengenai aktivitas sosial yang dilakukan
perusahaan yang diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
perusahaan dan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan tersebut.
Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dalam pengungkapan Corporate
Social Responsibilty (CSR) merupakan suatu proses penyediaan informasi yang
dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social and environmental
accountability. CSR perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut
Sustainability Reporting. Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai
kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
Page 38
26
development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,
lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (Anggriani, 2006).
Solihin (2008) dalam Idris (2012), pelaksanaan CSR di Indonesia
terutama berkaitan dengan pelaksanaan CSR untuk kategori discretionary
responsibilities, yang dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama,
pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela dari inisiatif
perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan
perusahan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua pelaksanaan
CSR sesuai dengan tuntutan undang-undang (bersifat mandatory). Misalnya,
BUMN memiliki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang diperoleh
perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial, dan perusahaan yang menjalankan
kegiatan usaha di bidang sumberdaya alam atau berkaitan dengan sumberdaya
alam, diwajibkan untuk melaksanakan CSR seperti diatur oleh UU RI No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74.
Pelaksanaan CSR di beberapa perusahaan Indonesia, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan yang telah melaksanakan program CSR dan
membuat laporannya belum bisa dikatakan sebagai perusahaan yang telah
menerapkan akuntansi lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena dalam
operasional perusahaan belum memasukkan upaya pelestarian lingkungan sebagai
bagian integral (Idris, 2012). Gray et al., (1995) menyimpulkan bahwa mekanisme
pengungkapan yang bersifat sukarela kurang tepat. Hal tersebut didukung oleh
Deegan and Rankin (1996) menyebutkan bahwa pelaporan akuntansi lingkungan
bersifat bias karena perusahaan seringkali tidak melaporkan kabar buruk (bad
news).
Page 39
27
F. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Corporate Environmental
Responsibility)
Tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan bentuk keterlibatan
sosial perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya. Kesuksesan suatu perusahaan
di tentukan oleh faktor: kualitas, profitabilitas, dan tanggung jawab lingkungan
(Roth dan Keller, 1997). Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup
sebagian besar adalah hasil perbuatan manusia. Salah satu penyebab kerusakan
lingkungan adalah pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara dan
polusi. Kerusakan yang terjadi selama ini merupakan keserakahan manusia yang
memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara habis-habisan atau
besar-besaran, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Isra’
Terjemahnya:
“dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keutaman yang sempurna dari kebanyakan dari
makhluk lain adalah karunia akal yang dimiliki manusia, dengan adanya
kenikmatan akal yang dimiliki manusia dapat menjadikan manusia tersebut
serakah jika tidak menjadi khalifah yang amanah. Keadaan seperti inilah yang
dapat memicu kerusakan lingkungan. Terkadang dalam memenuhi kebutuhannya
manusia mengabaikan dampak yang di lakukan terhadap lingkungannya.
Page 40
28
Perusahaan-perusaan saat ini dalam meningkatkan produktivitasnya terkadang
mengabaikan masalah lingkungannya. Oleh karena itu sebagai khalifah yang
amanah, sudah seharusnya menjaga kelestarian lingkungan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan biasanya dicatatkan
dalam suatu laporan yang dapat dilaporkan secara terpisah maupun digabung
dalam laporan tahunan. Akuntansi keuangan dan penyajian informasi dalam
laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan tambahan informasi
melalui pengungkapan (disclosure) atau dalam data kuantitatif pada komponen
laporan keuangan. Menurut American Institute of Certifie Public Accountants
(AICPA) dalam Idris (2012) kegiatan akuntansi menghasilkan informasi tentang
suatu perusahaan dalam bentuk laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan dan masukan penting
dan relevan dalam pengambilan keputusan ekonomik. Laporan keuangan tersebut
harus disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
PSAK 1 paragraf 14 menjelaskan:
“Beberapa Entitas juga menyajikan, dari laporn keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi
industri dimana faktor lingkungan hidup adalah signifikan, dan ketika
karyawan dianggap sebagai sekelompok pengguna laporan keuangan yang
memegang perang penting. Laporan yang disajikan di luar dilaporan
keuangan tersebut adalah di luar ruang lingkup SAK.”
PSAK 69 tentang agrikultur pada paragraph 53 dijelaskan bahwa:
“Aktivitas agrikultur sering terekspos oleh iklim, penyakit, dan resiko
alam lain. Jika suatu peristiwa terjadi sehingga menimbulkan suatu pos
pendapatan atau beban yang material, maka sifat dan jumlah pendapatan
dan beban tersebut diungkapkan sesuai dengan PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan. Contoh dari peristiwa tersebut termasuk wabah
penyakit mematikan, banjir, kekeringan atau pembekuan yang parah, dan
wabah serangga.”
Page 41
29
Keterlibatan terhadap permasalahan lingkungan hidup diperlukan dalam
memenuhi tanggung jawab lingkungan hidupnya, hal ini harus diikuti dengan
pelaporan permasalahan lingkungan hidup di sekitar perusahaan terutama kinerja
perusahaan dalam mengatasi dampak keberadaan perusahaan tersebut di
lingkungan hidup sekitarnya. Tahapan ini akan sempurna jika pada akhirnya dapat
dilakukan audit lingkungan untuk perusahaannya yang mengukur kinerja
lingkungannya. Menurut Yousef (2003) terdapat empat level progresif dalam hal
tanggungjawab lingkungan hidup suatu perusahaan yaitu, perhatiannya terhadap
permasalahan lingkungan (environmental awareness), keterlibatannya dalam
permasalahan lingkungan (environmental involvement), pelaporan permasalahan
lingkungan (environmental reporting) dan audit lingkungan (environmental
audit). Environmental reporting adalah istilah yang digunakan dalam
mengungkapkan data yang berhubungan dengan lingkungan, risiko lingkungan,
dampak lingkungan, kebijakan, strategi, biaya, pertanggungjawaban atau kinerja
lingkungan kepada pihak-pihak yag memiliki kepentingan terhadap informasi
tersebut (www.menlh.go.id). Aminah dan Noviani (2014) mengatakan untuk
menyempurnakan kepedulian lingkungan perusahaan dapat menyajikan laporan
permasalahan lingkungan (environmental reporting) sebagai tambahan dari
laporan keuangan.
Menurut Yanto (2007), ada beberapa cara untuk mengungkapan informasi
pertanggungjawaban lingkungan. Pertama, penyajian informasi lingkungan
melalui ”pengungkapan” dapat dilakukan dengan membuat ikhtisar kegiatan
perusahaan terkait dengan upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan, hasil
penilaian pihak independen terkait dengan kepatuhan entitas terhadap kelestarian
Page 42
30
lingkungan. Kedua, pelaporan tanggung jawab atas lingkungan juga dapat
disajikan dalam laporan keuangan inti, misalnya peralatan yang disediakan dalam
rangka untuk mengurangi pencemaran lingkungan dapat disajikan sebagai aset
tetap. Ketiga, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mencegah,
lingkungan dari pencemaran dapat diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.
Selain itu, PSAK 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan
Aset Kontinjensi, juga memungkinkan untuk mengakui beban sebelum
dikeluarkannya biaya, dalam rangka memenuhi ketentuan hukum atau aspek
konstruktif lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa ketentuan
akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang ada saat ini sudah
memberikan pengaturan yang relatif jelas mengenai cara menyajikan informasi
kepedulian lingkungan dalam laporan keuangan.
G. Kinerja Lingkungan (Environmental Parformance)
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan
lingkungan yang baik (green) (Suratno et al., 2006). Kinerja lingkungan dapat
dilakukan dengan menerapkan akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan tidak
hanya menghitung biaya dan manfaat ekonomi perusahaan, tetapi juga
memperhitungkan biaya lingkungan yang merupakan biaya-biaya yang timbul di
luar pasar. Lober (1996) mengemukakan suatu matriks yang menyajikan kerangka
kerja bagi organisasi untuk mengukur kinerja lingkungan ke dalam empat
dimensi. Pertama, dimensi proses internal yaitu organizational systems;
menggambarkan karakteristik struktur dan program perusahaan, termasuk
kebijakan tertulis, mekanisme pengendalian internal, komunikasi, public relation,
Page 43
31
pelatihan dan insentif. Kedua, dimensi proses eksternal yaitu stakeholder
relations; menyangkut hubungan dengan stakeholder seperti karyawan,
pelanggan, dan lain-lain. Ketiga, dimensi outcome internal yaitu regulatory
compliance; menyangkut kepatuhan atau pelanggaran terhadap hukum dan
regulasi serta denda yang dibayarkan. Keempat, dimensi outcome eksternal yaitu
environmental impact; menggambarkan pencapaian hasil yang lebih nyata dan
dapat dihitung seperti tingkat polusi, limbah yang dihasilkan, limbah yang diolah,
dan lain-lain. Matriks kerangka kerja organisasi yang dimaksud dapat dilihat
dalam tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2
Matriks Kinerja Lingkungan
Internal Eksternal
Process Organization Systems Stakeholder Relations
Outcome Regulatory Compliance Environmental Impact
Sumber: Lober (1996)
Kinerja lingkungan dapat diukur dengan menggunakan Program Penilaian
Peringkat Kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. PROPER
merupakan salah satu upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja
penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan PROPER
diharapkan dapat memperkuat berbagai instrumen pengelolaan lingkungan yang
ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan instrumen ekonomi. Menurut
Oktalia (2014) peringkat kinerja PROPER dibedakan menjadi lima warna emas,
hijau, biru, merah dan hitam, dimana kriteria ketaatan digunakan untuk
Page 44
32
pemeringkatan biru, merah dan hitam, sedangkan kriteria penilaian aspek lebih
dari yang dipersyaratkan adalah hijau dan emas. Penerapan PROPER dapat
menjawab kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi publik dalam
pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan PROPER saat ini dilakukan berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 tahun 2008 tentang
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Tolak ukur kinerja lingkungan lainnya adalah GRI (Global Reporting
Initiative). GRI merupakan pionir dalam pengembangan rerangka kerja pelaporan
sustainability yang berisikan laporan ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai
pembanding laporan keuangan (Lindrianasari, 2007).
Kinerja lingkungan merupakan kinerja suatu perusahaan yang peduli
terhadap lingkungan sekitar yang dapat dilakukan dengan menerapkan akuntansi
lingkungan. Akuntansi lingkungan merupakan pengakuan dan integrasi dampak
isu-isu lingkungan pada sistem akuntansi tradisional suatu perusahaan. Entitas
yang merapkan akuntansi lingkungan menandakan entitas tersebut peduli dengan
lingkungan. Kepedulian entitas dengan lingkungannya tentunya dapat mendukung
perusahaan tersebut mendapatkan pringkat kinerja lingkungan. Penelitian Perez et
al., (2007) menemukan bahwa enam aset tak berwujud yaitu: kepedulian
karyawan; pemahaman, keterampilan dan keahlian karyawan mengenai
lingkungan; komitmen manajer; koordinasi lintas fungsi; integrasi isu lingkungan
ke dalam proses perencanaan strategis; dan praktik akuntansi manajemen
lingkungan, berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja lingkungan.
Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik, akan mengungkapkan mengenai
kepedulian perusahaan terhadap lingkunga. Menurut Roth dan Keller (1997)
Page 45
33
mengatakan bahwa tanggung jawab lingkungan perusahaan berarti memenuhi
peraturan yang berhubungan dengan polusi, pembuangan limbah, isu-isu
lingkungan lainnya dan berarti perusahaan berusaha ke arah pembangunan
berkesinambungan pada saat masyarakat berusaha memenuhi kebutuhannya tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhannya. Sehingga kinerja lingkungan diharapkan dapat menggambarkan
tanggung jawab lingkungan perusahaan.
H. Green Accounting sebagai Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan
(Corporate Environmental Responsibility)
Berbagai dampak negatif dari kegiatan operasi perusahaan, memerlukan
suatu sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab
perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan
membutuhkan pengukuran, penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya
pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan. Perlakukan
terhadap masalah pengelolaan limbah menjadi penting kaitannya sebagai sebuah
pengendalian tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya. Roth dan
Keller (1997), mengatakan bahwa kesuksesan banyak perusahaan paling tidak
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kualitas, profitabilitas, dan tanggung jawab
lingkungan. Pengelolaan lingkungan dalam bisnis telah berkembang dari waktu ke
waktu dengan pemahaman lingkungan yang lebih baik terkait keuangan, biaya dan
manfaat sebagai input untuk akuntansi manajemen konvensional. Menurut Hansen
dan Mowen (2005) biaya lingkungan merupakan biaya-biaya yang timbul karena
adanya kualitas lingkungan yang buruk. Biaya lingkungan sering sekali disebut
Page 46
34
sebagai biaya kualitas lingkungan, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena adanya
kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi, dengan demikian biaya
lingkungan berhubungan dengan ciptaan, deteksi, perbaikan, dan pencegahan
terjadinya penurunan lingkungan (Hansen dan Mowen, 2007: 780). Stimulus
utamanya adalah pada faktor yang terkait dengan lingkungan yang dapat
meningkatkan profitabilitas dan posisi keuangan perusahaan (Ismail et al., 2007).
Perusahaan tidak akan dapat memasukkan perubahan-perubahan
lingkungan sampai akuntan mengidentifikasi dan mengintegrasikan masalah
tersebut ke dalam keputusan manajemen. Sambharakreshna (2009) mengatakan
praktek akuntansi manajemen konvensional menekankan pada pengidentifikasian
dan pengendalian biaya-biaya yang berhubungan dengan proses bisnis perusahaan
untuk menghasilkan dan menetapkan harga produk. Manajemen tidak menyadari
bahwa proses bisnis yang dilakukan tersebut melibatkan faktor-faktor lingkungan
dan mempengaruhi lingkungan tersebut. Jika lingkungan tidak dikelola dengan
baik akan menanggapi respon perusahaan terhadap permasalahan lingkungan.
Menurut Gray, et al., (1995) akuntan intern akan terlibat dalam berbagai situasi,
seperti: a) perencanaan bisnis, yaitu dalam identifikasi biaya baru dan
perencanaan permodalan/proyeksi pendapatan; b) penilaian investasi; c) analisis
biaya dan keuntungan dari perbaikan lingkungan; d) analisis biaya dan efisiensi
program perbaikan lingkungan. Pengelolaan lingkungan diperlukan untuk
mengukur dan mengidentifikasi dampak biaya lingkungan yang dihasilkan dalam
semua proses yang relevan (dampak lingkungan potensial) seperti emisi udara,
pembuangan limbah, dan limbah air. Perusahaan-perusahaan perlu
mengidentifikasi dampak lingkungan yang potensial dan pengaruhnya dalam
Page 47
35
setiap proses dan mengevaluasi sumber daya manajerial yang dialokasikan dengan
tepat untuk pengaruh lingkungan (Ismail et al., 2007). Memahami biaya
lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong penetapan biaya dan
harga produk lebih akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mendesain
proses produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan
(Kusumaningtias, 2013).
Kebijakan lingkungan perusahaan merupakan komitmen dalam
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang secara efektif dan efisien. Hal
tersebut dilakukan sebagai kesadaran atas keberadaan perseroan dalam
mengantisipasi dampak pemanasan global termasuk upaya efisiensi energi dan
pemanfaatan limbah B3 dan Non-B3, pengurangan pencemaran udara, konservasi
air, perlindungan keanekaragaman hayati, serta berusaha mencegah terjadinya
pencemaran dan pengendalian dampak lingkungan. Terdapat teknik-teknik
pengukuran yang dapat di gunakan dalam green accounting yaitu: total cost
assessment (TCA) merupakan suatu teknik yang memberikan fasilitas identifikasi
dan analisis biaya-biaya proyek internal dan pemeliharaan untuk mengatasi
masalah bisnis; full cost assessment (FCA) merupakan suatu teknik untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengalokasikan biaya-biaya konvensional
dan biaya-biaya lingkungan ke dalam perusahaan; dan life cycle analysis (LCA)
merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan internal
dan ekternal yang berhubungan dengan produk, proses, atau aktivitas dari seluruh
tahapan (Sambharakreshna, 2009). Ketiga teknik tersebut berdasarkan pada
pendekatan Activity Based Costing (ABC) dalam mengidentifikasi dan
menghitung biaya-biaya yang terkait lingkungan, dengan menggunakan ketiga
Page 48
36
teknik tersebut perusahaan dengan mudah dapat mengungkapakan biaya
lingkungannya.
Meurut Fasua (2011) fungsi akuntansi lingkungan dibagi menjadi: a)
fungsi internal yaitu salah satu langkah dari sistem informasi lingkungan
organisasi, fungsi internal memungkinkan untuk mengelola dan menganalisis
biaya pelestarian lingkungan yang dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh,
serta mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini sangat diperlukan keberadaan fungsi
akuntansi lingkungan sebagai alat manajemen bisnis untuk digunakan oleh para
manajer dan unit bisnis terkait; b) fungsi eksternal yaitu mengungkapkan hasil
pengukuran kegiatan pelestarian lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan
perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholder.
Pengungkapan semua biaya lingkungan, baik internal maupun eksternal, dan
mengalokasikan biaya-biaya lingkungan berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya
dalam sebuah akuntansi lingkungan yang terstruktur akan memberikan kontribusi
baik pada kinerja lingkungan (De Beer dan Friend, 2006). Sehingga diharapkan
bahwa publikasi hasil dari akuntansi lingkungan akan berfungsi baik sebagai alat
bagi organisasi dalam memenuhi tanggung jawab lingkungan entitas atas
akuntabilitas kepada stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk
evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.
Page 49
37
I. Model Pengungkapan Green Accounting Mewujudkan Environmental
Performance
Suhardjanto dan Miranti (2009) menyebutkan bahwa pengungkapan yang
didasarkan pada ketentuan standar disebut required/regulated/mandatory
disclosure. Pengungkapan secara wajib/mandatory adalah pengungkapan
minimum yang disyaratkan oleh lembaga berwenang (Pemerintah, IAI, maupun
BAPEPAM-LK). Perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan sukarela,
menurut pengungkapan wajib akan memaksa untuk mengungkapkannya. Jenis
pengungkapan lain yang bersifat sukalera disebut voluntary disclosure.
Perusahaan bersedia mengungkapkan secara sukarela tanggung jawab
lingkungannya dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya
untuk memenuhi keinginan stakeholder atau juga meningkatkan citra perusahaan.
Manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan adalah
meningkatkan kredibilitas, membantu investor memahami strategi bisnis
manajemen, menarik analis meningkatkan akurasi pasar dan menurunkan
ketidaksimetrisan informasi pasar. Pengungkapan tanggung jawab lingkungan
secara sukarela/voluntary belum banyak dilakukan, sedangkan pengungkapan
secara wajib/mandatory perlu dikaji lebih jauh.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara, termasuk
Indonesia masih bersifat voluntary. Hernadi (2012) mengatakan bahwa akuntansi
tradisional berkaitan dengan aspek keuangan dari aktivitas perusahaan. Akuntansi
tradisional ini tidak menyajikan yang menyangkut aspek sosial dan lingkungan,
sehingga itulah yang menjadi kelemahan dari akuntansi tradisional. Akuntansi
Page 50
38
keuangan konvensional menurut Idris (2012) belum dapat menyajikan informasi
asset, liabilitas, pendapatan dan beban atau biaya yang terkait dengan pelestarian
lingkungan. Pengungkapan yang terkait masalah lingkungan terdapat di Standar
Akuntansi Keuangan, namun belum ada standar khusus yang mengatur green
accounting, sehingga pelaporan akan biaya-biaya yang terkait masih voluntary.
