Top Banner
MENGENAL OPT PADI PARJITO, SP PHP KEC. SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS
70

Copy of Mengenal Opt Padi

Sep 14, 2015

Download

Documents

yuyduid
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • MENGENAL OPT PADI

    PARJITO, SPPHP KEC. SOKARAJAKABUPATEN BANYUMAS

  • PENGGEREK BATANGPenggerek batang padi terdapat sepanjang tahun dan menyebar di seluruh Indonesia pada ekosistem padi yang beragam. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting

  • BIOLOGI DAN EKOLOGIDi Indonesia dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:Penggerek batang padi kuning,Scirpophaga incertulas(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)Penggerek batang padi putih,Scirpophaga innotata(Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)Penggerek batang padi bergaris,Chilo suppressalis(Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)Penggerek batang padi kepala hitam,Chilo polychrysusMeyrick (Lepidoptera: Pyralidae)Penggerek batang padi berkilat,Chilo auriciliusDudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)Penggerek batang padi merah jambu,Sesamia inferens(Walkers) (Lepidoptera: (Noctuidae).Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya.

  • PENGGEREK BATANG PADI KUNINGTelur Jumlah telur 50-150 butir/kelompok Ditutupi rambut halus berwarnacoklat kekuningan Diletakkan malam hari (pukul 19.00-22.00) selama 3-5 malam sejak malam pertama Keperidian 100-600 butir tiap betina Stadium telur 6-7 hariLarva Putih kekuningan sampai kehijauan Panjang maksimum 25mm Stadium larva 28-35hari Terdiri atas 5-7 instar Pupa Kekuning-kuningan atau agak putih Kokon berupa selaput benang berwarna putih Panjang 12-15 mm Stadium pupa 6-23 hari

  • Imago/NgengatNgengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depanNgengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depanPanjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mmNgengat aktif pada malam hari dan tertarik cahayaJangkauan terbang dapat mencapai 6-10 kmLama hidup ngengat 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari

  • Gejala tanaman padi terserang penggerek batang pada stadia vegetatif/sundep dan pada stadia generatif/beluk

  • Larva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencari ke rumpun yang lain.Larva instar akhir tinggal di dalam batang sampai stadium pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.

  • Karakteristik PB padi kuning:Kelp telur diletakkan pada daun bagian ujungHanya seekor larva dalam satu tunasPupa berada di dalam pangkal tunas di bawah permukaan tanahTanaman inang utama adalah padi dan tanaman padi liarPerubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah, hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.Gambar ngengat penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih

  • PENGENDALIANA. Daerah Serangan EndemikPengaturan Pola Tanam1.Tanam serentak,shgterse dianya sumber makanan bagiPb padi dapat dibatasi.2.Pergiliran tnm dengan tnm bukan padi shg dpt memutus sikus hidup3.Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk Memu dahkan upayapengumpulan telur penggerek secara masal.4.Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal MH tanam varietas genjah, dan pd M H tanam varietas dalam berumur > 120 hari.

    Pengendalian Secara Fisik dan MekanikCara fisik yaitu dengan penyabitan tnm serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupamati.Cara mekanik dapat dilakukan denganmengumpulkankelompok telur penggerek batang padi di persemaiandan di pertanaman.Pengendalian HayatiPemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen.Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insekt scr semprotan.

  • Pengend Secara KimiawiApabila diperlukan sbg alternatifpada fase vegetatif penggunaan insektisida dapa dilakukan pada Saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1kelompok telur/3 m2atau Intens serangan rata > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompoktelur pada fase awal vegetatif> 50% tidak perlu aplikasi insektisida.Penggunaan insektisida butiran di persemaian dg dosis 5 kg/500 m2bila dijumpai kelompok telur (WasiatiAet al.,2002).

  • B. Daerah Serangan SporadikCara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat.Penyemprotan dengan insektisida berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas seranganpenggerekbatang padi (sundep) rata-rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambat-lambatnya tiga minggu sebelum panen.

    Informasi lainnyaSebagai tindakan preventif dalam pengd Pb padi, memantau fluktuasi populasi Pb perlu dilakukan secara rutin. Untuk memantau fluktuasi populasi Pb padi yang ada di dalam areal pertanaman padi dapat menggunakan seks feromon. Sementara untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dari luar daerah dapat menggunakanlight trap(perangkap cahaya).

