TUGAS FARMAKOTERAPIPANKREATITIS
Oleh:Rizka Menawati 260112130535 Siska Oktaviani 260112130536
Nisa Dian Hanifah 260112130537Ina Amalia 260112130538Denny Hendra S
260112130539Ika Suhaidah 260112130540Nurul Laily Agustina
260112130541Risa Nurfatihani 260112130542Angga Budi P 260112130543
Danny Nurmalia 260112130544Bagoes Dwi Prasetyo 260112130545Syf.
Octy Novy Fissy A. 260112130546Fika Nurihanah Z 260112130547Riskita
Asari A 260112130548 Ferani Cendrianti 260112130549 Nurul Ulya
260112130550
PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
PADJAJARANJATINANGOR2014
PENDAHULUAN
A. DefinisiPankreatitis didefinisikan sebagai pankreatitis akut
atau kronis, dengan akibat faktor tertentu pada daerah jaringan
tertentu atau pada sistem organ yang kecil.1. Pankreatitis Akut
(PA)Penyakit pankreatitis akut (PA) dicirikan dengan adanya
perasaan sakit di daerah atas perut (abdomen) dan meningkatnya
enzim pankreatik dalam darah. Kebanyakan pasien dengan PA ringan,
yang dapat sembuh secara spontan tanpa adanya komplikasi. Sekitar
20 % orang dewasa dengan gejala berat dan 10 30 % dengan PA yang
berat meninggal. Meskipun fungsi eksokrin dan endokrin pankreas
dapat meninggalkan bekas yang tidak berat setelah seraangan PA,
namun dapat memicu terjadinya pankreatitis kronik (PK)(1)Penyakit
pankreas akut (PA)adalah inflamasi pankreas yang disertai dengan
rasa sakit hebat pada perut bagian atas dan peningkatan konsentrasi
serum lipase dan amylase. Mayoritas pasien dengan PA ringan, akan
sembuh total, namun PA berat akan mengalami komplikasi lokal
seperti penumpukan cairan akut, nekrosis pankreas, abses dan
pseudosit. (2)2. Pankreatitis Kronik (PK)Penyakit pankreas kronis
(PK) adalah sindrom kerusakan dan inflamasi pankreas
berkepanjangan. Pankreatitis kronik (PK) ditandai dengan adanya
kerusakan secara permanen pada struktur dan fungsi pankreas akibat
inflamasi yang progresif dan luka pada pankreas yang sudah lama.
Pada tahap awal penyakit gejalanya menyerupai PA bahkan sulit untuk
dibedakan. Kebanyakan pasien memiliki periode nyeri pada perut yang
parah, dimana ini merupakan ciri gejala utama. Kegagalan pankreas
progresif menyebabkan gangguan pencernaan dan diabetes mellitus.
Pasien PK memiliki resiko tinggi terkena kanker pankreas.
(1)Karakteristik PK adalah fibrosis yang irreversible dan kerusakan
jaringan endokrin dan eksokrin, tetapi bukan suatu penyakit yang
progresif. Kebanyakan pasien menderita seperti sakit pada abdomen
periodik.(2)
B. Patofisiologi1. Pankreatitis Akut Patofisiologi pankreatitis
akut didasarkan pada peristiwa cedera dan peristiwa sekunder pada
saat cedera (Gambar 41-2 ). Aktivasi dini tripsinogen menjadi
tripsin menyebabkan aktivasi enzim pencernaan lain dan autodigesti
dari kelenjar tersebut. Kelainan genetik dalam jalur yang
melindungi pankreas dari autodigesti juga memainkan sebuah role
patofisiologis. Pelepasan aktifasi enzim pankreas ke pankreas dan
jaringan sekitarnya menghasilkan kerusakan jaringan dan nekrosis
pankreas, lemak sekitarnya, dan struktur berdekatan. Kerusakan
sel-sel lemak lipase menghasilkan zat berbahaya yang menyebabkan
cedera lebih lanjut pada pankreas dan peripankreatin. Pelepasan
sitokin oleh sel asinar langsung melukai sel asinar dan
meningkatkan inflamasi respons asinar. Kerusakan sel membebaskan
chemoattractants yang menarik neutrofil, makrofag, dan sel-sel lain
ke daerah peradangan. Kerusakan pembuluh darah dan iskemia
menyebabkan pelepasan kinin yang membuat dinding kapiler permeabel
dan menyebarkan edema pada jaringan. Pelepasan tersebut merusak
oksigen radikal bebas yang mungkin berkorelasi dengan tingkat
keparahan luka pankreas. Infeksi pankreas bisa terjadi akibat
peningkatan permeabilitas usus dan translokasi bakteri kolon.
Pelepasan dari aktifasi enzim pankreas ke dalam sirkulasi sistemik
yang dapat berkembang menjadi kerusakan organ, kegagalan
multiorgan, dan kematian. (1)Dalam keadaan normal, pancreas
terlindung dari efek enzimatik dari enzimnya sendiri. Semua enzim
pancreas terdapat dalam bentuk inaktif. Aktifitas normal terjadi
oleh enterokinase di duodenum yang mengaktivasi tripsin dan
selanjutnya mengaktivasi enzim pancreas lainnya. Pada pancreatitis
akut terjadi aktivasi premature enzim pancreas tidak di dalam
duodenum melainkan di dalam pancreas, selanjutnya terjadi
autodigesti pancreas. Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim
antara lain adalah refluks cairan empedu, aktivasi system
komplemen, dan stimulasi yang berlebihan sekresi enzim. Isi
duodenum merupakan campuran dari enzim pancreas yang aktif, asam
empedu, lisolesitin, dan asam lemak yang telah mengalami
emulsifikasi, dan semuanya ini dapat menginduksi terjadinya
pancreatitis akut. Pelepasan enzim aktif intraseluler ini
menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel asiner ini akan
menyebabkan aktivasi tripsin dan menyebabkan pelepasan lipase.
