Top Banner

of 23

Coronary Artery Bypass Graft

Jul 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dan kesakitan utama di Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian didapatkan angka hampir 5 juta pria dan wanita dewasa menderita penyakit jantung. Angka prevalensinya meningkat dengan meningkatnya umur, dimana 51% pada pria dan 48% persen pada wanita umur antara 55-64 tahun, sedangkan usia diatas 75 tahun kejadian penyakit jantung pada pria 71% dan pada wanita mendekati 79%.

Di Amerika Serikat dikatakan setiap 26 detik didapatkan kejadian penyakit jantung koroner, dan 1 kematian setiap menit akibat penyakit jantung. Setiap tahun terdapat 5655.000 kasus baru MI (Infark Miocardial) dan pada umumnya mereka akan mati pada tahun pertama dan 50% akan mati setelah 8tahun.

Namun seiring dengan peningkatan prevalensi penyakit jantung, maka terdapat juga peningkatan jumlah tindakan intervensi pada penderita penyakit jantung yang dilakukan di rumah sakit. Data di Amerika Serikat didapatkan angka setiap tahunya 1,2 juta orang yang melakukan pemeriksaan angiogram, 571.000 tindakan angioplasty, 516.000 tindakan operasi bypass arteri koroner (CABG), dan 2154 operasi transplantasi jantung.

1

Di Indonesia pelayanan tindakan operasi jantung sudah berkembang pesat baik operasi bedah jantung CABG maupun operasi perbaikan dan penggantian katup jantung. Berdasarkan data yang diterima dari pelayanan jantung terpadu (PJT) RSCM sejak berduiri tahun 2004 sampai sekarang, telah dilakukan opersi bedah jantung CABG sebanyak 242 pasien, operasi perbaikan dan penggantian katup jantung sebanyak 405 pasien, sedangkan operasi jantung pada penderita anakanak jumlahnya lebih banyak lagi dengan kasus yang bervariasi.

Dengan meningkatnya tindakan intervensi jantung maka angka perpanjangan hidup pun meningkat. Oleh karena itu, rehabilitasi jantung merupakan suatu program yang penting untuk meningkatkan kembali kualitas hidup pasien.

1.2Tujuan

Dengan disusunya makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan bisa lebih mampu memahami aspek-aspek rehabilitasi pasien post op bedah jantung khususnya bedah jantung CABG. Dengan demikian diharapkan semakin banyak perawat yang mampu memahami dan mampu mengaplikasikan rehabilitasi tersebut, maka tindakan intervensi rehabilitasi jantung akan meningkat kearah yang lebih baik dan tentunya dapat membantu untuk upaya perpanjangan masa hidup dan peningkatan kualitas hidup pasien post operasi bedah jantung CABG.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 JantungA. Pengertian Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah. B. Struktur Internal Jantung Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian, dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri. Dinding serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya gravitasi bumi untuk memompa dari bawah ke atas dan memerlukan gaya yang lebih besar untuk mensuplai peredaran darah besar, khususnya pembuluh aorta, untuk memompa ke seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah.

3

Tiap serambi dan bilik pada masing-masing belahan jantung disambungkan oleh sebuah katup. Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau katup berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau katup bikuspidalis (katup berdaun dua).

C. Cara Kerja Jantung Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru. Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. dan sebagainya D. Macam-Macam Penyakit Jantung

4

Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah. Beberapa contoh penyakit jantung seperti jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi, stroke, sakit di dada (biasa disebut "angina") dan penyakit jantung rematik. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang penderitanya paling banyak. Penyakit ini menyerang pembuluh darah dan dapat menyebabkan serangan jantung. Serangan jantung disebabkan oleh pembuluh arteri yang tersumbat sehingga menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung. Stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak yang terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Salah satu terapi dan pengobatan penyakit jantung coroner adalah dengan Operasi Bypass Jantung atau dikenal dengan istilah Coronary Artery Bypass Graf (CABG).

