Top Banner
CORING DAN CORING TOOLS Oleh : BAYU ADI SAMUDRA – 14/BPS-DSH/2007 JURUSAN : DRILLING SERVICES HULU PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC) BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT.PERTAMINA TAHUN 2007 JAKARTA, 15 JANUARI 2007 – 11 JANUARI 2008
31

Coring _ Coring Tools

Oct 04, 2015

Download

Documents

Muhammad Bimo

dasdas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • CORING DAN CORING TOOLS

    Oleh :

    BAYU ADI SAMUDRA 14/BPS-DSH/2007 JURUSAN : DRILLING SERVICES HULU

    PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)

    BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT.PERTAMINA TAHUN 2007 JAKARTA, 15 JANUARI 2007 11 JANUARI 2008

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dengan baik guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan kepada seluruh peserta pendidikan sebelum menyelesaikan program Bimbingan Profesi Sarjana Pertamina 2007 (BPS DSH 2007).

    Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinginya kepada : 1. Vice President Pertamina Drilling Services Indonesia beserta seluruh Staff dan

    Pekerja. 2. General Manajer Pertamina Learning Center (PLC) beserta seluruh Staff dan

    Pekerja. 3. Bapak Danny Retnadi selaku Kepala Drilling Area Jawa beserta seluruh Staff

    dan Pekerja 4. Bapak Sutrisno dan Bapak Agus Harmadi selaku Pembimbing seluruh peserta

    BPS-DSH 2007. 5. Bapak H. Andjar Sutijono selaku Pembimbing yang banyak memberikan

    arahan dan masukan serta saran-saran kepada penulis sehubungan dengan penyusunan Kertas Kerja Wajib ini.

    6. Bapak bapak Rig Supt yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukkan selama melaksanakan OJT .

    7. Rekan-rekan Crew Rig, Driver, Catering dan pekerja lainnya yang telah banyak membantu penulis selama pelakanaan OJT baik berupa materil maupun moril.

    8. Saudara-saudaraku seluruh Peserta Bimbingan Profesi Sarjana Pertamina Drilling Services Hulu 2007 yang telah banyak membantu dan sama-sama berjuang selama Pendidikan dan OJT di Pertamina.

    9. Secara khusus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta dan kedua saudara terkasih yang banyak memberikan bantuan, arahan, dan doa restu selama Pendidikan dan OJT hingga selesainya Kertas Kerja Wajib ini.

    Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat

    kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis akan menerima kritikan berupa saran-saran dan petunjuk-petunjuk demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkenan untuk membacanya. Jakarta, 1 Desember 2007 Penulis Bayu Adi Samudra

    ii

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul .............................................................................................. i

    Kata Pengantar .............................................................................................. ii

    Daftar Isi ....................................................................................................... iii

    Daftar Gambar............................................................................................... iv

    Ringkasan...................................................................................................... v

    BAB I Pendahuluan................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

    1.2 Ruang Lingkup Masalah ....................................................... 1

    1.3 Maksud dan Tujuan............................................................... 2

    1.4 Metode Penulisan.................................................................. 2

    1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... 2

    BAB II Identifikasi Permasalahan ........................................................... 4

    2.1 Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan....................... 4

    2.2 Dimensi Permasalahan.......................................................... 8

    2.3 Perumusan Pokok Permasalahan .......................................... 9

    BAB III Pembahasan Masalah .................................................................. 10

    3.1 Metode-metode Pelaksanaan Coring .................................... 10

    3.2 Prosedur Umum Pelaksanaan Coring ................................... 12

    3.3 Perlengkapan Coring (Coring Tools).................................... 13

    3.4 Pelaksanaan Coring Secara Umum....................................... 14

    3.5 Pelaksanaan Coring di rig OW 760/20 ................................. 17

    BAB IV Penutup ....................................................................................... 19

    4.1 Kesimpulan ........................................................................... 19

    4.2 Saran-saran/Rekomendasi..................................................... 20

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    iii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Peta Situasi Lapangan Karangbaru ............................................. 4

    Gambar 2. Stratigrafi Usulan Bor Sumur KRB-X ........................................ 8

