Top Banner
TUGAS UAS MATA KULIAH SENI & MEDIA PERANCANGAN CITY BRANDING KOTA BUKITTINGGI Oleh: Raudhul Rizky, S. Sn 1520898411 PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2015
28

City Branding.pdf

Apr 14, 2016

Download

Documents

Ming Muslimin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: City Branding.pdf

TUGAS UAS MATA KULIAH SENI & MEDIA

PERANCANGAN CITY BRANDING

KOTA BUKITTINGGI

Oleh:

Raudhul Rizky, S. Sn 1520898411

PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2015

Page 2: City Branding.pdf

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bukittinggi adalah nama sebuah kota yang terletak di bagian utara

Provinsi Sumatera Barat. Dua kata yang terhimpun jadi satu, mempunyai

makna identik dengan letaknya pada ketinggian perbukitan. Topografi Kota

Bukittinggi berbukit dan berlembah dengan ketinggian yang bervariasi antara

909m sampai 941m diatas permukaan laut. Oleh karena letaknya yang

demikian maka Bukittinggi beriklim sejuk dengan suhu berkisar antara 19° C

pada malam hari dan 22° C pada siang hari. (Zulqayyim, 2006; 13). kontur

tanah di kota ini berbukit-bukit, ada sekitar ada 27 bukit yang terdapat dalam

wilayah kota Bukittinggi. Bukittinggi merupakan pusat kebudayaan Sumatra

Barat, terletak di dataran tinggi sebelah utara Padang di bukit Agam. Berbeda

dengan Padang yang merupakan pusat roda pemerintahan dan perdagangan

modern maka Bukittinggi adalah kota yang tenang dihiasi oleh panorama alam.

Lembahnya yang sangat terkenal adalah Ngarai Sianok dengan kedalaman 100

M dan kemiringan antara 80° – 90° adalah salah satu daya tarik kota

Bukittinggi dijadikan sebagai kota wisata. Keagungan Gunung Marapi,

Gunung Singgalang dan Gunung Sago pun ikut menghiasi moleknya kota Jam

Gadang ini. (http://www.indonesia.travel/id/destination/463/bukittinggi).

Pada zaman Belanda kota ini dijuluki Parijs van Sumatera, mengingat

keindahan alamnya yang menawan. Pemerintah kolonial membangun kota ini

sebagai kota kedua setelah Padang dan sering dijadikan kota peristirahatan.

Bukittinggi Koto Rang Agam, baris dalam lirik lagu Minang, meletakkan posisi

Bukittinggi sebagai sentral aktivitas bagi daerah sekitarnya. Orang-orang dari

daerah sekeliling Bukit-tinggi yang pada zaman Belanda disebut onder

afdeling Agam Tuo, memang lebih banyak beraktivitas di kota terutama pada

siang hari. Zaman dulu aktivitas dipusatkan di pasar Pasa Galuang. Saat ini

meluas sampai ke berbagai kantor, perusahaan, sekolah dan lain sebagainya.

Di kota Bukittinggi terdapat sebuah menara jam besar yang

dinamakan Jam Gadang, Jam Gadang sudah berdiri di jantung kota sejak 1926.

Selama ini Jam Gadang telah berjasa sebagai penunjuk waktu. Pada bulan

Ramadhan, sirinenya berbunyi sebagai pertanda imsak dan berbuka.

Page 3: City Branding.pdf

Bukittinggi pantas juga disebut Kota Perjuangan mengingat perannya yang

sangat signifikan pada masa republik masih sangat muda. Bukittinggi pernah

dijadikan ibukota provinsi, bahkan ibukota negara Indonesia. Wakil Presiden

pertama Indonesia adalah putra Bukittinggi, Muhammad Hatta pernah

menjalankan fungsi pemerintahan untuk wilayah Sumatera selama beberapa

bulan. Saat-saat genting Agresi Militer II Belanda, Bukittinggi telah menjadi

mata rantai yang menyelamatkan eksistensi Republik Indonesia untuk

seterusnya dengan lahirnya Pemerintahan Darurat.

(http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=

5228:city-branding-untuk-bukittinggi&catid=11:opini&Itemid=83)

Di tahun 1980-an Bukittinggi pernah dinobatkan sebagai Kota Bunga.

Saat itu berbagai bunga ditanam diberbagai tempat untuk menghias kota.

Maka, penuhlah pinggir-pinggir trotoar, jalur atau tempat terbuka hijau, taman

dan halaman rumah warga dengan bunga berbagai jenis. Julukan resmi yang

disandang Bukittinggi saat ini adalah sebagai Kota Wisata. Objek wisata

Bukittinggi berada di pusat kotanya, dan Jam Gadang sebagai titik pusat. Dari

sana, orang dengan mudah meraih kebun binatang Kinantan, benteng Fort de

Kock, Istana Bung Hatta, Monumen Bung Hatta, dan lobang Jepang dengan

berjalan kaki. Belum lagi dengan objek-objek wisata lainnya seperti museum

Tri Daya Eka Dharma, ngarai sianok, taman panorama, rumah kelahiran bung

hatta, jembatan limpapeh, dan juga jenjang 1000. Wisata kuliner yang dapat

diperoleh di los lambung dan wisata belanja di pusat pertokoan Pasa Ateh.

Tulisan Bukittinggi Kota Wisata dapat dijumpai sebagian besar antero kota,

sampai pada kaos-kaos oblong yang banyak dijual pedagang sebagai cendera

mata.

Namun yang sangat disayangkan citra kota Bukittinggi masih kalah

dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, masih cukup banyak orang yang

belum mengetahui tentang kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi terhimpit dengan

keberadaan kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Barat. Jadi yang

diingatan orang dari Sumatera Barat adalah Padang. Alangkah banyaknya

keuntungan dan manfaat yang bisa didapatkan masyarakat kota Bukittinggi

apabila Bukittinggi bisa dikenal dengan city branding yang kuat dengan

segala potensi wisata yang dimiliki kota Bukittinggi.

