TUGAS UAS MATA KULIAH SENI & MEDIA PERANCANGAN CITY BRANDING KOTA BUKITTINGGI Oleh: Raudhul Rizky, S. Sn 1520898411 PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2015
TUGAS UAS MATA KULIAH SENI & MEDIA
PERANCANGAN CITY BRANDING
KOTA BUKITTINGGI
Oleh:
Raudhul Rizky, S. Sn 1520898411
PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bukittinggi adalah nama sebuah kota yang terletak di bagian utara
Provinsi Sumatera Barat. Dua kata yang terhimpun jadi satu, mempunyai
makna identik dengan letaknya pada ketinggian perbukitan. Topografi Kota
Bukittinggi berbukit dan berlembah dengan ketinggian yang bervariasi antara
909m sampai 941m diatas permukaan laut. Oleh karena letaknya yang
demikian maka Bukittinggi beriklim sejuk dengan suhu berkisar antara 19° C
pada malam hari dan 22° C pada siang hari. (Zulqayyim, 2006; 13). kontur
tanah di kota ini berbukit-bukit, ada sekitar ada 27 bukit yang terdapat dalam
wilayah kota Bukittinggi. Bukittinggi merupakan pusat kebudayaan Sumatra
Barat, terletak di dataran tinggi sebelah utara Padang di bukit Agam. Berbeda
dengan Padang yang merupakan pusat roda pemerintahan dan perdagangan
modern maka Bukittinggi adalah kota yang tenang dihiasi oleh panorama alam.
Lembahnya yang sangat terkenal adalah Ngarai Sianok dengan kedalaman 100
M dan kemiringan antara 80° – 90° adalah salah satu daya tarik kota
Bukittinggi dijadikan sebagai kota wisata. Keagungan Gunung Marapi,
Gunung Singgalang dan Gunung Sago pun ikut menghiasi moleknya kota Jam
Gadang ini. (http://www.indonesia.travel/id/destination/463/bukittinggi).
Pada zaman Belanda kota ini dijuluki Parijs van Sumatera, mengingat
keindahan alamnya yang menawan. Pemerintah kolonial membangun kota ini
sebagai kota kedua setelah Padang dan sering dijadikan kota peristirahatan.
Bukittinggi Koto Rang Agam, baris dalam lirik lagu Minang, meletakkan posisi
Bukittinggi sebagai sentral aktivitas bagi daerah sekitarnya. Orang-orang dari
daerah sekeliling Bukit-tinggi yang pada zaman Belanda disebut onder
afdeling Agam Tuo, memang lebih banyak beraktivitas di kota terutama pada
siang hari. Zaman dulu aktivitas dipusatkan di pasar Pasa Galuang. Saat ini
meluas sampai ke berbagai kantor, perusahaan, sekolah dan lain sebagainya.
Di kota Bukittinggi terdapat sebuah menara jam besar yang
dinamakan Jam Gadang, Jam Gadang sudah berdiri di jantung kota sejak 1926.
Selama ini Jam Gadang telah berjasa sebagai penunjuk waktu. Pada bulan
Ramadhan, sirinenya berbunyi sebagai pertanda imsak dan berbuka.
Bukittinggi pantas juga disebut Kota Perjuangan mengingat perannya yang
sangat signifikan pada masa republik masih sangat muda. Bukittinggi pernah
dijadikan ibukota provinsi, bahkan ibukota negara Indonesia. Wakil Presiden
pertama Indonesia adalah putra Bukittinggi, Muhammad Hatta pernah
menjalankan fungsi pemerintahan untuk wilayah Sumatera selama beberapa
bulan. Saat-saat genting Agresi Militer II Belanda, Bukittinggi telah menjadi
mata rantai yang menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia untuk
seterusnya dengan lahirnya Pemerintahan Darurat.
(http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
5228:city-branding-untuk-bukittinggi&catid=11:opini&Itemid=83)
Di tahun 1980-an Bukittinggi pernah dinobatkan sebagai Kota Bunga.
Saat itu berbagai bunga ditanam diberbagai tempat untuk menghias kota.
Maka, penuhlah pinggir-pinggir trotoar, jalur atau tempat terbuka hijau, taman
dan halaman rumah warga dengan bunga berbagai jenis. Julukan resmi yang
disandang Bukittinggi saat ini adalah sebagai Kota Wisata. Objek wisata
Bukittinggi berada di pusat kotanya, dan Jam Gadang sebagai titik pusat. Dari
sana, orang dengan mudah meraih kebun binatang Kinantan, benteng Fort de
Kock, Istana Bung Hatta, Monumen Bung Hatta, dan lobang Jepang dengan
berjalan kaki. Belum lagi dengan objek-objek wisata lainnya seperti museum
Tri Daya Eka Dharma, ngarai sianok, taman panorama, rumah kelahiran bung
hatta, jembatan limpapeh, dan juga jenjang 1000. Wisata kuliner yang dapat
diperoleh di los lambung dan wisata belanja di pusat pertokoan Pasa Ateh.
Tulisan Bukittinggi Kota Wisata dapat dijumpai sebagian besar antero kota,
sampai pada kaos-kaos oblong yang banyak dijual pedagang sebagai cendera
mata.
Namun yang sangat disayangkan citra kota Bukittinggi masih kalah
dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, masih cukup banyak orang yang
belum mengetahui tentang kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi terhimpit dengan
keberadaan kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat. Jadi yang
diingatan orang dari Sumatera Barat adalah Padang. Alangkah banyaknya
keuntungan dan manfaat yang bisa didapatkan masyarakat kota Bukittinggi
apabila Bukittinggi bisa dikenal dengan city branding yang kuat dengan
segala potensi wisata yang dimiliki kota Bukittinggi.
