Top Banner

of 71

contoh skripsi wahyu

Oct 10, 2015

Download

Documents

Gagaz Tyaz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahDewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan. Dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Sebagaimana disebutkan Weston dan Brigham (1990) dalam Eka (2011) kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang lebih tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya.Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal (Brigham dan Houston, 2006).Kebijakan struktur modal yang optimal adalah di mana terjadinya keseimbangan yang baik antara risiko dan tingkat pengembalian yang pada akhirnya akan memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang efektif tidak bersifat statis karena akan berubah terus menerus seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami perusahaan. Kondisi dan perubahan perusahaan akan membawa dampak bagi pengambilan keputusan struktur modal dalam penggunaan hutang atau penggunaan laba ditahan.Penggunaan hutang jangka panjang sebagai sumber dana selain karena didorong oleh kebutuhan perusahaan juga didorong oleh system perpajakan yang berlaku di Indonesia. Menurut Adriani dalam Anantasia (2012) pajak merupakan iuaran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) pada wajib pajak untuk membayarnya menurut peraturan yang ada dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sehingga membayar pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan yang tidak dapat terhindarkan. Namun, perusahaan dapat melakukan manajemen pajak agar jumlah pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih rendah.Salah satu manajemen pajak yang berkaitan dengan penggunaan hutang adalah adanya beban bunga atas hutang yang termasuk biaya usaha yang dapat menjadi pengurang penghasilan, sehingga menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan. Oleh karena itu, bagi perusahaan beban bunga (interest expense) disebut juga sebagai manfaat pajak atas bunga (interst tax shield). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) mengenai struktur modal, pengurangan beban bunga dalam perhitungan pajak akan sangat bermanfaat bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi, yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang akan besar, sehingga untuk perusahaan tersebut, salah satu manajemen pajak yang dapat dilakukan adalah dengan lebih banyak berhutang untuk mendapatkan manfaat dari beban bunga dalam upaya mengurangi pajak yang harus dibayar.Dengan adanya perubahan peraturan yang mengatur tentang pajak penghasilan, yang sebelumnya diataur dalam Undang-undang No. 17 tahun 2000 menjadi Undang-undang No. 36 tahun 2008. Di mana salah satu perubahannya adalah mengenal tarif PPh badan yang semula adalah tarif progresif menjadi tarif flat, maka perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi akan merasa diuntungkan karena pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil sehingga perusahaan dapat mengurangi jumlah hutang yang dilakukan dalam rangka manajemen pajak tadi. Sementara bagi perusahaan dengan tingkat laba yang rendah akan merasa dirugikan karena pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar. Salah satu cara mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar adalah memanfaatkan biaya bunga dengan menambah jumlah hutang mereka. Namun apabila perusahaan memiliki terlalu banyak hutang agar biaya bunganya dapat mengurangi taxable income, maka menurut teori trade off jumlah hutang yang besar tersebut akan meningkatkan biaya kebangkrutan.Perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis sumber-sumber dana yang ekonomis guna membiayai kegiatan usahanya. Untuk itu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal.Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) pertama kali mengemukkan teori mengenai struktur modal. Menurut teori tersebut bahwa apapun struktur modal yang dipilih baik hutang ataupun ekuitas tidak akan berpengaruh pada nilai perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) merevisi teori tersebut dengan menghubungkan struktur modal dengan memperhitungkan adanya pajak. Mereka berpendapat bahwa struktur modal yang menggunakan hutang akan memperoleh manfaat pajak dari adanya biaya bunga yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (taxable income).Natalia (2008) meneliti mengenai pengaruh perubahan tariff pajak penghasilan perusahaan terhadap struktur modal periode 1998 2006 pada 23 perusahaan di BEI dan berpendapat bahwa adanya perubahan tarif pajak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Natalia (2008) juga meneliti hubungan variabel profitabilitas dan non debt tax shield terhadap struktur modal.Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai struktur modal dengan adanya perubahan peraturan pajak penghasilan saat ini dengan Undang-undang Nomer 36 tahun 2008 yang salah satunya mengubah tarif pajak yang semula progresif menjadi flat, dengan berdasarkan referensi Natalia (2008). Selain itu, penulis juga menambah variabel likuiditas dan ukuran perusahaan yang dapat mempengaruhi struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2007 2011. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan mengambil judul penelitian PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 - 2011

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :1. Apakah perubahan tarif pajak penghasilan badan yang semula berlaku progresif menjadi tarif flat pada Undang-undang Nomer 36 tahun 2008 berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 2011 ?2. Apakah Non Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 2011 ?3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 2011 ?4. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 2011 ?5. Apakah ukuran perusahaan (Size) berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 2011 ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan PeneltianBerdasarkan perumusan masalah yang ingin diteliti oleh peneliti maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:1. Untuk menguji apakah perubahan tarif pajak penghasilan badan yang semula berlaku progresif menjadi tarif flat pada Undang-undang Nomer 36 tahun 2008 berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 2011 2. Untuk mengetahui apakah Non Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 20113. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 20114. Untuk mengetahui apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 20115. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (Size) berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007 2011

1.3.2 Manfaat Peneltian1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu bisnis khususnya yang berkaitan dengan setruktur modal. Sebagai referensi untuk peneliti ini diharapkan menjadi perbandingan bagi yang berminat pada topik struktur modal.2. Manfaat Praktis Bagi investor, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran struktur modal sehingga dapat berguna bagi pengabilan keputusan dalam menginvestasikan modalnya. Bagi manajemen, dapat memberikan gambaran dan pertimbangan dalam menentukan struktur modal yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN EMPIRIS DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka2.1.1. Agency TheoryAgency Theory adalah sebuah kontrak antara pihak pemegang saham dan pihak manajer perusahaan. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak dapat menimbulkan konflik keagenan. Corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap konflik tersebut. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan. Eisenhardt (1989) dalam Darwin (2004) menyatakan bahwa Agency Theory menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : (1) Manusia umumnya mementingakan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Konsep Agency Theory di dasari pada permasalahan agensi yang muncul ketika pengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya. Perusahaan merupakan mekanisme yang memberikan kesempatan kepada berbagai partisipan untuk berkontibusi dalam bentuk modal, keahlian serta tenaga kerja dalam rangka memaksimumkan keuntungan jangka panjang. Partisipan-partisipan yang berkontribusi pada modal disebut sebagai pemilik. Partisipan-partisipan yang berkontribusi dalam keahlian dan tenaga kerja disebut pengelola perusahaan (agen). Adanya dua partisipan tersebut (principal dan agen) menyebabkan timbulnya permasalahan tentang mekanisme yang harus di bentuk untuk menyelaraskan kepentingan yang berbeda diantara keduannya.Jensen dan Meckling (1976) dalam Darwin (2004), menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Teori agensi mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya terhadap perusahaan (Darwin, 2004). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun demikian manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai kontrak.Agency Theory ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan Agency (Eissenhardt, 1989 dalam Lisna Untari, 2010) yaitu sebagai berikut :1. Masalah Agency yang timbul pada saat tujuan dari prinsipal dan agen berlawananan merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar-benar dilakukan oleh agen.2. Masalah pembagian risiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko.Alchian dan Demsetz serat Jensen dan Meckling (1976) dalam Lisna Untari (2010) memperkenalkan ide bahwa perusahaan merupakan nexus of contract yang mengandung arti bahwa di dalam perusahaan terdapat sekumpulan kontrak timbal balik yang memfasilitasi antara pemilik perusahaan, karyawan, pemasok dan berbagai partisipan lainnya yang terkait dengan perusahaan. Kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa saja yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan investor. Secara ideal, investor dan manajer menandatangani kontrak yang lengkap dan komplit, yang menspesifikasi secara tepat apa saja yang dilakukan oleh manajer di segala kemungkinan yang terjadi, dan bagaimana laba perusahaan akan dialokasikan.