    Gambar 3. Sidewaal Coring.......................................................................... 11

    Gambar 4. Master Log .................................................................................. 18

    iv

  • RINGKASAN

    Pengintian adalah suatu rangkaian pekerjaan yang bertujuan memperoleh contoh batuan formasi dari bawah permukaan pada kedalaman yang dikehendaki secara langsung. Pekerjaan pengintian ini lebih dikenal dengan istilah Coring, sedangkan hasil dari contoh batuan formasi yang didapatkan dikenal dengan nama Core. Tujuan dari coring adalah untuk mendapatkan core dari batuan reservoir yang diduga mengandung hidrokarbon untuk pemboran migas. Karena jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan reservoirnya, maka pekerjaan coring harus dilaksanakan secara benar dan teliti agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada kedalaman yang kita kehendaki tersebut. Analisa dari core tersebut dilakukan di laboratorim dan data yang dihasilkan antara lain porositas, permeabilitas dan lain sebagainya.

    Pada penulisan Kertas Kerja Wajib ini, penulis mengambil contoh pelaksanaan Coring di lokasi sumur Karangbaru atau disebut KRB-X yang dilakukan oleh Rig OW 760/20 dengan perkiraan stratigrafinya berturut-turut sebagi berikut : Formasi Jatibarang, Formasi Talangakar, Formasi Baturaja, Formasi Cibulakan Atas, Formasi Parigi, dan Formasi Cisubuh. Dimana yang menjadi lapisan target Coring adalah lapisan Baturaja.

    Tergantung dari kondisi batuan dan tujuannya ada beberapa cara yang dipergunakan untuk coring dan metoda yang lazim dilakukan dapat diklasifikasikan menjadi: Bottom Coring, Wireline Retrievable Coring, Sidewall Coring. Pada pelaksanaan Coring oleh Rig OW 760/20 menggunakan metode Bottom Coring yaitu dengan Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy. Core yang didapat dipotong-potong sesuai prosedur dan kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan dilapisi lilin untuk menghindari kontaminasi agar hasil analisa dari core tersebut maksimal.

    v

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Pengintian adalah suatu rangkaian pekerjaan yang bertujuan memperoleh

    contoh batuan formasi dari bawah permukaan pada kedalaman yang

    dikehendaki secara langsung. Pekerjaan pengintian ini lebih dikenal dengan

    istilah Coring, sedangkan hasil dari contoh batuan formasi yang didapatkan

    dikenal dengan nama Core. Tujuan dari coring adalah untuk mendapatkan

    core dari batuan reservoir yang diduga mengandung hidrokarbon untuk

    pemboran migas. Karena jumlahnya sangat kecil bila dibandingkan dengan

    jumlah batuan reservoirnya, maka pekerjaan coring harus dilaksanakan secara

    benar dan teliti agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat

    mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada

    kedalaman yang kita kehendaki tersebut. Analisa dari core tersebut dilakukan

    di laboratorim dan data yang dihasilkan antara lain porositas, permeabilitas

    dan lain sebagainya.

    1.2 Ruang Lingkup Untuk lebih memfokuskan permasalahan pada tujuan penulisan, maka kami

    membatasi ruang lingkup masalah pada :

    1. Apa tujuan dilakukannya proses Coring.

    2. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan Coring.

    3. Apa metode dan teknik yang digunakan dalam proses Coring tersebut.

    4. Kegiatan yang dilakukan pasca Coring (Perlakuan pada hasil Coring itu

    sendiri).

    1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui tahapan tahapan Coring.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 1

  • 2. Untuk mengetahui peralatan-peralatan Coring (Coring Tools) dan cara

    kerjanya.

    3. Untuk mengetahui metode dan teknik pelaksanaan Coring tersebut.

    Sedangkan manfaat yang ingin kami capai yaitu sebagai berikut :

    1. Sebagai tahap pembelajaran dalam kegiatan pemboran khususnya Proses

    Coring.

    2. Menambah wawasan tentang kegiatan pemboran disamping banyaknya

    kegiatan pemboran lainnya.

