Top Banner
Formulasi Strategi Peningkatan Kualitas Produk pada Industri Kecil (Elisa Kusrini, Widjayani, Fifi Herni Mustafa) FORMULASI STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA INDUSTRI KECIL Elisa Kusrini, Widjajani dan Fifi Herni Mustafa ABSTRAKSI Penelitian ini memfokuskan pada penentuan strategi peningkatan kualitas di industri kecil dengan mengambil kasus di industri tempe. Metode yang digunakan untuk mengenali, menganalisa dan menentukan tingkat persaingan menggunanakan Quality Function Deployment (QFD) yang diawali dengan membuat matriks perencaaan produk (House of Quality), dilanjutkan dengan membuat matriks perencanaan part (part Deployment), matriks perencanaan proses (process planning) dan matriks perencanaan produksi/manufaktur. Dari hasil analisis QFD diperoleh usulan untuk perbaikan perencanaan proses pembuatan tempe yaitu: sortir bahan baku, pencucian I dan II, pemindahan kedelai dan pelubangan kemasan plastik. Dari usulan perbaikan perencaanaan proses diatas, dilakukan pemilihan perbaikan untuk direalisasikan dengan menggunakan teknik formulasi strategi implementasi dengan berdasarkan pada pemetaan kebutuhan utama (berisi tujuan utama perbaikan), performansi yang ingin dicapai dan perbandingan kondisi sekarang dan kondisi yang ingin dicapai. Dari langkah ini didapatkan tindakan usulan yaitu perancangan alat pemindah kedelai, alat pencuci dan alat pelubang kemasan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan maka dilakukan analisis kelayakan baik dari aspek pasar , teknologi dan produksi maupun aspek finansial yang menunjukkan bahwa usulan adalah layak untuk diimplementasikan. Katakunci: Keinginan konsumen, Quality Function Deployment , house of Quality, Part Deployment process planning, manufacturing planning, strategi implementasi 1. LATAR BELAKANG Peningkatan kualitas produk secara sistematis dan berkesinambungan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi keinginan pelanggan yang merupakan tujuan utama perusahaan untuk dapat bertahan di pasar. Kualitas produk ini tercermin 241
21

Contoh Formulasi Strategi

Oct 20, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

2

Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 4 Oktober 2000 : 241 - 256

Formulasi Strategi Peningkatan Kualitas Produk pada Industri Kecil

(Elisa Kusrini, Widjayani, Fifi Herni Mustafa)

FORMULASI STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS

PRODUK PADA INDUSTRI KECIL

Elisa Kusrini, Widjajani dan Fifi Herni Mustafa

ABSTRAKSI

Penelitian ini memfokuskan pada penentuan strategi peningkatan kualitas di industri kecil dengan mengambil kasus di industri tempe. Metode yang digunakan untuk mengenali, menganalisa dan menentukan tingkat persaingan menggunanakan Quality Function Deployment (QFD) yang diawali dengan membuat matriks perencaaan produk (House of Quality), dilanjutkan dengan membuat matriks perencanaan part (part Deployment), matriks perencanaan proses (process planning) dan matriks perencanaan produksi/manufaktur. Dari hasil analisis QFD diperoleh usulan untuk perbaikan perencanaan proses pembuatan tempe yaitu: sortir bahan baku, pencucian I dan II, pemindahan kedelai dan pelubangan kemasan plastik. Dari usulan perbaikan perencaanaan proses diatas, dilakukan pemilihan perbaikan untuk direalisasikan dengan menggunakan teknik formulasi strategi implementasi dengan berdasarkan pada pemetaan kebutuhan utama (berisi tujuan utama perbaikan), performansi yang ingin dicapai dan perbandingan kondisi sekarang dan kondisi yang ingin dicapai. Dari langkah ini didapatkan tindakan usulan yaitu perancangan alat pemindah kedelai, alat pencuci dan alat pelubang kemasan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan maka dilakukan analisis kelayakan baik dari aspek pasar , teknologi dan produksi maupun aspek finansial yang menunjukkan bahwa usulan adalah layak untuk diimplementasikan.