2.1.2.Struktur ModalFungsi pembelanjaan dan fungsi keuangan merupakan dua hal yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Dalam menjalankan fungsi pembelanjaan, perusahaan selalu dihadapkan pada tiga masalah utama atau tiga keputusan utama, yaitu: keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan keputusan mengenai pembagian dividen (dividend decision). Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang dari mana dana untuk membeli aktiva berasal (Lukas, 2003). Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan masalah penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah perimbangan terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (apakah sumber dana internal atau eksternal, jangka pendek ataukah jangka panjang) disebut keputusan pembelanjaan (financing decisions). Keputusan pembelanjaan yang efektif akan tercermin pada biaya dana (cost of fund) yang minimal (Abdul Halim, 2007).Sumber dana dapat diperoleh dengan banyak cara, namun pada dasarnya ada dua sumber dana, yaitu dana yang berasal dari sumber asing, atau biasa disebut modal asing, dan dana yang berasal dari dalam perusahaan. Dana yang berasal dari sumber asing dapat diperoleh melalui utang (debt financing) dan melalui pembelanjaan sendiri yaitu dengan jalan penerbitan saham (equity financing).Dalam neraca suatu perusahaan, terdapat sisi kiri yang merupakan aktiva disebut dengan struktur harta/usaha (asset/business structure). Sedangkan sisi kanan disebut dengan struktur keuangan (financial structure) (Mardiyanto, 2008). Struktur keuangan (financial structure) terdiri dari hutang jangka pendek (current liabilities), hutang jangka panjang (long term liabilities) dan ekuitas (equity). hutang jangka pendek (current liabilities) merupakan hutang atau kewajiban yang diharapkan akan dibayar dari aset lancar yang ada atau melalui pembuatan kewajiban jangka pendek lainnya. Current liabilities ini memiliki periode kurang dari satu tahun. Sedangkan hutang jangka panjang (long term liabilities) atau disebut juga hutang tidak lancer merupakan kewajiban yang diharapkan dapat dilunasi atau memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun (Weygant, Kieso, Kimmel, 2007).Ekuitas (Owners Equity) merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara asset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan, atau karena kerugian (SAK 2007). Struktur modal (capital structure) didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi hutang jangka dan ekuitas (retained earning), saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahan. Dengan demikian, struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi oleh hutang jangka pendek (Current liabilities). Hutang jangka pendek tidak diperhitungkn dalam struktur modal karena hutang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan). Sementara itu, hutang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relative panjang (lebih dari satu tahun) sehingga Keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari hutang jangka panjang (long term liabilities) dan ekuitas (equity). Karena alas an itulah, biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang saja (tidak mempertimbangkan jangka pendek) (Mardiyanto, 2008).Berbagai teori mengenai struktur modal sebenarnya sudah cukup baik menjelaskan hubungan antara leverage dengan struktur modal. Akan tetapi model-model itu masih belum cukup mudah untuk diaplikasikan dalam dunia nyata, khususnya membantu manajer keuangan untuk menentukan proporsi hutang terhadap ekuitas. Sekalipun demikian, teori struktur modal tetap penting untuk memperluas wawasan manajer keuangan dalam pengambilan keputusan.Ada beberapa teori yang telah dikemukakan dalam menjelaskan struktur modal perusahaan. Yang pertama adalah pandangan tradisional (traditional view) yang menyatakan bahwa modal hutang akan lebih murah dibandingkan dengan ekuitas. Implikasi dari pernyataan ini adalah biaya atas hutang yang digabungkan dengan peningkatan biaya ekuitas yang ada sebelum adanya pembiayaan dari hutang. (Barges, 1963 dalam Akinlo,2011).Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) tidak sependapat dengan pandangan tradisional (tradisional view) tersebut. Teori Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) berpendapat bahwa dalam suatu pasar modal yang sempurna tanpa pajak dan biaya transaksi, nilai pasar suatu perusahaan dan biaya modal tetap invarian dengan perubahan struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa instrument keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak mempengaruhi produktivitas dan nilai perusahaan. Kemudian Modigliani dan Miller (1963) dalam Anantasia (2012) merevisi teori tersebut dengan menghubungkan struktur modal dengan memperhitungkan adanya pajak. Struktur modal yang menggunakan hutang akan memperoleh manfaat pajak dari adanya beban bunga yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Selain teori Modigliani dan Miller, penelitian tentang struktur modal melahirkan teori- teori lainnya (Akinlo,2011).Salah satu teori tersebut adalah teori trade-off dan Brealey dan Myers (1991) dalam Anantasia (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan mengoptimalkan tingkat hutang Sehingga keuntungan pajak marjinal (marginal tax) atas tambahan hutang akan diimbangi oleh peningkatan biaya financial distress. Karena pembayaran bunga atas hutang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak, maka semakin banyak hutang semakin besar juga manfaat pajak yang yang diperoleh. Namun, peningkatan hutang secara bersamaan akan meningkatkan kemungkinan kegagalan dalam membayar hutang, oleh karena itu akan timbul biaya kebangkrutan (bankruptacy cost).Teori selanjutnya adalah teori packing order yang dipelopori oleh (Myers dan Majluf, 1984 dalam Akinlo, 2011). Teori ini berakar pada konsep informasi asimetris bahwa manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai prospek, risiko dan nilai perusahaan dibandingkan dengan investor yang berada diluar perusahaan. Berdasarkan teori ini, perusahaan lebih memilih untuk membiayai kegiatan perusahaan dari arus kas internal. Ketika dana tersebut sudah tidak mencukupi, pembiyaan dengan hutang akan dilakukan dan ketika hutang telah habis, ekuitas tambahan akan dikeluarkan.Teori yang lain adalah agency theory. Teori ini menunjukkan bahwa ada tingkat optimal dalam struktur modal yang dapat meminimalisasi biaya keagenan (agency cost). Dalam teori ini, ada beberapa literature yang mempelajari dampak hutang pada sub-optimal pengambilan keputusan manajerial. Salah satu perspektif yang penting adalah pendekatan free cash flow yang dikemukakan oleh Jensen (1986) dalam Anantasia (2012) menyarankan untuk meningkatkan kepemilikan manajer dalam perusahaan untuk menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemilik atau meningkatkan penggunaan hutang yang akan mengurangi basis ekuitas dan meningkatkan persentase ekuitas yang dimiliki oleh manajer. Jensen (1986) menyarankan bahwa hutang akan digunakan sebagai alat control unjuk memotivasi manajer mendistribusikan kas beban diantara pemegang saham daripada digunakan untuk hal yang tidak efisien. Grossman dan Hart (1982) dalam Akinlo (2011) berpendapat bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan kemungkinan bangkrut dan kehilangan pekerjaan yang selanjutnya memotivasi manajer untuk menggunakan sumberdaya organisasi secara efisien dan mengurangi konsumsi.Secara umum, telah banyak studi empiris yang meneliti mengenai struktur modal, namun tidak ada teori yang pasti yang terbaik dalam menjelaskan struktur modal. Seperti disampaikan oleh Myers (2001), tidak ada teori universal dalam memilih hutang ekuitas dan tidak ada alasan untuk memilih satu. Sehingga masing-masing teori berguna untuk membantu memahami struktur modal yang dipilih perusahaan.

2.1.3. Teori Modigliani dan MillerModigliani dan Miller yang biasa disebut MM dalam Anantasia (2012) menggunakan beberapa asumsi untuk menopang dalilnya yaitu 1). Individu dan perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan pada tingkat bunga pasar yang sama, 2). Tidak ada risiko kebangkrutan, 3). Tidak ada biaya transaksi atau hambatan untuk memperoleh informasi (Mardiyanto, 2008).Apabila pajak tidak diperhitungkan, MM model berpendapat bahwa kenaikan hutang pada struktur modal akan menaikkan ROE (Return On Equity) sekaligus menaikkan pula risiko investor. Karena dua pengaruh itu saling meniadakan, tanpa pajak dan risiko kebangkrutan, nilai suatu perusahaan tidak terpenguruh oleh tingkat leverage. Dengan kata lain, nilai perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Kondisi itu dinyatakan dalam persamaan berikut :

VL = Vu VL = Nilai perusahaan dengan Leverage Vu = nilai perusahaan tanpa leverageApabila pajak dipertimbangkan dan risiko kebangkrutan diabaikan, teori MM dapat dinyatakan dalam persamaan dan tampilan berikut :

VL = Vu + T.D T = Pajak (%)T.B = Manfaat pajak (Tax Shield)D = Hutang

VL

VL = Vu + T.B

VU (Hutang/Ekuitas)Gambar 2.1 Kurva Teori MMSumber : Buku Intisari Manajemen Keuangan, 2008Persamaan diatas menyimpulkan bahwa nilai perusahaan akan terus meningkat secara linear, seiring dengan bertambahnya proporsi hutang pada struktur modal perusahaan. Hal itu mengandung makna bahwa makin tinggi proporsi hutang makin tinggi nilai perusahaan. Sudah tentu hal ini kurang realistis sebab makin tinggi proporsi hutang yang digunakan dalam struktur modal, makin tinggi pula risiko kebangkrutan yang mungkin dihadapi oleh suatu perusahaan. Namun, perlu diingat kembali bahwa MM memang mengabaikan risiko kebangkrutan dalam asumsi teorinya.2.1.4. Trade-off Theory

VUTeori trade-off (Brealey dan Myers, 1991 dalam Rita, 2009) menyatakan bahwa adanya penghematan pajak (dari perusahaan yang berutang) dihilangkan oleh meningkatkan ekspektasi atas biaya kebangkrutan. Bertambahnya tingkat leverage berdampak meningkatnya probabilitas risiko kebangkrutan, dan akhirnya meningkatkan pula biaya kebangkrutan.

