Top Banner
CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA PENYUSUNAN MODEL GREEN ACCOUNTING (Studi pada PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN ALauddin Makassar Oleh: ANDI YULIANA 10800113053 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
146

CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

Sep 07, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA

PENYUSUNAN MODEL GREEN ACCOUNTING

(Studi pada PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

UIN ALauddin Makassar

Oleh:

ANDI YULIANA

10800113053

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini,

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di

kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan

oleh orang lain, sebagian dan seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya, batal demi hukum.

Makassar, Agustus 2017

Penyusun,

ANDI YULIANA

NIM: 10800113053

Page 3: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti
Page 4: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan karunia-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemampuan untuk

berpikir yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Salam dan shalawat juga semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang menjadi panutan sempurna bagi kita semua dalam menjalani

kehidupan yang bermartabat.

Skripsi dengan judul “Corporate Environmental Responsibility: Upaya

Penyusunan Model Green Accounting (Studi pada PT Semen Tonasa di

Kabupaten Pangkep)” penulis hadirkan sebagai salah satu prasyarat untuk

menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa memulai hingga mengakhiri proses pembuatan

skripsi ini bukanlah hal yang mudah, banyak rintangan, hambatan dan cobaan yang

selalu menyertainya. Hanya dengan ketekunan dan kerja keraslah yang menjadi

penggerak penulis dalam menyelesaikan segala proses tersebut. Dan juga karena

adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak yang telah

membantu memudahkan langkah penulis.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Alm. Andi Sangiang dan Ibunda Andi

Page 5: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

iii

Rajemawati yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga untuk kesuksesan anaknya,

yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mendukung, memotivasi dan tidak

henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT demi kebahagiaan penulis. Dan juga

kepada saudaraku yang tercinta, Andi Enal, Andi Eful, Andi Nur dan Andi Eril yang

lahir dari rahim yang sama yang selalu mendukung, memotivasi dan menjadi alasan

penulis untuk berusaha menjadi teladan yang baik, serta segenap keluarga besar yang

selalu memberikan semangat bagi penulis untuk melakukan yang terbaik.

Selama penyusunan skripsi ini, tidak dapat lepas dari bimbingan, dorongan

dan bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak, oleh karena itu

perkenankanlah penulis menghanturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

2. Bapak Jamaluddin Majid, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, serta Bapak Memen

Suwandi, SE., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

3. Bapak Dr. Wahyuddin Abdullah, SE., M.Si., Ak. sebagai dosen pembimbing I

daan Nur Rahmah Sari, SE., M. Acc., Ak. sebagai dosen pembimbing II yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna selama proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Andi Wawo, S.E., M.Si selaku Penasihat Akademik yang selalu

memberikan nasihatnya.

Page 6: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

iv

5. Segenap dosen serta staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah memberikan bekal

dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

6. Bapak Ir. H. A. Unggul Attas, MBA selaku Direktur Utama PT Semen Tonasa

7. Bapak H. Karim, SE selaku Senior Manager of Traning

8. Ibu Zam-Zam, SE selaku Manager of Training Planning & Organizing.

9. Karyawan/karyawati PT Semen Tonasa yang telah membantu selama proses

penelitian.

10. Bapak Andi Makkulau selaku Kepala Departemen Audit Internal PT Semen

Tonasa yang telah banyak membantu segala hal selama melakukan proses

penelitian, mulai dari pengurusan surat penelitian sampai surat selesai penelitian.

11. Teman-teman dan sahabat-sahabat satu angkatan 2013 Akuntansi UIN Alauddin

Makassar kelas akuntansi B (3,4) semenjak dari maba sampai sekarang, yang

selalu memberi bantuan, dorongan, semangat dan telah menjadi teman diskusi

yang baik bagi penulis.

12. Sahabatku tercinta irma, riza, iji, dea, eni dan inul yang selalu bersedia menjadi

tempat sharing, yang selalu memberi motivasi, dorongan, semangat, dan

membantu dalam segala hal.

13. Kepada kanda Muhammad Albar, S.E, dan Burhanuddin, S.E yang telah

memberikan saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

14. Teman-teman KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 55 Desa Balassuka

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Page 7: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

v

15. Semua teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

yang turut memberikan bantuan dan pengertian secara tulus.

Semoga skripsi yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat. Akhirnya, dengan

segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan

keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Penulis,

ANDI YULIANA

NIM. 10800113053

Page 8: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

vii

DAFTAR ISI

HALMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

ABSTRAK ................................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1-15

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .................................................8

C. Rumusan Masalah ................................................................................9

D. Tujuan Penelitian .................................................................................9

E. Penelitian Terdahulu ..........................................................................10

F. Manfaat Penelitian .............................................................................14

BAB II TINJAUAN TEORETIS .......................................................... 16-49

A. Stakeholder Theory ............................................................................16

B. Legitimacy Theory ..............................................................................18

C. Discretionary Disclosure Theory .......................................................20

D. Akuntansi Lingkungan (Green Accounting) ......................................21

E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Responsibility) ...................................................................................25

F. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Corporate

Environmental Responsibility) ..........................................................27

G. Kinerja Lingkungan (Environmental Performance) ..........................30

H. Green Accounting sebagai Tanggung Jawab Lingkungan

Perusahaan (Corporate Environmental Responsibility) .....................33

I. Model Pengungkapan Green Accounting Mewujudkan

Environmental Performance ..............................................................37

J. Rerangka Pikir ....................................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 50-57

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ................................................................50

B. Pendekatan Penelitian ........................................................................51

C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................52

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................52

E. Instrumen Penelitian ...........................................................................54

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data .............................................54

G. Pengujian Keabsahan Data .................................................................56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 58-112

Page 9: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

viii

A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................58

1. Status Perusahaan ...................................................................61

2. Visi dan Misi Perusahaan ......................................................62

3. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................63

4. Bahan Baku PT Semen Tonasa ..............................................70

5. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung ...........................72

6. Produk PT Semen Tonasa ......................................................73

7. Sistem Manajemen PT Semen Tonasa ...................................75

8. Penghargaan PT Semen Tonasa .............................................78

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian .......................................................81

1. Pelestarian dengan Pengidentifikasian Biaya-Biaya

Lingkungan ............................................................................81

2. Pengungkapan Biaya-Biaya yang Terkait Lingkungan

PT Semen Tonasa ..................................................................98

3. Formulasi Green Accounting dalam Mendukung

Environmental Performance ................................................100

BAB V PENUTUP .............................................................................. 113-115

A. Kesimpulan ......................................................................................113

B. Implikasi Penelitian ..........................................................................114

C. Saran .................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………......116

LAMPIRAN

Page 10: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Rerangka Pikir .............................................................................49

Gambar 2 : Struktur Organisasi PT Semen Tonasa .......................................65

Page 11: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penelitian Terdahulu .......................................................................11

Tabel 2: Matriks Kinerja Lingkungan ............................................................31

Tabel 3: Pernyataan Utama Mengenai Konservasi Lingkungan ...................38

Tabel 4 : Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Konservasi

Lingkungan .....................................................................................39

Tabel 5 : Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Ekonomi

Berhubungan dengan Kegiatan Konservasi Lingkungan ................41

Tabel 6 : Kategori Biaya Lingkungan ............................................................43

Tabel 7 : Pengelompokan Biaya Lingkungan ...............................................44

Tabel 8 : Perbandingan Biaya Pencegahan Lingkungan Berdasarkan

Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan

PT Semen Tonasa ..........................................................................101

Tabel 9 : Perbandingan Biaya Deteksi Lingkungan Berdasarkan Perspektif

Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan

PT Semen Tonasa ..........................................................................102

Tabel 10 : Perbandingan Biaya Kegegalan Internal Lingkungan Berdasarkan

Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan

PT Semen Tonasa ..........................................................................104

Tabel 11 : Perbandingan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan dalam

Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan

PT Semen Tonasa ..........................................................................106

Tabel 12: Perbandingan Biaya Penelitian dan Pengembangan berdasarkan

Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan

PT Semen Tonasa ..........................................................................108

Tabel 13: Formulasi Laporan Biaya Lingkungan PT Semen Tonasa ..........109

Page 12: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

xviii

ABSTRAK

NAMA : ANDI YULIANA

NIM : 10800113053

JUDUL : CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA

PENYUSUNAN MODEL GREEN ACCOUNTING (Studi pada PT

Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep)

Perusahaan mengalami kesulitan merinci biaya-biaya lingkungan dan

terkendala bentuk pelaporan biaya-biaya lingkungan. Pengungkapan informasi

lingkungan yang merinci biaya-biaya lingkungan belum diatur secara jelas dalam

regulasi akuntansi. Penelitian ini bertujuan merinci biaya-biaya lingkungan

berdasarkan relevansi dan akurasi informasinya, dan memformulasikan model

pelaporan green accounting berdasarkan karakteristik perusahaan.

Penelitian kulitatif ini menggunakan pendekatan kritis dengan unit analisis

PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik wawancara dan dukungan data sekunder lainnya. Metode analisis data

menggunakan kritis konstruktivisme dengan uji keabsahan data berdasarkan

triangulasi data dan teori.

Hasil penelitian menemukan perseroan mengklasifikasikan biaya-biaya

lingkungan berdasarkan aktivitasnya dan tidak merinci biaya lingkungan tersebut

sehingga informasinya tersembunyi dan manajer kesulitan mengendalikan biaya-

biaya tersebut. Biaya-biaya yang terkait lingkungan diklasifikasikan ke dalam

biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal

lingkungan, biaya kegagalan eksternal lingkungan, dan biaya penelitian dan

pengembangan. Penyajian biaya-biaya lingkungan dan pengungkapan kegiatan

lingkungan berkonstribusi maksimal terhadap kinerja lingkungan. Formulasi

model green accounting merupakan pememenuhan tanggung jawab lingkungan

dan perwujudan akuntabilitas kepada para stakeholder. Model pelaporan green

accounting ini menyempurnakan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tetang

perseroan terbatas dan pembentukan standar akuntansi lingkungan.

Kata Kunci: green accounting, biaya lingkungan, kinerja lingkungan, tanggung

jawab lingkungan.

Page 13: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas ekonomi pada saat ini secara langsung maupun tidak telah

menjadi faktor penyebab terjadinya global warming (Ja’far dan Kartikasari,

2009). Perekonomian modern seperti ini, telah memunculkan berbagai isu yang

berkaitan dengan lingkungan seperti pemanasan global, ekoifisiensi, dan kegiatan

industri lain yang memberi dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya

(Agustia, 2010). Dampak dari perkembangan industri berupa pencemaran

lingkungan telah memunculkan serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia

untuk melakukan upaya dalam pencegahan efek global warming secara lebih luas

(Damayanti dan Pentiana, 2013). Seringkali usaha dalam peningkatan

produktivitas dan efisiensi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, berupa

pencemaran udara, air, dan pengurangan fungsi tanah (Kusumaningtias, 2013).

Padahal dengan mengabaikan masalah lingkungan perusahaan akan merasakan

dampak yang lebih besar yang dapat mengancam keberlanjutan usahanya.

Perusahaan sering kali tidak memperhatikan masalah lingkungan karena

pemimpin perusahaan berpikir bahwa memperhatikan masalah lingkungan berarti

perusahaan harus mengeluarkan biaya, sehingga kebijakan lingkungan dalam

mencegah dan mengurangi efek yang dirugikan pada sumber daya alam tidak lagi

diperhatikan (Damayanti dan Pentiana, 2013). Darwin (2007) melihat ada emapat

hal alasan isu lingkungan semakin signifikan. Pertama, ukuran perusahaan yang

semakin besar. Semakin besar perusahaan, maka diperlukan akuntabilitas yang

lebih tinggi dalam pembuatan keputusan terkait dengan operasi, produk dan jasa

Page 14: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

2

yang dihasilkan. Kedua, aktivitas dan LSM bidang lingkungan hidup telah tumbuh

dengan pesat diseluruh dunia termasuk Indonesia. Mereka akan menganggap sisi

negatif perusahaan yang terkait dengan isu lingkungan atau dampak sosial yang

timbul dari aktivitas produksi perusahaan. Ketiga, reputasi dan citra perusahaan.

Perusahaan-perusahaan saat ini menyadari bahwa reputasi, merek, dan citra

perusahaan merupakan isu strategis bernilai tinggi dan harus dilindungi. Keempat,

perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat. Isu lingkungan dan sosial

yang berdampak negatif akan menyebar dan dapat diakses dengan mudah

menggunakan teknologi informasi saat ini. Selain karena tuntutan dari

masyarakat, pengelolaan lingkungan dengan baik pada dasarnya akan berimplikasi

juga untuk perusahaan kedepannya.

Pergerakan perusahaan saat ini mengarah pada green company, kalangan

industri tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba sebesar-besarnya tetapi juga

tuntutan dari masyarakat untuk memperhatikan pengelolaan limbahnya agar

kelestarian lingkungan tetap terjaga. Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41

yang membahas tentang lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan

dan larangan untuk merusaknya yang berbunyi:

Terjemahnya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari

Page 15: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

3

mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. Ar-

Ruum Ayat: 41-42).

Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai khalifah, manusia memiliki tugas

memanfaatkan, mengelolah dan memelihara. Tetapi sering kali manusia lalai

dengan kedudukannya. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam sering

kali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk

sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan

kesengsaraan ke pada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut

seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara. Maka sudah

sebuah keharusan dalam menjaga lingkungan. Tarmisi et al., (2012)

perkembangan dunia usaha menjadi semakin luas, semakin banyak pabrik-pabrik

dan perusahaan yang didirikan untuk melakukan aktivitasnya yaitu memproduksi

barang mentah maupun barang setengah jadi atau barang jadi. Perusahaan dalam

melakukan aktivitasnya menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai

tujuannya, dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan selalu berinteraksi dengan

lingkungan.

Berbagai dampak negatif dari operasi perusahaan, memerlukan suatu

sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab lingkungan

mereka sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan membutuhkan

pengukuran, penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah

dari hasil kegiatan operasional perusahaan dalam hal ini yang di maksud adalah

green accounting (Minimol dan Makesh, 2014). Isu lingkungan bukan lagi

merupakan isu baru saat ini, dimana semua pihak mulai menyumbangkan ide-ide

terkait dengan penyelamatan lingkungan hidup, dalam islam juga di jelaskan

Page 16: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

4

melarang membuat kerusakan lingkungan dalam Q.S. Al-A’raf ayat 56-58 yang

berbunyi:

Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah

Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Dialah yang

meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan

rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan

mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan

hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai

macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang

yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-

A’Araf Ayat: 56-57).

Ayat ini menjelaskan bahwa bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup

manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat

Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-

lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan. Salah satunya

upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu praktik akuntansi lingkungan.

Walaupun saat ini semakin banyak ‘perusahaan hijau’ (green firm), namun secara

umum terdapat tekanan yang kuat dari stakeholder yang menjadi pemicu utama

yang mendorong perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan

(Gale, 2006; Islam dan Deegan, 2008; Marshall, 2010). Kusumaningtias (2013)

mengatakan bahwa akuntansi merupakan suatu ilmu yang mempengaruhi dan

Page 17: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

5

dipengaruhi oleh lingkungan. Sistem akuntansi yang didalamnya terdapat akun-

akun yang terkait dengan biaya lingkungan disebut sebagai green accounting atau

environmental accounting (Aniela, 2012). Peran akuntansi dalam mengelolah

biaya lingkungan tersebut sangat dibutuhkan agar biaya tersebut lebih efisien.

Akuntansi lingkungan yang dikenal dengan konsep green accounting

sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan

mulai berkembangnya penelitian-penelitian yang terkait dengan isu green

accounting (Bebbington, 1997). Tujuan konsep green accounting melakukan

penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan

manfaat atau efek (economic benefit), serta menghasilkan efek perlindungan

lingkungan (environmental protection) (Almilia dan Wijayanto, 2007). Praktik

akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini belumlah efektif. Cepatnya

tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan adanya otonomi ini

terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau tidak pada

akhirnya akan menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan

(Susilo dan Astuti, 2014).

Perusahaan persemenan melakukan aktivitas mulai dari pengambilan

bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi produk semen sampai dengan

distribusi atau pengiriman produk. Aktivitas tersebut memiliki dampak yang

berbeda-beda terhadap lingkungan baik dalam maupun luar perusahaan. Aktivitas

penambangan tanah liat dan batu kapur sebagai bahan baku utama pembuatan

semen, berdampak pada berubahnya bentabg tanah, hilangnya vegetasi dan habitat

bagi fauna. Kegiatan produksi memberi dampak utama timbulnya emisi gas dari

proses pembakaran terak. Debu semen dari proses packing dan transfortasi semen.

Page 18: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

6

Sementara kegiatan transportasi produk, selain berdampak polusi debu semen,

juga berdampak pada polusi debu jalanan dan emisi gas karbondioksida. PT

Semen Tonasa merupakan industri yang bergerak di bidang persemenan. Bahan

baku semen berasal dari alam dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai

bahan produksi, diamana dalam melakukan aktivitas produksinya menghasilkan

banyak limbah, yang tentunya berdampak pada lingkungan.

Bentuk tanggung jawab lingkungan perusahaan atas pengambilan sumber

daya alam, perusahaan harus mengungkapkan biaya-biaya lingkungan sebagai

konsekuensinya. Daur ulang dan pelestarian lingkungan merupakan salah satu dari

fokus utama Tonasa Hijau. Tahun 2015 anggaran budget untuk Tonasa Sehat

Hijau sebesar Rp 692.133.300. Program Kemitraan, Bina Lingkungan serta

Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), Perseroan melakukan pembinaan

guna menciptakan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat melalui bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, keagamaan, sarana

dan prasarana umum, bantuan korban bencana alam serta pembinaan masyarakat,

melalui program kemitraan tersebut dana yang disalurkan pada tahun 2015 adalah

sebesar Rp 13,14 milyar (Annual report, 2015). Salah satu kategori dalam matriks

aspek materialitas PT Semen Tonasa yaitu kategori lingkungan yang terdiri dari

aspek material, energi, air, kehati, limbah, produk dan jasa, kepatuhan hukum,

dampak transportasi, material dan produk, total biaya lingkungan, assessment

lingkungan pada pemasok, dan penangan keluhan masalah lingkungan

(Sustainability report, 2015). Perusahaan mengungkapkan aktivitas sosial dan

lingkungannya tanpa mencatat lebih detail biaya-biaya tersebut.

Page 19: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

7

Cooper (1992) mengatakan bahwa agar akuntansi ikut berperan dalam

pelestarian lingkungan yakni ikut memberikan kontribusi terhadap permasalahan

lingkungan hidup daripada hanya mencegah. Pengungkapan akuntansi lingkungan

seharusnya tidak saja sekedar mengungkapkan permasalahan lingkungannya tetapi

juga melaporkan bagaimana mengelola perbaikan lingkungan dalam sosialnya

(Gallhofer dan Jim, 1997 dalam Susilo dan Astuti, 2014). Proses produksi suatu

barang mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan suatu produk

setelah dikonsumsi (digunakan) tidak merusak lingkungan (Idris, 2012). Apalagi

jika perusahaan mampu untuk merinci biaya lingkungan tersebut. Hal ini agar

perusahaan tidak menggeneralisir biaya-biaya tidak langsung termasuk biaya

lingkungan kedalam biaya overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan

manajer kesulitan untuk menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut (Descalu et

al., 2010). Suharto (2004) dalam Anggriani (2006) beberapa kesulitan manajemen

keuangan untuk melaporkan kewajiban lingkungan, yaitu sebagai berikut:

permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan

belum ada secara tegas, biaya dan manfaat dalam rangka menyajikan informasi

lingkungan dalam laporan keuangan dirasakan tidak seimbang oleh perusahaan,

pengenalan kewajiban bersyarat dan kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya

lingkungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud ingin

mengetahui perkembangan akuntansi lingkungan (green accounting) pada PT

Semen Tonasa, untuk kemudian menformulasikan sebuah model green

accounting yang dapat menjembatani kepentingan perusahaan dengan

stakeholder-nya.

Page 20: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

8

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian ini adalah bagaimana menformulasikan model pelaporan

green accounting, karena pada saat ini belum ada standar yang mengatur secara

khusus mengenai green accounting. Sehingga perusahaan yang mengugkapkan

biaya-biaya terkait lingkungkunganya masih bersifat sukarela (voluntary).

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas, dimana undang-undang ini mewajibkan bagi perseroan yang

terkait dengan sumber daya alam untuk memasukkan perhitungan tanggung jawab

sosial dan lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar.

Oleh karena itu sudah sebuah keharusan perusahaan dalam mengungkapkan

biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan.

Objek dalam penelitian pada PT Semen Tonasa, dipilihnya objek

penelitian tersebut dengan alasan karena perseroan dalam melakukan proses

produksi bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur yang

tentunya akan berdampak pada lingkungan. Bentuk tanggung jawab perusahaan

terhdap lingkungan yaitu perusahaan harus mengungkapkan biaya-biaya

lingkunganya, pada sustainability report dan environmental report perusahaan

mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungannya tanpa mencatat lebih detail

biaya-biaya tersebut. Perusahaan yang dapat merinci biaya-biaya yang terkait

lingkungannya dapat memberikan nilai bagi perusahaan sehingga kinerja

lingkungan perusahaan dapat dinilai.

Page 21: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

9

C. Rumusan Masalah

Manajemen perusahaan kesulitan dalam merinci biaya-biaya lingkungan,

perusahaan terkadang tidak mampu merinci biaya-biaya yang terkait dengan

lingkungan, misalnya saja perusahaan menggenalisir biaya-biaya lingkungan

kedalam biaya overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan manajer

kesulitan untuk menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut. Salah satu

penyebab dari kesulitan manajemen dalam merinci biaya-biaya lingkungan yaitu

permintaan atas pengungkapan informasi lingkungan dalam pelaporan keuangan

belum ada secara tegas. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana identifikasi biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa?

2. Bagaimana pelaporan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan PT

Semen Tonasa?

3. Bagaimana menformulasikan model pelaporan green accounting yang

dapat digunakan dalam mendukung environmental performance PT Semen

Tonasa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk megetahui identifikasi biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa

2. Untuk mengetahui pelaporan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan

PT Semen Tonasa

3. Untuk memformulasikan model pelaporan green accounting yang dapat

digunakan dalam mendukung environmental performance PT Semen

Tonasa

Page 22: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

10

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat perlakuan biaya-biaya

perusahaan yang terkait lingkungan, pelaporannya dan mencoba menformulasikan

model green accounting sehingga kinerja lingkungan perusahaan dapat tercapai.

Terdapat 15 aspek yang dipertimbangkan dalam praktik akuntansi lingkungan,

yaitu: kebijakan lingkungan, keselamatan dan kebijakan kerja lingkungan,

konservasi energi, inisiatif lingkungan perusahaan, sustainability reporting,

pengelolaan air, penanganan sampah, sumber energy terbarukan, sistem informasi

lingkungan, praktik pengungkapan lingkungan, dan aset lingkungan (Deshwal,

2015). Rahim dan Rahim (2017) mengatakan banyak negara memiliki kebijakan

sendiri untuk kebijakan pelaporan akuntansi lingkungan. Penelitian yang

dilakukan oleh Morthy dan Yacop (2013) yang menyoroti seputar green

accounting dalam pelaporan keuangan dan menguraikan serangkaian langkah-

langkah green accounting yang dibahas dalam sistem akuntansi manajemen

lingkungan hidup perusahaan.

Buniamin et al., (2011) penelitian yang dilakukan dengan 243 perusahaan

perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia, mengatakan perusahaan yang

mematuhi praktik tata kelola perusahaan yang baik cenderung untuk lebih

bertanggung jawab terhadap lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Susilo

dan Astuti (2014) dengan mengekplorasi perkembangan akuntansi lingkungan di

Indonesia mencakup faktor yang menjadi sebab utama oleh pengambilan

kebijakan manajemen sekitarnya, seberapa besar perbedaan perhatian, keterlibatan

manajemen, dan pelaporan akuntansi lingkungan terhadap permasalahan

Page 23: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

11

lingkungan hidup. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai green

accounting akan menjadi pedoman dalam penelitian ini.

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1

1.

2

Shavita

Deshwal

3

Green Accounting

and Practices

4

Penelitian yang dilakukan pada 50

perusahaan (27 manufaktur dan 23

non manufaktur) dengan mengambil

sampel dari Delhi, Faridabad,

Ghaziabad, dan Gurgaon. Hasil yang

diperoleh yaitu ada perbedaan yang

signifikan antara perusahaan

manufaktur dan non manufaktur

dalam praktik akuntansi lingkungan.

2.

Dr. Nasir

Zameer

Qureshi, Dr.

Dhiresh

Kulshrestha

dan Surya

Bhushan

Tiwari

Environmental

Accounting and

Reporting: An

Essential

Component of

Business Strategy

Komponen lingkungan dari strategi

bisnis menghasilkan laporan kinerja

yang diperlukan dan beberapa

keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengukur, mengkomplikasi dan

menganalisis data yang diperlukan.

Mereka juga mengidentifikasi

hambatan utama untuk akuntansi

lingkungan dan pelaporannya, dan

menyimpulkan kebijakan lingkungan

dan menindaklanjuti prosedur

akuntansi lingkungan adalah suatu

Page 24: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

12

1

2

3

4

keharusan, kecuali orang-orang biasa

dari India yang tidak sadar akan

kerusakan ligkungan sehingga

pengembangan akuntansi lingkungan

menjadi benar-benar sulit.