Katakunci: Keinginan konsumen, Quality Function Deployment, house of Quality, Part Deployment process planning, manufacturing planning, strategi implementasi

1. LATAR BELAKANGPeningkatan kualitas produk secara sistematis dan berkesinambungan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi keinginan pelanggan yang merupakan tujuan utama perusahaan untuk dapat bertahan di pasar. Kualitas produk ini tercermin dari karakteristik-karakteristik mutu yang terkandung pada produk yang diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ini adalah dengan menerapkan Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam rancangan produk yag memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu. Menurut Daetz, Barnard dan Norman (1995 dalam Martyaningsih, 1999) menyatakan bahwa QFD adalah suatu proses perencanaan sistematis yang dikembangkan untuk membantu tim proyek dalam menyusun semua elemen-elemen yang dibutuhkan untuk mendefiinisikan, mendesain dan menghasilkan sebuah produk (jasa) yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

Penelitian Penerapan metode QFD dilakukan baik dibidang manufaktur maupun jasa (services). Di bidang manufaktur atara lain pada produk Izusu Panther PT Pantja Motor (Bernadetta,1998), Produk Deterjen PT Industri Kimia Daarut Tauhit, Bandung (Nurhayati,1999), Produk Tekstil PT ATM Bandung (Aang Dael,1998). Di bidang jasa antara lain.Paket Pos PT Pos Cabang Semarang (Indratno,1997), di Mechanical Engineering Department, Wisconsin-Madison university pada tahun 1991 untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran (Ermer,1995), di Universitas Massey, Selandia Baru (Houston and Lawrence,1998), Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti (Dedy, Widjaja,1998).

Dalam penelitian ini akan diteliti penerapan metode QFD di bidang industri kecil (studi kasus pada pabrik tempe) dengan menerjemahkan keinginan konsumen beserta persyaratan teknis dan perencanaan komponen yang dibutuhkan untuk memenuhinya sampai pada perencanaan proses dan perencanaan produksi/manufaktur serta strategi implementasinya.

2. GAMBARAN SINGKAT PROSES PRODUKSIPenelitian ini mengambil studi kasus pada salah satu perusahaan tempe yang ada di daerah Kiara Condong Bandung, yang merupakan home industri. Dalam satu hari perusahaan mampu mengolah 200 kg biji kedelai menjadai tempe. Proses pembuatan tempe melalui tahap-tahap: pemilihan biji kedelai (sortir), pencucian1, perebusan, pemindahan kedelai matang dari ketel ke tempat perendaman, perendaman, pengupasan dan pemecahan biji, pencucian II, peragian, penirisan dan pendinginan, proses pelubangan kemasan plastik , pengepakan dan pemeraman. Peralatan yang digunakan antara lain: timbangan, tampi, bak/drum perendaman, bak/drum berlubang untuk penirisan, tungku dan ketel, alat saringan, mesin pemecah kedelai, alat pelubang plastik dan rak anyaman bambu.

3. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN METODE QFD

QFD adalah metoda perencanaan dan pengembangan struktur produk yang memungkinkan suatu tim pengembangan untuk menentukan dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen dan kemudian mengevaluasi setiap tujuan produk atau sistematika kemampuan pelayanan dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap kebutuhan konsumen.

Metoda QFD memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan yaitu (Cohen,1995):

a.Matriks perencanaan produk (House of Quality)

b.Matriks perencanaan part (Part Deployment)

c.Matriks perencanaan proses (Proses Planning)

d.Matriks perencanaan manufacturing / produksi (Manufacturing / Production Planning)

3.1 House of Quality3.1.1.Kuisioner

Dalam matriks perencanaan produk terdapat bagian Customer requirements, yang diperoleh dari survey ke konsumen dengan cara menyebarkan kuisioner yang berhubungan dengan produk tempe. Kuisioner disebarkan kepada kalangan masyarakat dan umumnya responden adalah ibu rumah tangga, pemilik kantin / warung makanan dan mahasiswa.