2.2 CABG (Coronary Artery Bypass Graft)A. Pengertian Arteri koroner adalah serabut pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrien ke otot jantung. Lama-kelamaan arteri akan tersumbat oleh lemak dan kolesterol yang menumpuk. Akibatnya, jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang memadai sehingga menimbulkan penyakit jantung iskemik atau penyakit arteri koroner (Coronary Ar tery Disease, CAD). Ini bisa menyebabkan sakit dada atau angina. Kadang CAD tidak menyebabkan rasa nyeri sampai pasokan darah ke jantung menjadi sangat kurang dan otot mulai kaku. Gejala awal CAD dalam kasus ini mungkin serangan jantung yang bisa menyebabkan kematian. B. Operasi Coronary Artery Bypass Graf (CABG) Coronary Artery Bypass

Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke5

jantung. Vena kaki atau arteri mamari (payudara) internal bisa digunakan untuk operasi bypass. Operasi ini membantu memulihkan aliran darah yang normal ke otot jantung yang tersumbat. Pada operasi bypass, pembuluh cangkok baru, yaitu arteri atau vena sehat yang diambil dari kaki atau tungkai ( vena saphena ), lengan ( arteri brakialis atu radialis ), atau dada pasien, kemudian diambil lewat pembedahan dan dijahitkan ke sekeliling bagian yang tersumbat. Pembuluh cangkok ini memasok darah beroksigen ke bagian jantung yang membutuhkannya, sehingga mem-bypass arteri yang tersumbat dan memulihkan aliran darah ke otot jantung. CABG dilakukan dengan membuka dada dengan pemotongan tulang dada untuk kemudian menguakkan bagian kanan dan kiri dada sedemikian sehingga jantung dapat terlihat secara nyata. Sudah tentu banyak jaringan-jaringan dan alat-alat harus dipisahkan dulu sebelum sampai menjamah jantung. Anda tidak perlu khawatir karena tulang-tulang ini akan disambung kembali. Pada operasi ini dilakukan, jantung dihentikan sehingga tindakan pemasangan graft dapat dilakukan. Fungsi jantung ini digantikan oleh mesin jantung-paru (heart-lung machine). Dokter Spesialis Bedah Jantung akan memastikan kembali hasil kateterisasi yang menunjukkan penyempitan. Setelah itu barulah memasang pembuluh darah baru yang diambil dari kaki, tangan atau pembuluh yang memperdarahi susu tadi melewati tempat penyempitan. Sebelum menutup kembali rongga dada lapis demi lapis, sudah barang tentu diadakan pengujian terhadap graft yang dipasang, kalau-kalau ada kebocoran atau pendarahan baik pada pangkal maupun ujung. Kurang dari 10 tahun terakhir ini dikembangkan pula operasi bypass tanpa mesin jantung-paru-jantung (Off-Pump Coronary Artery Bypass Grafting). Jadi, operasi dilakukan dalam keadaan jantung masih berdenyut (beating heart). Ahli bedah menggunakan alat penstabil jantung agar bisa bekerja menjahit pembuluh darah graft tanpa terganggu detak jantung. Teknik operasi ini menurunkan komplikasi yang terjadi akibat mesin jantung paru, terutama pada mereka dengan riwayat stroke sebelumnya atau yang6