3. Krishna

Moorthy

dan Peter

Yacop

Green Accounting:

Cost Measures

Hasil penelitiannya menemukan

serangkaian langkah-langkah green

accounting yang akan dibahas dalam

sistem akuntansi manajemen

lingkungan perusahaan yaitu biaya

pencegahan polusi, biaya

perlindungan lingkungan, biaya daur

ulang sumber daya, biaya pemulihan

lingkungan, biaya pengelolaan, biaya

kegiatan promosi sosial, dan biaya

penelitian dan pengembangan

4.

Heba Y. M.

Abdel-

Rahim dan

Yousef M.

Abdel-

Rahim

Green accounting –

a proposition for

EA/ER conceptual

implementation

methodology

Pentingnya akuntansi lingkungan

sebagai bagian dari pendidikan

akuntansi, ikhtisar masa lalu dan

status peraturan dan wajib saat

akuntansi lingkungan dan

hubungannya dengan profesi yang

berbeda. Sistem pengarsipan

lingkungan wajib dan

mengeksplorasi karakteristik dan

Page 25: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

13

1

2

3

4

potensi manfaat.

5.

Sharifah

Buniamin,

Bakhtiar

Alrazi, Nor

Hasimah

Johari dan

Noor Raida

Abd

Rahman

Corporate

Governance

Practices and

Environmental

Reporting of

Companies in

Malaysia: Finding

Possibities of

Double Thumbs Up

Ditemukan bahwa secara

keseluruhan keberadaan pelaporan

lingkungan masih sedikit, hanya 28%

perusahaan yang mengungkapkan

informasi keuangan. Rata-rata setiap

perusahaan melaporkan 4,7 kalimat,

sedangkan kualitas yang diukur

dengan indeks pengungkapan

menunjukkan 3,24. Atribut tata

kelola perusahaan yang paling

signifikan dalam mempengaruhi

tingkat pelaporan lingkungan yaitu

ukuran perusahaan dan kepemilikan

manajemen.

6.

Joko Susilo

dan Neni

Astuti

Penyusunan Model

Green Accounting

untuk Perusahaan

Melalui Perhatian,

Keterlibatan,

Pelaporan

Akuntansi

Lingkungan, dan

Auditnya

Hasil uji rata-rata membuktikan

bahwa memang perusahaan

perusahaan di dua daerah ini

memiliki perbedaan strategi terkait

dengan kebijakan lingkungan

hidupnya. Hasil uji rata-rata

menunjukkan bahwa perusahaan-

perusahaan di Sleman terkait dengan

green corporate strategy-nya berada

pada matrik defensife green sedang

Page 26: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

14

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan, yaitu:

1. Manfaat Teoretis dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat

menyempurnakan stakeholder theory, dimana pionir dari teori tersebut

adalah R. Edward Freeman (1984). Teori ini merupakan kumpulan

kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,

pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,

serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan secara

berkelanjutan.

2. Manfaat praktis dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan pada PT Semen Tonasa dalam melakukan pelestarian

lingkungan, untuk pihak menejemen produksi dapat mengidentifikasi

1

2

3

4

perusahaan-perusahaan di Bantul

berada di matrik extreme green.

Meskipun dalam matrik yang

berbeda, namun dari sisi kebijakan

green accounting, keduanya dapat

diberlakukan model yang sama

dimana perusahaan bisa saja

diwajibkan membuat laporan

akuntansi lingkungan yang bersifat

tidak saja deskriptif tetapi juga

bersifat kuantitatif dalam bentuk

laporan terpisah/tersendiri.

Page 27: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

15

biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan, dan untuk pihak manajemen

keuangan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam

menyonsong perubahan maupun dalam hal menerapkan sistem pencatatan

akuntansi yang berwawasan lingkungan yaitu green accounting.

3. Manfaat Regulasi dalam aspek tersebut penelitian ini diharapkan dapat

memberikan konstribusi dalam penyusunan standar khusus green

accounting, dengan adanya standar khusus tersebut sehingga dapat

menyempurnakan Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang perseroan

terbatas.

Page 28: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

16

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Stakeholder Theory

Stakeholder theory merupakan teori yang dikembangkan oleh R. Edward

Freeman (1984). Teori stakeholder artinya sebagai kumpulan kebijakan dan

praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan

hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha

untuk kontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory

dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri

merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman, 2002). Pengungkapan informasi

keuangan, sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan

stakeholder-nya dan menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang

dapat mengubah persepsi dan ekspektasi (Adam dan McNicholas, 2007).

Perusahaan akan berusaha untuk mencapai harapan stakeholder yang berkuasa

dengan penyampaikan pengungkapan, termasuk pelaporan aktivitas sosial dan

lingkungan. Pengungkapan tersebut dilakukan dengan harapan dapat memenuhi

kebutuhan stakeholder-nya serta mendapatkan dukungan dari stakeholder-nya

demi keberlangsungan perusahaan.

Stakeholder dibagi menjadi dua, yaitu stakeholder internal yang terdiri dari

pemilik, manajemen, dan karyawan; dan stakeholder eksternal yang terdiri dari

pemerintah, masyarakat, lingkungan dan pemangku kepentingan masa depan

(Hernadi, 2012). Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh peneliti lain

yang menyatakan bahwa stakeholder terdiri dari stakeholder primer dan

Page 29: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

17

stakeholder sekunder. Stakeholder primer terdiri dari: pemilik, karyawan,

pelanggan, pemasok, dan kelompok stakeholder publik. Sedangkan yang

termasuk ke dalam stakeholder sekunder adalah media dan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan cakupan yang lebih luas (Cohen et al., 2009). Perusahaan

harus memperhatiakan masalah lingkungannya, dengan memperhatikan masalah

lingkungannya berarti perusahaan telah memenuhi sebagian kabutuhan

stakeholder-nya. Perusahaan bukanlah entitas yang dapat beroperasi untuk

kepentingannya sendiri serta hanya berorentasi pada keuntungan semata, namun

harus memberikan manfaat kepada stakeholder-nya, jadi dapat dikatakan bahwa

keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut. Sehingga

sudah sebuah hal yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam mengungkapkan

biaya-biaya yang terkait dengan lingkungannya.

Perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder-nya karena isu

lingkungan melibatkan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat

menganggu kualitas hidup mereka. Era globalisasi saat ini telah mendorong

produk-produk yang diperdagangkan harus ramah lingkungan. Investor dalam

menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan

mengembangkan kebijakan dan program lingkungan, LSM dan pencinta

lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang

peduli terhadap lingkungan (Januarti dan Apriyanti, 2005). Menurut Anggarwal

(2013) tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat membantu dalam

memperkuat hubungan antara perusahaan dan masyarakat dimana ia beroperasi.

Mengabaikan kepentingan para pemangku kepentingan dapat mencemari citra

Page 30: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

18

publik perusahaan, yang tidak baik akan mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan. Lindawati dan Puspita (2015) menyimpulkan bahwa teori stakeholder

merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu

perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan stakeholder baik dari internal

maupun eksternal dengan berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari

setiap stekaholder yang ada.

B. Legitimacy Theory

Legitimasi akan mengalami pergeseran seiring dengan perubahan

lingkungan dan masyarakat tempat perusahaan berada (Dowling dan Pfeffer,

1975):

“Legitimacy is a condition or a status which exists when an entity’s value

system is congruent with the value system of the larger social system of

which the entity is a part”.

Teori legitimasi menurut Suchman (1995):

“Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of

an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially

constructed system of norms, values, beliefs, and definitions.”

Lindbolm (1994) dalam Deegan (2002), mendefinisikan legitimacy theory sebagai

sebuah kondisi atau status yang ada ketika sistem nilai entitas kongruen dengan

sistem nilai yang ada di masyarakat lebih luas dimana masyarakat menjadi

bagiannya. Ketika suatu perbedaan, baik yang nyata atau potensial ada di antara

kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi

perusahaan. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa

aktivitas dan kinerjanya diterima oleh masyarakat. Diterimanya perusahaan oleh

Page 31: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

19

masyarakat diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga akan

meningkatkan laba perusahaan.

O’Donovan (2002) mengatakan perbedaan antara nilai perusahaan dengan

nilai masyarakat sering diartikan sebagai “legitimacy gap” yang akan

memengaruhi kemampuan perusahaan dalam melanjutkan kegiatan usahanya,

legitimacy gap dapat dikurangi dengan meningkatkan kesesuaian pada operasi

perusahaan dan pengharapan masyarakat salah satunya dengan cara meningkatkan

social responsibility dan social disclosure. Adanya legitimasi gap sebagai akibat

dari ketidaksesuaian antara aktifitas operasi perusahaan terhadap ekspektasi

masyarakat memunculkan tekanan dari stakeholders. Manurut Lindawati dan

Puspita (2015) legitimasi dari stakeholders sangat penting bagi perusahaan karena

dengan adanya legitimcyi gap memiliki potensi besar terjadinya protes dari

stakeholders terhadap perusahaan yang berdampak pada eksistensi perusahaan

dan mengganggu stabilitas operasional dan berakhir pada profitabilitas. Implikasi

teori legitimasi terhadap pertanggungjawaban perusahaan terkait permasalahan

lingkungan dan sosial yaitu bahwa pengungkapan tanggungjawab lingkungan dan

sosial dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi

dimana perusahaan itu berada. Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan

mengamankan perusahaan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi

legitimasi ini akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.

Perusahaan berusaha mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan cara

melaksanakan program-program yang sesuai dengan harapan masyarakat, seperti

implementasi riilnya adalah melalui pelaksanaan program corporate social

Page 32: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

20

responsibility, penerapan akuntansi lingkungan, dan mengungkapkannya baik di

dalam annual report maupun sustainability report sebagai suatu bentuk informasi

yang dibutuhkan investor untuk mengambil keputusan terkait kinerja perusahaan

yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat. Guthrie dan Parker (1990),

Wilmshurst dan Frost (2000) dan O’Donovan (2002) mengungkapkan teori

legitimasi menjadi dasar pengungkapan informasi lingkungan kepada para

pemangku kepentingan. Guthrie dan Parker (1990) dalam penelitiannya legitimasi

terhadap perusahaan di Australia tahun 1970 saat tingkat pengungkapan

lingkungan meningkat tajam akibat meningkatnya industri tambang migas di

negara tersebut. hasil penelitiannya mendukung bahwa teori legitimasi menjadi

dasar dalam pengungkapan lingkungan.

C. Discretionary Disclosure Theory

Verrecchia (1983) dalam Suratno et al., (2007) mengatakan bahwa

terdapat asumsi yang menyatakan bahwa environmental performance yang baik

mengurangi pengungkapan lingkungan masa depan perusahaan. Secara teoretis,

environmental disclosure akan berhubungan positif dengan environmental

performance hal tersebut dikarenakan discretionary disclosure theory (Al-

Tuwaijri et al., 2004) dan voluntary disclosure theory (Dye, 1985; Verecchia,1983

dalam Patten 2002). Pelaku kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan

kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar dan dapat

mendifirensikan dirinya dengan pelaku kinerja lingkungan yang buruk, yang akan

lebih minimal atau tidak melakukan pengungkapan, maka semakin baik kinerja

lingkungan akan semakin luas pengungkapan lingkungan.

Page 33: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

21

Perusahaan dengan environmental performance yang baik perluh

mengungkapkan informasi kuantitas dan kualitas lingkungan yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki environmental performance yang

buruk (Yanti, 2015). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dye (1985) yang mengatakan bahwa voluntary/discretionary disclosure

theory perusahaan cenderung mengungkapkan good news dan menyembunyikan

bad news secara sukarela. Perusahaan-perusahaan publik belum sepenuhnya

menyadari pentingnya pengungkapan informasi-informasi yang bersifat voluntary.

Kesadaran perusahaan-perusahaan publik di Indonesia saat ini hanya baru sampai

pada batas memenuhi kewajiban yang bersifat mandatory.

Environmental performance mencangkup segala upaya yang dilakukan

perusahaan dalam rangka menciptakan lingkungan yang baik atau green (Suratno

et al., 2007). Pengungkapan informasi lingkungan yang dimaksud disini bukan di

ungkapkan pada laporan keuangan yang bersifat wajib dan diatur dalam Standar

Akuntansi Keuangan, melainkan pengungkapan yang bersifat sukarela sebagai

wujud tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Environmental

Performance suatu perusahaan tentunya akan menarik daya saing di dunia pasar.

Pengungkapan biaya-biaya lingkungan tersebut sudah menjadi kebutuhan investor

dan sudah sebuah hal yang patut perusahaan lakukan dalam memenuhi kebutuhan

para investor.

D. Akuntansi Lingkungan (Green Accounting)

Bell dan Lehman (1999) mendefinisikan akuntansi lingkungan sebagai :

Page 34: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

22

“Green accounting is one of the contemporary concepts in accounting

that support the green movement in the company or organization by

recognizing, quantifying, measuring and disclosing the contribution of

the environment to the business process”.

Green accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi,

mengukur, menilai, dan mengungkapkan biaya-biaya terkait dengan aktivitas

perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan (Aniela, 2012). Akuntansi

merupakan wacana yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.

Sehingga akuntansi tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan

Menurut Kuumaningtias (2013), akuntansi tumbuh dan berkembang di

dalam masyarakat yang juga terus berkembang. Eksistensinya tidak bebas nilai

terhadap perkembangan masa. Metode-metode pembukuan yang dikenalkan oleh

Luca Pacioli pada waktu itu dipandang sudah mencukupi dan memadai lantaran

mampu memecahkan masalah pelaporan dan pembukuan bisnis yang diperlukan

pada masa tersebut, namun ketika kompleksitas bisnis semakin tinggi, diperlukan

metode-metode pengukuran, pengakuan dan pelaporan yang lebih advanced

alhasil, akuntansi terus berkembang menyesuaikan kebutuhan zamannya.

Bebbington (1997) mengatakan konsep green accounting sebenarnya sudah mulai

berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan mulai berkembangnya

penelitian-penelitian yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun

1980-an. Saat ini tidak ada standar yang baku mengenai item-item pengungkapan

lingkungan. Institusi telah mengeluarkan rekomendasi pengungkapan lingkungan,

antara lain Dewan Ekonomi dan Sosial, Perserikatan Bangsa-Bangsa

(ECOSOCPBB), Ernst and Ernst, Institute of Chartered Accountant in England

and Wales (ICAEW) dan Global Reporting Initiative (GRI). Motivasi yang

Page 35: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

23

melatarbelakangi perusahaan untuk melaporkan permasalahan lingkungan lebih

didominasi oleh faktor kesukarelaan (Ball, 2005). Implementasi akuntansi

lingkungan ditujukan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan

lingkungan, dengan demikian maka bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi

lingkungan akan ada tambahan biaya untuk menghasilkan informasi itu.

Penelitian yang dilakukan Cormier dan Magnan (1999) menunjukkan

bahwa semakin besar biaya informasi maka semakin besar juga tingkat

pengungkapan informasi lingkungan oleh perusahaan. Penelitian Ja'far dan Arifah

(2006) menemukan bahwa manajemen lingkungan proaktif yang diukur dengan

minimisasi limbah; pencegahan polusi; desain lingkungan; keunggulan produk

dan full-cost environmental accounting, berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan perusahaan dalam menerbitkan atau tidak menerbitkan pengungkapan

informasi lingkungan dalam laporan tahunan. Menurut Bartolomeo, et al., 2000

dalam Cullen (2006) pendekatan dalam akuntansi lingkungan pada tingkat mikro

atau perusahaan, antara lain akuntansi pengelolaan lingkungan, akuntansi energi

dan bahan baku, pelaporan keuangan dan laporan pertanggunggjawaban sosial.

Akuntansi lingkungan merupakan salah satu bagian ilmu bidang akuntansi.

Penggunaan internal akuntansi lingkungan menghasilkan informasi lingkungan

untuk membantu membuat keputusan manajemen mengenai tingkat harga,

pengendalian overhead pabrik, dan penganggaran modal. Informasi tersebut

disajikan akuntansi pengelolaan lingkungan. Kepentingan eksternal, akuntansi

lingkungan mengungkapkan informasi lingkungan untuk kepentingan publik dan

masyarakat keuangan lainnya. Informasi tersebut disajikan dalam laporan

keuangan perusahaan, baik penggunaan internal maupun penggunaan eksternal,

Page 36: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

24

informasi yang diberikan disajikan dalam bentuk data keuangan. Tujuan akuntansi

lingkungan menurut Pramanik et al., (2007) antara lain:

a. Mendorong pertanggung jawaban entitas dan meningkatkan transparansi

ligkungan;

b. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menghadapi isu

lingkungan hidup dalam konteks hubungan entitas dengan masyarakat dan

terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau penekanan

(preassure group) terkait isu lingkungan;

c. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat memperoleh

dana seiring dengan tuntutan etis dari investor yang semakin meningkat;

d. Mendorong konsumen untuk membeli produk hijau dan dengan demikian

membuat entitas memiliki keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif

dibandingkan entitas yang tidak melakukan pegugkapan;

e. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan lingkungan

hidup;

f. Mencegah opini negatif publik mengingat perusahaan yang berusaha pada

area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada umumnya akan menerima

tantangan dari masyarakat.

Akuntansi lingkungan memberikan laporan bagi pihak internal dan

eksternal perushaan. Apabila pelaporan akuntansi lingkungan bersifat mandatory,

akuntabilitas sosial perusahaan akan meningkat (Setiawan, 2016). Tujuan dari

akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan sebagai alat

komunikasi dengan stakeholder dan untuk meningkatkan jumlah informasi

relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya

Page 37: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

25

(Idris, 2012), sehingga dapat mengetahui kegiatan perusahaan dalam upaya

menangani pencemaran lingkungan serta kewajiban perusahaan atas masalah

tersebut melalui laporan keuangan perusahaan.

E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

Menurut The Word Business Council for Sustainability Development

(WBCSD) dalam Handriyani (2013) mendefinisikan CSR sebagai berikut:

“Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the workforce

and their families as well as of the local communityand society at large”.

Defenisi tersebut menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)

merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis

perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan

peningkatan kualitas hidup bagi karyawan, serta sekaligus peningkatan kualitas

hidup masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Pengungkapan CSR merupakan

pengungkapan suatu informasi mengenai aktivitas sosial yang dilakukan

perusahaan yang diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

perusahaan dan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan tersebut.

Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dalam pengungkapan Corporate

Social Responsibilty (CSR) merupakan suatu proses penyediaan informasi yang

dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social and environmental

accountability. CSR perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut

Sustainability Reporting. Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai

kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan

produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable

Page 38: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

26

development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,

lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (Anggriani, 2006).

Solihin (2008) dalam Idris (2012), pelaksanaan CSR di Indonesia

terutama berkaitan dengan pelaksanaan CSR untuk kategori discretionary

responsibilities, yang dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama,

pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela dari inisiatif

perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan

perusahan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua pelaksanaan

CSR sesuai dengan tuntutan undang-undang (bersifat mandatory). Misalnya,

BUMN memiliki kewajiban untuk menyisihkan sebagian laba yang diperoleh

perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial, dan perusahaan yang menjalankan

kegiatan usaha di bidang sumberdaya alam atau berkaitan dengan sumberdaya

alam, diwajibkan untuk melaksanakan CSR seperti diatur oleh UU RI No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74.

Pelaksanaan CSR di beberapa perusahaan Indonesia, maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan yang telah melaksanakan program CSR dan

membuat laporannya belum bisa dikatakan sebagai perusahaan yang telah

menerapkan akuntansi lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena dalam

operasional perusahaan belum memasukkan upaya pelestarian lingkungan sebagai

bagian integral (Idris, 2012). Gray et al., (1995) menyimpulkan bahwa mekanisme

pengungkapan yang bersifat sukarela kurang tepat. Hal tersebut didukung oleh

Deegan and Rankin (1996) menyebutkan bahwa pelaporan akuntansi lingkungan

bersifat bias karena perusahaan seringkali tidak melaporkan kabar buruk (bad

news).

Page 39: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

27

F. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Corporate Environmental

Responsibility)

Tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan bentuk keterlibatan

sosial perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya. Kesuksesan suatu perusahaan

di tentukan oleh faktor: kualitas, profitabilitas, dan tanggung jawab lingkungan

(Roth dan Keller, 1997). Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup

sebagian besar adalah hasil perbuatan manusia. Salah satu penyebab kerusakan

lingkungan adalah pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara dan

polusi. Kerusakan yang terjadi selama ini merupakan keserakahan manusia yang

memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya secara habis-habisan atau

besar-besaran, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Isra’

Terjemahnya:

“dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang

baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna

atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa keutaman yang sempurna dari kebanyakan dari

makhluk lain adalah karunia akal yang dimiliki manusia, dengan adanya

kenikmatan akal yang dimiliki manusia dapat menjadikan manusia tersebut

serakah jika tidak menjadi khalifah yang amanah. Keadaan seperti inilah yang

dapat memicu kerusakan lingkungan. Terkadang dalam memenuhi kebutuhannya

manusia mengabaikan dampak yang di lakukan terhadap lingkungannya.

Page 40: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

28

Perusahaan-perusaan saat ini dalam meningkatkan produktivitasnya terkadang

mengabaikan masalah lingkungannya. Oleh karena itu sebagai khalifah yang

amanah, sudah seharusnya menjaga kelestarian lingkungan.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan biasanya dicatatkan

dalam suatu laporan yang dapat dilaporkan secara terpisah maupun digabung

dalam laporan tahunan. Akuntansi keuangan dan penyajian informasi dalam

laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan tambahan informasi

melalui pengungkapan (disclosure) atau dalam data kuantitatif pada komponen

laporan keuangan. Menurut American Institute of Certifie Public Accountants

(AICPA) dalam Idris (2012) kegiatan akuntansi menghasilkan informasi tentang

suatu perusahaan dalam bentuk laporan keuangan yang merupakan

pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan dan masukan penting

dan relevan dalam pengambilan keputusan ekonomik. Laporan keuangan tersebut

harus disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

PSAK 1 paragraf 14 menjelaskan:

“Beberapa Entitas juga menyajikan, dari laporn keuangan, laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi

industri dimana faktor lingkungan hidup adalah signifikan, dan ketika

karyawan dianggap sebagai sekelompok pengguna laporan keuangan yang

memegang perang penting. Laporan yang disajikan di luar dilaporan

keuangan tersebut adalah di luar ruang lingkup SAK.”

PSAK 69 tentang agrikultur pada paragraph 53 dijelaskan bahwa:

“Aktivitas agrikultur sering terekspos oleh iklim, penyakit, dan resiko

alam lain. Jika suatu peristiwa terjadi sehingga menimbulkan suatu pos

pendapatan atau beban yang material, maka sifat dan jumlah pendapatan

dan beban tersebut diungkapkan sesuai dengan PSAK 1: Penyajian

Laporan Keuangan. Contoh dari peristiwa tersebut termasuk wabah

penyakit mematikan, banjir, kekeringan atau pembekuan yang parah, dan

wabah serangga.”

Page 41: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

29

Keterlibatan terhadap permasalahan lingkungan hidup diperlukan dalam

memenuhi tanggung jawab lingkungan hidupnya, hal ini harus diikuti dengan

pelaporan permasalahan lingkungan hidup di sekitar perusahaan terutama kinerja

perusahaan dalam mengatasi dampak keberadaan perusahaan tersebut di

lingkungan hidup sekitarnya. Tahapan ini akan sempurna jika pada akhirnya dapat

dilakukan audit lingkungan untuk perusahaannya yang mengukur kinerja

lingkungannya. Menurut Yousef (2003) terdapat empat level progresif dalam hal

tanggungjawab lingkungan hidup suatu perusahaan yaitu, perhatiannya terhadap

permasalahan lingkungan (environmental awareness), keterlibatannya dalam

permasalahan lingkungan (environmental involvement), pelaporan permasalahan

lingkungan (environmental reporting) dan audit lingkungan (environmental

audit). Environmental reporting adalah istilah yang digunakan dalam

mengungkapkan data yang berhubungan dengan lingkungan, risiko lingkungan,

dampak lingkungan, kebijakan, strategi, biaya, pertanggungjawaban atau kinerja

lingkungan kepada pihak-pihak yag memiliki kepentingan terhadap informasi

tersebut (www.menlh.go.id). Aminah dan Noviani (2014) mengatakan untuk

menyempurnakan kepedulian lingkungan perusahaan dapat menyajikan laporan

permasalahan lingkungan (environmental reporting) sebagai tambahan dari

laporan keuangan.

Menurut Yanto (2007), ada beberapa cara untuk mengungkapan informasi

pertanggungjawaban lingkungan. Pertama, penyajian informasi lingkungan

melalui ”pengungkapan” dapat dilakukan dengan membuat ikhtisar kegiatan

perusahaan terkait dengan upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan, hasil

penilaian pihak independen terkait dengan kepatuhan entitas terhadap kelestarian

Page 42: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

30

lingkungan. Kedua, pelaporan tanggung jawab atas lingkungan juga dapat

disajikan dalam laporan keuangan inti, misalnya peralatan yang disediakan dalam

rangka untuk mengurangi pencemaran lingkungan dapat disajikan sebagai aset

tetap. Ketiga, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mencegah,

lingkungan dari pencemaran dapat diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.

