Top Banner
19 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0 – 6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya (Suryani, 2007). Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dikuatkan oleh penelitian para ahli yang dipaparkan oleh Direktorat PAUD (2004) dalam (Nur Cholimah) bahwa perkembangan otak manusia pada usia 0-8 tahun meliputi 80%. Otak adalah anugrah Allah Swt, ia berkembang dengan pesat sejak bulan keempat dalam kandungan ibu, dan saat dilahirkan umumnya anak memiliki 100 milyar sel otak aktif (neuron) dan 900 milyar sel yang merekatkan, memelihara, dan menyelubungi sel-sel aktif. Besarnya kapasitas otak bersifat potensial dan siap untuk diberdayakan, namun juga dapat mati dan potensi itu tidak berkembang apabila tidak ditangani secara benar. Ketika dilahirkan indera pendengaran anak telah siap untuk mendengar
94

Cob Aaaaaaaaa

Aug 12, 2015

Download

Documents

Tarman Alin S
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cob Aaaaaaaaa

19

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki

karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0 – 6

tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek

perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya

(Suryani, 2007). Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam

rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dikuatkan oleh penelitian

para ahli yang dipaparkan oleh Direktorat PAUD (2004) dalam (Nur Cholimah)

bahwa perkembangan otak manusia pada usia 0-8 tahun meliputi 80%. Otak

adalah anugrah Allah Swt, ia berkembang dengan pesat sejak bulan keempat

dalam kandungan ibu, dan saat dilahirkan umumnya anak memiliki 100 milyar sel

otak aktif (neuron) dan 900 milyar sel yang merekatkan, memelihara, dan

menyelubungi sel-sel aktif. Besarnya kapasitas otak bersifat potensial dan siap

untuk diberdayakan, namun juga dapat mati dan potensi itu tidak berkembang

apabila tidak ditangani secara benar. Ketika dilahirkan indera pendengaran anak

telah siap untuk mendengar

Page 2: Cob Aaaaaaaaa

20

2. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Najib (2003) pendidikan anak usia dini memegang peranan

penting dan menentukan sejarah perkembangan selanjutnya, sebab pendidikan

anak usia dini merupakan pondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang

mendapat pembinaan sejak usia dini akan meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan prestasi

belajar, etos kerja, dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk

mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Pengertian anak usia dini yang dikutip dari Abdulhak (2005) dalam

Nurcholimah PAUD adalah ”Usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak sejak lahir sdampai usia enam tahun yang

dilakukan melalui penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya dan bersifat

mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh agar anak dapat tumbuh

kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan

masyarakat.

Menurut Netti (2005) PAUD merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah

Page 3: Cob Aaaaaaaaa

21

pertumbuhan, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), dan

kecerdasan daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan emosional.

3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi membina, menumbuhkan, dan

mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk

perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar

memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Menurut Santoso

(2006) Pendidikan anak pada usia dini menentukan perkembangan kepribadian

dan fisiknya di kemudian hari.

Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UUD’45 alinea empat

merupakan tujuan utama bagi sistem Pendidikan Nasional kita dalam rangka

membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan tujuan pendidikan bagi

anak usia dini yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, butir 14.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

bagi anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah membangun

landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,

Page 4: Cob Aaaaaaaaa

22

kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis dan bertanggung jawab (Puskur, 2007).

Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membimbing dan

mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai

tipe kecerdasannya, agar anak kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh

sesuai falsafah suatu bangsa (Suyanto, S : 2005)

Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yang dikutip

dari bahan TOT APE bersumber lingkungan bagi anak usia dini (2006) adalah:

Tujuan utama, untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga

memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta

mengarungi kehidupan di masa dewasa, sedangkan tujuan penyertanya yaitu

untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di

sekolah.

4. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Terdapat tiga hal yang melandasi pendidikan anak usia dini, yaitu: (1)

landasan yuridis, (2) landasan Filosofis dan Religi, dan (3) landasan keilmuan dan

empiris. Berkenaan dengan landasan yuridis yaitu pentingnya anak usia dini

tersirat dalam Undang-Undang dasar 1945 yang menyatakan bahwa…”

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.” Selain itu dalam amandemen UUD

1945, pasal 28 b ayat 2 menyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan

Page 5: Cob Aaaaaaaaa

23

hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi,” sedangkan pada pasal 28 c ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi

kesejahteraan umat manusia.

Pertemuan Forum Pendidikan Dunia Tahun 2000 yang diselenggarakan di

Dakkar, Senegal, menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan

untuk semua (The Dakkar Framework for Action Education For All) yang salah

satu butirnya adalah kesepakatan untuk “memperluas dan memperbaiki

keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak yang

sangat rawan dan kurang beruntung” (Jalal, 2002). Demikian pula dalam

pertemuan World for Children 2002 (Dunia yang layak bagi anak), dicanangkan

kehidupan yang sehat bagi anak dan diberikan pendidikan yang berkualitas.

Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, pasal 4 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup,

tumbuh, dan berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya

sesuai dengan minat dan bakatnya, selanjutnya di dalam pasal 28 disebutkan

bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jasmani sosial

dengan kebutuhan fisik,mental, spiritual, dan sosial.

Page 6: Cob Aaaaaaaaa

24

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal 1, butir 14).

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional juga memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak usia dini. Pasal

28 UUSPN tersebut menyebutkan bahwa:

a. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

b. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan mulai jalur pendidikan

formal, non formal, dan/ atau informal.

c. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

d. Pendidikan anak usia dini pada jalur non formal berbentuk Kelompok

Bermain (KB), Taman Pendidikan Anak (TPA), atau bentuk lain yang

sederajat.

e. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

f. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendidikan anak usia dini harus didasarkan pada nilai-nilai filosofis dan

religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang

Page 7: Cob Aaaaaaaaa

25

dianutnya. Di dalam ajaran Islam disebutkan bahwa “ seorang anak terlahir dalam

keadaan fitrah, orang tua mereka yang membuat anaknya yahudi, nasrani, dan

majusi”. Penanaman nilai-nilai agama harus disesuaikan dengan tahapan

perkembangan anak serta keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Penanaman

pembiasaan sangat dianjurkan dan dirasa efektif dalam mengajarkan agama untuk

anak usia dini, seperti pembiasaan melakukan sholat lima waktu, puasa, dan lain-

lain. Pendidikan anak usia dini juga harus sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

oleh lingkungan di sekitarnya yang meliputi faktor budaya, keindahan, kesenian,

dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya

melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik,

standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau Negara,

karena perbedaan pandangan falsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan

filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi

atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa

pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu

menjadikan manusia Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia juga sangat

menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam

semboyan Bhineka Tunggal Ika yang maknanya”berbeda tetapi tetap satu”. Dari

semboyan tersebut bangsa Indonesia juga menjunjung tinggi hak-hak individu

sebagai makhluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai

makhluk individu yang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai

Page 8: Cob Aaaaaaaaa

26

dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan

diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga

kelak menjadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun

atas dasar Falsafah Pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal

Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan

kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong, saling

menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.

Dari segi empiris, banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa

pendidikan anak usia dini sangat penting, antara lain yang menjelaskan bahwa

pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak memuat 100-200 milyar

sel otak (Clark dan Semiawan, 2004) yang siap dikembangkan serta

diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi, tetapi hasil

riset membuktikan bahwa hanya 5% dari potensi otak itu yang terpakai. Hal itu

disebabkan kurangnya stimulasi yang mengoptimalkan fungsi otak.

Berdasarkan data dari PDIP Balitbang Depdiknas 2005, sampai dengan

tahun 2006 pendidikan anak usia dini di Indonesia telah mulai tampak

aktivitasnya. Sampai dengan tahun 2006 tercatat telah ada 234.957 lembaga

PAUD formal dan non formal yang meliputi TK / RA (71.796 buah), Kelompok

Bermain (20.143 buah), Taman Penitipan Anak (523 buah), Satuan Paud Sejenis

(35.878 buah), Taman Pendidikan Al-Qur'an (106. 617 buah), sedangkan peserta

didik berjumlah 10.514.683 anak terdiri dari 2.178.875 anak di lembaga TK/ RA,

1.117.629 anak di Kelompok Bermain, 20.206 anak di lembaga TPA, 1. 546.907

anak di SPS, dan 5.651.066 anak di TPQ. Jumlah pengasuh pada pendidikan anak

Page 9: Cob Aaaaaaaaa

27

usia dini sampai tahun 2006 berjumlah 703.877, meliputi 106.075 orang pendidik

TK/ RA, 69.844 orang pendidik Kober, 1.119 orang pendidik TPA, 53.817 orang

pendidik SPS, dan 473.022 orang pendidik TPQ. Di Jawa Barat sendiri

berdasarkan data dari BPS yang diolah BAPEDA Provinsi Jawa Barat sampai

dengan tahun 2008, penduduk Jawa Barat berjumlah 40.737.594 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk rata-rata 2,2% per tahun. Dari jumlah penduduk yang

cukup banyak tersebut data Disdik Jabar menunjukkan jumlah anak usia dini(0-6

tahun) mencapai 4.559.379 jiwa, baru dapat terlayani oleh PAUD nonformal

1.219544 jiwa atau 26,74%, sehingga total yang terlayani baru 1.732.043 jiwa

atau 37,98%. Atas dasar pertimbangan tersebut dengan melihat permasalahan

yang ada maka kebijakan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat melalui

pendidikan Nonformal menempatkan salah satu program prioritasnya adalah

Peningkatan Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini, dengan harapan Angka

Partisipasi anak usia dini di Jawa Barat secara signifikan bisa ditingkatkan hingga

mencapai 43,87% pada akhir 2009 melalui Kelompok Bermain, Taman Penitipan

Anak, dan Satuan PAUD sejenis seperti Pos PAUD, Bina Anak Muslim Berbasis

Masjid (BAMBIM), dan Taman Asuh Anak Muslim (TAAM).

Landasan keilmuan pendidikan anak usia dini bersifat isomorfis artinya

kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan

gabungan dari beberapa disiplin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi,

ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta

neurosains (ilmu tentang perkembangan otak manusia). Pertumbuhan dan

perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan

Page 10: Cob Aaaaaaaaa

28

struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan

otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan, dendrit, kompleksitas

hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut

sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan

itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100

milyar hingga 200 milyar sel syaraf. Tiap sel syaraf siap berkembang sampai taraf

tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dengan

lingkungannya.

Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar: “Anak

belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu

melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak

dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak

dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus

menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigotsky meyakini bahwa : pengalaman

interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir

anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi

dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi

anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.” Howard Gardner

menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia yang terbagi

menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko-matematik, kecerdasan

visual-spasial, kecerdasan musik, kecerdasan spiritual, kecerdasan linguistik.

Page 11: Cob Aaaaaaaaa

29

Perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan

struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi,

kesehatan, dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan

yang sesuai bagi anak sangat diperlukan.

Berdasarkan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peletak

dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, untuk

itu dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi

dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda

satu sama lainnya (individual differences).

Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini

didasarkan pula pada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang

anak. Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para

orang tua dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada

awal tahun 80-an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang

dianggap telah mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National

Association for The Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul

pada tahun 1980-an di AS merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap

berbagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun

para pakar pendidik anak usia dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi

melalui”Konsep DAP”. Konsep DAP (Developmentally Approriate Practise)

merupakan pendidikan yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap

anak yang berusia 0-8 tahun memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi

sehingga memudahkan dalam upaya memberikan pelayanan pendidikannya.

Page 12: Cob Aaaaaaaaa

30

Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan

para pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang

melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu pengetahuan,

keterampilan, sifat ilmiah, dan perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling

berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua

aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh

secara berkelanjutan.

Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan

belajar yang senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan

rasa ingin tahu yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi

menunjukkan bahwa anak usia dini yang dilayani dengan metode DAP

mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak yang dilayani

tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak usia dini yang

berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena

mereka senantiasa diminta mengisi lembar kertas kerja yang kurang patut dan

kurang menyenangkan anak.

Sementara dampak terhadap perkembangan kognitif juga menunjukkan hal

yang menggembirakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang

mendapatkan kurikulum DAP lebih kreatif, lebih percaya diri, unggul dalam

kemampuan berbahasa. Uniknya lagi kemampuan membaca dan berhitung mereka

juga meningkat. Dampak pelaksanaan DAP bagi pelaksanaan pendidikan anak

usia dini berpengaruh pada jangka panjang. Anak-anak yang ketika usia dini

mendapat pelayanan pendidikaan dengan metode DAP memiliki kemampuan

Page 13: Cob Aaaaaaaaa

31

membaca dan berhitung lebih tinggi saat mereka duduk di kelas satu SD

dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan

dengan metode DAP saat di pendidikan usia dini.

Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak (DAP) menekankan

pada beberapa hal berikut ini:

a. “Anak yang seutuhnya”. Para professional anak usia dini menyebut

perkembangan anak dan pembelajaran dari suatu persfektif yang holistik akan

menciptakan kurikulum yang mencakup kebutuhan emosi, sosial, kognitif,

dan fisik anak.

b. Program yang berdasarkan pada perbedaan individu. Perencanaan dan

penerapan program adalah ditujukan untuk mengadaftasi kebutuhan yang

berbeda-beda, tingkat berfungsi, dan minat anak-anak dalam kelompok.

c. Pentingnya inisiatif anak dalam beraktifitas. Anak adalah pembuat

keputusan aktif dalam proses pembelajaran. Para guru memiliki wawasan

yang luas tentang tanggapan anak yang bersifat membangun.

d. Permainan yang berarti sebagai sarana untuk belajar. Permainan adalah

sesuatu yang bernilai dan fasilitasnya bisa yang berada di dalam ruangan

maupun yang berada di luar ruangan.

e. Kelas yang fleksibel, yang dapat memberikan stimulasi kepada anak. Para

guru dengan aktif mempromosikan pelajaran anak-anak, menggunakan

pembelajaran langsung atau pun tidak langsung.

Page 14: Cob Aaaaaaaaa

32

f. Kurikulum yang terintegrasi. Isi program dan area kurikulum (sains,

matematika, keaksaraan, dan ilmu sosial) dikombinasikan dalam lingkungan

aktivitas sehari-hari.

g. Learning by doing. Anak-anak terlibat langsung dalam pengalamann yang

kongkrit dengan suatu materi. Aktivitas dimana mereka berpartisipasi dengan

sesuatu yang relevan dan penuh arti.

h. Memberikan aneka pilihan bagi anak-anak tentang apa yang akan mereka

pelajari dan bagaimana mereka belajar. Para guru menyediakan suatu

kesempatan yang luas dalam aktivitas dan material sehingga anak-anak boleh

memilih dan dapat meraih tujuan belajar melalui banyak cara.

i. Penilaian secara berkesinambungan tentang anak-anak secara individual dan

program secara keseluruhan. Praktisi menggunakan berbagai strategi

penilaian termasuk yang formal dan teknik informal.

j. Bekerjasama dengan orang tua. Orang tua merupakan patner yang penting

dan pengambil keputusan dalam proses pendidikan. Keterlibatan mereka

dalam pendidikan anak dipandang sebagai sesuatu yang penting dan sangat

diharapkan.