Page 4: City Branding.pdf

Melihat peluang ini Dinas Pariwisata kota Bukittinggi merencanakan

serangkai campaign untuk membuat positioning city branding untuk kota

Bukittinggi agar kota ini bisa makin dikenal dikenal luas disertai dengan

persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus, dianggap

tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dan dipersepsikan sebagai tempat dengan

kemakmuran dan keamanan yang tinggi, sehingga diharapkan pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat.

City branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu kota atau

wilayah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target mereka,

seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga kota dapat

dikenal secara luas baik regional ataupun global. Untuk konteks Indonesia,

jauh sebelum konsep city branding muncul, sudah banyak kota yang telah

memiliki positioning jati diri kuat yang dapat dianggap sebagai cikal bakal

sebuah citra (branding). Contohnya Kota Bandung sebagai ‘kota kembang’

atau ‘paris van java’. Kota Yogyakarta diposisikan sebagai ‘kota pelajar’ atau

‘kota budaya’ dan Kota Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali sebagai ‘pulau

dewata’ (Nia Kurniasih, 2012).

Untuk itu berkaca kepada kota-kota besar yang sudah memiliki

indentitas yang kuat tersebut, kota Bukittinggi perlu menetapkan satu brand

untuk kotanya yang benar-benar dapat merepresentasikan Bukittinggi

seutuhnya.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan ke dalam pokok permasalahan utama

yaitu, bagaimana mengenalkan dan mengangkat citra kota Bukittinggi dengan

potensi wisata dan alam yang dimilikinya melalui perancangan city branding

yang unik dan menarik?

C. Batasan Masalah

Kota Bukittinggi dalam perancangan city branding ini memposisikan

dirinya sebagai kota wisata, kota sejarah, dan kota budaya. Jadi untuk

mengenalkan kota Bukittinggi serta untuk mengangkat citra kota Bukittinggi,

Page 5: City Branding.pdf

maka perancangan city branding kota Bukittinggi ini dimulai dari merancang

logo, tagline, sampai pada perancangan strategi promosi.

D. Tujuan Perancangan

1. Merancang city branding yang unik dn menarik yang dapat memberikan

gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang

dari benak seseorang ketika seseorang tersebut mendengar kata kota

Bukittinggi.

2. Membangun karakter dan identitas yang kuat dari kota Bukittinggi.

3. Menarik wisatawan lokal maupun interlokal untuk datang dan secara

tidak langsung memberikan keuntungan bagi perekonomian masyarakat

kota Bukittinggi.

4. Memantapkan konsep city branding dari kota Bukittinggi sebagai tempat

tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events).

E. Manfaat Perancangan

Manfaat yang didapatkan dari perancangan tugas ini dibagi menjadi 3

bagian yaitu, manfaat subjektif bagi saya sebagai mahasiswa, manfaat objektif

bagi masyarakat, dan manfaat bagi klien yang bersangkutan.

1. Bagi Mahasiswa Desain Komunikasi Visual

Mahasiswa dapat memahami dan mengasah kemampuannya dalam

suatu proses pembuatan desain, serta dapat menambah materi pembelajaran

dan juga menambah pengalaman.

2. Bagi Masyarakat

Melalui perancangan city branding akan mengenalkan

mengangkatcitra dari kota Bukittinggi, sehingga kota ini bisa dianggap tepat

untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, dan

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan, sehingga pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakatnya makin meningkat.

Page 6: City Branding.pdf

3. Bagi Lembaga Daerah

1. Daerah tersebut dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi

yang baik

2. Dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purposes)

3. Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat

tinggal, dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events)

4. Dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang

tinggi

Page 7: City Branding.pdf

LANDASAN PENCIPTAAN

A. Identifikasi Data

Untuk menunjang perancangan city branding Kota Bukittinggi pada bagian

literatur, akan dibahas mengenai aspek-aspek apa saja yang membentuk city

branding Kota Bukittinggi sebagai pembentuk identitas kota. Pembahasan

aspek-aspek ini dimaksudkan agar strategi komunikasi yang digunakan dapat

memperkuat perancangan city branding.

1. Brand

a. Definisi Brand

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand)

sebagai "nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi

dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau

jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan dari

barang atau jasa pesaing." Dengan demikian, sebuah brand adalah

produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu

mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional,

rasional, atau berwujud - dikaitkan dengan apa yang digambarkan

brand (Kotler dan Keller, 2009: 332). Straub dan Attner (dalam

Soemanagara, 2008: 100) membedakan brand menjadi tiga kelompok,

yaitu:

1) Nama (a brand name), merupakan bentuk kata, huruf atau

gabungan keduanya digunakan untuk memberikan ciri khas.

2) Tanda (a brand mark), mrupakan sebuah simbol atau design

yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya.

3) Karakter (a trade character) merupakan sebuah lambang yang

menunjukkan kualitas Manusia.

Alina Wheeler (2009: 51) mengemukakan bahwa branding

adalah sebuah proses yang digunakan untuk membangun kesadaran dan

memperluas kesetiaan pelanggan terhadap merek sebuah perusahaan.

Proses branding juga sebuah proses merebut kesempatan untuk

Page 8: City Branding.pdf

menunjukkan mengapa konsumen harus memilih satu merek atas merek

yang lain.

Penggunaan konsisten suatu merek (brand), simbol, ataupun

logo membuat brand tersebut dapat dikenali oleh konsumen, dan bisa

membuat sifat-sifat brand tersebut, serta segala sesuatu yang berkaitan

dengannya, tetap diingat. Akan tetapi, walaupun unsur visual dari

desain merupakan suatu aspek penting dalam pembangunan brand, hal

itu saja tidaklah cukup untuk membuat suatu brand menjadi kuat

(Temporal, 2001: 37).

Jadi secara teknis, ketika seseorang menciptakan nama baru,

logo, atau simbol untuk sebuah produk baru, ia telah menciptakan

sebuah brand. Namun demikian, brand bukan produk tetapi memberi

arti pada produk dan mendefinisikan identitas produk dalam ruang dan

waktu. Brand sepenuhnya adalah janji, persepsi, segala sesuatu yang

konsumen lihat, dengar, baca, ketahui, rasakan pikiran tentang suatu

produk, jasa, atau bisnis. Merek juga memiliki posisi istimewa dibenak

konsumen, berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan, dan

ekspektasi masa depan.