Selain itu, PSAK 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan

Aset Kontinjensi, juga memungkinkan untuk mengakui beban sebelum

dikeluarkannya biaya, dalam rangka memenuhi ketentuan hukum atau aspek

konstruktif lainnya. Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa ketentuan

akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang ada saat ini sudah

memberikan pengaturan yang relatif jelas mengenai cara menyajikan informasi

kepedulian lingkungan dalam laporan keuangan.

G. Kinerja Lingkungan (Environmental Parformance)

Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan

lingkungan yang baik (green) (Suratno et al., 2006). Kinerja lingkungan dapat

dilakukan dengan menerapkan akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan tidak

hanya menghitung biaya dan manfaat ekonomi perusahaan, tetapi juga

memperhitungkan biaya lingkungan yang merupakan biaya-biaya yang timbul di

luar pasar. Lober (1996) mengemukakan suatu matriks yang menyajikan kerangka

kerja bagi organisasi untuk mengukur kinerja lingkungan ke dalam empat

dimensi. Pertama, dimensi proses internal yaitu organizational systems;

menggambarkan karakteristik struktur dan program perusahaan, termasuk

kebijakan tertulis, mekanisme pengendalian internal, komunikasi, public relation,

Page 43: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

31

pelatihan dan insentif. Kedua, dimensi proses eksternal yaitu stakeholder

relations; menyangkut hubungan dengan stakeholder seperti karyawan,

pelanggan, dan lain-lain. Ketiga, dimensi outcome internal yaitu regulatory

compliance; menyangkut kepatuhan atau pelanggaran terhadap hukum dan

regulasi serta denda yang dibayarkan. Keempat, dimensi outcome eksternal yaitu

environmental impact; menggambarkan pencapaian hasil yang lebih nyata dan

dapat dihitung seperti tingkat polusi, limbah yang dihasilkan, limbah yang diolah,

dan lain-lain. Matriks kerangka kerja organisasi yang dimaksud dapat dilihat

dalam tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 2

Matriks Kinerja Lingkungan

Internal Eksternal

Process Organization Systems Stakeholder Relations

Outcome Regulatory Compliance Environmental Impact

Sumber: Lober (1996)

Kinerja lingkungan dapat diukur dengan menggunakan Program Penilaian

Peringkat Kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. PROPER

merupakan salah satu upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong peningkatan kinerja

perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja

penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan PROPER

diharapkan dapat memperkuat berbagai instrumen pengelolaan lingkungan yang

ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan instrumen ekonomi. Menurut

Oktalia (2014) peringkat kinerja PROPER dibedakan menjadi lima warna emas,

hijau, biru, merah dan hitam, dimana kriteria ketaatan digunakan untuk

Page 44: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

32

pemeringkatan biru, merah dan hitam, sedangkan kriteria penilaian aspek lebih

dari yang dipersyaratkan adalah hijau dan emas. Penerapan PROPER dapat

menjawab kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi publik dalam

pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan PROPER saat ini dilakukan berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 7 tahun 2008 tentang

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Tolak ukur kinerja lingkungan lainnya adalah GRI (Global Reporting

Initiative). GRI merupakan pionir dalam pengembangan rerangka kerja pelaporan

sustainability yang berisikan laporan ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai

pembanding laporan keuangan (Lindrianasari, 2007).

Kinerja lingkungan merupakan kinerja suatu perusahaan yang peduli

terhadap lingkungan sekitar yang dapat dilakukan dengan menerapkan akuntansi

lingkungan. Akuntansi lingkungan merupakan pengakuan dan integrasi dampak

isu-isu lingkungan pada sistem akuntansi tradisional suatu perusahaan. Entitas

yang merapkan akuntansi lingkungan menandakan entitas tersebut peduli dengan

lingkungan. Kepedulian entitas dengan lingkungannya tentunya dapat mendukung

perusahaan tersebut mendapatkan pringkat kinerja lingkungan. Penelitian Perez et

al., (2007) menemukan bahwa enam aset tak berwujud yaitu: kepedulian

karyawan; pemahaman, keterampilan dan keahlian karyawan mengenai

lingkungan; komitmen manajer; koordinasi lintas fungsi; integrasi isu lingkungan

ke dalam proses perencanaan strategis; dan praktik akuntansi manajemen

lingkungan, berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja lingkungan.

Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik, akan mengungkapkan mengenai

kepedulian perusahaan terhadap lingkunga. Menurut Roth dan Keller (1997)

Page 45: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

33

mengatakan bahwa tanggung jawab lingkungan perusahaan berarti memenuhi

peraturan yang berhubungan dengan polusi, pembuangan limbah, isu-isu

lingkungan lainnya dan berarti perusahaan berusaha ke arah pembangunan

berkesinambungan pada saat masyarakat berusaha memenuhi kebutuhannya tanpa

mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi

kebutuhannya. Sehingga kinerja lingkungan diharapkan dapat menggambarkan

tanggung jawab lingkungan perusahaan.

H. Green Accounting sebagai Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan

(Corporate Environmental Responsibility)

Berbagai dampak negatif dari kegiatan operasi perusahaan, memerlukan

suatu sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab

perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan

membutuhkan pengukuran, penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya

pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan. Perlakukan

terhadap masalah pengelolaan limbah menjadi penting kaitannya sebagai sebuah

pengendalian tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya. Roth dan

Keller (1997), mengatakan bahwa kesuksesan banyak perusahaan paling tidak

ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kualitas, profitabilitas, dan tanggung jawab

lingkungan. Pengelolaan lingkungan dalam bisnis telah berkembang dari waktu ke

waktu dengan pemahaman lingkungan yang lebih baik terkait keuangan, biaya dan

manfaat sebagai input untuk akuntansi manajemen konvensional. Menurut Hansen

dan Mowen (2005) biaya lingkungan merupakan biaya-biaya yang timbul karena

adanya kualitas lingkungan yang buruk. Biaya lingkungan sering sekali disebut

Page 46: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

34

sebagai biaya kualitas lingkungan, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena adanya

kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi, dengan demikian biaya

lingkungan berhubungan dengan ciptaan, deteksi, perbaikan, dan pencegahan

terjadinya penurunan lingkungan (Hansen dan Mowen, 2007: 780). Stimulus

utamanya adalah pada faktor yang terkait dengan lingkungan yang dapat

meningkatkan profitabilitas dan posisi keuangan perusahaan (Ismail et al., 2007).

Perusahaan tidak akan dapat memasukkan perubahan-perubahan

lingkungan sampai akuntan mengidentifikasi dan mengintegrasikan masalah

tersebut ke dalam keputusan manajemen. Sambharakreshna (2009) mengatakan

praktek akuntansi manajemen konvensional menekankan pada pengidentifikasian

dan pengendalian biaya-biaya yang berhubungan dengan proses bisnis perusahaan

untuk menghasilkan dan menetapkan harga produk. Manajemen tidak menyadari

bahwa proses bisnis yang dilakukan tersebut melibatkan faktor-faktor lingkungan

dan mempengaruhi lingkungan tersebut. Jika lingkungan tidak dikelola dengan

baik akan menanggapi respon perusahaan terhadap permasalahan lingkungan.

Menurut Gray, et al., (1995) akuntan intern akan terlibat dalam berbagai situasi,

seperti: a) perencanaan bisnis, yaitu dalam identifikasi biaya baru dan

perencanaan permodalan/proyeksi pendapatan; b) penilaian investasi; c) analisis

biaya dan keuntungan dari perbaikan lingkungan; d) analisis biaya dan efisiensi

program perbaikan lingkungan. Pengelolaan lingkungan diperlukan untuk

mengukur dan mengidentifikasi dampak biaya lingkungan yang dihasilkan dalam

semua proses yang relevan (dampak lingkungan potensial) seperti emisi udara,

pembuangan limbah, dan limbah air. Perusahaan-perusahaan perlu

mengidentifikasi dampak lingkungan yang potensial dan pengaruhnya dalam

Page 47: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

35

setiap proses dan mengevaluasi sumber daya manajerial yang dialokasikan dengan

tepat untuk pengaruh lingkungan (Ismail et al., 2007). Memahami biaya

lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong penetapan biaya dan

harga produk lebih akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mendesain

proses produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan

(Kusumaningtias, 2013).

Kebijakan lingkungan perusahaan merupakan komitmen dalam

mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang secara efektif dan efisien. Hal

tersebut dilakukan sebagai kesadaran atas keberadaan perseroan dalam

mengantisipasi dampak pemanasan global termasuk upaya efisiensi energi dan

pemanfaatan limbah B3 dan Non-B3, pengurangan pencemaran udara, konservasi

air, perlindungan keanekaragaman hayati, serta berusaha mencegah terjadinya

pencemaran dan pengendalian dampak lingkungan. Terdapat teknik-teknik

pengukuran yang dapat di gunakan dalam green accounting yaitu: total cost

assessment (TCA) merupakan suatu teknik yang memberikan fasilitas identifikasi

dan analisis biaya-biaya proyek internal dan pemeliharaan untuk mengatasi

masalah bisnis; full cost assessment (FCA) merupakan suatu teknik untuk

mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengalokasikan biaya-biaya konvensional

dan biaya-biaya lingkungan ke dalam perusahaan; dan life cycle analysis (LCA)

merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan internal

dan ekternal yang berhubungan dengan produk, proses, atau aktivitas dari seluruh

tahapan (Sambharakreshna, 2009). Ketiga teknik tersebut berdasarkan pada

pendekatan Activity Based Costing (ABC) dalam mengidentifikasi dan

menghitung biaya-biaya yang terkait lingkungan, dengan menggunakan ketiga

Page 48: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

36

teknik tersebut perusahaan dengan mudah dapat mengungkapakan biaya

lingkungannya.

Meurut Fasua (2011) fungsi akuntansi lingkungan dibagi menjadi: a)

fungsi internal yaitu salah satu langkah dari sistem informasi lingkungan

organisasi, fungsi internal memungkinkan untuk mengelola dan menganalisis

biaya pelestarian lingkungan yang dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh,

serta mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien melalui

pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini sangat diperlukan keberadaan fungsi

akuntansi lingkungan sebagai alat manajemen bisnis untuk digunakan oleh para

manajer dan unit bisnis terkait; b) fungsi eksternal yaitu mengungkapkan hasil

pengukuran kegiatan pelestarian lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan

perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholder.

Pengungkapan semua biaya lingkungan, baik internal maupun eksternal, dan

mengalokasikan biaya-biaya lingkungan berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya

dalam sebuah akuntansi lingkungan yang terstruktur akan memberikan kontribusi

baik pada kinerja lingkungan (De Beer dan Friend, 2006). Sehingga diharapkan

bahwa publikasi hasil dari akuntansi lingkungan akan berfungsi baik sebagai alat

bagi organisasi dalam memenuhi tanggung jawab lingkungan entitas atas

akuntabilitas kepada stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk

evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.

Page 49: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

37

I. Model Pengungkapan Green Accounting Mewujudkan Environmental

Performance

Suhardjanto dan Miranti (2009) menyebutkan bahwa pengungkapan yang

didasarkan pada ketentuan standar disebut required/regulated/mandatory

disclosure. Pengungkapan secara wajib/mandatory adalah pengungkapan

minimum yang disyaratkan oleh lembaga berwenang (Pemerintah, IAI, maupun

BAPEPAM-LK). Perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan sukarela,

menurut pengungkapan wajib akan memaksa untuk mengungkapkannya. Jenis

pengungkapan lain yang bersifat sukalera disebut voluntary disclosure.

Perusahaan bersedia mengungkapkan secara sukarela tanggung jawab

lingkungannya dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya

untuk memenuhi keinginan stakeholder atau juga meningkatkan citra perusahaan.

Manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan adalah

meningkatkan kredibilitas, membantu investor memahami strategi bisnis

manajemen, menarik analis meningkatkan akurasi pasar dan menurunkan

ketidaksimetrisan informasi pasar. Pengungkapan tanggung jawab lingkungan

secara sukarela/voluntary belum banyak dilakukan, sedangkan pengungkapan

secara wajib/mandatory perlu dikaji lebih jauh.

Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara, termasuk

Indonesia masih bersifat voluntary. Hernadi (2012) mengatakan bahwa akuntansi

tradisional berkaitan dengan aspek keuangan dari aktivitas perusahaan. Akuntansi

tradisional ini tidak menyajikan yang menyangkut aspek sosial dan lingkungan,

sehingga itulah yang menjadi kelemahan dari akuntansi tradisional. Akuntansi

Page 50: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

38

keuangan konvensional menurut Idris (2012) belum dapat menyajikan informasi

asset, liabilitas, pendapatan dan beban atau biaya yang terkait dengan pelestarian

lingkungan. Pengungkapan yang terkait masalah lingkungan terdapat di Standar

Akuntansi Keuangan, namun belum ada standar khusus yang mengatur green

accounting, sehingga pelaporan akan biaya-biaya yang terkait masih voluntary.

Menurut Ikhsan (2008) dalam Susilo dan Astuti (2014) pada dimensi proses dan

hasil kegiatan konservasi lingkungan, perusahaan mempersiapkan suatu ringkasan

dan keutamaan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan, suatu penjelasan dari

kumpulan hasil dari akuntansi lingkungan (termasuk evaluasi dari besar dan

kecilnya figur dan alasan untuk mengingkatkan atau menurunkan melalui

perbandingan dengan periode sebelumnya) dan kebijakan yang diaktifkan

mengenai masa depan kegiatan konservasi lingkungan. Menurut Ikhsan (2008)

mengatakan bahwa terdapat beberapa informasi yang harus disajikan dalam

akuntansi lingkungan, yaitu:

1. Biaya Konservasi Lingkungan

Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan dengan menjumlahkan biaya

konservasi lingkungan dari kategori yang sesuai dengan kegiatan bisnis serta

rincian kegiatan. Salah satu biaya yang dimasukkan ke dalam jenis biaya tersebut

yaitu biaya pencegahan polusi. Berikut ini tabel menunjukkan pernyataan utama

mengenai biaya konversi lingkungan, yaitu:

Tabel 3: Pernyataan Utama Mengenai Biaya Konservasi Lingkungan

Lingkup :

Periode Target :

Page 51: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

39

Unit : Rupiah Rp

Biaya kegiatan Konservasi Lingkungan

Kategori berhubungan dengan bisnis

Kategori

Kunci

Kegiatan

dan Hasil

Investasi Biaya

1. Biaya Area Bisnis

Uraian

a. Biaya Pencegahan

Polusi

b. Konservasi Biaya

Lingkungan

c. Biaya Sirkulasi Sumber

Daya

2. Biaya upstream/downstream

3. Biaya Administrasi

4. Biaya R & D

5. Biaya Kegiatan Sosial

6. Biaya Penyelamatan Lingkungan

(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)

2. Keuntungan Konservasi Lingkungan

Biaya ini menunjukkan hasil yang dikumpulkan yang menjumlahkan

volume dari dampak lingkungan menurut petunjuk prestasi lingkungan dan

konservasi lingkungan.

Tabel 4: Pernyataan Utama Mengenai Keuntungan Konservasi Lingkungan

Lingkup :

Periode Target :

Unit : Rupiah (Rp)

Keuntungan Konservasi Lingkungan

Kategori

Keuntungan

Konservasi

Lingkungan

Indikator Kinerja

Lingkungan (Unit)

Periode

Sebelumnya

Periode

Sekarang Perbedaan

Keuntungan

konservasi

lingkungan

Total Input Volume

Energi

Input Volume

Page 52: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

40

berhubungan

dengan input

sumberdaya

ke dalam

kegiatan

bisnis

Energi dengan

Tipenya

Input volume dari

unsur khusus

pengendalian

Input volume dari

Sirkulasi sumber

daya

Input Volume Air

Input Volume Air

dengan Sumber

Daya

. . . . . .

Keuntungan

konservasi

lingkungan

berhubungan

dengan sisa

atau dampak

lingkungan

yang

dihasilkan

dari kegiatan

bisnis

Volume dari Emisi

Gas Rumah Kaca

Volume dari emisi

gas rumah kaca

dengan jenis atau

dengan kegiatan

emisi

Volume dari bahan

kimia

yang disalurkan atau

dipancarkan

Total Sisa Volume

Emisi

Sisa Akhir Volume

Penjualan

Sisa Volume Air

Kualitas Air

Nox, Sox volume

emisi

Bau tingginya

konsentrasi

. . . . . .

Keuntungan

konservasi

lingkungan

berhubungan

dengan

barang

dan jasa

yang

dihasilkan

dari kegiatan

bisnis

Volume energi yang

digunakan pada saat

digunakan

Volume output dari

bahan disebabkan

dampak lingkungan

pada saat digunakan

Volume output dari

bahan karena

dampak lingkungan

ketika dibuang

Page 53: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

41

Volume sirkulasi

produk, seperti

produk, kontainer

dan bingkisan yang

dikumpulkan setelah

digunakan

Volume kontainer

dan

pembungkusan yang

digunakan

. . . . . .

Keuntungan

konservasi

lingkungan

lainnya

Volume emisi dari

bahan yang

berhubungan dengan

transportasi yang

disebabkan dampak

lingkungan

Transportasi dari

volume produk dan

bahan-bahan

Area permukaan

volume yang

terkontaminasi

minyak

Keributan

Getaran

. . . . . .

(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)

3. Keuntungan Ekonomi

Keuntungan ekonomi dalam hal ini ditunjukkan dengan keuntungan aktual dan

keuntungan ekonomi lainnya. Adapun tabel pernyataan utama keuntungan

ekonomi berhubungan dengan kegiatan konservasi lingkungan, diantaranya:

Tabel 5: Pernyataan Utama Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan

Kegiatan Konservasi Lingkungan

Lingkup :

Periode Target :

Unit : Rupiah (Rp)

Page 54: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

42

Keuntungan Ekonomi Berhubungan dengan Konservasi Lingkungan

“Keuntungan Aktual”

Rincian Keuntungan Jumlah

Pendapatan

Pendapatan operasi dari penjualan

sisa produk daur ulang dan

menggunakan produk yang

dihasilkan di seluruh kunci

kegiatan bisnis

. . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

Pengurangan

Biaya

Pengurangan dalam biaya energai

diseluruh konservasi energi

Pengurangan dalam sisa biaya

penjualan seluruh sumber daya

. . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

Total

(Sumber: Ikhsan, 2008 dalam Susilo dan Astuti, 2014)

Menurut Suratno et al., (2007) terdapat komponen pembiayaan yang harus

dihitung dalam akutansi lingkungan misalnya: (1) biaya operasional bisnis terdiri

dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya memperbaiki fasilitas lingkungan,

jasa atau fee kontrak untuk menjalankan kegiatan pengelolaan lingkungan, biaya

tenaga kerja untuk menjalankan operasionalisasi fasilitas pengelolaan lingkungan,

serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling); (2) biaya daur ulang

limbah; dan (3) biaya penelitian dan pengembangan (research and development)

terdiri dari biaya total untuk material, tenaga ahli, dan tenaga kerja lain untuk

pengembangan material yang ramah akan lingkungan, produk dan fasilitas pabrik.

United States Environmental Protection Agency dalam Sudirno (2014) biaya-

biaya lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian, yaitu biaya

konvensional, biaya tersembunyi, biaya kontijensi, biaya image dan biaya sosial.

Page 55: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

43

Menurut IFAC (2005) biaya lingkungan dapat di klasifikasi menjadi enam

kategori, yaitu:

“Biaya material dari output produk (materials costs of product outputs),

biaya material dari output non-produk (materials costs of non-product

outputs), biaya kontrol limbah dan emisi (waste and emission control

costs), biaya pencegah dan pengelolaan lingkungan (prevention and other

environmental management costs), biaya penelitian dan pengembangan

(research and development costs) dan biaya tak berwujud (less tangible

costs).

Berikut penjelasan dari biaya-biaya lingkungan tersebut:

Tabel 6

Kategori Biaya Lingkungan

1. Biaya Material dari Output Produk (Materials Costs of Product

Outputs)

Termasuk biaya penyediaan sumber daya seperti air dan biaya pembelian

bahan lainnya yang akan diproduksi menjadi suatu output produk.

2. Biaya Material dari Output Non-Produk (Materials Costs of Non-

Product Outputs)

Termasuk biaya pembelian dan pengolaan sumber daya dan bahan lainnya

yang menjadi output non-produk (limbah dan emisi).

3. Biaya Kontrol Limbah dan Emisi (Waste and Emission Control Costs)

Termasuk biaya untuk penanganan, pengolahan, dan pembuangan limbah

dan emisi; biaya perbaikan dan kompensasi yang berkaitan dengan

kerusakan lingkungan, dan setiap biaya yang timbul karena kepatuhan

terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.

4. Biaya Pencegahan dan Pengelolaan Lingkungan (Prevention and other

Environmental Management Costs)

Termasuk biaya yang timbul karena adanya kegiatan pengelolaan

lingkungan yang bersifat preventif. Termasuk juga biaya pengelolaan

lingkungan lainnya seperti perencanaan perbaikan lingkungan, pengukuran

kualitas lingkungan, komunikasi dengan masyarakat dan kegiatan lain

yang relevan.

5. Biaya Penelitian dan Pengembangan (Research and Development

Costs)

Termasuk biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek-proyek

penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan isu-isu

lingkungan.

Page 56: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

44

6. Biaya Tak Berwujud (Less Tangible Costs)

Termasuk biaya internal dan eksternal yang tak berwujud. Misalnya biaya

yang timbul karena adanya kewajiban untuk mematuhi peraturan

pemerintah agar dimasa depan tidak muncul masalah lingkungan, biaya

yang timbul untuk menjaga citra perusahaan, biaya yang timbul karena

menjaga hubungan dengan stakeholder dan eksternalitas.

Sumber: International Federation of Accountants (IFAC, 2005)

Hansen dan Mowen (2005) membangun sebuah model untuk mendorong

praktik green accounting, yang dimana dalam penyusunan laporan terdapat empat

kategori biaya yang harus disajikan yaitu: (1) biaya pencegahan lingkungan,

dimana yang dimaksud yaitu biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk

mencegah diproduksinya limbah/sampah yang dapat menyebabkan kerusakan

lingkungan; (2) biaya deteksi lingkungan, yang dimaksud yaitu biaya-biaya untuk

aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses dan aktivitas

lainnya diperusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak;

(3) biaya kegagalan internal lingkungan, yang dimaksud yaitu biaya-biaya untuk

aktivitas yang dilakukan karena produksinya limbah/sampah tetapi tidak dibuag

ke lingkungan luar; (4) biaya kegagalan eksternal lingkungan, yaitu biaya-biaya

untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam

lingkungan. Harapan dari publikasi dari akuntansi lingkungan dapat mempunyai

arti bagi perusahaan untuk mempertanggung jawabkannya serta transparansi

perusahaan bagi stakeholder. Berikut tabel pengelompokan biaya-biaya

lingkungan:

Tabel 7

Pengelompokan Biaya Lingkungan

Biaya Pencegahan Lingkungan

(Environmental Prevention Cost)

1. Biaya pelatihan pegawai

Biaya Deteksi Lingkungan

(Environmental Detection Costs)

1. Biaya mengaudit aktivitas

Page 57: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

45

2. Biaya mengevaluasi dan memilih

pemasok

3. Biaya desain produk

4. Biaya daur ulang produk

5. Biaya mengevaluasi dan memilih

alat untuk mengendalikan polusi

6. Biaya mendesain proses

7. Biaya mengaudit risiko lingkungan

8. Biaya mengembangkan sistem

manajemen lingkungan

lingkungan

2. Biaya pemeriksaan limbah cair

3. Biaya pemeriksaan cerobong

bioner

4. Biaya pemeriksaan emisi

5. Biaya mengukur tingkat

pencemaran

Biaya Kegagalan Internal

Lingkungan (Environmental

Internal Failure Costs)

1. Biaya mengelolah dan membuang

sampah/limbah beracun

2. Biaya mengoperasikan peralatan

pengendalian polusi

3. Biaya pemeliharaan peralatan

pengendalian polusi

4. Biaya mendapatkan lisensifasilitas

untuk memproduksi limbah

5. Biaya mendaur ulang sisa bahan

Biaya Kegagalan Eksternal

Lingkungan (Environmental

External Failure Costs)

1. Biaya pembersihan sungai yang

tercemar

2. Biaya pembersihan tanah yang

tercemar

3. Biaya rusaknya ekosistem

4. Biaya hilngnya penjualan karena

reputasi lingkungan yang buruk

5. Biaya menggunakan bahan baku

dan listrik secara tidak efisien

Biaya Penelitian dan

Pengembangan (Research and

Development Costs)

1. Biaya yang timbul karena adanya

kewajiban untuk memenuhi

peraturan pemerintah agar didepan

tidak muncul masalah lingkungan

2. Biaya yang timbul untuk menjaga

citra perusahaan

3. Biaya yang timbul karena menjaga

hubungan dengan stakeholder dan

eksternalitas.