5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Terdapat sejumlah prinsip umum Pendidikan Anak Usia Dini, dengan

mengacu sebagian pada.prinsip-prinsip yang dirumuskan dalam suatu Semiloka

Nasional PAUD di Bandung (Ditjen Diklusepa Depdiknas dan UPI, 2003), yakni:

Page 15: Cob Aaaaaaaaa

33

a. Holistik dan terpadu, prinsip ini mengandung maksud bahwa

penyelenggaraan PAUD seyogianya terarah ke pengembangan segenap aspek

perkembangan jasmani dan rohani anak serta terintegrasi dalam suatu

kesatuan program yang utuh dan proporsional. Secara makro. Prinsip holistik

dan terpadu ini bisa berarti bahwa penyelenggaraan PAUD dilakukan secara

integrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan

segenap komponen masyarakat sesuai dengan tanggung jawab dan

kewenangannya.

b. Berbasis keilmuan yang bersifat multi-disipliner. Prinsip ini mengandung

maksud bahwa PAUD hendaknya didasarkan pada temuan-temuan mutakhir

dalam berbagai bidang keilmuan yang relevan. Dalam hal ini, para ahli dan

praktisi PAUD hendaknya selalu menyebarluaskan temuan-temuan ilmiahnya

di bidang pendidikan anak usia dini sehingga dapat diaplikasikan oleh para

praktisi PAUD, baik oleh tenaga profesional di lembaga-lembaga pendidikan

anak usia dini maupun oleh tenaga-tenaga non-profesional di masyarakat dan

keluarga.

c. Berorientasi pada kebutuhan perkembangan dan keunikan anak. Pendidikan

anak usia dini seyogianya dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak. Program PAUD yang baik

adalah yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan perkembangan anak,

bukan sebaliknya, anak dipaksa untuk memenuhi standar-standar program

yang dirancang dan ditetapkan oleh orang dewasa..

Page 16: Cob Aaaaaaaaa

34

d. Berorientasi masyarakat.. Pendidikan anak usia dini hendaknya berlandaskan

dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio-kultural yang

berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Prinsip ini

mempersyaratkan perlunya PAUD untuk memanfaatkan potensi lokal, baik

berupa keragaman sosial budaya maupun berupa sumber daya-sumber daya

yang ada di masyarakat setempat.

e. Menjamin keamanan anak. Para pendidik PAUD harus mampu menciptakan

lingkungan belajar dan perkembangan yang aman bagi anak baik yang

membahayakan secara fisik maupun kesehatan.

f. Keselarasan antara rumah, sekolah, dan masyarakat. Prinsip ini memberikan

pelajaran tentang perlunya jalinan kerja sama yang harmonis antara rumah,

sekolah, dan masyarakat. Untuk memperoleh layanan PAUD yang bermutu

dan efektif diperlukan adanya keselarasan program pendidikan antara apa

yang berlangsung di rumah, sekolah, dan masyarakat.

g. Terbebas dari perlakuan diskriminatif. Semua anak mendapat hak untuk

memperoleh layanan pendidikana anak usia dini yang layak dan berkualitas.

Pendidikan tidak hanya untuk anak yang pintar dan cerdas, tetapi untuk semua

anak tanpa membedakan ras, jenis kelamin, taraf kecerdasan, dan faktor-faktor

lainnya. Pada prinsipnya semua anak mendapat pengalaman belajar yang kaya

dan cocok dengan gaya individual yang bersangkutan.

Page 17: Cob Aaaaaaaaa

35

Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini menurut Pusat Kurikulum

(2007), adalah sebagai berikut:

a. Berorientasi pada perkembangan anak.

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai

dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik,

maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian

dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang

dimulai dari cara sederhana ke rumit, dari kongkrit ke abstrak, dari gerakan

ke verbal, dan dari ke-akuan ke rasa sosial.

b. Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada

kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan

upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembanagn psikis, yaitu

intelaktual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.

c. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain

Bermain merupakan cara belajar anak usia dini. Melalui bermain anak

bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan,

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, dan kesimpulan

mengenai benda di sekitarnya. Ketika bermain anak membangun pengertian

yang berkaitan dengan pengalamannya.

Page 18: Cob Aaaaaaaaa

36

d. Lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan

menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang

dapat mendukung kegiatan bermain anak.

e. Berpusat pada anak

Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya menempatkan anak sebagai

subjek pendidikan. Oleh karena itu semua kegiatan pembelajaran diarahkan

atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi

kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif

melakukan atau mengalami sendiri. Pendidik bertindak sebagai pembimbing

atau fasilitator.

f. Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran

terpadu. Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan

seluruh aspek perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek

perkembangan dengan aspek perkembangan lainnya saling terkait.

Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana

untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh.

g. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan

hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab,

memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi

kelangsungan hidupnya.

Page 19: Cob Aaaaaaaaa

37

h. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar.

Media dan sumber pembelajaran memanfatkan lingkungan sekitar nara

sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/ guru.

i. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap,

dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai

pemahaman konsep yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan

secara berulang.

j. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan

dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-

kegiatan yang menarik, menyenangkan, untuk membenagkitkan rasa ingin

tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal

baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis,

mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

k. Pemanfaatan teknologi informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi

untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape rekorder, radio, televisi, komputer.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan

untuk memudahkan anak memenuhi rasa ingin tahunya.

Page 20: Cob Aaaaaaaaa

38

6. Karakteristik Anak Usia Dini

Pandangan para ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari

waktu ke waktu dan berbeda satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang

digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang telah terbentuk

oleh bawaannya atau memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk oleh

lingkungannya. Ada juga ahli lain yang menganggap anak sebagai miniatur orang

dewasa, dan ada pula yang memandang anak sebagai individu yang berbeda.

Maria Montessori (dalam Hurlock, 1978) berpendapat bahwa usia 3-6

tahun merupakan periode sensitif atau masa peka terhadap anak, yaitu suatu

periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang , diarahkan sehingga tidak

terhambat perkembangannya. Masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif

terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan

tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap objek-objek kecil dan detail, serta

terhadap aspek-aspek sosial kehidupan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Erik H. Erikson (dalam Helms& Turner,

1994), yang memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative.

Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti

kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan

dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya maka anak

akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreatifnya, serta hal-hal yang

produktif di bidang yang disenanginya. Orangtua yang selalu menolong, memberi

nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya

sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan

Page 21: Cob Aaaaaaaaa

39

untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pada masa ini terjamin

tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan

kemandirian yang memungkinkan untuk berprakarsa), akan menumbuhkan

kemampuan untuk berprakarsa. Sebaliknya, kalau terlalu banyak dilarang dan

ditegur, maka anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty).

Menurut Froebel (Roopnaire, J. L & Johson, J. E., 1993) masa anak

merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa

pembentukan dalam periode pembentukan manusia.

Kelompok konstruktivisme yang dimotori oleh Jean Pigeat dan Lev

Vygotsky, berpendapat bahwa anak bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk

membangun pengetahuannya. Secara mental anak mengkonstruksi

pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak memperoleh

pengetahuannya bukan dengan cara menerima secara pasif dari orang lain,

melainkan dengan cara membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui

interaksi dengan lingkungannya. Anak adalah makhluk belajar aktif yang dapat

mengkreasi dan membangun pengetahuannya.

7. Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini.

Sesuai dengan karakteristik dan cara belajar anak, maka program PAUD

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Relatif tidak terstruktur. Program PAUD perlu dirancang dan disajikan secara

tidak kaku, tetapi sifatnya lebih informal sebagai kegiatan keseharian, hal ini

dilakukan untuk mengakomodasikan kebutuhan dan karakteristik anak yang

Page 22: Cob Aaaaaaaaa

40

masih bersifat spontan, memiliki masa pemusatan yang pendek, serta untuk

menciptakan suasana pendidikan yang lebih alami dan menyenangkan.

b. Terintegrasi. Program PAUD disajikan sebagai suatu aktivitas pembelajaran

yang terpadu, tidak dipilah-pilah dalam bentuk mata pelajaran. Cara ini

dilakukan untuk memenuhi prinsip holistik dan integrasi yang menghendaki

agar PAUD benar-benar memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak

secara utuh.

c. Kontekstual. PAUD diselenggarakan dengan memperhatikan apa yang secara

kontekstual terjadi dalam interaksi pendidikan dengan anak. Cara seperti ini

sangat penting untuk menciptakan proses pendidikan atau pembelajaran

menjadi sesuatu yang aktual dan bermakna bagi anak.

d. Melalui pengalaman langsung. Sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir

dan cara belajar anak yang lazimnya masih terbatas pada cara berpikir

konkrit, penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran bagi anak usia dini

seyogianya dilakukan melalui aktivitas konkrit dan pengalaman langsung.

Dalam hal ini anak diberi kesempatan yang banyak untuk berinteraksi

langsung dengan orang lain dan berbuat langsung atas objek-objek benda

yang ada di sekitarnya.

e. Melalui suasana bermain dan menyenangkan. Cara ini dimaksudkan untuk

memenuhi tuntutan dunia anak, yakni dunia bermain, dan sekaligus untuk

mengkondisikan perbuatan belajar sebagai suatu perbuatan yang

menyenangkan, bukan sesuatu yang menyiksa.

Page 23: Cob Aaaaaaaaa

41

f. Responsif. Program PAUD hendaknya memperhatikan perbedaan individual

anak baik dalam hal kecakapan, minat, dan aspek-aspek lainnya sehingga

program pendidikan yang diselenggarakan betul-betul sesuai dengan dan

memenuhi perbedaan- perbedaan individual tersebut.

8. Ciri- ciri Anak Usia Dini

Anak pada masa usia dini memiliki ciri-ciri tertentu. Kartini Kartono

(1986) mengungkapkan ciri khas anak usia dini sebagai berikut:

a. Bersifat egosentris naïf

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari

pengetahuan dan pemahamannya sendiri, serta dibatasi oleh perasaan dan

pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang

masih sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran

orang lain. Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan

belum mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan atau pikiran orang

lain. Anak sangat terikat pada dirinya sendiri. Ia menganggap bahwa

pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya. Ia juga belum

mampu memisahkan dirinya dari lingkungannya.

b. Relasi sosial yang primitive

Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naïf.

Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara

keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, anak

belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain

Page 24: Cob Aaaaaaaaa

42

atau anak lain di luar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat

terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya.

Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan

keinginannya sendiri.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan

Kondisi jasmani dan rohani anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat

membedakan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak masih merupakan

kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau

diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah

laku, maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku

pura-pura. Anak mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara

terbuka.

d. Sikap hidup yang fisiognomis

Anak bersifat fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak

memberikan atribut/ sifat lahiriah atu sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang

dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa

yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan

rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati.

Segala sesuatu yang ada di sekitarnyaa dianggap memiliki jiwa yang

merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus,

seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia ini sering bercakap-

cakap dengan binatang atau boneka.

Page 25: Cob Aaaaaaaaa

43

Anak usia dini (0-6 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai

lompatan perkembangan. Karena itulah pada usia dini dikatakan sebagai Golden

Age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya.

Aspek yang sangat menonjol dalam cara belajar anak usia dini adalah rentang

perhatian yang pendek (short attention span) dan orientasi perilakunya pada “sini

dan kini” (here and now). Menurut Soegeng (2000) secara umum karakteristik

anak usia dini atau prasekolah adalah: suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur,

riang, suka bermain, selalu ingin tahu (suka bertanya) banyak gerak, suka

menunjukkan akunya (egois), unik, dan lain-lain.

Snowman (1993) di dalam Patmonodewo mengemukakan ciri-ciri anak

usia dini meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak. Menurut Snowman

penampilan atau gerak-gerik anak usia dini (3-6 tahun) mudah dibedakan dengan

anak yang berada dalam tahap sebelumnya. Berikut ciri fisik dari anak usia dini

(pra sekolah):

a. Anak pra sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki perasaan

terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri,

untuk itu hendaknya orang dewasa memberikan kesempatan kepada anak

untuk lari, memanjat, dan melompat dengan kesempatan yang sebanyak-

banyaknya sesuai kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan guru.

b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang

cukup. Seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat

cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.

Page 26: Cob Aaaaaaaaa

44

c. Otot-otot besar anak pra sekolah lebih berkembang dan control terhadap jari

dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa

melakukan kegiatan yang rumit seperti, misalnya mengikat tali sepatu.

d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan

pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya

koordinasi tangan dan mata anak masih kurang sempurna

e. Walaupun tubuh anak itu lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi

otak masih lunak, orang dewasa hendaknya waspada bila anak berkelahi

dengan temannya, sebaiknya segera dilerai, dan jelaskan kepada anak

mengenai bahayanya.

f. Walaupun anak lelaki lebih besar, dan anak perempuan lebih terampil dalam

tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi

sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil. Jauhkan

dari sifat membandingkan anak lelaki dan perempuan, dan jauhkan pula

membandingkan keterampilan yang dimiliki anak lelaki dan perempuan.

Anak usia dini (pra sekolah) biasanya mudah bersosialisasi dengan orang

di sekitarnya. Berikut ini ciri sosial yang dimiliki anak usia dini (pra sekolah).

a. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi

sahabat itu cepat berganti. Mereka umumnya cepat menyesuaikan diri secara

sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya

yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri

dari jenis kelamin yang berbeda.

Page 27: Cob Aaaaaaaaa

45

b. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara

baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.

c. Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang

lebih besar. Parte (1932), dalam ‘Social Participation Among Praschoole

Children’, melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di

sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial, diantaranya:

1) Tingkah laku ‘unoccupied’, Anak tidak bermain dengan sesungguhnya.

Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa

melakukan kegiatan apa pun.

2) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat

permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang ada di

dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling berbicara.

3) Tingkah laku ‘onlooker’. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati,

kadang memberikan komentar tentang apa yang dimainkan anak lain,

tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.

4) Bermain paralel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak

sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain. Mereka menggunakan

alat main yang sama , berdekatan, tetapi dengan cara yang tidak saling

bergantung.

5) Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa

organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain

dengan caranya sendiri-sendiri.

Page 28: Cob Aaaaaaaaa

46

6) Bermain kooperatif. Anak bermain dengan kelompok di mana ada

organisasi, ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan

bermain dalam kegiatan bersama, misalnya main toko-tokoan, atau

perang-perangan.

d. Pola bermain anak pra sekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan

kelas sosial dan ‘gender’. Konneth Rubin, dkk (1976), melakukan

pengelompokkan setelah mengamati kegiatan bermain bebas anak prasekolah

yang dihubungkan dengan kelas sosial dan kognitif anak, yaitu :

1) Bermain fungsional. Melakukan pengulangan gerakan-gerakan otot

dengan atau tanpa objek-objek.

2) Bermain konstruktif. Melakukan manipulasi terhadap benda-benda

dalam kegiatan membuat konstruksi atau mengkreasi/menciptakan

sesuatu.

3) Bermain dramatik, adalah dengan menggunakan situasi yang imajiner.

4) Bermain dengan menggunakan aturan.

Paten dan Rubin dkk menemukan bahwa anak-anak dari kelas ekonomi

rendah lebih sering melakukan bermain yang fungsional dan bermain

pararel dibandingkan dari anak yang berasal dari kelas menengah. Dari

kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif, dan

konstruktif. Sedangkan anak perempuan lebih banyak soliter, konstruktif,

pararel, dan dramatik, dibandingkan dengan anak lelaki. Anak lelaki

lebih banyak bermain fungsional-soliter dan asosiatif dramatik daripada

anak perempuan.