    1.4 Metode Pendekatan Dalam penulisan KKW (Kertas Kerja Wajib) ini, metode pendekatan yang

    digunakan penulis adalah dengan menggunakan data laporan kegiatan

    pemboran sumur KRB-X oleh RIG OW-760 serta buku-buku referensi yang

    berkaitan langsung dengan judul ini dan juga berasal dari catatan hasil diskusi

    dengan nara sumber dan pembimbing yang mendampingi selama OJT.

    1.5 Sistematika Penyajian materi penulisan ini akan diuraikan dalam kerangka penulisan

    sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Ruang Lingkup Masalah

    Maksud dan Tujuan

    Metode Penulisan

    Sistematika Penulisan

    BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

    Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan

    Dimensi Permasalahan

    Perumusan Pokok Permasalahan

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 2

  • BAB III PEMBAHASAN MASALAH

    Metode-metode Pelaksanaan Coring

    Prosedur Umum Pelaksanaan Coring

    Perlengkapan Coring (Coring Tools)

    Pelaksanaan Coring Secara Umum

    Pelaksanaan Coring di Rig OW 760/20

    BAB IV PENUTUP

    Kesimpulan

    Saran-saran / Rekomendasi

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 3

  • BAB II

    IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

    2.1 Deskripsi Keadaan dan Gejala Permasalahan a. Deskripsi Keadaan

    Usulan pemboran lokasi KRB-X terletak pada Lapangan Karangbaru

    dengan lokasi cluster KRB-C. Pemboran sumur KRB-X ini bertujuan

    untuk menambah titik serap minyak dan gas bumi di lapisan Eq. BRF.

    Jenis pemboran sumur adalah vertikal dengan rencana kedalaman akhir

    2387 mblb dan diharapkan menembus top lapisan eq. BRF di 2237 mblb.

    Gambar 1. Peta Situasi Lapangan Karang Baru

    Pemboran sumur KRB-X bertujuan untuk menambah titik serap

    hidrokarbon pada lapisan reservoir batu gamping formasi setara Baturaja.

    Sumur ini direncanakan di bor tegak dari cluster KRB. Dari hasil

    pemboran sumur eksplorasi KRB-Y dan pengembangan KRB-Z terbukti

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 4

  • menghasilkan minyak dan gas dari lapisan BRF. Berdasarkan dari data

    sumur lapisan BRF tersusun oleh batu gamping dengan sumbu

    build-upnya berarah utara-selatan. Sumur ini diperkirakan akan menembus

    puncak lapisan BRF di 2237 mblb.

    Target utama dari pemboran sumur ini adalah lapisan reservoir batu

    gamping dari formasi setara Baturaja, yang telah terbukti menghasilkan

    hidrokarbon di sumur KRB-Y dan KRB-Z. Hasil analisa dari data seismik,

    petrofisika dan well testing, untuk lapisan batu pasir (TAF) dan

    konglomerat memiliki distribusi cukup luas di sebelah tenggara selatan

    dari KRB-Y, sementara ke arah utara timur KRB-Y distribusi lapisan ini

    relatif tidak berkembang. Secara struktural lapisan batu pasir dan

    konglomerat ke arah utara timur relatif down-dip, sehingga potensi

    keberadaan hidrokarbon semakin berkurang. Pemboran direncanakan

    berlangsung dalam waktu 35 hari operasi dengan pelaksanaan yang

    seefektif dan seefisien mungkin tanpa kecelakaan kerja, kerusakan alat,

    dan kerusakan lingkungan, serta dalam rangka meningkatkan / menambah

    perolehan sehingga nantinya akan meningkatkan produksi minyak dan gas

    di PERTAMINA.

    Hal di atas mencakup:

    Bor formasi sampai kedalaman akhir sesuai program dengan menembus

    semua lapisan target.

    Perekaman data bawah tanah (logging) dan Uji Kandung Lapisan pada

    lapisan prospek.

    Pelaksanaan Coring pada target utama pemboran yaitu pada lapisan

    reservoir batu gamping setara Baturaja dimana puncak lapisan BRF

    diperkirakan di 2237 mblb.