Berikut ini adalah ringkasan hasil dari kuesioner yang disebarkan, yaitu :

a. Alasan utama responden mengkonsumsi tempe karena :

Nilai gizi tempe yang tinggi adalah sebesar 53 % responden

Harga yang murah adalah sebesar 28 % responden

Kesesuaian selera adalah sebesar 19 % responde

b. Jenis tempe yang biasa diolah menurut responden adalah tempe kedelai.

c. Jenis masakan tempe yang paling sering dibuat menurut responden adalah:

Tempe goreng sebesar 59 % responden

Sayur tempe sebesar 28 % responden

Sambal kering tempe sebesar 13 % responden

d. Ciri-ciri tempe yang baik menurut responden berdasarkan persentase terbesar adalah :

Warna tempe yang putih dan bersih

Bau tempe yang khas

Tempe yang pada

Jamur yang merata

Keawetan tempe

Rasa tempe yang gurih

Tempe tidak beracun

e. Kemasan / bungkus tempe yang paling disukai adalah :

Dibungkus dengan plastik sejumlah 59 % responden

Dibungkus daun sebesar 41 % responden

f. Menurut 63 % responden tempe yang awet adalah tempe yang dapat bertahan selama 2 hari dan sisanya memiliki jumlah hari yang bervariasi.

Setelah dari kuisoner diperoleh atribut dari produk tempe yang dianggap penting oleh responden yang mewakili konsumen, maka disusun bobot kepentingan atribut atribut tersebut. Hasil pembobotan adalah diberikan dalam Tabel 1.

Gambar 1. House of Quality

Untuk bagian customer competitive evaluation diperoleh dari perbandingan produk tempe yang diamati di pasar swalayan tanpa diketahui merk produknya. Sedangkan untuk bagian competitive technical assesment perlu melakukan studi banding ke perusahaan tempe yang lain untuk mengetahui bagaimana tingkat persaingannya dan hal ini tidak dilakukan sehingga untuk bagian tersebut tidak dapat diisi. Matriks House of Quality yang mencakup customer requirements dan technical requirements diberikan dalam Gambar 1.

Gambar 2. Fault tree Analysis

Tabel 1. Bobot Atribut

NoATRIBUTBOBOT

1Tempe putih dan bersih5,6

2Bau khas tempe2,2

3Tempe padat3,0

4Jamur merata2,2

5Tempe awet4,4

6Rasa gurih4,7

7Tidak beracun4,6

3.2. Part Deployment3.2.1. Rincian kebutuhan sebagai kriteria dalam analisis konsep

Sebelum penentuan part kritis yang harus diperhatikan perlu dibuat suatu analisis konsep terlebih dahulu. Dalam analisis konsep terdapat kriteria kriteria yang merupakan rumusan rincian kebutuhan dari produk tempe, yaitu :

a. Kebutuhan konsumen dari QFD; berdasarkan house of quality maka ditentukan faktor teknik yang memungkinkan untuk diperbaiki adalah :

Banyaknya kotoran dalam kedelai mentah

Banyaknya kulit tertinggal pada kedelai matang

Tingkat sirkulasi udara di dalam tempe

b. Kebutuhan dari sisi manufakturing, dalam proses pembuatan tempe terdapat beberapa hal yang memerlukan perhatian yaitu :

Keamanan pengoperasian yaitu proses pengoperasian pelubangan plastik pembungkus tempe

Kemudahan pemindahan bahan

Minimasi tenaga kerja manusia yang digunakan

Tata letak yang baik

c. Kebutuhan akan karakteristik umum produk tempe secara umum produk tempe yang dibutuhkan oleh konsumen adalah tempe yang mempunyai karakteristik: Bersih, awet, gurih.

Gambar 3. Part Deployment

Dari rincian kebutuhan tersebut masih harus dipilih lagi kebutuhan yang penting dan berhubungan dengan konsumen dan pihak perusahaan mampu mengusahakannya. Faktor faktor kebutuhan yang harus diteliti lebih lanjut adalah pengendalian banyaknya kotoran dalam kedelai mentah, pengendalian banyaknya kulit tertinggal pada kedelai matang, tingkat sirkulasi udara di dalam tempe, keamanan pengoperasian pembuatan tempe dan kemudahan pemindahan bahan selama dalam proses pembuatan tempe.

Gambar 4. Proses pembuatan tempe

3.2.2. Fault Tree AnalysisUntuk menentukan critical part deployment digunakan metode fault tree analysis yaitu menganalisis elemen-elemen yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya ketidaksesuaian target dengan technical requirements. Fault tree analysis untuk mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut diberikan dalam Gambar 2. Matriks Part Deployment diberikan dalam Gambar 3.