Lipase akan menyebabkan nekrosis lemak lokal maupun
sistemik.(45,6)
Luka AkutPenghinaaan nitial1. Aktivasi Zymogen1. Iskemia1.
Obstruksi DuctPelepasan zat vasoaktifPelepasan enzim aktifGenerasi
sitokin seperti TNF-, IL-1, PAF, IL-6, IL-8 Kerusakan vascular
iskemiaKerusakan dan masalah kematian selDi Ammasi
GAMBAR 41-2. Patofisiologi pankreatitis akut: menginisiasi dan
kejadian sekunder. (IL-1, interleukin-1, IL-6, interleukin-6, IL-8,
interleukin- 8; PAF, platelet-activating factor,. TNF-, tumor
necrosis factor-)2. Pankreatitis KronikMekanisme yang tepat dimana
alkohol menyebabkan pankreatitis kronis tidak pasti. Salah satu
teori bahwa alkohol distimulasi pankreatitis berlangsung dari
peradangan nekrosis seluler, dan fibrosis yang terjadi dari waktu
ke waktu. Hasil alkoholisme kronis di sejumlah perubahan di cairan
pankreas yang menciptakan lingkungan untuk pembentukan intraduktal
colokan protein yang menghalangi penyumbatan duktal kecil. Dari
duktal menghasilkan kerusakan struktural progresif pada duktus dan
asinar jaringan. Kompleks kalsium untuk colokan protein, pertama di
duktal kecil dan kemudian di saluran pankreas utama, akhirnya
mengakibatkan cedera dan kerusakan jaringan pankreas. Teori baru
telah dihipotesiskan yang semuanya mengarah pada kehancuran dan
ketidakcukupan pankreas. Patogenesis nyeri perut yang berhubungan
dengan pankreatitis kronis adalah multifaktorial dan berhubungan
sebagian untuk peningkatan tekanan intraduktal sekunder untuk
sekresi pankreas, radang pankreas, dan kelainan yang melibatkan
saraf pankreas. Malabsorpsi protein dan lemak terjadi ketika
kapasitas untuk sekresi enzim dikurangi dengan 90 %. Sekresi lipase
menurun lebih cepat daripada enzim proteolitik. Sekresi bikarbonat
mungkin akan menurun yang menyebabkan pH duodenum kurang dari 4.
Sebagian kecil pasien mengembangkan komplikasi, termasuk
pseudokista pankreas, abses, dan ascites atau saluran empedu
obstruksi yang menyebabkan kolangitis atau sirosis sekunder.
Perdarahan dapat dikaitkan dengan berbagai penyebab. (1)Sebagian
besar kasus pancreatitis kronis disebabkan oleh alkohol, tetapi
mekanisme pasti bagaimana alkohol menyebabkan pancreatitis kronis
belum diketahui. Sepertinya alkohol menginduksi pankreatitits
bermula dari inflamasiyang berkembang menjadi nekrosis selular
dengan tahapan seperti yang ditunjukkan pada skema dibawah ini.
(4,5,6)Perubahan jumlah cairan pancreas Tersedia lingk.untuk
pembentukan plug protein dalam sluran Memblok saluran Kerusakan
struktur saluran dan sel asinus Ca membentuk kompleks dengan plug
protein, disaluran kecil kemudian di saluran utama Luka atau
kerusakan jaringan pancreas. (4,5,6)Kerusakan jaringan pancreas
menyebabkan berkurangnya sekresi enzim pancreas dan hormone-hormon
seperti insulin. Malabsorpsi lemak dan protein terjadi jika sekresi
enzim berkurang sampai 90%. (4,5,6)
C. Manifestasi Klinik (1)1. Pankreatitis Akuta. UmumPasien
mungkin memiliki gejala akut ringan atau adanya serangan akut berat
dengan komplikasi yang mengancam jiwa.b. Gejala Pada pasien mungkin
ditandai dengan adanya ketidaknyamanan perut sedang sampai sakit
luar biasa, shock, dan gangguan pernapasan. Nyeri perut terjadi
pada 95 % pasien dan biasanya epigastrium, sering menjalar ke salah
satu kuadran atas atau belakang. Onset adalah biasanya tiba-tiba
dan intensitas sering digambarkan sebagai "seperti pisau". Rasa
sakit cenderung stabil dan berlangsung selama beberapa hari.