    Operasi pemboran berpedoman pada aspek Kesehatan, Keselamatan

    Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 5

  • Perkiraan Stratigrafi Karangbaru (KRB)-X

    Stratigrafi umum Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda adalah

    sebagai berikut :

    Formasi Jatibarang

    Formasi ini yang merupakan early synrift, telah banyak pemboran

    dilakukan menembus Formasi Jatibarang ini, terutama dijumpai di bagian

    tengah (Cipunegara) dan timur (Jatibarang) dari Cekungan Jawa Barat

    Utara, sedangkan pada bagian barat Formasi Jatibarang dijumpai di daerah

    Ciputat. Di daerah Tambun-Rengasdengklok formasi ini tidak terlalu tebal

    dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat dan konglomerat

    alas. Formasi ini diendapkan pada fasies fluvial/non marine-marine.

    Formasi Talangakar

    Pada fase synrift berikutnya diendapkan Formasi Talangakar. Pada awalnya

    berfasies Fluvio-deltaic sampai fasies marin. Litologi formasi ini diawali

    oleh perselingan sedimen batupasir dengan serpih non marine dan diakhiri

    oleh perselingan antara batu gamping, serpih dan batu pasir dalam fasies

    marine. Ketebalan Formasi ini sangat bervariasi dari beberapa meter di

    Tinggian Rengasdengklok (MB-4 & RDK-2) sampai 254 m di tinggian

    Tambun - Tangerang hingga diperkirakan 1500 m lebih untuk di pusat

    dalaman Ciputat. Pada akhir sedimentasi Formasi Talangakar ini ditandai

    juga berakhirnya sedimentasi synrift.

    Formasi Baturaja

    Pengendapan Formasi Baturaja yang terdiri dari batu gamping baik yang

    berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef buildup menandai

    fase post rift yang secara regional menutupi seluruh sedimen klastik

    Formasi Talangakar marine di Cekungan Jawa Barat Utara. Perkembangan

    batu gamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah Tinggian

    Rengasdengklok, Tinggian Cilamaya (CLU-1) dan Tinggian Tambun

    Tangerang (TBN-1 & TBB-1). Namun dari data pemboran terakhir

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 6

  • (MLD-1), ternyata batu gamping terumbu juga berkembang pada daerah

    yang pada saat sekarang diketahui sebagai daerah dalaman.

    Formasi Cibulakan Atas

    Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batu pasir dan batu

    gamping baik yang berupa batu gamping klastik maupun secara setempat-

    setempat berkembang juga batu gamping terumbu (RDL-1 & MB-3) yang

    dikenal sebagai Mid Main Carbonate (MMC).

    Formasi Parigi

    Formasi Parigi terdiri dari batu gamping baik klastik maupun batu gamping

    terumbu. Pengendapan batu gamping ini menghampar di seluruh Cekungan

    Jawa Barat Utara dan pada umumnya berkembang sebagai batu gamping

    terumbu menumpang secara selaras di atas Formasi Cibulakan Atas.

    Formasi Cisubuh

    Di atas Formasi Parigi diendapkan sedimen klastik serpih, batu lempung,

    batu pasir dan di tempat yang sangat terbatas diendapkan juga batu

    gamping tipis, yang dikenal sebagai Formasi Cisubuh. Seri sedimentasi ini

    sekaligus mengakhiri proses sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 7

  • Gambar 2. Stratigrafi Usulan Bor Sumur KRB-X

    b. Gejala Permasalahan

    Untuk mengetahui kandungan hidrokarbon yang terdapat dalam lapisan

    prospek tersebut (Lapisan BRF) maka dilakukanlah Proses Coring.

    2.2 Dimensi Permasalahan

    Dimensi dari permasalahan Coring tersebut adalah Proses Coring dan Coring

    Tools yang diperlukan pada pelaksanaannya di lapangan yaitu di Lapangan

    Sumur KRB-X yang dilakukan oleh Rig OW 760/20.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 8

  • 2.3 Perumusan Pokok Permasalahan Coring Tools apa saja yang diperlukan dan pelaksanaan Coring itu sendiri.