  • WERENG BATANG COKLATWereng coklat (Nilaparvata lugensStal.) mrpk hama dari golongan insekta yang sangat merugikan perpadian di Indonesia. WBC pada dasawarsa 1961-1970 telah merusak tnm padi seluas 52.000 ha. Pada periode tsb serangan terjadi pada MH 1968-1969 di daerah Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Klaten) seluas 2.000 ha dan di Jawa Barat (Subang dan Indramayu) sekitar 50.000 ha. Pada dasawarsa tahun 1971-1980 mencapai 2.500.000 ha.Serangan WBC yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara substansial, mengakibatkan kelumpuhan perekonomian tingkat petani, hal ini terbukti dengan laporan dari beberepa propinsi untuk tahun 2004 dan 2005 telah terjadi serangan wereng coklat terhadap beberapa varietas padi yang diunggulkan. Pada MT 2005 luas serangan wereng coklat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat mencapai 46.000 ha.

  • Bioekologi wereng coklatWereng coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir.Di Sukamandi Telur menetas setelah 9 hari, sedangkan di daerah subtropika waktu penetasan telur lebih lama lagi. Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimik hormon juvenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan wereng coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera.Perubahan bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di lapangan.

  • KARAKTER WERENG COKLAT 1. Hama Elit/Executif/legislatif 2. Hama yang r-strategik 3. Berkembang cepat,menghabiskan makanan dalam waktu singkat 4. Cepat berubah biotipe 5. Cepat melemahkan kerja insektisida 6. Membentuk dua tipe sayap, makroptera dan brakhiptera

  • CIRI KEHIDUPAN WERENG COKLAT

    1.Bahwa wereng coklat mrpk hama strategik 2.Serangga kecil yang cepat menemukan habitatnya, 3.Mempny sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru 4.Berkembangbiak dg cepat perkembangan hama mengikuti biological clock 5.mampu melemahkan kerja insektisida 6.merupakan hama latent 7.dapat mentransfer virus kerdil hampa (VKH = ragged stunt) dan virus kerdil rumput (VKR = Grassy Stunt) 8.keistimewaan yang luar biasa berkembang menjadi biotipe baru 9.dipandang sebagai hama padi utama karena wereng coklat merupakan serangga dengan genetik plastisitas yang tinggi

  • Pengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dg berbagai cara. Usaha pengd ini meliputi penggunaan varietas tahan,cara bercocok tanam, dan penggunaan Pest. Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali PHT hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.

    Pada dasarnya pengendalian WBC menyangkut tiga komponen dasar yaitu a) pengetahuan biologi &ekologi serangga, b) penetapan AE/ ambangkendali c) metode pengukuran atau penilaian thd serangan hama. Komponen dasar tersebut sebagian besar sudah diketahui. Maka sistem pengelolaan itu harus dapat dikembangkan dengan baik.

    Pengendalian

  • Hitung jumlah wereng (wbc +wereng Punggung putih) dan musuh alami (laba-labaOphione nigrofasciata, Paederus fuscifes,Coccinella, dan kepikCyrtorhinus lividipennis.Gunakan formula Baehaki dibawah ini Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.

    Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.Bi:Populasi predator Laba-laba +Ophionea nigrfasciata+Paederus fuscifesCoccinellapada 20 rumpun pada minggu ke-iCi: PopulasiCyrtorhinus lividipennispada 20 rumpunDi: Wereng coklat terkoreksi per rumpun

  • Aplikasi insektisidaJika dan hanya jika nilai Di> 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur 20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diapli kasi dengan insektisida yang direkomendasikan.

    Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas. Perbedaannya yaitu jika nilai Di> 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi beru mur 20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya. Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Dilebih besar dari nilai Diminggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas. Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Dilebih kecil atau sama dengan nilai Diminggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

  • insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.Pada ambang kendali berdasarkan Musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas. Perbedaannya yaitu jika nilai Di> 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur 20 ekor wereng coklat terkoreksi/ rumpunpada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya. Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Dilebih besar dari nilai Diminggu yang lalu, maka perludikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas. Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Dilebih kecil atau sama dengan nilai Diminggu yang lalu, maka tidakperlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya

  • WALANG SANGITBiologi dan ekologiTanaman inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman rumput-rumputan antara lain:Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp;danDewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman. Pada tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk+200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya+19 hari. Lama preoviposition+21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit+46 hari

  • Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari. dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit.