Reposisi pasien mengurangi sedikit rasa sakit. Mual dan muntah
terjadi pada 85% pasien dan biasanya diikuti timbulnya sakit
perut.c. Tanda Ditandai nyeri epigastrium, distensi abdomen,
hipotensi, dan demam ringan, terutama dengan peradangan pankreas
yang luas dan nekrosis. Dyspnea dan takipnea adalah tanda-tanda
yang sering muncul pada komplikasi dengan pernapasan akut. Tanda
lain dari penyakit liver alkoholik kemungkinan pasien terkena
alkoholik pankreatitis.d. Uji Laboratorium Leukositosis,
hiperglikemia, hipoalbuminemia, dan hiperbilirubinemia ringan
mungkin ada, serta peningkatan dalam serum alkali fosfatase dan
transaminase hati. Dehidrasi mengarah kepada hemokonsentrasi dengan
hemoglobin tinggi, hematokrit, nitrogen urea darah, dan konsentrasi
serum kreatinin. Serum total kalsium biasanya normal pada awalnya,
tetapi ketidakseimbangan hipokalsemia dengan hipoalbuminemia dapat
meningkat. Hipokalsemia merupakan indikasi nekrosis parah dan tanda
prognosis yang buruk. Trombositopenia dan peningkatannya terlihat
pada beberapa pasien dengan AP parah. Protein C - reaktif meningkat
selama 48 jam setelah timbulnya gejala dan mungkin berguna dalam
membedakan antara pankreatitis ringan dan berat.e. Penanda cedera
pankreas Konsentrasi serum amilase biasanya naik dalam waktu 4
sampai 8 jam dari serangan awal, puncak pada 24 jam, dan kembali
normal selama 8 sampai14 hari. Elevasi persisten menunjukkan
nekrosis pankreas yang luas dan komplikasi terkait . Serum lipase
khusus untuk pankreas dan konsentrasi biasanya meningkat. Karena
waktu paruhnya lebih panjang, peningkatan serum lipase dapat
terdeteksi setelah serum amilase telah kembali normal.f. Tes
diagnostik lainnya Hasil tes akut Fisiologi dan Evaluasi Kesehatan
kronik ( APACHE ) II harus dihitung pada saat masuk. Setelah 48
jam, dapat menggunakan baik APACHE II atau kriteria Ranson.
Contrast-enhanced computed tomography membedakan interstitial dari
nekrosis pankreatitis, tetapi tidak membedakan antara nekrosis
lemak dan pengumpulan cairan akut. Endoscopic retrograde
cholangiopan creatography digunakan untuk memvisualisasikan dan
mengeluarkan batu saluran empedu pada pasien dengan batu empedu
pankreatitis.
2. Pankreatitis Kronika. Umum Pasien memiliki tanda-tanda gizi
buruk, dan penyakit liver kronis yang disebabkan karena konsimsi
alkohol. Selama serangan akut, pasien mungkin dianggap menderita
pankreatitis akut terlebih dahulu sampai diputuskan pankreatitis
kronis setelah dilakukan diagnosis.b. Gejala Nyeri epigastrium atau
nyeri perut yang menyebar ke bagian punggung. Nyeri adalah gejala
yang paling sering terlihat dimana sangat terlihat dan cenderung
tidak sering pada awalnya, tetapi menjadi lebih sering seiring
dengan tingkat perkembangan keparahan penyakit. Rasa sakit yang
amat sangat, sering terjadi pada malam hari, dan tidak responsif
terhadap obat-obatan. Intensitas nyeri bervariasi dari ringan
sampai berat, dan biasanya tidak berhubungan langsung dengan proses
inflamasi atau lainnya. Serangan parah berlangsung dari beberapa
hari sampai beberapa minggu dan terdapat kemungkinan diperburuk
dengan adanya makanan. Rasa sakit sering disertai dengan mual dan
muntah.c. Tanda-tanda Steatorrhea (adanya lemak yang berlebihan
pada feses) dan azotorrhea (adanya protein berlebihan dalam feses)
terlihat pada sebagian besar pasien. Steatorrhea sering dikaitkan
dengan diare dan kembung. Adanya penurunan berat badan yang
signifikan. Lebih dari 50% pasien dengan pankreatitis yang parah,
terdapat tanda malabsorbsi vitamin B12. Penyakit kuning terjadi
pada sekitar 10% pasien. Diabetes pankreas biasanya merupakan
manifestasi akhir yang umumnya terkait dengan kalsifikasi pankreas,
namun jarang ditemukan ketoasidosis, komplikasi vaskular, dan
nefropati pada diabetes jenis ini. Neuropati kadang-kadang
terlihat. Komplikasi, termasuk pseudocysts pankreas, efusi pleura,
dan asites, dapat dideteksi pada pemeriksaan fisik. d. Uji
Laboratorium Jumlah sel darah putih, cairan, elektrolit dan
biasanya tetap normal kecuali cairan dan elektrolit yang hilang
akibat muntah dan diare. Konsentrasi serum amilase dan lipase
biasanya tetap normal kecuali jika terdapat adanya penyumbatan
saluran pankreas atau pseudokista.e. Diagnosis tes lainya
Malabsorpsi lemak dapat dideteksi dengan pewarnaan sudan dari feses
atau dengan pengukuran lemak feses secara kuantitatif selama 72
jam. Pengujian secara sederhana biasanya menggunakan
ultrasonografi, namun dapat dilanjutkan dengan penggujian
menggunakan Abdominal computed tomography pada pasien yang memiliki
hasil negatif pada pemeriksaan menggunakan ultrasonogram atau hasil
ultrasonogram yang kurang memuaskan.
D. Diagnosis(1)1. Pankreatitis Akut Standar untuk diagnosa
pankreatitis akut adalah pemeriksaan dengan operasi pada pankreas
atau histologi pankreas. Jika prosedur ini tidak digunakan,
diagnosis tergantung pada pengenalan faktor etiologi, tanda klinik
dan simtom, abnormalitas pada uji lab, dan teknik pencitraan yang
bisa memprediksi keparahan penyakit. Pankreatitis akut dan
komplikasinya bisa dihubungkan dengan leukositosis, hiperglisemia,
hipoalbuminemia, dan hiperbilirubinemia ringan. Peningkatan serum
alkaline phosphatase dan hepatic transaminase umum terlihat.
Dehidrasi bisa menyebabkan hemokonsentrasi dengan peningkatan
hemoglobin, hematocrit, BUN, dan serum kreatinin. Hipokalsemia
bermakna menandakan nekrosis parah dan tanda prognostik yang jelek.