3.3.Process Planning3.3.1. Proses Analisis

Sebelum menentukan proses yang harus diperhatikan perlu diketahui tahap-tahap proses yang dilalui oleh bahan baku biji kedelai sampai menjadi tempe dan siap dipasarkan. Analisis proses ini digambarkan dalam Gambar 4. Matriks perencanaan proses diberikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Proses Planning

3.4. Manufacturing / Production PlanningSetelah melalui tahap perencanaan part dan proses maka untuk tahap terakhir dapat diketahui tindakan yang perlu diambil untuk perbaikan kualitas. Dalam pembuatan tempe terdapat tahap-tahap yang memerlukan perhatian dan dapat dilihat dalam matriks perencanaan produksi Gambar 6.

Gambar 6. Manufacturing/production Planning4. HASIL QFD DAN RENCANA USULAN TINDAKAN

Hasil dari QFD adalah perbaikan untuk proses:

a. Sortir bahan baku

Bahan baku yang dimaksud adalah biji kedelai mentah. Hasil sortiran kadangkala tidak optimal karena masih banyak kotoran berupa pasir, kerikil, kulit kedelai yang masih tercampur pada saat masuk ke tahap proses selanjutnya. Hal ini dapat terjadi karena alat yang digunakan adalah tampak yang kapasitasnya terbatas dan tingkat kebersihan biji kedelai yang diperoleh dipengaruhi oleh ketrampilan tenaga kerjanya.

b. Pencucian I dan II

Pencucian kedelai dilakukan dalam drum yang diisi dengan air. Tujuan dari proses pencucian adalah memisahkan antara biji kedelai dari kulit arinya yang terkelupas. Proses pencucian dipengaruhi oleh cara pencucian dan kecepatan aliran air. Selama ini pencucian dilakukan dengan tangan dan kaki oleh tenaga kerjanya, berarti tenaga yang dibutuhkan lebih besar dan tergantung kepada kondisi tenaga kerjanya. Agar proses pencucian ini tidak melelahkan tenaga kerja dan kedelai yang diperoleh dapat lebih bersih dari kulit arinya, maka diusulkan suatu perbaikan pada rancangan alat pencuciannya.

c. Pemindahan kedelai

Pada proses pemindahan, yang dipindahkan adalah kedelai dalam jumlah yang besar yaitu sekitar 165 kg. Terdapat dua tahap pemindahan, yaitu pemindahan kedelai mentah dari drum pencucian ke ketel untuk direbus dan pemindahan biji kedelai matang dari ketel ke drum pencuciannya. Cara pemindahan yang tidak benar akan dapat menimbulkan bahaya bagi tenaga kerja yang memindahkannya, karena kedelai matang yang dipindahkan ke dalam pencucian masih dalam kondisi yang panas dan dalam jumlah yang banyak. Selama ini pemindahan dilakukan manual dengan beberapa kali pemindahan menggunakan jaring yang memisahkan kedelai dengan air rebusan.

d. Pelubangan kemasan plastik

Plastik digunakan untuk membungkus kedelai matang yang sudah siap untuk diperam. Agar sirkulasi udara dalam tempe cukup maka diperlukan lubang-lubang di permukaan plastik sehingga sirkulasi udara untuk tempe lancar. Plastik tersebut dilubangi secara manual. Pekerjaan ini dapat membahayakan karena telah terjadi beberapa kali kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tenaga kerjanya yang tidak hati-hati. Untuk menghindari bahaya ini maka diusulkan rancangan alat pelubang kemasan plastik yang lebih aman.