Menurut Ikhsan (2008) dalam Susilo dan Astuti (2014) pada dimensi proses dan
hasil kegiatan konservasi lingkungan, perusahaan mempersiapkan suatu ringkasan
dan keutamaan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan, suatu penjelasan dari
kumpulan hasil dari akuntansi lingkungan (termasuk evaluasi dari besar dan
kecilnya figur dan alasan untuk mengingkatkan atau menurunkan melalui
perbandingan dengan periode sebelumnya) dan kebijakan yang diaktifkan
mengenai masa depan kegiatan konservasi lingkungan. Menurut Ikhsan (2008)
mengatakan bahwa terdapat beberapa informasi yang harus disajikan dalam
akuntansi lingkungan, yaitu:
1. Biaya Konservasi Lingkungan
Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan dengan menjumlahkan biaya
konservasi lingkungan dari kategori yang sesuai dengan kegiatan bisnis serta
rincian kegiatan. Salah satu biaya yang dimasukkan ke dalam jenis biaya tersebut
yaitu biaya pencegahan polusi. Berikut ini tabel menunjukkan pernyataan utama
mengenai biaya konversi lingkungan, yaitu:
Tabel 3: Pernyataan Utama Mengenai Biaya Konservasi Lingkungan
Lingkup :
Periode Target :
Page 51
39
Unit : Rupiah Rp
Biaya kegiatan Konservasi Lingkungan
Kategori berhubungan dengan bisnis
Kategori
Kunci
Kegiatan
dan Hasil
Investasi Biaya
1. Biaya Area Bisnis
Uraian
a. Biaya Pencegahan
Polusi
b. Konservasi Biaya
Lingkungan
c. Biaya Sirkulasi Sumber
Daya
2. Biaya upstream/downstream
3. Biaya Administrasi
4. Biaya R & D
5. Biaya Kegiatan Sosial
6. Biaya Penyelamatan Lingkungan
(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)
2. Keuntungan Konservasi Lingkungan
Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan yang menjumlahkan
volume dari dampak lingkungan menurut petunjuk prestasi lingkungan dan
konservasi lingkungan.
Tabel 4: Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Konservasi Lingkungan
Lingkup :
Periode Target :
Unit : Rupiah (Rp)
Keuntungan Konservasi Lingkungan
Kategori
Keuntungan
Konservasi
Lingkungan
Indikator Kinerja
Lingkungan (Unit)
Periode
Sebelumnya
Periode
Sekarang Perbedaan
Keuntungan
konservasi
lingkungan
Total Input Volume
Energi
Input Volume
Page 52
40
berhubungan
dengan input
sumberdaya
ke dalam
kegiatan
bisnis
Energi dengan
Tipenya
Input volume dari
unsur khusus
pengendalian
Input volume dari
Sirkulasi sumber
daya
Input Volume Air
Input Volume Air
dengan Sumber
Daya
. . . . . .
Keuntungan
konservasi
lingkungan
berhubungan
dengan sisa
atau dampak
lingkungan
yang
dihasilkan
dari kegiatan
bisnis
Volume dari Emisi
Gas Rumah Kaca
Volume dari emisi
gas rumah kaca
dengan jenis atau
dengan kegiatan
emisi
Volume dari bahan
kimia
yang disalurkan atau
dipancarkan
Total Sisa Volume
Emisi
Sisa Akhir Volume
Penjualan
Sisa Volume Air
Kualitas Air
Nox, Sox volume
emisi
Bau tingginya
konsentrasi
. . . . . .
Keuntungan
konservasi
lingkungan
berhubungan
dengan
barang
dan jasa
yang
dihasilkan
dari kegiatan
bisnis
Volume energi yang
digunakan pada saat
digunakan
Volume output dari
bahan disebabkan
dampak lingkungan
pada saat digunakan
Volume output dari
bahan karena
dampak lingkungan
ketika dibuang
Page 53
41
Volume sirkulasi
produk, seperti
produk, kontainer
dan bingkisan yang
dikumpulkan setelah
digunakan
Volume kontainer
dan
pembungkusan yang
digunakan
. . . . . .
Keuntungan
konservasi
lingkungan
lainnya
Volume emisi dari
bahan yang
berhubungan dengan
transportasi yang
disebabkan dampak
lingkungan
Transportasi dari
volume produk dan
bahan-bahan
Area permukaan
volume yang
terkontaminasi
minyak
Keributan
Getaran
. . . . . .
(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)
3. Keuntungan Ekonomi
Keuntungan ekonomi dalam hal ini ditunjukkan dengan keuntungan aktual dan
keuntungan ekonomi lainnya. Adapun tabel pernyataan utama keuntungan
ekonomi berhubungan dengan kegiatan konservasi lingkungan, diantaranya:
Tabel 5: Pernyataan Utama Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan
Kegiatan Konservasi Lingkungan
Lingkup :
Periode Target :
Unit : Rupiah (Rp)
Page 54
42
Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan Konservasi Lingkungan
“Keuntungan Aktual”
Rincian Keuntungan Jumlah
Pendapatan
Pendapatan operasi dari penjualan
sisa produk daur ulang dan
menggunakan produk yang
dihasilkan di seluruh kunci
kegiatan bisnis
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
Pengurangan
Biaya
Pengurangan dalam biaya energai
diseluruh konservasi energi
Pengurangan dalam sisa biaya
penjualan seluruh sumber daya
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
Total
(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)
Menurut Suratno et al., (2007) terdapat komponen pembiayaan yang harus
dihitung dalam akutansi lingkungan misalnya: (1) biaya operasional bisnis terdiri
dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan,
jasa atau fee kontrak untuk menjalankan kegiatan pengelolaan lingkungan, biaya
tenaga kerja untuk menjalankan operasionalisasi fasilitas pengelolaan lingkungan,
serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling); (2) biaya daur ulang
limbah; dan (3) biaya penelitian dan pengembangan (research and development)
terdiri dari biaya total untuk material, tenaga ahli, dan tenaga kerja lain untuk
pengembangan material yang ramah akan lingkungan, produk dan fasilitas pabrik.
United States Environmental Protection Agency dalam Sudirno (2014) biaya-
biaya lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian, yaitu biaya
konvensional, biaya tersembunyi, biaya kontijensi, biaya image dan biaya sosial.
Page 55
43
Menurut IFAC (2005) biaya lingkungan dapat di klasifikasi menjadi enam
kategori, yaitu:
“Biaya material dari output produk (materials costs of product outputs),
biaya material dari output non-produk (materials costs of non-product
outputs), biaya kontrol limbah dan emisi (waste and emission control
costs), biaya pencegah dan pengelolaan lingkungan (prevention and other
environmental management costs), biaya penelitian dan pengembangan
(research and development costs) dan biaya tak berwujud (less tangible
costs).
Berikut penjelasan dari biaya-biaya lingkungan tersebut:
Tabel 6
Kategori Biaya Lingkungan
1. Biaya Material dari Output Produk (Materials Costs of Product
Outputs)
Termasuk biaya penyediaan sumber daya seperti air dan biaya pembelian
bahan lainnya yang akan diproduksi menjadi suatu output produk.
2. Biaya Material dari Output Non-Produk (Materials Costs of Non-
Product Outputs)
Termasuk biaya pembelian dan pengolaan sumber daya dan bahan lainnya
yang menjadi output non-produk (limbah dan emisi).
3. Biaya Kontrol Limbah dan Emisi (Waste and Emission Control Costs)
Termasuk biaya untuk penanganan, pengolahan, dan pembuangan limbah
dan emisi; biaya perbaikan dan kompensasi yang berkaitan dengan
kerusakan lingkungan, dan setiap biaya yang timbul karena kepatuhan
terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.
4. Biaya Pencegahan dan Pengelolaan Lingkungan (Prevention and other
Environmental Management Costs)
Termasuk biaya yang timbul karena adanya kegiatan pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif. Termasuk juga biaya pengelolaan
lingkungan lainnya seperti perencanaan perbaikan lingkungan, pengukuran
kualitas lingkungan, komunikasi dengan masyarakat dan kegiatan lain
yang relevan.
5. Biaya Penelitian dan Pengembangan (Research and Development
Costs)
Termasuk biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek-proyek
penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu
lingkungan.
Page 56
44
6. Biaya Tak Berwujud (Less Tangible Costs)
Termasuk biaya internal dan eksternal yang tak berwujud. Misalnya biaya
yang timbul karena adanya kewajiban untuk mematuhi peraturan
pemerintah agar dimasa depan tidak muncul masalah lingkungan, biaya
yang timbul untuk menjaga citra perusahaan, biaya yang timbul karena
menjaga hubungan dengan stakeholder dan eksternalitas.
Sumber: International Federation of Accountants (IFAC, 2005)
Hansen dan Mowen (2005) membangun sebuah model untuk mendorong
praktik green accounting, yang dimana dalam penyusunan laporan terdapat empat
kategori biaya yang harus disajikan yaitu: (1) biaya pencegahan lingkungan,
dimana yang dimaksud yaitu biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk
mencegah diproduksinya limbah/sampah yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan; (2) biaya deteksi lingkungan, yang dimaksud yaitu biaya-biaya untuk
aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses dan aktivitas
lainnya diperusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak;
(3) biaya kegagalan internal lingkungan, yang dimaksud yaitu biaya-biaya untuk
aktivitas yang dilakukan karena produksinya limbah/sampah tetapi tidak dibuag
ke lingkungan luar; (4) biaya kegagalan eksternal lingkungan, yaitu biaya-biaya
untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam
lingkungan. Harapan dari publikasi dari akuntansi lingkungan dapat mempunyai
arti bagi perusahaan untuk mempertanggung jawabkannya serta transparansi
perusahaan bagi stakeholder. Berikut tabel pengelompokan biaya-biaya
lingkungan:
Tabel 7
Pengelompokan Biaya Lingkungan
Biaya Pencegahan Lingkungan
(Environmental Prevention Cost)
1. Biaya pelatihan pegawai
Biaya Deteksi Lingkungan
(Environmental Detection Costs)
1. Biaya mengaudit aktivitas
Page 57
45
2. Biaya mengevaluasi dan memilih
pemasok
3. Biaya desain produk
4. Biaya daur ulang produk
5. Biaya mengevaluasi dan memilih
alat untuk mengendalikan polusi
6. Biaya mendesain proses
7. Biaya mengaudit risiko lingkungan
8. Biaya mengembangkan sistem
manajemen lingkungan
lingkungan
2. Biaya pemeriksaan limbah cair
3. Biaya pemeriksaan cerobong
bioner
4. Biaya pemeriksaan emisi
5. Biaya mengukur tingkat
pencemaran
Biaya Kegagalan Internal
Lingkungan (Environmental
Internal Failure Costs)
1. Biaya mengelolah dan membuang
sampah/limbah beracun
2. Biaya mengoperasikan peralatan
pengendalian polusi
3. Biaya pemeliharaan peralatan
pengendalian polusi
4. Biaya mendapatkan lisensifasilitas
untuk memproduksi limbah
5. Biaya mendaur ulang sisa bahan
Biaya Kegagalan Eksternal
Lingkungan (Environmental
External Failure Costs)
1. Biaya pembersihan sungai yang
tercemar
2. Biaya pembersihan tanah yang
tercemar
3. Biaya rusaknya ekosistem
4. Biaya hilngnya penjualan karena
reputasi lingkungan yang buruk
5. Biaya menggunakan bahan baku
dan listrik secara tidak efisien
Biaya Penelitian dan
Pengembangan (Research and
Development Costs)
1. Biaya yang timbul karena adanya
kewajiban untuk memenuhi
peraturan pemerintah agar didepan
tidak muncul masalah lingkungan
2. Biaya yang timbul untuk menjaga
citra perusahaan
3. Biaya yang timbul karena menjaga
hubungan dengan stakeholder dan
eksternalitas.
Sumber: Hansen dan Mowen (2005) dan IFAC (2005)
IFAC (2005) dalam pengelompokan biaya lingkungan terdapat biya
penelitian dan pengembangan, landasan adanya biaya tersebut karena dalam
melakukan pengelolaan lingkungan bersifat preventif. Sehingga memunculkan
Page 58
46
biaya-biaya yang terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang
berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya penelitian dan pengemabangan
lingkungan tersebut dapat melengkapi pengelompokan biaya penelitian yang
dilakukan oleh Hansen dan Mowen. Pengungkapan biaya lingkungan akan
berdampak positif dengan environmental performance (Al-Tuwaijri et al., 2004).
Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan
kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar.
I. Rerangka Pikir
Menurut Kusumaningtias (2013) sudah sebuah keharusan perusahaan
mengungkapkan perhitungan terkait dengan lingkungannya, hal tersebut diatur
dalam UU No 40 tahun 2007. PT Semen Tonasa merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang persemenan, dimana dalam melakukan aktivitasnya
menghasilkan banyak limbah. Entitas mengungkapkan kegiatan aktivitasnya yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan, namun PT Semen Tonasa belum merinci
biaya-biaya yang berkaitan dengan lingkungan. Dimana lingkungan termasuk
dalam stakeholder eksternal. Investor dalam menanamkan modalnya cenderung
untuk memilih perusahaan yang mengembangkan kebijakan lingkungan.
Pengungkapan terkait masalah lingkungan terdapat dalam Standar Akuntansi
Keuangan pada PSAK 1: Penyajian Laporan keuangan paragraph 14 dan PSAK
69: Agrikultur paragraph 53, namun belum ada standar khusus yang mengatur
tentang green accounting. Sehingga perusahaan yang mengungkapkan biaya-
biaya terkait lingkungannya masih sukarela (voluntary). Perusahaan dalam
mengungkapkan biaya-biaya terkait lingkungannya memasukkannya ke dalam
Page 59
47
biaya overhead dan biaya lain-lain perusahaan, sehingga stakeholder kesulitan
dalam mendeteksi biaya-biaya tersebut. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk
menformulasikan sebuah model terkait green accounting.
Penelitian ini mencoba menformulasikan model pelaporan green
accounting, adapun biaya-biaya yang terkait yaitu : a) Biaya pencegahan
lingkungan, yang terdiri dari biaya pelatihan pegawai, biaya mengevaluasi dan
memilih pemasok, biaya desain produk, biaya daur ulang produk, biaya
mengevaluasi dan memilih alat untuk mengendalikan polusi, biaya mendesain
proses, biaya mengaudit risiko lingkungan, biaya mengembangkan sistem
manajemen lingkungan; b) Biaya deteksi lingkungan, yang terdiri dari: biaya
mengaudit aktivitas lingkungan, biaya pemeriksaan pembuangan limbah cair,
biaya pemeriksaan cerobong boiler, biaya pemeriksaan emisi, biaya mengukur
tingkat pencemaran; c) Biaya kegagalan internal lingkungan, yang terdiri dari:
biaya mengolah dan membuang sampah atau limbah beracun, biaya
mengoperasikan peralatan pengendalian polusi, biaya mendapatkan lisensifasilitas
untuk memperoduksi limbah, biaya mendaur ulang sisa bahan; d) Biaya kegagalan
eksternal lingkungan, yang terdiri dari: biaya pembersihan sungai/danau yang
tercemar, biaya membersihkan tanah yang tercemar, biaya membersihkan minyak
yang tertumpah, biaya rusaknya ekosistem karena pembuangan limbah, biaya
merestorasi tanah ke keadaan alamiah, biaya cleaning up pollutan lake, biaya
hilangnya penjualan karena reputasi lingkungan yang buruk, biaya menggunakan
bahan baku dan listrik secara tidak efisien, biaya menerima perawatan medis
karena polusi udara, biaya hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran; e)
Biaya penelitian dan pengembangan, yang menyangkut seluruh proyek-proyek
Page 60
48
perusahaan yang menyangkut penelitian dan pengembangan terkait lingkungan
terdiri dari Biaya yang timbul karena adanya kewajiban untuk memenuhi
peraturan pemerintah agar didepan tidak muncul masalah lingkungan, biaya yang
timbul untuk menjaga citra perusahaan, biaya yang timbul karena menjaga
hubungan dengan stakeholder dan eksternalitas. Biaya-biaya tersebut dapat
diungkapkan dalam sustainability report dan environmental report, sehingga
kinerja lingkungan perusahaan dapat dinilai. Adapun rerangka pikir dari penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Page 61
49
Gambar 2
Rerangka Pikir
Sumber: Data diolah, 2017
Green Accounting
Stakeholder Theory Legitimacy Theory
Biaya
Pencegahan
Lingkungan
Biaya
Penelitian dan
Pengembanga
n
Environmental
Reporting
Environmental
Performance
Corporate Environmental
Responsibility
Biaya
Kegagalan
Eksternal
Lingkungan
Biaya
Kegagalan
Internal
Lingkungan
Sustaibanility
Reporting
Biaya
Deteksi
Lingkungan
Discretionary
Disclosure Theory
Page 62
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Sugiyono (2013; 37) metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga metode etnografi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi
budaya; disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong 2010; dalam Shodiq dan Febri, 2015). Penelitian kualiatif didasarkan
pada dua alasan yaitu, Pertama permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konstektual.
Kedua, pemilihan pendekatan ini berdasarkan pada keterkaitan masalah yang
dikaji dan tidak dapat dipisahkan dengan fakta alaminya. Penelitian kualitatif
disebut juga penelitian naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat
wajar sebagaimana adanya, tanpa manipulasi diatur dengan eksperimen atau test
(Rahmat, 2009).
Page 63
51
Penelitian ini dilakukan dan menggunakan sumber data pada salah satu
perusahaan industri persemenan di kwasan Indonesia Timur, yaitu PT Semen
Tonasa yang berlokasi di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan sekitar 68 kilometer dari
kota Makassar.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian memberikan asumsi bahwa dunia sosial,
sebagimana ilmu pengetahuan dikelola, dan apa yang sesungguhnya merupakan
masalah, solusi dan kriteria pembuktian (Andranovich dan Riposa, 1993).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berdasarkan pada
paradigma kritis. Efferin et al., 2004 dalam Riharjo, 2011) mengatakan penelitian
akuntansi kritis merupakan suatu proses pengungkapan prktik akuntansi
melampaui “penampakan di permukaan”. Penelitian akuntansi berbasis paradigma
kritis berusaha untuk menjelaskan bahwa teori dan praktik akuntansi yang saat ini
berkembang terus sesuai dengan kreatifitas peneliti-peneliti dalam akuntansi yang
bertujuan melakukan kritik, transformasi, pemulihan, emansipiasi, pembongkaran
terhadap suatu fenomena yang diteliti agar dapat dipahami dengan baik. Tujuan
penelitian dalam paradigma ini adalah untuk menjelaskan dan mengkritik realitas
sosial dan memberdayakan manusia untuk melakukan tersebut.