Page 29: Cob Aaaaaaaaa

47

e. Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah berbaik

kembali. Anak lelaki lebih banyak melakukan tingkah laku agresif dan

perselisihan.

f. Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing. Setelah anak masuk TK,

umumnya pada mereka telah berkembang kesadaran terhadap perbedaan jenis

kelamin dan peran sebagai anak lelaki atau anak perempuan. Kesadaran ini

tampak pada pilihan terhadap alat permainan dan aktivitas bermain yang

dipilih anak lelaki dan anak perempuan. Anak lelaki umumnya lebih menyukai

bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku agresif. Anak perempuan

lebih suka bermain yang bersifat kesenian, bermain boneka, dan menari.

Anak usia dini (prasekolah), cenderung mengekspresikan emosinya

dengan bebas dan terbuka, mereka sering memperlihatkan sikap marahnya, iri hati

pada anak pra sekolah sering terjadi, mereka sering memperebutkan perhatian

gurunya.

Sedangkan ciri kognitif dari anak usia dini, diantaranya:

a. Anak pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar

dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya

anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka perlu dilatih

pula untuk menjadi pendengar yang baik.

b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,

mengagumi, dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan

Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang

menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:

Page 30: Cob Aaaaaaaaa

48

1) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.

2) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.

3) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan

pengalaman dalam banyak hal.

4) Berikan kesempatan dan doronglah anak untuk melakukan berbagai

kegiatan secara mandiri.

5) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan keterampilan dalam

berbagai tingkah laku.

6) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh

lingkungannya.

7) Kagumilah apa yang dilakukan anak.

8) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat

dan penuh ketulusan.

9. Sasaran Pendidikan Anak Usia Dini

Sasaran akhir program pendidikan anak usia dini adalah anak usia 0-6

tahun. Untuk mencapai sasaran akhir ini diperlukan sasaran antara, yaitu:

a. Orangtua yang memiliki anak usia 0-6 tahun

b. Pendidik dan pengelola lembaga pendidikan anak usia dini

c. Lembaga atau masyarakat yang menyelenggarakan PAUD.

Page 31: Cob Aaaaaaaaa

49

B. Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah upaya membelajarkan siswa menggunakan azas

pendidikan ataupun teori belajar, hal tersebut merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran menurut Corey, dalam Syaiful

Sagala (2006) adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja

dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Selain itu, William H. Burton menyatakan bahwa mengajar

(pembelajaran) adalah upaya untuk memberikan stimulus, bimbingan,

pengarahan, dan dorongan kepada siswa dengan tujuan agar terjadi proses belajar.

Pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh

pembelajar untuk menciptakan kondisi-kondisi agar warga belajar melakukan

kegiatan belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau

nilai yang baru.

Pembelajaran pada anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak,

orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai

tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang

mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini

disebabkan interaksi tersebut mencerminkan satu hubungan dimana anak akan

memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat

berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky dan G. Berk (1994) bahwa

Page 32: Cob Aaaaaaaaa

50

pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan

proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk

melalui interaksi dengan orang lain.

Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia

dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa pembelajaran merupakan kesempatan bagi anak untuk mengkreasi dan

memanipulasi objek atau ide. Green Berg (1994) berpendapat bahwa anak akan

terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika ia membangun sesuatu daripada

sekedar melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Ia

melukiskan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui

bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.

Pada hakekatnya anak belajar sambil bermain. Oleh karena itu

pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan

lima karakter anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai

eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian

dari proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan

penyempurnaan potensi kemampuan yang dinilai seperti kemampuan berbahasa,

sosio-emosional, motorik dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini

harus dirancang agar anak tidak merasa terbebani dalam mencapai tugas

perkembangannya. Agar suasana belajar tidak memberikan beban dan

membosankan anak, suasana belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan

menyenangkan.

Page 33: Cob Aaaaaaaaa

51

2. Rencana Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Jamaris (2005) proses pembelajaran adalah suatu proses yang perlu

direncanakan secara sistematis. Perencanaan yang sistematis membantu pendidik

untuk melihat secara menyeluruh aspek-aspek yang terkait dengan proses belajar.

Pengaturan proses pembelajaran dituangkan dalam bentuk perencanaan

pembelajaran. Menurut Ali (2007) keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat

ditentukan oleh rencana yang dibuat guru, oleh karena itu komponen-komponen

dalam perencanaan pembelajaran harus disusun secara sistematis dan sistemik

(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008). Dalam pembuatan perencanaan

pembelajaran guru harus berorientasi pada kurikulum, dalam hal ini untuk

lembaga pendidikan non formal seperti Kober, TPA, SPS ( Satuan Paud Sejenis)

acuan yang digunakan adalah Menu Pembelajaran Generik.

Perencanaan pembelajaran menurut Ibrahim dalam Nur Cholimah (2008)

mengatakan bahwa:

Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan

merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara

apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa

yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media

apa yang diperlukan. Dengan perencanaan pembelajaran, guru dapat

memperkirakan, mempersiapkan, dan menentukan tindakan apa yang akan

dilakukan pada waktu proses belajar berlangsung. Pada tahap ini guru

mempersiapkan segala sesuatunya agar proses pembelajaran dapat berjalan secara

efektif (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).

Page 34: Cob Aaaaaaaaa

52

Menurut Netty dalam Nur Cholimah (2008) proses pembelajaran akan dapat

efektif dan sesuai dengan tujuan pencapaian, jika kita telah mempersiapkan

rencana belajar, yaitu:

a. Rencana belajar harus sesuai dengan indikator perkembangan anak.

b. Rencana belajar harus mengembangkan semua aspek perkembangan.

c. Rencana belajar harus memuat rencana kegiatan yang membolehkan anak

bereksplorasi dan berkreasi sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.

d. Rencana belajar harus bersifat rasional, dapat dilaksanakan dengan dukungan

oleh bahan dan alat yang dapat dimainkan anak.

e. Rencana belajar dapat dibungkus oleh tema sebagai topik bahasan.

f. Rencana belajar dapat dilakukan dalam bentuk proyek yang dilaksanakan

seperti sentra.

Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam

menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana

pembelajaran anak usia dini, diantaranya: (1) rencana pembelajaran harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan anak; (2) rencana pembelajaran harus

dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak

memiliki gaya belajar yang berbeda; (3) rencana pembelajaran harus mencakup

semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama,

sosial, emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni sebagai

satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan; (4) rencana

pembelajaran harus berisi tujuan yang jelas, untuk itu penetapan indikator yang

Page 35: Cob Aaaaaaaaa

53

ingin dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan,

dimulai dari indikator paling sederhana, kongkrit , ke yang lebih rumit, jumlahnya

pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan anak. Tujuan yang dituangkan

dalam rencana pembelajaran harus dapat terukur, kongkrit, dan dapat diamati; (5)

penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam

pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, untuk itu maka pendidik harus

memperhatikan sumber daya yang ada (sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, lingkungan/ muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan

anak; (6) mengoptimalkan potensi lingkungan, baik lingkungan secara fisik

(orang-orang yang ada di sekitar anak, benda-benda, tumbuhan, binatang,

bangunan sekitar, cuaca, alam sekitar), maupun lingkungan non fisik (adat,

budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya).

Adapun komponen- komponen yang harus ada dalam penyusunan rencana

pembelajaran, meliputi: (a) tujuan yang ingin dicapai; (b) tema; (c) metode yang

dikembangkan; (d) sarana yang diperlukan; (e) waktu.

a. Tujuan yang ingin dicapai

Pembelajaran yang direncanakan harus dapat mengembangkan seluruh

aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial,

emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni sebagai satu

kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Setiap aspek perkembangan

memuat indikator-indikator kemampuan. Indikator kemampuan merupakan

kemampuan yang lebih spesifik dan terukur.

Page 36: Cob Aaaaaaaaa

54

Tujuan yang ingin dicapai diambil dari indikator-indikator dari setiap aspek

perkembangan yang ada dalam standar perkembangan.

b. Tema

Tema adalah kerangka bahasan untuk mengenalkan berbagai konsep,

sehingga anak mampu mengenal dan membangun konsep secara utuh, mudah, dan

jelas, pemilihan tema berdasarkan pada: (1) kehidupan terdekat anak, (2) minat

anak atau kecenderungan anak,(3) permasalahan yang dihadapi, (4) pengalaman

atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak, (5) ketersediaan sumber yang dapat

dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang dikunjungi, buku-buku tentang

tema), (6) ketersediaan berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak

secara mandiri atau dengan sedikit bantuan pendidik, (7) mendukung

perkembangan kemampuan moral dan nilai-nilai agama sosial, emosional,

kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni, (8) mengembangkan kosa

kata anak, dan (9) mengembangkan nilai kepercayaan, dan budaya yang berlaku di

masyarakat

Penentuan tema harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk itu tema

tidak dibakukan.

c. Metode yang dikembangkan

Dalam memilih metode yang penting diperhatikan adalah anak terlibat

aktif, anak memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri cara main, jenis main

yang dipilihnya, dengan siapa dia bermain, dan menyenangkan anak.

Page 37: Cob Aaaaaaaaa

55

d. Sarana yang diperlukan

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka diperlukan sarana yang

mendukung kegiatan main. Sarana bermain yang bermutu tidak perlu yang mahal,

yang terpenting disini adalah mampu mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran. Pendidik diharapkan mampu memanfaatkan semaksimal mungkin

sumber belajar yang ada di lingkungannya.

e. Waktu

Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan alokasi waktu secara

tepat. Rencana pembelajaran dapat disusun secara berjenjang mulai dari rencana

pembelajaran tahunan, lalu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran bulanan,

rencana belajar mingguan, hingga menjadi rencana pembelajaran harian.

Dalam menyusun rencana pembelajaran kita harus mengidentifikasi

kebutuhan bermain sesuai dengan usia dan kemampuan anak, karena rencana

pembelajaran dibuat untuk memperkuat apa yang sudah dikuasai anak dan

meningkatkan kemampuan anak ke tahap yang lebih tinggi, hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan penilaian sebelumnya.

Penentuan tema dapat dilakukan oleh tim pendidik di awal tahun, namun

tema dapat berubah sesuai minat anak, dan kondisi terkini. Setiap tema dapat

dikembangkan menjadi beberapa sub tema, banyaknya sub tema yang akan

dikembangkan dari setiap tema tergantung dari kedalaman materi dan seberapa

besar minat anak terhadap tema tersebut.

Page 38: Cob Aaaaaaaaa

56

AKU

Bagan 2.1

Contoh Pengembangan Tema Menjadi Sub Tema

( Sumber: Puskur, 2007)

Rencana pembelajaran yang perlu disusun oleh pendidik terdiri dari: (a)

Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT), memuat aspek perkembangan dan

indikatornya, konsep yang akan dikembangkan, alokasi waktu, rencana tema. RPT

disusun berdasarkan jadwal pembelajaran tahunan; (b) Rencana Pembelajaran

Bulanan (RPB), memuat indikator, konsep, tema, dan kosa kata; (c) Rencana

Pembelajaran Mingguan (RPM), digunakan sebagai acuan dalam menyusun

rencana kegiatan harian; (d) Rencana Pembelajaran Harian (RPH), merupakan

penjabaran dari rencana pembelajaran mingguan, berisi kegiatan main yang akan

AKU

Keluargak

uuu

Anggota

keluarga

Kedudukan ku

Pos PAUD ku

Alamat Pos PAUD Nama Pos PAUD Nama Pos PAUD

Anggota

tubuh ku

Nama

Identitas ku

Ciri - ciri

Maina

Warna

Kesukaan ku Makanan

Page 39: Cob Aaaaaaaaa

57

disiapkan untuk anak dalam mencapai tujuan yang diharapkan, dapat diulang-

ulang untuk beberapa hari pembelajaran.

Bagan 2.2 Contoh Webbing Rencana Pembelajaran Bulanan

Tema: Aku Kelompok usia : 3 – 4 tahun

(Sumber: Puskur, 2007)

3. Pelaksanaan Pembelajaran Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda dengan

anak-anak usia yang lebih tua. Hal ini memberikan implikasi bahwa kurikulum

dan pembelajaran yang akan diimplementasikan harus disesuaikan dengan

karakteristik perkembangan anak tersebut. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan

karakteristik perkembangan anak dengan sendirinya akan menghambat dan

merusak perkembangan anak. Sesuai dengan karakteristik perkembangannya yang

bersifat holistik, maka jenis kurikulum yang relevan untuk anak usia dini adalah

- Menyanyikan beberapa lagu bernuansa imtaq - Berdiri dengan satu kaki bergantian

- Berdoa sebelum dan sesudah - Berjalan ke depan dengan tumit melakukan kegiatan serta menirukan sikap berdoa Agama & Fisik

Nilai Menjawab pertanyaan siapa, mengapa, dan

Bahasa di mana Menggunakan sisi sendok/ Kecakapan Garpu untuk memotong hidup Kognitif - Mengenal fungsi benda Makanan yang empuk dengan benar Menggunakan serbet Sosial- - Mengelompokkan benda

Seni Emosional berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan

fungsi secara sederhana Menyanyikan lagu anak-anak Mulai bisa lengkap sesuai irama dengan menunggu giliran gerakan

AKU

Page 40: Cob Aaaaaaaaa

58

kurikulum terpadu (integrated curriculum), artinya kurikulum harus diupayakan

untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi aspek

estetis, afektif, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial, dan emosi, hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan (Kostelnik, 1999) bahwa kurikulum anak usia dini

meliputi tujuan umum, tujuan khusus, materi, strategi yang ditujukan untuk

mengembangkan semua aspek perkembangan dan belajar anak, serta evaluasi

untuk menilai perkembangan anak. Untuk itu maka pembelajaran yang relevan

untuk anak usia dini adalah pembelajaran terpadu.

Siti Aisyah (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu adalah

pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan

mengintegrasikan kegiatan ke dalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek

kognitif, sosial-emosional, bahasa, moral dan nilai-nilai agama, fisik-motorik, dan

seni.

Kurikulum yang terintegrasi (terpadu) dapat membantu anak memahami

kata lebih mudah, lebih lanjut Brewer (2007) mengungkapkan:

An integrated curriculum can help a child make sense of the world more easily. If a child is learning the names of the letters of the alphabet, that knowledge must be placed in a context that makes sesse t him. When the child learns the names of the letters by hearing the teacher read alphabet books and by eksploring the forms of the letters in writing, he knows that the names of the letters communicate information about the printed form of language.

