2
Jurnal Teknologi Industri Vol. IV No. 4 Oktober 2000 : 241 -
256
Formulasi Strategi Peningkatan Kualitas Produk pada Industri
Kecil
(Elisa Kusrini, Widjayani, Fifi Herni Mustafa)
FORMULASI STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS
PRODUK PADA INDUSTRI KECIL
Elisa Kusrini, Widjajani dan Fifi Herni Mustafa
ABSTRAKSI
Penelitian ini memfokuskan pada penentuan strategi peningkatan
kualitas di industri kecil dengan mengambil kasus di industri
tempe. Metode yang digunakan untuk mengenali, menganalisa dan
menentukan tingkat persaingan menggunanakan Quality Function
Deployment (QFD) yang diawali dengan membuat matriks perencaaan
produk (House of Quality), dilanjutkan dengan membuat matriks
perencanaan part (part Deployment), matriks perencanaan proses
(process planning) dan matriks perencanaan produksi/manufaktur.
Dari hasil analisis QFD diperoleh usulan untuk perbaikan
perencanaan proses pembuatan tempe yaitu: sortir bahan baku,
pencucian I dan II, pemindahan kedelai dan pelubangan kemasan
plastik. Dari usulan perbaikan perencaanaan proses diatas,
dilakukan pemilihan perbaikan untuk direalisasikan dengan
menggunakan teknik formulasi strategi implementasi dengan
berdasarkan pada pemetaan kebutuhan utama (berisi tujuan utama
perbaikan), performansi yang ingin dicapai dan perbandingan kondisi
sekarang dan kondisi yang ingin dicapai. Dari langkah ini
didapatkan tindakan usulan yaitu perancangan alat pemindah kedelai,
alat pencuci dan alat pelubang kemasan. Untuk mengetahui tingkat
kelayakan usulan maka dilakukan analisis kelayakan baik dari aspek
pasar , teknologi dan produksi maupun aspek finansial yang
menunjukkan bahwa usulan adalah layak untuk diimplementasikan.
Katakunci: Keinginan konsumen, Quality Function Deployment,
house of Quality, Part Deployment process planning, manufacturing
planning, strategi implementasi
1. LATAR BELAKANGPeningkatan kualitas produk secara sistematis
dan berkesinambungan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
keinginan pelanggan yang merupakan tujuan utama perusahaan untuk
dapat bertahan di pasar. Kualitas produk ini tercermin dari
karakteristik-karakteristik mutu yang terkandung pada produk yang
diinginkan oleh konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas ini adalah dengan menerapkan Quality Function Deployment
(QFD). QFD adalah suatu metodologi untuk menterjemahkan kebutuhan
dan keinginan konsumen ke dalam rancangan produk yag memiliki
persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu. Menurut
Daetz, Barnard dan Norman (1995 dalam Martyaningsih, 1999)
menyatakan bahwa QFD adalah suatu proses perencanaan sistematis
yang dikembangkan untuk membantu tim proyek dalam menyusun semua
elemen-elemen yang dibutuhkan untuk mendefiinisikan, mendesain dan
menghasilkan sebuah produk (jasa) yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Penelitian Penerapan metode QFD dilakukan baik dibidang
manufaktur maupun jasa (services). Di bidang manufaktur atara lain
pada produk Izusu Panther PT Pantja Motor (Bernadetta,1998), Produk
Deterjen PT Industri Kimia Daarut Tauhit, Bandung (Nurhayati,1999),
Produk Tekstil PT ATM Bandung (Aang Dael,1998). Di bidang jasa
antara lain.Paket Pos PT Pos Cabang Semarang (Indratno,1997), di
Mechanical Engineering Department, Wisconsin-Madison university
pada tahun 1991 untuk melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran (Ermer,1995), di Universitas Massey, Selandia Baru
(Houston and Lawrence,1998), Fakultas Teknik Industri Universitas
Trisakti (Dedy, Widjaja,1998).
