BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pengertian sesungguhnya dari corporate action pada hakikatnya sangat luas dan
bervariasi tergantung kepada sudut pandang dari emiten maupun investor. Berikut adalah
beberapa definisi yang tepat menggambarkan tentang corporate action menurut para ahli.
Frances Maguire dalam The Banker yang terbit 1 Juni 2007 memberikan definisi
bahwa corporate action adalah “an event initiated by a company that affects its share”.
Definisi lain tentang dapat diambil dari Depository Trust & Clearing Corporation yang
memberikan definisi corporate action sebagai berikut:
“A corporate action occurs when changes are made to the capitalstructure or
financial position of an issuer of a security that affect any of the securities it has
issued.”
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang memiliki keterlibatan dalam proses
corporate action emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memberikan definisi
tentang corporate action yaitu:
“setiap tindakan Perusahaan Terdaftar yang memberikan hak kepada seluruh
pemilik manfaat atas Efek dari jenis dan kelas yang sama seperti hak untuk
memperoleh dividen tunai, dividen saham, bunga, saham bonus, Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu, Waran atau hak-hak lainnya.”
B. TUJUAN CORPORATE ACTION
Tujuan emiten dalam melakukan corporate action biasanya didorong oleh maksud
dan keingininan emiten yang akan bervariasi sesuai dengan jenis spesifik dari corporate
action. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya:
1. Distribusi Income
Termasuk didalamnya pembagian sisa laba bersih dan bunga obligasi. Sisa laba
bersih yang diperoleh emiten dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
pembayaran dividen sedangkan bunga didistribusikan kepada pemegang obligasi
dalam bentuk pembayaran kupon bunga. Besaran pembayaran dividen ditentukan
oleh direksi perusahaan berdasarkan performa keuangan emiten. Untuk
pembayaran kupon bunga besarnya telah ditetapkan pada waktu penerbitan
obligasi berdasarkan suku bunga kupon yang ditetapkan dalam jangka waktu
tertentu.
2. Penambahan Modal
Emiten yang bermaksud untuk menambah modal lebih banyak dapat menerbitkan
saham baru maupun menerbitkan obligasi baik melalui penawaran umum maupun
melalui mekanisme penerbitan rights.
3. Restrukturisasi Modal Ditempatkan
Dari waktu ke waktu emiten diperkenankan untuk melakukan restrukturisasi atau
reorganisasi terhadap nilai modal ditempatkan. Modal ditempatkan adalah nilai
keseluruhan saham yang diterbitkan yaitu jumlah saham yang diterbitkan
dikalikan dengan nilai par dari tiap lembar saham. Restrukturisasi dilakukan
dengan cara merubah baik kuantitas jumlah saham yang diterbitkan atau nilai par
dari tiap lembar saham, sebagai contoh melalui stock-split dan reverse stock-split.
4. Mempengaruhi Harga Saham
Jika harga saham terlalu tinggi atau terlalu rendah, likuiditas saham akan
terganggu. Saham yang dihargai terlalu tinggi tidak akan terjangkau untuk semua
investor dan saham yang dihargai terlalu rendah kemungkinan akan mengalami
de-listing. Pembelian kembali saham merupakan salah satu contoh emiten dalam
mempengaruhi harga saham yaitu dengan membeli kembali saham yang beredar
di pasar dalam upaya untuk mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga
harga saham dapat mengalami kenaikan.
5. Pelunasan Obligasi
Emiten akan melunasi obligasi pada tanggal jatuh tempo dengan melakukan
pembayaran sebesar nilai nominal yang terdapat pada obligasi kepada para
pemegang obligasi (kreditor).
6. Restrukturisasi Kewajiban dalam bentuk Hutang menjadi Modal
Emiten dapat melakukan perubahan struktur dalam neraca dengan cara merubah
kewajiban dalam bentuk hutang menjadi modal. Hal tersebut lazim terjadi dalam
transaksi obligasi konvertibel yang merupakan kewajiban bagi emiten namun dpat
dikonversi menjadi saham sewaktu-waktu.
7. Kepemilikan Kendali atas Organisasi Lain
Suatu organisasi dalam hal ini emiten memiliki keinginan untuk menguasai kendali
atas organisasi lainnya dengan tujuan:
a. Mengurangi persaingan di pasar yang sama.
b. Mempermudah operasional perusahaan melalui kepemilikan terhada supplier
atau distributor.
c. Meningkatkan dan menambah jumlah dan kualitas produk emiten di pasar.
8. Penyebaran Informasi kepada Pemegang Saham
Dewan direksi emiten memiliki kewajiban untuk menginformasikan para
pemegang saham atas segala aktifitas yang mempengaruhi operasional dan
profitabilitas emiten, dan dalam beberapa kasus membutuhkan persetujuan dari
RUPS sebelum aktifitas tersebut dilaksanakan.
C. DAMPAK CORPORATE ACTION
Peristiwa aksi korporasi dapat dikategorikan menurut dampaknya terhadap para
investor, dan kemungkinan dapat menjadi lebih luas tercermin didalam pasar melalui
perubahan harga dari efek underlying.
1. Dampak kepada investor
Sebagai investor efek corporate action diukur dari segi pengaruhnya terhadap efek
dan/atau posisi kas terbagi berdasarkan:
a. Manfaat yang diterima
Merupakan peristiwa yang mengakibatkan terjadinya peningkatan terhadap
jumlah efek atau posisi kas para investor tanpa mengubah efek underlying,
sebagai contoh pemberian saham bonus.
b. Reorganisasi
Yaitu peristiwa yang merubah atau merestrukturisasi posisi efek underlying
investor, seperti:
- Restrukturisasi ekuitas, yang menyebabkan perubahan nilai par saham
menjadi lebih kecil atau lebih besar.
- Konversi, yaitu ketika efek seperti obligasi konvertibel dapat dikonversi
menjadi saham.
- Subscription, ketika satu jenis efek seperti Rights dapat ditukar ke dalam
sekuritas lainnya seperti saham biasa pada saat diterimanya pembayaran
kas.
c. Informasi dari Emiten
Even yang digunakan untuk menyebarkan informasi dari emiten kepada seluruh
pemegang kepentingan misalnya pemberitahuan Rapat Umum Tahunan yang
tidak memberikan pengaruh apapun terhadap efek dan posisi kas pemegang
kepentingan.