Lebih lanjut Brewer (2007) mengemukakan bahwa kurikulum terpadu

dapat memberikan beberapa peluang, diantaranya:

(1) In- depth exploration of a topic and learning that is more than just superficial coverage, (2) more choices and therefore more motivation to learn and greater satisfaction with the results, (3) more active learning, (4) an opportunity for the teacher on learn along with the children and model lifelong learning, (5) a more effective use of student and teacher time

Page 41: Cob Aaaaaaaaa

59

Kostelnik (1991) mengemukakan beberapa karakteritik pembelajaran

terpadu, yaitu (a) menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata

bagi anak. Melalui pengalaman langsung anak-anak membangun pengetahuannya

dengan memanipulasi objek, mengamati peristiwa atau kejadian, berinteraksi

dengan manusia, dan lingkungan sekitarnya, (b) menciptakan kegiatan sehingga

anak menggunakan pemikirannya, (c) mengembangkan kegiatan sekitar minat-

minat anak, (d) membantu anak-anak membangun pengetahuan dan keterampilan

baru yang didasarkan atas hal-hal yang telah mereka ketahui sebelumnya, (e)

menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan

semua aspek perkembangan, (f) mengakomodasi kebutuhan anak untuk

melakukan aktivitas fisik, interaksi sosial, kemandirian, (g) menyediakan

kesempatan melalui bermain untuk membangun konsep. Melalui bermain anak

melakukan proses belajar yang menyenangkan, sukarela, dan spontan, (h)

menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan keluarga anak, (i)

dapat melibatkan keluarga anak.

Pembelajaran anak usia dini menganut pendekatan bermain sambil belajar

atau belajar sambil bermain. Pembelajaran pada anak usia dini harus menarik dan

menyenangkan yang dibungkus dengan permainan, suasana yang riang, enteng,

bernyanyi, dan menari, bukan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat,

apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pembiasaan yang tidak

sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung dengan segala

pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak (Harizal, 2008). Dunia

anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot-

Page 42: Cob Aaaaaaaaa

60

otot tubuhnya, menstimulasi indera-indera tubuhnya, mengeksplorasi dunia

sekitarnya, menemukan seperti apa diri mereka. Dengan bermain anak-anak

menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru. Lewat bermain, fisik

anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan

orang lain akan berkembang.

Hoorn (1993) mengemukakan tentang bermain yang menjadi inti dalam

pembelajaran anak usia dini:

Play at the centre of the curriculum integrates science as well as language art, mathematics, and social studies. And, just as with these disciplines, it takes the trained eye of the educator to see the science concepts and the processes that the children are involved with as they play. Children are engaged in science whenever they are engaged in scientific thinking processes such as observing, comparing, and exploring. We often find young children experimenting with objects even though this is not the formal, analytical process of the scientist or older student. Let’s take of brief look at this example- an example familiar to all of us in early childhood education

Bermain bagi anak usia dini adalah belajar. Bermain adalah suatu kegiatan

yang dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan

bagi diri anak. Bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain

dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan

perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan

bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa anak

hidup serta lingkungan tempat dimana anak hidup (Puskur,2007).

Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan

sebagai objek. Karena itu, inti proses pembelajaran adalah kegiatan belajar anak

didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan dapat

Page 43: Cob Aaaaaaaaa

61

tercapai bila anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak

didik tidak hanya dituntut dari segi fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan.

Pendekatan pembelajaran anak usia dini yang dikemukakan oleh beberapa

pakar pendidikan anak usia dini, termasuk dalam Program Kegiatan Pendidikan

PAUD (Diknas, 2002) meliputi:

a. Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama

Pengembangan moral dan nilai-nilai agama dilakukan dengan pembiasaan

yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari anak,

sehingga timbul perkembangan moral dan nilai-nilai agama serta

perkembangan sosial agar dapat mengembangkan emosional dan

kemandirian.

b. Bermain Sambil Belajar dan Belajar Melalui Bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di

PAUD. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya

dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dengan menggunakan strategi,

untuk materi/bahan dan media yang menarik serta mudah dimengerti oleh

anak. Melalui permainan anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan lingkungan anak sehingga

pembelajaran lebih bermakna (bermanfaat) bagi anak, ketika bermain anak

membangun pengertian dengan pengalamannya.

c. Pembelajaran Berorientasi Pada Tumbuh Kembang Anak

Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan sesuai

dengan tahap perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik,

Page 44: Cob Aaaaaaaaa

62

maka perlu memperhatikan perbedaan secara individu. Dengan demikian

dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang

dimulai dari cara yang sederhana ke rumit, kongkrit ke abstrak, gerakan ke

verbal dan dari keakuan (ego) ke rasa sosial.

d. Pembelajaran Berorientasi Pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada

kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar

untuk mengoptimalkan perkembangan kebutuhan anak. Dengan demikian

berbagai jenis kagiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada

perkembangan anak tersebut secara psikologis, nilai-nilai agama, penerapan

disiplin, sosial emosional, bahasa, kognitif, seni serta lingkungan sosial

budaya di mana anak tinggal.

e. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Tematik

Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.

Tema sebagai wadah pengenalan berbagai konsep untuk mengenal dirinya

dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang

paling dekat dengan anak, sederhana, media yang mudah dan murah untuk

didapat, aman, serta menarik.

f. Kegiatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

Proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dapat dilakukan

pada anak usia dini yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan yang

menarik dan menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak dan

memotivasi anak berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.

Page 45: Cob Aaaaaaaaa

63

Pengenalan pembelajaran dilakukan secara demokrasi, mengingat anak usia

dini merupakan subjek dalam proses pembelajaran, anak dapat berinteraksi

dengan mudah dengan pendidik maupun temannya yang dilaksanakan dengan

cara:

1. Learning by doing, pembelajaran dilakukan secara langsung oleh anak

(hands on experience) dimana kelima indera anak terlibat secara langsung,

sehingga anak memperoleh pengetahuan dari interaksi anak dengan

lingkungan secara langsung.

2. Learning by stimulating, pembelajaran ini menitikberatkan pada stimulasi

perkembangan anak secara bertahap, jadi pembelajaran dilaksanakan

sesuai dengan tahap perkembangan anak.

3. Learning by modeling, pembelajaran dimana anak meniru orang dewasa

atau teman di lingkungannya. Anak belum dapat menyaring atau

membedakan model peniruan yang dilakukan tersebut merupakan perilaku

baik atau buruk.

g. Pembelajaran Mengembangkan Kecakapan Hidup

Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup

melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya

kemampuan anak untuk dapat menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi

serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan

hidupnya.

Page 46: Cob Aaaaaaaaa

64

h. Pembelajaran yang Bermakna

Dalam kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, sehingga

perlu memanfaatkan berbagai media bahan alam, bahan sisa, bahan sintetik,

dan sumber belajar dari lingkungan dan alam sekitar yang disediakan dan

diupayakan oleh pendidik.

Pembelajaran pada anak usia dini harus memperhatikan azas-azas berikut ini:

a. Asas Apersepsi

Kegiatan mental anak dalam mengolah proses hasil belajar dipengaruhi oleh

pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan yang telah dimiliki

sebelumnya. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya

memperhatikan pengetahuan dan pengalaman, latihan, keterampilan awal yang

telah dimiliki oleh anak, sehingga anak dapat mencapai proses hasil belajar yang

lebih optimal.

b. Asas Kekongkritan

Melalui interaksi dengan objek-objek nyata dan pengalaman kongkrit,

pembelajaran perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar

suatu tema yang telah atau akan dipelajari oleh anak menjadi lebih bermakna,

misalnya menggunakan gambar binatang untuk mempelajari binatang,

membawa binatang hidup (apabila memungkinkan dan tidak membahayakan

bagi anak serta atau dapat melakukan eksperimen gejala alam) di dalam kelas,

menggunakan audio visual tentang banjir untuk mempelajari tentang air dan

lain-lain.

Page 47: Cob Aaaaaaaaa

65

c. Asas Motivasi

Belajar akan optimal jika anak memiliki dorongan untuk belajar. Oleh sebab

itu, pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan

kemauan anak. Misalnya, memberi penghargaan kepada anak yang berprestasi

dengan pujian atau hadiah, berupa pemberian stempel, gambar tempel,

memajang setiap hasil karya anak di kelas, lomba antar kelompok, melibatkan

setiap anak pada berbagai lomba dan kegiatan anak usia dini, melakukan pecan

unjuk kemampuan anak.

d. Asas kemandirian

Kemandirian merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam

memecahkan masalahnya. Oleh sebab itu pembelajaran hendaknya dirancang

untuk mengembangkan kemandirian anak, misalnya tata cara makan,

menggosok gigi, memakai baju, melepas dan memakai sepatu, buang air kecil

dan buang air besar, merapikan mainan setelah digunakan, dan lain-lain.

e. Asas Kerjasama ( Kooperatif )

Kerjasama menjadi asas karena dengan bekerja sama keterampilan sosial anak

akan berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya

mengembangkan keterampilan sosial anak, misalnya bertanggung jawab

terhadap kelompok, menghargai pendapat anak lain, bergantian, bergiliran, aktif

dalam kerja kelompok, membantu anak lain, dan lain-lain.

f. Asas Perbedaan Individu

Perbedaan individu menjadi asas karena setiap anak itu bersifat unik, berbeda

dengan anak yang lain. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya memperhatikan

Page 48: Cob Aaaaaaaaa

66

perbedaan individu, misalnya perbedaan latar belakang keluarga, perbedaan

kemampuan, perbedaan minat, perbedaan gaya belajar, dan lain-lain agar anak

mencapai hasil belajar secara optimal.

g. Asas Keterpaduan

Korelasi menjadi asas karena aspek pengembangan diri anak yang satu dengan

aspek pengembangan diri yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu,

pembelajaran pada anak usia dini dirancang dan dilaksanakan secara terpadu,

. misalnya perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan perkembangan

kognitif, perkembangan kognitif anak berkaitan erat dengan perkembangan diri,

dan lain-lain.

h. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Belajar sepanjang hayat menjadi asas karena proses belajar anak tidak

berlangsung di PAUD tetapi sepanjang hayat anak. Oleh sebab itu,

pembelajaran di PAUD hendaknya diupayakan untuk membekali anak agar

dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu ingin

dan berusaha belajar.

4. Bahan Ajar untuk Anak Usia Dini

Sesuai dengan karakteristik perkembangan anak dan karakteristik

pembelajarannya yang terintegrasi/terpadu, maka bahan ajar untuk anak usia dini

harus dikemas dan disajikan dalam bentuk tema. Tema adalah ide-ide pokok atau

ide-ide sentral tentang bahan ajar yang berkaitan dengan anak dan lingkungannya.

Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal

Page 49: Cob Aaaaaaaaa

67

anak menuju yang lebih jauh, dimulai dari yang sederhana menuju ke yang lebih

kompleks, dan dari hal yang kongkrit menuju ke yang abstrak.

Tema dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan

perkembangan anak agar tidak menimbulkan kebosanan. Pemilihan tema

didasarkan pada: (1) tema-tema yang bersifat dasar dan selalu dapat

dikembangkan, seperti: Aku, Keluargaku, Rumahku, Sekolahku, Negeriku; (2)

tema yang dihubungkan dengan suatu peristiwa/ kejadian, seperti: Gejala alam,

Cuaca, Banjir, Gunung meletus, dan sebagainya; (3) tema yang dihubungkan

dengan minat anak, seperti: Binatang, Dinosaurus, Tata Surya; (4) tema yang

dihubungkan dengan hari-hari besar atau spesial seperti: Hari Kemerdekaan, Hari

Besar Keagamaan, Hari Ibu, Hari Anak, dan sebagainya (Sujiono dalam Nurani

Yuliani, 2009).

Tema digunakan pada pembelajaran anak usia dini untuk membangun

pengetahuan pada anak dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.

Kostelnik dalam Nurani Yuliani (2009) menyatakan bahwa

pengembangan tema dapat didasarkan pada konsep pengetahuan, yaitu: (1)

Konsep Sains, yang berhubungan dengan tema tanaman, hewan, burung, langit,

batuan, dinosaurus, mesin, dan kesehatan gigi; (2) Pengetahuan Sosial, yang

berhubungan dengan tema konsep diri, teman, keluarga, rumah, dan pakaian; (3)

Konsep Matematika, yang berhubungan dengan tema berhitung dan angka,

mengukur atau toko dan pasar; dan (4) Bahasa dan Seni yang berhubungan

dengan tema bercerita, penulis, musik.

Page 50: Cob Aaaaaaaaa

68

Dalam mengembangkan bahan ajar untuk anak usia dini, pendidik memilih

tema yang relevan yang menjadi perhatian dan diminati anak, kemudian dijadikan

ide sentral pembelajaran yang direncanakan, serta dilaksanakan melalui kegiatan-

kegiatan dalam rangka mengembangkan semua aspek perkembangan anak.

Memilih tema kemudian mengembangkannya adalah langkah pertama

yang harus ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran terpadu. Para pendidik

anak usia dini pun dituntut untuk mampu memilih dan memutuskan tema apa

yang paling relevan dengan anak. Dalam memilih tema, pendidik tidak perlu

terpaku pada tema-tema yang sudah ada di dalam dokumen kurikulum, karena

terdapat berbagai sumber ide untuk memilih dan memutuskan tema sebagai bahan

pembelajaran yang akan disajikan kepada anak, sebagaimana dikemukakan oleh

Soderman dan Whiren, (1999) sebagai berikut:

a. Minat anak

Sumber ide yang paling baik untuk tema adalah anak. Hal yang sering terjadi,

sering dibahas atau menarik minat anak adalah tema yang tepat untuk dipilih.

Pendidik dapat menemukan minat anak dengan cara berbicara secara informal

dengan mereka, mengamati anak, dan mendengarkan apa yang sering mereka

bicarakan

b. Peritiwa khusus

Peristiwa atau kejadian khusus yang dilihat atau dialami anak dapat menjadi

sumber ide untuk memilih tema. Contohnya peristiwa ulang tahun, rekreasi,

musim panen, dan sebagainya.

Page 51: Cob Aaaaaaaaa

69

c. Kejadian yang tidak diduga

Kejadian yang tidak diduga sebelumnyadapat merangsang anak untuk mengetahui

lebih banyak tentang hal tersebut. Misalnya ketika anak-anak berada di dalam

kelas tiba-tiba ada seekor kupu-kupu yang masuk. Kejadian itu akan menarik

perhatian anak dan mungkin akan menimbulkan pertanyaan bagi mereka,

sehingga pada suatu waktu pendidik memilih tema “Kupu-kupu“

d. Materi atau bahan yang dimandatkan oleh lembaga

Lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini tertentu biasanya punya misi dan

harapan tertentu untuk menyelenggarakan pendidikannya.

e. Orang tua dan pendidik

Ide tema dapat bersumber dari harapan orang tua dan pendidik sesuai dengan

kebutuhan lembaga dan orang tua. Misalnya kekhawatiran orang tua mengenai

kejahatan seksual bagi anak-anaknya dapat diakomodasi melalui tema “

Keselamatan diri “

Dengan banyaknya sumber ide yang dapat dipilih, biasanya tema yang

relevan muncul. Terdapat lima kriteria yang harus dipertimbangkan guru dalam

memilih tema, yaitu:

a. Relevansi tema dengan anak tema

b. Potensi tema untuk melibatkan anak dalam pengalaman langsung

c. Keragaman dan keseimbangan antar bidang kurikulum

d. Ketersediaan alat-alat dan sumber belajar yang berkaitan dengan tema

e. Potensi tema untuk dilaksanakan melalui kegiatan proyek. (Kostelnik, 1999 )

Page 52: Cob Aaaaaaaaa

70

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih tema,

antara lain: (1) menyediakan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung

dengan objek yang sesungguhnya;(2) menciptakan kegiatan yang melibatkan

seluruh indera anak; (3) membangun kegiatan dari minat anak; (4) membantu

anak membangun pengetahuan baru; ( 5) memberikan kegiatan dan rutinitas yang

ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan; (6)

mengakomodasi kebutuhan anak akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak

fisik, interaksi sosial, kemandirian, konsep diri yang positif; (7) memberikan

kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan pengalaman kepada

pemahaman; (8) menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di

rumah yang dapat dibawa anak ke kelas; (9) menemukan jalan untuk melibatkan

anggota keluarga dari anak (Sujiono dalam Nurani Yuliani, 2009).