Nama brand, dan taglines, slogan atau frase hal pendek yang

digunakan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan sebuah produk.

Visual utama dari diferensiasi adalah logo yang merupakan landasan

identitas visual, didukung dengan elemen grafis yang berkontribusi

pada identitas visual atau program branding. Ketika brand adalah hal

pertama yang diperkenalkan kepada publik, nama, merk, logo, dan

kemasan akan membentuk identitas brand.

Identitas sebuah brand merupakan hal yang nyata dan menarik

bagi indera. Calon konsumen dapat melihat, menyentuh, mendengar,

dan melihat brand tersebut bergerak. Identitas brand menguatkan

diferensiasi, membuat ide-ide besar dan makna secara mudah untuk

diakses. Identitas brand mengambil elemen berbeda dan disatukan ke

dalam sistem secara keseluruhan.

Page 9: City Branding.pdf

b. Fungsi dan Tujuan Brand

Dari David Heigh dan Alina Wheeler, diketahui bahwa brand

memiliki tiga fungsi utama. Pertama adalah navigation, konsumen

memilih bantuan dari berbagai pilihan yang membingungkan. Kedua,

reassurance, brand mengkomunikasikan instrinsik kualitas produk

atau layanan dan meyakinkan calon konsumen bahwa mereka

membuat pilihan yang tepat. Ketiga, engagement, brand menggunakan

citra yang khas, bahas, dan asosiasi guna mendorong calon konsumen

untuk mengidentifikasi brand (Heigh dan Wheeler dalam Primayudi,

2012: 37).

Tujuan branding adalah membentuk persepsi yang diinginkan

oleh brand dimata konsumen sehingga konsumen bisa mengerti apa

yang ingin ditawarkan oleh sebuah brand, sehingga sampai pada

kecintaan konsumen pada brand tersebut. Jadi tujuan branding bukan

semata-mata untuk menjual produk, tetapi dapat bertujuan lebih

mendalam, yaitu kecintaan konsumen pada brand dari sebuah produk

yang sering diistilahkan dengan brand loyalty. Kecintaan atau rasa suka

konsumen terhadap produk yang memiliki brand tertentu didasari oleh

serangkaian pengalaman sebelumnya baik yang dialami pribadi

maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh pencitraan merek

yang tinggi.

c. Strategi Branding

Strategi brand adalah pondasi taktis inti branding, yang

menyatukan semua perencanaan untuk setiap visual dan verbal aplikasi.

Strategi branding didefinisikan melalui kepribadian, hal yang

membedakan brand dari competitor, positioning brand,

mengkomodifikasi esensi brand yang merupakan rencana konseptual

sebagai pedoman bagi manajemen profesional untuk kreatif

mengaplikasikan brand dari identitas dan kemasan untuk sebuah iklan.

Strategi brand juga didasarkan pada sebuah visi, sejalan dengan strategi

bisnis, nilai dan budaya dalam perusahaan, serta memahami persepsi

dan kebutuhan calon konsumen. Strategi brand yang efektif

memberikan ide pemersatu sentral, dimana sebuah prilaku atau

Page 10: City Branding.pdf

tindakan menciptakan komunikasi yang selaras. Strategi brand

mengedepankan positioning, diferensiasi, keunggulan kompetitif, dan

keunikan nilai proporsi (Primayudi, 2012:). Dengan terintegrasinya

proses branding dengan strategi promosi didalam proses pemasaran,

maka apa yang ingin dicapai oleh brand akan tercipta secara efektif dan

efisien

d. Brand Architecture

Merencanakan brand architecture sangatlah penting karena

akan berdampak pada sistem identitas baik secara verbal (penamaan

atau penyebutan), maupun visual (susunan dan konstruksi logo).

Merencanakan identitas brand dari sejak awal terhadap kemungkinan

pengembangan segi visualnya di masa depan sangatlah penting.

Misalnya saja dalam hal logo, logo didesain tidak hanya untuk

masa sekarang saat suatu perusahaan masih kecil dan hanya

mempunyai satu produk, atau masih belum memiliki anak perusahaan.

Bila seperti itu, hasilnya adalah logo yang berumur pendek dan tidak

efisien. Seorang desainer harus memiliki pemikiran jauh kedepan dan

menciptakan logo yang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan

yang ada di dalam perusahaan. (Rustan, 2009: 55)

e. Brand Positioning

Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra

perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan

dengan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Tujuannya

adalah menempatkan merek (brand) dalam pikiran konsumen untuk

memaksimalkan potensi manfaat perusahaan. Penentuan Brand

Positioning yang baik membantu strategi pemasaran dengan

mengklarifikasi esensi merek, tujuan apa yang dicapai konsumen berkat

bantuannya, dan cara ia melakukannya dengan cara yang unik. Hasil

akhir dari penetapan brand positioning adalah keberhasilan penciptaan

proposisi nilai yang berfokus kepada pelanggan, yaitu meyakinkan

mengapa target market harus membeli produk itu (Kotler dan Keller,

2009: 375).

Page 11: City Branding.pdf

Secara sederhana positioning dapat diartikan sebagai apa yang

kita ingin dirasakan orang lain (Rangkuti, 2009: 31). Kegiatan utama

dalam mengelola suatu merek adalah dengan membuat brand

positioning. Positioning yang jelas dapat menunjukkan kepada kita,

kepada siapa target market merek (brand) ditujukan, apa yang ingin

kita komunikasikan kepada target market tersebut dan media apa yang

akan kita pakai sebagai alat untuk menyampaikan komunikasi kita

tersebut, sehingga kita dapat berhubungan secara langsung dengan

target market.