VL

Teori MM

Teori Trade-off VL - Vu + T.B

VU (Hutang/Ekuitas)Gambar 2.2. Kurva Perbandingan Teori MM dan Teori Trade-OffSumber : Buku Intisari Manajemen Keuangan, 2008Jika teori MM dan trade-off disatukan, teori struktur modal dapat dinyatakan dalam kurva diatas. Suatu perusahaan yang menggunakan hutang (leverage) akan mendapatkan keuntungan dari penghematan pajak yang akan mengurangi pengeluaran kasnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi, keuntungan dari pengurangan pajak itu tidak dapat terus menerus berlangsung karena perusahaan harus menanggung sejumlah biaya kebangkrutan. (Mardiyanto,2008)Teori Brealey dan Myers (1991) dalam Anantasia (2012) mengenai Trade-off Theory yang menyatakan bahwa struktur modal optimal tercapai pada saat terjadi keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul akibat penggunaan hutang. Manfaat penggunaan hutang berbentuk tax shield. Biaya penggunaan hutang adalah beban bunga hutang, biaya kebangkrutan maupun agency cost. Implikasi trade-off theory menurut Brealy dan Myers (1991) dalam Anantasia (2012) adalah sebagai berikut :1) Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan lebih kecil hutang dibandingkan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan beban bunga, sehingga akan semakin mempersulit keuangan perusahaan. 2) Perusahaan yang dikenai pajak tinggi pada batas tertentu sebaiknya menggunakan banyak hutang karena adanya tax shield.3) Target rasio hutang akan berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain. Perusahaan yang profitable mempunyai target rasio hutang lebih tinggi. Perusahaan unprofitable dengan resiko tinggi mempunyai rasio hutang lebih rendah dan lebih mengandalkan pada ekuitas.Dengan adanya pajak, penggunaan hutang yang besar dapat memberikan manfaat pajak yang besar bagi perusahaan, karena dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bias menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang akan semakin tinggi kemungkinan terjadi kebangkrutan, karena semakin tinggi hutang akan semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar hutang dan pokok pinjaman akan semakin besar (financial distress). Debtholder bias membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bias membayar hutang.(Hanafi,2004)

2.1.5. Pecking Order TheoryTeory pecking order (Myers,1984) dalam Anantasia (2012) merupakan alternatif dari teori trade off. Elemen kunci pada teori pecking order ini adalah perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal semaksimal mungkin. Alasan sederhana bahwa menjual sekuritas untuk meningkatkan modal biayanya mahal, sehingga masuk akal jika perusahaan tidak menjual sekuritas. Jika perusahaan memiliki tingkat laba yang besar, perusahaan mungkin tidak akan menggunakan pembiayaan eksternal. (Ross, Westerfield, Jordan,2008)Teory pecking order memiliki beberapa implikasi yang signifikan, dimana bertentangan dengan teory trade-off, antara lain 1) Tidak ada target struktur modal. Berdasarkan teori pecking order tidak ada target atau optimal debt equity ratio. Sebaliknya, struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebutuhan untuk pendanaan eksternal, yang menentukan jumlah hutang perusahaan akan peroleh. 2) Perusahaan yang profitable menggunakan sedikit hutang, karena perusahaan yang profitable memiliki internal cashflow yang lebih baik, sehingga mereka jarang membutuhkan pembiayaan eksternal atau berutang.3) Perusahaan akan melakukan financial slack. Untuk mencegah penjualan ekuitas yang baru, perusahaan akan membutuhkan untuk menimbun uang kas secara internal, seperti cadangan uang tunai. Hal ini memberikan manajemen kemampuan untuk membiayai proyek perusahaan secara cepat pada saat yang penting.

2.1.6 Pengaruh PajakJika memasukkan unsur pajak, penggunaan leverage keuangan secara hati-hati dapat memiliki dampak positif bagi perusahaan. Keuntungan dari hutang dalam Pajak Penghasilan bagi perusahaan adalah bahwa pembayaran bunga hutang merupakan biaya yang boleh dikurangkan dari pajak bagi perusahaan yang menerbitkan hutang.Pemerintah memberikan subsidi pada perusahaan yang berhutang atas penggunaan hutang di perusahaan tersebut. Oleh karena itu beban bunga atas hutang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, maka hal ini disebut manfaat pajak (tax shield). Penghematan pajak yang berhubungan dengan penggunaan hutang bersifat relative, karena jika penghasilan kena pajak jumlahnya kecil atau negative, tax shield akan kurang terasa manfaatnya atau malah tidak ada.Dengan adanya perubahan Undang-undang pajak penghasilan yang berlaku sejak tahun 2009, tarif pajak progresif berubah menjadi tarif flat yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2, akan memberikan menimbulkan reaksi tertentu bagi perusahaan karena tariff pajak ini sangat menentukan pajak yang harus dibayar.Tabel 2.1Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak BadanPasal 17 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000Lapisan Penghasilan Kena PajakTarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,0010 %

Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp.100.000.000,-15 %

Diatas Rp. 100.000.000,-30 %

Sumber : Undang-undang Penghasilan No. 17 Tahun 2000Tabel 2.2Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak BadanPasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008TahunTarif Pajak

200928 %

2010 dan selanjutnya25 %

PT yang 40 % sahamnya diperdagangkan di bursa efek5 % lebih rendah dari yang seharusnya

Peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000Pengurangan 50 % dari yang seharusnya

Sumber : Undang-undang No. 36 Tahun 2008

Dengan tarif pajak flat yang berlaku sekarang, ada pihak yang diuntungkan dan ada pula pihak yang dirugikan. Pihak yang diuntungkan adalah perusahaan yang memiliki laba yang besar lebih dari Rp.875.000.000, maka pajak yang terutang akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan tarif progresif. Sedangkan pihak yang dirugikan adalah perusahaan-perusahaan yang labanya kurang dari Rp. 875.000.000, maka pajak yang terutang akan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan tarif progresif. Dengan menggunakan persamaan linear matematika, dapat diketahui titik penghasilan pada saat jumlah pajak terutang berdasarkan tarif progresif sama dengan jumlah pajak terutang berdasarkan tarif progresif sama dengan jumlah pajak terutang berdasarkan tarif flat. Seperti berikut ini :Perhitungan dengan menggunakan tarif flat tahun 2009 Tarif Progresif : 10% x 50.000.000 = 5.000.000 15% x 50.000.000 = 7.500.000 30% x P = 30% P = 12.500.000 : 30% P.(2.1)Tarif Flat : 28 % x (50.000.000 + 50.000.000 + P).(2.2) Persamaannya menjadi : 12.500.000 : 30 % P= 28% x (100.000.000 : P) 30% P 28% P= 28.000.000 12.500.000 P= 775.000.000Sehingga jumlah pajak terutang antara tariff progresif dengan tarif flat adalah sama pada titik penghasilan kena pajak (PKP) Rp.875.000.000 pada tahun 2009.Perhitungan dengan menggunakan tarif flat tahun 2010Tarif Progresif : 10% x 50.000.000 = 5.000.000 15% x 50.000.000 = 7.500.000 30% x P = 30% P = 12.500.000+ 30% P(2.3)Tarif Flat: 25 % x (50.000.000 + 50.000.000 + P)(2.4)Persamaannya menjadi : 12.500.000 + 30% P = 25% x (100.000.000 +P) 30% P 25 % P= 25.000.000 12.500.000 P= 250.000.000Sehingga jumlah pajak terutang antara tarif pajak progresif dengan tarif flat tahun 2010 adalah sama pada titik penghasilan kena pajak (PKP) Rp.350.000.000.Dengan adanya perubahan tarif progresif menjadi flat ini, perusahaan yang pajak terutangnya menjadi lebih besar akan cenderung berhutang untuk memperoleh manfaat pajak dari adanya beban bunga yang ditimbulkan. Sedangkan perusahaan yang pajaknya lebih kecil akan cenderung tidak banyak berhutang.

2.1.7. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, antara lain:1. Tax ReformVariabel perubahan perpajakan ini dimaksudkan mewakili adanya perubahan tarif PPh Badan pada Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 dari undang-undang No.17 tahun 2000. Dimana pada peraturan baru berlaku tarif flat sedangkan pada peraturan sebelumnya berlaku tarif progresif. 2. Non Debt Tax ShieldDe Angelo dan Masuiis (1980) dalam Huang dan Song (2006) mengembangkan penjelasan teoritis berkaitan dengan manfaat pajak (tax shield) bahwa pengurangan pajak (tax deduction) yang berupa depresiasi atau biaya penyusutan dapat digunakan untuk mengurangi pajak sebagai pengganti peran bunga pinjaman. Sehingga perusahaan dengan non debt tax shield yang tinggi, perusahaan tidak perlu banyak berhutang untuk memperoleh interest tax shield. 3. ProfitabilitasProfitabilitas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi leverage perusahaan. Dalam teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan dana internal terlebih dahulu sebelum beralih ke pembiayaan eksternal. Sehingga jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas tinggi. Maka akan cenderung menggunakan retained earning dibandingkan dengan menggunakan hutang. 4. Likuiditas Teori Trade-off percaya bahwa ada hubungan positif antara likuiditas dengan leverage karena rasio likuiditas yang tinggi akan mendukung rasio hutang yang relative lebih tinggi karena besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu.Sedangkan teori pecking order memiliki pandangan bahwa likuiditas memiliki hubungan yang negatif dengan leverage perusahaan, karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang cukup tinggi memungkinkan untuk membiayai kegiatan perusahaan (Ozkan,2001). 5. Ukuran perusahaan (Size)Menurut Titman dan Wessels (1988) dalam Akinlo (2011), perusahaan yang berukuran besar tidak mempertimbangkan biaya kebangkrutan secara langsung dalam menentukan tingkat leverage karena biaya kebangkrutan merupakan proporsi yang kecil dari nilai perusahaan secara keseluruhan. Sehingga pemikiran ini mengasumsikan bahwa ukuran perusahaan (Size) memiliki hubungan positif terhadap leverage perusahaan.Sedangkan Rajan dan Zingales (1995) dalam Akinlo (2011) berpendapat bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negative terhadap leverage karena ada sedikit informasi asimetris tentang perusahaan perusahan besar yang akan lebih menghargai untuk menerbitkan ekuitas baru dan membiayai perusahaan dengan pembiayaan ekuitas.