Sumber: Hansen dan Mowen (2005) dan IFAC (2005)

IFAC (2005) dalam pengelompokan biaya lingkungan terdapat biya

penelitian dan pengembangan, landasan adanya biaya tersebut karena dalam

melakukan pengelolaan lingkungan bersifat preventif. Sehingga memunculkan

Page 58: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

46

biaya-biaya yang terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang

berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya penelitian dan pengemabangan

lingkungan tersebut dapat melengkapi pengelompokan biaya penelitian yang

dilakukan oleh Hansen dan Mowen. Pengungkapan biaya lingkungan akan

berdampak positif dengan environmental performance (Al-Tuwaijri et al., 2004).

Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan

kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar.

I. Rerangka Pikir

Menurut Kusumaningtias (2013) sudah sebuah keharusan perusahaan

mengungkapkan perhitungan terkait dengan lingkungannya, hal tersebut diatur

dalam UU No 40 tahun 2007. PT Semen Tonasa merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang persemenan, dimana dalam melakukan aktivitasnya

menghasilkan banyak limbah. Entitas mengungkapkan kegiatan aktivitasnya yang

berkaitan dengan pelestarian lingkungan, namun PT Semen Tonasa belum merinci

biaya-biaya yang berkaitan dengan lingkungan. Dimana lingkungan termasuk

dalam stakeholder eksternal. Investor dalam menanamkan modalnya cenderung

untuk memilih perusahaan yang mengembangkan kebijakan lingkungan.

Pengungkapan terkait masalah lingkungan terdapat dalam Standar Akuntansi

Keuangan pada PSAK 1: Penyajian Laporan keuangan paragraph 14 dan PSAK

69: Agrikultur paragraph 53, namun belum ada standar khusus yang mengatur

tentang green accounting. Sehingga perusahaan yang mengungkapkan biaya-

biaya terkait lingkungannya masih sukarela (voluntary). Perusahaan dalam

mengungkapkan biaya-biaya terkait lingkungannya memasukkannya ke dalam

Page 59: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

47

biaya overhead dan biaya lain-lain perusahaan, sehingga stakeholder kesulitan

dalam mendeteksi biaya-biaya tersebut. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk

menformulasikan sebuah model terkait green accounting.

Penelitian ini mencoba menformulasikan model pelaporan green

accounting, adapun biaya-biaya yang terkait yaitu : a) Biaya pencegahan

lingkungan, yang terdiri dari biaya pelatihan pegawai, biaya mengevaluasi dan

memilih pemasok, biaya desain produk, biaya daur ulang produk, biaya

mengevaluasi dan memilih alat untuk mengendalikan polusi, biaya mendesain

proses, biaya mengaudit risiko lingkungan, biaya mengembangkan sistem

manajemen lingkungan; b) Biaya deteksi lingkungan, yang terdiri dari: biaya

mengaudit aktivitas lingkungan, biaya pemeriksaan pembuangan limbah cair,

biaya pemeriksaan cerobong boiler, biaya pemeriksaan emisi, biaya mengukur

tingkat pencemaran; c) Biaya kegagalan internal lingkungan, yang terdiri dari:

biaya mengolah dan membuang sampah atau limbah beracun, biaya

mengoperasikan peralatan pengendalian polusi, biaya mendapatkan lisensifasilitas

untuk memperoduksi limbah, biaya mendaur ulang sisa bahan; d) Biaya kegagalan

eksternal lingkungan, yang terdiri dari: biaya pembersihan sungai/danau yang

tercemar, biaya membersihkan tanah yang tercemar, biaya membersihkan minyak

yang tertumpah, biaya rusaknya ekosistem karena pembuangan limbah, biaya

merestorasi tanah ke keadaan alamiah, biaya cleaning up pollutan lake, biaya

hilangnya penjualan karena reputasi lingkungan yang buruk, biaya menggunakan

bahan baku dan listrik secara tidak efisien, biaya menerima perawatan medis

karena polusi udara, biaya hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran; e)

Biaya penelitian dan pengembangan, yang menyangkut seluruh proyek-proyek

Page 60: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

48

perusahaan yang menyangkut penelitian dan pengembangan terkait lingkungan

terdiri dari Biaya yang timbul karena adanya kewajiban untuk memenuhi

peraturan pemerintah agar didepan tidak muncul masalah lingkungan, biaya yang

timbul untuk menjaga citra perusahaan, biaya yang timbul karena menjaga

hubungan dengan stakeholder dan eksternalitas. Biaya-biaya tersebut dapat

diungkapkan dalam sustainability report dan environmental report, sehingga

kinerja lingkungan perusahaan dapat dinilai. Adapun rerangka pikir dari penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 61: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

49

Gambar 2

Rerangka Pikir

Sumber: Data diolah, 2017

Green Accounting

Stakeholder Theory Legitimacy Theory

Biaya

Pencegahan

Lingkungan

Biaya

Penelitian dan

Pengembanga

n

Environmental

Reporting

Environmental

Performance

Corporate Environmental

Responsibility

Biaya

Kegagalan

Eksternal

Lingkungan

Biaya

Kegagalan

Internal

Lingkungan

Sustaibanility

Reporting

Biaya

Deteksi

Lingkungan

Discretionary

Disclosure Theory

Page 62: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono (2013; 37) metode penelitian kualitatif sering

disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada

kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga metode etnografi, karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya; disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya

lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong 2010; dalam Shodiq dan Febri, 2015). Penelitian kualiatif didasarkan

pada dua alasan yaitu, Pertama permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini

membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan konstektual.

Kedua, pemilihan pendekatan ini berdasarkan pada keterkaitan masalah yang

dikaji dan tidak dapat dipisahkan dengan fakta alaminya. Penelitian kualitatif

disebut juga penelitian naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat

wajar sebagaimana adanya, tanpa manipulasi diatur dengan eksperimen atau test

(Rahmat, 2009).

Page 63: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

51

Penelitian ini dilakukan dan menggunakan sumber data pada salah satu

perusahaan industri persemenan di kwasan Indonesia Timur, yaitu PT Semen

Tonasa yang berlokasi di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan sekitar 68 kilometer dari

kota Makassar.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian memberikan asumsi bahwa dunia sosial,

sebagimana ilmu pengetahuan dikelola, dan apa yang sesungguhnya merupakan

masalah, solusi dan kriteria pembuktian (Andranovich dan Riposa, 1993).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berdasarkan pada

paradigma kritis. Efferin et al., 2004 dalam Riharjo, 2011) mengatakan penelitian

akuntansi kritis merupakan suatu proses pengungkapan prktik akuntansi

melampaui “penampakan di permukaan”. Penelitian akuntansi berbasis paradigma

kritis berusaha untuk menjelaskan bahwa teori dan praktik akuntansi yang saat ini

berkembang terus sesuai dengan kreatifitas peneliti-peneliti dalam akuntansi yang

bertujuan melakukan kritik, transformasi, pemulihan, emansipiasi, pembongkaran

terhadap suatu fenomena yang diteliti agar dapat dipahami dengan baik. Tujuan

penelitian dalam paradigma ini adalah untuk menjelaskan dan mengkritik realitas

sosial dan memberdayakan manusia untuk melakukan tersebut.

Menurut Suwardjono (2005) paradigma critical mempunyai tujuan ganda

yaitu memahami suatu praktik akuntansi dimana ia diterapkan sekaligus berusaha

untuk menemukan suatu pemecahan kearah penyempurnaan praktik akuntansi itu

sendiri. Penelitian akuntansi kritis diharapkan dapat memperjuangkan ide peneliti

Page 64: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

52

yang ingin membawa perubahan sutansial, yang didukung dengan pemahaman

yang diperoleh peneliti tentang fenomena akuntansi berdasarkan fakta di lapangan

dilengkapi dengan analisis dan pendapat berdasarkan keyakinan pribadi, dengan

didukung oleh argumentasi yang memadai (Riharjo, 2011). Paradigma ini

dianggap lebih tepat karena sesuai dengan tujuan penelitian yang tidak hanya

mencoba untuk memahami tapi juga berusaha mengubah realitas sosial, yang

dimana dalam hal ini pelaporan akan biaya-biaya lingkungan belum diatur dalam

sebuah standar. Perusahaan dalam melaporakan biaya-biaya lingkungannya hanya

sukarela dan perusahaan menggenalisir biaya-biaya lingkungan kedalam biaya

overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan stakeholder kesulitan untuk

menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut, sehingga penulis mencoba untuk

menyusun sebuah model green accounting.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data

sekunder. Data primer lebih mengacu pada informasi yang diperoleh langsung

dari pengamatan objek yang diteliti misalnya informasi yang diperoleh melalui

wawancara dengan informan yang telah ditentukan sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau dengan kata lain

data diperoleh secara tidak langsung melainkan melalui media perantara.

D. Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan data penelitian, dimana untuk

mengumpulkan data yang diperlukan digunakan dua metode yaitu metode primer

Page 65: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

53

dan metode sekunder. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal–hal dari

responden yang lebih mendalam. Wawancara mendalam dilakukan secara

langsung dengan informan secara terpisah di lingkungannya masing-masing.

Wawancara dilakukan dengan informan yang dianggap berkompeten dan

mewakili.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

penelusuran dengan menggunakan referensi dari buku, jurnal, makalah dan

perundang-undangan terkait dengan objek penelitian untuk mendapatkan

konsep dan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji sebagai

penunjang penelitian. Misalnya mengenai sejarah dari Bank Muamalat itu

sendiri.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data berupa data-data sekunder

yang berupa dokumen-dokumen sosial perusahaan.

4. Internet searching

Internet searching merupakan penelitian yang dilakukan dengan

mengumpulkan berbagai tambahan referensi yang bersumber dari internet

Page 66: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

54

guna melengkapi referensi penulis serta digunakan untuk menemukan fakta

atau teori berkaitan masalah yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif ini penulis sendiri menjadi instrumen atau alat

penelitian, seperti halnya yang ditulis Nasution (dalam Sugiyono, 2005: 59)

bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama. Hal tersebut dikarenakan segala

sesuatunya belum mempunyai bentuknya yang pasti. Oleh karena itu penulis

sebagai instrumen harus divalidasi, seberapa jauh penulis siap melakukan

penelitian dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Penelitian yang

menggunakan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara yaitu

berupa daftar pertanyaan terbuka, peneliti juga menggunakan berupa alat

penunjang yang dapat mengukur ataupun menggambarkan fenomena yang

diamati. Adapun alat-alat penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan

penelitian perekam suara, kamera dan alat tulis. Selain itu juga, penelitian ini

dilakukan dengan mengunduh (download) data yang dibutuhkan berupa annual

report dan sustainability reporting.

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan paradigma kritis

dalam melihat fenomena akuntansi atau critical accounting study dengan

menganalisisnya dengan paradigma kritis Karl Marx. Menurut Efferin (2015) Karl

Marx merupakan salah satu tokoh yang pemikirannya sering menjadi rujukan

Page 67: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

55

dalam paradigm kritis. Marx menyebut pemikirannya sebagai kritik politik

ekonomi dari perspektif kaum ploretar yang dikenal dengan ilmuan dan sangat

relevan sebagai pisau analisis. Salah satu karyanya yang palig dikenal yaitu Das

Kapital yang menjelaskan tentang pemahaman filosofi keadilan sosial dengan

mengambil kasus ketidakadilan dalam ekonomi (Mariani 2013 dalam Farihah,

2015). Pendekatan materialism historis Karl Marx berdasar pada dalil bahwa

produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk

membantu manusia dan mengembangkan eksistensinya. Menurutnya, bahwa

proses kehidupan manusia dari dua faktor yang memiliki hubungan sejarah, yaitu

faktor ekonomi sebagai basis dan masalah kesadaran manusia yang berwujud

dalam ilmu, filsafat, ideologi dan agama sebagai suprastruktur (Farihah, 2015).

Kritis-konstruktivisme merupakan pengetahuan harus dibangun atau

dikemukakan, dengan mengajukan pertanyaan pada informan, peneliti

konstruktivisme mencoba menangkap apa yang terdapat dalam benak subjek, dan

mengonstruksinya menjadi suatu konsep ilmu pengetahuan. Ada dua

konstrukvisme, yakni konstruktivisme individual – peneliti menggali pengetahuan

di benak individu, dan konstruktivisme sosiokultural – peneliti membimbing

subjek merekonstruksi realita yang ada dalam masyarakat. Namun keduanya

sama, yakni mengkonstruksi realita yang secara potensial sudah ada (Atmadja,

2013).

Menurut Salim dalam Saputro (2014) proses analisis data dilakukan

sejak pengumpulan data sampai selesainya proses pengumpulan data

Page 68: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

56

tersebut. Adapun proses-proses tersebut dapat dijelaskan ke dalam tiga tahap

berikut:

1. Reduksi data dilakukan dengan jalan memfokuskan perhatian dan pencarian

materi penelitian dari berbagai literatur yang digunakan sesuai dengan

pokok masalah yang telah diajukan pada rumusan masalah. Data yang

relevan dianalisis secara cermat, sedangkan yang kurang relevan disisihkan.

2. Penyajian data yang dilakukan peneliti ada dua tahapan penyajian, yaitu

tahap deskriptif dan tahap kritik. Tahap deskriptif dimulai dengan

mengidentifikasi data dari hasil reduksi data yang dilakukan sebelumnya,

dilanjutkan dengan menjelaskan data yang memiliki hubungan pelporan

biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan.

3. Penarikan kesimpulan, dari pengumpulan data dan analisa yang telah

dilakukan, peneliti mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya

dalam proses penelitian, mencatat keterbatasan yang dihadapi dalam

penelitian ini, dan implikasi positif yang diharapkan bisa diperoleh dari

penelitian ini.

G. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif untuk mendapatkan nilai

kebenaran terhadap penelitian disebut juga dengan uji kredibilitas (credibility).

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif

dapat dilakukan antara lain dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan membercheck (Afiyanti, 2008). Namun karena penelitian ini

Page 69: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

57

menggunakan berbagai sumber data dan teori dalam menghasilkan data dan

informasi yang akurat, maka cara yang tepat digunakan adalah dengan

menggunakan metode triangulasi, adapun dalam penelitian ini menggunakan dua

dari empat jenis triangulasi untuk menyelaraskan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya,selain

melalui wawancara dengan informan, peneliti juga mengunakan peneliti

bisa menggunakan sumber data pendukung lainnya seperti dokumen

tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi

dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan

bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan

pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan

untuk memperoleh kebenaran handal.

2. Triangulasi Teori, yaitu hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya

dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari

bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.

Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman

asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretis secara mendalam

atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

Page 70: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur

Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200.000 hektar di desa Biringere Kec.

Bungoro Kab. Pangkep 68 kilo meter dari kota Makassar. Proses produksi

perseroan bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur di

kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur sekitar pabrik hingga

pengantongan semen zak di unit pengantongan semen. Proses produksi perseroan

secara terus menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin

kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang berada di Sulawesi Selatan

merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan semen di Kawasan Timur

Indonesia. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat

oleh delapan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi

penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan

tersebut. Kedelapan unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu,

Banjarmasin dan Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per

tahun serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing

600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan kapasitas 150.000 ton

semen per tahun. Sarana pendukung operasi lainnya yang berkontribusi besar

terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi,

Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik. Perseroan meyakini bahwa

Page 71: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

59

dengan pengembangan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik semen

Tonasa unit V, perseroan akan senantiasa berfokus kepada pemenuhan kebutuhan

pembanguanan nasional serta kemajuan bangsa dan Negara.

PT. Semen Tonasa memiliki 7 unit pengantongan semen yang berlokasi di

Makassar, Bitung, Samarinda, Banjarmasin, Bali, dan Ambon dengan kapasitas

masing-masing 300.000 metrik ton semen per tahun kecuali Makassar dan Bali

yang berkapasitas masing-masing 600.000 metrik ton semen per tahun dan Palu

yang berkapasitas 175.000 metrik ton semen per tahun. Perseroan yang memiliki

kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit

pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik

Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan

kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III,

2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk

Unit V. Perseroan berdasarkan anggaran dasar merupakan produsen semen di

Indonesia yang telah memproduksi serta menjual semen di dalam negeri dan

mancanegara sejak tahun 1968.

Pabrik Semen Tonasa I

Tonasa unit I didirikan berdasarkan Tap MPRS RI No.

II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960 tentang pola Pembangunan

Nasional Semesta Berencana Tahapan 1961-1969. Tonasa unit I mulai

berproduksi semen pada tahun 1968 dengan kapasitas terpasang

120.000.000 metrik ton semen per tahun dengan proses basah dan

merupakan proyek Departemen Perindustrian Republik Indonesia

Page 72: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

60

bekerjasama dengan Pemerintah Cekoslovakia. Pabrik yang berlokasi di

Desa Tonasa Kecamatan Balocci Kab. Pangkep ini sejak tahun 1984

dihentikan operasinya atas pertimbangan ekonomis.

Pabrik Semen Tonasa II

Pabrik Semen Tonasa II yang berlokasi di Biringgere, Kecamatan

Bungoro, Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan sekitar 23 km

dari lokasi pabrik unit I, didirikan berdasarkan kepada persetujuan

BAPPENAS :

No. 023/XC-LC/B.V/76

No. 285/D.I/IX76

Tonasa II yang menggunakan proses kering mulai beroperasi secara

komersil pada tahun 1980 dengan kapasitas terpasang 510.000 metrik ton

semen per tahun. Program optimalisasi Tonasa unit II dirampungkan pada

tahun 1991 secara swakelola dan berhasil meningkatkan kapasitas

terpasang menjadi 590.000 metrik ton semen per tahun. Sementara di area

yang berjarak sekitar 17 Km dari pabrik, dibangun juga fasilitas Pelabuhan

Khusus Biringkassi sebagai penunjang distribusi semen ke luar pulau

Sulawesi.

Pabrik Semen Tonasa III

Pabrik Tonasa III yang berlokasi di tempat yang sama dengan

Pabrik Semen Tonasa II dibangun berdasarkan persetujuan BAPPENAS :

No. 32/XC-LC/B.V/1981

No. 2177/WK/10/1981

Page 73: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

61

Pabrik Tonasa III yang menggunakan proses kering mulai beroperasi

secara komersial pada tahun 1985 dengan kapasitas terpasang 590.000

metrik ton semen per tahun ini merupkan kerja sama antara Pemerintah

Indonesia dengan Pemerintah Jerman Barat.

Pabrik Semen Tonasa IV

Pabrik Tonasa IV didirikan berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.

182/MPP.IX/1990, tanggal 02 Oktober 1990 dan SK Menteri Keuangan RI

No. S.1549/MK 013/1999 tanggal 29 November 1990. Tonasa Unit IV

dengan kapasitas terpasang 2.300.000 metrik semen ton per tahun mulai

dioperasikan secara komersial pada tanggal 1 November 1996, dan

fasilitas pendukung Power Plant berkapasitas 2×25 MW. Pabrik yang

menggunakan proses kering ini terletak di lokasi yang sama dengan

Tonasa Unit II dan Unit III.

Pabrik Semen Tonasa V

Desember 2007 pemegang saham mengumumkan persetujuan

pembangunan Pabrik Semen Tonasa Unit V dengan kapasitas 2,5 juta ton

per tahun. Pabrik Semen Tonasa unit IV mulai beroperasi sejak tahun 2013

dan diresmikan oleh presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada

Februari 2014.

1. Status Perusahaan

Pada awal berdirinya pabrik Semen Tonasa I dalam masa kontruksi,

perusahaan masih berstatus ”Proyek” di bawah naungan Departemen

Perindustrian dan Pertambangan. Dengan selesainya proyek pembangunan

Page 74: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

62

pabrik Semen Tonasa I, pada tanggal 2 November 1968, status perusahaan di

tingkatkan menjadi status ”Pabrik” sampai dengan tahun 1971. Pabrik Semen

Tonasa ditetapkan menjadi BUMN yang berbentuk Perusahaan Perum

(PERUM) berdasarkan PP No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971.

Pada tahun 1975, status perusahaan meningkat menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero), berdasarkan PP No. 1 tahun 1975. Perubahan bentuk

hukum dari PERUM menjadi PERSERO disahkan tahun 1976 dengan akte

Notaris Soewarno SH, No. 6 tanggal 9 Januari 1976 di Jakarta dan diperbaiki

di hadapan Notaris. H. Bebasa Dg. Lalo SH, No. 64 tanggal 20 Mei 1976.

Terakhir dengan perubahan Anggaran Dasar oleh Notaris Hadi Moentoro SH,

di Jakarta No. 11 tanggal 12 Desember 1984. Pada tanggal 15 September 1995,

PT. Semen Tonasa mengadakan konsolidasi dengan PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk, dan hal tersebut masih berlangsung hingga sekarang.

2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi:

”Menjadi perusahaan persemenan terkemuka yang efisiensi dan berwawasan

lingkungan di Indonesia”

Misi:

Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholder.

Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan

kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.

Senantiasa berupaya melakukan invroment di segala bidang, guna

meningkatkan daya saing di pasar dan ebitda margin perusahaan.

Page 75: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

63

Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi

karyawan untuk bekerja secara profesional.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam rangka mengatur sistem kegiatan PT Semen Tonasa diperlukan

struktur organisasi yang memberikan petunjuk mengenai pembagian dan

pengelompokan sistem kerja/kegiatan dalam melaksanakan aktifitas demi

kelangsungan hidup perusahaan. Struktur organisasi pula dapat menunjukkan

bagaimana tertib manajemen, pengawasan dan pengendalian demi perusahaan

dalam mengelola usahanya. Sesuai dengan anggaran dasar PT Semen Tonasa

perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi, yang terdiri dari seorang Direktur

Utama dan empat orang direktur. Dalam melaksanakan tugasnya, Direski

diawasi oleh Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dan Direksi semuanya oleh

RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), masing-masing untuk jangka waktu

tiga tahun dan lima tahun untuk Direksi.

Adanya struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang

penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan

berhasil mencapai prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat

suatu sistem kerja sama yang baik, dimana fungsi-fungsi dalam organisasi

tersebut mempunyai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang

telah dinyatakan dan diuraikan dengan jelas.

Struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) mengikuti metode atau

prinsip organisasi fungsional yang telah dinyatakan dan diuraikan menekankan

pada pemisahan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas dan tegas.

Page 76: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

64

Didalam struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) tersebut terdiri atas

beberapa unsur perlengkapan di masa struktur organisasi digambarkan sebagai

berikut:

Page 77: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

65

Gambar 2

Struktur Organisasi PT Semen Tonasa

Sumber: Annual Report PT Semen Tonasa 2015

Direktur

Komersial

Direktur

Utama

Direktur

Produksi

Direktur

Keuangan

Departemen

audit internal

Departemen

CSR &

umum

Sekertaris

Perusahaan

Dept.

Penjualan

Dept.

Distribusi &

Transportasi

Dept.

Pengadaan

&

pengelolaan

Persediaan

Dept.

Akuntansi &

Keuangan

Dept. SDM

Dept. Produksi

Bahan Baku

Dept. Produksi

Tonasa II/III

Dept. Produksi

Tonasa IV

Dept. Produksi

Tonasa V

Dept.

Perencanaan

Teknik

Dept.

Pembangkit

Listrik

Dept. Jaminan

Mutu &

Lingkungan

Biro

perencanaan

& analisis

pasar

Staf

Direktur

utama

Page 78: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

66

Berdasarkan pada skema di atas, berikut penjelasan mengenai tugas dan

tanggung jawab bagian-bagian tersebut:

1. Dewan Direksi

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan PT. Semen Tonasa (Persero)

diurus dan dipimpin oleh direksi dari seorang Direktur Utama dibantu tiga

orang direktur lainnya. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Direksi

bertanggung jawab sekaligus diawasi oleh Dewan Komisaris sebagai wakil

pemegang saham. Dewan Direksi diangkat berdasarkan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) dengan lama masa jabatan 5 tahun. Dewan

Direksi terdiri atas :

a. Direktur Utama

Direktur Utama bertanggung jawab atas kelancaran jalannya

perusahaan. Direktur Utama juga mempunyai tugas dan tanggung

jawab terhadap bidang-bidang yang mendapat pengawasan secara

langsung yaitu bidang umum, bidang sumber daya manusia, bidang

satuan pengawas intern dan bidang usaha sampingan (Yayasan

Dana Pensiun dari Hari Tua, YKST, PT. PKM, Koperasi, Dharma

Wanita, Bengkel Kendari) serta perwakilan Jakarta.

b. Direktur Keuangan dan Komersial

Bertanggung jawab atas semua aktivitas perusahaan. Tugas

Direktur Keuangan dan Komersial adalah :

Page 79: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

67

Pembuatan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan

serta mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan dari

anggaran pendapatan dan belanja perusahaan

Menyusun pendistribusian hasil produksi semen yang

dilakukan dengan cara menyusun strategi pemasaran di

seluruh daerah pemasaran termasuk pengangkutannya

Merencanakan kegiatan pengadaan suku cadang, bahan

baku, bahan pembantu, dan mesin-mesin lainnya sebagai

kelengkapan dalam kegiatan produksi.

c. Direktur Produksi

Tugas Direktur Produksi adalah :

Terselenggaranya kelancaran operasi pabrik Unit II, pabrik

Unit III, dan pabrik Unit IV.

Terselanggaranya pemeliharaan fasilitas yang meliputi

perumahan karyawan, gedung pabrik, dan gedung lainnya

serta pelabuhan khusus Biringkassi.