Dalam penelitian ini akan diteliti penerapan metode QFD di
bidang industri kecil (studi kasus pada pabrik tempe) dengan
menerjemahkan keinginan konsumen beserta persyaratan teknis dan
perencanaan komponen yang dibutuhkan untuk memenuhinya sampai pada
perencanaan proses dan perencanaan produksi/manufaktur serta
strategi implementasinya.
2. GAMBARAN SINGKAT PROSES PRODUKSIPenelitian ini mengambil
studi kasus pada salah satu perusahaan tempe yang ada di daerah
Kiara Condong Bandung, yang merupakan home industri. Dalam satu
hari perusahaan mampu mengolah 200 kg biji kedelai menjadai tempe.
Proses pembuatan tempe melalui tahap-tahap: pemilihan biji kedelai
(sortir), pencucian1, perebusan, pemindahan kedelai matang dari
ketel ke tempat perendaman, perendaman, pengupasan dan pemecahan
biji, pencucian II, peragian, penirisan dan pendinginan, proses
pelubangan kemasan plastik , pengepakan dan pemeraman. Peralatan
yang digunakan antara lain: timbangan, tampi, bak/drum perendaman,
bak/drum berlubang untuk penirisan, tungku dan ketel, alat
saringan, mesin pemecah kedelai, alat pelubang plastik dan rak
anyaman bambu.
3. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN METODE QFD
QFD adalah metoda perencanaan dan pengembangan struktur produk
yang memungkinkan suatu tim pengembangan untuk menentukan dengan
jelas kebutuhan dan keinginan konsumen dan kemudian mengevaluasi
setiap tujuan produk atau sistematika kemampuan pelayanan dalam
kaitannya dengan pengaruhnya terhadap kebutuhan konsumen.
Metoda QFD memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan
yaitu (Cohen,1995):
a.Matriks perencanaan produk (House of Quality)
b.Matriks perencanaan part (Part Deployment)
c.Matriks perencanaan proses (Proses Planning)
d.Matriks perencanaan manufacturing / produksi (Manufacturing /
Production Planning)
3.1 House of Quality3.1.1.Kuisioner
Dalam matriks perencanaan produk terdapat bagian Customer
requirements, yang diperoleh dari survey ke konsumen dengan cara
menyebarkan kuisioner yang berhubungan dengan produk tempe.
Kuisioner disebarkan kepada kalangan masyarakat dan umumnya
responden adalah ibu rumah tangga, pemilik kantin / warung makanan
dan mahasiswa.
Berikut ini adalah ringkasan hasil dari kuesioner yang
disebarkan, yaitu :
a. Alasan utama responden mengkonsumsi tempe karena :
Nilai gizi tempe yang tinggi adalah sebesar 53 % responden
Harga yang murah adalah sebesar 28 % responden
Kesesuaian selera adalah sebesar 19 % responde
b. Jenis tempe yang biasa diolah menurut responden adalah tempe
kedelai.
c. Jenis masakan tempe yang paling sering dibuat menurut
responden adalah:
Tempe goreng sebesar 59 % responden
Sayur tempe sebesar 28 % responden
Sambal kering tempe sebesar 13 % responden
d. Ciri-ciri tempe yang baik menurut responden berdasarkan
persentase terbesar adalah :
Warna tempe yang putih dan bersih
Bau tempe yang khas
Tempe yang pada
Jamur yang merata
Keawetan tempe
Rasa tempe yang gurih
Tempe tidak beracun
e. Kemasan / bungkus tempe yang paling disukai adalah :
Dibungkus dengan plastik sejumlah 59 % responden
Dibungkus daun sebesar 41 % responden
f. Menurut 63 % responden tempe yang awet adalah tempe yang
dapat bertahan selama 2 hari dan sisanya memiliki jumlah hari yang
bervariasi.
Setelah dari kuisoner diperoleh atribut dari produk tempe yang
dianggap penting oleh responden yang mewakili konsumen, maka
disusun bobot kepentingan atribut atribut tersebut. Hasil
pembobotan adalah diberikan dalam Tabel 1.