Menurut Suwardjono (2005) paradigma critical mempunyai tujuan ganda
yaitu memahami suatu praktik akuntansi dimana ia diterapkan sekaligus berusaha
untuk menemukan suatu pemecahan kearah penyempurnaan praktik akuntansi itu
sendiri. Penelitian akuntansi kritis diharapkan dapat memperjuangkan ide peneliti
Page 64
52
yang ingin membawa perubahan sutansial, yang didukung dengan pemahaman
yang diperoleh peneliti tentang fenomena akuntansi berdasarkan fakta di lapangan
dilengkapi dengan analisis dan pendapat berdasarkan keyakinan pribadi, dengan
didukung oleh argumentasi yang memadai (Riharjo, 2011). Paradigma ini
dianggap lebih tepat karena sesuai dengan tujuan penelitian yang tidak hanya
mencoba untuk memahami tapi juga berusaha mengubah realitas sosial, yang
dimana dalam hal ini pelaporan akan biaya-biaya lingkungan belum diatur dalam
sebuah standar. Perusahaan dalam melaporakan biaya-biaya lingkungannya hanya
sukarela dan perusahaan menggenalisir biaya-biaya lingkungan kedalam biaya
overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan stakeholder kesulitan untuk
menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut, sehingga penulis mencoba untuk
menyusun sebuah model green accounting.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data
sekunder. Data primer lebih mengacu pada informasi yang diperoleh langsung
dari pengamatan objek yang diteliti misalnya informasi yang diperoleh melalui
wawancara dengan informan yang telah ditentukan sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau dengan kata lain
data diperoleh secara tidak langsung melainkan melalui media perantara.
D. Metode Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan data penelitian, dimana untuk
mengumpulkan data yang diperlukan digunakan dua metode yaitu metode primer
Page 65
53
dan metode sekunder. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara Mendalam
Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal–hal dari
responden yang lebih mendalam. Wawancara mendalam dilakukan secara
langsung dengan informan secara terpisah di lingkungannya masing-masing.
Wawancara dilakukan dengan informan yang dianggap berkompeten dan
mewakili.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelusuran dengan menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah dan
perundang-undangan terkait dengan objek penelitian untuk mendapatkan
konsep dan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji sebagai
penunjang penelitian. Misalnya mengenai sejarah dari Bank Muamalat itu
sendiri.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data berupa data-data sekunder
yang berupa dokumen-dokumen sosial perusahaan.
4. Internet searching
Internet searching merupakan penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai tambahan referensi yang bersumber dari internet
Page 66
54
guna melengkapi referensi penulis serta digunakan untuk menemukan fakta
atau teori berkaitan masalah yang diteliti.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif ini penulis sendiri menjadi instrumen atau alat
penelitian, seperti halnya yang ditulis Nasution (dalam Sugiyono, 2005: 59)
bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Hal tersebut dikarenakan segala
sesuatunya belum mempunyai bentuknya yang pasti. Oleh karena itu penulis
sebagai instrumen harus divalidasi, seberapa jauh penulis siap melakukan
penelitian dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Penelitian yang
menggunakan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yaitu
berupa daftar pertanyaan terbuka, peneliti juga menggunakan berupa alat
penunjang yang dapat mengukur ataupun menggambarkan fenomena yang
diamati. Adapun alat-alat penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan
penelitian perekam suara, kamera dan alat tulis. Selain itu juga, penelitian ini
dilakukan dengan mengunduh (download) data yang dibutuhkan berupa annual
report dan sustainability reporting.
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan paradigma kritis
dalam melihat fenomena akuntansi atau critical accounting study dengan
menganalisisnya dengan paradigma kritis Karl Marx. Menurut Efferin (2015) Karl
Marx merupakan salah satu tokoh yang pemikirannya sering menjadi rujukan
Page 67
55
dalam paradigm kritis. Marx menyebut pemikirannya sebagai kritik politik
ekonomi dari perspektif kaum ploretar yang dikenal dengan ilmuan dan sangat
relevan sebagai pisau analisis. Salah satu karyanya yang palig dikenal yaitu Das
Kapital yang menjelaskan tentang pemahaman filosofi keadilan sosial dengan
mengambil kasus ketidakadilan dalam ekonomi (Mariani 2013 dalam Farihah,
2015). Pendekatan materialism historis Karl Marx berdasar pada dalil bahwa
produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk
membantu manusia dan mengembangkan eksistensinya. Menurutnya, bahwa
proses kehidupan manusia dari dua faktor yang memiliki hubungan sejarah, yaitu
faktor ekonomi sebagai basis dan masalah kesadaran manusia yang berwujud
dalam ilmu, filsafat, ideologi dan agama sebagai suprastruktur (Farihah, 2015).
Kritis-konstruktivisme merupakan pengetahuan harus dibangun atau
dikemukakan, dengan mengajukan pertanyaan pada informan, peneliti
konstruktivisme mencoba menangkap apa yang terdapat dalam benak subjek, dan
mengonstruksinya menjadi suatu konsep ilmu pengetahuan. Ada dua
konstrukvisme, yakni konstruktivisme individual – peneliti menggali pengetahuan
di benak individu, dan konstruktivisme sosiokultural – peneliti membimbing
subjek merekonstruksi realita yang ada dalam masyarakat. Namun keduanya
sama, yakni mengkonstruksi realita yang secara potensial sudah ada (Atmadja,
2013).
Menurut Salim dalam Saputro (2014) proses analisis data dilakukan
sejak pengumpulan data sampai selesainya proses pengumpulan data
Page 68
56
tersebut. Adapun proses-proses tersebut dapat dijelaskan ke dalam tiga tahap
berikut:
1. Reduksi data dilakukan dengan jalan memfokuskan perhatian dan pencarian
materi penelitian dari berbagai literatur yang digunakan sesuai dengan
pokok masalah yang telah diajukan pada rumusan masalah. Data yang
relevan dianalisis secara cermat, sedangkan yang kurang relevan disisihkan.
2. Penyajian data yang dilakukan peneliti ada dua tahapan penyajian, yaitu
tahap deskriptif dan tahap kritik. Tahap deskriptif dimulai dengan
mengidentifikasi data dari hasil reduksi data yang dilakukan sebelumnya,
dilanjutkan dengan menjelaskan data yang memiliki hubungan pelporan
biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan.
3. Penarikan kesimpulan, dari pengumpulan data dan analisa yang telah
dilakukan, peneliti mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya
dalam proses penelitian, mencatat keterbatasan yang dihadapi dalam
penelitian ini, dan implikasi positif yang diharapkan bisa diperoleh dari
penelitian ini.
G. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif untuk mendapatkan nilai
kebenaran terhadap penelitian disebut juga dengan uji kredibilitas (credibility).
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
dapat dilakukan antara lain dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan membercheck (Afiyanti, 2008). Namun karena penelitian ini
Page 69
57
menggunakan berbagai sumber data dan teori dalam menghasilkan data dan
informasi yang akurat, maka cara yang tepat digunakan adalah dengan
menggunakan metode triangulasi, adapun dalam penelitian ini menggunakan dua
dari empat jenis triangulasi untuk menyelaraskan dengan penelitian ini, yaitu :
1. Triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,selain
melalui wawancara dengan informan, peneliti juga mengunakan peneliti
bisa menggunakan sumber data pendukung lainnya seperti dokumen
tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan
bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan
pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan
untuk memperoleh kebenaran handal.
2. Triangulasi Teori, yaitu hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari
bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.
Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretis secara mendalam
atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Page 70
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur
Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200.000 hektar di desa Biringere Kec.
Bungoro Kab. Pangkep 68 kilo meter dari kota Makassar. Proses produksi
perseroan bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur di
kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur sekitar pabrik hingga
pengantongan semen zak di unit pengantongan semen. Proses produksi perseroan
secara terus menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin
kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang berada di Sulawesi Selatan
merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan semen di Kawasan Timur
Indonesia. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat
oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi
penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan
tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu,
Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per
tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing
600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton
semen per tahun. Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar
terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi,
Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik. Perseroan meyakini bahwa
Page 71
59
dengan pengembangan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik semen
Tonasa unit V, perseroan akan senantiasa berfokus kepada pemenuhan kebutuhan
pembanguanan nasional serta kemajuan bangsa dan Negara.
PT. Semen Tonasa memiliki 7 unit pengantongan semen yang berlokasi di
Makassar, Bitung, Samarinda, Banjarmasin, Bali, dan Ambon dengan kapasitas
masing-masing 300.000 metrik ton semen per tahun kecuali Makassar dan Bali
yang berkapasitas masing-masing 600.000 metrik ton semen per tahun dan Palu
yang berkapasitas 175.000 metrik ton semen per tahun. Perseroan yang memiliki
kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit
pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik
Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan
kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III,
2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk
Unit V. Perseroan berdasarkan anggaran dasar merupakan produsen semen di
Indonesia yang telah memproduksi serta menjual semen di dalam negeri dan
mancanegara sejak tahun 1968.
Pabrik Semen Tonasa I
Tonasa unit I didirikan berdasarkan Tap MPRS RI No.
II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960 tentang pola Pembangunan
Nasional Semesta Berencana Tahapan 1961-1969. Tonasa unit I mulai
berproduksi semen pada tahun 1968 dengan kapasitas terpasang
120.000.000 metrik ton semen per tahun dengan proses basah dan
merupakan proyek Departemen Perindustrian Republik Indonesia
Page 72
60
bekerjasama dengan Pemerintah Cekoslovakia. Pabrik yang berlokasi di
Desa Tonasa Kecamatan Balocci Kab. Pangkep ini sejak tahun 1984
dihentikan operasinya atas pertimbangan ekonomis.
Pabrik Semen Tonasa II
Pabrik Semen Tonasa II yang berlokasi di Biringgere, Kecamatan
Bungoro, Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan sekitar 23 km
dari lokasi pabrik unit I, didirikan berdasarkan kepada persetujuan
BAPPENAS :
No. 023/XC-LC/B.V/76
No. 285/D.I/IX76
Tonasa II yang menggunakan proses kering mulai beroperasi secara
komersil pada tahun 1980 dengan kapasitas terpasang 510.000 metrik ton
semen per tahun. Program optimalisasi Tonasa unit II dirampungkan pada
tahun 1991 secara swakelola dan berhasil meningkatkan kapasitas
terpasang menjadi 590.000 metrik ton semen per tahun. Sementara di area
yang berjarak sekitar 17 Km dari pabrik, dibangun juga fasilitas Pelabuhan
Khusus Biringkassi sebagai penunjang distribusi semen ke luar pulau
Sulawesi.
Pabrik Semen Tonasa III
Pabrik Tonasa III yang berlokasi di tempat yang sama dengan
Pabrik Semen Tonasa II dibangun berdasarkan persetujuan BAPPENAS :
No. 32/XC-LC/B.V/1981
No. 2177/WK/10/1981
Page 73
61
Pabrik Tonasa III yang menggunakan proses kering mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1985 dengan kapasitas terpasang 590.000
metrik ton semen per tahun ini merupkan kerja sama antara Pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Jerman Barat.
Pabrik Semen Tonasa IV
Pabrik Tonasa IV didirikan berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.
182/MPP.IX/1990, tanggal 02 Oktober 1990 dan SK Menteri Keuangan RI
No. S.1549/MK 013/1999 tanggal 29 November 1990. Tonasa Unit IV
dengan kapasitas terpasang 2.300.000 metrik semen ton per tahun mulai
dioperasikan secara komersial pada tanggal 1 November 1996, dan
fasilitas pendukung Power Plant berkapasitas 2×25 MW. Pabrik yang
menggunakan proses kering ini terletak di lokasi yang sama dengan
Tonasa Unit II dan Unit III.
Pabrik Semen Tonasa V
Desember 2007 pemegang saham mengumumkan persetujuan
pembangunan Pabrik Semen Tonasa Unit V dengan kapasitas 2,5 juta ton
per tahun. Pabrik Semen Tonasa unit IV mulai beroperasi sejak tahun 2013
dan diresmikan oleh presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada
Februari 2014.
1. Status Perusahaan
Pada awal berdirinya pabrik Semen Tonasa I dalam masa kontruksi,
perusahaan masih berstatus ”Proyek” di bawah naungan Departemen
Perindustrian dan Pertambangan. Dengan selesainya proyek pembangunan
Page 74
62
pabrik Semen Tonasa I, pada tanggal 2 November 1968, status perusahaan di
tingkatkan menjadi status ”Pabrik” sampai dengan tahun 1971. Pabrik Semen
Tonasa ditetapkan menjadi BUMN yang berbentuk Perusahaan Perum
(PERUM) berdasarkan PP No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971.
Pada tahun 1975, status perusahaan meningkat menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero), berdasarkan PP No. 1 tahun 1975. Perubahan bentuk
hukum dari PERUM menjadi PERSERO disahkan tahun 1976 dengan akte
Notaris Soewarno SH, No. 6 tanggal 9 Januari 1976 di Jakarta dan diperbaiki
di hadapan Notaris. H. Bebasa Dg. Lalo SH, No. 64 tanggal 20 Mei 1976.
Terakhir dengan perubahan Anggaran Dasar oleh Notaris Hadi Moentoro SH,
di Jakarta No. 11 tanggal 12 Desember 1984. Pada tanggal 15 September 1995,
PT. Semen Tonasa mengadakan konsolidasi dengan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk, dan hal tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
”Menjadi perusahaan persemenan terkemuka yang efisiensi dan berwawasan
lingkungan di Indonesia”
Misi:
Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholder.
Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.
Senantiasa berupaya melakukan invroment di segala bidang, guna
meningkatkan daya saing di pasar dan ebitda margin perusahaan.
Page 75
63
Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi
karyawan untuk bekerja secara profesional.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam rangka mengatur sistem kegiatan PT Semen Tonasa diperlukan
struktur organisasi yang memberikan petunjuk mengenai pembagian dan
pengelompokan sistem kerja/kegiatan dalam melaksanakan aktifitas demi
kelangsungan hidup perusahaan. Struktur organisasi pula dapat menunjukkan
bagaimana tertib manajemen, pengawasan dan pengendalian demi perusahaan
dalam mengelola usahanya. Sesuai dengan anggaran dasar PT Semen Tonasa
perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi, yang terdiri dari seorang Direktur
Utama dan empat orang direktur. Dalam melaksanakan tugasnya, Direski
diawasi oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dan Direksi semuanya oleh
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), masing-masing untuk jangka waktu
tiga tahun dan lima tahun untuk Direksi.
Adanya struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang
penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan
berhasil mencapai prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat
suatu sistem kerja sama yang baik, dimana fungsi-fungsi dalam organisasi
tersebut mempunyai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
telah dinyatakan dan diuraikan dengan jelas.
Struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) mengikuti metode atau
prinsip organisasi fungsional yang telah dinyatakan dan diuraikan menekankan
pada pemisahan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas dan tegas.
Page 76
64
Didalam struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) tersebut terdiri atas
beberapa unsur perlengkapan di masa struktur organisasi digambarkan sebagai
berikut:
Page 77
65
Gambar 2
Struktur Organisasi PT Semen Tonasa
Sumber: Annual Report PT Semen Tonasa 2015
Direktur
Komersial
Direktur
Utama
Direktur
Produksi
Direktur
Keuangan
Departemen
audit internal
Departemen
CSR &
umum
Sekertaris
Perusahaan
Dept.
Penjualan
Dept.
Distribusi &
Transportasi
Dept.
Pengadaan
&
pengelolaan
Persediaan
Dept.
Akuntansi &
Keuangan
Dept. SDM
Dept. Produksi
Bahan Baku
Dept. Produksi
Tonasa II/III
Dept. Produksi
Tonasa IV
Dept. Produksi
Tonasa V
Dept.
Perencanaan
Teknik
Dept.
Pembangkit
Listrik
Dept. Jaminan
Mutu &
Lingkungan
Biro
perencanaan
& analisis
pasar
Staf
Direktur
utama
Page 78
66
Berdasarkan pada skema di atas, berikut penjelasan mengenai tugas dan
tanggung jawab bagian-bagian tersebut:
1. Dewan Direksi
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan PT. Semen Tonasa (Persero)
diurus dan dipimpin oleh direksi dari seorang Direktur Utama dibantu tiga
orang direktur lainnya. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Direksi
bertanggung jawab sekaligus diawasi oleh Dewan Komisaris sebagai wakil
pemegang saham. Dewan Direksi diangkat berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dengan lama masa jabatan 5 tahun. Dewan
Direksi terdiri atas :
a. Direktur Utama
Direktur Utama bertanggung jawab atas kelancaran jalannya
perusahaan. Direktur Utama juga mempunyai tugas dan tanggung
jawab terhadap bidang-bidang yang mendapat pengawasan secara
langsung yaitu bidang umum, bidang sumber daya manusia, bidang
satuan pengawas intern dan bidang usaha sampingan (Yayasan
Dana Pensiun dari Hari Tua, YKST, PT. PKM, Koperasi, Dharma
Wanita, Bengkel Kendari) serta perwakilan Jakarta.
b. Direktur Keuangan dan Komersial
Bertanggung jawab atas semua aktivitas perusahaan. Tugas
Direktur Keuangan dan Komersial adalah :
Page 79
67
Pembuatan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan
serta mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan dari
anggaran pendapatan dan belanja perusahaan
Menyusun pendistribusian hasil produksi semen yang
dilakukan dengan cara menyusun strategi pemasaran di
seluruh daerah pemasaran termasuk pengangkutannya
Merencanakan kegiatan pengadaan suku cadang, bahan
baku, bahan pembantu, dan mesin-mesin lainnya sebagai
kelengkapan dalam kegiatan produksi.
c. Direktur Produksi
Tugas Direktur Produksi adalah :
Terselenggaranya kelancaran operasi pabrik Unit II, pabrik
Unit III, dan pabrik Unit IV.
Terselanggaranya pemeliharaan fasilitas yang meliputi
perumahan karyawan, gedung pabrik, dan gedung lainnya
serta pelabuhan khusus Biringkassi.
2. Kepala Departemen atau Bidang
Dalam struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) terdapat 12
departemen. Tugas dari departemen tersebut adalah :
a. Departemen Hubungan Luar
Bertugas menangani masalah kehumasan yang menyangkut
perwakilan PT. Semen Tinasa (Persero) di Makassar dan masalah
Page 80
68
hubungan dengan para pemegang saham. Selain itu bertanggung
jawab terhadap perwakilan PT. Semen Tonasa (Persero) di Jakarta.
b. Departemen Umum
Bertugas menyelenggarakan kegiatan yang bersifat umum,
pengamanan instalasi dan kompleks perusahaan, pengurusan
masalah tanah dan izin, serta kegiatan yang menyangkut hukum
dan kesekretariatan.
c. Departemen Satuan Pengawasan Intern
Bertanggung jawab dan kelancaran pengelolaan tugas Departemen
Satuan Pengawasan Intern yang meliputi pengawasan finansial dan
pengawasan operasional serta tugas-tugas lainya yang diberikan
direksi.
d. Departemen Pemasaran
Bertugas merencanakan perencanaan dan analisis pasara untuk
kelancaran pemasaran dan distribusi semen. Disamping itu,
bertanggung jawab terhadap pengantongan di Banjarmasin,
Samarinda, Bitung, Celukan Bawang dan Ambon.
e. Departemen Logistik
Bertugas merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi
pelaksanaan prosedur pengadaan dan manajemen pergudangan.
f. Deprtemen Akuntansi dan Keuangan
Bertugas memimpin dan mengkoordinir pengelolaan tugas-tugas
akuntansi dan keuangan perusahaan.
g. Departemen Operasi I
Page 81
69
Bertugas merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi
pengoperasian pabrik unit II dan unit III sesuai RKAP secara
efektif, efisiensi, ekonomis, aman terhadap personil dan peralatan
serta ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.
h. Departemen Operasi II
Bertugas merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi
pengoperasian aset perusahaan dalam memproduksi semen,
termasuk pengangkutan dan pemuatan seman ke atas kapal
pelabuhan Biringkassi dan Makassar dengan biaya serendah
mungkin dan aman terhadap personil peralatan serta kelestarian
lingkungan hidup.
i. Departemen Litbang
Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan penelitian proses
teknologi penyelenggaraan studi pengembangan perusahaan sistem
manajemen perusahaan.
j. Departemen Pengembangan dan Energi
Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi serta mengevaluasi
pengoperasian asset perusahaan yang meliputi mesin, pembangkit
tenaga listrik, alat-alat berat/kecil dan alat-alat tambang, mesin-
mesin dan peralatan unit pemecah batu kapur tanah liat dan pasir
silica, sehingga kondisinya tetap terpelihara untuk menunjang
kelancaran proses produksi.
k. Departemen Sumber Daya Manusia
Page 82
70
Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi serta mengevaluasi
pengoperasian asset perusahaan dalam penyediaan, pemeliharaan,
perawatan, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
agar tercapai produktivitas tenaga kerja yang optimal.
l. Departemen Teknik
Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan
pembuatan, pabrikasi perhitungan teknis dan finansial untuk
modifikasi dan renovasi peralatan serta pembuatan bangunan,
sarana dan prasarana di lingkungan pabrik, perumahan, pelabuhan
Biringkassi dan terminal-terminal pengantongan semen secara
efektif dan efisien.