2. Dampak kepada harga sekuritas
Sebagaimana pengaruh terhadap neraca keuangan emiten, efek dan/atau posisi
kas dari pemegang kepentingan, corporate action juga dapat berdampak pada
harga pasar sekuritas. Permintaan atas efek menunjukkan banyak hal, misalnya
pasokan, persepsi pasar mengenai profitabilitas dari emiten, persepsi solvabilitas
emiten dan keadaan cadangan modal dan hutang. Oleh karena itu, ketika sebuah
peristiwa terjadi untuk mengubah hak diatas, persepsi dari pasar dan perubahan
permintaan efek akan tercermin dalam harga. Dengan demikian peristiwa
tersebut juga dapat menimbulkan dampak pembeli dan penjual underlying
security yang potensial, sehingga nilai yang pembeli bayar dan penjual terima
bisa berubah.
D. TIPE CORPORATE ACTION
Menurut Michael Simmons and Elaine Dalgleish tipe-tipe corporate action terbagi
menurut life-cycle, yaitu serangkaian langkah-langkah logis terutama ditentukan
berdasarkan sifat dan karakteristik corporate action. Life-cycle yang berbeda-beda antar
corporate action dapat digolongkan menjadi:
1. Mandatory
Peristiwa yang termasuk kedalam kategori mandatory yaitu ketika pemilik
kepentingan tidak memiliki pilihan atau alternatif dalam menyikapi dan berpartisipasi
dalam peristiwa tersebut. Peristiwa yang terjadi berlaku terhadap seluruh pemilik
kepentingan dan berdampak terhadap baik sekuritas yang dimiliki maupun posisi kas
pemilik kepentingan.
2. Mandatory dengan Pilihan
Kontras dengan peristiwa mandatory, pada tipe ini pemilik kepentingan mendapat
penawaran untuk memilih partisipasi mereka dalam peristiwa ini. Pemilik
kepentingan akan diberikan dua atau lebih alternatif dari sekuritas, posisi kas atau
kombinasi dari keduanya.
3. Voluntary
Untuk peristiwa voluntary, partisipasi bersifat murni berdasarkan pilihan pemilik
kepentingan. Hal tersebut merupakan kebalikan dari kedua life-cycle diatas dimana
partisipasi bersifat mandatory. Pemilik kepentingan akan diberikan berbagai pilihan
untuk tidak melakukan aksi atau tidak berpartisipasi, dan juga dapat diberikan
alternatif menyangkut sekuritas dan/atau posisi kas mana yang akan dipilih.
4. Multi-Stage Lifecycle
Tipe ini merupakan perisiwa yang paling kompleks dengan membandingkan dua atau
lebih tahapan (lifecycle). Dari perspektif emiten setiap peristiwa merupakan aktifitas
yang masing-masing berdiri sendiri, sementara dari perspektif pemilik kepentingan
peristiwa yang terjadi mengandung banyak lifecycle yang bergantung satu sama lain.
Selanjutnya setiap lifecycle dapat dikategorikan sebagai mandatory, mandatory dengan
pilihan atau voluntary.
5. Pemberitahuan Emiten
Peristiwa yang terjadi biasanya digunakan sebagai sarana komunikasi emiten kepada
pemilik kepentingan dan tidak melibatkan sekuritas dan/atau hak atas kas. Dengan
demikian, peristiwa dalam tipe ini memiliki lifecycle operasional yang singkat
dibanding dengan tipe lainnya, karena tidak berdampak terhadap sekuritas dan/atau
posisi kas pemilik kepentingan.
E. JENIS-JENIS CORPORATE ACTION
Peristiwa-peristiwa yang tercakup ke dalam corporate action dapat dibagi menjadi
Sembilan kategori, yaitu:
1. Pembayaran bunga kupon obligasi
Merupakan pembayaran bunga dalam bentuk kas berdasarkan nilai nominal
obligasi dan suku bunga kupon yang diberikan kepada pemegang obligasi. Sebagai
contoh tanggal 1 Januari 2010 PT ABC menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp 1.000.000 dengan bunga kupon 10%, pembayaran bunga dilakukan secara
tahunan. Berarti tanggal 1 Januari 2011 PT ABC memiliki kewajiban untuk
membayar bunga sebesar Rp 100.000 kepada para pemegang obligasi. Terdapat
tiga jenis variasi pembayaran bunga kupon obligasi, diantaranya:
a. Kupon bunga biasa.
b. Kupon dengan Opsi Mata Uang, yaitu pembayaran bunga dengan pilihan mata
uang lain yang ditawarkan oleh emiten.
c. Amortized coupon, pembayaran kupon menurut porsi modal yang mewakili
penebusan sebagian nilai modal obligasi.
2. Pembayaran dividen
Dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan dalam periode tertentu
yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembayaran dividen memiliki
keterkaitan dengan keuntungan perusahaan sehingga tidak ada jaminan bahwa
dividen akan diterima setiap periode. Ketika dilakukan pembagian dividen,
pembayaran dilakukan pada interval tertentu seperti tengah tahunan atau
kuartalan. Dividen yang diterima pemegang saham dapat berupa dividen tunai,
saham, property, dsb. Bahkan pemegang saham bila dimungkinkan dapat memilih
bentuk dividen yang hendak diterima.
Variasi dari bentuk dividen yaitu:
a. Dividen tunai, yaitu dividen yang dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk kas.
b. Dividen saham, yaitu dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan
dalam bentuk kepemilikan saham perusahaan tersebut.
c. Dividen property, yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aset lain selain
kas atau saham, misalanya aset tetap dan surat-surat berharga.
d. Dividen scrip, yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk scrip (sertifikat
sementara) berisikan komitmen emiten untuk membayar dividen tunai pada
saat laba emiten mencukupi untuk didistribusikan.
e. Dividend Reinvestment Plan (DRP), yaitu pembagian dividen dalam bentuk kas
atau saham yang diinvestasikan kembali oleh emiten berdasarkan pilihan dari
pemegang saham.