    Pelaksanaan Coring harus dilakukan dengan benar dan teliti karena jumlah

    core yang didapat sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan

    reservoirnya agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif sedapat

    mungkin mewakili jenis batuan yang terdapat di bawah permukaan pada

    kedalaman yang kita kehendaki tersebut.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 9

  • BAB III

    PEMBAHASAN MASALAH

    1.1 Metode-metode Pelaksanaan Coring

    Tergantung dari kondisi batuan dan tujuannya ada beberapa cara dan peralatan

    yang dipergunakan untuk coring dan metoda yang lazim dilakukan dapat

    diklasifikasikan menjadi:

    Bottom coring

    Wireline retrievable coring

    Sidewall coring

    Masing-masing secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Bottom Coring Metoda bottom coring menggunakan pahat yang berlubang dibagian

    tengahnya (biasa disebut dengan core head) yang dapat membuat lubang

    berbentuk lingkaran sehingga menghasilkan core yang berbentuk silinder

    di tengah. Begitu pemboran berlanjut, core yang berbentuk silinder naik

    dan masuk ke dalam pipa atau core barrel yang dipasang di atas pahat.

    Suatu kekurangan dari metoda ini adalah bahwa setiap akan mengambil

    core dari core barrel harus dilakukan round-trip, namun demikian metoda

    ini mempunyai suatu keuntungan yaitu bahwa core yang dihasilkan cukup

    besar dan banyak. Dari metoda ini dapat dihasilkan core dengan diameter

    3 sampai 5 dengan panjang 30 ft sampai 55 ft untuk satu kali round-trip

    dengan diameter yang umum dipakai adalah 3.

    b) Wireline retrievable coring Dalam metoda ini peralatan yang digunakan pada dasarnya tidak berbeda

    dengan peralatan yang dipakai pada metoda conventional, tetapi core head

    yang digunakan lebih kecil. Pada metoda wireline core, inner barrel dapat

    diambil tanpa harus mencabut rangkaian pipa bor. Dengan menggunakan

    alat pancing overshot yang dimasukkan dengan wireline melalui rangkaian

    pipa bor, rangkaian peralatan dapat dipancing. Core yang diperoleh dengan

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 10

  • metoda ini lebih kecil yang umumnya berdiameter 1-1/8 sampai 1-

    dengan panjang 10 ft sampai 20 ft. Keuntungan dari metoda ini adalah

    penghematan waktu untuk round-trip terutama untuk lapisan tebal dan atau

    sumur yang dalam.

    c) Sidewall Coring Sidewall coring sering dikehendaki untuk mendapatkan core dari zone-

    zone yang telah dibor. Alat yang digunakan seperti tampak pada gambar

    dibawah ini. Alat ini dimasukkan dengan kabel listrik dimana core barrel

    ditembakkan dengan menggunakan peluru yang dikontrol dari panel listrik

    yang ditempatkan di permukaan.

    Gambar 3. Sidewall Coring

    Pada umumnya core yang diperoleh dari metoda ini berukuran diameter

    7/8 dan panjangnya 1- sampai 2-. Sidewall coring banyak

    digunakan pada daerah yang batuannya lunak yang diseleksi dari electric

    logs.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 11

  • Karakteristik peralatan sidewall coring tersebut adalah :

    o Number of shots (1 run) : Large Gun = 30

    Small Gun = 21

    In Combination = up to 66

    o Max hole diameter : 25 (Large Gun)

    o Min hole diameter : 6-1/8 (Small Gun)

    o Max Pressure : 20.000 psi

    o Max Temperatur : Std power 2800F

    Ht power 3500F

    o Positioned with an SP or a gamma ray curve

    o The gun should be centralized

    o Bullet type and power charge are chosen according to the formation to

    be cored

    o Pulling out speed must be low enough not wash the samples out of the

    bullets

    o Core size obtained : 1 x 2-1/4 max (for the large gun)

    7/8 x 1-3/4 max (for the small gun)

    1.2 Prosedur Umum Pelaksanaan Coring Secara garis besar berikut adalah prosedur operasi yang perlu diperhatikan

    dalam melaksanakan coring:

    - Yakinkan bahwa di dalam lubang bor benar-benar bersih dari

    kemungkinan potongan-potongan baja misalnya gigi pahat dan lain

    sebagainya.