Gambar 1. House of Quality
Untuk bagian customer competitive evaluation diperoleh dari
perbandingan produk tempe yang diamati di pasar swalayan tanpa
diketahui merk produknya. Sedangkan untuk bagian competitive
technical assesment perlu melakukan studi banding ke perusahaan
tempe yang lain untuk mengetahui bagaimana tingkat persaingannya
dan hal ini tidak dilakukan sehingga untuk bagian tersebut tidak
dapat diisi. Matriks House of Quality yang mencakup customer
requirements dan technical requirements diberikan dalam Gambar
1.
Gambar 2. Fault tree Analysis
Tabel 1. Bobot Atribut
NoATRIBUTBOBOT
1Tempe putih dan bersih5,6
2Bau khas tempe2,2
3Tempe padat3,0
4Jamur merata2,2
5Tempe awet4,4
6Rasa gurih4,7
7Tidak beracun4,6
3.2. Part Deployment3.2.1. Rincian kebutuhan sebagai kriteria
dalam analisis konsep
Sebelum penentuan part kritis yang harus diperhatikan perlu
dibuat suatu analisis konsep terlebih dahulu. Dalam analisis konsep
terdapat kriteria kriteria yang merupakan rumusan rincian kebutuhan
dari produk tempe, yaitu :
a. Kebutuhan konsumen dari QFD; berdasarkan house of quality
maka ditentukan faktor teknik yang memungkinkan untuk diperbaiki
adalah :
Banyaknya kotoran dalam kedelai mentah
Banyaknya kulit tertinggal pada kedelai matang
Tingkat sirkulasi udara di dalam tempe
b. Kebutuhan dari sisi manufakturing, dalam proses pembuatan
tempe terdapat beberapa hal yang memerlukan perhatian yaitu :
Keamanan pengoperasian yaitu proses pengoperasian pelubangan
plastik pembungkus tempe
Kemudahan pemindahan bahan
Minimasi tenaga kerja manusia yang digunakan
Tata letak yang baik
c. Kebutuhan akan karakteristik umum produk tempe secara umum
produk tempe yang dibutuhkan oleh konsumen adalah tempe yang
mempunyai karakteristik: Bersih, awet, gurih.
Gambar 3. Part Deployment
Dari rincian kebutuhan tersebut masih harus dipilih lagi
kebutuhan yang penting dan berhubungan dengan konsumen dan pihak
perusahaan mampu mengusahakannya. Faktor faktor kebutuhan yang
harus diteliti lebih lanjut adalah pengendalian banyaknya kotoran
dalam kedelai mentah, pengendalian banyaknya kulit tertinggal pada
kedelai matang, tingkat sirkulasi udara di dalam tempe, keamanan
pengoperasian pembuatan tempe dan kemudahan pemindahan bahan selama
dalam proses pembuatan tempe.
Gambar 4. Proses pembuatan tempe
3.2.2. Fault Tree AnalysisUntuk menentukan critical part
deployment digunakan metode fault tree analysis yaitu menganalisis
elemen-elemen yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
ketidaksesuaian target dengan technical requirements. Fault tree
analysis untuk mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut diberikan
dalam Gambar 2. Matriks Part Deployment diberikan dalam Gambar
3.
3.3.Process Planning3.3.1. Proses Analisis
Sebelum menentukan proses yang harus diperhatikan perlu
diketahui tahap-tahap proses yang dilalui oleh bahan baku biji
kedelai sampai menjadi tempe dan siap dipasarkan. Analisis proses
ini digambarkan dalam Gambar 4. Matriks perencanaan proses
diberikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Proses Planning
3.4. Manufacturing / Production PlanningSetelah melalui tahap
perencanaan part dan proses maka untuk tahap terakhir dapat
diketahui tindakan yang perlu diambil untuk perbaikan kualitas.
Dalam pembuatan tempe terdapat tahap-tahap yang memerlukan
perhatian dan dapat dilihat dalam matriks perencanaan produksi
Gambar 6.