  • Di alam hama walang sangit diketahui diserang oleh dua jenis parasitoid telur yaituGryon nixoniMesner danO.malayensisFerr. Parasitasi kedua parasitoid ini di lapangan dibawah 50%. Pengamatan yang dilakukan pada tahun 1997 dan 2000 pada beberapa daerah di Jawa Barat menunjukkan parasitoidG. nixonilebih dominan dibandingkan dengan parasitoidO. malayensis. ParasitoidO. malayensishanya ditemukan pada daerah pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana disamping pertanaman padi banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang panjangO. malayensisselain menyerang telur walang sangit juga menyerang telur hamaRiptortus linearisdanNezara viridulayang merupakan hama utama tanaman kedelai. Berbagai jenis laba-laba dan jenis belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae menjadi predator hama walang sangit. JamurBeauveriasp juga merupakan musuh alami walang sangit. Jamur ini menyerang stadia nimpa dan dewasa.

  • PENGENDALIANPengendalian secara kultur teknikSampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit.Berdasarkan cara hidup walang sangit,tanam serempak dalam satu hamparan mrpk cara pengdl yg sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yg pertama kali berbunga. Shg jika pertanaman tidak serempak pertanaman yg berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap.Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya

  • Pengendalian secara biologisPotensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitiantelah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalahO. malayensissedangkan jenis jamurnya adalanBeauveriasp danMetharizumsp.

    Pengendalian dengan menggunakan perilaku seranggaWalang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodiumsp danCeratophylumsp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.

  • Pengendalian kimiawiPengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2.Banyak insektisida yg cukupefektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yg berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walangsangit adalah BPMC& MIPC.

  • TIKUS SAWAHStatusMerupakan hama prapanen utama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi, trtm pada agroekosistem dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen).Kerusakan parah terjadi apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.

  • Biologi dan EkologiTikus sawah digolongkan dalam kelas vertebrata (bertulang belakang), ordo rodentia (hewan pengerat), famili muridae, dan genusRattus. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambutnya, sehingga secara keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan, sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12 puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dan moncongnya berbentuk tumpul.

  • Panca indera tikus sawah berkembang baik dan sangat menunjang setiap aktivitas kehidupannya. Sebagai hewan nokturnal, mata tikus telah berkembang dan menyesuaikan untuk melihat dalam intensitas cahaya rendah. Indera penciuman berkembang baik. Dengan indera tersebut, tikus mendeteksi wilayah pergerakan tikus lain, jejak anggota kelompoknya, dan betina estrus. Indera pendengaran tikus sawah berkembang sempurna. Indera pengecap berkembang baik sehingga mampu mendeteksi rasa pahit, racun, dan enak/tidaknya suatu pakan. Indera peraba juga berkembang baik, kumis dan rambut-rambut panjang pada sisi tubuhnya digunakan sebagai sensor sentuhan terhadap benda-benda yang dilalui. Dengan indera yang berkembang dan terlatih tersebut, tikus sawah memiliki kemampuan fisik yang prima seperti berlari, menggali, memanjat, meloncat, melompat, mengerat, berenang, dan menyelam. Tikus sawah juga berperilaku cerdik dan memiliki kemampuan belajar/mengingat

  • Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggiPeriode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif.Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiranTikus betina relatif cepat matang seksual (1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (2-3 bulan).Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus).Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih) dan keberadaan ratun (Jawa : singgang) terbukti memperpanjang periode reproduksi tikus sawah. Dalam kondisi tersebut,anak tikus dari kelahiran pertama sudah mampu bereproduksi sehingga seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi

  • PengendalianPengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas.

  • Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS (Trap Barrier System/ Sistem Bubu Perangkap) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan padi antara lain sbb. :TBS merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal (20 x 20)m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dengan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.

  • LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.

  • Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi stadia generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, dan hanya akan efektif digunkan pada periode bera dan stadium padi awal vegetatif.

  • PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (BLB) StatusPenyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight= BLB) disebabkan oleh bakteriXanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.