2. Kepala Departemen atau Bidang

Dalam struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) terdapat 12

departemen. Tugas dari departemen tersebut adalah :

a. Departemen Hubungan Luar

Bertugas menangani masalah kehumasan yang menyangkut

perwakilan PT. Semen Tinasa (Persero) di Makassar dan masalah

Page 80: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

68

hubungan dengan para pemegang saham. Selain itu bertanggung

jawab terhadap perwakilan PT. Semen Tonasa (Persero) di Jakarta.

b. Departemen Umum

Bertugas menyelenggarakan kegiatan yang bersifat umum,

pengamanan instalasi dan kompleks perusahaan, pengurusan

masalah tanah dan izin, serta kegiatan yang menyangkut hukum

dan kesekretariatan.

c. Departemen Satuan Pengawasan Intern

Bertanggung jawab dan kelancaran pengelolaan tugas Departemen

Satuan Pengawasan Intern yang meliputi pengawasan finansial dan

pengawasan operasional serta tugas-tugas lainya yang diberikan

direksi.

d. Departemen Pemasaran

Bertugas merencanakan perencanaan dan analisis pasara untuk

kelancaran pemasaran dan distribusi semen. Disamping itu,

bertanggung jawab terhadap pengantongan di Banjarmasin,

Samarinda, Bitung, Celukan Bawang dan Ambon.

e. Departemen Logistik

Bertugas merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi

pelaksanaan prosedur pengadaan dan manajemen pergudangan.

f. Deprtemen Akuntansi dan Keuangan

Bertugas memimpin dan mengkoordinir pengelolaan tugas-tugas

akuntansi dan keuangan perusahaan.

g. Departemen Operasi I

Page 81: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

69

Bertugas merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi

pengoperasian pabrik unit II dan unit III sesuai RKAP secara

efektif, efisiensi, ekonomis, aman terhadap personil dan peralatan

serta ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.

h. Departemen Operasi II

Bertugas merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi

pengoperasian aset perusahaan dalam memproduksi semen,

termasuk pengangkutan dan pemuatan seman ke atas kapal

pelabuhan Biringkassi dan Makassar dengan biaya serendah

mungkin dan aman terhadap personil peralatan serta kelestarian

lingkungan hidup.

i. Departemen Litbang

Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan penelitian proses

teknologi penyelenggaraan studi pengembangan perusahaan sistem

manajemen perusahaan.

j. Departemen Pengembangan dan Energi

Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi serta mengevaluasi

pengoperasian asset perusahaan yang meliputi mesin, pembangkit

tenaga listrik, alat-alat berat/kecil dan alat-alat tambang, mesin-

mesin dan peralatan unit pemecah batu kapur tanah liat dan pasir

silica, sehingga kondisinya tetap terpelihara untuk menunjang

kelancaran proses produksi.

k. Departemen Sumber Daya Manusia

Page 82: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

70

Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi serta mengevaluasi

pengoperasian asset perusahaan dalam penyediaan, pemeliharaan,

perawatan, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia

agar tercapai produktivitas tenaga kerja yang optimal.

l. Departemen Teknik

Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan

pembuatan, pabrikasi perhitungan teknis dan finansial untuk

modifikasi dan renovasi peralatan serta pembuatan bangunan,

sarana dan prasarana di lingkungan pabrik, perumahan, pelabuhan

Biringkassi dan terminal-terminal pengantongan semen secara

efektif dan efisien.

3. Kepala Biro

Tugas kepala biro ini adalah membantu kepala departemen atau kepala

bidang dalam menangani pekerjaan sehari-hari. Penentuan kepala biro

berdasarkan pada jenis pekerjaan yang akan di tangani pada masing-

masing bidang.

4. Kepala Seksi

Tugas kepala seksi adalah membantu Kepala Biro dalam melaksanakan

tugas sehari-harinya. Dan bertanggung jawab penuh secara teknis terhadap

semua kegiatan yang langsung dibawahinya.

4. Bahan Baku Produk PT Semen Tonasa

a. Batu Kapur

Batu kapur di peroleh dari lokasi tambang yang dikuasai oleh

perusahaan dan terletak di area pabrik. Batu kapur menupakan

Page 83: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

71

komponen bahan baku utama industri semen (80% dari seluruh

kebutuhsn bahan baku). Jumlah cadangan batu kapur disekitar lokasi

pabrik, yang dikuasai perusahaan saat ini di perkirakan dapat digunakan

oleh PT Semen Tonasa Unit II, III dan IV untuk jangka waktu ratusan

tahun.

b. Tanah Liat

Sama halnya dengan batu kapur, tanah liat juga diperoleh di sekitar

pabrik yang telah dikuasai oleh perusahaan. Tanah liat merupakan

komponen bahan baku setelah kapur (17% dari keseluruhan bahan

baku). Untuk jumlah pemakaian tersebut, cadangan yang telah dikuasai

perusahaan maupun yang berasa di sekitar lokasi pabrik mampu

memenuhi kebutuhan pabrik PT Semen Tonasa II,III dan IV.

c. Pasir Silika

Pasir silika sebagai bahan baku untuk mengoreksi komposisi tanah liat

tersedia di sekitar lahan dekat pabrik PT Semen Tonasa Unit I. Jumlah

pemakaian pasir silika 3% dari kebutuhan bahan baku. Pasir silika ini

juga tersedia cukup banyak di beberapa daerah yang terdekat dengan

lokasi pabrik seperti Kabupaten Pangkep, Sidrap dan Pinrang.

d. Gipsum

Gipsum digunakan untuk mengendalika kecepatan pergeseran semen

yang dalam pemakaiannya mengambil 4-5% berat yang dicampur

dengan klinker 95-96% pada penggilingan semen. Gipsum di peroleh

dari dalam negeri, yaitu PT Semen Gresik dan impor dari Thailand,

Australia maupun Philipina.

Page 84: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

72

5. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung

Proses produksi perseroan bermula dari kegiatan penambangan tanah liat

dan batu kapur di kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur

sekitar pabrik hingga pengantongan semen zak di unit pengantongan semen.

Proses produksi perseroan secara terus menerus dipantau oleh Satuan Quality

Control guna menjamin kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang

berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi

kebutuhan semen di Kawasan Timur Indonesia. Dengan didukung oleh

jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh sebelas unit pengantongan

semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan

perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut.

Perseroan memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen/tahun,

namun kemampuan produksi semen dapat mencapai 6.700.000 ton semen per

tahun. Perseroan mempunyai empat unit pabrik, keempat unit pabrik tersebut

menggunakan proses kering dengan kapasitas terpasang masing-masing.

Berikut keempat pabrik PT Semen Tonasa, yaitu:

Pabrik unit II 590.000 ton/tahun

Pabrik unit III 590.000 ton/tahun

Pabrik unit IV 2.300.000 ton/tahun

Pabrik unit V 2.500.000 ton/tahun

Adapun fasilitas pendukung Semen Tonasa:

Pelabuhan Biringkassi

Page 85: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

73

Pelabuhan yang beranjak 17 km dari lokasi pabrik ini berfungsi

sebagai fasilitas jaringan distribusi utama antar pulau maupun

ekspor dan dapat disandari kapal dengan muatan diatas 17.500 ton.

Pelabuhan ini juga digunakan untuk bongkar muat barang-barang

kabutuhan pabrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (BTG)

Untuk memenuhi kebutuhan sumber tenaga listrik, Semen Tonasa

diperkuat dengan empat unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau

Boiler Turbin Generator dengan kapasitas 2×25 MW, yang

berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km

dari okasi pabrik.

Coal Unloader (kapasitas: 1000 ton/jam)

Fasilitas Coal Unloader System yang berlokasi di area Biringkassi

dengan kapasitas pembongkaran mencapai 1000 ton/jam.

6. Produk Semen Tonasa

Berikut uraian produk yang di hasilkan PT Semen Tonasa, diantaranya:

a. Semen Portland Jenis 1 (OPC)

Semen Portland Jenis 1 (Ordinary Portland Cement Type 1) dengan

standar SNI 15-2049-2004 merupakan semen hidrolis yang dibuat

dengan menggiling terak dan gipsum. Semen jenis ini digunakan untuk

bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tiak

memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi,

perumahan, jembatan serta jalan raya, landasan bandarudara, beton

Page 86: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

74

pratekan, bangunan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng,

hollo brick/bateko, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.

b. Semen Portland Komposit (PCC)

Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement) dengan

standar SNI 15-7064-2004 merupakan bahan pengikat hidrolis hasil

penggilingan bersama terak semen portland dan gipsum dengan satu

atau lebih bahan anorganik atau hasil pencampuran bubuk semen

Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen jenis ini

diperuntukkan untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata,

plestran dan acian, salokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen

bangunan khusus seperti beton pratekan, panel beton, bata beton

(paving block) dan sebagainya.

c. Semen Portland Pozzolan (PCC)

Semen Portland Pozzolan (Portland Pozzolan Cement) dengan standar

SNI 15-0302-2004 merupakan semen hidrolis yang terdiri dari

campuran homogen antara semen portland dan pozzolan halus, yang

diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan

bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen portland dan

pozzolan atau gabungan antara menggilir dan mencampur, dimana

kadar pozzolan 15-40% massa semen portland pozzolan. Semen jenis

ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton

umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan

bangunan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa)

dan bangunan di lingkungan garam sufat yang agresif, serta konstruksi

Page 87: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

75

bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan

sanitasi, bangunan perairan dan penampungan air.

7. Sistem Manajemen Semen Tonasa

Perseroan yang senantiasa berpegang teguh pada komitmen, perseroan

berupaya memenuhi harapan pelanggan, meningkatkan tanggung jawab sosial

kepada stakeholder, memenuhi peraturan perundangan, mencegah terjadinya

kerusakan lingkungan dan mengembangkan sumber daya secara profesional

yang didukung oleh teknologi dan sistem manajemen yang terintegrasi. Sistem

manajemen perseroan dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Semen Tonasa

(SMST) yang berorientasi pada manajemen terintegrasi, mutu produk,

lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

a. Sistem Manajemen Trintegrasi (Integrated Management System-IMS)

Memenuhi kebutuhan konsumen perseroan memegang teguh segala

proses yang telah distandarisasi, baik itu mutu, lingkungan serta

kesehatan dan keselamatan kerja. Semua proses sistem manajemen

tersebut telah tercakup dalam sistem manajemen terintegrasi yang

dinamakan SMST. Integrasi sistem menajemen dilakukan agar seluruh

sistem manajemen yang ada di perseroan dapat berjalan dengan efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan perseroan. Pada tanggal 6 Januari

2010, perseroan mendapat pengakuan dari PT Sucofindo ICS atas

penerapan sistem manajemen yang terintegrasi.

b. Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008)

Perusahaan senantiasa memberikan kepuasan kepada pelanggan serta

salah satu bentuk komitmen perseroan dalam menghadapi persaingan

Page 88: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

76

ketat industri, maka mulai dari pengadaan bahan baku, proses dan

produk akhir yang mencakup semua kegiatan operasional perseroan

selalu diupayakan memenuhi persyaratan mutu ISO 9001. Sejak tahun

1996, perseroan telah mendapatkan pengakuan internasional terhadap

mutu produknya dengan label ISO 9002.

c. Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004)

Perseroan mempunyai komitmen untuk ”menjadi produsen semen yang

ramah lingkungan”. Sesuai dengan pemenuhan persyaratan yang

berlaku, perseroan telah melaksanakan barbagai program yang

menyangkut minimalisasi dampak negatif dari operasi dan produk,

pelaksanaan program efisiensi pemakaian sumber daya alam serta

energi, melaksanakan kegiatan konservasi lahanbekas tambang dan

membina hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar. Karena itu,

pada tahun 2000 perseroan telah resmi mengimplementasikan

persyaratan ISO 14001 dan memperoleh sertifikat. Kepedulian

perseroan lebih lanjut terhadap pengelolaan lingkungan adalah

keikutsertaan menangani limbah industri baik internal maupun

eksternal dengan memanfaatkannya dalam proses produksi, serta

keikutsertaaan dalam penilaian peringkat kinerja perusahaan (PROPER)

dalam bidang lingkungan.

d. OHSAS 18001:2007 (Occupational Health & Safety Assessment Series)

Perseroan memperoleh sertifikat OHSAS dari PT Sucofindo ICS pada

tanggal 27 Oktober 2009. OHSAS merupakan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang bertaraf internasional,

Page 89: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

77

sertifikat OHSAS merupakan wujud dari komitmen perseroan dalam

menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari

kecelakaan dan perencanaan, serta penyakit akibat kerja sehingga

keselamatan dan kesehatan karyawan tetap terjamin dan diakui oleh

dunia internasional.

e. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI)

Semen Tonasa adalah produk yang memenuhi ketentuan SPPT SNI dan

perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkn, Semen Portland Jenis 1 sesuai dengan SNI-15-2049-2004,

Semen Portland Pozzolan (PPC) sesuai dengan SNI-15-0302-2004 dan

Semen Portland Komposit (PCC) sesuai dengan SNI-15-7064-2004.

Pengawasan terhadap SPPT SNI dilakukan secara berkala di perseroan.

f. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (PP RI

No. 50 tahun 2012)

Sejak tahun 2000, PT Semen Tonasa telah menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) guna

menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera,

bebas dari kecelakaan dan pencemaran, serta penyakit akibat kerja.

Sebagai aset berharga, perseroan bertanggung jawab dalam melindungi

karyawan agar kesehatan dan keselamatan tetap terjaga. Setelah

diadakan audit SMK3 oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik

Indonesia, perseroan berhasil meraih ”Bendera Emas” dalam penerapan

SMK3 tersebut.

g. Sistem Manajemen Laboratorium (ISO/IEC 17025:2005)

Page 90: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

78

Ketetapan atau keabsahan hasil pengujia merupakan cerminan

Laboratorium Pengujian Perseroan, hal ini sebagai wujud nyata dalam

memberikan jaminan mutu kepada pelanggan. Pada tanggal 13 Januari

2011, perseroan kembali meraih prestasi gemilangdengan diperolehnya

sertifikat ISO/IEC 17025 oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

h. IPS Code (International Ship and Port Facility Security Code)

IPS Code adalah suatu keamanan yang memenej resiko atau

mengeliminir sumber resiko yang mengancam keamanan kapal dan

fasilitas pelabuhan yang terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari

assement, plant, apprival, verifikasi dan sertifikasi.

8. Penghargaan PT Semen Tonasa

a. 23 Februari 2011 The Best Innovation Kategori Sistem Manajemen

pada penganugerahan SGG Award on Innovation di Surabaya.

b. 3 Maret 2011 perseroan mendapatkan penghargaan Master Brand.

c. 16-22 Oktober 2011 mendali emas (gold) pada Konvensi

Internasional GKM Asia Pasific Quality Organization (APQO) di

Singapore-Thailand.

d. 14 November 2011 peringkat ke-2 Kategori Perusahaan Besar Barang

SNI Award 2011. SNI Award merupakan bagian dari upaya stimulasi

peningkatan penerapan SNI. Melalui SNI Award diharapkan

produsen dan konsumen semakin menghargai aspek mutu, dan

memahami perlunya berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan

penggunaan SNI sebagai referensi penyediaan dan permintaan pasar.

Page 91: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

79

e. 27 Februari 2012 The Best Innovation Kategori Teknologi & Proses

Produksi. Tim Inovasi Giat meraih prestasi gemilang sebagai tim

peraih The Best Innovation Kategori Teknologi & Proses Produksi

dalam SGG Award on Innovation di Surabaya. Tim Giat

mengembangkan inovasinya untuk mengurangi vibrasi pada ID Fan.

f. 13-15 Juli 2012 Marching Band Semen Tonasa meraih Juara II

Umum pada Losari Open Tournament Marching Band & Drum Band

2012 di Gor Sudiang dan Pantai Losari Makassar.

g. 28 September 2012 Dana Pensium Semen Tonasa meraih

penghargaan sebagai Dana Pensiun Terbaik I untuk kinerja tahun

2011. Penghargaan yang diraih dana pensiun ini mengalami

peningkatan dari yang diraih tahun 2011 sebagai dana pensiun terbaik

III.

h. 13-16 Oktober 2012 Perseroan kembali meraih prestasi Internasional

melalui Konvensi GKM Internasional. Tim GKM Pioneer meraih

peringkat Gold Three Stars pada International Convention on QC

Circle 2012, sedangkan Tim GKM Pemusnah meraih penghargaan

Best Performance pada Asia Pacific Quality Organization Award di

Colombo Srilangka.

i. 21 November 2013 Indonesian Quality Award menetapkan Perseroan

di Level early improvement dalam penerapan Malcolm Baldrige

Criteria. Perseroan juga meraih peningkatan skor terbanyak dengan

52 point dari 400 point di tahun 2011 menjadi 452 point di tahun

2012.

Page 92: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

80

j. 23 November 2013 Peringkat Early Improverment (Score 400) pada

Indonesian Quality Award Based on Malcolm Baldrige Criteria.

Indonesian Quality Award (IQA) yang mengadopsi Malcolm

Baldridge Criteria for Performance Excellence merupakan salah satu

best practice paling komprehensif yang digunakan untuk

membandingkan, menilai serta melakukan perbaikan terhadap sistem

manajemen, proses bisnis dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

k. 2 Desember 2013 4 mendali emas & 3 mendali perak untk GKM &

SS pada konvensi mutu Nasional di Makassar dan Balikpapan.

l. 14 Maret 2014 menerima penghargaan Wajib Pajak Kategori Khusus

dalam acara Pekan Panutan Penyampaian pada tanggal 14 Maret

2014.

m. 14 Maret 2014 meraih penghargaan sebagai Master Brand yang

keempat kalinya berturut-turut kategori semen dari media Makassar

Terkini dan Makassar Research.

n. 13 Oktober 2014 meraih penghargaan GOLD AWARD (kategori

tertinggi) dalam ajang International Convention on Cirle (ICQCC) di

Colombo-Srilangka.

o. 28 Desember 2014 berhasil meraih 9 penghargaan pada ajang ICA

(Indonesia CSR Award) dari Kementerian Pemberdayaan Manusia

dan Kebudayaan bekerjasama dengan CFCD (Corporate Forum for

Community Development) di Balai Kartini Jakarta.

Page 93: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

81

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian

1. Pelestarian dengan Pengidentifikasian Biaya-Biaya Lingkungan

Perusahaan dalam melakukan aktivitas produksinya harus memperhatikan

kondisi yang ada, yaitu sistem nilai entitas kongruen dengan sistem nilai

masyarakat yang lebih luas, sehingga perusahaan mendapatkan legitimacy dari

masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan meningkat dengan adanya pemenuhan

tanggung jawab perusahaan sebagai wujud ekoefisiensi, yaitu kegiatan produksi

yang bermanfaat dengan mengurangi dampak lingkungan, menghemat konsumsi

sumber daya dan biaya secara simultan (Setiawan, 2016). Sudah sebuah keharusan

perusahaan dalam memperhatikan lingkungannya, agar kiranya perusahaan

mendapatkan legitimacy dari masyarakat. Hasil wawancara dengan Pak Anis dari

Departemen Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:

”Berbagai upaya dilakukan dalam memperhatikan masalah lingkungan,

semua sudah di laporkan dalam sustainability report. Disitu kita sudah

mengungkapkan bagaimana perlakuan perseroan terhadap lingkungan”.

Penjelasan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah

berupaya dalam memperhatikan pelestarian lingkungannya. Perlakuan lingkungan

PT Semen Tonasa dalam memperhatikan masalah lingkungannya, sejalan dengan

ayat dalam Al-Qur’an, salah satunya dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 205:

Terjemahnya:

”dan apabila ia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat

kerusakan dibumi, serta merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan

Allah tidak menyukai kerusakan”. (Q.S Al Baqarah: 205).

Page 94: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

82

Ayat di atas menggambarkan secara nyata bagaimana Islam sangat

memperhatikan kelestarian lingkungan, Allah SWT membenci orang-orang yang

berbuat kerusakan dibumi, sehingga sudah sebuah kewajiban perusahaan dalam

melakukan aktivitas produksinya untuk memperhatikan masalah lingkungannya.

Segala jenis usaha dalam bentuk bisnis maupun non-bisnis harus mampu

melestarikan alam sebagai bentuk pertanggungjawaban lingkungan. Mengingat

saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan keuntungan/laba

semata tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan

lingkungannya. PT Semen Tonasa dalam melakukan aktivitas produksinya sudah

sebuah kewajiban dalam memperhatikan pelestarian lingkungannya, hal tersebut

dikarenakan perusahaan harus memperhatikan sistem nilai yang ada diperusahaan

harus seimbang dengan sistem nilai yang ada di masyarakat, agar kiranya dapat

meminimalisir adanya lagitimacy gap. Legitimacy gap berpotensi besar terjadinya

protes dari stakeholder terhadap perusahaan yang akan berdampak pada eksistensi

perusahaan, stabilitas operasional dan berakhir pada profitabilitas perusahaan.

Upaya penanganan dampak lingkungan dilakukan terlebih dahulu

mengacu kepada aspek pengelolaan dan pemantauan yang tertuang di dalam

dokumen AMDAL perusahaan. Pengelolaan dampak disusun dalam kerangka

kesadaran mengurangi pemanfaatan bahan baku yang tersedia di dalam dan

memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan baik internal maupun eksternal.

Hasil wawancara dengan pak Darmen dari Departemen Jamuli khususnya Biro

Lingkungan dan Proper mengatakan bahwa:

”Perusahaan mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan

pengelolaan dan pemantauan, dan perusahaan juga mengacu pada UKL-

Page 95: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

83

UPL Semen Tonasa, di dalam dokumen tersebut perusahaan memiliki

kewajiban dalam pemantauan lingkungan, dimana kami melakukan

pemantauan setiap semesternya.”

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan PT Semen Tonasa dalam upaya

pelestarian lingkungan akan menimbulkan biaya, disinilah peran green accounting

sebagai pengungkapan. Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan melegitimasi

aktivitas perusahaan di mata masyarakat, perusahaan cenderung menggunakan

kinerja yang berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan.

Melalui penerapan green accounting diharapkan kelestarian lingkungan dapat

terjaga, karena dengan menerapkan green accounting maka secara sukarela

perusahaan akan mematuhi kebijakan pemerintah dalam upaya pelestarian

lingkungan. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan cara

mengidentifikasikan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan perusahaan.

Adapun biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan, yaitu sebagai berikut:

a. Biaya-biaya yang Berkaitan dengan Lingkungan

Biaya lingkungan terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk.

PT Semen Tonasa menyalurkan dana pada program Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan perusahaan sebanyak Rp 15,55 miliar atau 106% dari RKAP (Annual

Report, 2015). Pengelolaan lingkungan PT Semen Tonasa terdiri dari Pengelolaan

Pencemaran Udara (PPU), Pengendalian Pencemaran Air (PPA), Pengelolaan

Limbah B3 dan Sistem Manajemen, dari keempat pengelolaan tersebut masing-

masing terdapat kegiatan-kegiatan di dalamnya yang menimbulkan biaya.

Perseroan juga melakukan kerja sama dalam hal penelitian dan pengembangan

Page 96: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

84

lingkungan, hal tersebut diungkapkan dari hasil wawancara pak Darmen dari

Departemen Jamuli khususnya Biro Lingkungan dan Proper mengatakan bahwa:

”Kami bekerja sama dengan mahasiswa dari UNHAS dan laboratorium

Makassar dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan

Lingkungan”.

Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan PT Semen Tonasa yang berkaitan

dengan lingkungan maka biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan dapat

dikelompokkan ke dalam lima biaya yaitu: biaya pencegahan lingkungan, biaya

deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, biaya

penelitian dan pengembangan. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara

dengan pak Anis dari Departemen Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:

”Biaya pencegahan, biaya deteksi, biaya kegagalan internal, biaya

kegagalan eksternal dan biaya dengan lingkungan, sebenarnya biaya-biaya

tersebut sudah ada di Tonasa. Tetapi di Tonasa, biaya terkait lingkungan

belum dikelompokkan”.

Penjelasan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa PT Semen

Tonasa telah megeluarkan kelima biaya tersebut, namun biaya-biaya tersebut

belum di kelompokkan bedasarkan jenisnya. Hasil wawancara dengan Pak Anis

dari Departemen Akuntansi Manajemen menjelaskan alasan PT Semen Tonasa

belum mengelompokkan biaya-biya lingkungan, bahwa:

”Tonasa tidak membuat secara spesifik pengelompokan biaya lingkungan,

walaupun sebenarnya di Tonasa mengeluarkan biaya lingkungan. Hal

tersebut dikarenakan Tonasa masih menggunakan konsep aktivitas bukan

konsep fungsional”.

Pendekatan Activity Based Costing (ABC) bukanlah sebuah hal yang menjadi

faktor belum dikelompokkannya biaya-biaya lingkungan, karena terdapat tiga

teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan menghitung biaya-biaya

Page 97: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

85

lingkungan, diantaranya: Total Costs Assessment (TCA), Full Costs Assessment

(FCA), dan Life Cycle Analysis (LCA) (Sambharakreshna, 2009). Ketiga teknik

tersebut dapat di gunakan PT Semen Tonasa dalam mengelompokkan biaya-biaya

lingkungannya. Shank dan Govindarajan, (1993) dalam Gale dan Stokoe,

(2001:132) mengatakan Activity-Based Costing dalam perspektif akuntansi

manajemen adalah sebagai berikut:

“Strategic cost management is cost analysis in a broader contex, where

the strategic elements become more conscious, explicit and formal. Here,

cost data is used todevelop superior strategies enroute to gaining

sustainable competitive advantage”.

Defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi manajemen biaya

menggambarkan hubungan yang penting antara strategi bisnis dengan green

accounting atau akuntansi lingkungan yang terdapat teknik penilaian biaya seperti

TCA, FCA dan LCA.

Keberadaan dan keberlangsungan suatu entitas sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh stakeholder, karena entitas dalam melakukan

aktivitasnya bukanlah hanya untuk memenuhi kepentingannya sendiri dan hanya

berorientasi pada keuntungan semata, tetapi harus memberikan manfaat kepada

stakeholder-nya. Lindawati dan Puspita (2015) mengatakan keberlangsungan

suatu perusahaan tidak lepas dari adanya peranan stakeholder. Melihat sekarang

ini stakeholder lebih cenderung melirik perusahaan yang berwawasan lingkungan,

oleh karena itu PT Semen Tonasa dalam memenuhi kebutuhan pihak stakeholder

dapat mengelompokkan biaya-biaya yang terkait dengan lingkungan dan dapat

mengungkapkan biaya-biaya tersebut. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan

memiliki kecenderungan untuk memuaskan stakeholder. Hal tersebut dikarenakan

Page 98: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

86

perusahaan membutuhkan keberadaan dukungan stakeholder untuk melanjutkan

operasinya, sebagaimana dijelaskan oleh stakeholder theory.

Laporan biaya lingkungan yang baik memberikan perincian biaya

lingkungan berdasarkan kategori (Setiawan, 2016). Berdasarkan pengelompokan

kategori biaya lingkungan tersebut, adapun pengelompokan biaya lingkungan

pada PT Semen Tonasa, yaitu:

1. Biaya pencegahan lingkungan (Environmental prevention cost)

Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah

diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Aktivitas

tang dilakukan PT Semen Tonasa dalam mencegah di produksinya limbah atau

sampah, yaitu mendaur ulang pembungkus (kantong semen) produk, dilakukan

pelatihan pegawai di setiap departemen dan dilakukan pula audit lingkungan.

Hal tersebut diungkapkan dalam wawancara dengan pak Darmen dari

departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan PROPER yang mengatakan

bahwa:

”Kita mempunyai pelatihan setiap unit kerja untuk terkait dengan

lingkungan masing-masing unit kerja melakukan pelatihan, misalnya

pelatihan ISO 14001, dan pelatihan limbah B3”.

Hasil wawancara dengan pak Rendra dari Departemen Audit Internal,

mengatakan bahwa:

”Kami disini memiliki alat pengukur polusi dan penangkap debu seperti

Electronic Principitator (EP) dan Dust Collector (DC), jika alat-alat

tersebut bekerja secara efektif maka proses produksi kami tidak

menghasilkan limbah, dan kami juga melakukan pemeliharaan mesin-

mesin tersebut”.

Page 99: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

87

Hasil wawancara yang di peroleh dengan Pak Anis dari Departemen Akuntansi

Manajemen, mengatakan bahwa:

” ..... di Tonasa sendiri sebenarnya sudah mengeluarkan biaya

pencegahan, kami memiliki alat penangkap debu, dimana debu-debu

yang keluar kami tangkap dan dimasukkan kembali ke sistem. Alat

penangkap debu tersebut kami kelompokkan ke aset”.

Alat penangkap debu yang dimiliki oleh PT Semen Tonasa dikelompokkan

sebagai aset, pengelompokan yang dilakukan tersebut sudah tepat. Hal tersebut

sejalan dengan PSAK 16 paragraf 7 tetang aset tetap yaitu:

”Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa

depan dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur secara

andal”.

Dimana PSAK 16 paragraf 11 tentang aset tetap yang menyangkut biaya

perolehan awal, yaitu:

”Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan.

Perolehan aset tetap tersebut, meskipun tidak secara langsung

meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari aset tetap tertentu

yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat

ekonomik masa depan dari aset lain. Aset tetap tersebut memenuhi

syarat pengakuan aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas

memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset

terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan

seandainya aset tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh, pabrik kimia

mungkin mengistalasi proses penanganan kimiawi baru dalam rangka

memenuhi persyaratan lingkungan yang berlaku dalam produksi dan

penyimpanan zat kimiawi berbahaya, perbaikan pabrik yang terkait

diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat

memproduksi dan menjual zat kimiawi. Akan tetapi, jumlah yang

tercatataset terseut dan aset terkait dikaji untuk penurunan nilai sesuai

dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset”.

Hasil wawancara yang di peroleh dengan pak Darmen dari Departemen Jamuli

khususnya Biro Lingkungan dan PROPER, mengatakan bahwa:

Page 100: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

88

”...... untuk bahan-bahan kantong semennya kami mendapatkan dari

Jawa, dulu kantong semennya menggunakan empat lapisan menjadi dua

atau satu lapisan

...... disini kami memiliki manajemen risiko dan tim audit kita yang

menggunakan ISO 14001”.

Program pengurangan limbah padat Non B3/sampah juga di lakukan

oleh perseroan dengan cara pengurangan jenis kertas kreft untuk kantong

semen dari 85 gsm-2 ply menjadi 75 gsm-2 ply. Program efisiensi energi panas

perusahaan mengoperasikan Coal Unloading & Prehomogenzation Facilities

untuk mixing low rank coal dan mengurangi kosumsi bahan bakar di Kiln.

Perseroan juga melakukan sejumlah inovasi dalam pengurangan pencemaran

udara yaitu membuat sequential timer untuk mengurangi waktu down time bag

filter (Sustainability report, 2015).

2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs)

Biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah

produk, proses dan aktivitas perusahaan telah memenuhi standar lingkungan

yang berlaku atau tidak. Perusahaan dapat mengikuti standar lingkungan dan

prosedur meliputi: (1) peraturan pemerintah, (2) voluntary standar (ISO 14001)

yang dikembangkan oleh Internasional Standards Organization, dan (3)

kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen. Perseroan

melakukan pemantauan secara berkala untuk memeriksa cerobong bioler,

pemeriksaan emisi dan mengukur tingkat pencemaran. Hasil wwancara dengan

Pak Darmen dari Departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan

PROPER, mengatakan bahwa:

”Secara rutin kami melakukan pemeriksaan limbah cair yang

dihasilkan, pemeriksaan cerobong asap, pembuangan emisi yang di

hasilkan, dan mengukur tingkat pencemaran aktivitas lingkungan.

Page 101: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

89

Walaupun sebenrnya selama proses produksi kami tidak menghasilkan

limbah, karena disini sudah memiliki alat yang canggih”.

Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh pihak luar yaitu laboratoium

independen. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pak Darmen dari

Departemen Jamuli khususnya Biro lingkungan dan PROPER, mengatakan

bahwa:

”Perusahaan memiliki dokumen lingkungan, di dalam dokumen

tersebut kita memiliki kewajiban untuk memantau lingkungan sampai

batas mana limbah-limbah yang dihasilkan dan dilakukan oleh

laboratorium independen”.

Upaya penanganan dampak lingkungan dilakukan terlebih dahulu mengacu

kepada aspek pengelolaan dan pemantauan yang tertuang di dalam dokumen

AMDAL perusahaan.

3. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs)

Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya

limbah atau sampah tetapi tidak terbuang ke lingkungan. PT Semen Tonasa

mengoperasikan peralatan pengendalian polusi dan pengontrol polusi dan juga

dilakukan pengelolaan limbah atau sampah. Hasil wawancara yang dilakukan

dengan pak Darmen dari Departemen Jamnuli khususnya Biro lingkungan dan

PROPER, mengatakan bahwa:

”Disini jika ada limbah yang di hasilkan kita tidak buang ke lingkungan

kita manfaatkan dengan cara memasukkannya kembali ke dalam sistem.

Jika kita menghasilkan debu, debu-debu itu akan di tangkat dengan alat

kita”.

Debu-debu yang ditangkap dengan alat penangkap debu dan kemudian

dimasukkan kedalam sistem akan menghasilkan semen. Aktivitas tersebut akan

menimbulkan biaya, biaya tersebut dapat dikelompokkan kedalam biaya

Page 102: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

90

mendaur ulang sisa bahan. Beberapa material merupakan limbah mengandung

bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dimanfaatkan kembali. Limbah B3

yang dimaksud yaitu cooper slag merupakan limbah peleburan tembaga, kaya

unsur besi dan slikat; gypsum purified merupakan limbah proses desulfurisasi

PLTU dan inustri petrokimia; fly ash dan bottom ash merupakan limbah

pembakaran batu bara pada PLTU; oil sludge IPAL merupakan limbah

pengeboran minyak bumi maupun cleaning pengeboran minyak bumi, dan

memiliki nilai kalori tinggi sebagai bahan bakar alternatif; pelumas bekas

merupakan limbah dari pelumas kendaraan atau sarana yang menggunakan

pelumas; pemanfaatan sampah taman berupa daun sebagai Kompos Organik;

dan pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (sisa-sisa makanan dan sisa-sisa

bahan makanan dapur) di Wisma PT Semen Tonasa menjadi kompas padat dan

pupuk cair dalam wadah drum plastik sebagai Komposter (Sustainability

Report, 2015).

Perseroan melakukan upaya untuk efisiensi air dengan berbagai

kegiatan, diantaranya menggunakan air laut sebagai air baku bagi proses

produksi listrik, meminimalisasi pemakaian air bersih untuk penyiraman

jalanan dan tanaman dengan menyediakan fasilitas pompa reservior untuk

mengisi mobil tangki air penyiram jalan dan taman, proyek coal unloading

system mencegah jatuhnya batubara ke laut, pemasangan tangki raw water

sebagai penampungan dan pengendapan air dan pemasangan stiker-stiker

penghematan air di toilet. Perseroan membangun jalur fine coal transport antar

plant (Tonasa 5 ke Tonasa 4; Tonasa 4 ke Tonasa2/3) untuk fleksibilitas

Page 103: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

91

transfer fine coal sehingga pemakaian solar karena krisis fine coal dapat

ditekan (Sustainability Report, 2015).

4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs)

Merupakan biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas

limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Perseroan dalam menjalankan

aktivitas produksiya dan ditemukan adanya limbah terbuang melampaui

ambang batas, maka perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya. Hal

tersebut dikemukakan oleh pak Darmen dari departemen Jamuli khususnya

Biro Lingkungan dan Proper, mengatakan bahwa:

”Kita disini mempunyai asuransi pencemaran lingkungan, jadi jika

proses produksi diperiksan dan ditemukan limbah yang terbuang

mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka ada proses kepolisian.

Disinilah terdapat biaya asuransi”.

PT Semen Tonasa melakukan reklamasi dari bekas lahan-lahan hasil

penambangan. Perseroan telah berhasil mereklamasi bekas lahan tambang batu

kapur yang berupa batuan masif dan kritis menggunakan jenis tanaman

endemik Sulawesi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tanaman Bitti

(Vitex Cofassus), sekaligus menjadi labolatorium hidup bagi Balit Kehutanan,

mahasiswa serta ahli kehutanan (Sustainability Report, 2015). Hasil wawancara

yang diperoleh dari Pak Rendra dari departement Audit internal, mengatakan

bahwa:

”Lahan-lahan bekas penambangan kita buatkan kolam atau sawah dan

kita juga melakukan penanaman pohon. Dilakukan pula pembersihan

oleh seksi kebersihan lingkungan luar pabrik”.

Hasil wawancara penulis dengan pak Anis dari Departemen akuntansi

manajemen mengatakan bahwa:

Page 104: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

92

”Sebenarnya di Tonasa ini terdapat biaya reklamasi, disini kami

memiliki kewajiban melapor ke departemen pertambangan setiap

triwulan berapa biaya yang di keluarkan. Biaya reklamasi inilah tidak

tampak di laporan keuangan”.

Biaya reklamasi yang sebenarnya dikeluarkan oleh PT Semen Tonasa

membuatnya tersembunyi dari laporan keuangan, sehingga manajemen,

investor dan stakeholder lainnya kesulitan dalam mengidentifikasi biaya

tersebut. Kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya terkait lingkungan

perusahaan tentunya akan berdampak pada perusahaan kedepannya. Perseroan

melakukan perlindungan keanekaragaman hayati dengan memanfatkan bekas-

bekas hasil tambang, diantaranya reklamasi lahan bekas penambangan batu

kapur Biring Ere dan tanah liat Bontoa dengan cara dilakukan penghijauan dan

kolam buatan; pembangunan kebun buah dan Taman Hutan Raya (TAHURA)

di kelurahan Tonasa; dan pembangunan Taman Sipong kelurahan Kehati Insitu

Bulu Bontoa dengan cara menanam tanaman endemik, langkah dan lokal

setempat (Sustainability Report, 2015).

5. Biaya penelitian dan pengembangan (resarch and developmnt costs)

Merupakan biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek penelitian

dan pengembangan yang berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya ini ada

karena pelestarian lingkungan tidak lepas dari pengembangan dan hasil

penelitian dalam menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Hasil

wawancara dengan Pak Anis dari Departemen Akuntansi Manajemen

mengatakan bahwa:

”Mengenai Undang-Undang Lingkungan yang sekarang ini untuk

pengelolaan limbah B3 kita harus punya cadangan di bank yang

dilaporkan ke pemerintah sebesar Rp 5 miliyar....

Page 105: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

93

..... Kami juga memiliki unit purna jual dimana kami dapat dikomplen

jika ditemukan kesalahan oleh orang, unit tersebut kami kelompokkan

di biaya pemasaran”.

Unit purna jual PT Semen Tonasa di kelompokkan sebagai biaya pemasaran,

dimana penelitian Hansen dan Mowen (2005) mengatakan bahwa biaya yang

dikeluarkan karena adanya proyek penelitian dan pengembangan yang

berhubungan dengan isu lingkungan dapat dikategorikan sebagai biaya

penelitian dan pengembangan. Biaya unit purna jual PT Semen Tonasa sejalan

dengan biaya yang timbul untuk menjaga citra perusahaan, dimana biaya-biaya

tersebut dikeluarkan dalam memenuhi kepuasan konsumen demi menjaga citra

perusahaan. Hasil wawancara peneliti dengan pak Darmen mengatakan bahwa:

”Dokumen Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan

yang di lakukan oleh laboratorium Makassar dan UNHAS, inilah yang

perusahaan bayar ke konsultan”.

Perseroan melakukan kerja sama dengan UNHAS dan pihak labolatorium

dalam penyusunan dokumen laporan pelaksanaan rencana pengelolaan

lingkungan, kerja sama tersebut akan menimbulkan biaya. Perseroan juga telah

memenuhi aturan pemerintah dalam hal pengelolaan lingkungan.

b. Aturan yang Mewajibkannya Taggungjawab Lingkungan Perusahaan

PT Semen Tonasa berpedoman terhadap sejumlah aturan yag terkait

dengan pengendalian dampak lingkungan, seperti yang tertuang dalam

Sustainability Report 2015 PT Semen Tonasa:

”Untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mengacu pada

UU RI No. 23 tahun 2009, perolehan izin lingkungan perseroan

merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 2012.

Selanjutnya untukpengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air mengacu kepada PP No. 82 tahun 2001, dalam hal

Page 106: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

94

pengendalian dan pencemaran atau kerusakan laut aturanyang dirujuk

yaitu PP No. 19 tahun 1999. Kemudian yang terkait dengan penurunan

emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target sebesar 26% pada tahun

2020 merujuk pada PP No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi

Nasional Penurunan Emisi GRK, perseroan juga berpedoman pada

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 33 tahun 2009 tentang Tata

Cara Pemulihan Lahan Terkonstaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun”.

Pedoman yang dijadikan acuan PT Semen Tonasa dalam melestarikan

lingkungan sebagai wujud tanggung jawab lingkungannya, sejalan dengan

aturan-aturan yang di telah ada di Indonesia.

Tanggung jawab perusahaan sudah merupakan sebuah kewajiban, di

Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dan 1 (satu) aturan Internasional

yang mewajibkan perusahaan tertentu melaksanakan aktivitas tanggung jawab

sosial dan lingkungan. Pertama, Undang-Undang No 23 tahun 2009 tentang

pengelolaan lingkungan hidup, dimana dalam pasal 1 ayat (23) bahwa audit

lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan

terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar

yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan. Pasal 15 ayat (1) setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang

kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan

hidup. Pasal 41 ayat (1) bahwa Barang siapa yang melawan hukum dengan

sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama

sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00.

Page 107: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

95

Kedua,Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 2012 tentang perolehan

izin lingkungan perseroan. Pasal 2 ayat (1), bahwa Setiap Usaha dan/atau

Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin

Lingkungan. Pasal 2 ayat (2), bahwa Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:

penyusunan Amdal dan UKL-UPL; penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-

UPL; dan permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan. Berdasarkan PP

tersebut PT Semen Tonasa telah mematuhi aturan tersebut, dimana perusahaan

telah mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan pengelolaan dan

pemantauan. Perusahaan juga telah mengacu pada UKL-UPL Semen Tonasa

dalam pemantauan lingkungan yang dilakukan pemantauan setiap semesternya.

Ketiga Peraturan Pemerintah (PP) No 82 tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pasal 2 ayat (1),

bahwa Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

diselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem. Pasal 2 ayat (2),

bahwa Keterpaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pada

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Upaya yang

dilakukan PT Semen Tonasa terkait Peraturan Pemerintah tersebut yaitu

melakukan peningkatan pengelolaan kolam reklamasi bekas galian tanah liat

sebagai kolam penampungan air hujan dan dimanfaatkan kembali, seluruh

olahan air limbah produksi dialirkan ke kolam penampungan dan kemudian

digunakan kembali untuk proses pendinginan, meminimalisir pemakaian air

bersih untuk penyiraman tanaman dan jalanan dengan menyediakan fasilitas

Page 108: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

96

pompa reservoir untuk mengisi mobil tangki air penyiram jalanan dan

tanaman.

Keempat Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 1999 tentang

pengendalian dan pencemaran atau kerusakan laut. Pasal 10 ayat (1), bahwa

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan

pencemaran laut, wajib melakukan pencegahan terjadinya pencemaran laut.

Pasal 10 ayat (2), bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai

baku mutu air laut baku mutu limbah cair , baku mutu emisi dan ketentuan-

ketentuan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Upaya yang dilakukan PT Semen Tonasa terkait Peraturan Pemerintah tersebut

salah satunya yaitu dilakukannya proyek Coal Unloading System (CUS) untuk

mencegah jatuhnya batu bara ke laut.

Kelima Peraturan Pemerintah (PP) No 61 tahun 2011 tentang

Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan target sebesar 26% pada

tahun 2020. Terkait Peraturan Pemerintah tersebut tentang Rencana Aksi

Nasional Penurunan Emisi GRK, adapun upaya yang dilakukan oleh PT Semen

Tonasa diantaranya: perusahaan memiliki sistem monitoring yang terkontrol

dalam continues emission monitoring system, penggunaan batu bara dengan

kandungan sulfur rendah (<0,8%) untuk menurunkan emisi gas CO2,

pemakaian biomassa sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil

untuk menurunkan emisi gas CO2, melakukan penggantian gas freon AC dari

R22 menjadi R417 yang rama lingkungan.

Page 109: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

97

Keenam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 33 tahun 2009

tentang tata cara pemulihan lahan terkonstaminasi limbah bahan berahaya dan

beracun. Pasal 2 menegaskan bahwa Peraturan Menteri ini bertujuan untuk

memberikan pedoman bagi penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dalam

melaksanakan penanganan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3. Pasal 3

menegaskan bahwa Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib

melakukan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3 yang diakibatkan dari

usaha dan/atau kegiatannya. Terkait aturan tersebut adapun upaya yang

dilakukan oleh PT Semen Tonasa, yaitu: melaksanakan program Tonasa Hijau

dan pemanfaatan lahan tutupan tambang,mereklamasi lahan bekas tambang

batu kapur, rancangan penanaman pohon raintree dan melakukan

pembangunan taman keanekaragaman hayati.

Berbagai aktivitas yang di lakukan PT Semen Tonasa terkait pedoman

pengendalian dampak lingkungan tentunya menimbulkan biaya dari aktivitas

tersebut. Hal tersebut berarti baik perusahaan yang diwajibkan maupun tidak

akan lebih baik ketika mereka menerapkan green accounting, karena praktek

akuntansi saat ini memiliki keterbatasan, hal tersebut dapat dilihat dari defenisi

akuntansi yang ditetapkan oleh Accounting Principles Board (APB)

(Suwardjono, 2002: 6) bahwa:

”Accounting is the body of knowledge and functions concerned with

systematicoriginating, authenticating, recording, classifying,

processing, summarizing, analyzing, interpreting, and supplying of

dependable and significant informationcovering transactions and

events which are, in part at least, of financial character, required for

the management and operation of an entity and for reports that have to

be submitted thereon to meet fiduciary and other responsibilities”.

Page 110: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

98

Definisi tersebut dapat dilihat pelaporan konvensional hanya mengukur

dan mengungkapkan posisi keuangan (neraca), kinerja keuangan perusahaan

(laporan keuangan), prilaku keuangan perusahaan melalui pelaporan perubahan

posisi keuangan (Belkaoi, 2000 dalam Sambharakreshna, 2009). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir proses akuntansi adalah menghasilkan

laporan formal. Namun keterbatasan dalam pelaporan konvensional adalah

tidak dapat memberikan informasi penting mengenai produktivitas perusahaan

yang melibatkan sosial dan lingkungan.

2. Pengungkapan Biaya-Biaya yang Terkait Lingkungan PT Semen Tonasa

Perusahaan telah memenuhi kewajibannya dalam upaya pelestarian

lingkungan. Akan tetapi, biaya yang timbul dari aktivitas tersebut belum di

kelompokkan berdasarkan jenisnya, sehingga dalam pelaporannya masih

bercampur dengan biaya yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan pihak manajer

dan investor kesulitan untuk mengidentifikasi biaya-biaya yang terkait lingkungan

perusahaan. Sebagaimana hasil wawancara dengan Pak Anis dari Departemen

Akuntansi Manajemen, mengatakan bahwa:

”PT Semen Tonasa sebenarnya telah mengeluarkan biaya-biaya

lingkungan, karena kami sadar bahwa aktivitas produksi yang kami

lakukan akan berdampak terhadap lingkungan. Namun pengungkapan

biaya-biaya lingkungan tersebut belum kami kelompokkan berdasarkan

jenisnya”

PT Semen Tonasa juga telah memenuhi kewajibannya dalam

mempublikasi annual report-nya, dan perusahaan juga telah mempublikasikan

sustainability report meskipun bukan sebuah kewajiban perusahaan. Hal tersebut

Page 111: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

99

dijelaskan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pak Anis dari Departemen

Akuntansi Manajemen, yang mengatakan bawha:

”Tonasa belum merupakan perusahaan terbuka, sehingga jika perusahaan

menerbitkan sustainability report merupakan sebuah nilai tambah untuk

perusahaan, berbeda halnya dengan perusahaan terbuka yang menerbitkan

sustainability report merupakan sebuah kewajiban. Perusahaan telah

berupaya menyajikan bagaimana perlakuan lingkungan perusahaan di

dalam sustainability report”.

Tonasa Hijau merupakan salah satu program PT Semen Tonasa sebagai

bentuk tanggungjawab lingkungan, daur ulang dan pelestarian lingkungan

merupakan fokus utama dari Tonasa Hijau. Tahun 2015 anggaran budget untuk

Tonasa Hijau sebesar Rp 629.133.300 (Annual Report, 2015). Salah satu matriks

aspek materialitas PT Semen Tonasa yaitu kategori lingkunganyang terdiri dari

aspek material, energi, air, kehati, limbah, produk dan jasa, kepatuhan hukum,

dampak transportasi, material dan produk, total biaya ligkungan, assessment

lingkungan pada pemasok, dan penanganan keluhan masalah lingkungan

(Sustainability Report, 2015). Aspek pengungkapan sustainability report PT

Semen Tonasa sejalan dengan Pedoman Pelaporan Keberlanjutan (G4). Aspek

lingkungan GRI 4 memaparkan bahwa terdapat 34 indikator yang terbagi atas 12

kelompok, yaitu bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan

limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas

lingkungan, pengaduan masalah lingkungan (GRI, 4).

Hansen dan Mowen (2005) mengatakan laporan biaya lingkungan

merupakan informasi yang berhubungan dengan distribusi relatif dari biaya

lingkungan yang berguna untuk memperbaiki dan mengendalikan kinerja

lingkungan. Laporan biaya lingkungan yang baik memberikan perincian biaya

Page 112: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

100

lingkungan yang berdasarkan kategori. Pengungkapan biaya lingkungan PT

Semen Tonasa dapat di ungkapkan pada sustainability report dalam mewujudkan

sustainability report yang transparan dan akuntabel, dan dapat pula di ungkapkan

pada environmental reporting. Green accounting menyediakan informasi

lingkungan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam bentuk kinerja lingkungan

(environmental performance). Stakeholder perusahaan memiliki ekspektasi

masing-masing terhadap perusahaan, oleh karena itu manajemen akan berusaha

untuk mengelolah dan mencapai harapan stakeholder dengan penyampaian

aktivitas-aktivitas sosial dan lingkungan. Ketika lingkungan tidak diperhatikan,

maka legitimasi dan stakeholder akan turun. Hal tersebut dapat dilihat dari respon

negatif pasar, dan perusahaan dapat mengubah perspektif stakeholder tersebut

lewat pengungkapan lingkungan.