5. Media dan Sumber Pembelajaran PAUD

Ada beberapa konsep atau definisi media pembelajaran. Rossie dan Breidle

(1996) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan

yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,

koran, majalah, dan sebagainya. Gerlach dan Eli (1980) menyatakan bahwa secara

umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan

kondisi yang memungkinkan anak memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

sikap.

Page 53: Cob Aaaaaaaaa

71

Agar media pembelajaran benar-benar dapat digunakan untuk

membelajarkan anak, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,

diantaranya:

a. Media yang akan digunakan harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Media harus benar-benar membantu anak belajar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap

materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekomplekan, karenanya media yang

akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran.

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi anak.

d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi.

e. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

menggunakannya.

Menurut Sugeng (2007) dalam Nur Cholimah media dalam pembelajaran anak

usia dini menurut sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu yang lunak dan yang keras.

Bersifat lunak artinya mampu mengembangkan panca indera yang ringan tidak

menggunakan otot tapi banyak ke otak, perasaan, gerakan yang ringan dan ada

unsur pelan. Media pembelajaran yang bersifat lunak mengembangkan motorik

halus, contohnya mewarnai, mencocok, meronce, main congklak, main masak-

masakan, dokter-dokteran, pasar-pasaran dan lain-lain.

Media pembelajaran yang bersifat keras mengembangkan motorik kasar yaitu

permainan yang banyak menggunakan otot, tetapi dengan otak, perasaan, dan

keterampilan. Contohnya: bermain bola, meluncur, ayunan, berlari, melompat,

Page 54: Cob Aaaaaaaaa

72

meloncat, meniti balok dan lain-lain. Kedua sifat dari media ini harus digunakan

secara seimbang supaya semua aspek kepribadiannya dapat berkembang dan

pertumbuhan badannya berlangsung dengan baik dan normal.

Alat/ media interaksi pada pendidikan anak usia dini adalah semua jenis

alat bantu yang dapat dipergunakan oleh orangtua/ keluarga untuk merangsang

dan mendorong proses belajar anak dengan cara yang tepat dan menyenangkan.

Banyak kemampuan dari anak seperti misalnya kemampuan berpikir,

berbicara, bergaul, dan keterampilan gerak yang mungkin masih terpendam. Agar

kemampuan-kemampuan tersembunyi ini dapat dimunculkan dan dimanfaatkan

dalam kegiatan sehari-hari secara lebih baik, maka anak balita perlu benda-benda,

bahan-bahan/ media atau alat bantu lainnya. Dengan adanya alat/ media

pendidikan yang digunakan secara tepat serta suasana bermain/ lingkungan yang

menimbulkan rasa senang dalam diri balita pada saat menggunakannya, maka

diharapkan proses belajarnya akan berjalan lancar.

Adapun manfaat dari alat/ media interaksi, diantaranya:

a. Dapat langsung mempengaruhi panca indera dan otot-otot badan serta gerakan

anak.

b. Memberi kebebasan dan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman-

pengalaman baru, baik yang dialami sendiri oleh anak maupun yang

dilihatnya.

Kesempatan mendapat pengalaman baru dan pelajaran baru ini didapat

misalnya melalui bermain di lingkungan sekitar anak, umpamanya kebun, sungai,

pematang sawah, pohon, dan semak belukar, bermacam-macam ternak/ binatang

Page 55: Cob Aaaaaaaaa

73

peliharaan. Adanya air di kali/ di sungai arus kali, memberi pengalaman kepada

anak dalam hal:

a. Anak mendapat pengetahuan tentang kedalaman air sungai jika orangtua

masuk, air hanya sampai lutut, kalau adiknya yang masuk air akan sampai

lehernya, tetapi dia yang masuk air hanya sampai ke perutnya. Dari

pengalaman itu anak belajar bahwa kedalaman kali itu ada hubungannya

dengan tinggi dan pendeknya orang yang masuk.

b. Dengan merasakan derasnya arus sungai anak akan belajar bahwa arus air

mempunyai kekuatan.

1) Pada musim hujan air sungai lebih banyak dan arusnya lebih kuat. Oleh

karena itu ia harus lebih berhati-hati, ia belajar menjaga diri.

2) Pada musim kemarau air sungai sedikit, bahkan pernah kering sehingga

masyarakat desa terpaksa mengambil air dari sumber air. Anak belajar

tentang suatu akibat musim kemarau yang tidak menyenangkan.

3) Ketika anak bermain kapal-kapalan ( yang dibuat dari kertas ) ia melihat

bahwa kapalnya hanyut mengikuti arus sungai, bila ia ingi kapalnya

melawan arus, maka anak harus membantu menariknya dengan tali.

Melalui kegiatan di sungai ia belajar tentang ciri arus air.

c. Mengakrabkan hubungan orangtua/ keluarga dengan anak. Ketika

menggunakan benda/ alat permainan, atau ketika bernyanyi bersama anak

akan terjadi hubungan antara anak dan orangtua/ keluarga. Perasaan sayang,

saling berbicara, saling mengajar akan terjadi bila anak dan orangtua/

keluarga lebih sering berada bersama-sama.

Page 56: Cob Aaaaaaaaa

74

Ada 3 kelompok jenis media interaksi, yaitu:

1) Dongeng dan cerita

2) Musik dan lagu/ nyanyian dan gerak

3) Kegiatan bermain dan alat permainan.

Dalam proses penyusunan program pembelajaran, pendidik perlu menetapkan

sumber apa yang dapat digunakan oleh anak agar mereka dapat mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh pendidik khususnya

dalam setting proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya:

a. Manusia

Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran. Dalam usaha

pencapaian tujuan pembelajaran, pendidik dapat memanfaatkannya dalam setting

pembelajaran, misalnya untuk mempelajari tentang kesehatan gigi, pendidik bisa

menggunakan dokter atau perawat gigi sebagai sumber utama dalam proses

pembelajaran. Penggunaan manusia sebagai sumber belajar akan memotivasi

belajar anak serta akan menambah wawasan yang luas, di samping dapat

menghindari salah persepsi.

b. Alat dan Bahan Pengajaran

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu pendidik

Sedangkan bahan pengajaran adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang

akan disampaikan kepada anak.

Page 57: Cob Aaaaaaaaa

75

c. Aktivitas dan Kegiatan

Yang dimaksud aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh

pendidik untuk memfasilitasi kegiatan belajar anak, seperti demonstrasi, bermain

peran, melakukan percobaan, dan lain-lain.

d. Lingkungan atau Setting

Lingkungan atau setting adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan anak

belajar, misalnya gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin

sekolah dan lain-lain.

Dalam pendidikan anak usia dini ada berbagai macam sebutan untuk setting

tempat, antara lain: sentra, area, sudut dan lain-lain. Semua itu bertujuan untuk

memberikan pilihan bagi anak, agar dalam proses belajar sesuai dengan

karakteristik anak.

6. Strategi/ Metode Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini

Menurut Jamaris (2005) strategi pembelajaran berkaitan dengan langkah-

langkah yang ditetapkan dalam suatu proses pembelajaran. Langkah-langkah

tersebut terdiri dari pembukaan pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

pembelajaran.

Terdapat berbagai strategi dan metode pembelajaran yang dapat

digunakan pada jenjang pendidikan usia dini. Akan tetapi strategi pembelajaran

apa pun yang yang digunakan oleh pendidik penekanannya harus berorientasi

pada perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice). Pandangan

pembelajaran yang berorientasi perkembangan memberikan kerangka untuk

Page 58: Cob Aaaaaaaaa

76

memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak-anak usia dini. (Pamela

Coughlin, 1997) mengemukakan bahwa pendekatan perkembangan memandang

anak-anak usia dini sebagai berikut:

a. Pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapatkan informasi mengenai

dunia lewat permainan.

b. Mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat

diperkirakan.

c. Bergantung pada orang lain berkenaan dengan pertumbuhan emosi dan

kognitif melalui interaksi sosial

d. Adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan

yang berbeda.

Pendekatan perkembangan didasarkan pada teori Jean Piaget, Eric

Ericson, dan L.S Vygotsky. Pandangan pendekatan perkembangan tentang anak

tersebut memberikan implikasi bahwa para pendidik anak usia dini harus mampu

menciptakan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi aktif anak,

mengembangkan kreativitas anak, menyenangkan, dan dilakukan melalui bermain

sambil belajar dan belajar seraya bermain. Bermain adalah dunia anak. Anak-anak

bermain di rumah, di sekolah, dan di lingkungan lainnya. Melalui bermain, anak-

anak melakukan interaksi sosial dengan anal-anak dan orang dewasa, melakukan

berbagai peran sosial, membangun pengetahuan, mengembangkan keterampilan

fisik-motorik, mengembangkan kemandirian, kemampuan berkomunikasi lisan,

mengekspresikan emosi, mengembangkan kreativitas, serta aspek-aspek

perkembangan lainnya.

Page 59: Cob Aaaaaaaaa

77

Kostelnik dkk, (1999) mengemukakan karakteristik bermain pada anak,

“Play is fun, not serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated,

rule governed”. Selanjutnya Bergen (1998), mengemukakan terdapat empat

kategori bermain, yaitu:

a. Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak memilih apapun yang

dimainkannya, bagaimana bermain, dan di mana mereka bermain. Bermain

seperti ini menurut para pendidik untuk menyediakan lingkungan yang aman,

menyediakan berbagai peralatan dan bahan yang mendukung.

b. Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih

sedikit pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa.

c. Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain

ditentukan oleh orang dewasa.

d. Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan

pada tugas tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya

kedalam kegiatan bermain terbimbing atau diarahkan.

Dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran, para pendidik

anak usia dini dapat mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain

tersebut dalam metode-metode yang dapat digunakan misalnya bercakap-cakap,

bercerita, karyawisata, sosiodrama atau bermain peran, proyek, eksperimen, tanya

jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas.

Di lapangan selain pendekatan di atas, menurut Solehuddin (2000) dalam

Nur Cholimah, terdapat dua pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia

dini, yaitu:

Page 60: Cob Aaaaaaaaa

78

1. Pendekatan Pendidikan Prasekolah Akademik

Pendekatan ini sangat menggiurkan, bagaimana tidak dengan mengikuti

program pendidikan yang menerapkan pendekatan ini, dalam waktu singkat anak

bisa menunjukkan berbagai subjek yang seringkali menjadi kebanggaan orang tua

dan guru. Anak bisa cepat mengenal huruf, cepat menulis, dan cepat menghafal

fakta yang diajarkan pendidik. Kecepatan anak menguasai materi-materi pelajaran

yang diajarkan pendidik adalah keunggulan pendidik yang menganut pendekatan

ini.

Pendekatan pendidikan yang berorientasi akademis pada intinya adalah

suatu pendekatan pendidikan yang sangat menekankan segi penguasaan

pengetahuan dan keterampilan baca, tulis, dan menghafal fakta sebagai hasil

belajar. Para penganut pendekatan ini berasumsi bahwa proses belajar pada anak

bisa dilakukan dengan menggunakan mata pelajaran yang terpisah-pisah.

Adapun ciri-ciri pendidikan prasekolah yang menganut pendekatan

akademis adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum pendekatan ini sangat sistematis. Kurikulum terdiri atas

seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara ketat dan

disampaikan kepada anak secara struktur pula.

b. Sejalan dengan model yang digunakan, pendidik mempunyai peran sangat

dominan di kelas. Ia adalah perencana dan pembuat jadwal kegiatan di kelas

secara rinci. Ia mengendalikan penggunaan ruang, waktu, dan alat-alat

dengan tata cara yang dikehendakinya.

Page 61: Cob Aaaaaaaaa

79

c. Untuk membuat anak menguasai materi, pengetahuan, dan keterampilan, cara

belajar yang diterapkan adalah anak melakukan apa yang dikehendaki

pendidik.

d. Menghafal fakta dan mengingat, dan bukan membuktikan itu benar.

e. Pendidikan moral lebih banyak dilakukan dengan membicarakan aturan-

aturan yang harus diikuti daripada diimplementasikan.

f. Penerapan bermain dan penggunaan proyek di sekolah sangat kurang.

g. Evaluasi anak pasif menunggu evaluasi dan penghargaan pendidik. Tak ada

kesempatan anak untuk menilai diri sendiri apakah pekerjaannya baik atau

tidak, bermanfaat atau tidak. Kemajuan anak didik dinilai dengan tes.

h. Hasil belajar dalam bentuk prestasi akademik.

2. Pendekatan Pendidikan Prasekolah Non-Akademik

Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh pandangan konstruktivis yang

mempercayai bahwa anak pada intinya mampu membangun konsep dan

pemahamannya sendiri, pendekatan ini sangat menekankan segi keterlibatan anak

dalam proses belajar.

Ciri-ciri pendidikan pra-sekolah pendekatan non-akademis:

a. Memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi dan memecahkan masalah

sedangkan keterlibatan guru sebatas bila diperlukan dan memfasilitasi anak

b. Mengembangkan sikap, minat, dan keterampilan yang diperlukan dalam

proses belajar seperti menumbuhkan minat membaca, menulis,

mengeksploitasi, kreativitas, dan pengalaman dalam memecahkan masalah.

Page 62: Cob Aaaaaaaaa

80

c. Penyajian pengajaran dikemas terintegrasi tidak lepas dari konteks kehidupan

dunia anak.

d. Mengutamakan kebermaknaan materi pelajaran, serta naturalisasi proses

belajar.

e. Kurikulum terintegrasi dan bersifat emergent. Dengan kurikulum yang

terintegrasi proses belajar anak tidak dilakukan dengan menyajikan bahan

pelajaran dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, melainkan dengan

menampilkan sebagai kesatuan pengetahuan, bersifat emergent unsur

pengalaman spontan dan konstektual anak merupakan hal yang sangat

diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum yang nyata yang

direalisasikan di kelas.

f. Pengalaman belajar anak bersifat langsung dan merupakan sesuatu hal yang

sangat dihargai.

g. Punya banyak pilihan untuk mengembangkan minat dan kreativitas.

h. Bermain digunakan untuk media belajar itu sendiri.

i. Anak diberi kesempatan untuk mengevaluasi hasil karya dan perilaku sendiri,

sesama teman, dan guru.

j. Cara evaluasi dengan portopolio assessment atau authentic assessment.

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi

pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum . menurut Sanjaya (2000)

metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam

kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh anak didik dan

pendidik.

Page 63: Cob Aaaaaaaaa

81

Pendidikan anak usia dini yang memiliki prinsip dan metode yang tepat,

akan meletakkan pondasi yang kuat. Tidak saja kecerdasan intelektual anak, juga

kecerdasan emosional dan spiritual anak. Sebaliknya penanganan pendidikan anak

usia dini yang salah akan menyebabkan terhambatnya potensi kecerdasan anak

dan dikhawatirkan dapat membunuh jiwa anak, yang akan berdampak bagi

emosional dan karakter anak pada tahap berikutnya.