Berkaitan dengan jadwal pembagian dividen, terdapat beberapa istilah yang
perlu diketahui sebagai berikut:
1. Tanggal pengumuman, yaitu tanggal pengumuman pembagian dividen
yang disampaikan emiten.
2. Cum-Dividend Date, yaitu tanggal terakhir perdagangan saham yang masih
mengandung hak untuk mendapatkan dividen (baik tunai maupun saham).
3. Ex-Dividend Date, yaitu tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak
mengandung hak untuk mendapatkan dividen. Jadi, jika membeli pada
tanggal ini atau sesudahnya, saham tersebut sudah tidak lagi memberikan
dividen. Sebaliknya jika seseorang ingin menjual saham dan masih ingin
mendapatkan hak dividen, ia harus menjual pada ex-dividend date atau
sesudahnya.
4. Tanggal pencatatan, yaitu tanggal penentuan para pemegan saham yang
berhak mendapatkan dividen.
5. Tanggal pembayaran, yaitu tanggal pembayaran dividen kepada pemegang
saham yang berhak.
3. Distribusi Cadangan Modal
a. Distribusi Likuidasi
Merupakan pembagian kas dan aset lainnya kepada para pemegang
kepentingan akibat dari dilikuidasinya emiten berdasarkan prioritas
pemegang kepentingan sesuai jenis obligasi atau saham yang dimiliki.
b. Pembagian Saham Bonus
Merupakan distribusi saham baru untuk para pemegang saham sebagai bentuk
reward atas keberhasilan perusahaan. Saham yang diberikan secara cuma-
cuma oleh emiten kepada pemegang saham dapat berasal dari kapitalisasi Agio
Saham atau cadangan modal lainnya. Besaran bonus ditentukan dalam RUPS
dalam satuan rasio berapa pemegang saham lama mendapatkan tambahan
saham baru seperti satu saham lama mendapatkan dua saham baru.
4. Restrukturisasi Ekuitas
a. Asimilasi
Saham yang diterbitkan dalam peristiwa seperti pemberian saham bonus dan
penerbitan rights, seringkali memiliki karakteristik yang berbeda
dibandingkan dengan saham yang telah diterbitkan sebelumnya dalam hal
mengenai hak untuk mendapatkan dividen di masa mendatang. Asimilasi
terjadi ketika kedua sekuritas diatas yang memiliki perbedaan karakteristik
menjadi sama. Sebagai contoh pemegang saham memiliki 1.000 lembar saham
biasa dan 500 lembar saham bonus yang pada saat dibagikan tidak memiliki
hak untuk mendapatkan dividen periode berikutnya. Ketika emiten
mengumumkan pelaksanaan asimilasi, maka 50.000 lembar saham bonus tadi
bersama-sama dengan 100.000 lembar saham biasa akan mendapatkan
pembayaran dividen dalam waktu yang sama.
b. Stock-split
Yaitu peningkatan jumlah lembar saham emiten yang beredar proporsional
dengan penurunan nilai par tiap lembar saham. Nilai total ekuitas secara
keseluruhan tidak mengalami perubahan pada saat dilakukan stock-split.
Sebagai contoh A memiliki 1.000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp
1.000/lembar dengan nilai ekuitas sebesar Rp 1.000.000. emiten
mengumumkan stock-split dengan rasio 1 lembar saham menjadi 2 lembar
saham dengan nilai par Rp 500/lembar. Akibatnya jumlah saham yang dimiliki
A meningkat menjadi 2.000 lembar dengan nilai par Rp 500, sementara nilai
ekuitas yang disetor tidak mengalami perubahan di angka Rp 1.000.000. Stock-
split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena
jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya jadi lebih
murah. Hal ini akan sangat efektif jika dilakukan terhadap saham-saham yang
harganya sudah cukup tinggi.
c. Consolidation (Reverse Stock-split)
Merupakan kebalikan dari Stock-split yaitu terdapat penurunan jumlah lembar
saham emiten yang beredar proporsional dengan kenaikan nilai par tiap
lembar saham. Komposisi ekuitas secara keseluruhan tidak mengalami
perubahan pada saat dilakukan consolidation. Sebagai contoh B memiliki 1.000
lembar saham dengan nilai par Rp 1.000/lembar. Emiten kemudian
mengumumkan akan melakukan consolidation dengan rasio dua lembar saham
menjadi satu lembar saham dengan nilai par yang baru Rp 2.000/lembar.
Akibatnya jumlah saham yang dimiliki berkurang menjadi 500 lembar saham,
namun nilai ekuitas B kepada emiten tidak berubah yaitu sebesar Rp
1.000.000.
d. Scheme of Arrangement
Merupakan istilah yang mengacu pada peristiwa dimana emiten membagikan
kepada pemegang saham kombinasi antara saham dan/atau kas untuk efek.
Tujuannya hampir sama dengan Stock-split dan Consolidation, yaitu
restrukturisasi modal ditempatkan emiten. Sebagai contoh pemegang saham
memiliki 100.000 lembar saham dengan nilai par Rp 1.000/lembar, yang
merepresentasikan nilai ekuitas sebesar Rp 100.000.000. Emiten
mengumumkan:
- penurunan nilai par saham Rp 250/lembar;
- nilai par saham baru menjadi Rp 750/lembar;
- pembagian satu lembar saham dengan nilai par Rp 750/lembar untuk tiga
lembar saham yang dimiliki.
Akibatnya terdapat 133.333 lembar saham dengan nilai par Rp 750 (100.000
lembar saham Rp 1.000 ditambah 33.333 penambahan saham baru) dengan
nilai total sebesar Rp 999.999.750, bersama dengan distribusi kas dengan
nilai par Rp 250 (mewakili sepertiga jumlah saham).
e. Capital Repayment
Merupakan penurunan nilai par saham, sehingga mengurangi kepemilikan
pemegang saham di perusahaan emiten akan tetapi tidak mempengaruhi
jumlah lembar saham yang dimiliki. Atas penurunan nilai par tersebut, emiten
memberikan kas kepada pemegang saham. Sebagai contoh pemegang saham
memiliki 1.000 lembar saham dengan nilai par Rp 1.000 sehingga nilai
kepemilikan sebesar Rp 1.000.000. Emiten kemudian melakukan Pembayaran
Kembali Modal dengan mengurangi nilai par saham menjadi Rp 800/lembar.