3. Kepala Biro
Tugas kepala biro ini adalah membantu kepala departemen atau kepala
bidang dalam menangani pekerjaan sehari-hari. Penentuan kepala biro
berdasarkan pada jenis pekerjaan yang akan di tangani pada masing-
masing bidang.
4. Kepala Seksi
Tugas kepala seksi adalah membantu Kepala Biro dalam melaksanakan
tugas sehari-harinya. Dan bertanggung jawab penuh secara teknis terhadap
semua kegiatan yang langsung dibawahinya.
4. Bahan Baku Produk PT Semen Tonasa
a. Batu Kapur
Batu kapur di peroleh dari lokasi tambang yang dikuasai oleh
perusahaan dan terletak di area pabrik. Batu kapur menupakan
Page 83
71
komponen bahan baku utama industri semen (80% dari seluruh
kebutuhsn bahan baku). Jumlah cadangan batu kapur disekitar lokasi
pabrik, yang dikuasai perusahaan saat ini di perkirakan dapat digunakan
oleh PT Semen Tonasa Unit II, III dan IV untuk jangka waktu ratusan
tahun.
b. Tanah Liat
Sama halnya dengan batu kapur, tanah liat juga diperoleh di sekitar
pabrik yang telah dikuasai oleh perusahaan. Tanah liat merupakan
komponen bahan baku setelah kapur (17% dari keseluruhan bahan
baku). Untuk jumlah pemakaian tersebut, cadangan yang telah dikuasai
perusahaan maupun yang berasa di sekitar lokasi pabrik mampu
memenuhi kebutuhan pabrik PT Semen Tonasa II,III dan IV.
c. Pasir Silika
Pasir silika sebagai bahan baku untuk mengoreksi komposisi tanah liat
tersedia di sekitar lahan dekat pabrik PT Semen Tonasa Unit I. Jumlah
pemakaian pasir silika 3% dari kebutuhan bahan baku. Pasir silika ini
juga tersedia cukup banyak di beberapa daerah yang terdekat dengan
lokasi pabrik seperti Kabupaten Pangkep, Sidrap dan Pinrang.
d. Gipsum
Gipsum digunakan untuk mengendalika kecepatan pergeseran semen
yang dalam pemakaiannya mengambil 4-5% berat yang dicampur
dengan klinker 95-96% pada penggilingan semen. Gipsum di peroleh
dari dalam negeri, yaitu PT Semen Gresik dan impor dari Thailand,
Australia maupun Philipina.
Page 84
72
5. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung
Proses produksi perseroan bermula dari kegiatan penambangan tanah liat
dan batu kapur di kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur
sekitar pabrik hingga pengantongan semen zak di unit pengantongan semen.
Proses produksi perseroan secara terus menerus dipantau oleh Satuan Quality
Control guna menjamin kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang
berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi
kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Dengan didukung oleh
jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh sebelas unit pengantongan
semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan
perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut.
Perseroan memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen/tahun,
namun kemampuan produksi semen dapat mencapai 6.700.000 ton semen per
tahun. Perseroan mempunyai empat unit pabrik, keempat unit pabrik tersebut
menggunakan proses kering dengan kapasitas terpasang masing-masing.
Berikut keempat pabrik PT Semen Tonasa, yaitu:
Pabrik unit II 590.000 ton/tahun
Pabrik unit III 590.000 ton/tahun
Pabrik unit IV 2.300.000 ton/tahun
Pabrik unit V 2.500.000 ton/tahun
Adapun fasilitas pendukung Semen Tonasa:
Pelabuhan Biringkassi
Page 85
73
Pelabuhan yang beranjak 17 km dari lokasi pabrik ini berfungsi
sebagai fasilitas jaringan distribusi utama antar pulau maupun
ekspor dan dapat disandari kapal dengan muatan diatas 17.500 ton.
Pelabuhan ini juga digunakan untuk bongkar muat barang-barang
kabutuhan pabrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (BTG)
Untuk memenuhi kebutuhan sumber tenaga listrik, Semen Tonasa
diperkuat dengan empat unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau
Boiler Turbin Generator dengan kapasitas 2×25 MW, yang
berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km
dari okasi pabrik.
Coal Unloader (kapasitas: 1000 ton/jam)
Fasilitas Coal Unloader System yang berlokasi di area Biringkassi
dengan kapasitas pembongkaran mencapai 1000 ton/jam.
6. Produk Semen Tonasa
Berikut uraian produk yang di hasilkan PT Semen Tonasa, diantaranya:
a. Semen Portland Jenis 1 (OPC)
Semen Portland Jenis 1 (Ordinary Portland Cement Type 1) dengan
standar SNI 15-2049-2004 merupakan semen hidrolis yang dibuat
dengan menggiling terak dan gipsum. Semen jenis ini digunakan untuk
bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tiak
memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi,
perumahan, jembatan serta jalan raya, landasan bandarudara, beton
Page 86
74
pratekan, bangunan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng,
hollo brick/bateko, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
b. Semen Portland Komposit (PCC)
Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement) dengan
standar SNI 15-7064-2004 merupakan bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama terak semen portland dan gipsum dengan satu
atau lebih bahan anorganik atau hasil pencampuran bubuk semen
Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen jenis ini
diperuntukkan untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata,
plestran dan acian, salokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen
bangunan khusus seperti beton pratekan, panel beton, bata beton
(paving block) dan sebagainya.
c. Semen Portland Pozzolan (PCC)
Semen Portland Pozzolan (Portland Pozzolan Cement) dengan standar
SNI 15-0302-2004 merupakan semen hidrolis yang terdiri dari
campuran homogen antara semen portland dan pozzolan halus, yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan
bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen portland dan
pozzolan atau gabungan antara menggilir dan mencampur, dimana
kadar pozzolan 15-40% massa semen portland pozzolan. Semen jenis
ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton
umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan
bangunan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa)
dan bangunan di lingkungan garam sufat yang agresif, serta konstruksi
Page 87
75
bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan
sanitasi, bangunan perairan dan penampungan air.
7. Sistem Manajemen Semen Tonasa
Perseroan yang senantiasa berpegang teguh pada komitmen, perseroan
berupaya memenuhi harapan pelanggan, meningkatkan tanggung jawab sosial
kepada stakeholder, memenuhi peraturan perundangan, mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan dan mengembangkan sumber daya secara profesional
yang didukung oleh teknologi dan sistem manajemen yang terintegrasi. Sistem
manajemen perseroan dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Semen Tonasa
(SMST) yang berorientasi pada manajemen terintegrasi, mutu produk,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
a. Sistem Manajemen Trintegrasi (Integrated Management System-IMS)
Memenuhi kebutuhan konsumen perseroan memegang teguh segala
proses yang telah distandarisasi, baik itu mutu, lingkungan serta
kesehatan dan keselamatan kerja. Semua proses sistem manajemen
tersebut telah tercakup dalam sistem manajemen terintegrasi yang
dinamakan SMST. Integrasi sistem menajemen dilakukan agar seluruh
sistem manajemen yang ada di perseroan dapat berjalan dengan efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan perseroan. Pada tanggal 6 Januari
2010, perseroan mendapat pengakuan dari PT Sucofindo ICS atas
penerapan sistem manajemen yang terintegrasi.
b. Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008)
Perusahaan senantiasa memberikan kepuasan kepada pelanggan serta
salah satu bentuk komitmen perseroan dalam menghadapi persaingan
Page 88
76
ketat industri, maka mulai dari pengadaan bahan baku, proses dan
produk akhir yang mencakup semua kegiatan operasional perseroan
selalu diupayakan memenuhi persyaratan mutu ISO 9001. Sejak tahun
1996, perseroan telah mendapatkan pengakuan internasional terhadap
mutu produknya dengan label ISO 9002.
c. Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004)
Perseroan mempunyai komitmen untuk ”menjadi produsen semen yang
ramah lingkungan”. Sesuai dengan pemenuhan persyaratan yang
berlaku, perseroan telah melaksanakan barbagai program yang
menyangkut minimalisasi dampak negatif dari operasi dan produk,
pelaksanaan program efisiensi pemakaian sumber daya alam serta
energi, melaksanakan kegiatan konservasi lahanbekas tambang dan
membina hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar. Karena itu,
pada tahun 2000 perseroan telah resmi mengimplementasikan
persyaratan ISO 14001 dan memperoleh sertifikat. Kepedulian
perseroan lebih lanjut terhadap pengelolaan lingkungan adalah
keikutsertaan menangani limbah industri baik internal maupun
eksternal dengan memanfaatkannya dalam proses produksi, serta
keikutsertaaan dalam penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER)
dalam bidang lingkungan.
d. OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series)
Perseroan memperoleh sertifikat OHSAS dari PT Sucofindo ICS pada
tanggal 27 Oktober 2009. OHSAS merupakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang bertaraf internasional,
Page 89
77
sertifikat OHSAS merupakan wujud dari komitmen perseroan dalam
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari
kecelakaan dan perencanaan, serta penyakit akibat kerja sehingga
keselamatan dan kesehatan karyawan tetap terjamin dan diakui oleh
dunia internasional.
e. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI)
Semen Tonasa adalah produk yang memenuhi ketentuan SPPT SNI dan
perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkn, Semen Portland Jenis 1 sesuai dengan SNI-15-2049-2004,
Semen Portland Pozzolan (PPC) sesuai dengan SNI-15-0302-2004 dan
Semen Portland Komposit (PCC) sesuai dengan SNI-15-7064-2004.
Pengawasan terhadap SPPT SNI dilakukan secara berkala di perseroan.
f. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (PP RI
No. 50 tahun 2012)
Sejak tahun 2000, PT Semen Tonasa telah menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) guna
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera,
bebas dari kecelakaan dan pencemaran, serta penyakit akibat kerja.
Sebagai aset berharga, perseroan bertanggung jawab dalam melindungi
karyawan agar kesehatan dan keselamatan tetap terjaga. Setelah
diadakan audit SMK3 oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik
Indonesia, perseroan berhasil meraih ”Bendera Emas” dalam penerapan
SMK3 tersebut.
g. Sistem Manajemen Laboratorium (ISO/IEC 17025:2005)
Page 90
78
Ketetapan atau keabsahan hasil pengujia merupakan cerminan
Laboratorium Pengujian Perseroan, hal ini sebagai wujud nyata dalam
memberikan jaminan mutu kepada pelanggan. Pada tanggal 13 Januari
2011, perseroan kembali meraih prestasi gemilangdengan diperolehnya
sertifikat ISO/IEC 17025 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
h. IPS Code (International Ship and Port Facility Security Code)
IPS Code adalah suatu keamanan yang memenej resiko atau
mengeliminir sumber resiko yang mengancam keamanan kapal dan
fasilitas pelabuhan yang terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari
assement, plant, apprival, verifikasi dan sertifikasi.
8. Penghargaan PT Semen Tonasa
a. 23 Februari 2011 The Best Innovation Kategori Sistem Manajemen
pada penganugerahan SGG Award on Innovation di Surabaya.
b. 3 Maret 2011 perseroan mendapatkan penghargaan Master Brand.
c. 16-22 Oktober 2011 mendali emas (gold) pada Konvensi
Internasional GKM Asia Pasific Quality Organization (APQO) di
Singapore-Thailand.
d. 14 November 2011 peringkat ke-2 Kategori Perusahaan Besar Barang
SNI Award 2011. SNI Award merupakan bagian dari upaya stimulasi
peningkatan penerapan SNI. Melalui SNI Award diharapkan
produsen dan konsumen semakin menghargai aspek mutu, dan
memahami perlunya berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan
penggunaan SNI sebagai referensi penyediaan dan permintaan pasar.
Page 91
79
e. 27 Februari 2012 The Best Innovation Kategori Teknologi & Proses
Produksi. Tim Inovasi Giat meraih prestasi gemilang sebagai tim
peraih The Best Innovation Kategori Teknologi & Proses Produksi
dalam SGG Award on Innovation di Surabaya. Tim Giat
mengembangkan inovasinya untuk mengurangi vibrasi pada ID Fan.
f. 13-15 Juli 2012 Marching Band Semen Tonasa meraih Juara II
Umum pada Losari Open Tournament Marching Band & Drum Band
2012 di Gor Sudiang dan Pantai Losari Makassar.
g. 28 September 2012 Dana Pensium Semen Tonasa meraih
penghargaan sebagai Dana Pensiun Terbaik I untuk kinerja tahun
2011. Penghargaan yang diraih dana pensiun ini mengalami
peningkatan dari yang diraih tahun 2011 sebagai dana pensiun terbaik
III.
h. 13-16 Oktober 2012 Perseroan kembali meraih prestasi Internasional
melalui Konvensi GKM Internasional. Tim GKM Pioneer meraih
peringkat Gold Three Stars pada International Convention on QC
Circle 2012, sedangkan Tim GKM Pemusnah meraih penghargaan
Best Performance pada Asia Pacific Quality Organization Award di
Colombo Srilangka.
i. 21 November 2013 Indonesian Quality Award menetapkan Perseroan
di Level early improvement dalam penerapan Malcolm Baldrige
Criteria. Perseroan juga meraih peningkatan skor terbanyak dengan
52 point dari 400 point di tahun 2011 menjadi 452 point di tahun
2012.
Page 92
80
j. 23 November 2013 Peringkat Early Improverment (Score 400) pada
Indonesian Quality Award Based on Malcolm Baldrige Criteria.
Indonesian Quality Award (IQA) yang mengadopsi Malcolm
Baldridge Criteria for Performance Excellence merupakan salah satu
best practice paling komprehensif yang digunakan untuk
membandingkan, menilai serta melakukan perbaikan terhadap sistem
manajemen, proses bisnis dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
k. 2 Desember 2013 4 mendali emas & 3 mendali perak untk GKM &
SS pada konvensi mutu Nasional di Makassar dan Balikpapan.
l. 14 Maret 2014 menerima penghargaan Wajib Pajak Kategori Khusus
dalam acara Pekan Panutan Penyampaian pada tanggal 14 Maret
2014.
m. 14 Maret 2014 meraih penghargaan sebagai Master Brand yang
keempat kalinya berturut-turut kategori semen dari media Makassar
Terkini dan Makassar Research.
n. 13 Oktober 2014 meraih penghargaan GOLD AWARD (kategori
tertinggi) dalam ajang International Convention on Cirle (ICQCC) di
Colombo-Srilangka.
o. 28 Desember 2014 berhasil meraih 9 penghargaan pada ajang ICA
(Indonesia CSR Award) dari Kementerian Pemberdayaan Manusia
dan Kebudayaan bekerjasama dengan CFCD (Corporate Forum for
Community Development) di Balai Kartini Jakarta.
Page 93
81
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian
1. Pelestarian dengan Pengidentifikasian Biaya-Biaya Lingkungan
Perusahaan dalam melakukan aktivitas produksinya harus memperhatikan
kondisi yang ada, yaitu sistem nilai entitas kongruen dengan sistem nilai
masyarakat yang lebih luas, sehingga perusahaan mendapatkan legitimacy dari
masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan meningkat dengan adanya pemenuhan
tanggung jawab perusahaan sebagai wujud ekoefisiensi, yaitu kegiatan produksi
yang bermanfaat dengan mengurangi dampak lingkungan, menghemat konsumsi
sumber daya dan biaya secara simultan (Setiawan, 2016). Sudah sebuah keharusan
perusahaan dalam memperhatikan lingkungannya, agar kiranya perusahaan
mendapatkan legitimacy dari masyarakat. Hasil wawancara dengan Pak Anis dari
Departemen Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:
”Berbagai upaya dilakukan dalam memperhatikan masalah lingkungan,
semua sudah di laporkan dalam sustainability report. Disitu kita sudah
mengungkapkan bagaimana perlakuan perseroan terhadap lingkungan”.
Penjelasan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah
berupaya dalam memperhatikan pelestarian lingkungannya. Perlakuan lingkungan
PT Semen Tonasa dalam memperhatikan masalah lingkungannya, sejalan dengan
ayat dalam Al-Qur’an, salah satunya dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 205:
Terjemahnya:
”dan apabila ia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan dibumi, serta merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan
Allah tidak menyukai kerusakan”. (Q.S Al Baqarah: 205).
Page 94
82
Ayat di atas menggambarkan secara nyata bagaimana Islam sangat
memperhatikan kelestarian lingkungan, Allah SWT membenci orang-orang yang
berbuat kerusakan dibumi, sehingga sudah sebuah kewajiban perusahaan dalam
melakukan aktivitas produksinya untuk memperhatikan masalah lingkungannya.
Segala jenis usaha dalam bentuk bisnis maupun non-bisnis harus mampu
melestarikan alam sebagai bentuk pertanggungjawaban lingkungan. Mengingat
saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan keuntungan/laba
semata tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan
lingkungannya. PT Semen Tonasa dalam melakukan aktivitas produksinya sudah
sebuah kewajiban dalam memperhatikan pelestarian lingkungannya, hal tersebut
dikarenakan perusahaan harus memperhatikan sistem nilai yang ada diperusahaan
harus seimbang dengan sistem nilai yang ada di masyarakat, agar kiranya dapat
meminimalisir adanya lagitimacy gap. Legitimacy gap berpotensi besar terjadinya
protes dari stakeholder terhadap perusahaan yang akan berdampak pada eksistensi
perusahaan, stabilitas operasional dan berakhir pada profitabilitas perusahaan.
Upaya penanganan dampak lingkungan dilakukan terlebih dahulu
mengacu kepada aspek pengelolaan dan pemantauan yang tertuang di dalam
dokumen AMDAL perusahaan. Pengelolaan dampak disusun dalam kerangka
kesadaran mengurangi pemanfaatan bahan baku yang tersedia di dalam dan
memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan baik internal maupun eksternal.