berusia lebih dari 70 tahun dan punya riwayat diabetes, penyakit paru, atau gangguan ginjal. Keuntungan lain yang diharapkan adalah menurunnya resiko perdarahan, infeksi, stroke, dan gangguan ginjal. Namun, tidak semua ahli bedah menyukai operasi ini karena jantung yang berdenyut membuat operator kurang leluasa dalam bertindak. Teknik bypass yamg lain disebut Minimally Invasive Direct Coronary Artery Bypass Grafting. Pada operasi ini, hanya dilakukan beberapa sayatan kecil di sisi kiri dada di antara tulang iga. Operasi ini biasanya dilakukan hanya untuk tindakan bypass satu pembuluh darah yang terletak di depan. Prodesur ini relative baru dan lebih jarang dilakukan. C. Menjelang Operasi Pastikan sebelum operasi, anda dalam keadaan sehat. Apabila demam, mengigil, batuk, atau pilek beri tahu dokter sebab influenza dapat memicu terjadinta infeksi yang mempengaruhi pemulihan. Jangan lupa membawa obat-obat yang diminum dan biasanya obat aspirin diminta untuk dihentikan seminggu sebelum operasi. Biasanya pula, anda akan dirawat 1-2 hari sebelum operasi. Anda juga akan diminta berpuasa mulai malam sebelum operasi. Dan malam sebelum operasi, anda pun diharapkan keramas dan membersihkan badan. Persiapan lain menjelang operasi adalah pemeriksaam EKG, tes darah, tes urine, serta foto rontgen dada untuk mendapatkan informasi mutakhir sebelum operasi. Pasien juga akan dipasangi infus untuk memasukkan obat-obatan termasuk obat bius. Setelah dibius, fungsi napas akan diambil alih mesin napas (ventilator). Untuk itu, selang kecil akan dimasukkan melalui mulut anda hingga ke rongga napas. Selang kecil pun akan dimasukkan ke dalam hidung hingga mencapai lambung. Selang ini untuk membersihkan lambung dari cairan dan udara. Selang kateter kecil juga akan diselipkan ke dalam saluran kemih untuk menampung air kemih. Jumlah air kemih yang keluar akan dihitung dengan teliti untuk memastikan fungsi ginjal keadaan prima. Operasi bypass pada dasarnya dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh dokter ahli bedah jantung. Tim ini menyertakan seorang dojter ahli bedah jantung lain yang bertindak sebagai asisten, dan seorang dokter ahli bius, serta perawat operasi. Selain itu, terdapat juga seorang ahli perfusi yang bertugas secra khusus mengendalikan aliran darah pada mesin jantung paru.7

Operasi bypass memakan waktu sekitar 4-6 jam, bergantung pada tingkat kesulitan dan beratnya. Pada umumnya, operasi bypass standar butuh waktu sekitar 4-6 jam, bergantung tingkat kesulitan dan jumlah arteri yang di-bypass. D. Waktu Pemulihan Lama perawatan pascaoperasi umumnya 7-10 hari. Beberapa pusat operasi jantung dunia memulangkan pasien pada hari kelima. Dalam kurun waktu perawatan tersebut, sekitar 1-2 hari, pasien akan dirawat di ruang intensif (ICU). Jika terdapat penyulit saat operasi atau pascaoperasi, seperti perdarahan, infeksi, atau gangguan ginjal, maka perawatan di ICU bisa lebih lama. Dalam masa pemulihan ini, penderita akan dilatih untuk menggerakkan tangan, kaki, duduk hingga berdiri dan berjalan. Setelah dianggap mampu, menderita akan dipulangkan. Selanjutnya, pasien akan mendapatkan program rehabilitasi pasca-perawatan yang meliputi beberapa fase. Dalam program rehabilitasi ini, kemampuan jantung penderita akan dicek dengan menjalani tes ban berjalan (treadmill). Program rehabilitasi ini diharapkan dapat memulihkan tidak hanya fisik penderita, juga kepercayaan dirinya. Bagaimanapun, operasi bypass merupakan suatu stress yang tidak ringan, yang sedikit banyak memengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. E. Kembali Aktif Jika bekerja dikantor, maka anda dapat kembali aktif setelah sekitar 6 minggu pascaoperasi. Namun, jika pekerjaan itu membutuhkan kekuatan fisik, maka harus menunggu lebih lama. Sebagian besar orang sudah dapat memulai aktivitas seks dalam waktu kurun 4 minggu dan boleh berkendaraan setelah satu sampai dua bulan lain yang diperlukan. Pasien pascaoperasi bypass biasanya diberi resep obat penurun kolesterol dan aspirin yang merupakan obat pengencer darah. Jika diperlukan, akan ditambahkan pula obat-obat lain. Seiring dengan kemajuan perkembangan obat-obatan, pengetahuan dan teknologi operasi bypass semakin aman dilakukan. Jadi, apabila memang diperlukan, tidak perlu ragu untuk operasi bypass karena keterlambatan melakukan operasi hingga faal jantung menurun atau terlebih membiarkan penyempitan coroner berat tanpa tindakan yang tepat justru berisiko lebih tinggi.