2.2. Penelitian TerdahuluNatalia (2008) menggunakan 23 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 1998 2006 menganalisis pengaruh perubahan tarif PPh badan berdasarkan Undang-Undang pajak penghasilan nomor 17 tahun 2000 terhadap struktur modal perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan tariff pajak penghasilan pada undang-undang pajak penghasilan nomor 17 tahun 2000 berpengaruh positif terhadap struktur modal. Faktor lain yang mempengaruhi leverage secara positif adalah non debt tax shield (NDTS) sedangkan faktor yang mempengaruhi secara negatif adalah probabilitas.Selain itu, penelitian mengenai struktur modal dilakukan oleh Shumi Akhtar dan Barry Oliver (2009), meneliti mengenai pengaruh variabel variabel determinan pada perusahaan jepang domestik dan perusahaan jepang multinasional periode 1994 2003. Akhtar dan Oliver (2009) meneliti non debt tax shield tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan domestic namun berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan multinasional. Selain itu, variabel profitabilitas juga menunjukkan adanya hubungan yang negative terhadap struktur modal. Sedangkan variabel collateral value of assets dan size menunjukkan pengaruh yang positif terhadap struktur modal.Penelitian lain juga dilakukan oleh Samuel Huang dan Frank song (2006), mengenai determinan struktur modal studi empiris di Negara Cina. Penelitian Huang dan Song (2006) membuktikan hal yang sama dengan penelitian Akhtar dan Oliver (2009) bahwa profitabilitas dan nondebt tax shield memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal sedangkan size dan tangibility memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.Selain Huang dan Song (2006), Chen (2004) juga meneliti determinan struktur modal pada perusahaan listing dinegara Cina. Namun. Chen (2004) menunjukkan hasil agak berbeda, dimana size memiliki pengaruh negative terhadap struktur modal demikian pula dengan profitabilitas. Sedangkan non debt tax shield dan asset structure memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.Selain itu, penelitian mengenai struktur modal juga dilakukan oleh Akinlo (2011) yang meneliti 66 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria pada periode 1999 2007. Dalam penelitiannya, Akinlo (2011) mengukur hubungan antara leverage dengan growth opporiunities, tangibility, size, profitability, liquity. Dari penelitian Akinlo (2011) diperoleh hasil bahwa leverage memiliki hubungan negative dengan growth opportunities, profitability dan liquidity, sedangkan tangibility dan size memiliki hubungan positif dengan leverage.

2.3. Kerangka PenelitianStruktur modal (capital structure) didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi hutang jangka dan ekuitas (retained earning), saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, antara lain Tax Reform, Non Debt Tax Shield, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan (Size). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.3.Model Penilitian

TRf Dummy1

TRf Dummy2

Laverage (Y) NDTS

Profitabilitas

Likuiditas

Size

Keterangan :TRf = Tax ReformNDTS = Non Debt Tax ShieldSize = Ukuran PerusahaanLaverage = Struktur Modal2.4 Pengembangan Hipotesis2.4.1 Perubahan Tax Reform Terhadap Struktur Modal Variabel perubahan regulasi perpajakan ini diukur dengan variabel dummy yang dimaksudkan mewakili adanya perubahan tarif PPh badan pada undang undang pajak penghasilan nomor 36 tahun 2008 dari undang undang yang berlaku sebelumnya. Dimana peraturan yang baru berlaku tarif flat sedangkan pada peraturan sebelumnya berlaku tarif progresif.Perusahaan yang memiliki laba rendah akan merasa dirugikan karena membayar pajak yang lebih tinggi sebagai akibat dari perubahan tarif pajak yang semula progresif menjadi flat, akan menggunakan banyak hutang karena adanya manfaat pajak dari adanya beban bunga atas hutang (interest tax shield) yang dapat dijadikan sebagai pengurang dalam perhitungan penghasilan kena pajak, sehingga pajak yang harus dibayar akan menjadi lebih rendah. Sedangkan perusahaan yang memiliki laba tinggi akan merasa diuntungkan dengan perubahan tarif flat karena pajak yang terutang menjadi lebih kecil sehingga tidak banyak berhutang. Huang dan Song (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sejak Teori Modigliani dan Miller (1958) dalam Anantasia (2012) dikemukakan, semua orang menyadari bahwa pajak merupakan hal yang penting dalam struktur modal perusahaan. Dan penelitian penelitian ini mengemukakan bahwa tarif pajak memiliki hubungan positif dengan struktur modal karena berdasarkan teori MM dengan menggunakan hutang akan ada manfaat pajak yang timbul dari beban bunga atas hutang sehingga dapat mengurangi besarnya pajak yang terutang. Dari penelitian tersebut, hipotesis yang dibentuk adalah :Hipotesis 1 : Pada tarif flat, perusahaan dengan laba rendah akan memilih pendanaan hutang lebih banyak dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon terhadap struktur modal.Hipotesis 2 : Pada tarif Flat, perusahaan dengan laba tinggi akan memilih pendanaan hutang lebih rendah dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon terhadap perubahan tarif PPh badan.

2.4.2 Non Debt Tax Shield Terhadap Struktur ModalDe Angelo dan Masulis (1980) dalam Huang dan Song (2006) mengembangkan penjelasan teoritis berkaitan dengan manfaat pajak (tax shield) bahwa pengurangan pajak (tax deduction) yang berupa depresiasi atau biaya penyusutan dapat digunakan untuk mengurangi pajak sebagai pengganti peran bunga pinjaman. Sehingga perusahaan dengan non debt tax shield yang tinggi, perusahaan tidak perlu banyak berhutang untuk memperoleh interst tax shield. Sehingga dapat dikatakan bahwa non debt tax shield memiliki pengaruh negatif terhadap leverage. Hal ini juga didukung oleh penelitian Akhtar dan Oliver (2009). Sehingga dari penelitian tersebut, hipotesis yang dapat dibentuk adalah Hipotesis 3 : Non Debt tax shield memiliki pengaruh negatif terhadap leverage Perusahaan

2.4.3 Profitabilitas Terhadap Struktur ModalSesuai dengan teori pecking order, dimana perusahaan mengutamakan penggunaan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan yaitu retained earning terlebih dahulu, jika belum cukup terpenuhi maka baru melakukan pinjaman. Jika tingkat profitabilitas suatu perusahaan tinggi, maka perusahaan akan memilih menggunakan sumber dana internal dibandingkan sumberdana eksternal. Sehingga jika tingkat profitabilitas tinggi, maka tingkat leverage akan rendah (Huang dan Song,2006, Akhtar dan Oliver, 2009). Dari penelitian tersebut, hipotesis yang bias dibentuk adalah :Hipotesis 4 : Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage perusahaan

2.4.4 Likuiditas Terhadap Struktur ModalBerdasarkan teori trade-off melihat ada hubungan positif antara likuiditas dengan leverage karena rasio likuiditas yang tinggi karena besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu. Sedangkan teori pecking order memilki pandangan bahwa likuiditas memiliki hubungan yang negative dengan leverage perusahaan, karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang cukup tinggi memungkinkan untuk menggunakan dana internal yang tersedia untuk membiayai kegiatan perusahaan (Akinlo,2011). Hipotesis 5 : Likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage perusahaan

2.4.5 Ukuran Perusahaan Terhadap ModalAda dua pemikiran yang bertentangan mengeanai hubungan antara size (ukuran perusahaan) dengan leverage perusahaan. Pemikiran yang pertama percaya bahwa perusahaan yang berukuran besar tidak mempertimbangkan biaya kebangkrutan secara langsung dalam menentukan tingkat leverage karena biaya ini ditatapkan oleh konstitusi dan biaya kebangkrutan merupakan proporsi yang lebih kecil dari nilai perusahaan secara keseluruhan. Sehingga pemikiran ini mengasumsikan bahwa ukuran perusahaan (size) memiliki hubungan positif terhadap leverage perusahaan (Titman dan Wessels,1988 dalam Akinlo,2011). Studi empiris yang mendukung pemikiran ini antara lain, Akhtar dan Oliver (2009), Huang dan Song (2006).Sedangkan pemikiran yang lain, Rajan dan Zingales (1995) dalam Anantasia (2012) berpendapat bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negative terhadap leverage karena ada sedikit informasi asimetris tentang perusahaan-perusahaan besar yang akan lebih menghargai untuk menerbitkan ekuitas baru dan membiayai perusahaan dengan pembiayaan ekuitas. Pemikiran ini didukung oleh Chen (2004).Hipotesis 6 : Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap leverage perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satu-satuan/individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perusahaan yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) non keuangan periode 2007-2011.