Akibatnya pemegang saham memiliki 1.000 lembar saham dengan nilai pasr
Rp 800 atau setara dengan Rp 800.000. Sisanya sebesar Rp 200.000
dibayarkan oleh emiten kepada pemegang saham tersebut dalam bentuk kas.
f. Pembelian Kembali Saham (Repurchase Offer/Issuer Tender Offer)
Merupakan pembelian kembali seluruh atau sebagian saham yang diterbitkan
oleh emiten pada harga tertentu. Harga yang dibayar oleh emiten dapat berupa
nilai par saham atau nilai diskonto/premium dari nilai par sesuai kondisi pasar
saat itu. Perisitiwa ini berakibat kepada menurunnya atau bahkan hilangnya
(dalam hal pembelian kembali seluruh saham) kepemilikan pemegang saham
terhadap emiten. Perbedaan dari Capital Repayment adalah nilai par saham
tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh pemegang saham memiliki 1.000
lembar saham dengan nilai par Rp 100/lembar. Emiten kemudian
menawarkan untuk membeli 20% sahamnya pada nilai par yang didiskon
sebesar Rp 70. Pemegang saham menerima penawaran emiten, sehingga
menerima Rp 14.000 atas pembelian 200 lembar sahamnya sehingga
mengurangi jumlah saham yang dimiliki menjadi 800 lembar saham.
Pembelian kembali saham merupakan peristiwa voluntary, yaitu pemegang
saham tidak diharuskan untuk menjual sebagian atau seluruh sahamnya
kepada emiten.
g. Penawaran Lot Saham
Merupakan kesempatan kepada pemegang saham dengan jumlah saham yang
ganjil untuk membulatkan kepemilikan sahamnya menjadi bentuk lot yang
dapat diperdagangkan. Lot adalah jumlah paket saham normal yang dapat
diperdagangkan. Pembulatan kepemilikan dalam bentuk lot dapat diperoleh
melalui penawaran oleh emiten yang menjual tambahan saham kepada
pemegang saham pada harga tertentu. Atau sebaliknya emiten menawarkan
untuk membeli sebagian saham yang dimiliki pemegang saham agar nilai lot
yang diinginkan tercapai. Sebagai contoh satu lot berisi 500 lembar saham,
emiten menawarkan untuk membeli saham bagi pemegang saham yang
memiliki nilai lot ganjil pada nilai par Rp 100. A memiliki 563 lembar saham
dan menjual 63 lembar saham kepada emiten dan menerima pembayaran dari
emiten sebesar Rp 6.300.
h. Exercise Waran
Exercise Waran memberikan kesempatan kepada pemegang waran untuk
meng-exercise waran yang dimiliki ke dalam bentuk efek lain (lazimnya berupa
saham biasa), pada harga yang telah ditetapkan. Jadwal dan ketentuan exercise
ditetapkan pada saat penerbitan waran, jika waran tidak di-exercise setelah
tanggal terakhir exercise maka waran tersebut menjadi expired. Sebagai contoh
B memiliki 100.000 waran yang dapat di-exercise menjadi 100 lembar saham
biasa untuk setiap 1.000 waran yang dimiliki pada harga Rp 1.000. Jika B
memilih untuk meng-exercise warannya, maka B akan mendapatkan 10.000
lembar saham biasa dengan harga Rp 100.000. Exercise waran merupakan
perisiwa voluntary, pemegang saham dapat menentukan apakah hendak meng-
exercise atau tidak.
5. Restrukturisasi Hutang melalui Ekuitas
Terdiri atas obligasi dan notes yang dapat dikonversi ke dalam bentuk saham
(lazimnya dalam bentuk saham biasa). Yang menjadi inisiator konversi adalah
para pemilik obligasi tersebut. Dari perspektif emiten, konversi tersebut berakibat
kepada perubahan struktur neraca dari hutang menjadi ekuitas. Pelaksanaan
konversi mungkin akan dikenakan biaya tambahan oleh emiten. Jadwal dan
ketentuan konversi telah ditetapkan sebelumnya pada saat penerbitan sekuritas
konvertibe. Sebagai contoh pemilik obligasi memiliki Rp 10.000.000 obligasi
konvertibel, dengan rincian 10.000 obligasi dengan denominasi Rp 1.000/obligasi.
Ketentuan konversi memungkinkan pemilik untuk mengkonversi satu unit
kepemilikan obligasi menjadi 20 lembar saham biasa. Sehingga pada saat pemilik
hendak melakukan konversi atas obligasi yang dimiliki sebelum jatuh tempo akan
mendapatkan 200.000 lembar saham. Konversi merupakan peristiwa voluntary,
pemilik dapat memilih untuk melakukan konversi atau tidak.
6. Pelunasan Obligasi
Merupakan pembayaran pokok obligasi kepada para pemilik obligasi pada saat
jatuh tempo maupun sebelum jatuh tempo. Biasanya, pelunasan obligasi dilakukan
mengikuti ketentuan yang terdapat pada saat penerbitan obligasi. Namun, emiten
dapat melakukan penebusan obligasi dengan cara lainnya yang terbagi atas:
a. Bond Redemption, pembayaran pokok obligasi secara penuh pada saat tanggal
jatuh tempo. Hal ini tergolong peristiwa mandatory.
b. Partial Redemption, pembayaran sebagian pokok obligasi sebelum tanggal
jatuh tempo.
Hal ini tergolong peristiwa mandatory.
c. Early Redemption, pembayaran seluruh pokok obligasi sebelum tanggal jatuh
tempo. Hal ini tergolong peristiwa mandatory.
d. Voluntary Redemption, pembayaran pokok obligasi atas permintaan dari
pemilik obligasi sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini tergolong peristiwa
voluntary.
e. Drawing Redemption, pembayaran pokok obligasi kepada pemilik obligasi
tertentu yang dipilih oleh emiten sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini
tergolong peristiwa mandatory.