Melihat peluang ini Dinas Pariwisata kota Bukittinggi merencanakan
serangkai campaign untuk membuat positioning city branding untuk kota
Bukittinggi agar kota ini bisa makin dikenal dikenal luas disertai dengan
persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus, dianggap
tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dan dipersepsikan sebagai tempat dengan
kemakmuran dan keamanan yang tinggi, sehingga diharapkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat.
City branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu kota atau
wilayah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target mereka,
seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga kota dapat
dikenal secara luas baik regional ataupun global. Untuk konteks Indonesia,
jauh sebelum konsep city branding muncul, sudah banyak kota yang telah
memiliki positioning jati diri kuat yang dapat dianggap sebagai cikal bakal
sebuah citra (branding). Contohnya Kota Bandung sebagai ‘kota kembang’
atau ‘paris van java’. Kota Yogyakarta diposisikan sebagai ‘kota pelajar’ atau
‘kota budaya’ dan Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali sebagai ‘pulau
dewata’ (Nia Kurniasih, 2012).
Untuk itu berkaca kepada kota-kota besar yang sudah memiliki
indentitas yang kuat tersebut, kota Bukittinggi perlu menetapkan satu brand
untuk kotanya yang benar-benar dapat merepresentasikan Bukittinggi
seutuhnya.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan ke dalam pokok permasalahan utama
yaitu, bagaimana mengenalkan dan mengangkat citra kota Bukittinggi dengan
potensi wisata dan alam yang dimilikinya melalui perancangan city branding
yang unik dan menarik?
C. Batasan Masalah
Kota Bukittinggi dalam perancangan city branding ini memposisikan
dirinya sebagai kota wisata, kota sejarah, dan kota budaya. Jadi untuk
mengenalkan kota Bukittinggi serta untuk mengangkat citra kota Bukittinggi,
maka perancangan city branding kota Bukittinggi ini dimulai dari merancang
logo, tagline, sampai pada perancangan strategi promosi.
D. Tujuan Perancangan
1. Merancang city branding yang unik dn menarik yang dapat memberikan
gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang
dari benak seseorang ketika seseorang tersebut mendengar kata kota
Bukittinggi.
2. Membangun karakter dan identitas yang kuat dari kota Bukittinggi.
3. Menarik wisatawan lokal maupun interlokal untuk datang dan secara
tidak langsung memberikan keuntungan bagi perekonomian masyarakat
kota Bukittinggi.
4. Memantapkan konsep city branding dari kota Bukittinggi sebagai tempat
tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events).
E. Manfaat Perancangan
Manfaat yang didapatkan dari perancangan tugas ini dibagi menjadi 3
bagian yaitu, manfaat subjektif bagi saya sebagai mahasiswa, manfaat objektif
bagi masyarakat, dan manfaat bagi klien yang bersangkutan.
1. Bagi Mahasiswa Desain Komunikasi Visual
Mahasiswa dapat memahami dan mengasah kemampuannya dalam
suatu proses pembuatan desain, serta dapat menambah materi pembelajaran
dan juga menambah pengalaman.
2. Bagi Masyarakat
Melalui perancangan city branding akan mengenalkan
mengangkatcitra dari kota Bukittinggi, sehingga kota ini bisa dianggap tepat
untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan, sehingga pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat.
3. Bagi Lembaga Daerah
1. Daerah tersebut dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi
yang baik
2. Dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purposes)
3. Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat
tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events)
4. Dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang
tinggi
LANDASAN PENCIPTAAN
A. Identifikasi Data
Untuk menunjang perancangan city branding Kota Bukittinggi pada bagian
literatur, akan dibahas mengenai aspek-aspek apa saja yang membentuk city
branding Kota Bukittinggi sebagai pembentuk identitas kota. Pembahasan
aspek-aspek ini dimaksudkan agar strategi komunikasi yang digunakan dapat
memperkuat perancangan city branding.
1. Brand
a. Definisi Brand
Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand)
sebagai "nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi
dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan dari
barang atau jasa pesaing." Dengan demikian, sebuah brand adalah
produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu
mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional,
rasional, atau berwujud - dikaitkan dengan apa yang digambarkan
brand (Kotler dan Keller, 2009: 332). Straub dan Attner (dalam
Soemanagara, 2008: 100) membedakan brand menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1) Nama (a brand name), merupakan bentuk kata, huruf atau
gabungan keduanya digunakan untuk memberikan ciri khas.
2) Tanda (a brand mark), mrupakan sebuah simbol atau design
yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya.
3) Karakter (a trade character) merupakan sebuah lambang yang
menunjukkan kualitas Manusia.
Alina Wheeler (2009: 51) mengemukakan bahwa branding
adalah sebuah proses yang digunakan untuk membangun kesadaran dan
memperluas kesetiaan pelanggan terhadap merek sebuah perusahaan.
Proses branding juga sebuah proses merebut kesempatan untuk
menunjukkan mengapa konsumen harus memilih satu merek atas merek
yang lain.
Penggunaan konsisten suatu merek (brand), simbol, ataupun
logo membuat brand tersebut dapat dikenali oleh konsumen, dan bisa
membuat sifat-sifat brand tersebut, serta segala sesuatu yang berkaitan
dengannya, tetap diingat. Akan tetapi, walaupun unsur visual dari
desain merupakan suatu aspek penting dalam pembangunan brand, hal
itu saja tidaklah cukup untuk membuat suatu brand menjadi kuat
(Temporal, 2001: 37).