Hasil wawancara dengan pak Darmen dari Departemen Jamuli khususnya Biro
Lingkungan dan Proper mengatakan bahwa:
”Perusahaan mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan
pengelolaan dan pemantauan, dan perusahaan juga mengacu pada UKL-
Page 95
83
UPL Semen Tonasa, di dalam dokumen tersebut perusahaan memiliki
kewajiban dalam pemantauan lingkungan, dimana kami melakukan
pemantauan setiap semesternya.”
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan PT Semen Tonasa dalam upaya
pelestarian lingkungan akan menimbulkan biaya, disinilah peran green accounting
sebagai pengungkapan. Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan melegitimasi
aktivitas perusahaan di mata masyarakat, perusahaan cenderung menggunakan
kinerja yang berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan.
Melalui penerapan green accounting diharapkan kelestarian lingkungan dapat
terjaga, karena dengan menerapkan green accounting maka secara sukarela
perusahaan akan mematuhi kebijakan pemerintah dalam upaya pelestarian
lingkungan. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasikan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan perusahaan.
Adapun biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan, yaitu sebagai berikut:
a. Biaya-biaya yang Berkaitan dengan Lingkungan
Biaya lingkungan terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk.
PT Semen Tonasa menyalurkan dana pada program Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan perusahaan sebanyak Rp 15,55 miliar atau 106% dari RKAP (Annual
Report, 2015). Pengelolaan lingkungan PT Semen Tonasa terdiri dari Pengelolaan
Pencemaran Udara (PPU), Pengendalian Pencemaran Air (PPA), Pengelolaan
Limbah B3 dan Sistem Manajemen, dari keempat pengelolaan tersebut masing-
masing terdapat kegiatan-kegiatan di dalamnya yang menimbulkan biaya.
Perseroan juga melakukan kerja sama dalam hal penelitian dan pengembangan
Page 96
84
lingkungan, hal tersebut diungkapkan dari hasil wawancara pak Darmen dari
Departemen Jamuli khususnya Biro Lingkungan dan Proper mengatakan bahwa:
”Kami bekerja sama dengan mahasiswa dari UNHAS dan laboratorium
Makassar dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan”.
Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan PT Semen Tonasa yang berkaitan
dengan lingkungan maka biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan dapat
dikelompokkan ke dalam lima biaya yaitu: biaya pencegahan lingkungan, biaya
deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, biaya
penelitian dan pengembangan. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara
dengan pak Anis dari Departemen Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:
”Biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal, biaya
kegagalan eksternal dan biaya dengan lingkungan, sebenarnya biaya-biaya
tersebut sudah ada di Tonasa. Tetapi di Tonasa, biaya terkait lingkungan
belum dikelompokkan”.
Penjelasan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa PT Semen
Tonasa telah megeluarkan kelima biaya tersebut, namun biaya-biaya tersebut
belum di kelompokkan bedasarkan jenisnya. Hasil wawancara dengan Pak Anis
dari Departemen Akuntansi Manajemen menjelaskan alasan PT Semen Tonasa
belum mengelompokkan biaya-biya lingkungan, bahwa:
”Tonasa tidak membuat secara spesifik pengelompokan biaya lingkungan,
walaupun sebenarnya di Tonasa mengeluarkan biaya lingkungan. Hal
tersebut dikarenakan Tonasa masih menggunakan konsep aktivitas bukan
konsep fungsional”.
Pendekatan Activity Based Costing (ABC) bukanlah sebuah hal yang menjadi
faktor belum dikelompokkannya biaya-biaya lingkungan, karena terdapat tiga
teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan menghitung biaya-biaya
Page 97
85
lingkungan, diantaranya: Total Costs Assessment (TCA), Full Costs Assessment
(FCA), dan Life Cycle Analysis (LCA) (Sambharakreshna, 2009). Ketiga teknik
tersebut dapat di gunakan PT Semen Tonasa dalam mengelompokkan biaya-biaya
lingkungannya. Shank dan Govindarajan, (1993) dalam Gale dan Stokoe,
(2001:132) mengatakan Activity-Based Costing dalam perspektif akuntansi
manajemen adalah sebagai berikut:
“Strategic cost management is cost analysis in a broader contex, where
the strategic elements become more conscious, explicit and formal. Here,
cost data is used todevelop superior strategies enroute to gaining
sustainable competitive advantage”.
Defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi manajemen biaya
menggambarkan hubungan yang penting antara strategi bisnis dengan green
accounting atau akuntansi lingkungan yang terdapat teknik penilaian biaya seperti
TCA, FCA dan LCA.
Keberadaan dan keberlangsungan suatu entitas sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder, karena entitas dalam melakukan
aktivitasnya bukanlah hanya untuk memenuhi kepentingannya sendiri dan hanya
berorientasi pada keuntungan semata, tetapi harus memberikan manfaat kepada
stakeholder-nya. Lindawati dan Puspita (2015) mengatakan keberlangsungan
suatu perusahaan tidak lepas dari adanya peranan stakeholder. Melihat sekarang
ini stakeholder lebih cenderung melirik perusahaan yang berwawasan lingkungan,
oleh karena itu PT Semen Tonasa dalam memenuhi kebutuhan pihak stakeholder
dapat mengelompokkan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan dan dapat
mengungkapkan biaya-biaya tersebut. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan
memiliki kecenderungan untuk memuaskan stakeholder. Hal tersebut dikarenakan
Page 98
86
perusahaan membutuhkan keberadaan dukungan stakeholder untuk melanjutkan
operasinya, sebagaimana dijelaskan oleh stakeholder theory.
Laporan biaya lingkungan yang baik memberikan perincian biaya
lingkungan berdasarkan kategori (Setiawan, 2016). Berdasarkan pengelompokan
kategori biaya lingkungan tersebut, adapun pengelompokan biaya lingkungan
pada PT Semen Tonasa, yaitu:
1. Biaya pencegahan lingkungan (Environmental prevention cost)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Aktivitas
tang dilakukan PT Semen Tonasa dalam mencegah di produksinya limbah atau
sampah, yaitu mendaur ulang pembungkus (kantong semen) produk, dilakukan
pelatihan pegawai di setiap departemen dan dilakukan pula audit lingkungan.
Hal tersebut diungkapkan dalam wawancara dengan pak Darmen dari
departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan PROPER yang mengatakan
bahwa:
”Kita mempunyai pelatihan setiap unit kerja untuk terkait dengan
lingkungan masing-masing unit kerja melakukan pelatihan, misalnya
pelatihan ISO 14001, dan pelatihan limbah B3”.
Hasil wawancara dengan pak Rendra dari Departemen Audit Internal,
mengatakan bahwa:
”Kami disini memiliki alat pengukur polusi dan penangkap debu seperti
Electronic Principitator (EP) dan Dust Collector (DC), jika alat-alat
tersebut bekerja secara efektif maka proses produksi kami tidak
menghasilkan limbah, dan kami juga melakukan pemeliharaan mesin-
mesin tersebut”.
Page 99
87
Hasil wawancara yang di peroleh dengan Pak Anis dari Departemen Akuntansi
Manajemen, mengatakan bahwa:
” ..... di Tonasa sendiri sebenarnya sudah mengeluarkan biaya
pencegahan, kami memiliki alat penangkap debu, dimana debu-debu
yang keluar kami tangkap dan dimasukkan kembali ke sistem. Alat
penangkap debu tersebut kami kelompokkan ke aset”.
Alat penangkap debu yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa dikelompokkan
sebagai aset, pengelompokan yang dilakukan tersebut sudah tepat. Hal tersebut
sejalan dengan PSAK 16 paragraf 7 tetang aset tetap yaitu:
”Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa
depan dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur secara
andal”.
Dimana PSAK 16 paragraf 11 tentang aset tetap yang menyangkut biaya
perolehan awal, yaitu:
”Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan.
Perolehan aset tetap tersebut, meskipun tidak secara langsung
meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari aset tetap tertentu
yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan dari aset lain. Aset tetap tersebut memenuhi
syarat pengakuan aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas
memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset
terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan
seandainya aset tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh, pabrik kimia
mungkin mengistalasi proses penanganan kimiawi baru dalam rangka
memenuhi persyaratan lingkungan yang berlaku dalam produksi dan
penyimpanan zat kimiawi berbahaya, perbaikan pabrik yang terkait
diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat
memproduksi dan menjual zat kimiawi. Akan tetapi, jumlah yang
tercatataset terseut dan aset terkait dikaji untuk penurunan nilai sesuai
dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset”.
Hasil wawancara yang di peroleh dengan pak Darmen dari Departemen Jamuli
khususnya Biro Lingkungan dan PROPER, mengatakan bahwa:
Page 100
88
”...... untuk bahan-bahan kantong semennya kami mendapatkan dari
Jawa, dulu kantong semennya menggunakan empat lapisan menjadi dua
atau satu lapisan
...... disini kami memiliki manajemen risiko dan tim audit kita yang
menggunakan ISO 14001”.
Program pengurangan limbah padat Non B3/sampah juga di lakukan
oleh perseroan dengan cara pengurangan jenis kertas kreft untuk kantong
semen dari 85 gsm-2 ply menjadi 75 gsm-2 ply. Program efisiensi energi panas
perusahaan mengoperasikan Coal Unloading & Prehomogenzation Facilities
untuk mixing low rank coal dan mengurangi kosumsi bahan bakar di Kiln.
Perseroan juga melakukan sejumlah inovasi dalam pengurangan pencemaran
udara yaitu membuat sequential timer untuk mengurangi waktu down time bag
filter (Sustainability report, 2015).
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs)
Biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah
produk, proses dan aktivitas perusahaan telah memenuhi standar lingkungan
yang berlaku atau tidak. Perusahaan dapat mengikuti standar lingkungan dan
prosedur meliputi: (1) peraturan pemerintah, (2) voluntary standar (ISO 14001)
yang dikembangkan oleh Internasional Standards Organization, dan (3)
kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen. Perseroan
melakukan pemantauan secara berkala untuk memeriksa cerobong bioler,
pemeriksaan emisi dan mengukur tingkat pencemaran. Hasil wwancara dengan
Pak Darmen dari Departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan
PROPER, mengatakan bahwa:
”Secara rutin kami melakukan pemeriksaan limbah cair yang
dihasilkan, pemeriksaan cerobong asap, pembuangan emisi yang di
hasilkan, dan mengukur tingkat pencemaran aktivitas lingkungan.
Page 101
89
Walaupun sebenrnya selama proses produksi kami tidak menghasilkan
limbah, karena disini sudah memiliki alat yang canggih”.
Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak luar yaitu laboratoium
independen. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pak Darmen dari
Departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan PROPER, mengatakan
bahwa:
”Perusahaan memiliki dokumen lingkungan, di dalam dokumen
tersebut kita memiliki kewajiban untuk memantau lingkungan sampai
batas mana limbah-limbah yang dihasilkan dan dilakukan oleh
laboratorium independen”.
Upaya penanganan dampak lingkungan dilakukan terlebih dahulu mengacu
kepada aspek pengelolaan dan pemantauan yang tertuang di dalam dokumen
AMDAL perusahaan.
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya
limbah atau sampah tetapi tidak terbuang ke lingkungan. PT Semen Tonasa
mengoperasikan peralatan pengendalian polusi dan pengontrol polusi dan juga
dilakukan pengelolaan limbah atau sampah. Hasil wawancara yang dilakukan
dengan pak Darmen dari Departemen Jamnuli khususnya Biro lingkungan dan
PROPER, mengatakan bahwa:
”Disini jika ada limbah yang di hasilkan kita tidak buang ke lingkungan
kita manfaatkan dengan cara memasukkannya kembali ke dalam sistem.
Jika kita menghasilkan debu, debu-debu itu akan di tangkat dengan alat
kita”.
Debu-debu yang ditangkap dengan alat penangkap debu dan kemudian
dimasukkan kedalam sistem akan menghasilkan semen. Aktivitas tersebut akan
menimbulkan biaya, biaya tersebut dapat dikelompokkan kedalam biaya
Page 102
90
mendaur ulang sisa bahan. Beberapa material merupakan limbah mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dimanfaatkan kembali. Limbah B3
yang dimaksud yaitu cooper slag merupakan limbah peleburan tembaga, kaya
unsur besi dan slikat; gypsum purified merupakan limbah proses desulfurisasi
PLTU dan inustri petrokimia; fly ash dan bottom ash merupakan limbah
pembakaran batu bara pada PLTU; oil sludge IPAL merupakan limbah
pengeboran minyak bumi maupun cleaning pengeboran minyak bumi, dan
memiliki nilai kalori tinggi sebagai bahan bakar alternatif; pelumas bekas
merupakan limbah dari pelumas kendaraan atau sarana yang menggunakan
pelumas; pemanfaatan sampah taman berupa daun sebagai Kompos Organik;
dan pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (sisa-sisa makanan dan sisa-sisa
bahan makanan dapur) di Wisma PT Semen Tonasa menjadi kompas padat dan
pupuk cair dalam wadah drum plastik sebagai Komposter (Sustainability
Report, 2015).
Perseroan melakukan upaya untuk efisiensi air dengan berbagai
kegiatan, diantaranya menggunakan air laut sebagai air baku bagi proses
produksi listrik, meminimalisasi pemakaian air bersih untuk penyiraman
jalanan dan tanaman dengan menyediakan fasilitas pompa reservior untuk
mengisi mobil tangki air penyiram jalan dan taman, proyek coal unloading
system mencegah jatuhnya batubara ke laut, pemasangan tangki raw water
sebagai penampungan dan pengendapan air dan pemasangan stiker-stiker
penghematan air di toilet. Perseroan membangun jalur fine coal transport antar
plant (Tonasa 5 ke Tonasa 4; Tonasa 4 ke Tonasa2/3) untuk fleksibilitas
Page 103
91
transfer fine coal sehingga pemakaian solar karena krisis fine coal dapat
ditekan (Sustainability Report, 2015).
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs)
Merupakan biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas
limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Perseroan dalam menjalankan
aktivitas produksiya dan ditemukan adanya limbah terbuang melampaui
ambang batas, maka perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya. Hal
tersebut dikemukakan oleh pak Darmen dari departemen Jamuli khususnya
Biro Lingkungan dan Proper, mengatakan bahwa:
”Kita disini mempunyai asuransi pencemaran lingkungan, jadi jika
proses produksi diperiksan dan ditemukan limbah yang terbuang
mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka ada proses kepolisian.
Disinilah terdapat biaya asuransi”.
PT Semen Tonasa melakukan reklamasi dari bekas lahan-lahan hasil
penambangan. Perseroan telah berhasil mereklamasi bekas lahan tambang batu
kapur yang berupa batuan masif dan kritis menggunakan jenis tanaman
endemik Sulawesi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tanaman Bitti
(Vitex Cofassus), sekaligus menjadi labolatorium hidup bagi Balit Kehutanan,
mahasiswa serta ahli kehutanan (Sustainability Report, 2015). Hasil wawancara
yang diperoleh dari Pak Rendra dari departement Audit internal, mengatakan
bahwa:
”Lahan-lahan bekas penambangan kita buatkan kolam atau sawah dan
kita juga melakukan penanaman pohon. Dilakukan pula pembersihan
oleh seksi kebersihan lingkungan luar pabrik”.
Hasil wawancara penulis dengan pak Anis dari Departemen akuntansi
manajemen mengatakan bahwa:
Page 104
92
”Sebenarnya di Tonasa ini terdapat biaya reklamasi, disini kami
memiliki kewajiban melapor ke departemen pertambangan setiap
triwulan berapa biaya yang di keluarkan. Biaya reklamasi inilah tidak
tampak di laporan keuangan”.
Biaya reklamasi yang sebenarnya dikeluarkan oleh PT Semen Tonasa
membuatnya tersembunyi dari laporan keuangan, sehingga manajemen,
investor dan stakeholder lainnya kesulitan dalam mengidentifikasi biaya
tersebut. Kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya terkait lingkungan
perusahaan tentunya akan berdampak pada perusahaan kedepannya. Perseroan
melakukan perlindungan keanekaragaman hayati dengan memanfatkan bekas-
bekas hasil tambang, diantaranya reklamasi lahan bekas penambangan batu
kapur Biring Ere dan tanah liat Bontoa dengan cara dilakukan penghijauan dan
kolam buatan; pembangunan kebun buah dan Taman Hutan Raya (TAHURA)
di kelurahan Tonasa; dan pembangunan Taman Sipong kelurahan Kehati Insitu
Bulu Bontoa dengan cara menanam tanaman endemik, langkah dan lokal
setempat (Sustainability Report, 2015).
5. Biaya penelitian dan pengembangan (resarch and developmnt costs)
Merupakan biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek penelitian
dan pengembangan yang berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya ini ada
karena pelestarian lingkungan tidak lepas dari pengembangan dan hasil
penelitian dalam menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Hasil
wawancara dengan Pak Anis dari Departemen Akuntansi Manajemen
mengatakan bahwa:
”Mengenai Undang-Undang Lingkungan yang sekarang ini untuk
pengelolaan limbah B3 kita harus punya cadangan di bank yang
dilaporkan ke pemerintah sebesar Rp 5 miliyar....
Page 105
93
..... Kami juga memiliki unit purna jual dimana kami dapat dikomplen
jika ditemukan kesalahan oleh orang, unit tersebut kami kelompokkan
di biaya pemasaran”.
Unit purna jual PT Semen Tonasa di kelompokkan sebagai biaya pemasaran,
dimana penelitian Hansen dan Mowen (2005) mengatakan bahwa biaya yang
dikeluarkan karena adanya proyek penelitian dan pengembangan yang
berhubungan dengan isu lingkungan dapat dikategorikan sebagai biaya
penelitian dan pengembangan. Biaya unit purna jual PT Semen Tonasa sejalan
dengan biaya yang timbul untuk menjaga citra perusahaan, dimana biaya-biaya
tersebut dikeluarkan dalam memenuhi kepuasan konsumen demi menjaga citra
perusahaan. Hasil wawancara peneliti dengan pak Darmen mengatakan bahwa:
”Dokumen Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
yang di lakukan oleh laboratorium Makassar dan UNHAS, inilah yang
perusahaan bayar ke konsultan”.
Perseroan melakukan kerja sama dengan UNHAS dan pihak labolatorium
dalam penyusunan dokumen laporan pelaksanaan rencana pengelolaan
lingkungan, kerja sama tersebut akan menimbulkan biaya. Perseroan juga telah
memenuhi aturan pemerintah dalam hal pengelolaan lingkungan.
b. Aturan yang Mewajibkannya Taggungjawab Lingkungan Perusahaan
PT Semen Tonasa berpedoman terhadap sejumlah aturan yag terkait
dengan pengendalian dampak lingkungan, seperti yang tertuang dalam
Sustainability Report 2015 PT Semen Tonasa:
”Untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mengacu pada
UU RI No. 23 tahun 2009, perolehan izin lingkungan perseroan
merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 2012.
Selanjutnya untukpengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air mengacu kepada PP No. 82 tahun 2001, dalam hal
Page 106
94
pengendalian dan pencemaran atau kerusakan laut aturanyang dirujuk
yaitu PP No. 19 tahun 1999. Kemudian yang terkait dengan penurunan
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target sebesar 26% pada tahun
2020 merujuk pada PP No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi GRK, perseroan juga berpedoman pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 33 tahun 2009 tentang Tata
Cara Pemulihan Lahan Terkonstaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun”.