7. Penambahan Modal
a. Penerbitan Rights
Istilah rights issue di Indonesia dikenal dengan nama Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD). Definisi yang tepat tentang rights yaitu penawaran
saham baru kepada pemegang saham saat ini pada harga yang telah
ditetapkan. Penerbitan rights merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
emiten untuk menambah modal emiten. Rights tidak merepresentasikan
ekuitas emiten sebelum digunakan oleh pemegang saham lama. Umur dari
pelaksanaan rights biasanya sangat singkat berkisar antara dua sampai tiga
minggu setelah penerbitan. Pembagian rights merupakan peristiwa yang
bersifat mandatory.
Hak atas rights yang dimiliki dapat dijual oleh pemegang saham lama di pasar.
Sebelum masa rights berakhir pemilik dapat menkonversinya menjadi
sekuritas lain-seperti yang tercantum pada prospektus penerbitan rights-
dengan melakukan pembayaran sesuai harga yang ditetapkan atau dengan
kata lain melakukan subscription. Pemilik rights memiliki pilihan apakah akan
melakukan subscription atas rights yang dimiliki ataupun tidak. Peritiwa
subscription dapat dikategorikan sebagai peristiwa voluntary. Bila rights tidak
dilakukan subscription akan menjadi expired, peristiwa ini merupakan
peristiwa mandatory.
b. Entitlement Issue
Merupakan sesuatu hal yang serupa dengan penerbitan rights, kecuali dengan
perbedaan bahwa hak atas rights untuk melakukan subscription tidak dapat
dijual atau dipindahtangankan kepada investor atau pemegang saham lain.
c. Priority Issue
Merupakan penawaran suatu bentuk sekuritas terbaru atau dari kepemilikan
di perusahaan yang baru, baik kepada masyarakat maupun kepada pemegang
saham saat ini pada harga tertentu. Pemegang saham saat ini pada perusahaan
diberikan prioritas untuk menerapkan overmembers kepada masyarakat. Hak
untuk membeli saham tersebut tidak dapat diperjualbelikan. Priority Issue
merupakan peristiwa voluntary, karena pemegang saham saat ini dapat
memutuskan untuk tidak mengambil aksi apapun.
8. Reorganisasi Struktur Perusahaan
a. Merger
Merger adalah proses penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu
perusahaan baru tercipta dari hasil kombinasi tersebut. Merger terjadi ketika
aset dari kedua perusahaan digabung menjadi satu. Akibat yang timbul dari
terjadinya merger yaitu adanya pertukaran sekuritas antara perusahaan yang
melakukan merger, menjadi sekuritas perusahaan hasil merger dan
kemungkinan termasuk pembagian kas kepada para pemegang saham. Ketika
terdapat banyak jenis pembagian yang tersedia, pemegang saham
mendapatkan penawaran tentang pembagian yang dipilih apakah
menginginkan kas atau saham baru di perusahaan hasil merger. Sering ditemui
pertukaran yang terjadi antar perusahaan yang melakukan merger tidak sama.
Sebagai contoh PT ABC dan PT XYZ sepakat untuk melakukan merger menjadi
PT S. Kesepakatan dalam merger yaitu:
- penggantian saham ABC dengan satu lembar saham di S untuk setiap satu
lembar saham yang dimiliki ABC, maka jika pemegang saham ABC
memiliki 1.000 lembar saham ABC dapat ditukar menjadi 1.000 lembar
saham PT S.
- penggantian saham XYZ dengan satu lembar saham di S untuk setiap lima
lembar saham yang dimiliki XYZ, maka jika pemegang saham XYZ
memiliki 1.000 lembar saham XYZ dapat ditukar menjadi 200 lembar
saham PT S.
Merger merupakan peristiwa yang bersifat mandatory atau dapat berupa
mandatory dengan pilihan bila pemegang saham lama dapat memilih jenis
pembagian yang diinginkan.
b. Spin-off (De-Merger)
Spin-off terjadi ketika suatu perusahaan mendirikan perusahaan baru yang
benar-benar terpisah dari perusahaan induk. Kejadian spin-off biasanya tidak
memberikan pengaruh kepada pemegang saham di perusahaan induk.
Pemegang saham dapat diberikan penawaran untuk memiliki saham di
perusahaan spin-off atau mendapatkan pembayaran dalam bentuk kas. Sebagai
contoh PT A memutuskan untuk melakukan spin-off dan membentuk PT B.
Pada saat terjadi spin-off pemegang saham diberikan pilihan diantaranya:
- Menerima dua lembar saham PT NB untuk setiap lima lembar saham
yang dimiliki di PT ABC.
- Menerima satu lembar saham PT B dan Rp 1.000 untuk setiap lima
lembar saham yang dimiliki di PT ABC.
Bila pemegang saham memiliki 100.000 lembar saham PT A dengan nilai par
Rp1.000, dapat memilih opsi pertama yaitu mendapatkan 40.000 lembar
saham di PT B atau memilih opsi kedua yaitu menerima 20.000 lembar saham
di PT B bersamaan dengan penerimaan kas sebesar Rp 20.000.000. Spin-off
dapat dikategorikan sebagai peristiwa mandatory atau mandatory dengan
pilihan bila terdapat pilihan dalam bentuk pembagian saham dan kas.
c. Tawaran Pengambilalihan
Tawaran pengambilalihan atau Takeover bid adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain
dengan cara mendapatkan sebagian besar saham dalam sebuah perusahaan
saham patungan (joint-stock company) umum. Syarat-syarat keuangan tawaran
tersebut dapat berupa suatu tawaran uang tunai secara langsung atau suatu
kombinasi dari uang tunai dan saham-saham. Harga per saham yang
ditawarkan perusahaan yang menjadi sasaran umumnya melampaui nilai
aktiva fisik perusahaan tersebut dan harga sekarang di bursa saham. Premi
harga yang ditawarkan oleh pihak yang akan mengambil alih mencerminkan
penilaiannya terhadap aktiva fisik, merek dagang, kontrak-kontrak dagang,
dan lain sebagainya dari perusahaan yang akan diambil alih apabila mereka
dikelola secara efektif sebagai bagian dari perusahaan yang mengambil alih.