Perbaikan yang diusulkan tidak meliputi seluruh proses yang tersebut diatas. Pemilihan dilakukan untuk menentukan proses mana yang diperlukan perbaikannya dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai. Pemilihan alternatif tindakan perbaikan dilakukan dengan menggunakan teknik Formulasi Strategi Implementasi sebagai berikut :

4.1. Pemetaan Kebutuhan Utama

Tujuan :

1. Memperbaiki proses pembuatan tempe dari segi keselamatan tenaga kerjanya.

2. Memperbaiki efisiensi tenaga kerja yang dibutuhkan.

3. Memperbaiki tingkat kebersihan produk.

4.2. Data Dasar

Dari QFD diperoleh hasil berupa usulan implementasi. Usulan implementasi tersebut sebagai data dasarnya. Data dasar diberi skor sesuai dengan kepentingan dalam tujuan, dengan nilai skor yaitu:

-2untuk tujuan implementasi yang tidak sesuai dengan tujuan dalam 4.1

+2untuk tujuan implementasi yang sesuai dengan tujuan dalam 4.1

Hasil skor diberikan dala Tabel 2.

Dari tabel tersebut di atas diperoleh bahwa hanya alternatif usulan ke-1 yang tidak sesuai.

Tabel 2. Skoring Usulan Implementasi

Usulan ImplementasiTjuan ImplementasiSkor

1. Merancang alat sortirKecepatan penyortiran bahan baku-2

2. Merancang alat Bantu pencuciMengurangi tenaga yang diperlukan agar mengurangi resiko kerja+2

3. Merancang alat pemindah Mengurangi resiko terjadi kecelakaan kerja+2

4. Merancang alat pelubang kemasan

plastikMengurangi resiko terjadi kecelakaan kerja+2

4.3. Performansi yang Ingin Dicapai

Skor yang digunakan :

- 2untuk performansi yang tidak mendukung tujuan dalam 3.1

+2untuk performansi yang mendukung tujuan dalam 3.1

Performansi yang ingin dicapai adalah :

Tingkat keselamatan kerja 100%Dengan rancangan alat yang diusulkan diharapkan dapat menghilangkan bahaya yang berhubungan dengan keselamatan tenaga kerja dalam pengoperasiannya.

Tenaga yang dibutuhkan untuk pengoperasiannya sedikit

Dengan rancangan alat yang diusulkan diharapkan dapat memperingan kerja karyawan dengan memperkecil tenaga yang dikeluarkan.

Tingkat kebersihan produkProduk tempe yang dihasilkan dengan rancangan usulan alat ini diharapkan mampu memberikan nilai kesehatan yang baik dalam hal kebersihan.

Biaya yang layakBiaya yang layak artinya biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan alat masih tergolong layak bila dibandingkan dengan nilai penggunaannya.

Dari uraian tersebut dapat ditabulasikan dalam Tabel 3 .

Tabel 3. Total Skor Usulan Implementasi

Usulan Implementasi

Tingkat keselamatan 100%Tenaga yang dibutuhkan untuk operasi sedikitTingkat kebersihan tinggiBiaya yang layakTotal skor

Bobot101055

1. Merancang alat sortir-2-2+2+2-20

2. Merancang alat bantu pencuci-2+2+2+240

3. Merancang alat pemindah+2+2+2+260

4. Merancang alat pelubang kemasan plastik+2+2-2+240

Dari tabel tersebut di atas diperoleh bahwa alternatif usulan ke-1 mempunyai total skor terendah sehingga tidak dipilih untuk implementasikan.

4.4. Tindakan

Berdasarkan point 4.2 dan 4.3 maka dapat diambil kesimpulan bahwa usulan yang dapat dipertimbangkan selanjutnya adalah alat yang mendukung proses pencucian, proses pemindahan dan proses pelubangan kemasan plastik. Tindakan yang harus dilakukan dengan melihat keadaan sekarang dan keadaan yang dibutuhkan yang diberikan dalam Tabel 4.

5. USULAN PERBAIKAN RANCANGAN ALAT

5.1. Gambar Rancangan Alat

A. Alat Pemindah (gambar 7)

B. Alat Pencuci (gambar 8)

C. Alat Pelubang Kemasan Plastik (gambar 9)

5.2. Cara Penggunaan Alat

A.Alat Pemindah

Alat pemindah terdiri dari (lihat gambar 7)

Ember alumunium berlubang-lubang, dengan ukuran;

Diameter atas = 100 cm

Tinggi = 50 cm

Crane terbuat dari besi, dengan ukuran;

Panjang = 360 cm

Lebar = 10 cm

Batang besi untuk pemindah beban, dengan ukuran;