  • BIOLOGI DAN EKOLOGIPENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DISEBABKAN OLEH BAKTERIXANTHOMONAS ORYZAEPV.ORYZAE(XOO). BAKTERI INI BERBENTUK BATANG DENGAN KOLONI BERWARNA KUNING.PATOGEN INI MEMPUNYAI VIRULENSI YANG BERVARIASI TERGANTUNGKEMAMPUANNYA UNTUK MENYERANG VARUETAS PADI YANG MEMPUNYAI GEN RESISTENSI BERBEDA. DI INDONESIA HINGGA SAAT INI TELAH DITEMUKAN SEKITAR 12 KELOMPOK ISOLAT (STRAIN) BERDASARKAN VIRULENSINYA TERHADAP VARIETAS DIFERENSIAL. ISOLAT KELOMPOK VIII TERSEBAR PALING LUAS DAN MENDOMINASI DI LAPANGAN, SEDANGKAN KELOMPOK IV TIDAK BEGITU LUAS, TETAPI MEMPUNYAI VIRULENSI TERTINGGI DAN UMUMNYA SEMUA VARIETAS PADI PEKA TERHADAP KELOMPOK ISOLAT INI. PERKEMBANGAN PENYAKIT SANGAT TERGANTUNG PADA CUACA DAN KETAHANAN TANAMAN. BAKTERI XOO MENGINFEKSI TANAMAN MELALUI HIDATODA ATAU LUKA.

  • Setelah masuk dalam jaringan tanaman bakteri memperbanyak diri dalam epithemi yang menghubungkan dengan pembuluh pengangkutan, kemudian tersebar kejaringan lainnya dan menimbulkan gejala. Penyakit dapat terjadi pada semua stadia tanaman. Namun yang paling umum ialah terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum sampai fase berbunga. Pada stadia bibit, gejala penyakit disebut kresek, sedang pada stadia tanaman yang lebih lanjut, gejala disebut hawar (blight). Gejala diawali dengan bercak kelabu (water soaked) umumnya di bagian pinggir daun. Pada varietas yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya membentuk hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit di lapang, kelembaban tinggi, hujan angin, dan pemupukan N yang berlebihan dapat meningkatkan keparahan penyakit.

  • PengendalianPengendalian penyakit HDB dengan varietas tahan sangat efektif dan mudah diterapkan. Namun teknologi ini terhambat oleh pembentukan berbagai patotipe patogenXoo, yang pada suatu saat mampu mematahkan sifat tahan yang ada. Pengendalian secara kimiawi untuk penyakit hawar daun bakteri kurang efektif disamping itu biayanya cukup mahal.

  • PENYAKIT BLASStatus Penyakit blas (Pyricularia grisea)merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo tersebar di seluruh daerah pengahsil padi gogo di Indonesia. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).

  • Biologi dan EkologiGejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.Penularan penyakit terutama terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. PatogenP. oryzaedapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.

  • Tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi. Perkecambahan konidiumPyriculariagriseamemerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.

  • PengendalianUsaha pengendalian penyakit blas yang sampai saat ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.Mengingat ketahanan varietas terhadap penyakit blas tidak bisa berlangsung lama maka penggunaan varietas tahan perlu didukung dengan komponen pengendalian lain. Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis dalam mengatasi penyakit blas, namun sering kali menimbulkan efek samping yang kurang baik diantaranya menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu agar fungisida dapat digunakan seefektif mungkin dengan efek samping yang sekecil mungkin, maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus diperhitungkan tentang jenis, dosis, dan waktu aplikasi yang tepat. Beberapa jenis fungisida yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit blas adalah Topsin 500 F, Topsin 70 WP, Kasumiron 25/1 WP, dan Delsene MX 80 WP.

  • BUSUK BATANG (HELMINTHOSPORIUM)Status Penyakit busuk batang merupakan salah satu penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami kerebahan akibat diinfeksi cendawanH. Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja.