    - Disarankan waktu bor dengan pahat terakhir sebaiknya dilengkapi dengan

    junk sub. Sebelum rangkaian coring dimasukkan terlebih dahulu lubang

    bor dibersihkan dengan alat pancing junk basket atau magnit bila

    diperlukan.

    - Gunakan drill collar secukupnya untuk memberi beban pada pahat dan

    gunakan stabilizer supaya core head pada posisi center dan flat pada dasar

    lubang.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 12

  • - Pada waktu memasukkan usahakan kecepatan sedemikian rupa sehingga

    tidak terjadi benturan yang dapat mengakibatkan rusaknya core head.

    - Pilih core head yag sesuai dengan batuan yang akan di core.

    - Jika menggunakan diamond core head harus lebih kecil (1/32 1/16)

    dari diameter bit terakhir.

    - Selama coring, beratan pada pahat harus diusahakan konstan.

    - Saat permulaan mengebor, lakukan dengan hati-hati pada WOB kecil dan

    putaran rendah (30 60) hingga core head membuat pola atau bentuk di

    dasar lubang (10 15 cm). Kemudian secara bertahap beban dan putaran

    dapat ditambah hingga pemboran dapat dilaksanakan secara normal sesuai

    dengan ketentuan pabrik pembuat core head.

    - Perhatikan tekanan pompa dengan seksama untuk menghindarkan

    terjadinya kebuntuan.

    - Perhatikan penetrasi dengan seksama untuk menghindari kemungkinan

    barrel sudah penuh, hal ini bisa terjadi bila ada kesalahan ukur.

    - Bila mencabut rangkaian coring jangan terlalu cepat.

    1.3 Perlengkapan Coring (Coring Tools) Pada umumnya coring tool terdiri dari:

    1. Core bit (core head)

    2. Core catcher (Hard / Soft) termasuk core catcher sub

    3. Outer & inner barrel termasuk inner barrel sub

    4. Bearing assy

    5. Safety joint

    6. Bit sub

    7. Drop ball (Ball check valve + ball seat)

    8. Stabilizer

    Peralatan Coring yang akan dikemukakan disini adalah tipe-tipe peralatan

    coring yang ada dan biasanya dipergunakan di Pertamina, diantaranya:

    Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 13

  • 1.4 Pelaksanaan Coring Secara Umum Christensen Type 250 P. Core Barrel Assy

    - Persiapan untuk masuk core assembly perlu dipersiapkan hal-hal

    sebagai berikut:

    1. Dasar lubang bor bersih dari potongan-potongan logam (junk) dan

    gram-gram besi.

    2. Bongkar/periksa semua komponen core assembly harus dalam

    kondisi baik.

    3. Cek kondisi tempat dudukan bola harus dalam kondisi baik.

    4. Catat/ukur/gambar semua data teknik dari core assembly

    5. Handling core assembly sesuai dengan rekomendasi.

    - Operasi Coring

    1. Lakukan sirkulasi + 1 meter dari dasar lubang, sambil turunkan

    rangkaian core pelan-pelan sampai dasar lubang bor, selanjutnya

    lakukan sirkulasi di dasar sampai bersih.

    2. Jatuhkan bola ke dalam string, tunggu beberapa saat tekanan

    pompa akan naik sekitar 200 sampai 300 psi setelah bola duduk

    pada ball seat.

    3. Lakukan drill off test sepanjang 1 ft pertama dengan WOB 300 lbs

    dan RPM 30.

    4. Selanjutnya operasi coring dapat dilakukan dengan parameter

    sebagi berikut:

    a) Beban pada pahat

    - Perhitungkan jumlah Drill Collar yang digunakan sesuai

    dengan beban pada pahat yang diperlukan. Berdasarkan

    perhitungan drill string design dan rekomendasi, beban

    pada pahat yang efektif adalah 10000 lbs untuk medium to

    hard formation dan 10000 sampai 20000 lbs untuk hard to

    very hard formation. Pembebanan dilakukan secara konstan

    agar hasil core tidak terputus-putus.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 14

  • b) Aliran Sirkulasi

    - Besarnya aliran sirkulasi tergantung dari besar kecilnya

    water course dari core head yaitu 200 sampai 500 gpm. Hal

    ini untuk menghindari terkikisnya core bit matrik dan untuk

    mendapatkan optimum penetration rate.

    c) Putaran meja

    - Besarnya putaran tergantung dari besarnya beban pada

    pahat yang menurut rekomendasi antara 50 sampai 100

    rpm.