Jadi secara teknis, ketika seseorang menciptakan nama baru,
logo, atau simbol untuk sebuah produk baru, ia telah menciptakan
sebuah brand. Namun demikian, brand bukan produk tetapi memberi
arti pada produk dan mendefinisikan identitas produk dalam ruang dan
waktu. Brand sepenuhnya adalah janji, persepsi, segala sesuatu yang
konsumen lihat, dengar, baca, ketahui, rasakan pikiran tentang suatu
produk, jasa, atau bisnis. Merek juga memiliki posisi istimewa dibenak
konsumen, berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan, dan
ekspektasi masa depan.
Nama brand, dan taglines, slogan atau frase hal pendek yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan sebuah produk.
Visual utama dari diferensiasi adalah logo yang merupakan landasan
identitas visual, didukung dengan elemen grafis yang berkontribusi
pada identitas visual atau program branding. Ketika brand adalah hal
pertama yang diperkenalkan kepada publik, nama, merk, logo, dan
kemasan akan membentuk identitas brand.
Identitas sebuah brand merupakan hal yang nyata dan menarik
bagi indera. Calon konsumen dapat melihat, menyentuh, mendengar,
dan melihat brand tersebut bergerak. Identitas brand menguatkan
diferensiasi, membuat ide-ide besar dan makna secara mudah untuk
diakses. Identitas brand mengambil elemen berbeda dan disatukan ke
dalam sistem secara keseluruhan.
b. Fungsi dan Tujuan Brand
Dari David Heigh dan Alina Wheeler, diketahui bahwa brand
memiliki tiga fungsi utama. Pertama adalah navigation, konsumen
memilih bantuan dari berbagai pilihan yang membingungkan. Kedua,
reassurance, brand mengkomunikasikan instrinsik kualitas produk
atau layanan dan meyakinkan calon konsumen bahwa mereka
membuat pilihan yang tepat. Ketiga, engagement, brand menggunakan
citra yang khas, bahas, dan asosiasi guna mendorong calon konsumen
untuk mengidentifikasi brand (Heigh dan Wheeler dalam Primayudi,
2012: 37).
Tujuan branding adalah membentuk persepsi yang diinginkan
oleh brand dimata konsumen sehingga konsumen bisa mengerti apa
yang ingin ditawarkan oleh sebuah brand, sehingga sampai pada
kecintaan konsumen pada brand tersebut. Jadi tujuan branding bukan
semata-mata untuk menjual produk, tetapi dapat bertujuan lebih
mendalam, yaitu kecintaan konsumen pada brand dari sebuah produk
yang sering diistilahkan dengan brand loyalty. Kecintaan atau rasa suka
konsumen terhadap produk yang memiliki brand tertentu didasari oleh
serangkaian pengalaman sebelumnya baik yang dialami pribadi
maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh pencitraan merek
yang tinggi.
c. Strategi Branding
Strategi brand adalah pondasi taktis inti branding, yang
menyatukan semua perencanaan untuk setiap visual dan verbal aplikasi.
Strategi branding didefinisikan melalui kepribadian, hal yang
membedakan brand dari competitor, positioning brand,
mengkomodifikasi esensi brand yang merupakan rencana konseptual
sebagai pedoman bagi manajemen profesional untuk kreatif
mengaplikasikan brand dari identitas dan kemasan untuk sebuah iklan.
Strategi brand juga didasarkan pada sebuah visi, sejalan dengan strategi
bisnis, nilai dan budaya dalam perusahaan, serta memahami persepsi
dan kebutuhan calon konsumen. Strategi brand yang efektif
memberikan ide pemersatu sentral, dimana sebuah prilaku atau
tindakan menciptakan komunikasi yang selaras. Strategi brand
mengedepankan positioning, diferensiasi, keunggulan kompetitif, dan
keunikan nilai proporsi (Primayudi, 2012:). Dengan terintegrasinya
proses branding dengan strategi promosi didalam proses pemasaran,
maka apa yang ingin dicapai oleh brand akan tercipta secara efektif dan
efisien
d. Brand Architecture
Merencanakan brand architecture sangatlah penting karena
akan berdampak pada sistem identitas baik secara verbal (penamaan
atau penyebutan), maupun visual (susunan dan konstruksi logo).
Merencanakan identitas brand dari sejak awal terhadap kemungkinan
pengembangan segi visualnya di masa depan sangatlah penting.
Misalnya saja dalam hal logo, logo didesain tidak hanya untuk
masa sekarang saat suatu perusahaan masih kecil dan hanya
mempunyai satu produk, atau masih belum memiliki anak perusahaan.
Bila seperti itu, hasilnya adalah logo yang berumur pendek dan tidak
efisien. Seorang desainer harus memiliki pemikiran jauh kedepan dan
menciptakan logo yang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan
yang ada di dalam perusahaan. (Rustan, 2009: 55)
e. Brand Positioning
Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan
dengan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Tujuannya
adalah menempatkan merek (brand) dalam pikiran konsumen untuk
memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Penentuan Brand
Positioning yang baik membantu strategi pemasaran dengan
mengklarifikasi esensi merek, tujuan apa yang dicapai konsumen berkat
bantuannya, dan cara ia melakukannya dengan cara yang unik. Hasil
akhir dari penetapan brand positioning adalah keberhasilan penciptaan
proposisi nilai yang berfokus kepada pelanggan, yaitu meyakinkan
mengapa target market harus membeli produk itu (Kotler dan Keller,
2009: 375).
Secara sederhana positioning dapat diartikan sebagai apa yang
kita ingin dirasakan orang lain (Rangkuti, 2009: 31). Kegiatan utama
dalam mengelola suatu merek adalah dengan membuat brand
positioning. Positioning yang jelas dapat menunjukkan kepada kita,
kepada siapa target market merek (brand) ditujukan, apa yang ingin
kita komunikasikan kepada target market tersebut dan media apa yang
akan kita pakai sebagai alat untuk menyampaikan komunikasi kita
tersebut, sehingga kita dapat berhubungan secara langsung dengan
target market.