Beberapa pasien dengan pankreatitis parah mengalami trombositopeni
dan perpanjangan prothrombin time. Konsentrasi serum amilase
biasanya naik dalam 24 jam onset simtom dan kembali normal dalam
3-5 hari berikutnya. Peningkatan serum amilase tidak bisa
dihubungkan dengan etiologi atau keparahan penyakit. Serum lipase
adalah spesifik terhadap pankreas, dan konsentrasinya biasanya
naik. Peningkatan serum lipase bertahan lebih lama dari peningkatan
serum amilase dan bisa terdeteksi setelah amilase kembali normal.
Film radiografi sederhana pada abdomen bisa berguna untuk
menyingkirkan kondisi lain dari diagnosa. Ultrasonografi abdominal
diindikasikan untuk pasien yang dicurigai dengan keterlibatan
kelenjar empedu. Computed tomography (CT) berguna pada kebanyakan
pasien. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
berguna untuk visualisasi dan memindahkan batu saluran empedu pada
pasien dengan pankreatitis batu empedu.
2. Pankreatitis Kronik Kebanyakan pasien mempunyai riwayat
penggunaan etanol berlebih dan serangan nyeri abdominal atas.
Adanya pengerasan pankreas, statorrhea, dan diabetes biasanya
memastikan diagnosa. Konsentrasi serum amilase dan lipase biasanya
tetap normal kecuali saluran pankreas buntu atau terdapat
pseudocyst. Hitung sel darah putih, keseimbangan cairan, dan
konsentrasi elektrolit biasanya tetap normal kecuali terjadi
kekurangan cairan dan elektrolit karena muntah dan diare.
Malabsorpsi lemak bisa dideteksi dengan pewarnaan Sudan pada feses
atau pengukuran kuantitatif lemak feses 72 jam. Biopsi jaringan
pankreas melalui laparoscopy atau laparotomy adalah standar untuk
diagnosa pankreatitis kronik. Jika tidak terdapat sampel histologi,
teknik pencitraan membantu dalam mendeteksi pengerasan pankreas dan
penyebab nyeri lainnya (penghalangan saluran karena batu empedu,
penyempitan, atau pseudocyst) dan untuk membedakan pankreatitis
kronik dari kanker pankreas. Ultrasonografi adalah teknik termudah
dan termurah, dan CT abdominal sering digunakan jika pemeriksaan
ultrasonografi negatif atau tidak memuaskan. RCP adalah uji
diagnosa paling sensitif dan spesifik, tapi disimpan untuk pasien
yang diagnosanya tidak bisa dengan teknik pencitraan karena
biayanya dan potensi untuk komplikasi
TERAPI PANKREATITIS
1. Terapi non farmakologi(3)a. Pankreatitis akut Pemberian
Nutrisi pendukungPemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk
mengistirahatkan saluran cerna sehingga mengurangi stimulasi
terhadap pankreas juga karena terjadinya malnutrisi. Malnutrisi
diakibatkan metabolisme pada pasien dengan pankreatitis akut berat
menyerupai keadaan sepsis, yang ditandai dengan hiperdinamik,
hipermetabolik, dan hiperkatabolik. Pemberian nutrisi dilakukan
secara enteral karena jika nutrisi yang diberikan secara oral,
nasogatrik maupun melalui duodenum dapat meningkatkan produksi
enzim pankreas. Namun nutrisi enteral melalui nasojejunal tube
(NJT) tidak merangsang produksi enzim. Ada tiga alternatif
pemberian nutrisi enteral pada pankreatitis akut berat: 1)
nasojejunal tube2) gastrostomy/jejunostomy tube 3) jejunostomi
secara bedah. Pemberian secara NJT lebih terpilih karena lebih
aman, non-invasif dan lebih mudah dikerjakan dengan bantuan
endoskopi/fluoroskopi. Intervensi radiologi dan ERCP Mengangkat
batu empedu dengan ERCP atau pembedahan biasanya dapat mengatasi
Pankreatitis akut dan mencegah kambuh kembali. Meskipun demikian
pada saat ini terapi pankreatitis akut berat telah bergeser dari
tindakan pembedahan awal ke perawatan intensif agresif. Seiring
dengan berkembangnya radiologi dan endoskopi intervensi, tindakan
bedah dapat diminimalisasi. Tindakan ERCP, drainase endoskopis dan
perkutaneus baik dengan panduan USG maupun CT scan dapat
diindikasikan pada komplikasi pankreatitis berat seperti: timbunan
cairan peripankreatik, pseudocyst dan abses lambat. ERCP merupakan
prosedur endoskopik untuk mengevaluasi sistem bilier dan sistem
duktus pankreatikus. Pasien yang menjalani ERCP seringkali
dikombinasi dengan tindakan sfingterotomi endoskopis tanpa
memandang ada/tidaknya batu di duktus biliaris. Pada pasien dengan
kolangitis memerlukan tindakan sfingterotomi endoskopis atau
drainase duktus dengan stent perlu dilakukan untuk menghilangkan
obstruksi bilier. Terapi Bedah Tindakan bedah diindikasikan pada
pankreatitis akut berat: a. Pankreatitis nekrotik akut terinfeksi,
b. Pankreatitis nekrotik steril dengan pankreatitis akut fulminan
(ditandai dengan menurunnya kondisi pasien akibat gagal organ
multipel yang muncul dalam beberapa hari sejak onset gejala), c.