Pedoman yang dijadikan acuan PT Semen Tonasa dalam melestarikan
lingkungan sebagai wujud tanggung jawab lingkungannya, sejalan dengan
aturan-aturan yang di telah ada di Indonesia.
Tanggung jawab perusahaan sudah merupakan sebuah kewajiban, di
Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dan 1 (satu) aturan Internasional
yang mewajibkan perusahaan tertentu melaksanakan aktivitas tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Pertama, Undang-Undang No 23 tahun 2009 tentang
pengelolaan lingkungan hidup, dimana dalam pasal 1 ayat (23) bahwa audit
lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan
terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar
yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan. Pasal 15 ayat (1) setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
hidup. Pasal 41 ayat (1) bahwa Barang siapa yang melawan hukum dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00.
Page 107
95
Kedua,Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 2012 tentang perolehan
izin lingkungan perseroan. Pasal 2 ayat (1), bahwa Setiap Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin
Lingkungan. Pasal 2 ayat (2), bahwa Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
penyusunan Amdal dan UKL-UPL; penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-
UPL; dan permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan. Berdasarkan PP
tersebut PT Semen Tonasa telah mematuhi aturan tersebut, dimana perusahaan
telah mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan pengelolaan dan
pemantauan. Perusahaan juga telah mengacu pada UKL-UPL Semen Tonasa
dalam pemantauan lingkungan yang dilakukan pemantauan setiap semesternya.
Ketiga Peraturan Pemerintah (PP) No 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pasal 2 ayat (1),
bahwa Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
diselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. Pasal 2 ayat (2),
bahwa Keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Upaya yang
dilakukan PT Semen Tonasa terkait Peraturan Pemerintah tersebut yaitu
melakukan peningkatan pengelolaan kolam reklamasi bekas galian tanah liat
sebagai kolam penampungan air hujan dan dimanfaatkan kembali, seluruh
olahan air limbah produksi dialirkan ke kolam penampungan dan kemudian
digunakan kembali untuk proses pendinginan, meminimalisir pemakaian air
bersih untuk penyiraman tanaman dan jalanan dengan menyediakan fasilitas
Page 108
96
pompa reservoir untuk mengisi mobil tangki air penyiram jalanan dan
tanaman.
Keempat Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 1999 tentang
pengendalian dan pencemaran atau kerusakan laut. Pasal 10 ayat (1), bahwa
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan
pencemaran laut, wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran laut.
Pasal 10 ayat (2), bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai
baku mutu air laut baku mutu limbah cair , baku mutu emisi dan ketentuan-
ketentuan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Upaya yang dilakukan PT Semen Tonasa terkait Peraturan Pemerintah tersebut
salah satunya yaitu dilakukannya proyek Coal Unloading System (CUS) untuk
mencegah jatuhnya batu bara ke laut.
Kelima Peraturan Pemerintah (PP) No 61 tahun 2011 tentang
Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target sebesar 26% pada
tahun 2020. Terkait Peraturan Pemerintah tersebut tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi GRK, adapun upaya yang dilakukan oleh PT Semen
Tonasa diantaranya: perusahaan memiliki sistem monitoring yang terkontrol
dalam continues emission monitoring system, penggunaan batu bara dengan
kandungan sulfur rendah (<0,8%) untuk menurunkan emisi gas CO2,
pemakaian biomassa sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil
untuk menurunkan emisi gas CO2, melakukan penggantian gas freon AC dari
R22 menjadi R417 yang rama lingkungan.
Page 109
97
Keenam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 33 tahun 2009
tentang tata cara pemulihan lahan terkonstaminasi limbah bahan berahaya dan
beracun. Pasal 2 menegaskan bahwa Peraturan Menteri ini bertujuan untuk
memberikan pedoman bagi penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dalam
melaksanakan penanganan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3. Pasal 3
menegaskan bahwa Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3 yang diakibatkan dari
usaha dan/atau kegiatannya. Terkait aturan tersebut adapun upaya yang
dilakukan oleh PT Semen Tonasa, yaitu: melaksanakan program Tonasa Hijau
dan pemanfaatan lahan tutupan tambang,mereklamasi lahan bekas tambang
batu kapur, rancangan penanaman pohon raintree dan melakukan
pembangunan taman keanekaragaman hayati.
Berbagai aktivitas yang di lakukan PT Semen Tonasa terkait pedoman
pengendalian dampak lingkungan tentunya menimbulkan biaya dari aktivitas
tersebut. Hal tersebut berarti baik perusahaan yang diwajibkan maupun tidak
akan lebih baik ketika mereka menerapkan green accounting, karena praktek
akuntansi saat ini memiliki keterbatasan, hal tersebut dapat dilihat dari defenisi
akuntansi yang ditetapkan oleh Accounting Principles Board (APB)
(Suwardjono, 2002: 6) bahwa:
”Accounting is the body of knowledge and functions concerned with
systematicoriginating, authenticating, recording, classifying,
processing, summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of
dependable and significant informationcovering transactions and
events which are, in part at least, of financial character, required for
the management and operation of an entity and for reports that have to
be submitted thereon to meet fiduciary and other responsibilities”.
Page 110
98
Definisi tersebut dapat dilihat pelaporan konvensional hanya mengukur
dan mengungkapkan posisi keuangan (neraca), kinerja keuangan perusahaan
(laporan keuangan), prilaku keuangan perusahaan melalui pelaporan perubahan
posisi keuangan (Belkaoi, 2000 dalam Sambharakreshna, 2009). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir proses akuntansi adalah menghasilkan
laporan formal. Namun keterbatasan dalam pelaporan konvensional adalah
tidak dapat memberikan informasi penting mengenai produktivitas perusahaan
yang melibatkan sosial dan lingkungan.
2. Pengungkapan Biaya-Biaya yang Terkait Lingkungan PT Semen Tonasa
Perusahaan telah memenuhi kewajibannya dalam upaya pelestarian
lingkungan. Akan tetapi, biaya yang timbul dari aktivitas tersebut belum di
kelompokkan berdasarkan jenisnya, sehingga dalam pelaporannya masih
bercampur dengan biaya yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan pihak manajer
dan investor kesulitan untuk mengidentifikasi biaya-biaya yang terkait lingkungan
perusahaan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Pak Anis dari Departemen
Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:
”PT Semen Tonasa sebenarnya telah mengeluarkan biaya-biaya
lingkungan, karena kami sadar bahwa aktivitas produksi yang kami
lakukan akan berdampak terhadap lingkungan. Namun pengungkapan
biaya-biaya lingkungan tersebut belum kami kelompokkan berdasarkan
jenisnya”
PT Semen Tonasa juga telah memenuhi kewajibannya dalam
mempublikasi annual report-nya, dan perusahaan juga telah mempublikasikan
sustainability report meskipun bukan sebuah kewajiban perusahaan. Hal tersebut
Page 111
99
dijelaskan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pak Anis dari Departemen
Akuntansi Manajemen, yang mengatakan bawha:
”Tonasa belum merupakan perusahaan terbuka, sehingga jika perusahaan
menerbitkan sustainability report merupakan sebuah nilai tambah untuk
perusahaan, berbeda halnya dengan perusahaan terbuka yang menerbitkan
sustainability report merupakan sebuah kewajiban. Perusahaan telah
berupaya menyajikan bagaimana perlakuan lingkungan perusahaan di
dalam sustainability report”.
Tonasa Hijau merupakan salah satu program PT Semen Tonasa sebagai
bentuk tanggungjawab lingkungan, daur ulang dan pelestarian lingkungan
merupakan fokus utama dari Tonasa Hijau. Tahun 2015 anggaran budget untuk
Tonasa Hijau sebesar Rp 629.133.300 (Annual Report, 2015). Salah satu matriks
aspek materialitas PT Semen Tonasa yaitu kategori lingkunganyang terdiri dari
aspek material, energi, air, kehati, limbah, produk dan jasa, kepatuhan hukum,
dampak transportasi, material dan produk, total biaya ligkungan, assessment
lingkungan pada pemasok, dan penanganan keluhan masalah lingkungan
(Sustainability Report, 2015). Aspek pengungkapan sustainability report PT
Semen Tonasa sejalan dengan Pedoman Pelaporan Keberlanjutan (G4). Aspek
lingkungan GRI 4 memaparkan bahwa terdapat 34 indikator yang terbagi atas 12
kelompok, yaitu bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan
limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas
lingkungan, pengaduan masalah lingkungan (GRI, 4).
Hansen dan Mowen (2005) mengatakan laporan biaya lingkungan
merupakan informasi yang berhubungan dengan distribusi relatif dari biaya
lingkungan yang berguna untuk memperbaiki dan mengendalikan kinerja
lingkungan. Laporan biaya lingkungan yang baik memberikan perincian biaya
Page 112
100
lingkungan yang berdasarkan kategori. Pengungkapan biaya lingkungan PT
Semen Tonasa dapat di ungkapkan pada sustainability report dalam mewujudkan
sustainability report yang transparan dan akuntabel, dan dapat pula di ungkapkan
pada environmental reporting. Green accounting menyediakan informasi
lingkungan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam bentuk kinerja lingkungan
(environmental performance). Stakeholder perusahaan memiliki ekspektasi
masing-masing terhadap perusahaan, oleh karena itu manajemen akan berusaha
untuk mengelolah dan mencapai harapan stakeholder dengan penyampaian
aktivitas-aktivitas sosial dan lingkungan. Ketika lingkungan tidak diperhatikan,
maka legitimasi dan stakeholder akan turun. Hal tersebut dapat dilihat dari respon
negatif pasar, dan perusahaan dapat mengubah perspektif stakeholder tersebut
lewat pengungkapan lingkungan.
3. Formulasi Model Green Accounting dalam Mendukug Environmental
Performance PT Semen Tonasa
Aktivitas-aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa menimbulkan biaya,
namun biaya-biaya yang terkait aktivitas tersebut belum dikelompokkan sesuai
dengan kategorinya. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti mengelompokkan
biaya-biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa, yang terdiri dari
lima kategori biaya yaitu: biaya pencegahan lingkungan (Environmental
prevention cost), biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs), biaya
kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs), biaya
kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs), dan biaya
penelitian dan pengembangan (research and development). Berikut perbandingan
Page 113
101
biaya-biaya lingkungan berdasarkan teori yang diadobsi peneliti dengan biaya-
biaya lingkungan PT Semen Tonasa:
a. Biaya pencegahan lingkungan (Environmental prevention cost)
Biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya
limbah/sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut
tabel perbandingan biaya pencegahan lingkungan menurut perspektif teori
dengan biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa:
Tabel 8
Pebandingan Biaya Pencegahan Lingkungan Berdasarkan Perspektif
Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT Semen Tonasa
No. Perspektif Teori PT Semen Tonasa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Biaya pelatihan pegawai
Biaya mengevaluasi dan
memilih pemasok
Biaya desain produk
Biaya daur ulang produk
Biaya mengevaluasi dan
memilih alat untuk
mengendalikan polusi
Biaya mendesain proses
Biaya mengaudit risiko
lingkungan
Biaya mengembangkan sistem
manajemen lingkungan
Biaya pelatihan setiap unit kerja
Biaya pengurangan kertas kreft
Biaya mengaudit risiko lingkungan
Biaya mengembangkan sistem
manajemen lingkungan
Sumber: data diolah, 2017
Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan biaya
diantaranya biaya pelatihan setiap unit kerja, biaya pengurangan kertas
kreft, biaya mengaudit risiko lingkungan dan biaya sistem manajemen
lingkungan. Biaya-biaya yang timbul tersebut sejalan dengan biaya-biaya
yang diungkapkan Hansen dan Mowen (2005) diantaranya biaya pelatihan
Page 114
102
pegawai, biaya desain produk, biaya mengevaluasi dan memilih alat untuk
mengendalikan polusi, biaya mengaudit risiko lingkungan, dan biaya
mengembangkan sistem manajemen lingkungan. Namun terdapat biaya
yang menurut Hansen dan Mowen (2005) dikategorikan kedalam biaya
pencegahan belum terdapat pada PT Semen Tonasa, di antaranya biaya
mengevaluasi dan memilih pemasok, biaya mengevaluasi dan memilih alat
untuk mengendalikan polusi, biaya daur ulang produk, dan biaya mendesain
proses.
b. Biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah
produk, proses dan aktivitas lainnya diperusahaan telah memenuhi standar
lingkungan yang berlaku atau tidak. Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa
yang menimbulkan biaya diantaranya biaya mengaudit aktivitas lingkugan,
biaya pemeriksaan limbah cair, biaya pemeriksaan cerobong asap, biaya
pemeriksaan pembuangan emisi, biaya mengukur tingkat pencemaran
lingkungan. Aktivitas lingkungan yang menimbulkan biaya pada PT Semen
Tonasa sejalan dengan biaya yang diungkapkan Hansen dan Mowen.
Berikut tabel perbandingan biaya deteksi lingkungan menurut perspektif
peneliti dengan biaya lingkungan PT Semen Tonasa:
Tabel 9
Pebandingan Biaya Deteksi Lingkungan Berdasarkan Perspektif Teori
dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT Semen Tonasa
No. Perspektif Teori PT Semen Tonasa
1.
2.
3.
Biaya mengaudit aktivitas
lingkungan
Biaya pemeriksaan limbah cair
Biaya pemeriksaan cerobong
Biaya mengaudit aktivitas
lingkungan
Biaya pemeriksaan limbah cair
Biaya pemeriksaan cerobong asap
Page 115
103
1
4.
5.
2
bioner
Biaya pemeriksaan emisi
Biaya mengukur tingkat
pencemaran lingkungan
3
Biaya pemeriksaan pembuangan
emisi
Biaya mengukur tingkat
pencemaran
Sumber: data diolah, 2017
c. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena produksinya
limbah/sampah tetapi tidak dibuag ke lingkungan. Limbah yang dihasilkan
perseroan tidak langsung dibuang ke lingkungan melainkan limbah-limbah
tersebut diolah kembali. Perseroan juga mengoperasikan alat pengendalian
polusi dan dilakukan pula pemeliharaan terhadap alat tersebut. Aktivitas
lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan biaya diantaranya biaya
pengelolaan copper slag, biaya pengelolaan sludge IPAL, biaya pengelolaan
iol sludge, biaya pengelolaan pelumas bekas, biaya pengelolaan fly ash,
biaya pengelolaan bottom ash, biaya pengelolaan sampah taman, biaya
pengelolaan limbah rumah tangga, biaya mengoperasikan Electronic
Principitator (EP), biaya mengoperasikan Dust Collector (DC), biaya
mengoperasikan Coal Unloading dan Phomogenization Facilities, biaya
mengoperasikan Sequential Timer, biaya mengoperasikan pompa reservior,
biaya mengoperasikan tangki raw water, biaya pemasangan stiker
penghemat listrik, biaya mengoperasikan jalur fine coal transport, biaya
pemeliharaan Electronic Principitator (EP), biaya pemeliharaan Dust
Collector (DC), biaya pemeliharaan Coal Unloading dan Phomogenization
Page 116
104
Facilities, biaya pemeliharaan Sequential Timer, biaya pemeliharaan
fasilitas pompa reservior, biaya pemeliharaan tangki raw water, biaya
pemeliharaan jalur fine coal transport. Biaya-biaya tersebut sejalan dengan
penelitian Hansen dan Mowen (2005), namun terdapat biaya yang belum
ada di PT Semen Tonasa dan pada penelitian Hansen dan Mowen (2005)
terdapat biaya tersebut, diantaranya biaya mendapatkan lisensifasilitas untuk
memproduksi limbah dan biaya mendaur ulang sisa bahan. Berikut tabel
perbandingan biaya kegagalan internal lingkungan menurut perspektif
peneliti dengan biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa:
Tabel 10
Pebandingan Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Berdasarkan
Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT
Semen Tonasa
No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa
1
1.
2.
2
Biaya pengelolaan dan
membuang sampah/limbah
beracun
Biaya mengoperasikan peralatan
pengendalian polusi
3
Biaya pengelolaan copper slag
Biaya pengelolaan sludge IPAL
Biaya pengelolaan oil sludge
Biaya pengelolaan pelumas bekas
Biaya pengelolaan fly ash
Biaya pengelolaan sampah
tanaman
Biaya pengelolaan limbah rumah
tangga
Biaya pengoperasian Electronic
Principitator (EP)
Biaya pengoperasian Dust
Collector (DC)
Biaya mengoperasikan Coal
Page 117
105
Sumber: data diolah, 2017
1
3.
4.
5.
2
Biaya pemeliharaan peralatan
pengendalian polusi
Biaya mendapatkan
lisensifasilitas untuk
memproduksi limbah
Biaya mendaur ulang sisa bahan
3
Unloading dan Phomogenization
Facilities
Biaya mengoperasikan
Sequential Timer
Biaya mengoperasikan pompa
reservior
Biaya mengoperasikan tangki raw
water
Biaya pemasangan stiker
penghemat listrik
Biaya mengoperasikan jalur fine
coal transport
Biaya pemelihaaran Electronic
Principitator (EP)
Biaya pemeliharaan Dust
Collector (DC)
Biaya pemeliharaan Coal
Unloading dan Phomogenization
Facilities
Biaya pemeliharaan Sequential
Timer
Biaya pemeliharaan pompa
reservior
Biaya pemeliharaan pemasangan
tangki raw water
Biaya pemeliharaan jalur fine
coal transport
Biaya mendaur ulang sisa bahan
Page 118
106
d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (enviromental internal failure costs)
Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau
sampah ke dalam lingkungan. PT Semen Tonasa mengeluarkan biaya
yangterkait dengan biaya rusaknya ekosistem akibat penambangan yang
dilakukan perseroan. Biaya yang dimaksud tersebut pada perseroan yaitu
biaya reklamasi. Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan
biaya rusaknya ekosistem yang lebih dikenal dengan biaya reklamasi pada
perseroan diantaranya biaya penanaman pohon, biaya pembuatan kolam
buatan, biaya pembangunan kebun buah, biaya pembangunan Taman Hutan
Raya, biaya pembangunan Tama Sipong, biaya pengadaan tanaman Vitex
Coffassus. Perseroan juga mengeluarkan biaya asuransi lingkungan. Biaya-
biaya tersebut sejalan dengan biaya rusaknya ekosistem menurut Hansen
dan Mowen (2005), namun terdapat biaya yang belum ada di PT Semen
Tonasa diantaranya biaya pembersihan sungai yang tercemar, biaya
membersihkan tanah yang tercemar, biaya hilangnya penjualan karena
reputasi lingkungan yang buruk, biaya menggunakan bahan baku dan listrik
secara tidak efisien. Berikut tabel perbandingan biaya kegagalan eksternal
lingkungan perspektif peneliti dengan biaya terkait aktivitas lingkungan PT
Semen Tonasa:
Tabel 11
Pebandingan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Berdasarkan
Perspektif Peneliti dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT
Semen Tonasa
No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa
1
1.
2
Biaya pembersihan sungai yang
tercemar
3
Page 119
107
1
2.
3.
4.
5
12.