Gambar 6. Manufacturing/production Planning4. HASIL QFD DAN
RENCANA USULAN TINDAKAN
Hasil dari QFD adalah perbaikan untuk proses:
a. Sortir bahan baku
Bahan baku yang dimaksud adalah biji kedelai mentah. Hasil
sortiran kadangkala tidak optimal karena masih banyak kotoran
berupa pasir, kerikil, kulit kedelai yang masih tercampur pada saat
masuk ke tahap proses selanjutnya. Hal ini dapat terjadi karena
alat yang digunakan adalah tampak yang kapasitasnya terbatas dan
tingkat kebersihan biji kedelai yang diperoleh dipengaruhi oleh
ketrampilan tenaga kerjanya.
b. Pencucian I dan II
Pencucian kedelai dilakukan dalam drum yang diisi dengan air.
Tujuan dari proses pencucian adalah memisahkan antara biji kedelai
dari kulit arinya yang terkelupas. Proses pencucian dipengaruhi
oleh cara pencucian dan kecepatan aliran air. Selama ini pencucian
dilakukan dengan tangan dan kaki oleh tenaga kerjanya, berarti
tenaga yang dibutuhkan lebih besar dan tergantung kepada kondisi
tenaga kerjanya. Agar proses pencucian ini tidak melelahkan tenaga
kerja dan kedelai yang diperoleh dapat lebih bersih dari kulit
arinya, maka diusulkan suatu perbaikan pada rancangan alat
pencuciannya.
c. Pemindahan kedelai
Pada proses pemindahan, yang dipindahkan adalah kedelai dalam
jumlah yang besar yaitu sekitar 165 kg. Terdapat dua tahap
pemindahan, yaitu pemindahan kedelai mentah dari drum pencucian ke
ketel untuk direbus dan pemindahan biji kedelai matang dari ketel
ke drum pencuciannya. Cara pemindahan yang tidak benar akan dapat
menimbulkan bahaya bagi tenaga kerja yang memindahkannya, karena
kedelai matang yang dipindahkan ke dalam pencucian masih dalam
kondisi yang panas dan dalam jumlah yang banyak. Selama ini
pemindahan dilakukan manual dengan beberapa kali pemindahan
menggunakan jaring yang memisahkan kedelai dengan air rebusan.
d. Pelubangan kemasan plastik
Plastik digunakan untuk membungkus kedelai matang yang sudah
siap untuk diperam. Agar sirkulasi udara dalam tempe cukup maka
diperlukan lubang-lubang di permukaan plastik sehingga sirkulasi
udara untuk tempe lancar. Plastik tersebut dilubangi secara manual.
Pekerjaan ini dapat membahayakan karena telah terjadi beberapa kali
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tenaga kerjanya yang tidak
hati-hati. Untuk menghindari bahaya ini maka diusulkan rancangan
alat pelubang kemasan plastik yang lebih aman.
Perbaikan yang diusulkan tidak meliputi seluruh proses yang
tersebut diatas. Pemilihan dilakukan untuk menentukan proses mana
yang diperlukan perbaikannya dengan mempertimbangkan tujuan yang
ingin dicapai. Pemilihan alternatif tindakan perbaikan dilakukan
dengan menggunakan teknik Formulasi Strategi Implementasi sebagai
berikut :
4.1. Pemetaan Kebutuhan Utama
Tujuan :
1. Memperbaiki proses pembuatan tempe dari segi keselamatan
tenaga kerjanya.
2. Memperbaiki efisiensi tenaga kerja yang dibutuhkan.
3. Memperbaiki tingkat kebersihan produk.
4.2. Data Dasar
Dari QFD diperoleh hasil berupa usulan implementasi. Usulan
implementasi tersebut sebagai data dasarnya. Data dasar diberi skor
sesuai dengan kepentingan dalam tujuan, dengan nilai skor
yaitu:
-2untuk tujuan implementasi yang tidak sesuai dengan tujuan
dalam 4.1
+2untuk tujuan implementasi yang sesuai dengan tujuan dalam
4.1
Hasil skor diberikan dala Tabel 2.
Dari tabel tersebut di atas diperoleh bahwa hanya alternatif
usulan ke-1 yang tidak sesuai.