Metode pembelajaran pada anak usia dini hendaknya memuat beberapa hal

berikut ini:

a. Metode bermain sambil bermain

b. Metode yang berpusat pada anak

c. Metode yang memfasilitasi kecerdasan holistik

d. Metode yang menjadi lingkungan sebagai media dan sumber belajar

e. Metode yang membawa anak merasa dihargai, diperdulikan, nyaman, aman,

dan bebas berkreasi

f. Metode yang sesuai dengan tingkat usia/perkembangan psikologis dan

kebutuhan spesifik anak

g. Metode yang relatif mudah dilaksanakan pada keadaan terbatas.

Solehuddin (Nur Cholimah, 2008) mengatakan bahwa:

“Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode pembelajaran ini sangat penting karena berdampak signifikan terhadap cara dan proses pembelajaran selanjutnya. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan anak akan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan kebiasaan perilaku positif yang mendukung perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak tersebut. Sebaliknya, kekeliruan dalam penggunaan metode pembelajaran dapat menghambat perkembangan potensi-potensi anak secara optimal di samping dapat menimbulkan persepsi-persepsi yang keliru pada anak tentang aktivitas belajar itu sendiri. Dengan demikian pemahaman dan penguasaan metode

Page 64: Cob Aaaaaaaaa

82

pembelajaran anak merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh guru pra- sekolah”.

Metode pembelajaran anak menurut Solehudin (2000) dalam Nur

Cholimah, antara lain: (a) berpusat pada anak, (b) pembelajaran harus terpadu,

(c) memperhatikan variasi individu, (d) memberi kesempatan kepada anak

untuk berinteraksi baik dengan guru maupun dengan teman-teman sebaya, (e)

cara pembelajaran bersifat fleksibel, (f) cara pembelajaran dengan bermain.

Bermain adalah dunia anak. Bermain adalah kebutuhan penting bagi anak.

Melalui permainan yang bermutu dan dampingan orang dewasa, serta dukungan

lingkungan yang bermutu pula, anak akan belajar banyak hal. Pendidik PAUD

harus melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran dengan bermain. Adapun ciri-

ciri kegiatan bermain, adalah: (a) kegiatan itu merupakan kebutuhan anak, (b)

kegiatan tersebut merupakan minat anak, (c) anak senang dan bahagia melakukan

kegiatan tersebut, (d) bermain didominasi aktif oleh pemain, dalam hal ini anak,

bukan didominasi oleh pendidik PAUD, (e) bermain memfokuskan pada proses

bukan hasil.

Menurut Suyanto (2005) metode pembelajaran anak usia dini hendaknya

menantang dan menyenangkan, serta melibatkan unsur bermain, bergerak,

bernyanyi, dan belajar. Berikut ini metode yang sering digunakan untuk

pembelajaran anak usia dini:

a. Lingkari Kalender, yaitu pembelajaran dihubungkan dengan kalender.

Pendidik menandai tanggal-tanggal pada kalender yang terkait dengan

berbagai kegiatan, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Kartini, Hari Ibu, dan

sebagainya.

Page 65: Cob Aaaaaaaaa

83

b. Presentasi dan Cerita, yaitu digunakan saat mengungkapkan kemampuan,

perasaan, dan keinginan anak. Setiap hari pendidik dapat menyuruh anak

bercerita secara bergantian.

c. Metode Proyek, yaitu untuk melatih bekerjasama dalam kelompok kecil 3-4

orang. Misalkan mencari berbagai jenis daun dan mengecapnya dengan

berbagai warna.

d. Metode Kelompok Besar, yaitu satu kelas bersama-sama membuat sesuatu.

e. Metode Kunjungan, yaitu melihat langsung berbagai kenyataan yang ada di

dalam masyarakat melalui kunjungan.

7. Model Pembelajaran Anak Usia Dini

Terdapat berbagai model pembelajaran anak usia dini yang dapat dipilih

sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Situasi dan kondisi yang berbeda

itu mungkin karena letak geografis seperti di daerah pantai, pegunungan atau

dataran rendah atau juga posisi wilayah seperti di perkotaan, pedesaan ataupun

pesisir pantai.

Berikut model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak usia

dini:

a. Model Kelas Berpusat Pada Anak

Tujuan menggunakan model kelas berpusat pada anak adalah: (1) untuk

mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak; (2) memberikan kesempatan

kepada anak untuk menggali seluruh potensi yang dimiliki; (3) memberikan

kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai

Page 66: Cob Aaaaaaaaa

84

macam kecerdasan yang dimiliki atau kecerdasan jamak (multiple intelligences);

dan (4) menggunakan pendekatan bermain yang dilaksanakan sesuai dengan

prinsip ‘learning by playing’dan‘learning by doing’.

Model pembelajaran yang berpusat pada anak ditandai dengan: (1) adanya

materi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak (Developmentally

Appropriate Practice) ; (2) metode pembelajaran mengacu pada center of interest

melalui pengembangan tematik; (3) media dan sumber belajar yang dapat

memperkaya lingkungan belajar; dan (4) pengelolaan kelas yang bersifat

demokratis, keterbukaan, saling menghargai, kepedulian, dan kehangatan.

b. Model Keterampilan Hidup

Model ini berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup umum

(general life skill) yang terdiri atas self- awareness, thinking skill, pre- vocational

skill. Bertujuan untuk mengenalkan pada anak baik secara kehidupan nyata yang

akan dihadapinya. Pola belajarnya disesuaikan dengan perkembangan anak baik

secara fisik dan psikis.

Dimensi keterampilan hidup antara lain: keterampilan untuk kemandirian,

karakteristik perkembangannya antara lain: dapat mempergunakan serbet dan

membersihkan tumpahan makanan, dapat menuangkan air dan minum sendiri,

dapat makan sendiri, dapat memakai dan melepas pakaian sendiri, dapat membuka

kancing baju depan yang besar, dapat memakai sepatu tanpa tali (jenis sepatu

boot), dapat mencuci tangan sendiri, dapat ke kamar kecil dan membersihkan

dirinya saat buang air, membuka dan menutup kran air, menyikat gigi dengan

diawasi dan menyeka hidung saat diperlukan.

Page 67: Cob Aaaaaaaaa

85

c. Model BCCT (Beyond Centre and Circle Time)

Model Beyond Centre and Circle Time adalah suatu metode atau

pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan

perpaduan antara teori dan pengalaman praktik yang dalam proses

pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan

menggunakan empat jenis pijakan ( scaffolding ) untuk mendukung

perkembangan anak, yaitu (1) pijakan lingkungan main, (2) pijakan sebelum main,

(3) pijakan selama main, (4) pijakan setelah main.

Tujuan dari model Beyond Centre and Circle Time yang dimaknai sebagai

sentra dan saat lingkaran adalah:

a) Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak

(kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah.

b) Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk

aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri

(bukan sekedar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal).

c) Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra-

sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik,

sehingga mudah diikuti.

Adapun ciri-ciri dari model Beyond Centre and Circle Time diantaranya:

(1) pembelajarannya berpusat pada anak, (2) menempatkan setting lingkungan

main sebagai pijakan awal yang penting, (3) memberikan dukungan penuh kepada

setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri, (4) peran

pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator, (5) kegiatan anak berpusat

Page 68: Cob Aaaaaaaaa

86

di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat, (6) memiliki standar

prosedur operasional yang baku (baik di sentra maupun saat di lingkaran), (7)

pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi

duduk melingkar (dalam lingkaran).

Standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran pada model

Beyond Centre and Circle Time, yaitu meliputi: (1) pendidik menata lingkungan

main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak; (2) ada

pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk

bermain bebas dulu ( waktu untuk penyesuaian ); (3) semua anak mengikuti main

pembukaan dengan bimbingan pendidik; (4) pendidik memberi waktu kepada

anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/ pembiasaan antri; (5)

anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh pendidik

yang bersangkutan; (6) pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk

lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main; (7) pendidik

memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main

yang disiapkan sesuai jadwal hari itu; (8) selama anak berada di sentra, secara

bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap anak; (9) pendidik bersama anak-

anak membereskan peralatan dan tempat main; (10) pendidik memberi waktu

kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran; (11) pendidik

duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan

pijakan pengalaman setelah main ; (12) pendidik bersama anak-anak makan bekal

yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat); (13) kegiatan penutup; (14) anak-

anak pulang secara bergiliran; (15) pendidik membereskan tempat dan merapikan

Page 69: Cob Aaaaaaaaa

87

/mencek catatan-catatan dan kelengkapan administrasi; (16) pendidik melakukan

diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari; (17) pendidik pulang.

Model ini menggunakan tiga jenis main, yaitu: (1) Main Sensorimotor,

anak main dengan benda untuk membangun persepsi, (2) Main Peran, anak

bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang sudah

dimilikinya, (3) Main Pembangunan, anak bermain dengan benda untuk

mewujudkan ide/gagasan yang dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu

bentuk nyata.

Proses pembelajaran pada metode Beyond Center and Circle Time,

meliputi: (1) penataan lingkungan main; (2) penyambutan anak; (3) main

pembukaan (pengalaman gerakan kasar); (4) transisi; (5) kegiatan inti di masing-

masing kelompok; (6) makan bekal bersama; (7) kegiatan penutup.

1) Kegiatan dalam penataan lingkungan main, meliputi:

(a) Sebelum anak datang, pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang akan

digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk

kelompok anak yang dibinanya.

(b) Pendidik menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan

kelompok usia yang dibimbingnya.

(c) Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang telah

dibuat.

2) Penyambutan anak

Sambil menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seorang pendidik yang

bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-anak langsung diarahkan untuk

Page 70: Cob Aaaaaaaaa

88

bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil menunggu kegiatan

dimulai.sebaiknya para orang tua/ pengasuh sudah tidak bergabung dengan

anak.

3) Main Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)

Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan

kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa

permainan tradisional, gerak, dan musik. Satu kader yang memimpin, kader

lainnya jadi peserta bersama anak (mencontohkan). Kegiatan ini berlangsung

sekitar 15 menit.

4) Transisi (10 menit)

(a) Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan

dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-

tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak

secara bergiliran dipersilakan untuk minum atau ke kamar kecil. Gunakan

kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan) kebersihan diri anak.

Kegiatannya bisa berupa cuci tangan, cuci muka, cuci kaki, maupun pipis di

kamar kecil.

(b) Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing pendidik

siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masing-

masing.

5) Kegiatan inti di masing-masing kelompok

(a) Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit)

Page 71: Cob Aaaaaaaaa

89

(1) Pendidik dan anak duduk melingkar. Pendidik memberi salam pada

anak-anak, menanyakan kabar anak-anak.

(2) Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang

tidak hadir hari ini (mengabsen).

(3) Berdoa bersama mintalah anak secara bergilir, siapa yang akan

memimpin doa hari ini.

(4) Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan

anak.

(5) Pendidik membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah

membaca selesai, kader menanyakan kembali isi cerita.

(6) Pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan

dilakukan anak.

(7) Pendidik mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah

disiapkan.

(8) Dalam memberi pijakan, pendidik harus mengaitkan kemampuan apa

yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang

sudah disusun.

(9) Pendidik menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak),

memilih teman main, memilih mainan,cara menggunakan alat-alat,

kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan kembali alat

yang sudah dimainkan.

(10)Pendidik mengatur teman main dengan memberi kesempatan kepada

anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya

Page 72: Cob Aaaaaaaaa

90

memilih anak tertentu sebagai teman mainnya, maka pendidik

menawarkan untuk menukar teman mainnya.

(11)Setelah anak siap untuk main, pendidik mempersilakan anak untuk

mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, pendidik dapa

menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya

berdasarkan warna baju, usia anak, huruf dengan nama anak, atau

cara lainnya agar lebih teratur.

(b) Pijakan pengalaman selama anak main (60 menit)

(1) Pendidik berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain.

(2) Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan

bahan alat.

(3) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang

dilakukan anak.

(4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main

anak pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan

dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang

dapat diberikan anak.

(5) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.

(6) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak

memiliki pengalaman main yang kaya.

(7) Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan,

tahap sosial).

Page 73: Cob Aaaaaaaaa

91

(8) Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan

tanggal di lembar kerja anak.

(9) Bila waktu tinggal lima menit, kader memberitahukan kepada anak-

anak untuk bersiap- siap menyelesaikan kegiatan.

(c) Pijakan pengalaman setelah main (30 menit)

(1) Bila waktu main habis, pendidik memberitahukan saatnya

membereskan, waktu membereskan libatkan anak untuk turut serta.

(2) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik bisa membuat

permainan yang menarik agar anak ikut serta membereskan.

(3) Saat membereskan, pendidik menyiapkan tempat yang berbeda untuk

setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main

sesuai dengan tempatnya.

(4) Bila bahan main sudah dirapikan kembali, satu orang pendidik

membantu mengganti baju anak (menggantinya bila basah),

sedangkan kader lainya dibantu orang tua membereskan semua

mainan hingga semuanya rapi di tempatnya. Bila anak sudah rapi,

mereka diminta duduk melingkar bersama pendidik.

(5) Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik menanyakan

pada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan

menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak dan melatih

anak mengemukakan gagasan dan pengalaman, mainnya

(memperluas perbendaharaan kata anak)

6). Makan bekal bersama

Page 74: Cob Aaaaaaaaa

92

(a) Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama.

(b) Jenis makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh

masing- masing anak. Sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan

yang disediakan untuk perbaikan gizi.

(c) Sebelum makan bersama, pendidik mengecek apakah ada anak yang tidak

(d) membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan

pada temannya (konsep berbagi).

(e) Pendidik memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik.

(f) Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara makan

yang baik (adab makan).

(g) Libatkan anak untuk membereskan bekal makanan dan membuang

bungkus makanan ke tempat sampah.

7) Kegiatan Penutup (15 menit)

(a) Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik dapat

mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyampaikan

rencana kegiatan minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain

yang sama di rumah masing-masing.

(b) Pendidik meminta anak yang sudah besar secara bergiliran untuk

memimpin doa

(c) Penutup.

(d) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan

warna baju, usia, atau cara lain unttuk keluar dan bersalaman lebih dulu.

Page 75: Cob Aaaaaaaaa

93

8. Materi Program Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Syaoddih dan Ibrahim (2003) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran antara lain:

a. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan dan menunjang tercapainya

tujuan instruksional.

b. Materi pembelajaran hendaknya sesuai pendidikan/perkembangan siswa pada

umumnya. Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematis dan

berkesinambungan.

c. Materi pembelajran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual

maupun konseptual.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan,

perkembangan fisik (koordinasi, motorik halus dan kasar) dan kecerdasan (daya

pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual).

Aspek lingkup kurikulum PAUD nonformal meliputi: (a) Pengembangan

moral dan nilai agama, (b) Pengembangan fisik, (c) Pengembangan bahasa, (d)

Pengembangan kognitif, (e) Pengembangan sosial emosional, (f) Pengembangan

seni.