  • Biologi dan EkologiGejala penyakit diawali dengan bercak kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada batang dan pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai alat untuk bertahan hidup. Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya

  • PengendalianFungisida berbahan aktif difenoconazol dianjurkan untuk mengendalikan penyakit busuk batang. Pengendalian dengan teknik pengelolaan lingkungan dapat menekan penyakit busuk batang diantaranya adalah: jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar, pengeringan sawah secara berkala, pemupukan komplit dan nitrogen diberikan sesuai kebutuh tanaman, jarak tanam tidak terlalu rapat, dan memilih varietas padi yang tidak mudah rebah.

  • BERCAK DAUN Status Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamurCercospora oryzae Miyake.Penyakit bercak daun cercosporamerupakan penyakityang sangat merugikan terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman. Penyakit bercak daun tersebar diseluruh negara penghasil padi di Asia Tenggara, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Amerika Tengah, dan Afrika. Di Indonesia penyakit bercak daun tersebar diseluruh daerah penghasil padi di Jawa. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit ini tersebar merata di Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon.

  • Biologi dan ekologiGejala penyakit timbulpada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.

    Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang di dalam jaringan parenkhima dan di dalam sel-sel epidermis. Jamur mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit. Perkembangan penyakit bercak daun cercospora sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Varietas tahan sangat efektif menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora. Pada varietas yang tahan, bercak lebih sempit, lebih pendek, dan lebih tua warnanya.

  • PengendalianPrioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang IR64 dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisidadifenoconazolsatu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.

  • PENY HAWAR DAUN

    StatusPenyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight= BLB) disebabkan oleh bakteriXanthomonas oryzae pv. oryzae. Penyakit ini di Indonesia tersebar hampir diseluruh daerah pertanaman padi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan selalu timbul baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan biasanya berkembang lebih baik. Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.

  • Biologi dan EkologiPenyakit hawar daun bakteri disebabkan oleh bakteriXanthomonas oryzaepv.oryzae(Xoo). Bakteri ini berbentuk batang dengan koloni berwarna kuning.Patogen ini mempunyai virulensi yang bervariasi tergantung kemampuannya untuk menyerang varuetas padi yang mempunyai gen resistensi berbeda.. Perkembangan penyakit sangat tergantung pada cuaca dan ketahanan tanaman. Bakteri Xoo menginfeksi tanaman melalui hidatoda atau luka. Setelah masuk dalam jaringan tanaman bakteri memperbanyak diri dalam epithemi yang menghubungkan dengan pembuluh pengangkutan, kemudian tersebar kejaringan lainnya dan menimbulkan gejala. Penyakit dapat terjadi pada semua stadia tanaman. Namun yang paling umum ialah terjadi pada saat tanaman mulai mencapai anakan maksimum sampai fase berbunga. Pada stadia bibit, gejala penyakit disebut kresek, sedang pada stadia tanaman yang lebih lanjut, gejala disebut hawar (blight). Gejala diawali dengan bercak kelabu (water soaked) umumnya di bagian pinggir daun. Pada varietas yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya membentuk hawar. Pada keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar.Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan penyakit di lapang, kelembaban tinggi, hujan angin, dan pemupukan N yang berlebihan dapat meningkatkan keparahan penyakit.

  • PengendalianPengendalian penyakit HDB dengan varietas tahan sangat efektif dan mudah diterapkan. Namun teknologi ini terhambat oleh pembentukan berbagai patotipe patogenXoo, yang pada suatu saat mampu mematahkan sifat tahan yang ada. Untuk menghadapi penyakit yang disebabkan oleh patogen yang mampu membentukstrain, seperti HDB ini, taktik pergiliran varietas tahan perludidesignsecara cermat, agar varietas tahan dapat berfungsi secara baik. maka pengendalian penyakit seperti ini seyogyanya dilakukan dengan penggunaan varietas yang memiliki ketahanan lebih dari satu gen ketahanan (polygenic resisstant). Varietas Angke dan Conde tahan terhadap bakteriX. oryzaepv.oryzeastrain III, IV, dan VIII. Pengendalian secara kimiawi untuk penyakit hawar daun bakteri kurang efektif disamping itu biayanya cukup mahal.

  • HAWAR PELEPAHStatus Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Di Indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air. Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.

  • BiologidanEkologiPenyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

  • Pengendalian Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi, dan teknik budidaya.Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah. Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio 10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman. Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah. Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

  • PENY.TUNGROStatusPenyakit tungro merupakan salah satu kendala produksi padi nasional karena kehilangan hasil yang diakibatkannya tinggi, saat ini telah menyebar hampir keseluruh Indonesia terutama seranganya sering meluas (ledakan serangan/outbreak) di daerah sentra produksi beras nasional seperti di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan Selatan. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, luas tanaman terinfeksi setiap tahunnya rata-rata mencapai 16.477 ha, rusak total (puso) 1.027 ha selama periode 1996-2002. Dengan perkiraan kehilangan hasil dari tanaman terinfeksi rata-rata 20%, tanaman puso 90%, harga gabah Rp. 1200 /kg kerugian akibat penyakit tungro mencapai Rp. 14,1 Milyar. Pada saat terjadi ledakan serangan nilai kerugian bisa melebihi dari perhitungan tersebut diatas. Ledakan tungro sepuluh tahun terakhir ini terjadi di Kabupaten Klaten pada tahun 1995 dengan luas tanaman terserang 12.340 ha, di Nusa Tenggara Barat pada 1998 dengan luas serangan mencapai 15.000 ha. Disamping itu penyebaran tungro di Jawa Barat terutama di dataran rendah Kabupaten Subang di Jalur Pantai Utara (Jalur Pantura) semakian meluas.

  • Biologi dan EkologiInfeksi virus tungro menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun yang kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman kerdil.Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang (RTBV:rice tungro bacilliform virus) dan bentuk bulat (RTSV :rice tungro sperical virus) yang hanya dapat ditularkan oleh wereng, terutama yang paling efisien adalah spesies wereng hijauNephotettix virescensDistant. Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut dari singgang, bibit voluntir (ceceran gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan eceng. Wereng hijau spesiesN. virescenstelah mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. PopulasiN.virescensjarang mencapai kepadatan populasi tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan langsung. Adanya kebiasaan pemencaran imago terutama di daerah tanam tidak sermpak, meskipun populasinya rendah apabila ada sumber inokulum efektif menyebarkan tungro.Kehilangan hasil akan tinggi bahkan bisa tidak menghasilkan sama sekali bila kedua virus menginfeksi tanaman peka dan terjadi pada saat awal fase vegetatif tanaman. Kehilangan hasil terjadi karena jumlah anakan sedikit dan terganggunya fotosintesa akibat daun berwarna kuning klorofilnya kurang sehingga pengisian gabah tidah sempurna. Virus bulat dari segi penyebaran tungro sangat penting karena virus batang hanya dapat disebarkan oleh wereng hijau apabila wereng hijau telah memperoleh virus bulat. Virus bulat biasanya ditemukan menginfeksi terlebih dahulu pada tanaman maupun pada wereng hijau. Terjadi 2 puncak tambah tanaman terinfeksi dalam satu periode pertumbuhan tanaman padi. Puncak pertama terjadi pada saat tanaman umur satu bulan setelah tanam dan puncak yang kedua terjadi saat tanaman umur dua bulan setelah tanam. Siklus infeksi pertama dilakukan oleh wereng hijau imigran dari sekitarnya, sebangkan siklus kedua oleh keturunannya yang berkembang di lokasi tersebut.

  • PengendalianPengendalian penyakit tungro dianjurkan dilakukan dengan memadukan teknik pengendalian yang berefek sinergis memperkuat meknisme pengendalian alami, dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu, yang diitroduksikan/aplikasikan secara bertahap sesuai dengan tahapan budidaya. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat wereng hijau agar efisien dan berdampak paling sedikit terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungroa. Pra-tanam1) Rencanakan tanam bersamaan pada areal sehamparan minimal pada luasan 40ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.2) Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi wereng hijau dan keberadaan tungro terjadi, tanaman telah melewati fase vegetatif.3) Bersihkan sumber inokulum tungro seperti singgang, bibit yang tumbuh dari ceceran gabah, rumput teki dan eceng sebelum membuat pesemaian. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber inokulum tersebut. Biarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber inokulum tersebut untuk tempat berlindung musuh alami.4) Tanam varietas tahan wereng hijau atau tahan tungro dengan memperhatikan kesesuaian varietas sesuai dengan Tabel ketahanan varietas di bawah ini:Tingkat ketahanan golongan varietas tahan wereng hijau terhadap koloni-koloniN. virescens.