2
Biaya membersihkan tanah yang
tercemar
Biaya rusaknya ekosistem
Biaya hilangnya penjualan
karena reputasi lingkungan yang
buruk
Biaya menggunakan bahan baku
dan listrik secara tidak efisien
3
Biaya penanaman pohon
Biaya pembuatan kolam buatan
Biaya pembangunan kebun buah
Biaya pembangunan Taman
Hutan Raya
Biaya pembangunan Taman
Sipong
Biaya pengadaan tanaman Vitex
Cofassus
Biaya asuransi lingkungan
Sumber: data diolah, 2017
e. Biaya penelitian dan pengembangan (resarch and developmnt costs)
Merupakan biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek penelitian
dan pengembangan yang berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya
lingkungan berhubungan dengan pencegahan, deteksi dan perbaikan degradasi
lingkungan (Setiawan, 2016). Sehingga biaya penelitian dan pengembangan
menjadi hal yang penting, hal tersebut sejalan dengan penelitian Suratno et al.,
(2007) dan IFAC (2005). PT Semen Tonasa mengeluarkan biaya yang terkait
dengan biaya penelitian dan pengembangan, yang diantaranya: biaya
kewajiban untuk mematuhi peraturan pemerintah agar dimasa depan tidak
muncul masalah lingkungan, biaya unit purna jual, biaya dokumen laporan
pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan. Berikut tabel perbandingan biaya
Page 120
108
penelitian dan pengembangan dalam perspektif peneliti dengan biaya terkait
aktivitas lingkungan PT Semen tonasa:
Tabel 12
Pebandingan Biaya Penelitian dan Pengembangan Lingkungan
Berdasarkan Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas
Lingkungan PT Semen Tonasa
No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa
1.
2.
3.
4.
Biaya yang timbul karena
adanya kewajiban untuk
mematuhi peraturan pemerintah
agar dimasa depan tidak muncul
masalah lingkungan
Biaya yang timbul untuk
menjaga citra perusahaan
Biaya yang timbul karena
menjaga hubungan dengan
stakeholder dan eksternalitas
Biaya kewajiban untuk mematuhi
peraturan pemerintah agar dimasa
depan tidak muncul masalah
lingkungan
Biaya Unit Purna Jual
Biaya dokumen Laporan
Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan
Sumber: data diolah, 2017
Berbagai dampak negatif dari operasi perusahaan, memerlukan suatu
sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan
sebab pengelolaan limbah yang dilakukan perusahaan membutuhkan pengukuran,
penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil
kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan asumsi dasar stakeholder theory
bahwa perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sekitarnya karena
merupakan salah satu kepentingan stakeholder. Perusahaan perlu memperhatikan
lingkungannya, mendukung pengambilan keputusan sehingga dapat mendukung
pencapaian tujuan perusahaan. Ketika lingkungan tidak diperhatikan, maka
legitimasi dan stakeholder akan turun dan perusahaan dapat mengubah perspektif
Page 121
109
stakeholder tersebut lewat pengungkapan lingkungan. Oleh karena itu
pelaksanaan dan pengungkapan informasi tanggung jawab lingkungan perusahaan
merupakan hal yang perluh diperhatikan oleh perusahaan. Aktivitas-aktivitas yang
ada pada PT Semen Tonasa menimbulkan biaya, namun perseroan belum
mengungkapkan dan mengelompokkan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategori.
PT Semen Tonasa dapat mengungkapkan biaya-biaya yang berkaitan dengan
lingkungan, karena dengan pengungkapan tersebut akan berdampak pada kinerja
lingkungan perusahaan. Berikut tabel formulasi laporan biaya lingkungan yang
dapat digunakan PT Semen Tonasa, yaitu:
Tabel 13
Formulasi Laporan Biaya Lingkungan PT Semen Tonasa
No. Biaya Lingkungan
1
1.
1.11
1.12
1.13
1.14
2.
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
3.
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
2
Biaya Pencegahan Lingkungan
Biaya pelatihan setiap unit kerja
Biaya pengurangan kertas kreft
Biaya mengaudit risiko lingkungan
Biaya sistem manajemen lingkungan
Total
Biaya Deteksi Lingkungan
Biaya mengaudit aktivitas lingkungan
Biaya pemeriksaan limbah cair
Biaya pemeriksaan cerobong asap
Biaya pemeriksaan pembuangan emisi
Biaya mengukur tingkat pencemaran
lingkungan
Total
Biaya Kegagalan Internal Lingkungan
Biaya pengelolaan copper slag
Biaya pengelolaan sludge IPAL
Biaya pengelolaan iol sludge
Biaya pengelolaan pelumas bekas
Biaya pengelolaan fly ash
Biaya pengelolaan bottom ash
3
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Page 122
110
1
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
3.23
3.24
3.25
3.26
3.27
3.28
3.29
3.30
3.31
3.32
3.33
3.34
4.
4.11
4.12
4.13
4.15
4.16
4.17
4.18
5.
5.11
2
Biaya pengelolaan sampah taman
Biaya pengelolaan limbah rumah tangga
Biaya mengoperasikan Electronic
Principitator (EP)
Biaya mengoperasikan Dust Collector
(DC)
Biaya mengoperasikan Coal Unloading
dan Phomogenization Facilities
Biaya mengoperasikan Sequential Timer
Biaya mengoperasikan pompa reservior
Biaya mengoperasikan tangki raw water
Biaya pemasangan stiker penghemat listrik
Biaya mengoperasikan jalur fine coal
transport
Biaya pemeliharaan Electronic
Principitator (EP)
Biaya pemeliharaan Dust Collector (DC)
Biaya pemeliharaan Coal Unloading dan
Phomogenization Facilities
Biaya pemeliharaan Sequential Timer
Biaya pemeliharaan pompa reservior
Biaya pemeliharaan tangki raw water
Biaya pemeliharaan jalur fine coal
transport
Biaya mendaur ulang sisa bahan
Total
Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan
Biaya penanaman pohon
Biaya pembuatan kolam buatan
Biaya pembangunan kebun buah
Biaya pembangunan Taman Hutan Raya
Biaya pembangunan Taman Sipong
Biaya pengadaan tanaman Vitex Cofassus
Biaya asuransi lingkungan
Total
Biaya Penelitian dan Pengembangan
Lingkungan
Biaya kewajiban untuk mematuhi
peraturan pemerintah agar dimasa depan
3
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Page 123
111
1
5.12
5.13
2
tidak muncul masalah lingkungan
Biaya unit purna jual
Biaya dokumen Laporan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
Total
3
XXX
XXX
Sumber: data diolah, 2017
Pada tabel diatas dapat diketahui biaya-biaya lingkungan yang ada pada
PT Semen Tonasa berdasarkan ketegori pengelompokannya. Pengukuran kinerja
lingkungan perusahaan berdasarkan pada aktivitas-aktivitas konservasi
lingkungan yang dilakukan perusahaan selama proses produktivitas dengan
mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan. De Beer dan Friend (2006) mengatakan
pengungkapan semua biaya-biaya yang terkait lingkungan baik internal maupun
eksternal dan mengalokasikan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategorinya akan
berdampak baik pada kinerja lingkungan perusahaan. Kinerja lingkungan
perusahaan dapat tercapai apabila selama proses aktivitas produksi perusahaan
telah menggambarkan orgnization system dan stakeholder relations; dan outcome
yang di hasilkan perusahaan berupa regulatory compliance dan environmental
impact (Lober, 1996). Sehingga diharapkan bahwa publikasi hasil dari pelaporan
biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa akan berfungsi dengan baik sebagai
alat bagi organisasi dalam memenuhi tanggung jawab lingkungan perseroan atas
akuntabilitas kepada stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk
evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.
Terdapat pengaruh akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan
dalam penelitian Perez et al., (2007); dan Hendri dan Journeault (2010) yang
menemukan bahwa penyediaan informasi lingkungan kepada manajemen
Page 124
112
berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Menurut Virrecchia (1983)
dalam Suratno et al.,(2007) Environmental performance yang baik mengurangi
pengungkapan biaya-biaya lingkungan masa depan perusahaan, sehingga dengan
mengungkapkan biaya-biaya lingkungan menggambarkan good news bagi pelaku
pasar. Kesuksesan banyak perusahaan paling tidak ditentukan oleh tiga faktor
yaitu, kualitas, profitabilitas dan tanggung jawab lingkungan. Penerapan green
accounting pada PT Semen Tonasa akan berpengaruh positif terhadap kinerja
lingkungannya, karena dapat mengungkapkan biaya-biaya lingkungannya
sehingga akan memenangkan persaingan pasar.
Page 125
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di temukan oleh peneliti maka dapat di
simpulkan bahwa PT Semen Tonasa telah mengeluarkan biaya-biaya lingkungan.
Perlakuan perseroan terhadap biaya-biaya lingkungan tersebut belum
dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Seperti halnya perseroan mengeluarkan
biaya reklamasi, namun biaya tersebut tidak terlihat pada laporan keuangan
perseroan. Akibatnya biaya lingkungan terseut menjadi tersembunyi, begitupun
dengan biaya lingkungan lainnya. Hal tersebut dikarenakan perseroan
menggunakan konsep aktivitas, sehingga biaya-biaya lingkungan yang terdapat
pada perseroan dikelompokkan berdasarkan aktivitasnya.
Pelaporan biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa telah dilakukan,
pelaporan biaya tersebut dilaporkan pada annual report perseroan. Namun,
pelaporan biaya-biaya lingkungan tersebut tidak dirinci atau dikelompokkan
berdasarkan kategorinya, melainkan dilaporkan secara keseluruhan total biaya-
biaya tersebut. Tidak terperincinya pelaporan biaya-biaya lingkungan
mengakibatkan stakeholder kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya
lingkungan perseroan.
Kategori biaya yang dapat digunakan PT Semen Tonasa dalam
mewujudkan kinerja lingkungan perseroan dan lebih memenuhi kebutuhan
stakeholder, diantaranya: biaya pencegahan (environmental prevention costs),
biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs), biaya kegagalan
internal lingkungan (environmental internal failure costs), biaya kegagalan
Page 126
114
eksternal (environmental external failure costs), dan biaya penelitian dan
pengembangan (research and development costs). Publikasi dari pelaporan biaya-
biaya lingkungan akan berfungsi dengan baik sebagai alat bagi organisasi dalam
memenuhi tanggung jawab lingkungan perseroan atas akuntabilitas kepada
stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk mengevaluasi
kegiatan pelestarian lingkungan.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan adapun
implikasi penelitian yang diajukan peneliti berupa diantaranya:
1. Pelaporan perincian biaya-biaya lingkungan pada PT Semen Tonasa
mendorong pertanggung jawaban perseroan dan meningkatkan
transparansi lingkungan.
2. Memberikan nilai yang lebih positif sehingga perseroan dapat menarik
investor, seiring dengan tuntutan etis dari investor yang semakin
meningkat.
3. Meningkatkan komitmen perseroan dalam usaha perbaikan lingkungan
hidup, sebagai perwujudan dalam mendukung sustainability deveopment.
4. Meningkatkan nama baik perseroan di mata masyarakat, karena
mendorong konsumen untuk membeli produk hijau, sehingga perseroan
memiliki keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif dibandingkan
perseroan yang tidak melakukan pengungkapan.
Page 127
115
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka
terdapat beberapa saran atas keterbatasan yang ada untuk perbaikan di masa
mendatang, antara lain:
1. PT Semen Tonasa diharapkan dapat melaporkan biaya-biaya
lingkungannya secara terperinci dalam memenuhi kebutuhan pihak
stakeholder. Pengungkapan biaya-biaya lingkungan perseroan diharapkan
dapat di laporkan pada sustainability report dan perseroan dapat
menyusun environmental repot, sehingga setakeholder dapat
mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan yang ada di perseroan.
2. Pengelompokan biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa menggunakan
pendekatan konsep Activity Based Costing (ABC). Perseroan diharapkan
dapat mengelompokkan biaya-biaya lingkungannya berdasarkan
kategorinya dengan pendekatan ABC, dalam pendekatan tersebut terdapat
tiga teknik yang dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya-biaya
lingkungan berdasakan kategorinya, diantaranya: Total Costs Assessment
(TCA), Full Costs Assessment (FCA), dan Life Cycle Analysis (LCA).
3. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis bagaimana perlakuan biaya
lingkungan, sehingga di harapkan peneliti selanjutnya menganalisis data-
data yang terkait dengan biaya-biaya lingkungan dan aktivitas-aktivitas
yang terkait lingkungan yang menimbulkan biaya dapat dikaji lebih luas
lagi untuk menjelaskan hal yang belum dipahami.
Page 128
116
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Adam, C.A. dan P. McNicholas. 2007. Making a Difference: Sustainability
Reporting, Accountability and Organizational Change”. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. 20(3): 382 – 402.
Afiyanti, Y. 2008. “Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif”.
afidburhanuddin.files.wordpress.com. 12(2): 137-141.
Agustia, D. 2010. Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi
Pengambilan Keputusan yang Berkaitan Dengan Pengelolaan Lingkungan.
Jurnal Akuntansi: Akrual, 1(2): 190-214.
Al-Tuwaijri, S. A., Cristensen, T. A dan Hughes, K. E. 2004. The Relations
Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and
Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting,
Organization and Society 29. 447-471.
Almilia, L. S dan D. Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental Performance dan
Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. Proceedings
The 1st Accounting conference. 1-23.
Aminah dan Noviani. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah
Sakit Mardi Waluyo Metro. Jurnal Akuntansi & Keuangan. 5(2): 1-16.
Andayani. 2005. Tanggung Jawab Lingkungan dan Informasi Biaya Lingkungan
dalam Pengambilan Keputusan Manajemen. Ekuitas. 9(2): 169-194.
Anggarwal. P. 2013. Relation Between Environmental Responsibility and
Financial Performance of Firm: A Literature Review. Journal of Business
and Management. 13(1): 13-22.
Annual Report, PT Semen Tonasa. 2015. Winning The Emerging Market.
Andranovich, G dan G, Riposa. 1993. Doing Urban Reaserch. Newbury Park:
Sage Publications.
Aniela, Y. 2012. Peran Akuntansi lingkungan dalam Peningkatan Kinerja
Lingkugan Perusahaan. Barkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. 1(1): 1-36.
Anggriani, R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Jakarta). Posiding. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Astuti, N dan Susilo, J. 2014. Penyusunan Model Green Accounting untuk
Perusahaan Melalui Perhatian, Keterlibatan, Pelaporan Akuntansi
Lingkungan, dan Auditnya. Permana.5(2): 17-32.
Page 129
117
Atmatdja, A. Tungga. 2013. Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif
Dalam Ranah Ilmu Akuntansi. Jurnal Akuntansi Profesi. 3:(2): 122-141.
Ball, A. 2005. Environmental; accounting and Change in UK local government.
Accounting, Auditing & Accountability Journal. 18: 46-373.
Bebbington, J. 1997. Engagement, education, and sustainability. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. 10(3): 365-381.
Bell, F. dan Lehman. 1999. Recent Trends in Environment Accounting: How
Green Are Your Account. Accounting Forum. 23(2): 175-192.
Buniamin, S., B, Alrazi., N. H, Johari dan N. R. A, Rahman. 2011. Corporate
Governance Practices and Environmental Reporting of Companies in
Malaysia: Finding Possibities of Double Thumbs Up. Jurnal Pengurusan.
55-71.
Cohen, J. R., L. H. Nath dan D. Wood. 2009. The Supply of Corporate Social
Responsibility Disclosures Among U.S. Firms. Journal of Business Ethics,
84(4): 497-527.
Cooper, C. 1992. The non and nom of accounting for (m)other nature. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. 5(3): 16-39.
Cormier, D. dan M. Magnan. 1999. Corporate environmental disclosure strategies:
determinants, costs and benefits. Journal of Accounting, Auditing and
Finance. 429-51.
Cullen, D. 2006. Environmental Management Accounting: The State of Play.
Journal of Business & Economics Research. 4(10). 1-6.
Damayanti dan D, Pentiana. 2013. Global Warming dalam Perspektif
Environmental Management Accounting (EMA). Jurnal Ilmiah. 7(1): 1-13.
Darwin, A. 2007. Pentingnya Laporan Berkelanjutan. Akuntan Indonesia. 3(1):
12-14.
De Beer, P dan F, Friend. 2006. Environmental Accounting: A Management Tool
for Enhancing Corporate Environmental and Economic Performance.
Ecological Economics. 58(3): 548-560.
Degaan, C. 2002. The Legetimation Effec Of Sosial and Envoronmental
Disclosures- A Theoritical Foundation. Accounting, Auditing And
Accountabilitas Journal. 15(3): 182-311.
Deegan, C. and M, Rankim. 1996. Do Australian companies report environmental
news objectively?. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 9(2):
50-67.
Descalu, C., C. Caraiani., C. I. Lungu., F. Colceag dan G. R. Guse. 2010. The
Externalities in Social Environmental Accounting. International Journal of
Accounting and Information Management, 18(1): 19-30.
Deshwal, S. 2015. Green Accounting and Practices. International Journal of
Applied Research. 1(8): 683-684.
Page 130
118
Dowling, J. dan J. Pfeffer. 1975. “Organizational Legitimacy: Social Values and
Organizational Behaviour”. Pacific Sociology Review. 18(1): 122- 136.
Dye, R. A. 1985. Disclosure of Non-Proprietary Information. Journal of
Accounting Research Spring. 123-145.
Efferin, S. 2015. Akuntansi, Spiritualitas dan Kearifan Lokal: Beberapa Agenda
Penelitian Kritis. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 6(3): 341-511.
Farihah, I. 2015. Fisafat Materialisme Karl Marx (Epistimologi Dialectocal and
Historical Materialism). Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. 3(2):
431-454.
Fasua, K. O. 2011. Environmental Accounting: Concept and Principles. Certified
National Accountant. 19: 20-35.
Ferreira, A., C, Moulang dan B, Hendro. 2010. Environmental Management
Accounting and Innovation: An Exploratory Analysis. Accounting, Auditing
& Accountability Journal. 23(7): 920-948.
Freeman, E. 2002. Stakeholder Theory Of The Modern Corporation. General
Issues in Businness Ethics. 38-48.
Gale, R dan P. K, Stokoe. 2001. Environmental Cost Accounting and Busine
Strategy. Handbook of Environmentally Conscious Manufacturing.
Gale, Robert. 2006. Environmental Management Accounting as a Reflexive
Modernization Strategy in Cleaner Production. Journal of Cleaner
Production. 1228-1236.
Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.
Global Reporting Initiative. G4. Pedoman Pelaporan Keberlanjutan.
Gray, R., R, Kouhy dan S, Leavers. 1995. Corporate Social and Environmental
Reporting: A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal. 8(2): 47-77.
Guthrie, J dan Parker, L. 1990. Corporate Social Disclosure Practice: A
Comprative International Analysis. Advances in Public Interest Accounting.
Vol 3: 159-176.
Halim, A dan A. S, Irawan. 1998. Perspektif Akuntansi Lingkungan, Suatu
Tinjauan Teoritis Mengenai Isu Dampak Lingkungan Terhadap Akuntansi.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 13(3): 18-31.
Hamid, M. R. 2002. Theoretical Framework for Environmental Accounting-
Application on The Egyptian Petroleum Sector. Ninth Annual Conference of
the Economic Research Forum, 26-28 October. 1-29.
Handriyani, A. N. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi. 2(5): 1-15.
Page 131
119
Hedri, J. F dan Journeault, M. 2010. Eco-Control: The Influence of Management
Control Systems on Environmental and Economic Performance. Accounting
Organizations and Society. 63-80.