Positioning mengandung makna atau arti yang spesifik yang

dikandung dalam suatu merek. Merek yang memiliki positioning yang

jelas, akan disimpan dalam benak konsumen sebagai merek yang

memiliki perbedaan dibandingkan dengan merek lain dalam kategori

produk yang sama. Pada umumnya, positioning dinyatakan dalam

bentuk pernyataan pendek bahkan dalam satu kata yang mencerminkan

merek tersebut. Pernyataan ini dapat menjelaskan kepada konsumen,

mengapa merek kita berbeda dari merek pesaing sehingga merek kita

dapat memberikan jaminan atau janji bahwa dengan membeli merek

ini, konsumen dapat teratasi masalahnya (Rangkuti, 2009: 63)

Al Ries dan Jack Trout (dalam Kotler dan Keller, 2009: 375)

mengungkapkan bahwa penetapan positioning dimulai dengan produk,

yaitu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Namun,

penetapan positioning bukanlah kegiatan yang anda lakukan terhadap

produk. Penetapan positioning adalah kegiatan yang anda lakukan

terhadap pikiran calon pelanggan.

2. Promosi

Promosi merupakan kegiatan penting yang berperan aktif dalam

memperkenalkan, memberitahukan, dan mengingatkan manfaat dari suatu

produk agar produk tersebut digunakan oleh konsumen dan masyarakat.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Bagaimanapun juga baiknya kualitas sebuah produk, apabila

konsumen tidak mengetahui, belum pernah mendengarnya, dan tidak yakin

Page 12: City Branding.pdf

bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan

pernah mengkonsumsi atau menggunakannya.

Freddy Rangkuti (2009: 51) menyatakan bahwa setiap promosi yang

dilakukan tentu memiliki sebuah tujuan yaitu untuk mencari laba. Pada

umumnya kegiatan promosi yang dilakukan harus mendasarkan kepada

tujuan sebagai berikut:

a) Modifikasi tingkah laku

Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah

laku dan pendapat individu tersebut, dari tidak menerima suatu

produk menjadi setia terhadap produk tersebut.

b) Memberitahu

Kegiatan promosi yang ditujukan untuk memberikan informasi

kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan, mengenai

produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli,

kegunaan, keistimewaan, dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat

informasi ini umumnya lebih disukai dan dapat membantu

konsumen dalam mengambil keputusan.

c) Membujuk

Promosi ini bersifat membujuk atau persuasif, lebih mengutamakan

untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi

dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap prilaku

konsumen. Promosi ini akan menjadi dominan jika produksi yang

bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan.

d) Mengingatkan

Promosi yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk

mempertahankan brand produk di hati masyarakat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa peranan

kegiatan promosi sangat penting dan harus memperlihatkan dengan cara

yang tepat sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan

dimengerti oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa promosi adalah

suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara

produsen dan konsumen yang bersifat menyebarkan informasi,

Page 13: City Branding.pdf

mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan sasaran untuk menciptakan

permintaan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

3. City Branding

Memperkenalkan kota dalam sebuah brand sebagaimana produk

merupakan branding untuk sebuah kota. Hal tersebut bertujuan

memperkenalkan potensi-potensi yang dimiliki dan mempromosikan kota

tersebut, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. City branding

dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu negara atau daerah untuk

membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti

layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan daerah

tersebut dapat dikenal secara luas di seluruh dunia. Secara harfiah, city

branding bisa diartikan sebagai sebuah usaha yang dimulai dengan

membentuk merek untuk sebuah kota, dengan tujuan dikenal oleh

masyarakat lebih luas dengan persepsi yang baik, dianggap sesuai untuk

tujuan-tujuan khusus (specific purpose), dianggap tepat untuk tujuan wisata,

tempat tinggal, berinvestasi dan memberikan keamanan untuk berbagai

kegiatan (Primayudi, 2010: 1).

Pemasaran sebuah kota, daerah, dan negara telah menjadi sangat

dinamis, kompetitif, dan penting dewasa ini. Dalam keadaan ini, para

pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih menonjol dari

pada kompetitor mereka. Kota, daerah, dan negara menemukan bahwa

gambaran yang baik dan implementasi penuh dari brand strategy

memberikan banyak manfaat dan keuntungan. Lokasi geografis, seperti

produk dan personal, juga dapat dijadikan acuan untuk membuat brand

dengan menciptakan dan mengkomunikasikan identitas bagi suatu lokasi

yang bersangkutan. Kota, negara bagian, dan negara masa kini telah aktif

dikampanyekan melalui periklanan, direct mail, dan perangkat komunikasi

lainnya (Keller dalam elib.unikom.ac.id)

Page 14: City Branding.pdf

Beberapa kota di Indonesia telah lebih dulu memiliki city branding salah

satunya adalah kota Yogyakarta yaitu Jogja "Never Ending Asia" Bisa

dikatakan city branding ini sukses membuat kesan para wisatawan, karena

sesuai dengan potensinya yang kaya akan budaya. Pemilihan nama Jogja

daripada Yogya ataupun Yogyakarta telah melalui penelitian terlebih dahulu

yang hasilnya lebih mudah diucapkan. Tagline “Never Ending Asia” juga

melalui penelitian yang memperkuat fakta bahwa Jogja bisa memberi janji

bahwa dengan datang ke Jogja orang bisa menemukan pengalaman yang

tidak ada habisnya (http://muhammadirawansaputra.wordpress.com/tag

/city-branding/, 18 Des 2013, 14.20 WIB).

Contoh city branding berikutnya yang ada di Indonesia adalah city

branding dari Kota Jakarta yakni “Enjoy Jakarta” yang mana mengajak

wisatawan untuk menikmati Jakarta dengan segala kelebihan dan

Gambar 1. City branding kota Yogyakarta Sumber: skyscrapercity.com

Gambar 2. City branding kota Jakarta Sumber: cometfireworks.com

Page 15: City Branding.pdf

kekurangannya. Menikmati belanja meski macet. Selain itu, menurut

Tatang, Kasubdis Litbang Dinas Pariwisata, mengatakan semua orang

mempersepsikan “enjoy” di segala kalangan usia, pekerjaan, status sosial.