3. Formulasi Model Green Accounting dalam Mendukug Environmental

Performance PT Semen Tonasa

Aktivitas-aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa menimbulkan biaya,

namun biaya-biaya yang terkait aktivitas tersebut belum dikelompokkan sesuai

dengan kategorinya. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti mengelompokkan

biaya-biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa, yang terdiri dari

lima kategori biaya yaitu: biaya pencegahan lingkungan (Environmental

prevention cost), biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs), biaya

kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs), biaya

kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs), dan biaya

penelitian dan pengembangan (research and development). Berikut perbandingan

Page 113: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

101

biaya-biaya lingkungan berdasarkan teori yang diadobsi peneliti dengan biaya-

biaya lingkungan PT Semen Tonasa:

a. Biaya pencegahan lingkungan (Environmental prevention cost)

Biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya

limbah/sampah yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut

tabel perbandingan biaya pencegahan lingkungan menurut perspektif teori

dengan biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa:

Tabel 8

Pebandingan Biaya Pencegahan Lingkungan Berdasarkan Perspektif

Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT Semen Tonasa

No. Perspektif Teori PT Semen Tonasa

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Biaya pelatihan pegawai

Biaya mengevaluasi dan

memilih pemasok

Biaya desain produk

Biaya daur ulang produk

Biaya mengevaluasi dan

memilih alat untuk

mengendalikan polusi

Biaya mendesain proses

Biaya mengaudit risiko

lingkungan

Biaya mengembangkan sistem

manajemen lingkungan

Biaya pelatihan setiap unit kerja

Biaya pengurangan kertas kreft

Biaya mengaudit risiko lingkungan

Biaya mengembangkan sistem

manajemen lingkungan

Sumber: data diolah, 2017

Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan biaya

diantaranya biaya pelatihan setiap unit kerja, biaya pengurangan kertas

kreft, biaya mengaudit risiko lingkungan dan biaya sistem manajemen

lingkungan. Biaya-biaya yang timbul tersebut sejalan dengan biaya-biaya

yang diungkapkan Hansen dan Mowen (2005) diantaranya biaya pelatihan

Page 114: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

102

pegawai, biaya desain produk, biaya mengevaluasi dan memilih alat untuk

mengendalikan polusi, biaya mengaudit risiko lingkungan, dan biaya

mengembangkan sistem manajemen lingkungan. Namun terdapat biaya

yang menurut Hansen dan Mowen (2005) dikategorikan kedalam biaya

pencegahan belum terdapat pada PT Semen Tonasa, di antaranya biaya

mengevaluasi dan memilih pemasok, biaya mengevaluasi dan memilih alat

untuk mengendalikan polusi, biaya daur ulang produk, dan biaya mendesain

proses.

b. Biaya deteksi lingkungan (environmental detction costs)

Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah

produk, proses dan aktivitas lainnya diperusahaan telah memenuhi standar

lingkungan yang berlaku atau tidak. Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa

yang menimbulkan biaya diantaranya biaya mengaudit aktivitas lingkugan,

biaya pemeriksaan limbah cair, biaya pemeriksaan cerobong asap, biaya

pemeriksaan pembuangan emisi, biaya mengukur tingkat pencemaran

lingkungan. Aktivitas lingkungan yang menimbulkan biaya pada PT Semen

Tonasa sejalan dengan biaya yang diungkapkan Hansen dan Mowen.

Berikut tabel perbandingan biaya deteksi lingkungan menurut perspektif

peneliti dengan biaya lingkungan PT Semen Tonasa:

Tabel 9

Pebandingan Biaya Deteksi Lingkungan Berdasarkan Perspektif Teori

dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT Semen Tonasa

No. Perspektif Teori PT Semen Tonasa

1.

2.

3.

Biaya mengaudit aktivitas

lingkungan

Biaya pemeriksaan limbah cair

Biaya pemeriksaan cerobong

Biaya mengaudit aktivitas

lingkungan

Biaya pemeriksaan limbah cair

Biaya pemeriksaan cerobong asap

Page 115: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

103

1

4.

5.

2

bioner

Biaya pemeriksaan emisi

Biaya mengukur tingkat

pencemaran lingkungan

3

Biaya pemeriksaan pembuangan

emisi

Biaya mengukur tingkat

pencemaran

Sumber: data diolah, 2017

c. Biaya kegagalan internal lingkungan (enviromental internal failure costs)

Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena produksinya

limbah/sampah tetapi tidak dibuag ke lingkungan. Limbah yang dihasilkan

perseroan tidak langsung dibuang ke lingkungan melainkan limbah-limbah

tersebut diolah kembali. Perseroan juga mengoperasikan alat pengendalian

polusi dan dilakukan pula pemeliharaan terhadap alat tersebut. Aktivitas

lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan biaya diantaranya biaya

pengelolaan copper slag, biaya pengelolaan sludge IPAL, biaya pengelolaan

iol sludge, biaya pengelolaan pelumas bekas, biaya pengelolaan fly ash,

biaya pengelolaan bottom ash, biaya pengelolaan sampah taman, biaya

pengelolaan limbah rumah tangga, biaya mengoperasikan Electronic

Principitator (EP), biaya mengoperasikan Dust Collector (DC), biaya

mengoperasikan Coal Unloading dan Phomogenization Facilities, biaya

mengoperasikan Sequential Timer, biaya mengoperasikan pompa reservior,

biaya mengoperasikan tangki raw water, biaya pemasangan stiker

penghemat listrik, biaya mengoperasikan jalur fine coal transport, biaya

pemeliharaan Electronic Principitator (EP), biaya pemeliharaan Dust

Collector (DC), biaya pemeliharaan Coal Unloading dan Phomogenization

Page 116: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

104

Facilities, biaya pemeliharaan Sequential Timer, biaya pemeliharaan

fasilitas pompa reservior, biaya pemeliharaan tangki raw water, biaya

pemeliharaan jalur fine coal transport. Biaya-biaya tersebut sejalan dengan

penelitian Hansen dan Mowen (2005), namun terdapat biaya yang belum

ada di PT Semen Tonasa dan pada penelitian Hansen dan Mowen (2005)

terdapat biaya tersebut, diantaranya biaya mendapatkan lisensifasilitas untuk

memproduksi limbah dan biaya mendaur ulang sisa bahan. Berikut tabel

perbandingan biaya kegagalan internal lingkungan menurut perspektif

peneliti dengan biaya yang terkait aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa:

Tabel 10

Pebandingan Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Berdasarkan

Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT

Semen Tonasa

No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa

1

1.

2.

2

Biaya pengelolaan dan

membuang sampah/limbah

beracun

Biaya mengoperasikan peralatan

pengendalian polusi

3

Biaya pengelolaan copper slag

Biaya pengelolaan sludge IPAL

Biaya pengelolaan oil sludge

Biaya pengelolaan pelumas bekas

Biaya pengelolaan fly ash

Biaya pengelolaan sampah

tanaman

Biaya pengelolaan limbah rumah

tangga

Biaya pengoperasian Electronic

Principitator (EP)

Biaya pengoperasian Dust

Collector (DC)

Biaya mengoperasikan Coal

Page 117: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

105

Sumber: data diolah, 2017

1

3.

4.

5.

2

Biaya pemeliharaan peralatan

pengendalian polusi

Biaya mendapatkan

lisensifasilitas untuk

memproduksi limbah

Biaya mendaur ulang sisa bahan

3

Unloading dan Phomogenization

Facilities

Biaya mengoperasikan

Sequential Timer

Biaya mengoperasikan pompa

reservior

Biaya mengoperasikan tangki raw

water

Biaya pemasangan stiker

penghemat listrik

Biaya mengoperasikan jalur fine

coal transport

Biaya pemelihaaran Electronic

Principitator (EP)

Biaya pemeliharaan Dust

Collector (DC)

Biaya pemeliharaan Coal

Unloading dan Phomogenization

Facilities

Biaya pemeliharaan Sequential

Timer

Biaya pemeliharaan pompa

reservior

Biaya pemeliharaan pemasangan

tangki raw water

Biaya pemeliharaan jalur fine

coal transport

Biaya mendaur ulang sisa bahan

Page 118: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

106

d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (enviromental internal failure costs)

Biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau

sampah ke dalam lingkungan. PT Semen Tonasa mengeluarkan biaya

yangterkait dengan biaya rusaknya ekosistem akibat penambangan yang

dilakukan perseroan. Biaya yang dimaksud tersebut pada perseroan yaitu

biaya reklamasi. Aktivitas lingkungan PT Semen Tonasa yang menimbulkan

biaya rusaknya ekosistem yang lebih dikenal dengan biaya reklamasi pada

perseroan diantaranya biaya penanaman pohon, biaya pembuatan kolam

buatan, biaya pembangunan kebun buah, biaya pembangunan Taman Hutan

Raya, biaya pembangunan Tama Sipong, biaya pengadaan tanaman Vitex

Coffassus. Perseroan juga mengeluarkan biaya asuransi lingkungan. Biaya-

biaya tersebut sejalan dengan biaya rusaknya ekosistem menurut Hansen

dan Mowen (2005), namun terdapat biaya yang belum ada di PT Semen

Tonasa diantaranya biaya pembersihan sungai yang tercemar, biaya

membersihkan tanah yang tercemar, biaya hilangnya penjualan karena

reputasi lingkungan yang buruk, biaya menggunakan bahan baku dan listrik

secara tidak efisien. Berikut tabel perbandingan biaya kegagalan eksternal

lingkungan perspektif peneliti dengan biaya terkait aktivitas lingkungan PT

Semen Tonasa:

Tabel 11

Pebandingan Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Berdasarkan

Perspektif Peneliti dengan Biaya Terkait Aktivitas Lingkungan PT

Semen Tonasa

No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa

1

1.

2

Biaya pembersihan sungai yang

tercemar

3

Page 119: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

107

1

2.

3.

4.

5

12.

2

Biaya membersihkan tanah yang

tercemar

Biaya rusaknya ekosistem

Biaya hilangnya penjualan

karena reputasi lingkungan yang

buruk

Biaya menggunakan bahan baku

dan listrik secara tidak efisien

3

Biaya penanaman pohon

Biaya pembuatan kolam buatan

Biaya pembangunan kebun buah

Biaya pembangunan Taman

Hutan Raya

Biaya pembangunan Taman

Sipong

Biaya pengadaan tanaman Vitex

Cofassus

Biaya asuransi lingkungan

Sumber: data diolah, 2017

e. Biaya penelitian dan pengembangan (resarch and developmnt costs)

Merupakan biaya-biaya yang timbul karena adanya proyek penelitian

dan pengembangan yang berhubungan dengan isu lingkungan. Biaya

lingkungan berhubungan dengan pencegahan, deteksi dan perbaikan degradasi

lingkungan (Setiawan, 2016). Sehingga biaya penelitian dan pengembangan

menjadi hal yang penting, hal tersebut sejalan dengan penelitian Suratno et al.,

(2007) dan IFAC (2005). PT Semen Tonasa mengeluarkan biaya yang terkait

dengan biaya penelitian dan pengembangan, yang diantaranya: biaya

kewajiban untuk mematuhi peraturan pemerintah agar dimasa depan tidak

muncul masalah lingkungan, biaya unit purna jual, biaya dokumen laporan

pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan. Berikut tabel perbandingan biaya

Page 120: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

108

penelitian dan pengembangan dalam perspektif peneliti dengan biaya terkait

aktivitas lingkungan PT Semen tonasa:

Tabel 12

Pebandingan Biaya Penelitian dan Pengembangan Lingkungan

Berdasarkan Perspektif Teori dengan Biaya Terkait Aktivitas

Lingkungan PT Semen Tonasa

No. Persfektif Teori PT Semen Tonasa

1.

2.

3.

4.

Biaya yang timbul karena

adanya kewajiban untuk

mematuhi peraturan pemerintah

agar dimasa depan tidak muncul

masalah lingkungan

Biaya yang timbul untuk

menjaga citra perusahaan

Biaya yang timbul karena

menjaga hubungan dengan

stakeholder dan eksternalitas

Biaya kewajiban untuk mematuhi

peraturan pemerintah agar dimasa

depan tidak muncul masalah

lingkungan

Biaya Unit Purna Jual

Biaya dokumen Laporan

Pelaksanaan Rencana

Pengelolaan Lingkungan

Sumber: data diolah, 2017

Berbagai dampak negatif dari operasi perusahaan, memerlukan suatu

sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan

sebab pengelolaan limbah yang dilakukan perusahaan membutuhkan pengukuran,

penilaian, pengungkapan, dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil

kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan asumsi dasar stakeholder theory

bahwa perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan sekitarnya karena

merupakan salah satu kepentingan stakeholder. Perusahaan perlu memperhatikan

lingkungannya, mendukung pengambilan keputusan sehingga dapat mendukung

pencapaian tujuan perusahaan. Ketika lingkungan tidak diperhatikan, maka

legitimasi dan stakeholder akan turun dan perusahaan dapat mengubah perspektif

Page 121: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

109

stakeholder tersebut lewat pengungkapan lingkungan. Oleh karena itu

pelaksanaan dan pengungkapan informasi tanggung jawab lingkungan perusahaan

merupakan hal yang perluh diperhatikan oleh perusahaan. Aktivitas-aktivitas yang

ada pada PT Semen Tonasa menimbulkan biaya, namun perseroan belum

mengungkapkan dan mengelompokkan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategori.

PT Semen Tonasa dapat mengungkapkan biaya-biaya yang berkaitan dengan

lingkungan, karena dengan pengungkapan tersebut akan berdampak pada kinerja

lingkungan perusahaan. Berikut tabel formulasi laporan biaya lingkungan yang

dapat digunakan PT Semen Tonasa, yaitu:

Tabel 13

Formulasi Laporan Biaya Lingkungan PT Semen Tonasa

No. Biaya Lingkungan

1

1.

1.11

1.12

1.13

1.14

2.

2.11

2.12

2.13

2.14

2.15

3.

3.11

3.12

3.13

3.14

3.15

3.16

2

Biaya Pencegahan Lingkungan

Biaya pelatihan setiap unit kerja

Biaya pengurangan kertas kreft

Biaya mengaudit risiko lingkungan

Biaya sistem manajemen lingkungan

Total

Biaya Deteksi Lingkungan

Biaya mengaudit aktivitas lingkungan

Biaya pemeriksaan limbah cair

Biaya pemeriksaan cerobong asap

Biaya pemeriksaan pembuangan emisi

Biaya mengukur tingkat pencemaran

lingkungan

Total

Biaya Kegagalan Internal Lingkungan

Biaya pengelolaan copper slag

Biaya pengelolaan sludge IPAL

Biaya pengelolaan iol sludge

Biaya pengelolaan pelumas bekas

Biaya pengelolaan fly ash

Biaya pengelolaan bottom ash

3

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

Page 122: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

110

1

3.17

3.18

3.19

3.20

3.21

3.22

3.23

3.24

3.25

3.26

3.27

3.28

3.29

3.30

3.31

3.32

3.33

3.34

4.

4.11

4.12

4.13

4.15

4.16

4.17

4.18

5.

5.11

2

Biaya pengelolaan sampah taman

Biaya pengelolaan limbah rumah tangga

Biaya mengoperasikan Electronic

Principitator (EP)

Biaya mengoperasikan Dust Collector

(DC)

Biaya mengoperasikan Coal Unloading

dan Phomogenization Facilities

Biaya mengoperasikan Sequential Timer

Biaya mengoperasikan pompa reservior

Biaya mengoperasikan tangki raw water

Biaya pemasangan stiker penghemat listrik

Biaya mengoperasikan jalur fine coal

transport

Biaya pemeliharaan Electronic

Principitator (EP)

Biaya pemeliharaan Dust Collector (DC)

Biaya pemeliharaan Coal Unloading dan

Phomogenization Facilities

Biaya pemeliharaan Sequential Timer

Biaya pemeliharaan pompa reservior

Biaya pemeliharaan tangki raw water

Biaya pemeliharaan jalur fine coal

transport

Biaya mendaur ulang sisa bahan

Total

Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan

Biaya penanaman pohon

Biaya pembuatan kolam buatan

Biaya pembangunan kebun buah

Biaya pembangunan Taman Hutan Raya

Biaya pembangunan Taman Sipong

Biaya pengadaan tanaman Vitex Cofassus

Biaya asuransi lingkungan

Total

Biaya Penelitian dan Pengembangan

Lingkungan

Biaya kewajiban untuk mematuhi

peraturan pemerintah agar dimasa depan

3

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

Page 123: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

111

1

5.12

5.13

2

tidak muncul masalah lingkungan

Biaya unit purna jual

Biaya dokumen Laporan Pelaksanaan

Rencana Pengelolaan Lingkungan

Total

3

XXX

XXX

Sumber: data diolah, 2017

Pada tabel diatas dapat diketahui biaya-biaya lingkungan yang ada pada

PT Semen Tonasa berdasarkan ketegori pengelompokannya. Pengukuran kinerja

lingkungan perusahaan berdasarkan pada aktivitas-aktivitas konservasi

lingkungan yang dilakukan perusahaan selama proses produktivitas dengan

mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan. De Beer dan Friend (2006) mengatakan

pengungkapan semua biaya-biaya yang terkait lingkungan baik internal maupun

eksternal dan mengalokasikan biaya-biaya tersebut berdasarkan kategorinya akan

berdampak baik pada kinerja lingkungan perusahaan. Kinerja lingkungan

perusahaan dapat tercapai apabila selama proses aktivitas produksi perusahaan

telah menggambarkan orgnization system dan stakeholder relations; dan outcome

yang di hasilkan perusahaan berupa regulatory compliance dan environmental

impact (Lober, 1996). Sehingga diharapkan bahwa publikasi hasil dari pelaporan

biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa akan berfungsi dengan baik sebagai

alat bagi organisasi dalam memenuhi tanggung jawab lingkungan perseroan atas

akuntabilitas kepada stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk

evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.

Terdapat pengaruh akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan

dalam penelitian Perez et al., (2007); dan Hendri dan Journeault (2010) yang

menemukan bahwa penyediaan informasi lingkungan kepada manajemen

Page 124: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

112

berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Menurut Virrecchia (1983)

dalam Suratno et al.,(2007) Environmental performance yang baik mengurangi

pengungkapan biaya-biaya lingkungan masa depan perusahaan, sehingga dengan

mengungkapkan biaya-biaya lingkungan menggambarkan good news bagi pelaku

pasar. Kesuksesan banyak perusahaan paling tidak ditentukan oleh tiga faktor

yaitu, kualitas, profitabilitas dan tanggung jawab lingkungan. Penerapan green

accounting pada PT Semen Tonasa akan berpengaruh positif terhadap kinerja

lingkungannya, karena dapat mengungkapkan biaya-biaya lingkungannya

sehingga akan memenangkan persaingan pasar.

Page 125: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di temukan oleh peneliti maka dapat di

simpulkan bahwa PT Semen Tonasa telah mengeluarkan biaya-biaya lingkungan.

Perlakuan perseroan terhadap biaya-biaya lingkungan tersebut belum

dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Seperti halnya perseroan mengeluarkan

biaya reklamasi, namun biaya tersebut tidak terlihat pada laporan keuangan

perseroan. Akibatnya biaya lingkungan terseut menjadi tersembunyi, begitupun

dengan biaya lingkungan lainnya. Hal tersebut dikarenakan perseroan

menggunakan konsep aktivitas, sehingga biaya-biaya lingkungan yang terdapat

pada perseroan dikelompokkan berdasarkan aktivitasnya.

Pelaporan biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa telah dilakukan,

pelaporan biaya tersebut dilaporkan pada annual report perseroan. Namun,

pelaporan biaya-biaya lingkungan tersebut tidak dirinci atau dikelompokkan

berdasarkan kategorinya, melainkan dilaporkan secara keseluruhan total biaya-

biaya tersebut. Tidak terperincinya pelaporan biaya-biaya lingkungan

mengakibatkan stakeholder kesulitan dalam mengidentifikasi biaya-biaya

lingkungan perseroan.

Kategori biaya yang dapat digunakan PT Semen Tonasa dalam

mewujudkan kinerja lingkungan perseroan dan lebih memenuhi kebutuhan

stakeholder, diantaranya: biaya pencegahan (environmental prevention costs),

biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs), biaya kegagalan

internal lingkungan (environmental internal failure costs), biaya kegagalan

Page 126: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

114

eksternal (environmental external failure costs), dan biaya penelitian dan

pengembangan (research and development costs). Publikasi dari pelaporan biaya-

biaya lingkungan akan berfungsi dengan baik sebagai alat bagi organisasi dalam

memenuhi tanggung jawab lingkungan perseroan atas akuntabilitas kepada

stakeholder dan secara tidak langsung sebagai sarana untuk mengevaluasi

kegiatan pelestarian lingkungan.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan adapun

implikasi penelitian yang diajukan peneliti berupa diantaranya:

1. Pelaporan perincian biaya-biaya lingkungan pada PT Semen Tonasa

mendorong pertanggung jawaban perseroan dan meningkatkan

transparansi lingkungan.

2. Memberikan nilai yang lebih positif sehingga perseroan dapat menarik

investor, seiring dengan tuntutan etis dari investor yang semakin

meningkat.

3. Meningkatkan komitmen perseroan dalam usaha perbaikan lingkungan

hidup, sebagai perwujudan dalam mendukung sustainability deveopment.

4. Meningkatkan nama baik perseroan di mata masyarakat, karena

mendorong konsumen untuk membeli produk hijau, sehingga perseroan

memiliki keunggulan pemasaran yang lebih kompetitif dibandingkan

perseroan yang tidak melakukan pengungkapan.

Page 127: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

115

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka

terdapat beberapa saran atas keterbatasan yang ada untuk perbaikan di masa

mendatang, antara lain:

1. PT Semen Tonasa diharapkan dapat melaporkan biaya-biaya

lingkungannya secara terperinci dalam memenuhi kebutuhan pihak

stakeholder. Pengungkapan biaya-biaya lingkungan perseroan diharapkan

dapat di laporkan pada sustainability report dan perseroan dapat

menyusun environmental repot, sehingga setakeholder dapat

mengidentifikasi biaya-biaya lingkungan yang ada di perseroan.

2. Pengelompokan biaya-biaya lingkungan PT Semen Tonasa menggunakan

pendekatan konsep Activity Based Costing (ABC). Perseroan diharapkan

dapat mengelompokkan biaya-biaya lingkungannya berdasarkan

kategorinya dengan pendekatan ABC, dalam pendekatan tersebut terdapat

tiga teknik yang dapat digunakan dalam mengelompokkan biaya-biaya

lingkungan berdasakan kategorinya, diantaranya: Total Costs Assessment

(TCA), Full Costs Assessment (FCA), dan Life Cycle Analysis (LCA).

3. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis bagaimana perlakuan biaya

lingkungan, sehingga di harapkan peneliti selanjutnya menganalisis data-

data yang terkait dengan biaya-biaya lingkungan dan aktivitas-aktivitas

yang terkait lingkungan yang menimbulkan biaya dapat dikaji lebih luas

lagi untuk menjelaskan hal yang belum dipahami.

Page 128: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

116

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Adam, C.A. dan P. McNicholas. 2007. Making a Difference: Sustainability

Reporting, Accountability and Organizational Change”. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. 20(3): 382 – 402.

Afiyanti, Y. 2008. “Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif”.

afidburhanuddin.files.wordpress.com. 12(2): 137-141.

Agustia, D. 2010. Pelaporan Biaya Lingkungan Sebagai Alat Bantu Bagi

Pengambilan Keputusan yang Berkaitan Dengan Pengelolaan Lingkungan.

Jurnal Akuntansi: Akrual, 1(2): 190-214.

Al-Tuwaijri, S. A., Cristensen, T. A dan Hughes, K. E. 2004. The Relations

Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and

Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting,

Organization and Society 29. 447-471.

Almilia, L. S dan D. Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental Performance dan

Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. Proceedings

The 1st Accounting conference. 1-23.

Aminah dan Noviani. 2014. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah

Sakit Mardi Waluyo Metro. Jurnal Akuntansi & Keuangan. 5(2): 1-16.

Andayani. 2005. Tanggung Jawab Lingkungan dan Informasi Biaya Lingkungan

dalam Pengambilan Keputusan Manajemen. Ekuitas. 9(2): 169-194.

Anggarwal. P. 2013. Relation Between Environmental Responsibility and

Financial Performance of Firm: A Literature Review. Journal of Business

and Management. 13(1): 13-22.

Annual Report, PT Semen Tonasa. 2015. Winning The Emerging Market.

Andranovich, G dan G, Riposa. 1993. Doing Urban Reaserch. Newbury Park:

Sage Publications.

Aniela, Y. 2012. Peran Akuntansi lingkungan dalam Peningkatan Kinerja

Lingkugan Perusahaan. Barkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. 1(1): 1-36.

Anggriani, R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan

Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa

Efek Jakarta). Posiding. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Astuti, N dan Susilo, J. 2014. Penyusunan Model Green Accounting untuk

Perusahaan Melalui Perhatian, Keterlibatan, Pelaporan Akuntansi

Lingkungan, dan Auditnya. Permana.5(2): 17-32.