Ketika taget perusahaan yang hendak diambilalih merupakan perusahaan yang
listing di Bursa Efek, akumulasi modal dari penawar takeover akan
berpengaruh langsung terhadap para pemilik kepentingan di perusahaan
target. Awalnya penawaran takeover akan mempengaruhi harga pasar yang
biasanya menjadi meningkat seiring dengan peningkatan permintaan berasal
dari pihak pengambilalih. Setelah pihak pengambilalih telah
mengakumulasikan kepemilikan secara signifikan di perusahaan target, maka
diharuskan oleh peraturan untuk menyatakan maksud dan tujuan, apakah
berniat untuk mengirimkan penawaran formal untuk mendapatkan kendali
atas perusahaan target atau tidak. Saat penawaran formal diberikan, pemegang
saham perusahaan target menyebutkan persentase modal yang akan
diambilalih, sampai dengan 100% kepemilikan dan harga per lembar saham
yang harus dibayar oleh perusahaan pengambilalih dan periode terjadinya
takeover.
Pemegang saham perusahaan target yang telah menerima penawaran tersebut
dapat menerima sekuritas, kas atau kombinasi keduanya dari perusahaan
pengambilalih. Pada saat ini, penerimaan penawaran takeover merupakan
peristiwa voluntary.
9. Pemberitahuan oleh Emiten
a. Rapat Emiten dengan Hak Voting
Bila emiten hendak melakukan Rapat Umum Tahunan atau Rapat Umum Luar
Biasa, para pemegang saham mendapatkan notifikasidari emiten. Rapat
tersebut diselenggarakan untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang
saham menyangkut keputusan penting emiten seperti penjualan modal,
pembagian dividen, dsb. Sebagai respon atas undangan rapat yang diterima,
pemegang saham memiliki hak voting. Peristiwa diatas dialami oleh semua
pemegang saham, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi sekuritas yang
dimiliki dan/atau posisi kas masing-masing.
b. Informasi Emiten
Yaitu pengkomunikasian oleh emiten kepada pemilik kepentingan
menyangkut perubahan spesifik tentang efek yang diterbitkan atau mengenai
perusahaan itu sendiri. Tidak seperti Rapat Emiten, pemberitahuan informasi
tidak memerlukan persetujuan dari pemegang saham. Informasi menyangkut
emiten kemungkinan akan berdampak kepada peristiwa di masa mendatang.
Contoh dari informasi emiten yaitu:
1) Perpanjangan masa jatuh tempo obligasi
2) Penyesuaian tingkat suku bunga kupon obligasi
3) Perubahan jumlah lot dalam transaksi saham
4) Perubahan status perdagangan efek, misal suspensi atau delisting
5) Kebangkrutan emiten
6) Tindakan hukum yang dihadapi emiten
Peristiwa tersebut menyangkut semua pemilik kepentingan, tetapi tidak
mempengaruhi langsung sekuritas dan posisi kas.
F. Partisipan Corporate Action
Dalam setiap peristiwa corporate action terdapat pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam proses corporate action. Pihak-pihak tersebut diantaranya:
1. Emiten
Emiten merupakan entitas yang efeknya diperdagangkan di pasar modal. Emiten
mengumumkan detail dari corporate action pada saat penerbitan efek (obligasi), atau
selama umur sekuritas (saham). Pada level inilah corporate action berasal. Emiten
akan menjabarkan rincian corporate action kepada individu atau organisasi yang
memiliki hubungan langsung dengan emiten seperti kustodian sentral. Sementara
pemilik kepentingan (pemegang obligasi dan pemegang saham) berhubungan dengan
kustodian sentral sehubungan dengan corporate action.
2. Kustodian Sentral
Ketika peristiwa berlangsung, kustodian sentral memiliki peranan dalam:
a. Mengetahui keberadan peristiwa corporate action.
b. Mengumpulkan informasi yang tepat tentang peristiwa corporate action.
c. Mengumpulkan informasi dari emiten mengenai jumlah efek atau nilai kas pada
tanggal yang sesuai.
d. Membagikan efek atau nilai kas kepada para partisipan yang relevan pada
tanggal yang sesuai.
Sebagai tambahan, pada peristiwa yang bersifat elective kustodian sentral bertugas:
a. Menginformasikan partisipan tentang tenggat waktu yang mengharuskan
partisipan untuk mengambil keputusan.
b. Memantau respon dari partisipan.
c. Mengkomunikasikan election decisions kepada emiten, sesuai tenggat waktu.
3. Pemilik Kepentingan
Istilah ini mewakili para pemegang sekuritas dalam bentuk individual maupun
perusahaan. Pemilik kepentingan sehubungan dengan peristiwa corporate action pada
dasarnya memiliki kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari peristiwa
tersebut dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyadari dan mengumpulkan informasi terkait peristiwa
b. Mengumpulkan data dari emiten maupun kustodian sentral mengenai jumlah
sekuritas dan/atau nilai kas pada tanggal yang sesuai.
4. Lead Agent / Paying Agent / Underwriters
Lead agent dalam setiap corporate action seringkali berada pada ring satu dalam
partisipasi. Ketika emiten berencana untuk melakukan corporate action, emiten akan
menunjuk agent yang mengorganisasikan keseluruhan proses untuk kepentingan
emiten. Lead agent umumnya memiliki spesialisasi dalam mengatur pelaksanaan
corporate action dan memberikan saran dan rekomendasi legal. Lead agent juga
bertanggungjawab tentang komunikasi antar pihak-pihak yang berkepentingan dan
mengurusi pergerakan saham dan kas akibat peristiwa. Dalam kasus corporate action
seperti penawaran umum dan penerbitan Rights, perusahaan memerlukan penjamin
emisi efek untuk saham yang tidak terserap pasar.
G. Proses Corporate Action
Sebagai ilustrasi terhadap proses corporate action yang terjadi di Bursa Efek
Indonesia, berikut adalah contoh tahapan-tahapan berkenaan dengan peristiwa
penerbitan Rights atau yang dikenal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD).
1. Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penerbitan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 2)
Pernyataan Pendaftaran untuk suatu penawaran sekurang-kurangnya terdiri dari
dokumen-dokumen berikut:
a. surat pengantar Pernyataan Pendaftaran;
b. Prospektus; dan
c. dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran
tersebut.