Dari keenam aspek perkembangan tersebut, dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok yaitu:

a. Bidang pengembangan pembentukan perilaku

Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membentuk perilaku positif pada diri

anak. Perilaku positif ini menjadi sikap dan praktek anak dalam kehidupan sehari-

Page 76: Cob Aaaaaaaaa

94

hari sejak kecil hingga terbawa sampai seumur hidup anak. Perilaku positif yang

berhubungan dengan pencipta, dengan manusia dan dengan alam serta isinya,

yang meliputi: (a) Moral dan Nilai-nilai Agama, (b) Sosial-emosional.

b. Bidang pengembangan kemampuan dasar

1) Kemampuan kognitif

Pengembangan yang bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir anak,

mengembangkan kemampuan berfikir logis matematis (pola hubungan dan

fungsi, konsep dan operasional bilangan,geometri, dan hubungan spasial,

pengukuran, sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif

pemecahan masalah. Mengembangkan kemampuan saintifik, dan berfikir

ilmiah.

2) Kemampuan motorik

Perkembangan motorik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan gerakan

kasar dan gerakan halus, meliputi kemampuan mengkoordinasikan beberapa

gerakan, kemampuan mengontrol otot kecil, dan kemampuan koordinasi mata

dan tangan.

3) Seni

Perkembangan seni bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan

sesuatu berdasarkan imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat

menghargai hasil karya yang kreatif.

Seperangkat program pembelajaran bagi anak usia dini, meliputi

kompetensi dasar yang merupakan standar minimal yang telah terintegrasi dengan

Page 77: Cob Aaaaaaaaa

95

kecerdasan jamak, disebut dengan menu pembelajaran pada pendidikan anak usia

dini (Menu Pembelajaran Generik).

Istilah kurikulum dalam pendidikan anak usia dini tidak digunakan, di

dalam Buletin PADU edisi April 2003, Siskandar, Kepala Pusat Kurikulum -

Balitbang Depdiknas, memberikan pendapatnya bahwa sebuah kurikulum tidak

akan dapat dijadikan pedoman dan akan menjadi sia-sia jika penyusunannya tidak

mempertimbangkan karakteristik anak dan tahap perkembangan anak. Lebih

lanjut Siskandar di dalam makalahnya (PADU, 2003) menuliskan bahwa dalam

merencanakan dan mengembangkan program untuk anak anak usia dini selain

harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak, program tersebut juga

perlu disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. Selain itu

program kegiatan belajar yang disiapkan harus dapat menanamkan dan

menumbuhkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan sikap yang dapat

dilakukan melalui pembiasaan yang baik.

Hal itu akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak yang

sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat, membantu anak agar

tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri dan melatih anak untuk hidup

bersih dan sehat serta dapat menanamkan kebiasaan disiplin dalam kehidupan

sehari-hari. Selain pembentukan sikap dan perilaku yang baik tersebut, anak

memerlukan pula kemampuan intelektual agar anak siap menghadapi tuntutan

masa kini dan masa datang. Oleh karena itu anak memerlukan penguasaan

berbagai kemampuan dasar agar anak siap dan dapat menyesuaikan diri dalam

segi kehidupannya.

Page 78: Cob Aaaaaaaaa

96

Sehubungan dengan hal tersebut, maka program pendidikan untuk anak

usia dini dapat mencakup bidang pembentukan sikap dan pengembangan

kemampuan dasar yang keseluruhannya berguna untuk mewujudkan manusia

Indonesia yang mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan mempunyai bekal

untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

Berangkat dari sini Pusat kurikulum mengembangkan kurikulum berbasis

kompetensi, termasuk juga untuk anak usia dini. Kompetensi dasar merupakan

pengembangan potensi-potensi perkembangan anak yang diwujudkan dalam

bentuk kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai dengan usianya. Kebijakan ini

disambut Direktorat PADU dengan mengeluarkan Acuan Menu Pembelajaran

pada anak Usia Dini atau sering disebut Menu Pembelajaran Generik. Fasli Jalal,

Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda dalam makalahnya

menyebutkan bahwa program pembelajaran dimaksud sebagai langkah awal untuk

memenuhi kebutuhan mendesak adanya kurikulum Nasional Pendidikan Anak

Usia Dini dengan pendekatan Developmentally Appropriate Practice berbasis

pada kemampuan anak, sesuai dengan usia dan perkembangannya. Menu

Pembelajaran Generik diperuntukkan bagi setiap anak secara keseluruhan, pada

lembaga pendidikan anak usia dini apa pun, termasuk dalam keluarga. Kurikulum

yang diberi nama “Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini”

tersebut masih perlu terus-menerus disempurnakan, karenanya tidak bersifat

patent (tidak harus diikuti secara kaku) sehingga disebut juga sebagai “Menu

Pembelajaran Generik”. Kurikulum atau Menu Pembelajaran Generik dimaksud

masih perlu dikembangkan lebih lanjut oleh penyelenggara atau pendidik di

Page 79: Cob Aaaaaaaaa

97

lapangan, apa pun nama program pendidikan anak usia dini yang

diselenggarakannya. Penjelasan lebih lanjut tentang isi Menu Pembelajaran dapat

dilihat pada lampiran.

Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kunci keberhasilan

pendidikan anak usia dini dalam mengemban misi “ Terwujudnya anak usia dini

yang sehat, cerdas, dan ceria”. Kendala di lapangan dalam pelaksanaan

pendidikan anak usia dini adalah disebabkan karena rendahnya mutu dan

profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada.

9.Standar Perkembangan Anak Usia Dini

Standar perkembangan anak usia dini adalah standar kemampuan anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang didasarkan pada perkembangan

anak. Standar perkembangan merupakan acuan dalam mengembangkan program

pembelajaran anak usia dini.

Cakupan Standar perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan

aspek-aspek sebagai berikut : (a) moral dan nilai-nilai agama, (b) sosial,

emosional, dan kemandirian, (c) bahasa, (d) kognitif, (e) fisik/motorik, (f) seni

Standar perkembangan per usia ini disusun dalam rentangan usia dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Standar perkembangan

per usia ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat pencapaian tahapan

perkembangan anak pada tahapan usia tertentu. Selain standar perkembangan per

usia, Kerangka Standar Nasional tentang Standar Isi untuk PAUD, dan

Page 80: Cob Aaaaaaaaa

98

Karakteristik Anak Usia dua sampai enam tahun pun harus menjadi bahan

pertimbangan dalam mengembangkan materi pembelajaran pada anak usia dini.

Rentangan standar perkembangan per usia, Kerangka standar nasional, dan

karakteristik anak usia dini dua sampai enam tahun dapat dilihat berturut-turut

pada lampiran dua, tiga, dan empat.

10. Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini

Evaluasi pembelajaran anak usia dini didefinisikan sebagai upaya dan

proses memilih, mengumpulkan, serta menafsirkan informasi tentang

pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, perubahan, serta kemampuan yang

menjangkau berbagai aspek perkembangan (bidang pengembangan) (Ali Nugraha,

2005). Evaluasi pembelajaran anak usia dini harus dilakukan melalui cara-cara

yang tepat, akurat, terencana, dan sistematis baik pada dimensi proses maupun

dimensi hasil. Melalui proses evaluasi yang dilakukannya pendidik diharapkan

mengetahui keunggulan dan kelemahan-kelemahan setiap anak, yang pada

gilirannya diharapkan dapat menemukan dan menentukan program pembelajaran

yang paling relevan dengan kebutuhan dan potensi anak. Ali Nugraha (2005)

mengemukakan prinsip-prinsip penilaian untuk pendidikan anak usia dini adalah:

a. Mengakui perbedaan individual setiap anak.

b. Menghargai setiap tahapan perkembangan anak.

c. Dilakukan berdasarkan tahapan perkembangan yang terjadi pada setiap anak.

d. Kesimpulannya adalah membantu perkembangan anak menuju pada

kematangan dan tahapan perkembangan yang semestinya, dan mengantarkan

mereka untuk berkembang secara optimal.

Page 81: Cob Aaaaaaaaa

99

Sedangkan Puckett dan Black dalam Suyanto (2005) menyarankan agar

asesmen (penilaian) pada anak usia dini memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Holistik

Penilaian pada anak usia dini meliputi seluruh aspek perkembangan anak,

dengan harapan perkembangan anak berkembang secara optimal, sehingga

setiap anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya.

b. Otentik

Penilaian dilakukan melalui kegiatan yang riil, fungsional, dan alami dengan

harapan hasil penilaian kemampuan anak yang sesungguhnya. Penilaian

diusahakan dilakukan secara alami saat anak bermain, saat kegiatan

pembelajaran, melalui observasi dan melalui hasil karya nyata anak.

c. Kontinyu

Penilaian dilakukan secara kontinyu, setiap saat ketika anak melakukan

kegiatan belajar. Penilaian dapat dilakukan secara harian, mingguan,

tergantung kapan pendidik memandang saat yang tepat bagi seorang anak

untuk dilihat kemampuannya.

d. Individual

Penilaian tidak membandingkan prestasi anak yang satu dengan anak yang

lainnya, tetapi hanya berusaha mengungkap kelebihan, kelemahan, dan

kebutuhan setiap anak, hal ini didasarkan pada prinsip keilmuan pendidikan

anak usia dini yang menyatakan bahwa setiap anak pada dasarnya unik,

memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itu tidak

layak apabila pada pendidikan anak usia dini ada rangking atau juara kelas.

Page 82: Cob Aaaaaaaaa

100

e. Multisumber dan Multikonteks

Pendidik dapat menggunakan berbagai sumber informasi, yaitu selain

observasi hasil karya anak juga perlu mendiskusikan hasil pengamatannya

dengan orang tua, dengan anak atau dengan tenaga profesional agar informasi

yang diperoleh lebih lengkap. Penilaian dilakukan dalam berbagai konteks,

misalnya untuk menilai perkembangan motorik halus anak, pendidik dapat

melihat ketika anak melakukan kegiatan menggunting, mewarnai, membentuk

pola atau menempel, dsb.

Untuk anak usia dini sistem penilaiannya hendaknya lebih ditekankan

yang bersifat autentik dan natural. Dalam sistem ini penilaian dilakukan dengan

cara menilai performen-performen anak yang bermakna dan karya-karya anak

yang terkait langsung dengan dunia nyata. Cara penilaian demikian akan

memberikan kesempatan kepada anak untuk memproduksi pengetahuannya.

Secara umum penilaian yang bersifat autentik memiliki beberapa

karakteristik. Berikut karakteristik penilaian autentik menurut Solehuddin (2005):

a. Tidak disajikan dalam bentuk nilai yang disimbulkan dengan angka atau

huruf.

b. Mendorong anak untuk mengevaluasi karyanya sendiri dan untuk menentukan

pada bagian yang diperlukan melalui observasi dan pencatatan.

c. Kesalahan-kesalahan dipandang pada sesuatu yang wajar dan merupakan

bagian yang diperlukan dari kegiatan belajar.

d. Kemajuan anak dilaporkan dengan naratif.

e. Kemajuan dilaporkan dengan membandingkan kemajuan yang dicapai

sekarang dengan masa lampau.

Page 83: Cob Aaaaaaaaa

101

f. Orang tua diberi informasi secara umum tentang bagaimana keadaan anaknya

bila dibanding dengan rata-rata performen anak pada umumnya.

g. Anak tidak dipromosikan atau tidak pula dianggap mengalami kegagalan.

h. Tinggal kelas dihindari karena alasan dampak psikologis negatif terhadap rasa

harga diri anak.

Menurut DAP (NAEYC, 1986) asesmen dan evaluasi yang efektif lebih dari

sekedar tes dan pengukuran dan membutuhkan penilaian periodik yang

komprehensif dan berlanjut terhadap kemajuan dan kinerja anak-anak. Asesmen

autentik, yang telah didefinisikan sebagai” proses mengamati, mencatat kerja yang

dilakukan anak-anak dan bagaimana mereka melakukannya sebagai dasar untuk

keputusan-keputusan pendidikan yang mempengaruhi anak-anak tersebut” secara

pasti adalah yang dibutuhkan. Karakteristik pentingnya penilaian autentik adalah

sebagai berikut:

a. Asesmen autentik menekankan perkembangan yang muncul.

b. Asesmen autentik menekankan perkembangan dan pembelajaran.

c. Asesmen autentik berdasarkan pada peristiwa kehidupan nyata.

d. Asesmen autentik menekankan pada kebutuhan siswa.

e. Asesmen autentik berdasarkan kinerja.

f. Asesmen autentik berhubungan dengan instruksi.

g. Asesmen autentik memfokuskan pada pembelajaran yang bertujuan.

h. Asesmen autentik berkelanjutan dalam semua konteks.

i. Asesmen autentik memberikan gambaran yang luas dan umum mengenai

kapabilitas pembelajaran siswa.

j. Asesmen autentik adalah kolaborasi antara anggota keluarga, pendidik, anak,

dan professional lainnya.

Page 84: Cob Aaaaaaaaa

102

Jenis metode penilaian yang digunakan antara lain: observasi atau

pengamatan, catatan anekdot, percakapan atau interview, pemberian tugas dan

portofolio (Sumiarti Patmonodewo, 1998)

a. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya

berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak yang

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Janice Beaty

(1994) mengemukakan bahwa observasi harus didasarkan pada kebaikan,

kekuatan, atau keunggulan yang diperlihatkan anak untuk membantu

perkembangannya, bukan apa kesalahan yang dilakukan anak. Observasi harus

dilakukan dalam situasi yang natural atau tidak dibuat-buat.

b. Catatan Anekdot

Catatan anekdot atau anecdotal record adalah kumpulan catatan khusus

tentang sikap dan perilaku anak baik yang positif maupun yang negatif.

Pencatatan anekdot ini dapat digunakan oleh guru untuk menjelaskan

peristiwa-peristiwa penting yang dialami anak dan dapat diketahui oleh orang

tua mereka. Pencatatan anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap

dan perilaku anak dalam situasi tertentu.

c. Percakapan atau interview

Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap

atau wawancara antara anak dengan guru baik di dalam kelas maupun di luar

kelas (Sumiarti Patmonodewo, 1998)

Page 85: Cob Aaaaaaaaa

103

d. Pemberian tugas

Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian di mana guru dapat

memberikannya setelah melihat hasil karya anak (Sumiarti Patmonodewo,

1998). Pemberian tugas dapat dilakukan secara berkelompok, berpasangan

atau individual. Di samping melihat hasilnya, guru pun dapat menilai

prosesnya melalui observasi langsung.

e. Portofolio

Portofolio adalah metode penilaian dengan cara menghimpun koleksi

sistematis individu yang menggambarkan apa yang dilakukan anak di kelas

atau selama ia belajar dan berada di bawah tanggung jawab pengasuhan guru.

Koleksi sistematis ini dapat berupa rekaman percakapan anak, koleksi hasil

karya anak, dan rekaman kegiatan anak. Dalam penilaian portofolio, guru

dapat memberikan kesempatan kepada orang tua anak untuk melihat secara

langsung tentang perkembangan anak-anaknya melalui koleksi-koleksi anak.

Tujuan penyusunan portopolio ada tiga, yaitu: (1) untuk memahami kerja

anak- anak, (2) membiarkan orang lain mengetahui kerja mereka, (3) mengerjakan

kerja dengan konteks yang lebih besar. Ciri yang paling menonjol dari portofolio

adalah memfokuskan lebih banyak pada apa yang dapat dilakukan anak- anak,

sementara asesmen tradisional memfokuskan terutama pada apa yang tidak dapat

mereka lakukan atau tidak dilakukan dengan baik.