Tabel 2. Skoring Usulan Implementasi
Usulan ImplementasiTjuan ImplementasiSkor
1. Merancang alat sortirKecepatan penyortiran bahan baku-2
2. Merancang alat Bantu pencuciMengurangi tenaga yang diperlukan
agar mengurangi resiko kerja+2
3. Merancang alat pemindah Mengurangi resiko terjadi kecelakaan
kerja+2
4. Merancang alat pelubang kemasan
plastikMengurangi resiko terjadi kecelakaan kerja+2
4.3. Performansi yang Ingin Dicapai
Skor yang digunakan :
- 2untuk performansi yang tidak mendukung tujuan dalam 3.1
+2untuk performansi yang mendukung tujuan dalam 3.1
Performansi yang ingin dicapai adalah :
Tingkat keselamatan kerja 100%Dengan rancangan alat yang
diusulkan diharapkan dapat menghilangkan bahaya yang berhubungan
dengan keselamatan tenaga kerja dalam pengoperasiannya.
Tenaga yang dibutuhkan untuk pengoperasiannya sedikit
Dengan rancangan alat yang diusulkan diharapkan dapat
memperingan kerja karyawan dengan memperkecil tenaga yang
dikeluarkan.
Tingkat kebersihan produkProduk tempe yang dihasilkan dengan
rancangan usulan alat ini diharapkan mampu memberikan nilai
kesehatan yang baik dalam hal kebersihan.
Biaya yang layakBiaya yang layak artinya biaya yang dikeluarkan
untuk pembuatan alat masih tergolong layak bila dibandingkan dengan
nilai penggunaannya.
Dari uraian tersebut dapat ditabulasikan dalam Tabel 3 .
Tabel 3. Total Skor Usulan Implementasi
Usulan Implementasi
Tingkat keselamatan 100%Tenaga yang dibutuhkan untuk operasi
sedikitTingkat kebersihan tinggiBiaya yang layakTotal skor
Bobot101055
1. Merancang alat sortir-2-2+2+2-20
2. Merancang alat bantu pencuci-2+2+2+240
3. Merancang alat pemindah+2+2+2+260
4. Merancang alat pelubang kemasan plastik+2+2-2+240
Dari tabel tersebut di atas diperoleh bahwa alternatif usulan
ke-1 mempunyai total skor terendah sehingga tidak dipilih untuk
implementasikan.
4.4. Tindakan
Berdasarkan point 4.2 dan 4.3 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa usulan yang dapat dipertimbangkan selanjutnya adalah alat
yang mendukung proses pencucian, proses pemindahan dan proses
pelubangan kemasan plastik. Tindakan yang harus dilakukan dengan
melihat keadaan sekarang dan keadaan yang dibutuhkan yang diberikan
dalam Tabel 4.
5. USULAN PERBAIKAN RANCANGAN ALAT
5.1. Gambar Rancangan Alat
A. Alat Pemindah (gambar 7)
B. Alat Pencuci (gambar 8)
C. Alat Pelubang Kemasan Plastik (gambar 9)
5.2. Cara Penggunaan Alat
A.Alat Pemindah
Alat pemindah terdiri dari (lihat gambar 7)
Ember alumunium berlubang-lubang, dengan ukuran;
Diameter atas = 100 cm
Tinggi = 50 cm
Crane terbuat dari besi, dengan ukuran;
Panjang = 360 cm
Lebar = 10 cm
Batang besi untuk pemindah beban, dengan ukuran;
Panjang = 130 cm
Tuas pengatur craneCara kerja alat ini digunakan terutama untuk
memindahkan benda-benda yang bersifat berat dan berbahaya. Ember
alumunium berlubang digunakan sebagai tempat kedelai dan dimasukkan
ke dalam ketel perebusan. Jika perebusan telah selesai maka crane
dapat mengangkat ember alumunium tersebut beserta kedelai matang
agar dapat ditiriskan airnya. Pengaturan naik turunnya crane dapat
dilakukan dengan memutar tuas yang terletak pada batang dan
menguncinya pada ketinggian crane tertentu. Setelah tiris, kedelai
matang tersebut dapat dipindahkan ke dalam alat pencucian untuk
dilakukan pencucian atau pendinginan, dengan cara mendorong batang
pemindah beban kearah lokasi yang diinginkan. Batang pemindah beban
dirancang dengan engsel yang terletak pada batang rel penumpu.