Pankreatitis akut dengan perdarahan usus. Tujuan tindakan bedah
adalah untuk membersihkan jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan
menyisakan jaringan pankreas yang masih viabel. Pankreatitis
nekrotik akut steril tidak perlu tindakan bedah, cukup konservatif
kecuali terjadi pankreatitis akut fulminan.
b. Pankreatitis kronik Selama suatu serangan, yang sangat
penting adalah menghindari alkohol, menghindari semua makanan dan
hanya menerima cairan melalui infus sehingga dapat mengistirahatkan
pankreas, usus dan juga bisa mengurangi rasa nyeri. Untuk
mengurangi serangan, dianjurkan makan 4-5 kali/hari, yang
mengandung sedikit lemak dan protein, dan banyak karbohidrat. Bila
sakit berlanjut, kemungkinan telah terjadi komplikasi, seperti masa
peradangan di kepala pankreas atau suatu pseudokista. Masa
peradangan memerlukan terapi pembedahan.
2. Terapi farmakologia. Pankreatitis AkutTujuan pengobatan
adalah menghentikan proses peradangan dan antodigesti atau
menstabilkan sedikitnya keadaan klinis sehingga memberi kesempatan
resolusi penyakit. Pasien pankreatitis menerima terapi suportif
yang teridiri dari kontrol nyeri secara efektif, penggantian
cairan, dan nutrisi pendukung. Oleh karena itu manajemen
pankreatitis akut, biasanya terdiri dari: Manajemen Nyeri Untuk
mengatasi nyeri perut diberikan analgesik. Faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam memilih analgetik adalah efikasi dan
keamanan. Dahulu tritmen biasanya diawali dengan pemberian
meperidine secara parenteral (50-100 mg tiap 3-4 jam), karena tidak
mengakibatkan pankreatitis. Sekarang ini, banyak rumah sakit yang
membatasi atau malah tidak menggunakannya lagi karena tidak
seefektif narkotik lainnya dan dikontraindikasikan pada pasien
gangguan ginjal. Selain kurang efekif, juga dibutuhkan dosis dan
frekuensi yang lebih tinggi. Hal yang terpenting adalah bahwa
metabolit aktif meperidine berakumulasi pada pasien gagal ginjal
dan dapat menyebabkan kejang atau psikosis. Parenteral morfin lebih
direkomendasikan. Tetapi penggunaannya terkadang harus dihindari
karena dapat menyebabkan spasm sphincter of Oddi, meningkatkan
serum amylase, dan (jarang) pankreatitis. Hidromorfon lebih disukai
karena memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Belum ada bukti
bahwa obat antsekretori dapat mencegah eksaserbasi nyeri perut.
Pembatasan Komplikasi Sistemik Dan Pencegahan Nekrosis Pankreas
dengan Manajemen Cairan Penggantian cairan dan suport sistem
pernafasan, kardiovaskular, hepatobiliary dapat mengurangi
komplikasi. Meskipun belum ada bukti metode untuk mencegah
komplikasi, terdapat hubungan erat antara hemokonsentrasi dengan
nekrosis pankreas. Oleh karena itu penggantian cairan sangat
penting utuk mengkoreksi volume intravaskular. Selain itu prognosis
pasien sangat tergantung dengan restorasi cairan yang cepat dan
adekuat, sesuai dengan jumlah cairan yang masuk ke rongga
peritoneal. Pasien pankreatitis akut mungkin terjadi penyisipan
cairan 4-12 L ke rongga peritoneal akibat inflamasi. Vasodilatasi
akibat respons inflamasi, muntah, dan nasogastrik juga menyebabkan
hypovolemia dan kehilangan cairan dan elektrolit. Pada pankreatitis
berat pembuluh darah di dan sekitar pankreas mungkin ruptur dan
menyebabkan perdarahan. Pemberian koloid secara intravena mungkin
diperlukan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah karena
kehilangan cairan kaya protein. Obat-obatan Sejumlah obat diteliti
efikasinya dalam mencegah komplikasi pankreas diantaranya adalah:
1. antagonis H2, , proton pump inhibitorprotease inhibitor:
gabexate, aprotinin 2. platelet-activating factor antagonist:
lexipafant 3. Somatostatin dan Octreotide Inhibitor potent sekresi
enzim pankreas Mengurangi kematian tetapi tidak mengurangi
komplikasi Pencegahan Infeksi Salah satu penyebab kematian pada
pankreatitis akut berat adalah karena pankreatitis nekrotika akut.
Pankreas yang mengalami nekrosis dapat bersifat steril atau
terinfeksi. Pankreas yang terinfeksi mempunyai mortalitas lebih
tinggi (1050%) dibandingkan yang steril (10%). Risiko pankreatitis
nekrotika akut terinfeksi tergantung dari luasnya area nekrosis.
Semakin luas nekrosis semakin besar risiko infeksi. Penyebab
infeksi terbanyak adalah: Echerichia coli (32%), Enterococcus
(25%), Klebsiella (15%), Staphylococcus epidermidis (15%),
Staphylococcus aureus (14%), Pseudomonas (7%) dan Candida (11%).
Infeksi lebih banyak bersifatmonomikrobial (66%) dibandingkan
polimikrobial (34%). Invasi bakterial ke jaringan pankreas dapat
terjadi melalui beberapa cara: translokasi bakterial dari colon,
refluks cairan bilier melalui duodenum, penyebaran secara hematogen
atau melalui saluran limfatika. Saat ini diketahui translokasi
bakteri dari lumen saluran cerna merupakan sumber utama bakteri
yang mencapai dan menyebabkan nekrosis pankreas/abses yang
merupakan salah satu bentuk komplikas lokal. Hal ini disebabkan
penurunan motilitas saluran cerna sehingga memperlama eliminasi
bakteri dan memungkinkan bakteri berproliferasi di intestin.