City branding ini bertujuan untuk memberikan ciri, simbol dan

karakter kepariwisataan Jakarta, meningkatkan citra destinasi pariwsata

Jakarta, meningkatkan rasa hormat masyarakat terhadap Jakarta,

meningkatkan orang untuk berkunjung ke Jakarta, dan meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap Jakarta sebagai daerah tujuan wisata

berkualitas(http://perempuan0n220185.wordpress.com/2011/12/20/strategi-

city-branding-kota-jakarta/).

Di beberapa kota dan negara, konsep city branding mereka sudah

sangat tertata dengan sangat rapi. Kita bisa lihat Singapura dengan

profesionalisme yang dibangun lewat Singapore Tourism Board, city

branding Uniquely Singapore yang menggantikan slogan lama mereka New

Asia mampu menyedot jutaan orang (lebih dari 7,6 juta orang) untuk datang

berkunjung ke Singapura dan menghabiskan jutaan dollar uang mereka

untuk berwisata, untuk belanja, untuk kesehatan dan juga untuk

melanjutkan pendidikan. Singapura merupakan satu contoh city branding

yang mampu menarik wisatawan asing datang dan memberikan keuntungan

bagi Singapura. (http://adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding/)

Satu lagi contoh kampanye city branding yang sangat sukses adalah

untuk Kota New York “I Love NY” yang berhasil menyelamatkan kota Big

Apple itu dari kemelut ekonomi. Sejarah "I Love NY", berangkat dari

peristiwa para pebisnis di kota New York yang dilanda krisis ekonomi

Gambar 3. city branding Singapura Sumber: bp.blogspot.com,

Page 16: City Branding.pdf

akhirnya memutuskan pindah ke Connecticut. Pada saat itu kota New York

kehilangan pemasukan pajak. Pemerintah kota New York meminta tolong

pada pemerintah pusat, tapi jawaban Presiden saat itu adalah tidak bisa

membantu New York secara finansial. Akhirnya pemerintah New York

beralih ke bisnis pariwisata. Mereka lantas menginventarisir produk-produk

apa saja yang dimiliki New York, dari sumber daya alam hingga gerakan

seni dan budaya. Pemerintah lokal meminjam uang pada bank, di mana

uang itu akan digunakan untuk kampanye city branding "I Love NY”, yang

kemudian logonya dijiplak oleh banyak kota.

Kampanye itu mendorong peningkatan pengujung New York dan

menyumbang pendapatan negara sebesar 1,6 miliar USD dari sektor

pariwisata. Bisa dikatakan, New York adalah kota pionir yang melakukan

city branding di dunia (http://www.the-marketeers.com/archives/city-

branding-from-location-to-destination.html#.UtNNrJw_ZnI)

City branding adalah proses atau usaha membentuk merek dari suatu

kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut memperkenalkan kotanya

kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan

menggunakan kalimat positioning, slogan, icon, eksibisi, dan berbagai

media lainnya. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau

kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan,

Gambar 4. City branding kota New York Sumber: en.wikipedia.or

Page 17: City Branding.pdf

asosiasi dan ekspetasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang

tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk, layanan, event,

ataupun berbagai simbol rancangan yang menggambarkannya.

Dalam membuat sebuah city branding, terdapat beberapa kriteria

yang harus dipenuhi, diantaranya:

1. Attributes: Do they express a citys brand character, affinity, style,

and personality?(menggambarkan sebuah karakter, daya tarik, gaya,

dan personalitas kota)

2. Message: Do they tell a story in a clever, fun, and memorable way?

(menggambarkan sebuah cerita secara pintar, menyenangkan dan

mudah atau selalu diingat)

3. Differentiation: Are they unique and original? (unik dan berbeda

dari kota-kota yang lain)

4. Ambassadorship: Do they inspire you to visit there, live there, or

learn more? (Menginspirasi orang untuk datang dan ingin tinggal di

kota tersebut). (adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding)

Upaya city branding Kota Bukittinggi dapat berupa positioning,

slogan, icon, ekshibisi, dan berbagai cara lain. Strategi suatu wilayah untuk

memiliki positioning yang kuat sehingga dapat dikenal luas diseluruh dunia

merupakan suatu upaya yang disebut dengan city branding. Sebagai bagian

dari strategi pemasaran, city brand merupakan konsep yang muncul dari

sebuah penelitian yang diawali dengan place branding. Kemudian

berkembang pada penelitian country branding, city branding, city area

branding, hingga destination branding, dari rangkaian penelitian tersebut

kemudian muncul konsep city branding (Primayudi, 2010: 1)

4. Identitas

Identitas adalah salah satu metode untuk dapat dikenali, mengenali,

dan membedakan satu hal dengan yang lain. Identitas adalah suatu cara

untuk suatu hal yang memungkinkan suatu lembaga, merek, produk, atau

perusahaan dikenal dan dibedakan dengan yang lainnya. Identitas tersebut

harus diciptakan melalui suatu rancangan design khusus yang meliputi

segala hal khas/unik berkenaan dengan lembaga yang bersangkutan secara

Page 18: City Branding.pdf

fisik. Design itu memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat

mengingatkan khalayak akan lembaga tertentu. Identitas sesungguhnya

merupakan salah satu bentuk tertua dari komunikasi yang didasarkan pada

suatu rancangan tertentu (designed communication) dan senantiasa terarah

pada tujuan-tujuan yang praktis. Ide dasarnya selalu untuk menciptakan

identifikasi, melalui keseragaman (uniformity). Dalam kenyataannya

'seragam' selalu dipergunakan sebagai fungsi dan ekspresi identifikasi

(penunjuk kepada diri sendiri sebagai suatu hal yang unik, berbeda dari

yang lain) yang paling sederhana (Jefkins, 1995: 298).