Batang pemindah beban tersebut dapat digeser sepanjang rel dan
engselnya digunakan untuk dapat menggerakkan batang pengatur
vertikal. Batang pemindah beban dapat diatur posisinya menjadi dua
posisi, yaitu posisi tidak digunakan, yaitu setinggi 2 m, dan
posisi digunakan yaitu setinggi siku berdiri manusia (1 m). Jika
tidak digunakan maka batang dapat diletakkan pada posisi tidak
digunakan agar tidak mengganggu aktivitas manusia.
Tabel 4. Tindakan yang dapat dilakukan dari hasil QFD
Cara dan alat yang digunakan
Pada saat iniPerbaikan yang diperlukan
1. Proses Pencucian Kedelai
Alat : drum & air
Cara : tenaga manusia dengan menginjakinjak kedelai menggunakan
kaki atau meremas dan mengosokgosok tangan untuk mengelupas kulit
ari kedelaiMengurangi tenaga yang dikeluarkan untuk mengelupas
kulit ari kedelai.
Menghindari penggunaan kaki untuk menginjak injak kedelai
2. Alat Pemidah
Alat : saringan untuk mengambil kedelai
Cara : memisahkan kedelai dari air rebusannya dengan alat
saringan. Cara ini dilakukan berulang kali kemudian air rebusannya
dikeluarkan dari ketel dengan menggunakan ember dan cara ini juga
dilakukan berulang kali sampai air sudah dibuang semua.Menghindari
bahaya karena memindahkan kedelai dalm kondisi panas (sehabis
direbus)
Mengurangi pekerjaan yang berulang ulang.
Mengurangi tenaga yang dibutuhkan
3. Alat Pelubang Kemasan Plastik
Alat : Paku dan Kayu sebagai alas.
Cara : Plastik ditumpuk beberapa buah kemudian paku ditusuk
tusukkan ke plastik secara satu persatu tusuk dengan tangan kanan
dan tangan kiri digunakan untuk menahan plastik agar tidak
bergeser. Menghindari bahaya tangan tertusuk paku.
Mengurangi pekerjaan yang berulangulang
B.Alat Pencuci
Alat pencuci terdiri dari (lihat Gambar 8):
Bak pencuci alumunium yang mempunyai saluran untuk pembuangan
air, dengan ukuran;
Diameter atas = 120 cm
Tinggi = 75 cm
Air yang mengalir
Tutup bak pencuci beserta pengaduknya, dengan ukuran;
Diameter = 120 cm
Cara kerja alat ini :
Alat ini mempunyai ember yang berukuran sesuai dengan ember
berlubang yang digunakan sebagai tempat kedelai matang sedemikian
sehingga ember berlubang tersebut dapat masuk ke dalam ember tempat
pencucian dengan tinggi ember berlubang tepat sampai pada tinggi
saluran pembuangan air pada ember pencucian. Penggunaan alat
pencucian ini dilakukan 3 kali selama proses pembuatan tempe
yaitu:
Proses pencucian kedelai mentah pada awal yang dilakukan pada
alat pencucian ini. Setelah dicuci ember berlubang dengan
kedelainya dapat diangkat dengan crane untuk diletakkan pada ketel
perebusan.
Proses pendinginan kedelai setelah direbus, pencucian dilakukan
hanya sekali, setelah diinginkan kedelai dapat diangkat dengan
embernya dengan menggunakan crane untuk dilakukan proses pemecahan
dan pengelupasan biji kedelai.
Proses pencucian dan pemisahan biji kedelai dengan kulitnya
setelah proses pemecahan selesai.
Ke dalam ember pencucian dimasukkan air hingga penuh, kemudian
ember ditutup dengan alat pengaduknya dan diklem agar kuat. Dengan
air yang mengalir terus kedelai dapat diaduk dan dicuci. Pengadukan
dapat dilakukan dengan memutar tuas pengaduk yang berukuran
setinggi siku berdiri manusia (1 m). Dalam proses pemisahan biji
kedelai dengan kulitnya, pengadukan dilakukan agar biji kedelai
yang telah dipecah pada proses pemecahan berpisah dengan kulitnya
dan kulit tersebut kemudian akan mengambang pada permukaan air. Air
yang mengalir akan membuang kulit tersebut ke luar melewati saluran
pembuangan pada alat pencuci tersebut.