Integritas mukosa, yang dipertahankan oleh normal enterik di villi
adalah salah satu faktor utama mekanisme perlindungan saluran
cerna. Kegagalan barier intestinal dan juga pertumbuhan bakteri
yang sangat besar akibat perubahan motilitas tersebut dan
imunosupresi akan meningkatkan kontaminasi pankreas oleh
translokasi bakteri pada pasien pankreatitis akut berat. Pemberian
antibiotika profilaksis pada pankreatitis nekrotika akut masih
kontroversial. Salah satu keberatannya adalah meningkatnya
resistensi mikroba dan risiko meningkatnya infeksi nosokomial
akibat organisme nonenterik. melaporkan pemberian antibiotika awal
pada pasien yang mengalami nekrosis pankreas akut dengan cefuroxime
4,5 g/hari dibandingkan dengan plasebo dapat menurunkan mortalitas
dan risiko sepsis (p=0,01). Untuk efektivitas pengobatan
antibiotika yang diberika adalah antibiotika broad spectrum yang
dapat menembus barier sehingga mencapai tempat infeksi, seperti
metronidazole, cefotaxime, piperacillin, mezlocillin,ofloxacin, and
ciprofloxacin. Apabila diberikan secara profilaktik disarankan lama
pemberian berkisar antara 7-14 hari. Pemeriksaan aspirasi jarum
halus yang dipandu dengan USG/CT scan sebaiknya dilakukan untuk
membedakan nekrosis pankreas akut bersifat steril atau terinfeksi
dan melakukan kultur dan sensitivitas sebagai pedoman pemberian
antibiotika yang tepat. Aspirasi jarum halus relatif aman dan
memberikan hasil yang akurat, dengan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas untuk menegakkan nekrosis pankreas terinfeksi sebesar
masing masing 90% dan 96%. Pankreatitis Post-ERCP Pankreatitis yang
terjadi akibat trauma setelah ERCP (Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography) biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.
Jika memerlukan pengobatan yang diberikan adalah Somatostatin dan
gabexate
Secara gariss besar, berikut algoritma pengobatan pankreatitis
akut :
Nasogastric aspirasi bermanfaat pada pasien dengan nyeri
mendalam, penyakit berat, paralitik, dan vormiting terselesaikan.
Pasien yang di diagnosis parah memerlukan perawatan diantaranya
cardiovaskular, pernafasan, ginjal, dan komplikasi metabolisme.
Agressive resusitasi cairan sangat penting untuk mengkoreksi
kekurangan volume intravaskular dan menjaga tekanan darah. IV
koloid mungkin diperlukan karena kehilangan cairan dan banyak
protein. Drotrecogin mungkin bermanfaat untuk pasien dengan
pankreatitis dan inflamasi sistemik respom syndrome. IV potassium,
calcium, dan magnesium digunakan untuk mengkoreksi status
defisiensi. Insulin digunakan untuk hyperglikemia. Pasien dengan
nekrosis pankreatitis mungkin dibutuhkan antibiotik dan pembedahan.
Support nutrisi dengan enteral atau parenteral nutrisi harus
dimulai jika di antisipasikan nutrisi oral tidak memberikan efek
lebih dari satu minggu. Analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri
pada perut. Terlebih dahulu, parenteral meperidine (50 sampai 100
mg) setiap 3 atau 4 jam biasa digunakan karena itu disebabkan
sedikit kejang di otot dibandingkan opioid yang lainnya. Meperidine
lebih sedikit digunakan frekeunsi perharinya karena tidak terlalu
efektiv dibanding opioid yang lainnya. Parenteral morphine
terkadang digunakan. Hydromorphine mungkin juga digunakan karena
memberikan waktu paruh lebih panjang dibanding meperidine.
Ocreotide, 0,1 mg subkutan setiap 8 jam, mungkin mengurangi sepsis,
lamanya tinggal di rumah sakit, dan mungkin kematian pasien dengan
AP berat, tetapi terdapat kekurangan data untuk mendukung
penggunaan rutin dalam terapi ini. Hanya pasien dengan AP berat dan
komplikasi dengan nekrosis dapat terjadi infeksi profilaksis denga
antibiotik spektrum luas. Imipenem-cilastatin (500 mg setiap 8 jam)
mungkin akan lebih efektif. Fluoroquinolon (Cyprofloxacin,
levofloksacin) dengan metronidazole dapat dipertimbangkan untuk
pasien alergi penisilin.
b. Pankreatitis KronisTerapi pereda nyeri golongan narkotik,
masih sering diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri. Bila penderita
terus menerus merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya
dokter menyuntikan penghambat nyeri ke saraf pankreas sehingga
rangsangannya tidak sampai ke otak. Bila cara ini gagal, mungkin
diperlukan pembedahan. Jika saluran pankreasnya melebar, pembuatan
jalan pintas dari pankreas ke usus halus, akan mengurangi rasa
nyeri pada sekitar 70-80% penderita. Jika salurannya tidak melebar,
sebagian dari pankreas mungkin harus diangkat. Bila kepala pankreas
terkena, bagian ini diangkat bersamaan dengan usus dua belas jari.