Dokumen lain yang dimaksud tersebut di atas meliputi:
a. rencana jadwal Penawaran Umum Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
b. perjanjian yang menetapkan pembelian Efek yang tidak dipesan melalui
penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (jika ada);
c. perjanjian perwaliamanatan (jika ada);
d. perjanjian penanggungan (jika ada);
e. informasi penggunaan dana dari hasil Penawaran Umum sebelumnya;
f. Laporan Keuangan
1) laporan Akuntan berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan;
2) menyajikan laporan keuangan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir
terdiri dari:
a) neraca;
b) laporan laba rugi;
c) laporan perubahan Ekuitas;
d) laporan arus kas;
e) catatan atas laporan keuangan; dan
f) laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen dan
kontinjensi untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang bergerak dalam
bidang perbankan.
Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran melebihi 180 (seratus
delapan puluh) hari dari laporan keuangan terakhir, maka laporan
keuangan tahunan terakhir harus dilengkapi dengan laporan keuangan
interim yang telah diaudit, sehingga jangka waktu antara tanggal efektif
Pernyataan Pendaftaran dan tanggal laporan keuangan interim tidak
melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari;
g. surat dari Akuntan (comfort letter) sehubungan dengan perubahan keadaan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan yang diaudit oleh Akuntan;
h. surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi;
i. keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan atau proyeksi, jika dicantumkan
dalam Prospektus;
j. kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen;
k. laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan
perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum
sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil Penawaran
Umum);
l. surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat
merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur;
m. dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.1 tentang
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu atau Peraturan Nomor IX.E.2 tentang
Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama Perusahaan, dalam hal
penggunaan dana untuk ekspansi termasuk pembelian aktiva;
n. pernyataan Profesi Penunjang Pasar Modal sesuai dengan Formulir Nomor IX.C.1-4
Lampiran 4 Peraturan Nomor IX.C.1; dan
o. informasi lain sesuai dengan permintaan Bapepam yang dipandang perlu dalam
penelaahan Pernyataan Pendaftaran, sepanjang dapat diumumkan kepada
masyarakat tanpa merugikan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik.
2. Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (Peraturan Bapepam Nomor IX. D. 3)
Prospektus untuk penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sekurang-kurangnya harus
memuat :
a. Aspek-aspek penting dari penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, seperti:
1) nama lengkap Emiten atau Perusahaan Publik, alamat kantor pusat, telepon,
teleks, faksimili, E-mail dan kotak pos;
2) uraian mengenai Efek yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan penerbitan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
3) tanggal Rapat Umum Pemegang Saham;
4) tanggal daftar pemegang saham yang berhak memperoleh Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu;
5) tanggal terakhir dari pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan
pemberitahuan bahwa hak yang tidak dilaksanakan pada tanggal tersebut
tidak berlaku lagi dan tanggal terakhir pembayaran;
6) periode perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;
7) harga pemesanan Efek;
8) rasio Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas saham yang ada;
9) tata cara pemesanan Efek;
10) uraian mengenai perlakuan Efek yang tidak dibeli oleh yang berhak dan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu dalam bentuk pecahan;
11) pernyataan mengenai tata cara pengalihan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu;
12) tata cara penerbitan dan penyampaian bukti Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu serta surat Efek;
13) nama Bursa Efek tempat diperdagangkannya Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu dan saham yang mendasarinya tercatat (jika ada);
14) rencana Emiten atau Perusahaan Publik untuk mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan saham atau Efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal efektif;
15) nama lengkap Pihak yang bertindak sebagai pembeli siaga (jika ada);
b. Jika para pemegang saham setelah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu selesai
akan menerima Efek yang tidak mempunyai sifat-sifat yang sama seperti hak
suara atau dividen, sebagaimana yang mereka miliki pada saat itu, maka uraian
mengenai Efek dimaksud dengan penjelasan perbedaan sifat-sifatnya dan alasan
perbedaan tersebut harus diungkapkan.
c. Dalam hal penerbitan hak untuk Efek utang konversi, Emiten atau Perusahaan
Publik wajib menyajikan hal-hal sebagai berikut:
1) hak para pemegang Efek;
2) sifat Efek yang dapat dikonversikan ke jenis Efek lain;
3) sifat Efek utang konversi yang memungkinkan pelunasan lebih dini atas
pilihan Emiten atau Perusahaan Publik atau pemegang Efek;
4) harga dan tingkat suku bunga dari Efek utang konversi. Dalam hal suku bunga
ditetapkan mengambang, wajib diuraikan cara penentuan tingkat suku bunga
yang mengambang tersebut;
5) jadwal pelunasan atau cicilan termasuk jumlahnya;
6) jadwal pembayaran bunga;
7) jadwal konversi;
8) ketentuan tentang dana pelunasan atau sinking fund (jika ada);
9) denominasi mata uang yang menjadi denominasi utang dan mata uang lain
yang menjadi alternatif (jika ada) digunakan dalam penerbitan Efek utang
bersangkutan (jika ada);
10) nama, alamat kantor pusat dan uraian mengenai Pihak-pihak yang bertindak
sebagai Wali Amanat dan Penanggung (jika ada);
11) ringkasan pokok-pokok perjanjian penanggungan (jika ada);
12) ringkasan pokok-pokok perjanjian perwaliamanatan, termasuk tingkat
senioritas dari utang dibandingkan dengan utang Emiten atau Perusahaan
Publik yang masih ada dan utang lainnya yang mungkin diperoleh Emiten atau
Perusahaan Publik pada masa yang akan datang; dan
13) ringkasan tentang setiap tuntutan atas aktiva dari Emiten atau Perusahaan
Publik yang dijadikan agunan untuk Efek yang ditawarkan.
d. Pernyataan tentang dicatatkan atau tidaknya Efek yang bersangkutan di Bursa
Efek. Jika dicatatkan maka jumlah dan persentasenya harus diungkapkan.
e. Rincian struktur modal sebelum dan sesudah Penawaran Umum yang disajikan
dalam bentuk tabel. Informasi dalam tabel dimaksud meliputi sekurang-
kurangnya:
1) modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh yang meliputi jumlah
saham dan nilai nominal;
2) jumlah dan nilai nominal saham yang baru diterbitkan pada saat Penawaran
Umum.