    - Putaran yang lebih besar mengandung resiko dan tidak

    menambah penetration rate secara optimum.

    d) Potong core

    - Putuskan core dengan cara sebagai berikut:

    Biarkan beban pada pahat turun sampai dengan nol, kurangi

    SPM pompa sampai minimum. Perhatikan berat string,

    hentikan putaran meja dan angkat rangkaian pelan 0,5

    sampai 1 ft, kemudian turunkan kembali, putar berkala dan

    diangkat kembali, dalam kondisi normal core dengan

    mudah akan putus, tetapi bila formasi extra keras dan core

    belum putus berikan over pull antara 15000 sampai 30000

    lbs dan putar berkala sampai core putus.

    Setelah core putus angkat string setinggi 15 sampai 20 ft

    dari dasar lubang. Kemudian turunkan kembali pelan-pelan

    sampai 1 ft dari lubang rasakan bahwa core telah benar-

    benar putus. Hentikan sirkulasi dan core assy cabut tanpa

    putar meja.

    - Cabut dan cara mengeluarkan hasil core

    1. Sebelum cabut lakukan observasi, lubang harus dalam keadaan

    aman, cabut jangan terlalu cepat dan jangan putar meja.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 15

  • 2. Setelah core barrel sampai dipermukaan, tutup blind ram, ambil

    bola dengan ball pick up tool, pasang lifting sub.

    3. Angkat core barrel, slack (kendorkan ikatan) setiap sambungan

    termasuk core head.

    4. Buka core head ganti dengan core barrel protector dan masukkan

    core barrel ke dalam single hole, lepas sambungan pada safety joint

    dan angkat ke atas inner barrel, gantung vertical di atas meja bor

    yang sudah ditutup.

    5. Gunakan core support pin sebagai penahan core, buka inner sub

    tube clamp dan core handle pada inner barrel tersebut.

    6. Angkat inner barrel pelan-pelan, jepit tong core handle pada hasil

    core sesuai dengan panjang core yang kita kehendaki untuk

    dipotong.

    7. Apabila hasil core sulit untuk dikeluarkan dari inner yang

    disebabkan karena sifat dari batuan yang lekat pada dinding bagian

    dalam barrel sehingga diperlukan cara sebagai berikut :

    - Lay down inner-barrel di atas pipe bridge.

    - Buka inner tube shoe, core cather dan pasang pump out

    connector pada inner barrel.

    - Sambungkan pump out connector pada pump out plunger, dan

    pompa pelan sampai hasil core keluar dari inner barrel.

    - Masukkan hasil core ke dalam core box dengan urutan yang

    benar sesuai kedalaman dan catat persentasi hasil core yang

    diperoleh.

    3.4 Pelaksanaan Coring di Rig OW 760/20 Pada pelaksanaan di lapangan yaitu lapangan sumur Karangbaru atau disebut

    KRB-X, Coring dilakukan oleh Rig OW 760/20 yang direncanakan pada

    kedalaman 2264 2273 m. Berikut ini secara ringkas pelaksanaannya :

    Setelah selesai dilakukan penyemenan casing 9-5/8, kegiatan dilanjutkan

    dengan mengebor plug, collar, semen dan shoe dari 2220 2264 m (Coring

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 16

  • depth). Sirkulasi bersih dan cabut rangkaian pahat PDC 8-1/2 dari 2264 m

    sampai permukaan dan persiapan masuk rangkaian Coring dengan susunan

    sebagai berikut :

    Core Head 7 5/8" + Core Barrel 6.3/4" + FS 6.3/4" + DC 6.1/4" + String Stab 8.1/4" +

    3 jts DC 6.1/4" + 15 jts HWDP 5" + Jar 6.3/4" + 6 jts HWDP 5"