8

2.3 Indikasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)Pasien yang mendapatkan manfaat dari operasi CABG adalah mereka yang menderita penyumbatan arteri, khususnya yang menyangkut ketiga arteri koroner yang menyebabkan kerusakan otot jantung dan bagi pasien yang mengalami penyempitan ulang setelah dilakukan PTCA (Percutanous Ballon Angioplasty). Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala penyakit arteri koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani kehidupan yang normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah jantung lain.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan CABG (Coronary Artery Bypass Graft)1. Diabetes mellitus 2. Usia yang sudah tua 3. Penurunan fraksi ejeksi 4. Infeksi pasca operasi : COPD 5. Tidak adanya revaskulerisasi dari penyambungan arteri yang dilakukan

2.5 Pengkajian Post CABG (Coronary Artery Bypass Graft)1. Status Neurologi

9

Tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, kekuatan genggaman dan gerakan ekstrimitas, reflek. Pada CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil, bisa bersifat sementara atau permanen. Pada CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami illeus beberapa waktu pasca operasi dam nyeri abdomen selain nyeri dada. 2. Status Jantung Frekuensi, irama, suara, jantung, tekanan darah arteri, tekanan darah central (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP: pulmonary artery wedge pressure), tekanan atrium kiri (LAP), bentunk gelombang dari pipa tekanan darah invasif, curah jantng atau indeks, tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru ( SvO2 ), bila ada drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker 3. Status Respiratori Gerakan dada, suara nafas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, mode (misal, SIMV), tekanan posistif akhir ekspirasi ( PEEP), kecapatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen arteri paru ( SaO2 ), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri. 4. Status Pembuluh Darah Perifer Denyut nadi perifer, sianosis, suhu, edema, kondisi balutan dan pipa invasif. 5. Fungsi Ginjal Haluaran urin, jenis dan osmolaritasnya 6. Status Cairan Dan Elektrolit Input, haluaran pipa drainase, semua parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit :

10

Hiperkelemia (konfulsi mental, tidak tenang, mual , lemah, parestesis ektrimitas, disritmia, tinggi gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks PQRS, perpanjangan interval QT)

Hipokalemia (intoksikasi digitalis, disritmia : gelombang U, AV Blok, gelombang T yang datar atau terbalik).

7. Nyeri

Hiponatremia : lemah, lelah, bingung, kejang, koma Hipokalsemia : parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani Hiperkalsemia : intoksikasi digitalis, asistole

Jenis, lokasi, durasi, (bedakan nyeri irissan dengan angina); aprehensi, respon terhadap analgetika.

2.6 Diagnosa Intervensi dan Keperawatan1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan gangguan fungsi myokardium a. Pantau status cardiovaskuler b. Observasi perdarahan persisten terus-menerus dan menetap ( CVP rendah, hipotensi, takikardia, larutan intavena, persiapan pemberian prosuk darah c. Observasi adanya temponade jantung d. Observasi gagal jantung e. Observasi myokard infark 2. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma pembedahan dada ekstensif