Apabila kita berkenalan dengan seorang teman baru, yang pertama

kali kita nilai adalah penampilan fisiknya, wajah, gaya rambut, pakaian, dan

lain-lain. Kedua, kita akan menilai perkatan dan cara bicara orang tersebut,

apakah sopan, tegas, santai, atau humoris. Terakhir yang kita nilai adalah

tingkah laku orang tersebut, apakah sopan dan menjaga tata krama, atau

kasar dan tidak tahu aturan, apakah tingkah lakunya konsisten dengan apa

yang orang tersebut katakan.

Ketiga tahap penilaian manusia terhadap sesamanya ini dalam

konteks identitas disebut dengan identity mix. Terdiri dari:

1. Visual. Contoh: Logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage,

bangunan.

2. Komunikasi. Contoh: iklan, laporan tahunan, press release, costomer

service, public relation.

3. Perilaku (Behaviour). Contoh: Corporate value, corporate culture,

norma

Setelah berkenalan, melihat penampilan, cara berkomunikasi, dan

tingkah laku seseorang, didalam benak kita segera muncul hasil penilaian

keseluruhan terhadap orang tersebut. Hal inilah yang disebut dengan brand

image : gambran mental terhadap sebuah brand. Identitas yang ditampilkan

dengan konsisten akan memberi gambaran pada publik bahwa entitas

tersebut konsekuen dan profesional. Dari situ diharapakan dapat

meningkatkan brand awareness dan brand image positif di benak

masyarakat (Rustan, 2009: 54).

Page 19: City Branding.pdf

B. Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera

Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi

ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah.

Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de

Kock dan dahulunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra selain Kota

Medan. Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri

Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat

yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden

Republik Indonesia.

Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota

wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban

di Negeri Sembilan, Malaysia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan

langsung dengan Kabupaten Agam. Tempat wisata yang ramai dikunjungi

adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota

sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada di tepi Ngarai Sianok.

Bukittinggi yang terkenal sebagai kota pusat pengembangan

pariwisata di Sumatera Barat, memiliki alam yang indah dengan dikenal

dengan sebutan Bukittinggi Kota Wisata yang dicanangkan Gubernur

Sumatera Barat Bapak Ir. Azwar Anas tanggal 11 Maret 1984. Lembahnya

yang sangat terkenal ialah Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat Kota

Bukittinggi dengan kedalaman 100 m serta mempunyai kemiringan antara

80° - 90° yang menjadi daya tarik pariwisata, disamping Jam Gadang yang

dibangun oleh Controleur Rook Maker tahun 1926 dengan latar belakang

tiga gunung yaitu: Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago

sehingga pernah populer dengan sebutan Tri Arga sebagai julukan untuk

daerah ini.

1. Potensi Kota Bukittinggi

a. Wisata

Bidang Kepariwisataan ditetapkan sebagai potensi unggulan

daerah Kota Bukittinggi adalah berangkat dari kondisi alam dan

geografis Kota Bukittinggi itu sendiri. Terletak ditengah-tengah

Page 20: City Branding.pdf

Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 909 M – 941 M

diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 16,1°C sampai 24,9°C,

merupakan iklim udara yang sejuk. Posisinya yang strategis merupakan

segitiga perlintasan menuju ke utara , timur dan selatan Sumatera.

Topografi kota yang berbukit dan berlembah dengan panorama

alam yang elek serta dikelilingi oleh tiga gunung, Merapi, Singgalang

dan Sago seakan menjadi tonggak penyangga untuk memperkokoh

Bukittinggi. Inilah yang menyebabkan Bukittinggi disebut juga sebagai

“ Kota Tri Arga”.

Disamping itu, Bukittinggi juga dilengkapi dengan peninggalan

sejarah yang dapat diketgorikan sebagai keajaiban seperti, Lobang

Jepang, benteng Fort De Kock, jam Gadang dll. Hal ini membuktikan

Bukittinggi sebagai kota tua yang sarat dengan sejarah, salah satunya

yang selalu melekat dengan sejarah bangsa yaitu : Bukittinggi menjadi

Ibu Kota Republik pada masa PDRI Desember 1949 – Juli 1950.

Karunia alam yang ditopang dengan karunia sejarah ini,

menyebabkan Bukittinggi menjadi tujuan wisata yang menarik untuk

dinikmati. Sinergi dengan potensi unggulan derah lainnya. Bukittinggi

juga dikembangkan menjadi wisata Perdagangan dan jasa , wisata

kesehatan, wisata konfrensi dan peristirahatan serta jasa lain-lain. Ini

dapat dibuktikan dengan kontribusi sector pariwisata untuk

menompang PAD Bukittinggi yaitu : antara 30-40 %.

b. Perdagangan dan Jasa

Bidang Perdagangan dan Jasa ditetapkan sebagai potensi

unggulan daerah adalah berangkat dan sejalan dengan fungsi

Bukittinggi itu sendiri.

Dari sejarah Kota Bukittinggi, dimulai dengan didirikannya Pasar

Atas diatas Bukit Kandang Kabau pada tahun 1858 yang dimaksudkan

sebagai tempat transaksi bagi masyarakatnya. Lokasi inilah yang

berkembang dan diperluas menjadi pusat kegiatan masyarakat

Bukittinggi. Dengan demikian sejak semula Bukittinggi dimaksudkan

dan mempunyai fungsi sebagai tempat perdagangan. Seiring dengan

pesatnya perkembangan kegiatan perdagangan, sekaligus melekat pada

Page 21: City Branding.pdf

fungsi penyediaan jasa. Fungsi sebagai kota Perdagangan dan Jasa

sudah melekat pada Kota Bukittinggi yasng berkembangnya dewasa ini

demikian pesatnya, apalagi dengan didukung 4 pusat pasar induk.

Menjadikan Bukittinggi sebagai sentral perdagangan, yang bukan

hanya berskala regional, khususnya untuk barang-barang konveksi,

pakaian jadi dan barang-barang kerajinan tangan. Produk ini

merupakan kerajinan masyakat sekitar Bukittinggi dan pada umumnya

dipasarkan di Pasar Aur dan potensi ini juga berskala nasional dan

bahkan mancanegara.