Positioning mengandung makna atau arti yang spesifik yang
dikandung dalam suatu merek. Merek yang memiliki positioning yang
jelas, akan disimpan dalam benak konsumen sebagai merek yang
memiliki perbedaan dibandingkan dengan merek lain dalam kategori
produk yang sama. Pada umumnya, positioning dinyatakan dalam
bentuk pernyataan pendek bahkan dalam satu kata yang mencerminkan
merek tersebut. Pernyataan ini dapat menjelaskan kepada konsumen,
mengapa merek kita berbeda dari merek pesaing sehingga merek kita
dapat memberikan jaminan atau janji bahwa dengan membeli merek
ini, konsumen dapat teratasi masalahnya (Rangkuti, 2009: 63)
Al Ries dan Jack Trout (dalam Kotler dan Keller, 2009: 375)
mengungkapkan bahwa penetapan positioning dimulai dengan produk,
yaitu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Namun,
penetapan positioning bukanlah kegiatan yang anda lakukan terhadap
produk. Penetapan positioning adalah kegiatan yang anda lakukan
terhadap pikiran calon pelanggan.
2. Promosi
Promosi merupakan kegiatan penting yang berperan aktif dalam
memperkenalkan, memberitahukan, dan mengingatkan manfaat dari suatu
produk agar produk tersebut digunakan oleh konsumen dan masyarakat.
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Bagaimanapun juga baiknya kualitas sebuah produk, apabila
konsumen tidak mengetahui, belum pernah mendengarnya, dan tidak yakin
bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan
pernah mengkonsumsi atau menggunakannya.
Freddy Rangkuti (2009: 51) menyatakan bahwa setiap promosi yang
dilakukan tentu memiliki sebuah tujuan yaitu untuk mencari laba. Pada
umumnya kegiatan promosi yang dilakukan harus mendasarkan kepada
tujuan sebagai berikut:
a) Modifikasi tingkah laku
Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah
laku dan pendapat individu tersebut, dari tidak menerima suatu
produk menjadi setia terhadap produk tersebut.
b) Memberitahu
Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi
kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai
produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli,
kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat
informasi ini umumnya lebih disukai dan dapat membantu
konsumen dalam mengambil keputusan.
c) Membujuk
Promosi ini bersifat membujuk atau persuasif, lebih mengutamakan
untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi
dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap prilaku
konsumen. Promosi ini akan menjadi dominan jika produksi yang
bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan.
d) Mengingatkan
Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk
mempertahankan brand produk di hati masyarakat.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa peranan
kegiatan promosi sangat penting dan harus memperlihatkan dengan cara
yang tepat sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan
dimengerti oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa promosi adalah
suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara
produsen dan konsumen yang bersifat menyebarkan informasi,
mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan sasaran untuk menciptakan
permintaan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
3. City Branding
Memperkenalkan kota dalam sebuah brand sebagaimana produk
merupakan branding untuk sebuah kota. Hal tersebut bertujuan
memperkenalkan potensi-potensi yang dimiliki dan mempromosikan kota
tersebut, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. City branding
dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu negara atau daerah untuk
membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti
layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan daerah
tersebut dapat dikenal secara luas di seluruh dunia. Secara harfiah, city
branding bisa diartikan sebagai sebuah usaha yang dimulai dengan
membentuk merek untuk sebuah kota, dengan tujuan dikenal oleh
masyarakat lebih luas dengan persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk
tujuan-tujuan khusus (specific purpose), dianggap tepat untuk tujuan wisata,
tempat tinggal, berinvestasi dan memberikan keamanan untuk berbagai
kegiatan (Primayudi, 2010: 1).
Pemasaran sebuah kota, daerah, dan negara telah menjadi sangat
dinamis, kompetitif, dan penting dewasa ini. Dalam keadaan ini, para
pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih menonjol dari
pada kompetitor mereka. Kota, daerah, dan negara menemukan bahwa
gambaran yang baik dan implementasi penuh dari brand strategy
memberikan banyak manfaat dan keuntungan. Lokasi geografis, seperti
produk dan personal, juga dapat dijadikan acuan untuk membuat brand
dengan menciptakan dan mengkomunikasikan identitas bagi suatu lokasi
yang bersangkutan. Kota, negara bagian, dan negara masa kini telah aktif
dikampanyekan melalui periklanan, direct mail, dan perangkat komunikasi
lainnya (Keller dalam elib.unikom.ac.id)
Beberapa kota di Indonesia telah lebih dulu memiliki city branding salah
satunya adalah kota Yogyakarta yaitu Jogja "Never Ending Asia" Bisa
dikatakan city branding ini sukses membuat kesan para wisatawan, karena
sesuai dengan potensinya yang kaya akan budaya. Pemilihan nama Jogja
daripada Yogya ataupun Yogyakarta telah melalui penelitian terlebih dahulu
yang hasilnya lebih mudah diucapkan. Tagline “Never Ending Asia” juga
melalui penelitian yang memperkuat fakta bahwa Jogja bisa memberi janji
bahwa dengan datang ke Jogja orang bisa menemukan pengalaman yang
tidak ada habisnya (http://muhammadirawansaputra.wordpress.com/tag
/city-branding/, 18 Des 2013, 14.20 WIB).