Pembedahan ini dapat mengurangi nyeri pada 60-80% penderita. Dengan
meminum tablet atau kapsul yang mengandung ekstrak enzim pankreas
pada saat makan, dapat membuat tinja menjadi kurang berlemak dan
memperbaiki penyerapan makanan, tapi masalah ini jarang dapat
teratasi. Bila perlu, larutan antasid atau penghambat H2 dapat
diminum bersamaan dengan enzim pankreas. Dengan pengobatan
tersebut, berat badan penderita biasanya akan meningkat, buang air
besarnya menjadi lebih jarang, tidak lagi terdapat tetesan minyak
pada tinjanya dan secara umum akan merasa lebih baik. Jika
pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat mencoba mengurangi
asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan tambahan vitamin yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E dan K).
Algoritma dan garis pedoman untuk evaluasi dan treatment
pankreatitis kronis
Pasien yang peminum alkohol faktor paling penting dalam mencegah
nyeri abdominal pada permulaan tahap penyakit. Managemen nyeri
dapat diawali dengan analgetik non narkotik seperti acetaminophen
atau nonsteroid anti inflamasi drug diatur dengan jadwal. Jika
nyeri tetap bertahan, di respon dengan exogenous non enteric dapat
dievaluasi pada pasien dengan sakit kepala sedang. Jika terapi ini
gagal, pertimbangkan mungkin diberikan penggunaan tramadol atau
penambahan dosis regimen rendah (acetaminophene ditambah codein).
Parenteral opioid diberikan untuk pasien dengan nyeri hebat dan
tidak memberikan respon untuk analgetik oral. Kebanyakan pasien
dengan malabsorpsi memerlukan suplemen enzime pankreatic. Kombinasi
enzim pankreatic (lipase, amilase, dan protease) dan pengurangan
berat badan dengan diet lemak (penurunan sampai 25 g/asupan
makanan) status nutrisi dan mengurangi steattorhea. Dalam dosis
awal mengandung sekitar 30.000 IU lipase dan 10.000 IU trypsin
dapat diberikan bersama makanan. Suplemen enzime pankreatik oral
tersedia dalam bentuk serbuk, tablet tidak salut ataupun tablet
salut, kapsul, granul salut enteric ataupun mikrogranul, atau salut
enterik mikro tablet dibungkus oleh selulosa atau gelatin kapsul.
Produk mikroenkapsulasi salut enterik tidak terlalu
direkomendasikan.
PENATALAKSANAAN TERAPIPANKREATITIS STUDI KASUS INy. Andre 37
thn, BB: 54 kg, Tb: 160 cm, dibawa ke UGD dengan keluhan sakit
hebat pada epigastrium tiba-tiba dan makin lama makin hebat. Nyeri
ini menyebar ke punggung perut yang menjalar ke abdomen bagian
bawah. Pada pemeriksaan didapatkan TD: 80/60 mmHg. HR: 132 x/menit.
Lemah RR: 30x/menit, T: 38,5C. Mual dan beberapa kali muntah, kulit
dingin, abdomen tegang terasa pada area epigastrium. Nyeri tekan
(+). Tugor turun, mukosa mulut kering. Pada pemeriksaan lebih
lanjut PH darah: 7,3. PO3: 65 mmHg. PCO2: 37 mmHg. HCO3: 13 m Eq/lt
(serum amylase dan lipase meningkat), leukositosis dan oligoria
dari USG didapatkan adanya cholelitis yang disertai
pancreatitis.
A. Pengkajian1. Identitas Klien:a. Nama : Ny. Ab. Usia : 34
tahunc. Jenis Kelamin : perempuand. Pekerjaan : -e. Diagnosa medis
: Pankreatitis akut dan Cholelitiasis2. Keluhan utama : Sakit hebat
pada epigastrium yang muncul secara tiba-tiba dan makin lama makin
hebat.3. Riwayat kesehatan sekarang : Nyeri menyebar ke punggung,
perut, yang menjalar ke daerah abdomen bagian bawah Klien juga mual
dan beberapa kali muntah.4. Riwayat kesehatan masa lalu : -5.
Riwayat kesehatan keluarga : -6. Pemeriksaan fisik :a.
Antropometri: TB=160 cm; BB=54 kg.b. TTV: TD=80/60 mmHg; HR=132x/m
lemah; RR=30x/m; suhu= 38,5oC.c. Inspeksi: mukosa mulut kering.d.
Auskultasi: -e. Palpasi: kulit dingin, abdomen tegang, teraba masa
pada area epigastrium, nyeri tekan (+), turgor turun.f. Perkusi:
-7. Pemeriksaan Diagnostik : a. Pemeriksaan Laboratorium Ph
darah=7,3 PO2=65 mmHg, PCO2= 37 mmHg, HCO3= 15 mEq/l, Serum lipase
dan amilase meningkat, Leukositosis, Oligurib. USG: didapatkan
adanya cholelitiasis dan pancreatitis.