C.Alat Pelubang Kemasan Plastik
Alat ini digunakan untuk melubangi plastik yang digunakan untuk
mengemas tempe. Alat ini terdiri dari 3 bagian (lihat gambar
9):
bantalan yang terbuat dari kayu sebagai bagian dasar.
penjepit plastik, yang terbuat dari kayu dilapisi karet agar
permukaan penjepit tidak licin dan dapat menjepit plastik dengan
baik sebagai bagian tengah.
pelubang, yang terbuat dari kayu dengan paku-paku pelubang
sejumlah 50 sebagai bagian atas.
Cara kerja alat ini :
Plastik pembungkus pada waktu dibeli dikelompokkan dalam suatu
jumlah tertentu dan dalam bentuk terlipat tiga. Hanya diperlukan
2/3 dari luas plastik keseluruhan yang harus dilubangi karena hanya
bagian tersebut yang nantinya akan diisi tempe. Plastik yang
terlipat tiga harus dibuka lipatannya satu, dan kemudian bagian
plastik yang masih terlipat dijepit di bawah alat penjepit dan
diklem agar kuat. Bagian pelubang kemudian dapat diturunkan untuk
melubangi plastik yang telah dijepit tadi.
5.3. Proses pembuatan tempe setelah digunakan alat yang baru
ialah sebagai berkut :
a. Pemilihan biji kedelai, dilakukan sama dengan proses yang
lama.
b. Pencucian I : biji kedelai dimasukkan ke dalam ember
berlubang yang telah dipasang di dalam bak pencucian. Bak pencucian
kemudian diisi air dan diaduk sampai tingkat kebersihan yang
diinginkan. Setelah cukup bersih maka ember berlubang yang berisi
kedelai dapat dipindahkan dengan crane ke dalam ketel
perebusan.
c. Proses perebusan dilakukan sama dengan proses yang lama.
d. Pemindahan kedelai matang dari ketel ke tempat perendaman
dilakukan dengan memindahkan ember berlubang ke bak pencucian untuk
direndam. Sedangkan air sisa perebusan dapat dikeluarkan dari ketel
dengan membuka kran di bagian bawah ketel.
e. Perendaman dilakukan sama dengan proses yang lama.
f. Pengupasan dan pemecahan biji dilakukan sama dengan proses
yang lama.
g. Pencucian II : Setelah pemecahan biji, kedelai dimasukkan ke
dalam ember berlubang yang terletak di dalam bak pencucian.
Kemudian dilakukan pencucian sampai semua kulit terpisah dari biji
kedelai.
h. Peragian : Setelah kedelai bersih dari kulitnya, ke dalam bak
pencucian dicampurkan ragi yang kemudian diaduk agar dapat
bercampur dengan rata. Setelah dicampur dengan rata, ember
berlubang dapat diangkat crane untuk ditiriskan airnya dan
dipindahkan pada bak penirisan.
i. Penirisan dan pendinginan, dilakukan sama dengan proses yang
lama.
j. Pengepakan dilakukan sama dengan proses yang lama.
k. Pemeraman dilakukan sama dengan proses yang lama.
6. ANALISIS KELAYAKAN PEMBUATAN ALAT
Dari usulan rancangan alat, dilakukan analisis pasar, teknologi
dan produksi dan finansial. Dari hasil analisis pasar dan teknologi
dan produksi didapatkan bahwa usulan adalah layak. Dari aspek
finansial denngan NPV, Payback periods dan IRR didapatkan bahwa
usulan adalah layak.