Contoh city branding berikutnya yang ada di Indonesia adalah city
branding dari Kota Jakarta yakni “Enjoy Jakarta” yang mana mengajak
wisatawan untuk menikmati Jakarta dengan segala kelebihan dan
Gambar 1. City branding kota Yogyakarta Sumber: skyscrapercity.com
Gambar 2. City branding kota Jakarta Sumber: cometfireworks.com
kekurangannya. Menikmati belanja meski macet. Selain itu, menurut
Tatang, Kasubdis Litbang Dinas Pariwisata, mengatakan semua orang
mempersepsikan “enjoy” di segala kalangan usia, pekerjaan, status sosial.
City branding ini bertujuan untuk memberikan ciri, simbol dan
karakter kepariwisataan Jakarta, meningkatkan citra destinasi pariwsata
Jakarta, meningkatkan rasa hormat masyarakat terhadap Jakarta,
meningkatkan orang untuk berkunjung ke Jakarta, dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap Jakarta sebagai daerah tujuan wisata
berkualitas(http://perempuan0n220185.wordpress.com/2011/12/20/strategi-
city-branding-kota-jakarta/).
Di beberapa kota dan negara, konsep city branding mereka sudah
sangat tertata dengan sangat rapi. Kita bisa lihat Singapura dengan
profesionalisme yang dibangun lewat Singapore Tourism Board, city
branding Uniquely Singapore yang menggantikan slogan lama mereka New
Asia mampu menyedot jutaan orang (lebih dari 7,6 juta orang) untuk datang
berkunjung ke Singapura dan menghabiskan jutaan dollar uang mereka
untuk berwisata, untuk belanja, untuk kesehatan dan juga untuk
melanjutkan pendidikan. Singapura merupakan satu contoh city branding
yang mampu menarik wisatawan asing datang dan memberikan keuntungan
bagi Singapura. (http://adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding/)
Satu lagi contoh kampanye city branding yang sangat sukses adalah
untuk Kota New York “I Love NY” yang berhasil menyelamatkan kota Big
Apple itu dari kemelut ekonomi. Sejarah "I Love NY", berangkat dari
peristiwa para pebisnis di kota New York yang dilanda krisis ekonomi
Gambar 3. city branding Singapura Sumber: bp.blogspot.com,
akhirnya memutuskan pindah ke Connecticut. Pada saat itu kota New York
kehilangan pemasukan pajak. Pemerintah kota New York meminta tolong
pada pemerintah pusat, tapi jawaban Presiden saat itu adalah tidak bisa
membantu New York secara finansial. Akhirnya pemerintah New York
beralih ke bisnis pariwisata. Mereka lantas menginventarisir produk-produk
apa saja yang dimiliki New York, dari sumber daya alam hingga gerakan
seni dan budaya. Pemerintah lokal meminjam uang pada bank, di mana
uang itu akan digunakan untuk kampanye city branding "I Love NY”, yang
kemudian logonya dijiplak oleh banyak kota.
Kampanye itu mendorong peningkatan pengujung New York dan
menyumbang pendapatan negara sebesar 1,6 miliar USD dari sektor
pariwisata. Bisa dikatakan, New York adalah kota pionir yang melakukan
city branding di dunia (http://www.the-marketeers.com/archives/city-
branding-from-location-to-destination.html#.UtNNrJw_ZnI)
City branding adalah proses atau usaha membentuk merek dari suatu
kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut memperkenalkan kotanya
kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan
menggunakan kalimat positioning, slogan, icon, eksibisi, dan berbagai
media lainnya. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau
kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan,
Gambar 4. City branding kota New York Sumber: en.wikipedia.or
asosiasi dan ekspetasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang
tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk, layanan, event,
ataupun berbagai simbol rancangan yang menggambarkannya.
Dalam membuat sebuah city branding, terdapat beberapa kriteria
yang harus dipenuhi, diantaranya:
1. Attributes: Do they express a citys brand character, affinity, style,
and personality?(menggambarkan sebuah karakter, daya tarik, gaya,
dan personalitas kota)
2. Message: Do they tell a story in a clever, fun, and memorable way?
(menggambarkan sebuah cerita secara pintar, menyenangkan dan
mudah atau selalu diingat)
3. Differentiation: Are they unique and original? (unik dan berbeda
dari kota-kota yang lain)
4. Ambassadorship: Do they inspire you to visit there, live there, or
learn more? (Menginspirasi orang untuk datang dan ingin tinggal di
kota tersebut). (adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding)
Upaya city branding Kota Bukittinggi dapat berupa positioning,
slogan, icon, ekshibisi, dan berbagai cara lain. Strategi suatu wilayah untuk
memiliki positioning yang kuat sehingga dapat dikenal luas diseluruh dunia
merupakan suatu upaya yang disebut dengan city branding. Sebagai bagian
dari strategi pemasaran, city brand merupakan konsep yang muncul dari
sebuah penelitian yang diawali dengan place branding. Kemudian
berkembang pada penelitian country branding, city branding, city area
branding, hingga destination branding, dari rangkaian penelitian tersebut
kemudian muncul konsep city branding (Primayudi, 2010: 1)
4. Identitas
Identitas adalah salah satu metode untuk dapat dikenali, mengenali,
dan membedakan satu hal dengan yang lain. Identitas adalah suatu cara
untuk suatu hal yang memungkinkan suatu lembaga, merek, produk, atau
perusahaan dikenal dan dibedakan dengan yang lainnya. Identitas tersebut
harus diciptakan melalui suatu rancangan design khusus yang meliputi
segala hal khas/unik berkenaan dengan lembaga yang bersangkutan secara
fisik. Design itu memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat
mengingatkan khalayak akan lembaga tertentu. Identitas sesungguhnya
merupakan salah satu bentuk tertua dari komunikasi yang didasarkan pada
suatu rancangan tertentu (designed communication) dan senantiasa terarah
pada tujuan-tujuan yang praktis. Ide dasarnya selalu untuk menciptakan
identifikasi, melalui keseragaman (uniformity). Dalam kenyataannya
'seragam' selalu dipergunakan sebagai fungsi dan ekspresi identifikasi
(penunjuk kepada diri sendiri sebagai suatu hal yang unik, berbeda dari
yang lain) yang paling sederhana (Jefkins, 1995: 298).