Hernadi, B. H. 2012. Green Accounting For Corporate Sustainibility. Club of
Economics di Miskolc' TMP. 8(2): 23-30.
Hansen, D. R dan Mowen, M. M. 2005. Cornerstones of Cost Management.
Canada: Cengage Learning.
. 2007. Akuntansi Manajemen. Edisi 7 Buku
2. Jakarta; Salemba Empat.
Idris. 2012. Akuntansi Lingkungan Sebagai Instrumen Pengungkapan Tanggung
Jawab Perusahaan Terhadap Lingkungan di Era Green Market. Jurnal
economic. 2(2): 1-10.
Ikatan Akuntansi Indoneisa. Standar Akuntansi Keuangan. Perefektif 1 Januari
2015.
Indonesia, Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 23
Tahun 1997, TLN No. 3699.
Internasional Federation of Accountans (IFAC). International Guidance
Document- Environmental Managemen Accounting. 2005.
Islam, M. A. dan Deengan, C. 2008. Motivations for an Organisation Within a
Developing Country to Report Social Responsibility Information, Evidence
from Bangldesh. Accounting, Auditing & Accountability Journal 21 (6):
850-874.
Ismail, M., A, Seetharaman, & Saravanan. 2007. Environmental Accounting as a
Tool for Environmental Management System. Jasem. 11(2): 137-145.
Januarti, I. dan D. Apriyanti. 2005. Pengaruh Tanggung Jawab Social Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Maksi. 5(2): 227-243.
Ja’far, M dan L, Kartikasari. 2009. Carbonaccounting: Implikasi Strategis
Perekayasaan Akuntansi Manajemen. Posiding. Simposium Nasional
Akuntansi 12 Palembang.
Ja'far, M dan D. A, Arifah. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan,
Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public
Environmental Reporting. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang
Kusumaningtias, R. 2013. Green accounting, mengapa dan bagaimana?. Seminar
nasional dan Call For Papers Sancall. 137-149.
Lindawati, A. S dan M. E. Puspita. 2015. Corporate Social Responsibility:
Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam Meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 6(1): 157-174.
Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 11(2): 159-166.
Page 132
120
Lober, D. 1996. Evaluating The Environmental Performance of Corporations. The
Journal of Managerial Issues. 8(2): 184-205.
Marshall, R. S., Akoorie, M. E M., Hamann, R dan Sinha, P. 2010. Environmental
Practices in The Wine Industry: An Empirical Application of The Theory of
Reasoned Action and Stakeholder Theory in The United States and New
Zealand. Journal of Word Business. 405-414.
Minimol dan Makesh. 2014. Green Accounting and Reporting Practices Among
Indian Corporates. Asia Pacific Journal of Research. 1(14): 21-35.
Morthy, K dan P. Yacop. 2013. Green Accounting: Cost Measures. Open Journal
of Accounting. 4-7.
Oktalia, D. 2014. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Profitabilitas Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure dalam Laporan Tahunan
Perusahaan. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis. 4(2): 1-15.
O’Donovan, G. 2002. “Environmental Disclosure in the Annual Report:
Extending The Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory”.
Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344 - 371.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Tata Cara Pemulihan Lahan
Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, No. 33 Tahun
2009.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut, No. 19 Tahun 1999.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Izin Lingkungan, No. 27 Tahun 2012.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, No. 82 Tahun 2001.
Peraturan Presiden Republik Indonesia, Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca, No. 61 Tahun 2011.
Perez, E. A., C. C. Ruiz, dan F. C. Fenech. 2007. Environmental Management
Systems as an Embedding Mechanism: A Research Note. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. 20(3): 403-422.
Pramanik, S., A. K Agarwal dan A, Garg. 2007. Development of High Strength
Hydroxyapatite by Solid-State-Sintering Process. Ceramics International.
33(3): 419-426.
Rahim, H. A dan Yousef, A. R. 2017. Green Accounting – a Proposition for
EA/ER Conceptual Implementation Methodology. Journal of Sustainability
and Green Business. 1-18.
Rahmat, S. P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium. 5(9): 1-8.
Riharjo, I. B. 2011. Memahami Paradigma Penelitian Non-Positivisme dan
Implikasinya dalam Penelitian Akuntansi. Jurnal Akuntansi, Manajemen,
Bisnis dan Sektor Publik (Jambsp). 8(1): 128-146.
Page 133
121
Roth, H. P. and C. E. Keller. 1997. Quality, Profits, and The Environment:
Diverse Goals or Common Objectives. Management Accounting. 51-55.
Sambharakreshna, Y. 2009. Akuntansi Lingkungan dan Akuntansi Manajemen
Lingkungan: Suatu Komponen Dasar Strategi Bisnis. Jurnal Infestasi. 5(1):
1-21.
Setiawan, T. 2016. Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan pada Dua Puluh
Lima Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Sri Kehati 2013. Jurnal
Akuntansi. 9(2): 110-129.
Shodiq, M. J dan Y, T. Febri. 2015. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Emisi
Karbon: Dasar Pengembangan Standar Akuntansi Karbon (Studi eksplorasi
pada perusahaan manufaktur di BEI). Simposium Nasional Akuntansi 1
Universitas Sumatera Utara, Medan. 1-21.
Suchman, M. C. 1995. Managing Legitimacy: Strategic and Institutional
Approaches, Academy of Management Journal. 20(3): 571-610.
Sudirno. 2014. Pengaruh Pencapaian Profitabilitas, Tingkat Leverage, dan
Prosentase Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan Informasi
Akuntani Lingkungan. Study & Accounting Research. XI(1): 76-84.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Suhardjanto, D dan Miranti, L. 2009. Indonesian Environmental Reporting Index
dan Karakteristik Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
13(1): 1-17.
Suratno, I. B., D, Darsono dan S, Mutmainah. 2007. Pengaruh Environmental
Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Posiding. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang.
Susilo, J dan N, Astuti. 2014. Penyusunan Model Green Accounting untuk
perusahaan melalui Perhatian, Keterlibatan, Pelaporan Akuntansi
Lingkungan dan Auditnya. Permana. V(2): 17-32.
Sustainability report, PT Semen Tonasa. 2015. Merawat Keselarasan,
Memenangkan Persaingan.
Suwardjono. T. 2005. Bahasa Akuntansi Dalam Praktik: Sebuah Critical
Accounting Study. TEMA (Telaah Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi).
6(2): 89-110.
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan
Sistem. Yogyakarta: BPFE.
Tarmizi, R., D, Octavianti dan C, Anwar. Analisis Pengungkapan Akuntansi
Lingkungan Terhadap Pertanggung Jawaban Sosial Industri Kimia (Studi
Kasus pada Sosial Industri Kimia di Kota Bandar Lampung. Jurnal
Akuntansi & Keuangan. 3(1): 21-38.
Page 134
122
Qureshi, N. Z., D, Kulshrestha dan S. B, Tiwari. 2012. Environmental Accounting
and Reporting: An Essential Component of Business Strategy. Asian
Juornal of Research in Banking and Finance. 2(4): 85-95.
Wilmshurst, T. D dan Frost, G. 2000. Corporate Environmental Reporting: A Test
of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal.
13(1): 10-26.
Yanti. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Environmental
Performance Terhadap Kinerja Keuangan BUMN dan Non BUMN yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2012. Jurnal Akuntansi XIX(2):
242-259.
Yanto, S. 2007. Akuntansi Hijau: Sarana Pendeteksi Dini Bencana Lingkungan.
Akuntan Indonesia. 3(1): 23-26.
Yousef, F.H. 2003. Green Accounting in Developing Countries: The Case of
U.A.E. and Jordan. Manajerial Finance. 29(8): 37-45.
www.menlh.go.id.
Page 136
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pak Anis (Departemen Akuntansi Manajemen)
Waktu : Rabu, 8 Maret 2017
1. Perusahaan saat ini sudah diwajibkan untuk membuat sustainability report.
Bagaimana menurut bapak sustainability report?
Jawaban: Kalau kita di Tonasa ini, mengenai Sustainability Report kita kan
sudah terbitkan setiap tahunnya. Jadi disitu sebenarnya kita sudah berusaha
menyajikan bagaimana perlakuan lingkungan kita.
2. Apakah disini sudah membuat Environmental Report Pak?
Jawaban: Di Tonasa belum dibuat laporan semacam itu.
3. Environmental Report dapat dikatakan pelengkap laporan keuangan, dan
dapat menarik para investor. Karena saat ini investor lebih cenderung
menanamkan modalnya pada perusahaan yang berwawasan lingkungan. Di
Tonasa pak belum terdapat environmental report, apakah bapak baru
mendengar hal tersebut?
Jawaban: Pertama, sebenarnya Tonasa masih belum perusahaan terbuka,
beda halnya dengan perusahaan terbuka, sehingga Tonasa untuk
menyampaikan Sustainability Report merupakan nilai tambah bukan
kewajiban. Beda halnya dengan perusahaan terbuka, untuk menyajikan
Sustainability Report itu adalah kewajiban. Kedua, kenapa di Tonasa tidak di
buat secara spesifik pengelompokan biaya lingkungan karena konsep yang
digunakan Tonasa masih konsep aktivitas bukan konsep fungsional.
Page 137
4. Disini pak terdapat lima jenis biaya yang dapat gunakan dalam
pengklasifikasian biaya lingkungan seperti biaya pencegahan lingkungan,
biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal
dan biaya penelitian dan pengembangan. Bagaimana menurut bapak
mengenai biaya-biaya tersebut?
Jawaban: Biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya
kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, dan biaya penelitian dan
pengembangan, sebenarnya biaya-biaya tersebut sudah ada di Tonasa.
Tetapi di Tonasa biaya terkait lingkungan belum di kelompokkan.
5. Biaya pencegahan yang dimaksud sudah ada di Tonasa, menurut bapak biaya
apa yang terdapat delam biaya tersebut?
Jawaban: Biaya yang berhubungan dengan biaya pencegahan lingkungan
tidak kami kelompokkan ke dalam biaya tersebut, melainkan kami
kelompokkan berdasarkan aktivitasnya. Seperti halnya kami memiliki alat
penangkap debu, dimana debu-debu yang keluar kami tangkap dan dan
dimasukkan kembali ke sistem. Alat penangkap debu tersebut kami
kelompokkan ke aset.
6. Biaya-biaya apa saja yang berhubungan dengan lingkungan pak?
Jawaban: Mengenai Undang-Undang Lingkungan yang sekarang ini untuk
mengelolaan limbah B3 kita harus punya cadangan di bank yang di laporkan
ke pemerintah sebesar Rp 5 miliyar. Kami juga memiliki unit purna jual,
dimana kami dapat dikomplen jika ditemukan kesalahan oleh orang, unit
tersebut kami kelompokkan di biaya pemasaran.
7. Bagaimana perlakuan terhadap bekas tambang PT Semen Tonasa pak?
Page 138
Jawaban: Mengenai bekas tambang, sebenarnya di Tonasa terdapat biaya
reklamasi, disini kami memiliki kewajiban melapor ke departemen
penambangan setiap triwulan menyangkut berapa biaya yang kami
keluarkan.Biaya reklamasi tersbutlah yang tidak nampak dalam laporan
keuangan.
Page 139
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pak Darmen (Departemen Jamuli khususnya Biro Lingkunga
dan PROPER)
Waktu : Rabu, 8 Maret 2017
1. Bahan baku PT Semen Tonasa berasal dari sumber daya alam dan dalam
aktivitas produksinya kemungkinan akan menghasilkan limbah/sampah,
bagaimana pandangan bapak mengenai hal tersebut?
Jawaban: Bahan baku yang digunakan selama proses produksi seperti batu
kapur, tanah liat, pasir silika dan gipsum. Kami melakukan upaya
penanganan dampak lingkungan dalam melakukan kagiatan aktivitas
perusahaan, untuk mencegah terproduksinya limbah.
2. Bagaimana perusahaan dalam melakukan upaya mencegah terproduksinya
limbah pak?
Jawaban: Perusahaan mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan
pengelolaan dan pemantauan, perusahaan juga mengacu pada UKL-UPL
Semen Tonasa, didalam dokumen tersebut perusahaan memiliki kewajiban
dalam pemantauan lingkungan. Dimana kami melakukan pemantauan setiap
semesternya.
3. Selain mengacu pada dokumen AMDAL pak, apakah terdapat dokumen lain
yang dijadikan acuan dalam pengelolaan lingkungan?
Page 140
Jawaban: Disini kami bekerja sama dengan mahasiswa UNHAS dan
laboratorium Makassar dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan.
4. Apakah di Tonasa dilakuakan pencegahan lingkungan untuk mencegah
diproduksinya limbah/sampah yang akan berdampak terhadap lingkungan
pak?
Jawaban: Iya, disini dilakukan pencegahan lingkungan.
5. Kegiatan-kegiatan apa saja yang terdapat dalam pencegahan lingkungan pak?
Jawaban: Kita mempunyai pelatihan setiap unit kerja untuk terkait dengan
lingkungan masing-masing unit kerja melakukan pelatihan, misalnya
pelatihan ISO 140011 dan pelatihan limbah B3.
6. Selain kegiatan tersebut pak, apakah terdapat kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan biaya pencegahan lingkungan?
Jawaban: disini kami melakukan inovasi seperti kantong semen yang
digunakan sekarang itu dua lapisan dulunya kami menggunakan empat
lapisan, dan bahan-bahan kantong semen tersebut kami dapatkan dari Jawa.
Selama melakukan proses produksi kami diaudit oleh tim audit kami. Disini
kami memiliki manajemen risiko dan tim audit yang menggunakan ISO
14001.
7. Apakah terdapat aktivitas untuk menentukan produk, proses dan aktivitas
perusahaan telah memenuhi standar lingkungan pak?
Jawaban: Iya kami melakukan aktivitas-aktivitas semacam itu.
8. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dimaksud pak?
Page 141
Jawaban: Secara rutin kami melakukan pemeriksaan limbah cair yang
dihasilkan, pemeriksaan cerobong asap, pembuangan emisi yang di hasilkan,
dan mengukur tingkat pencemaran aktivitas lingkungan. Walaupun
sebenarnya selama proses produksi kami tidak menghasilkan limbah, karena
disini sudah memiliki alat penangkap debu. Pemeriksaan tersebut dilakukan
oleh pihak luar yaitu laboratorium independen. Perusahaan memiliki
dokumen lingkungan, didalam dokumen tersebut kita memiliki kewajiban
untuk memantau lingkungan sampai batas mana limbah-limbah yang
dihasilkan dan dilakukan oleh laboratorium independen.
9. Aktivitas apa saja pak jika diproduksinya limbah atau sampah, tetapi tidak
terbuang ke lingkungan?
Jawaban: Disini jika ada limbah yang dihasilkan kita tidak buang ke
lingkungan, melainkan kita memanfaatkan dengan cara memasukkannya
kembali ke dalam sistem. Seperti halnya jika kita menghasilkan debu, debu-
debu tersebut akan diangkat dengan alat-alat kita.
10. Jika terdapat limbah atau sampah dari proses produksi dan dilepaskan ke
lingkungan, apakah terdapat aktivitas yang dapat dilakukan pak?
Jawaban: Iyya, disini terdapat aktivitas yang berhubungan hal tersebut.
11. Aktivitas apa saja yang di maksud pak?
Jawaban: Kita di Tonasa mempunyai asuransi pencemran lingkungan, jadi
jika proses produksi diperiksa dan di temukan limbah yang terbuang dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka ada proses kepolisian. Sehingga
akan menimbulkan biaya lingkungan. Jadi kami selalu melakukan upaya
yang tidak akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Page 142
12. Apakah terdapat aktivitas yang berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan perusahaan pak?
Jawaban: Iya terdapat, seperti halnya yang saya ungkapkan tadi mengenai
Dokumen Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan yang
dilakukan oleh laboratorium Makassar dan UNHAS, inilah yang perusahaan
bayar ke konsultan.
Page 143
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pak Rendra (Departemen Audit Internal)
Waktu : Rabu, 8 Maret 2017
1. Bagaimana menurut bapak yang dapat dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah atau sampah yang dapat berdampak buruk ke
lingkungan?
Jawaban: Kami disini memiliki alat pengukur polusi dan menangkap debu
seperti Electronic Principitator (EP) dan Dust Collector (DC), jika alat-alat
tersebut bekerja secara efektif maka proses produksi kami tidak
menghasilkan limbah, dan kami juga melakukan pemeliharaan mesin-mesin
tersebut.
2. Bagaimana menurut bapak jika selama produksi menghasilkan limbah atau
sampah, tetapi belum terbuang ke lingkungan?
Jawaban: Sebenarnya kami tidak menghasilkan limbah, misalnya pengelolaan
limbah air. Sebelum air itu di lepas kelingkungan di olah dan dibersihkan
terlebih dahulu yang di sebut penyaringan reporosmosis, desardemin.
3. Perusahaan persemenan biasanya menghasilkan polusi, bagaimana menurut
bapak?
Jawaban: Kita disini memiliki alas pendeteksi CO, sebelum dilepas di udara
terlebih dahulu kita netralka. Jadi kita sama sekali tidak melepas CO.
4. Bagaimana menurut bapak mengenai lahan-lahan bekas pertambangan?
Page 144
Jawaban: Lahan-lahan bekas penambangan kita buatkan kolam atau sawah,
dan kita juga melakukan penanaman pohon. Dilakukan pula pembersihan
oleh seksi kebersihan lingkungan luar pabrik.
5. Di Tonasa apakah dilakukan audit lingkungan pak?
Jawaban: Iya kami melakukan audit lingkungan.
6. Dalam melakukan proses audit, bapak berpedoman dengan apa? Karena
seperti halnya dengan audit laporan keuangan mereka berpedoman dengan
standar yang berlaku, sedangkan untuk audit lingkungan sendiri pak belum
ada standar khususnya.
Jawban : Kami berpedoman pada ISO 14001 sementara ini masih berterima
secara umum ISO tersebut, karena memang belum ada standar khususnya.
Karena setau saya belum ada memang penggolongan untuk akuntansi
lingkungan, semoga penelitian-penelitian seperti ini dapat memberikan
sumbangan, agar kiranya terdapat standar khusus mengenai lingkungan,
yang tidak harus di adopsi dan disesuaikan dengan negara kita.
Page 145
DOKUMENTASI PADA SAAT PROSES WAWANCARA
Proses wawancara dengan Pak
Anis
Proses wawancara dengan
pak Rendra
Proses wawancara dengan
pak Darmen
Page 146
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ANDI YULIANA, lahir di Bone pada tanggal 23 Oktober
1994 buah hati dari pasangan almarhum Andi Sangiang
dan Andi Rajemawati, merupakan anak pertama dari lima
bersaudara. Penulis pertama kali melangkahkan kaki ke
dunia pendidikan pada tahun 2001di SDN 163 Appanang
Kabupaten Soppeng tamat pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan ke tingkat SMPN 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng tahun 2007-2010. Tamat
dari pendidikan tersebut penulis melanjutkan pada tingkat SMA di SMAN 1 Liliriaja
di Kabupaten Soppeng pada tahun 2010-2011 dan SMAN 1 Tellusiattinge di
Kabupaten Bone. Setelah tamat penulis memilih Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar sebagai tempat menuntut ilmu pada tahun 2013 dengan mengambil jurusan
akuntansi dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2017.