B. Perencanaan TerapiNoDiagnosaTujuanIntervensi
1.Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan bagian
fundus kandung empedu menyentuh bagian abdomen pd kartilago costa
IX&X di bagian kanan dan kemungkinan adanya obstruksi bilier
ditandai dengan klien mengeluh sakit hebat pada epigastrium yang
menyebar ke punggung, dan menjalar ke abdomen bagian bawah serta
pada pemeriksaan fisik nyeri tekan (+)- Klien mengatakannyeri
hilang/ terkontrol Klien mau mengikuti program terapeutik Klien
mampumenunjukkan metode menghilangkan nyeriMandiri :1. Selidiki
keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala
0-10). Catat faktor faktor yang meningkatkan dan menghilangkan
nyeri2. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi serta pijatan
punggung3. Pertahankan perawatan kulit, khususnya pada adanya
aliran dari fistula dinding abdomenKolaborasi :1. Analgesik
narkotik, seperti meperidin (Demerol) Meperidin efektif
menghilangkan nyeri dengan tidak adanya resiko efek samping spasme
bilierpankreas2. Obat sedatif Mempunyai efek meningkatkan istirahat
dan menurunkan spasme duktus sehingga menurunkan kebutuhan
metabolic sekresi enzim3. Obat antasida Menetralisir asam gaster
untuk menurunkan produksi enzim pancreas dan menurunkan insiden
pendarahan GI atas4. Obat simetidin dan ranitidine Menurunkan
sekresi HCl sehingga menurunkan rangsangan pancreas dan nyeri
karenanya
Intervensi bedah :Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada
adanya nyeri/komplikasi yang tidak hilang pada traktur bilier
2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya gangguan pada ginjal dan peningkatan ukuran dasar vaskuler
ditandai dengan turgor turun, mukosa mulut kering, PH darah = 7,3,
HCO3 = 15 meq/liter, dan oliguria, TTV abnormal Mempertahankan
hidrasi adekuat dibuktikan oleh vital stbail, turgor kulit baik,
pengisien kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan jumlah pengeluaran
normalMandiri :1. Awasi TD dan ukur CVP bila ada2. Ukur masukan dan
luaran termasuk muntah / aspirasi gaster, diare.3. Hitung
keseimbangan cairan 24 jam4. Catat warna dan karakter drainase
gaster juga PH dan adanya darah5. Catat turgor kulit, membran
mukosa kering, keluhan haus6. Auskultasi bunyi jantung, catat
frekuensi dan irama. Awasi / catat perubahan irama
Kolaborasi :1. Berikan penggantian cairan seperti cairan garam
faal, albumin, produk darah, dekstran dan ganti elektrolit, contoh,
natrium, kalium, klorida, kalsium Menggantikan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh2. Siapkan lavase peritoneal, dialisa
hemoperitoneal Membuang bahan kimia toksik.enzim pankreas3. Awasi
pemeriksaan laboratorium Melihat adanya komplikasi/keberhasilan
program
3.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah dan
kehilangan enzim pencernaan (sehubungan dengan obstruksi aliran
pankreas/ autodogestif) ditandai dengan adanya muntah, serum
amylase dan lipase meningkat. Tidak ada tanda tanda mengalami
malnutrisi Klien menunjukkan perilaku dan pola hidup untuk
memperbaiki status nutrisinyaMandiri :1. Kaji abdomen, catat adanya
bising usus, distensi abdomen, dan mual2. Berikan perawatan oral3.
Bantu pasien dalam pemilihan makanan yang memenuhi kebutuhan
nutrisi dan pembatasan diet dimulai4. Observasi warna / konsistensi
/ jumlah feses5. Tes urine untuk gula dan aseton
Kolaborasi:1. Trigliserida rantai sedang (contoh MCT, portagen)
MCT memberikan nutrient tambahan yang tidak memerlukan enzim
pankreas2. Berikan vitamin A,D.E,K Kebutuhan penggantian sperti
metabolism lemak terganggu, penurunan absorbs penyimpanan vitamin
larut dalam lemak3. Penggantian enzim Untuk memperbaiki
defisiensi4. Antikolinergik seperti banthine Diperkirakan
menurunkan sekresi pancreas dang aster dengan mekanisme vegal dan
penurunan motalitas5. Pemberian insulin Memperbaiki
hiperglikemia
STUDI KASUS IIEJ wanita berusia 30 tahun, terlihat pertama kali
pada ruang gawat darurat pada pukul 6 sore. Mengeluhkan nyeri pada
perut sejak 2 hari yang lalu, dimana nyeri yang dirasakannya
merambat sampai punggung. Pada malam sebelumnya, dia menyatakan
bahwa dia sedang mengadakan makan malam dengan kerabatnya, namun
pada malam itu dia merasa nafsu makannya turun, sehingga dia hanya
makan dalam porsi sedikit. Dia terlihat pucat, berkeringat dan
kesakitan. Pernafasannya lambat, dan dia menyatakan bahwa pada saat
dia menggambil nafas lebih dalam nyeri yang dirasakan semakin
parah. Tekanan darah 100/60 mm Hg, denyut jantung 110 dan suhu
tubuhnyaa 37,5 oC. Saat epigastrium ditekan, nyeri yang
dirasakannya tidak terlalu parah, namun saat tangan dokter
diangkat, nyeri yang dirasakan sedikit demi sedikit makin betambah.
Dia menyatakan bahwa nyeri yang dirasakannya ini kadang muncul dan
kadang tidak terasa sejak 9 bulan yang lalu, namun berbeda dengan
nyeri yang dirasakannya di punggung yang sering muncul. Dia
menyatakan bahwa tidak memiliki riwayat keluarga untuk penyakit
gastrointestinal.
A. Pengkajian1. Riwayat Pasien:Selama 12 bulan yang lalu dia
mengalami nyeri epigastrik, nyeri yang dialami menjalar pada
punggungnya (dari 4 jam sampai 3 hari), mengalami penurunan nafsu
makan dan berat badan sebanyak 4,5 kg. Mengalami nausea dan
anoreksia, terjadi pada 12 bulan yang lalu pengobatan sendiri
menggunakan antasida, berat badan saat ini 50,80 kg (berat badan
setahun yang lalu 63,50 kg. Tampak fisik tubuh pasien terlihat
sangat kurus dengan otot atrofi tampak.
2. Data LaboratoriumNormalData Pasien
Transferrin250-380155
Glukosa70-110130
Bilirubin0,31,5
ALT4-3645
AST0-3550
ALK phos30-120178
CPK30-135145
CHOL120-199225
LDL