Sektor Perdagangan dan jasa merupakan sektor penyumbang

utama bagi pendapatan Kota Bukittinggi, dimana hampir setengah

pendapatan daerah pada tahun 2005 (43 %) yang ditunjukkan dengan

PDRB Kota Bukittinggi menjadi Pusat Pelayanan perdagangan dan

jasa.

c. Seni Budaya

Kota Bukittinggi tidak saja memiliki potensi pada tempat-tempat

yang menarik untuk dilihat oleh para wisatawan yang datang. Namun,

terdapat berbagai seni dan budaya yang disajikan oleh Kota

Bukittinggi.

Pesta Seni Budaya Pameran Dagang dan Idustri (PEDATI)

merupakan acara tahunan yang diadakan oleh pemerintahan Kota

Bukittinggi sejak tahun 2000. PEDATI ini selalu dilaksanakan di

Lapangan Kanti Wirabraja Kota Bukittinggi dikarenakan lapangan

tersebut berada di pusat Kota Bukittinggi. Kegiatan yang awalnya

digagas oleh kelompok masyarakat yang menamakan dirinya Pemuda

Pecinta Persatuan Bangsa ini bertujuan menjalin persatuan dan

kesatuan bangsa melalui pendekatan keragaman dan kekayaan budaya,

sekaligus menyambut momentum peringatan Sumpah Pemuda.

Kekukuhan masyarakat Kota Bukittinggi terhadap seni tradisi,

mendapat apresiasi dari para seniman, budayawan atau pejabat publik.

Masyarakat sangat mengapresiasi terhadap sikap masyarakat sebab,

pewaris seni budaya di Kota Bukittinggi mampu melestarikannya

dengan banyak mendirikan perkumpulan seni (grup seni). Di Kota

Page 22: City Branding.pdf

Bukittinggi terdapat tiga belas grup kesenian, yaitu Gastaranah, Saayun

Salangkah, Puti Limo Jurai, Sakato, Ganto Minang, Mahligai,

Perguruan Silat Harimau Singgalang Salimbado, Syofyani, Rabuang

Kuning, Bambu Kuniang, Komunitas Musik Tradisional Saluang,

Satria Muda Indonesia dan Mustika Minang.

Page 23: City Branding.pdf

METODE/PROSES PENCIPTAAN

A. Analisis SWOT

Pengertian / definisi analisis SWOT adalah suatu metoda penyusunan

strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal.

Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun

multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S),

Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis

dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan

faktor didalam perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha

penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang.

B. Kota Bukittinggi

a. Strengths (Kekuatan)

Kondisi Geografis :

1. Kota Bukittinggi merupakan kota yang memiliki letak strategis

yakni di tengah-tengah pulau Sumatera dan juga sebagai kota

perlintasan dan persinggahan di pulau Sumatera.

2. Udara yang sejuk Kota Bukittinggi sangat cocok untuk beristirahat

dan berwisata.

3. Masih banyaknya pohon yang menghiasi Kota Bukittinggi sehingga

menambah keindahan dan suasana kesejukan.

Ekonomi :

1. Kota Bukittinggi sudah memiliki perekonomian yang kuat.

Fasilitas :

1. Kota Bukittinggi memiliki berbagai macam kuliner khas yang

mudah ditemui dan tersebar diseluruh penjuru Kota Bukittinggi..

2. Banyaknya tempat wisata yang dapat dikunjungi di Kota Bukittinggi

yang dapat menyegarkan pikiran dengan pemandangan alamnya

yang indah.

Page 24: City Branding.pdf

3. Banyaknya tempat wisata belanja di Kota Bukittinggi mulai dari

toko-toko pakaian, barang bekas, distro, butik, dan salah satunya

yaitu Pasar Aur Kuning yang menjadi pasar konveksi terbesar se-

Sumatera.

4. Banyaknya tempat belajar/sekolah yang berkualitas didukung

dengan udaranya yang sejuk menjadikan Kota Bukittinggi sebagai

kota destinasi pendidikan bagi masyarakat sekitar Sumatera Barat.

5. Tersedianya Rumah Sakit Stroke yang merupakan satu-satunya

Rumah Sakit Stroke yang ada di Indonesia.

Masyarakat :

1. Masyarakat Kota Bukittinggi yang ramah, sopan, dan mudah

bersosialisasi menambah kenyamanan Kota Bukittinggi.

b. Weakness (Kelemahan)

Kondisi :

1. Kondisi jalanan Kota Bukittinggi yang sering macet pada hari-hari

libur sehingga mengganggu kenyamanan dan keteraturan kota.

2. Kurangnya lahan parkir bagi para wisatawan yang berkunjung pada

hari-hari libur sehingga mengganggu kelancaran lalu lintar kota.

Fasilitas :

1. Sarana dan prasarana di Kota Bukittinggi yang kurang memadai

Masyarakat :

1. Kurangnya kepedulian anak muda Kota Bukittinggi dalam

melestarikan budaya.

2. Masyarakat Kota Bukittinggi belum sepenuhnya mengetahui potensi

yang dimiliki Kota Bukittinggi, sehingga perlu diperkenalkan

kembali untuk menambah kecintaan terhadap Kota Bukittinggi.

c. Opportunities (Peluang)

1. Kota Bukittinggi bisa menjadi kota percontohan dalam bidang

Pariwisata dan Kuliner.

Page 25: City Branding.pdf

2. Kota Bukittinggi memiliki potensi unggulan yang bisa menambah

pendapatan daerah misalnya potensi sebagai kota wisata, banyak

turis mancanegara yang berkunjung ke Bukittinggi.

3. Kota Bukittinggi bisa go international jika ada kerjasama antara

pemerintah dan masyarakat Kota Bukittinggi dalam membenahi

Kota Bukittinggi ke arah lebih baik.

4. Kota Bukittinggi memiliki banyak sumber daya manusia yang

berkualitas yang dapat meningkatkan perekonomian kota.

d. Threat (Ancaman)

1. Kota Bukittinggi terancam kehilangan karakter karena pengaruh dari

perkembangan kota yang pesat yang mendorong masyarakat untuk

terus berubah namun tidak diimbangi dengan pelestarian budaya.

2. Banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi Kota Bukittinggi,

bisa menjadi sebuah ancaman untuk Kota Bukittinggi yang membuat

masyarakat Kota Bukittinggi tidak merasa memiliki Kota

Bukittinggi yang akhirnya muncul ketidakpedulian terhadap Kota

Bukittinggi.

3. Pada hari libur Kota Bukittinggi selalu dipadati oleh wisatawan-

wisatawan dari berbagai daerah domestik maupun internasional, jika

pemerintah kurang tegas dalam menanggapi peraturan tentang

keteraturan lalu lintas dan kebersihan lingkungan akan tidak

seimbang dengan perkembangan kota yang semakin pesat.

C. USP (Unique Selling Preposition)

a. Kota Bukittinggi memiliki potensi wisata yang tidak dimiliki oleh kota-

kota lain yang ada di Indonesia seperti Jam Gadang, Panorama, Ngarai

Sianok, Benteng Fort de Kock, dan lain sebagainya.

b. Kota Bukittinggi memberikan sajian kuliner yang berbeda yang tidak

dapat ditemukan di kota-kota lainnya seperti Nasi Kapau dan Kerupuk

Sanjai.

c. Kota Bukittinggi memiliki iklim dan hawa yang sejuk dan sangat cocok

untuk berwisata dan beristirahat.

Page 26: City Branding.pdf

d. Kota Bukittinggi mampu memadukan antara modernisasi dengan

tradisi.

D. Segmentasi

Target audience dalam perancangan ini meliputi :

a. Demografi

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan

Usia : 15 - 50 tahun

Pendidikan : SD - Strata 3

Pekerjaan : Pelajar, karyawan, pengusaha, pegawai,

wiraswasta.

Umumnya para pekerja diatas adalah masyarakat

yang bergaya hidup modern, gemar berlibur,

bersemangat, dan masih berjiwa muda.

Pengeluaran /bln : ± Rp. 2.000.000,-

Seseorang dengan kisaran jumlah pengeluaran seperti

diatas mampu membagi prioritas antara pekerjaan dan

keluarga.

b. Geografi

Secara geografis target audience dikhususkan pada masyarakat yang

berdomisili di wilayah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat dan pada seluruh

Indonesia dan mancanegara pada umumnya. Hal ini dikarenakan city

branding tidak akan dapat berfungsi bila masyarakat dalam kotanya sendiri

tidak sadar dan peduli terhadap kota mereka sendiri. Sehingga perlu

ditumbuhkan rasa bangga terhadap Kota Bukittinggi bagi segmen yang

bersangkutan.

c. Psikografis

Secara sederhana, psikografis diartikan sebagai segmentasi

berdasarkan gaya hidup. Mereka adalah segmen masyarakat yang bekerja

keras, menikmati hidup, senang berlibur, gaya hidup modern, menyukai hal-

hal yang benar-benar baru, konsumtif sebagai aktualisasi diri, berjiwa muda

namun tetap memelihara nilai-nilai budaya.

Page 27: City Branding.pdf

E. Solusi

Membuat city branding sebuah kota bukan perkara membuat sebuah

identitas yang ditanamkan secara paksa kepada masyarakatnya. Tapi

bagaimana sebuah kota dapat memberikan rasa bangga pada orang yang

menetap didalamnya, menarik para pengunjung untuk berwisata atau

berinvestasi di kota tersebut, dan memberikan rasa rindu kepada orang yang

pergi meninggalkan kota tersebut. Sebuah brand seharusnya dapat memenuhi

harapan masyarakatnya dan nilai-nilai di dalam kota tersebut harus

diperlihatkan secara nyata. Hal – hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana

menanamkan brand image agar masyarakat semakin mencintai Kota

Bukittinggi dan menarik para wisatawan dan investor untuk mengunjungi Kota

Bukittinggi sebagai destinasi wisata dan investasi. Hal ini bisa dimulai dengan

pengenalan dan memberikan informasi lebih kepada masyarakat Kota

Bukittinggi tentang potensi-potensi Kota Bukittinggi mulai dari wisatanya,

sejarah, budaya, kuliner, dan potensi lainnya yang dimiliki Kota Bukittinggi

sehingga masyarakat Kota Bukittinggi bisa merasa bangga dan merasa

memiliki apa yang dimiliki Kota Bukittinggi. Jika rasa memiliki dan mencintai

kota itu sudah tercipta, tidak menutup kemungkinan akan adanya perubahan

yang dilakukan masyarakat Kota Bukittinggi. Hal ini juga dapat berdampak

pada wisatawan yang diharapkan dapat memberikan brand image bahwa Kota

Bukittinggi adalah kota yang sangat nyaman dan sangat cocok untuk berlibur

dan beristirahat dan juga menjadi destinasi wisata utama di Sumatera atau pun

di Indonesia.

Page 28: City Branding.pdf

DAFTAR SUMBER ACUAN

Jefkins, Frank; Periklanan. Jakarta; Penerbit Erlangga, 1995 Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller; Manajemen Pemasaran. PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009 M.A, Morissan; Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2010 Primayudi, Kadek. City Branding Kota Gede Herritage Travelling Diary. Thesis (ISI Yogyakarta; 2010). Rangkuti, Freddy; Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Rustan, Surianto; Mendesain Logo. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Sanyoto, Sadjiman Ebdi; Nirmana (dasar-dasar seni dan desain). Yogyakarta; Jalasutra, 2009. Soemanagara, Rd; Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis dan Terapan. Bandung; Penerbit Alfabeta, 2008 Temporal, Paul; Branding in Asia (Membangun Merek di Asia) Penciptaan, Pembangunan, dan Manajemen Merek Asia untuk Pasar Global. Batam, Interaksara, 2001 Wheeler, Alina; Designing Brand Identity: An Essential Guide for The Entire Branding Team. New Jersey; John Wiley & Sons, inc, 2009

Zulqayyim; Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang; Andalas University Press, 2006