Page 129: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

117

Atmatdja, A. Tungga. 2013. Pergulatan Metodologi dan Penelitian Kualitatif

Dalam Ranah Ilmu Akuntansi. Jurnal Akuntansi Profesi. 3:(2): 122-141.

Ball, A. 2005. Environmental; accounting and Change in UK local government.

Accounting, Auditing & Accountability Journal. 18: 46-373.

Bebbington, J. 1997. Engagement, education, and sustainability. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. 10(3): 365-381.

Bell, F. dan Lehman. 1999. Recent Trends in Environment Accounting: How

Green Are Your Account. Accounting Forum. 23(2): 175-192.

Buniamin, S., B, Alrazi., N. H, Johari dan N. R. A, Rahman. 2011. Corporate

Governance Practices and Environmental Reporting of Companies in

Malaysia: Finding Possibities of Double Thumbs Up. Jurnal Pengurusan.

55-71.

Cohen, J. R., L. H. Nath dan D. Wood. 2009. The Supply of Corporate Social

Responsibility Disclosures Among U.S. Firms. Journal of Business Ethics,

84(4): 497-527.

Cooper, C. 1992. The non and nom of accounting for (m)other nature. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. 5(3): 16-39.

Cormier, D. dan M. Magnan. 1999. Corporate environmental disclosure strategies:

determinants, costs and benefits. Journal of Accounting, Auditing and

Finance. 429-51.

Cullen, D. 2006. Environmental Management Accounting: The State of Play.

Journal of Business & Economics Research. 4(10). 1-6.

Damayanti dan D, Pentiana. 2013. Global Warming dalam Perspektif

Environmental Management Accounting (EMA). Jurnal Ilmiah. 7(1): 1-13.

Darwin, A. 2007. Pentingnya Laporan Berkelanjutan. Akuntan Indonesia. 3(1):

12-14.

De Beer, P dan F, Friend. 2006. Environmental Accounting: A Management Tool

for Enhancing Corporate Environmental and Economic Performance.

Ecological Economics. 58(3): 548-560.

Degaan, C. 2002. The Legetimation Effec Of Sosial and Envoronmental

Disclosures- A Theoritical Foundation. Accounting, Auditing And

Accountabilitas Journal. 15(3): 182-311.

Deegan, C. and M, Rankim. 1996. Do Australian companies report environmental

news objectively?. Accounting, Auditing and Accountability Journal. 9(2):

50-67.

Descalu, C., C. Caraiani., C. I. Lungu., F. Colceag dan G. R. Guse. 2010. The

Externalities in Social Environmental Accounting. International Journal of

Accounting and Information Management, 18(1): 19-30.

Deshwal, S. 2015. Green Accounting and Practices. International Journal of

Applied Research. 1(8): 683-684.

Page 130: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

118

Dowling, J. dan J. Pfeffer. 1975. “Organizational Legitimacy: Social Values and

Organizational Behaviour”. Pacific Sociology Review. 18(1): 122- 136.

Dye, R. A. 1985. Disclosure of Non-Proprietary Information. Journal of

Accounting Research Spring. 123-145.

Efferin, S. 2015. Akuntansi, Spiritualitas dan Kearifan Lokal: Beberapa Agenda

Penelitian Kritis. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 6(3): 341-511.

Farihah, I. 2015. Fisafat Materialisme Karl Marx (Epistimologi Dialectocal and

Historical Materialism). Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. 3(2):

431-454.

Fasua, K. O. 2011. Environmental Accounting: Concept and Principles. Certified

National Accountant. 19: 20-35.

Ferreira, A., C, Moulang dan B, Hendro. 2010. Environmental Management

Accounting and Innovation: An Exploratory Analysis. Accounting, Auditing

& Accountability Journal. 23(7): 920-948.

Freeman, E. 2002. Stakeholder Theory Of The Modern Corporation. General

Issues in Businness Ethics. 38-48.

Gale, R dan P. K, Stokoe. 2001. Environmental Cost Accounting and Busine

Strategy. Handbook of Environmentally Conscious Manufacturing.

Gale, Robert. 2006. Environmental Management Accounting as a Reflexive

Modernization Strategy in Cleaner Production. Journal of Cleaner

Production. 1228-1236.

Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Global Reporting Initiative. G4. Pedoman Pelaporan Keberlanjutan.

Gray, R., R, Kouhy dan S, Leavers. 1995. Corporate Social and Environmental

Reporting: A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK

Disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal. 8(2): 47-77.

Guthrie, J dan Parker, L. 1990. Corporate Social Disclosure Practice: A

Comprative International Analysis. Advances in Public Interest Accounting.

Vol 3: 159-176.

Halim, A dan A. S, Irawan. 1998. Perspektif Akuntansi Lingkungan, Suatu

Tinjauan Teoritis Mengenai Isu Dampak Lingkungan Terhadap Akuntansi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 13(3): 18-31.

Hamid, M. R. 2002. Theoretical Framework for Environmental Accounting-

Application on The Egyptian Petroleum Sector. Ninth Annual Conference of

the Economic Research Forum, 26-28 October. 1-29.

Handriyani, A. N. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap

Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Jurnal

Ilmu & Riset Akuntansi. 2(5): 1-15.

Page 131: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

119

Hedri, J. F dan Journeault, M. 2010. Eco-Control: The Influence of Management

Control Systems on Environmental and Economic Performance. Accounting

Organizations and Society. 63-80.

Hernadi, B. H. 2012. Green Accounting For Corporate Sustainibility. Club of

Economics di Miskolc' TMP. 8(2): 23-30.

Hansen, D. R dan Mowen, M. M. 2005. Cornerstones of Cost Management.

Canada: Cengage Learning.

. 2007. Akuntansi Manajemen. Edisi 7 Buku

2. Jakarta; Salemba Empat.

Idris. 2012. Akuntansi Lingkungan Sebagai Instrumen Pengungkapan Tanggung

Jawab Perusahaan Terhadap Lingkungan di Era Green Market. Jurnal

economic. 2(2): 1-10.

Ikatan Akuntansi Indoneisa. Standar Akuntansi Keuangan. Perefektif 1 Januari

2015.

Indonesia, Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 23

Tahun 1997, TLN No. 3699.

Internasional Federation of Accountans (IFAC). International Guidance

Document- Environmental Managemen Accounting. 2005.

Islam, M. A. dan Deengan, C. 2008. Motivations for an Organisation Within a

Developing Country to Report Social Responsibility Information, Evidence

from Bangldesh. Accounting, Auditing & Accountability Journal 21 (6):

850-874.

Ismail, M., A, Seetharaman, & Saravanan. 2007. Environmental Accounting as a

Tool for Environmental Management System. Jasem. 11(2): 137-145.

Januarti, I. dan D. Apriyanti. 2005. Pengaruh Tanggung Jawab Social Perusahaan

Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Maksi. 5(2): 227-243.

Ja’far, M dan L, Kartikasari. 2009. Carbonaccounting: Implikasi Strategis

Perekayasaan Akuntansi Manajemen. Posiding. Simposium Nasional

Akuntansi 12 Palembang.

Ja'far, M dan D. A, Arifah. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan,

Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public

Environmental Reporting. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang

Kusumaningtias, R. 2013. Green accounting, mengapa dan bagaimana?. Seminar

nasional dan Call For Papers Sancall. 137-149.

Lindawati, A. S dan M. E. Puspita. 2015. Corporate Social Responsibility:

Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam Meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. 6(1): 157-174.

Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas

Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 11(2): 159-166.

Page 132: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

120

Lober, D. 1996. Evaluating The Environmental Performance of Corporations. The

Journal of Managerial Issues. 8(2): 184-205.

Marshall, R. S., Akoorie, M. E M., Hamann, R dan Sinha, P. 2010. Environmental

Practices in The Wine Industry: An Empirical Application of The Theory of

Reasoned Action and Stakeholder Theory in The United States and New

Zealand. Journal of Word Business. 405-414.

Minimol dan Makesh. 2014. Green Accounting and Reporting Practices Among

Indian Corporates. Asia Pacific Journal of Research. 1(14): 21-35.

Morthy, K dan P. Yacop. 2013. Green Accounting: Cost Measures. Open Journal

of Accounting. 4-7.

Oktalia, D. 2014. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Profitabilitas Terhadap

Corporate Social Responsibility Disclosure dalam Laporan Tahunan

Perusahaan. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis. 4(2): 1-15.

O’Donovan, G. 2002. “Environmental Disclosure in the Annual Report:

Extending The Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory”.

Accounting, Auditing and Accountability Journal. 15(3): 344 - 371.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Tata Cara Pemulihan Lahan

Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, No. 33 Tahun

2009.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Pengendalian Pencemaran dan/atau

Perusakan Laut, No. 19 Tahun 1999.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Izin Lingkungan, No. 27 Tahun 2012.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, No. 82 Tahun 2001.

Peraturan Presiden Republik Indonesia, Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi

Gas Rumah Kaca, No. 61 Tahun 2011.

Perez, E. A., C. C. Ruiz, dan F. C. Fenech. 2007. Environmental Management

Systems as an Embedding Mechanism: A Research Note. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. 20(3): 403-422.

Pramanik, S., A. K Agarwal dan A, Garg. 2007. Development of High Strength

Hydroxyapatite by Solid-State-Sintering Process. Ceramics International.

33(3): 419-426.

Rahim, H. A dan Yousef, A. R. 2017. Green Accounting – a Proposition for

EA/ER Conceptual Implementation Methodology. Journal of Sustainability

and Green Business. 1-18.

Rahmat, S. P. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium. 5(9): 1-8.

Riharjo, I. B. 2011. Memahami Paradigma Penelitian Non-Positivisme dan

Implikasinya dalam Penelitian Akuntansi. Jurnal Akuntansi, Manajemen,

Bisnis dan Sektor Publik (Jambsp). 8(1): 128-146.

Page 133: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

121

Roth, H. P. and C. E. Keller. 1997. Quality, Profits, and The Environment:

Diverse Goals or Common Objectives. Management Accounting. 51-55.

Sambharakreshna, Y. 2009. Akuntansi Lingkungan dan Akuntansi Manajemen

Lingkungan: Suatu Komponen Dasar Strategi Bisnis. Jurnal Infestasi. 5(1):

1-21.

Setiawan, T. 2016. Penerapan Akuntansi Manajemen Lingkungan pada Dua Puluh

Lima Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Sri Kehati 2013. Jurnal

Akuntansi. 9(2): 110-129.

Shodiq, M. J dan Y, T. Febri. 2015. Sistem Akuntansi dan Pelaporan Emisi

Karbon: Dasar Pengembangan Standar Akuntansi Karbon (Studi eksplorasi

pada perusahaan manufaktur di BEI). Simposium Nasional Akuntansi 1

Universitas Sumatera Utara, Medan. 1-21.

Suchman, M. C. 1995. Managing Legitimacy: Strategic and Institutional

Approaches, Academy of Management Journal. 20(3): 571-610.

Sudirno. 2014. Pengaruh Pencapaian Profitabilitas, Tingkat Leverage, dan

Prosentase Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan Informasi

Akuntani Lingkungan. Study & Accounting Research. XI(1): 76-84.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Suhardjanto, D dan Miranti, L. 2009. Indonesian Environmental Reporting Index

dan Karakteristik Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.

13(1): 1-17.

Suratno, I. B., D, Darsono dan S, Mutmainah. 2007. Pengaruh Environmental

Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic

Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004). Posiding. Simposium Nasional

Akuntansi 9 Padang.

Susilo, J dan N, Astuti. 2014. Penyusunan Model Green Accounting untuk

perusahaan melalui Perhatian, Keterlibatan, Pelaporan Akuntansi

Lingkungan dan Auditnya. Permana. V(2): 17-32.

Sustainability report, PT Semen Tonasa. 2015. Merawat Keselarasan,

Memenangkan Persaingan.

Suwardjono. T. 2005. Bahasa Akuntansi Dalam Praktik: Sebuah Critical

Accounting Study. TEMA (Telaah Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi).

6(2): 89-110.

Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan

Sistem. Yogyakarta: BPFE.

Tarmizi, R., D, Octavianti dan C, Anwar. Analisis Pengungkapan Akuntansi

Lingkungan Terhadap Pertanggung Jawaban Sosial Industri Kimia (Studi

Kasus pada Sosial Industri Kimia di Kota Bandar Lampung. Jurnal

Akuntansi & Keuangan. 3(1): 21-38.

Page 134: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

122

Qureshi, N. Z., D, Kulshrestha dan S. B, Tiwari. 2012. Environmental Accounting

and Reporting: An Essential Component of Business Strategy. Asian

Juornal of Research in Banking and Finance. 2(4): 85-95.

Wilmshurst, T. D dan Frost, G. 2000. Corporate Environmental Reporting: A Test

of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal.

13(1): 10-26.

Yanti. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Environmental

Performance Terhadap Kinerja Keuangan BUMN dan Non BUMN yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2012. Jurnal Akuntansi XIX(2):

242-259.

Yanto, S. 2007. Akuntansi Hijau: Sarana Pendeteksi Dini Bencana Lingkungan.

Akuntan Indonesia. 3(1): 23-26.

Yousef, F.H. 2003. Green Accounting in Developing Countries: The Case of

U.A.E. and Jordan. Manajerial Finance. 29(8): 37-45.

www.menlh.go.id.

Page 135: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

LAMPIRAN

Page 136: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Pak Anis (Departemen Akuntansi Manajemen)

Waktu : Rabu, 8 Maret 2017

1. Perusahaan saat ini sudah diwajibkan untuk membuat sustainability report.

Bagaimana menurut bapak sustainability report?

Jawaban: Kalau kita di Tonasa ini, mengenai Sustainability Report kita kan

sudah terbitkan setiap tahunnya. Jadi disitu sebenarnya kita sudah berusaha

menyajikan bagaimana perlakuan lingkungan kita.

2. Apakah disini sudah membuat Environmental Report Pak?

Jawaban: Di Tonasa belum dibuat laporan semacam itu.

3. Environmental Report dapat dikatakan pelengkap laporan keuangan, dan

dapat menarik para investor. Karena saat ini investor lebih cenderung

menanamkan modalnya pada perusahaan yang berwawasan lingkungan. Di

Tonasa pak belum terdapat environmental report, apakah bapak baru

mendengar hal tersebut?

Jawaban: Pertama, sebenarnya Tonasa masih belum perusahaan terbuka,

beda halnya dengan perusahaan terbuka, sehingga Tonasa untuk

menyampaikan Sustainability Report merupakan nilai tambah bukan

kewajiban. Beda halnya dengan perusahaan terbuka, untuk menyajikan

Sustainability Report itu adalah kewajiban. Kedua, kenapa di Tonasa tidak di

buat secara spesifik pengelompokan biaya lingkungan karena konsep yang

digunakan Tonasa masih konsep aktivitas bukan konsep fungsional.

Page 137: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

4. Disini pak terdapat lima jenis biaya yang dapat gunakan dalam

pengklasifikasian biaya lingkungan seperti biaya pencegahan lingkungan,

biaya deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal

dan biaya penelitian dan pengembangan. Bagaimana menurut bapak

mengenai biaya-biaya tersebut?

Jawaban: Biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan, biaya

kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, dan biaya penelitian dan

pengembangan, sebenarnya biaya-biaya tersebut sudah ada di Tonasa.

Tetapi di Tonasa biaya terkait lingkungan belum di kelompokkan.

5. Biaya pencegahan yang dimaksud sudah ada di Tonasa, menurut bapak biaya

apa yang terdapat delam biaya tersebut?

Jawaban: Biaya yang berhubungan dengan biaya pencegahan lingkungan

tidak kami kelompokkan ke dalam biaya tersebut, melainkan kami

kelompokkan berdasarkan aktivitasnya. Seperti halnya kami memiliki alat

penangkap debu, dimana debu-debu yang keluar kami tangkap dan dan

dimasukkan kembali ke sistem. Alat penangkap debu tersebut kami

kelompokkan ke aset.

6. Biaya-biaya apa saja yang berhubungan dengan lingkungan pak?

Jawaban: Mengenai Undang-Undang Lingkungan yang sekarang ini untuk

mengelolaan limbah B3 kita harus punya cadangan di bank yang di laporkan

ke pemerintah sebesar Rp 5 miliyar. Kami juga memiliki unit purna jual,

dimana kami dapat dikomplen jika ditemukan kesalahan oleh orang, unit

tersebut kami kelompokkan di biaya pemasaran.

7. Bagaimana perlakuan terhadap bekas tambang PT Semen Tonasa pak?

Page 138: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

Jawaban: Mengenai bekas tambang, sebenarnya di Tonasa terdapat biaya

reklamasi, disini kami memiliki kewajiban melapor ke departemen

penambangan setiap triwulan menyangkut berapa biaya yang kami

keluarkan.Biaya reklamasi tersbutlah yang tidak nampak dalam laporan

keuangan.

Page 139: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Pak Darmen (Departemen Jamuli khususnya Biro Lingkunga

dan PROPER)

Waktu : Rabu, 8 Maret 2017

1. Bahan baku PT Semen Tonasa berasal dari sumber daya alam dan dalam

aktivitas produksinya kemungkinan akan menghasilkan limbah/sampah,

bagaimana pandangan bapak mengenai hal tersebut?

Jawaban: Bahan baku yang digunakan selama proses produksi seperti batu

kapur, tanah liat, pasir silika dan gipsum. Kami melakukan upaya

penanganan dampak lingkungan dalam melakukan kagiatan aktivitas

perusahaan, untuk mencegah terproduksinya limbah.

2. Bagaimana perusahaan dalam melakukan upaya mencegah terproduksinya

limbah pak?

Jawaban: Perusahaan mengacu pada dokumen AMDAL dalam melakukan

pengelolaan dan pemantauan, perusahaan juga mengacu pada UKL-UPL

Semen Tonasa, didalam dokumen tersebut perusahaan memiliki kewajiban

dalam pemantauan lingkungan. Dimana kami melakukan pemantauan setiap

semesternya.

3. Selain mengacu pada dokumen AMDAL pak, apakah terdapat dokumen lain

yang dijadikan acuan dalam pengelolaan lingkungan?

Page 140: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

Jawaban: Disini kami bekerja sama dengan mahasiswa UNHAS dan

laboratorium Makassar dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Rencana

Pengelolaan Lingkungan.

4. Apakah di Tonasa dilakuakan pencegahan lingkungan untuk mencegah

diproduksinya limbah/sampah yang akan berdampak terhadap lingkungan

pak?

Jawaban: Iya, disini dilakukan pencegahan lingkungan.

5. Kegiatan-kegiatan apa saja yang terdapat dalam pencegahan lingkungan pak?

Jawaban: Kita mempunyai pelatihan setiap unit kerja untuk terkait dengan

lingkungan masing-masing unit kerja melakukan pelatihan, misalnya

pelatihan ISO 140011 dan pelatihan limbah B3.

6. Selain kegiatan tersebut pak, apakah terdapat kegiatan lainnya yang

berhubungan dengan biaya pencegahan lingkungan?

Jawaban: disini kami melakukan inovasi seperti kantong semen yang

digunakan sekarang itu dua lapisan dulunya kami menggunakan empat

lapisan, dan bahan-bahan kantong semen tersebut kami dapatkan dari Jawa.

Selama melakukan proses produksi kami diaudit oleh tim audit kami. Disini

kami memiliki manajemen risiko dan tim audit yang menggunakan ISO

14001.

7. Apakah terdapat aktivitas untuk menentukan produk, proses dan aktivitas

perusahaan telah memenuhi standar lingkungan pak?

Jawaban: Iya kami melakukan aktivitas-aktivitas semacam itu.

8. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dimaksud pak?

Page 141: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

Jawaban: Secara rutin kami melakukan pemeriksaan limbah cair yang

dihasilkan, pemeriksaan cerobong asap, pembuangan emisi yang di hasilkan,

dan mengukur tingkat pencemaran aktivitas lingkungan. Walaupun

sebenarnya selama proses produksi kami tidak menghasilkan limbah, karena

disini sudah memiliki alat penangkap debu. Pemeriksaan tersebut dilakukan

oleh pihak luar yaitu laboratorium independen. Perusahaan memiliki

dokumen lingkungan, didalam dokumen tersebut kita memiliki kewajiban

untuk memantau lingkungan sampai batas mana limbah-limbah yang

dihasilkan dan dilakukan oleh laboratorium independen.

9. Aktivitas apa saja pak jika diproduksinya limbah atau sampah, tetapi tidak

terbuang ke lingkungan?

Jawaban: Disini jika ada limbah yang dihasilkan kita tidak buang ke

lingkungan, melainkan kita memanfaatkan dengan cara memasukkannya

kembali ke dalam sistem. Seperti halnya jika kita menghasilkan debu, debu-

debu tersebut akan diangkat dengan alat-alat kita.

10. Jika terdapat limbah atau sampah dari proses produksi dan dilepaskan ke

lingkungan, apakah terdapat aktivitas yang dapat dilakukan pak?

Jawaban: Iyya, disini terdapat aktivitas yang berhubungan hal tersebut.

11. Aktivitas apa saja yang di maksud pak?

Jawaban: Kita di Tonasa mempunyai asuransi pencemran lingkungan, jadi

jika proses produksi diperiksa dan di temukan limbah yang terbuang dan

mengakibatkan kerusakan lingkungan, maka ada proses kepolisian. Sehingga

akan menimbulkan biaya lingkungan. Jadi kami selalu melakukan upaya

yang tidak akan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Page 142: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

12. Apakah terdapat aktivitas yang berhubungan dengan penelitian dan

pengembangan perusahaan pak?

Jawaban: Iya terdapat, seperti halnya yang saya ungkapkan tadi mengenai

Dokumen Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan yang

dilakukan oleh laboratorium Makassar dan UNHAS, inilah yang perusahaan

bayar ke konsultan.

Page 143: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Pak Rendra (Departemen Audit Internal)

Waktu : Rabu, 8 Maret 2017

1. Bagaimana menurut bapak yang dapat dilakukan untuk mencegah

diproduksinya limbah atau sampah yang dapat berdampak buruk ke

lingkungan?

Jawaban: Kami disini memiliki alat pengukur polusi dan menangkap debu

seperti Electronic Principitator (EP) dan Dust Collector (DC), jika alat-alat

tersebut bekerja secara efektif maka proses produksi kami tidak

menghasilkan limbah, dan kami juga melakukan pemeliharaan mesin-mesin

tersebut.

2. Bagaimana menurut bapak jika selama produksi menghasilkan limbah atau

sampah, tetapi belum terbuang ke lingkungan?

Jawaban: Sebenarnya kami tidak menghasilkan limbah, misalnya pengelolaan

limbah air. Sebelum air itu di lepas kelingkungan di olah dan dibersihkan

terlebih dahulu yang di sebut penyaringan reporosmosis, desardemin.

3. Perusahaan persemenan biasanya menghasilkan polusi, bagaimana menurut

bapak?

Jawaban: Kita disini memiliki alas pendeteksi CO, sebelum dilepas di udara

terlebih dahulu kita netralka. Jadi kita sama sekali tidak melepas CO.

4. Bagaimana menurut bapak mengenai lahan-lahan bekas pertambangan?

Page 144: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

Jawaban: Lahan-lahan bekas penambangan kita buatkan kolam atau sawah,

dan kita juga melakukan penanaman pohon. Dilakukan pula pembersihan

oleh seksi kebersihan lingkungan luar pabrik.

5. Di Tonasa apakah dilakukan audit lingkungan pak?

Jawaban: Iya kami melakukan audit lingkungan.

6. Dalam melakukan proses audit, bapak berpedoman dengan apa? Karena

seperti halnya dengan audit laporan keuangan mereka berpedoman dengan

standar yang berlaku, sedangkan untuk audit lingkungan sendiri pak belum

ada standar khususnya.

Jawban : Kami berpedoman pada ISO 14001 sementara ini masih berterima

secara umum ISO tersebut, karena memang belum ada standar khususnya.

Karena setau saya belum ada memang penggolongan untuk akuntansi

lingkungan, semoga penelitian-penelitian seperti ini dapat memberikan

sumbangan, agar kiranya terdapat standar khusus mengenai lingkungan,

yang tidak harus di adopsi dan disesuaikan dengan negara kita.

Page 145: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

DOKUMENTASI PADA SAAT PROSES WAWANCARA

Proses wawancara dengan Pak

Anis

Proses wawancara dengan

pak Rendra

Proses wawancara dengan

pak Darmen

Page 146: CORPORATE ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY: UPAYA …repositori.uin-alauddin.ac.id/7180/1/ANDI YULIANA.pdf · Sebagaimana dalam Q.S. Ar-Rum ayat 41 yang membahas tentang lingkungan, seperti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ANDI YULIANA, lahir di Bone pada tanggal 23 Oktober

1994 buah hati dari pasangan almarhum Andi Sangiang

dan Andi Rajemawati, merupakan anak pertama dari lima

bersaudara. Penulis pertama kali melangkahkan kaki ke

dunia pendidikan pada tahun 2001di SDN 163 Appanang

Kabupaten Soppeng tamat pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke tingkat SMPN 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng tahun 2007-2010. Tamat

dari pendidikan tersebut penulis melanjutkan pada tingkat SMA di SMAN 1 Liliriaja

di Kabupaten Soppeng pada tahun 2010-2011 dan SMAN 1 Tellusiattinge di

Kabupaten Bone. Setelah tamat penulis memilih Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar sebagai tempat menuntut ilmu pada tahun 2013 dengan mengambil jurusan

akuntansi dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2017.