3.1.2 SampelSampel menurut (Umar, 2005) adalah sebagian dari populasi yang hendak diselidiki. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sempel dimana setiap elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sempel karena ada bagian tertentu yang dipertimbangkan sehingga tidak dimasukan dalam sempel. Adapun kriteria-kriteria perusahaan yang digunakan dalam penelitian sampel adalah: 1) Perusahan tidak termasuk dalam sektor keuangan.2) Perusahaan yang tidak delisting selama periode 2007-20113) Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2007-2011 serta menyerahkan laporan tahunannya tersebut kepada BAPEPAM dan telah mempublikasikannya berturut-turut.4) Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.Pada tahun 2007, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 231 perusahaan. Perusahaan yang termasuk dalam sektor keuangan berjumlah 72 perusahaan sehingga harus dikeluarkan dari populasi. Setelah mengumpulkan semua laporan keuangan tahunan (annual report) semua perusahaan pada periode 2007-2011, diperoleh 65 perusahaan yang tidak delisting serta memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian ini.

3.2. Jenis Dan Sumber Data3.2.1 Jenis DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik. Data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel utama dalam penelitian ini yaitu variabel keuangan yang diungkapkan oleh perusahaan dalam bentuk grafik dalam laporan tahunan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.3.2.2 Sumber DataData sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secata tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Bambang dan Nur Indriantoro, 2002). Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan yang didapat melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2011 dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel3.3.1 Variabel Penelitian3.3.1.1 Variabel DependenMenurut Ghozali (2005), variabel dependen merupakan variabel stimulus atau variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah Struktur Modal.3.3.1.2 Variabel IndependenMenurut Ghozali (2005), variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan, yang meliputi : Tax Reform, Non Debt Tax Shield (NDTS), profitablilitas (ROA), likuiditas dan ukuran perusahaan (Size).3.3.2 Definisi Operasional VariabelDefinisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk mengoperasionalisasikan konstruk sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik (Bambang dan Nur Indriantoro 2002).Definisi operasional yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel-variabel yang digunakan.Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan penelitian ini adalah : 3.3.2.1 Struktur ModalStruktur modal perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan tingkat leverage perusahaan terhadap total aset pada suatu periode (Chen, 2004). Hutang Jangka PanjangLeverage = Total Aset 3.3.2.2 Tax Reform Perubahan tax reform merupakan tarif perubahan PPh badan yang semula bersifat progresif berubah menjadi bersifat flat. Variabel ini diukur dengan variabel dummy (Natalia, 2008).Variabel tax reform ini akan diukur dengan 2 variabel dummy. Variabel dummy pertama dinotasikan taxref_dummy1 pada model regresi. Di mana angka 0 untuk menggambarkan tarif PPh badan progresif yang berlaku di Indonesia pada tahun 2007 2008 dan angka 1 untuk menggambarkan tarif PPh badan flat bagi perusahaan miliki PKP (Penghasilan Kena Pajak) tahun 2009 kurang dari Rp. 875.000.000 dan PKP tahun 2010 dan 2011 kurang dari Rp. 350.000.000.Variabel dummy kedua dinotasikan dinotasikan taxref_dummy2 pada model regresi. Di mana angka 0 untuk menggambarkan tarif PPh badan progresif yang berlaku di Indonesia pada tahun 2007 2008 dan angka 1 untuk menggambarkan tarif PPh badan flat bagi perusahaan miliki PKP (Penghasilan Kena Pajak) tahun 2009 lebih dari dari Rp. 875.000.000 dan PKP tahun 2010 dan tahun 2011 lebih dari Rp. 350.000.000.Selanjutnya bagi perusahaan yang memiliki PKP tahun 2009 kurang dari Rp. 875.000.000 dan PKP tahun 2010 kurang dari Rp. 350.000.000 akan disebut perusahaan dengan laba kecil, sedangkan perusahaan yang memiliki PKP tahun 2009 lebih dari Rp. 875.000.000 dan PKP tahun 2010 lebih dari Rp. 350.000.000 akan disebut perusahaan dengan laba besar.Untuk variabel tax reform dummy pertama (taxref_dummy1) :0 = Tarif PPh badan bersifat progresif1 = Tarif PPh badan bersifat flat dengan PKP 2009 < Rp. 875.000.000 dan PKP 2010 dan 2011 < Rp. 350.000.000Untuk variabel tax reform dummy kedua (taxref_dummy2) :0 = Tarif PPh badan bersifat progresif1 = Tarif PPh badan bersifat flat dengan PKP 2009 > Rp. 875.000.000 dan PKP 2010 dan 2011 > Rp. 350.000.0003.3.2.3. NDTS (Non Debt Tax Shield)De Angelo dan Masulis (1980) dalam Huang dan Song (2006) menyatakan adanya hubungan substitusi antara nondebt dan debt tax shield. Semakin besar investasi yang berkaitan dengan non debt tax shield (biaya depresiasi) akan mengurangi keinginan perusahaan untuk meminjam (Huang dan Song (2006). DepresiasiNDTS = Total Asset

3.3.2.4. Profitabilitas (ROA)Profitabilitas diukur dengan rasio Return on Asset (ROA) yang menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan memanfaatkan total asset untuk menghasilkan laba atau keuntungan (Huang dan Song, 2006). Net IncomeROA = Total Asset

3.3.2.5. LikuiditasLikuiditas diukur dengan current ratio (rasio lancar) yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membiayai hutang lancar (Ozkan, 2001). Current AssetLikuiditas = Current Liabilities 3.3.2.6. Ukuran Perusahaan (Size)Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan Log (sates) karena nilai sales di angap mampu menggambarkan ukuran suatu perusahaan (Akinlo, 2011).Size = Log (sales)3.4. Metode Analisis Data3.4.1 Statistik DeskriptifStatistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (jika ada) (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002) Pada penelitian ini, digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap profitabilitas, besaran pajak perusahaan dan biaya operasi perusahaan.3.4.2. Uji Asumsi Klasik3.4.2.1. Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji skewnes dan kurtosis. Pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah dengan menilai nilai signifikannya. Jika signifikan < 1,96 maka variabel berdistribusi normal dan sebaliknya jika signifikan > 1,96 maka variabel tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2005).

3.4.2.2 Uji AutokorelasiAutokorelasi bertujuan untuk mengetahui dalam model regresi linier terdapat antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). (Gozali, 2005). Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan Run Test. Menurut Imam Gozali (2005) Run test sebagai bagian dari statistik non parametric dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapt dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).Ketentuan dari uji Run Test dalam menguji terjadinya autokorelasi yaitu sebagai berikut :H0: Residual (res_1) randomHA: Residual (res_1) tidak randomH0 diterima apabila probabilitas tidak signifikan pada 0,05 (5%).

3.4.2.3 Uji HeterokedasitasUji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji prak yaitu dengan menguji tingkat signifikansinya. Pengujian ini dilakukan untuk merespon variabel x sebagai variabel independen dengan nilai logaritma natural residual regresi sebagai variabel dependent. Apabila hasil uji di atas level signifikan ( > 0,05) berarti tidak terjadi heterokedastisitas dan sebalikya apabila level dibawah signifikan ( < 0,05) berarti terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005).

3.4.2.4. Uji MultikolinearitasMultikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang independen dari model yang ada. Akibat adanya multikolinearitas ini koefisien regeresi tidak tertentu dan kesalahan standarnya tidak terhingga. Hal ini akan menimbulkan bias dalam spesifikasi. Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan kolerasi antar variabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara veriabel bebas (Ghozali, 2005).Metode untuk menguji adanya multikolinearitas ini dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflantion factor (VIF). Batas dari tolerance value > 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.4.3. Analisis Regresi BergandaPenelitian ini bertujuan melihat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen dengan skala pengukuran atau rasio dalam suatu persamaan linier, dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda yang diolah dengan perangkat lunak SPSS (Ghozali, 2005). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5 X5 + 6 X6 + eKeterangan :Y : Struktur ModalX1: Taxref_dummy1 X2 : Taxref_dummy2X3 : Non Debt Tax ShieldX4: ProfitabilitasX5: LikuiditasX6: Ukuran Perusahaan : Konstanta 1 6 : Koefisien regresie : Error3.4.4. Uji Kelayakan Model3.4.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)Koefisien Determinasi (Goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi (R2) mencerminkan kemampuan variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk menghitung besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (Ghozali, 2005).3.4.4.2. Uji Simultan (uji F)Signifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig) dimana jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F-statistik digunakan untuk membuktikan ada pengaruh antara Tax Reform, Non Debt Tax Shield (NDTS), profitablilitas (ROA), likuiditas dan ukuran perusahaan (Size) terhadap struktur modal.

