Contact Dermatitis

LAPORAN KASUS

Dermatitis Kontak Iritan

Oleh : A. A. Istri Eka Putri Damayanti

NIM. 102011101049

Pembimbing:

dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A

dr. Gebyar Tri Baskara, Sp.A

dr. Ramzy Syamlan, Sp.A

dr. Saraswati, Sp.A

dr. Lukman Oktadianto, Sp.A

Introduction

• Radang pada kulit akibat bahan dari luar penyebab iritasi maupun alergi

• Tahap perkembangan lesi:

1. Eritematosa

2. Papulosa

3. Vesikulosa

4. Pustulosa

5. Madidans

6. Krustosa

7. Skuamosa

8. Likenifikasi

Irritant Contact Dermatitis

• Dermatitis akibat bahan iritan

• Dapat terjadi pada setiap individu

• Paling banyak DKI akibat kerja pada individu dewasa

• Pada anak, banyak diakibatkan oleh bahan iritan pada popok dan pewarna kain

Etiology

• Bahan pelarut

• Detergen

• Minyak pelumas

• Asam dan alkali kuat

• Serbuk kayu

• Pewarna pakaian

Pathogenesis

• Iritan denaturasi keratin defek membran lipid kulit membran sel merusak lisosom, mitokondria, komponen inti sel

• Kerusakan membran fosfolipase pelepasan AA, DAG, PAF aktivasi sel-T, makrofag mediator inflamasi (sitokin)

Classification

1. DKI akut : luka bakar, asam/basa kuat

2. DKI akut lambat : dermatitis venenata

3. DKI kumulatif : debu bangunan, kosmetik

4. DKI kronis : pekerja logam, penata rambut

5. DKI traumatik : trauma panas, laserasi

6. DKI noneritematosa : perub. fungsional sawar stratum korneum

7. DKI subyektif : asam laktat

1. DKI akut2. DKI kronis3. DKI kumulatif4. DKI traumatik

Histo-pathologic Changes

• Dermis : vasodilatasi, sebukan sel mononuklear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas

• Epidermis : eksositosis diikuti spongiosis dan edema intrasel nekrosis epidermal

• Keadaan berat : vesikel atau bula, di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrofil

Clinical Manifestation

1. Sifat iritan (kuat akut, lemah kronis)

2. Faktor individu (ras, usia, lokasi, jenis kelamin, atopi, penyakit kulit lain)

3. Faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara, oklusi)

Diagnosis

1. Anamnesis : onset pajanan iritan hingga timbul gejala, agen penyebab

2. Pemeriksaan Fisik : status dermatologis, efloresensi perkiraan sifat iritan

3. Pemeriksaan Penunjang– Pemeriksaan kadar IgE– Patch test, prick test– Kultur bakteri– Tes KOH (Wolff, 2008)

Differential Diagnosis

• Dermatitis kontak alergi (DKA)

• Dermatitis atopi

• Dermatitis seboroik

• Psoriasis

• Dermatitis akibat proses infeksi

• Akrodermatitis enteropatika akibat defisiensi zinc

Treatment

1. Menghindari pajanan bahan iritan

2. Kortikosteroid topikal

3. Antihistamin

4. Antibiotik

5. Alat pelindung diri

Prognosis

• Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna prognosisnya kurang baik

• Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multi faktor, juga pada penderita atopi.

References• Beltrani, VS. 2006. Contact Dermatitis: A Practice Parameter. The American

Academy of Alergy, Asthma, and Immunology: Annals of Alergy, Asthma & Immunology.

• Djuanda, A. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

• Murtiastutik, D. 2007. Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.

• Pigatto, et al. 2010. Contact Dermatitis in Children. Italian Journal of Pediatrics, 36:2.

• Silverberg, et al. 2014. Pediatric Contact Dermatitis. Medscape Medical Reference.

• Tersinanda TY, et al. 2013. Dermatitis Kontak Alergi. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

• Wolff K, et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Seventh Edition Volumes 2. The United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Thank You