Apabila kita berkenalan dengan seorang teman baru, yang pertama
kali kita nilai adalah penampilan fisiknya, wajah, gaya rambut, pakaian, dan
lain-lain. Kedua, kita akan menilai perkatan dan cara bicara orang tersebut,
apakah sopan, tegas, santai, atau humoris. Terakhir yang kita nilai adalah
tingkah laku orang tersebut, apakah sopan dan menjaga tata krama, atau
kasar dan tidak tahu aturan, apakah tingkah lakunya konsisten dengan apa
yang orang tersebut katakan.
Ketiga tahap penilaian manusia terhadap sesamanya ini dalam
konteks identitas disebut dengan identity mix. Terdiri dari:
1. Visual. Contoh: Logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage,
bangunan.
2. Komunikasi. Contoh: iklan, laporan tahunan, press release, costomer
service, public relation.
3. Perilaku (Behaviour). Contoh: Corporate value, corporate culture,
norma
Setelah berkenalan, melihat penampilan, cara berkomunikasi, dan
tingkah laku seseorang, didalam benak kita segera muncul hasil penilaian
keseluruhan terhadap orang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan brand
image : gambran mental terhadap sebuah brand. Identitas yang ditampilkan
dengan konsisten akan memberi gambaran pada publik bahwa entitas
tersebut konsekuen dan profesional. Dari situ diharapakan dapat
meningkatkan brand awareness dan brand image positif di benak
masyarakat (Rustan, 2009: 54).
B. Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera
Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi
ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah.
Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de
Kock dan dahulunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra selain Kota
Medan. Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri
Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat
yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden
Republik Indonesia.
Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota
wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban
di Negeri Sembilan, Malaysia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan
langsung dengan Kabupaten Agam. Tempat wisata yang ramai dikunjungi
adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota
sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada di tepi Ngarai Sianok.
Bukittinggi yang terkenal sebagai kota pusat pengembangan
pariwisata di Sumatera Barat, memiliki alam yang indah dengan dikenal
dengan sebutan Bukittinggi Kota Wisata yang dicanangkan Gubernur
Sumatera Barat Bapak Ir. Azwar Anas tanggal 11 Maret 1984. Lembahnya
yang sangat terkenal ialah Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat Kota
Bukittinggi dengan kedalaman 100 m serta mempunyai kemiringan antara
80° - 90° yang menjadi daya tarik pariwisata, disamping Jam Gadang yang
dibangun oleh Controleur Rook Maker tahun 1926 dengan latar belakang
tiga gunung yaitu: Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago
sehingga pernah populer dengan sebutan Tri Arga sebagai julukan untuk
daerah ini.
1. Potensi Kota Bukittinggi
a. Wisata
Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan
daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari kondisi alam dan
geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Terletak ditengah-tengah
Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M
diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 16,1°C sampai 24,9°C,
merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan
segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.
Topografi kota yang berbukit dan berlembah dengan panorama
alam yang elek serta dikelilingi oleh tiga gunung, Merapi, Singgalang
dan Sago seakan menjadi tonggak penyangga untuk memperkokoh
Bukittinggi. Inilah yang menyebabkan Bukittinggi disebut juga sebagai
“ Kota Tri Arga”.
Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan
sejarah yang dapat diketgorikan sebagai keajaiban seperti, Lobang
Jepang, benteng Fort De Kock, jam Gadang dll. Hal ini membuktikan
Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya
yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu : Bukittinggi menjadi
Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950.
Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini,
menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk
dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi
juga dikembangkan menjadi wisata Perdagangan dan jasa , wisata
kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini
dapat dibuktikan dengan kontribusi sector pariwisata untuk
menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %.
b. Perdagangan dan Jasa
Bidang Perdagangan dan Jasa ditetapkan sebagai potensi
unggulan daerah adalah berangkat dan sejalan dengan fungsi
Bukittinggi itu sendiri.
Dari sejarah Kota Bukittinggi, dimulai dengan didirikannya Pasar
Atas diatas Bukit Kandang Kabau pada tahun 1858 yang dimaksudkan
sebagai tempat transaksi bagi masyarakatnya. Lokasi inilah yang
berkembang dan diperluas menjadi pusat kegiatan masyarakat
Bukittinggi. Dengan demikian sejak semula Bukittinggi dimaksudkan
dan mempunyai fungsi sebagai tempat perdagangan. Seiring dengan
pesatnya perkembangan kegiatan perdagangan, sekaligus melekat pada
fungsi penyediaan jasa. Fungsi sebagai kota Perdagangan dan Jasa
sudah melekat pada Kota Bukittinggi yasng berkembangnya dewasa ini
demikian pesatnya, apalagi dengan didukung 4 pusat pasar induk.
Menjadikan Bukittinggi sebagai sentral perdagangan, yang bukan
hanya berskala regional, khususnya untuk barang-barang konveksi,
pakaian jadi dan barang-barang kerajinan tangan. Produk ini
merupakan kerajinan masyakat sekitar Bukittinggi dan pada umumnya
dipasarkan di Pasar Aur dan potensi ini juga berskala nasional dan
bahkan mancanegara.