11

a. Jaga ventilasi assisi-controlled atau intermitten b. Pantau gas darah, volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan parameter ekstubasi c. Auskultasi dada terhadap suara nafas d. Tenangkan pasien dan pantau respirasi e. Berikan fisioterapi dada f. Anjurkan nafas dalam, batuk efektif dan pindah posisi g. Lakukan isap lendir dengan teksnik aseptik 3. Resiko ganggguan keseimbangan cairan dan elektriolit berhubungan dengan gangguan volume darah a. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit b. Waspada terhadap perubahan kadar elektrolit serum 4. Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura akibat selang a. Catat nyeri b. Bantu psien membedakan nyeri angina dengan nyeri bedah c. Berikan analgetik dan observasi efek samping, letargi, hipotensi, takikardi, depresi pernafasan 5. Resiko gangguan perfusi ginjal b.d berkurangnya curah jantung, hemodialisis, terapi obat vaso presor a. Lakukan pengkajian fungsi ginjal b. Berikan diuretik kerja cepat atau obat inotropik : dopamoin, dobutamin c. Persiapkan dialisis peritonial atau hemodialisis jika ada indikasi 6. Resiko hipernatremia b.d terjadinya infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi12

a. Lakukan pengkajia suhu tiap jam b. Gunakan teknik steril saat tindakan c. Observasi gejala sindroma pasca perikardiotomi ; demam, malaise, efusi perikardium, friction-rub perikardial, nyeri sendi d. Berikan anti radang sesuai advice dokter

2.7 Rehabilitasi Pasien Post Operasi Jantung CABGRehabilitasi jantung adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk memperbaiki pasien penyakit jantung untuk mencapai kondisi fisik,mental,dan social terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan atau mencapai kehidupan yang seoptimal mungkin di masyarakat dengan usahanya sendiri. Secara ringkas program rehabilitasi jantung yang komprehensif harus mencakup beberapa komponen berikut: 1. Pengkajian kondisi dan riwayat hidup pasien 2. Edukasi dan konseling dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien agar dengan upaya sendiri mampu menghindari faktor resiko maupun mengatasi faktor resiko, agar proses penyakit atau proses atherosclerosis dapat dihentikan atau dihambat, begitu pula dengan ansietas nya.3. Upaya pengontrolan faktor resiko menyangkut edukasi, modifikasi gaya hidup kearah

hidup sehat dan pengobatan yang diperlukan. 4. Program latihan fisik dan konseling aktifitas fisik, terutama dalam upaya meningkatkan pola hidup sehat, tingkat kebugaran, kualitas hidup dan pengendalian faktor resiko.

13

A. Rehabilitasi pengontrolan faktor resiko dan pola hidup Secara singkat dapat dijelaskan bahwa operasi CABG adalah membuat pembuluh darah baru yang diambil dari kaki atau arteri mammaria interna atau arteri radialis disambungkan dari aorta ke pembuluh darah koroner yang normal dengan melewati bagianbagian yang sempit. Resiko operasi bypass ini tergantung keadaan sebelum operasi seperti umur,gangguan pompa jantung,dan kondisi jantung lainya. Menurut data RS jantung dan pembuluh darah Harapan Kita jumlah operasi bypass koroner (CABG) dalam setahun kurang lebih 500-600 pasien dengan angka kematian mencapai 4%. Setelah operasi bypass coroner tidak serta merta pasien bisa sembuh sedia kala. Ada hal-hal terkait masalah pola hidup yang harus selalu dikontrol. Adapun control terhadap faktor-faktor resiko tersebut meliputi: Tidak boleh merokok Pengontrolah hipertensi Pengontrolan diabetes mellitus Olahraga/aktifitas Diet rendah cholesterol Diet rendah garam Diet rendah gula Banyak makan sayuran dan buah-buahan Harus melakukan relaksasi seperti bermusik dan pengembangan hobi

lainnya.

14

Program rehabilitasi pasca operasi jantung dapat menanamkan kepercayaan diri kembali, sehingga dapat beraktifitas seperti sedia kala. Umumnya bekerja kembali pasca operasi jantung kurang lebih 2 bulan. Olahraga setelah 3 bulan. Stir mobil setelah 2 bulan.