Panjang = 130 cm

Tuas pengatur craneCara kerja alat ini digunakan terutama untuk memindahkan benda-benda yang bersifat berat dan berbahaya. Ember alumunium berlubang digunakan sebagai tempat kedelai dan dimasukkan ke dalam ketel perebusan. Jika perebusan telah selesai maka crane dapat mengangkat ember alumunium tersebut beserta kedelai matang agar dapat ditiriskan airnya. Pengaturan naik turunnya crane dapat dilakukan dengan memutar tuas yang terletak pada batang dan menguncinya pada ketinggian crane tertentu. Setelah tiris, kedelai matang tersebut dapat dipindahkan ke dalam alat pencucian untuk dilakukan pencucian atau pendinginan, dengan cara mendorong batang pemindah beban kearah lokasi yang diinginkan. Batang pemindah beban dirancang dengan engsel yang terletak pada batang rel penumpu. Batang pemindah beban tersebut dapat digeser sepanjang rel dan engselnya digunakan untuk dapat menggerakkan batang pengatur vertikal. Batang pemindah beban dapat diatur posisinya menjadi dua posisi, yaitu posisi tidak digunakan, yaitu setinggi 2 m, dan posisi digunakan yaitu setinggi siku berdiri manusia (1 m). Jika tidak digunakan maka batang dapat diletakkan pada posisi tidak digunakan agar tidak mengganggu aktivitas manusia.

Tabel 4. Tindakan yang dapat dilakukan dari hasil QFD

Cara dan alat yang digunakan

Pada saat iniPerbaikan yang diperlukan

1. Proses Pencucian Kedelai

Alat : drum & air

Cara : tenaga manusia dengan menginjakinjak kedelai menggunakan kaki atau meremas dan mengosokgosok tangan untuk mengelupas kulit ari kedelaiMengurangi tenaga yang dikeluarkan untuk mengelupas kulit ari kedelai.

Menghindari penggunaan kaki untuk menginjak injak kedelai

2. Alat Pemidah

Alat : saringan untuk mengambil kedelai

Cara : memisahkan kedelai dari air rebusannya dengan alat saringan. Cara ini dilakukan berulang kali kemudian air rebusannya dikeluarkan dari ketel dengan menggunakan ember dan cara ini juga dilakukan berulang kali sampai air sudah dibuang semua.Menghindari bahaya karena memindahkan kedelai dalm kondisi panas (sehabis direbus)

Mengurangi pekerjaan yang berulang ulang.

Mengurangi tenaga yang dibutuhkan

3. Alat Pelubang Kemasan Plastik

Alat : Paku dan Kayu sebagai alas.

Cara : Plastik ditumpuk beberapa buah kemudian paku ditusuk tusukkan ke plastik secara satu persatu tusuk dengan tangan kanan dan tangan kiri digunakan untuk menahan plastik agar tidak bergeser. Menghindari bahaya tangan tertusuk paku.

Mengurangi pekerjaan yang berulangulang

B.Alat Pencuci

Alat pencuci terdiri dari (lihat Gambar 8):

Bak pencuci alumunium yang mempunyai saluran untuk pembuangan air, dengan ukuran;

Diameter atas = 120 cm

Tinggi = 75 cm

Air yang mengalir

Tutup bak pencuci beserta pengaduknya, dengan ukuran;

Diameter = 120 cm

Cara kerja alat ini :

Alat ini mempunyai ember yang berukuran sesuai dengan ember berlubang yang digunakan sebagai tempat kedelai matang sedemikian sehingga ember berlubang tersebut dapat masuk ke dalam ember tempat pencucian dengan tinggi ember berlubang tepat sampai pada tinggi saluran pembuangan air pada ember pencucian. Penggunaan alat pencucian ini dilakukan 3 kali selama proses pembuatan tempe yaitu:

Proses pencucian kedelai mentah pada awal yang dilakukan pada alat pencucian ini. Setelah dicuci ember berlubang dengan kedelainya dapat diangkat dengan crane untuk diletakkan pada ketel perebusan.

Proses pendinginan kedelai setelah direbus, pencucian dilakukan hanya sekali, setelah diinginkan kedelai dapat diangkat dengan embernya dengan menggunakan crane untuk dilakukan proses pemecahan dan pengelupasan biji kedelai.