    Lanjut masuk rangkaian Coring sampai 2664 m dan lakukan SPR (P1 = 70

    spm/350 psi, P2 = 70 spm/307 psi, P3 = 70 spm/342 psi). Setelah itu di drop

    bola dan lanjut sirkulasi dengan P2 = 70 spm (tekanan naik dari 307 psi 400

    psi). Lakukan coring dari kedalaman 2264 2273 m (WOB = 7-10 klbs; RPM

    = 50-60, SPM = 70). Setelah mencapai kedalaman target putuskan core dan

    cabut rangkaian coring sampai permukaan (Core recovery = 100%). Pada saat

    core tersebut dikeluarkan dari inner barrel, dipotong-potong dan diurutkan

    sesuai kedalamannya serta diberi keterangan setiap 1 meternya. Setelah

    pengerjaan selesai core tersebut kemudian dibungkus dengan aluminium foil

    dan dibagian luarnya dilapisi dengan lilin untuk menghindari kontaminasi

    yang dapat mempengaruhi hasil analisanya. Kemudian core dibawa ke

    laboratorium untuk dianalisa kandungan hidrokarbonnya dan sifat-sifat lain

    dari batuan yang diperlukan.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 17

  • Gambar 4. Master LOG

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 18

  • BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan 1. Salah satu metode untuk mengetahui kandungan hidrokarbon pada lapisan

    prospek yang kita inginkan bisa dilakukan dengan Coring.

    2. Ada beberapa jenis metode coring diantaranya :

    Bottom coring

    Wireline retrievable coring

    Sidewall coring

    3. Pelaksanaan Coring harus dilakukan dengan benar dan teliti karena jumlah

    core yang didapat sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah batuan

    reservoirnya agar analisa dari core yang didapatkan secara kualitatif

    sedapat mungkin mewakili jenis batuan pada kedalaman yang kita

    kehendaki tersebut.

    4. Core yang didapat dari berbagai metode diatas :

    Bottom coring : d = 3 5 , L = 30 55 ft

    Wireline retrievable coring : d = 1-18 1-34 , L = 10 20 ft

    Sidewall coring : d = 7/8 , L = 1-3/4 2-1/4

    5. Sebelum melaksanakan Coring kita harus meyakini terlebih dahulu

    keadaan lubang bor benar-benar bersih.

    6. Pada pelaksanaan Coring diusahakan WOB selalu uniform.

    7. Core yang telah dipotong diberi tanda sesuai urutan kedalaman.

    8. Core yang telah dipotong dibungkus dengan alumnium foil dan dibagian

    luarnya dilapisi dengan lilin untuk menghindari kontak dengan udara.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 19

  • 4.2 Saran/Rekomendasi 1. Untuk membersihkan lubang sebelum pelaksanaan Coring harus dilakukan

    sirkulasi sampai bersih.

    2. Dari berbagai metode yang ada, penulis lebih menyarankan untuk

    menggunakan Metode Bottom Coring dimana core yang didapat dari

    metode ini cukup panjang dan besar untuk mewakili lapisan batuan di

    bawah permukaan yang kita inginkan tersebut.

    3. Sebelum rangkaian coring dimasukkan ke dalam lubang bor terlebih

    dahulu dibersihkan dengan alat pancing junk basket atau magnit bila

    diperlukan.

    Coring dan Coring Tools

    14/BPS-DSH/2007 20

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adm Rig OW 760/20, Laporan Harian Pemboran Sumur KRB, PT. Pertamina

    (Persero), 2007. Adm Rig OW 760/20, Program Umum Pemboran Sumur KRB, PT. Pertamina

    (Persero), 2007. Erwin, Bambang, Coring & Coring Tools (Materi Kuliah Bimbingan Profesi

    Sarjana), PT. Pertamina (Persero), 2006.

  • Recommended WOB

    Recommended Pump Discharge

  • Recommended Rotary Speed

    Handling Tools for Coring

  • Bottom Hole Assembly for Coring Job

    `

    Foto-foto Core Hasil Coring oleh Rig OW 760/20 di Sumur KRB-X