B. Rehabilitasi latihan fisik Secara umum rehabilitas latihan fisik pasca operasi jantung dibagi atas empat fase. Tiap fase rehabilitas mempunyai tujuan spesifik yang terdiri dari komponen latihan fisik,edukasi dan modifikasi gaya hidup. Adapun latihan fisik yang diberikan adalah latihan fisik yang bersifat ritmik dan dinamik yaitu erobik FASE 1 Pada saat penderita masih dalam perawatan setelah operasi jantung ,setelah kondisi pasien stabil segera dilakukan latihan ringan di tempat tidur ,kemudian diajarkan teknik bernafas yang baik agar penderita merasa nyaman.Dan yang utama secepatnya pasien melakukan latihan berjalan(early mobilization)agar dalam waktu 5 hari setelah operasi jantung dapat pulang kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga.

15

FASE 2 Merupakan lanjutan dari fase 1,setelah satu minggu berikutnya pasien yang ikut

program pemulihan jantung dengan melakukan latihan erobik 3-4 kali seminggu selama 4 sampai 8 minggu dibawah supervise dari tim rehabilitasi jantung.Dimulai dengan latihan peregangan agar otot tubuh menjadi rileks , dilanjutkan dengan latihan erobik jalan selama 30 menit secara bertahap dan diakhiri dengan latihan relaksasi.

FASE 3

Melanjutkan program sesi latihan 3-4 kali perminggu selama 3-6 bulan .Pada fase ini dilakukan latihan pembebanan agar kemampuan fungsi jantung meningkat dilanjutkan dengan latihan erobik jalan dengan dosis ditingkatkan dan diakhiri dengan latihan relaksasi.Disamping melakukan latihan juga diberikan penyuluhan kesehatan dengan topic yang berhubungan dengan kesehatan jantung.

16

FASE 4

Program latihan rehabilitasi jantung jangka panjang (long term cardiac rehabilitation), dilakukan latihan seumur hidup agar jantungnya tetap berfungsi dengan baik dan meningkatkan performance agar kapasitas erobik tetap dipertahankan secara optimal.Latihan dapat dilakukan ditempat senam yang ada di masyarakat tanpa supervise dari tenaga medis.

17

Latihan Olah Raga Dan Pemulihan Jantung Olah raga saat ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kehidupan di zaman sekarang ini. Kesehatan yang prima biasanya didukung oleh olahraga yang cukup. Olahraga yang teratur 3-4 kali seminggu dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakit jantung, stroke dan kanker . Pada pasien yang baru menjalani operasi jantung latihan pemulihan / reconditioning ini memegang peranan yang sangat penting, terutama adaptasi terhadap gerakan dada karena pada area ini ada beberapa gerakan yang boleh atau yang tidak boleh dilakukan. Disamping itu juga untuk area anggota gerak bawah/kaki gerakan tertentu akan memberikan pengaruh yang baik terhadap aliran pembuluh darah . Beberapa manfaat dari latihan pemulihan / rehabilitasi jantung antara lain adalah: Terhadap jantung olahraga meningkatkan kemampuan jantung memompa darah dan menurunkan denyut jantung istirahat sehingga Jantung akan memompa lebih banyak darah tanpa bersusah payah. Juga olah raga yang baik dan teratur sesuai dosis akan menurunkan kolesterol dan takanan darah, mengontrol gula darah bagi penderita diabetes dan menurunkan berat badan bagi pasien obesitas . Secara umum olah raga teratur menghilangkan stress, memperbaiki stamina serta meningkatkan ADL dan kualitas hidup. Memulai Program Olahraga