Proses pencucian dan pemisahan biji kedelai dengan kulitnya setelah proses pemecahan selesai.

Ke dalam ember pencucian dimasukkan air hingga penuh, kemudian ember ditutup dengan alat pengaduknya dan diklem agar kuat. Dengan air yang mengalir terus kedelai dapat diaduk dan dicuci. Pengadukan dapat dilakukan dengan memutar tuas pengaduk yang berukuran setinggi siku berdiri manusia (1 m). Dalam proses pemisahan biji kedelai dengan kulitnya, pengadukan dilakukan agar biji kedelai yang telah dipecah pada proses pemecahan berpisah dengan kulitnya dan kulit tersebut kemudian akan mengambang pada permukaan air. Air yang mengalir akan membuang kulit tersebut ke luar melewati saluran pembuangan pada alat pencuci tersebut.

C.Alat Pelubang Kemasan Plastik

Alat ini digunakan untuk melubangi plastik yang digunakan untuk mengemas tempe. Alat ini terdiri dari 3 bagian (lihat gambar 9):

bantalan yang terbuat dari kayu sebagai bagian dasar.

penjepit plastik, yang terbuat dari kayu dilapisi karet agar permukaan penjepit tidak licin dan dapat menjepit plastik dengan baik sebagai bagian tengah.

pelubang, yang terbuat dari kayu dengan paku-paku pelubang sejumlah 50 sebagai bagian atas.

Cara kerja alat ini :

Plastik pembungkus pada waktu dibeli dikelompokkan dalam suatu jumlah tertentu dan dalam bentuk terlipat tiga. Hanya diperlukan 2/3 dari luas plastik keseluruhan yang harus dilubangi karena hanya bagian tersebut yang nantinya akan diisi tempe. Plastik yang terlipat tiga harus dibuka lipatannya satu, dan kemudian bagian plastik yang masih terlipat dijepit di bawah alat penjepit dan diklem agar kuat. Bagian pelubang kemudian dapat diturunkan untuk melubangi plastik yang telah dijepit tadi.

5.3. Proses pembuatan tempe setelah digunakan alat yang baru ialah sebagai berkut :

a. Pemilihan biji kedelai, dilakukan sama dengan proses yang lama.

b. Pencucian I : biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berlubang yang telah dipasang di dalam bak pencucian. Bak pencucian kemudian diisi air dan diaduk sampai tingkat kebersihan yang diinginkan. Setelah cukup bersih maka ember berlubang yang berisi kedelai dapat dipindahkan dengan crane ke dalam ketel perebusan.

c. Proses perebusan dilakukan sama dengan proses yang lama.

d. Pemindahan kedelai matang dari ketel ke tempat perendaman dilakukan dengan memindahkan ember berlubang ke bak pencucian untuk direndam. Sedangkan air sisa perebusan dapat dikeluarkan dari ketel dengan membuka kran di bagian bawah ketel.

e. Perendaman dilakukan sama dengan proses yang lama.

f. Pengupasan dan pemecahan biji dilakukan sama dengan proses yang lama.

g. Pencucian II : Setelah pemecahan biji, kedelai dimasukkan ke dalam ember berlubang yang terletak di dalam bak pencucian. Kemudian dilakukan pencucian sampai semua kulit terpisah dari biji kedelai.

h. Peragian : Setelah kedelai bersih dari kulitnya, ke dalam bak pencucian dicampurkan ragi yang kemudian diaduk agar dapat bercampur dengan rata. Setelah dicampur dengan rata, ember berlubang dapat diangkat crane untuk ditiriskan airnya dan dipindahkan pada bak penirisan.

i. Penirisan dan pendinginan, dilakukan sama dengan proses yang lama.

j. Pengepakan dilakukan sama dengan proses yang lama.

k. Pemeraman dilakukan sama dengan proses yang lama.

6. ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN ALAT

Dari usulan rancangan alat, dilakukan analisis pasar, teknologi dan produksi dan finansial. Dari hasil analisis pasar dan teknologi dan produksi didapatkan bahwa usulan adalah layak. Dari aspek finansial denngan NPV, Payback periods dan IRR didapatkan bahwa usulan adalah layak.