f. Uraian tentang persyaratan penting dari perjanjian pembelian sisa Efek atau
persetujuan untuk membeli Efek oleh Pihak yang disebut namanya (jika ada).
g. Uraian tentang penggunaan dana secara terinci yang diperoleh dari Penawaran
Umum dimaksud yang meliputi antara lain:
1) dalam hal penggunaan dana untuk membayar hutang wajib mengungkapkan
jumlah hutang, nama kreditur, terafiliasi atau tidak terafiliasi, penggunaan
hutang dan riwayat hutang;
2) dalam hal penggunaan dana untuk transaksi yang mengandung Benturan
Kepentingan wajib mengungkapkan informasi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Nomor IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu;
3) dalam hal penggunaan dana untuk Transaksi Material namun tidak
mengandung Benturan Kepentingan wajib mengungkapkan informasi
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.2 tentang Transaksi
Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.
h. Uraian tentang sisa penggunaan dana secara terinci yang diperoleh dari
Penawaran Umum sebelumnya (jika ada).
i. Informasi sebagaimana disyaratkan dalam angka 5 sampai dengan 14 Peraturan
Nomor IX.C.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas
Dalam Rangka Penawaran Umum.
j. Keterangan tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
k. Persyaratan tentang pemesanan pembelian saham.
l. Dalam hal penerbitan Waran, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyajikan
hal-hal antara lain :
1) rasio konversi;
2) tanggal dimulai dan diakhirinya konversi tersebut;
3) harga konversi;
4) nilai terakhir, jika hak konversi tidak dilaksanakan;
5) informasi tentang Waran yang bersifat tetap atau yang tergantung pada suatu
kondisi (jika ada); dan
6) perubahan rasio konversi sebagai akibat adanya pertambahan jumlah modal
disetor, saham bonus, dividen saham atau pemecahan saham;
7) faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas Waran
tersebut termasuk perkiraan jumlah pemegang Waran, dan likuiditas saham
yang mendasarinya serta rencana pencatatan Efek di Bursa Efek tersebut (jika
ada).
3. Contoh Jadwal Kegiatan Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu
Berikut ini merupakan contoh jadwal kegiatan penawaran umum terbatas dalam
rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) yang dilakukan oleh
emiten yang kami peroleh dari website PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI):
No
.Kegiatan Tanggal
1. Tanggal perdagangan bursa yang memuat HMETD (Cum
HMETD) di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi
9 Mei 2011
2. Tanggal perdagangan bursa yang tidak memuat HMETD (Ex
HMETD) di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi
10 Mei 2011
3. Tanggal perdagangan bursa yang memuat HMETD (Cum
HMETD) di Pasar Tunai
12 Mei 2011
4. Tanggal perdagangan bursa yang tidak memuat HMETD (Ex
HMETD) di Pasar Tunai
13 Mei 2011
5. Tanggal Penentuan Pemegang Rekening yang berhak
menerima HMTED di dalam rekening Efek (Recording Date)
12 Mei 2011
6. Tanggal distribusi HMTED 13 Mei 2011
7. Tanggal Pencatatan Efek di Bursa 16 Mei 2011
8. Periode Perdagangan HMTED 16 – 30 Mei 2011
9. Periode Pelaksanaan HMTED 16 – 30 Mei 2011
10. Periode distribusi saham hasil HMTED 19 Mei – 01 Juni
2011
11. Tanggal terakhir Pembayaran Pemesanan Saham
Tambahan
1 Juni 2011
12. Tanggal Penjatahan 3 Juni 2011
13. Tanggal pengembalian kelebihan uang pemesanan
Pembelian Saham Tambahan
7 Juni 2011
KSEI akan melaksanakan pendistribusian HMETD ini melalui C-BEST dengan
menggunakan Modul Distribusi (DISTR). Dengan modul ini, maka seluruh perhitungan hak
Corporate Action atas HMETD dilakukan berdasarkan data dan jumlah Efek pada Rekening
Efek / Sub Rekening Efek yang tercatat dalam C-BEST pada Tanggal Pencatatan (Recording
Date). HMETD akan didistribusikan melalui C-BEST pada tanggal Distribusi HMETD.
Untuk pelaksanaan HMETD (exercise right) menjadi saham emiten, pelaksanaan exercise
tersebut dilaksanakan dengan menggunakan modul Corporate Action Exercise atas Right
Issue (EXE), jenis instruksi Voluntary Corporate Action (VCA).
BAB III
PENUTUP
Ketika masyarakat sebagai pemodal akan memilik jenis investasi dari perusahaan
yang akan dipilih, masyarakat akan memerlukan informasi-informasi yang lengkap dari
berbagai perusahaan. Informasi tersebut dapat berupa laporan keuangan, pergerakan
harga saham, volume perdagangan, maupun corporate action. Dari informasi-informasi
tersebut masyarakat yang melakukan investasi akan melakukan analisis untuk
menentukan posisi jual, beli, atau hold terhadap investasi.
Setelah sebuah perusahaan go public dan mencatatkan efeknya di bursa maka
emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun
laporan lain jika ada kejadian penting kepada Bapepam LK dan Bursa Efek Indonesia.
Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa secepatnya akan
dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal memalui pengumuman di lantai
bursa maupun media lainnya. Hal ini sangat penting karena sebagian pemodal terutama
pemodal publik tidak memiliki akses informasi langsung kepada emiten sehingga untuk
mengetahui kinerja perusahaan pemodal sangat tergantung pada informasi tersebut.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa corporate action sangat berpengaruh terhadap
keputusan berinvestasi masyarakat karena dapat memberikan dampak terhadap harga
saham. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban emiten untuk melakukan pelaporan
corporate action yang benar dan tidak direkayasa guna membantu penyebaran informasi
agar dapat disampaikan secara efektif dan efisien demi kepentingan para pemodal.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadji, Tciptono & Hendy M. Fakhrudin. 2011. Pasar Modal di Indonesia Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat
Groves, Francis. 2008. Corporate Actions : A Concise Guide – An Introduction to Securities
Events. Hampshire: Harriman House, Ltd.
Simmons, Michael & Elaine Dalgleish. 2006. Corporate Actions : A Guide to Securities Event
Management. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.