18

Bila anda penderita jantung atau telah dilakukan operasi jantung dan tidak pernah berolahraga sebelumnya maka mintalah nasihat dokter sebelum memulai program olahraga. Olahraga akan berakibat buruk bila dilakukan berlebihan, terlalu bersemangat atau kurang pemanasan. Bila dari segi medis stabil maka anda diijinkan untuk berolahraga dengan beberapa petunjuk yang bermanfaat sbb : Lakukan pemerikasaan tekanan darah dan denyut jantung sebelum melakukan olah raga. Bagi penderita penyakit jantung pemeriksaan EKG sebelum memulai program latihan sangat dianjurkan . Latiahan dimulai secara bertahap sesuai dosis dan jangan berlebihan. Kalau merasa bernafas agak berat saat berbicara dengan teman di sela-sela latihan maka itu tandanya latihan olahraganya terlalu berat. Latihan olahraga sebaiknya yang cocok dan dapat anda nikmati atau setidaknya anda dapat melakukan jenis olahraga tersebut dengan nyaman . Lakukan secara teratur dan jangan berlebihan , bila cuaca dingin gunakanlah pakaian tebal untuk menghindari sakit . hentikan latihan bila terdapat perasaan mual, pusing , berdebar debar , perasaan lelah , keringat dingin atau sesak nafas. Dosis Latihan adalah sebagai berikut: Frekuensi : berlatihlah sekurang-kurangya 3-4 kali seminggu Intensitas : targetkan sekitar 60% - 70 % kemampuan aerobik maksimal Waktu : targetkan sekurang-kurangnya 30-40 menit setiap kali latihan . Memulai latihan bertahap dahulu sesuai kemampuan lalu perlahan-lahan dinaikkan hingga mencapai target. Jangan lupa selalu melakukan pemanasan dan pendinginan. Sebaiknya peregangan dilakukan pada saat pemanasan, hal ini berguna untuk melemaskan otot-otot dan meningkatkan kelenturan. Juga dilakukan relaksasi setelah melakukan olah raga agar otot menjadi rileks dan pembuluh darah kembali pada kondisi semula . Secara seksama latihan yang baik memenuhi kriteria sbb :19

Warming up ( Pemanasan )

: 5 10 menit .

Latihan inti ( Main exercise ) : 20 30 menit . Cooling down ( Pendinginan ) : 5 10 menit . Mudah-mudahan latihan yang dilakukan sesuai dosis latihan dengan supervisi dokter akan

mendapatkan hasil yang diharapkan dan tentunya performance jantung akan meningkat secara bermakna dengan goal akhir meningkatkan aktivitas kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup .

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20

Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan perpanjangan masa hidup pasien pasca operasi CABG maka perlu dilakukan suatu tindakan intervensi rehabilitas jantung, yang tentu saja harus dilanjutkan dengan implementasinya. Rehabilitas terhadap pasien pasca operasi CABG meliputi 4 aspek yaitu: 1. Pengkajian kondisi dan riwayat hidup pasien 2. Edukasi dan konseling. 3. Upaya pengontrolan faktor resiko menyangkut edukasi, modifikasi gaya hidup kearah hidup sehat dan pengobatan yang diperlukan. 4. Program latihan fisik dan konseling aktifitas fisik. Untuk program rehabiitasi dengan latihan fisik, para pasien mengikuti 4fase rehabilitasi, dimana setiap fase memiliki frekuensi,durasi,dan dosis beban yang berbeda-beda, dan dalam latihan fisik ini dibimbing oleh seorang instruktur yang telah terlatih.

3.2 SaranSebagai calon perawat yang professional, seyogyanya kita harus mampu memahami aspekaspek dalam rehabilitasi pasien post op CABG. Dalam rehabilitasi pendidikan kesehatan dan konseling kita harus mempunyai kemampuan yang kuat dan dasar ilmu yang benar dalam menyampaikan penyuluhan kepada pasien, agar pasien kita mengerti dan memahami sehingga terjadilah perubahan pola hidup kearah yang lebih sehat. Selain itu,dalam proses pengkajian pasien post op CABG seorang perawat harus mempunyai kemempuan dan tingkat ketelitian yang tinggi, karena pengkajian post op baik secara fisiologis maupun psikologis merupakan acuan kita dalam memberikan rehabilitasi.

21

Selanjutnya dalam hal membimbing pasien post op CABG dalam rehabilitasi pelatihan fisik erobic, perawat harus memahami tingkat kemampuan fisiologis jantung pasien, agar tahu seberapa berat dosis beban yang akan diberikan dalam pelatihan fisik, sehingga tidak terjadi keletihan yang justru akan berbahaya bagi pasien itu sendiri.

22

23