7. KESIMPULAN

Upaya untuk peningkatan kualitas produk pada industri kecil tempe agar dapat bersaing di pasar dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD) yang diawali dengan membuat matriks perencaaan produk (House of Quality), dilanjutkan dengan membuat matriks perencanaan part (part Deployment), matriks perencanaan process (process planning) dan matriks perencanaan produksi / manufaktur. Dari hasil analisis QFD diperoleh usulan untuk perbaikan perencanaan proses pembuatan tempe yaitu: sortir bahan baku, pencucian I dan II, pemindahan kedelai dan pelubangan kemasan plastik. Dari usulan perbaikan perencanaan proses diatas, dilakukan pemilihan perbaikan untuk direalisasikan dengan menggunakan teknik formulasi strategi implementasi dengan berdasarkan pada pemetaan kebutuhan utama (berisi tujuan utama perbaikan), performansi yang ingin dicapai dan perbandingan kondisi sekarang dan kondisi yang ingin dicapai. Dari langkah ini didapatkan tindakan usulan yaitu perancangan alat pemindah kedelai, alat pencuci dan alat pelubang kemasan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan maka dilakukan analisis kelayakan baik dari aspek pasar, teknologi dan produksi maupun aspek finansial yang menunjukkan bahwa usulan adalah layak untuk diiplementasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anna, B, K, 1996, Pengembangan Dan Implementasi Sitem Perancangan Produk Otomotif Yang Mempertimbangkan Suara Konsumen, Thesis S2 Teknik Industri ITB

Cohen, Lou, 1995, Quality Function Deployment: How to make QFD work for you, addition wesley publishing company, New York

Dedys dan Wijaya F, 1998, Penggunaan rumah kualitas (House of Quality) dalam meningkatkan perbaikan dan penyempurnaan pelayanan jasa pendidikan dan pengajaran di Jurusan Teknik Industri di Universitas Trisakti, proceeding seminar nasional manajemen kualitas Bandung

Daniel, A.1998, Implementasi metodologi QFD dalam proses perancangan tekstil di PT ATM, Bandung, skripsi S1 Teknik Industri ITB

Ermer, D, S,1995, Using QFD Becomes An Educational Experiencefor Studentsand Faculty, Quality progress, p131-136

Houston, D and Lawrence, K.A , 1998, QFD in University Quality manajement course Annual Quality Connggress Procedings, 564-574

Indratno, Is, 1997, Peningkatan Kualitas Pelayanan Produk Paket Pos Dengan Metode QFD di PT Pos Cabang Semarang, Skripsi SI Teknik Industri Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Martyaningsih, DKK, 1999, Quality by Design dengan Quality Function Deployment, Review Paper, Pasca sarjana Teknik Industri, ITB

Rancangan Kemasan

Sisdur pencucian yang tak efektif

Alat pemecah yang tak efektif

Kulit tercampur dengan kedelai matang

Kulit masih menempel di kedelai

Banyaknya kulit yang tertinggal di kedelai

Rancangan alat pencucian dan pengelupasan

Jarak antara gerinda

Rancangan alat pencucian dan pengelupasan

Rancangan alat penyortiran

Sisdur pencucian tidak efektif

Sisdur pemisahan tidak efektif

Kotoran dan kedelai bercampur

Kedelai mentah kotor

Pengiriman

Pembalikan dan penusukan

Pemeraman

Pelubangan kemasan

Peragian

Penirisan

Pembungkusan

Pencucian II

Pengupasan dan pemecahan biji kedelai

Perendaman

Pemindahan biji kedelai dari ketel perebusan ke bak pencucian

Perebusan biji kedelai

Pemindahan biji kedelai dari bak pencucian ke ketel perebusan

Pencucian I

Pemilihan bahan baku biji kedelai ( sortir )

Keterangan Proses :

7

8

14

13

11

12

9

Rancangan alat pemindah

Kedelai matang panas dipindahkan dengan gayung cara manual

Operasi pemindahan kedelai matang dari ketel ke drum tidak aman

Rancangan alat pelubang

Dapat melukai tangan

Operasi pelubangan bungkus plastik tidak aman

Tingkat sirkulasi udara pada tempe yang jelek

Bahan kemasan

10

5

15

4

6

2

3

1

256255

_1034067393.doc