3.4.5. Uji Hipotesis Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2005). Apabila nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (5 %) maka suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variable independen. Hipotesis diterima jika taraf signifikan () < 0,05 dan hipotesis ditolak jika taraf signifikan () > 0,05

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1. Gambaran Umum Populasi dan SampelPopulasi penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di BEI periode 2007 2011. Adapun jumlahperusahaan yang listing tercatat di BEI tahun 2007 berjumlah 231 perusahaan. Di dalam pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI periode 2007 2011, menyusun laporan keuangan tahunan secara berturut-turut tahun 2007 2011dan memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian sehingga diperoleh sebanyak 65 perusahaan. Tabel berikut menyajikan hasil seleksi sampel dengan menggunakan metode purposive sampling.Tabel 4.1Seleksi Sampel Perusahaan Di BEI periode 2007 2011KeteranganJumlah

Jumlah perusahaan yang listing tercatat di BEItahun 2007231

Perusahaan yang delisting di BEI periode 2007-201116

Perusahaan yang termasuk dalam sektor keuangan72

Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian tahun 2007 201178

Jumlah sampel akhir perusahaan yang tidak delisting dan memiliki kelengkapan informasi selama 2007 2011(yangdiolah)65

Sumber : Lampiran II Hal.85Sampel emiten perusahaan yang tercatat di BEI yang diperoleh sebanyak 65 perusahaan periode 5 tahun yaitu 2007 2011 dengan menggunakan polling data maka data yang dipergunakan dalam penelitian sebanyak 65 x 5 = 325 data sebagai sampel dalam penelitian.

4.2. Statistik DeskriptifSampel yang digunakan untuk menguji pengaruh taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan untuk periode pengamatan tahun 2007 -2011. Gambaran umum sampel data penelitian dapat dilihat pada deskripsi statistic penelitian pada tabel sebagai berikut:Tabel 4.2Deskripsi Variabel Dummy1Tax_ref dummy1

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validprogesif30292,992,992,9

flat237,17,1100,0

Total325100,0100,0

Sumber : Lampiran II Hal.86Berdasarkan tabel 4.2 pengukuran tax perform dummy1 tarif PPh progresif yang ditandai angka 0 adalah 92,9% lebih bayak dibandingan dengan PPh flat hanya dengan perusahaan yang memiliki laba kecil ditandai dengan angka 1 adalah 7,1%.Tabel 4.3Deskripsi Variabel Dummy2Tax_ref dummy2

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

ValidProgresif15146,546,546,5

Flat17453,553,5100,0

Total325100,0100,0

Sumber : Lampiran II Hal.86Berdasarkan tabel 4.3 pengukuran tax perform dummy2 tarif PPh progresif yang ditandai angka 0 adalah 46,5% lebih kecil dibandingan dengan PPh flat hanya dengan perusahaan yang memiliki laba kecil ditandai dengan angka 1 adalah 53,5%.Tabel 4.4Descriptive Statistics

NMinimumMaximumMeanStd. Deviation

Tax_ref32501,07,257

Tax_ref32501,54,500

NDTS325,004,12,3026,31196

Profit325-18,8740,965,86349,24655

Likuiditas325,0542,442,04772,95595

Ukuran perusahaan3253,247,855,8294,97004

Struktur modal325,004,95,1241,28864

Valid N (listwise)325

Sumber : Lampiran II Hal.86Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 325 pengamatan, variabel taxref dummy1 memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 0,07.Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. Taxref dummy1 yang terkecil sebesar 0 dengan frekuensi 92,9% sedangkan taxref dummy1 yang terbesar 1 dengan frekuensi 7,1% dengan standar deviasi 0,257 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan taxref dummy1 antar sampel penelitian yang relatif tidak jauh. Variabel taxref dummy2 memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 0,54.Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. Taxref dummy2 yang terkecil sebesar 0 dengan frekuensi 46,5% sedangkan taxref dummy2 yang terbesar 1 dengan frekuensi 53,5% dengan standar deviasi 0,500 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan taxref dummy2 antar sampelpenelitian yang relatif tidak jauh.Variabel NDTS memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 0,3026. Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. NDTS yang terkecil sebesar 0,00 sedangkan NDTS yang terbesar 4,12 dengan standar deviasi 0,31196 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan NDTS antar sampel penelitian yang relatif tidak jauh.Variabel profitabilitas memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 5,8634. Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. profitabilitas yang terkecil sebesar -18,87 sedangkan profitabilitas yang terbesar 40,96 dengan standar deviasi 9,24655 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan profitabilitas antar sampelpenelitian yang relatif jauh.Variabel likuiditas memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 2,0477. Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. Likuiditas yang terkecil sebesar 0,05 sedangkan likuiditas yang terbesar 42,44 dengan standar deviasi 2,95595 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan likuiditas antar sampelpenelitian yang relatif jauh.Variabel ukuran perusahaan memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 5,8294. Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. Ukuran perusahaan yang terkecil sebesar 3,24 sedangkan ukuran perusahaan yang terbesar 7,85 dengan standar deviasi 0,97004 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan ukuran perusahaan antar sampelpenelitian yang relatif tidak jauh.Variabel struktur modal memiliki rata-rata (mean) positif yaitu 0,1241. Hal ini menunjukkan secara rata-rata 325 sampel cenderung mengalami kenaikan. Struktur modal yang terkecil sebesar 0,00 sedangkan struktur modal yang terbesar 4,95 dengan standar deviasi 0,28884 menunjukkan nilai sebaran dari setiap sampel positif dan perbedaan struktur modal antar sampelpenelitian yang relatif tidak jauh.4.2. Uji Asumsi Klasik4.3.1. Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Pengujian normalitas dilakukan dengan perhitungan statistik skewness dan kurtosis. Data observasi dapat dikatakan normal apabila nilai Zhitung < Ztabel dengan nilai kritis 1,96 (tingkat signifikansi 0,05). Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas I Descriptive Statistics

NSkewnessKurtosis

StatisticStatisticStd. ErrorStatisticStd. Error

Unstandardized Residual3254,355,13550,102,270

Valid N (listwise)325

Sumber : Lampiran II Hal.87Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai statistik untuk skewness adalah sebesar 4,355 dan nilai statistik untuk kurtosis adalah sebesar 50,102. Kemudian dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan nilai Zskewness > Ztabel 1,96 dan nilai Zkurtosis > Ztabel 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Oleh sebab itu dilakukan proses tahap II.Tabel 4.6Hasil Pengujian Normalitas IIDescriptive Statistics

NSkewnessKurtosis

StatisticStatisticStd. ErrorStatisticStd. Error

Unstandardized Residual212.270.167-.596.333

Valid N (listwise)212

Sumber : Lampiran II Hal.87Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa nilai statistik untuk skewness adalah sebesar 0,270 dan nilai statistik untuk kurtosis adalah sebesar -0,596. Kemudian dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan nilai Zskewness < Ztabel 1,96 dan nilai Zkurtosis < Ztabel 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Selain itu, pengujian normalitas dapat juga dilihat dari analisis grafik histogram dan grafik Normal P Plot of Regression Standardized Residual seperti gambar berikut:Gambar 4.1Hasil Pengujian Histrogam Sumber: Lampiran III Hal.88Dari gambar di dapat dilihat bahwa grafik histogram mengikuti distribusi normal dan tidak menunjukkan kemencengan, baik ke kiri (positive skewness) maupun ke kanan (negative skewness). Hal tersebut berarti bahwa model regresi berdistribusi normal.Gambar 4.2Hasil Pengujian P-P plot

Sumber : Lampiran III Hal.88Dari gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mendekati arah garis diagonal yang berarti bahwa model regresi berdistribusi normal, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2. Uji AutokorelasiUji autokorelasi adalah model untuk menguji apakah kesalahan observasi berkorelasi satu sama lain. Cara pengujiannya dilakukan dengan menggunakan pengujian Run Test sebagai bagian dari statistik non parametrik, seperti pada tabel 4.3.2 berikut ;Tabel 4.7Uji Autokorelasi dengan Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea-.00648

Cases < Test Value106

Cases >= Test Value106

Total Cases212

Number of Runs116

Z1.239

Asymp. Sig. (2-tailed).215

Sumber : Lampiran II Hal.89Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa probabilitas signifikan > 0,05 yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random (acak) dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi baik positif ataupun autokorelasi negatif.4.3.3. Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dan kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas.Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dengan uji Prak seperti tabel 4.8 sebagai berikutTabel 4.8Hasil Uji ParkCoefficientsa

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)-4,061,961-4,225,000

Tax_ref-,213,486-,053-,438,663

Tax_ref-,117,268-,049-,435,664

NDTS1,062,677,1871,569,120

Profit-,005,025-,024-,179,858

Likuiditas,133,166,097,801,425

Ukuran perusahaan-,025,153-,020-,165,869

Sumber : Lampiran II Hal.90

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa tingkat signifikan variabel penelitian diatas 0,05 maka model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel dependen dan residualnya dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2011:139).Gambar 4.3Hasil Gambar Scatterplot

Sumber : Lampiran III Hal.91Dari gambar 4.3. grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data bebas dari heteroskedastisitas.