Sektor Perdagangan dan jasa merupakan sektor penyumbang
utama bagi pendapatan Kota Bukittinggi, dimana hampir setengah
pendapatan daerah pada tahun 2005 (43 %) yang ditunjukkan dengan
PDRB Kota Bukittinggi menjadi Pusat Pelayanan perdagangan dan
jasa.
c. Seni Budaya
Kota Bukittinggi tidak saja memiliki potensi pada tempat-tempat
yang menarik untuk dilihat oleh para wisatawan yang datang. Namun,
terdapat berbagai seni dan budaya yang disajikan oleh Kota
Bukittinggi.
Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI)
merupakan acara tahunan yang diadakan oleh pemerintahan Kota
Bukittinggi sejak tahun 2000. PEDATI ini selalu dilaksanakan di
Lapangan Kanti Wirabraja Kota Bukittinggi dikarenakan lapangan
tersebut berada di pusat Kota Bukittinggi. Kegiatan yang awalnya
digagas oleh kelompok masyarakat yang menamakan dirinya Pemuda
Pecinta Persatuan Bangsa ini bertujuan menjalin persatuan dan
kesatuan bangsa melalui pendekatan keragaman dan kekayaan budaya,
sekaligus menyambut momentum peringatan Sumpah Pemuda.
Kekukuhan masyarakat Kota Bukittinggi terhadap seni tradisi,
mendapat apresiasi dari para seniman, budayawan atau pejabat publik.
Masyarakat sangat mengapresiasi terhadap sikap masyarakat sebab,
pewaris seni budaya di Kota Bukittinggi mampu melestarikannya
dengan banyak mendirikan perkumpulan seni (grup seni). Di Kota
Bukittinggi terdapat tiga belas grup kesenian, yaitu Gastaranah, Saayun
Salangkah, Puti Limo Jurai, Sakato, Ganto Minang, Mahligai,
Perguruan Silat Harimau Singgalang Salimbado, Syofyani, Rabuang
Kuning, Bambu Kuniang, Komunitas Musik Tradisional Saluang,
Satria Muda Indonesia dan Mustika Minang.
METODE/PROSES PENCIPTAAN
A. Analisis SWOT
Pengertian / definisi analisis SWOT adalah suatu metoda penyusunan
strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal.
Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun
multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S),
Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis
dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan
faktor didalam perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha
penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
B. Kota Bukittinggi
a. Strengths (Kekuatan)
Kondisi Geografis :
1. Kota Bukittinggi merupakan kota yang memiliki letak strategis
yakni di tengah-tengah pulau Sumatera dan juga sebagai kota
perlintasan dan persinggahan di pulau Sumatera.
2. Udara yang sejuk Kota Bukittinggi sangat cocok untuk beristirahat
dan berwisata.
3. Masih banyaknya pohon yang menghiasi Kota Bukittinggi sehingga
menambah keindahan dan suasana kesejukan.
Ekonomi :
1. Kota Bukittinggi sudah memiliki perekonomian yang kuat.
Fasilitas :
1. Kota Bukittinggi memiliki berbagai macam kuliner khas yang
mudah ditemui dan tersebar diseluruh penjuru Kota Bukittinggi..
2. Banyaknya tempat wisata yang dapat dikunjungi di Kota Bukittinggi
yang dapat menyegarkan pikiran dengan pemandangan alamnya
yang indah.
3. Banyaknya tempat wisata belanja di Kota Bukittinggi mulai dari
toko-toko pakaian, barang bekas, distro, butik, dan salah satunya
yaitu Pasar Aur Kuning yang menjadi pasar konveksi terbesar se-
Sumatera.
4. Banyaknya tempat belajar/sekolah yang berkualitas didukung
dengan udaranya yang sejuk menjadikan Kota Bukittinggi sebagai
kota destinasi pendidikan bagi masyarakat sekitar Sumatera Barat.
5. Tersedianya Rumah Sakit Stroke yang merupakan satu-satunya
Rumah Sakit Stroke yang ada di Indonesia.
Masyarakat :
1. Masyarakat Kota Bukittinggi yang ramah, sopan, dan mudah
bersosialisasi menambah kenyamanan Kota Bukittinggi.
b. Weakness (Kelemahan)
Kondisi :
1. Kondisi jalanan Kota Bukittinggi yang sering macet pada hari-hari
libur sehingga mengganggu kenyamanan dan keteraturan kota.
2. Kurangnya lahan parkir bagi para wisatawan yang berkunjung pada
hari-hari libur sehingga mengganggu kelancaran lalu lintar kota.
Fasilitas :
1. Sarana dan prasarana di Kota Bukittinggi yang kurang memadai
Masyarakat :
1. Kurangnya kepedulian anak muda Kota Bukittinggi dalam
melestarikan budaya.
2. Masyarakat Kota Bukittinggi belum sepenuhnya mengetahui potensi
yang dimiliki Kota Bukittinggi, sehingga perlu diperkenalkan
kembali untuk menambah kecintaan terhadap Kota Bukittinggi.
c. Opportunities (Peluang)
1. Kota Bukittinggi bisa menjadi kota percontohan dalam bidang
Pariwisata dan Kuliner.
2. Kota Bukittinggi memiliki potensi unggulan yang bisa menambah
pendapatan daerah misalnya potensi sebagai kota wisata, banyak
turis mancanegara yang berkunjung ke Bukittinggi.
3. Kota Bukittinggi bisa go international jika ada kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat Kota Bukittinggi dalam membenahi
Kota Bukittinggi ke arah lebih baik.
4. Kota Bukittinggi memiliki banyak sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat meningkatkan perekonomian kota.
d. Threat (Ancaman)
1. Kota Bukittinggi terancam kehilangan karakter karena pengaruh dari
perkembangan kota yang pesat yang mendorong masyarakat untuk
terus berubah namun tidak diimbangi dengan pelestarian budaya.
2. Banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi Kota Bukittinggi,
bisa menjadi sebuah ancaman untuk Kota Bukittinggi yang membuat
masyarakat Kota Bukittinggi tidak merasa memiliki Kota
Bukittinggi yang akhirnya muncul ketidakpedulian terhadap Kota
Bukittinggi.
3. Pada hari libur Kota Bukittinggi selalu dipadati oleh wisatawan-
wisatawan dari berbagai daerah domestik maupun internasional, jika
pemerintah kurang tegas dalam menanggapi peraturan tentang
keteraturan lalu lintas dan kebersihan lingkungan akan tidak
seimbang dengan perkembangan kota yang semakin pesat.
C. USP (Unique Selling Preposition)
a. Kota Bukittinggi memiliki potensi wisata yang tidak dimiliki oleh kota-
kota lain yang ada di Indonesia seperti Jam Gadang, Panorama, Ngarai
Sianok, Benteng Fort de Kock, dan lain sebagainya.
b. Kota Bukittinggi memberikan sajian kuliner yang berbeda yang tidak
dapat ditemukan di kota-kota lainnya seperti Nasi Kapau dan Kerupuk
Sanjai.
c. Kota Bukittinggi memiliki iklim dan hawa yang sejuk dan sangat cocok
untuk berwisata dan beristirahat.
d. Kota Bukittinggi mampu memadukan antara modernisasi dengan
tradisi.
D. Segmentasi
Target audience dalam perancangan ini meliputi :
a. Demografi
Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 15 - 50 tahun
Pendidikan : SD - Strata 3
Pekerjaan : Pelajar, karyawan, pengusaha, pegawai,
wiraswasta.
Umumnya para pekerja diatas adalah masyarakat
yang bergaya hidup modern, gemar berlibur,
bersemangat, dan masih berjiwa muda.
Pengeluaran /bln : ± Rp. 2.000.000,-
Seseorang dengan kisaran jumlah pengeluaran seperti
diatas mampu membagi prioritas antara pekerjaan dan
keluarga.
b. Geografi
Secara geografis target audience dikhususkan pada masyarakat yang
berdomisili di wilayah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat dan pada seluruh
Indonesia dan mancanegara pada umumnya. Hal ini dikarenakan city
branding tidak akan dapat berfungsi bila masyarakat dalam kotanya sendiri
tidak sadar dan peduli terhadap kota mereka sendiri. Sehingga perlu
ditumbuhkan rasa bangga terhadap Kota Bukittinggi bagi segmen yang
bersangkutan.
c. Psikografis
Secara sederhana, psikografis diartikan sebagai segmentasi
berdasarkan gaya hidup. Mereka adalah segmen masyarakat yang bekerja
keras, menikmati hidup, senang berlibur, gaya hidup modern, menyukai hal-
hal yang benar-benar baru, konsumtif sebagai aktualisasi diri, berjiwa muda
namun tetap memelihara nilai-nilai budaya.
E. Solusi
Membuat city branding sebuah kota bukan perkara membuat sebuah
identitas yang ditanamkan secara paksa kepada masyarakatnya. Tapi
bagaimana sebuah kota dapat memberikan rasa bangga pada orang yang
menetap didalamnya, menarik para pengunjung untuk berwisata atau
berinvestasi di kota tersebut, dan memberikan rasa rindu kepada orang yang
pergi meninggalkan kota tersebut. Sebuah brand seharusnya dapat memenuhi
harapan masyarakatnya dan nilai-nilai di dalam kota tersebut harus
diperlihatkan secara nyata. Hal – hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana
menanamkan brand image agar masyarakat semakin mencintai Kota
Bukittinggi dan menarik para wisatawan dan investor untuk mengunjungi Kota
Bukittinggi sebagai destinasi wisata dan investasi. Hal ini bisa dimulai dengan
pengenalan dan memberikan informasi lebih kepada masyarakat Kota
Bukittinggi tentang potensi-potensi Kota Bukittinggi mulai dari wisatanya,
sejarah, budaya, kuliner, dan potensi lainnya yang dimiliki Kota Bukittinggi
sehingga masyarakat Kota Bukittinggi bisa merasa bangga dan merasa
memiliki apa yang dimiliki Kota Bukittinggi. Jika rasa memiliki dan mencintai
kota itu sudah tercipta, tidak menutup kemungkinan akan adanya perubahan
yang dilakukan masyarakat Kota Bukittinggi. Hal ini juga dapat berdampak
pada wisatawan yang diharapkan dapat memberikan brand image bahwa Kota
Bukittinggi adalah kota yang sangat nyaman dan sangat cocok untuk berlibur
dan beristirahat dan juga menjadi destinasi wisata utama di Sumatera atau pun
di Indonesia.
DAFTAR SUMBER ACUAN
Jefkins, Frank; Periklanan. Jakarta; Penerbit Erlangga, 1995 Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller; Manajemen Pemasaran. PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009 M.A, Morissan; Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2010 Primayudi, Kadek. City Branding Kota Gede Herritage Travelling Diary. Thesis (ISI Yogyakarta; 2010). Rangkuti, Freddy; Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Rustan, Surianto; Mendesain Logo. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Sanyoto, Sadjiman Ebdi; Nirmana (dasar-dasar seni dan desain). Yogyakarta; Jalasutra, 2009. Soemanagara, Rd; Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis dan Terapan. Bandung; Penerbit Alfabeta, 2008 Temporal, Paul; Branding in Asia (Membangun Merek di Asia) Penciptaan, Pembangunan, dan Manajemen Merek Asia untuk Pasar Global. Batam, Interaksara, 2001 Wheeler, Alina; Designing Brand Identity: An Essential Guide for The Entire Branding Team. New Jersey; John Wiley & Sons, inc, 2009
Zulqayyim; Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang; Andalas University Press, 2006