Ada berbagai jenis portofolio, diantaranya:

a. Portopolio individu dimana anak menyimpan sampel-sampel kerja dari

kerjanya sehari-hari.

Page 86: Cob Aaaaaaaaa

104

b. Portopolio showcase yang dimaksudkan untuk diperlihatkan kepada yang

lainnya. Terdiri dari sejumlah lembar terpilih yang dirasakan sebagai contoh-

contoh terbaik kerja anak.

c. Portopolio guru, yang berisi seleksi atau kopian kerja dari portopolio anak dan

juga checklist serta inventarisasi pengembangan skill, catatan naekdot, dan

banyak data lainnya yang dirasakan pendidik sebagai ilustrasi item-item

akademik anak.

d. Portopolio institusional yang terdiri dari kumpulan khusus kerja anak selama

periode waktu anak berada di sekolah.

C. Program Bina Keluarga Balita Posyandu

a. Bina Keluarga Balita

Bina Keluarga Balita merupakan wadah pembinaan keluarga dalam

mewujudkan tumbuh kembang anak balita secara optimal.

Program BKB bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh

kembang balita melalui rangsangan fisik, motorik kecerdasan, emosional dan

sosial ekonomi dengan sebaik-baiknya, merupakan salah satu upaya untuk dapat

mengembangkan fungsi-fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam

keluarga. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut diharapkan

orangtua mampu mendidik dan mengasuh anak balitanya sejak dini agar anak

tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia Indonesia yang

berkualitas.

Dengan mengikuti BKB orangtua dan anak dapat merasakan manfaatnya.

Manfaat bagi orang tua antara lain: (1) pandai mengurus dan merawat anak, serta

Page 87: Cob Aaaaaaaaa

105

pandai membagi waktu dan mengasuh anak, (2) bertambah luasnya wawasan dan

pengetahuan tentang pola asuh anak balita, (3) meningkatkan keterampilan

mengasuh dan mendidik anak balita, (4) lebih dapat mencurahkan perhatian pada

anaknya sehingga tercipta ikatan batin yang kuat antara anak dan orangtua,

sehingga pada akhirnya akan tercipta keluarga yang berkualitas. Sedangkan

manfaat yang diperoleh anak dengan adanya BKB adalah: (1) tumbuh dan

berkembang sebagai anak yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berkepribadian luhur, tumbuh dan berkembang secara optimal, cerdas, terampil,

dan sehat, (2) memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna perkembangan

selanjutnya.

Dalam pengelolaan BKB telah dibentuk kelompok kerja BKB mulai dari

tingkat pusat sampai tingkat desa / kelurahan, pokja ini merupakan wadah

organisasi yang beranggotakan sektor-sektor terkait yang menangani anak usia

dini dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan BKB. Adapun

pelaksana di kelompok adalah kader yang bertugas untuk memberikan penyuluhan

kepada orangtua atau anggota keluarga lain yang memiliki anak usia dini ( 0 – 6

tahun )

Pelaksana kegiatan BKB di lapangan adalah kader, sedangkan peserta/

anggota kelompok BKB adalah orangtua dan anggota keluarga lainnya yang

memiliki anak balita (0-6 tahun). Kader Bina Keluarga Balita adalah anggota

masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam membina dan menyuluh orangtua

balita tentang bagaimana mengasuh anak secara baik dan benar. Untuk menjadi

kader BKB diperlukan syarat- syarat sebagai berikut: (1) laki-laki atau perempuan

tinggal di lokasi kegiatan dan mempunyai minat terhadap anak, (2) sedikit dapat

membaca dan menulis, menguasai bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat,

Page 88: Cob Aaaaaaaaa

106

(3) bersedia bekerja sebagai tenaga kerja sukarela, (4) bersedia dilatih sebelum

mulai melaksanakan tugas, (5) mampu berkomunikasi dengan orangtua balita

secara baik.

Di dalam melaksanakan tugasnya, kader: (1) memberikan penyuluhan

sesuai dengan materi yang telah ditentukan, (2) mengadakan pengamatan

perkembangan peserta BKB dan anak balitanya, (3) memberikan pelayanan dan

mengadakan kunjungan rumah,(4) memotivasi orangtua untuk merujuk anak yang

mengalami masalah tumbuh kembang, (5) bersama PLKB membuat laporan

kegiatan dari masing-masing kelompok pada formulir yang telah disediakan.

Di dalam melaksanakan kegiatan BKB, kader mempunyai peran yang

sangat menentukan, yaitu (1) menyusun jadwal kegiatan, (2) menyelenggarakan

pertemuan, (3) menjadi fasilitator dalam pertemuan dan di luar pertemuan, a) di

dalam pertemuan, selain sebagai fasilitator (sebagai orang yang memberi

penyuluhan), kader dapat pula bertindak sebagai penghubung tokoh masyarakat,

tokoh agama, petugas/ tenaga profesional dari sektor terkait yang akan menjadi

pembicara atau nara sumber. Jika kader akan menjadi fasilitatornya, maka materi

yang akan disampaikan harus dikuasai dengan menyiapkan semua media dan alat

bantu yang akan digunakan, b) di luar pertemuan, kader dapat melakukan

kunjungan rumah, kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang

mungkin ada dalam keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita,

guna dicarikan upaya pemecahan masalah atau mengunjungi keluarga yang

mempunyai anak balita yang tidak hadir dalam pertemuan. Dari hasil pertemuan

dan kunjungan keluarga apabila dijumpai permasalahan yang tidak bisa

diselesaikan sendiri oleh kader, maka kader bertugas untuk melakukan rujukan

Page 89: Cob Aaaaaaaaa

107

kepada petugas/ institusi yang dapat membantu menyelesaikan masalah, (4)

melakukan rujukan, (5) melakukan pencatatan dan pelaporan.

Kader dalam setiap kelompok BKB terdiri dari 12-18 orang, dan dibagi

dalam 6 kelompok umur yang dibina oleh tiga orang kader, yaitu kader inti, kader

piket dan kader bantu, dengan tugas yang berbeda-beda, berikut masing-masing

tugas dari kader tersebut:

1) Kader inti bertugas sebagai penyampai/ penyuluh yang menyampaikan

materi kepada orangtua peserta BKB dan bertanggungjawab atas jalannya

penyuluhan.

2) Kader piket bertugas mengasuh anak balita yang kebetulan ikut

orangtuanya datang ke penyuluhan. Dalam hal ini diharapkan agar anak

tidak mengganggu orangtua peserta maupun jalannya penyuluhan.

3) Kader bantu bertugas membantu tugas kader inti dan atau kader piket demi

tugas mereka, dan dapat menggantikan tugas apabila kader inti/ piket

berhalangan hadir.

Para orangtua/ peserta BKB dikelompokkan menurut umur anak balita

yang dimilikinya: (a) Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak balita 0-1

tahun; (b) Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak balita 1-2 tahun; (c)

Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak balita 2-3 tahun; (d) Kelompok

peserta BKB yang mempunyai anak balita 3-4 tahun; (e) Kelompok peserta BKB

yang mempunyai anak balita 4-5 tahun; (f) Kelompok peserta BKB yang

mempunyai anak balita 5- 6 tahun.

Di dalam memberikan penyuluhan, kader harus memiliki sikap yang dapat

menarik perhatian orangtua peserta BKB, diantara sikap- sikap yang harus

dimiliki oleh para kader yaitu:

Page 90: Cob Aaaaaaaaa

108

a. Ramah, menghargai para orangtua/ peserta BKB

b. Mendorong dan mengajak orangtua/ peserta BKB untuk menerapkan bahan-

bahan yang baru dipelajari.

c. Tidak bersikap menggurui, bersama orangtua/peserta BKB mencari cara

terbaik yang dapat diterapkan.

d. Mendorong orangtua/ peserta BKB untuk berbagi pengalaman tentang cara-

cara pembinaan balita.

e. Tidak membedakan antara peran ayah dan peran ibu dalam mengasuh dan

mendidik anak.

Kegiatan kelompok BKB pada dasarnya dilakukan melalui kegiatan

penyuluhan dan diskusi atau kegiatan lain yang dianggap perlu.

Klasifikasi BKB didasarkan pada jumlah kader, frekuensi pertemuan,

kesertaan keluarga, dllnya dibagi menjadi tiga bagian, yakni: BKB Dasar, BKB

Berkembang, BKB Paripurna.

Materi pada kegiatan BKB meliputi kemampuan-kemampuan yang

menitik beratkan pada pengembangan 7 aspek perkembangan anak, yaitu:

a. Perkembangan kemampuan gerakan kasar

b. Perkembangan kemampuan gerakan halus

c. Perkembangan kemampuan memahami apa yang dikatakan orang lain

(komunikasi pasip)

d. Perkembangan kemampuan berbicara (komunikasi aktif)

e. Perkembangan kemampuan kecerdasan

f. Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri

g. Perkembangan kemampuan bergaul

Sedangkan materi untuk orangtua/ pengasuh, mencakup:

Page 91: Cob Aaaaaaaaa

109

a. Pemahaman tentang pentingnya pendidikan anak usia dini

b. Pemahaman terhadap tumbuh kembang anak

c. Kemampuan melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak

d. Kemampuan melakukan berbagai perangsangan yang diperlukan pertumbuhan

dan perkembangan anak

e. Kemampuan memilih dan memfasilitasi anak dengan alat permainan yang

mendidik

f. Kemampuan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber main dan belajar anak

g. Materi untuk orangtua disampaikan secara lisan atau tertulis melalui pesan

singkat yang ditempel di dinding, setiap pertemuan ditempel satu pesan dan

orang tua diminta menyalin di buku tulis untuk penyampaian kepada orang tua

dapat bekerja sama dengan kader BKB atau Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB).

Alat/ media interaksi dalam Gerakan Bina keluarga Balita adalah semua

jenis alat bantu yang dapat dipergunakan oleh orangtua/ keluarga untuk

merangsang dan mendorong proses belajar anak dengan cara yang tepat dan

menyenangkan.

Banyak kemampuan dari anak seperti misalnya kemampuan berpikir,

berbicara, bergaul, dan keterampilan gerak yang mungkin masih terpendam. Agar

kemampuan-kemampuan tersembunyi ini dapat dimunculkan dan dimanfaatkan

dalam kegiatan sehari-hari secara lebih baik, maka anak balita perlu benda-benda,

bahan-bahan/ media atau alat bantu lainnya. Dengan adanya alat/ media

pendidikan yang digunakan secara tepat serta suasana bermain/ lingkungan yang

menimbulkan rasa senang dalam diri balita pada saat menggunakannya, maka

diharapkan proses belajarnya akan berjalan lancar.

Page 92: Cob Aaaaaaaaa

110

Adapun manfaat dari alat/ media interaksi, diantaranya:

1) Dapat langsung mempengaruhi panca indera dan otot-otot badan serta

gerakan anak.

2) Memberi kebebasan dan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman-

pengalaman baru, baik yang dialami sendiri oleh anak maupun yang

dilihatnya.

Kesempatan mendapat pengalaman baru dan pelajaran baru ini didapat

misalnya melalui bermain di lingkungan sekitar anak, umpamanya kebun,

sungai, pematang sawah, pohon, dan semak belukar, bermacam-macam

ternak/ binatang peliharaan. Adanya air di kali/ di sungai arus kali, memberi

pengalaman kepada anak dalam hal:

a. Anak mendapat pengetahuan tentang kedalaman air sungai jika orangtua

masuk, air hanya sampai lutut, kalau adiknya yang masuk air akan sampai

lehernya, tetapi jika dia yang masuk air hanya sampai ke perutnya. Dari

pengalaman itu anak belajar bahwa kedalaman kali itu ada hubungannya

dengan tinggi dan pendeknya orang yang masuk.

b. Dengan merasakan derasnya arus sungai anak akan belajar bahwa arus air

mempunyai kekuatan.

c. Pada musim hujan air sungai lebih banyak dan arusnya lebih kuat. Oleh

karena itu ia harus lebih berhati-hati, ia belajar menjaga diri.

d. Pada musim kemarau air sungai sedikit, bahkan pernah kering sehingga

masyarakat desa terpaksa mengambil air dari sumber air. Anak belajar

tentang suatu akibat musim kemarau yang tidak menyenangkan.

e. Ketika anak bermain kapal-kapalan (yang dibuat dari kertas) ia melihat

bahwa kapalnya hanyut mengikuti arus sungai, bila ia ingi kapalnya melawan

Page 93: Cob Aaaaaaaaa

111

arus, maka anak harus membantu menariknya dengan tali. Melalui kegiatan

di sungai ia belajar tentang ciri arus air.

f. Mengakrabkan hubungan orangtua/ keluarga dengan anak. Ketika

menggunakan benda/ alat permainan, atau ketika bernyanyi bersama anak

akan terjadi hubungan antara anak dan orangtua/ keluarga. Perasaan sayang,

saling berbicara, saling mengajar akan terjadi bila anak dan orangtua/

keluarga lebih sering berada bersama-sama.

Ada 3 kelompok jenis media interaksi, yaitu:

1) Dongeng dan cerita

2) Musik dan lagu/ nyanyian dan gerak

3) Kegiatan bermain dan alat permainan.

2. Posyandu

Posyandu merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Di dalam

Pedoman Pelaksanaan Posyandu (2006) dijelaskan bahwa posyandu merupakan

salah satu bentuk upaya pembudayaan bidang kesehatan dasar, pendidikan, dan

ekonomi yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, pendidikan, dan

ekonomi guna memberdayakan masyarakat yang memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, dan

ekonomi untuk mendukung Kelangsungan Hidup Perkembangan dan

Perlindungan Ibu dan Anak.

Hasil wawancara antara Dodi Ari Wibowo dengan Lurah Grogol Utara

menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu memberi arti penting bagi masyarakat.

BKB PAUD menyatu dengan Posyandu memberikan kegiatan positif. Fungsi

Page 94: Cob Aaaaaaaaa

112

pendidikan anak usia dini di BKB Posyandu untuk memajukan pendidikan anak

usia dini bagi masyarakat yang kurang mampu. BKB juga membimbing orang tua

agar tahu bagaimana perkembangan anak.

Lebih lanjut Young (1996) menjelaskan bahwa terdapat lima alasan

penting bagi kita untuk melakukan investasi dalam pengembangan anak usia dini.

Kelima alasan itu adalah: (1) membangun sumber daya manusia yang

berkecerdasan tinggi, berkepribadian, dan memiliki perilaku sosial yang baik dan

tahan mental dan psiko sosial yang kokoh, (2) menghasilkan economic return

yang lebih menurunkan social cost pada masa yang akan datang, dengan

meningkatnya efektivitas pendidikan dan menekan pengeluaran biaya untuk

kesejahteraan masyarakat, (3) mencapai pemerataan sosial ekonomi masyarakat,

mengatasi kesenjangan antar gender, (4) meningkatkan efisiensi investasi pada

sektor lain, karena investasi program gizi dan kesehatan pada anak-anak akan

memungkinkan kelangsungan hidup anak. Intervensi dalam bidang pendidikan

akan meningkatkan kinerja anak dan mengurangi kemungkinan tinggal kelas, dan

(5) membantu kaum ibu dan anak.

Pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, dan ekonomi adalah pelayanan

kesehatan yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang

sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yaitu: KIA, KB, imunisasi, gizi,

dan penanggulangan diare dan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Bina Keluarga Balita (BKB).