4.3.4. MultikolinieritasPengujian ini untuk mengetahui adanya hubungan linear yang "sempurna" atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen yang menjelaskan model regresi.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Tabel 4.9 Hasil Pengujian MultikolinieritasModel

ToleranceVIF

1(Constant)

Tax_ref,8081,237

Tax_ref,9141,094

NDTS,8751,143

Profit,5791,728

Likuiditas,8411,189

Ukuran perusahaan,7161,396

Sumber : Lampiran II Hal.92

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui model regresi yang bebas multikolinieritas karena koefisien regresi antar variabel independen mempunyai nilai Toleran > 0,05 dan VIF < 10.4.4 Analisis Regresi BergandaAnalisis regresi bergandadigunakan untuk mengetehui pengaruh hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan skala pengukuran atau rasio dalam suatu persamaan linier. Hasil persamaan regresi variabel variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dapat dilihat tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10Hasil Pengujian Regresi bergandaCoefficientsa

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientsTSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)-,071,021-3,352,001

Tax_ref1-,036,010-,186-3,455,001

Tax_ref2-,010,005-,097-1,904,058

NDTS,163,013,62512,057,000

Profit-,002,001-,276-4,331,000

Likuiditas-,013,003-,196-3,709,000

Ukuran perusahaan,023,003,3776,585,000

Sumber : Lampiran II Hal.93Dari tabel 4.10 dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut;Y = -0,071 - 0,036X1 - 0,010 X2 + 0,163 X3 0,002 X4 0,013 X5 + 0,023 X6 + eBerdasarkan pada tabel 4.10. menunjukan nilai konstanta -0,007 yang memiliki pengartian asumsi semua variabel ( tax reform, NDTS, Profitabilitas, dan Size) nilai konstan 0 maka nilai leverge akan sebesar 0,005. Dilihat dari signifikansinya, p value sebesar 0,001 < -0,071 maka dikatakan konstanta negatif signifikan4.5. Uji Model ( Goodness of Fit Model )4.5.1. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dimana dalam penelitian ini menggunakan AdjustedR Square mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hasil koefisien determinasi variabel variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini :Tabel 4.11Hasil Pengujian Koefisien DeterminasiModel Summaryb

ModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the Estimate

1,720a,518,504,03754

Sumber : Lampiran II Hal.94

Berdasarkan tabel 4.11 di atas hasil uji regresi didapatkan angka koefisien adjustedR Square sebesar 0,504. Hal ini berarti bahwa variabilitas struktur modal dapat dijelaskan oleh variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan sebesar 50,4%. Sedangkan sisanya sebesar 49,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.4.5.2 Uji Simultan (uji F)Uji F digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen atau variabel penjelas secara simultan dalam menerangkan variabel dependen. Hasil uji simultan variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal dapat dilihat pada tabel 4.5.2 di bawah ini :Tabel 4.12Hasil Pengujian Secara SimultanANOVAb

ModelSum of SquaresDfMean SquareFSig.

1Regression,3106,05236,685,000a

Residual,289205,001

Total,599211

Sumber : Lampiran II Hal.94Berdasarkan tabel 4.5.2 di atas dapat diketahui hasil F hitung 36,685 dan tingkat probabilitas 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan secara simultan antara variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Maka secara keseluruhan model penelitian adalah fit.4.6 Penguji HipotesisMenggunakan uji t untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Adapun hasil pengujian hipotesis dengan melalui uji parsial sebagaimana disajikan di tabel 4.4.1. diatas : 1. Hipotesis pertama (H1): menyatakan bahwa pada tarif flat, perusahaan dengan laba rendah akan memilih pendanaan hutang lebih banyak dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon terhadap perubahan tarif PPh badan. Dari hasil pengujian analisis regresi tingkat signifikan sebesar 0,001 < 0,05, maka variabel taxref dummy1 berpengaruh signifikan terhadap struktur modal,berartihipotesis pertama (H1), diterima.2. Hipotesis kedua (H2): menyatakan bahwa pada tarif Flat, perusahaan dengan laba tinggi akan memilih pendanaan hutang lebih rendah dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon terhadap perubahan tarif PPh badan. Dari hasil pengujian analisis regresi tingkat signifikan sebesa 0,058 > 0,05, maka variabel taxref dummy2 berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal,berarti hipotesis kedua (H2), ditolak.3. Hipotesis ketiga (H3) : menyatakan bahwa Non Debt Tax Shield memiliki pengaruh negatif terhadap leverage perusahaan. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar 0,163 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka variabel NDTS berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage, berarti hipotesis ketiga (H3), diterima.4. Hipotesis keempat (H4): menyatakan bahwa profitabilitas memilki pengaruh negatif terhadap leverage perusahaan. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar -0,002 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka variabel profitabilitastidak berpengaruh signifikan terhadap leverage,berartihipotesis keempat (H4), diterima5. Hipotesis kelima (H5): menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage perusahaan. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar -0,013 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage,berartihipotesis kelima (H5), diterima6. Hipotesis keenam (H6): menyatakan bahwa Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap leverage perusahaan. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh koefisien regresi sebesar 0,023 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage,berartihipotesiskeenam (H6), diterima.

4.6. PembahasanHasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal dapat diprediksikan oleh kombinasi penggunaan variabel taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil uji regresi didapatkan angka koefisien adjustedR Square sebesar 0,504. Hal ini berarti bahwa sebesar 50,4% dapat dijelaskan oleh taxref dummy1, taxref dummy2, NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal. a. Pengaruh taxref dummy1 terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel taxref dummy1 berpengaruh signifikan terhadap struktur modal,berarti hipotesis pertama (H1), diterima. Hasil penelitian ini konsisten atau sama dengan penelitian Natalia (2008), taxref dummy1 berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pada tarif flat, perusahaan dengan laba rendah akan memilih pendanaan hutang lebih banyak dibandingkan dengan tarif progresif, terhadap perubahan tarif PPh badan.Dengan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan laba kena pajak tahun 2009 kurang dari Rp.875.000.000 dan perusahaan dengan laba tahun 2010 dan tahun 2011 kurang dari Rp.350.000.000 akan memilih pendanaan hutang lebih bayak atas respon perubahan tarif PPh badan.hal ini perusahaan menggunakan biaya bunga atas pendanaan hutang untuk memeroleh keuntungan dari tax shield karena biaya bunga adalah biaya yang boleh dikurangi dalam menghitung besarnya pajak, sehingga bisa mengurangi laba kena pajak dan tentunya pajak akan menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan teori modigliani & miller (1963) dalam akinlo (2011).b. Pengaruh taxref dummy2 terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel taxref dummy2 tidak signifikan terhadap struktur modal, berarti hipotesis kedua (H2), ditolak. Hasil penelitian ini konsisten atau sama dengan penelitian Natalia (2008), pada tarif Flat, perusahaan dengan laba tinggi akan memilih pendanaan hutang lebih rendah dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon perubahan tarif PPh badan.Berdasarkan pengujian ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan laba tinggi yaitu perusahaan laba kena pajak tahun 2009 lebih dari Rp.875.000.000 dan perusahaan dengan laba kena pajak tahun 2010 & 2011 lebih dari Rp.350.000.000 tidak akan memilih pendanaan hutang lebih redah dibandingkan dengan tarif progresif, atas respon perubahan tarif pajak PPh badan. Jika perusahaan dengan laba kena pajak yang tinggi tetap memilih pendanaan hutang yang besar, perusahaan hanya ingin tetap memproleh manfaat pajak dari pendanaan agar pajak terutang bisa lebih rendah.c. Pengaruh NDTS terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel NDTS berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage, berarti hipotesis ketiga (H3), diterima. Hasil penelitian ini tidak konsisten atau tidak sama dengan penelitian Huang dan Song (2006) bahwa jika non debt tax sield meningkat, maka tingkat leverage akan menurun. Tetapi hasil ini sejalan dengan peneliti Natalia (2008), Chen (2004) yang menghasilkan NDTS berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.Hal ini karena non debt tax sield yang diukur dengan biaya depresiasi memiliki kolerasi dengan fixsed asset, dimana fixsed asset yang besar maka biaya depresiasinya juga besar. Perusahaan yang memiliki fixed asset yang tinggi akan cenderung melakukan pendanaan hutang lebih bayak dengan cara menjaminkan fixed asset, jika fixed asset yang tinggi mempengaruhi pendanaan hutang menjadi lebih besar, maka non debt tax shield yang tinggi juga mempengaruhi pendanaan hutang lebih besar.d. Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel profitabilitas negatif dan signifikan terhadap leverage, berarti hipotesis keempat (H4), diterima. Hasil penelitian ini konsisten atau sama dengan penelitian Huang dan Song (2006), Chen (2004) dan Natalia (2008) yang menghasilkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan pengujian ini profitabilitas lebih diutamakan untuk melakukan pembiayaan dengan menggunakan sumber dana internal yaitu retained earning semaksimal mungkin dibandingkan dengan menggunakan pendanaan eksternal yaitu hutang.

e. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage, berarti hipotesis kelima (H5), diterima. Hasil penelitian ini konsisten atau sama dengan penelitian Myers (1984) dan Ozkan (2001) yang menghasilkan likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.Teori pecking order yang dikemukakan oleh Myers (1984) dan Ozkan (2001) yang berpendapat bahwa tingkat likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage, karena perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan akan cederung memilih menggunakan dana internal untuk membiayai kegiatan perusahaan bukan dengan pendanaan hutang.f. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modalHasil pengujian analisis variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage,berarti hipotesis keenam (H6), diterima. Hasil penelitian ini konsisten atau sama dengan penelitian Akhtar dan Oliver (2009) serta Akinlo (2001) yang menghasilkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur moda.Menurut Titman dan Wessels (1988) dalam Akinlo (2011), perusahaan yang berukuran besar tidak mempertimbangkan biaya kebangkrutan secara langsung dalam menentukan tingkat leverage karena biaya kebangkrutan merupakan proporsi yang kecil dari nilai perusahaan secara keseluruhan. Sehingga pemikiran ini mengasumsikan bahwa ukuran perusahaan (Size) memiliki hubungan positif terhadap leverage perusahaan.

BAB VPENUTUP

5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahaan tarif PPh badan dan variabel-variabel lain terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di BEI selama 2007-2011.Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian analisis regresi diperoleh variabel taxref dummy1 berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.2. Hasil pengujian analisis regresi diperoleh variabel taxref dummy2 tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.3. Hasil pengujian analisis regresi variabel NDTS berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage.4. Hasil pengujian analisis regresi diperoleh variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage.5. Hasil pengujian analisis regresi diperoleh variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage.6. Hasil pengujian analisis regresi diperoleh variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage.

5.2. SaranBerdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :1. Manajemen perusahaan untuk memperhatikan struktur modal dimana merupakan masalah yang penting dalam pengambilan keputusan untuk pembelanjaan perusahaan. Keputusan struktur modal secara langsung dapat berbengaruh terhadap besarnya resiko yang ditanggung pemegang saham serta seberapa besar tingkat pengembalian (return) dari modal yang ditanamkan dalam usaha sehingga akan dapat mempengaruhi investor di dalam mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan2. Manajemen perusahaan untuk memperhatikan lagi NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan dimana tingkat NDTS, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (return) dari modal yang ditanamkan dalam usaha sehingga akan dapat mempengaruhi investor di dalam mengambil keputusan berinvestasi di perusahaan.3. Bagi investor perlu memperhatikan struktur modal karena dapat dijadikan pertimbangan investor di dalam melakukan investasi.5.3. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini antara lain :1. Penelitian ini hanya difokuskan pada periode tahun 2007 2011 sehingga tidak dapat diketahui apakah hasil studi akan berbeda jika periode waktu panjang.2. Terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini hanya diteliti dengan enam variabel independent.5.4. Implikasi PenilitianPenelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat mengidentifikasi variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi struktur modal. Hal ini dalam rangka melengkapi hasil penelitian terdahulu sehingga dapat diambil kesimpulan tentang apa yang sebenarnya mempengaruhi struktur modal.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Linda. 2012. Pengaruh Karaktreristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Tahunan, Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo.Akinlo, Olayinka. (2004). Determinants of Capital Structure : Evidadance from nigerian panel data. Jurnal African Economic and business review Vol. 9, No. 1.Aktar, S. And Oliver, B. (2009). Determinants of Capital Structure for Japanese multinational and domestic corporations. Jurnal International review of finance, 9, 1-26.Chen, j.j. (2003). Determinal of Chinese-Listed companies. Jurnal of Business Research, 57, 1341-1351.Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntasi V, Program Profesi Lanjutan, Yogyakarta.Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program program spss. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.Mardiyanto, Handono. 2008. Intisari Manajemen Keuangan. Gransindo: Jakarta.Modigliani, F. And Miller. M.H. (1963). Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: A Correction. Americano Ekonomic Review, p.433-443.Myers, S. And Majluf, N. (1984). Corporate Financing and Investement Decisions When Firms Have Information Investors Do Not Have. Jurnal of Financial Economics.Natalia, Cristin. 2008. Perubahan Tarif PPh Badan Terhadap Struktur Modal pada perusahaan yang terdaftar dalam priode 2006-2007. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta. Tidak dipublikasikan.Nurwahyuni, Eka septia. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. Skripsi. FEB UIN Sharif Hidayatulloh. Jakarta. Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Grafindo.Undang-Undang Nomer 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.Undang-Undang Nomer 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.Untari, Lisna. 2010. Effect on Company Characteristics Corporate Social Responsibility Disclosures in Corporate Annual Reprot of Consumption Listed in Indonesia Stock Exchange. Jurnal Economy Faculty.Wildani, Anastasia Rizki. 2012. Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak dan Karateristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 2011. Skripsi, Universitas Indonesia. Jakarta. www.idx.co.id

KodeNama Perusahaan

ACESPT. Ace Hardware, Tbk

TMPIPT. Agis, Tbk

AIMSPT. Akbar Indo Makmur Stimec, Tbk

AKRAPT. AKR Corporindo, Tbk

AALIPT. Astra Agro, Tbk

ASGRPT. Astra Graphia, Tbk

BAYUPT. Bayu Buana Travel, Tbk

BHITPT. Bhakti Investama, Tbk

BIPPPT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk

BMSRPT. Bintang Mitra, Tbk

CSAPPT. Catur Sentosa Adiprana, Tbk

CENTPT. Centrin Online, Tbk

CMPPPT. Centris Multipersada Pratama,Tbk

CTRPPT. Ciputra Development, Tbk

CTRSPT. Ciputra Surya, Tbk

SCBDPT. Danayasa Arthatama, Tbk

DEWAPT. Darma Henwa, Tbk

KARKPT. Dayaindo Resources Internasional, Tbk

DGIKPT. Duta Graha, Tbk

EKADPT. Ekadharma Internasional, Tbk

EPMTPT. Enselval Putra Mega Trading, Tbk

FORUPT. Fortune Indonesia, Tbk

BMTRPT. Global Media, Tbk

GDYRPT. Goodyear Indonesia, Tbk

GMTDPT. Gowa Makasar Tourism Development, Tbk

GMCWPT. Grahamas Citrawisata, Tbk

HEROPT. Hero Supermarket, Tbk

HEXAPT. Hexindo Adiperkasa, Tbk

INTPPT. Indocement, Tbk

INPPPT. Indonesian Paradise Property, Tbk

MOREPT. Indonesia Prima Property, Tbk

JIHDPT. Jakarta Internasional Hotel & Development, Tbk

JTPEPT. Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk

JKONPT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk

JRPTPT. Jaya Real Property, Tbk

MAMIPT. Mas Murni Indonesia, Tbk

MTSMPT. Metro Supermarket, Tbk

MTDLPT. Metrodata Electronic, Tbk

SDPCPT. Millenium Pharmacon Internasional, Tbk

MAPIPT. Mitra Adi Perkasa, Tbk

MNCNPT. Media Nusantara Citra, Tbk

MDRNPT. Modern Internasional, Tbk

MDLNPT. Modernland Realty, Tbk

MLPLPT. Multipolar, Tbk

MYOHPT. MYOH Tecnology, Tbk

PANRPT. Panorama Sentrawisata, Tbk

WEHAPT. Panorama Transportasi, Tbk

PSABPT. Pelita Sejatera Abadi, Tbk

PJAAPT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk

KONIPT. Perdana Bangun Persada, Tbk

GPRAPT. Perdana Gapuraprima, Tbk

PTROPT. Petrosea, Tbk

PUDPPT. Pudjiadi Prestige, Tbk

PNSEPT. Pudjiati and Son, Tbk

PSKTPT. Pusako Tarinka,Tbk

RUISPT. Radiant Utama Interinsco, Tbk

RALSPT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk

RIGSPT. Rig Tenders, Tbk

SMGRPT. Semen Gresik, Tbk

SMDMPT. Suryamas Duta, Tbk

TLKMPT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TGKAPT. Tigaraksa, Tbk

TINSPT. Timah (Persero), Tbk

UNVRPT. Unilever, Tbk

UNTRPT. United Tractors, Tbk

71