7. KESIMPULAN
Upaya untuk peningkatan kualitas produk pada industri kecil
tempe agar dapat bersaing di pasar dilakukan dengan metode Quality
Function Deployment (QFD) yang diawali dengan membuat matriks
perencaaan produk (House of Quality), dilanjutkan dengan membuat
matriks perencanaan part (part Deployment), matriks perencanaan
process (process planning) dan matriks perencanaan produksi /
manufaktur. Dari hasil analisis QFD diperoleh usulan untuk
perbaikan perencanaan proses pembuatan tempe yaitu: sortir bahan
baku, pencucian I dan II, pemindahan kedelai dan pelubangan kemasan
plastik. Dari usulan perbaikan perencanaan proses diatas, dilakukan
pemilihan perbaikan untuk direalisasikan dengan menggunakan teknik
formulasi strategi implementasi dengan berdasarkan pada pemetaan
kebutuhan utama (berisi tujuan utama perbaikan), performansi yang
ingin dicapai dan perbandingan kondisi sekarang dan kondisi yang
ingin dicapai. Dari langkah ini didapatkan tindakan usulan yaitu
perancangan alat pemindah kedelai, alat pencuci dan alat pelubang
kemasan. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan maka dilakukan
analisis kelayakan baik dari aspek pasar, teknologi dan produksi
maupun aspek finansial yang menunjukkan bahwa usulan adalah layak
untuk diiplementasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, B, K, 1996, Pengembangan Dan Implementasi Sitem
Perancangan Produk Otomotif Yang Mempertimbangkan Suara Konsumen,
Thesis S2 Teknik Industri ITB
Cohen, Lou, 1995, Quality Function Deployment: How to make QFD
work for you, addition wesley publishing company, New York
Dedys dan Wijaya F, 1998, Penggunaan rumah kualitas (House of
Quality) dalam meningkatkan perbaikan dan penyempurnaan pelayanan
jasa pendidikan dan pengajaran di Jurusan Teknik Industri di
Universitas Trisakti, proceeding seminar nasional manajemen
kualitas Bandung
Daniel, A.1998, Implementasi metodologi QFD dalam proses
perancangan tekstil di PT ATM, Bandung, skripsi S1 Teknik Industri
ITB
Ermer, D, S,1995, Using QFD Becomes An Educational Experiencefor
Studentsand Faculty, Quality progress, p131-136
Houston, D and Lawrence, K.A , 1998, QFD in University Quality
manajement course Annual Quality Connggress Procedings, 564-574
Indratno, Is, 1997, Peningkatan Kualitas Pelayanan Produk Paket
Pos Dengan Metode QFD di PT Pos Cabang Semarang, Skripsi SI Teknik
Industri Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Martyaningsih, DKK, 1999, Quality by Design dengan Quality
Function Deployment, Review Paper, Pasca sarjana Teknik Industri,
ITB
Rancangan Kemasan
Sisdur pencucian yang tak efektif
Alat pemecah yang tak efektif
Kulit tercampur dengan kedelai matang
Kulit masih menempel di kedelai
Banyaknya kulit yang tertinggal di kedelai
Rancangan alat pencucian dan pengelupasan
Jarak antara gerinda
Rancangan alat pencucian dan pengelupasan
Rancangan alat penyortiran
Sisdur pencucian tidak efektif
Sisdur pemisahan tidak efektif
Kotoran dan kedelai bercampur
Kedelai mentah kotor
Pengiriman
Pembalikan dan penusukan
Pemeraman
Pelubangan kemasan
Peragian
Penirisan
Pembungkusan
Pencucian II
Pengupasan dan pemecahan biji kedelai
Perendaman
Pemindahan biji kedelai dari ketel perebusan ke bak
pencucian
Perebusan biji kedelai
Pemindahan biji kedelai dari bak pencucian ke ketel
perebusan
Pencucian I
Pemilihan bahan baku biji kedelai ( sortir )
Keterangan Proses :
7
8
14
13
11
12
9
Rancangan alat pemindah
Kedelai matang panas dipindahkan dengan gayung cara manual
Operasi pemindahan kedelai matang dari ketel ke drum tidak
aman
Rancangan alat pelubang
Dapat melukai tangan
Operasi pelubangan bungkus plastik tidak aman
Tingkat sirkulasi udara pada tempe yang jelek
Bahan kemasan
10
5
15
4
6
2
3
1
256255
_1034067393.doc